Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI LATIHAN METODE SCHROTH TERHADAP


SKOLIOSIS PADA USIA 10-12 TAHUN

NAMA : ANISA EKI FEBRIYANTI


NIM :

PROGRAM STUDI : S1 KEPERAWATAN REG-B


MATA KULIAH : KMB III
DOSEN PEMBIMBING : SUKRON, S.KEP. NS. MNS

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
INSTITUSI ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMADIAH
PALEMBANG TAHUN AJARAN 2021/2022
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI LATIHAN METODE SCHROTH TERHADAP
SKOLIOSIS PADA USIA 10-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1
BLULUKAN
Muharromah Adillani Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Surakarta
adillani.muharromah@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Skoliosis merupakan pembengkokan kearah samping dari tulang
belakangyang merupakan suatu deformitas (kelainan) dari pada suatu penyakit yang dapat
disebabkan karena nonstruktural dan struktural. Skoliosis ini biasanya membentuk kurva “C”
atau kurva “S”. Kode pola pada skoliosis yaitu : Kode untuk 3 dan 4 (kurva) : 3 Untuk kurva
yang besar pada torakal, 4 Untuk kurva yang besar pada lumbar, dan C dan CP :C untuk
kurva hanya pada tulang belakang, CP untuk kurva pada tulang belakang dan di ikuti dengan
elevasi pada pelvis. Tiga bentuk skoliosis struktural yaitu : Skoliosis Idiopatik, Skoliosis
Kongenital, Skoliosis Neuromuskuler. Skoliosis dapat dibagi menjadi : Skoliosis ringan :
Cobb 10-25°, Skoliosis sedang : Cobb 26-40°, Skoliosis berat : Cobb angle >50°. Gejala
skoliosis berupa: Tulang belakang melengkung secara abnormal kearah samping, Bahu kiri
dan kanan tidak sama tingginya, pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya, Nyeri
punggung, Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan terapi latihan metode schroth untuk mengurangi derajat
kelengkungan pada vetebra terhadap permasalahan skoliosis.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi
latihan metode schroth terhadap skoliosis pada usia 10-12 tahun.

Metode Penelitian : Penelitian ini di lakukan dengan jenis pra eksperimen, dengan
pendekatan quasi eksperimental dengan design penelitian design pre and post test one group
design. Jumlah sampel pada penelitian ini 12 sampel, cara pengambilan sampel menggunakan
metode secara purposive sampling yaitu sampel yang di ambil secara sengaja yang sesuai
dengan kriteria insklusi dan eksklusi. Hasil Penelitian : Data yang diperoleh berdistribusi
tidak normal, uji statistik menggunakan uji wilcoxon test untuk mengetahui pengaruh pre dan
posttest pada perlakuan. Hasil tes didapatkan skor total terapi latihan metode schroth terdapat
perubahan yang signifikan dengan nila p = 0,001 yang berarti terapi latihan metode schroth
berpengaruh terhadap penurunan derajat kurva skoliosis. Kesimpulan : Dengan hasil tersebut
dapat disimpulkan ada pengaruh positif terhadap skoliosis. Adanya perubahan pada derajat
kurva skoliosis terhadap usia 10- 12 tahun di sekolah dasar negeri 1 blulukan. Semoga
penelitian ini dapat berlanjut dan dapat berguna bagi peneliti, tenaga medis ataupun
masyarakat umum.
Kata Kunci : Skoliosis,Terapi Latihan Metode Schroth
PENDAHULUAN

Kesehatan menurut undang-undang RI no 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat baik


secara fisik, mental dan spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sehat berarti seseorang harus diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan yang dibawa sejak lahir (potensial
genetik) menjadi realitas fenotipik (phenotypic ralities). Hal ini sangat terkait dengan pola
kependudukan serta lingkungan yang mempengaruhinya. Sebagaimana dilihat, piramida
kependudukan di Indonesia pada saat ini menunjukkan besarnya jumlah anakanak umur 0 –
15 tahun yaitu 28,9% dari jumlah seluruh penduduk (Badan Pusat Statistik, 2012).

Skoliosis menurut National Institute of Arthitis and Musculoskeletal and Skin Disease
(NIAMS) USA merupakan kelainan muskuloskeletal yang digambarkan dengan bengkoknya
tulang belakang ke arah samping. 80-85% kasus yang dijumpai merupakan type idiopatik
skoliosis yang ditemukan pada masa pubertas, pada perempuan ditemukan lebih banyak dari
pada laki-laki, bisa diakibatkan dari faktor keturunan (Mujianto, 2013).

Skoliosis merupakan kelainan postur dimana sekilas mata penderita tidak mengeluh
sakit, tetapi suatu saat dalam posisi yang dibutuhkan suatu kesiapan tubuh membawa beban
tubuh misalnya berdiri, duduk dalam waktu yang lama, maka kerja otot tidak akan pernah
seimbang. Hal ini yang akan mengakibatkan suatu mekanisme proteksi dari otot-otot tulang
belakang untuk menjaga keseimbangan, manifestasinya yang terjadi justru overuse pada salah
satu sisi otot yang dalam waktu terus menerus dan hal yang sama terjadi adalah
ketidakseimbangan postur tubuh ke salah satu sisi tubuh. Jika hal ini berlangsung terus
menerus pada sistem muskuloskletal tulang belakang akan mengalami bermacam-macam
keluhan antara lain, nyeri otot, keterbatasan gerak (range of motion) dari tulang belakang atau
back pain, kontaktur otot, dan menumpuknya problematik akan berakibat pada terganggunya
aktivitas kehidupan sehari-hari bagi penderita, seperti halnya gangguan pada sistem
pernapasan, sistem pencernaan dan sistem kardiovaskuler. Pembengkokan yang disebabkan
karena salah sikap terjadi pada masa kanak-kanak antara umur 6 tahun sampai 17 tahun dan
dapat disebabkan karena kebiasan yang salah, terutama dalam sikap duduk di sekolah.
Skoliosis ini tidak berat tidak progresif dan dapat diperbaiki dengan perbaikan sikap
(Soeharso, 1993). Hal ini akibat kebiasaan posisi duduk dan berdiri yang salah dalam waktu
yang lama dan seringnya sikap bermalas-malasan. Pemeliharaan postur dibutuhkan otot-otot
yang kuat. Karena ketidakseimbangan otot dan adanya kontraktur otot. Ketegangan otot para
vertebra salah satu sisi dapat meningkatkan derajat kelengkungan ke arah lateral atau
skoliosis.

Pravelensi terjadinya skoliosis di Sekolah Dasar Negeri 1 Blulukan dari 63 anak


Setelah dilakukan pengukuran dengan test adam foward bending dan menggunakan
skoliometerterdapat 12 anak yang mengalami skoliosis dengan derajat kurang dari 10 derajat.
Perbandingan antara laki–laki 41,7% dan perempuan 58,3% yang mengalami skoliosis
sebesar lima banding tujuh.

Senada dalam hal tersebut, penyakit ini banyak di ketemukan dalam usia remaja di
mana saat remaja terjadi percepatan dari pertumbuhan. Biasanya penyakit ini dirasakan pada
umur sekitar 10 tahun sampai umur pertumbuhan tulang berhenti (Soetjiningsih, 2004).

Terapi Latihan merupakan salah satu modalitas yang digunakan fisioterapis untuk
memperbaiki dan meningkatkan kesehatan pasien dengan kondisi muskuloskeletal atau
kardiopulmonari dengan sasaran akhir memperbaiki gerak dan fungsi (Kisner, 1990).

Secara umum tujuan terapi latihan ialah mencegah disfungsi seperti mengembangkan,
meningkatkan, memperbaiki dan memelihara kekuatan, daya tahan dan kesegaran
kardiovaskular, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, koordinasi, keseimbangan dan
keterampilan fungsional (Kisner, 1990). Metode schroth merupakan salah satu bentuk
fisioterapi untuk skoliosis. Bentuk penanganan ini merupakan penanganan konservatif,
dimana berbasis pada prinsipspecific postural correction, correction of breathing pattern dan
correction of postural perception (Weiss, 2011).

Semakin besar kurva, semakin banyak latihan schroth dilakukan karena metode
pengobatan yang paling efektif dalam lekukan lebih dari 30° (Weiss HR. 2010). Pada
kelengkungan kurva antara 15° dan 25° tidak perlu program schroth yang agak rumit dan
tidak mudah untuk dipelajari, ketika ada pendekatan khusus lain yang tersedia, yang lebih
mudah untuk belajar dan sudah diuji pada pasien dari pusat rehabilitasi (Weiss dan Klein
2006; Weiss. et al, 2006).
Secara sederhana, tujuan dari metode schroth untuk skoliosis yaitu memperbaiki
tulang belakang dibidang sagital, frontal dan transversal. Dalam skoliosis, otot-otot
disepanjang tulang belakang menjadi tidak seimbang pada sisi yang berlawanan. Dengan
schroth, pasien belajar untuk memperpendek otot disisi cembung tulang belakang dan
memperpanjang otot-otot disisi cekung tulang belakang, serta belajar untuk memperkuat otot-
otot sekitar tulang belakang. Hal ini untuk keseimbangan dan stabilitas tulang belakang.
Secara konsisten bekerja untuk memperbaiki tulang belakang (Weiss, 2011).

Melihat latar belakang tersebut diatas, peneliti mengambil judul pengaruh pemberian
terapi latihan metode schroth terhadap skoliosis. Semoga penelitian ini, dapat berguna bagi
peneliti, tenaga medis ataupun masyarakat umum.

TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi latihan
metode schroth terhadap skoliosis pada usia 10-12 tahun.
METODE
Penelitian yang dilaksanakan pada Bulan Mei 2015 di SD Negeri 1 Blulukan terhadap
12 responden dengan karakteristik skoliosis sesuai dengan kriteria penelitian. Jenis penelitian
yang dilakukan adalah penelitian Quasi Eksperimental. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan data primer yaitu dengan melakukan pengukuran dengan skoliometer sebelum
dan sesudah implementasi terapi latihan metode schroth. Hasil pengukuran sebelum dan
sesudah intervensi dicatat sebagai data yang akan diuji dengan uji data tidak normal dan uji
statistik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Terapi latihan metode schroth yang diaplikasikan pada kasus skoliosis terjadi
perubahan yang signifikan terhadap skoliosis. Pada permasalahan skoliosis yang diukur
dengan skoliometer untuk mengetahui derajat kurva pada skoliosis.
Uji Pengaruh pre dan post test penurunan derajat kurva skoliosis dengan terapi latihan
metode schroth menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji wilcoxon.
Tabel 1.1 Hasil Uji Beda Pre dan Post Test Penurunan Derajat Kurva Skoliosis
Derajat Kurva Skoliosi p Kesimpulan

Pre dan Post Test Perlakuan 0,001 Ha diterima

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon pada tabel di atas didapatkan nilai p= 0,001 yang
berarti nilai p= 0,001 yang berarti nilai p<0,05. Nilai p<0,05, menunjukkan Ha diterima
sehingga ada perbedaan bermakna antara sebelum dan sesudah perlakuan. Hal ini berarti
terapi latihan metode schroth berpengaruh terhadap penurunan derajat kurva skoliosis.

Berdasarkan pada tabel 1.1 hasil terapi latihan metode schroth dalam memperkecil
derajat skoliosis pre test dan post test latihan didapat perbedaan yang signifikan nilai derajat
skoliosis pre test latihan lebih besar daripada nilai derajat skoliosis post test latihan, yang
berarti bahwa terapi latihan metode schroth dapat memperkecil derajat skoliosis.

Tabel 1.1 menunjukkan p < 0,05, artinya bahwa ada perbedaan derajat skoliosis
secara bermakna pre test dan post test latihan dengan metode schroth. Hal ini menunjukkan
terapi latihan metode schroth dapat memperkecil derajat skoliosis, dengan rata-rata sebelum
dilakukan terapi latihan metode schroth yaitu dengan nilai 5,833 dan sesudah diberikan terapi
latihan metode schroth didapatkan nilai rata-rata 3,333. Keberhasilan metode schroth dalam
menurunkan tingkat derajat skoliosis dalam penelitian ini 42,9%.

Metode schroth merupakan salah satu bentuk fisioterapi untuk skoliosis. Bentuk
penanganan ini merupakan penanganan konservatif, dimana berbasis pada prinsips pecific
postural correction, correction of breathing pattern dan correction of postural perception.
Tujuan dari Metode schroth untuk skoliosis yaitu memperbaiki tulang belakang di bidang
sagital, frontal dan transversal. Dalam skoliosis, otot-otot di sepanjang tulang belakang
menjadi tidak seimbang pada sisi yang berlawanan. Dengan schroth, pasien belajar untuk
memperpendek otot pada sisi otot yang terulur dan mengulur otot-otot pada sisi otot yang
mengalami pemendekkan, serta belajar untuk memperkuat otot-otot sekitar tulang belakang.
Latihan ini untuk menghentikan perkembangan kelengkungan tulang belakang yang
abnormal, dan dalam kasus terbaik untuk membalikkan kurva. Hal ini untuk keseimbangan
dan stabilitas tulang belakang. Secara konsisten bekerja untuk memperbaiki tulang belakang
(Weiss, 2011).

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada pengaruh positif terhadap skoliosis.
Adanya perubahan pada derajat kurva skoliosis terhadap usia 10-12 tahun di sekolah dasar
negeri 1 blulukan. Saran untuk penelitian ini adalah diperlukan pengembangan penelitian
selanjutnya pada penderita skoliosis dengan terapi latihan metode schroth, perlu penelitian
lanjutan terkait jumlah sampel dengan derajat skoliosis yang lebih bervariasi, diperlukan
untuk peneliti lain dapat mengontrol kegiatan responden sehari-hari, peneliti lain harus
mengikuti pelatihan metode schroth, pengukuran skoliosis dan pemberian metode schroth
semua dilakukan oleh peneliti sendiri, diharapkan pada peneliti lain dapat memberikan
pengukuran skoliosis dan pemberian metode schroth dengan bantuan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2012. Available from : URL: http : //wikipedia.org/ wiki/Daftar-
Negara.

Bialek M. 2011. Conservative treatment of idiopathic scoliosis according to FITS concept:


presentation of the method and preliminary, short term radiological and clinical
results based on SOSORT and SRS criteria. Scoliosis Journal. 6. 25: 28 November
2011: 1-19.

Borysov M dan Borysov A. Scoliosis short-term rehabilitation (SSTR) according to ‚Best


Practice’ standards-are the results repeatable?. Scoliosis Journal. 7. 1: 17 Januari
2012: 1-5.

Corwin EJ. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media.

Filipovic V dan Ciliga D. 2010. Postural Adaptation Of Idiopathic Adolescent Scolioses


(IAS). kinesiology. 1.1 Juni 2012: 16-27.

Harjono J. 2005. Skoliosis. Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi XX. Cirebon.

Jamaludin. 2006. Pertumbuhan Tulang Tidak Normal. Medan.

Janicki A.J. Et Al. 2007. A Comparison Of The Thoracolumbosacral Orthoses And


Providence Orthosis In The Treatment Of Adolescent Idiopathic Scoliosis: Results
Using The New SRS Inclusion And Assessment Criteria For Bracing Studies.
Journal Of Pediatric Orthopaedics. 27. 4: 2007: 369-374.

Kisner C. 1990. Therapeutic exercise: foundations and techniques 2th ed. F. A. Davis
Company. 1915 Arch Street Philadelphia.

Mujianto. 2013. Cara Cepat Mengatasi 10 Besar Kasus Muskuloskeletal Dalam Praktik
Klinik Fisioterapi. Jakarta: (Trans Info Media)TIM..
Nettina SM. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rieneka Cipta

Patias. et al. 2010. A review of the trunk surface metrics used as Scoliosis and other
deformities evaluation indices. Scoliosis Jurnal. 5. 12: 29 Juni 2010: 1-20

Pugacheva N. 2012. Corrective Exercise In Multimodality Therapy Of Idiopathic Scoliosis In


Children-Analisys Of Six Week Efficiency-Pilot Study. Chirdren’s rehabilitation
center of orthopedics and traumatology “ogonyok” saint petersburg. 71. 176: 2012:
365.

Rahayusalim. 2007. Kelainan Pada Tulang Belakang Anak. Scoliosis. selasa,12 juli.
Hppt//www.Tumbuh-Kembang.com /pages/index/id/ 12/articel/17/.

Soeharso. 1993. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan ke II. Surakarta: Yayasan Esentia
Medika.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta : Sagung Seto

Sugianto S. et al. 2013. Perbaikan Kualitas Citra Sinar X Tulang Belakang Penderita
Skoliosis Dengan Menggunakan Gaussian Cropping. Journal of Control and
Network Systems. 2. 1: 2013: 1-7.

Weiss HR. 2011. The Method of Khatarina Schroth-History, Principles and Current
Development. Scoliosis Journal. 6. 17: 30 Agustus 2011: 1-22

Weiss HR. 2010. Rehabilitation Schools For Scoliosis. Spinal Deformities Rehabilitation-
State Of The Art Review. 5.28: 24 Desember 2010: 13.

Weiss HR dan Klein R. 2006. Improving excellence in scoliosis rehabilitation: a controlled


study of matched pairs. Pediatric Rehabilitation. 9.3: 190-200.
Weiss HR. et al. 2006a. ADL based scoliosis rehabilitation-the key to an improvement of
time-efficiency?. Studies in Health Technology and Informatics. 123: 594-8
ANALISIS

Judul :
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI LATIHAN METODE SCHROTH TERHADAP
SKOLIOSIS PADA USIA 10-12 TAHUN

PEMBAHASAN :
Dari jurnal ini membahas tentang pengaruh pemberian terapi latian dengan metode
schroth terhadap skoliois, Skoliosis merupakan pembengkokan kearah samping dari tulang
belakang yang merupakan suatu deformitas (kelainan) dari pada suatu penyakit yang dapat
disebabkan karena nonstruktural dan struktural.
Terapi Latihan merupakan salah satu modalitas yang digunakan fisioterapis untuk
memperbaiki dan meningkatkan kesehatan pasien dengan kondisi muskuloskeletal atau
kardiopulmonari dengan sasaran akhir memperbaiki gerak dan fungsi dan Secara umum
tujuan terapi latihan ialah mencegah disfungsi seperti mengembangkan, meningkatkan,
memperbaiki dan memelihara kekuatan, daya tahan dan kesegaran kardiovaskular, mobilitas
dan fleksibilitas, stabilitas, koordinasi, keseimbangan dan keterampilan fungsional.
Metode schroth merupakan salah satu bentuk fisioterapi untuk skoliosis. Bentuk
penanganan ini merupakan penanganan konservatif, dimana berbasis pada prinsipspecific
postural correction, correction of breathing pattern dan correction of postural perception.
Metode schroth adalah prinsip non bedah pengobatan skoliosis yang menggunakan
latihan spesifik skoliosis berbasis pola lekukan. Latihan skoliosistidak menyerupai latihan
biasa, metode ini mencangkup teknik pernafasan korektif eksklusif yang dikenal dengan
pernafasan rotasi, atau yang juga dikenal dengan rotational angular breathing (RAB) . pasien
skoliosis memiliki pola lekukan yang unik. Tujuan metode schroth adalah untuk
melengkungkan atau memutar kembali batang tubuh sehingga kembali ke posisi fisiologis
yang lebih normal.

Apakah bisa dipakai atau diaplikasikan didunia keperawatan?


Menurut saya tentu saja bisa, karena metode ini lebih memudahkan penderita skoliosis dalam
memperbaiki posisi lekukan tubuh kembali ke fisiologis dengan secara bertahap, dan lebih
meringankan lagi dikarenakan metode schroth metode non bedah. Dan juga dalam metode ini
pasien diajarkan cara memengaruhi kontrol dan kesadaran postur optimal selama kegiatan
sehari hari.
Pada metode ini pasien akan mempelajari pernafasan rotasi schroth dan diajarkan untuk
bernafas kesisi cekung batang tubuh . fase hirup ini diikuti oleh fase embus dari schroth, yang
dikenal sebagai stabilisasi yg dapat membantu mengembalikan kesejajaran tiga dimensi
tulang belakang yang lebih stabil .
Metode ini juga mempermudah penderitan skoliosis, karena setelah berkonsultasi daan telah
melalui penilaian praktisi , mereka akan di ajarkan metode ini tidak perkelompok melain kan
per individu sesuai dengan masalah kondisi pasien, dan dapat melakukan gerakan latihan
metode ini di rumah .
Jadi metode ini menurut saya sangat layak jika di aplikasikan dalam dunia kepewatan.

Anda mungkin juga menyukai