Anda di halaman 1dari 30

Makalah

Tentang

Penggunaan Perangkat Lunak Di Unit Rekam Medis


Sarana Pelayanan Kesehatan (SarYanKes)

KELOMPOK 1 :
1.Aluh Laeli Herawati
2. Reno Juliadi
3. Usma Hendri Meriska
4. Yuli Indriyani

PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIK & INFORMASI


KESEHATAN
UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN
(UNIQHBA)TAHUN AJARAN 2018/2019

PENDAHULUAN

1
 Pengertian Aplikasi Perangkat Lunak
Aplikasi perangkat lunak adalah suatu subkelas perangkat lunak
komputer memanfaatkan kemampuan komputer langsung untuk
melakukan suatu tugas yang diinginkan pengguna. Perangkat lunak
terdiri dari perangkat lunak sistem operasi dan perangkat lunak
aplikasi dimana perangkat lunak aplikasi tidak dapat berjalan tanpa
adanya perangkat lunak sistem operasi.

A. PERANGKAT LUNAK SISTEM OPERASI

Sistem operasi adalah perangkat lunak (software) yang merupakan


penghubung antara pengguna komputer (brainware) dengan perangkat
keras komputer (hardware). Sebelum ada sistem operasi, pengguna
berinteraksi dengan perangkat keras menggunakan sinyal analog dan
digital tanpa disertai dengan tampilan antar muka seperti yang biasa
kita gunakan seperti sekarang. Sistem operasi mempermudah interaksi
antara pengguna dengan komputer. Pengertian sistem operasi secara
umum ialah pengelola seluruh sumber-daya yang terdapat pada sistem
komputer dan menyediakan sekumpulan layanan (system calls) ke
pemakai sehingga memudahkan penggunaan dan pemanfaatan
sumber-daya sistem komputer. Setidaknya ada 3 (tiga) sistem operasi
yang cukup dikenal dan banyak digunakan di Indonesia yaitu
Windows, Linux, dan Macintosh. Diantara ketiganya Windows
merupakan sistem operasi yang paling banyak digunakan di Indonesia.

1. Windows
Windows merupakan sistem operasi yang diproduksi oleh
perusahaan Microsoft. Sistem ini merupakan sistem operasi
berbayar dan bersifat closed source. Penemu Windows untuk
pertama kalinya adalah dua orang yang saling bersahabat sejak
kecil yaitu Bill Gates dan Paul Allen. Sejak penemu Windows
ini, Windows kini mengalami perkembangan dari versi yang
satu ke versi lainnya dengan kualitas yang semakin
ditingkatkan. Sistem operasi Windows merupakan
pengembangan dari MS-DOS, sebuah sistem operasi berbasis
modul teks dan command-line atau CLI (Command Line
Interface). Windows merupakan sistem operasi yang

2
menyediakan lingkungan berbasis grafis (Graphical User
Interface (GUI)) dan kemampuan multitasking.
a. Windows 1.0
Sistem operasi Windows 1.0 dikeluarkan pada tanggal 20
November 1985 dan diresmikan pertama kali pada tanggal 10
November 1983 yang dijuluki dengan Windows Graphic
Environment 1.0. Windows 1.0 bukanlah sebuah sistem operasi
yang lengkap, namun hanya memperluas kemampuan MS-DOS
dengan tambahan antarmuka grafis berbasis 16-bit. Windows
1.0 juga memiliki masalah dan kelemahan sama yang dimiliki
oleh MS-DOS. Sebagai contoh, jendela-jendela di dalam
Windows 1.0 hanya dapat ditampilkan di layar secara “tile”
saja, sehingga jendela tersebut tidak dapat saling menimpa satu
sama lainnya. Tentu saja, Windows 1.0 memiliki cukup banyak
kekurangan sehingga belum begitu dikenal di masyarakat.
b. Windows 2.0
Windows 2.0 mendapatkan keuntungan, karena dapat
menggunakan prosesor terbaru pada tahun itu, yaitu Intel 286
Prosesor, memory yang lebih besar, dan fitur komunikasi antar
aplikasi dengan menggunakan Dynamic Data Exchange (DDE).
Dengan peningkatan dukungan grafis, pengguna sekarang dapat
mengatur besar kecil ukuran jendela dan penambahan dukungan
untuk keyboard sehingga dapat menggunakan Windows dengan
hanya berbekal keyboard dan juga dukungan keyboard shortcut.
Windows 2.0 sendiri di luncurkan pada tanggal 9 Desember
1987.
c. Windows 3.0
Windows 3.0 dirilis pada tanggal 22 Mei 1990. Windows
3.0 memiliki kemampuan dukungan kartu grafis SVGA atau
XGA dan juga icon. Microsoft menyediakan SDK (Software
Development Kit) sehingga para developer piranti lunak dapat
mengembangkan aplikasi agar mampu berjalan di Windows
3ini. Sistem ini mengenalkan Virtual Device Driver yang
berguna untuk meminimalisasi ketergantungan setiap driver
pada perangkat keras tertentu. Sistem ini berevolusi menjadi
Windows 3.1 yang mengenalkan fitur Multimedia dan True

3
Type Font. Sistem ini memudahkan pengguna karena adanya
fitur Drag and Drop. Windows versi 3.0 ini berkembang
menjadi Windows 3.11 yang mendukung aplikasi networking.
d. Windows 95
Windows 95 dirilis tanggal 24 Agustus 1995. Windows
95 sudah terintegrasi dengan 32bit TCP/IP (Transmission
Control Protocol/Internet Protocol) dan sudah mendukung
jaringan internet, dial-up networking, dan dukungan fitur plug
and play, dimana kita bisa menginstall device dengan hanya
mencolokan kabel hardware-nya. Versi 32 bit dari Windows 95
terdapat peningkatan kapabilitas multiedia, fitur yang lebih kaya
untuk mobile computing, dan networking yang sudah
diintegrasikan.
e. Windows 98
Pada 25 Juni 1998, Microsoft merilis Windows 98 yang
merupakan revisi minor terhadap Windows 95. Secara umum
Windows 98 jauh lebih stabil dan dapat diandalkan
dibandingkan dengan pendahulunya, Windows 95. Windows 98
mencakup banyak driver perangkat keras baru dan dukungan
sistem berkas FAT32 yang lebih baik yang mengizinkan partisi
untuk memiliki kapasitas yang lebih besar dari 2 gigabyte,
sebuah batasan yang terdapat di dalam Windows 95. Dukungan
USB di dalam Windows 98 pun juga jauh lebih baik
dibandingkan dengan pendahulunya.
f. Windows 2000

Windows 2000 termasuk ke dalam keluarga Windows


NT. Dirilis pada 17 Februari 2000, Windows 2000 ini khusus
dibuat untuk kalangan bisnis. Ada versi Professional, Server,
Advanced Server dan Datacenter Server. Untuk pengguna
rumahan, Windows merilis Windows ME beberapa bulan
kemudian. Fitur-fitur baru yang diadopsi dari Windows 98 juga
ditanamkan di dalamnya, seperti Device Manager yang telah
ditingkatkan dengan menggunakan Microsoft Management
Console, Windows Media Player, dan DirectX 6.1 yang

4
memungkinkan sistem operasi berbasis kernel Windows NT
untuk menjalankan game.

g. Windows ME (Millenium Edition)


Sesuai dengan namanya, Windows ME ini dirilis pada 14
September tahun 2000 yang sering disebut sebagai tahun
milenium. Dibandingkan dengan Windows 98, Windows ME
memiliki boot time yang jauh lebih cepat. Di Windows inilah
pertama kali ada fitur System Restore untuk merestore PC ke
titik tertentu jika mengalami permasalahan. Namun demikian,
banyak yang menganggap bahwa Windows ME ini adalah
produk gagal yang memiliki banyak masalah. Keberadaan
Windows ME ini pun segera digantikan oleh Windows NT
Family lainnya yaitu XP, Vista, 7, dan Windows 8.
h. Windows XP
Pada tahun 2001, Microsoft memperkenalkan Windows
XP yang memiliki nama kode “Whistler” selama
pengembangan. Akhirnya setelah merilis beberapa versi
Windows berbasis Windows 9x dan NT, Microsoft berhasil
menyatukan kedua jajaran produk tersebut. Windows XP
menggunakan kernel Windows NT 5.1, sehingga menjadikan
kernel Windows NT yang terkenal dengan kestabilannya
memasuki pasar konsumen rumahan untuk menggantikan
produk Windows 9x yang berbasis 16/32-bit yang sudah menua.
Windows XP merupakan versi sistem operasi Windows yang
paling lama paling tidak hingga saat ini karena memang
berkisar dari tahun 2001 hingga tahun 2007 saat Windows Vista
dirilis ke konsumen. Jajaran sistem operasi Windows XP
akhirnya diteruskan oleh Windows Vista pada 30 Januari 2007.
i. Windows Vista
Tanggal 30 November 2006, Microsoft meluncurkan
versi baru Windows untuk pengguna rumahan dan kalangan
bisnis pada tanggal 30 Januari 2007 dengan nama Windows
Vista. Fitur-fitur pada Windows Vista perubahannya boleh
dikatakan radikal, terutama pada bagian user-interface.
Kemampuan sekuritas juga ditambahkan oleh Microsoft,

5
sehingga Microsoft megklaim versi terbarunya ini lebih
stabil,aman, dan memanjakan pengguna komputer. Edisi
Windows Vista terdiri dari Windows Vista Starter, Windows
Vista Home Basic, Windows Vista Home Premium, Windows
Vista Business, Windows Vista Enterprise, dan Windows Vista
Ultimate.
j. Windows 7
Rilis selanjutnya setelah Windows Vista adalah Windows
7, yang sebelumnya dikenal dengan sebutan Blackcomb dan
Vienna. Saat pertama kali dirilis, Windows ini memiliki kernel
NT versi 6.1 build 7600 yaitu perbaikan dari Windows Vista
dimana saat rilis pertama memiliki kernel NT 6.0 build 6000.
Windows 7 yang dirilis pada tanggal 22 Oktober 2009 ini
memiliki keamanan dan fitur yang baru serta dibekali dengan
Windows Media Player 12 dan Internet Explorer 8. Beberapa
fitur yang unik adalah Sidebar yang berganti nama menjadi
Gadget dan bebas ditaruh kemana-mana pada desktop tidak
seperti Sidebar yang hanya bisa diletakkan di tempat tertentu.
Fitur itu membuat Windows 7 menjadi menarik.
k. Windows 8
Windows 8 adalah versi selanjutnya dari Microsoft
Windows, serangkaian sistem operasi yang diproduksi oleh
Microsoft untuk digunakan pada komputer pribadi, termasuk
komputer rumah dan bisnis, laptop, netbook, tablet PC, server,
dan PC multimedia. Salah satu metode untuk mencapai hal
tersebut adalah dengan mengurangi beban pemakaian RAM di
dalam sistem operasi. Penghematan penggunaan RAM di
Windows 8 dipastikan dapat secara signifikan memperpanjang
penggunaan PC yang memakai baterai seperti laptop ataupun
tablet PC karena RAM merupakan salah satu komponen di
komputer yang paling banyak memakai arus listrik.
l. Windows 10
Micorosoft sengaja tidak mengeluarkan versi windows 9
karena dikhawatirkan para pengguna akan menganggap
windows 9 yang dipakai adalah windows 95 atau windows 98
karena berawalan 9. Karena itu Micorosoft langsung

6
memproduksi windows 10 sebagai versi terbaru dari sistem
operasi windows yang menyempurnakan kekurangan pada
Windows 8 yang banyak dikeluhkan pengguna. Windows 10
banyak digandrungi oleh masyarakat karena tampilannya yang
simpel, menarik, dan canggih.
2. Linux
Linux merupakan sistem operasi yang berbasis open
source. Nama Linux sendiri diturunkan dari pencipta awalnya,
Linus Torvalds, dari Universitas Helsinki, Finlandia. Pada
tahun 1969, Ken Thompson dan Dennis Ritchie, para peneliti di
AT&T Bell Laboratorium Amerika, membuat sistem operasi
UNIX yang merupakan cikal bakal dari Linux. UNIX
mendapatkan perhatian besar karena seluruh source code-nya
dibuat dengan bahasa C sehingga mempermudah
pemindahannya ke berbagai platform. Dalam waktu singkat
UNIX berkembang dalam dua jalur yaitu UNIX yang
dikembangkan oleh Universitas Berkeley dan yang
dikembangkan oleh AT&T. Setelah itu mulai banyak
perusahaan yang melibatkan diri dan terjadilah persaingan yang
melibatkan banyak perusahaan untuk memegang kontrol dalam
bidang sistem operasi. Persaingan ini menyebabkan perlu
adanya standarisasi. Dari sini lahirlah proyek POSIX yang
dimotori oleh IEEE (The Institute of Electrical and Electronics
Engineers) yang bertujuan untuk menetapkan spesifikasi standar
UNIX. Sejak saat itu muncul berbagai macam jenis UNIX
dengan standar yang telah disepakati bersama. Salah satu jenis
atau versi UNIX yang muncul adalah MINIX yang dibuat oleh
A. S. Tanenbaum untuk tujuan pendidikan. Source code MINIX
inilah yang oleh Linus Torvalds, seorang mahasiswa
Universitas Helsinki pada waktu itu, dijadikan sebagai referensi
untuk membuat sistem operasi baru yang gratis dan source
code-nya bisa diakses oleh umum. Sistem operasi ini kemudian
diberi nama Linux.
3. Macintosh
Macintosh merupakan sistem operasi yang diproduksi
oleh perusahaan Apple yang kita kenal dengan produk

7
hardware-nya yaitu Macbook. Apple pertama didirikan pada
tanggal 1 april tahun 1976 oleh Steve Jobs, Steve Wozniak, dan
Ronald Wayne. Sistem operasi Macintosh merupakan sistem
operasi yang memiliki hubungan erat dengan Linux karena
diturunkan dari kernel yang sama. Sistem operasi Macintosh
dijual sepaket dengan hardware-nya sehingga kita hanya bisa
menggunakan Macintosh melalui Macbook, tidak seperti sistem
operasi Windows dan Linux yang dapat diinstall dan digunakan
pada berbagai merk laptop atau notebook.

B. PERANGKAT LUNAK APLIKASI

Perangkat lunak aplikasi dibutuhkan agar komputer Anda


dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk berbagai keperluan
(Sobri dkk, 2017). Perangkat lunak aplikasi adalah seluruh
perintah yang digunakan untuk memproses informasi.
Perangkat lunak aplikasi dapat berupa program atau prosedur
yang dijalankan melalui perangkat lunak sistem operasi seperti
yang sudah kita bahas di Topik 1. Perangkat lunak aplikasi
merupakan program yang dijalankan untuk melakukan fungsi
tertentu sesuai dengan kebutuhan penggunanya yang telah
ditentukan pada awal pembuatan program tersebut. Biasanya
perangkat lunak aplikasi dibuat untuk kepentingan pengolahan
data. Beberapa yang kita kenal diantaranya perangkat lunak
aplikasi perkantoran seperti Microsoft Word, Microsoft Excel,
dan Microsoft Powerpoint. Dalam ranah kesehatan nanti kita
akan mengenal istilah sistem informasi manajemen kesehatan
yang merupakan perangkat lunak untuk membantu proses
pengumpulan, pengolahan, dan pencarian kembali data
kesehatan. Sistem informasi manajemen terdiri atas tiga kata
kunci, yaitu sistem, informasi, dan manajemen. Sistem
informasi manajemen dapat didefinisikan sebagai sekumpulan
subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersamasama
dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan
bekerjasama antara bagian satu dengan yang lainnya dengan
cara-cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data,
menerima masukan (input) berupa data-data. Kegiatan dalam

8
SIM meliputi pengolahan (processing), dan menghasilkan
keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar bagi
pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai
nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat ini juga
mapun di masa datang, mendukung kegiatan operasional,
manajerial, dan strategis organisasi, dengan memanfaatkan
berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi fungsi
tersebut guna mencapai tujuan (Sutanta, 2003).

C. JENIS APLIKASI PERANGKAT LUNAK DI RUMAH


SAKIT
Rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan tingkat lanjut
yang mengelola berbagai sumber daya yang cukup kompleks.
Penggunaan aplikasi perangkat lunak diperlukan untuk
membantu pihak manajemen rumah sakit dalam mengolah
semua data pelayanan di rumah sakit agar didapatkan informasi
yang akurat secara cepat untuk mendukung proses pengambilan
keputusan. Aplikasi perangkat lunak juga digunakan untuk
menunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien. Aplikasi
perangkat lunak yang sering digunakan di rumah sakit antara
lain SIMRS, INA-CBGs dan SIRS Online.
1. SIMRS
SIMRS adalah kependekan dari Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit. SIMRS mengelola seluruh
data pelayanan di rumah sakit. Berbagasi versi SIMRS
juga banyak beredar di pasaran sehingga SIMRS di
satu rumah sakit juga bisa berbeda dengan SIM RS di
rumah sakit lain, bahkan ada rumah sakit yang
membangun sendiri SIMRS-nya. Cakupan dari
SIMRS di masing-masing rumah sakit pun berbeda,
mulai dari yang hanya memfasilitasi pendaftaran
pasien sampai yang juga mampu memfasilitasi data
keuangan, stok obat, dan kepegawaian. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia juga telah meluncurkan
SIMRS versi free dan open source dengan nama
SIMRS GOS. SIMRS GOS merupakan sistem

9
informasi manajemen rumah sakit yang cukup
lengkap.
SIMRS GOS terdiri dari beberapa modul yang
memfasilitasi:
a. Pendaftaran pasien
b. Pelayanan rawat jalan
c. Pelayanan rawat inap
d. Laboratorium dan radiologi
e. Apotek
f. Pembayaran
g. Kamar operasi
h. Rekam medis
i. Pelaporan internal
j. Pelaporan eksternal

Karena sifatnya yang free dan open source, SIMRS GOS cocok
digunakan oleh rumah sakit yang memiliki masalah
keterbatasan dana dalam hal pengembangan sistem informasi
manajemen rumah sakit. Namun tetap dibutuhkan tenaga ahli
yang memiliki pengalaman dalam mengembangkan sistem
informasi berbasis web sehingga dapat melakukan kustomisasi
atau penyesuaian terhadap SIMRS GOS agar dapat
diimplementasikan di rumah sakit yang bersangkutan.
2. INA-CBGs
Jika fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti
puskesmas menggunakan aplikasi p-care, fasilitas
kesehatan tingkat lanjut dalam hal ini rumah sakit
menggunakan aplikasi INA-CBGs kaitannya dengan
implementasi jaminan kesehatan nasional. Aplikasi
INA-CBGs berguna untuk mencatat dan mengajukan
klaim penggantian biaya pasien yang ditanggung oleh
BPJS.
3. SIRS Online
SIRS Online adalah sebuah aplikasi berbasis web
yang digunakan oleh rumah sakit untuk melaksanakan
pelaporan data kepada Kementerian Kesehatan

10
Republik Indonesia. Aplikasi ini dapat dikases secara
online di alamat http://sirs.yankes.kemkes.go.id/sirs/.
Petugas rumah sakit dapat meng-upload data
pelaporan dalam bentuk file microsoft excel sesuai
dengan format yang sudah ditentukan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
D. Aplikasi Perangkat Lunak Untuk Registrasi Pasien
di Rumah Sakit
Aplikasi perangkat lunak untuk registrasi pasien di
rumah sakit secara umum dapat dibedakan sesuai
dengan jenis pembayarannya. Khusus untuk pasien
anggota JKN, BPJS menyediakan perangkat lunak
khusus untuk melakukan registrasi pasien. Menurut
Peraturan Menteri No 82 Tahun 2013 Tentang Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit, salah satu
variabel dalam SIMRS adalah pendaftaran. Item-item
yang harus dipenuhi dalam variabel pendaftaran
adalah:
1. Pendaftaran
a. Pendaftaran Melalui Telepon
b. Pendaftaran Bayi Baru Lahir
2. Daftar Data Pasien
3. Daftar Kunjungan Pasien
4. Asuransi
5. Laporan
a. Rekap Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
b. Pencarian Data Asuransi

Berdasarkan penjelasan diatas diharapkan SIMRS


di bagian pendaftaran dapat melakukan tugas minimal
yaitu; melakukan pendaftaran pasien umum (pasien
baru dan pasien lama), melakukan pendaftaran pasien
BPS (pasien baru dan pasien lama) , melakukan
pendaftran pasien perjanjian (pasien lama), dapat
menampilkan data pasien, serta daftar kunjungan
pasien per hari atau per bulan. Pasien yang ingin

11
mendapatkan pelayanan rawat jalan harus melakukan
registrasi terlebih dahulu dimana pada proses regitrasi
ini pasien akan memberikan kartu identitas kepada
petugas rumah sakit pada loket karcis dan melakukan
pembayaran biaya pendaftaran. Jika pasien sudah
pernah berobat, pasien cukup menunjukkan kartu
berobat yang telah diberikan petugas saat pertama kali
mendaftar (Mulyani, 2016).

1. REGISTRASI PASIEN UMUM

1) Registrasi pasien baru


Registrasi pasien baru umum diperuntukkan bagi pasien
yang belum pernah berobat ke rumah sakit tersebut dan tidak
menggunakan asuransi. Petugas pendaftaran akan mengisi
nama, jenis kelamin, tempat lahir, tanggal lahir, satus
perkawinan pekerjaan, alamat dan lain-lain sesuai dengan kartu
identitas pasien.
2) Registrasi Pasien Lama
Registrasi pasien lama umum diperuntukkan untuk pasien
yang sudah pernah berobat ke rumah sakit tersebut dan tidak
menggunakan asuransi. Karena pasien sudah pernah
berkunjung sebelumnya maka petugas pendaftaran tinggal
mencari datanya melalui SIMRS.
1) Registrasi Pasien BPJS
1. Registrasi Pasien BPJS dengan SIMRS Registrasi pasien
BPJS diperuntukkan untuk pasien yang menggunakan
asuransi BPJS dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
Pasien yang ingin melakukan registrasi menggunakan
asuransi BPJS harus melengkapi syarat dan ketentuan yang
berlaku antara lain kartu BPJS masih aktif, foto copy kartu
keluarga, foto copy kartu tanda penduduk, dan membawa
surat rujukan yang masih berlaku, kecuali pasien gawat
darurat yang dapat langsung dilayani tanpa surat rujukan.
Tampilan aplikasi untuk melakukan registrasi pasien baru
BPJS sama dengan registrasi pasien baru umum,
perbedaannya pada item jenis pasien diisi “BPJS”.

12
2. Registrasi Pasien BPJS dengan Aplikasi
SEP Sebelum didaftar menggunakan SIMRS sebagai
pasien BPJS, terlebih dahulu pasien BPJS divalidasi
status keanggotaan BPJS-nya melalui aplikasi SEP
Integrated System BPJS Kesehatan sebagai syarat
agar dapat dilayani sebagai pasien BPJS. SEP adalah
kependekan dari Surat Eligibilitas Peserta yang harus
dicetak sebagai salah satu syarat registrasi pasien
BPJS.
3. Registrasi Pasien Perjanjian
Registrasi pasien perjanjian sudah mulai
dikembangkan di beberapa rumah sakit di Indonesia.
Registrasi pasien perjanjian dapat melalui Short
Message Service (SMS), aplikasi WhatsApp,
pendaftaran online berbasis website, pendaftaran
online berbasis aplikasi mobile, dan yang paling
umum digunakan adalah registrasi pasien melalui
pesawat telepon. Kali ini kita akan membahas contoh
proses registrasi pasien perjanjian secara online
menggunakan website dan aplikasi mobile.
1. Registrasi Pasien Perjanjian Melalui Website
Pembahasan kali ini akan mengulas
mengenai cara melakukan registrasi pasien
perjanjian berbasis web dengan contoh kasus
di Rumah Sakit Gladiool Magelang. Pasien
yang hendak mendaftar cukup mengakses
website pendaftaran pasien online melalui
alamat http://registrasi.gladiool.com/. Pasien
yang belum mempunyai akun harus
membuat akun terlebuh terlebih dahulu,
sedangkan pasien yang sudah mempunyai
akun dapat langsung melakukan proses login
untuk kemudian mengikuti tahap selanjutnya
dan melakukan registrasi secara mandiri.
2. Registrasi Pasien Perjanjian Melalui Aplikasi
Mobile

13
Masih terkait dengan registrasi pasien
perjanjian. Kali ini kita akan membahas
penggunaan aplikasi mobile untuk
melakukan registrasi pasien perjanjian.
Pengguna ponsel berbasis Android dapat
mengunduh dan menginstall aplikasi RSMS
online melalui Google Play.
Aplikasi RSMS Online dapat digunakan untuk
melakukan registrasi pasien secara mandiri, melihat
jadwal dokter, melihat data antrian, serta melihat
berbagai informasi terkait pelayanan rawat jalan dan
rawat inap. Halaman utama terdiri dari delapan menu
yang tediri dari:
a) Pendaftaran Online, untuk melakukan registrasi
pelayanan rawat jalan;
b) Anggota Keluarga, untuk menambahkan data
anggota keluarga sehingga dapat kita
registrasikan melalui aplikasi ini;
c) Riwayat Pendaftaran, untuk mengecek data
registrasi yang telah kita lakukan;
d) Informasi Antrian, untuk melihat data antrian
pasien;
e) Tempat Tidur, untuk melihat informasi tempat
tidur rawat inap yang tersedia;
f) Fasilitas Rawat Inap, untuk melihat fasilitas
yang ada pada setiap kelas rawat inap;
g) Klinik-Dokter, untuk melihat jadwal pelayanan
dan jadwal dokter pada masing-masing klinik
rawat jalan;
h) Portal Data RSMS, untuk mengakses data
rumah sakit yang dibuka untuk publik.
E. APLIKASI PERANGKAT LUNAK ANALISIS/ AUDIT
REKAM MEDIS
A. Aplikasi Analisis Kuantitatif Rekam Medis

14
Johns (2002) dan Clark (2004) mengemukakan bahwa telaah
rekaman kesehatan secara kuantitatif dilaksanakan dengan
mengevaluasi kelengkapan berbagai jenis formulir dan
data/informasi (manual kertas maupun elektronis) seperti pada:

1. semua laporan yang dianggap penting, bentuk manual atau


elektronik;
2. semua laporan keakuratan informasi identitas pasien (nama
lengkap, nomor pasien, kelamin, dokter yang merawat dan
lainnya);
3. semua jenis perizinan yang diperlukan pasien, ragam
otorisasi atau pengesahan yang telah ditandatangani pasien
atau wali pasien yang berwenang;
4. semua jenis tes penunjang diagnostik yang diinstruksikan
oleh dokter serta hasilnya;
5. pelaksanaan semua konsultasi medis yang diinstruksikan
oleh dokter dan laporan konsultan;
6. semua masukan dan laporan yang harus diberi pengesahan
telah ditandatangani serta diberi tanggal sesuai dengan
peraturan kebijakan sarana pelayanan kesehatan;
7. riwayat dan laporan pemeriksaan fisik telah lengkap,
termasuk pendokumentasian diagnosis saat mendaftar;
8. ringkasan riwayat pulang (resume) lengkap;
9. dokumentasi dokter yang meliputi semua diagnosis utama
dan sekunder serta prosedur utama dan tambahan;
10.Untuk pasien bedah, telaah kelengkapan juga mencakup:
a. Semua laporan anestesi saat pra dan intra serta
pascaoperasi,
b. Semua laporan operasi, laporan patologi dan catatan
perkembangan pascaoperasi, dan
c. Semua laporan ruang pemulihan (recovery room) dan
catatan perkembangan; serta
11.Pasien yang meninggal saat dirawat dan diautopsi dilengkapi
dengan laporan awal dan akhir proses autopsi.
 Komponen analisis kuantitatif menurut Huffman (1994) yaitu:
1. Identifikasi

15
Telaah identifikasi dilakukan untuk mengecek kolom
isian data yang disediakan pada masing-masing formulir rekam
medis terkait kelengkapan penulisan nama, nomor rekam medis,
jenis kelamin, tanggal lahir, umur, alamat, pendidikan, agama,
dan lain-lain.Telaah dapat dilakukan saat pasien sudah pulang
atau masih dirawat di rumah sakit.
1. Laporan Penting
Pengecekan ada atau tidaknya laporan pada situasi yang
mengharuskan laporan yang dimaksud ada. Laporan yang
dimaksud antara lain adalah ringkasan masuk dan keluar
rumah sakit, resume medis, informed consent, laporan
operasi, laporan anestesi yang di dalamnya memuat data-
data penting terkait pelayanan kesehatan yang telah
diberikan kepada pasien seperti diagnosis, prosedur/tindakan
medis, keadaan keluar, tanggal masuk dan keluar dirawat,
dan lain-lain. Analisis kuantitatif menjadi penting karena
laporan tidak mungkin ditambahkan/disusulkan setelah
pasien pulang.
2. Autentikasi
Telaah dilakukan untuk memastikan bahwa semua
masukan (isian data) adalah legal (sah) yang ditandai dengan
adanya tanda tangan tenaga kesehatan yang berwenang dan
dilengkapi dengan nama serta disertai gelar keprofesiannya.
Legalisasi tidak boleh diwakili, kecuali keadaan mendesak.
Legalisasi biasanya terdapat pada formulir ringkasan masuk
dan keluar rumah sakit, resume medis, perintah dokter,
asuhan/catatan keperawatan, informed consent, laporan
operasi, laporan operasi, dan lain-lain.
3. Pendokumentasian yang benar Telaah dijalankan untuk
memastikan pemasukan data harus sesuai dengan aturan
yang ditentukan. Perbaikan adalah aspek penting pada suatu
praktik pendokumentasian rekam medis dan harus disertai
paraf dan penjelasan terperinci.

Untuk tingkat analisis kuantitatif yang lebih mahir, Hatta (2011)


berpendapat agar praktisi jangan hanya terfokus pada penganalisisan

16
kelengkapan data sosial pasien (demografi) dan kelengkapan beragam
lembaran medis belaka (seperti yang biasa dilakukan). Namun,
analisis kuantitatif juga harus mengintegrasikan kegiatannya dengan
kegiatan yang berdampak pada unsur hukum dan administratif yang
kemudian diintegrasikan dengan standar pelayanan kesehatan. Dengan
demikian analisis kuantitatif format rekaman kertas (manual) maupun
elektronik harus betul-betul menyeluruh. Dalam metode ini, analisis
dititikberatkan pada empat kriteria yaitu:

1. Menelaah kelengkapan data sosial pasien (demografi) meliputi


informasi tentang identitas pasien yaitu:
a. nama lengkap yang terdiri dari nama sendiri dan nama ayah
atau suami atau marga;
b. nomor pasien;
c. alamat lengkap;
d. usia;
e. orang yang dapat dihubungi; dan
f. tanda tangan persetujuan.
2. Menelaah kelengkapan bukti rekaman yang ada yang berkaitan
dengan kegiatan pelayanan yang diberikan. Bukti rekaman
tersebut meliputi:
a. laporan umum, seperti lembar riwayat pasien, pemeriksaan
fisik, catatan perkembangan, observasi klinik, ringkasan
penyakit; dan
b. laporan khusus, seperti laporan operasi, anastesi, dan hasil
pemeriksaan laboratorium;
3. Menelaah tanda bukti keabsahan rekaman dari tenaga kesehatan
maupun tenaga lain yang terlibat dalam pelayanan kepada
pasien sehingga informasi dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum.
4. Menelaah tata cara mencatat (administratif) yang meliputi
adanya tanggal, keterangan waktu, menulis pada baris yang
tetap serta menerapkan cara koreksi yang benar.

B. ANALISIS KUANTITATIF REKAM MEDIS


DENGAN APLIKASI PERANGKAT LUNAK

17
Proses analisis kuantitatif menggunakan aplikasi
perangkat lunak pada komputer pada prinsipnya hampir
sama dengan penggunaan formulir check list analisis
kuantitatif secara manual/konvensional. Aplikasi dapat
berdiri sendiri atau merupakan modul pada sistem informasi
manajemen rumah sakit (SIMRS). Hasil akhir berupa grafik
ketidaklengkapan pengisian rekam medis dapat
dimanfaatkan untuk proses interpretasi dan pengambilan
kesimpulan terkait kelengkapan pengisian data rekam medis.
Hasil interpretasi selanjutnya dapat digunakan untuk saran
atau rekomendasi kepada tenaga kesehatan dan pimpinan
rumah sakit dalam hal peningkatan mutu pendokumentasian
rekam medis.
C. Aplikasi Analisis Kualitatif Rekam Medis

Komponen analisis kualitatif menurut Huffman


(1994) yaitu:
1. Review Kelengkapan dan Kekonsistenan
Diagnosis Review ini ditujukan untuk memeriksa
kekonsistenan diagnosis yang ditulis antara lain:
a. Diagnosis saat masuk/alasan saat masuk
dirawat;
b. Diagnosis tambahan;
c. Pre-operatif diagnosis;
d. Post-operatif diagnosis;
e. Diagnosis patologis;
f. Diagnosis klinis;
g. Diagnosis akhir/utama; dan
h. Diagnosa sekunder/kedua.
2. Review Kekonsistenan dan Kelengkapan Pencatatan
Diagnosis Konsistensi dan kelengkapan merupakan
suatu upaya pencocokan antara satu bagian dengan
bagian lain dan dengan seluruh bagian sehingga diperoleh
hasil yang menunjukkan bahwa pencatatan dari awal
sampai akhir sama. Ada tiga hal yang harus konsisten

18
dalam rekam medis yaitu catatan perkembangan,
instruksi dokter, dan catatan obat.

3. Review Pencatatan saat Perawatan dan Pengobatan


Rekam medis harus dapat menjelaskan keadaan pasien
selama dirawat dan harus dapat menjelaskan seluruh hasil
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dibuktikan dengan catatan hasil pemeriksaannya. Selain
itu, rekam medis juga harus dilengkapi dengan catatan
mengenai tindakan yang telah dilakukan pada pasien.

4. Review adanya Informed Consent Pada komponen ini,


analisis dilakukan untuk mengecek ada atau tidaknya
surat persetujuan tindakan medis (khususnya untuk kasus
bedah/risiko tinggi). Surat persetujuan tersebut juga
dilihat pengisian datanya apakah benar dan lengkap
sesuai dengan prosedur dan peraturan yang dibuat secara
konsisten.

Hatta (2011) mengembangkan konsep analisis


kualitatif administratif dan analisis kualitatif medis.
Analisis kualitatif administratif (AKLA) dilakukan untuk
menelaah kelengkapan enam informasi unsur
administratif perawatan yaitu:
1. Kejelasan Masalah dan Kondisi/Diagnosis
Review ini akan dimaksudkan untuk memeriksa
kekonsistenan pencatatan diagnosis pada:
a. diagnosis saat masuk atau alasan saat masuk
rawat;

b. diagnosis tambahan;
c. pre-operatif diagnosis;
d. post operatif diagnosis;
e. diagnosis patologis;
f. diagnosis klinis;

19
g. diagnosis akhir atau utama; dan
h. diagnosis kedua.

2. Masukan Konsisten Konsistensi merupakan suatu


penyesuaian atau kecocokan antara satu bagian dengan
bagian lain dan dengan seluruh bagian, dimana diagnosa
dari awal sampai akhir harus konsisten. Tiga hal yang
harus konsisten yaitu catatan perkembangan, instruksi
dokter, dan catatan obat.

3. Alasan Pelayanan Rekam medis harus menjelaskan


keadaan pasien selama dirawat dan harus menyimpan
seluruh hasil pemeriksaan dan mencatat tindakan yang
telah dilakukan pada pasien. Contoh: Hasil tes normal,
pasien dalam keadaan baik, pasien telah diberi penjelasan
dan petunjuk. Semua hal itu harus dilengkapi dengan
catatan di dalam rekam medis.

4. Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)


Khusus pasien bedah/penerima tindakan berisiko tinggi,
persetujuan tindakan medis wajib diberikan kepada
pasien atau keluarganya. Persetujuan dapat diberikan
secara tertulis, lisan atau tindakan isyarat bila telah
memperoleh informasi tentang tindakan medis yang akan
diterimanya. Persetujuan dikatakan ada dan lengkap bila
diisi dan ditandatangani oleh pemberi layanan kesehatan,
pasien, dan saksi-saksi.
5. Telaah rekaman: mutakhir, tulisan terbaca, singkatan
baku, menghindari sindiran, pengisian tidak senjang,
tinta, dan catatan jelas.
a. Waktu pencatatan harus termutakhirkan dan tidak ada
waktu kosong antara dua penulisan, khususnya pada saat
emergency. Tidak adanya pencatatan pada suatu periode
dapat meningkatkan resiko kegagalan dalam pengobatan.
b. Tulisan/pencatatan data harus mudah dibaca, tinta yang

20
digunakan harus tahan lama, dan penulisan dilakukan
dengan hati-hati dan lengkap.
c. Data harus menggunakan singkatan yang umum
sehinga perlu dibuatkan pedoman untuk membakukan
singkatan-singkatan yang digunakan. Dengan demikian,
semua tenaga kesehatan yang merawat tahu tentang arti
singkatan tersebut.
d. Data yang dicatat haruslah tidak mengandung
komentar atau hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan
pengobatan pasien, bahkan kritikan atau hinaan.

6. Informasi Ganti Rugi Biaya perawatan pasien harus dicatat


dengan jelas khususnya bila ada informasi medis yang
memerlukan biaya penggantian pembayaran. Rekam medis
harus mempunyai semua catatan mengenai kejadian yang
dapat menyebabkan atau berpotensi tuntutan kepada institusi
pelayanan kesehatan baik oleh pasien maupun oleh pihak
ketiga. Analisis dilanjutkan dengan analisis kualitatif medis
(AKMed). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien berdasarkan
kelengkapan informasi medis. Caranya dengan menelaah
keberadaan informasi tambahan tentang pelayanan medis
pada kolom pemanfaatan kelengkapan informasi medis.
Penilaian dilakukan dengan sistem pemberian skor.

D. ANALISIS KUALITITATIF REKAM MEDIS


DENGAN APLIKASI PERANGKAT LUNAK
Proses analisis kualitatif menggunakan aplikasi perangkat lunak
pada komputer dapat dilakukan setelah analisis kuantitatif.
Aplikasinya dapat berdiri sendiri atau merupakan modul pada
sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS). Hasil akhir
berupa grafik kekosistenan pengisian rekam medis dapat
dimanfaatkan untuk proses interpretasi dan pengambilan
kesimpulan terkait konsistensi dan kelengkapan pengisian data
rekam medis terutama terkait diagnosis, dokumen perawatan
dan pengobatan, serta informed consent. Hasil interpretasi

21
selanjutnya dapat digunakan untuk saran atau rekomendasi
kepada tenaga kesehatan dan pimpinan rumah sakit dalam hal
peningkatan mutu pendokumentasian rekam medis.

F. APLIKASI PERANGKAT LUNAK PROSES KLAIM


(REIMBURSEMENT) BIAYA KESEHATAN
Klaim adalah proses penyiapan berkas dan penilaian
terhadap layak tidaknya klaim yang dibayar dan berhubungan
dengan kelengkapan dokumen, yakni surat rujukan,
pemeriksaan, pelayanan penunjang, diagnosa dan tindakan
medis yang ditandatangani oleh dokter yang memberikan
pelayanan serta obat-obatan yang diberikan. Mengutip panduan
praktis administrasi klaim fasilitas kesehatan yang diterbitkan
oleh BPJS Kesehatan, fasilitas kesehatan dapat mengajukan
klaim setiap bulan secara reguler paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya, kecuali kapitasi, tidak perlu diajukan klaim
oleh fasilitas kesehatan. BPJS Kesehatan wajib membayar
fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada
peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak dokumen
klaim diterima lengkap di Kantor Cabang/Kantor Operasional
Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan. Batas waktu klaim kolektif
fasilitas kesehatan milik Pemerintah maupun swasta, baik
tingkat pertama maupun tingkat lanjutan adalah 2 (dua) tahun
setelah pelayanan diberikan. Batas waktu klaim perorangan
maksimal adalah 2 (dua) tahun setelah pelayanan diberikan,
kecuali diatur secara khusus. Pelayanan kesehatan yang diklaim
lebih dari batas waktu tersebut dianggap kadaluarsa atau
hangus. Secara umum, kelengkapan administrasi klaim
meliputi:
1) formulir pengajuan klaim (FPK) rangkap tiga,
2) Softcopy luaran aplikasi,
3) kuitansi asli bermaterai cukup, dan
4) bukti
pelayanan yang sudah ditandatangani oleh peserta atau
anggota keluarga. Secara lebih lengkap, syarat-syarat pengajuan
klaim antara lain:

22
1. Salinan kartu kepesertaan BPJS Kesehatan pasien;
2. SEP (surat eligibilitas peserta);
3. Kuitansi pembayaran asli bermeterai cukup;
4. Softcopy luaran aplikasi (hasil grouper INA-CBG);
5. Surat rujukan/surat dalam perawatan/surat kontrol;
6. Salinan KTP;
7. Salinan kartu keluarga (bagi peserta PBI dan/atau
peserta yg masih belum mempunyai KTP);
8. Formulir bukti pelayanan kesehatan yang berisi bukti
pemeriksaan dan diagnosis yang dilengkapi dengan autentikasi
dokter yang merawat; dan
9. Dokumen-dokumen lain dari rumah sakit seperti: bukti
hasil pemeriksaan penunjang diagnostik, bukti tindakan medis,
dan bukti resep dokter.

Proses pengajuan klaim terdiri dari beberapa tahapan. Tahapannya


dimulai dari tempat penerimaan pasien yaitu pengumpulan berkas
persyaratan klaim yang terdiri dari surat rujukan asli (untuk pertama
kali kontrol) dan salinan surat rujukan (untuk kedua kali dan
seterusnya)/surat dalam perawatan/surat kontrol, Salinan KTP
dan/atau Salinan kartu keluarga, salinan kartu peserta BPJS
Kesehatan, formulir bukti pelayanan, dan formulir SEP. Semua berkas
tersebut disiapkan oleh pasien/keluarganya dan kemudian diserahkan
kepada petugas di rumah sakit (petugas administrasi/perawat). Berkas
kemudian dilengkapi dengan formulir bukti pelayanan yang berisi
diagnosis/ tindakan dan resep. Selanjutnya, berkas dikirim ke apotek
untuk proses pengambilan obat oleh pasien. Setelah itu, berkas
disampaikan kepada kasir/bagian keuangan untuk dicek kembali
kelengkapan dan jumlah biaya administrasinya. Berkas selanjutnya
diserahkan ke bagian rekam medis untuk proses coding diagnosis dan
tindakan medis berdasarkan ICD-10 dan ICD-9-CM. Kode tersebut
ditulis di formulir bukti pelayanan. Petugas coding selanjutnya
melakukan entri kode per pasien di sistem informasi rumah sakit.
Setelah selesai dientri, berkas diserahkan kepada petugas grouping
untuk diproses lebih lanjut. Proses dilanjutkan dengan menghitung
jumlah berkas yang diterima oleh petugas grouping. Pada tahap ini,

23
petugas grouping melakukan entri data klaim ke dalam aplikasi
INACBG (nomor rekam medis, nama pasien, jenis kelamin, umur,
nomor Kartu BPJS, nomor SEP, jenis perawatan, kelas perawatan,
tanggal masuk/tanggal keluar, cara pulang, nama dokter penanggung
jawab pasien (DPJP), berat lahir, biaya RS, diagnosa, dan prosedur).
Setelah itu, petugas melakukan grouping INA-CBG sehingga muncul
tarif pelayanan kesehatan dan kemudian mencetak laporan per pasien.
Petugas grouping lantas menyerahkan berkas yang sudah di-grouping
kepada petugas bagian keuangan untuk dicek kembali/diverifikasi
internal sebelum akhirnya diserahkan kepada verifikator BPJS
Kesehatan setempat.

1. PROSES CLAIM/REIMBURSEMENT DI RUMAH


SAKIT MENGGUNAKAN APLIKASI INA-CBG
National Casemix Center (2016) menyebutkan bahwa
aplikasi INA-CBG sendiri merupakan aplikasi yang digunakan
untuk mendukung pelaksanaan program JKN yang dimulai
sejak tanggal 1 Januari 2014. Namun demikian, INA-CBG
sebenarnya merupakan perubahan dan pengembangan dari INA-
DRG yang dimulai sejak tahun 2006. Aplikasi INA-CBG
pertama kali dikembangkan dengan versi 1.5 yang selanjutnya
diperbaharui hingga saat ini menjadi versi 5.2. Pengembangan
yang dilakukan meliputi interface, fitur, grouper, penambahan
variabel, tarif, modul protokol integrasi dengan SIMRS dan
BPJS, serta rancang bangun pengumpulan data dari rumah sakit
ke BPJS Kesehatan dan Kementerian Kesehatan RI. Aplikasi
ini telah digunakan oleh rumah sakit dan fasilitas kesehatan
yang sejenis yang melayani peserta program JKN. Untuk dapat
menggunakannya, rumah sakit dan fasilitas kesehatan sejenis
harus memiliki kode registrasi yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Namun demikian, aplikasi INA-CBG ini diberikan secara gratis
oleh Kementerian Kesehatan RI kepada fasilitas kesehatan yang
membutuhkan.

G. Pelaporan Data Kesehatan di Rumah Sakit

24
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu
proses pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data rumah
sakit di Indonesia. Sistem informasi ini mencakup semua rumah
sakit umum maupun khusus, baik yang dikelola oleh
pemerintah maupun swasta sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1171 Tahun 2011 tentang Sistem Informasi Rumah
Sakit, SIRS terdiri dari: 1. Data identitas rumah sakit; 2. Data
ketenagaan yang bekerja di rumah sakit; 3. Data rekapitulasi
kegiatan pelayanan; 4. Data kompilasi penyakit/morbiditas
pasien rawat inap; dan 5. Data kompilasi penyakit/morbiditas
pasien rawat jalan.

SIRS yang berlaku saat ini adalah SIRS revisi 6 tahun


2011 yang merupakan penyempurnaan dari SIRS Revisi V yang
disusun berdasarkan masukan dari tiap Direktorat dan
Sekretariat di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Hal ini dilakukan agar
dapat menunjang pemanfaatan data yang optimal.
Fungsi SIRS yaitu:
1. membantu mewujudkan visi dan misi rumah sakit;
2. membangun dan mengembangkan infrastruktur teknologi
informasi;
3. mensosialisasikan dan meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia di rumah sakit dalam hal teknologi informasi;
4. meningkatkan kinerja rumah sakit;
5. meningkatkan image rumah sakit di mata masyarakat sebagai
rumah sakit yang mengedepankan pelayanan;
6. meningkatkan manajemen pengelolaan data menjadi
informasi yang cepat dan tepat;
7. meningkatkan mutu dan mempercepat proses pelayanan
rumah sakit;
8. mengurangi kesalahan-kesalahan faktor manusia (human
error);
9. menghilangkan permasalahan redudansi data;

25
10. menghilangkan permasalahan ketidakkonsistenan data; dan
11. membantu proses pemetaan desain sistem informasi sesuai
dengan kebutuhan informasi pada saat ini dan masa datang.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1171


Tahun 2011 tentang Sistem Informasi Rumah Sakit, setiap
rumah sakit wajib melaksanakan SIRS. Formulir SIRS terdiri
dari:
1. RL 1, berisikan Data Dasar Rumah Sakit yang dilaporkan
setiap waktu apabila terdapat perubahan data dasar dari rumah
sakit sehingga data ini dapat dikatakan data yang yang bersifat
terbarukan setiap saat (updated);
2. RL 2, berisikan Data Ketenagaan yang dilaporkan periodik
setiap tahun;
3. RL 3, berisikan Data Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit yang
dilaporkan periodik setiap tahun;
4. RL 4, berisikan Data Morbiditas/Mortalitas Pasien yang
dilaporkan periodik setiap tahun; dan
5. RL 5, yang merupakan Data Bulanan yang dilaporkan secara
periodik setiap bulan, berisikan data kunjungan dan data 10
(sepuluh) besar penyakit.

Secara rinci, jenis pelaporan rumah sakit berdasarkan


SIRS sebagai berikut:
1. RL 1 (Data Dasar Rumah Sakit) yang terdiri dari
formulir RL 1.1 (Data Dasar Rumah Sakit), formulir RL 1.2
(Indikator Pelayanan Rumah Sakit), dan formulir RL 1.3
(Fasilitas Tempat Tidur Rawat Inap).
a. RL 1.1, berisi data nomor kode rumah sakit, tanggal
registrasi, nama rumah sakit, jenis rumah sakit, nama direktur
rumah sakit, nama penyelenggara rumah sakit, alamat/lokasi
rumah sakit (kabupaten/kota, kode pos, telepon, fax, email,
nomor telepon bagian umum/humas rumah sakit, website), luas
rumah sakit (tanah dan bangunan), surat izin/penetapan (nomor,
tanggal, oleh, sifat, masa berlaku), status penyelenggara swasta,
akreditasi rumah sakit (pentahapan, status, dan tanggal

26
akreditasi), jumlah tempat tidur (perinatalogi, kelas VVIP, kelas
VIP, kelas I, kelas II, kelas III, ICU, PICU, NICU, HCU, ICCU,
ruang isolasi, ruang UGD, ruang bersalin, dan ruang operasi),
jumlah tenaga medis (dokter Sp.A, dokter Sp.OG, dokter Sp.Pd,
dokter Sp.B, dokter Sp.Rad, dokter Sp.RM, dokter Sp.An,
dokter Sp.JP, dokter Sp.M, dokter Sp.THT, dokter Sp.KJ,
dokter Sp.P, dokter Sp.PK, dokter Sp.PD, dokter Sp.S, dokter
subspesialis, dokter spesialis lain-lain, dokter umum, dokter
gigi, dokter gigi spesialis, perawat, bidan, farmasi, dan tenaga
kesehatan lainnya), dan jumlah tenaga non-kesehatan.
b. RL 1.2, berisi data statistik rumah sakit dalam kurun waktu
tiga tahun terakhir yang meliputi data bed occupancy rate
(BOR), length of stay (LOS), bed turn over (BTO), turn over
interval (TOI), net death rate (NDR), gross death rate (GDR)
dan rata-rata kunjungan per hari.
c. RL 1.3, berisi perincian jumlah tempat tidur per kelas
perawatan (VVIP, VIP, kelas I, kelas II, kelas III, dan kelas
khusus) tiap jenis pelayanan di rumah sakit (penyakit dalam,
kesehatan anak, obstetri, ginekologi, bedah, bedah orthopedi,
bedah saraf, luka bakar, saraf, jiwa, psikologi, penatalaksanaan
penyalahgunaan NAPZA, THT, mata, kulit dan kelamin,
kardiologi, paru-paru, geriatric, radioterapi, kedokteran nuklir,
kusta, rehabilitasi medik, isolasi, ICU, ICCU, NICU/PICU,
umum, gigi dan mulut, pelayanan rawat darurat, dan
perinatology/bayi).

2. RL 2 (Ketenagaan Rumah Sakit), hanya terdiri dari satu


formulir saja yang berisi perincian jumlah tenaga di rumah sakit
berdasarkan kualifikasi pendidikan yang dihitung jumlahnya
saat (keadaan) ini, kebutuhan (ideal), dan kekurangannya per
jenis kelamin.
3. RL 3 (Data Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit) yang terdiri
dari formulir RL 3.1 (Kegiatan Pelayanan Rawat Inap), formulir
RL 3.2 (Kunjungan Rawat Darurat), formulir RL 3.3 (Kegiatan
Kesehatan Gigi dan Mulut), formulir RL 3.4 (Kegiatan
Kebidanan), formulir RL 3.5 (Perinatologi), formulir RL 3.6

27
(Kegiatan Pembedahan), formulir RL 3.7 (Kegiatan Radiologi),
formulir RL 3.8 (Pemeriksaan Laboratorium), formulir RL 3.9
(Pelayanan Rehabilitasi Medik), formulir RL 3.10 (Kegiatan
Pelayanan Khusus), formulir RL 3.11 (Kegiatan Kesehatan
Jiwa), formulir RL 3.12 (Kegiatan Keluarga Berencana),
formulir RL 3.13 (Pengadaan Obat, Penulisan dan Pelayanan
Resep), formulir RL 3.14 (Kegiatan Rujukan), dan formulir RL
3.15 (Cara Bayar).
4. RL 4 (Data Morbiditas/Mortalitas Pasien) yang terdiri dari
formulir RL 4A (Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap
Rumah Sakit dan Penyebab Kecelakaan), formulir RL 4B (Data
Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit dan
Penyebab Kecelakaan) dan berisi jumlah pasien tiap kasus
menurut golongan umur dan jenis kelamin.
5. RL 5 (Data Bulanan Rumah Sakit) yang terdiri dari formulir
RL 5.1 (Pengunjung Rumah Sakit), formulir RL 5.2
(Kunjungan Rawat Jalan), formulir RL 5.3 (Daftar 10 Besar
Penyakit Rawat Inap), dan formulir RL 5.4 (Daftar 10 Besar
Penyakit Rawat Jalan).

 PROSES PEMBUATAN LAPORAN


MENGGUNAKAN APLIKASI PERANGKAT LUNAK
(SIMRS/SIRS)

Sebelum menggunakan SIRS, terlebih dahulu disiapkan data


laporan kesehatan sesuai dengan jenis formulirnya. Data
tersebut disimpan dalam file-file terpisah dalam format
Microsoft Excel (.xls). Kita harus memastikan bahwa file
datanya dalam format .xls dan bukan dalam format .xlsx . Isian
tabel pada masing-masing file sudah disesuaikan dengan format
petunjuk teknis SIRS
Apabila data sudah siap, langkah selanjutnya adalah membuka
browser dan mengetikkan alamat url:
http://sirs.yankes.kemkes.go.id/sirs/login.php sehingga muncul
tampilan seperti Gambar 6.30.

28
Untuk dapat mengaksesnya, masukkan username dan password
yang ditentukan. Setiap rumah sakit dan dinas kesehatan
mempunyai username dan password sendiri-sendiri.

Daftar Pustaka

Sobri, M., Emigawaty, Damayanti, N. R. 2017. Pengantar


Teknologi Informasi – Konsep dan Teori. Yogyakarta: Andi.

Sutanta, E. 2003.Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
Budi, S. C . 2011. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis.
Yogyakarta: Quantum Sinergis Media.

Huffman, E. K. 1994. Health Information Management. Illionis:


Physicians' Record Company.

Mulyani, S. 2016. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit:


Analisis dan Perancangan. Bandung: Abdi Sistematika.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Peraturan


Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2013 Tentang Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit. Diakses dari
www.hukor.depkes.go.id pada tanggal 15 Januari 2018.
Clark, J. S. 2004. Documentation for Acute Care, Revised.
Chicago: AHIMA.
Depkes RI. 1997. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah
Sakit Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan RI.

Hatta, G. R., 2011. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan


di Sarana Pelayanan Kesehatan, Edisi Revisi 2. Jakarta: UI-
Press.

Hatta, G. R., Kristianto, J., Sekarwati, T. & Ardesa, Y.H. 2015.


Metoda Hatta untuk Analisis Kelengkapan dan Pemanfaatan
Pendokumentasian Rekam Kesehatan Ortotik Prostetik. Jakarta:

29
Poltekkes Kemenkes Jakarta I. Diakses dari
https://www.poltekkesjakarta1.ac.id/ pada tanggal 8 Februari
2018.

Huffman, E.K. 1994. Health Information Management. IIIinois:


Physician’s Record Company.

Johns, M. L. 2002. Health Information Management


Technology: An Applied Approach. Chicago: AHIMA.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.
Depkes RI. 1997. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah
Sakit Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan RI.

Profil Kesehatan Indonesia. 2016. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1171 Tahun 2011


tentang Sistem Informasi Rumah Sakit.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009


tentang Rumah Sakit.

30

Anda mungkin juga menyukai