Anda di halaman 1dari 12

KESEJARAHAN KATA KAFIR, ASBABUN NUZUL, DAN TAFSIR AYAT TENTANG

KATA KAFIR

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir
Dosen Pengampu : M. Ikfil Chasan, Lc., MA

Oleh :
Asri Yusyifa Awwalina (214110102185)
Etnalyana Miskiyah (214110102186)
Muhamad Alvilutfiansyah (214110102187)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. atas rahmat dan karunia – Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Kesejarahan Kata Kafir, Asbabun Nuzul, dan Tafsir
Ayat Tentang Kata Kafir”guna memenuhi tugas mata kuliah tafsir.
Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak M. Ikfil Chasan, Lc.,MA selaku dosen
pengampu mata kuliah tafsir atas tugas yang diberikan guna menambah wawasan dan
pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 23 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesejarahan Kata Kafir ..................................................................................................... 2
B. Asbabun Nuzul ................................................................................................................... 5
C. Tafsir Ayat Tentang Kata Kafir ......................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al – Qur’an sebagai pembeda antara kebenaran (al – haqq) dan kepalsuan (al – bathil).
Selain merupakan kitab suci bagi umat Islam yang senantiasa relevan sepanjang zaman,
relevansi kitab suci Al – Qur’an terlihat pada petunjuk – petunjuk yang diberikan kepada
umat Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Al – Qur’an merupakan mukjizat yang selalu
diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
untuk mengeluarkan manusia dari zaman yang gelap (jahiliyyah) menuju yang terang, serta
membimbing manusia ke jalan yang lurus.
Kata kafir secara terminologi dapat dipahami sebagai pembatal keimanan atau segala
sesuatu yang bertentangan dengan iman, baik secara perkataan, perbuatan maupun
kepercayaan. Kekafiran bisa dilihat dari tidak adanya pengakuan dan keimanan terhadap
Allah dan Rasul. Dapat juga dilihat dari tidak mengakui kabar (kebenaran) yang telah sampai
padanya, hanya sekedar mempercayai atas kabar yang diterima sehingga tidak berpengaruh
pada ketaatan secara lahir dan batin, dan tidak mencintai Allah serta mengagungkan – Nya.
Hal ini dinamakan kafir karena menutupi kebenaran yang telah sampai keadanya, contohnya
seperti orang – orang fasik
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Kesejarahan Kata Kafir?
2. Apa Asbabun Nuzul Ayat Tentang Kata Kafir?
3. Bagaimana Tafsir Ayat Tentang Kata Kafir?
C. Tujuan
1. Mengetahui kesejarahan kata kafir
2. Mengetahui asbabun nuzul ayat tentang kata kafir
3. Mengetahui tafsir ayat tentang kata kafir

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesejarahan Kata Kafir
Kata “kafir” merupakan bentuk kata subjek/pelaku dari kata kerja ka – fa – ra, yang
bermakna menutupi dan manghalangi. Kafir adalah subjek/pelaku yang melakukan kegiatan
menutupi atau menghalangi. Dalam KBBI, kata “kafir” bermakna orang yang ingkar.
Sementara menurut Lisan al – Arab karya Ibnu Manzur, kata kufr dimaknai sebagai menutupi
sesuatu sehingga menyebabkan rusaknya sesuatu.1 Istilah kafir yang merupakan turunan dari
ka – fa – ra, yang secara bahasa memiliki beberapa makna, antara lain lawan beriman,
menutupi, tidak berterima kasih, dan membebaskan diri. Kata kafir juga dimaknai dengan
lawan dari iman. Jika iman bermakna kepercayaan dan pembenaran, maka kafir dimaknai
sebagai penolakan, menganggap bohong, dan pengingkaran.
Kata kafir secara terminologi dapat dipahami sebagai pembatal keimanan atau segala
sesuatu yang bertentangan dengan iman, baik secara perkataan, perbuatan maupun
kepercayaan. Kekafiran bisa dilihat dari tidak adanya pengakuan dan keimanan terhadap
Allah dan Rasul. Dapat juga dilihat dari tidak mengakui kabar (kebenaran) yang telah sampai
padanya, hanya sekedar mempercayai atas kabar yang diterima sehingga tidak berpengaruh
pada ketaatan secara lahir dan batin, dan tidak mencintai Allah serta mengagungkan – Nya.
Hal ini dinamakan kafir karena menutupi kebenaran yang telah sampai keadanya, contohnya
seperti orang – orang fasik.2
Kafir merupakan sebuah istilah dalam Islam yang digunakan untuk menyebut manusia
yang tidak mau beriman. Istilah kafir bukanlah sebutan untuk menghinakan golongan yang
menganut agama lain. Karena dalam perspektif Islam, kata – kata kafir memang digunakan
bagi mereka yang tidak mau menerima ajaran Islam. Karena makna dibalik istilah tersebut
adalah menyembunyikan atau ingkar terhadap dakwah Islam. Kafir adalah sebutan bagi
orang yang mata hatinya dalam keadaan tertutup (tidak mampu) memperhatikan kebesaran
Allah.

1
Muhammad Hamdan, “Filosofi Kafir dalam Al – Qur’an : Analisis Hermeneutik Schleiermacher”, Jurnal Tashwirul
Afkar, Vol. 32 No. 2(2020), hlm.289.
2
Moh. Isom Mudin, “Mendudukkan Kembali Kata Kafir dalam Al – Qur’an dan Konteksnya secara Teologis,
Sosiologis dan Politis”, Al – Adabiya:Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan, Vol. 16 No. 1(Juni 2021), hlm.43.

2
Pada umumnya, orang melihat kekafiran hanya sebagai ketidakpercayaan dan tidak
melihat bahwa keengganan menuruti perintah Tuhan juga suatu bentuk kekafiran. Dalam
beriman kepada Allah SWT, keimanan tidak dapat dipisahkan dengan ketundukan terhadap
perintah – Nya, sedangkan keengganan daripada mengikuti jalan yang diinginkan dan
dikehendaki Allah adalah suatu bentuk kekafiran. Makna kafir dalam Al – Qur’an secara
teologi, maka bentuk kekafirann dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan,
diantaranya sebagai berikut :
1. Kafir yang dimaknai dengan pengingkaran secara i’tiqad (kepercayaan)
Pengingkaran seperti ini merupakan ketidakpercayaan bahwa Allah itu Tuhan yang Maha
Esa, pengingkaran bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, dan segala
ketidakpercayaan terhadap hal metafisik. Kaum Yahudi yang mengingkari bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah utusan Allah. Dan di antara mereka ada yang mengimani utusan
Allah, namun tidak mengimani Allah sebagai Tuhan.
Kaum Yahudi beriman terhadap Nabi Musa a.s dan kitab Taurat, namun mengingkari
Nabi Isa a.s dan kitab Injil. Sedangkan Nasrani mengimani Nabi Isa a.s dan kitab Injil,
namun mengingkari Nabi Muhammad SAW dan Al – Qur’an. Mereka disebut kafir, karena
hanya mengimani sebagian dan mengingkari sebagian lainnya.
2. Kafir yang dimaknai dengan pengingkaran secara lisan terhadap Allah, Rasulullah,
Kitab, dan hukum yang telah ditetapkan – Nya.
Seperti yang dijelaskan dalam Q.S Yunus ayat 2, yaitu mereka yang mempertanyakan
bagaiman bisa ayat – ayat tersebut turun kepada Nabi Muhammad SAW, padahal ia
bukanlah seorang dengan harta yang banyak dan bukan juga yang paling senior di antara
mereka, hingga ahirnya hal tersebut menjadi bahan cemoohan terhadap Nabi Muhammad
SAW. Mencaci Rasulullah merupakan sebuah perbuatan yang membatalkan keimanan
karena menyebabkan kekufuran lahir batin.
3. Kafir yang dimaknai dengan pengingkaran secara perbuatan
Hal ini tercantum dalam Q.S Al – An’am ayat 70. Ayat ini menjelaskan tentang orang –
orang yang menjadikan agama Allah sebagai permainan, bahkan menghinanya saat
disampaikannya ajaran agama Islam kepada mereka.3

3
Moh. Isom Mudin, “Mendudukkan Kembali Kata Kafir dalam Al – Qur’an dan Konteksnya secara Teologis,
Sosiologis dan Politis”, Al – Adabiya:Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan, Vol. 16 No. 1(Juni 2021), hlm.45 – 46.

3
Sebab – Sebab Terjadinya Kekafiran
Terdapat tiga unsur pokok yang dapat menyebabkan kekafiran, diantaranya :
1. Keyakinan (al i’tiqad)
Faktor keyakinan yang menjadikan seseorang kafir seperti pengingkaran atas keberadaan
Tuhan sebagai Sang Pencipta, pengingkaran atas kewajiban dan larangan yang sudah
ditetapkan oleh Allah SWT.
2. Ucapan (al Lisan)
Di antara ucapan yang bisa masuk ke dalam golongan orang kafir ialah mengingkari
akidah Islam, ucapan yang mengandung penghinaan terhadap agama, mengingkari keadilan
Tuhan, dan sebagainya.
3. Perbuatan (al ‘Amal)
Perbuatan seseorang yang menyebabkan kekafiran yaitu perbuatan yang berkenaan
dengan adanya keyakinan yang diekspresikan bisa menjadi kafir seperti merobek mushaf
disertai penghinaan.
Jenis – Jenis Kekafiran Ditinjau dari Perspektif Akidah
1. Kafir al inkar, yaitu mengingkari secara hati dan lisan terhadap Allah/pengingkaran
terhadap eksistensi Tuhan, Rasul dan seluruh ajaran yang dibawa. Mereka merupakan
jenis kafir yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan dan kafir al inkar merupakan
jenis kafir terbesar.
2. Kafir al juhud, yaitu kekafiran yang mengakui akan kebenaran Tuhan dan Rasul
dalam hati namun mengingkarinya secara lisan
3. Kafir al nifaq, merupakan kebalikan dari kafir al juhud yaitu kekafiran yang
mengakui akan kebenaran Tuhan dan Rasul secara lisan namun mengingkari secara
hati atau keyainan
4. Kafir al syirk, yaitu menduakan atau menyembah selain Allah. Syirik termasuk
kekafiran karena perbuatan tersebut mengingkari keesaan Allah.4

4
Moh. Isom Mudin, “Mendudukkan Kembali Kata Kafir dalam Al – Qur’an dan Konteksnya secara Teologis,
Sosiologis dan Politis”, Al – Adabiya:Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan, Vol. 16 No. 1(Juni 2021), hlm.47 – 50.

4
B. Asbabun Nuzul
Al – Qur’an sebagai kitab suci yang diyakini kebenarannya oleh umat Islam, Al – Qur’an
berisi ajaran – ajaran keimanan, tuntunan hukum dan moral bagi segenap manusia. Kitab suci
diwahyukan sebagai petunjuk dan jalan hidup bagi manusia. Sebab dan latar belakang sejarah
turunnya Al – Qur’an dalam ilmu Al – Qur’an disebut dengan istilah asbab al nuzul kata
asbab berasal dari kata sabab yang berarti sebab atau alasan, sedangkan kata nuzul dimaknai
sebagai peristiwa turunnya ayat – ayat Al Qur’an. Dengan demikian, asbabun nuzul dapat
diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan atau melatarbelakangi turunnya ayat Al – Qur’an.5
Asbabun nuzul merupakan kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat
Al – Qur’an, dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah yang timbul
dari kejadian tersebut. Bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Al – Qur’an
sangat beragam, diantaranya berupa konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi di antara
suku Aus dan suku Khazraj.6 Asbabun nuzul mempunyai arti penting dalam menafsirkan Al –
Qur’an. Seseorang tidak akan mencapai pengertian yang baik jika tidak memahami riwayat
asbabun nuzul suatu ayat. Mengetahui asbabun nuzul akan membantu seseorang dalam upaya
memahami ayat.7
Dari banyaknya penyebuatan kata kafir dalam Al Qur’an, salah satunya Q.S Al Baqarah
ayat 6 – 7 yang menjelaskan bahwa orang – orang kafir, baik diberi peringatan ataupun tidak,
maka mereka akan tetap kafir dan tidak mempercayai apa yang Nabi Muhammad SAW bawa
kepada mereka. Asbabun Nuzul dari ayat tersebut ialah : dalam suatu riwayat dikemukakan
bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan kaum Yahudi Madinah, yang menjelaskan
bahwa kaum kafir walaupun diperingatkan, tetap tidak akan beriman. (Diriwayatkan oleh
Ibnu Jarir dan Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abi Ikrimah, dari Sai’id bin Jubair yang
bersumber dari Ibnu Abbas).
Dalam riwayat lain disebutkan : “Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa dua ayat ini
tentang kaum kafir yang hati, pendengaran dan penglihatan mereka ditutup, diperingatkan
atau tidak diperingatkan, mereka tetap tidak akan beriman .” (Diriwayatkan oleh al Faryabi
dan Ibnu Jarir yang bersumber dari ar Rabi bin Anas.
5
Muhammad Alifudin, “Asbabun Nuzul dan Urgensinya dalam Memahami Makna Qur’an, hlm. 117.
6
Pan Suaidi, “Asbabun Nuzul:Pengertian, Macam – Macam”, Jurnal Ilmu – Ilmu Keislaman Redaksi dan Urgensi,
hlm.112.
7
Pan Suaidi, “Asbabun Nuzul:Pengertian, Macam – Macam”, Jurnal Ilmu – Ilmu Keislaman Redaksi dan Urgensi,
hlm.118.

5
C. Tafsir Ayat tentang Kata Kafir
Dalam Al – Qur’an, terdapat banyak sekali penyebutan kata kafir di dalamnya, salah
satunya yang terdapat dalam Q.S. Al Baqarah ayat 6 – 7.

َ‫علَ ۡي ِه ۡم َءا َ ۡنذَ ۡرت َ ُه ۡم ا َ ۡم لَ ۡم ت ُ ۡنذ ِۡر ُه ۡم ََل ي ُۡؤ ِمنُ ۡون‬
َ ‫س َوآ ٌء‬َ ‫ا َِّن الَّذ ِۡينَ َكفَ ُر ۡوا‬
‫ع ِِ ۡي ٌم‬ َ ‫َروٌ ٌ َّولَ ُه ۡم‬
َ ٌٌ‫عذَا‬ َ َِِ ‫رره ِۡم‬ ِ َ َ ۡۡ َ ‫ع ىل ٓٓ ا‬ َ ‫سمۡ ِع ِه ۡؕم َو‬ َ ٓ‫ع ىل‬ َ ‫علَ ىٓ قُلُ ۡو ِۡ ِه ۡم َو‬ ‫َخت ََم ه‬
َ ُ‫ّٰللا‬
Artinya :
“Sesungguhnya orang – orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri
peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.”
“Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan
mereka akan mendapat azab yang berat.”
Tafsir ayat
Dengan menggunakan kata yang mengandung makna kepastian yaitu ‫( ا َِّن‬inna) atau
sesungguhnya, ayat 6 ini menegaskan bahwa sesungguhnya orang – orang kafir, yakni orang
yang menutupi tanda kebesaran Allah dan kebenaran yang terhampar dengan jelas di alam
raya ini, adalah mereka yang dalam pengetahuan Allah tidak akan mungkin beriman seperti
Abu Jahal, Abu Lahab, dan lain – lain.
Ayat ini bukan berbicara tentang semua orang kafir, tetapi orang kafir yang kekufurannya
telah mendarah daging dalam jiwa mereka sehingga tidak lagi mungkin akan berubah. Ayat
ini menunjuk kepada mereka yang keadaannya telah diketahui Allah sebelum, pada saat, dan
sesudah datangnya ajakan beriman kepada mereka. Orang – orang kafir yang dimaksud
dalam ayat ini adalah keengganan mereka menerima iman sehingga Allah telah mengunci
mata hati dan pendengaran mereka, Allah membiarkan mereka larut dalam kesesatan sesuai
dengan keinginan hati mereka sendiri, sehingga hati mereka terkunci mati dan telinga
mereka tidak dapat mendengar bimbingan. Dan pada penglihatan mereka pun ada penutup,
sehingga tanda – tanda kebesaran Allah yang terhampar di alam raya. Hal ini menjadikan
mereka wajar mendapat siksa yang pedih.8

8
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al – Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al – Qur’an”, Vol 1, hlm. 95 - 96.

6
Selain Q.S Al Baqarah ayat 6, penyebutan kata kafir juga terdapat dalam Q.S Al
Bayyinah ayat 6 :
ٓ
‫َرر َج َهنَّ َم ى َخ ِلدِينَ فِي َهر ٓ ۚ أ ُ ۟و ىلَئِكَ ُه ْم ش َُّر ٱ ْلبَ ِريَّ ِة‬ ِ َ ‫وا ِم ْن أ َ ْه ِل ٱ ْل ِك ىت‬
ِ ‫ب َوٱ ْل ُم َْ ِركِينَ فِٓ ن‬ ۟ ‫ِإ َّن ٱلَّذِينَ َكفَ ُر‬
Artinya : “Sesungguhnya orang – orang kafir yakni Ahl al Kitab dan orang – orang
musyrik di dalam neraka Jahannam ; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk
buruk makhluk.”
Tafsir ayat :
Ayat di atas menyatakan bahwa orang – orang kafir yaitu mereka yang menutupi kebenaran
agama yakni Ahl al Kitab dari kelompok Yahudi dan Nasrani dan orang – orang musyrik
penduduk Mekkah serta semua yang mempersekutukan Allah. Bila mereka tetap dalam
kekufuran tersebut, maka semuanya akan masuk dan kekal di dalam neraka Jahannam. Ayat
tersebut dijadikan alasan untuk membedakan antara kaum musyrikin dan Ahl al Kitab.
Orang – orang Yahudi pada hakikatnya mempersekutukan Allah juga, dengan menyatakan
bahwa ‘Uzair anak Tuhan atau Isa a.s adalah salah satu dari Trinitas, namun demikian Al –
Qur’an membedakan mereka dengan kaum musyrikin bahwa mereka tidak dinamai musyrik,
akan tetapi Ahl al Kitab. 9

9
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al – Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al – Qur’an”, Vol 15, hlm. 447.

7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kafir merupakan sebuah istilah dalam Islam yang digunakan untuk menyebut manusia yang
tidak mau beriman. Istilah kafir bukanlah sebutan untuk menghinakan golongann yang
menganut agama lain. Karena dalam perspektif Islam, kata – kata kafir memang digunakan bagi
mereka yang tidak mau menerima ajaran Islam. Karena makna dibalik istilah tersebut adalah
menyembunyikan atau ingkar terhadap dakwah Islam.
Terdapat banyak sekali penyebutan kata kafir di dalam Al – Qur’an, dalam makalah ini
disebutkan penyebutan kata kafir dalam Al – Qur’an dengan makna yang berbeda, yaitu Q.S Al
Baqarah ayat 6 – 7 dan Q.S Al Bayyinah ayat 8. Dalam Q.S Al Baqarah ayat 6 – 7 dijelaskan
bahwa ayat tersebut bukan berbicara tentang semua orang kafir, tetapi orang kafir yang
kekufurannya telah mendarah daging dalam jiwa mereka sehingga tidak lagi mungkin akan
berubah. Orang – orang kafir yang dimaksud dalam ayat ini adalah keengganan mereka
menerima iman sehingga Allah telah mengunci mata hati dan pendengaran dan penglihatan
mereka.
Sedangkan dalam Q.S Al Bayyinah ayat 6 dijelaskan bahwa ayat tersebut menyatakan
bahwa orang – orang kafir yaitu mereka yang menutupi kebenaran agama yakni Ahl al Kitab
dari kelompok Yahudi dan Nasrani dan orang – orang musyrik serta semua yang
mempersekutukan Allah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hamdan, M. (2020). Filosofi Kafir dalam al-Qur’an: Analisis Hermeneutik


Schleiermacher. Tashwirul Afkar, 39(2).
Mudin, M. I., Ahmadah, N. L., Da’i, R. A. N. R., & Rizaka, M. F. (2021). Mendudukkan Kembali
Makna Kafir dalam al-Qur’an dan Konteksnya secara Teologis, Sosiologis, dan Politis. Al-
Adabiya: Jurnal Kebudayaan Dan Keagamaan, 16(1), 41-55
Alifuddin, M. (2012). Asbabun Nuzul dan Urgensinya dalam Memahami Makna Qur’an. Shautut
Tarbiyah, 18(1), 115-123
Suaidi, P. (2016). Asbabun Nuzul: Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan Urgensi. Almufida:
Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 1(1).
Shihab,M. Quraish. TAFSIR AL – MISHBAH Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur’an. Lentera
Hati. Vol 1 dan 15.
.

Anda mungkin juga menyukai