Pendahuluan Ok2
Pendahuluan Ok2
Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005–2025 dinyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas daya beli dan berdaya saing, maka kesehatan
bersama-sama dengan pendidikan dan peningkatan daya beli keluarga/masyarakat adalah tiga
pilar utama untuk meningkatkan kualitas SDM dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indonesia. Prospek ke depan pembangunan SDM diarahkan untuk peningkatan kualitas SDM.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) tahun 2005–2025 dengan
visi “Indonesia Sehat 2025” bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud. Strategi pembangunan kesehatan diarahkan pada pembangunan nasional
berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan daerah, pengembangan upaya dan
pembiayaan kesehatan, pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan, serta
penanggulangan keadaan darurat kesehatan. Untuk mendukung pelaksanaan strategi
pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan, Pemerintah Indonesia telah melakukan
berbagai upaya untuk mengatasi beberapa masalah pokok dan isu strategis antara lain belum
terpenuhinya kebutuhan SDM untuk pembangunan kesehatan, masih kurangnya dukungan sistem
informasi untuk perencanaan kebutuhan SDM kesehatan, masih kurang serasinya antara
kebutuhan dan pengadaan berbagai jenis SDM kesehatan, kurang meratanya SDM kesehatan
utamanya di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan kepulauan dan daerah yang kurang diminati,
belum optimalnya mutu tenaga kesehatan serta sumber daya pendukung yang masih terbatas.
Namun demikian, untuk keberhasilan pelaksanaan berbagai upaya dalam pengembangan dan
pemberdayaan SDM kesehatan, tentunya perlu kerja sama yang erat dari seluruh pemangku
kepentingan tidak hanya Kementerian Kesehatan saja. Oleh karena itu, kontribusi dari semua
pihak untuk mendukung peningkatan SDM kesehatan di Indonesia sangat diharapkan.
1. Belum terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan baik jumlah maupun jenisnya guna
mendukung penyelenggaraan pembangunan/pelayanan kesehatan
2. Kurang meratanya distribusi tenaga kesehatan, utamanya di Daerah Terpencil, Tertinggal,
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)
3. Kualitas atau mutu tenaga kesehatan
4. Belum optimalnya pengawasan terhadap tenaga kesehatan asing yang bekerja di
Indonesia
5. Kurangnya dukungan manajemen, utamanya dukungan regulasi dalam penyelenggaraan
pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan.
Permasalahan di atas diharapkan dapat terselesaikan dengan adanya intervensi strategis
yang dilakukan oleh Kemkes.
Kinerja yang buruk sebagai akibat dari sedikitnya staf atau staf tidak memberikan
layanan berdasarkan standar dapat berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat
dan pasien. Untuk memastikan kinerja yang unggul, maka diperlukan suatu sistem monitoring
dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi kinerja staf memerlukan kesepakatan terhadap beberapa
komponen dan indikator. Sementara itu, di tingkat nasional, hal ini memerlukan kesepakatan
indikator antara pemerintah pusat dan daerah. Idealnya, indikator yang dituangkan memiliki
karakter SMART yaitu: Spesific: mengukur dengan tepat hasil yang diharapkan Measureable:
hasil dapat diikuti perkembangannya Attainable: hasil dapat dibandingkan terhadap realistis
target Relevant: sesuai dengan hasil yang diharapkan Timebound: memiliki target waktu.
Monitoring dan evaluasi ini merupakan suatu siklus yang siklik atau berkelanjutan. Siklus ini
tidak boleh terputus untuk memastikan perkembangan dari kegiatan atau program yang
dilakukan. Jika didapatkan adanya suatu permasalahan, maka hal ini dapat disarankan untuk
diselesaikan. Prinsip dasar yang perlu diketahui dalam melakukan analisis indikator inti adalah
mengetahui berapa banyak orang yang bekerja di bidang kesehatan, karekteristik beserta
distribusinya. Hal ini biasa disebut dengan pemetaan atau mapping. Mengetahui keterampilan
serta keahlian dari SDM kesehatan yang tersedia dapat membantu kita mengkaji permasalahan
mendasar yang berada dibaliknya. Begitu juga identifikasi dari SDM kesehatan yang berada di
institusi pemerintah dan institusi swasta. Hal ini bisa membantu mengetahui penggunaan layanan
kesehatan oleh masyarakat beserta profil sosio ekonomi klien.( Kurniati, Anna and Efendi, Ferry (2012) Kajian
Sumber Daya Manusia Kesehatan di Indonesia. Salemba Medika, Jakarta, p. 175)
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Pelayanan Kesehatan Puskesmas adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada
masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, dan pelaporan yang
dituangkan dalam suatu sistem.
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat;
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
a. Paradigma sehat
Berdasarkan prinsip paradigma sehat Puskesmas mendorong seluruh pemangku
kepentingan berpartisipasi dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat.
b. Pertanggungjawaban wilayah
Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban wilayah Puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat
Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat Puskesmas mendorong kemandirian
hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Ketersediaan akses pelayanan kesehatan;
Berdasarkan prinsip ketersediaan akses pelayanan kesehatan Puskesmas
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh
seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial,
ekonomi, agama, budaya, dan kepercayaan.
e. Teknologi tepat guna
Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan,
mudah dimanfaatkan, dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
f. Keterpaduan dan kesinambungan.
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan
UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang
didukung dengan manajemen Puskesmas.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan Puskesmas mengintegrasikan program yang
dilaksanakannya dengan pendekatan keluarga. Dimana Pendekatan keluarga
merupakan salah satu cara Puskesmas mengintegrasikan program untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Dalam melaksanakan tugas tersebut
Puskesmas memiliki fungsi:
a. Penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).
Puskesmas berwenang untuk:
a. Menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis masalah kesehatan
masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan
pimpinan wilayah dan sektor lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan pelayanan Puskesmas
dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
f. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia Puskesmas
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada keluarga, kelompok, dan
masyarakat dengan mempertimbangkan faktor biologis, psikologis, sosial, budaya,
dan spiritual; i. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan
j. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat kepada dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota, melaksanakan sistem kewaspadaan dini, dan respon
penanggulangan penyakit
k. Melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga
l. Melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama dan
rumah sakit di wilayah kerjanya, melalui pengoordinasian sumber daya kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas.
b. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
diselenggarakan oleh masyarakat
Puskesmas nonrawat inap dapat menyelenggarakan rawat inap pada pelayanan persalinan
normal.
Puskesmas rawat inap merupakan Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya sesuai
pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan rawat inap pada
pelayanan persalinan normal dan pelayanan rawat inap pelayanan kesehatan lainnya. Pelayanan
persalinan normal harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Puskesmas yang dapat menjadi Puskesmas rawat inap merupakan Puskesmas di
kawasan perdesaan, kawasan terpencil dan kawasan sangat terpencil, yang jauh dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan rujukan tingkat lanjut. (Permenkes nomor 43 tahun 2019)