Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit
B. Kejayaan Majapahit
Bidadari Majapahit yang anggun, arca cetakan emasapsara (bidadari surgawi)
gaya khas Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit
sebagai "zaman keemasan" nusantara. Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara,
memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit
mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di
bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak
wilayah. Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan
Majapahit meliputi Sumatra, Semenajung Malaya, Kalimantan Sulawesi, kepulauan
Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) sebagian kepulauan Filipina.
Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan
Majapahit.
C. Kebudayaan Majapahit
gmbr.Bajang Ratu
Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di
ibu kota Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan. "Dari semua
bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam
lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai
pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan
bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga,
menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya". Nagarakretagama menyebutkan
budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang
halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata
negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari
semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti atau
pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton
termasuk kawasan ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali
yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta
wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas. Ibu
kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan
besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan
Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap
sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak
menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai
atau abdi istana muslim saat itu. Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi
pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya.
Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah
tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi
Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang
Ratu di Trowulan, Mojokerto. Beberapa elemen arsitektur berasal dari masa
Majapahit, antara lain gerbang terbelah Candi Bentar, gapura paduraksa (kori agung)
beratap tinggi, dan pendopo berdasar struktur bata. Gaya bangunan seperti ini masih
dapat ditemukan dalam arsitektur Jawa dan Bali. Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh
raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik
kedua yang pernah ada. Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan.
Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak,
bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali
berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil
mengalahkannya. Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era
Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo
Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Poedenone". Ia
mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di
Kalimantan. Ia dikirim Paus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada
1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus
hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar
hingga mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke
Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sultra menuju
Eropa pada 1330. Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan
lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja
bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan
berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat mewah dan
mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol
beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir
kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan di sini tak lain adalah Majapahit yang
dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan
Jayanegara.
b. Pembagian wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari,
terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa.
Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre
atau "Bhatara i". Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi
ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan
mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan
di perbatasan daerah yang mereka pimpin. Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk
(1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja.
Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal
sebagai berikut:
1. Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
2. Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran
atau bangsawan)
3. Watek: dikelola oleh wiyasa,
4. Kuwu: dikelola oleh lurah,
5. Wanua: dikelola oleh thani,
6. Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.
Hubungan
No Provinsi Gelar Penguasa dengan
Raja
bibi sekaligus
2 Daha (bekas ibukota dariKediri) Bhre Daha Rajadewi Maharajasa
ibu mertua
paman
Bhre
4 Wengker (sekarang Ponorogo) Wijayarajasa sekaligus ayah
Wengker
mertua
suami dari
Bhre
5 Matahun (sekarang Bojonegoro) Rajasawardhana Putri Lasem,
Matahun
sepupu raja
Bhre
6 Wirabhumi (Blambangan) Bhre Wirabhumi1 Anak
Wirabhumi
Bhre anak
8 Kabalan Kusumawardhani2
Kabalan perempuan
Bhre keponakan
9 Pawanuan Surawardhani
Pawanuan perempuan
Bhre saudara
11 Pajang (sekarang Surakarta) Rajasaduhita Iswari
Pajang perempuan
G. Runtuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit
berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389,
Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris
Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya
sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari
selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang
disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara
Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi
Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung.
Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah
taklukannya di seberang. Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian
ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh laksamana Chaeng Ho, seorang
jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai
1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim
China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang,
Demak, Tubah dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara
JawaWikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh
putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri
kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada
1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-
lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhere
Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia
wafat pada tahun 1453 AD.
Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta.
Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada
1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi
memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai
raja Majapahit. Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar
agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-
15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan,
sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka,
mulai muncul di bagian barat Nusantara. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai
runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka
yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan
kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan
Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari
kekuasaan Majapahit. Sebuah tampilan model kapal Majapahit di Museum Negara
Malaysia, Kuala Lumpur Malaysia Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota
kerajaan lebih jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus
memerintah di sana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474.
Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali
Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474
hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan
Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan
kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa. Waktu berakhirnya Kemaharajaan
Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya abad
dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu
pemerintahan) hingga tahun 1527. Dalam tradisi Jawa ada sebuah Kronogram atau
candasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah
tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka,
atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”.
Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah
gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana. prasasti
Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan
memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Daha
dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi.
Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah besar abdi
istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali.
Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman
dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.
Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan
kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit.
Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah),
diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi
Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V
dengan seorang putri China.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta)
mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan
penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara
tahun 1518 dan 1521 M.
Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam
pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa
kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di
ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian barat.
Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke
pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini
masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.
1. Celengan Majapahit
2. Arca Emas
4. Surya Majapahit
8. Candi Sukuh
.Candi peninggalan kerajaan Majapahit
selanjutnya yaitu Candi Sukuh. Candi ini
berada di desa Berjo, kecamatan Ngargoyoso,
kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.Candi
yang diperkirakan dibangun pada tahun 1437
masehi.
9. Candi Brahu