FOTOGRAFI

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

Pada abad ke-19, tepatnya di tahun 1839 merupakan tahun awal kelahiran fotografi.

Pada tahun itu, di Perancis


dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi dengan hasilnya berupa rekaman
dua dimensi seperti yang terlihat oleh mata, sudah bisa dibuat permanen.
Fotografi kian populer seiring dengan perkembangan teknologi. Kata fotografi berasal dari dua kata Yunani
kuno, yaitu photo, yang artinya cahaya, dan graphos yang artinya untuk menggambar. Dengan begitu, secara
harfiah bisa diartikan sebagai menggambar dengan cahaya.
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama
Mo Ti mengamati suatu gejala. Jika pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di
bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti
adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura (The History of Photography karya Alma
Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991).
Berabad-abad kemudian, banyak yang menyadari dan mengagumi fenomena ini, mulai dari Aristoteles di abad
ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab, Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM yang berusaha
menangkap fenomena ini ke dalam suatu alat, hingga pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista
Della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan
gambar.
Berbagai penelitian kembali dilakukan namun perkembangan berarti terjadi pada tahun 1824. Seorang
seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-
exposed pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya
mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur. Ia
melanjutkan percobaannya hingga pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang
sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.
Penelitian demi penelitian terus berlanjut hingga pada tanggal 19 Agustus 1839, desainer panggung opera yang
juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil
membuat foto yang sebenarnya. Sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi
larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses
ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan air suling.
Daguerre sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis berpikir bahwa
temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Sejak saat itu fotografi kemudian
berkembang dengan sangat cepat.
Pada tahun 1880-an, di Amerika, George Eastman menempatkan rol film fleksibel di pasar. Dan pada tahun
1889 dia memperkenalkan kamera Kodak pertama dengan slogan, “Anda menekan tombol dan kami
melakukan sisanya”. Di era ini, kamera mulai bisa digunakan fotografer untuk mengeksplorasi media baru dari
sudut pandang kreatif, mencoba untuk menemukan potensi dan keterbatasan dan mendefinisikan fotografi
sebagai bentuk seni.
Tahun 1950, untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex, maka mulailah digunakan
prisma (SLR), dan Jepang pun mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972,
kamera Polaroid temuan Edwin Land mulai dipasarkan. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa
melalui proses pengembangan dan pencetakan film.
Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa
menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu
membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.
Fotografi hari ini sesuai dengan perkembangan teknologi, juga sudah digunakan dalam berbagai profesi. Mulai
dari digunakan media cetak dan televisi untuk informasi iklan hingga beberapa bidang profesi lain dari
kedokteran hingga astronomi. Teknologi fotografi saat ini mampu mengantarkan manusia melihat object yang
terlalu kecil untuk dilihat hingga foto tempat berbahaya yang sulit terjangkau manusia. Tetapi untuk
kebanyakan orang, fotografi adalah hobi atau dijadikan sebagai profesi.
 
Fotografi adalah Seni
Kini fotografi secara luas telah diakui sebagai seni, ditampilkan di museum, dihargai oleh kolektor, dibahas
oleh para kritikus, dan dipelajari dalam kursus sejarah seni. Tetapi pengakuan foto sebagai karya seni sempat
mendapat beberapa pertentangan. Hal ini tak terlepas dari kenyataan bahwa fotografi menggunakan mesin.
Selain itu, pertentangan terjadi karena banyak yang berpendapat bahwa fotografi tidak membutuhkan
kreativitas atau imajinasi karena subjek fotografi adalah “siap pakai” dan tidak memerlukan manipulasi atau
kontrol oleh fotografer. Namun beberapa alasan di bawah ini meruntuhkan pendapat itu.
Sebuah kamera, tidak peduli berapa banyak fitur otomatis yang dimilikinya adalah benda tak bernyawa dan
tidak bisa menghasilkan karya seni sampai seseorang menggunakannya. Seorang fotografer menciptakan
gambar dengan proses seleksi, melihat melalui jendela bidik kamera harus memutuskan apa yang akan
dimasukkan dan apa yang harus diabaikan dari tempat kejadian.
Mereka memilih jarak dari mana untuk mengambil gambar dan sudut mana yang tepat, yang tentunya paling
sesuai dengan tujuan mereka. Mereka juga sabar menunggu sampai mendapatkan cahaya yang tepat atau
mungkin mengambil keputusan sepersekian detik, tetapi hasil akhir tetap berpegang pada rasa seorang
fotografer. Mereka dapat membekukan gambar yang bergerak atau merekamnya sebagai gambar yang kabur
(blur).
Fotografer juga dapat mengubah warna dalam suatu gambar dengan pilihan mereka. Alasan-alasan tadi yang
pada akhirnya membuat fotografi juga dianggap sebuah karya seni.

Sejarah Kamera: Perkembangan Kamera Fotografi dari Masa ke Masa

oleh Nadira Aliya | Kategori: Kamera 

Jika Anda penyuka fotografi, mungkin Anda menggunakan kamera setiap


harinya. Entah itu untuk memotret kejadian sehari-hari, pemandangan, atau
momen khusus misalnya pernikahan.

Namun, tahukah Anda perkembangan kamera tersebut? Jika tidak tahu, Anda
datang ke tempat yang tepat.

Di artikel ini, Anda akan mengetahui sejarah kamera fotografi mulai dari
ditemukan hingga sekarang. Mari kita mulai.

1. Kamera Obscura
Dari catatan sejarah, kamera Obscura (yang artinya kamar gelap) ditemukan
pada sekitar tahun 1.000 setelah Masehi oleh Al-Haitam atau yang dikenal pula
dengan nama lain Alhazen. Kamera ini dikembangkan dengan konsep lubang
kecil di kotak gelap yang disinari cahaya mampu menghasilkan gambar.
Sebelum dipopulerkan Alhazen, pada zaman sebelum Masehi tercatat bahwa
konsep ini telah ditemukan oleh seorang filsuf bernama Mozi pada zaman
sebelum Masehi.

Baru pada abad ke-11, Alhazen menulis sebuah buku mengenai optik termasuk
percobaannya meneruskan cahaya melalui lubang kecil ke ruangan gelap.

Buku karangan Alhazen kemudian dipelajari oleh ilmuwan barat seperti Joseph
Kepler. Ilmuwan ini ahirnya berhasil memperbesar proyeksi gambar yang
dihasilkan kamera dengan menambahkan lensa negatif di belakang lensa positif.

Robetrt Boyle kemudian juga berhasil membuat kamera kecil tanpa kabel pada
tahun 1665.

2. Kemera Daguerreotypes dan Calotypes


Hampir 900 tahun setelah ditemukannya kamera Obscura, pada tahun 1837
Joseph Nicephore Niepce yang berkebangsaan Prancis menemukan konsep
fotografi yang praktis, yang kemudian dinamakannya sebagai Daguerreotypes.
Kamera Daguerreotypes –
Gambar dari Wikipedia

Di dalam sebuah kotak kecil dengan lubang cahaya, ia menambahkan pelat


tembaga dan perak yang ditambahkan dengan uap yodium sehingga kamera
generasi ini lebih sensitif terhadap cahaya.

Setelah dilakukan eksposur pada kamera, gambar kemudian terbentuk melalui


uap merkuri dan larutan natrium klorida. Niepce bekerja sama dengan
partnernya Louis Daguerre untuk menemukan kamera ini, oleh sebab itulah
nama kameranya dinamakan dengan nama penemunya.

Setelah muncul Daguerreotypes, Henry Fox Talbot menyempurnakan proses


terbentuknya gambar, dan berhasil menjual Calotype pada sekitar tahun 1840-
an.

3.  Pelat Kering Collidion


Mulai digunakan orang semenjak tahun 1857, kamera yang satu ini merupakan
buah karya dari Desire van Monckhoven. Empat belas tahun kemudian, kamera
pelat kering ini dimodifikasi oleh Richard Leach Maddox yang berhasil
menciptakan pelat basah yang kualitas dan kecepatan pengambilan gambarnya
lebih baik.
Kamera Pelat Kering – Gambar dari
Wikipedia

Perjalanan kamera Colliidion terus berlangsung hingga pada tahun 1878


ditemukan emulsi gelatin yang mampu meningkatkan sensitivitas kamera,
sehingga kamera bisa mengambil gambar secara spontan.

Saat-saat inilah dimana tripod dan alat bantu kamera lainnya tidak terlalu
dibutuhkan untuk mengambil gambar. Sebuah kamera berukuran kecil beratnya
tidak terlalu besar dan bisa dipegang dengan tangan kosong.

4. Kodak dan Kamera Film


Para fotografer yang lahir di tahun 90-an pasti pernah mengenal kamera yang
menggunakan roll film di dalamnya yang kemudian bisa dicetak menjadi sebuah
foto.

Sebetulnya pengembangan kamera film ini sudah dimulai satu abad


sebelumnya, yaitu semenjak tahun 1885 oleh George Eastman yang memulai
produksi film kamera, yang kemudian berkembang lagi menjadi seluloid pada
tahun 1888-1889.
Kamera Kodak 1910 – Gambar dari
Wikipedia

Kamera film tersebut ia namakan dengan Kodak, yang kemudian mulai


dikenalkan kepada masyarakat luas semenjak tahun 1888. Lebih canggih lagi
dari sebelumnya, hanya terdiri dari satu buah lensa fokus dan satu shutter
speed.

Sampai akhirnya di akhir abad ke-19 Eastman telah berhasil membuat berbagai
model kamera film, termasuk kamera berbentuk kotak dan kamera lipat.

Walaupun kamera Kodak ini berhasil membuat fotografi menjadi tidak terlalu
mahal bagi banyak kalangan, kamera pelat masih banyak digunakan orang
waktu itu karena kualitasnya yang lebih baik.

Untuk bersaing dengan kamera roll, kamera pelat era ini dilengkapi dengan
majalah untuk menahan beberapa pelat sekaligus.

5. Kamera Compact dan Canon


Sejarah kamera dilanjutkan dengan hadirnya kamera compact yang diteliti oleh
Oskar Barnack di Leitz. Barnack menggunakan film 35 mm untuk membuat
kamera yang dapat menghasilkan perbesaran gambar dengan kualitas sangat
baik.
Akhirnya, pada tahun 1913 terbentuklah prototipe Ur-Leica, kamera 35 mm yang
kemudian pengembangannya tertunda karena adanya perang dunia pertama.

Setelah beberapa kali mengalami perkembangan fitur, kamera Ur-Leica mulai


dijual secara luas pada tahun 1923. Semenjak itu, konsumen pengguna kamera
merasa sangat puas dan menyambut baik inovasi kamera yang satu ini.

Dari sinilah kemudian muncul perusahaan pembuat kamera saingan Ur-Leica,


yaitu kamera Canon yang perusahaannya berpusat di Jepang. Canon juga
membuat kamera dengan film cine 35 mm, yang kemudian bersaing ketat
dengan Ur-Leica.

Kamera yang dibuat di negeri matahari terbit ini kemudian menjadi sangat
populer setelah berakhirnya perang Korea yang membuat veteran Jepang
banyak membawa kamera ini ke Amerika Serikat.

Tentunya hingga kini Canon terus berinovasi memproduksi berbagai kamera


canggih lainnya, sehingga sampai saat ini pun bisnisnya masih berjalan dengan
subur.

6. TLR dan SLR


TLR merupakan kepanjangan dari twin-lens reflex, sementara SLR adalah
akronim dari single-lens reflex. Kamera TLR mulai dibuat oleh Franke&Heidecke
Rolleiflex pada tahun 1928, sementara kamera SLR sebagai perkembangan
lebih lanjut mulai diproduksi semenjak tahun 1933, yang pertama kali
menggunakan 127 roll film.
Kamera SLR Contax S – Gambar
dari Wikipedia

Secara khusus, kamera TLR dilengkapi dengan dua lensa objektif dengan
panjang focal yang sama. Satu lensa berguna untuk tujuan mengambil gambar,
sementara lensa lainnya berguna untuk menangkap bayangan yang telah masuk
ke lensa pertama.

Sementara pada kamera SLR, hanya terdapat satu buah lensa yang sudah
dikombinasikan dengan sensor gambar digital.

Kamera SLR dipopulerkan oleh perusahaan Asahi Optical, yang pertama kali
meluncurkan kamera SLR 35mm yang dinamakan dengan Asahiflex. Pada tahun
1950-an, mulai banyak kamera SLR yang beredar di pasaran, termasuk Canon,
Yashica, dan Nikon.

7. Kamera Analog
Sejarah kamera fotografi selanjutnya sampai pada tahun 1981 saat dimulainya
pembuatan kamera analog, yang teknik pengambilan gambarnya masih bisa
menggunakan film seluloid (klise/film negatif). Yang pertama kali membuat
kamera analog ini adalah Sony Mavica.
Kamera Sony Mavica – Gambar dari
Wikipedia

Pada Olimpiade 1984, pertama kalinya kamera analog yang diproduksi Canon
digunakan untuk memotret Yomiuri Shinbun yang hasilnya kemudian dimuat di
surat kabar Jepang.

Namun seiring perjalanannya, kamera analog kurang mendapat antusias


masyarakat karena biaya penggunaannya yang sangat mahal, serta kualitas
gambar yang kurang baik jika dibandingkan dengan kamera lain. Aplikasi kamera
analog saat ini banyak dipakai untuk kamera CCTV.

8. Kamera Digital
Kamera digital pertama kali dikembangkan oleh Fuji pada tahun 1988, yang
menggunakan kartu memori 16 MB untuk menyimpan data foto yang diambil.

Selanjutnya kamera digital mulai dikenalkan pada masyarakat luas semenjak


tahun 1989 oleh Fuji. Pada tahun 1991, dimulailah pemasaran kamera
digital Kodak DCS-100 yang beresolusi 1,3 megapiksel dan ditawarkan dengan
harga US$ 13.000.
Kamera Kodak DCS 100 – Gambar dari
Wikipedia

Format foto kamera digital mulai beralih menjadi JPEG dan MPEG yang tidak
memakan banyak tempat pada penyimpanan data. Pada tahun 1995, kamera
digital dengan kristal cair di bagian belakang lensa mulai dikembangkan oleh
Hiroyuki Suetaka dengan nama kamera Casio QV-10.

Kamera DSLR mulai ditemukan pada tahun 1999 awal dengan peluncuran Nikon
D1 yang berhasil menekan biaya produksi hingga US$ 6.000 saja. Jenis kamera
ini mampu menghasilkan gambar yang sangat baik dan beresolusi tinggi.
Kamera Nikon D1 – Gambar dari
Wikipedia

Hingga kini pun kamera DSLR masih banyak digunakan oleh para fotografer
dengan berbagai macam lensa yang bisa dilepas-pasang. Selain itu, secara
umum harga kamera DSLR tidak semahal dahulu. Untuk lebih jelasnya, silakan
lihat di 10 kamera DSLR terbaik 2018 versi kami.

Demikianlah perkembangan kamera fotografi dari masa ke masa. Semoga


sejarah kamera ini menambah pengetahuan Anda di dunia fotografi.

Mengenal Kamera DSLR: 12 Bagian Utama Kamera DSLR dan Fungsinya

oleh Agus Dwi | Kategori: Kamera 

Tak kenal maka tak sayang. Ujaran yang cocok bagi Anda yang akan atau sudah
mulai menggeluti dunia fotografi.

Rasa sayang terhadap kamera DSLR yang Anda miliki tidak akan muncul jika
tidak mengetahui bagian-bagian utamanya.

Dengan mengenal lebih dalam bagian kamera DSLR maka Anda bisa
memaksimalkan hasil foto yang dibuat. Terutama setelah Anda juga memahami
fungsi setiap bagian utama dari kamera DSLR.

Bagian utama ini dimiliki oleh sebagian besar kamera DLSR yang ada saat ini.
Perbedaan hanya pada letak atau posisi tombol pada kamera saja. Kadang ada
juga yang berbeda istilahnya saja. Fungsinya tetap sama.
Lalu, apa saja bagian utama dari kamera DLSR itu? Berikut 12 bagian utama
kamera DSLR beserta fungsinya.

1. Bodi
Inilah pusat aktivitas dari nyaris semua bagian yang dimiliki sebuah kamera
DLSR. Selain tombol-tombol pengatur, ada komponen penting yang hanya
terdapat dalam  kamera. Komponen itu tak lain dari cermin refleks dan sensor
gambar.

Pada  DSLR juga terdapat grip yang menjadi tempat tangan kanan kita
memegang kamera.

Juga terdapat ulir dudukan untuk meletakkan kamera pada tripod ketika kita
akan menggunakan shutter lambat atau ketika melakukan pemotretan produk.

2. Lensa
Bagian kamera DSLR yang terbilang sangat penting adalah lensa. Bagian yang
terpisah dari bodi ini punya peran penting dalam menghasilkan gambar yang
menarik.

Semua objek foto yang akan diabadikan pasti melewati lensa lebih dahulu. Ada
sedikit saja goresan pada lensa, maka hasil fotonya pasti tidak akan sempurna.
Karena itu, lensa harus selalu dirawat dan dibersihkan dari berbagai macam
kotoran dan jamur yang kerap muncul.

3. Tombol Shutter
Keberadaan tombol shutter ini sudah didesain secara ergonomis sehingga tepat
berada di jari telunjuk ketika akan memotret.

Tombol ini berfungsi mengaktifkan rana yang ada di dalam bodi, sesuai dengan
setelan yang diinginkan.

Tombol ini praktis hanya berhubungan langsung dengan rana. Tidak dengan
komponen atau alat pengatur yang lain.

4. View Finder
View finder atau bisa juga disebut dengan jendela intip menjadi poin penting saat
akan mengambil foto.

Keberadaan view finder sudah mulai digantikan oleh LCD pada kamera DSLR
tertentu. Tapi tetap fungsinya belum bisa digantikan secara penuh oleh LCD.

Pada view finder ini akan terdapat alat untuk mengatur fokus khusus bagi Anda
yang bermata minus atau plus.

Tombol ini sangat membantu sehingga tidak kagok dengan kacamata saat akan
melihat objek melalui view finder.
5. Layar LCD

Pada bagian belakang bodi kamera DSLR pasti akan terdapat satu buah layar
LCD.  Bagian kamera DSLR ini punya banyak fungsi.

LCD menjadi alat untuk menampilkan sistem pengaturan kamera. Seperti shutter
speed, ISO, diafragma, white balance, dan setingan lainnya.

Layar LCD juga menjadi tempat untuk menampilkan foto hasil bidikan Anda.
Fungsi ini akan muncul saat tombol preview ditekan.

Bisa juga menjadi layar untuk melihat objek ketika Anda merekam video dengan
mode Live View.
6. Baterai
Meski tidak punya pengaruh dalam setiap hasil foto yang Anda buat, keberadaan
baterai tetaplah penting.

Sebagus dan secanggih apa pun kamera DSLR yang Anda miliki tidak akan bisa
berfungsi tanpa baterai. Karena itu, baterai merupakan bagian penting pada
kamera DSLR.

Posisi tempat baterai ada di bagian bawah bodi kamera. Bagi Anda yang aktif
memotret ada baiknya memiliki baterai cadangan. Hal ini akan mengurangi risiko
kehilangan momen akibat baterai kamera habis daya.

Sekadar tips, ketika Anda selesai memotret, sebelum menyimpan kamera di


dalam boks sebaiknya keluarkan baterai dari tempatnya.

Selain akan menghemat daya pada baterai, kondisi sistem elektronis kamera
akan lebih awet ketika tidak ada listrik saat tidak digunakan.

7. Tombol on/off
Tombol ini berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan kamera. Umumnya
berada  di bagian atas bodi.

Ada yang berada di tempat yang sama dengan tombol shutter. Ada juga yang
meletakkan tombol on/of ini dekat dengan mode dial. Hanya berbeda posisi, tapi
tetap fungsinya sama.

Ada sebagian orang yang suka lupa mematikan kamera dengan menggunakan
tombol on/off ini.

Padahal, jika kamera tidak digunakan untuk waktu yang lama, sangat dianjurkan
untuk mematikannya melalui tombol on/off ini. Dengan demikian, kondisi daya
baterai bisa bertahan lebih lama.
8. Mode Dial
Bagian kamera DSLR yang ini rata-rata berbentuk bulat. Fungsinya untuk
mengatur kamera untuk menggunakan mode yang dibutuhkan. Ada mode
Manual (M), auto (A atau P), juga mode AV dan TV.

Selain itu, mode dial juga akan menyediakan settingan instan saat memotret.
Seperti night mode, close up/potrait, sports, fireworks, atau panorama.

Settingan yang disediakan mode dial akan membantu Anda mendapatkan foto
sesuai kondisi pada saat akan memotret tanpa harus repot mengatur eksposur
dan kecepatan rana.

9. Main Dial
Bentuk main dial mirip dengan mode dial. Bedanya, pada main dial yang terlihat
hanya separuh saja.

Sisanya ada di bagian dalam bodi kamera. Bentuknya agak bergerigi untuk
mempermudah pengaturan dengan menggunakan jari tangan.

Hal yang diatur oleh main dial biasanya adalah eksposur atau diafragma.
Namun, sejumlah menu lain juga diatur dengan menggunakan main dial ini.
Misalkan saja ISO atau white balance.

10. Tombol Pelepas Lensa


Fungsi tombol ini memang hanya satu, yaitu sebagai pelepas lensa dari bodi.
Tapi jangan sepelekan tugasnya.

Lensa dan bodi kamera akan rusak jika Anda tidak menekan tombol ini saat akan
melepas lensa.

Tidak hanya bagian dudukannya saja yang rusak, sistem elektronis lensa dan
bodi juga bakal ikut mengalami kerusakan.
Posisi tombol ini relatif sama di setiap kamera. Berada di bagian depan bodi dan
tepat di samping dudukan untuk lensa. Tekan tombol ini lalu putar lensa untuk
melepasnya.

11. Tombol Menu


Ketika Anda ingin melakukan setelan khusus pada kamera DSLR, pastikan
menekan tombol menu lebih dahulu.

Saat tombol menu ditekan, maka di layar LCD akan tampak sejumlah pilihan
pengaturan kamera.

Selanjutnya akan tinggal mengatur kamera dengan menggunakan main dial dan
tombol arah yang ada di bodi kamera.

12. Built-in Flash


Kamera DLSR dari mulai entry level akan memiliki built-in flash. Untuk
mengaktifkan built-in flash, Anda harus menekan lebih dulu tombol yang berada
di bagian atas-depan bodi.

Tepat di samping built-in flash yang akan membantu foto lebih terang ketika
kondisi objek kekurangan cahaya.

Penutup
Dengan mengetahui dan memahami 12 bagian kamera DSLR ini, Anda akan
lebih mudah menghasilkan foto yang lebih cantik.

Kenali dan pahami seluruh fungsi dari tombol yang ada di kamera, maka Anda
akan semakin menyanyangi kamera Anda.

Anda mungkin juga menyukai