Anda di halaman 1dari 8

Case Position:

Sengketa Lahan Antara Petani dengan Pangkalan Udara Angkasa

Ø Di atas lahan seluas 32,9 hektare itu rencananya bakal dibangun lapangan
terbang yang dikelola Pemerintah Kabupaten Baru,
Ø Warga keberatan dengan rencana tersebut karena telah menempati dan
bermukim selama tiga generasi. Total sebanyak 75 kepala keluarga dalam
64 rumah yang mendiami lokasi sengketa,
Ø Selain itu mereka juga menggarap lahan secara turun-temurun untuk lahan
pertanian nanas, tebu, ketela, dan pepaya,
Ø Warga juga mengajukan hak kepemilikan tanah negara menjadi objek
reformasi agraria. Namun, proses masih berlangsung dan belum ditetapkan
sebagai objek reformasi agraria,
Ø Warga terusik setelah Pangkalan Udara Angkasa mengklaim memiliki hak
guna pakai sejak 1992. Apalagi setelah tersiar kabar lahan tersebut akan
dibangun lapangan terbang.

Ø Warga menuntut ganti rugi Pangkalan Udara Angkasa


Tugas:

Dari kasus di atas buatlah simulasi mediasinya:

a. Pihak pelapor
i. Kebutuhan:
1. membutuhkan dana untuk melanjutkan hidup, meliputi biaya
pembangunan/pembelian rumah/tanah (tempat tinggal),
makan, pendidikan, mencari pekerjaan, dll.
ii. Kepentingan:
1. masyarakat yang menduduki tanah terlantar
iii. kekhawatiran:
1. tidak tercapainya permohonan tanah menjadi objek reforma
Agraria;
2. kehilangan tempat tinggal; dan
3. kehilangan lahan pertanian.
b. Pihak terlapor
i. Kebutuhan:
1. Segera melaksanakan pembangunan Lapangan Udara
(sebelum hak pakai hapus akibat tidak diperbaharui).
ii. Kepentingan:
1. Pemegang Hak Pakai yang berlaku sah sejak 1992 hingga
2022 (dan masih dapat diperbaharui hingga batas waktu
maksimal 2024);
iii. kekhawatiran:
1. hapusnya Hak Pakai, karena lahan tidak dikelola sebagaimana
maksud pemberian Hak, yakni tidak dilakukan pembangunan
atau pengusahaan atas tanah oleh penerima hak (Pangkalan
Udara Angkasa) selama lebih dari 2 (dua) tahun sejak tanggal
pemberian Hak (vide Ps. 57 huruf (a) PP 18/2021 ttg Hak
Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, Dan
Pendaftaran Tanah);
2. tidak dapat melakukan konstruksi Lapangan Terbang, akibat
batas waktu maksimal “pembaruan” hak pakai adalah tahun
2024.
c. Mediator
Step by Step to Mediation:
Pasal 14 Perma 1/2016 ttg Mediasi:
a. memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada Para Pihak untuk saling
memperkenalkan diri;
b. menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat Mediasi kepada Para Pihak;
c. menjelaskan kedudukan dan peran Mediator yang netral dan tidak mengambil
keputusan;
d. membuat aturan pelaksanaan Mediasi bersama Para Pihak;
e. menjelaskan bahwa Mediator dapat mengadakan pertemuan dengan satu pihak
tanpa kehadiran pihak lainnya (kaukus);
f. menyusun jadwal Mediasi bersama Para Pihak;
g. mengisi formulir jadwal mediasi.
h. memberikan kesempatan kepada Para Pihak untuk menyampaikan permasalahan
dan usulan perdamaian;
i. menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan berdasarkan
skala proritas;
j. memfasilitasi dan mendorong Para Pihak untuk:
i. menelusuri dan menggali kepentingan Para Pihak;
ii. mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi Para Pihak; dan
iii. bekerja sama mencapai penyelesaian;
k. membantu Para Pihak dalam membuat dan merumuskan Kesepakatan Perdamaian;

Dialogue:

Mediator : Selamat pagi (Bapak/Ibu) sekalian, perkenalkan saya Robin selaku


Mediator non-hakim asal Jakarta Pusat dimana atas pilihan Bapak/Ibu
saya menjadi mediator yang akan memandu Bapak/Ibu sekalian untuk
menyelesaikan permasalahan..
baik, mungkin dari saya demikian,
selanjutnya, mungkin akan lebih baik bila kita saling mengenal satu
sama lain. Pertama mungkin kesempatan saya berikan kepada Pihak
Perwakilan dari Masyarakat.

Pihak : Selamat pagi (Bapak/Ibu) dan Mediator, saya Tono yang mewakili 75
Masyarakat kepala keluarga dari masyarakat yang terdampak akibat rencana
pembangunan Lapangan Terbang yang dibuktikan berdasarkan surat
kuasa xx untuk mewakili dan mengambil keputusan pada mediasi ini.

Mediator : Baik, terimakasih Bapak Tono. Selanjutnya, kepada Pihak Bandara


Udara bisa segera memperkenalkan dirinya.

Pihak : Selamat pagi Bapak Mediator. Perkenalkan saya ibu Anisa selaku
Bandara Direktur Utama yang mewakili Pangkalan Udara Angkasa.
Udara

Mediator : Baik, terima kasih Bapak/Ibu atas perkenalan dirinya, sebelumnya


izinkan saya sedikit menjelaskan mengenai mediasi itu sendiri.
Berdasarkan PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, bahwa Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa
melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan Para
Pihak dengan dibantu oleh Mediator.
Bapak/Ibu perlu saya sampaikan bahwa kelebihan mediasi sebagai
alternatif penyelesaian sengketa adalah proses penyelesaian yang
cepat dan efisien.

Dalam Mediasi, Saya selaku Mediator hanya sebagai Pihak Ketiga


yang senantiasa bersikap adil, netral dan tidak akan memihak kepada
salah satu pihak serta segala keputusan yang diambil merupakan
hasil kesepakatan bersama masing-masing pihak yang bermediasi di
sini, yaitu Pihak Masyarakat yang diwakili oleh Bapak Tono dan Pihak
Lapangan Udara yang diwakili oleh Ibu Anisa. Apakah sampai di sini
penjelasan saya sudah dapat dimengerti?

Pihak : Baik. Saya sudah mengerti Bapak Mediator.


Masyarakat &
Bandara
Udara

Mediator : Baik, terimakasih. Selanjutnya, untuk kelancaran proses mediasi,


perlu kita atur terlebih dahulu aturan dasar dalam proses mediasi,

Dalam hal ini, yang perlu menjadi landasan dalam mediasi adalah
sikap saling menghargai antara Para Pihak, untuk itu, Para Pihak
akan diberikan waktu dan kesempatan yang sama untuk
menyampaikan pendapatnya, ketika salah satu Pihak sedang
berbicara, Pihak lainnya tidak diperkenankan untuk menyela atau
memotong pembicaraan, perlu dipahami juga bahwa sepanjang
mediasi berlangsung diharapkan masing-masing Pihak dapat
menyampaikan pendapatnya dalam bahasa yang sopan dan tidak
intimidatif, serta menghargai perbedaan,

Bahwa dalam keberjalanan mediasi, saya selaku mediator


sewaktu-waktu dapat melakukan kaukus, yaitu pertemuan dengan
salah satu pihak tanpa kehadiran pihak lainnya yang ditujukan untuk
memperjelas pemahaman terhadap kebutuhan dan kepentingan
masing-masing Pihak,
Kaukus akan dilaksanakan dengan adil bagi Para Pihak, dan terlebih
dahulu harus diberitahukan kepada pihak lainnya sebelum
pelaksanaan.

apakah hal ini dapat dipahami dan disepakati Bapak/Ibu?

Pihak : Baik, terimakasih Bapak Mediator. Saya sudah memahami dan akan
Masyarakat & menaati peraturan yang ada.
Bandara
Udara

Mediator : Baik sebelum kita memulai, izinkan saya untuk menyampaikan


agenda pembahasan dalam mediasi, yaitu:
1. Presentasi terkait permasalahan dari masing-masing pihak
2. Mencari kesepahaman awal
3. Mendefinisikan permasalahan
4. Menyusun agenda berdasarkan permasalahan
5. Negosiasi, dimana Jika mencapai kesepakatan,
Hasil kesepakatan akan dibuat dalam bentuk nota kesepakatan. Lalu,
apabila nota Kesepakatan Perdamaian tersebut diperlukan untuk
memiliki kekuatan hukum maka dapat dikukuhkan menjadi Akta
Perdamaian oleh Hakim Pemeriksa Perkara.

Selanjutnya, dari Bapak Tono atau Ibu Anisa apakah ada hal yang
ingin disampaikan?

Pihak : Belum ada Bapak Mediator.


Masyarakat &
Bandara
Udara

Mediator : Baik. Bapak dan Ibu sekalian, maka kita akan memasuki agenda
mediasi pertama kita yaitu penjelasan terkait duduk perkara oleh
masing-masing pihak. yang terlebih dahulu dapat dimulai dari Pihak
Masyarakat oleh Bapak Tono dipersilahkan.

Pihak : Saya sangat marah dengan adanya klaim dari pihak bandara atas
Masyarakat tanah tersebut. Padahal tanah tersebut sudah kami tempati selama 3
generasi berturut-turut. Selain itu kami juga menggarap lahan secara
turun-temurun untuk lahan pertanian nanas, tebu, ketela, dan juga
pepaya.

Namun, tiba-tiba pihak bandara dengan santainya mengklaim akan


dibuat landasan udara! Mereka tidak peduli dengan kami yang sudah
tinggal dan bekerja untuk tanah tersebut bertahun-tahun!

Mediator : ohh jadi.. Sepertinya bapak Tono kecewa dengan peristiwa ini, ya
pak?

Pihak : Iya pak betul.


Masyarakat

Mediator : Jadi maksud bapak jika pihak bandara dapat lebih mengerti dan peduli
dengan keadaan masyarakat setempat, tentu bapak dan masyarakat
setempat pun akan lebih terbuka untuk proyek tersebut ya?

Pihak : iya, benar demikian Pak Mediator. Meskipun tanah tersebut adalah
Masyarakat milik negara, tapi kami sudah mengajukan permohonan kepada
Pemerintah agar Tanah tersebut menjadi objek Reforma Agraria, yang
saat ini sedang berjalan prosesnya.

Mediator : Baik, terimakasih Pak Tono. Selanjutnya, kita akan mendengarkan


penjelasan dari Ibu Anisa selaku perwakilan dari Pangkalan Udara
Angkasa.

Pihak : Iya jadi begini ya pak. Lahan tersebut akan kami Bangun lapangan
Bandara : terbang. Itu hak kami karena kami yang mempunyai hak atas tanah
Udara tersebut!

Mediator : mempunyai Hak atas tanah, ya Bu?(copas)

Pihak : Ya pak, kami selaku pihak bandara udara kan memang sudah
Bandara memiliki hak pakai atas tanah tersebut sejak tahun 1992. Lalu, warga
Udara tiba-tiba saja langsung menduduki dan bermukim di tanah tersebut.

Mediator : Baik, terimakasih Ibu Anisa. Berdasarkan penjelasan dari bapak dan
ibu sekalian. Saya menarik kesepahaman awal yaitu:
1. Adanya kesepahaman bahwa bapak ibu ingin menyelesaikan
masalah terkait lahan tersebut.
2. Adanya kesepahaman bahwa bapak/ibu ingin menyelesaikan
masalah ini dengan cepat dan jika perlu tidak dibawa ke
pengadilan

Bahwa sejatinya berdasarkan identifikasi saya, kendala yang dialami


oleh pihak masyarakat dengan hadirnya rencana pembangunan
Lapangan Terbang oleh Pangkalan Udara Angkasa adalah kehilangan
pemukiman dan lahan pertanian.
Sedangkan di sisi lain, bagi Pihak Bandar Udara, harus segera
melakukan konstruksi lapangan terbang, mengingat telah
direncanakan jauh hari sesuai rencana kerja perusahaan ya.

Apakah benar demikian Bapak dan Ibu?

Pihak : Iya benar demikian pak.


Masyarakat &
Bandara
Udara

Mediator : Baik selanjutnya, kita akan memasuki tahapan negosiasi, berdasarkan


masalah tersebut, bagaimana pendapat Pak Tono terkait
pembangunan Lapangan Terbang pada lahan tersebut, mengingat hal
ini telah direncanakan jauh hari oleh pihak Bandar Udara?

Pihak : Seperti yang telah saya jelaskan tadi, bahwa lahan tersebut, telah
Masyarakat kami tempati dan olah, turun-temurun selama 3 generasi, jadi bandara
tidak bisa begitu saja melakukan pembangunan di lahan kami, karena
dampaknya adalah kami dapat kehilangan tempat tinggal dan mata
pencaharian.

Mediator : baik sepertinya pak Tono meresa kecewa ya pak, jika tanah tersebut
tiba-tiba dibangun lapangan udara?

Pihak : Iya saya kecewa dan saya ingin ganti rugi dari pihak bandara jika ingin
Masyarakat menggunakan tanah tersebut. Kami ingin tanah kami dibeli
berdasarkan harga pasar, dan jika tidak maka kami tidak akan pindah.

Mediator : oh jadi maksud bapak, kalau Pihak Bandara mau memberikan ganti
rugi atas tanah dengan perhitungan harga pasar, maka Pihak
Masyarakat akan mempertimbangkan untuk pindah, benar demikian
Pak Tono?

Pihak : Iya betul, pak.


masyarakat

Mediator : Baik, terimakasih pak Tono. Selanjutnya, dari pihak Lapangan Udara
yaitu Ibu Anisa apakah ada tanggapan?
Pihak : Iya, pak. Di sini saya sudah mendengar apa yang sekiranya diinginkan
Bandara oleh pihak masyarakat itu sendiri. Kami pun sebenarnya dari pihak
Udara lapangan udara juga sudah berencana untuk memberikan ganti rugi
atas hilangnya tempat tinggal juga mata pencaharian masyarakat
setempat.

Mediator : Ganti rugi ya, Bu?

Pihak Iya betul pak kami bersedia untuk memberikan ganti rugi sesuai harga
Bandara : pasar.
Udara

Mediator : Baik, saya lihat dari pihak bandara udara maupun masyarakat
sama-sama memiliki iktikad baik akan permasalahan ini.

Maka, izinkan saya untuk menyimpulkan hasil negosiasi pada mediasi


kali ini. Pihak masyarakat maupun pihak bandara udara sama-sama
sepakat untuk solusi atas permasalahan ini yaitu akan diadakan ganti
rugi atas tanah seharga pasar. Apakah benar begitu Ibu Anisa dan
Bapak Tono?

Pihak : Iya benar begitu pak.


Masyarakat &
Pihak
Bandara
Udara

Mediator : Baik, setelah adanya kesepakatan dari kedua belah pihak, selanjutnya
adalah penyusunan draft kesepakatan perdamaian.

Draft kesepakatan perdamaian ini berisi mengenai hal-hal yang sudah


Para Pihak sepakati sebelumnya yaitu mengenai persoalan ganti rugi
atas tanah.

Silahkan bapak Tono dan ibu Anisa untuk dapat dibaca terlebih dahulu
draft kesepakatan perdamaian.

Pihak : Baik, pak, kami telah membaca dan sepakat dengan draft
Masyarakat & kesepakatan perdamaian tersebut.
Pihak
Bandara
Udara

Mediator : Baik. jika begitu, Bapak/Ibu dapat menandatangani Kesepakatan


Perdamaian ini pada kolom yang disediakan.

Pihak : Baik, telah kami tandatangani pak.


Masyarakat &
Pihak
Bandara
Udara

Mediator : oke Bapak/Ibu, apakah Nota Kesepakatan ini perlu untuk didaftarkan
ke Pengadilan agar menjadi Akta Perdamaian dan memiliki kekuatan
eksekutorial?
Pihak : tidak Perlu pak.
Masyarakat &
Pihak
Bandara
Udara

Mediator : tidak perlu yaa bapak Tono dan ibu Annisa.

Demikianlah mediasi ini telah berjalan dengan lancar dan


menghasilkan kesepakatan.

Terimakasih kepada bapak Tono dan Ibu Anisa telah memiliki itikad
baik untuk permasalahan ini.

untuk itu mediasi kita pada hari ini telah selesai dan dapat ditutup
dengan jabat tangan antara Bapak/Ibu..

Anda mungkin juga menyukai