Anda di halaman 1dari 7

Kesenian Cirebon – Jawa Barat

TOPENG CIREBON

Tari Topeng merupakan salah satu jenis pertunjukan yang telah lama dikenal
oleh masyarakat Indonesia. Di pulau Jawa, topeng tumbuh dan berkembang di
pelosok-pelosok Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur (termasuk Madura), Yogyakarta,
dan DKI Jakarta. Topeng mencapai bentuknya sebagai sebuah seni pertunjukan pada
jaman raja-raja Hindu di Jawa diperkirakan pada abad ke 10-11 Masehi.
Pada awalnya tari topeng tidak hanya memiliki arti sebagai sebuah tontonan atau
hiburan, tetapi lebih dari itu memiliki arti keagamaan. Seperti juga diungkapkan oleh
Erika Bourguignon, bahwa topeng (kedok) pada mulanya digunakan untuk
menyembunyikan identitas asli pemakainya. Topeng juga sering ditampilkan pada
upacara inisiasi : anak-anak yang menjelang dewasa dibuat percaya bahwa roh-roh
leluhur dalam wujud orang-orang bertopeng benar-benar datang, turun ke bumi
menemui mereka. Bahkan hingga saat itu, bagi masyarakat tertentu yang masih
menganut kepercayaan Indonesia asli, tari topeng dijadikan media dalam upacara adat
ritual untuk menghormati nenek moyang. Kenyataan itu dapat ditemukan di Cirebon
pada upacara adat ngunjung, yakni upacara menghormati arwah nenek moyang,
upacara tersebut bagi masyarakat cirebon mengandung arti untuk memohon berkah
dari buyut-buyut atau leluhur di makam mereka yang dikeramatkan.
Menurut tradisi Jawa, tari topeng diciptakan oleh Sunan Kalijaga putra Bupati
Tuban, Jawa Timur. Topeng kemudian menjadi kesenian yang dipelihara oleh kaum
bangsawan di dalam istana (keraton). Namun demikian, pada saat pusat pemerintahan
pindah dari Jawa Timur ke Jawa Tengah dan Raja-raja memeluk agama islam, seni
topeng ditinggalkan dan berkembang di lingkungan masyarakat jelata yang belum
sepunuhnya melepaskan kepercayaan asli mereka. Kemudian pada saat Cirebon
menjadi pusat penyebaran agama Islam, Sultan Cirebon, Syekh Syarif Hidayatullah
(Sunan Gunung Jati) bersama-sama dengan Sunan Kalijaga dan putranya Pangeran
Panggung, mengangkat kembali kesenian topeng dan wayang kulit, yang pada saat itu
digemari oleh masyarakat, dijadikan sebagai media penerangan dalam penyebaran
agama Islam di Pulau Jawa.

fam.faried@yahoo.co.id fam loom Page 1


Kesenian Cirebon – Jawa Barat

Pada prakteknya, Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati mempergelarkan topeng
dengan penari seorang pria, yakni dalang wayang kulit. Pertunjukan topeng saat itu
bersatu dan tidak dapat dilepaskan dari wayang kulit. Pertujukannya itu sendiri dalam
satu gari satu malam diisi dua materi pertunjukan, yakni topeng dan wayang kulit.
Pertunjukan topeng dilakukan disiang hari, baru kemudian pada malam harinya
dipertunjukan wayang kulit. Jadi dalang ini berprofesi ganda, siang hari menjadi penari
topeng dan malam harinya bertindak sebagai dalang wayang kulit.
Dalam perkembangan selanjutnya, dikarenakan pertunjukan topeng semakin
digemari masyarakat, maka penarinya pun kini tidak lagi dilakukan oleh hanya seorang
laki-laki yang juga berprofesi sebagai dalang wayang kulit, tetapi telah banyak
dilakukan pula oleh kaum wanita. Bahkan dewasa ini nampak lebih banyak penari
(dalang) topeng perempuan dibandingkan penari laki-laki.
Satu hal yang menarik, bahwa para dalang topeng dan dalang wayang kulit di
Cirebon menganggap dirinya sebagai keturunan Sunan (Pangeran) Panggung, putra
Sunan Kalijaga yang tidak hanya begitu besar menaruh perhatian pada topeng tetapi ia
adalah seorang seniman. Tak heran jika pada saat para tokoh / dalang topeng
mengadakan pergelaran, sebelum menari, mereka terlebih dahulu duduk mengahadap
kotak kayu berukuran satu meter persegi yang diletakkan di tengah-tengah arena di
depan para nayaga (pemusik), membelakangi penonton. Disanalah mereka
berkonsentrasi membacakan mantra-mantra yang ditujukan kepada Pangeran
Panggung. Dengan cara seperti itu mereka percaya bahwa dalam pertunjukan topeng
yang akan dilakukannya akan terhindar dari marabahaya dan sekaligus dapat menari
dengan bagus.
Topeng Cirebon, bila dilihat dari cara penyajianya memiliki berbagai versi dan
gaya sesuai dimana tempat kesenian itu berkembang. Sekalipun namanya tetap
topeng Cirebon, tetapi satu sama lain memiliki ciri-ciri yang berbeda. Oleh karena itu,
hingga dewasa ini dikenal dengan topeng gaya Slangit, gaya Ciliwung, gaya Palimanan,
dan gaya Losari. Sepintas ketiga gaya topeng Cirebon itu nampak sama tetapi bila
dicermati lebih seksama, terutama gerakan-gerakan tariannya, dari masing-masing
gayanya nampak ada perbedaan. Yang paling nampak ada gaya Losari, dimana

fam.faried@yahoo.co.id fam loom Page 2


Kesenian Cirebon – Jawa Barat

gerakannya terdapat gerakan melenting ke belakang, seperti orang yang akan


melakukan gerakan “breuh”.

Bentuk Pertunjukan
Pada dasarnya tari topeng Cirebon dapat ditarikan atau dibawakan oleh
beberapa orang, tetepi intinya adalah pertunjukan tunggal, dimana dalang (penari)
topeng mengenakan beberapa kedok (topeng) bergantian.
Sebagai sebuah pertunjukan teatrikal, topeng sukar dikelompokan, akan tetapi,
berdasarkan cerita Indonesia asli tentang panji, topeng bukanlah suatu tarian drama,
tapi juga bukanlah kesenian yang abstrak karena terdapat karakter-karakter berbeda
yang ditampilkan. Mungkin topeng lebih dikategorikan sebagai suatu rangkaian potret
dalam gerak.
Seperti halnya bentuk tarian Jawa dan Sunda, gerakan tari topeng Cirebon tidak
hanya dimulai karena keindahan bentuknya, tetapi juga tidak terlepas dari ekspresi
kepribadianya. Karakter-karakter yang berbeda dan tahapan-tahapan kehidupan
digambarkan dalam tarian ini, seperti : kekanak-kanakan, dewasa, senang bermain,
dan kesederhanaan, keluguan serta kemarahan. Karakter-karakter tersebut adalah :

1. PANJI
Panji adalah tarian awal dengan mengenakan kedok berwarna putih. Gerakan
tariannya yang sangat halus, lembut, kontras dengan iringan musiknya yang riuh
rendah berirama cepat. Tarian ini merupakan gambaran kesucian hati seorang
manusia. Gerakan tariannya nyaris tak pernah mengangkat kaki, hanya tangan
yang nampak bergerak perlahan-lahan.

2. PAMINDO
Pamindo mengandung arti mido atau mindua. Tarian ini menggunakan kedok
berwarna yang sama dengan Panji, tetapi gerakannya lebih lincah dan sigap, suka
tertawa dan bermain-main. Topeng Pamindo adalah gambaran seorang remaja
yang sedang mencari jati diri dan mencari pengalaman hidup.

fam.faried@yahoo.co.id fam loom Page 3


Kesenian Cirebon – Jawa Barat

3. RUMYANG
Karakter ketiga adalah Rumyang, dengan kedoknya yang berwarna merah muda
sebagai gambaran seorang yang telah cukup dewasa dengan periang dan ganjen
(genit). Dalam tarian Rumyang, sesekali pelaku bodor dapat memotong tarian.
Dengan gaya humornya ia melontarkan kritikan, dan ketika dalang topeng
menantangnya untuk menari yang lebih bagus, dengan seenaknya bodor
mengenakan topeng (kedok) yang salah, memparodikan tariannya.

4. TUMENGGUNG
Topeng tumenggung menggunakan kedok berwarna merah gelap kecoklat-
coklatan, deengan hidung panjang mata bulat dan gerakan tariannya kuat dan
tegas. Tarian ini menggambarkan kepribadian yang bertanggung jawab, rasional,
dan dewasa. Dia adalah satu-satunya karakter yang mempunyai cerita / lakon,
yaitu seorang panglima kepercayaan raja yang diutus untuk menghentikan
pemberontakan Jinggananom. Oleh karena itu adegan tumenggung selalu diiringi
perang dengan Jinggananom yang mengenakan kedok bodor, lucu.

5. KELANA / RAHWANA
Kedoknya berwarna merah, menggambarkan sifat angkara murka, kasar, tamak,
dan tidak dapat mengendalikan diri. Karakter ini adalah karakter yang tidak ideal
bagi manusia. Tarian kelana ini memiliki gerakan yang lebih energik dan menarik
dari topeng-topeng yang lainnya. Juga tarian ini merupakan tarian yang paling
popular dimana para dalang yang menarikannya sering mendapat saweran dari
penontonnya.

fam.faried@yahoo.co.id fam loom Page 4


Kesenian Cirebon – Jawa Barat

TOPENG DALANG
Selain di Cirebon, bebntuk pertunjukan topeng dalang dikenal pula didaerah
Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura. Berbeda dengan topeng babakan, topeng
dalang merupakan “topeng besar” yang menampilkan lakon. Pertunjukan topeng
semacam kini membutuhkan waktu sehari penuh. Oleh karena itu disebut juga topeng
dinaan (Jawa, dina = hari). Pertunjukan ini disebut topeng dalang lebih disebabkan
menyajikan lakon yang dialog tokoh – tokohnya itu sendiri menggunakan kedok /
topeng penutup muka, seperti juga halnya topeng babakan.
Lakon cerita yang biasa ditampilkan dalam pertunjukan topeng dalang adalah
siklus Panji. Namun cerita ini bukan satu-satunya lakon yang menjadi icon topeng
dalang, sebab tidak jarang menyajikan lakon yang diambil dari cerita Ramayana dan
Mahabarata. Maka di Cirebon dikenal pula pertunjukan Wayang Wong atau Wayang
Topeng.
Sebelumnya cerita Panji telah lebih dahuluberkembang didaerah Jawa Tengah,
krena memang cerita ini merupakan cerita legenda masyarakat Jawa. Dalam
perkembangannya cerita Panji kemudian menyebar ke wilayah Jawa Barat (Cirebon).
Tokoh Panji merupakan tokoh yang paling memikat dan mampu bertahan lama sebagai
lakon topeng, sebab Panji digambarkan sebagai tokoh ideal, seorang ksatria sakti yang
halus budi bahasanya. Selain cerita Panji, dalam pertunjukan topeng dalang di Cirebon
dikenal pula lakon Jaka Bluwo, Jaka Penjaring dan sebagainya. Untuk mempetunjukan
lakon ini dibutuhkan sedikitnya 30 buah topeng / kedok.
Bila dilihat dari cara pementasannya, bentuk pertunjukan topeng dikenal pula
topeng barangan atau bebarang. Pertunjukan topeng ini dilakukan dengan cara
berkeliling dari desa ke desa, bahkan sampai ke beberapa kota yang tersebar di
wilayah Jawa Barat. Pada jaman dahulu topeng bebarang dilakukan pada saat
pekerjaan di sawah atau di ladang telah selesai, atau pada saat musim paceklik. Jenis
topeng yang dibawa berkeliling ke desa-desa adalah jenis topeng babakan, sebab
topeng babakan dapat ditampilkan tidak utuh / lengkap, bisa hanya menyajikan topeng
Tumenggung atau Kelana saja. Dengan demikian waktu pertunjukannya pun bisa lebih
singkat dan bisa terus berkeliling ke desa-desa lainnya.

fam.faried@yahoo.co.id fam loom Page 5


Kesenian Cirebon – Jawa Barat

STRUKTUR PERTUNJUKAN
Seperti telah disebutkan diawal, bahwa topeng Cirebon dilihat dari struktur dab
cara penyajiannya memiliki ciri-ciri yang berbeda, tergantung dimana topeng itu hidup
dan berkembang. Seperti gaya Slangit (termasuk kreyo) struktur penyajiannya berbeda
dengan gaya Ciliwung (termsauk Kali Anyar, Susukam dan Gegesik) bhkan gaya Losari
memliki gaya dan versi sendri.
Dalam peryunjukan topeng gaya Slangit, tarian yang disajikan diawali dengan
tarian Panji, kemudian berturut-turut tarian Samba / Pamindo, Rumyang,
Tumenggung, dan terakhir tari Kelana atau Rahwana, sedang gaya Ciliwung dan
Gegesik, topeng Rumyang yang dalam pertunjukan gaya Slangit disajikan pada urutan
ke-3, pada gaya Ciliwung disajikan pada urutan ke-4 atau ke-5. Sementara pertunjukan
topeng gaya Losari lebih mandiri, berbeda dengan penyajian topeng-topeng gaya
Slangit da gaya Ciliwung. Jenis tarian yang disajikannya adalah : tari Panji
Sutawinangun, tari Patih Jaya Badra, tari Jinggananom, tari Tumenggung Magangdiraja,
tari Kelana Bandopati dan terakhir tari Samba.
Secara umum struktur pertunjukan topeng Cirebon adalah diawali dengan
gending tatalu / gagalan, sajian tari pokok yakni tari lima wanda topeng, bodoran /
lawak sebagai adegan selingan, penyajian lakon dan ditutup dengan sajian lagu
Rumyang.

WAKTU DAN TEMPAT PERTUNJUKAN


Sebagaimana kesenian tradisional pada umumnya, topeng Cirebon dapat
ditamplkan disembarang tempat. Topeng Cirebon biasa ditampilkan dipinggir jalan,
tanah lapang, di atas panggung, atau bahkan ditanah pekuburan dalam acara ritual
ngunjung misalnya. Konteks pertunjukan topeng yang paling umum saat ini adalah
sebuah bentuk tonotonan / hiburan untuk merayakan upacara-upacara khitanan,
pernikahan, kehamilan, atau pada acara-acara yag sifatnya seremonial yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau pihak-pihak lembaga swadaya masyarakat.

fam.faried@yahoo.co.id fam loom Page 6


Kesenian Cirebon – Jawa Barat

Pertunjukannya itu sendiri, dewasa ini biasanya dimulai pada pukul 09.00 wib
dan berakhir pada pukul 15.00 wib. Namun, apabila dipentaskan dalam acara-acara
seremonial waktu pertunjukan dapt dipersingkat menjdi 1-2 jam, dan dapt dipentaskan
disembarang waktu, dalam hal ini waktu pertunjukan menjadi otoritas si pemangku
hajat, tergantung jadwal acara yang telah ditetapkan panitia pertunjukan.
Topeng Cirebon pada umumnya ditampilkan di atas arena (bila ada tanah lapang)
dikelilingi penonton. Disini antara pemain dan penonton tidak ada jarak, sehingga
kedua pihak (pemain dan penonton) dapat berinteraksi satu sama lain. Kemudian si
penari (dalang) topeng sering kali memakai atau mengganti kostum di depan penonton
dan mengenakan topeng / kedik saat menari.

BUSANA / KOSTUM
Busana / kostum yang digunakan dalam topeng Cirebon adalah sbagai berikut :
1. Baju lengan pendek 10. Katok / tutup rasa
2. Celana sontong 11. Badong
3. Kain panjang 12. Gelang
4. Kerudung juana 13. Sobrah / tekes
5. Soder / sampur 14. Kedok / topeng
6. K e c e 15. Sumping
7. D a s i 16. Ombyok
8. Guluh krah 17. Jenggel pet
9. Kalung mute 18. Keris

fam.faried@yahoo.co.id fam loom Page 7

Anda mungkin juga menyukai