Anda di halaman 1dari 166

Dr. KRT. MJ Widijatmoko, SH, Sp.

PEWARISAN DI INDONESIA
(HUKUM WARIS BARAT, HUKUM WARIS ADAT, & HUKUM WARIS ISLAM)

HIBAH & WASIAT


dilengkapi dengan :
-Pembuatan Boedel Harta Warisan,
-Perhitungan & Pembagian Harta Peninggalan & Harta Warisan, 08161129247
-Akta Keterangan Ahli Waris/Akta Keterangan Hak Mewaris,
-Akta Pembagian Harta Warisan, &
-Pewarisan Kepemilikan Hak Atas Tanah / Hak Milik Satuan Rumah Susun Milik
Orang Asing

Pengurus Daerah Klaten Ikatan Notaris Indonesia, Klaten – 16 Juli 2022 1


PENDUDUK INDONESIA
• Pasal 131 jo 162 Indische Staatsregeling • UU 23/2006 ttg Administrasi Kependudukan
jo. UU 24/2013 ttg Perubahan UU 23/2006
1. golongan Eropa; & UU 12/2006 ttg Kewarganegaraan
2. golongan Timur Asing, terdiri atas :
a. golongan Timur Asing Tionghoa 1. warga negara Indonesia;
b. golongan Timiur Asing lainnya 2. warga nagara asing
(non Tionghoa);
3. golongan Bumiputra/Indonesia asli
Aturan Peralihan Pasal ll UUD jo. PP 2/1945 :
Badan-badan negara & peraturan–peraturan
Apakah secara hukum, ketentuan pasal 131 jo. yang ada sampai berdirinya Negarca Republik
Pasal 163 IS masih berlaku setelah berlakunya Indonesia pada taggal 17 Agustus 1945,
UU 23/2006 jo UU 24/2013 & UU 12/2006 ? selama belum diadakan yang baru menurut
UUD masih berlaku asal saja tidak
bertentangan dengan UUD tersebut.
2
Pasal 131 Indische Staatsregeling
(1) Hukum-hukum perdata, dagang dan pidana, begitu pula hukum acara perdata dan pidana, diatur dengan
"undang-undang" (ordonansi), dengan tidak mengurangi wewenang yang diberikan oleh atau berdasarkan
undang-undang kepada pembentuk perundang-undangan pidana. Pengaturan ini dilakukan, baik untuk
seluruh golongan penduduk atau beberapa golongan dari penduduk itu ataupun sebagian dari golongan
itu, ataupun baik untuk bagian-bagian dari daerah secara bersama maupun untuk satu atau beberapa
golongan atau bagian dari golongan itu secara khusus.
(2) Dalam ordonansi-ordonansi yang mengatur hukum perdata dan dagang ini:
a. untuk golongan Eropa berlaku (dianut) undang-undang yang berlaku di Negeri Belanda, dan
penyimpangan dari itu hanya dapat dilakukan dengan mengingat baik yang khusus bertaku menurut
keadaan di Indonesia, maupun demi kepentingan mereka ditundukkan kepada peraturan perundang-
undangan menurut ketentuan yang sama bagi satu atau beberapa golongan penduduk lainnya;
b. untuk orang-orang Indonesia, golongan Timur Asing atau bagian-bagian dari golongan-golongan itu,
yan merupakan dua golongan dari penduduk, sepanjang kebutuhan masyarakat megnghendaki,
diberlakukan baik ketentuan perundang-undangan untuk golongan Eropa, sedapat mungkin dengan
mengadakan perubahan-perubahan seperlunya, maupun ketentuan perundang-undangan yang sama
dengan golongan Eropa, sedangkan untuk hal-hal lain yang belum diatur di situ, bagi mereka berlaku
peraturan hukum yang bertalian dengan agama dan adat-kebiasaan mereka, yang hanya dapat
menyimpang dari itu, apabila temyata kepentingan umum atau kebutuhan masyarakat
menghendakinya. (ISR. 163; S. 1882-152; S. 1917-129, 130; S. 1924-556; S. 1931-53 jo. 177.)

3
(3) Dalam ordonansi-ordonansi yang mengatur hukum pidana, hukum seats p,erdata dan
hukum acara pidana, bila hal itu berlaku secara khusus untuk golongan Eropa, dianut
undang-undang yang berlaku di Negeri Belanda, akan tetapi dengan perubahan-perubahan
yang diperlukan yang disebabkan oleh keadaan khusus di Indonesia; bila karena penerapan
atau penundukan diri kepada peraturan umum yang berlaku sama bagi golongan lain atau
sebagian dari golongan itu, barulah undang-undang itu diberlakukan bila terdapat
persesuaian dengan keadaan yang khusus itu.
(4) Orang-orang Indonesia dan golongan Timur Asing, sepanjang mereka belum ditundukkan
kepada peraturan yang sama bagi golongan Eropa, berhak untuk menundukkan diri secara
ke'scluruhan atau sebahagian, untuk melakukan perbuatan hukum tertentu, kepada
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam hukum perdata dan hukum dagang untuk golongan
Eropa yang sebetulnya tidak berlaku bagi mereka itu. Penundukan diri kepada hukum
Eropa ini beserta akibat-akibat hukumnya diatur dengan ordonansi.
(ISR. 163-1 S. 1917-12, 528jo. S. 1926-360.)
(5) Ordonansi-ordonansi yang disebutkan dalam pasal ini berlaku hanya di daerah-daerah di
mana orang-orang Indonesia diberi kebebasan untuk menggunakan hukum acaranya sendiri
dalam berperkara, bila penerapannya dapat disesuaikan dengan keadaan setempat.
(S. 1932-80.)
(6) Hukum perdata dan hukum dagang yang sekarang berlaku bagi orang-orang Indonesia dan
golongan Timur Asing masih tetap berlaku selama belum diganti dengan ordonansi-
ordonansi seperti yang disebutkan dalam ayat (2) b seperti tersebut di atas. (ISR. 134, 163.)

4
Pasal 163 Indische Staatsregeling

(1) Bila ketentuan-ketentuan dalam undang-undang ini, peraturan umum dan verordening lainnya,
reglemen, pemeriksaan polisi dan peraturan administrasi berbeda-beda yang digunakan untuk
golongan Eropa, orang Indonesia dan golongan Timur Asing, berlakulah pelaksanaan-
pelaksanaan seperti berikut.
(2) Ketentuan-ketentuan untuk golongan Eropa berlaku bagi :
1. semua orang Belanda;
2. semua orang yang tidak termasuk dalam no. 1 yang berasal dari Eropa;
3. semua orang Jepang dan selanjutnya semua pendatang dari luar negeri yang tidak termasuk
dalam no. 1 dan 2 yang di negeri-asalnya berlaku bagi mereka hukum keluarga yang pada
dasamya mempunyai asas-asas hukum yang sama dengan hukum keluarga Belanda;
4. anak-anak yang sah atau yang diakui sah berdasarkan undang-undang di Indonesia beserta
keturunan-keturunan dari orang-orang seperti yang disebutkan dalam no. 2 dan 3.
(3) Ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi orang-orang Indonesia, kecuali bagi orang-orang Kristen-
Indonesia yang keadaan hukumnya telah ditetapkan dengan ordonansi, berlaku bagi semua
orang yang termasuk penduduk asli Indonesia dan yang tidak mengalihkan status hukumnya ke
golongan lain dari penduduk asli Indonesia, dan termasuk mereka yang merupakan golongan
lain dari penduduk asli Indonesia akan tetapi telah membaurkan diri dalam penduduk asli
Indonesia.

5
(4) Ketentuan-ketentuan untuk golongan Timur Asing, kecuali yang status hukumnya
telah ditetapkan dalam ordonansi bagi mereka yang memeluk Agama Kristen, berlaku
bagi semua orang yang tidak memenum unsur-unsur seperti yang disebutkan dalam
ayat (2) dan (3) pasal ini.
(5) Dengan persetujuan Raad van Indonesia, Gubernur Jenderal berwenang untuk
memberlakukan ketentuan-ketentuan untuk golongan Eropa bagi mereka yang tidak
tunduk kepada ketentuan-ketentuan tersebut di atas. Pernyataan berlakunya
ketentuan-ketentuan ini bagi mereka, berlaku pula demi hukum bagi anak-anak
mereka yang sah yang dilahirkan kemudian dan anak-anak mereka yang sah
berdasarkan undang-undang dan keturunan-keturunan lanjutan mereka. (S. 1883-
192.)
(6) Setiap orang berdasarkan peraturan yang ditetapkan dalam ordonansi dapat
mengajukan permohonan kepada hakim untuk ditetapkan dalam kategori mana orang
itu berada.

6
UU 23/2006 (Administrasi Kependudukan)
• Pasal 1
Angka 2. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
Angka 3. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai Warga Negara Indonesia.
Angka 4. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.
• Pasal 2
Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh:
a. Dokumen Kependudukan;
b. pelayanan yang sama dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;
c. perlindungan atas Data Pribadi;
d. kepastian hukum atas kepemilikan dokumen;
e. informasi mengenai data hasil Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil atas dirinya dan/atau keluarganya; dan
f. ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil serta
penyalahgunaan Data Pribadi oleh Instansi Pelaksana.
• Pasal 3
Setiap Penduduk wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi
Pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Pasal 4
Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Republik Indonesia wajib melaporkan Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting yang dialaminya kepada Instansi Pelaksana Pencatatan Sipil negara setempat dan/atau kepada Perwakilan
Republik Indonesia dengan memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
7
Paragraf 1 : Pencatatan Kematian di Indonesia
• Pasal 44
(1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili kepada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal kematian.
(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kematian dan
menerbitkan Kutipan Akta Kematian.
(3) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan keterangan kematian dari pihak yang berwenang.
(4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan keberadaan seseorang karena hilang atau mati tetapi tidak ditemukan jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat
Pencatatan Sipil baru dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.
(5) Dalam hal terjadi kematian seseorang yang tidak jelas identitasnya, Instansi Pelaksana melakukan pencatatan kematian berdasarkan
keterangan dari kepolisian.
Paragraf 2 : Pencatatan Kematian di luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
• Pasal 45
(1) Kematian Warga Negara Indonesia di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang
mewakili keluarganya kepada Perwakilan Republik Indonesia dan wajib dicatatkan kepada instansi yang berwenang di negara setempat
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kematian.
(2) Apabila Perwakilan Republik Indonesia mengetahui peristiwa kematian seorang Warga Negara Indonesia di negara setempat yang tidak
dilaporkan dan dicatatkan paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya informasi tersebut, pencatatan kematiannya dilakukan oleh
Perwakilan Republik Indonesia.
(3) Dalam hal seseorang Warga Negara Indonesia dinyatakan hilang, pernyataan kematian karena hilang dan pencatatannya dilakukan oleh
Instansi Pelaksana di negara setempat.
(4) Dalam hal terjadi kematian seseorang Warga Negara Indonesia yang tidak jelas identitasnya, pernyataan dan pencatatan dilakukan oleh
Instansi Pelaksana di negara setempat.
(5) Keterangan pernyataan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dicatatkan pada Perwakilan Republik Indonesia
setempat.
(6) Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menjadi dasar Instansi Pelaksana di Indonesia mencatat peristiwa tersebut dan menjadi
bukti di pengadilan sebagai dasar penetapan pengadilan mengenai kematian seseorang.
• Pasal 46
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatan kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dan Pasal 45 diatur
dalam Peraturan Presiden.
8
Surat Pernyataan Sebagai Ahli Waris
Buku II Mahkamah Agung : PedomanPelaksanaan Tugas & Administrasi Pengadilan, Cetakan ke IV 2003
Rapat Kerja Nasional para pimpinan peradilan dari Ke-4 lingkungan peradilan seluruh Indonesia yang diselenggarakan
di Batu Malang tanggal 24 s/d 27 Januari 1993 dan di Bandung tanggal 16 s/d 20 Januari 1994

13. Akta Dibawah Tangan Mengenai Keahliwarisan


Akta ini dibuat oleh ahli waris almarhum. Mereka membuat suatu surat pernyataan bahwa diri mereka adalah ahli waris, dan
dengan menyebutkan kedudukan masing-masing dalam hubungan keluarga yang telah meninggal dunia. Pernyataan yang dibuat
tersebut dapat dimintakan dimintakan untuk disahkan tanda-tangannya oleh Notaris atau Ketua Pengadilan Negeri.
Setelah dibacakan dan dijelaskan dihadapan para pihak oleh Ketua Pengadilan Negeri atau Hakim yang ditunju, tanda tangan
mereka disyahkan dengan mendasarkan ketentuan pasal 2 (1) Stbld. 1916-46 dengan cara, dibawah pernyataan tersebut
dibubuhi :
Yang bertanda tangan dibawah ini, Ketua/Hakim Pengadilan Negeri ….. menerangkan, bahwa orang bernama ……………
telah saya kenal atau telah diperkenalkan kepada saya, dan kepadanya/mereka telah saya jelaskan isi pernyataan dalam
akta tersebut diatas, dan setelah itu ia/mereka membubuhkan tandatangannya di hadapan saya.
Surat keterangan ahli waris tersebut hanya berlaku untuk suatu keperluan tertentu, karena itu agar dibawahnya
dicantumkan dengan huruf-huruf besar sebagai berikut (sebagai contoh) :
CATATAN :
AKTA DIBAWAH TANGAN YANG TELAH DISAHKAN INI KHUSUS BERLAKU UNTUK
MENGAMBIL UANG DEPOSITO DI BANK …………………………………………..……..
ATAS
NAMA …………………………………………………………………….
Dan kemudian dibubuhi cap Pengadilan Negeri.
Sesuai dengan pasal 3 ayat (1), akta tersebut dicatat dalam Buku Register yang khusus disediakan untuk itu

9
Permen ATR Ka BPN 16/2021
• Pasal 111
(1) Permohonan pendaftaran peralihan Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun diajukan oleh ahli
waris atau kuasanya dengan melampirkan:
a. Sertipikat Hak Atas Tanah atau Sertipikat Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun atas nama pewaris atau alat bukti
pemilikan tanah lainnya;
b. surat kematian atas nama pemegang hak yang tercantum dalam Sertipikat yang bersangkutan dari kepala
desa/lurah tempat tinggal pewaris waktu meninggal dunia, rumah sakit, petugas kesehatan, atau instansi lain
yang berwenang;
c. surat tanda bukti sebagai ahli waris dapat berupa:
1. wasiat dari pewaris;
2. putusan pengadilan;
3. penetapan hakim/ketua pengadilan;
4. surat pernyataan ahli waris yang dibuat oleh para ahli waris dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi
dan diketahui oleh kepala desa/lurah dan camat tempat tinggal pewaris pada waktu meninggal dunia;
5. akta keterangan hak mewaris dari Notaris yang berkedudukan di tempat tinggal pewaris pada waktu
meninggal dunia; atau
6. surat keterangan waris dari Balai Harta Peninggalan.
d. Surat Kuasa Tertulis dari ahli waris apabila yang mengajukan permohonan pendaftaran peralihan hak bukan ahli
waris yang bersangkutan;
e. bukti identitas ahli waris.
10
(2) Apabila pada waktu permohonan pendaftaran peralihan sudah ada putusan pengadilan atau penetapan
hakim/ketua pengadilan atau akta mengenai pembagian waris, maka putusan/ penetapan atau akta
tersebut juga dilampirkan pada permohonan.
(3) Akta mengenai pembagian waris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat dalam bentuk akta di
bawah tangan oleh semua ahli waris dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi atau dengan akta Notaris.
(4) Apabila ahli waris lebih dari 1 (satu) orang dan belum ada pembagian warisan, maka pendaftaran peralihan
haknya dilakukan kepada para ahli waris sebagai pemilikan bersama, dan pembagian hak selanjutnya dapat
dilakukan melalui pembagian hak bersama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Apabila ahli waris lebih dari 1 (satu) orang dan pada waktu pendaftaran peralihan haknya disertai dengan
akta waris yang memuat keterangan bahwa Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
tertentu jatuh kepada 1 (satu) orang penerima warisan, maka pencatatan peralihan haknya dilakukan
kepada penerima warisan yang bersangkutan berdasarkan akta waris tersebut.
(6) Pencatatan pendaftaran peralihan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada buku tanah,
Sertipikat, daftar tanah dan/atau daftar umum lainnya.

11
HUKUM WARIS DI INDONESIA

HUKUM WARIS HUKUM WARIS HUKUM WARIS


BARAT ADAT AGAMA
(KUHPerdata)
PATRILINEAL ISLAM

MATRILINEAL KRISTEN

KATHOLIK
PARENTAL
HINDU

BUDHA

ALIRAN KEPERCAYAAN

12
ATURAN HUKUM YANG TERKAIT DENGAN HUKUM WARIS

1.a. UU 1/1974 ttg Perkawinan 11. UU 5/1960 ttg UUPA


12. PP 40/1996 ttg Pemberian HGU, HGB, HP
1.b. UU 16/2019 ttg Perubahan UU 1/1974 (catt : telah dicabut dg PP 18/2021)

2. KUHPerdata 13.a. PP 24/1997 ttg Pendaftaran Tanah


(catt : sebahagian diubah dg PP 18/2021)
3. Pasal 131 & Pasal 163 Indische Staatregeling 13.b. PMNA/KaBPN 3/1997 ttg Peraturan Pelaksana PP 24/1997.
13.c. Perkaban 8/2012 ttg Perub PMNA 3/1997
4. Hukum Adat 13.d. PM ATR/BPN 7/2019 ttg Perub ll PMNA 3/1997
5. Kompilasi Hukum Islam 13.e. PM ATR/BPN 16/2021 ttg Perub lll PMNA 3/1997
14.a. PP 103/2015 ttg Rumah Tinggal utk Orang Asing.
6. Putusan MK No 46/PUU-VIII/2010 ttg anak (catt : telah dicabut dg PP 18/2021)
7. Putusan MK No 69/PUU-XIII/2015 ttg perjanjian kawin 14.b. PM ATR/BPN 29/2016 ttg peraturan pelaksana PP 103/2015.
(catt : PP 103/2015 dicabut dg PP 18/2021)
8. UU 23/2002 jo UU 35/2014 ttg Perlindungan Anak 15. PP 18/2021 ttg Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Sususn,
& Pendaftaran Tanah
9.a. UU 23/2006 ttg Administrasi Kependudukan (catt : pelaksanaan dari UU 11/2020 ttg Cipta Kerja)
16. PMKUMHAM 7/2021 ttg Organisasi Dan Tata Kerja Balai Harta
9.b. UU 24/2013 ttg Perubahan UU 23/2006 Peninggalan
10. UU 12/2006 ttg Kewarganegaraan 17. Buku II Mahkamah Agung : PedomanPelaksanaan Tugas &
Administrasi Pengadilan,

13
PEWARISAN
Sengketa gol & agama Pengadilan Negeri

yang agama Islam Pengadilan Agama


SKAW /
Warisan Terbuka Fatwa Waris Gol TA Non Tionghoa Balai Harta Peningggalan

Ahliwaris Gol Bumiputra Lurah + Camat


Menikah / Meninggal ab intestato
Tidak Menikah Dunia Ahliwaris Gol Eropa &
Notaris
testamentair Gol TA Tionghoa

WASIAT PEWARIS SKAW / Fatwa Waris Memuat :


1. Pilihan hukum waris yg akan digunakan;
APHW/Putusan PHW
-> Wasiat Terbuka → 2 Saksi 1. Cek Wasiat di DPW :
2. Keterangan ttg Perkawian Pewaris (jumlah APHW / Putusan PHW memuat :
-> Wasiat Tertutup & Wasiat a. Ada → salinan wasiat &
Rahasia/Olografis → 4 saksi
perkawinan & suami/istri); 1.hal2 yg dimuat dalam SKAW;
urutkan akta/surat wasiat 3. Anak2 yg dilahirkan dalam Perkawinan
-> Wasiat wajib dilaporkan 2.Ada/tidak tuntutan LP dari
berdasarkan tgl, bln thn (-Perkawinan) selama hidup Pewaris;
oleh Notaris ke DPW max pd ahliwaris;
pembuatannya 4. Pewaris Wanita → pada saat meninggal sedang
tgl 5 bulan berikutnya sejak 3.Pembayaran beban Harta
tgl pembuatan akta Wasiat.
b. Tidak Ada → 0 mengandung atau tidak, & bila sedang
2. Buka Wasiat : Peninggalan;
mengandung, apakah si anak lahir 4.Pembayaran beban Harta
a. Wasiat Terbuka → Notaris
hidup/meninggal ? Warisan;
b. Wasiat Tertutup → BHP
HIBAH 5. Pewaris Pria → ada/tidak Anak Luar Kawin & 5.Inbreng Hibah (bila LP dituntut);
c. Wasiat Rahasia → BHP
apakah ada/tidak ada pengakuan terhadap Anak 6.Inkorting Hibah (bila LP
Bila ahliwaris menuntut LP Luar Kawin tsb ?
(Legitimatie Portie) / Hak Multlak dituntut);
Bila ada 6. ada/tidak ttg a) anak zinah, b) anak sumbang & 7.Perhitungan & Bagian hak
→ LP dilanggar maka : Anak Dibawah Umur c) anak angkat/adopsi;
1. Hibah → wajib INBRENG; masing2 ahliwaris dari harta
→ BHP sebagai 7. ada/tidaknya Akta Wasiat yg dibuat Pewaris warisan;
2. Hibah → wajib INKROTING Wali Pengawas semasa hidupnya; 8.Pelaksanaan & Penyerahan
8. Penetapan Ahliwaris dari Pewaris; bagian masing2 ahli waris dari
9. ada/tidak ahliwaris yg dinyatakan Tidak Patut, harta warisan 14
Tidak Cakap atau menyatakan Menolak Warisan;
MA RI : Kepemilikan masing2
Putusan/ Dibawah tangan (perseorangan) Ahli Waris
Dibawah Tangan Penetapan → Ketua PN /
NOTARIS BHP → Lurah + Camat Pengadilan Notaris

PEWARIS SURAT AKTA PEMBAGIAN


MENINGGAL KETERANGAN/PERNYATAAN BOEDEL HARTA HARTA WARISAN BALIK NAMA APHB
WASIAT
DUNIA SEBAGAI AHLI WARIS WARISAN (Akta Notaris) TURUN WARIS (Akta PPAT)

1. Akta Wasiat (Notaris).


2. Wasiat terdaftar di DPW. SKAW / Fatwa Waris Memuat : Pendaftaran APHW / Putusan PHW memuat : Kantor Pembagian
1. Pilihan hukum waris yg akan digunakan
3. Ada/tidak ada Boedel 1.hal2 yg dimuat dalam SKAW; Pertanahan kepada
2. Keterangan ttg Perkawian Pewaris (jumlah 2.Ada/tidak tuntutan LP dari
pencabutan wasiat Harta masing2
perkawinan & suami/istri); ahliwaris;
3. Anak2 yg dilahirkan dalam Perkawinan Warisan 3.Pembayaran beban Harta (perseorangan)
WARISAN (-Perkawinan) selama hidup Pewaris; Peninggalan; Ahli Waris
TERBUKA 4. Pewaris Wanita → pada saat meninggal sedang 4.Pembayaran beban Harta
mengandung atau tidak, & bila sedang Warisan;
mengandung, apakah si anak lahir 5.Inbreng Hibah (bila LP dituntut);
hidup/meninggal ? 6.Inkorting Hibah (bila LP
5. Pewaris Pria → ada/tidak Anak Luar Kawin & dituntut);
apakah ada/tidak ada pengakuan terhadap Anak 7.Perhitungan & Bagian hak
Luar Kawin tsb ? masing2 ahliwaris dari harta
6. ada/tidak ttg a) anak zinah, b) anak sumbang & warisan;
c) anak angkat/adopsi; 8.Pelaksanaan & Penyerahan
7. ada/tidaknya Akta Wasiat yg dibuat Pewaris bagian masing2 ahli waris dari Kepemilikan
semasa hidupnya; harta warisan
8. Penetapan Ahliwaris dari Pewaris; Bersama
9 ada/tidak ahliwaris yg dinyatakan Tidak Patut, Ahli Waris
Tidak Cakap atau menyatakan Menolak Warisan;
15
AHLI WARIS menurut KUHPerdata/BW
KETERANGAN :
AS = Anak Sah I = Istri
ALKD = Anak Luar Kawin S = Suami
Golongan 3
Diakui Bp = Bapak
ALK = Anak Luar Kawin Ib = Ibu
Terus ke atas s/d tingkat ke-6 Terus ke atas s/d tingkat ke-6 AA = Anak Angkat S = Saudara
AZ = Anak Zinah PM = Paman
ASg = Anak Sumbang BB = Bibi
CC = Cucu K = Kakek
K N K N CT = Cicit
CG = Canggah
N = Nenek

Golongan 2
BB PM Bp Ib PMi BBi Bpi Ibi
Golongan 4 Golongan 4
S2 S1 Si1 Si2

Pt I/S
AZ ASg ALK ASp1 Golongan 1 AS i\s1 ASg AZ
Tidak menjadi Ahliwaris P AS ALKD AA Anak Tidak menjadi Ahliwaris P
CC Plaatvervulling UU Asuh
23/2002
UU 23/2002
Plaatvervulling
CT Golongan 1 = Istri/suami &
Plaatvervulling Anak Sah + ALKD + AA (→plaatvervulling)
CG Golongan 2 = Bapak Ibu Pewaris & Saudara Kandung Pewaris/keturunannya;
Golongan 3 = Kakek & Nenek Pewaris terus ke atas;
Plaatvervulling Golongan 4 = sanak saudara dalam garis menyamping s/d tingkat ke-6. 16
BOEDEL HARTA PENINGGALAN PEWARIS
Harta Bawaan Suami Harta Gono Gini Harta Bawaan Isteri
Uraian Benda Harga/Nilai Ket Uraian Benda Harga/Nilai Ket Uraian Benda Harga/Nilai Ket
1. Rp. 1. Rp. 1. Rp.

2. 2. 2.

3. 3. 3.

Beban Harta Bawaan Suami: Beban Harta Gono Gini/ Harta Peninggalan : Beban Harta Bawaan Isteri :
1. Hutang pribadi. 1. Ongkos perawatan 1. Hutang pribadi.
di Rumah Sakit.
2. Biaya pendaftaran 2. Hutang Persatuan 2. Biaya pendaftaran
harta bawaan. harta bawaan.
3. Biaya penaksiran 3. Biaya pendaftaran 3. Biaya penaksiran
(appraisal) benda harta (appraisal) benda
tetap & bergerak, tetap & bergerak,
dll dll
4. Biaya penaksiran
(appraisal) benda
tetap & bergerak,
dll

Jumlah Jumlah Jumlah

17
BOEDEL HARTA WARISAN PEWARIS
Uraian Harta Wariasan Harga/Nilai Keterangan
I Harta Bawaan Pewaris :
1.
2.
II Hak Pewaris atas Harta Gono Gini :
1.
2.
III Beban Harta Warisan :
a. Ongkos penguburan
b. Biaya pendaftaran BBA (Beneficiare van Boedel Aanvarding)
c. Keterangan tentang penerimaan harta warisan secara
terbatas/bersyarat-syarat untuk anak-anak dibawah umur oleh ahli
waris lainnya
d. Biaya iklan tentang pemanggilan Kreditor & Debitor dari Pewaris
Jumlah
18
HARTA PENINGGALAN PEWARIS
PERKAWINAN GONO GINI

1 Harta Peninggalan (brutto) Rp.


2 Beban Persatuan Rp
a. Ongkos perawatan di Rumah Sakit. Rp.
b. Hutang Persatuan Rp.
c. Biaya pendaftaran harta Rp.
d. Biaya penaksiran (appraisal) benda tetap & bergerak, dll Rp.
3 Harta Peninggalan (netto) Rp.
4 bagian suami/istri (½ gono gini) Rp.
Harta Warisan Pewaris (bruto) Rp.

19
HARTA WARISAN PEWARIS
PERKAWINAN GONO GINI

1 harta Warisan (bruto) Rp.


2 Beban Warisan Rp
a. Ongkos penguburan Rp.
b. Ongkos peti mati. Rp.
c. Biaya pendaftaran BBA (Beneficiare van Boedel Aanvarding) Rp.
Keterangan tentang penerimaan harta warisan secara terbatas/
bersyarat-syarat untuk anak-anak dibawah umur oleh ahli waris
lainnya
d. Biaya iklan tentang pemanggilan Kreditor & Debitor dari Pewaris Rp.
Harta Warisan yang akan dibagi) Rp.

20
HARTA PENINGGALAN PEWARIS
PERKAWINAN PERJANJIAN KAWIN PEMISAHAN HARTA PERKAWINAN
1 Harta Peninggalan (brutto) Rp.
2 Beban Harta Peninggalan Rp
a. Ongkos perawatan di Rumah Sakit. Rp.

b. Hutang Persatuan Rp.

c. Biaya pendaftaran harta Rp.

d. Biaya penaksiran (appraisal) benda tetap & bergerak, dll Rp.

3 Harta Peninggalan (netto)/Harta Warisan (bruto Rp.


4 Beban Warisan Rp.
a. Ongkos penguburan Rp.

b. Ongkos peti mati. Rp.

c. Biaya pendaftaran BBA (Beneficiare van Boedel Aanvarding) Keterangan tentang Rp.
penerimaan harta warisan secara terbatas/bersyarat-syarat untuk anak-anak
dibawah umur oleh ahli waris lainnya
d. Biaya iklan tentang pemanggilan Kreditor & Debitor dari Pewaris Rp.

Harta Warisan yang akan dibagi/serta warisan (netto) Rp.


21
PEMBAGIAN HARTA WARISAN
1. musyawarah para ahliwaris;
2. musyawarah masyarakat adat;
3. berdasarkan aturan hukum :
A. KUH Perdata;
B. UU 1/1974;
C. Kompilasi Hukum Islam;
D. Hukum Agama;
E. Hukum Adat;
F. terjadi benturan & tabrakan aturan hukum A,B,C,D & E.
3. sengketa/perkara → diputuskan oleh Pengadilan :
A. Pengadilan Negeri (PN);
B. Pengadilan Agama (PA);
C. terjadi tumpang tindih kewenangan antara PN dg PA → PN

22
1
AHLI WARIS
UU 1/1974

23
Pasal 30 UU 1/1974
Suami-isteri memikul kewajiban yang luhur untuk
menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar
susunan masyarakat.

Pasal 31 UU 1/1974
(1) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak
dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga
dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
(2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan
perbuatan hukum.
(3) Suami adalah Kepala Keluarga dan isteri ibu rumah
tangga.

24
Pasal 33 UU 1/1974
Suami isteri wajib saling saling cinta mencintai, hormat
menghormati, setia dan memberi bantuan lahir bathin
yang satu kepada yang lain.

Pasal 34 UU 1/1974
(1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan
segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai
dengan kemampuannya.
(2) Isteri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaik-
baiknya.
(3) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-
masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.

25
Pasal 35 UU 1/1974
(1) Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama
(2) Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda yang
diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah
penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Pasal 36 UU 1/1974
(1) Mengenai harta bersama, suami atau isteri dapat bertindak atas
persetujuan kedua belah pihak.
(2) Mengenai harta bawaan masing-masing, suami isteri mempunyai hak
sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta
bendanya.

Pasal 37 UU 1/1974
Bila perkawinan putus karena perceraian, harta benda diatur menurut
hukumnya masingmasing.
26
Pasal 42 UU 1/1974
Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai
akibat perkawinan yang sah.

Pasal 43 UU 1/1974
(1) Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai
hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.
(2) Kedudukan anak tersebut ayat (1) di atas selanjutnya akan diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 44 UU 1/1974
(1) Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh
isterinya, bilamana ia dapat membuktikan bahwa isterinya telah
berzina dan anak itu akibat dari perzinaan tersebut.
(2) Pengadilan memberikan keputusan tentang sah/tidaknya anak atas
permintaan pihak yang berkepentingan.

27
Pasal 45 UU 1/1974
(1) Kedua orang tua wajib memelihara dan menddidik anak-anak mereka
sebaik-baiknya
(2) Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku
sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri kewajiban mana berlaku
terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

Pasal 46 UU 1/1974
(1) Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka yang
baik.
(2) Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya,
orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas bnila mereka itu
memerlukan bantuannya.

28
Pasal 47 UU 1/1974
(1) Anak yang belum mencapai umur 18 ( delapan belas ) tahun atau belum
pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang
tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya.
(2) Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di
dalam dan di luar Pengadilan.

Pasal 48 UU 1/1974
Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggandakan
barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18
(delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan,
kecuali apabila kepentingan anak itu menghendakinya.

29
Pasal 49 UU 1/1974
(1) Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya
terhadap seorang anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atas
permintaan orang tua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus ke atas
dan saidara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang berwenang
dengan keputusan Pengadilan dalam hal-hal :
a. Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya;
b. Ia berkelakuan buruk sekali.
(2) Meskipun orang tua dicabut kekuasaannya, mereka masih berkewajiban
untuk memberi pemeliharaan kepada anak tersebut.

30
Pasal 55 UU 1/1974
(1) Asal usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan akte kelahiran yang authentik, yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
(2) Bila akte kelahiran tersebut dalam ayat (1) pasal ini tidak ada, maka pengadilan dapat
mengeluarkan penetapan tentang asal-usul seorang anak setelah diadakan pemeriksaan
yang teliti berdasarkan bukti-bukti yang memenuhi syarat.
(3) atas dasar ketentuan Pengadilan tersebut ayat (2) ini, maka instansi pencatat kelahiran yang
ada dalam daerah hukum Pengadilan yang bersangkutan mengeluarkan akte kelahiran bagi
anak yang bersangkutan.

Pasal 65 UU 1/1974
(1) dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang baik berdasarkan hukum lama maupun
berdasarkan Pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini maka berlakulah ketentuanketentuan
berikut:
a. Suami wajib memberikan jaminan hidup yang sama kepada semua isteri dan anaknya;
b. Isteri yang kedua dan seterusnya tidak mempunyai hak atas harta bersama yang telah
ada sebelum perkawinan dengan isteri kedua atau berikutnya itu terjadi;
c. Semua isteri mempunyai hak yang sama atas harta bersama yang terjadi sejak
perkawinannya masing-masing.
(2) Jika Pengadilan yang memberi izin untuk beristeri lebih dari seorang menurut
Undangundang ini tidak menentukan lain, maka berlakulah ketentuan-ketentuan ayat (1)
pasal ini.

31
Pasal 63 UU 1/1974
(1) Yang dimaksudkan dengan Pengadilan dalam Undang-undang
ini ialah:
a. Pengadilan agama mereka yang beragama Islam.
b. Pengadilan Umum bagi yang lainnya.
(2) Setiap keputusan Pengadilan Agama dikukuhkan oleh
Pengadilan Umum.

32
YANG MENJADI AHLI WARIS

1. Anah Sah dalam perkawinan yang sah → menurut UU 1/1974.


2. Isteri (-isteri) atau suami yang perkawinannya sah → menurut UU 1/1974.
3. Anak luar kawin → hanya mewaris dari ibunya atau keluarga ibunya.
4. Suami → dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan isteri dengan
pembuktian telah terjadi perzinahan.
5. Pengadilan → memberi keputusan ttg sah/tidaknya anak.
6. Kedudukan anak → diatur dalam PP (?)

33
2
AHLI WARIS
KUHPERDATA

34
AHLI WARIS menurut KUHPerdata/BW
KETERANGAN :
AS = Anak Sah I = Istri
ALKD = Anak Luar Kawin S = Suami
Golongan 3
Diakui Bp = Bapak
ALK = Anak Luar Kawin Ib = Ibu
Terus ke atas s/d tingkat ke-6 Terus ke atas s/d tingkat ke-6 AA = Anak Angkat S = Saudara
AZ = Anak Zinah PM = Paman
ASg = Anak Sumbang BB = Bibi
CC = Cucu K = Kakek
K N K N CT = Cicit
CG = Canggah
N = Nenek

Golongan 2
BB PM Bp Ib PMi BBi Bpi Ibi
Golongan 4 Golongan 4
S2 S1 Si1 Si2

Pt I/S
AZ ASg ALK ASp1 Golongan 1 AS i\s1 ASg AZ
Tidak menjadi Ahliwaris P AS ALKD AA Anak Tidak menjadi Ahliwaris P
CC Plaatvervulling UU Asuh
23/2002
UU 23/2002
Plaatvervulling
CT Golongan 1 = Istri/suami &
Plaatvervulling Anak Sah + ALKD + AA (→plaatvervulling)
CG Golongan 2 = Bapak Ibu Pewaris & Saudara Kandung Pewaris/keturunannya;
Golongan 3 = Kakek & Nenek Pewaris terus ke atas;
Plaatvervulling Golongan 4 = sanak saudara dalam garis menyamping s/d tingkat ke-6. 35
Bagian Ahliwaris menurut KUHPerdata/BW

1. Istri/Suami (perkawinan gono gini) = 1/2 HP

2. Legitimatie Portie (LP) / Hak Mutlak Anak Sah :


a. LP 1anak = ½ x 1/juml AW (anak sah) x HW
b. LP 2 anak = 2/3 x 1/juml AW (anak sah) x HW
c. LP 3/lebih anak = ¾ x 1/juml AW (anak sah) x HW

3. Legitimatie Portie (LP) / Hak Mutlak ALKD :


LP 1 ALKD = 1/3 x 1/juml AW (anak sah + ALKD) x HW

4. bagian Istri kedua & dst tidak boleh merugikan anak2 dari perkawinan
terdahulu.

36
LEGITIMATIE PORTIE

1. Pengertian LP → ps 913 KUHPerdata


2. Golongan 1 → ps 914 KUHPerdata
3. Golongan 2 → ps 915 KUHPerdata
4. Golongan 3 → ps 916 KUHPerdata
5. Golongan 4 → ps 917 KUHPerdata
6. Anak Luar Kawin → ps 916 KUHPerdata
7. Dasar Perhitungan LP → ps 912 KUHPerdata

Ps 917 KUHPerdata = dalam hal tidak ada golongan 1, golongan 2, golongan 3, atau anak luar kawin
yang diakui, hibah-hibah, legaat & erfstelling, boleh meliputi segala harta peninggalan
Ps 912 KUHPerdata =
Dasar Perhitungan LP = Harta Warisan Bersih + Hibah

37
3
AHLI WARIS
HUKUM ADAT

38
AHLI WARIS MENURUT HUKUM ADAT
• Patrilineal :
• AW → Anak laki-laki, atau
• AW → Anak laki-laki tertua
• Matrilineal :
• AW → Anak perempuan
• Parental :
• AW → Anak laki-laki dan anak perempuan

39
4

AHLI WARIS
KOMPILASI HUKUM ISLAM

40
PENGERTIAN WARIS KHI Pasal 1

a. Peminangan ialah kegiatan kegiatan upaya ke arah terjadinya hubungan


perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita,
b. Wali Hakim ialah wali nikah yang ditunjuk oleh Menteri Agama atau
pejabat yang ditunjuk olehnya, yang diberi hak dan kewenangan untuk
bertindak sebagai wali nikah;
c. Akad Nikah ialah rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan kabul yang
diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh dua orang
saksi;
d. Mahar adalah pemberiandari calon mempelai pria kepada calon
mempelai wanita, baik berbentuk barang, uang atau jasa yang tidak
bertentangan dengn hukum Islam;
e. Taklil-Talak ialah perjanjian yang diucapkan calon mempelai pria setelah
akad nikah yang dicantumkan dalam Akta Nikah berupa Janji talak yang
digantungkan kepada suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi
dimasa yang akan datang;

41
f. Harta Kekayaan dalam Perkawinan atau Syirkah adalah harta yang
diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersam suami-isteri selam dalam
ikatan perkawinan berlangsung selanjutnya sisebut harta bersama,
tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapapun;
g. Pemeliharaan Atak atau Hadhonah adalah kegiatan mengasuh,
memeliharadan mendidik anaka hingga dewasa atau mampu berdiri
sendiri;
h. Perwalian adalah kewenangan yang diberikan kepada seseorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan hukum sebagai wakil untuk kepentingan
dan atas nama anak yang tidak mempunyai kedua orang tua, orang tua
yang masih hidup, tidak cakap melakukan perbuatan hukum;
i. Khuluk adalah perceraian yang terjadi atas permintaan isteri dengan
memberikan tebusan atau iwadl kepada dan atas persetujuan suaminya;
j. Mutah adalah pemberian bekas suami kepada isteri, yang dijatuhi talak
berupa bendaatau uang dan lainnya.

42
AHLI WARIS MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM
Pasal 172 KHI
Ahli waris dipandang beragama Islam apabila diketahui dari Kartu Identitas atau pengakuan atau
amalan atau kesaksian, sedangkan bagi bayi yang baru lahir atau anak yang belum dewasa,
beragama menurut ayahnya atau lingkungannya.

Pasal 173 KHI


Seorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan putusan hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap, dihukum karena :
a. dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat para pewaris;
b. dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah melakukan
suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun penjara atau hukuman yang lebih
berat.
43
Pasal 174 KHI
(1) Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari :
a. Menurut hubungan darah:
- Golongan laki-laki terdiri dari : ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki, paman dan kakek.
- Golongan perempuan terdiri dari : ibu, anak perempuan, saudara perempuan dari nenek.
b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari : duda atau janda.
(2) Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda
atau duda.

Pasal 175 KHI


(1) Kewajiban ahli waris terhadap pewaris adalah:
a. mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai;
b. menyelesaikan baik hutang-hutang berupa pengobatan, perawatan, termasuk kewajiban
pewaris maupun penagih piutang;
c. menyelesaikan wasiat pewaris; d. membagi harta warisan di antara wahli waris yang berhak.
(2) Tanggung jawab ahli waris terhadap hutang atau kewajiban pewaris hanya terbatas pada jumlah
atau nilai harta peninggalannya.
44
(1) BAGIAN AHLI WARIS (KHI)

AHLI WARIS BAGIAN KHI


1 anak perempuan ½ bagian Pasal 176
2 anak perempuan 2/3 bagian Pasal 176
Anak perempuan bersama anak laki Anak laki = 2 bagian Pasal 176
Anak perempuan = 1 bagian
Ayah (bila tidak ada anak) 1/3 bagian Pasal 177
Ayah (bila ada anak, tapi meninggalkan suami dan ibu) SEMA 2/94 1/6 bagian Pasal 177
Ibu (bila ada anak atau ada 2/lebih saudara) 1/6 bagian Pasal 178
Ibu (bila tidak ada anak atau tidak ada 2/lebih saudara) 1/3 bagian Pasal 178
Duda (bila pewaris tidak meniggalkan anak) ½ bagian Pasal 179
Duda (bila pewaris meninggalkan anak) ¼ bagian Pasal 179
Janda (bila pewaris tidak meninggalkan anak) ¼ bagian Pasal 180
Janda (bila pewaris meninggalkan anak) 1/8 bagian Pasal 180
Saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu 1/6 bagian Pasal 181
(bila tdk meninggalkan anak dan ayah)
2/lebih saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu 1/3 bagian Pasal 181
(bila tdk meninggalkan anak dan ayah)

45
(2) BAGIAN AHLI WARIS (KHI)

AHLI WARIS BAGIAN KHI


Saudara perempuan kandung atau seayah ½ bagian Pasal 182
(bila pewaris tanpa meninggalkan anak dan ayah)
Saudara perempuan kandung atau seayah, bersama-sama dengan 2/3 bagian Pasal 182
2 org/lebih saudara perempuan kandung atau seayah
Saudara perempuan kandung atau seayah, bersama-sama dengan saudara laki-laki Saudara laki-laki = 2 bagian Pasal 182
kandung atau seayah Saudara perempuan = 1 bagian
Para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta Setelah masing-masing para ahli waris menyadari Pasal 183
warisan bagiannya
Ahli waris yang belum dewasa atau tidak mampu melakukan hak dan kewajibannya Baginya diangkat wali berdasarkan putusan hakim Pasal 184
atas usul anggota keluarga

Ahli waris yang meninggal terlebih dahulu dari pewaris Kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya Pasal 185
kecuali mereka yang disebut dalam Pasal 173 KHI.
Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi
bagian ahli waris yang sederajat dengan yang
diganti.

Anak yang lahir diluar perkawinan Karena mempunyai hubungan saling mewaris Pasal 186
dengan ibunya dan keluarga dari pihak ibunya

46
(3) BAGIAN AHLI WARIS (KHI)

AHLI WARIS BAGIAN KHI


Pewaris meninggalkan warisan harta peninggalan Pewaris atau para ahli waris dapat menunjuk beberapa orang sebagai Pasal 187
pelaksana pembagian harta warisan dengan tugas :
a. Mencatat dalam suatu harta peninggalan, baik berupa benda
bergerak atau tidak bergerak yang kemudian disahkan oleh para
ahli waris, bila perlu dinilai harganya dengan uang;
b. Menghitung jumlah pengeluaran untuk kepentingan pewaris
sesuai Pasal 175 ayat (1) huruf a, b, dan c; yaitu :
i. Mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenajah
selsesai;
ii. Menyelesaikan baik hutang2 berupa pengobatan, perawatan,
termasuk kewajiban peweris atau penagih piutang;
iii. Menyelesaikan wasiat pewaris.
Sisa dari pengeluaran merupakan harta warisan yang harus dibagikan
kepada ahli waris yang berhak.

Para ahli waris baik secara bersama-sama atau perseorangan Yang bersangkutan dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan Pasal 188
dapat mengajukan permintaan kepada para ahli waris lainnya agama untuk melakukan pembagian warisan
untuk melakukan pembagian harta warisan, bila ada yang tidak
setuju maka

47
(4) BAGIAN AHLI WARIS (KHI)

AHLI WARIS BAGIAN KHI


Warisan yang akan dibagi berupa lahan pertanian yang Supaya dipertahankan kesatuannya sebagaimana semula, dan Pasal 189
luasnya kurang dari 2 hektar dimanfaatkan untuk kepentingan bersama para ahli waris ybs

Bila warisan yang akan dibagi berupa lahan pertanian lahan tersebut dapat dimiiki seorang atau lebih ahli waris dengan Pasal 189
luasnya kurang dari 2 hektar, karena diantara para ahli cara membayar harganya kepada ahli waris yang berhak sesuai
waris ada yang memerlukan uang, maka dengan bagian masing-masing.

Pewaris beristeri lebih dari seorang ; a. masing-masing isteri berhak mendapat bagian atas gono goni Pasal 190
dari rumah tangganya dengan suaminya;
b. Keseluruhan bagian pewaris adalah menjadi hak para ahli
warisnya
Pewaris tidak meninggalkan ahli waris sama sekali atau Harta warisan atas putusan pengadilan agama diserahkan Pasal 191
ahli warisnya tidak diketahui atau tidaknya penguasaannya kepada Baitul Mal untuk kepentingan agama islam
dan kesejahteraan umum
Apabila dalam pembagian harta warisan diantara para ahli Angka penyebut dinaikkan sesuai dengan angka pembilang, dan Pasal 192
warisnya Dzawil Furud menunjukkan bahwa angka baru sesudah itu harta warisnya dibagi secara aul menurut angka
pembilang lebih besar dari angka penyebut , maka pembilang

Apabila dalam pembagian harta warisan diantara para ahli Pembagian harta warisan tersebut dilakukan secara Rad, yaitu Pasal 193
warisnya Dzawil Furud menunjukkan bahwa angka sesuai dengan hak masing2 ahli waris sedangkan sissanya dibagi
pembilang lebih kecil dari angka penyebut sedangkan tidak berimbang
ada ahli waris Azabah , maka
48
BESARNYA BAHAGIAN AHLI WARIS

Pasal 176 KHI


Anak perempuan bila hanya seorang ia mendapat separoh bagian, bila dua orang atau lebih mereka
bersama-sama mendapat dua pertiga bagian, dan apabila anak perempuan bersama-sama dengan anak laki-
laki, maka bagian anak laki-laki adalah dua berbanding satu dengan anak perempuan.

Pasal 177 KHI


Ayah mendapat sepertiga bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila ada anak, ayah mendapat
seperenam bagian.

Pasal 178 KHI


(1) Ibu mendapat seperenam bagian bila ada anak atau dua saudara atau lebih. Bila tidak ada anak atau
dua orang saudara atau lebih, maka ia mendapat sepertiga bagian.
(2) Ibu mendapat sepertiga bagian dari sisa sesudah diambil oleh janda atau duda bila bersama-sama
dengan ayah.

49
Pasal 179 KHI
Duda mendapat separoh bagian, bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan
bila pewaris meninggalkan anak, maka duda mendapat seperempat bagaian.

Pasal 180 KHI


Janda mendapat seperempat bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak,
dan bila pewaris meninggalkan anak maka janda mendapat seperdelapan
bagian.

50
Pasal 181
Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, maka saudara laki-laki dan saudara perempuan
seibu masing-masing mendapat seperenam bagian. Bila mereka itu dua orang atau lebih maka mereka
bersama-sama mendapat sepertiga bagian.

Pasal 182
Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, sedang ia mempunyai satu saudara perempuan
kandung atau seayah, maka ia mendapat separoh bagian. Bila saudara perempuan tersebut bersama-sama
dengan saudara perempuan kandung atau seayah dua orang atau lebih, maka mereka bersama-sama
mendapat dua pertiga bagian. Bila saudara perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara laki-laki
kandung atau seayah, maka bagian saudara laki-laki dua berbanding satu dengan saudara perempuan.

51
Pasal 183
Para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta warisan, setelah masing-
masing menyadari bagiannya.

Pasal 184
Bagi ahli waris yang belum dewasa atau tidak mampu melaksanakan hak dan kewajibannya, maka baginya
diangkat wali berdasarkan keputusan Hakim atas usul anggota keluarga.

Pasal 185
(1) Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari pada sipewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh
anaknya, kecuali mereka yang tersebut dalam Pasal 173.
(2) Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang
diganti.

Pasal 186
Anak yang lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan saling mewaris dengan ibunya dan keluarga
dari pihak ibunya.

52
Pasal 187
(1) bilamana pewaris meninggalkan warisan harta peninggalan, maka oleh
pewaris semasa hidupnya atau oleh para ahli waris dapat ditunjuk
beberapa orang sebagai pelaksana pembagian harta warisan dengan
tugas :
a. mencatat dalam suatu daftar harta peninggalan, baik berupa benda
bergerak maupun tidak bergerak yang kemudian disahkan oleh para
ahli waris yang bersangkutan, bila perlu dinilai harganya dengan
uang;
b. menghitung jumlah pengeluaran untuk kepentingan pewaris sesuai
dengan Pasal 175 ayat (1) sub a, b, dan c.
(2) Sisa dari pengeluaran dimaksud di atas adalah merupakan harta warisan
yang harus dibagikan kepada ahli waris yang berhak.

53
Pasal 188
Para ahli waris baik secara bersama-sama atau perseorangan dapat
mengajukan permintaan kepada ahli waris yang lain untuk melakukan
pembagian harta warisan. Bila ada diantara ahli waris yang tidak menyetujui
permintaan itu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan gugatan melalui
Pengadilan Agama untuk dilakukan pembagian warisan.

Pasal 189
(1) Bila warisan yang akan dibagi berupa lahan pertanian yang luasnya kurang
dari 2 hektar, supaya dipertahankan kesatuannya sebagaimana semula, dan
dimanfaatkan untuk kepentingan bersama para ahli waris yang
bersangkutan.
(2) Bila ketentuan tersebut pada ayat (1) pasal ini tidak dimungkinkan karena
di antara para ahli waris yang bersangkutan ada yang memerlukan uang,
maka lahan tersebut dapat dimiliki oleh seorang atau lebih ahli waris yang
dengan cara membayar harganya kepada ahli waris yang berhak sesuai
dengan bagiannya masing-masing.
54
Pasal 190
Bagi pewaris yang beristeri lebih dari seorang, maka masing-masing isteri berhak mendapat bagian
atas gono-gini dari rumah tangga dengan suaminya, sedangkan keseluruhan bagian pewaris adalah
menjadi hak para ahli warisnya.

Pasal 191
Bila pewaris tidak meninggalkan ahli waris sama sekali atau ahli warisnya tidak diketahui ada atau
tidaknya, maka harta tersebut atas putusan Pengadilan Agama diserahkan penguasaannya kepada
Baitul Mal untuk kepentingan Agama Islam dan kesejahteraan umum.

55
AUL & RAD
Pasal 192
Apabila dalam pembagian harta warisan di antara para ahli warisnya Dzawil furud
menunjukkan bahwa angka pembilang lebih besar dari angka penyebut, maka angka penyebut
dinaikkan sesuai dengan angka pembilang, dan baru sesudah itu harta warisnya dibagi secara
aul menurut angka pembilang.

Pasal 193
Apabila dalam pembarian harta warisan di antara para ahli waris Dzawil furud menunjukkan
bahwa angka pembilang lebih kecil dari angka penyebut, sedangkan tidak ada ahli waris
asabah, maka pembagian harta warisan tersebut dilakukan secara rad, yaitu sesuai dengan hak
masing-masing ahli waris sedang sisanya dibagi berimbang di antara mereka.

56
5
HIBAH & WASIAT

57
WASIAT
Legaat → ps 957 – ps 972 KUHPerdata

Erfstelling → ps 954 – ps 956 KUHPerdata

Pendaftaran Wasiat Pembuatan Wasiat Pembukaan Wasiat

Ahli Pelaksana
Terbuka Notaris Wasiat /
Daftar waris (membuka wasiat)
Saksi 2 orang Ahli Waris
Pusat WASIAT
Wasiat Tertutup Ahli
BHP NOTARIS PPAT
Saksi 4 orang waris minta Penyerahan
Wasiat Tertutup/
Rahasia / Olografis
Wasiat Rahasia dari
Notaris
Nahkoda Kapal Laut
Saksi 4 orang Notaris
APHW APHB
(Akta Pembagian (Akta Pembagian
Perwakilan Negara di Harta Warisan) Hak Bersama)
Luar negeri BHP Notaris
Komandan Pasukan Membuka Notaris membuka Budel Minuta
Wasiat Tertutup/Wasiat Rahasia & & kemudian Menyerahkan
di Medan Perang kemudian menyerahkan wasiat Wasiat Tertutup/Wasiat Rahasia
kepada Pelaksana Wasiat kepada BHP
Dibawah tangan
Lisan
NOTARIS APHW -Balik Nama / Pencatatan
Pelaksana Wasiat / (Akta Pembagian Peralihan Hak
Ahli Waris Harta Warisan)
dan/atau
-Penyerahan Benda
PPAT APHB
(Akta Pembagian
Hak Bersama)
58
HIBAH
Ps. 1666 – ps 1681 KUHPerdata

Pemberi Hibah Benda Bergerak


Notaris Akta Hibah
Benda Tetap
Balik Nama, dan/atau selain hak atas tanah\HMRS
Penyerahan Benda
PPAT Akta Hibah Hak Atas Tanah/HMRS
Pencatatan Peralihan
Penerima Hibah Hak Atas Tanah (baliknama)

Ps 1086 – 1099 KUHPerdata = INBRENG HIBAH kedalam Boedel Harta Warisan


1. Ahliwaris lurus kebawah sah atau Anak Luar Kawin Diakui, kecuali dibebaskan;
2. Ahliwaris lain karena kematian/Wasiat :
a. yang secara tegas diperjanjikan untuk pemasukan (Inbreng);
b. ps 1088 KUHPerdata = kelebihan atau keuntungan hibah;
c. ps 919 KUHPerdata = Bagian Bebas (= Harta Warisan + Inbreng) - jumlah LP.

Ps 924 KUHPerdata = Inkorting


Ps 912 KUHPerdata = Dasar Perhitungan Legitimatie Portie (Harta Warisan Bersih + Hibah)
59
LEGITIMATIE PORTIE

1. Pengertian LP → ps 913 KUHPerdata


2. Golongan 1 → ps 914 KUHPerdata
3. Golongan 2 → ps 915 KUHPerdata
4. Golongan 3 → ps 916 KUHPerdata
5. Golongan 4 → ps 917 KUHPerdata
6. Anak Luar Kawin → ps 916 KUHPerdata
7. Dasar Perhitungan LP → ps 912 KUHPerdata

Ps 917 KUHPerdata = dalam hal tidak ada golongan 1, golongan 2, golongan 3, atau anak luar kawin
yang diakui, hibah-hibah, legaat & erfstelling, boleh meliputi segala harta peninggalan
Ps 912 KUHPerdata =
Dasar Perhitungan LP = Harta Warisan Bersih + Hibah

60
Ps. 874 s/d Ps. 1022
WASIAT KUHPerdata
UU 1/1974

Pasal 874 Pasal 878


Segala harta peninggalan seseorang yang meninggal dunia, adalah Ketetapan dengan surat wasiat untuk kepentingan orang-orang miskin,
kepunyaan para ahli warisnya menurut undang-undang, sejauh mengenai hal tanpa penjelasan lebih lanjut, dianggap telah dibuat untuk
itu dia belum mengadakan ketetapan yang sah. kepentingan semua orang yang menyandang sengsara tanpa
membedakan agama yang dianut, dalam lembaga fakir-miskin di
Pasal 875 tempat warisan itu terbuka.
Surat wasiat atau testamen adalah sebuah akta berisi pernyataan
seseorang tentang apa yang dikehendakinya terjadi setelah ia meninggal, Pasal 879
yang dapat dicabut kembali olehnya. Pengangkatan ahli waris yang bersifat melompat atau substitusi
fidelcommissaire adalah dilarang. Dengan demikian, bahkan
Pasal 876 terhadap ahli waris yang diangkat atau yang menerima hibah wasiat
Ketetapan-ketetapan dengan surat wasiat tentang harta benda dapat juga adalah batal dan tidaklah berharga setiap penetapan yang
dibuat secara umum, dapat juga dengan alas hak umum, dan dapat juga memerintahkannya untuk menyimpan warisan atau hibah wasiat dan
dengan alas hak khusus. Tiap-tiap ketetapan demikian, baik yang dibuat untuk menyerahkan seluruhnya atau sebagian kepada pihak ketiga.
dengan nama pengangkatan ahli waris, maupun yang dengan nama hibah
wasiat, ataupun yang dengan nama lain, mempunyai kekuatan menurut Pasal 880
peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam bab ini. Dan larangan terhadap pengangkatan ahli waris dengan wasiat
tersebut dalam pasal yang lalu, dikecualikan hal-hal yang
Pasal 877 diperbolehkan dalam Bagian 7 dan 8 bab ini.
Suatu ketetapan dengan surat wasiat untuk keuntungan keluarga-keluarga
sedarah yang terdekat, atau darah terdekat dan pewaris, tanpa penjelasan
lebih lanjut, dianggap telah dibuat untuk keuntungan para ahli warisnya
menurut undang-undang.
61
Pasal 881 Pasal 885
Ketentuan, bahwa seorang pihak ketiga atau, dalam hal orang itu telah Bila kata-kata sebuah surat wasiat telah jelas, maka surat itu
menrnggal, semua anaknya yang sah menurut hukum, baik yang telah tidak boleh ditafsirkan dengan menyimpang dan kata-kata itu.
lahir maupun yang akan dilahirkan, mempero!eh seluruh atau sebagian
dan apa yang masih tersisa dan suatu warisan atau hibah wasiat karena Pasal 886
belum terjual atau terhabiskan oleh seorang ahli waris atau penerima Namun sebaliknya, bila kata-kata dalam surat itu dapat
hibah wasiat, bukanlah suatu pengangkatan ahli waris dengan wasiat ditafsirkan secara berbeda-beda menurut berbagai pendapat,
yang terlarang. Dengan pengangkatan ahli waris itu atau pemberian maka lebih baik diselidiki lebih dahulu apa kiranya maksud si
hibah wasiat secara demikian, pewaris tidak boleh merugikan para ahli pewaris, daripada berpegang daripada arti harfiah kata-kata itu
waris, yang berhak atas suatu bagian menurut und angundang. secara berlawanan dengan maksud tersebut.

Pasal 882 Pasal 887


Ketetapan yang menentukan, bahwa seorang pihak ketiga mendapat hak Dalam hal demikian, kata-kata itu juga harus ditafsirkan dalam
warisan atau hibah wasiat dalam hal ahli waris atau penerima hibah arti yang paling sesuai dengan sifat penetapan itu dan pokok
wasiat tidak menikmatinya, berlaku sah. persoalannya, dan dengan cara yang sedemikian rupa sehingga
penetapan itu dapat mencapai suatu pengaruh atau akibat.
Pasal 883
Juga berlaku sah suatu penetapan wasiat di mana hak pakai hasil Pasal 888
diberikan kepada seseorang dan hak milik semata-mata diberikan kepada Dalam semua surat wasiat, persyaratan yang tidak dapat
orang lain. dimengerti atau tidak mungkin dijalankan, atau bertentangan
dengan undang-undang dan kesusilaan, dianggap tidak tertulis.
Pasal 884
Ketentuan di mana diterangkan bahwa harta peninggalan atau hibah Pasal 889
wasiat seluruhnya atau sebagian, tidak boleh dipindahtangankan, Persyaratan itu dianggap telah terpenuhi bila orang yang
dianggap sebagai tidak tertulis. kiranya mempunyai kepentingan dalam hal tidak dipenuhinya
persyaratan itu, telah menghalangi pemenuhan itu.

62
Pasal 890 Pasal 895
Penyebutan suatu alasan yang palsu harus dianggap tidak ditulis, kecuali Untuk dapat membuat atau menarik kembali suatu wasiat, orang
bila dan wasiat itu ternyata bahwa pewaris itu tidak akan membuat harus mempunyai kemampuan bernalar.
wasiat itu, seandainya dia telah mengetahui kepalsuan alasan itu.
Pasal 896
Pasal 891 Setiap orang dapat membuat surat wasiat, dan dapat mengambil
Penyebutan suatu alasan, baik yang benar maupun yang palsu, namun keuntungan dan surat wasiat, kecuali mereka yang menurut
berlawanan dengan undang-undang atau kesusilaan, menjadikan ketentuan-ketentuan bagian ini dinyatakan tidak cakap untuk itu.
pengangkatan ahli waris atau pemberian hibah wasiat yang batal.
Pasal 897
Pasal 892 Anak-anak di bawah umur yang belum mencapai umur delapan belas
Bila suatu beban yang tidak dapat dibagi-bagi dipikulkan kepada tahun penuh, tidak diperkenankan membuat surat wasiat.
beberapa ahli waris atau penerima hibah wasiat, dan satu atau lebih dan
mereka melepaskan warisan atau hibah wasiat itu, atau tidak cakap Pasal 898
untuk memperolehnya, maka orang yang mau melaksanakan seluruh Kecakapan pewaris dinilai menurut keadaan pada saat surat wasiat
beban itu boleh menuntut bagian warisan yang untuk dirinya, dan dibuat.
menagih apa yang telah dibayarkan untuk yang lain.
Pasal 899
Pasal 893 Untuk dapat menikmati sesuatu berdasarkan surat wasiat, seseorang
Surat-surat wasiat yang dibuat akibat paksaan, penipuan atau akal licik harus sudah ada pada saat pewaris meninggal, dengan
adalah batal. mengindahkan peraturan yang ditetapkan dalam Pasal 2
undangundang ini. Ketentuan ini tidak berlaku bagi orang-orang yang
Pasal 894 diberi hak untuk mendapat keuntungan dari yayasan-yayasan.
Bila oleh satu kecelakaan, atau pada hari yang sama, pewaris dan ahli
waris atau penerima hibah wasiat atau orang yang sedianya mengganti
mereka itu meninggal tanpa diketuahui siapa dan mereka yang
meninggal lebih dulu, maka mereka dianggap telah meninggal pada saat
yang sama, dan tidak terjadi peralihan hak-hak wasiat itu. 63
Pasal 900 Pasal 902
Suami atau isteri yang mempunyai anak dari perkawinan yang terdahulu,
Setiap pemberian hibah dengan surat wasiat untuk dan melakukan perkawinan kedua atau berikutnya, tidak boleh
kepentingan lembaga kemasyarakatan, badan memberikan dengan wasiat kepada suami atau isterii yang kemudian hak
keagamaan, gereja atau rumah fakir miskin tidak milik atas sejumlah barang yang lebih daripada apa yang menurut Bab 12
mempunyai akibat sebelum pemerintah atau penguasa buku ini diberikan kepada orang yang tersebut terakhir.
yang ditunjuk oleh pemerintah memberi kuasa kepada Bila yang dihibahwasiatkan kepada isteri atau suami yang kemudian itu
para pengelola lembagalembaga itu untuk bukan suatu hak milik atas harta peninggalannya, melainkan hanya hak
menerimanya. pakai hasil saja, maka bolehlah hak pakai hasil ini meliputi separuh dan
hartanya atau Iebih besar dan itu, asal harga taksirannya tidak melampaui
batas-batas termaksud dalam alinea yang lalu, dan segala sesuatunya
Pasal 901 tidak mengurangi apa yang ditentukan dalam Pasal 918.
Seorang suami atau isteri tidak dapat memperoleh Bila dengan surat wasiat itu hak milik dan hak pakai hasil kedua-duanya
keuntungan dan wasiat-wasiat isteri atau suaminya, bila diberikan, maka harga hak pakai hasil itu harus ditaksir dulu; bila harga
perkawinannya dilaksanakan tanpa izin yang sah, dan si bersama dan apa, yang diberikan dalam bentuk hak milik dan hak pakai
pewaris telah meninggal pada waktu keabsahan hasil berjumlah melebihi batas-batas yang dimaksudkan dalam alinea
perkawinan itu masih dapat dipertengkarkan di pertama, terserah pilihan suami atau isteri yang kemudian itu, ía boleh
memilih apakah pemberian warisannya atau pemberian hak pakai hasil
Pengadilan karena persoalan tersebut.
yang dikurangi sedemikian, sehingga harga bersama tetap ada dalam
batas-batas itu.
Bila dalam hal ini, karena hak pakai hasil itu, bagian warisan menurut
undang-undang dirugikan, maka juga di sini berlaku ketentuan Pasal 918.
Apa yang diperoleh suami atau isteri yang kemudian karena pasal ini,
harus dikurangkan pada waktu menghitung apa yang boleh menjadi hak
suami atau isteri itu atau diperjanjikan berdasarkan Bab 13 Buku Pertama.

64
Pasal 902a Pasal 905
Pasal yang lalu tidak berlaku dalam hal suami dan isteri Anak di bawah umur tidak boleh menghibahwasiatkan sesuatu untuk
mengadakan kawin rujuk, dan dari perkawinan yang dahulu keuntungan pengajarnya, pengasuhnya laki-laki atau perempuan yang
mereka mempunyai anak-anak atau keturunan. tinggal bersamanya, atau gurunya laki-laki atau perempuan di tempat
pemondokan anak di bawah umur itu.
Pasal 903 Dalam hal ini dikecualikan penetapan-penetapan yang dibuat sebagai hibah
Suami atau isteri hanya boleh menghibahwasiatkan barang- wasiat untuk membalas jasa-jasa yang telah diperoleh, namun dengan
barang dan harta bersama, sekedar barang-barang itu termasuk mengingat, baik kekayaan si pembuat wasiat maupun jasa-jasa yang telah
bagian mereka masing-masing dalam harta bersama itu. Akan dibaktikan kepadanya.
tetapi bila suatu barang dan harta bersama itu dihibahwasiatkan,
penerima hibah wasiat tidak dapat menuntut barang itu dalam
Pasal 906
wujudnya, bila barang itu tidak diserahkan oleh pewaris kepada
ahli waris sebagai bagian mereka. Dalam hal itu, penerima hibah Dokter, ahli penyembuhan, ahli obat-obatan dan orang-orang lain yang
wasiat harus diberi ganti rugi, yang diambil dan bagian harta menjalankan ilmu penyembuhan, yang merawat seseorang selama ia
bersama yang dibagikan kepada para ahli waris si pewaris, dan menderita penyakit yang akhirnya menyebabkan ia meninggal, demikian
bila tidak mencukupi, diambil dan barang-barang pribadi para ahli pula pengabdi agama yang telah membantunya selama sakit, tidak boleh
waris. mengambil keuntungan dan wasiat-wasiat yang dibuat oleh orang itu
selama ia sakit untuk kepentingan mereka. Dari ketentuan ini harus
Pasal 904 dikecualikan :
Seorang anak di bawah umur, meskipun telah mencapai umur 1. penetapan-penetapan berbentuk hibah wasiat untuk membalas jasa-jasa
delapan belas tahun penuh, tidak boleh menghibahwasiatkan yang telah diberikan, seperti yang ditetapkan dalam pasal yang lalu;
sesuatu untuk keuntungan walinya. Setelah menjadi sewasa, ia 2. penetapan-penetapan untuk keuntungan suami atau isteri pewaris;
tidak boleh menghibah wasiatkan sesuatu kepada bekas walinya, 3. penetapan-penetapan bahkan yang secara umum dibuat untuk
kecuali setelah bekas walinya itu mengadakan dan menutup keuntungan para keluarga sedarah sampai derajat keempat, bila yang
perhitungan perwaliannya. Dari dua ketentuan di atas meninggal tidak meninggalkan ahli waris dalam garis lurus; kecuali bila
dikecualikan keluarga sedarah dan anak di bawah umur itu dalam orang yang untuk keuntungannya di buat penetapan itu termasuk
garis lurus ke atas yang masih menjadi walinya atau yang dulu bilangan para ahli waris itu..
menjadi walinya. 65
Pasal 907 Pasal 912
Notaris yang telah membuat wasiat dengan akta umum, dan para Orang yang dijatuhi hukuman karena telah membunuh pewaris, orang yang
saksi yang hadir pada waktu itu, tidak boleh memperoleh kenikmatan telah menggelapkan, memusnahkan atau memalsukan surat wasiat pewaris,
apa pun dari apa yang kiranya ditetapkan dalam wasiat itu. atau orang yang dengan paksaan atau kekerasan telah menghalangi pewaris
untuk mencabut atau mengubah surat wasiatnya, serta isteri atau suaminya
Pasal 908 dan anak-anakniya, tidak boleh menikmati suatu keuntungan pun dari
Bila bapak atau ibu, sewaktu meninggal, meninggalkan anak-anak sah wasiat itu.
dan anak-anak di luar kawin tetapi telah diakui menurut undang-
undang, maka mereka yang terakhir in tak akan boleh menikmati Pasal 913
warisan lebih dan apa yang diberikan kepada mereka menurut Bab 12 Legitieme portie atau bagian warisan menurut undang-undang ialah bagian
buku ini. dan harta benda yang harus diberikan kepada para ahli waris dalam garis
lurus menurut undang-undang, yang terhadapnya orang yang meninggal
Pasal 909 dunia tidak boleh menetapkan sesuatu, baik sebagai hibah antara orang-
Pelaku perzinaan, baik laki-laki maupun perempuan, tidak boleh orang yang masih hidup, maupun sebagai wasiat.
menikmati keuntungan apa pun dari wasiat kawan berzinanya, dan
kawan berzina ini tidak boleh menikmati keuntungan apa pun dan Pasal 914
wasiat pelaku, asal perzinaan itu sebelum meninggalnya pewaris, Bila pewaris hanya meninggalkan satu orang anak sah dalam garis ke bawah,
terbukti dan putusan Hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum maka legitieme portie itu terdiri dari seperdua dari harta peninggalan yang
yang pasti. Pasal 910 Dihapus dengan S. 1872 - 11 jis. 1915 - sedianya akan diterima anak itu pada pewarisan karena kematian. Bila yang
299,642. meninggal meninggalkan dua orang anak, maka legitieme portie untuk tiap-
tiap anak adalah dua pertiga bagian dari apa yang sedianya akan diterima
Pasal 911 tiap anak pada pewarisan karena kematian. Dalam hal orang yang
Suatu ketetapan wasiat yang dibuat untuk keuntungan orang yang meninggal dunia meninggalkan tiga orang anak atau lebih, maka legitieme
tidak cakap untuk mendapat warisan, adalah batal, sekalipun portie itu tiga perempat bagian dari apa yang sedianya akan diterima tiap
ketetapan itu dibuat dengan nama seorang perantara. Yang dianggap anak pada pewarisan karena kematian. Dengan sebutan anak-anak
sebagai orang-orang perantara ialah bapak dan ibunya, anak-anaknya dimaksudkan juga keturunan-keturunan mereka dalam derajat seberapa
dan keturunan mereka suami atau isteri. pun tetapi mereka ini hanya dihitung sebagai pengganti anak yang mereka
wakili dalam mewarisi warisan pewaris.
66
Pasal 915 Pasal 918
Dalam garis ke atas legitieme portie itu selalu sebesar separuh dari apa Bila penetapan dengan akta antara mereka yang masih hidup atau
yang menurut undangundang menjadi bagian tiap-tiap keluarga sedarah dengan surat wasiat itu berupa hak pakai hasil atau berupa bunga
dalam garis itu pada pewarisan karena kematian. cagak hidup, yang jumlahnya merugikan legitieme portie, maka para
ahli waris yang berhak memperoleh bagian warisan itu boleh memilih
Pasal 916 untuk melaksanakan penetapan itu untuk melepaskan hak milik atas
Legitieme portie dan anak yang lahir di luar perkawinan tetapi telah diakui bagian yang dapat dikenakan penetapan kepada mereka yang
dengan sah, ialah seperdua dari bagian yang oleh undang-undang sedianya memperoleh hibah atau legataris.
diberikan kepada anak di luar kawin itu pada pewarisan karena kematian.
Pasal 919
Pasal 916a Bagian yang boleh digunakan secara bebas, boleh dihibahkan, baik
Dalam hal untuk menghitung legitieme portie harus diperhatikan para ahli seluruhnya maupun sebagian, baik dengan akta antara yang masih
waris yang menjadi ahli waris karena kematian tetapi bukan legitimaris hidup maupun dengan surat wasiat, baik kepada orang-orang bukan
(ahli waris menurut undang-undang), maka bila kepada orang-orang lain ahli waris maupun anak-anaknya atau kepada orang lain yang
daripada ahli waris termasud itu dihibahkan, baik dengan akta semasa mempunyai hak atas warisan itu, tetapi tanpa mengurangi keadaan-
hidup maupun dengan surat wasiat, jumlah yang lebih besar daripada keadaan di mana orang-orang tersebut terakhir inil sehubungan
bagian yang dapat dikenakan penetapan bila para ahli waris demikian tidak dengan Bab XVII buku ini berkewajiban untuk memperhitungkan
ada, hibah-hibah yang dimaksud itu harus dipotong sampai sama dengan kembali.
jumlah yang diperbolehkan tersebut dan tuntutan untuk itu harus
dilancarkan oleh dan untuk kepentingan para legitimaris dan para ahli Pasal 920
waris mereka atau pengganti mereka. Pemberian-pemberian atau hibah-hibah, baik antara yang masih hidup
maupun dengan surat wasiat, yang merugikan bagian legitieme portie,
Pasal 917 boleh dikurangi pada waktu terbukanya warisan itu, tetapi hanya atas
Bila keluarga sedarah dalam garis ke atas dan garis ke bawah dan anak- tuntutan para legitimaris dan para ahli waris mereka atau pengganti
anak di luar kawin yang diakui menurut undang-undang tidak ada, maka mereka. Namun demikian, para legitimaris tidak boleh menikmati apa
hibah-hibah dengan akta yang diadakan antara mereka yang masih hidup pun dan pengurangan itu atas kerugian mereka yang berpiutang
atau dengan surat wasiat, dapat mencakup seluruh harta peninggalan. kepada pewaris.
67
Pasal 921 Pasal 924
Untuk menentukan besarnya legitieme portie, pertama-tama hendaknya Hibah-hibah semasa hidup sekali-kali tidak boleh dikurangi, kecuali
dijumlahkan semua harta yang ada pada waktu si pemberi atau pewanis bila ternyata bahwa semua harta benda yang telah diwasiatkan tidak
meninggal dunia; cukup untuk menjamin legitieme portie. Bila hibahhibah semasa hidup
kemudian ditambahkan jumlah barang-barang yang telah dihibahkan pewaris harus dikurangi, maka pengurangan harus dimulai dan hibah
semasa ia masih hidup, dinilai menurut keadaan pada waktu yang diberikan paling akhir, ke hibah-hibah yang dulu-dulu.
meninggalnya si penghibah akhirnya; setelah dikurangkan utang-utang
dan seluruh harta peninggalan itu, dihitunglah dan seluruh harta itu Pasal 925
berapa bagian warisan yang dapat mereka tuntut, sebanding dengan Pengembalian barang-barang yang tetap, yang harus dilakukan
derajat para legitimaris, dan dari bagian-bagian itu dipotong apa yang berkenaan dengan pasal yang lalu, harus terjadi dalam wujudnya,
telah mereka terima dan yang meninggal, pun sekiranya mereka sekalipun ada ketentuan yang bertentangan. Namun bila
dibebaskan dan perhitungan kembali. pengurangan itu harus diterapkan pada sebidang pekarangan yang
tidak dapat dibagi-bagi sebagaimana dikehendaki, maka penerima
Pasal 922 hibah, pun seandainya dia itu bukan ahli waris, berhak memberikan
Pemindahtanganan suatu barang, baik dengan beban bunga cagak hidup penggantian berupa uang tunai untuk barang yang sedianya harus
maupun dengan beban memperjanjikan hak pakai hasil, kepada salah diserahkan kepada legitimaris itu.
seorang ahli waris dalam garis lurus, harus dianggap sebagai hibah.
Pasal 926
Pasal 923 Pengurangan terhadap apa yang diwasiatkan, harus dilakukan tanpa
Bila barang yang dihibahkan telah hilang di luar kesalahan penerima membedakan antara pengangkatan ahli waris dan pemberian hibah
sebelum meninggalnya penghibah, maka hal itu akan dimaksukkan dalam wasiat, kecuali bila pewaris telah menetapkan dengan tegas bahwa
penjumlahan harta untuk menentukan besarnya legitieme portie. Barang harus diutamakan pelaksanaan pengangkatan ahli waris yang ini atau
yang dihibahkan itu harus dimasukkan dalam penjumlahan itu, bila barang pemberian hibah wasiat yang itu; dalam hal itu, wasiat yang demikian
itu tidak dapat diperoleh kembali karena ketidakmampuan si penerima tidak boleh dikurangi, kecuali bila wasiat-wasiat lainnya tidak cukup
hibah. untuk memenuhi legitieme portie.

68
Pasal 927
Penerima hibah yang menerima barang-barang Iebih daripada yang
semestinya. harus mengembalikan hasil dari kelebihan itu, terhitung dari hari Pasal 930
meninggalnya pemberi hibah bila Tidaklah diperkenankan dua orang atau lebih membuat wasiat dalam
tuntutan akan pengurangan itu diajukan dalam waktu satu tahun sejak hari satu akta yang sama, baik untuk keuntungan pihak ketiga maupun
kematian itu, dan dalam hal-hal lain terhitung dari hari pengajuan tuntutan berdasarkan penetapan timbal balik atau bersama.
itu.
Pasal 931
Pasal 928 Surat wasiat hanya boleh dibuat, dengan akta olografis atau ditulis
Barang-barang tetap yang atas dasar pengurangan harus kembali dalam harta tangan sendiri, dengan akta umum atau dengan akta rahasia atau
peninggalan, karena pengembalian itu, menjadi bebas dan utang-utang atas akta tertutup.
hipotek-hipotek yang telah dibebankan kepada barang-barang itu oleh
penerima hibah. Pasal 932
Wasiat olografis harus seluruhnya ditulis tangan dan ditandatangani
Pasal 929 oleh pewaris. Wasiat ini harus dititipkan oleh pewaris kepada Notaris
Tuntutan hukum untuk pengurangan atau pengembalian dapat diajukan oleh untuk disimpan. Dibantu oleh dua orang saksi, Notaris itu wajib
para ahli waris terhadap pihak ketiga yang memegang besit atas barang- langsung membuat akta penitipan, yang harus ditandatangani
barang tetap yang merupakan bagian dari yang dihibahkan dan telah olehnya, oleh pewaris dan oleh para saksi, dan akta itu harus ditulis
dipindahtangankan oleh penerima hibah itu; tuntutan itu harus diajukan dibagian bawah wasiat itu bila wasiat itu diserahkan secara terbuka,
dengan cara dan menurut urut-urutan yang sama seperti terhadap penerima atau di kertas tersendiri bila itu disampaikan kepadanya dengan
hibah sendiri. Tuntutan ini harus diajukan menurut urutan hari disegel; dalam hal terakhir ini, di hadapan Notaris dan para saksi,
pemindahtangannya, mulai dari pemindahtangan yang paling akhir. Namun pewaris harus membubuhkan di atas sampul itu sebuah catatan
demikian tuntutan hukum untuk pengurangan atau pengembalian terhadap dengan tanda tangan yang menyatakan bahwa sampul itu berisi surat
pihak ketiga tidak boleh diajukan, sejauh penerima hibah tidak lagi wasiatnya.
mempunyai sisa barang-barang yang termasuk barang-barang yang Dalam hal pewaris tidak dapat menandatangani sampul wasiat itu
dihibahkan, dan barang-barang itu tidak cukup untuk memenuhi legitieme atau akta penitipannya, atau kedua-duanya, karena suatu halangan
portie, atau bila harga dan barang-barang yang telah dipindahtangankan tidak yang timbul setelah penandatangan wasiat atau sampulnya, notaris
dapat ditagih dan barang-barang kepunyaan pihak ketiga sendiri Tuntutan harus membubuhkan keterangan tentang hal itu dan sebab halangan
hukum itu, dalam hal apa pun, hapus dengan lampaunya waktu tiga tahun, itu pada sampul atau akta tersebut.
terhitung dari hari legitimaris menerima warisan itu. 69
Pasal 933
Pasal 933
Wasiat olografis demikian, setelah disimpan Notaris sesuai dengan pasal yang
lalu, mempunyai kekuatan yang sama dengan surat wasiat yang dibuat Wasiat olografis demikian, setelah disimpan Notaris sesuai dengan pasal yang
dengan akta umur dan dianggap telah dibuat pada hari pembuatan akta lalu, mempunyai kekuatan yang sama dengan surat wasiat yang dibuat dengan
penitipan, tanpa memperhatikan hari penandatanganan yang terdapat dalam akta umur dan dianggap telah dibuat pada hari pembuatan akta penitipan,
surat wasiat itu sendiri. Wasiat olografis yang diterima oleh Notaris untuk tanpa memperhatikan hari penandatanganan yang terdapat dalam surat wasiat
disimpan harus dianggap seluruhnya telah ditulis dan ditandatangani dengan itu sendiri. Wasiat olografis yang diterima oleh Notaris untuk disimpan harus
tangan pewaris tersebut sendiri, sampai ada bukti yang menunjukkan dianggap seluruhnya telah ditulis dan ditandatangani dengan tangan pewaris
sebaliknya. tersebut sendiri, sampai ada bukti yang menunjukkan sebaliknya.

Pasal 934 Pasal 934


Pewaris boleh meminta kembali wasiat olografisnya sewaktu-waktu asal Pewaris boleh meminta kembali wasiat olografisnya sewaktu-waktu asal untuk
untuk pertanggungjawaban Notaris dia mengusahakan, agar pengembalian pertanggungjawaban Notaris dia mengusahakan, agar pengembalian itu dapat
itu dapat dibuktikan dengan akta otentik. Dengan pengembalian itu, wasiat dibuktikan dengan akta otentik. Dengan pengembalian itu, wasiat olografis
olografis harus dianggap telah dicabut. harus dianggap telah dicabut.

Pasal 935 Pasal 935


Dengan sepucuk surat di bawah tangan yang seluruhnya ditulis, diberi tanggal Dengan sepucuk surat di bawah tangan yang seluruhnya ditulis, diberi tanggal
dan ditandatangani oleh pewaris, dapat ditetapkan wasiat, tanpa formalitas- dan ditandatangani oleh pewaris, dapat ditetapkan wasiat, tanpa formalitas-
formalitas lebih lanjut tetapi semata-mata hanya untuk pengangkatan para formalitas lebih lanjut tetapi semata-mata hanya untuk pengangkatan para
pelaksana untuk penguburan, untuk hibahhibah wasiat tentang pakaian- pelaksana untuk penguburan, untuk hibahhibah wasiat tentang pakaian-
pakaian, perhiasan-perhiasan badan tertentu, dan perkakasperkakas khusus pakaian, perhiasan-perhiasan badan tertentu, dan perkakasperkakas khusus
rumah. Pencabutan surat demikian boleh dilakukan di bawah tangan. rumah. Pencabutan surat demikian boleh dilakukan di bawah tangan.

Pasal 936 Pasal 936


Bila surat seperti yang dibicarakan dalam pasal yang lalu diketemukan setelah Bila surat seperti yang dibicarakan dalam pasal yang lalu diketemukan setelah
pewaris meninggal, maka surat itu harus disampaikan kepada Balai Harta pewaris meninggal, maka surat itu harus disampaikan kepada Balai Harta
Peninggalan yang di daerah hukumnya warisan itu terbuka; bila surat itu Peninggalan yang di daerah hukumnya warisan itu terbuka; bila surat itu disegel,
disegel, maka balai itu harus membukanya, dan dalam hal apa pun harus maka balai itu harus membukanya, dan dalam hal apa pun harus membuat
membuat berita acara tentang penyampaian surat itu serta tentang keadaan berita acara tentang penyampaian surat itu serta tentang keadaan surat itu;
surat itu; akhirnya balai itu harus menyerahkan surat itu ke tangan Notaris akhirnya balai itu harus menyerahkan surat itu ke tangan Notaris untuk
untuk disimpan. disimpan. 70
Pasal 940 Pasal 942
Bila pewaris hendak membuat surat wasiat tertutup atau rahasia, dia harus Setelah pewaris meninggal dunia, Notaris harus menyampaikan wasiat rahasia
menandatangani penetapan-penetapannya, baik jika dia sendiri yang menulisnya atau tertutup itu kepada Balai Harta Peninggalan yang dalam daerahnya warisan
ataupun jika ia menyuruh orang lain menulisnya; kertas yang memuat penetapan- itu terbuka; balai ini harus membuka wasiat itu dan membuat berita acara
penetapannya, atau kertas yang dipakai untuk sampul, bila digunakan sampul, harus tentang penyampaian dan pembukaan wasiat itu serta tentang keadaannya, dan
tertutup dan disegel. Pewaris juga harus menyampailkannya dalam keadaan tertutup kemudian menyampailkannya kembali kepada Notaris yang telah memberikannya.
dan disegel kepada Notaris, di hadapan empat orang saksi, atau dia harus menerangkan
bahwa dalam kertas tersebut tercantum wasiatnya, dan bahwa wasiat itu ditulis dan Pasal 943
ditandatangani sendiri, atau ditulis oleh orang lain dan ditandatangani olehnya. Notaris Notaris yang menyimpan surat-surat wasiat diantara surat-surat aslinya, dalam
harus membuat akta penjelasan mengenai hal itu, yang ditulis di atas kertas atau
bentuk apa pun juga, setelah meninggalnya pewaris, harus memberitahukannya
sampulnya, akta ini harus ditandatangani baik oleh pewaris maupun oleh Notaris serta
kepada orang-orang yang berkepentingan.
para saksi, dan bila pewaris tidak dapat menandatangani akta penjelasan itu karena
halangan yang timbul setelah penandatanganan wasiatnya, maka harus disebutkan
sebab halangan itu. Semua formalitas tersebut di atas harus dipenuhi, tanpa beralih Pasal 944
kepada akta lain. Wasiat tertutup atau rahasia itu harus tetap disimpan di antara surat- Saksi-saksi yang hadir pada waktu pembukaan wasiat, harus sudah dewasa dan
surat asli yang ada pada notaris yang telah menerima surat itu. penduduk Indonesia. Mereka harus mengerti bahasa yang dipergunakan dalam
menyusun wasiat itu atau dalam menulis akta penjelasan atau akta penitipan.
Pasal 941 Untuk saksi-saksi pada pembuatan wasiat dengan akta terbuka, tidak boleh
Dalam hal pewaris tidak dapat bicara tetapi dapat menulis, dia boleh membuat surat diambil ahli waris atau penerima hibah wasiat, keluarga sedarah atau semenda
wasiat tertutup, asalkan ha! itu ditulis, diberi tanggal dan ditandatangani, seluruhnya sampai derajat keempat, anak atau cucu, keluarga sedarah dalam derajat yang
dengan tangannya; dia harus menyampaikannya kepada Notaris di hadapan para saksi sama, dan pembantu rumah tangga Notaris yang menangani pembuatan wasiat
dan harus menulis dan menandatangani di atas akta itu penjelasannya, bahwa kertas itu.
yang disampaikannya kepada mereka adalah surat wasiatnya; dan setelah itu Notaris
harus menulis akta penjelasannya dan menyatakan di dalamnya bahwa pewaris telah
Pasal 945
menulis keterangan itu dalam kehadiran Notaris dan pat-a saksi, di samping itu, hat-us
diindahkan apa yang te!ah ditentukan dalam pasal yang lalu. Warga negara Indonesia yang berada di negeri asing tidak boleh membuat wasiat
Surat-surat wasiat termaksud dalam pasal yang lalu dan pasal ini harus dianggap telah selain dengan akta otentik dan dengan mengindahkan formalitas-formalitas yang
ditandatangani oleh pewaris sampai dibuktikan sebaliknya, dan selain itu wasiat-wasiat berlaku di negeri tempat akta itu dibuat. Namun ia berwenang untuk membuat
tersebut terakhir harus dianggap pula telah ditulis se!uruhnya dan diberi tanggal penetapan dengan surat di bawah tangan atas dasar dan dengan cara seperti yang
olehnya. diuraikan dalam Pasal 935.

71
Pasal 946
Pasal 949
Dalam keadaan perang, para tentara anggota angkatan bersenjata lain, Surat-surat wasiat tersebut dalam tiga pasal yang lalu harus ditandatangani
yang berada di medan perang ataupun di tempat yang diduduki musuh oleh pewaris, oleh orang yang dihadapannya wasiat itu dibuat, dan oleh
boleh membuat surat wasiat mereka di hadapan seorang perwira yang sekurang-kurangnya salah seorang saksi. Bila pewaris atau salah seorang saksi
serendah-rendahnya berpangkat letnan, atau bila tidak ada perwira, menyatakan tidak dapat menulis, atau berhalangan untuk menandatanganinya,
dihadapan orang yang di tempat itu menduduki jabatan militer tertinggi, di maka pernyataan itu serta sebab halangan itu harus dengan tegas disebutkan
dalam akta itu.
samping dua orang saksi.
Pasal 950
Pasal 947 Surat-surat wasiat termaksud dalam pasal-pasal 946,947,948 alinea pertama,
Surat wasiat orang-orang yang sedang berlayar di laut, boleh dibuat kehilangan kekuatan bila pewaris meninggal enam bulan setelah berhentinya
dihadapan nakhoda atau mualim kapal itu, atau bila mereka tidak ada, sebab yang telah menyebabkan wasiat itu dibuat dalam bentuk seperti itu.
dihadapan orang yang menggantikan jabatan mereka dengan dihadiri dua Surat wasiat termaksud dalam Pasal 948 alinea kedua kehilangan kekuatannya,
bila pewaris meninggal enam bulan setelah hari penandatanganan akta itu.
orang saksi.
Pasal 951
Pasal 948 Dalam hal-hal yang diatur dalam pasal-pasal 946,947,948 alinea pertama,
Mereka yang berada di tempat-tempat yang dilarang berhubungan dengan orang-orang yang disebut di dalamnya boleh membuat wasiat dengan surat di
dunia luar karena berjangkitnya penyakit pes atau penyakit menular lain, bawah tangan, asalkan surat itu seluruhnya ditulis, diberi tanggal dan
boleh membuat wasiat mereka di hadapan setiap pegawai negeri dan dua ditandatangani oleh pewaris.
orang saksi. Wewenang yang sama juga diberikan kepada mereka yang
Pasal 952
jiwanya terancam alkibat sakit mendadak atau mendapat kecelakaan, Surat wasiat demikian akan kehilangan kekuatannya, bila pewaris meninggal
pemberontakan, gempa burni atau bencana-bencana alam Iainnya, bila tiga bulan setelah sebab tersebut dalam tiga pasal yang lalu berakhir, kecuali
dalam jarak enam pal dan tempat itu tidak ada Notaris atau bila orang- bila surat itu telah disampaikan kepada Notaris untuk disimpan dengan cara
orang yang berwenang untuk itu tidak dapat diminta jasa-jasanya, baik seperti yang diatur dalam Pasal 932.
karena sedang tidak ada di tempat, maupun karena terhalang akibat
Pasal 953
terputusnya perhubungan. Tentang keadaan-keadaan yang menyebabkan
Formalitas-formalitas yang telah ditetapkan untuk berbagai-bagai surat wasiat
untuk membuat surat wasiat itu harus disebutkan dalam akta tersebut. itu menurut ketentuan-ketentuan dalam bagian ini, harus diindahkan, dengan
ancaman kebatalan.
72
Pasal 954
Pasal 959
Wasiat pengangkatan ahli waris ialah suatu wasiat, di mana pewaris
memberikan kepada satu orang atau lebih harta benda yang ditinggalkannya Penerima hibah wasiat harus meminta barang yang dihibahkan kepada para ahli
pada waktu dia meninggal dunia, baik seluruhnya maupun sebagian, seperti waris atau penerima wasiat yang diwajibkan untuk menyerahkan barang yang
seperdua atau sepertiga. dihibahkan itu. Ia berhak atas hasil dan bunganya sejak hari kematian pewaris,
bila tuntutan untuk penyerahan dilakukan dalam waktu satu tahun sejak hari
Pasal 955 tersebut, atau bila penyerahan itu dilakukan secara sukarela dalam jangka waktu
Pada waktu pewaris meninggal dunia, baik para ahli waris yang diangkat
yang sama. Bila tuntutan itu diajukan setelah itu, ia hanya berhak atas hasil dan
dengan wasiat, maupun mereka yang oleh undang-undang diberi sebagian
harta peninggalan itu, demi hukum memperoleh besit atas harta benda yang bunganya saja, terhitung dari hari pengajuan tuntutan itu.
ditinggalkan. Pasal 834 dan 835 berlaku terhadap mereka.
Pasal 960
Pasal 956 Bunga dan hasil barang-barang yang dihibahwasiatkan adalah untuk keuntungan
Bila timbul perselisihan tentang siapa yang menjadi ahli waris, dan dengan penerima hibah sejak hari kematian, kapan pun ia menuntut penyerahannya; 1.
demikian siapa yang berhak memegang besit, maka Hakim dapat
bila pewaris menyatakan keinginannya untuk itu dalam surat wasiat itu; 2. bila
memerintahkan agar harta benda itu disimpan di Pengadilan.
yang dihibahwasiatkan adalah suatu bunga cagak hidup atau suatu uang
Pasal 957 tunjangan tahunan, bulanan atau mingguan sebagai pemberian untuk nafkah.
Hibah wasiat ialah suatu penetapan khusus, di mana pewaris memberikan
kepada satu atau beberapa orang barang-barang tertentu, atau semua Pasal 961
barang-barang dan macam tertentu; misalnya, semua barang-barang bergerak Pajak dengan nama apapun, yang dipungut untuk negara, dibebankan kepada
atau barang-barang tetap, atau hak pakai hasil atas sebagian atau semua
penerima hibah, kecuali bila pewaris menentukan lain.
barangnya.

Pasal 958 Pasal 962


Semua hibah wasiat yang murni dan tidak bersyarat, sejak hari meninggalnya Bila pewaris mewajibkan suatu beban kepada beberapa penerima hibah, maka
pewaris, memberikan hak kepada penerima hibah wasiat (legitaris); untuk mereka wajib memenuhinya, masing-masing sebanding dengan besarnya hibah
menuntut barang yang dihibahkan, dan hak ini beralih kepada sekalian ahli wasiat, kecuali bila pewaris telah menetapkan lain.
waris atau penggantinya.
Pasal 963
Barang yang dihibahwasiatkan harus diserahkan dengan semua
perlengkapannya, dan dalam keadaan seperti pada hari rneninggalnya pewaris.
73
Pasal 964 Pasal 968
Akan tetapi, setelah pewaris menghibahwasiatkan suatu barang tetap, maka apa Hibah-hibah wasiat mengenai barang-barang tak tentu tetapi dari jenis tertentu,
yang telah dibeli atau diperoleh untuk memperbesar barang itu tidaklah adalah sah entah pewaris meninggalkan barang yang demikian itu atau tidak.
termasuk dalam hibah wasiat itu; meskipun berbatasan dengan barang yang
telah dihibahkan itu, kecuali bila pewaris menetapkan lain. Segala sesuatu yang Pasal 969
dilakukan oleh pewaris di atas tanah yang dihibahwasiatkan untuk memperbaiki, Bila hibah wasiatnya terdiri dan barang-barang tak tentu, ahli waris tidak wajib
memperindah atau membangun kembali tanah itu atau untuk memperluas memberikan jenis yang terbaik, namun ia juga tidak boleh memberikan jenis yang
sebidang tanah yang terjepit, maka jika tidak ada penetapan lain, semuanya terjelek,
harus dianggap termasuk suatu bagian dan hibah wasiat itu.
Pasal 970
Pasal 965 Bila yang dihibahwasiatkan hanya hasil-hasil dan pendapatan-pendapatan tanpa
Bila sebelum atau sesudah dibuat surat wasiat, barang yang dihibahwasiatkan digunakan kata-kata hak pakai hasil atau hak pakai oleh pewaris, maka barang yang
terikat dengan hipotek atau dengan hak pakai hasil untuk suatu utang dan harta bersangkutan haruslah tetap berada dalam pengelolaan ahli warisnya, yang
peninggalan itu, atau untuk suatu utang pihak ketiga, maka orang yang harus sementara itu wajib membayarkan hasilhasil dan pendapatannya kepada penerima
menyerahkan hibah wasiat itu tidak wajib melepaskan barang dari ikatan itu, hibah itu.
kecuali bila ia diperintahkan dengan tegas oleh pewaris untuk melakukannya.
Namun bila penerima hibah telah melunasi utang berhipotek itu, maka ia Pasal 971
mempunyai hak untuk menuntut para ahli waris sesuai dengan pasal 1106. Hibah wasiat kepada seorang kreditur tidak boleh dihitung sebagai pelunasan
piutangnya seperti halnya hibah wasiat kepada pembantu rumah tangga tidak boleh
Pasal 966 dianggap sebagai pembayaran upah kerjanya.
Bila pewaris menghibahwasiatkan barang tertentu milik orang lain, hibah wasiat
ini adalah batal, entah pewaris itu tahu atau tidak tahu bahwa barang itu bukan Pasal 972
kepunyaannya. Bila warisan tidak seluruhnya atau hanya sebagian diterima, atau bila warisan itu
ditenma dengan hak khusus atas perincian harta peninggalan, dan harta yang
Pasal 967 ditinggalkan im tidak mencukupi untuk memenuhi hibah-hibah wasiat seluruhnya,
Akan tetapi ketentuan pasal yang lalu tidak menjadi halangan untuk maka hibah-hibah wasiat itu harus dikurangi, sebanding dengan besarnya masing-
membebankan persyaratan tertentu kepada ahli waris atau penerima hibah masing, kecuali bila pewaris telah menetapkan lain mengenai hal itu.
wasiat, yaitu kewajiban untuk melakukan pembayaran-pembayaran tertentu
kepada pihak ketiga dengan barang-barangnya sendiri, atau untuk membebaskan
utang-utangnya

74
Pasal 973 Pasal 976
Barang-barang yang dikuasai sepenuhnya oleh orangtua, boleh mereka hibah Segala ketetapan wasiat yang diizinkan oleh pasal 973 dan 974, hanya berlaku
wasiatkan, seluruhnya atau sebagian, kepada seorang anak mereka atau Iebih, dengan sekadar pengangkatan waris dengan menunjukkan yang terkandung padanya
perintah untuk menyerahkan barang-barang itu kepada anak-anak mereka masing- hanya melampaui satu derajat, dan untuk mengkaruniakan seluruh anak si
masing, baik yang telah lahir maupun yang belum lahir. Bila seorang anak te!ah pemikul beban, baik yang sudah maupun yang akan dilahirkan, dengan tiada
meninggal lebih dahulu, maka penetapan wasiat yang sama boleh dibuat untuk kecuali dan tiada memandang pada umur atau jenis kelamin.
keuntungan satu orang cucu mereka atau lebili, dengan perintah menyerahkan
barang-barang itu kepada anak-anak mereka masing-masing, baik yang telah lahir Pasal 977
maupun yang belum lahir. Hak-hak ahli yang diangkat dengan penunjukkan ahli waris dengan wasiat, mulai
berlaku pada saat berhentinya hak nikmat atas barang bagi si pemikul beban.
Pelepasan diri dari hak nikmat atas barang untuk keuntungan para ahli waris,
Pasal 974
berharapan, tidak boleh merugikan kreditur yang telah berpiutang kepada
Demikian juga, boleh dibuat penetapan wasiat untuk keuntungan satu atau beberapa
pemikul beban sebelum pelepasan ini, pun tidak boleh merugikan anak-anak
saudara laki-laki atau perempuan dan pewaris, atas seluruh atau sebagian barang-
yang lahir setelah pelepasan itu.
barang yang o!eh undang-undang tidak dikecualikan dan penetapan wasiat, dengan
perintah untuk menyerahkan barang-barang itu kepada anak-anak meraka yang telah Pasal 978
lahir maupun yang belum lahir. Barangsiapa membuat ketetapan-ketetapan tersebut dalam pasal yang lalu,
Penetapan wasiat yang demikian boleh juga diberiikan untuk satu atau beberapa anak dengan suatu wasiat atau dengan suatu akta Notaris yang dibuat kemudian,
dan saudara laki-laki atau perempuan yang telah meninggal, dengan perintah untuk boleh menempatkan barang-barang di bawah kekuasaan satu atau beberapa
menyerahkan barang-barang yang bersangkutan kepada anak-anak mereka masing- pengelola selama dalani masa beban. Dalam hal itu, ketentuan-ketentuan Pasal
masing, baik yang telah lahir maupun yang belum lahir. 789 alinea pertama dan kedua dan Pasal 790, dan 791, berlaku bagi para
pengelola. Mereka boleh memperhitungkan upah jerih payah mereka dalam hal-
Pasal 975 hal dan dengan cara-cara seperti yang ditentukan dalam bab berikut mengenai
Bila ahli waris yang dibebani itu meninggal dengan meninggalkan anak-anak dalam para pelaksana surat-surat wasiat.
derajat pertama dan keturunan seorang anak yang meninggal lebih dahulu, maka
sekalian keturunan ini berhak menikmati bagian dan anak yang meninggal lebih Pasal 979
dahulu itu sebagai penggantinya. Ketentuan yang sama berlaku juga dalam hal semua Bila pengelola itu meninggal atau tidak ada, atas permohonan si pemikul beban
anak dalam derajat pertama telah meninggal lebih dahulu, dan ahli waris yang atau orangorang yang berkepentingan, atau atas tuntutan jawatan Kejaksaan,
diperintahkan untuk satu derajat saja dan untuk keuntungan semua anak-anak si Hakim berkuasa mengangkat orang lain untuk mengganti pengurus itu.
pemikul beban, baik yang telah lahir maupun yang belum lahir, tanpa kekecualian atau
hak membedakan umur atau jenis kelamin.

75
Pasal 980 Pasal 984
Dalam waktu sebulan setelah meninggalnya orang yang membuat penetapan AhIi waris pemikul beban, yang menjalankan sendiri pengelolaannya, harus
wasiat seperti di atas, maka atas permohonan pengelola yang telah di angkat, atas mengelola barangbarang itu sebagaimana layaknya seorang kepala rumah tangga
permintaan orang-orang yang yang baik, dan dalam hal itu dan dalam hal memikul biaya dan beban, serta dalam
berkepentingan atau atas tuntutan jawatan Kejaksaan, harus dibuat perincian hal melakukan perbaikan-perbaikan, ia sama dengan pemegang hak pakai hasil.
barang-barang yang merupakan harta peninggalan itu. Bila yang diwasiatkan
hanya terdiri dan hibah wasiat saja, maka harus dibuat suatu daftar khusus semua Pasal 985
barang-barang yang menjadi bagian harta peninggalan itu. Perincian harta ini atau Segala harta benda tetap, demikian pula bunga dan piutang, tidak boleh
daftar ini harus memuat anggaran biayanya. dipindahtangankan atau dibebani, kecuali dengan izin Pengadilan Negeri, setelah
mendengar ahli waris berharapan dan jawatan Kejaksaan. Izin itu hanya boleh
Pasal 981 diberikan jika ada keperluan mutlak, atau jika ada harapan wajar akan
Perincian harta atau daftar ini harus dibuat di hadapan pengelola yang telah memperoleh keuntungan, baik bagi ahli waris berharapan maupun bagi ahli waris
diangkat, dan di hadapan orang-orang yang berkepentingan atau setelah mereka pemikul beban; dalam hal pemindahtanganan, izin itu hanya boleh diberikan
dipanggil dengan sah. Bila mereka hadir pada pembuatan perincian harta itu, dengan beban untuk membungakan uang penjualan dengan cara fidel commis,
maka perincian itu dapat dibuat di bawah tangan; dalam hal itu, daftar itu, dalam bila barang itu dikelola oleh si pemikul beban sendiri.
waktu empat belas han setelah pemerincian harta selesai, harus disimpan di Bila barang-barang itu ada dalam pengelolaan, para pengelola wajib
kepaniteraan Pengadilan Negeri. Biaya-biaya untuk itu dibebankan pada barang- membungakan hasilnya dengan cara seperti yang diatur bagi para wali.
barang yang termasuk yang dihibahwasiatkan dengan cara penunjukan ahli waris
dengan wasiat itu. Pasal 986
Pengangkatan ahli waris dengan wasiat yang pada bagian ini diperkenankan, tidak
Pasal 982 boleh dipertahankan terhadap pihak ketiga, bahkan oleh anak yang di bawah umur
Bila pewaris tidak mengangkat pengelola, maka barang-barangnya dikelola oleh sekalipun, bila hal itu tidak diumumkan, dengan cara berikut: mengenai barang-
ahli waris yang dibebani, dan ia wajib menjamin penyimpanannya, penggunaan barang tetap, dengan cara yang ditentukan dalam Pasal 620; dan mengenai
secara layak dan penyerahan lebih lanjut barang-barang itu, kecuali bila pewaris piutang-piutang berhipotek, dengan mendaftarkan barang-barang yang terikat
dengan tegas telah membebaskannya dan segala kewajiban untuk mengadakan untuk piutang-piutang itu atau dengan membubuhkan keterangan di sebelah
jaminan. Pasal 983 Ahli waris memikul beban, yang dalam hal tersebut dalam daftar yang telah ada
pasal yang lalu tidak memberikan jaminan, harus merelakan barang-barang itu,
atas permohonan orang-orang yang berkepentingan, atau atas tuntutan jawatan
Kejaksaan, untuk diserahkan kepada pengelola seorang yang diangkat oleh
Pengadilan Negeri, yang terhadapnya berlaku segala hak dan kewajiban yang
ditetapkan terhadap wali atas anak-anak di bawah umur. Ketentuan-ketentuan
penutup Pasal 978 tersebut di atas berlaku juga terhadap para pengelola itu.

76
Pasal 991
Pasal 987 Setelah meninggalnya ahi waris atau penerima hibah yang dibebani, ahli waris
Ahli waris karena undang-undang atau ahli waris karena surat wasiat berharapan berhak menuntut, supaya segala sesuatu yang masih tersisa dari
dan orang yang mengangkat ahli waris dengan wasiat, dalam hal apa warisan atau hibah wasiat itu segera diserahkan kepadanya dalam wujudnya.
pun tidak boleh mengajukan bantahan kepada ahli waris berharapan Memang uang tunai atau mengenai hasil barang-barang yang telah
berdasarkan tidak adanya pengumuman, pendaftaran atau dipindahtangankan, dari catatan-catatan ahli waris atau penerima hibah yang
pembubuhan keterangan seperti yang diperintahkan dalam pasal yang dibebani, dan surat-surat rumah tangga atau dan lain-lain bukti, dapat
lalu.
disimpulkan apakah masih ada dan berapakah yang tersisa dari warisan atau
hibah wasiat itu.
Pasal 988
Para pengelola wajib menyelenggarakan pengumuman, pendaftaran
dan pembubuhan keterangan seperti yang diperintahkan dalam Pasal Pasal 992
986, yang pelanggarannya diancam dengan hukuman penggantian biaya Suatu wasiat, baik seluruhnya maupun sebagian, tidak boleh dicabut, kecuali
kerugian dan bunga. Semua orang yang berkepentingan berhak dengan wasiat yang lebih kemudian, atau dengan suatu akta Notaris yang
menuntut agar peraturan-peraturan tersebut di atas dipenuhi. khusus, yang mengandung pernyataan pewaris tentang pencabutan
seluruhnya atau sebagian wasiat yang dulu, tanpa mengurangi ketentuan Pasal
Pasal 989 934.
Dalam hal ada pengangkatan ahli waris atau pemberian hibah wasiat
atas dasar yang dicantumkan dalam Pasal 881, ahli waris atau penerima Pasal 993
hibah memindahkan atau menghabiskan, dan bahkan berhak Bila surat wasiat kemudian itu, yang memuat pencabutan secara tegas wasiat
menghibahkan barang-barang warisan itu kepada sesama yang masih yang terdahulu, tidak dilengkapi dengan formalitas-formalitas yang
hidup, kecuali bila hal terakhir ini dilarang oleh pewaris untuk disyaratkan untuk sahnya surat wasiat, tetapi memenuhi yang disyaratkan
seluruhnya atau untuk sebagian. untuk sahnya akta Notaris, maka penetapanpenetapan yang dahulu, sekiranya
diulangi dalam penetapan yang kemudian, harus dianggap tidak dicabut.
Pasal 990
Kewajiban untuk membuat perincian harta peninggalan atau daftar Pasal 994
setelah pewaris meninggal, dan kewajiban untuk menyerahkan surat- Surat wasiat kemudian, yang tidak mencabut wasiat terdahulu secara tegas,
surat itu kepada kepaniteraan Pengadilan Negeri sebagaimana diatur hanya membatalkan penetapan-penetapan surat wasiat yang terdahulu itu
dalam Pasal 980 dan 981, juga berlaku bagi ahli waris atau penerima sejauh tidak dapat disesuaikan dengan penetapan-penetapan yang baru, atau
hibah yang memikul beban sebagaimana diatur dalam bagian ini, tetapi bertentangan dengan itu. Ketentuan pasal ini tidak berlaku, bila surat wasiat
ia tidak wajib memberikan suatu jaminan. yang kemudian itu batal karena cacat bentuknya, meskipun surat wasiat itu
77
sebagai akta Notaris berlaku juga.
Pasal 995 Pasal 999
Pencabutan yang dilakukan dengan surat wasiat yang Suatu hibah wasiat gugur, bila barang yang dihibahwasiatkan musnah sama sekali
kemudian baik secara tersurat maupun tersirat, berlaku semasa pewaris masih hidup. Hal yang sama juga terjadi, bila setelah ia meninggal,
sepenuhnya, pun sekiranya akta yang baru itu tak berlaku barang itu musnah tanpa perbuatan atau kesalahan ahli waris atau orang lain yang
karena tidak cakapnya ahli waris atau penerima hibah berkewajiban menyerahkan hibah wasiat itu; sekiranya orang-orang itu telah lalai
yang ditetapkan, atau karena penolakan mereka untuk
menerima warisan itu. untuk menyerahkan barang itu pada waktunya, hibah wasiat itu juga gugur bila
barang itu, seandainya di tangan penerima hibah pun, juga akan musnah.
Pasal 996
Semua pemindahtanganan, bahkan penjualan dengan hak Pasal 1000
untuk membeli kembali, atau tukar menukar, yang Suatu hibah wasiat berupa bunga, piutang atau tagihan utang lain kepada pihak
dilakukan oleh pewaris atas barang yang ketiga, gugur sekedar mengenai apa yang pada waktu pewaris masih hidup kiranya
dihibahwasiatkan, seluruhnya atau sebagian, selalu
mengakibatkan tercabutnya hibah wasiat yang telah dibayar.
dipindahtangankan mungkin telah kembali ke dalam harta
peninggalan pewaris. Pasal 1001
Suatu penetapan yang dibuat dengan wasiat, gugur bila ahli waris atau penerima
Pasal 997 hibah yang ditetapkan itu menolak warisan atau hibah wasiat itu, atau ternyata tidak
Semua penetapan dengan surat wasiat yang dibuat cakap untuk memanfaatkan hal itu. Bila pada penetapan itu diberikan keuntungan
dengan persyaratan yang bergantung pada peristiwa yang
tidak tentu terjadinya dan sifatnya, sehingga pewaris kepada pihak ketiga, maka pemberian keuntungan itu tidak gugul orang yang berhak
harus dianggap telah menggantungkan pelaksanaan atas warisan atau hibah wasiat itu, tanpa mengurangi wewenangnya untuk
penetapannya dengan terjadi tidaknya peristiwa itu, melepaskan din secara utuh dan tak bersyarat dan wansan atau hibah wasiat itu,
adaIah gugur, bila ahli waris atau penerima hibah yang tetap wajib memberi keuntungan kepada pihak ketiga itu.
ditetapkan itu meninggal sebelum terpenuhi persyaratan
itu. Pasal 1002
Pasal 998 Warisan atau hibah wasiat bagi para ahli waris atau penerima hibah menjadi
Bila dengan persyaratan itu pewaris hanya bermaksud bertambah, dalam hal pengangkatan ahli waris atau pemberian hibah wasiat
menangguhkan pelaksanaan penetapannya, maka hal ditetapkan untuk beberapa orang bersama-sama, bila hal itu dibuat dengan satu
yang demikian itu tidak menghalangi ahli waris atau penetapan yang sama, dan kepada masingmasing ahli waris atau penerima hibah itu
penerima hibah yang ditetapkan itu untuk mempunyai pewaris itu tidak menunjukkan bagian tertentu dan barangnya, seperti seperdua,
hak yang diperoleh itu, dan untuk mengalihkannya sepertiga, dan seterusnya. Perkataan "untuk bagian-bagian sama besar" tidak
kepada ahli warisnya.
dianggap sebagai petunjuk "bagian tertentu" seperti yang diatur dalam pasal ini.
78
Pasal 1003 Pasal 1007
Selanjutnya pewaris juga harus dianggap telah memberikan hibah Kepada para pelaksana wasiat, pewaris dapat memberikan penguasaan
wasiat kepada beberapa orang bersama-sama, bila suatu barang atas semua barang dari harta peninggalan, atau bagian tertentu
yang tidak dapat dibagi-bagi tanpa menjadi rusak, daripadanya. Dalam hal pertama, penguasaan itu meliputi baik barang-
diwasiatkan dalam satu akta yang sama kepada beberapa orang, barang tetap maupun barang-barang bergerak. Penguasaan itu menurut
meskipun diwasiatkan secara sendiri-sendiri.
hukum tidak akan berlangsung lebih lama daripada setahun, terhitung dari
Pasal 1004 hari ketika para pelaksana dapat menguasai barang-barang itu.
Pernyataan gugurnya surat-surat wasiat dapat diminta setelah
meninggalnya pewaris, karena tidak dilaksanakan persyaratan- Pasal 1008
persyaratannya. Dalam hal ini, mereka yang kepentingannya telah Bila semua ahli waris sepakat, mereka dapat menghentikan penguasaan
dipenuhi dengan pernyataan gugur itu, akan mengambil kembali itu, asalkan mereka memungkinkan para pelaksana untuk membayar atau
barang-barang itu, bebas dan segala beban dan hipotek, yang
sekiranya telah ditempatkan atas barang-barang itu oleh para ahli menyerahkan hibah-hibah wasiat yang murni dan tak bersyarat, atau
waris atau penerima hibah yang telah dinyatakan gugur. Mereka menunjukkan bahwa penyerahan hibah-hibah itu telah dilaksanakan.
bahkan boleh melaksanakan hak-hak itu terhadap pihak ketiga yang
mengusai barangbarang tetap itu, seperti terhadap ahli waris atau Pasal 1009
penerima hibah yang diangkat itu. Pelaksana surat wasiat harus mengusahakan penyegelan harta
peninggalannya, bila ada ahli waris yang masih di bawah umur atau ditaruh
Pasal 1005
Seorang pewaris boleh mengangkat seorang atau lebih pelaksana di bawah pengampuan. yang pada waktu pewaris
surat wasiatnya, baik dengan surat wasiat maupun dengan akta di meninggal tidak mempunyai wali atau pengampu, atau jika ada ahli waris
bawah tangan seperti yang tercantum pada Pasal 935, ataupun yang tidak hadir, baik sendiri maupun dengan perantaraan.
dengan akta Notaris khusus. Ia dapat juga mengangkat beberapa
orang, agar pada waktu yang satu berhalangan, yang lain dapat Pasal 1010
menggantikannya. Pelaksana wajib mengusahakan pembuatan perincian harta peninggalan itu
Pasal 1006 dihadapan para ahli waris yang ada di Indonesia atau setelah memanggil
Wanita yang telah kawin, anak di bawah umur, sekalipun ia telah mereka dengan sah.
memperoleh pendewasaan, orang yang ada di bawah pengampuan,
dan siapa saja yang tidak cakap untuk mengadakan ikatan, tidak Pasal1011
boleh menjadi pelaksana wasiat. Pelaksana harus mengusahakan agar kehendak terakhir pewaris
dilaksanakan, dan dalam hal terjadi perselisihan mengajukan tuntutan ke
pengadilan untuk mempertahankan berlakunya surat wasiatnya.

79
Pasal 1012 Pasal 1016
Bila uang tunai yang diperlukan untuk membayar hibah-hibah wasiat Bila ada beberapa pelaksana satu surat wasiat yang telah menerima
tidak tersedia, maka pelaksana mempunyai wewenang untuk tugas itu, maka masingmasing dapat bekerja sendiri bila yang tidak ada
mengusahakan penjualan di muka umum dan menurut kebiasaan dan mereka masing-masing dalam hal ini bertanggung jawab atas
setempat. atas barang-barang bergerak dari harta peninggalan itu, dan pengelolaan itu, kecuali bila pewaris telah membagi pekerjaan mereka,
bila perlu, juga satu atau beberapa dari harta tetap, tetapi yang tersebut dan masing-masing harus membatasi diri dalam lingkungan urusan yang
terakhir haruslah dengan persetujuan para ahli waris, atau bila mereka diserahkan kepadanya.
tidak ada dengan izin Hakim, kecuali bila para ahli waris berkenan untuk
membayar lebih dahulu uang yang diperlukan. Penjualan itu dapat juga Pasal 1017
dilaksanakan di bawah tangan, bila semua ahli waris menyetujuinya, Biaya yang dikeluarkan oleh pelaksana surat wasiat untuk penyegelan,
tanpa mengurangi ketentuan mengenai anak-anak di bawah umur dan pemerincian harta, perhitungan dan pertanggungjawaban dan urusan
orang-orang yang berada dalam pengampuan. lain yang berhubungan dengan pekerjaan mereka, dibebankan pada
harta peninggalan itu.
Pasal 1013
Para pelaksana yang menguasai harta peninggalan bahkan di muka Hakim Pasal 1018
pun, berwenang untuk menagih piutang-piutang yang tiba waktunya dan Tiap-tiap ketentuan pewaris yang berisi bahwa pelaksana surat
dapat ditagih selama penguasaan. wasiatnya dibebaskan dari pembuatan pemerincian harta peninggalan,
atau dari pemberian perhitungan dan pertanggungjawaban, batal
Pasal 1014 menurut hukum.
Mereka tidak berwenang untuk menjual barang-barang harta
peninggalan dengan maksud untuk melakukan pembagian; pada akhir Pasal 1019
pengelolaan, mereka wajib memberikan perhitungan dan
Tanpa mengurangi apa yang telah ditentukan mengenai hak pakai hasil,
pertanggungjawaban kepada orang-orang yang berkepentingan, dengan
mengenai penunjukan ahli waris dengan wasiat, dan mengenai anak-
menyerahkan semua barang dan efek yang termasuk harta peninggalan,
anak di bawah umur dan orang-orang yang dalam pengampuan, pewaris
beserta penutup perhitungannya, agar dapat diadakan pembagian antara
boleh mengangkat seorang pengelola atau lebih, dengan surat wasiat
para ahli waris. Dalam hal melakukan pembagian, mereka harus
membantu para ahli waris, bila para ahli waris ini menghendakinya. atau dengan akta Notaris khusus, untuk mengelola barang-barang yang
ditinggalkan kepada para ahli waris dan para penerima hibah wasiat
Pasal 1015 selama hidup mereka ini atau selama waktu tertentu, asalkan dengan itu
Kekuasaan pelaksana suatu wasiat tidak beralih kepada ahli warisnya. tidak dilanggar penyerahan secara bebas bagian para ahli waris menurut
undang-undang. Ketentuan Pasal 1016 berlaku terhadap hal ini.

80
Pasal 1020
Bila pewaris tidak menunjuk orang-orang yang akan bertindak
sebagai pengganti pengelola yang berhalangan, maka hal ini
akan ditetapkan oleh Pengadilan Negeri setelah mendengar
jawatan Kejaksaan.

Pasal 1021
Tiada seorang pun diwajibkan untuk menerima tugas
pelaksana suatu wasiat atau tugas pengelola warisan atau
hibah wasiat, tetapi orang yang telah menerima hal itu wajib
menyelesaikannya. Bila pewaris tidak memberikan upah
kepada pelaksana untuk melakukan pekerjaannya, atau tidak
memberikan hibah wasiat untuk itu kepadanya, maka
pelaksana itu atau para pelaksana bila diangkat lebih dari satu
pelaksana, untuk diri sendiri atau untuk mereka bersama-
sama, berhak memperhitungkan upah, sebagaimana
ditetapkan pada Pasal 411 untuk para wali.

Pasal 1022
Pelaksana surat wasiat, demikian pula pengelola tersebut pada
Pasal 1019, dapat dipecat karena alasan yang sama seperti
yang berlaku bagi wali.

81
HIBAH Ps. 1666 s/d Ps. 1693
KUHPerdata
UU 1/1974
Pasal 1666 Pasal 1670
Penghibahan adalah suatu persetujuan dengan mana seorang penghibah Suatu penghibahan adalah batal jika dilakukan dengan membuat syarat
menyerahkan suatu barang secara cuma-cuma, tanpa dapat menariknya bahwa penerima hibah akan melunasi utang atau beban-beban lain di
kembali, untuk kepentingan seseorang yang menerima penyerahan samping apa yang dinyatakan dalam akta hibah itu sendiri atau dalam
barang itu. Undang-undang hanya mengakui penghibahanpenghibahan daftar dilampirkan.
antara orang-orang yang masih hidup.
Pasal 1671
Pasal 1667 Penghibah boleh memperjanjikan bahwa ia akan tetap menguasai
Penghibahan hanya boleh dilakukan terhadap barang-barang yang sudah
penggunaan sejumlah uang yang ada di antara barang yang dihibahkan.
ada pada saat penghibahan itu terjadi. Jika hibah itu mencakup barang-
barang yang belum ada, maka penghibahan batal sekedar mengenai Jika ia meninggal dunia sebelum menggunakan uang itu, maka barang
barang-barang yang belum ada. dan uang itu tetap menjadi milik penerima hibah.

Pasal 1668 Pasal 1672


Penghibah tidak boleh menjanjikan bahwa ia tetap berkuasa untuk Penghibah boleh memberi syarat, bahwa barang yang dihibahkannya itu
menggunakan hak miliknya atas barang yang dihibahkan itu, akan kembali kepadanya bila orang yang diberi hibah atau ahli warisnya
penghibahan demikian sekedar mengenai barang itu dipandang sebagai meninggal dunia lebih dahulu dari penghibah, tetapi syarat demikian
tidak sah. hanya boleh diadakan untuk kepentingan penghibah sendiri.
Pasal 1669
Penghibah boleh memperjanjikan bahwa ia tetap berhak menikmati atau Pasal 1673
memungut hasil barang bergerak atau barang tak bergerak, yang Akibat dari hak mendapatkan kembali barang-barang yang dihibahkan
dihibahkan atau menggunakan hak itu untuk keperluan orang lain, dalam ialah bahwa pemindahan barang-barang itu ke tangan orang lain,
hal demikian harus diperhatikan ketentuan-ketentuan Bab X Buku Kedua sekiranya telah terjadi, harus dibatalkan, dan pengembalian barang-
Kitab Undang-undang ini. barang itu kepada penghibah harus bebas dari semua beban dan
hipotek yang mungkin diletakkan pada barang itu sewaktu ada di
tangan orang yang diberi hibah. 82
Pasal 1674 Pasal 1679
Supaya dapat dikatakan sah untuk menikmati barang yang dihibahkan, orang
Penghibah tidak wajib menjamin orang bebas dari gugatan
yang diberi hibah harus ada di dunia atau dengan memperhatikan aturan dalam
pengadilan bila kemudian barang yang dihibahkan itu menjadi Pasal 2 yaitu sudah ada dalam kandungan ibunya pada saat penghibahan
milik orang lain berdasarkan keputusan Pengadilan. dilakukan.

Pasal 1675 Pasal 1680


Hibah-hibah kepada lembaga umum atau lembaga keagamaan tidak berakibat
Ketentuan-ketentuan Pasal 879, 880, 881 884, 894, dan akhirnya
hukum, kecuali jika Presiden atau pembesar yang ditunjuknya telah
juga Bagian 7 dan 8 dan Bab XIII Buku Kedua Kitab Undang- memberikan kuasa kepada para pengurus lembaga-lembaga tersebut untuk
undang Hukum Perdata ini, berlaku pula terhadap hibah. menerimanya.

Pasal 1676 Pasal 1681


Ketentuan-ketentuan ayat (2) dan terakhir pada Pasal 904, begitu pula Pasal
Semua orang boleh memberikan dan menerima hibah kecuali
906, 907, 908, 909 dan 911, berlaku terhadap penghibahan.
mereka yang oleh undangundang dinyatakan tidak mampu untuk
itu. Pasal 1682
Tiada suatu penghibahan pun kecuali termaksud dalam Pasal 1687 dapat
Pasal 1677 dilakukan tanpa akta notaris, yang minut (naskah aslinya) harus disimpan pada
notaris dan bila tidak dilakukan demikian maka penghibahan itu tidak sah.
Anak-anak di bawah umur tidak boleh menghibahkan sesuatu
kecuali dalam hal yang ditetapkan pada Bab VII Buku Pertama Pasal 1683
Kitab Undang-undang Hukum Perdata ini. Tiada suatu penghibahan pun mengikat penghibah atau mengakibatkan sesuatu
sebelum penghibahan diterima dengan kata-kata tegas oleh orang yang diberi
Pasal 1678 hibah atau oleh wakilnya yang telah diberi kuasa olehnya untuk menerima hibah
yang telah atau akan dihibahkannya itu. Jika penerimaan itu tidak dilakukan
Penghibahan antara suami istri selama perkawinan mereka
dengan akta hibah itu maka penerimaan itu dapat dilakukan dengan suatu akta
masih berlangsung, dilarang. Tetapi ketentuan ini tidak berlaku otentik kemudian, yang naskah aslinya harus disimpan oleh Notaris asal saja hal
terhadap hadiah atau pemberian berupa barang bergerak yang itu terjadi waktu penghibah masih hidup; dalam hal demikian maka bagi
berwujud, yang harganya tidak mahal kalau dibandingkan penghibah, hibah tersebut hanya sah sejak penerimaan hibah itu diberitahukan
dengan besarnya kekayaan penghibah. dengan resmi kepadanya.

83
Pasal 1688
Pasal 1684
Suatu penghibahan tidak dapat dicabut dan karena itu tidak dapat pula
Hibah yang diberikan kepada seorang wanita yang masih bersuami dibatalkan, kecuali dalam hal-hal berikut:
tidak dapat diterima selain menurut ketentuan-ketentuan Bab V Buku 1. jika syarat-syarat penghibahan itu tidak dipenuhi oleh penerima
Pertama Kitab Undang-undang Hukum Perdata ini. hibah;
2. 2. jika orang yang diberi hibah bersalah dengan melakukan atau ikut
Pasal 1685 melakukan suatu usaha pembunuhan atau suatu kejahatan lain atas
Hibah kepada anak-anak di bawah umur yang masih berada di bawah diri penghibah; 3. jika penghibah jatuh miskin sedang yang diberi
kekuasaan orangtua, harus diterima oleh orang yang menjalankan hibah menolak untuk memberi nafkah kepadanya.
kekuasaan orangtua itu. Hibah kepada anak-anak di bawah umur yang
masih di bawah perwalian atau kepada orang yang ada di bawah Pasal 1689
pengampuan, harus diterima oleh wali atau pengampunya yang telah Dalam hal yang pertama. barang yang dihibahkan tetap tinggal pada
diberi kuasa oleh Pengadilan Negeri. Jika pengadilan itu memberi penghibah, atau ia boleh meminta kembali barang itu, bebas dari semua
kuasa termaksud maka hibah itu tetap sah. meskipun penghibah telah beban dan hipotek yang mungkin diletakkan atas barang itu oleh
meninggal dunia sebelum terjadi pemberian kuasa itu. penerima hibah serta hasil dan buah yang telah dinikmati oleh penerima
hibah sejak ia alpa dalam memenuhi syarat-syarat penghibahan itu.
Pasal 1686 Dalam hal demikian penghibah boleh menjalankan hak-haknya terhadap
Hak milik atas barang-barang yang dihibahkan meskipun diterima pihak ketiga yang memegang barang tak bergerak yang telah dihibahkan
dengan sah, tidak beralih pada orang yang diberi hibah, sebelum sebagaimana terhadap penerima hibah sendiri.
diserahkan dengan cara penyerahan menurut Pasal 612, 613, 616 dan
seterusnya. Pasal 1690
Dalam kedua hal terakhir yang disebut dalam Pasal 1688, barang yang
Pasal 1687 telah dihibahkan tidak boleh diganggu gugat jika barang itu hendak atau
Hadiah dari tangan ke tangan berupa barang bergerak yang berwujud telah dipindahtangankan, dihipotekkan atau dibebani dengan hak
atau surat piutang yang akan dibayar atas tunduk, tidak memerlukan kebendaan lain oleh penerima hibah, kecuali kalau gugatan untuk
membatalkan penghibahan itu susah diajukan kepada dan didaftarkan di
akta notaris dan adalah sah bila hadiah demikian diserahkan begitu
Pengadilan dan dimasukkan dalam pengumuman tersebut dalam Pasal
saja kepada orang yang diberi hibah sendiri atau kepada orang lain
616. Semua pemindahtanganan,
yang menerima hibah itu untuk diteruskan kepada yang diberi hibah.
penghipotekan atau pembebanan lain yang dilakukan oleh penerima
hibah sesudah pendaftaran tersebut adalah batal, bila gugatan itu
kemudian dimenangkan.
84
Pasal 1691
Dalam hal tersebut pada Pasal 1690, penerima hibah wajib
mengembalikan apa yang dihibahkan itu bersama dengan buah dan
hasilnya terhitung sejak hari gugatan diajukan kepada Pengadilan,
sekiranya barang itu telah dipindahtangankan maka wajiblah
dikembalikan harganya pada saat gugatan diajukan bersama buah
dan hasil sejak saat itu. Selain itu ia wajib membayar ganti rugi
kepada penghibah atas hipotek dan beban lain yang telah diletakkan
olehnya di atas barang tak bergerak yang dihibahkan itu termasuk
yang diletakkan sebelum gugatan diajukan.

Pasal 1692
Gugatan yang disebut dalam Pasal 1691 gugur setelah lewat satu
tahun, terhitung dari hari peristiwa yang menjadi alasan gugatan itu
terjadi dan dapat diketahui oleh penghibah. Gugatan itu tidak dapat
diajukan oleh penghibah terhadap ahli waris orang yang diberi hibah
itu; demikian juga ahli waris penghibah tidak dapat mengajukan
gugatan terhadap orang yang mendapat hibah kecuali jika gugatan
itu telah mulai diajukan oleh penghibah atau penghibah ini
meninggal dunia dalam tenggang waktu satu tahun sejak terjadinya
peristiwa yang dituduhkan itu.

Pasal 1693
Ketentuan-ketentuan bab ini tidak mengurangi apa yang sudah
ditetapkan pada Bab VII dan Buku Pertama dalam Kitab Undang-
undang Hukum Perdata.
85
WASIAT DALAM KHI
PEWASIAT
21/Lebih Tahun
WASIAT LISAN 2 Orang Saksi
WASIAT Akta Notaris Notaris + 2 Orang Saksi
WASIAT TERTULIS
Max 1/3 HW Non Akta Notaris 2 Orang Saksi

Wasiat Pernyataan Wasiat Lisan 2 orang saksi


berlaku Persetujuan
Wasiat Tertulis Notaris + 2 orang saksi
PEWASIAT
Pembukaan Berita Acara
Meninggal dunia Notaris Notaris
Wasiat Pembukaan Wasiat
Penyimpanan 2 orang saksi
2 orang saksi
Wasiat Tertutup Notaris
Pembukaan Berita Acara
Bukan Notaris
Wasiat Pembukaan Wasiat
KUA
PEWASIAT
Masih Hidup AHLI WARIS/
PENERIMA WASiAT
Pencabutan/ Lisan 2 orang saksi
Pembatalan Akta Notaris Notaris + 2 orang saksi
Wasiat Tertulis PEWASIAT
Non Akta Notaris 2 orang saksi
86
Kompilasi
WASIAT Hukum Islam

Pasal 194
(1) Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun, berakal sehat
dan tanpa adanya paksaan dapat mewasiatkan sebagian harta bendanya
kepada orang lain atau lembaga.
(2) Harta benda yang diwasiatkan harus merupakan hak dari pewasiat.
(3) Pemilikan terhadap harta benda seperti dimaksud dalam ayat (1) pasal
ini baru dapat dilaksanakan sesudah pewasiat meninggal dunia.

87
Pasal 195
(1) Wasiat dilakukan secara lisan dihadapan dua orang saksi, atau tertulis
dihadapan dua orang saksi, atau dihadapan Notaris.
(2) Wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-banyaknya sepertiga dari harta
warisan kecuali apabila semua ahli waris menyetujui.
(3) Wasiat kepada ahli waris berlaku bila disetujui oleh semua ahli waris.
(4) Pernyataan persetujuan pada ayat (2) dan (3) pasal ini dibuat secara lisan
di hadapan dua orang saksi, atau tertulis di hadapan dua orang saksi di
hadapan Notaris.

Pasal 196
Dalam wasiat baik secara tertulis maupun lisan harus disebutkan dengan
tegas dan jelas siapa-siapa atau lembaga apa yang ditunjuk akan menerima
harta benda yang diwasiatkan.

88
Pasal 197
(1) Wasiat menjadi batal apabila calon penerima wasiat berdasarkan putusan Hakim yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dihukum karena :
a. dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat kepada
pewasiat;
b. dipersalahkan secara memfitrah telah mengajukan pengaduan bahwa pewasiat telah melakukan
sesuatu kejahatan yang diancam hukuman lima tahun penjara atau hukuman yang lebih berat;
c. dipersalahkan dengan kekerasan atau ancaman mencegah pewasiat untuk membuat atau
mencabut atau merubah wasiat untuk kepentingan calon penerima wasiat;
d. dipersalahkan telah menggelapkan atau merusak atau memalsukan surat wasiat dan pewasiat.
(2) Wasiat menjadi batal apabila orang yang ditunjuk untuk menerima wasiat itu :
a. tidak mengetahui adanya wasiat tersebut sampai meninggal dunia sebelum meninggalnya
pewasiat;
b. mengetahui adanya wasiat tersebut, tapi ia menolak untuk menerimanya;
c. mengetahui adanya wasiat itu, tetapi tidak pernah menyatakan menerima atau menolak sampai
ia meninggal sebelum meninggalnya pewasiat.
(3) Wasiat menjadi batal apabila yang diwasiatkan musnah.

Pasal 198
Wasiat yang berupa hasil dari suatu benda ataupun pemanfaatan suatu benda haris diberikan jangka
waktu tertentu.

89
Pasal 199
(1) Pewasiat dapat mencabut wasiatnya selama calon penerima wasiat belum
menyatakan persetujuan atau sesudah menyatakan persetujuan tetapi
kemudian menarik kembali.
(2) Pencabutan wasiat dapat dilakukan secara lisan dengan disaksikan oleh dua
orang saksi atau tertulis dengan disaksikan oleh dua prang saksi atau
berdasarkan akte Notaris bila wasiat terdahulu dibuat secara lisan.
(3) Bila wasiat dibuat secara tertulis, maka hanya dapat dicabut dengan cara
tertulis dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau berdasarkan akte Notaris.
(4) Bila wasiat dibuat berdasarkan akte Notaris, maka hanya dapat dicabut
berdasarkan akte Notaris.

90
Pasal 200
Harta wasiat yang berupa barang tak bergerak, bila karena suatu sebab yang sah
mengalami penyusutan atau kerusakan yang terjadi sebelum pewasiat meninggal
dunia, maka penerima wasiat hanya akan menerima harta yang tersisa.

Pasal 201
Apabila wasiat melebihi sepertiga dari harta warisan sedangkan ahli waris ada
yang tidak menyetujui, maka wasiat hanya dilaksanakan sampai sepertiga harta
warisnya.

Pasal 202
Apabila wasiat ditujukan untuk berbagai kegiatan kebaikan sedangkan harta wasiat
tidak mencukupi, maka ahli waris dapat menentukan kegiatan mana yang
didahulukan pelaksanaannya.

91
Pasal 205
Dalam waktu perang, para anggota tentara dan mereka yang termasuk dalam golongan tentara dan berada
dalam daerah pertempuran atau yang berada di suatu tempat yang ada dalam kepungan musuh, dibolehkan
membuat surat wasiat di hadapan seorang komandan atasannya dengan dihadiri oleh dua orang saksi.

Pasal 206
Mereka yang berada dalam perjalanan melalui laut dibolehkan membuat surat wasiat di hadapan nakhoda
atau mualim kapal, dan jika pejabat tersebut tidak ada, maka dibuat di hadapan seorang yang menggantinya
dengan dihadiri oleh dua orang saksi.

Pasal 207
Wasiat tidak diperbolehkan kepada orang yang melakukan pelayanan perawatan bagi seseorang dan kepada
orang yang memberi tuntunan kerohanian sewaktu ia menderita sakit sehingga meninggalnya, kecuali
ditentukan dengan tegas dan jelas untuk membalas jasa.

Pasal 208
Wasiat tidak berlaku bagi Notaris dan saksi-saksi pembuat akte tersebut.

92
Pasal 203
(1) Apabila surat wasiat dalam keadaan tertutup, maka penyimpanannya di tempat Notaris yang
membuatnya atau di tempat lain, termasuk surat-surat yang ada hubungannya.
(2) Bilamana suatu surat wasiat dicabut sesuai dengan Pasal 199, maka surat wasiat yang telah
dicabut itu diserahkan kembali kepada pewasiat.

Pasal 204
(1) Jika pewasiat meninggal dunia, maka surat wasiat yang tertutup dan disimpan pada Notaris,
dibuka olehnya di hadapan ahli waris, disaksikan dua orang saksi dan dengan membuat berita
acara pembukaan surat wasiat itu.
(2) Jika surat wasiat yang tertutup disimpan bukan pada Notaris, maka penyimpan harus
menyerahkan kepada Notaris setempat atau Kantor Urusan Agama setempat dan selanjutnya
Notaris atau Kantor Urusan Agama tersebut membuka sebagaimana ditentukan dalam ayat (1)
pasal ini.
(3) Setelah semua isi serta maksud surat wasiat itu diketahui, maka oleh Notaris atau Kantor
Urusan Agama diserahkan kepada penerima wasiat guna penyelesaian selanjutnya.

93
Pasal 209
(1) Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan Pasal 176 sampai
dengan Pasal 193 tersebut di atas, sedangkan terhadap orang tua angkat
yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3
dari harta wasiat anak angkatnya.
(2) Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah
sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya.

94
HIBAH - KHI Kompilasi
Hukum Islam

Pasal 210
(1) Orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21 tahun berakal sehat tanpa
adanya paksaan dapat menghibahkan sebanyak-banyaknya 1/3 harta bendanya
kepada orang lain atau lembaga di hadapan dua orang saksi untuk dimiliki.
(2) Harta benda yang dihibahkan harus merupakan hak dari penghibah.
Pasal 211
Hibah dan orang tua kepada anaknya dapat diperhitungkan sebagai warisan.
Pasal 212
Hibah tidak dapat ditarik kembali, kecuali hibah orang tua kepada anaknya.
Pasal 213
Hibah yang diberikan pada saat pemberi hibah dalam keadaan sakit yang dekat dengan
kematian, maka harus mendapat persetujuan dari ahli warisnya.

95
Pasal 214
Warga negara Indonesia yang berada di negara asing dapat membuat surat
hibah di hadapan Konsulat atau Kedutaan Republik Indonesia setempat
sepanjang isinya tidak bertentangan dengan ketentuan pasal-pasal ini.

96
6
PEMBUATAN
BOEDEL HARTA WARISAN
( KUHPERDATA )

97
BOEDEL HARTA PENINGGALAN PEWARIS
Harta Bawaan Suami Harta Gono Gini Harta Bawaan Isteri
Uraian Benda Harga/Nilai Ket Uraian Benda Harga/Nilai Ket Uraian Benda Harga/Nilai Ket
1. Rp. 1. Rp. 1. Rp.

2. 2. 2.

3. 3. 3.

Beban Harta Bawaan Suami: Beban Harta Gono Gini/ Harta Peninggalan : Beban Harta Bawaan Isteri :
1. Hutang pribadi. 1. Ongkos perawatan 1. Hutang pribadi.
di Rumah Sakit.
2. Biaya pendaftaran 2. Hutang Persatuan 2. Biaya pendaftaran
harta bawaan. harta bawaan.
3. Biaya penaksiran 3. Biaya pendaftaran 3. Biaya penaksiran
(appraisal) benda harta (appraisal) benda
tetap & bergerak, tetap & bergerak,
dll dll
4. Biaya penaksiran
(appraisal) benda
tetap & bergerak,
dll

Jumlah Jumlah Jumlah

98
BOEDEL HARTA WARISAN PEWARIS
Uraian Harta Wariasan Harga/Nilai Keterangan
I Harta Bawaan Pewaris :
1.
2.
II Hak Pewaris atas Harta Gono Gini :
1.
2.
III Beban Harta Warisan :
a. Ongkos penguburan
b. Biaya pendaftaran BBA (Beneficiare van Boedel Aanvarding)
c. Keterangan tentang penerimaan harta warisan secara
terbatas/bersyarat-syarat untuk anak-anak dibawah umur oleh ahli
waris lainnya
d. Biaya iklan tentang pemanggilan Kreditor & Debitor dari Pewaris
Jumlah
99
7
PERHITUNGAN & PEMBAGIAN
HARTA PENINGGALAN &HARTA WARISAN
( KUHPERDATA )

100
HARTA PENINGGALAN PEWARIS
PERKAWINAN GONO GINI

1 Harta Peninggalan (brutto) Rp.


2 Beban Persatuan Rp
a. Ongkos perawatan di Rumah Sakit. Rp.
b. Hutang Persatuan Rp.
c. Biaya pendaftaran harta Rp.
d. Biaya penaksiran (appraisal) benda tetap & bergerak, dll Rp.
3 Harta Peninggalan (netto) Rp.
4 bagian suami/istri (½ gono gini) Rp.
Harta Warisan Pewaris (bruto) Rp.

101
HARTA WARISAN PEWARIS
PERKAWINAN GONO GINI

1 harta Warisan (bruto) Rp.


2 Beban Warisan Rp
a. Ongkos penguburan Rp.
b. Ongkos peti mati. Rp.
c. Biaya pendaftaran BBA (Beneficiare van Boedel Aanvarding) Rp.
Keterangan tentang penerimaan harta warisan secara terbatas/
bersyarat-syarat untuk anak-anak dibawah umur oleh ahli waris
lainnya
d. Biaya iklan tentang pemanggilan Kreditor & Debitor dari Pewaris Rp.
Harta Warisan yang akan dibagi) Rp.

102
HARTA PENINGGALAN PEWARIS
PERKAWINAN PERJANJIAN KAWIN PEMISAHAN HARTA PERKAWINAN
1 Harta Peninggalan (brutto) Rp.
2 Beban Harta Peninggalan Rp
a. Ongkos perawatan di Rumah Sakit. Rp.

b. Hutang Persatuan Rp.

c. Biaya pendaftaran harta Rp.

d. Biaya penaksiran (appraisal) benda tetap & bergerak, dll Rp.

3 Harta Peninggalan (netto)/Harta Warisan (bruto Rp.


4 Beban Warisan Rp.
a. Ongkos penguburan Rp.

b. Ongkos peti mati. Rp.

c. Biaya pendaftaran BBA (Beneficiare van Boedel Aanvarding) Keterangan tentang Rp.
penerimaan harta warisan secara terbatas/bersyarat-syarat untuk anak-anak
dibawah umur oleh ahli waris lainnya
d. Biaya iklan tentang pemanggilan Kreditor & Debitor dari Pewaris Rp.

Harta Warisan yang akan dibagi/serta warisan (netto) Rp.


103
PEMBAGIAN HARTA WARISAN
1. musyawarah para ahliwaris;
2. musyawarah masyarakat adat;
3. berdasarkan aturan hukum :
A. KUH Perdata;
B. UU 1/1974;
C. Kompilasi Hukum Islam;
D. Hukum Agama;
E. Hukum Adat;
F. terjadi benturan & tabrakan aturan hukum A,B,C,D & E.
3. sengketa/perkara → diputuskan oleh Pengadilan :
A. Pengadilan Negeri (PN);
B. Pengadilan Agama (PA);
C. terjadi tumpang tindih kewenangan antara PN dg PA → PN

104
MA RI : Kepemilikan masing2
Putusan/ Dibawah tangan (perseorangan) Ahli Waris
Dibawah Tangan Penetapan → Ketua PN /
NOTARIS BHP → Lurah + Camat Pengadilan Notaris

PEWARIS SURAT AKTA PEMBAGIAN


MENINGGAL KETERANGAN/PERNYATAAN BOEDEL HARTA HARTA WARISAN BALIK NAMA APHB
WASIAT
DUNIA SEBAGAI AHLI WARIS WARISAN (Akta Notaris) TURUN WARIS (Akta PPAT)

1. Akta Wasiat (Notaris).


2. Wasiat terdaftar di DPW. SKAW / Fatwa Waris Memuat : Pendaftaran APHW / Putusan PHW memuat : Kantor Pembagian
1. Pilihan hukum waris yg akan digunakan
3. Ada/tidak ada Boedel 1.hal2 yg dimuat dalam SKAW; Pertanahan kepada
2. Keterangan ttg Perkawian Pewaris (jumlah 2.Ada/tidak tuntutan LP dari
pencabutan wasiat Harta masing2
perkawinan & suami/istri); ahliwaris;
3. Anak2 yg dilahirkan dalam Perkawinan Warisan 3.Pembayaran beban Harta (perseorangan)
WARISAN (-Perkawinan) selama hidup Pewaris; Peninggalan; Ahli Waris
TERBUKA 4. Pewaris Wanita → pada saat meninggal sedang 4.Pembayaran beban Harta
mengandung atau tidak, & bila sedang Warisan;
mengandung, apakah si anak lahir 5.Inbreng Hibah (bila LP dituntut);
hidup/meninggal ? 6.Inkorting Hibah (bila LP
5. Pewaris Pria → ada/tidak Anak Luar Kawin & dituntut);
apakah ada/tidak ada pengakuan terhadap Anak 7.Perhitungan & Bagian hak
Luar Kawin tsb ? masing2 ahliwaris dari harta
6. ada/tidak ttg a) anak zinah, b) anak sumbang & warisan;
c) anak angkat/adopsi; 8.Pelaksanaan & Penyerahan
7. ada/tidaknya Akta Wasiat yg dibuat Pewaris bagian masing2 ahli waris dari Kepemilikan
semasa hidupnya; harta warisan
8. Penetapan Ahliwaris dari Pewaris; Bersama
9 ada/tidak ahliwaris yg dinyatakan Tidak Patut, Ahli Waris
Tidak Cakap atau menyatakan Menolak Warisan;
105
Pasal 42 PP 24/1997 Peralihan Hak Karena Pewarisan
(1) Untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan mengenai bidang
tanah hak yang sudah didaftar dan hak milik atas satuan rumah susun Pasal 111 PM ATR/BPN 16/2021
sebagai yang diwajibkan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud (1) Permohonan pendaftaran peralihan Hak Atas Tanah atau Hak Milik
dalam Pasal 36, wajib diserahkan oleh yang menerima hak atas tanah atau Atas Satuan Rumah Susun diajukan oleh ahli waris atau kuasanya
hak milik atas satuan rumah susun yang bersang-kutan sebagai warisan dengan melampirkan:
kepada Kantor Pertanahan, sertipikat hak yang bersangkutan, surat a. Sertipikat Hak Atas Tanah atau Sertipikat Hak Milik Atas
kematian orang yang namanya dicatat sebagai pemegang haknya dan Satuan Rumah Susun atas nama pewaris atau alat bukti
surat tanda bukti sebagai ahli waris. pemilikan tanah lainnya;
(2) Jika bidang tanah yang merupakan warisan belum didaf-tar, wajib b. surat kematian atas nama pemegang hak yang tercantum
diserahkan juga dokumen-dokumen sebagai-mana dimaksud dalam Pasal dalam Sertipikat yang bersangkutan dari kepala desa/lurah
39 ayat (1) huruf b. tempat tinggal pewaris waktu meninggal dunia, rumah sakit,
(3) Jika penerima warisan terdiri dari satu orang, pendaf-taran peralihan hak petugas kesehatan, atau instansi lain yang berwenang;
tersebut dilakukan kepada orang ter-sebut berdasarkan surat tanda bukti c. surat tanda bukti sebagai ahli waris dapat berupa:
sebagai ahli waris sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 1. wasiat dari pewaris;
(4) Jika penerima warisan lebih dari satu orang dan waktu peralihan hak 2. putusan pengadilan;
tersebut didaftarkan disertai dengan akta pembagian waris yang memuat 3. penetapan hakim/ketua pengadilan;
keterangan bahwa hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun 4. surat pernyataan ahli waris yang dibuat oleh para ahli
ter-tentu jatuh kepada seorang penerima warisan tertentu, pendaftaran waris dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi dan
peralihan hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun itu diketahui oleh kepala desa/lurah dan camat tempat
dilakukan kepada penerima warisan yang bersangkutan berdasarkan surat tinggal pewaris pada waktu meninggal dunia;
tanda bukti sebagai ahli waris dan akta pembagian waris tersebut. (6) 5. akta keterangan hak mewaris dari Notaris yang
Warisan berupa hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun berkedudukan di tempat tinggal pewaris pada waktu
yang menurut akta pembagian waris harus dibagi bersama antara meninggal dunia; atau
beberapa penerima warisan atau waktu didaftarkan belum ada akta 6. surat keterangan waris dari Balai Harta Peninggalan.
pembagian warisnya, didaftar peralihan haknya kepada para penerima d. Surat Kuasa Tertulis dari ahli waris apabila yang mengajukan
waris yang berhak sebagai hak bersama mereka berdasarkan surat tanda permohonan pendaftaran peralihan hak bukan ahli waris
bukti sebagai ahli waris dan/atau akta pem-bagian waris tersebut. yang bersangkutan;
e. bukti identitas ahli waris.
106
(2) Apabila pada waktu permohonan pendaftaran peralihan sudah
ada putusan pengadilan atau penetapan hakim/ketua
pengadilan atau akta mengenai pembagian waris, maka
putusan/ penetapan atau akta tersebut juga dilampirkan pada
permohonan.
(3) Akta mengenai pembagian waris sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat dibuat dalam bentuk akta di bawah tangan oleh
semua ahli waris dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi
atau dengan akta Notaris.
(4) Apabila ahli waris lebih dari 1 (satu) orang dan belum ada
pembagian warisan, maka pendaftaran peralihan haknya
dilakukan kepada para ahli waris sebagai pemilikan bersama,
dan pembagian hak selanjutnya dapat dilakukan melalui
pembagian hak bersama sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Apabila ahli waris lebih dari 1 (satu) orang dan pada waktu
pendaftaran peralihan haknya disertai dengan akta waris yang
memuat keterangan bahwa Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun tertentu jatuh kepada 1 (satu) orang
penerima warisan, maka pencatatan peralihan haknya
dilakukan kepada penerima warisan yang bersangkutan
berdasarkan akta waris tersebut.
(6) Pencatatan pendaftaran peralihan hak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan pada buku tanah, Sertipikat, daftar
tanah dan/atau daftar umum lainnya.
107
Pasal 112 PMNA 3/1997
(1) Dalam hal pewarisan disertai dengan hibah wasiat, maka:
a. jika hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang dihibahkan sudah tertentu, maka
pendaftaran peralihan haknya dilakukan atas permohonan penerima hibah dengan melampirkan:
1) sertipikat hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun atas nama pewaris, atau apabila hak
atas tanah yang dihibahkan belum terdaftar, bukti pemilikan tanah atas nama pemberi hibah sebagaimana
dimaksud Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997;
2) surat kematian pemberi hibah wasiat dari Kepala Desa/Lurah tempat tinggal pemberi hibah wasiat
tersebut waktu meninggal dunia, rumah sakit, petugas kesehatan, atau intansi lain yang berwenang;
3) a) Putusan Pengadilan atau Penetapan Hakim/Ketua Pengadilan mengenai pembagian harta waris yang
memuat penunjukan hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang bersangkutan
sebagai telah dihibah wasiatkan kepada pemohon, atau
b) Akta PPAT mengenai hibah yang dilakukan oleh Pelaksana Wasiat atas nama pemberi hibah wasiat
sebagai pelaksanaan dari wasiat yang dikuasakan pelaksanaannya kepada Pelaksana Wasiat tersebut,
atau
c) akta pembagian waris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 ayat (2) yang memuat penunjukan hak
atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang bersangkutan sebagai telah dihibah
wasiatkan kepada pemohon,
4) surat kuasa tertulis dari penerima hibah apabila yang mengajukan permohonan pendaftaran peralihan hak
bukan penerima hibah;
5) bukti identitas penerima hibah;
6) bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997, dalam hal bea tersebut terutang;
7) bukti pelunasan pembayaran PPh sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun
1994 dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996, dalam hal pajak tersebut terutang.
b. jika hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang dihibahkan belum tertentu, maka
pendaftaran peralihan haknya dilakukan kepada para ahli waris dan penerima hibah wasiat sebagai harta
bersama.
(2) Pencatatan pendaftaran peralihan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini dalam daftar-daftar pendaftaran
tanah dilakukan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105. 108
Pasal 105 PM ATR 3/1997
(1) Pencatatan peralihan hak dalam buku tanah, sertipikat dan daftar lainnya
dilakukan sebagai berikut :
a. nama pemegang hak lama di dalam buku tanah dicoret dengan tinta
hitam dan dibubuhi paraf Kepala Kantor Pertanahan atau Pejabat yang
ditunjuk;
b. nama atau nama-nama pemegang hak yang baru dituliskan pada halaman
dan kolom yang ada dalam buku tanahnya dengan dibubuhi tanggal
pencatatan, dan besarnya bagian setiap pemegang hak dalam hal
penerima hak beberapa orang dan besarnya bagian ditentukan, dan
kemudian ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat
yang ditunjuk dan cap dinas Kantor Pertanahan;
c. yang tersebut pada huruf a dan b juga dilakukan pada sertipikat hak yang
bersangkutan dan daftardaftar umum lain yang memuat nama pemegang
hak lama;
d. nomor hak dan identitas lain dari tanah yang dialihkan dicoret dari Daftar
Nama pemegang hak lama dan nomor hak dan identitas tersebut
dituliskan pada Daftar Nama penerima hak.
(2) Apabila pemegang hak baru lebih dari 1 (satu) orang dan hak tersebut dimiliki
bersama, maka untuk masing-masing pemegang hak dibuatkan Daftar Nama
dan di bawah nomor hak atas tanahnya diberi garis dengan tinta hitam.
(3) Apabila peralihan hak hanya mengenai sebagian dari sesuatu hak atas tanah
sehingga hak atas tanah itu menjadi kepunyaan bersama pemegang hak lama
dan pemegang hak baru, maka pendaftarannya dilakukan dengan menuliskan
besarnya bagian pemegang hak lama di belakang namanya dan menuliskan
nama pemegang hak yang baru beserta besarnya bagian yang diperolehnya
dalam halaman perubahan yang disediakan.
(4) Sertipikat hak yang dialihkan diserahkan kepada pemegang hak baru atau
kuasanya.
109
Pembagian Hak Bersama

Pasal 51 PP 24/1997 Pasal 136 PMNA 3/1997


(1) Jika suatu hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
(1) Pembagian hak bersama atas tanah atau Susun yang semula dimiliki secara bersama oleh beberapa
hak milik atas satuan rumah susun orang, dijadikan milik salah satu pemegang hak bersama dalam
menjadi hak masing-masing peme-gang rangka pembagian hak bersama, permohonan pendaf-tarannya
diajukan oleh pemegang hak tunggal yang bersangkutan atau
hak bersama didaftar berdasarkan akta kuasanya dengan melampirkan :
yang dibuat PPAT yang berwenang a. sertipikat hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
menurut peraturan yang berlaku yang Susun bersangkutan;
b. akta PPAT tentang pembagian hak bersama;
membuktikan kesepakatan antara para c. bukti identitas para pemegang hak bersama;
pemegang hak bersama mengenai d. surat kuasa tertulis apabila permohonan pendaftaran
pembagian hak bersama tersebut. tersebut dilakukan bukan oleh pemegang hak yang
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud berkepentingan.
e. bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah
dalam Pasal 38, Pasal 39, dan Pasal 40 dan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
berlaku juga untuk pembuatan akta undang Nomor 21 Tahun 1997, dalam hal bea tersebut
PPAT yang dimaksud pada ayat (1). terutang;
f. bukti pelunasan pembayaran PPh sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996, dalam hal
pajak tersebut terutang;
(2) Pendaftaran pembagian hak bersama dilakukan seperti
pendaftaran peralihan hak sebagaimana diatur dalam Pasal 105.
110
Pasal 55 PP 24/1997 Perubahan Data Pendaftaran Tanah Berdasarkan
(1) Panitera Pengadilan wajib memberitahukan kepada Putusan Atau Penetapan Pengadilan
Kepala Kantor Pertanahan mengenai isi semua
putusan Pengadilan yang telah memperoleh Pasal 125 PMNA 3/1997
kekuatan hukum tetap dan penetapan Ketua (1) Pencatatan perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan
Pengadilan yang mengakibat-kan terjadinya putusan Pengadilan atau penetapan Hakim/Ketua Pengadilan oleh
perubahan pada data mengenai bidang tanah yang Kepala Kantor Pertanahan dalam daftar buku tanah yang
sudah didaftar atau satuan rumah susun untuk bersangkutan dan daftar umum lainnya dilakukan setelah
dicatat pada buku tanah yang bersangkutan dan diterimanya penetapan hakim/Ketua Pengadilan atau putusan
sedapat mungkin pada sertipikatnya dan daftar- Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan
daftar lainnya. salinan Berita Acara Eksekusi dari panitera Pengadilan Negeri yang
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersangkutan.
dapat dilakukan juga atas permintaan pihak yang (2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula
berkepen-tingan, berdasarkan salinan resmi putusan dilakukan atas permohonan pihak yang berkepentingan dengan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum melampirkan:
tetap atau salinan penetapan Ketua Pengadilan yang a. salinan resmi penetapan atau putusan pengadilan yang telah
bersangkutan yang diserahkan olehnya kepada memperoleh kekuatan hukum tetap dan salinan Berita Acara
Kepala Kantor Pertanahan. Eksekusi;
(3) Pencatatan hapusnya hak atas tanah, hak b. sertipikat hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
pengelolaan dan hak milik atas satuan rumah susun yang bersangkutan; c. identitas pemohon.
berdasarkan putusan Pengadilan dilakukan setelah (3) Pendaftaran pencatatan hapusnya suatu hak atas tanah atau Hak
diperoleh surat keputusan mengenai hapusnya hak Pengelolaan atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun berdasarkan
yang bersangkutan dari Menteri atau Pejabat yang putusan Pengadilan dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pertanahan
ditunjuknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 setelah diterimanya salinan keputusan mengenai hapusnya hak
ayat (1). bersangkutan dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
111
Pasal 126 PMNA 3/1997
(1) Pihak yang berkepentingan dapat minta dicatat dalam buku tanah bahwa suatu hak atas
tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun akan jadikan obyek di gugatan di Pengadilan
dengan menyampaikan salinan surat gugatan yang bersangkutan.
(2) Catatan tersebut hapus dengan sendirinya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung dari
tanggal pencatatan atau apabila pihak yang minta pencatatan telah mencabut permintaannya
sebelum waktu tersebut berakhir.
(3) Apabila hakim yang memeriksa perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memerintahkan
status quo atas hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang bersangkutan,
maka perintah tersebut dicatat dalam buku tanah.
(4) Catatan mengenai perintah status quo tersebut pada ayat (3) hapus dengan sendirinya dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari kecuali apabila diikuti dengan putusan sita jaminan yang salinan
resmi dan berita acara eksekusinya disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan.

Pasal 127 PMNA 3/1997


(1) Penyitaan hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dalam rangka penyidikan
atau penuntutan perbuatan pidana dicatat dalam buku tanah dan daftar umum lainnya serta,
kalau mungkin, pada sertipikatnya, berdasarkan salinan resmi surat penyitaan yang
dikeluarkan oleh penyidik yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(2) Catatan mengenai penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihapus setelah sita
tersebut dibatalkan/diangkat atau penyidikan perbuatan pidana yang bersangkutan
dihentikan sesuai ketentuan yang berlaku atau sesudah ada putusan mengenai perkara
pidana yang bersangkutan.

Pasal 128 PMNA 3/1997


Pencatatan lain dari pada yang dimaksud dalam Pasal 125, 126, dan 127 dalam rangka gugatan di
depan pengadilan dan penuntutan perbuatan pidana hanya dapat dilakukan oleh Kepala Kantor
Pertanahan apabila permintaan untuk itu disampaikan melalui dan disetujui oleh Menteri.
112
8
PEWARISAN KEPEMILIKAN
HAK ATAS TANAH /
HAK MILIK SATUAN RUMAH SUSUN
MILIK ORANG ASING

113
Daftar Harga Minimal Rumah Tinggal/Hunian Yang Dapat Dimiliki Oleh Orang Asing
(PP 103/2015 jo PP 18/2021 + PM ATR/BPN 29/2016)

Lokasi/Provinsi Rumah Tunggal Satuan Rumah Susun


Harga Nominal (Rp) Harga Nominal (Rp)

DKI Jakarta 10 milyar 3 milyar


Banten 5 milyar 2 milyar
Jawa Barat 5 milyar 1 milyar
Jawa Tengah 3 milyar 1 milyar
DI Yogyakarta 5 milyar 1 milyar
Jawa Timur 5 milyar 1.5 milyar
Bali 5 milyar 2 milyar
Nusa Tenggara Barat 3 milyar 1 milyar
Sumatera Utara 3 milyar 1 milyar
Kalimantan Timur 2 milyar 1 milyar
Sulawesi Selatan 2 milyar 1 milyar
Daerah/Provinsi lainnya 1 milyar 750 juta
114
PEWARISAN KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH/HAK MILIK SATUAN RUMAH SUSUN MILIK ORANG ASING
(PP 103/2015 jo PP 18/2021 + PM ATR/BPN 29/2016)

Tanah +
Ijin Tinggal : Rumah Orang Asing
Orang Asing
-Terbatas Hak Pakai (WNA)
(WNA)
-Tetap Rumah meninggal dunia
Susun
Hak Milik Satuan
Rumah Susun
diatas Hak Pakai

Pencatatan
Peralihan
(Balik Nama) ahliwaris :
Kantor WNI diwariskan diambil
Hak Atas
Pertanahan kepada alih oleh
Tanah / Hak
Ijin Tinggal : ahliwaris : ahliwaris Negara RI
Milik Atas
Satuan -Terbatas WNA
Rumah Susun -Tetap

115
PP 103/2015

Pasal 2 Pasal 3
(1) Orang Asing dapat memiliki rumah untuk tempat tinggal (1) Warga Negara Indonesia yang melaksanakan
atau hunian dengan Hak Pakai. perkawinan dengan Orang Asing dapat memiliki hak
(2) Orang Asing yang dapat memiliki rumah tempat tinggal atas tanah yang sama dengan Warga Negara Indonesia
atau hunian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah lainnya.
Orang Asing pemegang izin tinggal di Indonesia sesuai (2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. bukan merupakan harta bersama yang dibuktikan
(3) Dalam hal Orang Asing meninggal dunia, rumah tempat dengan perjanjian pemisahan harta antara suami dan
tinggal atau hunian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) istri, yang dibuat dengan akta notaris.
dapat diwariskan.
(4) Dalam hal ahli waris sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal 4
merupakan Orang Asing, ahli waris harus mempunyai izin Rumah tempat tinggal atau hunian yang dapat dimiliki oleh
tinggal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan Orang Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
perundang-undangan. merupakan:
a. Rumah Tunggal di atas tanah:
1. Hak Pakai; atau
2. Hak Pakai di atas Hak Milik yang dikuasai
berdasarkan perjanjian pemberian Hak Pakai di
atas Hak Milik dengan akta Pejabat Pembuat Akta
Tanah.
b. Sarusun yang dibangun di atas bidang tanah Hak Pakai.

116
Pasal 5 Pasal 7
Orang Asing diberikan Hak Pakai untuk Rumah Tunggal (1) Rumah Tunggal di atas tanah Hak Pakai di atas Hak Milik
pembelian baru dan Hak Milik atas Sarusun di atas Hak Pakai yang dikuasai berdasarkan perjanjian sebagaimana
untuk Sarusun pembelian unit baru. dimaksud dalam Pasal 4 huruf a angka 2 diberikan Hak
Pakai untuk jangka waktu yang disepakati tidak lebih
Pasal 6 lama dari 30 (tiga puluh) tahun.
(1) Rumah Tunggal yang diberikan di atas tanah Hak Pakai (2) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a angka 1, ayat (1) berakhir, Hak Pakai dapat diperpanjang untuk
diberikan untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun. jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun sesuai
(2) Hak Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat kesepakatan dengan pemegang hak atas tanah.
diperpanjang untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. (3) Dalam hal jangka waktu perpanjangan sebagaimana
(3) Dalam hal jangka waktu perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berakhir, Hak Pakai dapat
dimaksud pada ayat (2) berakhir, Hak Pakai dapat diperbaharui untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga
diperbaharui untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun. puluh) tahun sesuai kesepakatan dengan pemegang hak
atas tanah.

Penjelasan
Pasal 7 Ayat (1)
Perjanjian dibuat secara tertulis antara Orang Asing dengan pemegang hak atas tanah
dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum antara Orang Asing dengan pemegang
hak atas tanah.

117
Pasal 10
Pasal 8 (1) Apabila Orang Asing atau ahli waris yang merupakan Orang Asing yang
memiliki rumah yang dibangun di atas tanah Hak Pakai atau berdasarkan
Perpanjangan dan pembaharuan sebagaimana
perjanjian dengan pemegang hak atas tanah tidak lagi berkedudukan di
dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dilaksanakan Indonesia, dalam jangka waktu 1 (satu) tahun wajib melepaskan atau
sepanjang Orang Asing masih memiliki izin tinggal di mengalihkan hak atas rumah dan tanahnya kepada pihak lain yang
Indonesia. memenuhi syarat.
(2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hak atas
Pasal 9 rumah dan tanahnya tersebut belum dilepaskan atau dialihkan kepada
Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 pihak lain yang memenuhi syarat:
a. rumah di lelang oleh Negara, dalam hal dibangun di atas tanah Hak
wajib dicatat dalam buku tanah dan sertifikat hak atas
Pakai atas tanah Negara;
tanah yang bersangkutan. b. rumah menjadi milik pemegang hak atas tanah yang bersangkutan,
dalam hal rumah tersebut dibangun di atas tanah berdasarkan
perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 1 huruf b.
(3) Hasil lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a menjadi
hak dari bekas pemegang hak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Orang Asing atau ahli waris yang
merupakan orang asing yang tidak lagi berkedudukan di Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan peraturan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keimigrasian.

Penjelasan :
Pasal 10 Ayat (2)
Huruf a
Hasil pelelangan tersebut diberikan kepada Orang Asing yang bersangkutan setelah dikurangi
dengan biaya lelang serta barang-barang atau ongkos-ongkos lain yang telah dikeluarkan.
Pasal 10 Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “bekas pemegang hak” adalah Orang Asing atau ahli waris yang
bersangkutan.
118
PP 18/2021

Bagian Ketiga Pasal 70


Rumah Tempat Tinggal atau Hunian untuk Orang Asing (1) Warga Negara Indonesia yang rnelaksanakan
Pasal 69 perkawinan dengan Orang Asing dapat rrremiliki
(1) Orang Asing yang dapat memiliki rumah tenapat Hak Atas Tanah yang sama dengan Warga Negara
tinggal atau hunian merupakan Orang Asing yang
mernpunyai dokumen keimigrasian sesuai dengan Indonesia lainnya.
ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Hak Atas Tanah sebagairnana dimaksud pada ayat
(2) Dalam hal Orang Asing meninggal dunia, rumah (1), bukan merupakan harta bersama yang
tempat tinggal atau hunian sebagaimana dimaksud dibuktikan dengan perjanjian pemisahan harta
pada ayat (1) dapat diwariskan kcpada ahli waris. antara suami dan istri yang dibuat dengan akta
(3) Dalam hal ahli waris sebagaimana dimaksud pada notaris.
ayat- (21 merupakan Orang Asing, ahli waris harus
mempunyai dokumen keimigrasian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penjelasan :
Pasal 69 Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "dokumen keimigrasian" adalah visa, paspor, atau izin
tinggal yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai keimigrasian.
Pasal 60 Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "ahli waris" adalah Warga Negara Indonesia atau orang
Asing yang mempunyai dokumen keimigrasian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan mengenai keimigrasian.

119
Pasal 71 Pasal 72
(1) Rumah tempat tinggal atau hunian yang dapat dimiliki oleh Kepemilikan rumah tempat tinggal atau hunian Orang Asing
Orang Asing merupakan: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 diberikan rlengan
a. rumah tapak di atas Tanah: batasan:
1. hak pakai; atau a. minimal harga;
2. hak pakai di atas : b. luas bidang Tanah;
a) hak milik, yang dikuasai berdasarkan perjanjian
c. jumlah bidang Tanah atau unit Satuan Rumah Susun;
pemberian hak pakai di atas trak milik dengan akta
dan
Pejabat Pembuat Akta Tanah; atau
b) Hak Pengelolaan, berdasarkan perjanjian pemanfaatan d. peruntukan untuk rumah tinggal atau hunran.
Tanah dengan pemegang Hak Pengelolaan.
b. Rumah susun yang dibangun di atas bidang Tanah : Pasal 73
1. hak pakai atau hak guna bangunan di atas Tanah Negara; Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian dan
2. hak pakai atau hak guna bangunan di atas Tanah Hak batasan atas kepemilikan rumah tempat tinggal atau hunian
Pengelolaan; atau oleh Orang Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
3. hak pakai atau hak guna bangunan di atas Tanah hak milik. sampai dengan Pasal 72 diatur dalam Peraturan Menteri.
(2) Rumah susun yang dibangun di atas Tanah hak pakai atau hak
guna bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan Satuan Rumah Susun yang dibangun di kawasan
ekonomi khusus, kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan
bebas, kawasan industri, dan kawasan ekonomi lainnya.

Penjelasan
Pasal 71 Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "kawasan ekonomi lainnya" merupakan kawasan perkotaan
dan/atau kawasan pendukung perkotaan, kawasan pariwisata, atau kawasan yang
mendukung pembangunan hunian vertikal dan memberikan dampak ekonomi kepada
masyarakat.
120
Permen ATR/BPN 29/2016
BAB I BAB II
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 ASAS DAN TUJUAN
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Tanah Negara adalah tanah yang tidak dilekati dengan sesuatu hak atas tanah sebagaimana dimaksud
Pasal 2
dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 dan bukan merupakan tanah Hak (1) Pemberian, pelepasan, dan pengalihan hak atas
Pengelolaan, tanah Wakaf, Barang Milik Negara/Daerah atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah.
2. Orang Asing yang berkedudukan di Indonesia yang selanjutnya disebut Orang Asing adalah orang yang
pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian yang
bukan Warga Negara Indonesia yang keberadaanya memberikan manfaat, melakukan usaha, bekerja, dimiliki oleh Orang Asing berdasarkan pada asas
atau berinvestasi di Indonesia.
3. Rumah Tunggal adalah rumah yang mempunyai kaveling sendiri dan salah satu dinding bangunan
bahwa macam hak atas tanah yang dapat dipunyai
tidak dibangun tepat pada batas kaveling. oleh seseorang mengikuti status subyek hak atas
4. Satuan Rumah Susun yang selanjutnya disebut Sarusun adalah unit rumah susun yang tujuan
utamanya digunakan secara terpisah dengan fungsi utama sebagai tempat hunian dan mempunyai tanahnya sesuai dengan ketentuan peraturan
sarana penghubung ke jalan umum. perundangundangan.
5. Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun adalah kepemilikan oleh Warga Negara Indonesia atas sarusun di
atas tanah Hak Milik, Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas Tanah Negara, serta Hak Guna (2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk:
Bangunan atau Hak Pakai di atas tanah Hak Pengelolaan. a. memberikan kepastian hukum atas pemilikan
6. Hak Pakai Atas Satuan Rumah Susun adalah Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang dipunyai atau
dimiliki oleh Orang Asing. rumah tempat tinggal atau hunian oleh Orang
7. Tanah Bersama adalah sebidang tanah hak atau tanah sewa untuk bangunan yang digunakan atas Asing; dan
dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan batasnya
dalam persyaratan izin mendirikan bangunan. b. mencegah peralihan hak yang tidak sesuai
8. Bagian Bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian dengan ketentuan peraturan perundang-
bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan-satuan rumah susun.
9. Benda Bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun melainkan bagian yang undangan atau di luar sistem hukum administrasi
dimiliki bersama secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama. pertanahan di Indonesia oleh Orang Asing
10. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya disebut Menteri
adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata dengan Warga Negara Indonesia.
ruang.
11. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya disebut Kantor Wilayah BPN adalah
instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Provinsi yang berada di bawah dan bertanggungjawab
langsung kepada Menteri.
12. Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota yang
berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Menteri melalui Kepala Kantor Wilayah
BPN. 121
BAB III Pasal 5
PEMBERIAN HAK PAKAI UNTUK ORANG ASING
(1) Rumah tempat tinggal atau hunian sebagaimana
Pasal 3
(1) Orang Asing pemegang izin tinggal di Indonesia sesuai dengan dimaksud dalam Pasal 4 diberikan dengan batasan harga
ketentuan peraturan perundang-undangan, dapat memiliki rumah minimal sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
untuk tempat tinggal atau hunian dengan Hak Pakai. merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
(2) Dalam hal Orang Asing meninggal dunia, maka rumah tempat tinggal Menteri ini.
atau hunian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwariskan.
(3) Dalam hal ahli waris sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
(2) Selain batasan harga minimal sebagaimana dimaksud
merupakan Orang Asing, maka ahli waris harus mempunyai izin pada ayat (1), untuk rumah tempat tinggal juga dibatasi
tinggal di Indonesia sesuai ketentuan peraturan perundang- dengan ketentuan :
undangan. a. 1 (satu) bidang tanah per orang/keluarga; dan
Pasal 4
b. tanahnya paling luas 2.000 (dua ribu) meter
(1) Rumah tempat tinggal atau hunian yang dapat dimiliki oleh Orang persegi.
Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) merupakan: (3) Dalam keadaan tertentu yang mempunyai dampak
a. Rumah Tunggal, di atas tanah : positif luar biasa terhadap ekonomi, maka pemberian
1. Hak Pakai; rumah tempat tinggal dapat diberikan dengan luas lebih
2. Hak Pakai atas Hak Milik yang dikuasai berdasarkan
perjanjian pemberian Hak Pakai di atas Hak Milik dengan dari 2.000 (dua ribu) meter persegi, dengan izin
akta Pejabat Pembuat Akta Tanah; atau Menteri.
3. Hak Pakai yang berasal dari perubahan Hak Milik atau Hak (4) Pembatasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
Guna Bangunan. ayat (2) tidak berlaku bagi pemilikan rumah tempat
b. Sarusun yang :
1. dibangun di atas bidang tanah Hak Pakai;
tinggal atau hunian oleh perwakilan negara asing
2. berasal dari perubahan Hak Milik Atas Satuan Rumah dan/atau perwakilan badan internasional.
Susun.

122
BAB IV Pasal 7
TERJADINYA HAK PAKAI KARENA SUBYEK HAK ORANG ASING (1) Rumah tempat tinggal di atas Hak Pakai yang berasal
Pasal 6 dari Hak Milik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
(1) Rumah tempat tinggal yang dimiliki oleh Orang Asing di ayat (1) diberikan dengan jangka waktu 30 (tiga puluh)
atas tanah Hak Milik atau Hak Guna Bangunan karena jual tahun.
beli, hibah, tukar menukar, dan lelang, serta cara lain yang (2) Hak Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dimaksudkan untuk memindahkan hak atas tanah, maka
diperpanjang untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.
tanah Hak Milik atau Hak Guna Bangunan tersebut
(3) Dalam hal jangka waktu perpanjangan sebagaimana
menjadi Tanah Negara yang langsung diberikan dengan
perubahan menjadi Hak Pakai kepada Orang Asing yang dimaksud pada ayat (2) berakhir, Hak Pakai dapat
bersangkutan. diperbaharui untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun.
(2) Sarusun yang dibangun di atas Hak Guna Bangunan atau
Hak Pengelolaan yang dimiliki oleh Orang Asing karena Pasal 8
jual beli, hibah, tukar menukar, dan lelang, serta cara lain (1) Rumah tempat tinggal di atas Hak Pakai yang berasal
yang dimaksudkan untuk memindahkan hak, maka Hak dari Hak Guna Bangunan sebagaimana dimaksud dalam
Milik Atas Satuan Rumah Susun langsung diberikan Pasal 6 ayat (1) diberikan dengan jangka waktu selama
dengan perubahan menjadi Hak Pakai Atas Satuan Rumah sisa jangka waktu berlakunya Hak Guna Bangunan
Susun kepada Orang Asing yang bersangkutan. dimaksud.
(3) Pejabat Pembuat Akta Tanah membuat akta pemindahan (2) Hak Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
hak, dan Pejabat Lelang membuat akta risalah lelang, atas diperpanjang untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.
Hak Milik atau Hak Guna Bangunan untuk rumah tempat (3) Dalam hal jangka waktu perpanjangan sebagaimana
tinggal dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dimaksud pada ayat (2) berakhir, Hak Pakai dapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada
diperbaharui untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun.
Orang Asing

123
Pasal 9 BAB V
PEMBUKUAN HAK PAKAI KARENA SUBYEK HAK ORANG ASING
(1) Hak Pakai Atas Satuan Rumah Susun yang diperoleh Pasal 10
pertama kali dari unit Hak Milik Atas Satuan Rumah (1) Perubahan Hak Milik dan Hak Guna Bangunan menjadi Hak Pakai, dan perubahan
Susun baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun menjadi Hak Pakai Atas Satuan Rumah Susun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), demi hukum terjadi
(2), diberikan untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun, langsung sesuai dengan asas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 20 (dua (2) Pendaftaran perubahan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
puluh) tahun, serta dapat diperbaharui untuk jangka proses administrasi dan tidak mengakibatkan putusnya hubungan keperdataan
antara subyek hak dengan haknya.
waktu 30 (tiga puluh) tahun.
(2) Hak Pakai Atas Satuan Rumah Susun yang perolehannya Pasal 11
berasal dari Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun Permohonan pendaftaran perubahan Hak Milik dan Hak Guna Bangunan menjadi
Hak Pakai atau perubahan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun menjadi Hak Pakai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) diberikan Atas Satuan Rumah Susun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2)
dengan jangka waktu selama sisa jangka waktu diajukan oleh yang bersangkutan, atau kuasanya, kepada Kepala Kantor Pertanahan
berlakunya Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun setempat, dengan disertai:
a. blanko permohonan yang sudah diisi lengkap dan ditandatangani oleh pemohon
dimaksud. atau kuasanya yang sah, yang berlaku sebagai keterangan melepaskan hak atas
(3) Hak Pakai Atas Satuan Rumah Susun sebagaimana tanah semula;
dimaksud pada ayat (2) dapat diperpanjang untuk b. Sertipikat Hak Milik, Hak Guna Bangunan atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun, yang dimohon perubahan haknya;
jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, serta dapat c. Kutipan Risalah Lelang yang dikeluarkan oleh pejabat lelang, apabila hak yang
diperbaharui untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun. bersangkutan dimenangkan oleh Orang Asing dalam suatu pelelangan umum;
d. surat persetujuan dari pemegang Hak Tanggungan, apabila Hak Milik atau Hak
Guna Bangunan tersebut dibebani Hak Tanggungan;
e. surat persetujuan dari pemegang Hak Pengelolaan, apabila Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun di atas Hak Pengelolaan, yang berlaku untuk seluruh Sarusun;
f. bukti sah pembayaran Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan; dan
g. bukti identitas pemohon.
124
Pasal 12 Pasal 14
(1) Berdasarkan permohonan pendaftaran perubahan hak sebagaimana (1) Pendaftaran perubahan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
dimaksud dalam Pasal 11, Kepala Kantor Pertanahan mengeluarkan perintah
menjadi Hak Pakai Atas Satuan Rumah Susun sebagaimana
setor biaya pendaftaran sesuai dengan tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang berlaku pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dilakukan dengan cara:
Nasional. a. mencoret kata-kata dan nomor Hak Milik Atas Satuan
(2) Setelah diterima tanda bukti pembayaran biaya pendaftaran sebagaimana Rumah Susun dalam Buku Tanah dan Sertifikat Hak Milik
dimaksud pada ayat (1) Kepala Kantor Pertanahan mendaftar perubahan Hak Atas Satuan Rumah Susun yang bersangkutan berikut
Milik atau Hak Guna Bangunan menjadi Hak Pakai, atau perubahan Hak Milik seluruh daftar-daftar dan peta-peta hak tanah dan bidang
Atas Satuan Rumah Susun menjadi Hak Pakai Atas Satuan Rumah Susun
tanah terkait, dan menggantikannya dengan kata-kata dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
nomor Hak Pakai Atas Satuan Rumah Susun;
Pasal 13 b. dalam kolom perubahan pada Buku Tanah dan Sertifikat
(1) Pendaftaran perubahan Hak Milik atau Hak Guna Bangunan menjadi Hak Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dituliskan kata-kata:
Pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dilakukan dengan cara: “Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun Nomor: ...
a. mencoret kata-kata dan nomor Hak Milik atau Hak Guna Bangunan /................. ini berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (2)
dalam Buku Tanah dan Sertifikat Hak Atas Tanah yang bersangkutan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
berikut seluruh daftar-daftar dan peta-peta hak tanah dan bidang tanah
terkait, dan menggantikannya dengan katakata dan nomor Hak Pakai; Pertanahan Nasional Nomor 29 Tahun 2016 tentang Tata
b. dalam kolom perubahan pada Buku Tanah dan Sertifikat Hak Atas Tanah Cara pemberian, Pelepasan, dan Pengalihan Hak Atas
dituliskan kata-kata: “Hak Milik/Hak Guna Bangunan Nomor: ... Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Oleh Orang
/................. ini berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Asing Yang Berkedudukan di Indonesia, dilepaskan dan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional langsung diberikan dengan perubahan menjadi Hak Pakai
Nomor 29 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian, Pelepasan, dan
Atas Satuan Rumah Susun Nomor: ... /...................... ”.
Pengalihan Hak Atas Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Oleh
Orang Asing Yang Berkedudukan di Indonesia, dilepaskan menjadi Tanah (2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani
Negara dan langsung diberikan dengan perubahan menjadi Hak Pakai oleh Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan.
Nomor: ... /...................... ”;
(2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh Kepala
Kantor Pertanahan yang bersangkutan..

125
Pasal 15 BAB VI
(1) Tanah Bersama, Bagian Bersama, dan Benda Bersama di mana Hak Pakai Atas KETENTUAN LAIN-LAIN
Satuan Rumah Susun ini berada, tetap dan tidak perlu dilakukan perubahan Pasal 16
pencatatannya pada Buku Tanah dan Sertifikat serta daftar-daftar dan peta-peta (1) Rumah tempat tinggal atau hunian yang dimiliki oleh Orang Asing dapat
yang bersangkutan, karena ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dijadikan jaminan utang dengan dibebani dengan Hak Tanggungan.
mutatis mutandis berlaku bagi pemegang Hak Pakai Atas Satuan Rumah Susun. (2) Rumah tempat tinggal atau hunian yang dimiliki oleh Orang Asing dapat
(2) Dalam hal kepemilikan seluruh Hak Pakai Atas Satuan Rumah Susun dalam suatu beralih dan/atau dialihkan kepada pihak lain.
bangunan gedung bertingkat beralih atau dialihkan kepada Orang Asing, maka (3) Pembebanan dengan Hak Tanggungan dan peralihan hak sebagaimana
Tanah Bersama atas bangunan gedung bertingkat dilepaskan menjadi Tanah Negara dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
dan langsung diberikan dengan perubahan menjadi Hak Pakai. peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal Tanah Bersama atas bangunan gedung bertingkat sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) merupakan Hak Guna Bangunan, maka di dalam kolom perubahan Pasal 17
pada Buku Tanah dan Sertifikat Hak Guna Bangunan dituliskan kata-kata: “Hak Guna (1) Dalam hal Hak Pakai yang berasal dari perubahan Hak Milik atau Hak Guna
Bangunan Nomor: ... /................. ini berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat (2) Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) beralih dari Orang
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Asing kepada Warga Negara Indonesia, maka Hak Pakai dapat diubah
Nomor 29 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian, Pelepasan, dan Pengalihan kembali menjadi Hak Milik atau Hak Guna Bangunan dengan sisa jangka
Hak Atas Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Oleh Orang Asing Yang waktu berlakunya Hak Pakai berlaku bagi sisa jangka waktu berlakunya Hak
Berkedudukan di Indonesia, dilepaskan menjadi Tanah Negara dan langsung Guna Bangunan dimaksud.
diberikan dengan perubahan menjadi Hak Pakai Nomor: ... /...................... ”. (2) Dalam hal Hak Pakai Atas Satuan Rumah Susun yang berasal dari
(4) Dalam hal Tanah Bersama atas bangunan gedung bertingkat sebagaimana dimaksud perubahan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) merupakan Hak Pengelolaan, maka di dalam kolom perubahan pada dalam Pasal 6 ayat (2) tersebut beralih dari Orang Asing kepada Warga
Buku Tanah dan Sertifikat Hak Pengelolaan dituliskan kata-kata: “Berdasarkan Negara Indonesia, maka Hak Pakai Atas Satuan Rumah Susun dapat diubah
ketentuan Pasal 15 ayat (2) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala kembali menjadi Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dengan sisa jangka
Badan Pertanahan Nasional Nomor ... Tahun ... tentang Tata Cara Pemberian, waktu berlakunya Hak Pakai Atas Satuan Rumah Susun berlaku bagi sisa
Pelepasan, dan Pengalihan Hak Atas Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian jangka waktu berlakunya Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dimaksud.
Oleh Orang Asing Yang Berkedudukan di Indonesia, maka atas Hak Pengelolaan (3) Ketentuan perubahan Hak Milik atau Hak Guna Bangunan menjadi Hak
Nomor: ... / ........... dilepaskan menjadi Tanah Negara dan langsung diberikan Pakai, dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun sebagaimana dimaksud
dengan perubahan menjadi Hak Pakai Nomor: ... /...................... ”. dalam Pasal 12 dan Pasal 13 mutatis mutandis terhadap perubahan Hak
(5) Jangka waktu berlakunya Hak Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) Pakai menjadi Hak Milik atau Hak Guna Bangunan dan perubahan Hak
adalah sisa jangka waktu berlakunya Hak Pakai Atas Satuan Rumah Susun. Pakai Atas Satuan Rumah Susun menjadi Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
126
Pasal 18
Kepala Kantor Pertanahan wajib menyampaikan laporan secara
periodik kepada Menteri melalui Kepala Kantor Wilayah BPN
tentang penerbitan Sertifikat Hak Pakai dan Hak Pakai Atas
Satuan Rumah Susun untuk Orang Asing di wilayahnya.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, maka Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian, Pelepasan,
dan Pengalihan Hak Atas Pemilikan Rumah Tinggal Atau Hunian
oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

127
9
AKTA KETERANGAN HAK MEWARIS/
AKTA KETERANGAN SEBAGAI AHLI WARIS
AKTA PERNYATAAN SEBAGAI AHLI WARIS

128
KETERANGAN HAK MEWARIS
( KETERANGAN/PERNYATAAN SEBAGAI AHLI WARIS )
Nomor :

Pada hari ini, jam … (…….) Waktu Indonesia Barat, hari … , tanggal … (…)
-Berhadapan dengan saya, MICHAEL JOSEF WIDIJATMOKO, Sarjana Hukum, Notaris berkedudukan
di Jakarta, berkantor di Kota Administrasi Jakarta Timur, Wilayah Jabatan Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, dengan dihadiri oleh para saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebut nama-namanya pada
bagian akhir akta ini :
1. tuan/nyonya ……. , lahir di … , pada tanggal … , Warga Negara Indonesia, swasta, bertempat tinggal
di … , Rukun Tetangga … , Rukun Warga … , Kelurahan … , Kecamatan … , pemegang Kartu Tanda
Penduduk Nomor Induk Kependudukan …
-dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri selanjutnya disebut sebagai “suami/isteri dan/atau ahli
waris I”.
2. nona ……. , lahir di … , pada tanggal … ,Warga Negara Indonesia, swasta, bertempat tinggal di … ,
Rukun Tetangga … , Rukun Warga … , Kelurahan … , Kecamatan … , pemegang Kartu Tanda
Penduduk Nomor Induk Kependudukan …
-dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri selanjutnya disebut sebagai sebagai “ahli waris II”.
3. tuan……. , lahir di … , pada tanggal … ,Warga Negara Indonesia, swasta, bertempat tinggal di … ,
Rukun Tetangga … , Rukun Warga … , Kelurahan … , Kecamatan … , pemegang Kartu Tanda
Penduduk Nomor Induk Kependudukan …
-dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri selanjutnya disebut sebagai sebagai “ahli waris III”.

129
-Para penghadap dengan ini menerangkan dan menyatakan, dengan disertai bukti-bukti berupa surat-surat serta
dokumen-dokumen yang diperlihatkan dan diserahkan kepada saya, Notaris, serta dijahitkan pada minuta akta ini,
dengan telah meninggal dunianya almarhum tuan/nyonya ……. tersebut di bawah ini sebagai pernyataan dan
keterangan yang sebenar-benarnya tanpa adanya suatu paksaan apapun dan dilakukan dengan sadar dan sesuai
keadaan yang sebenarnya, serta tidak akan dicabut karena alasan apapun, sebagai keterangan hak
mewaris/keterangan sebagai ahli waris/pernyataan sebagai ahli waris *) sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku, sebagai berikut :
1. Bahwa Pewaris dalam Surat Wasiat nomor ….. tanggal ….., yang dibuat dihadapan …….. , Notaris di ……..,
menghendaki penetapan ahli waris Pewaris dan pembagian harta warisan Pewaris dilakukan berdasarkan
hukum ……. *)
1. Bahwa para ahli waris setelah setuju dan sepakat untuk penetapan ahli waris Pewaris dan pembagian harta
warisan Pewaris dilakukan berdasarkan hukum ….. *)
2. -Bahwa almarhum tuan ……….., lahir di …….. , pada tanggal ……… , telah meninggal dunia pada tanggal
…….. , dimana ………….. , selanjutnya disebut “Pewaris” sebagaimana ternyata dari Surat Kematian nomor
………. , tanggal ……., yang dikeluarkan oleh …….. dokter pada Rumah Sakit …………..dan Surat Keterangan
Kematian nomor ……….. Tanggal …….. , yang dikeluarkan oleh Kelurahan …….. , Kecamatan ………. ,
Kabupaten/Kota ………… , Provinsi ………… serta Akta Kematian nomor ………. , tangggal …….. , yang
dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupatan/Kota ………… , Provinsi ……………. ;
-Bahwa para ahli waris almarhum tuan …… tersebut dengan ini menyatakan sepakat dan setuju untuk
menetapkan para ahli waris dari almarhum tuan ….. tersebut dan nantinya untuk pembagian harta warisan
almarhum tuan …. tersebut dengan menggunakan hukum waris berdasarkan hukum ….. (UU 1/1974, dan/atau
KUHPerdata, dan/atau Hukum Adat …. , dan/atau Hukum Islam yang diatur dalam Kompilasi Hukum Islam,
dan/atau ….*) …. ;
*) Pilih salah satu
130
Bila Pewaris menikah dalam “Percampuran Harta Perkawinan/Gono-gini”
3. Bahwa Pewaris semasa hidupnya telah melangsungkan perkawinan dalam “percampuran harta perkawinan/gono gini” untuk
pertama kali dan terakhir dengan nyonya ……… .., lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, Ibu Rumah
Tangga, bertempat tinggal di ……….. ….., pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor Induk Kependudukan ………….. ,
selanjutnya disebut “Isteri Pewaris” sebagaimana ternyata dalam Salinan Buku Nikah/Salinan Akta Perkawinan yang
dikeluarkan oleh ……………. ;
Bila Pewaris menikah dengan “Perjanjian Kawin” pisah harta keseluruhan.
3. Bahwa berdasarkan akta Perjanjian Kawin nomor …. , tanggal ….. , yang dibuat dihadapan …… , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di …… , bermeterai cukup, yang salinannya diperlihatkan kepada saya, Notaris, Pewaris semasa hidupnya
telah melangsungkan perkawinan dengan “Perjanjian Kawin” pisah harta secara keseluruhan untuk pertama kali dan terakhir
dengan nyonya ……… .., lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, Ibu Rumah Tangga, bertempat tinggal
di ……….. ….., pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor Induk Kependudukan ………….. , selanjutnya disebut “Isteri,
Pewaris” sebagaimana ternyata dalam salinan Buku Nikah/salinan Akta Perkawinan yang dikeluarkan oleh ……………. ;

4. Bahwa dari perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris telah dilahirkan ..... (…………..) orang anak dalam perkawinan mereka yaitu :
a. tuan ………. lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, sebagaiamna ternyata dari Akta Kelahiran nomor
…….. tanggal …… yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kaubaptan/Kota ……. Provinsi ……. , yang
saat ini mempunyai pekerjaan ………….., bertempat tinggal di ……….. ….., pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor Induk
Kependudukan …………..
b. nyonya ………. lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, sebagaiamna ternyata dari Akta Kelahiran
nomor …….. tanggal …… yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kaubaptan/Kota ……. Provinsi ……. ,
yang saat ini mempunyai pekerjaan ………….., bertempat tinggal di ……….. ….., pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
Induk Kependudukan …………..
c. nona ………. lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, sebagaiamna ternyata dari Akta Kelahiran
nomor …….. tanggal …… yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kaubaptan/Kota ……. Provinsi ……. ,
yang saat ini mempunyai pekerjaan ………….., bertempat tinggal di ……….. ….., pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
Induk Kependudukan …………..
131
Bila Pewaris Pria “tidak mempunyai” ALK, ALKD, Anak Angkat/Adopsi, anak zinah & anak sumbang.
5. Bahwa Pewaris semasa hidupnya tidak mempunyai anak luar kawin, anak luar kawin diakui, anak angkat/adopsi, anak
sumbang, dan anak zinah;

Bila Pewaris Pria “mempunyai” ALK, ALKD, & Anak Angkat/Adopsi, tetapi “tidak mempunyai” anak zinah & anak sumbang.
5. Bahwa Pewaris semasa hidupnya mempunyai :
a. anak luar kawin, yaitu tuan ………. lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, sebagaiamna ternyata
dari Akta Kelahiran nomor …….. tanggal …… yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kaubaptan/Kota ……. Provinsi ……. , yang saat ini mempunyai pekerjaan ………….., bertempat tinggal di ……….. …..,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor Induk Kependudukan …………..
b. anak luar kawin diakui, yaitu tuan ………. lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, sebagaiamna
ternyata dari Akta Kelahiran nomor …….. tanggal …… yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kaubaptan/Kota ……. Provinsi ……. , yang saat ini mempunyai pekerjaan ………….., bertempat tinggal di ……….. …..,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor Induk Kependudukan ………….. , yang diakui oleh Pewaris berdasarkan Akta
Pengakuan Anak nomor ……….. ,tanggal …….., yang dibuat dihadapan ……….. , Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan,
Notaris di ………. dan berdasarkan Putusan/Penetapan Pengadilan Negari ……….. Nomor ……… tanggal ………
c. anak angkat/adopsi, yaitu tuan ………. lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, sebagaiamna
ternyata dari Akta Kelahiran nomor …….. tanggal …… yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kaubaptan/Kota ……. Provinsi ……. , yang saat ini mempunyai pekerjaan ………….., bertempat tinggal di ……….. …..,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor Induk Kependudukan ………….. , yang diangkat/diadopsi bersama-sama oleh
Pewaris dan Isteri Pewaris Putusan/Penetapan Pengadilan Negari ……….. Nomor ……… tanggal ………
akan tetapi tidak mempunyai anak sumbang, dan anak zinah;

132
Bila Pewaris Wanita, saat meninggal dunia tidak mengandung anak, dan tidak mempunyai anak Zinah dan anak
sumbang.
5. Bahwa pada saat Pewaris meninggal dunia tidak sedang mengandung anak, dan tidak mempunyai anak zinah
dan anak sumbang.

Bila Pewaris Wanita “sedang mengandung anak” pada saat Pewaris meninggal dunia, dan tidak mempunyai anak
Zinah dan anak sumbang.
5. Bahwa pada saat Pewaris meninggal dunia sedang mengandung …. (……..) hari atau …. (……..) bulan ….
(…….) hari, dan pada saat Pewaris meninggal dunia anak yang dikandungnya tersebut :

anak lahir dalam keadaan hidup, akan tetapi kemudian meninggal dunia :*)
-lahir dalam keadaan hidup dan sehat dan hingga saat ini si anak hidup dan sehat, dan diberi nama ………….. ,
lahir di …….. , tanggal ……….. , sebagaimana ternyata dari Akta Kelahiran nomor ……. , tanggal ………., yang
dikeluarkan oleh …………… ;
anak lahir dalam keadaan hidup, akan tetapi kemudian meninggal dunia :*)
akan tetapi kemudian meninggal dunia sebagaimana ternyata dari Akta Kematian nomor …., tanggal ….. ,
yang dikeluarkan oleh …. ;

anak lahir dalam keadaan meninggal dunia :*)


-dilahirkan dalam keadaan meninggal dunia sebagaimana ternyata dari Akta Kematian nomor ….., tanggal …..
, yang dikeluarkan oleh …. ;

*) pilih salah satu

133
Bila Pewaris “tidak membuat” Akta Wasiat.

6. Bahwa Pewaris semasa hidupnya tidak pernah membuat Surat/Akta Wasiat dalam bentuk dan berupa apapun juga,
sebagaimana ternyata dari Surat Jawaban Pengecekan Wasiat/Surat Keterangan Wasiat (SKW) tanggal …… nomor
………… , yang dikeluarkan oleh Daftar Pusat Wasiat pada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia sebagaimana dilampirkan pada Akta Pernyataan ini.

Bila Pewaris “membuat” Akta Wasiat.


6. Bahwa Pewaris semasa hidupnya pernah membuat .... (………) Surat/Akta Wasiat, yaitu :
a. Akta Wasiat nomor ……… tanggal ……. , yang dibuat dihadapan ……….. , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di ………. , yang merupakan Wasiat Terbuka, selanjutnya disebut “Wasiat 1”;
b. Akta Wasiat nomor ……… tanggal ……. , yang dibuat dihadapan ……….. , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di ………. , yang merupakan Wasiat Tertutup, selanjutnya disebut “Wasiat 2”;
c. Akta Wasiat nomor ……… tanggal ……. , yang dibuat dihadapan ……….. , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di ………. , yang merupakan Wasiat Rahasia/Olografis, selanjutnya disebut
“Wasiat 3”.
d. Akta Wasiat nomor ……… tanggal ……. , yang dibuat dihadapan ……….. , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di ………. , yang merupakan Wasiat Rahasia/Olografis, selanjutnya disebut
“Wasiat 4”.
e. Akta Wasiat nomor ……… tanggal ……. , yang dibuat dihadapan ……….. , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di ………. , yang merupakan Wasiat Rahasia/Olografis, selanjutnya disebut
“Wasiat 5”.
sebagaimana ternyata dari Surat Jawaban Pengecekan Wasiat/Surat Keterangan Wasiat (SKW) tanggal …… nomor
………… , yang dikeluarkan oleh Daftar Pusat Wasiat pada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.

134
7a. Bahwa Wasiat 1 dalam bentuk Wasiat terbuka, telah dibuka oleh …….. , Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di
…………………… kepada para Ahli Waris sesusai ketentuan peraturan perundang-undagan yang berlaku sebagaimana ternyata
dari Berita Acara Pembukaan Wasiat nomor …….. , tanggal …….. yang dibuat dibuat oleh …….. , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di …………………… , yang berbunyi sebagai berikut :

b. Bahwa Wasiat 2 dalam bentuk Wasiat Tertutup, telah dibuka oleh Balai Harta Peninggalan ………. dan disaksikan oleh …….. ,
Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di …………………… dan para saksi kepada para Ahli Waris sesusai ketentuan
peraturan perundang-undagan yang berlaku sebagaimana ternyata dari Berita Acara Pembukaan Wasiat nomor …….. , tanggal
…….. yang dibuat dibuat oleh Balai Harta Peninggalan ………. , yang berbunyi sebagai berikut :

c. Bahwa Wasiat 3 dalam bentuk Wasiat terbuka, telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku oleh Pewaris sebagaimana ternyata
dalam Wasiat 5 dan Surat Jawaban Pengecekan Wasiat/Surat Keterangan Wasiat (SKW) tanggal …… nomor ………… , yang
dikeluarkan oleh Daftar Pusat Wasiat pada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

d. Bahwa Wasiat 4 dalam bentuk Wasiat Rahasia/Olografis, telah dibuka oleh Balai Harta Peninggalan ………. dan disaksikan oleh
…….. , Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di ……………………, sebagai pemegang protokol dari …… , Sarjana
Hukum, dahulu Notaris di ……. , dan para saksi kepada para Ahli Waris sesusai ketentuan peraturan perundang-undagan yang
berlaku sebagaimana ternyata dari Berita Acara Pembukaan Wasiat nomor …….. , tanggal …….. yang dibuat dibuat oleh Balai
Harta Peninggalan ………. , yang berbunyi sebagai berikut :

e. Bahwa Wasiat 5 dalam bentuk Wasiat terbuka, telah dibuka oleh …….. , Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di
…………………… kepada para Ahli Waris sesusai ketentuan peraturan perundang-undagan yang berlaku sebagaimana ternyata
dari Berita Acara Pembukaan Wasiat nomor …….. , tanggal …….. yang dibuat dibuat oleh …….. , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di …………………… , yang berbunyi sebagai berikut :

Wasiat 1, Wasiat 2, Wasiat 4, dan Wasiat 5 tersebut di atas masih berlaku dan mengikat, sedangkan Wasiat 2 tersebut di atas telah
dinyatakan dicabut oleh Pewaris dan tidak berlaku sebagaimana termaktub dalam Wasiat 5 (Akta Wasiat nomor …. , tanggal …… , yang
dibuat dihadapan ….. , Sarjana Hukum, Notaris di ….. ) dan Surat Jawaban Pengecekan Wasiat/Surat Keterangan Wasiat (SKW)
tanggal …… nomor ………… , yang dikeluarkan oleh Daftar Pusat Wasiat pada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
135
Indonesia
Bila “ada” Akta Wasiat.
8. Bahwa dari apa yang diuraikan di atas, sebagai Ahli waris dari Pewaris adalah :
a. Ahli Waris ab intestato/berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah :
1) Nyonya …….. tersebut di atas, sebagai Isteri Pewaris;
2) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak sah dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris;
3) nyonya……… tersebut di atas, sebagai anak sah dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris;
4) nona ……… tersebut di atas, sebagai anak sah dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris;
5) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak luar kawin yang diakui Pewaris;
6) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak angkat/adopsi dalam perkawinan Pewaris dan Isteri
Pewaris;
b. Ahli Waris testamentair/berdasarkan Surat/Akta Wasiat adalah :
1) tuan …….. tersebut di atas berdasarkan Akta Wasiat 1;
2) tuan …….. tersebut di atas berdasarkan Akta Wasiat 2;
3) tuan …….. tersebut di atas berdasarkan Akta Wasiat 3.

Bila “tidak ada” Akta Wasiat.


8. Bahwa dari apa yang diuraikan di atas, karena Pewaris tidak meniggalkan Akta Wasiat yang terdaftar sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka sebagai Ahli waris dari Pewaris adalah :
a. Nyonya …….. tersebut di atas, sebagai Isteri Pewaris;
b. tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak sah dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris;
c. nyonya……… tersebut di atas, sebagai anak sah dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris;
d. Nona ……… tersebut di atas, sebagai anak sah dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris;
e. tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak luar kawin yang diakui Pewaris;
f. tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak angkat/adopsi dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris;
136
Bila “tidak ada” Ahli Waris yang menolak, tidak patut atau tidak cakap.
9. Bahwa para Ahli Waris dari Pewaris tersebut di atas hingga dibuatnya akta ini tidak ada yang menolak harta
warisan Pewaris dan tidak ada yang dinyatakan sebagai Ahli Waris yang tidak patut dan tidak cakap terhadap
harta warisan Pewaris berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bila “ada” Ahli Waris yang menolak, tidak patut atau tidak cakap.
9. Bahwa para Ahli Waris dari Pewaris tersebut di atas hingga dibuatnya akta ini :
a. Tuan ……tersebut di atas selaku Ahli Waris dari Pewaris telah menyatakan menolak harta warisan
Pewaris, sebagaimana ternyata dalam Akta Pernyataan Menolak Harta Warisan nomor ……… tanggal
……. , yang dibuat dihadapan ……….. , Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di ………. , dan
Putusan/Penetapan Pengadilan Negeri ……… nomor …….. tanggal ………….. , yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
b. Tuan ……tersebut di atas selaku Ahli Waris dari Pewaris telah dinyatakan tidak patut menerima harta
warisan Pewaris, sebagaimana ternyata dalam Putusan/Penetapan Pengadilan Negeri ……… nomor
…….. tanggal …………. , yang telah mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Tuan ……tersebut di atas selaku Ahli Waris dari Pewaris telah dinyatakan tidak cakap menerima harta
warisan Pewaris, sebagaimana ternyata dalam Putusan/Penetapan Pengadilan Negeri ……… nomor
…….. tanggal ………….. , yang telah mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

137
Bila Ahli Waris sudah dapat dipastikan jumlah & orangnya, maka ”dapat pula dimasukkan” hal tentang bagian masing-
masing Ahli Waris
10. Bahwa dari apa yang diuraikan di atas, berdasarkan perhitungan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan kesepakatan para Ahli Waris dari Pewaris tersebut di atas, maka bagian masing-masing Ahli Waris dari harta warisan
Pewaris sebagai berikut :

Bila ada wasiat :


a. Ahli Waris ab intestato/berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah :
1) nyonya …….. tersebut di atas, sebagai Isteri Pewaris, mendapatkan ½ (satu per dua) bagian dari harta peninggalan
Pewaris dan …… (……) bagian dari harta Warisan Pewaris ;
2) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak sah, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan Pewaris ;
3) nyonya……… tersebut di atas, sebagai anak sah, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan Pewaris ;
4) nona ……… tersebut di atas, sebagai anak sah, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan Pewaris ;
5) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak luar kawin yang diakui Pewaris, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta
Warisan Pewaris ;
6) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak angkat/adopsi dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris , mendapatkan
…… (…….) bagian dari harta Warisan Pewaris ;
b. Ahli Waris testamentair/berdasarkan Surat/Akta Wasiat adalah :
1) tuan …….. tersebut di atas berdasarkan Akta Wasiat 1, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan Pewaris ;
2) tuan …….. tersebut di atas berdasarkan Akta Wasiat 2, mendapatkan bagian dari harta Warisan Pewaris berupa
………………………… ;
3) tuan …….. tersebut di atas berdasarkan Akta Wasiat 3, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan Pewaris ,
dan mendapatkan bagian dari harta Warisan Pewaris berupa ………………………… ;

138
Bila tidak ada wasiat :
1) nyonya …….. tersebut di atas, sebagai Isteri Pewaris, mendapatkan ½ (satu per dua) bagian dari
harta peninggalan Pewaris dan …… (……) bagian dari harta Warisan Pewaris;
2) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak sah, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan
Pewaris;
3) nyonya……… tersebut di atas, sebagai anak sah, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan
Pewaris;
4) nona ……… tersebut di atas, sebagai anak sah, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan
Pewaris;
5) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak luar kawin yang diakui Pewaris, mendapatkan …… (…….)
bagian dari harta Warisan Pewaris;
6) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak angkat/adopsi dalam perkawinan Pewaris dan Isteri
Pewaris , mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan Pewaris.

Demikian pernyataan/keterangan ini dinyatakan oleh para penghadap dihadapan saya, Notaris, untuk
dipergunakan sebagai Surat Keterangan Hak Mewaris/Surat Keterangan Sebagai Ahli Waris/Surat Pernyataan
Sebagai Ahli Waris *) dari almarhum tuan/nyonya …………… tersebut di atas, untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya dalam pengurusan : ……………………………….

*) pilih salah satu

139
Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris.
DEMIKIANLAH AKTA INI
-telah dibacakan dan dijelaskan oleh saya, Notaris, kepada para penghadap tersebut di
atas dan para saksi tersebut di bawah ini pada jam, hari, tanggal, bulan dan tahun,
sebagaimana tersebut pada awal akta;
-setelah dibacakan oleh saya, Notaris, maka akta ini telah ditanda-tangani para penghadap
tersebut di atas dan penandatangan akta ini dilakukan di ..........................
-Pada saat akta ini dibacakan dan dijelaskan oleh saya, Notaris, dihadiri dan kemudian turut
ditandatangani oleh para saksi, yaitu :
1. tuan …… (identitas lengkap) …… , dan
2. tuan …… (identitas lengkap) ……;
dan ditandatangani saya, Notaris.
-selain ditandatangani pada minuta akta ini akan dijahitkan pula teraan sidik jari tangan
kanan dan tangan kiri, penghadap tersebut di atas untuk memenuhi ketentuan pasal 16
ayat 1 huruf c Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 pada lembar khusus yang disediakan
untuk itu;
-Dilangsungkan dengan …..

140
10
CONTOH AKTA PEMBAGIAN WARIS

141
AKTA PEMBAGIAN WARIS
Nomor : …

-Pada hari ini, jam … (…….) Waktu Indonesia Barat, hari … , tanggal … (…)
-Berhadapan dengan saya, MICHAEL JOSEF WIDIJATMOKO, Sarjana Hukum, Notaris berkedudukan di
Jakarta, berkantor di Kota Administrasi Jakarta Timur, Wilayah Jabatan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dengan
dihadiri oleh para saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebut nama-namanya pada bagian akhir akta ini :
1. tuan/nyonya ……. , lahir di … , pada tanggal … , Warga Negara Indonesia, swasta, bertempat tinggal di … ,
Rukun Tetangga … , Rukun Warga … , Kelurahan … , Kecamatan … , pemegang Kartu Tanda Penduduk
Nomor Induk Kependudukan …
-dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri selanjutnya disebut sebagai “suami/isteri dan/atau ahli waris I”.
2. nona ……. , lahir di … , pada tanggal … ,Warga Negara Indonesia, swasta, bertempat tinggal di … , Rukun
Tetangga … , Rukun Warga … , Kelurahan … , Kecamatan … , pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
Induk Kependudukan …
-dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri selanjutnya disebut sebagai sebagai “ahli waris II”.
3. tuan……. , lahir di … , pada tanggal … ,Warga Negara Indonesia, swasta, bertempat tinggal di … , Rukun
Tetangga … , Rukun Warga … , Kelurahan … , Kecamatan … , pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
Induk Kependudukan …
-dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri selanjutnya disebut sebagai sebagai “ahli waris III”.

142
Para penghadap dengan ini menerangkan terlebih dahulu, bahwa telah dibuat dan diterbitkan surat keterangan
sebagai ahli waris/surat pernyataan sebagai ahli waris/surat keterangan hak mewaris *) yang dimuat dalam : *)

- (bila akta Notaris) akta … , nomor … , tanggal …. , yang dibuat dihadapan … , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di ……….. , bermeterai cukup, yang Salinan aktanya telah diperlihatkan kepada saya,
Notaris yang memuat dan berisi sebagai berikut :

- (bila dari BHP) Surat …… , nomor ….. , tanggal ….. , yang diterbitkan oleh Balai Harta Peninggalan ….. ,
bermeterai cukup, yang aslinya diperlihatkan kepada saya, Notaris dan fotokopi sesuai aslinya yang dibuat oleh
saya, Notaris dijahitkan pada minuta akta ini, yang memuat dan berisi sebagai berikut :

-(bila dibuat dibawah tangan, diketahui Lurah + Camat) Surat …. , nomor …. , tanggal ….. , yang dibuat
dibawah tangan, bermeterai cukup, yang diketahui dan dicatat oleh Lurah/Kepala Desa …… , dibawah nomor
….. , tanggal ….. , dan juga diketahui dan dicatat oleh Camat ….. , dibawah nomor ….. , tanggal ….. , yang
aslinya dijahitkan pada minuta akta ini, yang memuat dan berisi sebagai berikut :

143
1. Bahwa Pewaris dalam Surat Wasiat nomor ….. tanggal ….., yang dibuat dihadapan …….. , Notaris di ……..,
menghendaki penetapan ahli waris Pewaris dan pembagian harta warisan Pewaris dilakukan berdasarkan
hukum ……. *)
1. -Bahwa para ahli waris almarhum tuan …… tersebut dengan ini menyatakan sepakat dan setuju untuk
menetapkan para ahli waris dari almarhum tuan ….. tersebut dan untuk pembagian harta warisan almarhum
tuan …. tersebut dengan menggunakan hukum waris berdasarkan hukum ….. (UU 1/1974, dan/atau
KUHPerdata, dan/atau Hukum Adat …. , dan/atau Hukum Islam yang diatur dalam Kompilasi Hukum Islam,
dan/atau ….*) …. ;

2. -Bahwa almarhum tuan ……….., lahir di …….. , pada tanggal ……… , telah meninggal dunia pada tanggal
…….. , dimana ………….. , selanjutnya disebut “Pewaris” sebagaimana ternyata dari Surat Kematian nomor
………. , tanggal ……., yang dikeluarkan oleh …….. dokter pada Rumah Sakit …………..dan Surat
Keterangan Kematian nomor ……….. Tanggal …….. , yang dikeluarkan oleh Kelurahan …….. , Kecamatan
………. , Kabupaten/Kota ………… , Provinsi ………… serta Akta Kematian nomor ………. , tangggal …….. ,
yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupatan/Kota ………… , Provinsi
……………. ;

*) Pilih salah satu

144
Bila Pewaris menikah dalam “Percampuran Harta Perkawinan/Gono-gini”
3. Bahwa Pewaris semasa hidupnya telah melangsungkan perkawinan dalam “percampuran harta perkawinan/gono gini” untuk
pertama kali dan terakhir dengan nyonya ……… .., lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, Ibu Rumah
Tangga, bertempat tinggal di ……….. ….., pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor Induk Kependudukan ………….. , selanjutnya
disebut “Isteri Pewaris” sebagaimana ternyata dalam Salinan Buku Nikah/Salinan Akta Perkawinan yang dikeluarkan oleh
……………. ;
Bila Pewaris menikah dengan “Perjanjian Kawin” pisah harta keseluruhan.
3. Bahwa berdasarkan akta Perjanjian Kawin nomor …. , tanggal ….. , yang dibuat dihadapan …… , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di …… , bermeterai cukup, yang salinannya diperlihatkan kepada saya, Notaris, Pewaris semasa hidupnya
telah melangsungkan perkawinan dengan “Perjanjian Kawin” pisah harta secara keseluruhan untuk pertama kali dan terakhir
dengan nyonya ……… .., lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, Ibu Rumah Tangga, bertempat tinggal
di ……….. ….., pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor Induk Kependudukan ………….. , selanjutnya disebut “Isteri, Pewaris”
sebagaimana ternyata dalam salinan Buku Nikah/salinan Akta Perkawinan yang dikeluarkan oleh ……………. ;

4. Bahwa dari perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris telah dilahirkan ..... (…………..) orang anak dalam perkawinan mereka yaitu :
a. tuan ………. lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, sebagaiamna ternyata dari Akta Kelahiran nomor
…….. tanggal …… yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kaubaptan/Kota ……. Provinsi ……. , yang
saat ini mempunyai pekerjaan ………….., bertempat tinggal di ……….. ….., pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor Induk
Kependudukan …………..
b. nyonya ………. lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, sebagaiamna ternyata dari Akta Kelahiran
nomor …….. tanggal …… yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kaubaptan/Kota ……. Provinsi ……. ,
yang saat ini mempunyai pekerjaan ………….., bertempat tinggal di ……….. ….., pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
Induk Kependudukan …………..
c. nona ………. lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, sebagaiamna ternyata dari Akta Kelahiran nomor
…….. tanggal …… yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kaubaptan/Kota ……. Provinsi ……. , yang
saat ini mempunyai pekerjaan ………….., bertempat tinggal di ……….. ….., pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor Induk
Kependudukan …………..
145
Bila Pewaris Pria “tidak mempunyai” ALK, ALKD, Anak Angkat/Adopsi, anak zinah & anak sumbang.
5. Bahwa Pewaris semasa hidupnya tidak mempunyai anak luar kawin, anak luar kawin diakui, anak angkat/adopsi, anak
sumbang, dan anak zinah;

Bila Pewaris Pria “mempunyai” ALK, ALKD, & Anak Angkat/Adopsi, tetapi “tidak mempunyai” anak zinah & anak sumbang.
5. Bahwa Pewaris semasa hidupnya mempunyai :
a. anak luar kawin, yaitu tuan ………. lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, sebagaiamna ternyata
dari Akta Kelahiran nomor …….. tanggal …… yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kaubaptan/Kota ……. Provinsi ……. , yang saat ini mempunyai pekerjaan ………….., bertempat tinggal di ……….. …..,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor Induk Kependudukan …………..
b. anak luar kawin diakui, yaitu tuan ………. lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, sebagaiamna
ternyata dari Akta Kelahiran nomor …….. tanggal …… yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kaubaptan/Kota ……. Provinsi ……. , yang saat ini mempunyai pekerjaan ………….., bertempat tinggal di ……….. …..,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor Induk Kependudukan ………….. , yang diakui oleh Pewaris berdasarkan Akta
Pengakuan Anak nomor ……….. ,tanggal …….., yang dibuat dihadapan ……….. , Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan,
Notaris di ………. dan berdasarkan Putusan/Penetapan Pengadilan Negari ……….. Nomor ……… tanggal ………
c. anak angkat/adopsi, yaitu tuan ………. lahir di ……. , pada tanggal …………… Warga Negara Indonesia, sebagaiamna
ternyata dari Akta Kelahiran nomor …….. tanggal …… yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kaubaptan/Kota ……. Provinsi ……. , yang saat ini mempunyai pekerjaan ………….., bertempat tinggal di ……….. …..,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor Induk Kependudukan ………….. , yang diangkat/diadopsi bersama-sama oleh
Pewaris dan Isteri Pewaris Putusan/Penetapan Pengadilan Negari ……….. Nomor ……… tanggal ………
akan tetapi tidak mempunyai anak sumbang, dan anak zinah;

146
Bila Pewaris Wanita, saat meninggal dunia tidak mengandung anak, dan tidak mempunyai anak Zinah dan anak
sumbang.
6. Bahwa pada saat Pewaris meninggal dunia tidak sedang mengandung anak, dan tidak mempunyai anak zinah
dan anak sumbang.

Bila Pewaris Wanita “sedang mengandung anak” pada saat Pewaris meninggal dunia, dan tidak mempunyai anak
Zinah dan anak sumbang.
6. Bahwa pada saat Pewaris meninggal dunia sedang mengandung …. (……..) hari atau …. (……..) bulan ….
(…….) hari, dan pada saat Pewaris meninggal dunia anak yang dikandungnya tersebut :

anak lahir dalam keadaan hidup, akan tetapi kemudian meninggal dunia :*)
-lahir dalam keadaan hidup dan sehat dan hingga saat ini si anak hidup dan sehat, dan diberi nama ………….. ,
lahir di …….. , tanggal ……….. , sebagaimana ternyata dari Akta Kelahiran nomor ……. , tanggal ………., yang
dikeluarkan oleh …………… ;
anak lahir dalam keadaan hidup, akan tetapi kemudian meninggal dunia :*)
akan tetapi kemudian meninggal dunia sebagaimana ternyata dari Akta Kematian nomor …., tanggal ….. ,
yang dikeluarkan oleh …. ;

anak lahir dalam keadaan meninggal dunia :*)


-dilahirkan dalam keadaan meninggal dunia sebagaimana ternyata dari Akta Kematian nomor ….., tanggal …..
, yang dikeluarkan oleh …. ;

*) pilih salah satu

147
Bila Pewaris “tidak membuat” Akta Wasiat.
7. Bahwa Pewaris semasa hidupnya tidak pernah membuat Surat/Akta Wasiat dalam bentuk dan berupa apapun juga,
sebagaimana ternyata dari Surat Jawaban Pengecekan Wasiat/Surat Keterangan Wasiat (SKW) tanggal …… nomor
………… , yang dikeluarkan oleh Daftar Pusat Wasiat pada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia sebagaimana dilampirkan pada Akta Pernyataan ini.

Bila Pewaris “membuat” Akta Wasiat.


7. Bahwa Pewaris semasa hidupnya pernah membuat .... (………) Surat/Akta Wasiat, yaitu :
a. Akta Wasiat nomor ……… tanggal ……. , yang dibuat dihadapan ……….. , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di ………. , yang merupakan Wasiat Terbuka, selanjutnya disebut “Wasiat 1”;
b. Akta Wasiat nomor ……… tanggal ……. , yang dibuat dihadapan ……….. , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di ………. , yang merupakan Wasiat Tertutup, selanjutnya disebut “Wasiat 2”;
c. Akta Wasiat nomor ……… tanggal ……. , yang dibuat dihadapan ……….. , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di ………. , yang merupakan Wasiat Rahasia/Olografis, selanjutnya disebut
“Wasiat 3”.
d. Akta Wasiat nomor ……… tanggal ……. , yang dibuat dihadapan ……….. , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di ………. , yang merupakan Wasiat Rahasia/Olografis, selanjutnya disebut
“Wasiat 4”.
e. Akta Wasiat nomor ……… tanggal ……. , yang dibuat dihadapan ……….. , Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di ………. , yang merupakan Wasiat Rahasia/Olografis, selanjutnya disebut
“Wasiat 5”.
sebagaimana ternyata dari Surat Jawaban Pengecekan Wasiat/Surat Keterangan Wasiat (SKW) tanggal …… nomor
………… , yang dikeluarkan oleh Daftar Pusat Wasiat pada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.

148
8.a. Bahwa Wasiat 1 dalam bentuk Wasiat terbuka, telah dibuka oleh …….. , Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di
…………………… kepada para Ahli Waris sesusai ketentuan peraturan perundang-undagan yang berlaku sebagaimana ternyata dari
Berita Acara Pembukaan Wasiat nomor …….. , tanggal …….. yang dibuat dibuat oleh …….. , Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan,
Notaris di …………………… , yang berbunyi sebagai berikut :

b. Bahwa Wasiat 2 dalam bentuk Wasiat Tertutup, telah dibuka oleh Balai Harta Peninggalan ………. dan disaksikan oleh …….. ,
Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di …………………… dan para saksi kepada para Ahli Waris sesusai ketentuan
peraturan perundang-undagan yang berlaku sebagaimana ternyata dari Berita Acara Pembukaan Wasiat nomor …….. , tanggal ……..
yang dibuat dibuat oleh Balai Harta Peninggalan ………. , yang berbunyi sebagai berikut :

c. Bahwa Wasiat 3 dalam bentuk Wasiat terbuka, telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku oleh Pewaris sebagaimana ternyata dalam
Wasiat 5 dan Surat Jawaban Pengecekan Wasiat/Surat Keterangan Wasiat (SKW) tanggal …… nomor ………… , yang dikeluarkan
oleh Daftar Pusat Wasiat pada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

d. Bahwa Wasiat 4 dalam bentuk Wasiat Rahasia/Olografis, telah dibuka oleh Balai Harta Peninggalan ………. dan disaksikan oleh
…….. , Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di ……………………, sebagai pemegang protokol dari …… , Sarjana Hukum,
dahulu Notaris di ……. , dan para saksi kepada para Ahli Waris sesusai ketentuan peraturan perundang-undagan yang berlaku
sebagaimana ternyata dari Berita Acara Pembukaan Wasiat nomor …….. , tanggal …….. yang dibuat dibuat oleh Balai Harta
Peninggalan ………. , yang berbunyi sebagai berikut :

e. Bahwa Wasiat 5 dalam bentuk Wasiat terbuka, telah dibuka oleh …….. , Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di
…………………… kepada para Ahli Waris sesusai ketentuan peraturan perundang-undagan yang berlaku sebagaimana ternyata dari
Berita Acara Pembukaan Wasiat nomor …….. , tanggal …….. yang dibuat dibuat oleh …….. , Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan,
Notaris di …………………… , yang berbunyi sebagai berikut :

Wasiat 1, Wasiat 2, Wasiat 4, dan Wasiat 5 tersebut di atas masih berlaku dan mengikat, sedangkan Wasiat 2 tersebut di atas telah
dinyatakan dicabut oleh Pewaris dan tidak berlaku sebagaimana termaktub dalam Wasiat 5 (Akta Wasiat nomor …. , tanggal …… , yang
dibuat dihadapan ….. , Sarjana Hukum, Notaris di ….. ) dan Surat Jawaban Pengecekan Wasiat/Surat Keterangan Wasiat (SKW) tanggal
…… nomor ………… , yang dikeluarkan oleh Daftar Pusat Wasiat pada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia 149
Bila “ada” Akta Wasiat.
9. Bahwa dari apa yang diuraikan di atas, sebagai Ahli waris dari Pewaris adalah :
a. Ahli Waris ab intestato/berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah :
1) Nyonya …….. tersebut di atas, sebagai Isteri Pewaris;
2) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak sah dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris;
3) nyonya……… tersebut di atas, sebagai anak sah dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris;
4) nona ……… tersebut di atas, sebagai anak sah dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris;
5) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak luar kawin yang diakui Pewaris;
6) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak angkat/adopsi dalam perkawinan Pewaris dan Isteri
Pewaris;
b. Ahli Waris testamentair/berdasarkan Surat/Akta Wasiat adalah :
1) tuan …….. tersebut di atas berdasarkan Akta Wasiat 1;
2) tuan …….. tersebut di atas berdasarkan Akta Wasiat 2;
3) tuan …….. tersebut di atas berdasarkan Akta Wasiat 3.

Bila “tidak ada” Akta Wasiat.


9. Bahwa dari apa yang diuraikan di atas, karena Pewaris tidak meniggalkan Akta Wasiat yang terdaftar sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka sebagai Ahli waris dari Pewaris adalah :
a. Nyonya …….. tersebut di atas, sebagai Isteri Pewaris;
b. tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak sah dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris;
c. nyonya……… tersebut di atas, sebagai anak sah dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris;
d. Nona ……… tersebut di atas, sebagai anak sah dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris;
e. tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak luar kawin yang diakui Pewaris;
f. tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak angkat/adopsi dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris;
150
Bila “tidak ada” Ahli Waris yang menolak, tidak patut atau tidak cakap.
10. Bahwa para Ahli Waris dari Pewaris tersebut di atas hingga dibuatnya akta ini tidak ada yang menolak harta
warisan Pewaris dan tidak ada yang dinyatakan sebagai Ahli Waris yang tidak patut dan tidak cakap terhadap
harta warisan Pewaris berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bila “ada” Ahli Waris yang menolak, tidak patut atau tidak cakap.
10. Bahwa para Ahli Waris dari Pewaris tersebut di atas hingga dibuatnya akta ini :
a. Tuan ……tersebut di atas selaku Ahli Waris dari Pewaris telah menyatakan menolak harta warisan
Pewaris, sebagaimana ternyata dalam Akta Pernyataan Menolak Harta Warisan nomor ……… tanggal
……. , yang dibuat dihadapan ……….. , Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di ………. , dan
Putusan/Penetapan Pengadilan Negeri ……… nomor …….. tanggal ………….. , yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
b. Tuan ……tersebut di atas selaku Ahli Waris dari Pewaris telah dinyatakan tidak patut menerima harta
warisan Pewaris, sebagaimana ternyata dalam Putusan/Penetapan Pengadilan Negeri ……… nomor
…….. tanggal …………. , yang telah mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Tuan ……tersebut di atas selaku Ahli Waris dari Pewaris telah dinyatakan tidak cakap menerima harta
warisan Pewaris, sebagaimana ternyata dalam Putusan/Penetapan Pengadilan Negeri ……… nomor
…….. tanggal ………….. , yang telah mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

151
Bila Ahli Waris sudah dapat dipastikan jumlah & orangnya, maka ”dapat pula dimasukkan” hal tentang bagian masing-
masing Ahli Waris
11. Bahwa dari apa yang diuraikan di atas, berdasarkan perhitungan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan kesepakatan para Ahli Waris dari Pewaris tersebut di atas, maka bagian masing-masing Ahli Waris dari harta warisan
Pewaris sebagai berikut :

Bila ada wasiat :


a. Ahli Waris ab intestato/berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah :
1) nyonya …….. tersebut di atas, sebagai Isteri Pewaris, mendapatkan ½ (satu per dua) bagian dari harta peninggalan
Pewaris dan …… (……) bagian dari harta Warisan Pewaris ;
2) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak sah, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan Pewaris ;
3) nyonya……… tersebut di atas, sebagai anak sah, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan Pewaris ;
4) nona ……… tersebut di atas, sebagai anak sah, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan Pewaris ;
5) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak luar kawin yang diakui Pewaris, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta
Warisan Pewaris ;
6) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak angkat/adopsi dalam perkawinan Pewaris dan Isteri Pewaris , mendapatkan
…… (…….) bagian dari harta Warisan Pewaris ;
b. Ahli Waris testamentair/berdasarkan Surat/Akta Wasiat adalah :
1) tuan …….. tersebut di atas berdasarkan Akta Wasiat 1, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan Pewaris ;
2) tuan …….. tersebut di atas berdasarkan Akta Wasiat 2, mendapatkan bagian dari harta Warisan Pewaris berupa
………………………… ;
3) tuan …….. tersebut di atas berdasarkan Akta Wasiat 3, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan Pewaris ,
dan mendapatkan bagian dari harta Warisan Pewaris berupa ………………………… ;

152
Bila tidak ada wasiat :
1) nyonya …….. tersebut di atas, sebagai Isteri Pewaris, mendapatkan ½ (satu per dua) bagian dari
harta peninggalan Pewaris dan …… (……) bagian dari harta Warisan Pewaris;
2) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak sah, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan
Pewaris;
3) nyonya……… tersebut di atas, sebagai anak sah, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan
Pewaris;
4) nona ……… tersebut di atas, sebagai anak sah, mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan
Pewaris;
5) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak luar kawin yang diakui Pewaris, mendapatkan …… (…….)
bagian dari harta Warisan Pewaris;
6) tuan ……… tersebut di atas, sebagai anak angkat/adopsi dalam perkawinan Pewaris dan Isteri
Pewaris , mendapatkan …… (…….) bagian dari harta Warisan Pewaris.

153
Selanjutnya para penghadap menerangkan :
1. bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, para penghadap sebagai para ahli waris dari Pewaris
(almarhum tuan/nyonya …… tersebut di atas) telah melakukan pembicaraan dan perundingan
diantara para ahli waris;
2. bahwa dengan meninggalnya Pewaris (almarhum tuan/nyonya …… tersebut di atas), telah
dilakukan penelusuran terhadap harta peninggalan dan harta warisan dari Pewaris (almarhum
tuan/nyonya …… tersebut di atas), yang kemudian harta warisan Pewaris (almarhum tuan/nyonya
…… tersebut di atas) telah dimuat dalam Boedel Harta Warisan Pewaris (almarhum tuan/nyonya
…… tersebut di atas) tanggal ….. , bermeterai cukup, yang dibuat oleh para ahli waris secara
dibawah tangan, yang aslinya dilekatkan pada minuta akta ini;
3. bahwa berdasarkan hasil pembicaraan dan perundingan diantara para ahli waris tersebut di atas
dan berdasarkan Boedel Harta Waris Pewaris tersebut di atas, telah disepakati untuk dilakukan
dan pelaksanaan pembagian harta warisan dari Pewaris (almarhum tuan/nyonya ….. tersebut di
atas) yang akan ditetapkan dalam akta ini;

Maka, berhubung dengan apa yang diuraikan di atas, para penghadap dengan ini hendak
menyatakan dan telah bersepakat serta setuju untuk melakukan pembagian harta warisan dari
Pewaris (almarhum tuan/nyonya …… tersebut di atas) dengan syarat-syarat dan ketentuan sebagai
berikut :

154
Pasal 1

Terhadap harta warisan Pewaris yang termuat dalam Boedel Harta Warisan Pewaris tersebut di atas, para penghadap dengan ini telah sepakat dan
setuju untuk melakukan pembagian harta warisan Pewaris sebagai berikut :
1. sebidang tanah Hak …… , nomor …. , yang terletak di …… , seluas ……. Meter persegi, sebagaimana diuraikan dalam sertipikat Hak …. nomor
….. dengan surat ukur nomor …. , tanggal …. , terdaftar atas nama … (Pewaris) … , adalah menjadi hak dan milik dari tuan/nyonya …. tersebut
di atas (Suami/Isteri atau ahli waris I);
2. sebidang tanah Hak …… , nomor …. , yang terletak di …… , seluas ……. Meter persegi, sebagaimana diuraikan dalam sertipikat Hak …. nomor
….. dengan surat ukur nomor …. , tanggal …. , terdaftar atas nama … (Pewaris) … , adalah menjadi hak dan milik dari nona …. tersebut di atas
(ahli waris II);
3. sebidang tanah Hak …… , nomor …. , yang terletak di …… , seluas ……. Meter persegi, sebagaimana diuraikan dalam sertipikat Hak …. nomor
….. dengan surat ukur nomor …. , tanggal …. , terdaftar atas nama … (Pewaris) … , adalah menjadi hak dan milik dari tuan …. tersebut di atas
(ahli waris III);
4. …. (…. ) saham dalam PT. ….. , berkedudukan di …… , yang terdaftar atas nama … (Pewaris) … , sebagaimana diuraikan dalam Surat Saham
PT. ….. , nomor …. , tanggal ….. , adalah menjadi hak dan milik dari tuan/nyonya/nona ….. tersebut di atas;
5. Deposito sebesar Rp. …. yang disimpan di Bank …… , Cabang …… , sebagaimana diuraikan dalam bilyet deposito nomor …… , tanggal …… ,
yang dikeluarkan oleh Bank ….. , Cabang …… , terdaftar atas nama …. (Pewaris) …. adalah menjadi hak dan milik dari tuan/nyonya/nona …..
tersebut di atas;
6. Tabungan sebesar Rp. …. yang disimpan di Bank …… , Cabang …… , sebagaimana diuraikan dalam buku tabungan nomor …… , yang
dikeluarkan oleh Bank ….. , Cabang …… , terdaftar atas nama …. (Pewaris) …. adalah menjadi hak dan milik dari tuan/nyonya/nona ….. tersebut
di atas;
7. Sebuah mobil roda empat dengan merek ….. , nomor polisi ….. , yang diuraikan dalam Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) nomor
….. , tanggal …. , yang diterbitkan oleh ….. , dan dalam Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) nomor …. , tanggal ….. , yang diterbitkan oleh
….. , warna …. , nomor rangka …. , nomor mesin …. , yang terdaftar atas nama … (Pewaris) … adalah menjadi hak dan milik dari
tuan/nyonya/nona ….. tersebut di atas;
8. Sebuah motor roda dua dengan merek ….. , nomor polisi ….. , yang diuraikan dalam Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) nomor ….. ,
tanggal …. , yang diterbitkan oleh ….. , dan dalam Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) nomor …. , tanggal ….. , yang diterbitkan oleh ….. ,
warna …. , nomor rangka …. , nomor mesin …. , yang terdaftar atas nama … (Pewaris) … adalah menjadi hak dan milik dari tuan/nyonya/nona
….. tersebut di atas;
9. …
10. …
155
Pasal 2
Para penghadap sebagai satu-satunya para ahli waris dari Pewaris dengan ini menyatakan bahwa kesepakatan ahli
waris dalam pembagian harta warisan Pewaris sebagaimana ditetapkan dan diuraikan dalam Pasal 1 di atas tidak
akan melakukan tuntutan dan/atau gugatan dalam bentuk apapun satu terhadap yang lain dari para ahli waris, dan
dengan ini menyatakan melepaskan hak untuk melakukan tuntutan dan/atau gugatan terhadap hal-hal yang
ditetapkan dan telah disetujui serta disepakati dalam akta ini.
Pasal 3
Sehubungan dengan pembagian harta warisan Pewaris sebagaimana ditetapkan dan diuraikan dalam Pasal 1 di atas,
maka segala biaya yang timbul untuk dilakukan pencatatan peralihan hak kepemilikan (balik nama), maupun biaya
pembuatan akta dan/atau surat yang diperlukan untuk itu, termasuk kewajiban pembayaran pajak (pajak penghasilan)
dan bea perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan serta pajak-pajak atau biaya-biaya lainnya yang wajib dibayar
karena peralihan kepemilikan tersebut, seluruhnya menjadi tanggungjawab dan wajib dibayar lunas oleh ahli waris
yang menerima hak dan kepemilikan atas harta warisan Pewaris yang dibagi berdasarkan ketentuan Pasal 1 akta ini.
Pasal 4
Segala hak dan kewajiban yang melekat pada dan timbul dari benda yang menjadi harta warisan Pewaris yang
kepemilikannya dialihkan dan menjadi hak serta milik dari ahli waris sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1 di atas,
dengan akta ini mutlak sepenuhnya menjadi milik dan tanggungjawab ahli waris sebagaimana diuraikan dalam Pasal
1 di atas, dan dengan sendirinya ahli waris yang menerima hak dan milik tersebut dengan ini melepaskan ahli waris
lainnya untuk turut bertanggungjawab dan menanggung resiko atas benda yang menjadi harta warisan Pewaris yang
telah dibagi kepada masing-masing ahli waris berdasarkan akta ini.
156
Pasal 5
Dengan akta ini, para pihak satu terhadap yang lain, dengan ini memberi kuasa satu terhadap yang lain,
bilamana diperlukan dan juga memberikan hak dan kewenangan satu terhadap yang lain, untuk mengurus
dan melakukan tindakan hukum yang diperlukan sesuai undang-undang dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku untuk melakukan permohonan balik nama atau pencatatan peralihan hak
kepemilikan masing-masing harta warisan Pewaris ke atas nama masing-masing ahli waris sebagaimana
yang telah ditetapkan, disetujui dan disepakati oleh para ahli waris dalam Pasal 1 akta ini. Dan selanjutnya
masing-masing ahli waris sesuai dengan hak dan kewenangan yang diberikan dalam akta ini, menghadap
dihadapan pejabat dan/atau instansi yang berwenang, mengajukan permohonan balik nama atau
pencatatan peralihan kepemilikan masing-masing harta warisan Pewaris ke atas nama masing-masing ahli
waris sesuai ketentuan Pasal 1 akta ini, membuat atau suruh membuat, menandatangani surat, dokumen,
dan/atau akta yang diperlukan untuk terlaksananya hal-hal yang dimaksud dalam akta ini sehubungan
dengan pembagian harta warisan pewaris kepada masing-masing ahli waris, dan selanjutnya melakukan
perbuatan hukum apapun yang dibutuhkan untuk terlaksanya yang dimaksud dalam akta ini.

Pasal 6
Para penghadap dengan ini memilih domisili dan tempat tinggal yang tetap serta untuk melakukan
penyelesaian sengketa atau perkara yang timbul dari akta ini pada Kantor Panitera di Pengadilan Negeri
…..

157
Para penghadap dikenal oleh saya, Notaris.
DEMIKIANLAH AKTA INI
-telah dibacakan dan dijelaskan oleh saya, Notaris, kepada para penghadap tersebut di
atas dan para saksi tersebut di bawah ini pada jam, hari, tanggal, bulan dan tahun,
sebagaimana tersebut pada awal akta;
-setelah dibacakan oleh saya, Notaris, maka akta ini telah ditanda-tangani para penghadap
tersebut di atas dan penandatangan akta ini dilakukan di ..........................
-Pada saat akta ini dibacakan dan dijelaskan oleh saya, Notaris, dihadiri dan kemudian turut
ditandatangani oleh para saksi, yaitu :
1. tuan …… (identitas lengkap) …… , dan
2. tuan …… (identitas lengkap) ……;
dan ditandatangani saya, Notaris.
-selain ditandatangani pada minuta akta ini akan dijahitkan pula teraan sidik jari tangan
kanan dan tangan kiri, penghadap tersebut di atas untuk memenuhi ketentuan pasal 16
ayat 1 huruf c Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 pada lembar khusus yang disediakan
untuk itu;
-Dilangsungkan dengan …..

158
11
BALAI HARTA PENINGGALAN

159
BALAI HARTA PENINGGALAN
Staatsblad 1872 Nomor 166 ttg Instruksi Untuk Balai-Balai Harta Peninggalan (Instruktie voor de Weeskamers in Indoesia
Staatsblad 1916 Nomor 517 ttg Instruktie van de Gouverment Landmeters
PMKumham 7/2021 ttg Organisasi & Tata Kerja Balai Harta Peninggalan

TUGAS BHP : (Ps. 2 PMKumham 7/2021) FUNGSI BHP : (Ps. 3 PMKumham 7/2021)
a. pengurusan dan penyelesaian masalah perwalian, pengampuan,
mewakili dan melaksanakan pengurusan harta kekayaan yang pemiliknya dinyatakan tidak hadir
kepentingan subjek hukum dalam rangka (afwezigheid), dan harta peninggalan yang tidak terurus
(onbeheerde nalatenschap);
menjalankan putusan dan/atau b. pendaftaran wasiat terdaftar, pembukaan dan pembacaan surat
penetapan pengadilan atau kepentingan wasiat rahasia/tertutup;
demi hukum di bidang harta peninggalan c.
d.
pembuatan surat keterangan hak waris;
bertindak selaku kurator dalam pengurusan, pemberesan dan
dan berdasarkan ketentuan peraturan pelaksanaan likuidasi perseroan terbatas dalam masalah kepailitan;
perundang-undangan e. penyelesaian penatausahaan uang pihak ketiga;
f. penyusunan rencana program, anggaran, fasilitasi reformasi
birokrasi, pengelolaan teknologi informasi dan hubungan
masyarakat, urusan tata usaha dan kepegawaian, pengelolaan
urusan keuangan, barang milik negara dan rumah tangga serta
evaluasi dan pelaporan BHP; dan
g. tugas lain berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.

160
161
162
Tugas dan kewenangan Balai Harta Peninggalan
a. Fungsi Pengampu atas anak-anak yang masih dalam kandungan (Ps. 348 KUHPerdata);
b. Pengampu Pengurus atas diri pribadi dan harta anak-anak yang masih belum dewasa selama bagi
merika belum diangkat seorang wali (Ps. 359 KUHPerdata);
c. Sebagai wali pengawas (Ps. 366 KUHPerdata jo Ps 47 Instruksi Untuk Balai Harta Peninggalan di
Indonesia);
d. Pengampu Anak Dalam Kandungan (Ps. 348 KUHPerdata jo. Ps 45 Instruksi untuk Balai Harta
Peninggalan di Indonesia);
e. Selaku Wali sementara (Ps. 359 ayat terakhir KUHPerdata jo Ps. 55 Instruksi Untuk Balai Harta
Peninggalan di Indonesia);
f. Mewakili kepentingan si belum dewasa apabila ini bertentangan dengan kepentingan si wali,
dengan tidak mengurangi kewajiban-kewajiban yang teristimewa dibebankan kepada Balai Harta
Peninggalan (Ps.370KUHPerdata);
g. Mewakili kepentingan anak-anak belum dewasa dalam hal adanya pertentangan denag
kepentingan wali mereka (Ps. 370 ayat terakhir KUHPerdata jo Ps 25 a Reglement voor Het Collegie
vab Boedelmeesteren);
h. Melakukan pekerjaan Dewan Perwalian (Besluit van den Gouverneur Generaal tanggal 25 Juli 1927
No. 8 stb. 1927-382);
i. Selaku mengurus harta anak-anak belum dewasa dalam hal pengurusan itu dicabut dari wali
mereka (Ps. 388 KUHPerdata);
j. Pengampu pengawas dalam hal adanya orang-orang yang dinyatakan berada di bawah
pengampuan (Ps. 449 KUHPerdata);
163
k. Mengurus harta kekayaan dan kepentingan orang yang dinyatakan tidak hadir (afwezig) (Ps. 463
KUHPerdata jo Ps. 61 Instruksi Untuk Balai Harta Peninggalan di Indonesia);
l. Mengurus atas harta peninggalan yang tidak ada kuasanya (Ps. 1126, 1127, 1128 dan seterusnya
KUHPerdata);
m. Mendaftar dan membuka surat-surat Wasiat (Ps. 41 dan Ps 42 OV dan Ps 937, 942 KUHPerdata);
n. Membuat Surat Keterangan Waris bagi Warga Negara Indonesia golongan Timur Asing selain
golongan Tionghoa (diubah dengan PM ATR/BPN 16/2021 = Surat Keterangan Waris bagi Warga
Negara Indonesia) Ps. 14 ayat 1 Instructie voor de gouvernements Landmeters in Indonesia Stb.
1916 No. 517, jo Instruksi Bagi Para Pejabat Pendaftaran Tanah di Indonesia Dan Yang Bertindak
Sedemikian dalam Surat Menteri Dalam Negeri cq. Kepala Direktorat Pendaftaran Tanah
Direktorat Jenderal Agraria Departemen Dalam Negeri tanggal 20 Desember 1969 Nomor :
Dpt/12/63/12/69, diubah dengan Peraturan Menteri Negara/Kepala BPN No. 3 Tahun 1997
tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, diubah
dengan Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN No. 16/2021 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Menteri Negara/Kepala BPN No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No.
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah);
o. Melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit selaku Kurator (Ps. 70 ayat (1) UU No. 37
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang jo Ps. 70 Instruksi
Untuk Balai Harta Peninggalan di Indonesia);
p. Melakukan pengelolaan dan pengembangan Uang Pihak Ketiga Balai Harta Peninggalan
berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman.
q. Melakukan penerimaan dan pengelolaan hasil Transfer Dana secara tunai berdasarkan Pasal 37
UU No. 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana.
164
Pasal 111 PM ATR/BPN 16/2021 (2) Apabila pada waktu permohonan pendaftaran peralihan sudah ada
(1) Permohonan pendaftaran peralihan Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas putusan pengadilan atau penetapan hakim/ketua pengadilan atau
Satuan Rumah Susun diajukan oleh ahli waris atau kuasanya dengan akta mengenai pembagian waris, maka putusan/ penetapan atau
melampirkan: akta tersebut juga dilampirkan pada permohonan.
a. Sertipikat Hak Atas Tanah atau Sertipikat Hak Milik Atas Satuan Rumah (3) Akta mengenai pembagian waris sebagaimana dimaksud pada ayat
Susun atas nama pewaris atau alat bukti pemilikan tanah lainnya; (2) dapat dibuat dalam bentuk akta di bawah tangan oleh semua
b. surat kematian atas nama pemegang hak yang tercantum dalam ahli waris dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi atau dengan
Sertipikat yang bersangkutan dari kepala desa/lurah tempat tinggal akta Notaris.
pewaris waktu meninggal dunia, rumah sakit, petugas kesehatan, atau
(4) Apabila ahli waris lebih dari 1 (satu) orang dan belum ada
instansi lain yang berwenang;
pembagian warisan, maka pendaftaran peralihan haknya dilakukan
c. surat tanda bukti sebagai ahli waris dapat berupa:
kepada para ahli waris sebagai pemilikan bersama, dan pembagian
1. wasiat dari pewaris;
hak selanjutnya dapat dilakukan melalui pembagian hak bersama
2. putusan pengadilan;
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. penetapan hakim/ketua pengadilan;
(5) Apabila ahli waris lebih dari 1 (satu) orang dan pada waktu
4. surat pernyataan ahli waris yang dibuat oleh para ahli waris dengan
pendaftaran peralihan haknya disertai dengan akta waris yang
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi dan diketahui oleh kepala
desa/lurah dan camat tempat tinggal pewaris pada waktu
memuat keterangan bahwa Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas
meninggal dunia; Satuan Rumah Susun tertentu jatuh kepada 1 (satu) orang penerima
5. akta keterangan hak mewaris dari Notaris yang berkedudukan di warisan, maka pencatatan peralihan haknya dilakukan kepada
tempat tinggal pewaris pada waktu meninggal dunia; atau penerima warisan yang bersangkutan berdasarkan akta waris
6. surat keterangan waris dari Balai Harta Peninggalan. tersebut.
d. Surat Kuasa Tertulis dari ahli waris apabila yang mengajukan (6) Pencatatan pendaftaran peralihan hak sebagaimana dimaksud pada
permohonan pendaftaran peralihan hak bukan ahli waris yang ayat (1) dilakukan pada buku tanah, Sertipikat, daftar tanah
bersangkutan; dan/atau daftar umum lainnya
e. bukti identitas ahli waris. 165
SEKIAN &
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Dr. KRT. MJ Widijatmoko, SH, SpN


Notaris & PPAT Jakarta Timur 08161129247
Dosen Pasca Sarjana Univ Djuanda Bogor
Dosen S2 Magister Kenotariatan Univ Sebelas Maret Surakarta, Univ Diponegoro Semarang
Univ Pelita Harapan Jakarta, Univ Jayabaya Jakarta

166

Anda mungkin juga menyukai