Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan
antara satu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha
mencari karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber ekonomi. Allah SWT
berfirman dalam al-Qur’an surat al-Jumuah ayat 10:

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (Soenarjo,
dkk., 2005: 554).
Islam merupakan suatu ajaran yang komprehensip dimana seluruh aspek kehidupan
manusia diatur dalam Islam, termasuk kegiatan mu'amalah atau per-ekonomian. Mu'amalah
merupakan ajaran Islam yang menyangkut aturan-aturan dalam menata hubungan antar
manusia agar tercipta keadilan dan kedamaian dalam kebersamaan kehidupan manusia.
Aspek mu'amalah merupakan bagian yang sangat prinsipil dalam Islam, karena dengannyalah
kehidupan bersama manusia ditata agar tidak terjadi persengketaan dalam mengadakan
kontak sosial antara satu pihak dengan pihak yang lainnya di dalam masyarakat. Mu’amalah
juga merupakan hubungan Interaksi sesama manusia, dimana manusia yang satu dengan yang
lainnya saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhannya, baik dalam memenuhi
kebutuhan dalam bersosial, beragama, bernegara dan berekonomi.
Melihat paparan di atas, perlu kiranya kita mengetahui beberapa pernik tentang jual
beli yang patut diperhatikan bagi mereka yang kesehariannya bergelut dengan transaksi jual
beli, bahkan jika ditilik secara seksama, setiap orang tentulah bersentuhan dengan jual beli.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang jual beli yang disyariatkan mutlak diperlukan.
Adapun prinsip dasar yang ditetapkan Islam mengenai jual beli (perdagangan) dan
bisnis adalah tolak ukur dari kejujuran, kepercayaan, kerelaan, dan ketulusan. Sebab dewasa
ini banyak ketidak sempurnaan pasar yang menyimpang dari aturan-aturan yang telah
diterapkan oleh al-Qur’an, Hadits, dan para Ulama.
Dalam perkembangan model jual beli di lingkungan masyarakat, model jual beli di
Kantin Kejujuran menarik untuk di ungkap. Kantin Kejujuran adalah Kantin yang
menyediakan berbagai macam kebutuhan siswa yang mengutamakan Kejujuran. Karena
Kantin tersebut tidak dijaga oleh pedagangnya, maka pembeli mengambil barang yang akan
di beli kemudian menyimpan pembayarannya dalam sebuah kotak yang telah disediakan oleh
pengelola.
Kantin ini adalah salah satu media pendidikan untuk membangun mental masyarakat
yang diterapkan oleh kejaksaan Agung bekerjasama dengan KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) dan Pemkab Bandung (Wawancara dengan Dra. Hj. Emi selaku penanggung jawab
Kantin Kejujuran, 24 Januari 2009).
Pelaksanaan jual beli tersebut pada dasarnya sama seperti jual beli yang lainnya,
yakni penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau memindahkan
hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang dibolehkan (Hendi Suhendi, 2005: 68).
Namun disisi lain, pelaksanaan jual beli di Kantin Kejujuran ini tidak mempertemukan antara
pembeli dan penjual sehingga tidak terjadinya salah satu akad dalam jual beli diantara kedua
belah pihak. Sedangkan, menurut para ulama transaksi jual beli harus terpenuhinya rukun dan
syarat jual beli yaitu adanya penjual dan pembeli, objek yang diperjual belikan serta akad
(ijab qabul).
Fenomena pelaksanaan jual beli tersebut merupakan sebuah tuntutan bagi dunia
hukum untuk melakukan upaya dalam menentukan status hukumya, sebab pada hakikatnya
tidak ada suatu peristiwa tanpa mempunyai status hukum. Tuntutan upaya hukum dengan
pengkajian secara mendalam terhadap segala fenomena yang bermunculan merupakan
tanggung jawab kita bersama dalam pencapaian pemecahannya. Maka penulis bermaksud
mencoba melakukan penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan transaksi jual beli di Kantin
Kejujuran dengan mengkaji status hukum jual beli tersebut dengan fiqih mu’amalah.
Disamping itu, jual beli seperti ini tidak tersurat dalam nash-nash hukum Islam.
Inilah kondisi yang menjadi permasalahan bagi penulis terhadap pelaksanaan jual beli
di Kantin Kejujuran. Oleh sebab itu penulis mengambil permasalahan ini untuk dijadikan
sebuah karangan ilmiah dalam bentuk skripsi.
Untuk mengkaji permasalahan diatas, maka penulis mencoba mengamati dan
menganalisa secara mendalam tentang pelaksanaan jual beli di Kantin Kejujuran ditinjau dari
aspek fiqh muamalah (studi di SMA Negeri 1 Ciparay Kab. Bandung).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang disusunnya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang pendirian Kantin Kejujuran ?
2. Bagaimana mekanisme jual beli di Kantin Kejujuran ?
3. Bagaimana tinjauan fiqh muamalah terhadap pelaksanaan jual beli di Kantin
Kejujuran?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Bagaimana latar belakang pendirian Kantin Kejujuran
2. Bagaimana mekanisme jual beli di Kantin Kejujuran
3. Bagaimana tinjauan fiqih muamalah terhadap pelaksanaan jual beli di Kantin
Kejujuran

Anda mungkin juga menyukai