Anda di halaman 1dari 13

Hubungan Persepsi dengan Perilaku Ibu Membawa Balita ke Posyandu

Dian Palupi Kusuma Wardani, Sheizi Prista Sari, Ikeu Nurhidayah


Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
E-mail: ngkeu_mail@yahoo.com

Abstrak
Posyandu merupakan pusat pemantauan tumbuh kembang balita berbasis masyarakat, namun masih banyak
ibu yang tidak membawa anak berkunjung teratur ke posyandu. Di Kabupaten Bandung, Posyandu Desa
Cimekar memiliki angka kunjungan balita yang terendah yaitu 70,3% pada Bulan Oktober– Desember 2013.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara persepsi ibu dengan perilaku membawa balita
ke posyandu dengan pendekatan teori Health Belief Model. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 94 ibu balita yang diambil dengan
menggunakan teknik simple random sampling di 10 Posyandu Desa Cimekar. Analisis menggunakan chi-
square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,12% memiliki persepsi positif tentang posyandu dan 59,57%
responden memiliki perilaku rutin membawa balita ke posyandu. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat
hubungan antara persepsi dengan perilaku ibu membawa balita ke posyandu (nilai p=0,000; α=0,05). Simpulan
dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi ibu tentang posyandu belum merata dengan baik. Hasil
penelitian ini merekomendasikan agar puskesmas memberikan pembinaan terhadap para ibu balita bukan hanya
penyuluhan, namun diberikan pengarahan dan bimbingan tentang pentingnya membawa balita ke posyandu.

Kata kunci: Balita, Health Belief Model, perilaku, persepsi, posyandu.

The Relationship between Mother’s Perception and Behavior on Attending


Posyandu

Abstract
Community health post as well known as posyandu provide as center to monitor growth in children under
five years old. Data showed that the number of mother’s attendance behavior to Posyandu in Cimekar’s
Village was very low, only 70.5% from October to December 2013. The aimed of this study was to identify
the relationship between mother’s perception and parents behavior on taking their children to posyandu
based on Health Belief Model Theory. The method of this study was descriptive with cross sectional study.
Simple random sampling was used as sampling technique with 97 mothers who has child under five years
old among 10 Posyandu in Cimekar was taken in this study. Data was analyzed by chi-square. The result of
this study showed that there was significant relationship between mother’s perception and mother’s behavior
to attend Posyandu (p=0.000; α=0.05). Data showed that 52.25% respondents had a positive perception about
posyandu and 59.5% respondents had positive behavior to take their child to posyandu. The recommendation
for Puskesmas is to give further information and motivation to mother to attend posyandu frequently.

Key words: Behavior, child under five years old, Health Belief Model, perception, posyandu.

Volume 3 Nomor 1 April 2015 1


Dian Palupi Kusuma Wardani: Hubungan Persepsi dengan Perilaku

Pendahuluan Posyandu merupakan hal penting yang dapat


meningkatkan derajat kesehatan balita, akan
Saat ini angka kematian balita (AKABA) menimbulkan perilaku positif ibu untuk
di Indonesia telah mengalami penurunan hadir ke Posyandu membawa balita.
lebih dari setengah dalam periode 1990- Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi
2013 (UNICEF, 2014). Penurunan angka stimulus atau rangsangan dari luar dan
kematian balita terjadi dari 84 kematian per stimulus tersebut dapat diberikan dengan
1000 kelahiran hidup menjadi 29 per 1000 cara mengadakan penyuluhan-penyuluhan
kelahiran hidup. Namun demikian, angka tentang Posyandu kepada lapisan
ini masih cukup tinggi dari target penurunan masyarakat. Namun, dalam memberikan
angka kematian balita menurut Millenium respon atau stimulus sangat tergantung pada
Development Goals (MDGs), yaitu 23 per karekteristik atau faktor-faktor lain dari
1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 orang bersangkutan yaitu faktor internal dan
(Bappenas, 2014). faktor eksternal (Rachmania, 2010). Apabila
Peningkatan derajat kesehatan dalam persepsi ibu balita tentang Posyandu positif,
mengurangi AKABA dilakukan dengan maka ibu balita akan hadir secara rutin ke
upaya pemantauan status nutrisi, penyakit Posyandu setiap bulannya dan sebaliknya,
infeksi dan tumbuh kembang balita, serta jika persepsi ibu balita tentang Posyandu
peningkatan cakupan imunisasi dasar pada negatif, maka kehadiran ibu balita tidak akan
balita. Berdasarkan data Kemenkes RI rutin setiap bulannya. Hal ini berarti
(2012), menunjukkan bahwa cakupan meskipun stimulus sama bagi beberapa
imunisasi campak hanya 74% dan imunisasi orang, namun respon setiap orang berbeda
DPT-HB3 hanya 62% dari target nasional (Notoatmodjo, 2007). Sebaliknya, kesadaran
diatas 80%. Selain itu, angka kesakitan ibu yang kurang akan pentingnya peran
akibat penyakit infeksi (ISPA/pneumonia Posyandu menyebabkan terhambatnya
dan tuberkulosis) masih tinggi pada balita. proses pelayanan kesehatan yang baik bagi
Salah satu upaya untuk mencegah angka para balita (Trihono, 2005).
kesakitan dan angka kematian anak balita Beberapa penelitian menunjukkan
adalah dengan melakukan pemeliharaan terdapat hubungan antara persepsi seseorang
kesehatannya. Pemeliharaan kesehatan (berdasarkan teori Health Belief Model)
dititikberatkan dengan upaya pencegahan dengan perilaku pencegahan suatu penyakit.
dan peningkatan kesehatan yang dapat Hal ini diperkuat oleh hasil dari beberapa
dilakukan di Posyandu (Farida, 2012). penelitian tersebut yang menunjukkan
Posyandu dipandang sangat bermanfaat adanya hubungan antara persepsi seseorang
bagi masyarakat, akan tetapi keberadaannya dengan niatan untuk berperilaku mencegah
di masyarakat kurang berjalan dengan baik, suatu penyakit berdasarkan teori Health
sehingga pemerintah mengadakan program Belief Model. Seperti pada penelitian yang
revitalisasi Posyandu (Notoatmodjo, 2007). dilakukan oleh Sirait dan Sarumpaet (2012),
Sasaran kegiatan revitalisasi Posyandu ini tentang hubungan komponen Health Belief
adalah seluruh Posyandu dengan prioritas Model dengan penggunaan kondom pada
utama pada Posyandu Pratama dan Madya. Anak Buah Kapal (ABK) di Pelabuhan
Kunjungan balita di Posyandu berkaitan Belawan, menunjukkan terdapat hubungan
dengan peran ibu sebagai orang yang paling yang signifikan antara persepsi keseriusan
bertanggungjawab terhadap kesehatan balita, HIV/ AIDS dengan perilaku penggunaan
karena balita sangat bergantung pada ibu. kondom. Individu memersepsikan bahwa
Alasan utama ibu membawa balita ke penyakit yang dialami semakin memburuk,
Posyandu karena ingin anak mendapatkan mereka akan merasakan hal tersebut sebagai
pelayanan kesehatan yang maksimal. Oleh ancaman dan mengambil tindakan preventif.
karena itu, motivasi ibu dalam pemanfaatan Hal ini sesuai dengan teori Health Belief
Posyandu balita mempunyai andil yang Model yang menunjukkan bahwa persepsi
besar dalam meningkatkan kesehatan seseorang akan memengaruhi tindakan
balitanya (Farida, 2012). seseorang.
Sikap ibu balita untuk menyadari bahwa Di Kabupaten Bandung, saat ini masih
ditemukan kasus balita gizi buruk sebesar

2 Volume 3 Nomor 1 April


Dian Palupi Kusuma Wardani: Hubungan Persepsi dengan Perilaku

0,94% dan cakupan kunjungan balita ke


Posyandu hanya 64,6% (Dinas Kesehatan Hasil wawancara kepada kader kesehatan
Kabupaten Bandung, 2013). Puskesmas di Desa Cimekar, didapatkan bahwa
Cinunuk merupakan salah satu Puskesmas di beberapa kader sudah berupaya semaksimal
Kabupaten Bandung yang memiliki mungkin untuk mengajak ibu balita untuk
Posyandu mandiri paling sedikit tiga membawa balita ke Posyandu. Kader juga
Posyandu dari 90 Posyandu (3,33%). mendatangi rumah ibu yang tidak hadir
Posyandu yang berstatus pratama sebanyak dalam kegiatan Posyandu, dan bidan desa
15 Posyandu, madya 45 Posyandu, dan juga sudah berupaya untuk memotivasi ibu
purnama 27 Posyandu (Dinas Kesehatan balita agar mau membawa balita ke
Kabupaten Bandung, 2013). Posyandu dengan rutin. Dari 31 Posyandu
yang ada di Desa Cimekar, hanya tujuh
Berdasarkan data laporan bulanan Posyandu saja yang mencapai target SPM.
Puskesmas Cinunuk Kabupaten Bandung
pada Bulan Oktober-Desember tahun 2013, Peneliti juga melakukan wawancara
kepada sepuluh orang ibu mengenai rutinitas
menunjukkan bahwa kunjungan balita ibu membawa balita ke Posyandu setiap
dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja bulan. Hasil wawancara menunjukkan
Puskesmas Cinunuk sebesar 74,5% dan bahwa dari sepuluh ibu hanya terdapat
masih belum mencapai target kunjungan empat ibu saja yang rutin membawa anak ke
sebesar 85%, dan hanya 1,4% yang Posyandu. Rata- rata alasan ibu tidak
memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan membawa balitanya ke Posyandu karena
yang lain, seperti ke dokter, bidan, maupun rutinitas pekerjaan rumah yang bagi mereka
fasilitas pelayanan kesehatan yang lain tidak dapat ditinggalkan, menganggap bahwa
(Laporan Puskesmas Cinunuk, 2013). Posyandu itu hanya menimbang saja, rasa
Wilayah kerja Puskesmas Cinunuk malas untuk datang ke Posyandu, dan ada
mencakup dua desa, yaitu Desa Cinunuk dan
Cimekar. Hasil survei menunjukan bahwa yang menganggap bahwa imunisasi itu
di Desa Cimekar angka kunjungan balita ke haram sehingga hal ini menjadikan
Posyandu lebih kecil (70,3%) dibandingkan paradigma negatif tentang Posyandu.
Desa Cinunuk (78,4%). Rata-rata cakupan Oleh karena itu, peneliti memandang
kunjungan dan pemantauan pertumbuhan sangat penting untuk mengetahui persepsi
balita di Posyandu di Desa Cimekar wilayah individu mengenai suatu masalah dan
kerja Puskesmas Cinunuk belum memenuhi bagaimana individu tersebut
target gizi puskesmas dan Standar Pelayanan mengaplikasikannya dalam perilaku
Minimal (SPM) bidang kesehatan yang pencegahan guna memaksimalkan upaya
telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan preventif dari peningkatan kejadian suatu
berdasarkan KEPMENKES No. 1457/ penyakit yang mungkin terjadi pada balita.
MENKES/SK/2003 (Laporan Puskesmas Tujuan penelitian ini adalah untuk
Cinunuk, 2013). mengidentifikasi hubungan persepsi dengan
perilaku ibu membawa balita ke Posyandu
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Desa Cimekar wilayah kerja Puskesmas
ke beberapa Posyandu yang berada di
Desa Cimekar, didapatkan bahwa masih Cinunuk.
banyak ibu yang tidak membawa balita ke
Posyandu. Dari hasil obeservasi peneliti
ke beberapa Posyandu di Desa Cimekar, Metode Penelitian
ditemukan bahwa masih terdapat Posyandu
yang belum menjalankan sistem 5 meja, Jenis penelitian yang digunakan yaitu
hal ini dikarenakan peran dan jumlah kader deskriptif kuantitatif dengan menggunakan
Posyandu yang masih belum optimal. pendekatan cross sectional. Variabel
Selain itu, hanya beberapa Posyandu yang independen pada penelitian ini adalah
mempunyai bangunan sendiri dan fasilitas persepsi ibu mengenai Posyandu. Variabel
yang tersedia di Posyandu tersebut belum dependen pada penelitian ini adalah perilaku
memadai. Namun, pelayanan yang diberikan ibu membawa balita ke Posyandu. Populasi
Posyandu sudah mencukupi pelayanan dalam penelitian ini adalah ibu yang
minimal. mempunyai balita di Desa Cimekar
sebanyak
1.461 ibu balita. Sampel dalam penelitian
Volume 3 Nomor 1 April 3
Dian Palupi Kusuma Wardani: Hubungan Persepsi dengan Perilaku

ini adalah 94 ibu dengan balita yang diambil


menggunakan simple random sampling. negatif dalam membawa balita ke posyandu
(tabel 1).
Alat pengumpul data untuk mengukur Tabel 1 Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu
persepsi ibu adalah kuesioner berdasarkan terhadap Perilaku Membawa Balita
teori Health Belief Model, sedangkan untuk ke Posyandu (N = 94)
mengukur perilaku ibu membawa balita Persepsi Ibu tentang f %
ke Posyandu menggunakan kuesioner dan Membawa Balita ke Posyandu
Kartu Menuju Sehat (KMS). Kuesioner Positif 49 52,12
persepsi dan perilaku ibu sudah dilakukan
uji reliabilitas, dengan nilai cronbach alpha Negatif 45 47,88
sebesar 0,571; lebih besar dari r tabel
(0,444) sehingga semua item dinyatakan
reliabel. Tabel 2 di bawah menunjukkan jika dilihat
berdasarkan dimensi persepsi, didapatkan
data bahwa 62,76% ibu mempunyai persepsi
Hasil Penelitian positif terhadap kerentanan penyakit;
54,25% ibu mempunyai persepsi positif
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh terhadap keseriusan dampak jika anaknya
informasi bahwa 52,12% ibu memiliki tidak dibawa ke posyandu terhadap
persepsi positif dalam membawa balita ke kesehatannya; 52,12% ibu mempunyai
posyandu dan 47,88% ibu memiliki persepsi persepsi positif

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu Per Domain dengan Perilaku Membawa Balita ke
Posyandu (N = 94)
Dimensi Persepsi Kategori f %
Pesepsi terhadap kerentanan Positif 59 62,76
Negatif 35 37,24
Persepsi terhadap keseriusan Positif 51 54,25
Negatif 43 45,75
Persepsi terhadap manfaat Positif 49 52,12
Negatif 45 47,88
Persepsi terhadap hambatan Positif 74 78,72
Negatif 20 21,28
Motivasi kesehatan Positif 80 85,1
Negatif 14 14,9

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu Membawa Balita ke Posyandu (N = 94)


Perilaku Ibu Membawa Balita ke f %
Posyandu
Rutin 56 59,57
Tidak Rutin 38 40,43

Tabel 4 Tabulasi Silang Hubungan antara Persepsi dengan Perilaku Ibu Membawa
Balita ke Posyandu
Persepsi
berdasarkan Perilaku Ibu Membawa Balita ke Posyandu Nilai ρ
No Rutin Tidak Rutin
Teori
BeliefHealth
Mode f % f %

1 Positif 38 40,42 11 11,71 0.000


2 Negatif 18 19,15 27 28,72

4 Volume 3 Nomor 1 April


Dian Palupi Kusuma Wardani: Hubungan Persepsi dengan Perilaku

Tabel 5 Tabulasi Silang Hubungan antara Dimensi Persepsi berdasarkan Teori Health Belief
Model dengan Perilaku Ibu Membawa Balita ke Posyandu
Dimensi Persepsi Perilaku Membawa Balita ke Posyandu
Rutin Tidak Rutin Nilai ρ Odds Ratio
No
f % f %
1 Persepsi Kerentanan 0.711 1,174
Positif 36 38,3 23 24,46
Negatif 20 21,28 15 15,96
2 Persepsi Keseriusan 0.018 2,760
Positif 36 38,3 15 15,96
Negatif 20 21,28 23 24,46
3 Persepsi Manfaat 0.043 2,370
Positif 34 36,17 15 15,95
Negatif 22 23,41 23 24,47
4 Persepsi Hambatan 0.012 3,640
Positif 49 52,13 25 26,6
Negatif 7 7,44 13 13,83
5 Motivasi Kesehatan
Positif 52 55,32 28 29,78 0.010 4,643
Negatif 4 4,26 10 10,64

terhadap manfaat membawa balita ke


posyandu; 78,72% ibu mempunyai persepsi pengaruh dimensi persepsi berdasarkan teori
positif terhadap hambatan yang dirasakan; Health Belief Model terhadap perilaku ibu
dan 85,1% ibu mempunyai persepsi positif membawa balita ke posyandu. Dimensi
terhadap motivasi kesehatan yang didapat persepsi yang berpengaruh terhadap perilaku
dari dalam maupun dari luar. ibu adalah persepsi tentang motivasi
kesehatan yang memiliki pengaruh cukup
besar terhadap perilaku membawa balita ke
Tabel 3 terlihat bahwa 59,57% ibu rutin posyandu (p=0,010) (Tabel 5). Tabel 5 dapat
membawa balitanya ke Posyandu di Desa dilihat, ibu yang memiliki persepsi motivasi
Cimekar. Tabel 4 menunjukkan 40,42% ibu positif memiliki kecenderungan untuk rutin
yang mempunyai persepsi positif memiliki membawa anak ke posyandu sebesar 4,643
perilaku positif dalam membawa balita ke atau 5 kali lebih besar dibandingkan dengan
posyandu dan terdapat hubungan antara yang memiliki persepsi motivasi negatif.
persepsi dengan perilaku ibu membawa
balita ke posyandu (p = 0.000; α = 0.05)
(tabel 4).
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa Pembahasan
persepsi terhadap keseriusan yang dirasakan
(p=0.018), manfaat yang dirasakan Health Belief Model (HBM) adalah teori
(p=0.043), rintangan yang dirasakan yang paling umum digunakan dalam
(p=0.012), dan motivasi kesehatan yang pendidikan kesehatan dan promosi
dirasakan (p=0.010) berhubungan dengan kesehatan (Glanz, Rimer, & Lewis, 2002 &
perilaku ibu dalam membawa balitanya ke National Cancer Institute [NCI], 2003).
posyandu. Variabel persepsi kerentanan yang Teori Health Belief Model yang
dirasakan (p=0.711) tidak berhubungan dikembangkan oleh Rosenstock (1988),
dengan perilaku ibu dalam membawa menekankan bahwa perilaku kesehatan
balitanya ke posyandu dengan nilai p>0.05. ditentukan oleh keyakinan pribadi atau
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi tentang penyakit dan strategi yang
berdasarkan nilai odds ratio terdapat tersedia untuk mengurangi terjadinya
penyakit. Persepsi seseorang dipengaruhi
Volume 3 Nomor 1 April 5
Dian Palupi Kusuma Wardani: Hubungan Persepsi dengan Perilaku
oleh

6 Volume 3 Nomor 1 April


Dian Palupi Kusuma Wardani: Hubungan Persepsi dengan Perilaku

berbagai macam faktor yang memengaruhi


perilaku kesehatan intrapersonal. penyuluhan kesehatan (60,53%). Penelitian
serupa yang dilakukan Nofianti (2012),
Teori Health Belief Model menekankan menemukan bahwa proporsi ibu balita
pada promosi peningkatan pelayanan
kesehatan. Model ini ditindaklanjuti oleh yang memiliki perilaku baik dalam
Becker dan rekan pada 1970-an dan 1980- pemanfaatan posyandu untuk memantau
an. Teori Health Belief Model didasarkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya
pada pemahaman bahwa seseorang akan adalah sebanyak 41% dan hasil penelitian
mengambil tindakan yang akan berhubungan Silaen (2011), menyatakan bahwa ibu yang
dengan kesehatan. Teori ini dituangkan memanfaatkan posyandu dengan baik
dalam lima segi pemikiran dalam diri sebesar 39%. Selain itu, penelitian Tri
individu, yang memengaruhi upaya yang (2007) menunjukkan rutinitas balita yang
ada dalam diri individu untuk menentukan datang ke posyandu setiap bulan sebanyak
apa yang baik bagi dirinya, yaitu perceived 32,8%. Sedangkan hasil penelitian Yuryanti
susceptibility (kerentanan yang dirasakan/ (2010), menunjukkan bahwa perilaku
diketahui), perceived severity (bahaya/ kunjungan ibu balita ke posyandu sebesar
kesakitan yang dirasakan), perceived benefit 47%. Keadaan ini menunjukkan bahwa
of action (manfaat yang dirasakan dari meskipun lokasi penelitian berbeda, namun
tindakan yang diambil), perceived barrier tingkat partisipasi mayarakat dalam
to action (hambatan yang dirasakan akan menimbang anak balita ke posyandu tidak
tindakan yang diambil), dan cues to action jauh berbeda dan tetap dibawah target
(isyarat untuk melakukan tindakan). Hal nasional sebesar 85%. Menurut hasil
tersebut dilakukan dengan tujuan self- penelitian Nofianti (2012), faktor yang
efficacy atau upaya diri sendiri untuk berhubungan secara bermakna dengan
menentukan apa yang baik bagi dirinya. perilaku pemanfaatan posyandu oleh ibu
Self-efficacy seseorang dalam melakukan balita adalah umur ibu, pekerjaan ibu, umur
suatu tindakan kesehatan menurut teori balita, urutan kelahiran balita, dan
Health Belief Model dipengaruhi persepsi kepemilikan KMS.
seseorang tentang kerentanan terhadap Rendahnya cakupan penimbangan balita
ke posyandu menunjukkan bahwa perilaku
penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk masyarakat dalam bidang kesehatan,
memperkecil kerentanan terhadap penyakit, khususnya dalam memantau pertumbuhan
adanya kepercayaan bahwa perubahan dan perkembangan balita masih rendah dan
perilaku dapat memberikan keuntungan, belum dianggap sebagai hal yang prioritas
penilaian individu terhadap perubahan yang untuk dilakukan. Teori Health Behavior
ditawarkan, interaksi dengan petugas Model ini menekankan bahwa perilaku
kesehatan yang merekomendasikan kesehatan ditentukan oleh keyakinan pribadi
perubahan perilaku, dan pengalaman atau persepsi tentang penyakit dan strategi
mencoba perilaku yang serupa. yang tersedia untuk mengurangi terjadinya
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyakit.
52,12% ibu memiliki persepsi positif bahwa
membawa anaknya ke posyandu di Desa Berdasarkan dimensi Health Belief
Cimekar berpengaruh positif terhadap Model, dimensi persepsi yang berpengaruh
kesehatan anaknya. Ibu menganggap bahwa terhadap perilaku ibu dalam penelitian ini
posyandu merupakan tempat yang dapat adalah persepsi ibu terhadap keseriusan,
dimanfaatkan ibu untuk memantau tumbuh persepsi ibu akan manfaat posyandu,
kembang anak, menambah informasi persepsi ibu terhadap hambatan, dan
tentang bagaimana menjaga dan merawat persepsi ibu dalam motivasi. Dimensi
kesehatan anak, dan ibu menganggap persepsi kerentanan tidak memiliki
penting keberadaan posyandu. hubungan dengan perilaku ibu dalam
membawa anak ke posyandu. Hal ini sejalan
Dalam hal perilaku ibu membawa dengan penelitian yang dilakukan oleh Ary,
balita ke posyandu, berdasarkan penelitian
ini didapatkan data bahwa 59,57% ibu Arsyad, & Rismayanti (2014) dan Hayati,
rutin membawa anak ke posyandu setiap Sudiana, & Kristiawati (2014). Penelitian
bulan. Ibu juga pernah mendapatkan Ary, Arsyad, & Rismayanti (2014),
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara persepsi manfaat yang
Volume 3 Nomor 1 April 7
Dian Palupi Kusuma Wardani: Hubungan Persepsi dengan Perilaku
dirasakan

8 Volume 3 Nomor 1 April


Dian Palupi Kusuma Wardani: Hubungan Persepsi dengan Perilaku

serta rintangan yang dirasakan dengan status


imunisasi balita. Penelitian Hayati, Sudiana, persepsi ibu terhadap manfaat posyandu
& Kristiawati (2014), menunjukkan bahwa mendorong ibu untuk datang rutin membawa
terdapat hubungan antara persepsi balitanya ke posyandu. Manfaat posyandu
kerentanan orang tua, persepsi keseriusan yang dipersepsikan ibu, diantaranya bahwa
orang tua, persepsi manfaat dan hambatan membawa balita ke posyandu bermanfaat
orang tua terhadap status gizi balita. untuk mencegah gizi kurang, mendapatkan
makanan tambahan, serta memantau
Dimensi persepsi ancaman keseriusan ibu pertumbuhan dan perkembangan anak.
merupakan persepsi ibu mengenai
keseriusan atau dampak yang akan terjadi Seseorang akan cenderung untuk
menerapkan perilaku sehat ketika ia
ketika ibu tidak membawa balita ke merasa perilaku tersebut bermanfaat untuk
posyandu. Ibu menganggap bahwa meningkatkan kesehatannya. Penelitian Ary,
membawa balita ke posyandu itu penting dkk., (2014), menunjukkan bahwa ibu akan
untuk menghindari dampak kesehatan yang membawa anak balitanya ke posyandu
tidak diinginkan, misalnya balita menjadi apabila ibu merasa tindakan tersebut
sakit. Hasil penelitian ini sejalan dengan bermanfaat dan sebaliknya. Persentase ibu
penelitian yang dilakukan oleh Yenita yang tidak membawa balitanya ke posyandu
(2011) yang menunjukkan bahwa persepsi terlihat masih tinggi karena ibu tidak
individu akan keseriusan penyakit atau merasakan manfaat dari posyandu tersebut.
ancaman penyakit yang akan didapat ketika
tidak melakukan tindakan kesehatan menjadi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persepsi tentang hambatan yang dirasakan
pendorong utama dalam melakukan tindakan akan tindakan yang diambil berhubungan
kesehatan. Penelitian Yenita (2011), dengan perilaku ibu dalam membawa balita
menunjukkan bahwa persepsi negatif ibu ke posyandu. Rintangan dirasakan ibu
tentang keseriusan persalinan akan adalah hambatan yang dialami ketika ibu
mendorong ibu dalam melakukan persalinan hendak mengambil keputusan membawa
bukan oleh tenaga kesehatan. balitanya ke posyandu. Hambatan tersebut
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan dapat terdiri dari jarak, biaya, pengambilan
penelitian Fibriana (2013), dalam teori
Health Belief Model (Rosenstock), yang keputusan dalam keluarga, norma/ budaya,
menyatakan bahwa dalam melakukan dan hambatan lainnya. Ada banyak
tindakan dalam mencegah terjadinya suatu rintangan yang harus dilalui seseorang untuk
penyakit maupun mencari pengobatan dapat melakukan suatu tindakan kesehatan,
dipengaruhi oleh persepsi terhadap dan kebanyakan rintangan tersebut datang
keseriusan yang mungkin dirasakan apabila karena seseorang mengevaluasi halangan
menderita suatu penyakit. Persepsi ini terhadap perilaku baru yang dilakukan.
merupakan pandangan individu tentang Sebelum mengadopsi perilaku, seseorang
beratnya penyakit yang diderita. Pandangan harus percaya bahwa besarnya rintangan
ini mendorong seseorang untuk mencari yang dialami ketika melakukan tindakan
pengobatan atas penyakit yang dideritanya. pencegahan lebih kecil daripada
Keseriusan ini ditambah dengan akibat dari konsekuensi atau tindakan lamanya
suatu penyakit, misalnya kematian, (Hayden, 2010).
pengurangan fungsi fisik dan mental, Penelitian ini menunjukkan bahwa
dimensi persepsi motivasi (cues to action)
kecacatan, dan dampaknya terhadap ibu berhubungan dengan perilaku ibu
kehidupan sosial. membawa balita ke posyandu. Persepsi
Hasil penelitian ini juga menunjukkan motivasi menurut Rosenstrock (1988) adalah
bahwa persepsi ibu tentang manfaat bahwa tindakan kesehatan individu
posyandu berhubungan dengan perilaku dicetuskan oleh motivasi seseorang, baik
ibu dalam membawa balita ke posyandu. motivasi internal maupun eksternal.
Persepsi ibu akan manfaat (perceived Motivasi internal atau isyarat internal
benefit) menurut Rosenstrock berarti bahwa (internal cues), yaitu motivasi untuk
tindakan individu untuk mencari pengobatan bertindak yang berasal dalam diri individu.
dan pencegahan penyakit didorong oleh Motivasi internal ibu untuk membawa anak
manfaat tindakan tersebut untuk pengobatan ke posyandu diantaranya karena ibu
atau pencegahan penyakit. Pada penelitian merasakan adanya
ini,
Volume 3 Nomor 1 April 9
Dian Palupi Kusuma Wardani: Hubungan Persepsi dengan Perilaku

isyarat (cues) terhadap kesehatan anaknya,


misalnya gejala yang dirasakan pada dengan vaksinasi. Penelitian Hayati, dkk.,
anaknya (demam, panas, nafsu makan anak (2014) menunjukkan bahwa persepsi
menurun, berat badan menurun, berat badan kerentanan orang tua tentang kemungkinan
tidak naik, dan lain-lain). Motivasi eksternal terkena suatu permasalahan gizi pada
atau isyarat eksternal yaitu motivasi atau balitanya akan memengaruhi perilaku orang
isyarat untuk bertindak yang berasal dari tua dalam melakukan pencegahan atau
interaksi interpersonal, seperti media massa, mencari pengobatan.
pesan, nasihat, dan anjuran atau konsultasi Penelitian ini menunjukkan bahwa
hal tersebut tidak terjadi pada perilaku
dengan tenaga kesehatan. Motivasi eksternal ibu dalam membawa balita ke posyandu.
yang dimiliki ibu untuk membawa anak ke Menurut penelitian Astinah, dkk., (2013),
posyandu didorong oleh pesan kesehatan agar seseorang bertindak untuk mengobati
yang ibu dapatkan pada saat penyuluhan atau mencegah penyakitnya maka ia harus
kesehatan oleh petugas kesehatan, ibu merasakan bahwa ia rentan terhadap
membaca poster dan iklan di televisi tentang penyakit tersebut. Apabila seseorang merasa
pentingnya posyandu, serta pengalaman tidak rentan terhadap penyakit tersebut,
sesama ibu tentang manfaat yang didapat maka perlu diberikan rangsangan yang lebih
jika ibu membawa balita ke posyandu. intensif agar dia juga mencetuskan respon
Penelitian Yuryanti (2010), terdapat yang diinginkan yaitu membawa balitanya
hubungan yang bermakna antara motivasi secara rutin ke posyandu. Kerentanan yang
ibu balita dengan perilaku kunjungan ibu dirasakan rendah terhadap suatu penyakit
balita ke posyandu. Hal ini juga dapat disebabkan karena minimnya
dikemukakan oleh Soni (2007), yang pengetahuan tentang bahaya penyakit
menemukan bahwa terdapat hubungan tersebut. Sehingga apabila dikaitkan dengan
antara motivasi dengan keaktifan kader penelitian ini, ibu yang tidak membawa
dalam mendorong ibu untuk membawa balitanya sama sekali atau tidak secara rutin
balitanya ke posyandu. membawa balitanya ke posyandu memiliki
Persepsi ibu tentang kerentanan pengetahuan yang rendah terhadap risiko
(perceived suspectibility) pada penelitian
ini tidak berhubungan dengan perilaku ibu penyakit tersebut, sehingga sangat penting
untuk membawa anak ke posyandu. Persepsi untuk sosialisasi pentingnya membawa
kerentanan artinya individu merasa bahwa ia balita secara rutin ke posyandu.
rentan (susceptible) terhadap suatu penyakit Penelitian Pamungkas (2009),
yang akan mendorong individu untuk menemukan bahwa terdapat hubungan
melakukan tindakan kesehatan. Kerentanan antara pengetahuan ibu balita dengan
merupakan penilaian subjektif bagi setiap perilaku kunjungan ibu ke posyandu.
individu. Penelitian Hayati, dkk., (2014), Secara keseluruhan ibu yang mempunyai
menunjukkan bahwa kerentanan ini dapat tingkat pengetahuan baik, rata- rata
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu faktor mempunyai tingkat perilaku berkunjung ke
umur, penghasilan, etnis, dan pengetahuan posyandu yang baik. Penelitian lain oleh
seseorang. Pada penelitian ini, ibu tidak Tricia (2008), yang menyatakan bahwa
memersepsikan bahwa balitanya rentan terdapat hubungan antara pengetahuan
terhadap suatu penyakit tertentu. Hasil ibu dengan tindakan ibu untuk membawa
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian anaknya ke posyandu.
Fibriana (2013); Hayati, dkk., (2014); dan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dimensi persepsi yang paling berhubungan
Ary, dkk., (2014). Penelitian Fibriana dengan perilaku ibu dalam membawa balita
(2013), menunjukkan bahwa seorang ke posyandu adalah persepsi motivasi
individu melakukan pemeriksaan HIV/ dengan nilai odds ratio sebesar 4,64
AIDS, karena individu tersebut kali, yang menunjukkan bahwa ibu yang
memersepsikan dirinya rentan terhadap memiliki persepsi motivasi yang positif
penyakit tersebut. Adapun penelitian Ary, akan mendorong sebesar 4,64 kali lebih
dkk., (2014), menunjukkan bahwa ibu yang besar untuk membawa anaknya ke posyandu
merasa anaknya berisiko terkena penyakit dibandingkan dengan ibu yang memiliki
yang dapat dicegah dengan imunisasi persepsi motivasi negatif. Perawat
melakukan tindakan pencegahan komunitas dan tenaga kesehatan lain harus
1 Volume 3 Nomor 1 April
Dian Palupi Kusuma Wardani: Hubungan Persepsi dengan Perilaku
lebih

Volume 3 Nomor 1 April 1


Dian Palupi Kusuma Wardani: Hubungan Persepsi dengan Perilaku

meningkatkan motivasi ibu karena terbukti


menjadi pendorong utama dalam perilaku Tujuan Pembangunan Millenium MDG’s di
ibu dalam membawa anak ke posyandu. Indonesia tahun 2014. Jakarta: Bappenas.
Upaya untuk meningkatkan motivasi ibu
dapat dilakukan melalui kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.
penyuluhan oleh kader, konsultasi kader, (2013). Laporan Tahunan Dinas Kesehatan
sosialisasi posyandu melalui poster ataupun Kabupaten Bandung. Soreang: Dinas
melalui dukungan sebaya (peer support). Kesehatan Kabupaten Bandung.

Farida, H. (2012). Hubungan Pendidikan,


Pekerjaan, Pengetahuan, dan Kepuasan
Simpulan Ibu terhadap Posyandu dengan Frekuensi
Kunjungan Balita ke Posyandu di
Terdapat hubungan antara persepsi dengan Puskesmas. Jurnal Kedokteran Lambung
perilaku ibu membawa balita ke posyandu. Mangkurat, 1(4).
Sebanyak 52,12% ibu mempunyai persepsi
positif dalam membawa balita ke posyandu
dan sebanyak 59,57% ibu rutin membawa Fibriana, A. I. (2013). Keikutsertaan
Pelanggan Wanita Pekerja Seks dalam
balitanya ke posyandu. Dimensi persepsi Voluntary Conseling and Testing (VCT).
motivasi merupakan dimensi persepsi paling Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2).
besar yang mendorong ibu untuk membawa
balita ke posyandu dengan nilai odds ratio Glanz, K., Rimer, B. K., & Lewis, F.
sebesar 4,64; yang menunjukkan bahwa ibu
yang memiliki persepsi motivasi yang positif M. (2002). Health Behavior and Health
akan mendorong sebesar 4,64 kali lebih Education; Theory, Research and Practice.
besar untuk membawa anaknya ke posyandu University of Michigan.
dibandingkan dengan ibu yang memiliki
persepsi motivasi negatif. Perawat Hayati, M., Sudiana, K. I., & Kristiawati.
komunitas dan tenaga kesehatan lain harus (2014). Analisis Faktor Orang Tua terhadap
lebih meningkatkan motivasi ibu karena Status Gizi Balita Pendekatan Teori
terbukti menjadi pendorong utama dalam Health Belief Model. Surabaya: Universitas
perilaku ibu dalam membawa anak ke Airlangga.
posyandu. Upaya untuk meningkatkan
motivasi ibu dapat dilakukan melalui Hayden, J. A. (2010). Health Belief Theory.
kegiatan penyuluhan oleh kader, konsultasi New Jersey: Jones and Bartlett Publisher.
kader, sosialisasi posyandu melalui poster
ataupun melalui dukungan sebaya (peer Kemenkes RI. (2012). Profil Kesehatan
support). Indonesia 2011. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Daftar Pustaka
Laporan Puskesmas Cinunuk. (2013).
Ary, D., Arsyad, D. S., & Rismayanti. Laporan Tahunan Puskesmas Cinunuk.
(2014). Pemanfaatan Imunisasi di Bandung: Puskesmas Cinunuk.
Kelurahan Pampang Kecamatan
Panakkukang Kota Makassar (Pendekatan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
Health Belief Model). Makassar: Universitas 1457/ Menkes/ SK/ X/ 2003. (2003).
Hasanuddin. Keputusan Menkes RI tentang Standard
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Astinah, Hasbullah, S., & Muzakkir, H. di Kabupaten/ Kota. Jakarta: Kementrian
(2013). Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesehatan Republik Indonesia.
Kepatuhan Ibu pada Pemberian Imunisasi
Dasar di Posyandu Teratai 11B di Wilayah National Cancer Institute. (2003). Health
Kerja Puskesmas Tamamaung Makassar. Behavior Construct: Theory, Measurement
Jurnal STIKES Nani Hasanuddin Makassar, & Research. Diperoleh melalui:
2(6), 8-15. ISSN: 2302-1721. www.cancer. gov.
Bappenas. (2014). Laporan Pencapaian

1 Volume 3 Nomor 1 April


Dian Palupi Kusuma Wardani: Hubungan Persepsi dengan Perilaku

Posyandu di Kota Pariaman Tahun 2007.


Nofianti, S. (2012). Faktor-faktor yang Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
berhubungan dengan Perilaku Pemanfaatan Universitas Indonesia.
Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Maek Kabupaten Lima Puluh Tri, L. D. (2008). Faktor-faktor yang
Kota Tahun 2012. Skripsi. Depok: Fakultas berhubungan dengan Rutinitas Ibu
Kesehatan Masyarakat, Program Studi Membawa Batita ke Posyandu di Desa
Sarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas Banda dan Merak, Kecamatan Balaraja,
Indonesia. Kabupaten Tangerang Tahun 2007. Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan Indonesia.
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Tricia, Y. (2008). Faktor-fakor yang
Pamungkas, L. (2009). Hubungan antara berhubungan dengan Tindakan Ibu untuk
Faktor Pengetahuan, Sikap, dan Membawa Anak Balitanya ke Posyandu
Kepercayaan dengan Perilaku Ibu di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung
Berkunjung ke Posyandu di Kelurahan Selatan Tahun 2008. Depok: Fakultas
Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Kesehatan Masyarakat Universitas
Magelang. Diperoleh melalui: Indonesia.
http://eprints.undip.ac.id.
Trihono. (2005). Arrimes Manajemen
Rachmania, H. K. (2010). Faktor–faktor Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat.
yang berhubungan dengan Kunjungan Ibu Yogjakarta: Sagung Seto.
Balita dalam Kegiatan Posyandu (Studi di
Desa Lumingser Kecamatan Adiwerna UNICEF. (2014). Sekitar 35 Juta Balita
Kabupaten Tegal Tahun 2010). Diperoleh Masih Berisiko Jika Target Angka Kematian
melalui: http:// digilib.unimus.ac.id (diakses Anak Tidak Tercapai. Jakarta: UNICEF
pada 15 Maret 2014, 19.00). Indonesia.
Rosentrock, I. M., Stretcher, V. J., & Becker, Yenita, S. (2011). Faktor Determinan
M. H. (1988). Social Learning Theory and Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan
the Health Belief Model. Health Educ, di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Baru
15(2), 175-83. Kabupaten Pasaman Barat. Repository
Universitas Andalas.
Silaen, H. E. (2011). Hubungan
Pengetahuan Ibu, Pemanfaatan Posyandu, Yuryanti. (2010). Faktor-faktor yang
dan Faktor Lainnya terhadap Status Gizi berhubungan dengan Perilaku Kunjungan
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Muka
Medan Tahun 2011. Depok: Fakultas Kuning Wilayah Kerja Puskesmas Sei
Kesehatan Masyarakat Universitas Pancur Kota Batam Tahun 2010. Depok:
Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Sirait, L. M., & Sarumpaet, S. (2013).
Hubungan Komponen Health Belief Model
(HBM) dengan Penggunaan Kondom pada
Anak Buah Kapal (ABK) di Pelabuhan
Belawan. Jurnal Pre Cure, 1(1).

Soni, D. (2007). Faktor-faktor yang


berhubungan dengan Keaktifan Kader

Volume 3 Nomor 1 April 1

Anda mungkin juga menyukai