Anda di halaman 1dari 38

MENUJU KETERANGAN HAK WARIS YANG

UNIFORM
(Wacana pembuktian sebagai ahliwaris dengan
akta notaris)

1
Hukum positif di Indonesia dalam bidang keperdataan berpegang kepada ketentuan
peraturan lama yang merupakan peninggalan masa Hindia Belanda.
PEMBERLAKUAN POLITIK PENGGOLONGAN PENDUDUK
Sebelum 1-1-1920 dan berlakunya Indische Staatsregeling (IS. S.25-415 jo.577, tgl. 23/6-
1925 ) penduduk di Hindia Belanda terbagi atas:
a.Dipersamakan dg gol Europa (semua org beragama Kristen dan org lain yg tidak masuk
pada Indonesiërs);
b. Dipersamakan dg gol Indonesiërs (Arab, Mooren, Tionghoa dan org lain penganut agama
Islam atau mereka yg tidak beragama)

Indische Staatsregeling (IS) d/h Regering op het beleid der Regering van Ned-Indië S.1855-2
jo.1 dalam Pasal 131 IS, dan Pasal 163 IS secara normatif eksplisit mengatur tentang
adanya pembagian golongan penduduk di Hindia Belanda ke dalam 3 golongan:
I. Golongan Eropa
II. Golongan Timur Asing :
Timur Asing – Tionghoa
Timur Asing – bukan Tionghoa
III. Golongan Bumiputera / Pribumi

Akibatnya :
DUALISME DALAM HUKUM PERDATA
2 hukum perdata yang berlaku di Indonesia :
- Hukum Perdata Eropa (Barat)
- Hukum Perdata Adat. 2
Pasal II Undang Undang Dasar 1945 bagian Aturan Peralihan :
(Pasal I Aturan Peralihan Amandemen keempat)
“Segala badan Negara dan peraturan yang ada masih
langsung berlaku,
selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang
Dasar ini”.

• Apabila belum adanya suatu peraturan yang baru


 “peraturan perundangan hukum yang telah berlaku
sebelumnya” tetap diberlakukan .
• Tujuan : menghindari kekosongan hukum.

3
Instruksi Presidium Kabinet Nomor 31/U/IN/12/1966
(27 Desember 1966) menyatakan :

Penghapusan pembedaan golongan penduduk (Eropa, Timur


Asing, dan Bumiputera)
Namun tidak mengurangi berlakunya ketentuan-ketentuan
mengenai perkawinan dan warisan

Praktek : “penggolongan penduduk” masih dikenal – judul akta


kependudukan hanya menyebutkan WNI atau WNA tetapi tetap
mencantumkan Staatsblad dari masing2 golongan

4
Kewarganegaraan Republik Indonesia:
Bangsa: sekelompok manusia, yang sama-sama pernah mengalami penderitaan yang sangat parah,
sehingga merasa senasib sepenanggungan, dan karena itu mempunyai tekad untuk terus hidup
sebagai satu kelompok - “Le desir de vivre ensemble”, Ernest Renan (1889)
1. S.1910-226 jo. S.1927-418 – Nederlands Onderdaanschap van Niet Nederlanders
2. Undang2 no.3/1946 beberapa kali diubah UU no.3/1946, UU no.6/1946, UU no.8/1946, UU
no.11/1948
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Serikat No.33 tahun 1950- Persetujuan Perihal
Pembagian Warga Negara pada tanggal penyerahan kedaulatan (27-12-1949)
4. Peraturan Penguasa Militer No. PRT/PN09/1957 dan Peraturan Penguasa Perang Pusat
No.PRT/PERPU/014/1958
5. Undang-Undang No. 62 tahun 1958
6. Perjanjian antara RI dengan RRC mengenai soal Dwi-Kewarganegaraan, berlaku 20 Januari 1960
7. Undang-Undang No.12 tahun 2006: Warga Negara Indonesia = orang - orang bangsa
Indonesia asli dan orang - orang bangsa lain yang disahkan dengan undang -undang sebagai
WNI

Tidak dibedakan antara Warga Indonesia “asli” atau “keturunan”


5
U2 No 29 Tahun 1999 tentang Pengesahan International Convention on The
Elimination of All Forms of Racial Discrimination 1965
Jo.
U2 No 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras Dan Etnis

Diskriminasi ras dan etnis adalah segala bentuk pembedaan, pengecualian,


pembatasan, atau pemilihan berdasarkan pada ras dan etnis, yg mengakibatkan
pencabutan atau pengurangan pengakuan, perolehan atau pelaksanaan hak asasi
manusia dan kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik,
ekonomi, sosial, dan budaya
Ras adalah golongan bangsa berdasarkan ciri2 fisik dan garis keturunan
Etnis adalah penggolongan manusia berdasarkan kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat
istiadat, norma bahasa, sejarah, geografis, dan hubungan kekerabatan

6
S.1849:25 jo. 1946:136 – WNA dan WNI keturunan Eropa
Kelahiran Umum S. 1917:130 jo.1919:81, 1946:137 – WNA dan WNI keturunan Tionghoa
S. 1920:751 jo.1927:564 – WNI Pribumi Non Nasrani

Akta Kelahiran S. 1933:74 jo.1936:607 – WNI Pribumi Nasrani


Non staatsblad untuk WNA dan WNI keturunan Arab, India dsb
Kelahiran Masal Instruksi Menteri dalam Negeri No.474.1-311, Tgl 5 April 1988
(Dispensasi) tentang Pelaksanaan Dispensasi Akta Kelahiran

Kelahiran Istimewa 1. SK Menteri Dalam Negeri No.474.1.785, tgl 14 Oktober 1989,


tentang Penerbitan Akta Kelahiran bagi yang terlambat
pencatatannya
2. SK Walikota
Penetapan Pengadilan Negeri
Akta Kematian/Pengakuan/Pengesahan anak dan Perkawinan/Perceraian sama; ditambah S.1904:279 untuk
Perkawinan Campuran

Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan mencabut selain Peraturan Pencatatan
Sipil tsb di atas, mencabut pula:
- Buku I Bab Kedua, Bg kedua dan Bab Ketiga KUHPerd
- Undang-Undang No.4 Tahun 1961 tentang Perubahan atau Penambahan Nama Keluarga (LN 1961:5; TLN
No.2154)
Bab V U2 No.23/2006: Pencatatan Sipil yang uniform untuk Kelahiran, Lahir Mati, Perkawinan, Perceraian,7
Kematian, Pengangkatan Anak, Pengakuan Anak dan Pengesahan anak jo U2 24/2013
Hukum Keluarga dan Hukum Waris  sulit diunifikasikan

Mochtar Kusumaatmadja :
Bidang hukum yang sangat erat dengan kehidupan budaya & spriritual masyarakat
untuk sementara harus dibiarkan atau hanya dapat digarap setelah segala aspek
dari suatu perubahan serta akibatnya diperhitungkan dan dipertimbangkan masak-
masak.
Sudargo Gautama :
khusus dalam bidang hukum kekeluargaan ==== agama dan kepercayaan,
Unifikasi hukum tidak dapat dicapai dalam waktu dekat.
R.Subekti:
Hukum waris – bidang hukum sensitip atau rawan, berkaitan dengan adat istiadat
dan agama –Kebhinekaan masyarakat Indonesia
Supomo:
Unifikasi bagi semua golongan hukum berkenaan dengan bidang hukum keluarga –
tidak mungkin
Sunaryati Hartono:
Bagaimanapun muculnya pluralisme, mau tidak mau tidak lagi kita biarkan bagian
hukum yang sensitif tidak tersentuh, terkatung2 tidak menentu

8
Sistem Hukum Waris di Indonesia dan Pemikiran ke arah Unifikasi Hukum Waris

Hingga kini berlaku :


Hukum Waris Islam;
Hukum Waris Adat;
Hukum Waris KUHPerd

MPRS II/MPRS/1960 – pemikiran ke arah unifikasi di bidang hukum waris

Simposium Hukum Waris Nasional (1989) INI diwakili oleh R.Soerojo Wongsowidjojo
mengemukakan masalah praktek notaris disebabkan:
a. Berbeda-bedanya Hukum Waris bagi bangsa Indonesia (pluralisme)
b.Tidak lengkapnya pengaturan instansi mana yang diberi wewenang untuk
membuat ketetapan/keterangan hak waris

Usaha dalam menyusun Hukum Waris Nasional


- dimulai di bidang - bidang yang cukup netral
- formalitas dan bidang administrasi saja
- pola penyusunannya dapat dilakukan sesuai dengan UU Perkawinan
( kemungkinan diterapkannya hukum dari masing masing golongan )
9
Pasal 66 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan :

“ Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan “


KUHPerdata ,
Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen (HOCI), sejauh telah diatur dalam UU ini
Peraturan Perkawinan Campuran dinyatakan tidak berlaku
Peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan

Butir (2) Penjelasan umum UU Nomor 1 Tahun 1974, yaitu :

Peraturan lama Tetap berlaku bagi :


Hukum agama yang diresipiir dalam hukum adat Orang Indonesia asli (Islam)

Hukum Adat Orang Indonesia lainnya


HOCI
KUHPerdata dengan sedikit perubahan Timur Asing Cina dan WNI Ket. Cina
Hukum Adat masing-masing Timur Asing lainnya dan WNI Ket. Timur Asing
lainnya
KUHPerdata Orang Eropa dan WNI Ket. Eropa

* kecuali untuk hal-hal yang sudah diatur dalam UU ini


10
PEWARISAN 1. kematian seseorang - Pewaris
2. Harta kekayaan yang ditinggalkan pewaris
( harta peninggalan ).
3. Ahli waris

HUKUM WARIS  cara penerusan dan peralihan hak dan kewajiban Pewaris
(harta peninggalan atau harta kekayaan ) kepada yang berhak mewaris.

• Seseorang meninggal dunia

• Siapa ahli warisnya ? hukum waris yang berlaku bagi pewaris ?


“ Sistem hukum waris yang akan digunakan tergantung pada hukum waris yang
berlaku bagi yang meninggal dunia “

Untuk menentukan / membuktikan :

Keterangan Ahli Waris/Keterangan Hak Waris ( dasar penentuan para ahli waris )
11
INSTITUSI YANG BERHAK MEMBUAT KETERANGAN WARIS

• Kebiasaan dan Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997
Pasal 111 ayat (1) huruf c angka 4 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No.24/1997:

Bentuk Institusi

WNI Penduduk Asli Surat Keterangan Ahli Waris Oleh para ahli waris + 2 saksi,
dikuatkan oleh Kepala Desa / Lurah
dan Camat
WNI Ket. Tionghoa Akta Keterangan Hak Mewaris Notaris

WNI Ket. Timur Asing Lainnya Surat Keterangan Waris Balai Harta Peninggalan

Tidak ada aturan formal yang sama untuk seluruh golongan penduduk di Indonesia

Perbedaan cara pembuatan dan pejabat yang berwenang

12
KHW untuk WNI Penduduk Asli
Dibuat dibawah tangan, bermeterai oleh para ahliwaris sendiri dengan 2
saksi dan diketahui atau dikuatkan oleh Lurah/Kepala desa dan Camat
setempat sesuai dengan tempat tinggal terakhir pewaris.
Di dalam Undang2 No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diganti
Undang2 No. 23/2014 :
 Tidak tercantum wewenang camat (Pasal 126 ayat 2 dan 3), lurah/kepala
desa (Pasal 127 ayat 2 dan ayat 3) untuk turut serta mengetahui,
menyaksikan dan menandatangani Surat Keterangan Waris.
 Camat menyelenggarakan tugas umum pemerintahan,
 Camat / Lurah / Kepala Desa - Pejabat Tata Usaha Negara - Hukum
Administrasi Negara

 Keterangan Waris - berada dalam ruang lingkup Hukum Perdata, bukan


dalam ruang lingkup Hukum Administrasi.
- gugatan dari masyarakat  Pengadilan Tata Usaha Negara ?
Pengadilan umum ?

13
Beberapa catatan:
1.Pengadilan Agama – penetapan ahliwaris dengan judul Pemisahan dan Pembagian
Warisan Diluar Sengketa (Pasal 236a HIR*) sesuai petunjuk SEMA no. 2/1990 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Undang2 no. 7/1989 tentang Peradilan Agama – isinya murni
penetapan/fatwa waris;

*Ps 236a HIR: “Atas permintaan sekalian ahliwaris atau bekas istri orang yang
meninggal, maka pengadilan negeri memberi bantuan, walaupun tak ada perselisihan,
untuk mengadakan pemisahan harta benda diantara orang2 bangsa Bumiputera yang
beragama apa juapun serta membuat surat-aktanya”

14
2. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 2/1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Undang-Undang No.7 Tahun 1989.
Petunjuk perkara orang2 beragama Islam di bidang kewarisan - masalah pilihan
hukum, berlaku bagi mereka yang hukum warisnya tunduk pada:
Hk Adat dan/atau Hukum Islam atau tunduk pada Hukum Perdata Barat dan/atau
Hk Islam boleh memilih :
- Hk Adat atau Hukum Perdata Barat - wewenang Pengadilan Negeri; atau
- Hk Islam yang menjadi wewenang Pengadilan Agama.

3. Penjelasan Umum angka 2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang


Pengadilan Agama:
“Bidang kewarisan adalah mengenai penentuan siapa-siapa yang menjadi ahliwaris,
penentuan harta peninggalan penentuan bagian masing-masing ahliwaris dan
pelaksanaan pembagian harta peninggalan tersebut, bilamana pewarisan tersebut
dilakukann berdasarkan hukum Islam. Sehubungan dengan hal tersebut, para
pihak sebelum berperkara dapat mempertimbangkan untuk memilih hukum apa
yang akan dipergunakan dalam pembagian warisan”.

15
4. Mahkamah Agung (MA) menafsirkan Pasal 2 ayat (2) U2 No. 14/1970 Tentang
Ketentuan2 Pokok Kekuasaan Kehakiman yang mengatur bahwa disamping tugas
dibidang contentieuse jurisdictie dapat pula diberikan tugas lain yaitu voluntaire
jurisdictie asal berdasarkan peraturan perundangan, misalnya, PN berwenang
menetapkan pengangkatan wali untuk anak dibawah umur (Pasal 300-301
KUHPerd);

Tidak ada U2 yang tegas memberi kewenangan kepada pengadilan


PN/Pengadilan Agama tidak berwenang menerbitkan penetapan/fatwa waris diluar
sengketa (22-1-1992 No. 01/PK/AG/1991 yang membatalkan Penetapan Ahliwaris
Diterbitkan oleh Pengadilan Agama Pandeglang 14-4-1890 (Romadhon 1410 H).

5. Pilihan hukum dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 telah dihapuskan dalam
Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7
Tahun 1989 jo U2 No. 50/2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang2 No 7/ 1989
tentang Peradilan Agama

Ps 49 PA bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan


perkara di tingkat pertama antara orang2 yg beragama Islam di bidang:
a.perkawinan; b. waris (…)
16
KHW untuk WNI keturunan Timur Asing Tionghoa

Wet op het Notarisambt (Ned) S.1842 nr 20 = Reglement op het Notaris-Ambt in


Indonesie S 1860 nr 3 - Konkordansi dengan Ps 14 ayat 1 dan 3 Wet op de Grootboeken
der Nationale Schuld (S.1931-105) :

Ps 14 ayat 1 – “Para ahliwaris atau dalam hal seseorang sesuai dengan Ps 524 BW
(Ned) dengan keputusan pengadilan dinyatakan diduga meninggal, yang diduga ahliwaris
daripadanya, yang mempunyai suatu hak terdaftar dalam buku-buku besar utang utang
nasional, harus membuktikan hak mereka dengan suatu keterangan hak waris setelah
kematian atau diduga meninggalnya pewaris dibuktikan.”

Ps 14 ayat 3 – “Jika suatu warisan terbuka dinegeri ini (Nederland), keterangan hak waris
dibuat oleh seorang notaris. Akta yang dibuat dari keterangan ini harus dikeluarkan in
originali.”

17
Dasar pembuatan KHW (Peraturan Jabatan Notaris S. 1860-3)

- Asas Konkordansi - Pasal 14 de Wet op de Grootboek der Nationale Schuld


(Undang-undang tentang Buku Besar Perutangan Nasional di Belanda )

- Surat Edaran Departemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Agraria tanggal


20 Desember 1969 No. Dpt/12/63/12/69;

- Fatwa Mahkamah Agung, atas permintaan dan ditujukan kepada Ny. Sri Redjeki
Kusnun, SH, tertanggal Jakarta, 25 Maret 1991 No. KMA/041/III/1991 jo.
Surat Ketua Mahkamah Agung kepada Ketua Pengadilan Tinggi, Pengadilan Tinggi
Agama, Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama di seluruh Indonesia tertanggal
Jakarta, 8 Mei 1991 No. MA/Kumdil/171/V/K/1991;

- Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Pasal 42


ayat (1) juncto Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997, Pasal 111 ayat 1 huruf c angka 4.

Diterima oleh doktrin dan yurisprudensi di Indonesia, dianggap sebagai hukum kebiasaan

18
KHW di Nederland – sebagai perbandingan

1)Notariswet S.1842 nr 20 tidak mengatur secara eksplisit pembuatan KHW oleh


notaris
KHW didasarkan pada Pasal 14 ayat 1 dan ayat 3 Wet op de Grootboeken der
Nationale Schuld;

2) Setelah berlakunya Notariswet S.1999 nr 190, diatur di dalam Pasal 47 ayat (1)
dan ayat (3): Keterangan Hak Waris dapat dibuat dibawah tangan – ketentuan2
Pasal-Pasal 20, 40 ayat 1, 41, 42 dan 45 (mutatis mutandis) berlaku.
KHW dibuat baik dalam bentuk akta otentik maupun akta di bawah tangan yang
mempunyai kekuatan pembuktian suatu akta otentik.

3) Perubahan terakhir dimuat di dalam Ps 49b ayat (1) Wet op het Notarisambt
bahwa notaris memberikan dari protokolnya salinan dari keterangan ahliwaris
kepada mereka yang berkepentingan dalam hubungannya dengan pewaris.
Bentuk KHW adalah akta notaris (sumber www.wet-en-regelgeving-notariat.nl,
2/2019)

19
KHW untuk WNI keturunan Timur Asing lainnya
Pembuatan surat keterangan waris oleh Balai Harta Peninggalan
Instructie voor de de Weeskamers in Indonesia (College van Boedelmeesteren dari
Weeskamer) – Pasal 14 ayat 1, 2 Ordonannantie 22-7-1916 jo.S.1916-517 (Instructie van
de Gouvernements Landmeters)

“Pada terjadinya peralihan benda tidak bergerak karena pewarisan ab intestato bagi
mereka yg disamakan dg gol Bumiputra, sejauh kpd mereka tidak dapat diterapkan hk
waris bagi gol Eropa, maka Landmeter sebelum melakukan tindakan hk harus minta bukti
dari BHP (Wees en Boedelkamer) mengenai hak mewaris dan pembagiannya serta
bagaimana seharusnya dilakukan peralihannya (…)”

Balai Harta Peninggalan - secara struktural kelembagaan adalah lembaga pemerintah -


ruang lingkup Departemen Hukum dan HAM – urusan pemerintah

Bukti ahliwaris merupakan bukti perdata – tidak tepat dikeluarkan oleh pejabat yang
tunduk pada Hukum Administrasi

Hanya terdapat 5 (lima) BHP - Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Makassar.
20
KHW untuk WNI - Timur Asing bukan Tionghoa
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No 7 Thn 2021 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Harta Peninggalan (Permenkumham 7/2021).
Di dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Permenkumham 7/2021 disebutkan sebagai berikut:

“Pasal 2
BHP mempunyai tugas mewakili dan melaksanakan pengurusan kepentingan subjek
hukum dalam rangka menjalankan putusan dan/atau penetapan pengadilan atau
kepentingan demi hukum di bidang harta peninggalan dan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan

Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 2, BHP menyelenggarakan
fungsi:
(…) c pembuatan surat keterangan hak waris;
d (…).

Golongan penduduk mana yang dimaksudkan Pasal 3c Permenkumham 7/2021 dalam


hal kewenangan pembuatan SKW tersebut oleh BHP?
 
21
- Golongan Timur Asing bukan Tionghoa berdasarkan S.1924 nr 556 –
Bepalingen voor geheel Indonesië betreffende het burgerlijk en handelsrecht der
Vreemde Oosterlingen andere dan Chineezen, berlaku:
- seluruh hukum keperdataan dan hukum dagang, hukum kepalitan, kecuali
- hukum keluarga, hukum perkawinan, hukum harta benda perkawinan, hukum
waris ab intestato.

Di dalam Art. 1 angka 2 S.1924-556 :


(…) 2. Bahwa bagi mereka (Timur Asing bukan Tionghoa) dengan diberlakukannya
Buku I, bagian 13 (Tentang Balai Harta Peninggalan dan Dewan-dewan Perwalian)
bab 15 (Tentang kebelumdewasaan dan perwalian) tentang “Balai Harta Peninggalan”
yang oleh colleges (balai) di dalam melaksanakan tugasnya berkaitan dengan
penundukan terhadap hukum perdata mengingat tidak dapat diterapkan atau
dinyatakan berlakunya perundang2an Eropa bagi golongan Timur Asing ini (bukan
Tionghoa), akan mengikuti instruksi dan reglemen dari college van Boedelmeesteren *

*W.A.Engelbrecht, De Wetboeken, Wetten en Verordeningan Benevens De Grondwet Van 1945


van De Republiek Indonesië, Les Editions A.Manteau S.A. Bruxelle, A.W. Sijathoff’s
Uitgeversmaatschappij N.V., Leiden 1960, h. 377.
22
-Pada waktu dinyatakannya berlaku S.1924 nr 556 bagi Golongan Timur Asing bukan
Tionghoa , maka bagi golongan Timur Asing Tionghoa berdasarkan S. 1917-129 jis
1919-81, 1924-557 telah dinyatakan berlaku seluruh hukum keperdataan dan hukum
dagang termasuk Hukum Waris KUHPerd,
- sehingga terpisahkan mengenai Hukum Waris dan pejabat yang melakukan
pembuatan SKW (antara Timur Asing bukan Tionghoa dengan Timur Asing
Tionghoa)

sedangkan

- Bagi golongan Timur Asing bukan Tionghoa berdasar Art. 1 angka 2 S.1924-556
berlaku:
1) reglement College van Boedelmeesteren (Reglement voor het Collegie van
Boedelmeesteren te Djakarta, Besluit van de Commissaris-Generaal over
Nederlands Indië van 31 Mei 1828 No 30, S.1828 - 46) jo Instructie voor de
Weeskamers in Indonesië (Ord. 5-10-1872 S. 72-166).
2) instruksi (Instructie voor de Gouvernements landmeters in Indonesië en als
zoodanig fungeerende personen - Ordonantie 22-7-1916 jo.S.1916-517): dan

(W.A.Engelbrecht, De Wetboeken , Wetten en Verordeningan Benevens De Grondwet Van 1945


van De Republiek Indonesië, Les Editions A.Manteau S.A. Bruxelle, A.W. Sijathoff’s
Uitgeversmaatschappij N.V., Leiden 1960, h. 791 jo.hh. 855, 774). 23
 
Di dalam ketentuan Pasal 1 angka 3 reglement College van Boedelmeesteren
(Reglement voor het Collegie van Boedelmeesteren te Djakarta, Besluit van de
Commissaris-Generaal over Nederlands Indië van 31 Mei 1828 No 30, S.1828 - 46) jo
Instructie voor de Weeskamers in Indonesië (Ord. 5-10-1872 S. 72-166).

- bahwa Collegie van Boedelmeesteren ditujukan untuk mengisi kekosongan


pengaturan boedel dan harta peninggalan yang tidak terurus dari orang Indonesiërs,
Arabieren, Mooren, Chinezen dan orang-orang yang tidak beragama Kristen sejauh
tidak jelas dalam keadaan insolven dan tidak adanya surat wasiat, codicil, dan
diangkatnya pengurus boedel (boedelredderaars), pelaksana wasiat, wali bagi
mereka yang di bawah umur (…).
Collegie van Boedelmeesteren harus meneliti siapa yang berhak mengatur atau
berkewajiban atas boedel, dilakukan penelitian siapa yang berhak atas boedel
untuk diberikan kepada para ahliwaris yang sah. Singkat kata tata cara dan
kewajiban yang harus dilakukan Collegie van Boedelmeesteren dalam hal
penentuan para ahliwaris.
 

24
- Instructie voor de Gouvernements landmeters in Indonesië en als zoodanig
fungeerende personen - Ordonantie 22-7-1916 jo.S.1916-517 (Instructie van de
Gouvernements Landmeters)

Pasal 14 menyebutkan dalam hal peralihan dari seluruh atau sebagian benda tidak
bergerak, sebagai akibat dari pewarisan ab intestato bagi mereka yang dipersamakan
dengan Indonesiers (Arab, Mooren, Tionghoa dan penganut agama Islam
(Mahomedanen) atau mereka yang tidak beragama (Heidenen) sejauh kepada mereka
tidak dapat diterapkan hukum waris Eropa, maka Landmeters (ahli ukur), sebelum
landmeterskennissen (keterangan ahli ukur) diberikan, harus dikonsultasikan mengenai
bukti dari Wees en Boedelkamer atau para pejabatnya.

Kewenangan BHP (Weeskamer) untuk KHW bagi warganegara Indonesia golongan


Timur Asing bukan Tionghoa adalah berdasarkan - Pasal 1 angka 3 Reglement voor
het Collegie van Boedelmeesteren te Djakarta, Besluit van de Commissaris-Generaal
over Nederlands Indië 31 Mei 1828 No 30, S.1828 – 46;
jo. Pasal 14 ayat (1) Instructie voor de Gouvernements landmeters in Indonesië en als
zoodanig fungeerende personen - Ordonantie 22-7-1916, S.1916-517; - jo Art. 1 angka 2
S.1924-556.
25
Gol Timur Asing bukan Tionghoa - S.1924 nr 556 – berlaku:
- hk keperdataan, hk dagang, hk kepalitan, kecuali
- hk keluarga, hk perkawinan, hk hrt benda perkawinan, hk waris ab intestato
Art. 1 angka 2 S.1924-556 : ttg Balai Harta Peninggalan dlm melaksanakan tugas akan mengikuti
instruksi dan reglemen dari college van Boedelmeesteren

Instructie voor de Gouvernements landmeters in College van Boedelmeesteren (Reglement


Indonesië en als zoodanig fungeerende voor het Collegie van Boedelmeesteren te
personen - Ordonantie 22-7-1916 jo.S.1916- Djakarta, Besluit van de Commissaris-
517) Generaal over Nederlands Indië van 31 Mei
Pasal 14: dalam hal peralihan dari seluruh atau 1828 No 30, S.1828 – 46
sebagian benda tidak bergerak dari pewarisan Ps 1 ayat (3) mengisi kekosongan pengaturan
ab intestato bagi mereka yang dipersamakan boedel yg tdk terurus dr org Indonesiërs,
dengan Indonesiërs, (Arab, Mooren, Tionghoa Arabieren, Mooren, Chinezen dan orang-
dan penganut agama Islam (Mahomedanen) orang yang tidak beragama Kristen – yg tdk
atau mereka yang tidak beragama (Heidenen) - jelas dlm keadaan insolven, tidak adanya
kepada mereka tdk dpt diterapkan hk waris surat wasiat,codicil, diangkatnya pengurus
Eropa - Landmeters (ahli ukur), sebelum boedel, pelaksana wasiat, wali bagi mereka
landmeterskennissen (keterangan ahli ukur) yang di bawah umur (…), Collegie van
diberikan, harus dikonsultasikan mengenai bukti Boedelmeesteren harus meneliti siapa yang
(ahliwaris) dr Wees en Boedelkamer atau para berhak atas boedel dalam hal penentuan para
pejabatnya. ahliwaris.

26
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No. 7 Tahun 2021 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Harta Peninggalan dapat disimpulkan sbb:

a)“Pasal 3, Sub c. pembuatan surat keterangan hak waris” oleh BHP dimaksudkan
dan ditujukan bagi (“sisa” dari) mereka yang dipersamakan dengan Indonesiërs (Arab,
Moore, Tionghoa dan penganut agama Islam (Mahomedanen) atau mereka yang tidak
beragama (Heidenen)) yakni golongan Timur Asing bukan Tionghoa;
b) Permenkumham 7/2021 adalah peraturan Menteri yang tidak dapat mengubah
undang-undang yakni:
- “Staatsblad 1916 Nomor 517 tentang Instruktie Van De Gouvernement
Landmeters” (yang seharusnya berbunyi Instructie voor de Gouvernements
Landmeters in Indonesie en als zoodanig fungeerende personen berdasarkan
Ordonantie 22 Juli 1916 jo Instructiën en reglementen voor het voormalige
College van Boedelmeesteren (di atur di dalam Reglement voor het Collegie
van Boedelmeesteren te Djakarta, Besluit van de Commissaris-Generaal over
Nederlands Indie van 31 Mei 1828 No 30, S. 1828-46)”.
 

27
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
(PMNA/KBPN No 16/2021)

Petunjuk bagi pendaftaran tanah apabila hendak melakukan pendaftaran peralihan


hak karena warisan disebutkan di dalam:
Pasal 111 ayat (1) huruf c angka 4 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2021
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional (PMNA/KBPN No 16/2021) No 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah:


Surat tanda bukti sebagai ahliwaris dapat berupa:
1. Wasiat dari pewaris;
2. Putusan pengadilan;
3. Penetapan hakim/ketua pengadilan;
4. Surat pernyataan ahliwaris yang dibuat oleh para ahliwaris dengan
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi dan dietahui oleh Kepala Desa/Lura
dan Camat tempat tinggal pewaris pada waktu meninggal dunia;
5. Akta keterangan hak mewaris dari Notaris yang berkedudukan di tempat
tinggal pewaris pada waktu meninggal dunia; atau
6. Surat keterangan waris dari Balai Harta Peninggalan.
28
NB: di dalam praktik, Bank tidak menerima KHW dalam bentuk no. 4 tetapi harus dibuat
dalam bentuk akta notaris
Kewenangan notaris dalam pembuatan Keterangan Hak Waris

-Tidak ada peraturan perundangan yang mendasari cara pembuatan keterangan hak
waris
-Notaris bebas dan tidak terikat pada peraturan mengenai bentuk akta.
- akta di bawah tangan,
- membuat minuta dari keterangan yang diberikan oleh para
saksi sedangkan keterangan waris dibuatnya di bawah tangan,
- membuat keterangan waris dengan minuta
-Sampai saat ini masih belum ada dasar hukum yang jelas dan pasti bagi
kewenangan notaris dalam pembuatan Keterangan Hak Waris.

-UU Jabatan Notaris tidak mencantumkan secara eksplisit.

29
Notaris
Pengertian Notaris ( Ps. 1 angka 1 UUJN ) :
“ Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
autentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.”

Kewenangan Notaris ( Ps. 15 UUJN )


Wewenang utama dari notaris : membuat akta autentik.
Sumber autentisitas akta notaris :
Pasal 1868 KUH Perdata - - - Ps. 1 angka 1 & angka 7 UUJN
(Akta Notaris yg selanjutnya disebut akta adalah akta autentik yg dibuat
oleh atau dihadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yg
ditetapkan UUJN).

Akta – Autentik, syarat :


1. Dibuat “oleh” (door) atau “di hadapan” (ten overstaan) seorang
pejabat umum;
2. Dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang;
3. Pejabat umum oleh – atau di hadapan siapa akta itu dibuat harus
mempunyai wewenang untuk membuat akta itu.
30
• G.H.S Lumban Tobing – Notaris harus berwenang meliputi 4 hal sbb :
– menyangkut akta yang dibuat itu;
– sepanjang mengenai orang-orang, untuk kepentingan siapa akta itu dibuat;
– sepanjang mengenai tempat, di mana akta itu dibuat;
– sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu.

Akta Relaas / Akta Pejabat - dibuat oleh notaris


• Jenis akta yang
dibuat oleh notaris Akta Pihak - dibuat di hadapan notaris

• 2 (dua) aliran/paham di kalangan notaris dalam membuat Keterangan Hak waris :


– Autentik, yaitu dalam bentuk Akta Pihak ;
– Akta Bawah Tangan yang dibuat(kan) oleh Notaris.

• Tan Thong Kie : Pembuatan KHW oleh notaris di Indonesia tidak mempunyai dasar dalam
undang-undang; demikian pula pendapat Ting Swan Tiong, Oe Siang Djie,
Praktek notariat di Indonesia, pada umumnya dibuat sebagai akta di bawah tangan
-> bukan akta relaas maupun akta pihak.

31
• Pasal 15 ayat (2) UUJN --- “ beberapa akta yang menjadi kewenangan notaris “
 mengenai pembuatan Keterangan Hak Waris tidak dicantumkan secara eksplisit.

• Pasal 15 ayat (3) UUJN


“Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang - undangan”
 tidak jelas apakah pembuatan Keterangan Waris termasuk ke dalam kewenangan tsb.

• RUU -JN
Kewenangan notaris untuk membuat Keterangan Hak Waris
- eksplisit - pasal 16 ayat 2 huruf b.
• Pembahasan di DPR - dihapus – dianggap diskriminatif.

Menimbulkan beberapa pertanyaan :

1. Pembuatan Keterangan Hak Waris oleh Notaris di Indonesia hanyalah berdasarkan


kebiasaan saja seperti pada saat sebelum berlakunya UUJN ; atau

2. Mengenai kewenangan notaris dalam pembuatan Keterangan Hak Waris dapat juga
dicarikan landasan hukum dalam UUJN dari pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) yang mengatur
mengenai Kewenangan Notaris; atau

3. Pembuat undang-undang mempunyai politik hukum kearah unifikasi hukum.

32
Sumber hukum: perU2an, kebiasaan, putusan pengadilan, doktrin, asas2 huikum

politik hukum + kesadaran hukum

tata nilai + filsafat hukum (negara)


- Asas konkordansi sejak kemerdekaan RI tidak tepat lagi
- Dasar Pasal 111 ayat 1 huruf c angka 4 PMNA/KBPN No.3/1997 jo
Permenag/Kepala BPN No 16/2021 Tentang Ketentuan Pelaksanaan PP
No.24/1997

- tidak mengikat umum – Menteri Koodinator dan Menteri Negara hanya membentuk
keputusan yang bersifat intern (Maria Farida Indrati Soeprapto);
- Bagir Manan dan Kuntara Magnar: PerU2an = putusan tertulis, ditetapkan,
dikeluarkan oleh lembaga/pejabat negara yang mempunyai fungsi legislatif
33
Pembuatan keterangan waris oleh instansi yang berlainan hendaknya diakhiri karena sudah
tidak relevan lagi pada saat ini.

 Pergaulan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk


( suku bangsa, agama, dan kebudayaan ).
 Perkawinan antar suku/golongan/agama - unsur yang berlainan hukum warisnya.

Usaha menghapuskan penggolongan penduduk melalui peraturan perundang-undangan :


1. UU Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan
2. UU Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan jo U2 24/2013

 Tidak dibedakan antara Warga Indonesia “asli” atau “keturunan”


 Warga Negara Indonesia : * orang - orang bangsa Indonesia asli
* orang - orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang -undang sebagai WNI

+ cita - cita unifikasi hukum waris nasional

Keterangan Ahli Waris dalam bentuk akta autentik untuk Warga Negara Indonesia

34
Contoh Keterangan Hak Waris di Nederland- dibuat dalam bentuk minuta
(lambang)
KETERANGAN HAK WARIS

Pada hari ini, tanggal…, saya, Mr… notaris di … setelah yakin atas segala
sesuatu menurut kemampuan saya, bersama ini menyatakan sebagai
berikut:
Pada tanggal … di … telah meninggal … selanjutnya disebut “pewaris”.
Pewaris mempunyai kewarganegaraan Nederland.
Pewaris dilahirkan di … pada tanggal … dan alamat terakhir pewaris adalah…
Pewaris telah menikah dengan harta campur dengan Nyonya… lahir di … pada
tanggal… yang untuk kedua orang ini merupakan pernikahan mereka satu-
satunya. Pernikahan tersebut berakhir karena meninggalnya istri di tahun …
Sewaktu meninggal status pewaris adalah tidak menikah dan tidak tercatat
sebagai kawan hidup.
Dari pernikahan dengan Nyonya…tersebut telah lahir empat orang anak yang
kini masih hidup:
1. Tuan …, lahir di … tinggal di …, menikah;

35
2. Nyonya …, lahir di … tinggal di …, menikah;
3. Tuan …, lahir di …, tinggal di …, tidak menikah;
4. Tuan …, lahir di …, tinggal di…, tidak menikah.
Peraturan wasiat
Terakhir pewaris mengatur harta peninggalannya dengan surat wasiat
tertanggal… yang dibuat di hadapan notaris … di …(Indonesia), dan dalam
surat wasiat tersebut pewaris:
Menunjuk sebagai para ahliwaris satu-satunya anak-anaknya yang disebut di
butir 2 dan butir 3;
Menunjuk anak laki-lakinya yang disebut di butir 3 sebagai pelaksana wasiat
atas harta peninggalannya.
Hak Waris yang berlaku:
Atas harta peninggalan pewaris, sesuai dengan penerapan peraturan-
peraturan hukum perdata internasional sejauh cara pewarisan harta benda
dari pewaris yang terletak di Nederland, berlaku hak waris Indonesia.
Menurut hak waris ini, dengan syarat mereka menuntut diberlakukannya hak
waris yang sah, maka para ahliwaris dari pewaris yang disebut di butir-butir 2
dan 3

36
masing-masing berhak atas lima per enam belas (5/16) bagian dan anak-anak
yang disebut di butir-butir 1 dan 4 masing-masing berhak atas tiga per enam belas
(3/16) bagian.
Tuntutan legal
Tuan … dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama dirinya sendiri mengadakan
tuntutan atas bagian yang legal dan bersama-sama dengan saudara
perempuannya, Nyonya… sebagai pengurus bersama atas harta benda Tuan …
tersebut di atas, mengadakan tuntutan atas bagian legal dari …
Menerima harta peninggalan
Berdasarkan surat-surat pernyataan yang terlampir pada akta ini ternyata bahwa
anak-anak pewaris yang disebut di butir-butir 2 dan 3 menerima harta peninggalan
pewaris.
Wewenang untuk menguasai
Berdasarkan hal-hal di atas maka Tuan … yang disebut di butir 3, berwenang
untuk menguasai semua benda yang termasuk dalam harta peninggalan pewaris,
untuk menagihnya, menerimanya dan memberi tanda pelunasannya.

37
Ketentuan untuk pengecualian
Dalam surat wasiat tersebut tidak terdapat sesuatu ketentuan untuk
pengecualian.
Dokumen-dokumen yang dilampirkan
Pada akta ini dilampirkan:
Dua surat pernyataan menerima harta peninggalan;
Satu surat pernyataan megadakan tuntutan atas bagian yang legal;
Penetapan dari pengadilan negeri.
DEMIKIAN AKTA INI:
Dibuat sebagai minit dan ditandatangani oleh saya, notaris di … pada tanggal
yang disebut di awal akta ini.
(kemudian terdapat tanda tangan notaris)

SEBAGAI SALINAN.
Stempel/tanda tangan

38

Anda mungkin juga menyukai