Anda di halaman 1dari 1

RINGKASAN

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PELAKU EKSIBISIONISME


DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA (Studi Putusan Pengadilan Negeri
Singkawang Nomor 40/Pid.sus/2021/PN. Skw)

(Siti Nurhaini: 2022, 71 halaman)


Perbuatan pidana hanya menunjuk kepada dilarang dan diancamnya suatu
tindakan/perbuatan dengan pidana, apakah orang yang melakukan perbuatan
kemudian juga dijatuhi pidana atau tidaknya. Seperti yang diancamkan tergantung
dari soal apakah dalam melakukan perbuatan ini terdakwa mempunyai kesalahan,
sebab asas dalam pertanggungjawaban dalam hukum pidana adalah dipidana jika
ada kesalahan, alasan tidak mampu bertanggung jawab dikarenakan kurang
akal/gangguan jiwa merupakan pembelaan hak terhadap ketidakadilan, sehingga
seseorang yang melakukan tindak pidana oleh Undang-Undang dimaafkan karna
adanya ketidakmampuan bertanggung jawab yang diatur dalam Pasal 44 KUHP.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui putusan yang dijatuhkan hakim
terhadap terdakwa apakah sudah sesuai dengan tujuan hukum untuk kemanfaatan
dan keadilan serta pertimbangan hakim dalam putusan Pengadilan Negeri
Singkawang Nomor 40/Pid.sus/2021/PN Skw apakah sudah sesuai dengan
ketentuan didalam perarturan Perundang-undangan.
Penelitian ini merupakan Penelitian hukum putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap atau yang sesuai dengan fokus isu hukum yang akan
dijawab Peneliti, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kasus.
Pendekatan kasus (case approach) yang menjadi objek penelitian adalah putusan
hakim yang terkait dengan pertanggung jawaban pidana pelaku eksibisionis.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa :
1. Penerapan hukum kasus dalam putusan Pengadilan Negeri Singkawang
Nomor 40/Pid.sus/2021/PN Skw Majelis Hakim lebih mengutamakan asas
kepastian hukum dari asas kemanfaatan dan keadilan hukum.
2. Pertimbangan hakim pada kasus pembelaan terpaksa dalam putusan
Pengadilan Negeri Singkawang Nomor 40/Pid.sus/2021/PN Skw ada
beberapa pertimbangan Hakim yang Peneliti kritisi, yakni pertimbangan
Majelis Hakim dalam putusan yang menjatuhkan bahwa perbuatan Terdakwa
berdasarkan Pasal 36 Jo Pasal 10 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008
Tentang Pornografi dan Pasal 197 ayat (1) KUHP sudah tepat. Namun
menurut Peneliti Hakim tidak memperhatikan pembelaan yang dilakukan oleh
Penuntut Umum serta ahli psikiater dari Terdakwa yang menyatakan
Terdakwa terbukti memiliki gangguan kejiwaan berupa paraphillia fetish
eksibisionis. Jika diteliti dengan jelas dapat dikategorikan dengan alasan tidak
mampu bertanggumg jawab yaitu terdapat di Pasal 44 KUHP.

Anda mungkin juga menyukai