Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS YURIDIS TERHADAP KETERANGAN

AHLI DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI


PUTUSAN NOMOR 4/PID.SUS/2019/PN.BRB)

Juridical Analysis of Expert Statements in Narcotic Crime


(Study of Decision Number 4/Pid.Sus/2019/Pn.Brb) ISSN 2657-182X (Online)

Bimar Prananta, Dian Adriawan Daeng Tawang*


REFORMASI
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia HUKUM
TRISAKTI
ABSTRAK
Putusan Nomor: 4/Pid.Sus/2019/PN Brb perkara pidana narkotika dengan terdakwa Volume 4 Nomor 4 November 2022
Achmad Syarif. Pihak terdakwa mengajukan keterangan ahli yaitu Ahli Sofyan Nata
Saragih yang memberi kesaksian bahwa ahli pernah melakukan pemeriksaan terhadap
terdakwa Achmad Syarif, terdakwa didiagnosa gangguan Psikotik Lir Skizofrenia Akut. • Diterima
Putusan hakim menyatakan terdakwa sehat dan perbuatannya dapat Juli 2022
dipertanggungjawabkan di muka hukum. Ini menjadi persoalan karena pemeriksaan • Revisi
ahli belum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Permasalahan yang diangkat yaitu, September 2022
apakah pemeriksaan keterangan ahli dalam putusan Nomor: 4/4/Pid.Sus/2019/PN.Brb • Disetujui
sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku? dan apakah Oktober 2022
putusan hakim dalam Putusan Nomor: 4/Pid.Sus/2019/PN.Brb yang menjatuhkan • Terbit Online
pidana pada terdakwa sudah sesuai dengan pertaturan perundang-undangan yang November 2022
berlaku?. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan dan menganilisis pemeriksaan
*Email
keterangan ahli serta Putusan Nomor:4/Pid.Sus/2019/PN.Brb yang menjatuhkan Pidana Koresponden:
Kepada Terdakwa. Tipe penelitian yang digunakan yuridis normatif. Data yang dianadriawan63@gmail.com
dipergunakan ialah data sekunder. Pengolahan data penelitian menggunakan metode
kualitatif. belum diterapakannya peraturan perundang-undangan terhadap
Kata Kunci:
pemeriksaan keterangan ahli dalam putusan ini berdampak pada keputusan hakim yang
• hakim
keliru dalam menjatuhkan hukuman pidana kepada terdakwa. Diharapkan DPR dapat
• hukum acara
merevisi KUHAP dengan menghadirkan 1 pasal yang jelas tentang syarat seseorang
• keterangan ahli
dapat menjadi ahli dalam suatu perkara pidana. Dianggap perlu untuk hakim dalam
putusan tersebut menerapkan Pasal 180 KUHAP dan Pasal 19 tentang Kesehatan Jiwa.

ABSTRACT
Verdict Number 4/Pid.Sus/2019/PN Brb (hereinafter reffered as the Verdict) is a
narcotics crime case with the defendant Achmad Syarif. The defendant submitted
expert testimony, Sofyan Nata Saragih who testified that he had examined the
defendant and diagnosed him with Accute Psychotic Schizophrenia Disorder. The Keywords:
Verdict stated the defendant was healthy and his actions could be accounted before • expert testimony
the law. This is a problem because expert examination is not dan accordance with • judge
applicable regulations. The problems: whether expert testimony dan the Verdict is dan • procedural law
accordance with the applicable laws and regulations and is the Verdict which imposed
criminal sentence on the defendant dan accordance with laws and regulations. The
purpose of this research is to describe and analyze the Verdict. The research is a
normative legal research, using secondary data and analyzed qualitatively. The lack of
laws and regulations regarding expert testimony has impact on the wrong decision of
the judge dan imposing a criminal sentence on the defendant. It is hoped that DPR can
revise KUHAP by presenting 1 clear article regarding the conditions for person to
become expert dan criminal case. It is considered necessary for judge to apply Article
180 of KUHAP and Article 19 concerning Mental Health.

Sitasi artikel ini:


Prananta, Tawang. 2022. Analisis Yuridis terhadap Keterangan Ahli dalam Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan
Nomor 4/Pid.Sus/2019/Pn.Brb). Reformasi Hukum Trisakti. 4(4): 896-907. Doi: https://doi.org/10.25105/refor.v4i6.15037

896
Analisis Yuridis terhadap Keterangan Ahli dalam
Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/Pn.Brb)
Prananta, Tawang
Reformasi Hukum Trisakti, Vol. 4 No. 4, Halaman 896-907, November 2022
e-ISSN 2657-182X, Doi: https://doi.org/10.25105/refor.v4i6.15037

I. PENDAHULUAN

Gangguan jiwa adalah suatu keadaan di mana kontinuitas dan ketepatan fungsi mental
menjadi tidak teratur.1 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
menyatakan bahwa:
“Orang dengan gangguan jiwa, disingkat ODGJ, adalah mereka yang terkena
masalah perilaku, pikiran, dan perasaan yang bermanifestasi sebagai kumpulan
perubahan atau gejala tindakan yang signifikan dan mampu menciptakan hambatan
dan rasa penderitaan dalam menjalankan fungsi manusiawi manusia.”2

Psikiater percaya bahwa aktivitas ilegal mungkin tidak hanya dimotivasi oleh motif sadar,
tetapi juga oleh masalah kejiwaan. Penyalahgunaan dan Konsumsi Narkotika dapat
mengakibatkan penyakit kejiwaan pada seseorang. Dampak yang paling berbahaya dalam
penyalahgunaan narkoba ialah menurunnya sistem kekebelan tubuh yang meningkatkan
kemungkinan terkena virus HIV, hepatitis C, bahkan sampai menyebabkan kematian.
Dalam putusan 4/Pid.Sus/2019/PN Brb, terdapat bukti Carnophen, kadang disebut Zenith.
Carnophen atau Zenith termasuk karisoprodol, pelemas otot yang digunakan untuk mengobati
ketidaknyamanan otot akut. Karisoprodol memiliki metabolit, Meprobamate, yang digunakan
untuk mengobati gejala gangguan kecemasan. Pada tanggal 6 Maret 2018, aparat penegak
hukum menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Perubahan Klasifikasi Narkotika, dimana peraturan tersebut menjerat pengguna dan pengedar
Carnophen atau yang lebih dikenal dengan zenith dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 berkaitan dengan Narkotika. Alasannya adalah karena obat terlarang tersebut secara
resmi diklasifikasikan sebagai zat gol I.
Akan perkara tindak pidana narkotika dengan terdakwa Achmad Syarid alias Amat bin
H. Anwar Hadi, terdapat ahli yang diajukan oleh pihak terdakwa yaitu Ahli Sofyan Nata Saragih
yang memberi kesaksian bahwa ahli pernah melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa
Achmad Syarif alias Amat bin H. Anwar Hadi atas permintaan dari keluarga terdakwa pada
tanggal 12 Maret 2018 dan didiagnosa gangguan Psikotik Lir Skizofrenia Akut. Dalam
pertimbangan putusan tersebut, hakim berdasarkan keyakinannya telah menyatakan terdakwa
sehat dan perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan di muka hukum. Belum ada suatu hal

1
Fajar Kurniawan, Gambaran Karakteristik pada Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas Tahun
2015. Banyumas: Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016.
2
Indonesia, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, Sekretariat Negara, 2014.

897
Analisis Yuridis terhadap Keterangan Ahli dalam
Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/Pn.Brb)
Prananta, Tawang
Reformasi Hukum Trisakti, Vol. 4 No. 4, Halaman 896-907, November 2022
e-ISSN 2657-182X, Doi: https://doi.org/10.25105/refor.v4i6.15037

atau pembuktian yang menerangkan jika terdakwa sehat atau sakit jiwa dalam putusan
pengadilan tersebut. Pasal yang beruhubungan dengan pertanggungjawaban yaitu pasal 44
KUHP.
Berdasarkan uraian fakta di atas, penulis tertarik mengangkat permasalahan yaitu apakah
pemeriksaan keterangan ahli pada Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/PN.Brb sudah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian hukum yang penulis pergunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini
tentang penelitian yuridis normatif.3 Sifat penelitian yang digunakan adalah desktiptif yang
berkaitan dengan penelitian ini terhadap keterangan ahli dalam putusan
Nomor 4/Pid.Sus/2019/Pn.Brb dalam perkara tindak pidana narkotika. Data yang dipakai yakni
pengumpulan data sekunder melalui studi pustaka. Dalam hal ini penelitian dilakukan dengan
menggunakan buku online, buku cetak, dan undang-undang yang relevan yaitu kasus tindak
pidana narkotika, keyakinan hakim, gangguan jiwa di mata hukum, dan prosedur pemeriksaan
biasa yang diperoleh dari perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti dan Perpustakaan
Nasional. Menggunakan analisis konten, analisis dokumen adalah teknik untuk mengumpulkan
data dari informasi tekstual. Analisis dokumen ini menggunakan data dari Putusan Pengadilan
Negeri Barabai No. 4/Pid.Sus/2019 PN Brb. Analisis data menggunakan metodologi kualitatif,
data yang diperoleh dari penelitian ini dikategorikan dan diolah untuk dianalisis.

III.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Keterangan ahli yang di kemukakan oleh Sofyan Nata Saragih dalam Surat Putusan Nomor
4/Pid.Sus/2019/PN.Brb ini memenuhi syarat sebagai alat bukti yang sah untuk beliau dapat
memberikan keterangan ahlinya.
Pentingnya tata cara pemeriksaan keterangan ahli (hukum formal) dibutuhkan dalam hal
membuat terang suatu persoalan yang timbul didalam persidangan guna menegakan juga
kebenaran materil dalam perkara narkotika ini. Pasal 180 Ayat 1 KUHAP yang berbunyi:
“Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di
sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula
minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.”

3
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI, 2010.

898
Analisis Yuridis terhadap Keterangan Ahli dalam
Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/Pn.Brb)
Prananta, Tawang
Reformasi Hukum Trisakti, Vol. 4 No. 4, Halaman 896-907, November 2022
e-ISSN 2657-182X, Doi: https://doi.org/10.25105/refor.v4i6.15037

Pasal ini menjelaskan bahwa hakim mempunyai kewenangan dapat memanggil ahli
kedalam persidangan guna menerangkan suatu persoalan yang timbul didalam persidangan.
Menurut pengetahuan penulis, hakim putusan Nomor 4/Pid,Sus/2019/PN.Brb perlu
menerapkan pengaturan tata cara pemeriksaan biasa Pasal 180 KUHAP. Walaupun pasal
tersebut adalah pasal situasiasional, dari persoalan penyakit gangguan jiwa yang timbul dan
dari anilisis penulis maka perlu untuk hakim menerapkan Pasal 180 KUHAP guna memperjelas
apakah terdakwa Achmad syarif telah sehat atau masih sakit.
Hakim juga mempunyai wewenang melakukan penelitian ulang terkait persoalan
gangguan jiwa yang dialami terdakwa achmad syarif alias Amat, hal ini diatur didalam Pasal
180 (3) KUHAP yang berbunyi (3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk
dilakukan penelitian ulang. Persoalan yang timbul mengenai gangguan kejiwaan yang di idap
oleh terdakwa tersebut Penulis menganggap perlu untuk dilakukan penelitian ulang dalam hal
gangguan kejiwaan Lir Skizofrenia Akut tersebut guna memperjelas apakah terdakwa Achmad
syarif telah sehat atau masih sakit.4 Dapat diketahui bahwa hakim tidak menerapkan
sepenuhnya tata cara pemeriksaan ahli yang diatur dalam KUHAP yang seharusnya dalam
anilisis putusan tersebut hakim menerapkan aturan Pasal 180 KUHAP karena persoalan
gangguan jiwa yang dialami oleh terdakwa yang seharusnya dapat diterangkan dengan
menerapkan Pasal 180 KUHAP tersebut.
Hakim dalam pertimbangannya menjatuhkan secara halus unsur pembuktian yang cukup
untuk membuktian perbuatan terdakwa terbukti melanggar Pasal 112 Ayat 1 Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Artinya dari keterangan saksi dan alat bukti yang
diajukan oleh jaksa penuntut umum, Semua unsur delik terpenuhi dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dari analisis yang sudah penulis paparkan terlihat bahwa persoalan gangguan jiwa yang
dialami oleh terdakwa masih harus di buktikan lebih jauh lagi. Hakim mempunyai kewenangan
yang luas dalam membuktikan suatu perkara pidana. Pasal 27 Undang-Undang Pokok
Kekuasaan Kehakiman mengatakan bahwa bahwa hakim sebagai penegak hukum keadilan
wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat,
persoalan ini berkaitan dengan pembuktian persoalan gangguan jiwa yang dialami oleh
terdakwa yang dinyatakan oleh keterangan ahli untuk memenuhi unsur subyektif syarat
pemidanaan yaitu dapat dipertanggungjawabkan.

4
Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Sekretariat Negara,
Sekretariat Negara, 1981, www.djpp.kemenkumham.go.id.

899
Analisis Yuridis terhadap Keterangan Ahli dalam
Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/Pn.Brb)
Prananta, Tawang
Reformasi Hukum Trisakti, Vol. 4 No. 4, Halaman 896-907, November 2022
e-ISSN 2657-182X, Doi: https://doi.org/10.25105/refor.v4i6.15037

Sehingga terdapat kekeliuran hakim yang memutuskan terdakwa Achmad Syarif dihukum
pidana penjara selama empat tahun dua bulan dan denda senilai Rp. 800.000.000;- (delapan
ratus juta rupiah) dengan aturan jika denda tersebut tidak dibayar maka akan diganti dengan
dikenakan pidana penjara selama satu bulan. Perbuatan terdakwa tidak dapat
dipertanggungjawabkan karena keterangan ahli Sofyan Nata Saragih memaparkan bahwa
terdakwa mengidap penyakit Psikotik Lir Skizofrenia akut yang telah dirawat selama delapan
hari dan setelah itu dilakukan rawat jalan dengan syarat selalu meminum obat yang diresepkan
oleh dokter kepadanya artinya terdakwa sakit jiwa. Namun dalam pertimbangannya hakim
keliru dengan menyatakan bahwa selama persidangan terdakwa dalam keadaan pikiran dan
hati yang normal serta mampu menjawab semua pertanyaan dengan runtut, maka terdakwa
dipandang sebagai orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatannya.
Akibatnya, Majelis tidak menemukan cara untuk menghapus kesalahan pidana.

3.1 Analisis Terhadap Pemeriksaan Keterangan Ahli dalam Putusan


Pengadilan Negeri Barabai Nomor 4/Pid.Sus/2019/PN.Brb

Hukum pembuktian merupakan bagian dari hukum acara karena mengatur tentang
bagaimana suatu perkara dibawa ke hadapan hakim (hukum acara). Hukum Pembuktian juga
merupakan kumpulan asas-asas hukum yang mengatur mengenai pembuktian, meliputi
seluruh proses, penggunaan alat bukti yang valid, dan penggunaan prosedur tertentu untuk
menentukan fakta hukum di persidangan, pemilihan metode dalam pembuktian, dan beberapa
syarat pembuktian. Kondisi dan proses untuk memberikan bukti tersebut, di samping
kemampuan hakim untuk menolak, menerima, dan menganalisis bukti tersebut.5 Penggunaan
Sistem pembuktian dalam peradilan pidana, yakni pembuktian menurut UU secara negatif,
Proses pembuktian perkara pidana tidak terlepas dengan adanya alat bukti yang di atur
dalam KUHAP dalam pasal 184 ayat (1) menyatakan bahwa alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Petunjuk;
d. Surat;
e. Keterangan terdakwa. 6

5
Alfitra, Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana, Perdata, dan Korupsi di Indonesia, Jakarta, Raih Asa Sukses, 2014, hal 21.
6
Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

900
Analisis Yuridis terhadap Keterangan Ahli dalam
Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/Pn.Brb)
Prananta, Tawang
Reformasi Hukum Trisakti, Vol. 4 No. 4, Halaman 896-907, November 2022
e-ISSN 2657-182X, Doi: https://doi.org/10.25105/refor.v4i6.15037

Keterangan ahli adalah alat bukti sebagaimana dimaksud dalam huruf b Pasal 184 Ayat 1
KUHAP. Dalam hukum acara pidana Indonesia, keterangan ahli merupakan konsep baru. Bukti
ahli adalah salah satu ciri evolusi undang-undang acara pidana kontemporer, dan memiliki
pengaruh yang signifikan dalam memperjelas sifat kejahatan. Dengan perkembangan
teknologi dan pengetahuan yang cepat, efek ini berkembang dengan cepat. Akibatnya,
seorang hakim tidak dapat mengetahui segalanya, dan fakta bahwa ia adalah seorang hakim
tidak berarti bahwa ia adalah manusia yang mengetahui segalanya. Untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam tentang suatu masalah yang berkaitan dengan kasus yang
ditanganinya, ia membutuhkan bantuan seorang ahli atau mengandalkan informasi ahli.7
Keterangan ahli mempunyai definisi atau pengertian yang diatur dalam Pasal 1 butir 28 KUHAP
yang berbunyi keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana
guna kepentingan pemeriksaan.
Kekuatan pembuktian keterangan ahli didapat atas sumpah ahli, alat bukti yang sah dan
disertai dengan keyakinan hakim. Sebelum memberikan keterangan dimuka acara sidang, ahli
diwajibkan untuk berjanji atau mengucapkan sumpah sesuai cara berdasarkan agama yang
dianut oleh ahli tersebut.8 Pengucapan sumpah yang diucapkan oleh ahli berdampak pada
kekuatan alat bukti saksi atau ahli sama dengan kekuatan alat bukti yang lainnya dan sah
sesuai aturan yang berlaku. Mengenai sumpah ahli, hal ini diatur di Pasal 179 Ayat 2 KUHAP
yang berbunyi:
“Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.”

Bagi individu yang menganut agama tidak memperbolehkan bersumpah, maka sumpah
tersebut dapat diganti dengan mengucap janji. Bobot keterangan ahli tidak mengikat karena
hakim tidak wajib menggunakannya jika berlawanan dengan kepercayaannya. Kesaksian ahli
di pengadilan adalah teknik yang digunakan hakim untuk menentukan kebenaran. Dan hakim
diperbolehkan untuk memasukkan pengetahuan ahli ke dalam penilaiannya sendiri. Artinya,
jika keterangan ahli itu sesuai dengan fakta persidangan lainnya, maka keterangan ahli

7
R. Subekti, Hukum Pembuktian, Jakarta, Pradnya Paramitha, 1983.
8
Alfitra, op.cit hal 78.

901
Analisis Yuridis terhadap Keterangan Ahli dalam
Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/Pn.Brb)
Prananta, Tawang
Reformasi Hukum Trisakti, Vol. 4 No. 4, Halaman 896-907, November 2022
e-ISSN 2657-182X, Doi: https://doi.org/10.25105/refor.v4i6.15037

tersebut dapat dianggap sebagai pandangan hakim sendiri. Namun demikian, jika pernyataan
ahli bertentangan, pengadilan dapat mengabaikannya. Ingatlah bahwa jika pengadilan
mengecualikan kesaksian ahli, ia harus menjelaskan alasan yang meyakinkan; itu tidak dapat
diabaikan tanpa penjelasan. Hal ini karena, jika diperlukan, pengadilan tetap memiliki hak
untuk melakukan pemeriksaan ulang terhadap bukti ahli.9
Kekautan pembuktian tidak terlepas dengan pengaturan tata cara pemeriksaan
keterangan ahli guna merealisasikan pembuktian tersebut.10 Tata cara pemeriksaan ahli untuk
memberikan keterangan di persidangan menjadi penting guna penegakan hukum formil.
Berikut penulis paparkan mengenai poin pokok tata cara pemeriksaan ahli yaitu:
a. Saksi-saksi individu dipanggil dan diinterogasi (termasuk para ahli);
b. Ketua sidang memverifikasi identitas masing-masing saksi dan ahli;
c. Ahli dan saksi wajib bersumpah menurut keyakinannya;
d. Hakim wajib mendengarkan keterangan saksi tambahan, baik pengajuan oleh Penuntut
Umum ataupun pengajuan oleh Penasehat Hukum.

Kelima poin inti di atas diatur didalam Pasal 160 KUHAP BAB XIV mengenai pemeriksaan
di sidang pengadilan Acara pemeriksaan biasa.11 Dalam KUHAP secara keseluruhan tidak ada
undang-undang yang mengatur tentang syarat menjadi ahli, kecuali dokter yang ahli di
pengadilan atau dokter. 184 Ayat (1) huruf b mengenai definisi ahli, Pasal 1 angka 28
memberikan pedoman. Selain itu, Pasal 186 KUHAP mendefinisikan keterangan ahli sebagai
apa yang dikatakan ahli di pengadilan.12 Sehubungan dengan ketiga pasal tersebut, saksi ahli
yang berharga sebagai alat bukti harus memenuhi syarat berikut:
a. Segala sesuatu dalam batas kompetensinya tercakup dalam penjelasannya;
b. Informasi yang diberikan terkait pada penyelidikan kasus pidana.

Dapat dikatakan bahwa dalam KUHAP, ahli dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
a. Ahli dengan kompetensi khusus, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 KUHAP;
b. Ahli yang ahli dalam pemalsuan surat dan tulisan, sebagaimana diatur dalam Pasal 132
KUHAP;

9
Ibid., hal 81.
10
Subekti, op.cit. hal 8.
11
Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
12
Ibid.

902
Analisis Yuridis terhadap Keterangan Ahli dalam
Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/Pn.Brb)
Prananta, Tawang
Reformasi Hukum Trisakti, Vol. 4 No. 4, Halaman 896-907, November 2022
e-ISSN 2657-182X, Doi: https://doi.org/10.25105/refor.v4i6.15037

c. Ahli hukum atau dokter atau dokter spesialis lainnya untuk mengidentifikasi korban luka,
keracunan, atau kematian, sebagaimana diatur dalam Pasal 133 dan 179 KUHAP.

Pasal 120 KUHAP, jika digabungkan dengan Pasal 1 huruf 28 KUHAP, dapat ditafsirkan
dengan menggunakan keterangan yang diberikan oleh seorang ahli yang keahliannya
berkaitan dengan jenis perkara. Tidak ada batasan dalam menentukan kredensial ahli. Selama
ia dianggap ahli dalam bidang yang relevan dengan kasus semacam itu, kesaksiannya dapat
dianggap dapat diterima. Pemberi keterangan ahli dapat memberikan keterangan tanpa
merasakan, meihat, mendengar kejadian perkara pidana yang hanya memberikan keterangan
berdasarkan pengetahuan yang dimintakan kepadanya menurut keahliannya.
Menurut aturan KUHAP, keterangan ahli yang dapat dijadikan alat bukti pada dasarnya
adalah suatu bentuk keterangan yang berdasarkan bidang ilmunya dan telah disumpah,
dimana keahlian ahli tersebut relevan dengan hal yang dipermasalahkan. Untuk kasus tindak
pidana narkoba, diperlukan seorang ahli di bidang narkotika, misalnya dokter yang mengetahui
apakah terdakwa mengkonsumsi narkotika atau dokter kejiwaan yang di mana pengaruh
narkotika dapat berdampak menimbulkan keadaan gangguan jiwa terhadap seseorang yang
mengkonsumsinya.13
Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/PN Brb perkara tindak pidana narkotika dengan terdakwa
Achmad Syarif, terdapat ahli yang diajukan oleh pihak terdakwa yaitu Ahli Sofyan Nata Saragih
yang memberi kesaksian sebagai saksi yang meringankan/AdeCharge, bahwa ahli pernah
melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa Achmad Syarif atas permintaan dari keluarga
terdakwa pada tanggal 12 Maret 2018.
Saat ini ahli adalah sebagai tenaga fungsional dokter spesialis kedokteran jiwa di RSUD
Hasan Basry Kandangan, bertugas atau menjabat sebagai dokter spesialis kedokteran jiwa di
RSUD Hasan Basry Kandangan sejak tahun 2013 sampai dengan sekarang. Ahli menerangkan
tidak mengetahui kasus yang dilakukan oleh terdakwa. Ahli pernah melakukan pemeriksaan
terhadap terdakwa dan di diagnosa gangguan Psikotik Lir Skizofrenia Akut. Terdakwa Achmad
Syarif adalah pasien ahli di bangsal jiwa yang pernah dirawat sejak tanggal 12 Maret 2018 s/d
19 Maret 2018 yang kemudian dilakukan rawat jalan. Obat yang diresepkan oleh dokter tidak
boleh putus dan harus dari dokter spesialis. Terkait perkara terdakwa yang diperiksa saat ini,
ahli tidak mengetahui mengapa terdakwa membawa 180 (seratus delapan puluh) butir tablet

13
Kurnia Prafitria. 2016. Penggunaan Keterangan Ahli dalam Pembuktian Tindak Pidana Perdagangan Orang.Verstek. 4(3): 100.

903
Analisis Yuridis terhadap Keterangan Ahli dalam
Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/Pn.Brb)
Prananta, Tawang
Reformasi Hukum Trisakti, Vol. 4 No. 4, Halaman 896-907, November 2022
e-ISSN 2657-182X, Doi: https://doi.org/10.25105/refor.v4i6.15037

putih bertuliskan Zenith yang mengandung kandungan antara lain Parasetamol, Kafein, dan
Karisoprodol tersebut. Ahli menerangkan tidak berani mengatakan bahwa perbuatan terdakwa
tidak dapat dipertanggungjawabkan atau tidak karena hal tersebut merupakan wewenang
hakim. Menurut ahli perilaku dari terdakwa ada pengaruh kurangnya kasih sayang dari seorang
ibu yang menunjukkan terdakwa sering datang ke makam ibu terdakwa apalagi diperoleh
informasi bahwa ayah terdakwa telah menikah kembali.14
Diperlukannya keterangan ahli yang diajukan oleh pihak terdakwa yaitu Sofyan Nata
Saragih ini, untuk menerangkan mengenai gangguan kejiwaan yang di derita oleh terdakwa
Achmad Syarif meggunakan keterangan keilmuan dan yang ia alami berkaitan dengan
terdakwa dan berkaitan dengan perkara tindak pidana Narkotika ini. Ahli tersebut ialah tenaga
fungsional dokter spesialis kedokteran jiwa yang pernah menangani terdakwa yang
terdiagnosa gangguan Psikotik Lir Skizofrenia Akut. Ahli yang dihadirkan di persidangan dalam
kasus ini sebagai ahli dalam persidangan berasal dari RSUD Hasan Basry Kandangan. Hal
tersebut sesuai dengan bidang yang diperlukan dalam perkara narkotika ini. Selanjutnya
keterangan ahli yang diberikan oleh Sofyan Nata Saragih telah disumpah yang berarti Sesuai
dengan pengaturan tata cara pemeriksaan acara biasa yang diatur dalam Pasal 160 Ayat 3
dan 4 KUHAP yang berbunyi:
(3) Sebelum memberi keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji
menurut cara agamanya masing-masing, bahwa ia akan memberikan
keterangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya;
(4) Jika pengadilan menganggap perlu, seorang saksi atau ahli wajib bersumpah
atau berjanji sesudah saksi atau ahli itu selesai memberi keterangan.

3.2 Analisis Putusan Hakim Putusan Pengadilan Negeri Barabai


Nomor 4/Pid.Sus/2019/PN.Brb

Hukum pembuktian terdiri dari aturan-aturan pembuktian yang harus diikuti oleh hakim
ketika menilai suatu kasus sebelum sidang pengadilan.15 Karena fakta bahwa bukti adalah titik
fokus dari setiap tinjauan kasus, lokasinya sangat signifikan. Pada dasarnya, pembuktian
melibatkan meyakinkan pengadilan terjadinya kejadian khusus. Secara tidak langsung bagi
hakim, sebagai hakim wajib memeriksa suatu peristiwa, mengevaluasinya, dan kemudian

14
Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/PN.Brb.
15
Subekti, loc.cit.

904
Analisis Yuridis terhadap Keterangan Ahli dalam
Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/Pn.Brb)
Prananta, Tawang
Reformasi Hukum Trisakti, Vol. 4 No. 4, Halaman 896-907, November 2022
e-ISSN 2657-182X, Doi: https://doi.org/10.25105/refor.v4i6.15037

menciptakannya, tujuan pembuktian yakni kesimpulan hakim berdasarkan alat bukti tersebut.
Mengenai mekanisme pembuktian, Pasal 183 KUHAP mengatakan:
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukanya”

Dari pasal tersebut dapat diketahui dua syarat, yaitu:


a. Minimal 2 alat bukti yang sah;
b. Dari alat bukti tersebut, hakim mendapatkan keyakinan bahwa terdakwa bersalah
melaksanakan tindak pidana.

Mencermati kasus tindak pidana narkoba dengan nomor perkara 4/PID.SUS/2019/PN-Brb,


jaksa menyusun dakwaan alternatif. Dalam pemeriksaan kasus tersebut, jaksa penuntut umum
mengumpulkan dua dakwaan alternatif: Pertama, pelanggaran Pasal 114 Ayat (1) Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Kedua, melanggar Pasal
112 (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.16
Surat dakwaan pengganti adalah dakwaan yang terdiri dari dakwaan yang mengecualikan
satu sama lain. Ada 2 atau lebih dakwaan terhadap terdakwa berhubungan pada 1 tindak
pidana. Isi surat dakwaan saling mengecualikan dan memberikan pilihan kepada hakim
pengadilan untuk memilih surat dakwaan mana yang secara tepat menuntut
pertanggungjawaban pelaku atas tindak pidana yang dilakukannya.17 Jika salah satu dakwaan
terbukti, maka dakwaan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi.
Pengadilan memutuskan dalam perkara tindak pidana narkoba 4/PID.SUS/2019/PN.Brb
bahwa pelaku dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana sesuai dengan Pasal 112 Ayat 1
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, dan dengan demikian harus
dijatuhi hukuman pidana.
Tindakan/perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa Achmad syarif sesuai dengan tindak
pidana yang diatur di dalam Pasal 112 Ayat 1 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika maka Ahcmad Syarif terbukti melanggar. Hakim telah menjelaskan secara jelas

16
Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/PN.Brb.
17
M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan
Peninjauan Kembali, Jakarta, Sinar Grafika, 2012.

905
Analisis Yuridis terhadap Keterangan Ahli dalam
Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/Pn.Brb)
Prananta, Tawang
Reformasi Hukum Trisakti, Vol. 4 No. 4, Halaman 896-907, November 2022
e-ISSN 2657-182X, Doi: https://doi.org/10.25105/refor.v4i6.15037

bahwa unsur-unsur dalam Pasal 112 Ayat 1 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika hakim dalam pertimbangannya menyatakan telah terpenuhinya unsur-unsur pidana
di dalam pasal tersebut.
Hakim dalam pertimbangannya menjatuhkan secara halus unsur pembuktian yang cukup
untuk membuktian perbuatan terdakwa terbukti melanggar Pasal 112 Ayat 1 Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Artinya dari keterangan saksi dan alat bukti yang
diajukan oleh jaksa penuntut umum, Semua unsur delik terpenuhi dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

IV. KESIMPULAN

Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/PN.Brb dalam pemeriksaan keterangan ahli tidak


sepenuhnya menerapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Hakim
putusan tersebut perlu menerapkan Pasal 180 KUHAP yang mengatur kewenangan hakim
untuk medatangkan ahli guna menerangkan suatu persoalan. Serta melihat Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan jiwa Pasal 19 guna menggali dan dapat
menerangkan persoalan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

________, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana. Sekretariat Negara. Sekretariat Negara, 1981. www.djpp.kemenkumham.go.id.

Alfitra, Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana, Perdata, dan Korupsi di Indonesia, Jakarta,
Raih Asa Sukses, 2014.

Harahap, M. Yahya., Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan Sidang


Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Jakarta, Sinar Grafika, 2012.

Indonesia, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, Sekretariat


Negara, 2014.

Kurniawan, Fajar., Gambaran Karakteristik pada Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia di Instalasi
Jiwa RSUD Banyumas tahun 2015. Banyumas: Fakultas Ilmu Kesehatan UMP. Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2016.

Prafitria, Kurnia. 2016. Penggunaan Keterangan Ahli dalam Pembuktian Tindak Pidana
Perdagangan Orang. Verstek. 4(3).

906
Analisis Yuridis terhadap Keterangan Ahli dalam
Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/Pn.Brb)
Prananta, Tawang
Reformasi Hukum Trisakti, Vol. 4 No. 4, Halaman 896-907, November 2022
e-ISSN 2657-182X, Doi: https://doi.org/10.25105/refor.v4i6.15037

Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2019/PN.Brb, n.d.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI , 2010.

Subekti, R. Hukum Pembuktian. Jakarta: Pradnya Paramitha, 1983.

907

Anda mungkin juga menyukai