Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Memilih Judul

Negara Indonesia telah menjadikan dirinya menjadi Negara hukum.

Negara hukum adalah konsep Negara yang bersandar pada keyakinan bahwa

kekuasaan Negara harus dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik.

Negara hukum mensyaratkan bahwa setiap tindakan dari negara haruslah

bertujuan untuk menegakkan kepastian hukum, dilakukan secara setara,

menjadi unsur yang mengesahkan demokrasi, dan memenuhi tuntutan akal

budi. Setiap warga Negara harus menyadari bahwa Indonesia adalah Negara

yang berdasarkan hukum bukan berdasarkan kekuasaaan. Sehingga semua

yang dilakukan di dalam berbangsa dan bernegara ini harus dilaksanakan

berdasarkan hukum dan aturan yang berlaku.

Aturan menentukan apakah suatu tindakan harus dilakukan atau tidak

harus dilakukan atau merujuk pada suatu tindakan yang harus dilakukan

dengan cara yang bersifat khusus, oleh karena itu suatu atura menjadi pedoman

mengenai apa yang seharusnya dilakukan atau seharusnya tidak dilakukan

(ought or ought not to do).1 Semua perarturan-perarturan yang berkaitan

dengan pelanggaran (overtredingen), kejahatan (misdrijven) diatur di dalam

Hukum Pidana

1
A’an Efendi dkk. 2017. Teori Hukum. Jakarta Timur: Sinar Grafika, hlm. 162

1
2

(Strafrecht) dan dimuat dalam suatu kitab undang-undang yang disebut

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) atau Weetboek van Strafrecht.2

Hukum Pidana ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-

pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap norma-norma hukum yang

mengenai kepentingan umum.3

Menurut Prof. Moeljatno, S.H. Hukum pidana adalah dari beberapa

bagian keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara, yang mengadakan

dasar-dasar aturan- aturan untuk:4

1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan,


yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa
pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut.
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan tersebut dapat dikenakan atau dijatuhi
pidana sebagaimana yang diancamkan.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang di sangka telah melanggar
larangan tersebut.

Menurut Profesor Simons, hukum pidana dibagi menjadi hukum pidana

dalam arti objektif atau strafrecht in objective zin dan hukum pidana dalam arti

subjektif atau strafrecht ini subjective zin.5

Hukum pidana dalam arti objektif adalah hukum pidana yang berlaku,

atau yang juga disebut sebagai hukum positif atau ius poenale. Hukum Pidana

dalam arti subjektif tersebut, oleh Professor Simons telah yakni Keseluruhan

2
Abintoro Prakoso. 2018. Pengantar Hukum Indonesia. Jawa Timur: LaksBang PRESSindo,
hlm. 143.
3
Ibid, hlm. 144.
4
Iman Syahal. Hukum Pidana Indonesia. https://eprints.um.ac.id/37760/3/jiptummpp-dgdt-
imamsyahal-49916-3-babii.pdf, diakses pada tanggal 22 Juli 2022
5
Muhammad Iqbal. Suhendar. Ali Imron. 2019. Hukum Pidana. Tangerang Selatan: Unpam
Press, hlm. 3.
3

dari larangan-larangan dan keharusan-keharusan, yang atas

pelanggarannya oleh Negara atau oleh suatu masyarakat hukum umum lainnya

telah dikaitkan dengan suatu penderitaan yang bersifat khusus berupa suatu

hukuman, dan keseluruhan dari peraturan-peraturan di mana syarat-syarat

mengenai akibat hukum itu telah diatur serta keseluruhan dari peraturan-

peraturan yang mengatur masalah penjatuhan dan pelaksanaan dari

hukumannya itu sendiri.

Dalam arti subjektif itu mempunyai dua pengertian, sebagai berikut:

a. Hak dari negara dan alat-alat kekuasaanya untuk menghukum, yakni

hak yang telah diperoleh dari peraturan-peraturan yang telah

ditentukan oleh hukum pidana dalam arti objektif;

b. Hak dari negara untuk mengaitkan pelanggaran terhadap peraturan-

peraturannya dengan hukum.

Hukum pidana dalam arti subjektif di dalam pengertian seperti yang

disebut terakhir di atas, juga disebut sebagai ius puniendi. Seiring dengan

perkembangan zaman, jenis kejahatan yang muncul dan berkembang semakin banyak.

Begitupun di Indonesia tidak seperti kejahatan pada dahulu. Ilmu pengetahuan,

teknologi telah berkembang dengan pesat sehingga mempengaruhi pola hidup,

budaya serta pola pikir manusia juga telah berkembang. Akibat dari perkembangan

dan globalisasi banyak penyesuaian atau orang orang yang mengadaptasi budaya

bangsa Negara lain, tidak kecuali juga pola kejahatan, ada juga kejahatan yang

berkembang dikarenakan gangguan jiwa seseorang. Akhir-akhir ini banyak kita

jumpai dimana seseorang mengalami gangguan jiwa terhadap seksual hal itu perlu

kita perhatikan. Akibat dari gangguan seksual itu timbul kejahatan-kejahatan yang
4

melanggar norma-norma serta system hukum di Indonesia. Gangguan seksual

merupakan kelainan perilaku seks seseorang yang tidak sesuai dengan norma agama,

norma hukum dan norma kesusilaan yang berlaku didalam masyarakat.6 Jenis-jenis

dari penyimpangan seksual yaitu:7

a. Homoseksual yaitu kelainan perilaku seksual dengan tertarik kepada

lawan jenisnya.

b. Transeksual yaitu penyimpangan seksual yang cenderung mengubah

karakteristiknya, misalnya perempuan yang ingin menjadi laki-laki

begitu juga sebaliknya.

c. Sadomasokisme yaitu adanya kepuasan seksual yang diperoleh

dengan menyakiti atau menyiksa pasanganya terlebuh dahulu.

d. Eksibisme atau eksibisionisme yaitu kepuasan seksual yang

diperoleh dengan memamerkan alat kelaminya dengan lawan

jenisnya.

e. Voyeurism yaitu perilaku seksual yang memperoleh kepuasan

seksual dengan melihat orang yang sedang telanjang.

Pada wanita maupun pria yang sudah dewasa seksualitas adalah prilaku

seseorang dalam menunjukan jati dirinya sesungguhnya sebagai pria ataupun

wanita. Prilaku seksual yang normal adalah prilaku yang dapat menyesuaikan

diri bukan hanya dimasyarakat teteapi juga tetapi juga dengan diri sendiri untuk

6
Cynthia Lova, 2020, “Psikolog Ungkap Pelaku Eksibisionisme Senang Divideokan
Korbanya”, https://megapolitan. kompas.com/read/2020/01/28/06284971/psikolog-ungkap-pelaku-
ekshibisionisme-senang-jika-divideokan-korbannya, diakses Jumat, 15 Maret 2022.
7
Taufiq Rohman Dhohiri et. al., 2007, “Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat”, Cetakan Ke-
2, Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm. 108-109.
5

mencapai kepuasan diri namun tidak menyimpang dari norma-norma. Normal

nya setiap orang memiliki fantasi seksual yang berbeda demi kepuasan diri

mereka sendiri dari waktu ke waktu mereka mengharapkan sesuatu yang

berbeda sehingga dapat membuat mereka terkejut dan mendapatkan kepuasan

yang baru dan lebih dari yang mereka harapkan. Beberapa fantasi dari manusia

ini ada yang berlebihan sehingga akibat dari fantasi mereka dapat

membahayakan orang lain.

Salah satunya adalah “Eksibisionisme”. Eksibisionisme merupakan salah satu

gangguan psikoseksual yang termasuk ke dalam kategori parafilia. Pelakunya akan

memperoleh kepuasan seksual dengan mempertontonkan alat kelaminnya pada orang

lain yang tidak menghendakinya. Dalam kajian kriminologi, perilaku ini termasuk ke

dalam penyimpangan seksual dan sering kali menimbulkan ketakutan di masyarakat,

bahkan tidak sedikit yang mengalami trauma.8

Kurangnya pengetahuan pihak berwajib dalam mengatasi kasus

eksibisionisme membuat pelaku terkadang luput dari jerat hukum, beberapa yang

menjadi korban tidak melakukan tindakan apapun Dn lebih memilih diam lalu

pergi dan menceritakan ke orang lain karena menganggap hal tersebut memalukan

sehingga tidak menjadikan perbuatan tersebut suatu yang perlu diperhatikan untuk

dimintai pertanggung jawaban.

Terjadi beberapa kasus pelaku melakukan aksinya dijalanan, pelaku

biasanya duduk diatas motor sambil mengeluarkan dan memegang alat

8
Nadia Utami Larasati. Paraphilia Exhibitionism between Sharia and La.
https://ejournal.iainkendari.ac.id/index.php/al-adl/article/view/1925, diakses pada tanggal 20 Maret
2022.
6

kemaluan nya sambil menunggu wanita yang lewat dan memamerkanya. Hal

tersebut membuat wanita yang melewati jalan menjadi resah dan takut. Seperti

yang terjadi di Singkawang.

Contoh kasusnya pada putusan Pengadilan Tinggi Negeri Singkawang

Nomor 40/Pid.sus/2021/PN Skw

Bahwa terdakwa Otniel Kwolomine pada hari Sabtu tanggal 16 November

2019 sekira pukul 12.00 Wib, hari Selasa tanggal 5 Mei 2020 sekira pukul

16.30 Wib dan pada hari Rabu tanggal 20 Mei 2020 sekira pukul 16.30 Wib

dan atau setidak-tidaknya pada antara tahun 2019 sampai dengan tahun 2020,

bertempat di jalan Alianyang Kelurahan Pasiran Kecamatan Singkawang Barat

Kota Singkawang, di Jalan Ratu Sepudak Kelurahan Sei Garam Hilir

Kecamatan Singkawang Utara Kota Singkawang dan di jalan Pemuda

Kelurahan Tengah Kecamatan Singkawang Barat Kota Singkawang.

Bahwa pada selasa tanggal 05 Mei 2020 sekira jam 14.00 Wib di Jl. Ratu

Sepudak Keluarhan Sei Garam Hilir Kecamatan Singkawang Utara Kota

Singkawang, pelaku sedang duduk diatas sepeda motor dan sedang berhenti

dipinggir jalan kemudian memegang alat kelaminnya yang dikeluarkan dari

celana dan digerakkan maju mundur dengan posisi mengarah kepada korban.

Bahwa pada Rabu tanggal 20 Mei 2020 sekira pukul 16.30 Wib di Jl.

Pemuda Kel. Tengah Kec. Singkawang Barat Kota Singkawang tepatnya

didepan kantor Pos Singkawang pelaku memperlhatkan alat kelamin dimuka

umum.
7

Bahwa pada Sabtu tanggal 16 November 2019 sekira pukul 12.00 Wib di

Jl. Alianyang tepatnya di Rizky Laundry samping Rumah makan Sambal

Dabu-Dabu Kel. Pasiran Kec. Singkawang Barat Kota Singkawang, laki-laki

tersebut melakukan onani karena sperma laki-laki tersebut keluar dan

mengenai tangan laki-laki tersebut kemudian laki-laki tersebut mengkibas-

kibaskan tangannya yang terkena sperma tersebut tepatnya dibunga yang ada

di pinggir jalan.

Menurut saksi yang dihadirkan oleh terdakwa atau biasa disebut saksi yang

meringankan (ad charge).

Bahwa saksi adalah istri terdakwa, menjelaskan terdakwa melakukan hal

tersebut dikarenakan adanya kelainan, ada kejanggalan pada diri terdakwa

sejak bulan Maret 2019, istri terdakwa sudah membawa terdakwa berobat dan

konsul ke psikolog pada bulan April 2020 dan bahwa terdakwa mengalami

beban penyakit gangguan prilaku parafillia yaitu eksibisionisme fetishisme

yang diderita terdakwa meskipun jiwanya normal setelah konsultasi ke

psikolog pada bulan April 2020 dan masih akan berlanjut untuk proses

pengobatan hingga mengalami kesembuhan, terdakwa juga seorang guru

namun terdakwa tidak pernah melakukan perbuatan tersebut kepada muridnya

maupun kepada sesama rekan guru disekolah.

Dalam hukum Pidana Indonesia pertanggung jawaban pidana menerapkan

asas legalitas yaitu tidak dapat dipidana seseorang tanpa adanya kesalahan

untuk dapat dipidana harus dilihat terlebih dahulu apakah perbuatan sesorang

tersebut mempunyai unsur kesalahan atau tidak, dalam hal ini apabila dikaitkan
8

dengan kasus eksibisionisme jelas bahwa pengidap eksibisionisme sendiri dapat

dipidana atas perbuatannya yang mengandung unsur kesalahan dan melawan

hukum.

Di Indonesia pelaku Eksibisionisme dapat dijerat Pasal dan dapat

dikenakan sanksi yang cukup berat baik sanksi badan maupun sanksi denda,

upaya yang dapat dilakukan dengan menjerat pelaku dengan Kitab Undang-

Undang Pidana (KUHP) Pasal 281 Buku XIV tentang Kejahatan Terhadap

Kesusilaan yang berbunyi :

1. diancam pidana barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar


kesusuilaan;
2. barangsiapa dengan sengaja dan didepan orang lain yang ada disitu
bertentangan dengan kehendaknya melanggar norma kesusilaan
dapat dipidana denganpidana penjara lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Secara lex specialis kejahatan eksibisionisme dapat dijerat juga dengan

Pasal 10 Undang-Undang No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi yang bunyi

nya ;

“setiap orang dilarang mempertontonkan dan atau orang lain dalam

pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan,

eksploitasi seksual pesenggaman atau yang bermuatan pornografi lainnya.”

Sedangkan ketentuan pidananya dapat dilihat pada Pasal 36 10 Undang-

Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi.

Atas dasar hukum diatas maka pihak berwajib atau pihak kepolisian

dapat menjerat pelaku eksibisionisme dan menindak pelakunya. Berkaitan

dengan hal tersebut pada Pasal 44 KUHP mengatur tentang bentuk tanggung

jawab yang berbunyi :


9

1. barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat


dipertanggungkan kepadanya karena jiwanya cacat dalam
pertumbuhan atau terganggu karena penyakit tidak dapat dipidana.
2. Jika ternyata perbuatan ini tidak dapat dipertanggungkan kepada
pelakunya karena pertumbuhan jiwanya cacat atau terganggu karena
penyakit, maka hakim dapat memerintahkan supaya orang itu
dimasukkan kerumah sakit jiwa, paling lama satu tahun sebagai
waktu pecobaan.
3. Ketentuan dalam ayat 2 harus berlaku bagi Mahkamah Agung
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri.

Dalam hal yang mana suatu perbuatan pelaku pengidap eksibisionisme

dapat dimintai pertanggung jawaban pidana karena perbuatannya terdapat

unsur kesalahan, namun di sisi lain pelaku eksibisionisme tidak dapat dimintai

pertanggung jawaban karena pelaku eksibisionisme mengalami gangguan

pertumbuhan kejiwaannya yang tidak dapat menahan diri meskipun pelaku

mengetahui dengan jelas perbuatanya melawan hukum. Dalam hal norma

samar (vage normen) inilah maka diperlukan interpresentasi hakim untuk

menggali nilai-nilai hukum agar dapat memenuhi rasa keadilan di dalam

masyarakat.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

mengangkat penulisan Hukum skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis

Pertanggung Jawaban Pidana Pelaku Eksibisionisme Dalam Hukum Pidana

Indonesia (Studi Putusan Pengadilan Negeri Singkawang No.

40/Pid.sus/2021/PN Skw)”

B. Rumusan Masalah.

1. Apakah putusan yang dijatuhkan hakim terhadap terdakwa sesuai dengan

tujuan hukum untuk kemanfataan dan keadilan?


10

2. Apakah pertimbangan hakim pada putusan Pengadilan Negeri

Singkawang No. 40/Pid.sus/2021/PN Skw sudah sesuai dengan

ketentuan di dalam peraturan perundang-undangan?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

Tujuan Penulis adalah untuk memahami tinjauan yuridis terhadap pelaku

eksibisionisme berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

1. Untuk Mengetahui putusan yang dijatuhkan hakim terhadap terdakwa

apakah telah sesuai dengan tujuan hukum untuk kemanfataan dan

keadilan.

2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam putusan Pengadilan

Negeri Singkawang No. 40/Pid.sus/2021/PN Skw apakah sudah sesuai

dengan ketentuan di dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam setiap penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan yang

dapat diambil dalam penelitian tersebut. Manfaat yang diharapkan

sehubungan dengan penelitian ini sebagai berikut:

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang

bermanfaat untuk mengetahui pertimbangan hakim terhadap pelaku

eksibisionisme apakah sudah sesuai dengan tujuan hukum untuk

kemanfaatan dan keadilan.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai infromasi dan referensi yang

diperlukan agar diperoleh dayaguna yang diperlukan bagi penegak

hukum demi terciptanya kepastian hukum dengan demikian akan tercapai

hukum yang berkadilan.


11

D. Metode penelitian.

1. Jenis Penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap atau yang sesuai dengan fokus isu hukum

yang akan dijawab peneliti, pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan kasus. 9 Pendekatan kasus (case approach) yang menjadi

objek penelitian adalah putusan hakim yang terkait dengan pertanggung

jawaban pidana pelaku eksibisionisme.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksplanatoris

analisis yaitu suatu penelitian yang menguji data yang diteliti tentang

putusan yang dijatuhkan terhadap terdakwa sesuai dengan tujuan hukum

untuk kemanfaatan dan keadilan dan pertimbangan hakim dalam

putusuan.

3. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian putusan pengadilan yang

dilakukan melalui studi putusan dikaitkan dengan pendekatan

perundang-undangan (statute approach) untuk mengetahui apakah

putusan hakim pengadilan sudah sesuai dengan perundang-undangan

dan asas-asas hukum.

4. Jenis Bahan Hukum.

a. Bahan Hukum Primer.

9
Bachtiar. 2018. Metode Penelitian Hukum. Tangerang Selatan: Unpam Press, hlm. 41.
12

1) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan

Hukum Pidana;

3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana.

4) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.

5) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kehakiman.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah dokumen atau bahan hukum

yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti

RUU, putusan pengadilan, buku, artikel, jurnal, hasil penelitian dan

makalah.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang bersifat

menunjang bahan hukum primer dan hukum skunder, yang terdiri

dari kamus hukum dan kamus bahasa Indonesia, yaitu mengartikan

istilah-istilah yang digunakan dalam penulisan skripsi.

5. Pengumpulan Bahan Hukum.

Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan studi dokumen

atau bahan pustaka dalam pengumpulan bahan hukum, yaitu dengan

mencari, membaca, mengkaji, menelaah, dan menganalisis putusan

pengadilan serta memandingkan sumber-sumber bahan sekunder,

kemudian menganalisis pendapat para pakar hukum pidana yang terdapat


13

dalam buku-buku maupun di internet yang mempunyai hubungan dengan

permasalahan yang sedang dibahas.

6. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum.

Pengolahan bahan yang peneliti lakukan adalah dengan bahan

yang diperoleh untuk menarik kesimpulan digunakan dengan cara

deskriptif analitis, yakni diperoleh dari putusan pengadilan, kepustakaan

maupun perundang-undangan, peneliti menganalisis bahan-bahan

hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dan

melakukan pembahasan terhadap permasalahan yang penulis teliti.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan Hukum ini memiliki 5 (lima) bab, antara lain Bab I

pendahuluan yang terdiri dari alasan memilih judul, rumusan masalah, tujuan

dan kegunaan metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II berupa Kasus Posisi, Dakwaan, Fakta Hukum, Amar Putusan.

Bab III berupa tinjauan pustaka, yaitu mengenai Tijauan Umum

Pertanggung Jawaban Pidana, Pengertian Eksibisionisme, Pengertian dan

Dasar Hukum Putusan Pengadilan.

Bab IV berupa analisis masalah apakah putusan yang dijatuhkan hakim

terhadap terdakwa sesuai dengan tujuan hukum untuk kemanfaatan dan

keadilan, serta pertimbangan hakim pada putusan Pengadilan negeri

Singkawang Nomor 40/Pid.sus/2021/PN Skw sudah sesuai dengan ketentuan

didalam perarturan perundang-undangan.


14

Bab V merupakan bagian penutup dari penulisan ini hingga diakhiri

dengan kesimpulan dan saran.


15

BAB II

KASUS POSISI

A. Dakwaan.

Menimbang, bahwa terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut

Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut:

Pertama:

Bahwa Terdakwa Otniel Kwolomine Alias Otis Anak Yordankwalomine

pada hari Sabtu tanggal 16 November 2019 sekira pukul 12.00 Wib, hari Selasa

tanggal 5 Mei 2020 sekira pukul 14.00 Wib dan pada hari Rabu tanggal 20 Mei

2020 sekira pukul 16.30 Wib dan atau setidak-tidaknya pada antara tahun 2019

sampai dengan tahun 2020, bertempat di jalan Alianyang Kelurahan Pasiran

Kecamatan Singkawang Barat Kota Singkawang, di jalan Ratu Sepudak

Kelurahan Sei Garam Hilir Kecamatan Singkawang Utara Kota Singkawang

dan di jalan Pemuda Kelurahan Tengah Kecamatan Singkawang Barat Kota

Singkawang atau setidak-tidaknya di suatu tempat lain yang masih termasuk

dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Singkawang, dengan sengaja

mempertontonkan diri atau orang lai dalam pertunjukan atau dimuka umum

yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi seksual, persenggamaaan

atau bermuatan pornografi lainnya, perbuatan mana dilakuukan terdakwa

dengan cara-cara dan rangkaian perbuatan sebagai berikut :

Bahwa pada waktu-waktu dan tempat sebagaimana tersebut di atas

terdakwa dari rumah dengan menggunakan sepeda motor berjalan-jalan di

sekitar kota Singkawang, dimana apabila terdakwa melihat ada perempuan di


16

pinggir jalan maka timbul niat terdakwa untuk melakukan onani sebagai bentuk

kepuasan nafsu terdakwa, dimana terdakwa kemudian mendekati wanita

tersebut dengan jarak kurang lebih 5 (lima) meter lalu dengan cara terdakwa

duduk diatas sepeda motor kemudian bertahan dengan menggunakan tangan

kiri selanjutnya dengan posisi kaki kanan dimotor kemudian terdakwa

gantngkan distang sebelah kanan sepeda motor, selanjutnya terdakwa

menggunakan tangan sebelah kanan terdakwa mengeluarkan alat kelamin

terdakwa dan menggerakkannya maju mundur terkadang sampai

mengeluarkan cairan sperma yang berarti terdakwa telah mencapai kepuasan

klimaks sedangkan tangan kii terdakwa memegang handphone untuk berpura-

pura menlpon.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

36 jo Pasal 10 UU No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi.

Atau

Kedua:

Bahwa ia terdakwa Otniel Kwolomine alias Otis anak Yordankwalomine

pada hari Sabtu tanggal 16 November 2019 sekira pukul 12.00 Wib, hari Selasa

tanggal 5 Mei 2020 sekira pukul 14.00 Wib dan pada hari Rabu tanggal 20 Mei

2020 sekira pukul 16.30 Wib dan atau setidak-tidaknya pada antara tahun 2019

sampai dengan tahun 2020, bertempat di jalan Alianyang Kelurahan Pasiran

Kecamatan Singkawang Barat kota Singkawang, di jalan Ratu Sepudak

Kelurahan Sei Garam Hilir Kecamatan Singkawang Utara Kota Singkawang

dan di jalan Pemuda Kelurahan Tengah Kecamatan Singkawang Barat Kota


17

Singkawang atau setidak-tidaknya di suatu tempat lain yang masih termasuk

dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Singkawang, dengan sengaja

melanggar kesusilaan dimuka umum yang dilakukan secara berlanjut,

perbuatan yang dilakukan terdakwa dengan cara-cara dan rangkaian perbuatan

sebagai berikut :

Bahwa pada waktu-waktu dan tempat sebagaimana tersebut di atas

terdakwa dari rumah dengan menggunakan sepeda motor berjalan-jalan di

sekitar kota Singkawang, dimana apabila terdakwa melihat ada perempuan di

pinggir jalan maka timbul niat terdakwa untuk melakukan onani sebagai bentuk

kepuasan nafsu terdakwa, dimana terdakwa kemudian mendekati wanita

tersebut dengan jarak kurang lebih 5 (lima) meter lalu dengan cara terdakwa

duduk diatas sepeda motor kemudian terdakwa mematikan sepea motor dan

tanpa menggunakan stndar sepea motor kemudian bertahan dengan

menggunakan tangan kiri selanjutnya dengan posisi kaki kanan dimotor

kemudian terdakwa menggunakan kantong plastik sebagai pelindung yang

terdakwa menggunakan tangan sebelah kanan terdakwa terdakwa

mengeluarkan alat kelamin terdakwa dan menggerakkannya maju mundur

terkadang sampai mengeluarkan cairan sperma yang berarti terdakwa telah

mencapai kepuasan atau klimaks sedangkan tangan kiri terdakwa memegang

handphone untuk berpura-pura menelepon.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

281 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP.


18

Menimbang, bahwa atas surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum tersebut,

Penasihat Hukum terdakwa tidak mengajukan keberatan/Eksepsi ;

Menimbang, bahwa dipersidangan telah didengar saksi-saksi, yang

dibawah sumpah, masing-masing pada pokoknya menerangkan sebagai

berikut:

1. Saksi Kartika.

− Bahwa peristiwa pornografi terjadi pada hari Selasa tanggal 05 Mei 2020
sekira jam 14.00 Wib di Jl. Ratu Sepudak Kelurahan Sei Garam Hilir
Kecamatan Singkawang Utara Kota Singkawang tepatnya di depan
warung kopi tempat saksi berjualan.
− Bahwa saksi melihat seorang laki-laki yang sedang duduk di atas sebuah
sepeda motor dan sedang berhenti dipinggir jalan kemudian memegang
alat kelaminnya yang dikeluarkan dari celana dan digerakkan maju
mundur dengan posisi mengarah kepada saksi.
− Bahwa jarak antara saksi dengan terdakwa yang mengeluarkan alat
kelaminnya ketika itu kurang lebih 5 meter dan tanpa dihalangi apapun.
− Bahwa saksi tidak tahu dan tidak kenal dengan terdakwa.
− Bahwa ketika saksi melihat laki-laki yang melakukan onani tersebut saksi
sedang memegang handphone, dan ketika itu dengan rasa takt, saksi
meberanikan diri untuk merekam peristiwa itu dengan rasa takut, saksi
memberanikan diri untuk merekam peristiwa tersebut namun didalam
rekaman tersebut terdakwa tidak sampai selesai melakukan onani karena
terdakwa mengetahui jika saksi merekamnya sehingga terdakwa cepat-
cepat pergi.
− Bahwa selain saksi tidak ada orang lain yang melihat seorang laki-laki
tersebut melakukan onani dihadapan saksi.
− Bahwa pada saat itu terdakwa menggunakan masker warna hitam
menggunakan helm standart warna putih dengan corak biru dan
menggunakan baju kaos kerah warna putih dengan corak biru dan
19

menggunakan baju kaos kerah warna orange serta menggunakan celana


kain panjang warna agak gelap.
− Bahwa terdakwa menggunakan sepeda motor matic namun saksi tidak tahu
merk nya berwarna hijau list kuning.
− Bahwa saksi dalam kondisi takut dan hanya saksi sendiri yang melihat
peristiwa pornografi tersebut dan secara kebetulan saksi sedang
memegang handphone kemudian saksi merekam peristiwa tersebut agar
dapat saksi jadikan bukti dalam persidangan.
− Bahwa benar sepeda motor metic merk Yamaha Mio Soul GT warna hijau
KB 5632 TT adalah sepeda motor yang digunakan tedakwa yang telah
melakukan onani dipinggir jalan.
− Bahwa laki-laki tersebut ketika melakukan onani dipinggir jalan raya
hanya seorang diri.
− Bahwa setelah diperlihatkan barang bukti berupa sepeda motor dan helm
didepan persidangan saksi membenarkan sepeda motor dan helm
tersebutlah yang sedang dipergunakan terdakwa pada saat itu.
− Bahwa terdakwa melakukan perbuatan tersebut di tempat umum dan siapa
saja lewat bisa saja melihatnya.
− Bahwa saksi melakukan perekaman vidio dengan durasi kurang lebih 2
atau 3 menit;
− Bahwa setelah melakukan rekaman tersebut saksi ada memposting di
media sosial Facebook;
− Bahwa terdakwa tidak ada secara langsung disentuh atau dilecehkan,
memegang, atau sejenis lainnya dengan cara apapun terhadap saksi selain
duduk diatas sepeda motor Terdakwa.
− Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak
keberatan dan membenarkannya.
2. Saksi Nia Rahmawati ALS Nia Binti Abu Bakar Musa.

− Bahwa terdakwa memperlihatkan alat kelamin dimuka umum tersebut


terjadi pada hari Rabu tanggal 20 Mei 2020 sekira pukul 16.30 Wib di Jl.
20

Pemuda Kel. Tengah Kec. Singkawang Barat Kota Singkawang tepatnya


didepan Kantor Pos Singkawang atau diwilayah taman burung
Singkawang.
− Bahwa saksi tidak kenal dengan terdakwa, terdakwa seorang laki-laki yang
dari postur tubunya seperti agak tua dan ketika itu menggunakan masker
warna hitam.
− Bahwa saksi melihat, seorang laki-laki duduk diatas sepeda motor dan
dalam keadaan berhenti kemudian dengan menggunakan tangan kanannya
mengeluarkan alat kelaminnya dan kemudian dipegang dan digerakan
dengan posisi mengarah didepan saksi.
− Bahwa ketika terdakwa tersebut memperlihatkan alat kelaminnya, saat itu
saksi sendiri yang melihatnya namun ada orang lain yang berjumlah dua
orang tidak jauh dari saksi juga tidak kenal dengan laki-laki yang berada
disamping saksi tersebut, namun saksi sempat memberitahu setelah
kejadian tersebut ke dua orang laki-laki yang tidak saksi kenal dan sempat
kedua laki-laki tersebut mau mengejar terdakwa namun terdakwa telah
menghilang.
− Bahwa saksi ada sempat mengambil gambar/memfoto peristiwa tersebut
secara diam-diam dengan tujuan sebagai bukti adanya perbuatan tersebut
yang akan saksi laporkan kepada pihak kepolisian.
− Bahwa pada hari Rabu tanggal 20 Mei 2020 sekira pukul 16.30 WIB saksi
tiba di depan Kantor Pos Singkawang atau wilayah taman burung tepatnya
di Jl. Pemuda Kel. Tengah Kec. Singkawang Barat kota Singkawang
dengan tujuan untuk bertemu seorang teman dalam hal transaksi jual beli
online, dan ketika itu saksi sedang duduk disepeda motor milik saksi
dengan posisi parkir ke arah jalan raya dan tidak lama datang seorang laki-
laki menggunakan sepeda motor matic dan menggunakan helm kemudian
bermasker berhenti dihadapan saksi dengan jarak kurang lebih empat
meter dan ketika itu saksi tidak terlalu memperlihatkan kemudian tidak
ama saksi melihat kearah yang dilakukan oleh laki-laki tersebut yaitu
mengeluarkan alat kelaminnya menggunakan tangan kanan dan
21

menggerakkannya, ketika itu saksi dengan sembunyi-sembunyi memfoto


orang tersebut dan memberitahukan kejadian tersebut kepada seorang laki-
laki yang berada tidak jauh disamping saksi, dan ketika saksi
memberitahukan kejadian tersebut kepada laki-laki disamping saksi, orang
yang memperlihatkan kelaminnya langsung tancap gas dan langsung pergi.
− Bahwa jarak saksi dengan terdakwa waktu kejadian sekitar kurang lebih 4
meter.
− Bahwa terdakwa melakukan onani dengan durasi kurang lebih 1 sampai 4
menit.
− Saksi menerangkan bahwa saksi mengambil gambar/memfoto peristiwa
tersebut yang akan saksi laporkan kepada pihak kepolisian dan karena
pada saat kejadian saksi tidak ada teman atau saksi lain yang melihat
peristiwa tersebut.
− Bahwa saksi juga ada melakukan sebuah postingan yang dapat diketahui
khalayak ramai dimedia sosial Facebook pada laman Group Singkawang
Informasi.
− Bahwa saksi mengambil sebuah gambar/foto tersebut, tidak pada hari itu
juga saksi melaporkan ke pihak Kepolisian Namun barulah keesokan
harinya saksi melaporkan kepada pihak Kepolisian juga setelahsaksi
melakukan sebuah postingan di media sosial Facebook tersebut.
Menimbang, bahwa keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak keberatan

dan membenarkannya.

3. Saksi Marnia ALS Nia Binti Marwani.

− Bahwa saksi menyaksikan peristiwa pornografi terjad pada hari Sabtu


tanggal 16 November 2019 sekira jam 12.00 Wib di Jl. Alianyang tepatnya
di Rizky Laundry samping rumah makan Sambal Dabu-Dabu Kel. Pasiran
Kec. Singkawang Barat Kota Singkawang.
− Bahwa peristiwa pornografi yang saksi alami yaitu saksi melihat seorang
laki-laki dengan sengaja sedang melakukan onani hingga selesai didepan
saksi.
22

− Bahwa ketika laki-laki tersebut melakukan onani, posisi saksi ketika itu
sedang duduk dikursi yang ada meja tempat saksi menerima pemesanan
laundry, dan posisi meja sebelah pintu ruko, saksi duduk menghadap
dinding dan jalan raya berada disebelah kanan saksi, kemudian saksi
mlihat laki-laki tersebut menggunakan sepeda motor berhenti dipinggir
jalan dan berjarak lebih kurang lima meter dari tempat duduk, namun
ketika itu saksi tidak memperhatikan karena sedang bermain hendphone
namun karena saksi heran kenapa laki-laki tersebut berhenti agak lama
selanjutnya saksi melihat laki-laki tersebut sedang memegang kelaminnya
menggunakan tangan kanan dengan cara menggenggam dan bergerak
maju mundur sepeti orang melakukan onani hingga selesai selanjutnya
laki-laki tersebut langsung pergi.
− Bahwa laki-laki yang melakukan onani tersebut ketika itu sedang duduk
diatas sepeda motor yang sedang berhenti dan tidak diparkir namun saksi
tidak tahu sepeda motor tersebut sedang menyala atau mati, ketika itu laki-
laki tersebut berhenti dipinggir jalan raya yang mana ramai orang
berkendara.
− Bahwa saksi tidak pernah bertemu dan tidak mengenal laki-laki yang
melakukan onani dipinggir jalan tersebut, dan yang saksi lihat laki-laki
tersebut menggunakan baju kaos biru celana panjang seperti training,
berbadan gemuk warna kulit hitam dan saksi tidak terlalu melihat wajah
laki-laki tersebut.
− Bahwa ketika saksi melihat laki-laki yang melakukan onani tersebut saksi
sedang memegang handphone, dan ketika itu dengan rasa takut saksi
memberanikan diri untuk merekam peristiwa tersebut selama lebih kurang
19 detik namun didalam rekaman tersebut tidak merekam hingga laki-laki
tersebut selesai onani dikarenakan saksi takut laki-laki tersebut melihat
saksi.
− Bahwa saksi melihat dengan jelas laki-laki tersebut selesai melakukan
onani karena sperma laki-laki tersebut keluar dan mengenai tangan laki-
laki tersebut kemudian laki-laki tersebut mengibas-ngibaskan tangannya
23

yang terkena sperma kearah bunga yang ada disamping laki-laki tersebut
tepatnya di bunga yang ada dipinggir jalan.
− Bahwa selain hari sabu tanggal 16 November 2019, saksi ada melihat laki-
laki dengan ciri yang sama dan mengendarai kendaraan yang sama serta
helm yang sama berhenti lagi tepat didepan ruko tempat saksi bekerja
namun tidak sempat melakukan onani karena saksi langsung lari
kebelakang kemudian laki-laki tersebut langsung pergi yaitu pada hari
Sabtu tanggal 23 November 2019 sekira jam 14.45 Wib.
− Bahwa laki-laki tersebut mengendarai sepeda motor matic namun saksi
tidak tahu merknya, berwarna hitam lis hijau.
− Bahwa saksi dalam kondisi takut dan hanya saksi sendiri yang melihat
peristiwa pornografi teersebut dan secara kebetulan saksi sedang
memegang handphone kemudian saksi merekam peristiwa tersebut agar
dapat saksi saya jadikan bukti untuk melaporkan peristiwa tersebut ke
Polres Singkawang.
− Bahwa saksi telah melaporkan peristiwa pornografi tersebut di Polres
Singkawang dalam bentuk pengaduan pada tanggal 23 November 2019.
− Bahwa benar sepedah motor metic merk Yamaha Mio Soul GT warna
hijau adalah sepeda motor yang digunakan laki-laki yang telah melakukan
onani dipinggir jalan.
− Bahwa laki-laki tersebut ketika melakukan onani dipinggir jalan raya
hanya seorang diri.
− Bahwa ketika itu hanya saksi yang melihat laki-laki tersebut melakukan
onani dan saksi tidak tahu apakh orang lain yang lewat melihat atau tidak.
− Bahwa benar sepeda motor dan helm yang diperlihatkan didepan
persidangan adalah kendaraan dan helm yang digunakan pelaku ketika
melakukan onani didepan saksi;
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak

keberatan dan membenarkannya.


24

Menimbang, bahwa juga didengarkan juga keterangan saksi ahli dibawah

sumpah.

4. Ahli Hj. Yenny As. S.H,.M.H

− Bahwa Pendidikan Ahli yaitu S1 dan S2 hukum, sertifikat ahli tergabung


dalam masyarakat hukum pidana dan kriminologi (MAHUPIKI) dan
Asosiasi Pengajar Hukum dan Viktimologi Indonesia (APVI).
− Bahwa Ahli menerangkan Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi,
foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan,
gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media
komunikasi dan/atau pertunjukan dimuka umum, yang memuat kecabulan
atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam
masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 UU No. 44 tahun 2008
tentang Pornografi.
Bahwa Ahli menerangkan bahwa unsur Pasal 36 Jo Pasal 10 UU No. 44

Tahun 2008 tentang Pornografi adalah :

1. Setiap orang, maksud dari kata “setiap orang”adalah”orang


perseoangan atau korporasi, baik yang berbadan hukum aupun
yang tidak berbadan hukum sebagaimana tertuang di dalam
ketentuan Pasal 1 angka 3 UU Nomor 44 Tahun 2008 tentang
Pornografi.
2. Mempertontonkan diri atau orang lain, yaitu suatu rangkaian
peristiwa atau perbuatan yang dilakukan setiap orang sehingga
dapat dilihat oleh orang lain atau khalayak ramai, baik dirinya
sendiri atau orang lain.
3. Dalam pertujukkan atau di muka umum, perbuatan mana
dilakukan dihadapan umum atau di tempat yang dapat dilihat oleh
orang lain secara terbuka.
4. Yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi seksual,
persenggamaan, yaitu perbuatan mempertontonkan diri sendiri
25

atau orang lain tersebut menggambarkan suatu aksi pornografi,


perbuatan mana berupa menggambarkan ketelanjangan yaitu
mempertontonkan tubuh dalam ketelanjangan tanpa busana atau
erotica tubuh, mengeksploitasi seksuall seperti merabah buah dada
peempuan, meraba tempat kemaluan wanita, memperlihatkan
anggota kemaluan wanita atau pria, berciuman, kecabulan
dan/atau erotika dimuka umum, seperti bersetubuh.
5. Atau yang bermuatan pornografi lainnya, mencakup misalnya
kekerasan seksual, masturbasi, atau onani.
Bahwa ahli menerangkan ciri-ciri atau unsur yang bermuatan
pornografi lainnya, sebagaimana dalam penjelasan UU Pornografi adalah
mencakup misalnya kekerasan seksual, masturbasi, atau onani.
Bahwa ahli menerangkan perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa

Otniel Kwalomine Als Otis yang melakukan onani dihadapan orang lain di

depan Kantor Pos atau Taman Burung Kota Singkawang dapat disangka

melakukan perbuatan yang bermuatan pornografi lainnya sebagaimana

dimaksud dengan ketentuan Pasal 36 Jo Pasal 10 UU RI No. 44 Tahun 2008

tentang Pornografi.

Dasar pengenaan ketentuan Pasal 36 Jo Pasal 10 UU RI No. 44 tahun

2008 tentang Pornografi tersebut karena rangkaian perbuatannya memenuhi

unsur-unsur Pasal tersebut, yaitu :

1) Setiap orang adalah oleh terdakwa Otniel Kwalomine Als Otis


2) Mempertontonkan diri atau orang lain; yaitu perbuatan mana dilakukan
oleh terdakwa Otniel Kwalomine Als Otis mempertontonkan dirinya
sendiri untuk dilihat orang lain di depan kantor Pos atau Taman Burung
Kota Singkawang tepatnya di pinggir jalan Pemuda Kel. Condong Kec.
Singkawang Tengah Kota Singkawang;
26

3) Dalam pertunjukan atau dimuka umum; yaitu perbuatan mana


dilakukan oleh Terdakwa Otniel Kwalomine Als Otis
mempertontonkan dirinya sendiri untuk dilihat orang lain di depan
kantor pos atau taman kota Singkawang tepatnya di pinggir jalan
Pemuda Kel. Condong Kec. Singkawang Tengah Kota Singkawang di
pinggir jalan mana dikategorikan sebagai suatu tempat di muka umum;
4) Yang menggambarka ketelanjangan, eksploitasi seksual,
persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi lainnya; dimana unsur
ini terpenuhi dilandasi pada penjelasan Pasal 10 UU Nomor 44 Tahun
2008 tentang Pornografi, bahwa yang dimaksud dengan perbuatan yang
bermuatan pornografi lainnya termasuk diantaranya di sini adalah
perbuatan masturbasi, onani. Oleh karena terdakwa Otniel Kwalomine
Als Otis telah melakukan onani di hadapa orang lain di pinggir jalan
pemuda Kel. Condong Kec. Singkawang Tengah Kota Singkawang,
maka perbuatan tersebut telah memenuhi unsur.
Saksi ahli menerangkan bahwa Pasal 281 KUHP mengatur,

diancam dengan pidana barang siapa (1) dengan sengaja melanggar

kesusilaan dimuka umum; (2) dengan sengaja melanggar kesusilaan di

hadapan orang lain yang hadir di situ bukan karena kehendaky sendiri.

Rumusan Pasal 281 KUHP tersebut setidaknya memiliki 3 unsur, yaitu :

1. Adanya perbuatan melanggar kesusilaan;


Kata “melanggar” dalam frasa “melanggar kesusilaan” tidak ada
hubungannya dengan kata “pelanggaran” asal kata dari overtredingen
(jenis-jenis delik dalam buku II KUHP), melainkan melakukan sesuatu
perbuatan yang dilarang. Melanggar kesusilaan suatu rumusan perbuatan
yang bersifat abstrak, tidak konkrit. Isi atau wujud konkritnya tidak dapat
ditentukan, karena wujud konkritnya ada sekian banyak jumlahnya,
bahkan tidak terbatas. Wujud perbuatan baru dapat diketahui manakala
perbuatan itu telah terjadi secara sempurna. Misalnya : bertelanjang,
27

berciuman, memegang alat kelaminnya atau alat kelamin orang lain,


memegang buah dada perempuan, memperlihatkan penisnya atau
vaginanya dan lain sebagainya.
2. Secara terbuka;
Unsur ini mensyaratkan, bahwa perbuatan tersebut dilakukan di
muka umum artinya perbuatan yang melanggar kesusilaan tersebut harus
sengaja dilakukan ditempat yang dapat dilihat atau didatangi orang banyak,
misalnya di pinggir jalan, digedung bioskop, di pasar, dan sebagainya. Atau
pada ayat (2) Pasal ini, juga mengandung unsur di hadapan orang lain yang
hadir di situ bukan karena kehendaknya sendiri: artinya perbuatan sengaja
merusak kesopanan dimuka orang lain (seorang sudah cukup ada disitu dan
tidak dengan kemauannya sendiri, maksudnya tidak perlu dimuka umum,
dimuka seorang lain sudah cukup, asal orang ini tidak menghendaki
perbuatan itu. Itu artinya yang dimaksud dengan tempat terbuka adalah
tempat yang dapat dilihat atau didatangi oranag banyak. Dengan demikian
unsur “terbuka” atau “secara terbuka” (openbaar atau hampir sama dengan
openlijk) ialah disuatu tempat dimana umum dapat mendatangi tempat itu
atau disutau tempat yang dapat dilihat, didengar, atau disaksikan oleh umum
(yang berada ditempat itu atau ditempat lainnya).
3. Kesalahan dengan sengaja;
Unsur kesengajaan ini adalah yang paling sederhana, yaitu
perbuatan pelaku memang dikehendaki dan ia juga menghendaki (atau
membayangkan) akibatnya yang dilarang. Kalau akibat yang dikehendaki
atau dibayangkan ini tidak akan ada, ia tidak akan melakukan berbuat.
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi ahli tersebut, terdakwa tidak

berkeberatan dan membenarkannya.

Menimbang, bahwa terdakwa menghadirkan saksi yang meringankan atau

ad charge.

1. Saksi Rika Dewi


28

− Bahwa saksi merupakan istri dari terdakwa.


− Bahwa saksi mengetahui kebiasaan terdakwa yang selalu melakukan
onani di depan perempuan dan di depan umum.
− Bahwa terdakwa melakukan hal tersebut karema terdakwa mengalami
kelainan.
− Bahwa saksi sudah pernah membawa terdakwa untuk berobat dan konsul
ke psikolog.
− Bahwa pekerjaan terdakwa adalah sebagai seorang guru.
− Bahwa kelainan terdakwa yang saksi maksud adalah kelainan seks dan
suka berfantasi dengan wanita-wanita.
− Bahwa saksi membawa terdakwa berobat dan berkonsultasi pada sekitar
bulan April 2020.
− Bahwa sebagai seorang guru namun terdakwa tidak pernah melakukan
perbuatan kelainan nya tersebut kepda muridnya maupun kepada sesama
rekan guru disekolah
− Bahwa setelah saksi mengetahui perbuatan tersebut saksi selalu
menanyakan kepada terdakwa tentang perbuatan terdakwa tersebut namun
terdakwa tidak pernah menanggapi dan hanya diam saja.
− Bahwa saksi merasa ada kejanggalan kepada diri terdakwa sejak bulan
Maret 2019.
− Bahwa terdakwa setelah bercerita dan mengetahui keluhan penyakit dari
terdakwa, maka saksi sepakat untuk mengobati terdakwa.
− Bahwa saksi sudah pernah membawa terdakwa untuk berobat trsebut ke
RS.Jiwa Prov Kalbar lalu diarahkan ke Psikolog untuk konsultasi terlebih
dahulu.
− Bahwa terdakwa mengalami beban penyakit gangguan prilaku Paraphillia
yaitu Eksibisionisme fetishisme yang diderita terdakwa meskipun jiwanya
normal setelah konsultasi ke Psikolog Bulan April 2020 dan masih terus
akan berlanjut untuk proses pengobatan terdakwa hingga mengalami
kesembuhan
29

− Bahwa terdakwa telah mendapatkan HASIL PEMERIKSAAN


PSIKOLOGI dan HASIL PEMERIKSAAN TES PSIKOMETRIK MMPI-
2 RF atas nama terdakwa dari AHLI PSIKOLOG
− Bahwa terdakwa tidak pernah melakukan perbuatannya baik terhadap
murid-muridnya ataupun kepada rekan sesama guru di lingkungan sekitar
sekolah tempa terdakwa bekerja
− Bahwa terdakwa tulang punggung keluarga;
− Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa tidak
berkeberatan dan membenarkannya.
2. Saksi Ahli Aji Prayoga Marthans P.si, M. Psi

− Bahwa benar terdakwa pernah konsul kepada Ahli karena terdakwa merasa
ada kelainan yang dialaminya mengenai prilaku seks.
− Bahwa pertama kali terdakwa konsul kepada Ahli pada sekitar bulan April
tahun 2020 dan melakukan konseling lanjutan pada Juli 2020.
− Bahwa setelah konsul ke rumah sakit jiwa kemudian terdakwa lanjut
konseling di rumah.
− Bahwa setelah ahli periksa perbuatan yang dilakukan terdakwa tersebut
dilakukan di bawah kesadaran.
− Bahwa terdakwa juga menyadari bahwa perbuatan yang dilakukannya
tersebut adalah salah.
− Bahwa sehingga terdakwa datang kepada Ahli karena terdakwa sadar
mempunyai kelainan dan ingin sembuh atau berubah.
− Bahwa dari hasil konsultasi terdakwa menurut Ahli terdakwa mengalami
gangguan prilaku yang dilakukan dengan sadar.
− Bahwa gangguan prilaku yang dialami terdakwa ini bisa disembuhkan
dengan cara terapi dengan rutin.
Menimbang, bahwa atas disembuhkan, namun harus ditangani secara

intensif dan rutin.


30

Menimbang, bahwa dipersidangan terdakwa telah memberikan

keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut :

− Bahwa terdakwa melakukan perbuatan pornografi dengan cara melakukan


onani dimuka umum tepatnya dipinggir jalan raya pada hari Rabu tanggal
20 Mei 2020 sekira pukul 16.30 WIB di taman burung seberang kantor Pos
Singkawang tepatnya di Jl. Pemuda Kel. Tengah Kec. Singkawang Tengah
Kota Singkawang.
− Bahwa terdakwa melakukan onani dengan cara terdakwa duduk diatas
sepeda motor kemudian terdakwa mematikan sepeda motor dan tanpa
menggunakan standar sepeda motor kemudian bertahan dengan
menggunakan tangan kiri selanjutnya dengan posisi kaki kanan dimotor
kemudian Terdakwa menggunakan kantong plastik sebagai pelindung
yang terdakwa gantungkan distag sebelah kanan sepeda motor, selanjutnya
terdakwa menggunakan tangan sebelah kanan terdakwa menggeluarkan
alat kelamin terdakwa dan menggerakkannya maju mundur terkadang
sampai mengeluarkan cairan sedangkan pada saat di taman burung
terdakwa tidak sempat mengeluarkan cairan, sedangkan tangan kiri
terdakwa memegang handphone untuk berpura-pura menelpon.
− Bahwa ketika terdakwa melakukan onani didepan umumsaat itu terdakwa
melakukan didepan seorang perempuan.
− Bahwa terdakwa melakukan onani didepan seorang perempuan tersebut
terdakwa mendapatkan kepuasan.
− Bahwa terdakwa tidak tahu dan tidak kenal dengan seorang perempuan
tersebut namun yang terdakwa lihat bahwa perempuan tersebut seorang
perempuan dewasa menggunakan kerudung dan sedang duduk sendirian
diatas sepeda motor.
− Bahwa terdakwa sengaja melakukan onani didepan seorang perempuan
dewasa yang terdakwa maksud tersebut, dan terdakwa ketika melakukan
onani tersebut dalam keadaan sadar.
31

− Bahwa terdakwa melakukan onani didepan seorang perempuan dewasa


tersebut karena timbul hasrat ingin melakukan onani dan terdakwa merasa
puas melakukan onani ketika melihat perempuan dewasa tersebut.
− Bahwa ketika itu jarak terdakwa dengan perempuan tersebut sekira 4m s/d
5m (empat sampai dengan lima meter).
− Bahwa terdakwa menerangkan tidak ada kriteria khusus terhadap
perempuan dewasa yang dapat menimbulkan hasrat terdakwa untuk
melakukan onani, hasrat tersebut timbul ketika terdakwa melihat seorang
perempuan dewasa duduk sendiri dan maksimal berdua kemudian ketika
itu terdakwa langsung melakukan onani dihadapan peempuan dewasa
tersebut.
− Bahwa terdakwa melakukan onani selain yang ditaman burung atau
didepan kantor pos singkawang, terdakwa ada melakukan ditempat lain
yaitu sebanyak dua kali didepan mall singkawang tepatnya di Jl Alianyang
dan ketika itu didepan seorang perempuan yang duduk atau jaga didalam
kios laundry kejadian berbeda hari namun terdakwa tidak ingat pada hari,
tanggal bulan perkiraan ditahun 2019, satu kali didepan rumah makan
daerah sedau ketika itu ada seorang perempuan dewasa yang sedang
makan, dua kali didaerah Sungai Garam didepan seorang perempuan yang
sedang mandi didepa seorang perempuan yang sedang jaga warung kopi
yang terdakwa lakukan pada hari dan tanggal tidak ingat dibulan mei tahun
2020 dan terakhir sebanyak empat kali dilapangan tarakan terdakwa
lakukan sendiri tanpa ada perempuan dewasa ketika itu.
− Bahwa dari empat lokasi ada beberapa tempat terdakwa melakukan onani
tidak sampai mengeluarkan sperma, yaitu di sungai garam depan seorang
perempuan tersebut tidak terlalu mnetaap terdakwa dan karena terlalu
banyak lalu lalang kedaraan dan didepan kantor pos tedakwa tidak juga
mengeluarkan sperma karena perempuan dewasa tersebut akan
memebritahuka orang lain kemudian terdakwa langsung pergi, selanjutnya
yang tedakwa lakukan onani di depan Mall sebanyak dua kali hingga
mengeluarkan sperma karena terdakwa melihat dari kaca spio perempuan
32

dewasa tersebut seperti melihat terdakwa begitu juga yang didepan rumah
makan daerah sedau terdakwa melihat sepertinya perempuan dewasa
tersebut melihat terdakwa sehingga terdakwa merasa tersalurkan.
− Bahwa terdakwa melakukan onani ditempat lokasi yang berbeda tersebut
terdakwa melakukan onani ditempat lokasi yang berbeda terdakwa
melakukan dengan cara yang saa yaitu duduk diatas sepeda motor,
kemudian menutuoi engan menggunakan kantong plastic distang sebelah
kanan kemudian berpura-pura menelpon
− Bahwa sepeda motor yang terdakwa gunakan adalah sepeda motor jenis
Yamaha Mio GT warna hijau lis kuning ddengan nomor polisi KB 5632
TT.
− Bahwa ketika terdakwa melakukan onani didepan kantor pos singkawang
saat itu terdakwa menggunakan baju kaos kerah warna merah lis merah
putih, menggunakan celana warna hitam kain panjang, menggunakan helm
standar warna biru putih dan menggunakan motor merk Yamaha Mio GT
warna hijau lis kuning nomor polisi KB 5632 TT.
− Bahwa terdakwa membenarkan satu unit sepeda motor dengan merk
YAMAHA MIO SOUL GT warna hijau lis kuning dengan nomor polisi
KB 5632 TT yang diajukan didepan persidangan adalah sepeda motor
yang di gunakan ketika melakukan onani dimuka umum.
− Bahwa terdakwa membenarkan satu buah helm standar warna putih
dengan corak warna biru merk GM yang ditunjukan didepan persidangan
kepada terdakwa adalah helm yang saya gunakan ketika melakukan onani
dimuka umum.
Menimbang, bahwa telah juga diperlihatkan barang-barang bukti yakni

berupa :

− 1 (satu) unit sepeda motor merk YAMAHA, type 2SX, warna hijau, Noka

: MH3SE9010JJ373634, Nosin : E2RAE0596689, nomor polisi KB 5632


33

TT dengan BPKP atas nama ARMANSYAH KUDAIRI beserta satu anak

kunci.

− 1 (satu) buah helm merk GM warna putih dengan corak warna biru;

Menimbang, bahwa barang bukti tersebut telah disita sesuai dengan

ketentuan hukum yang berlaku dan dibenarkan keberadaannya oleh seluruh saksi

maupun terdakwa, sehingga dapat dijadika alat bukti sah dalam perkara ini;10

B. Fakta Hukum

Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang

diajukan diperoleh fakta-fakta hukum, sebagai berikut :

− Bahwa terdakwa melakukan perbuatan pornografi dengan cara melakukan


onanai dimuka umum tepatnya dipinggir jalan raya
− Bahwa terdakwa melakukan onanai pada tanggal 20 Mei 2020 sekira di
Jalan Pemuda Kel. Tengah Kec. Singkawang Kota Singkawang tepatnya
didepan Kantor Pos Singkawang atau masih diwilayah taman burung
Singkawang, pada tanggal 16 November 2019 sekira jam 12.00 WIB di
Jalan Aliayang tepatnya rizky laundry samping rumah makan sambal
dabu-dabu Kel. Pasiran Kec. Singkawang BARAT Kota Singkawang,
pada tanggal 05 Mei 2020 sekira jam 14.00 WIB di jalan Ratu Sepudak
Kelurahan Sei Garam Hilir Kecamatan Singkawang Utara Kota
Singkawang tepatnya di depan warung kopi tempat saksi kartika berjualan,
dan di daerah lainnya yang telah di akui oleh terdakwa.
− Bahwa cara terdakwa (onani) yakni mengeluarkan alat kelaminnya dari
dalam celana kemudian menggerakkan maju mundur dimana ada yang
sampai terdakwa mengeluarkan sperma dan tidak;
− Bahwa terdakwa melakukan onani didepan seorang perempuan tersebut
agar terdakwa mendapatkan kepuasan

10
Putusan Perkara Pidana Nomor 40/Pid.sus/PN Skw. Hlm. 3-17
34

− Bahwa terdakwa melakukan onani ditempat lokasi yang berbeda tersebut


terdakwa melakukan dengan cara yang sama yaitu duduk diatas sepeda
motor, kemudian menutupi dengan menggunakan kantong plastic distang
sebelah kanan kemudian berpura-pura menelpon.
− Bahwa ketika terdakwa melakukan onani didepan kantor pos singkawang
sat itu terdakwa menggunak baju kaos kerah warna merah lis merah putih,
menggunakan celana warna hitam kain panjang, menggunakan helm
standa warna biru putih dan menggunakan sepeda motor merk Yamaha
Mio GT warna hijau lis kuning dengan nomor Polisi KB 5632 TT.
− Bahwa ahli Yeni AS menerangkan perbuatan yang dilakukan oleh
terdakwa Otniel Kwalomine yang melakukan onani dihadapan orang lain
didepan kantor Pos atau Taman Burung Kota Singkawang tepatnya
dipinggir jalan Pemuda Kel. Condogn Kec. Singkawang Tengah Kota
Singkawang dapat disangka melakukan perbuatan yang bermuatan
pornografi lainnya sebagaimana dimaksud dengan ketentuan Pasal 36 Jo
Pasal 10 UU RI No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
− Bahwa terdakwa berprofesi sebagai guru
− Bahwa terdakwa tidak pernah melakuka perbuatan onani didepan murid-
muridnya ataupun rekan kerja.
− Bahwa terdakwa mengalami beban penyakit gangguan prilaku paraphillia
yaitu eksibisionisme fetishme yang diderita terdakwa meskipun jiwanya
normal.
− Bahwa terdakwa pernah diterapi sejak bulan April 2020.
− Menimbang, bahwa setelah diperoleh fakta-fakta yang terjadi
sebagaimana terurau di atas maka Majelis Hakim perlu mengkaji secara
yuridis atas perkara ini, apakah dakwaan Penuntut Umum yang
didakwakan kepada terdakwa dapat diterapkan pada fakta yang terjadi
tersebut atau tidak.
35

Menimbang, bahwa terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum dengan

dakwaan alternatif, yakni Pertama Pasal 36 Jo Pasal 10 UU No. 44 tahun

2008 tentang Pornografi, dengan unsur-unsur sebagai berikut :

1. Unsur Barang Siapa;

2. Unsur Dengan Siapa;

3. Unsur melakukan mempertontonkan diri atau orang lain dalam

pertunjukan atau dimuka umum yang menggambarkan

ketelanjangan, ekploitasi seksual, persenggamaan atau yang

bermuatan pornografi lainnya.

Menimbang, bahwa karena selama dipersidangan tidak dtemukan alsan-

alasan yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban terdakwa atas kesalahan

yang telah dilakukan baik alasan pembenar maupun alasan pemaaf, maka kepada

terdakwa harus dijatuhi pidana setimpal dengan kesalahannya tersebut ;

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dijatuhi pidana,maka

berdasarkan Pasal 222 ayat (1) KUHAP, terdakwa dibebanipula untuk

membayar biaya perkara yang besarnya sebagaimana dalam amar putusan

dibawah ini.

Menimbang, bahwa sebelum dijatuhkan pidana, Majelis Hakim terlebih

dahulu mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan yang mringankan

hukuman terdakwa sebagai berikut ;

Hal-hal yang memberatkan ;

1. Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat;

2. Terdakwa sebagai guru seharusya memberikan contoh yang baik.


36

Hal-hal yang meringankan ;

1. Terdakwa bersikap sopan dipersidangan

2. Terdakwa berterus terang dalam memberikan keterangan

3. Terdakwa tulang punggung keluarga.11

C. Amar Putusan.

Memperhatikan ketentuan Undang-undang dan perartura hukum

lainnya yang berkaitan dengan perkara ini, khususnya Pasal 36 Jo Pasal 10 UU

No 44 Tahun 2008 tentang pornogrfai dan Pasal 197 ayat (1) KUHAP serta

perarturan perundang-undangan hukum lainnya yang berkenaan dengan

perkara ini.

MENGADILI

1. Menyatakan terdakwa Otniel Kwolomine Als Otis Anak

Yordankwalomine terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana “dengan sengaja mempertontonkan eksploitasi

seksual”.

2. Menjatuhkan pidana kepada tedakwa Otniel Kwolomine Als Otis Anak

Yordankwalomine dengan pidana penjara selama 7 (tujuh) bulan.

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa, dikurangi

selurunya dari pidana yang dijatuhakan.

4. Menetapkan agar terdakwa tetap ditahan.

5. Menetapkan barang bukti berupa.

11
Putusan Perkara Pidana Nomor 40/Pid.sus/2020/PN Skw. Hlm. 18-24
37

− 1 (satu) unit sepeda motor mrk YAMAHA, type 2SX, warna hijau,

Noka : MH3SE9010JJ373634, Nosin : E3RAE0596689, nomor

Polisi KB 5632 TT dengan BPKB atas nama ARMANSYAH

KUDADIRI beserta satu anak kunci.

− 1 (satu) buah helm merk GM warna putih dengan corak warna biru

dikembalikan kepada Terdakwa.

6. Membebani terdakwa untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp.

5.000,- (lima ribu rupiah);12

12
Putusan Perkara Pidana Nomor 40/Pid.sus/2020/PN Skw. Hlm. 25-26.
38

BAB III

TINJAUAN PUSAKA

A. Tinjauan Umum Tindak Pidana.

1. Pengertian Tindak Pidana.

Hukum pidana merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang telah

berlaku di negara, yang memiliki dasar-dasar serta aturan-aturan tersebut:13

1. Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan, yang

dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu

bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.

2. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar

larangan tersebut dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang

telah diancam.

3. Menentukan dengan cara bagaimana penanganan pidana dapat dilaksanakan

apabila ada orang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Tindak Pidana adalah tindakan atau perbuatan pidana yang dilarang oleh

undang-undang dan diancam dengan pidana bagi yang melanggarnya.14 Para

ahli pidana menggunakan istilah tindak pidana, perbuatan pidana, atau

peristiwa pidana dengan istilah sebagai berikut:15

13
Moeljatno. 2009. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta, hlm 1.
14
Muhammad Ainul Syamsu. 2018. Penjatuhan Pidana. Depok: Prenadamedia Group, hlm
15.
15
Chairul Huda. 2015. Dari Tiada Pidan Tanpa Kesalaha. Jakarta: Prenamedia Group, hlm
27.
39

1) Simons berpendapat bahwa strafbaarfeit adalah perilaku yang diancam

dengan pidana, bersifat melawan hukum, dan berhubungan dengan

kesalahan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab.

2) Van Hamel berpendapat bahwa strafbaarfeit adalah perilaku orang yang

dirumuskan dalam undang-undang, bersifat melawan hukum, patut

dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.

3) Schaffmeister berpendapat bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan

manusia yang termasuk dalam ruang lingkup rumusan delik, bersifat

melawan hukum, dan dapat dicela.

4) Pompe, berpendapat starfbaarfeit secara teoritis dapat dirumuskan sebagai

suatu pelanggaran norma gangguan terhadap tertib hukum yang dengan

sengaja maupun tidak sengaja telah dilakukan oleh seseorang, dimana

penjatuhan terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya

tertib hukum dan terjaminnya kepentingan hukum.16

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana.

Unsur-unsur tindak pidana dibedakan dari dua sudut pandang yakni

pandangan teoritis dan pandangan perundang-undangan, teoritis artinya

pendapat dari para ahli hukum, sedangkan dari sudut undang-undang

adalah bagaimana kenyataan tindak pidana dirumuskan menjadi tindak

pidana tertentu dalam Pasal perarturan perundang-undangan yang ada.17

Menurut Simons, unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut:

16
Erdianto Effendi. 2014. Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar. Bandung; Pt. Refika
Aditama, hlm. 97.
17
Fitriani Wahyuni. 2017. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Tangerang; Pt. Nusantara
Persada Utama, hlm. 42.
40

B. Pengertian Pertanggung Jawaban Pidana

Pertanggung jawaban pidana dalam bahasa asing disebut

teorekenbaardheid atau criminal responbility yang menitik beratkan kepada

pelaku dengan maksud apakah dapat dipertanggung jawabkan atas suatu

tindakan yang telah dilakukan atau tidak. Tindak pidana tersebut memenuhi

unsur-unsur delik yang telah ditentukan undang-undang dilihat dari sudut

terjadinya tindakan yang dilarang tersebut. Apabila tindakan tersebut melawan

hukum serta tidak ada alasan pembenar atau peniadaan sifat melaawan hukum

untuk pidana yang dilakukannya, dilihat pula kemampuan bertanggung

jawabnya.

Pertanggung jawaban atau yang dikenal dengan konsep libality dalam

segi falsafah hukum,Roscoe Pound menyatakan bahwa pertanggung jawaban

pidana diartikan sebagai suatu kewajiban untuk membayar pembalasan yang

akan diterima pelaku dari seorang yang telah dirugikan.18

Menurut Van Hamel pertanggung jawaban pidana adalah suatu keadaan

normal psikis dan kemahiran yang membawa tiga macam kemampuan yaitu:

a. Mampu untuk dapat mengerti makna serta akibat sungguh-sungguh dari

perbuatan-perbuatan sendiri.

b. Mampu menginsyafi bahwa perbuatan-perbuatan itu bertentangan dengan

ketertiban masyarakat

c. Mampu untuk menentukan kehendak berbuat.19

18
Ramli Atmasasmita. 2000. Perbuatan Hukum Pidana. Bandung: Rajawali Pers, hlm 68.
19
Fitri Wahyuni., Op.cit. hlm 67.
41

Pemahaman kemampuan bertanggungjawab pidana harus

mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :

a. Menurut pompe kemampuan bertanggungjawab pidana harus

mempunyai unsur-unsur sebagai berikut.20

1. Kemampuan berfikir (psychisch) pembuat (dander) yang


memungkinkan ia menguasai pikirannya, yang memungkinkan ia
menentukan perbuatannya.
2. Oleh karena itu, ia dapat menentukan akibat perbuatannya;
3. Sehingga dapat menentukan kehendaknya sesuai dengan
pendapatnya.
b. Van Hamel, bahwa kemampuan bertanggung jawab adalah suatu

keadaan normalitas psychis dan kematangan, yang mempunyai tiga

macam kemampuan.21

1. Untuk memahami perbuatan sendiri.


2. Untuk menyadari perbuatannya sebagai suatau yang tidak
diperbolehkan oleh masyarakat dan;
3. Terhadap perbuatannya dapat menentukan kehendaknya.
c. G.A Van Hamel, menentukan syarat-syarat orang dapat

dipertanggungjawabkan adalah sebagai berikut.22

1. Jiwa orang harus mengerti dan sadar atas perbuatannya.


2. Orang harus menginsyafi bahwa perbuatannya menurut tata cara
kemasyarakatannya dilarang; dan
3. Orang harus dapat menentukan kehendaknya terhadap perbuatannya.

20
Wirjono Prodjodikoro. 1986. Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia. Bandung. PT Eresko.,
hlm. 55.
21
Fitri Wahyuni. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Op,cit., hlm. 68.
22
Ibid., hlm. 68.
42

Dalam Pasal KUHP, unsur-unsur delik dan unsur pertanggungjawaban

pidana tergabung dalam buku II dan III. Syarat pemidanaan sama dengan delik,

oleh karena itu dalam pemuatan unsur-unsur delik dalam penuntutan haruslah

dapat dibuktikan dalam persidangan. Pertanggungjawaban pidana menjurus

kepada pemidanaan petindak, jika telah melakukan suatu tindak pidana dan

memenuhi unsur-unsurnya yang telah ditentukan undang-undang. Seseorang

akan dipertanggungjawab pidanakan atas tindakan-tindakan tersebut apabila

tindakan tersebut bersifat melawan hukum. Dilihat pula dari sudut kemampuan

bertanggungjawab maka hanya seseorang “mampu dan sehat akal” yang dapat

dipertanggung jawab pidanakan.

Secara umum unsur-unsur pertanggungjawab pidana meliputi:

1. Mampu bertanggung jawab.

2. Kesalahan.

3. Tidak ada alasan pemaaf.

C. Tinjauan Umum Eksibisionisme.

1. Pengertian Eksibisionisme.

Eksibisionisme adalah gangguan mental/jiwa yang ditandai dengan

kecenderungan untuk menunjukkan hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti

alat kelamin kepada lawan jenis. Seorang eksibisionisme dapat berfantasi

secara seksual dan masturbasi ketika ia mengekspos alat kelaminnya tanpa

menyentuh korban.23 Eksibisionisme pada prinsipnya merupakan salah satu

23
Islamul Haq. M. Ali Rusdi Bedong. Abdul Syatar. Muhammad Majdy Amirullah.
Paraphilia Exhibitionism Between Sharia and Law : A Comparative Analysis. 2021. Artikel dalam
“Jurnal Studi Ilmu Hukum Islam dan Pranata Sosial”. No. 1. Vol. 14. Januari, hlm. 2-3.
43

penyimpangan dalam prefensi seksual atau paraphilia, paraphilia sendiri

adalah ketertarikan, fantasi-fantasi atau dorongan seksual yang bersifat

menetap yang melibatkan objek manusia, dan termasuk gangguan kejiwaan

yang cukup langka dimana adanya perilaku menyimpang,. Gangguan

eksibisionisme lebih sering terjadi pada laki-laki sementara korbannya

biasanya perempuan, baik anak di bawah umur maupun dewasa, dalam

diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM IV tahun

2000), gangguan eksibisionistik dikenal juga dengan eksibisionism

(ekhibitionism). Namun, sejak digantikan dengan Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders V (DSM V Tahun 2013), berubah namanya

menjadi gangguan eksibisionistik. Hal ini dilakukan untuk membedakan

eksibisionisme sebagai pola perilaku dan gangguan penyimpangan seksual atau

paraphillia.24

American Psychiatric Association (apa) menyebutkan ditemukannya

deviasi atau penyimpangan dalam ketertarikan bagi pelaku eksibisionsme,

dorongan atau perilaku seksual yang menyimpang harus berlangsung

setidaknya selama enam bulan dan menyebabkan distress yang signifikan.25

Gangguan eksibisionisme biasanya muncul ketika usia remaja setelah pubertas,

dorongan untuk memamerkan alat kelaminnya sangat kuat dan hampir tidak

dapat dikendalikan oleh penderitanya, terutama ketika mereka mengalami

kecemasan dan gairah seksual. Pada saat memamerkan alat kelaminnya,

24
Ayu Sri Wahyuni. 2017. “Mengenal Gangguan Eksibisionis”. Disertasi. Bali: Fakultas
Kedokteran Unud, hlm. 1
25
Ibid, hlm. 1
44

individu dengan gangguan eksibisisonis tidak memperdulikan konsekuensi

sosial dan hukum dari tindakannya.

Etiologi gangguan eksibisionisme sebagai bagian dari sindrom


paraphilia bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, yakni:26
a. Psikodinamika. Paraphilia dipandang sebagai tindakan defensif,
melindungi ego agar tidak menghadapi rasa takut dan memoeri yang
ditentukan dalam alam bawah sadar dan mencerminkan fiksasi di tahap
pra-genital (masa kanak-kanak) dalam perkembangan psikoseksualnya.
b. Behavioral dan Kognitif. Paraphilia ini disebabkan karena proses
belajar, yaitu melalui pengkondisian yang secara tidak sengaja
menghubungkan gairah seksual dengan stimuli yang tidak salah yang
dapat menimbulkan suatu perilaku seksual. Namun, sebagian besar teori
behavioral dan kognitif saat ini memandang paraphilia dipengruhi oleh
multifaktor baik dari dalam individu maupun faktor lingkungan. Salah
satu faktor lingkungan adalah riwayat kanak-kanak seorang yang
mengalami gangguan biasanya pernah menjadi korban pelecehan seksual
dan pelecehan fisik. Pada masa dewasa akan memiliki kemungkinan
tinggi menjadi seorang pelaku penyimpangan seksual.
c. Biologis. Sebagian besar pengidap paraphilia adalah laki-laki, ada
hipotesis bahwa androgen, yaitu hormon utama yang dimiliki laki-laki
berperan dalam gangguan ini. Secara umum prediksi perkembangan
gangguan pada kasus penyimpangan seksual cendeung negatif atau
dengan kata lain, sangat sulit untuk mencapai kesembuhan.
D. Pengertian Dasar Hukum Putusan Pengadilan
Putusan merupakan mahkota hakim. Mahkota hakim harus terhindar

dari kecacatan atau kekeliruan. Kesempurnaan dalam memahami hukum acara

sangat penting bagi hakim. Putusan pengadilan disebut sebagai output dari

26
Ibid, hlm. 2.
45

suatu proses peradilan di sidang pengadilan yang meliputi proses pemeriksaan

saksi-saksi, pemeriksaan terdakwa, dan pemeriksaan barang bukti. Ketika

proses pembuktian dinyatakan selesai oleh hakim, tibalah saatnya hakim

mengambil keputusan.27

Hakim adalah pejabat yang memimpin persidangan istilah “hakim”

sendiri berasal dari bahasa arab yang berarti aturan, perarturan, kekuasaan,

pemerintah.28

Putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan pada

sidang pengadilan yang terbuka untuk umum untuk menyelsaikan atau

mengakhiri perkara. Putusan pengadilan menurut Pasal 1 butir 11 Kitab

Undang-undang Hukum Acara Pidana adalah pernyataan hakim yang

diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan

atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara

yang diatur dalam undang-undang ini. Semua putusan pengadilan hanya sah

dan memiliki kekuatan hukum jika diucapkan di sidang terbuka untuk umum.29

Pengambilan setiap putusan harus berdasarkan surut dakwaan,

irequistoir penuntut umum, kemudian pada segala fakta dan keadaan-keadaan

yang terbukti dalam sidang pengadilan. Selain itu, pengambilan putusan harus

diambil dengan melalui musyawarah jika hakim terdiri atas hakim majelis.

Menurut A. Hamzah dalam musyawarah pengambilan putusan tersebut hakim

27
H. Rusli Muhammad. 2007. Hukum Acara Pidana Kontemporer. Bandung: Citra Aditya
Bakti, hlm 199.
28
Muhammad Nuh. 2011. Etika Profesi Hukum. Bandung: Pustaka Setia, hlm. 161.
29
Fitriani Nur Aini. Kewenangan Hakim Dalam Putusan pengadilan.
https://Responsitory.um.palembang.ac.id/id/eprint/4484/2/Bab%/2011%-%20lampiran-
dikonvensi.pdf , diakses pada tanggal 22 Juli 2022.
46

tidak boleh melampaui batas yang telah ditetapkan dalam surat penyerahan

perkara yang menjadi dasar pemeriksaan di sidang pengadila. 30

Dalam ayat berikutnya, ayat (6) KUHAP ditentukan bahwa:

“semua hasil musyawarah harus didasarkan pada pemufakatan yang bulat,

kecuali setelah diusahakan dengan sungguh-sungguh tidak dapat tercapai,

maka ditempuh dua cara”,yaitu:

a. Putusan diambil dengan suara terbanyak, dan

b. Jika tidak diperoleh suara terbanyak, diambil pendapat hakim yang

menguntungkan terdakwa.

Bentuk putusan pengadilan diatur dikitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana Pasal 193,dimana pada ayat (1) dijelaskan bahwa:

“jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak

pidana yang didakwakan kepadanya maka pengadilan menjatuhkan pidana”.

Putusan Hakim pada hakikatnya merupakan:31

1. Putusan yang diucapkan dalam persidangan perkara pidana yang terbuka

untuk umum.

2. Putusan dijatuhi oleh hakim setelah melalui proses dan prosedural hukum

acara pidana pada umumnya.

Berdasarkan Pasal 191 KUHAP, maka putusan pengadilan dapat

digolongkan ke dalam tiga macam,yaitu:

1. Putusan bebas dari segala tuduhan hukum;


2. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum;

30
Ibid, hlm. 44.
31
Ibid, hlm. 150.
47

3. Putusan yang mengandung pemidanaan.32

Selain bentuk-bentuk putusan yang dapat dijatuhkan kepada terdakwa maka

perlu memperhatikan lebih dalam Pasal 197 KUHAP karena suatu putusan tanpa

memuat ketentuan Pasal 197 KUHAP dapat megakibatkan putusan batal demi

hukum, sekalipun ketentuan Pasal 197 KUHAP seolah hanya syarat terhadap

putusan pemidanaan, pembebasan dan pelepasan dari segala tuntutan hukum,

pada hakikatnya ketentuan Pasal 197 KUHAP berlaku terhadap jenis putusan

lain, terutama terhadap jenis putusan yang menyatakan dakwaan batal demi

hukum, kecuali terhadap putusan yang berupa penetapan tidak berwenang

menghadili.33

Asas hukum dalam membuat putusan, merupakan seperangkat alat yang

sifatnya wajib digunakan oleh hakim, pelaksanaan putusan atau eksekusi harus

dilakukan tanp adanya halangan akibat kesalahan penerapan hukum dan aturan.

Human error bagi hakim akibat melakukan pelanggaran hukum acara dan asas

dalam membuat putusan jelas di haramkan.

Berikut asas-asas hukum dalam membuat putusan hakim, yakni:34

1. Memuat Dasar Alasan yang Jelas dan Rinci.

Asas putusan yang pertama yakni memuat dasar alasan yang jelas dan rinci.

Menurut asas ini putusan yang dijatuhkan harus berdasarkan pertimbangan

yang jelas dan cukup, putusan yang tidak memenuhi ketentuan tersebut

32
H. Rusli Muhammad. Op.cit., hlm 201.
33
Susanti Ante. Pembuktian Dan Putusan Pengadilan Dalam Acara Pidana. 2013. Artikel
dalam “Jurnal Lex Crime”. No. 2. Vol. II. April-Juni, hlm. 103.
34
Mahmud Hadi Riyanto, Ahmad Taujan Dzul Farhan. Asas-Asas Putusan Hakim.
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/aas-asas-putusan-hakim-oleh-
mahmud-hadi-riyanto-dan-ahmad-taujan-dzul-farhan-1-7, diakses pada tanggal 23 Juli 2022.
48

dikategorikan Putusan yang tidak cukup pertimbangan atau onvoldoende

gemotiveerd (insufcient judgement). Alasan-alasan hukum yang menjadi

dasar pertimbangan bertitik tolak dari ketentuan:

a. Pasal-Pasal tertentu perarturan perundang-undangan.


b. Hukum kebiasaan.
c. Yurisprudensi.
d. Doktrin hukum.
Pasal 50 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman, menegaskan Putusan pengadilan selain harus

memuat alasan dan dasar putusan,juga memuat Pasal tertentu dari

perarturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak

tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.

2. Wajib Mengadili Seluruh Bagian Gugatan.

Asas kedua, yaitu hakim wajib mengadili seluruh bagian dari gugatan dan

atau pemohonan. Hal mana telah dihabiskan dalam ketentuan Pasal 178 ayat

(2) HIR, Pasal 189 ayat (2) RBG, dan Pasal 50 Rv. Putusan harus secara

total dan menyeluruh memeriksa dan mengadili setiap segi gugatan yang

diajukan. Tidak boleh hanya memeriksa dan memutus sebagian saja, dan

mengabaikan gugatan selebihnya. Cara mengadili yang demikian

bertentangan dengan asas yang digariskan undang-undang.

3. Tidak boleh Mengabulkan Melebihi Tuntutan.

Asas ketiga adalah hakim tidak boleh mengabulkan melebihi tuntutan,

sebagaimana diatur pada Pasal 178 ayat (3) HIR, Pasal 189 ayat (3) RBG

dan Pasal 50 RV. Putusan tidak boleh mengabulkan maupun melebihi


49

tuntutan yang dikemukakan dalam gugatan. Bilamana hal tersebut

diindahkan, maka masuk dalam kategori putusan yang bersifat ultra

pettitum partium, yaitu putusan yang melebihi dari apa yang dimintakan.

4. Diucapkan di Muka Umum.

Asas keempat adalah putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum,

asas ini mengandung beberapa prinsip, yaitu:

a. Prinsip Keterbukaan untuk Umum Bersifat Imperatif.

Majelis hakim dalam memutuskan perkara wajib diucapkan dalam

sidang pengadilan yang terbuka untuk umum atau di muka umum, hal

tersebut merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari asas

fair trial. Menuru asas fair trial, pemeriksaan persidangan harus

berdasarkan proses jujur sejak awal sampai akhir.

Prinsip peradilan terbuka untuk umum mulai dari awal pemeriksaan

sampai putusan dijatuhkan, merupakan bagian dari asas fair trial. Dalam

literatul disebut the open Justice principle. Tujuan utamanya, untuk

menjamin proses peradilan terhindar dari perbuatan tercela

(misbehavior) dari pejabat peradilan.

Prinsip terbuka untuk umum, dianggap memiliki efek pencegah

(different effect) terjadinya proses peradilan yang bersifat berat sebelah

(partial) atau diskriminatif karena proses pemeriksaan sejak awal sampai

putusan dijatuhkan, dilihat dan didengar oleh publik.

b. Akibat Hukum atas Pelanggaran Asas Keterbukaan.


50

Prinsip pemeriksaan dan putusan diucapkan secara terbuka, ditegaskan

dalam Pasal 13 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman ditegaskan bahwa Putusan pengadilan hanya sah

dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang

terbuka untuk umum.

Pasal 11 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman dikatakan bahwa Pengadilan memeriksa,

mengadili, dan memutus perkara dengan susunan majelis sekurang-

kurangnya 3 (tiga) orang hakim, kecuali undangundang menentukan lain.

Dalam hukum acara pidana, prinsip ini ditegaskan dalam Pasal 64

KUHAP. Terdakwa berhak untuk diadili di sidang pengadilan yang

terbuka untuk umum.

c. Pemeriksaan secara tertutup, putusan tetap diucapkan dalam sidang

terbuka untuk umum.

Pada kasus tertentu, perarturan perundang-undangan membenarkan

pemeriksaan dilakukan dalam sidang tertutup. Pengecualian ini sangat

terbatas, yang utama dalam bidang hukum kekeluargaan.

d. Diucapkan di dalam sidang pengadilan.

Perarturan tentang prinsip pemeriksaan dan pengucapan putusan yang

terbuka untuk umum, dilakukan dalam ruang sidang gedung pengadilan

yang ditentukan. Sebagaimana dalam SEMA Nomor 4 Tahun 1974.

Selain persidangan harus terbuka untuk umum, pemeriksaan dan


51

pengucapan putusan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila

dilakukan dalam sidang pengadilan.

Pelanggaran dari SEMA Nomor 4 Tahun 1974 mengakibatkan putusan

tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan.

Anda mungkin juga menyukai