Anda di halaman 1dari 6

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN

Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

Ibu Susilaningsih, S.Si., M.Eng. Ibu Maryatun, S.Pd. Muhammad Ridwan, S.Pd.
Pengajar Praktik CGP Angkatan 6
Fasilitator
SDN Gandul 1 kota Depok
Jurnal Refleksi Model 5
Connection, Challenge, Concept, Change (4C)

Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011). Model ini cocok untuk digunakan
dalam merefleksikan materi pembelajaran. Ada beberapa pertanyaan kunci yang menjadi panduan
dalam membuat refleksi model ini, yaitu:
1) Connection:
Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai Calon Guru Penggerak?
2) Challenge:
Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang Anda jalankan
selama ini?
3) Concept:
Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting untuk terus dibawa
selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?
4) Change:
Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi pada hari ini?
Connection :
(Keterkaitan materi yang didapat dengan peran saya sebagai CGP)

Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik, materi yang benar-benar baru dan luar biasa bagi
guru junior seperti saya. Saya pikir, supervisi akademik hanya akan saya peroleh ketika suatu saat saya
menjadi seorang pemimpin dalam sebuah lembaga pendidikan, tetapi jauh dari itu supervisi akademik
ini rupanya dapat diterapkan kepada murid-murid kita di kelas. Sehingga materi coaching untuk
supervisi akademik sangat terkait sekali dengan peran saya sebagai CGP. Sebagai seorang guru, saya
berperan menuntun murid-murid saya sesuai kodranya, sebagaimana pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
Terkadang berperan sebagai coach bagi mereka, bahkan mungkin tanpa saya sadari sebagai caoch
bagi rekan-rekan guru lain. dan proses coaching manjadikan aktifitas saya, dalam menuntun murid-
murid saya, dalam suasana pembelajaran ataupun suasana kolaborasi bersama teman sejawat
menjadi lebih fleksibel, akrab, dan bermakna.
Challenge :
(Adakah ide, materi, atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang saya jalankan selama ini?
Berdasarkan paparan meteri yang saya dapatkan dari Program Guru Penggerak ini, coaching memiliki tujuan dan prinsip
lebih kearah memberdayakan, lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya, itulah kenapa
coaching berbeda dengan bentuk-bentuk pengembangan diri yang lain seperti mentor, konseling, fasilitasi, atau training.
Untuk membantu orang lain menjadi, coachee, atau rekan guru untuk mengembangkan kompetensinyanya dan menjadi
otonom, maka kita perlu memiliki paradgima berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah : Fokus pada
coache/rekan yang akan dikembangkan, Bersikap terbuka dan ingin tahu, Memiliki kesadaran diri yang kuat, Mampu melihat
peluang baru dan masa depan.

Dari beberapa paradigma diatas, ternyata berbeda dengan paradigma dan perilaku saya sebagai guru selama ini. Jika
dikaitkan dengan hasil proses pembelajaran yang kurang maksimal, bisa dikatakan saya sebagai guru kurang fokus. Baik
terhadap kebutuhan belajar murid-murid saya maupun terhadap strategi pembelajaran yang saya lakukan. Kesibukan-
kesibukan yang sering menyita waktu saya, adalah salah satu faktor saya selama ini ternyata kurang bersikap terbuka
terhadap murid. Terkadang memberi mereka label sesuai perilaku yang lebih mendominasi siswa-siswa saya, sering terbawa
emosi saat berhadapan dengan perilaku murid yang kurang sesuai dengan tata tertib sekolah atau etika berprilaku, dan
kurang menunjukkan rasa ingin tahu terhadap kebutuhan belajar, kebutuhan dasar, perkembangan, atau perubahan perilaku
siswa-siswa saya.
Concept :
(Menceritakan konsep-konsep utama yang saya pelajari dan menurut saya penting untuk terus dibawa selama menjadi
Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?)

International Coaching Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai kemitraan dengan klien dalam suatu proses
kreatif dan mengugah pikiran untuk mengisnpirasi klien agar dapat memaksimalkan potensi pribadi atau proffesional
coachee. Prinsip coaching yang dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching yaitu "kemitraan, proses
kreatif, dan memaksimalkan potensi" dan ketiga frasa kunci ini penting untuk selalu kita bawa selama menjadi CGP
bahkan selama kita berprofesi sebagai seorang guru atau saat memposisikan diri sebagai coach.
Selain prinsip coaching, ada lagi hal penting yang perlu selalu kita bawa selama kita menjadi CGP dan menempatkan diri
sebagai coach, yaitu kita perlu terus meningkatkan 3 kompetensi inti coaching. yaitu kehadiran penuh, mendengarkan
aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot sehingga tujuan coaching akan tercapai.
Dalam kemampuan menentukan tujuan dan arah percakapan, seorang coach harus bisa menentukan apakah
percakapan untuk perencanaan, apakah untuk pemecahan masalah, apakah untuk berefleksi, ataukan percakapan
untuk kalibrasi, atau bahkan dalam sebuah percakapan mencakup keempat tujuan percakapan tersebut. Dan terkait
dengan kemampuan menciptakan alur percakapan yang efektif dan bermakna, maka dalam materi caoching yang saya
pelajari, kita kenal yaitu alur TIRTA.
Change :
(Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi pada hari ini? )

Setelah mempelajari materi coaching ini, ternyata mampu meluruskan paradigma saya tentang
bagaimana kita harusnya memandang dan memperlakukan murid dan orang lain saat kita
memposisikan diri sebagai coach, bagaimana seharusnya menempatkan diri dalam proses
menuntun murid atau membantu rekan-rekan kita atau orang lain. Dan lebih khusus lagi,
bagaimana sebuah supervisi dapat berubah dari suasana menakutkan menjadi menyenangkan,
dari sebuah penilaian kinerja menjadi sebuah sharing dan diskusi pengalaman dalam
melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid, dan pada akhirnya menjadi sebuah
refleksi bermakna yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur atau pijakan bagi guru dalam
melakukan pengembangan kinerja.

Anda mungkin juga menyukai