Anda di halaman 1dari 8

Aksi Nyata Topik 4

Pancasila sudah menjadi dasar negara. Sebagai dasar negara maka Pancasila menjadi
pondasi dalam setiap derap langkah pembangunan yang dilakukan, secara khusus
pembangunan dalam bidang pendidikan. Standar Kompetensi Kelulusan menggariskan bahwa
proses pendidikan secara ideal harus mampu mewujudkan berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab." Berdasar SKL tersebut maka terdapat 3 ranah ouput
proses pendidikan yaitu mempunyai karakter spiritual, sikap moral dan akal yang dilandaskan
jati diri bangsa.
Tantangan Abad 21
Abad 21 ditandai dengan berkembangnya proses digitalisasi dalam kehidupan. Proses
tersebut sudah menyentuh hampir semua sector kehidupan bangsa secara khusus sektor
pendidikan. Era tersebut telah menyuguhkan tata kehidupan yang efektif dan efisien. Oleh
sebab itu dibutuhkan human skill yang mampu berdaptasi dengan tuntutan yang ada. Era
digital telah melahirkan fenomena tuntutan kehidupan efisien dan efektifif dalam berbagai
sektor kehidupan. Tetapi tidak hanya mengalirkan sisi positif namun juga sisi negatif yang
tidak sesuai nilai-nilai ideologi bangsa.
Secara kasat mata kita melihat munculnya tatanan kehidupan yang sudah mengglobal yang
setidaknya ditandai dengan beberapa fenomena berikut:
1. Terjadinya perubahan dalam konsep ruang dan waktu
2. Munculnya pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi
saling bergantung
3. Meningkatnya interaksi kultural melalui perkembangan media massa
4. Meningkatnya masalah bersama
Tantangan era digital yang sedemikian kompleks memang diperlukan langkah
strategis jangka panjang menyiapkan calon penerus perjuangan bangsa yang didasarkan pada
akar ideologi yang sudah menjadi kesepakatan nasional yaitu Pancasila.
Tatanan kehidupan masyarakat dunia tersebut juga membawa dampak bagi kehidupan
generasi muda kita khususnya peserta didik. Oleh sebab itu perlu langkah yang strategis
jangka panjang guna melahirkan profil pelajar (peserta didik) agar mampu beradaptasi di
tengah era kehidupan yang akan dihadapi, namun tetap menampilkan jati dirinya sebagai
bangsa Indonesia.
Perkelahian pelajar, sikap anarkis, narkoba, pornografi dan pornoaksi, aksi perundungan
sesama pelajar sepertinya sudah menjadi fenomena tersendiri yang selalu menghiasi
pemberitaan media masa. Hal tersebut selain kontra produktif juga sangat memprihatinkan
bagi kelangsungan nasib kehidupan bangsa ke depan.
Tantangan Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila
Secara umum tantangan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dapat dipetakan sebagai
berikut:
1. Perubahan mindset guru
Mindset guru yang dibutuhkan adalah guru visioner, terbuka dengan pembaharuan,
dinamis serta adaptif terhadap tuntutan peradaban. Persoalan ini menjadi tantangan yang
tidak ringan. Sebab hal ini berkaitan dengan sikap mental. Maka pengambil kebijakan
sudah saatnya menerapkan perlu menerapkan langkah reward and punishment. Pengambil
kebijakan sudah perlu menerapkan manajemen "bermain layang-layang." Layang-
layangnya adalah guru. Sebagai layang-layang perlu dilepas dan ditarik kembali ke
pemiliknya. Pada akhirnya harus bisa dikembalikan pada pemilik layang-layang. Terlalu
kencang memainkan layang-layang ada potensi putus. Namun terlalu melepas layang-
layang ada potensi salah arah.
2. Pragmatisme sikap birokrasi pendidikan
Kebijakan semua birokrasi pendidikan dituntut selaras dengan tujuan yang ingin
diwujudkan. Sehingga semua kebijakan yang diambil harus mendukung ke arah
terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. Kebijakan yang bersifat formalitas-adminsitratif
dan hanya berorientasi pada jabatan sudah saatnya dihilangkan. Hal ini untuk
mengantisipasi bahwa program untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila tidak hanya
sebagai jargon maupun slogan semata.
3. Kondisi riil sebagian peserta didik kita yang kontraproduktif dengan tujuan ideal tersebut
hendaknya menjadi bahan renungan mendalam dalam mengambil kebijakan Perkelahian
pelajar, aksi pornografi, penyalahgunaan narkoba, dll menjadi contoh bahwa sebagian
peserta didik belum siap dengan perubahan yang dijalankan.
4. Proses pembelajaran
Tiga ranah (kognitif, sikap dan keterampilan) yang merupakan output proses
pembelajaran memerlukan penanganan yang seimbang. Sebab secara teoritis tuntutan
kurikulum menyaratkan tiga ranah tersebut harus dituangkan dalam laporan
penilaian. Langkah menyeimbangkan tiga ranah tersebut membutuhkan skill dan langkah
yang terpadu, terukur dan menyeluruh. Ketiga ranah tersebut semestinya menjadi ukuran
tingkat keberhasilan peserta didik. Namun realita di lapangan lebih cenderung ukuran
hasil penilaian kognitif yang lebih dominan mendapat perhatian. Penilaian sikap kurang
mendapatkan perhatian yang seimbang. Penilaian keterampilan juga masih mempunyai
kecenderungan lemahnya indikator untuk menentukan nilai bagi peserta didik. Akibatnya
output pembelajaran menjadi sulit dijadikan barometer bagi tingkat keberhasilan peserta
didik.
5. Kesiapan mental orang tua peserta didik
Hal penting yang kurang mendapatkan perhatian dalam meningkatkan karakter peserta
didik adalah orang tua. Kajian, analisis di berbagai forum masih lebih dominan menyorot
peran sekolah, guru dan partisipasi peserta didik. Padahal peran orang tua juga sangat
menentukan dalam mendampingi putra putrinya. Maka menyiapkan peserta didik
menghadapi abad 21 adalah hal yang wajib dilakukan oleh negara. Namun tantangan-
tantangan yang pasti akan mengiringinya juga perlu dianalisis secara mendalam. Dengan
landasan ketuhanan, keikhlasan, dan nasionalisme keindonesiaan yang diterapkan oleh
semua komponen terkait, kita optimis peserta didik kita kelak akan mampu menjadi
generasi.
Perwujudan Profil pelajar pancasila pada ekosistem sekolah:
1. Beriman, bertakwa kepada tuhan YME, dan berakhlak mulia
Pelajar pancasila harus memiliki karakteristik yang beriman dan bertakwa kepada tuhan
YME.
Adapun bentuk perwujudannya yaitu:
* Melakukan kegiatan berdoa sebelum dan sesudah proses pembelajaran dimulai
* Menanamkan dalam diri peserta didik larangan menyontek karena tuhan maha
mengetahui.
* Membimbing peserta didik untuk selalu bersyukur atas apa yang telah tuhan berikan
melalui motivasi langsung maupun tidak langsung.
2. Berkebhinekaan global
Pelajar tetap mempertahaankan budaya luhur, lokalitas, dan identitasnya, dan tetap berpikiran
terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain.
Adapun bentuk perwujudannya yaitu:
* Saling menghargai pendapat satu sama lain
* Membuat kesepakatan kelas untuk selalu menggunakan bahasa yang sopan ketika
berbicara dan sesuai dengan kaidah bahasa indonesia
* Pada abad ke-21 ini komunikasi tidak hanya sebatas pada satu bahasa saja tetapi multi
bahasa
* Tidak membeda-bedakan temana berdasarkan suku,agama,ras, bahasa, dll.
3. Gotong Royong
Gotong royong merupakan karakter yang wajib dimiliki oleh pelajar pancasila sebagai sebuah
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara kolektif dan sukarela.
Adapun bentuk perwujudannya yaitu:
* Selalu menyelesaikan permasalahan dengan cara musyawarah
* Menyelesaikan pekerjaaan dengan melibatkan semua stakeholder yang ada di sekolah
* Menjaga kebersihan lingkungan sekolah sebagai tanggung jawab seluruh warga
sekolah
* Ketika ada salah satu peserta didik yang tertimpa musibah, seluruh warga sekolah ikut
andil dalam membantu baik itu dalam bentuk materi maupun jasa.
4. Mandiri
Pelajar pancasila harus dapat mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab sebuah proses
Adapun bentuk perwujudannya yaitu:
* Mengajak peserta didik untuk berani menyampaikan pendapatnya di depan kelas
* Mencari sumber belajar secara mandiri
5. Bernalar kritis
Memiliki nalar kritis harus dimiliki oleh setiap pelajar pancasila di Indonesia karena memiliki
nalar kritis berarti mampu secara objektif memperoses informasi baik kualitatif maupun
kuantitatif.
Adapun bentuk perwujudannya yaitu:
* Guru memberikan sebuah kasus atau masalah terupdate dan mengajak peserta didik
untuk memahami dan menganalisis tentang kasus tersebut. (pembelajaaran PBL)
* Pada akhir pembelajaran diadakan reflleksi pembelajaran guna mengukur pemahaman
peserta didik tentang topik yang telah dibahas.
* Pada kegiatan diskusi kelompok, setiap kelompok diwajibkan untuk memberikan
pertanyaan, saran atau kritik pada kelompok yang tampil presentasi.
6. Kreatif
Pelajaar harus mampu untuk menghasilkan suatu hal yang inovatif, orisinil, dan berdampak
positif terhadap sekitar.
Adapun bentuk perwujudannya yaitu:
* Mengaja peserta didik untuk mengembangkan kreativitasnya dengan cara
memanfaatkan teknologi atau media pembelajaran yang sedang berkembang sekarang
pada abad ke-21
* Mengembangkan sebuag project yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik
yang kelak ilmu tersebut dapat mereka manfaatkan dalam dunia pekerjaan
(pembelajaran PJBL)
LAMPIRAN

Gambar 1: siswa mencari sumber pembelajaran melalaui aplikasi youtube dengan memanfaatkan jaringan
wifiyang telah disediakan sekolah.

Gambar 2: Perlombaan antar siswa dalam rangka perayaanbulan bahasa


Gambar 3: Para Guru memakai pakaian adat dalam rangka memperingati hari pahlawan

Gambar 4: Penampilan tari saman oleh siswa dalam perayaan hari sumpah pemuda
Gambar 5: kegiatan bazar pakaian bekas dan layak pakai dalam kegiatan rutin bulan bakti sosial

Gambar 6: Kegiatan Bazar dengan hasil produk yang diciptakan oleh siswa melalui mata pelajaran projek.

Anda mungkin juga menyukai