Anda di halaman 1dari 6

KERAGKA ACUAN KERJA (KAK)

PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT


MENULAR TBC (TUBERCULOSIS)
UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP TALANG JAWA

DINAS KESEHATAN LAMPUNG SELATAN , TAHUN ANGGARAN


2022

SKPD : DINAS KESEHATAN

BIDANG : PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

PROGRAM :PENCEGAHAN DAN PENANGUIANGAN PENYAKIT


MENULAR

SASARAN PROGRAM :PEI.AKSANAAN PELAYANAN PE NCEGAHAN DAN


PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR TBC
( TUBERCULOSIS )

KEGIATAN :PELAKSANAAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN


PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR TBC
( TUBERCULOSIS )

SUB KEGIATAN :

- BELANJA BAHAN HABIS PAKAI


- BELANJA ALAT TULIS KANTOR
- BELANJA CETAK DAN PENGGANDAAN
- BELANJA PERJALANAN DINAS DALAM DAERAH
- BELANJA PEUALANAN DINAS LUAR DAERAH

DETIL KEGIATAN :

i. BELANJA BAHAN HABIS PAKAI


- BELANJA ALAT TULIS KANTOR
ii. BEI.ANJA JASA KANTOR
- HONORARIUM PENGAWAS MINUM OBAT
PENDERITA TB (PMO)
iii. BELANJA CETAK DAN PENGGANDAAN
- PHOTO COPY ( 1 PAKET )
iv. BELANJA DINAS DALAM DAERAH
- PELACAKAN TB MANGKIR
- MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM TB
v. BELANJA PERJALANAN DINAS LUAR DAERAH
- KONSULTASI PROGRAM TB DI DINAS
KESEHATAN LAMPUNG SELATAN

I. Pendahuluan

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman


Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian kuman Tuberkulosis menyerang paru dan dapat
juga menyerang organ tubuh lainnya. Oleh karena itu perlu diupayakan Program
Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit Paru.
Sejak tahun 1995, Program pemberantasan penyakit Tuberkulosis paru telah
dilaksanakan dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) yang
direkomendasikan oleh WHO.
Penanggulangan TB dengan strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan
yang tinggi. Menurut Bank Dunia strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang
paling Cost Efective.

II. Latar Belakang

Komitmen global dalam mengakhiri Tuberkulosis dituangkan dalam End TB


Strategy yang menargetkan penurunan kematian akibat Tuberkulosis hingga 90% pada
tahun 2030 dibandingkan tahun 2015, pengurangan insiden Tuberkulosis sebesar 80%
pada tahun 2035 dibandingkan dengan tahun 2015, dan tidak ada rumah tangga yang
mengalami biaya katastropik akibat TB pada tahun 2030. Dalam End TB strategy
ditegaskan bahwa target tersebut diharapkan tercapai dengan adanya inovasi, seperti
pengembangan vaksin dan obat TB dengan rejimen jangka pendek (WHO, 2019e).
Komitmen global yang ditunjukkan perumusan End TB Strategy kemudian
ditindaklanjuti dengan pertemuan WHO Global Ministerial Conference di Moskow pada
bulan November 2017, Terdapat tiga kesepakatan yang dihasilkan, yakni: 1) peningkatan
kerjasama multisektoral, 2) evaluasi ketercapaian target dan 3) membangun akuntabilitas
dalam pencapaian target End TB Strategy pada tahun 2030 (WHO, 2019f). Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia telah menyusun Peta Jalan Eliminasi Tuberkulosis di
Indonesia 2020-2030. Dalam dokumen tersebut, disebutkan target penurunan insidensi
tuberkulosis mendekati 65 kasus per 10.000 penduduk pada tahun 2030.
Pencapaian target eliminasi tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2030 dioptimasi
dengan pemodelan epidemiologi tuberkulosis menggunakan perangkat Tuberculosis
Impact Model and Estimates (TIME). Pemodelan menggambarkan proyeksi insidensi
tuberkulosis pada beberapa waktu yang akan datang berdasarkan kondisi program saat ini
(diistilahkan sebagai bussiness as usual atau BAU) dengan penerapan intervensi kunci.
Pemodelan untuk menuju eliminasi tuberkulosis tahun 2030 menggambarkan lima
intervensi kunci sebagai berikut:
i. Pengelolaan tuberkulosis laten, dengan target cakupan terapi pencegahan hingga
80% pada seluruh individual dengan infeksi laten pada tahun 2030;
ii. Skrining pada kelompok-kelompok dengan risiko tinggi tuberkulosis dan
memperluas jangkauan layanan pada orang-orang dengan tuberkulosis di
masyarakat yang selama ini tidak terdeteksi;
iii. Mencapai cakupan diagnosis terkonfirmasi bakteriologis yang tinggi pada terduga
tuberkulosis pada tahun 2030,
iv. Ekspansi diagnosis bakteriologis dengan penggunaan tes cepat molekuler (TCM)
hingga 80% pada seluruh terduga tuberkulosis pada tahun 2030;
v. Meningkatkan investasi sumber daya untuk memperkuat layanan tuberkulosis
sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan tuberkulosis sensitif dan
resistan obat.

Dengan penerapan intervensi kunci tersebut maka diperkirakan terjadi pengurangan


insidensi tuberkulosis sebesar 73% pada tahun 2030 dibandingkan dengan tahun 2017 ().

Gambar 1. Proyeksi penurunan insidensi TBC tahun 2030 menurut pemodelan TIME
Impact
Keterangan: Gambar di sebelah kanan menunjukkan kesenjangan antara insiden
yang diproyeksikan dengan target eliminasi tuberkulosis pada tahun 2030

Sejalan dengan pemodelan tersebut, maka intervensi-intervensi yang termasuk


dalam dokumen Strategi Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia tahun 2020-2024
akan dipotimasi menggunakan pemodelan TIME yang berdasarkan situasi kondisi dan
sumber daya yang tersedia terkini. Ada 5 kondisi prasyarat sebagai basis pemodelan
TIME untuk Strategi Penanggulangan TBC di Indonesia 2020-2024 yaitu:
i. Cakupan kasus TBC yang terkonfirmasi bakteriologis dengan TCM tercapai hingga
75% pada tahun 2024;
ii. Cakupan pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) hingga 68% pada semua
kontak serumah kasus TBC;
iii. Penemuan kasus TBC secara aktif pada kelompok penduduk risiko tinggi; dan
iv. Tersedianya sumber daya yang dialokasikan untuk penguatan layanan TBC hingga
kabupaten/kota melalui advokasi kepada pemerintah kabupaten/kota seperti yang
tercantum dalam Standar Pelayanan Minimum (SPM).
Pada tahun 2021, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Talang
Jawa 7.656 penduduk laki laki dan 7.263 penduduk perempuan, dari jumlah tersebut target
suspek sebanyak 213 orang dan TB BTA Positif 49 orang. Penemuan TB paru BTA
Positif selama tahun 2018 sebanyak 106 orang atau sebesar 42 %. Berdasarkan data
tersebut maka dapat diperincikan sebagai berikut :
1. Penemuan suspek belum mencapai target berdasarkan data estimasi dari Dinas
Kesehatan
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB paru
3. Penemuan penderita BTA positif belum mencapai target.

III. Tujuan

1. Tujuan Umum :
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian dengan cara memutuskan mata
rantai penularan sehingga penyakit TB tidak lagi merupakan masalah kesehatan
masyarakat.
2. Tujuan Khusus :
- Tercapainya angka kesembuhan 100% dari semua penderita baru BTA positif
yang ditemukan
- Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap

IV. Rencana Kegiatan


Upaya untuk menyukseskan Program DOTS di Puskesmas Rawat Inap Talang
Jawa, direncanakan akan diadakan kegiatan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan spesimen dahak dari setiap suspek
2. Pengamatan dan pelacakan penderita TB paru yang mangkir
3. Pemeriksaan kontak serumah pasien TB positif
4. Penyuluhan kepada masyarakat melalui nilai lokakarya dan posyandu

RENCANA KEGIATAN PROGRAM TB DI PUSKESMAS TALANG JAWA


BULAN JANUARI-DESEMBER

Rincian Penanggung
Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Jadwal
Kegiatan Jawab

periksaan Penemuan Kontak Sekitar Mengump P2PM Setiap satu


spesimen bulan
Dini Kasus Serumah Lingkungan ulkan
dahak dari sekali
TB Tetangga, Penderita spesimen
setiap suspek
Sekolah dan dahak
Tempat Kerja Mendata
spesimen
dahak

Pemeriksaan Memutus Seluruh Sekitar - Praktek P2PM Setiap Ada


kontak Penderita
Mata Rantai orang yang Lingkungan Pemerik
serumah Baru
Penularan pernah Penderita saan
pasien TB
TB kontak
positif
dengan
pasien

V. Evaluasi Pelaksanaan

Evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan


pelaksanaan program. Pemantauan dilaksanakan secara berkala dan terus menerus, untuk
dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan.
Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan perencanaan program,
pemantauan dengan mengolah laporan, pengamatan dan wawancara dengan petugas
pelaksana maupun dengan masyarakat. Evaluasi berguna untuk menilai sejauh mana
tujuan dan target yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan satu periode waktu tertenu dan
biasanya setiap 6 bulan hingga 1 tahun.

VI. Pencatatan dan Pelaporan

Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika evaluasi kemajuan


pasien dan hasil pengobatan. Sistem pencatatan dan peaporan terdiri dari :
- Daftar laboratorium yang berisi catatan dari semua pasien yang diperiksa
sputumnya
- Kartu pengobatan pasien yang sering penggunaan obat
- Pemeriksaan sputum lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai