Anda di halaman 1dari 7

7

BAB III
HASIL

3.1. Seleksi Artikel

Pencarian literatur
Basis data: Cambridge.org, ProQuest, PubMed,
ScienceDirect, Portal Garuda dan Google Schoolar
Batasan pencarian: bahasa indonesia dan bahasa inggris

Artikel disaring atas dasar judul, abstrak, kata kunci, tahun (n=69)

Artikel tidak dapat Hasil pencarian Hasil pencarian yang


diakses secara yang akan tidak diproses kembali
menyeluruh oleh diproses karena tidak relevan
peneliti (n= 14) kembali (n=40) (n=15)

Artikel disaring dengan melihat keseluruhan teks

Hasil pencarian Hasil pencarian yang


yang akan diproses tidak diproses kembali
kembali (n=7) (n=33) karena
ketidaksesuaian isi
artikel

Penyaringan daftar referensi dari artikel yang akan diproses

Hasil pencarian (n=5)

Studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini (n=5)

Gambar 1. Alur Seleksi Artikel


3.2. Karakteristik Studi

Tabel 2. Karakteristik Studi

Besar
No Judul Karakteristik Sampel Metode Hasil Referensi
Sampel
1 Nutrional Intervention Using 1 Pria berumur 61 tahun Case Study Pasien mengalami H. Lee, J.
Nutrition Care Process in a yang mengalami peningkatan asupan makan Lee 2015
Malnourished Patient with malnutrisi setelah dari 28% menjadi 62%.
Chemotherapy Side Effect kemoterapi

2 Outcome of a Targeted 67 Pasien yang berumur > Quasi - Pada kelompok intervensi Shatenstein
Nutritional Intervention 70 tahun dari enam Eksperimen asupan lemak lebih tinggi (P = et al, 2015
Among Older Adults rumah sakit Montreal .013) dari pada kelompok
With Early-Stage yang berafiliasi dengan kontrol. Serta terdapat
Alzheimer’s Disease: The universitas yang memiliki kecenderungan peningkatan
Nutrition Intervention riwayat rawat jalan atau energi, asupan protein, sumber
Study klinik geriatri,dengan makanan kalsium selama
penyakit Alzheimer intervensi 6 bulan dalam
kelompok intervensi.
3 Efektifitas Penatalaksanaan 31 Pasien dengan usia 35-75 Observasiona Rata-rata tingkat asupan awal D.
Proses Asuhan Gizi tahun dengan diagnosa l sebesar 80.26% sedangkan Handayani
Terstandar terhadap medis sindrom metabolik tingkat asupan akhir 94.84% et al, 2018
Perbaikan Asupan Pasien seperti penyakit jantung, menunjukkan kecenderungan
Sindrom Metabolik di RSUD stroke, diabetes mellitus tingkat asupan akhir lebih
Sidoarjo dan hipertensi serta masa tinggi daripada tingkat asupan
rawat inap minimal 2 awal.
hari.Mataram
4 Efektifitas Intervensi 100 Lansia yang berada di Quasi- Terdapat perbedaan yang Herdiman et
Multidomain terhadap Resiko dua wilayah kerja Eksperimen signifikan pada kelompok al, 2018

8
Penyakit Kardiovaskular pada puskesmas di Kota intervensi, yaitu terjadi
Pra-Lansia di Jawa Barat Bandung dengan usia >65 penurunan resiko dari sedang
tahun yang memiliki ke ringan sebanyak 15%, dari
minimal dua faktor resiko resiko tinggi ke sedang
penyakit kardiovaskuler menjadi 5% dengan nilai p-
(seperti hipertensi, value sebesar 0.001.
hiperkolesterol, obesitas, Sedangkan pada kelompok
merokok, tidak kontrol, tidak terjadi penuruan
beraktifitas, DM, riwayat resiko penyakit kardiovaskuler
penyakit kardiovaskuler yang bermakna
sebelumnya)
5 Effects of a multi-component 214 Lansia di suatu komunitas Eksperimen Terdapat peningkatan status M. van
nutritional telemonitoring beberapa kota Belanda gizi pada lansia yang berisiko Doorn-van
intervention on dengan rata-rata usia 80 kekurangan gizi, dan pada Atten et al,
nutritional status, diet tahun yang memiliki peningkatan kualitas diet dan 2018
quality, physical functioning resiko malnutrisi serta tingkat aktivitas fisik lansia
and quality of life tidak memiliki riwayat yang tinggal di komunitas.
of community-dwelling older penyakit seperti
adults mengalami gangguan
kognitif (Mini-Mental
State Examination
(MMSE) <20), telah
terdiagnosis kanker,
menerima perawatan
terminal, terbaring di
tempat tidur, hanya
duduk pada kursi roda,
atau tidak dapat
menonton televisi

9
3.3 Pembahasan : Peran Asuhan Gizi terhadap Perubahan Asupan Makan
Lansia
Malnutrisi merupakan salah satu masalah gizi yang sering terjadi pada lanjut
usia, termasuk pada pasien lansia yang dirawat di rumah sakit20. Penyebab
terjadinya malnutrisi yaitu penyakit yang diderita, kurangnya asupan makan, diet
yang tidak sesuai dengan penyakitnya, pengetahuan yang kurang tentang diet dan
kesulitan mengunyah21,22.

Malnutrisi pada lansia perlu adanya penilaian lebih lanjut sehingga di perlukan
asuhan gizi oleh Ahli Gizi salah satu penilaiannya menggunakan PAGT. Untuk
mendapatkan, memferifikasi, dan menafsirkan data yang terkait dengan riwayat
makanan dan nutrisi pasien, antropometri, tes dan prosedur medis, pemeriksaan
fisik terkait nutrisi, dan riwayat penyakit. Informasi ini dikumpulkan dari formulir
skrining atau rujukan, wawancara pasien, catatan medis dan kesehatan, serta
pengasuh anggota keluarga pasien yang digunakan untuk mengidentifikasi
masalah yang dapat diselesaikan melalui intervensi berbasis gizi23

Berdasarkan penelitian Shatenstein et al, 2015 mengungkapkan bahwa


pemberian intervensi gizi terhadap lansia yang mengalami Alzheimer dimana
penderita Alzhaimer adalah penyebab paling umum dari demensia yang dapat
menyebabkan kehilangan memori, perubahan suasana hati, masalah dengan
komunikasi dan penalaran. Penderita Alzheimer memiliki pola makan yang buruk
dan masalah terkait makanan yang nyata, bahkan pada tahap awal penyakit, yang
menyebabkan asupan energi dan nutrisi yang kurang optimal. Penelitian tersebut
memberikan intervensi gizi berupa pemberian poster warna-warni berukuran 8.5
× 11 inci dengan magnet ditempelkan ke lemari es yang menggambarkan tujuan
diet, serta materi pendidikan yang memberikan tip tentang sumber makanan yang
memiliki nutrisi baik, digunakan untuk menyesuaikan hidangan favorit sehingga
dapat meningkatkan asupan lemak, energi dan protein. Pengukuran berupa
kuisioner frekuensi makanan semikuantitatif 78 item yang divalidasi oleh

10
pewawancara (FFQ; Shatenstein, Nadon, Godin, & Ferland, 2005), dengan
pendampingan pengasuh sebagai wakil responden yang dinilai 24 jam dan
dikumpulkan melalui telepon dari peserta atau pengasuh menggunakan USDA
(United States Department of Agriculture). Kemudian Ahli gizi memanggil
peserta beberapa kali pada 24 jam/hari untuk pencatatan diet dan meminta peserta
untuk menjelaskan makanan pada piringnya di lemari es dan dapur. Sehingga
didapatkan hasil bahwa dengan intervensi tersebut dapat meningkatkan asupan
lemak kelompok intervensi (P = .013) dari pada kelompok kontrol. Serta terdapat
kecenderungan peningkatan energi, asupan protein, serta sumber makanan
kalsium selama 6 bulan intervensi dalam kelompok intervensi4.

Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh M. Miguel Isabel et al, 2017
dengan subjek pasien yang berada di rumah sakit minimal selama 5 hari dan
mengalami resiko malnutrisi dengan spesialisasi medis dan bedah yang berjumlah
581 pasien. Intervensi dilakukan pada kelompok yang terdiri dari
Nefrologi/Bedah Vaskular dan Traumatologi, sedangkan kelompok lainnya yang
terdiri dari Ilmu Penyakit Dalam dan Neurologi/Bedah Saraf bertindak sebagai
kelompok kontrol. Intervensi yang diberikan adalah pemberian diet yang sesuai
sehingga dihasilkan setelah pulang, Pada kelompok yang diberikan intervensi
memiliki status gizi baik 1.4x dibandingkan kelompok kontrol24.

Hasil penelitian yang dilakukan Hye-Ok Lee, 2015, menunjukkan pemberian


PAGT (proses asuhan gizi terstandar) pada seorang pasien laki-laki yang berumur
61 tahun di bangsal gastroenterologi yang menjalani ileostomy dan menerima
kemoterapi, dapat meningkatkan konsumsi makanan dirumah sakit dari 28%
menjadi 62%25. Efek samping dari kemoterapi sendiri adalah anemia, dysgusia,
sensitif pada suhu makanan, konstipasi, diare, disfagia, xerostomia sehingga
pasien mengalami kekurangan asupan makan dan dapat menyebabkan penurunan
berat badan secara ekstrim hingga malnutrisi.26,25,27

11
Sejalan dengan penelitian dari D. Handayani et al 2018 terhadap asupan makan
pada pasien sindrom metabolik dengan penyakit jantung, stroke, diabetes mellitus
dan hipertensi yang menghasilkan bahwa rata-rata tingkat asupan awal sebesar
80.26% sedangkan tingkat asupan akhir 94.84% menunjukkan kecenderungan
tingkat asupan akhir lebih tinggi dari pada tingkat asupan awal28. Intervensi
berupa pemberian diet dan edukasi atau konseling gizi sesuai dengan kebutuhan
pasien, sehingga kepatuhan pasien terhadap asupan dapat dilihat sebagai
monitoring dan evaluasi efektif atau tidaknya asuhan gizi yang sudah diberikan26

Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh M. van Doorn-van Atten et
al, 2018, pada lansia di suatu komunitas dengan rata-rata umur 80 tahun sebanyak
97 kelompok yang tidak memiliki riwayat penyakit seperti mengalami gangguan
kognitif (Mini-Mental State Examination (MMSE) <20), telah terdiagnosis
kanker, menerima perawatan terminal, terbaring di tempat tidur, hanya duduk
pada kursi roda, atau tidak dapat menonton televisi. Intervensi yang diberikan
berupa gabungan telemonitoring multi komponen dengan edukasi gizi yang
disesuaikan dengan komputer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi efek dari intervensi ini pada status gizi, kualitas diet, nafsu makan,
fungsi fisik dan kualitas hidup. Dalam kurun waktu 6 bulan, pada kelompok
intervensi, penelitian ini mendapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan status
gizi pada lansia yang berisiko kekurangan gizi, dan pada peningkatan kualitas diet
dan tingkat aktivitas fisik lansia yang tinggal di komunitas29.

Penelitian yang dilakukan oleh Feng-lan Xie et all 2017, pada subjek yang
mengalami penyakit kanker gastric sebanyak 144 pasien dimana terbagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing-masing 72
pasien. Kemudian diberikan intervensi yaitu edukasi gizi pentingnya asupan gizi,
asupan selama kemoterapi dan edukasi terhadap pengasuh dalam menyiapkan
makanan yang dilakukan oleh ahli gizi, perawat gastroenterologi. Intervensi

12
sebelum pulang terkait efek samping kemoterapi. Intervensi gizi setelah pulang,
dengan cara follow-up melalui telepon. Dihasilkan bahwa rata-rata asupan makan
kelompok intervensi lebih tinggi 1212 kkal dibandingkan kelompok kontrol 822
kkal27.
Menurut penelitian Lacau St Guily J et al 2018, meskipun resiko malnutrisi
umum terjadi pada pasien dewasa, namun kejadian malnutrisi lebih tinggi terjadi
pada pasien dengan kanker gastric. Hampir 30% insiden kanker dan 32%
kematian akibat kanker di seluruh dunia disebabkan oleh keganasan
gastrointestinal (GI) dan insiden serta mortalitas meningkat secara eksponensial
seiring bertambahnya usia. Secara umum, sekitar 10-20% kanker kematian dapat
dikaitkan dengan kekurangan gizi dari pada kanker itu sendiri. Gejala dari
penyakit kanker gastric sendiri adalah anoreksia, rasa mudah kenyang, mual,
muntah, disfagia, odynofagia, diare, sembelit, malabsorpsi, dan nyeri. Dari gejala
tersebut dapat menyebabkan pasien mengalami penurunan asupan makan 5%,
penurunan berat badan dalam 1 bulan atau 10% dalam 6 bulan, skor Mini-
Nutritional Assessment (MNA) 17/30, serum albumin 35 g/L, dan/atau indeks
massa tubuh (BMI) 21 kg/m13,30.

13

Anda mungkin juga menyukai