Anda di halaman 1dari 19

KAJIAN PENELITIAN

MEMBUAT KAJIAN PUSTAKA

DISUSUN OLEH:

ARNAL LANGGENE (2210121810112)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2022
Membuat Kajian Pustaka
A. Masalah ( Kreativitas )
1. Definisi Masalah
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan suatu barang atau ide baru yang belum ada
sebelumnya atau suatu kebaruan yang dihasilkan dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya dan
sangat bermanfaat bagi orang banyak atau masyarakat luas.
Sumber Referensi :
Amelia Purnama Gultom, A. (2022). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROJECT
UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA MATERI LITOSFER KELAS X DI SMA N 3
LANGGAM (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau).

Sinaga, R., & Timbange, Y. (2022). Mengembangkan Kreativitas Anak Taman Kanak-Kanak Melalui
Metode Project Based Learning. EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership, 3(1), 13-30.

Sumianto, S., & Aprinawati, I. (2021). Analisis Kreativitas Guru Dalam Merancang Media Pembelajaran
Dimasa Pandemi Covid-19. Indonesian Research Journal on Education, 1(2), 71-82.

2. Indikator Masalah

Indikator Kreativitas yaitu Kelancaran (fluency), Keluwesan (Flexibility), Berpikir Memerinci


(Elaboration), dan Keaslian (Originality)

Sumber Referensi:

Cahyani, A. E. M., Mayasari, T., & Sasono, M. (2020). Efektivitas e-modul project based learning
berintegrasi stem terhadap kreativitas siswa smk. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 4(1), 15.

Doyan, A., & Aulia, L. D. (2022). Pengaruh Model STEM Terhadap Kreativitas Sains Peserta Didik Pada
Materi Suhu dan Kalor: Model STEM, Kreativitas Sains, Suhu dan Kalor. Jurnal Penelitian dan
Pembelajaran Fisika Indonesia, 4(1).

Rahmawati, I. (2022). Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif Calon Guru Fisika melalui Model
Project Based E-Learning. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(2), 283-291.

Ridha, M. R., Zuhdi, M., & Ayub, S. (2022). Pengembangan perangkat pembelajaran PjBL berbasis STEM
dalam meningkatkan kreativitas fisika peserta didik. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7(1), 223-228.
3. Manfaat/Pentingnya Menguasai Kompetensi/Tuntutan Kurikulum/Tuntutan Era
Industry 4.0
Pentingnya kreativitas tertera dalam sistem pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3
yang intinya tujuan pendidikan selain untuk mencerdaskan anak bangsa juga mebentuk pribadi
yang kreatif, berilmu, berkahlak mulia serta bertanggung jawab. Dalam mencapai tujuan
pendidikan peserta didik harus memiliki keterampilan abad ke-21 sesuai dengan amanat
kurikulum 2013 mengenai perlunya perubahan tentang keterampilan yang diperlukan oleh peserta
didik. Permendikbud No.34 Tahun 2018 dituliskan bahwa proses pembelajaran harus berbasis
aktivitas, secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik.
Maka dari itu pendidikan perlu ditingkatkan agar peserta didik memliki ketrampilan abad ke-21
yang terdiri dari berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thingking and problm solving),
kreatif (creative), Berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) yang bisa
disebut dengan 4C. Hal ini menentut peran guru untuk mengembangkan hardskill dan softskill
pada Peserta didik dalam pembelajaran di sekolah agar peserta didik memliki kemampuan 4C,
khususnya kemampuan kreativitas agar dapat meningkatkan lulusan. Oleh karena itu, supaya
memiliki lulusan yang kreatif, guru perlu mengembangkan suatu perangkat pembelajaran yang
dapat meningkatkan dan melatih kreativitas peserta didik. Kreativitas sangat diperlukan oleh
peserta didik, sehingga merupakan kebutuhan yang mendesak agar dikembangkan dalam
pembelajaran. Sistem pendidikan harus mengembangkan kompetensi abad ke-21. Salah satunya
adalah berpikir kreatif. Saat ini perubahan teknologi, ekonomi, sosial, dan global terjadi sangat
cepat di dunia. Pemikiran kreatif sangat dibutuhkan untuk menghadapi perubahan tersebut.
Kreativitas sebagai ketrampilan penting untuk bertahan hidup dan beradaptasi terhadap perubahan
(Beghetto, 2015). Kreativitas sebagai faktor kunci yang mendorong peradaban maju (Hennessey,
2010). Kreativitas memainkan peran sentral dalam konteks pendidikan saat ini (Lasky & Yoon,
2011).

Sumber Referensi :
Oktaviani, C., Muliaman, A., & Listiani, E. (2022). Implementasi Model PjBL Berbasis STEM
Terhadap Kreativitas Siswa pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit di MAN Kota
Lhokseumawe. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 8(12), 42-50.

Ridha, M. R., Zuhdi, M., & Ayub, S. (2022). Pengembangan perangkat pembelajaran PjBL berbasis STEM
dalam meningkatkan kreativitas fisika peserta didik. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7(1), 223-228.
Yulaikah, I., Rahayu, S., & Parlan, P. (2022). Efektivitas Pembelajaran STEM dengan Model
PjBL Terhadap Kreativitas dan Pemahaman Konsep IPA Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 7(6).

4. Kenyataan/Kondisi di Lapangan
1) Berdasarkan pengalaman mengajar terhadap peserta didik kelas IV SDN 8 Langkai Kota
Palangka Raya, dengan menerapkan model pembelajaran CTL ditemukan masih banyak
peserta didik yang terindikasi belum menunjukkan kreativitasnya yang memuaskan
(masih rendah) dan dari hasil observasi dilapangan tidak dijumpai siswa yang kreativitasnya
tinggi, peserta didik yang terindikasi sudah menunjukkan kreativitas yang cukup hanya
beberapa orang saja, Data ini didukung hasil observasi awal yang menunjukkan perilaku
peserta didik yang cenderung hanya mencatat, mendengarkan, kurangnya kesempatan
bagi peserta didik untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya, pembelajaran yang
dilakukan hanya berbasis pada guru saja (konvensional) ceramah tanpa memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan pendapat atau berpikir aktif
kreatif dalam proses pembelajaran. Selain itu, peserta didik jarang mendapat kesempatan
untuk belajar secara langsung melalui kegiatan pengamatan atau percobaan dalam
memperoleh pengetahuannya. Ini artinya, ada permasalahan kreativitas pada peserta didik
kelas 4 SDN 8 Langkai Kota Palangka Raya.
2) Hasil wawancara dan pengamatan yang peneliti lakukan di UPT SDN
Buahgede 1 menunjukkan bahwa guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada
siswa belum menggunakan metode yang mampu meningkatkan kreativitas siswa,
penerapan metode pembelajaran belum efektif atau konvensional dalam menyampaikan
materi pembalajaran kepada siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. Kegiatan
pembelajaran siswa hanya mempelajari pembelajaran IPA dengan menghafalkan
konsep dan teori. Akibatnya pembelajaran sebagai proses dan sikap tidak tersentuh dalam
pembelajaran. Siswa tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya.
Sehingga siswa cenderung malas menjadi malas berpikir sehingga kreativitas rendah.
Penilaian dalam mengukur kemampuan berpikir kreatif (tes berpikir divergen) belum
pernah dilakukan oleh guru.
3) Berdasarkan hasil wawancara guru di SMAN 8 Mataram, masih banyak peserta didik
yang tidak memiliki minat dalam belajar fisika. Hal tersebut dikarenakan banyaknya
rumus yang harus dihafalkan, pembelajaran yang masih berpusat pada guru, serta
pembelajarannya yang masih menggunakan metode ceramah. Faktor-faktor tersebut
membuat kreativitas sains dan kemampuan berpikir kritis peserta didik di SMAN 8
Mataram masihlah rendah.

Sumber Referensi :

Astrianingsih, D., Permana, S., & Nurhaula, L. (2022). PENINGKATAN KREATIVITAS PESERTA
DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROJECT BASED LEARNING (PJBL) PADA
MATERI SISTEM TATA SURYA. JPEG: Journal of Primary Education Global, 1(1), 37-47.

Aulia, L. D., Wahyudi, W., & Doyan, A. (2022). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model
STEM Untuk Meningkatkan Kreativitas Sains dan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi
Suhu dan Kalor. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7(2), 474-479.

Indah, U. (2022). Kontribusi Peningkatan Kreativitas Siswa Melalui Contextual Teaching Learning Kelas
IV SDN 8 Langkai Palangka Raya. Sangkalemo: The Elementary School Teacher Education Journal, 1(1),
37-42

5. Keterkaitan dengan Pembelajaran Fisika

1) Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang mendasar bagi siswa
untuk dapat memahami gejala-gejala alam yang terjadi disekitarnya. Ilmu Pengetahuan Alam
mulai disajikan dengan harapan siswa menguasai konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan
mampu menerapkan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya.Perlu dipahami bahwa kurikulum SMA Fisika dimana salah satu mata
pelajaran yang banyak menekankan pada pendekataan Keterampilan Proses. Dalam bidang
sains fisika mempelajari gejala alam melalui proses kreativitas ilmiah dan ilmiah tertentu.
Kreatif ilmiah misalnya pengamatan dan eksperimen. Sedangkan sikap ilmiah antara lain
objektif, jujur dan terbuka.

2) Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia salah satunya adalah SMK (Sekolah
Menengah Kejuruan). Pendidikan kejuruan tentu tidak terlepas dari karakteristik dunia kerja
yang dibutuhkan oleh perkembangan zaman. Hal ini sejalan dengan Wardiman (2016) yang
mengungkapkan bahwa SMK adalah sekolah kejuruan untuk mencetak lulusan yang terampil
dan langsung bisa masuk dunia kerja. Untuk dapat menjadi lulusan yang siap bersaing di
dunia kerja, maka aspek kreativitas menjadi penting untuk dimiliki peserta didik. Hal ini
didukung oleh pendapat Sudarma (2013) yang menyatakan bahwa aspek kreativitas penting
di dunia kerja. Sejalan dengan hal itu, Alexander (2007) menyatakan bahwa kemampuan
kreativitas yang dimiliki seorang individu dalam menyelesaikan suatu masalah, baik skala
kecil maupun besar, menentukan kesuksesannya. Aspek kreativitas menjadi hal yang penting
untuk ditanamkan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan amanat kurikulum yang
menyatakan bahwa kemampuan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, dan komunikatif adalah standar kompetensi kelulusan siswa SMA/SMK
(Kemendikbud, 2016). Fisika dianggap mata pelajaran yang sulit bagi peserta didik, termasuk
bagi peserta didik SMK. Pada penelitian ini dipilih materi listrik dengan pokok bahasan
Hukum Ohm. Materi ini dipilih karena sesuai dengan jurusan yang peserta didik tekuni dan
terdapat banyak konsep fisika yang diterapkan di kehidupan sehari-hari. Keterkaitan
keterampilan berpikir kreatif adalah peserta didik dapat menghubungkan pengetahuan yang
dimilikinya dengan keterampilan berpikir kreatif untuk dapat memecahkan masalah secara
kreatif. Dengan demikian, dapat melatih peserta didik untuk membuat keputusan yang tepat
dan memotivasi dalam mempelajari fisika (Amarlia dkk, 2014). Melalui e-book yang
dikembangkan, akan disajikan permasalahan terkait konsep rangkaian listrik dan Hukum
Ohm yang dikemas secara menarik dan interaktif sehingga dapat memfasilitasi peserta didik
dalam mengoptimalkan kreativitasnya.

3) Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik,
karena kemampuan ini sangat penting untuk menunjang proses pembelajaran terkhusus dalam
pembelajaran fisika Berpikir kreatif dalam pembelajaran fisika merupakan tujuan utama
dalam proses pendidikan. Pembelajaran Fisika adalah bagian dari pelajaran ilmu alam. Ilmu
alam secara klasikal dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) ilmu-ilmu fisik (physical sciences)
yang objeknya zat, energi, dan transformasi zat dan energi, (2) ilmu-ilmu biologi (biological
sciences) yang objeknya adalah makhluk hidup dan lingkungannya (Kemble, 1966:97).
Dalam belajar fisika, yang pertama dituntut adalah kemampuan untuk memahami konsep,
prinsip maupun hukum-hukum, kemudian diharapkan siswa mampu menyusun kembali
dalam bahasanya sendiri sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan
intelektualnya.
Sumber Referensi:

Armandita, P. (2017). Analisis kemampuan berfikir kreatif pembelajaran Fisika di kelas XI MIA 3 SMA
Negeri 11 Kota Jambi. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 10(2), 129-135.

Salamiyah, Z., & Kholiq, A. (2020). Pengembangan Ecthing (E-Book Creative Thinking) Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Smk Pada Materi Hukum Ohm. Inovasi
Pendidikan Fisika, 9(3).

Wizahfitri, P. A. (2021). HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS DENGAN HASIL BELAJAR


FISIKA. JPFT (Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako Online), 9(2), 80-85.
B. Solusi ( STEM-Project Based Learning )

1. Definisi Solusi
STEM-Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta
didik dalam kegiatan berbasis proyek guna untuk memecahkan suatu masalah yang dimana
pembelajarannya dilakukan dengan mengintegrasikan sains, teknologi, perancangan atau
engineering dan matematika kedalam pembelajaran berbasis proyek tersebut.

Sumber Referensi :

Harahap, R., Ahmad, N. Q., & Fiteri, R. (2022). Peningkatan Kemampuan Kreativitas Matematis
Siswa melalui Pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics) berbasis
Project Based Learning (PjBL). EDUKATIF: JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 4(3), 3479-3488.

Ismayani, A. (2016). Pengaruh penerapan STEM project-based learning terhadap kreativitas


matematis siswa SMK. Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education, 3(4), 264-272.

Ridha, M. R., Zuhdi, M., & Ayub, S. (2022). Pengembangan perangkat pembelajaran PjBL
berbasis STEM dalam meningkatkan kreativitas fisika peserta didik. Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan, 7(1), 223-228.

Widana, I. W., & Septiari, K. L. (2021). Kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar
matematika siswa menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning berbasis
pendekatan STEM. Jurnal Elemen, 7(1), 209-220.

Yulaikah, I., Rahayu, S., & Parlan, P. (2022). Efektivitas Pembelajaran STEM dengan Model
PjBL Terhadap Kreativitas dan Pemahaman Konsep IPA Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 7(6).
2. Komponen/Sintaks/Ciri
Sintaks STEM-Project Based Learning yaitu:
1. Menentukan Pertanyaan Mendasar
Kegiatan Pendidik : Menyampaikan topik STEM dan mengajukan pertanyaan cara
memecahkan masalah
2. Mendesain Perencanaan Produk
Kegiatan Pendidik : Memastikan setiap siswa dalam kelompok memilih dan mengetahui
prosedur pembuatan proyek STEM yang akan dihasilkan
3. Menyusun jadwal Pembuatan
Kegiatan Pendidik : Bersama siswa membuat kesepakatan jadwal pembuatan proyek STEM
(tahapan-tahapan dan pengumpulan)
4. Memonitoring keaktifan dan perkembangan proyek
Kegiatan Pendidik : Memantau keaktifan siswa selama melaksanakan proyek STEM, realisasi
perkembangan proyek, dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan
5. Menguji hasil
Kegiatan Pendidik : Mendiskusikan prototipe proyek, memantau keterlibatan siswa, dan
mengukur capaian standar
6. Evaluasi pengalaman belajar
Kegiatan Pendidik : Membimbing proses pemaparan proyek, menanggapi hasil, selanjutnya
pendidik dan siswa merefleksi/kesimpulan
Sumber Referensi :
Ismayani, A. (2016). Pengaruh penerapan STEM project-based learning terhadap kreativitas
matematis siswa SMK. Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education, 3(4), 264-
272.

Lutfi, L., Azis, A. A., & Ismail, I. (2018). Pengaruh project based learning terintegrasi stem
terhadap literasi sains, kreativitas dan hasil belajar peserta didik. In Seminar Nasional
Biologi.
Novianto, N. K., Masykuri, M., & Sukarmin, S. (2018). Pengembangan modul pembelajaran
fisika berbasis proyek (project based learning) pada materi fluida statis untuk meningkatkan
kreativitas belajar siswa kelas X SMA/MA. Inkuiri: Jurnal Pendidikan IPA, 7(1), 81-92.

Suyidno., Mahtari, S., Siswato, J. (2021). Autonomy Based STEM Learning. Jurusan
Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat: Banjarmasin.
3. Tujuan Solusi
Tujuan dari STEM-Project Based Learning (PjBL) adalah :
1) Untuk meningkatkan Kreativitas Siswa
2) Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis
3) Untuk Menyelesaikan Masalah kehidupan nyata
4) Untuk menghasilkan produk baru atau suatu temuan baru yang belum ada sebelumnya dan
dapat dimanfaatkan oleh banyak orang
5) Untuk menghasilkan peserta didik yang sesuai dengan tuntutan era industri 4.0

Sumber Referensi :

Fitriyah, A., & Ramadani, S. D. (2021). Pengaruh pembelajaran STEAM berbasis PjBL
(Project-Based Learning) terhadap keterampilan berpikir kreatif dan berpikir kritis. Inspiratif
Pendidikan, 10(1), 209-226.

Harahap, R., Ahmad, N. Q., & Fiteri, R. (2022). Peningkatan Kemampuan Kreativitas
Matematis Siswa melalui Pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering and
Mathematics) berbasis Project Based Learning (PjBL). EDUKATIF: JURNAL ILMU
PENDIDIKAN, 4(3), 3479-3488.

Rahayu, A. S., & Sutarno, J. (2021). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Konsep Laju Reaksi
dengan Model Discovery PjBL Berbasis STEM di SMAN 1 Lemahabang Cirebon. Jurnal
Pendidikan Fisika Dan Sains (JPFS), 4(1), 17-23.

Ridha, M. R., Zuhdi, M., & Ayub, S. (2022). Pengembangan perangkat pembelajaran PjBL
berbasis STEM dalam meningkatkan kreativitas fisika peserta didik. Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan, 7(1), 223-228.

Sukmawijaya, Y., Suhendar, S., & Juhanda, A. (2019). Pengaruh model pembelajaran stem-
pjbl terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pencemaran lingkungan. Jurnal
BIOEDUIN: Program Studi Pendidikan Biologi, 9(2), 28-43.
4. Teori Belajar yang Melandasi Model STEM-Project Based Learning (PjBL)

1. Teori Belajar Kontruktivisme

Menurut M. Thobroni (2015:91) teori kontruktivisme adalah “Sebuah teori yang memberikan
kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan
kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan
fasilitas orang lain”. Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada peserta didik. Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan di dalam
benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi
kesempatan peserta didik utuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan
mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri
untuk belajar. Guru dapat memberi peserta didik anak tangga yang membawa peserta didik ke
pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan peserta didik sendiri yang harus memanjat anak
tangga tersebut. Teori belajar kontruktivisme mendukung model pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) karena dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model ini peserta
didik berperan aktif dalam membangun atau mengkontruksi pengetahuannya sendiri dengan
mencari berbagai ide untuk menghasilkan suatu produk dan guru berperan sebagai fasilitator
dan membimbing peserta didik dalam menyelesaikan proyek yang dilakukan.

2. Teori Jean Piaget

M. Thobroni (2015:94) terdapat tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap
perkembangan intelektual atau tahap perkembangan intelektual pengembangan
kontruktivisme kognitif atau bisa juga disebut tahap perkembangan mental, yaitu sebagai
berikut:
a. Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan
urutan yang sama. Setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan
yang sama.
b. Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan,
pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis, dan penarikan kesimpulan) yang
menunjukkan adanya tingkah laku intelektual.
c. Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses
pengembangan yang menguraikan interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur
kognitif yang timbul (akomodasi). Menurut Ruseffendi dalam M. Thobroni (2015: 95)
“Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah
menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru sehingga informasi tersebut
mempunyai tempat”.

Dari pendapat tersebut teori Jean Piaget melandasi penggunaan model pembelajaran Project
Based Learning karena dalam pembelajaran peserta didik dapat menerima informasi baru,
atau informasi lama dimodifikasi dengan informasi baru sehingga menghasil kan skema yang
baru hasil dari berpikir kreatif peserta didik dalam membangun pemahaman yang bermakna
melalui pengalamannya sendiri pada saat proses pembelajaran baik itu berinteraksi dengan
guru, teman sebaya ataupun dengan lingkungan sekitarnya, dengan begitu penggunaan model
pembelajaran berbasis proyek sesuai dengan teori ini karena dalam praktiknya model project
based learning menghasilkan sesuatu yang baru/orsinil sebagai hasil dari proyek yang
dikerjakan peserta didik bersama kelompoknya.

3. Teori Vigotsky

Menurut M. Thobroni (2015: 95) Konstruktivisme yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah
“Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks social budaya
seseorang”. Teori Vygotsky dalam Isjoni (2012: 32) “Memandang pengajaran dan
pembelajaran berpusat pada siswa. Guru berperan fasilitator yang membantu siswa membina
pengetahuan dan menyelesaikan masalah”. Vigotsky dalam Nurdinah Hanifah & Julia (2014:
251), bahwa pembelajaran adalah proses peserta didik membangun pengetahuannya secara
aktif. Berkaitan dengan hal tersebut, kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berdasarkan
pada pembelajaran yang melibatkan semua aspek pengetahuan peserta didik, sehingga peserta
didik dapat mengikuti pembelajaran secara aktif.

Vygotsky dalam Trianto (2007: 30) Teori Vygotsky dalam pembelajaran kooperatif memiliki
dua implikasi, yaitu:
a. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang heterogen, hal ini
dapat membantu siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain yang lebih menguasai dalam
memecahkan dan menangani tugas-tugas pada saat siswa bekerja menyelesaikan tugas dalam
kelompoknya.
b. Pemberian konsep, tugas atau soal yang sulit tetapi diberikan bantuan secukupnya untuk
menyelesaikan tugas-tugas tersebut, dapat membantu siswa lebih bertanggung jawab terhadap
pembelajaran atau pengetahuannya sendiri.

Berdasarkan pendapat tersebut, teori Vigotsky mendukung penerapan model pembelajaran


karena pada pelaksanaannya kurikulum 2013 pembelajaran menggunakan pendekatan
scientific approach, yang salah satunya menggunakan model pembelajaran project based
learning yang lebih menekankan pembelajaran di lapangan dan melibatkan peran aktif peserta
didik. Penemuan hal baru atau discovery menurut teori Vigotsky sesuai dengan model
pembelajaran project based learning yang dalam pembelajarannya peserta didik
dikelompokan untuk memecahkan suatu masalah dalam mengerjakan suatu proyek dengan
menemukan berbagai ide dari masing-masing peserta didik sehingga menghasilkan hal yang
baru berupa suatu produk.

Sumber Referensi :

Lestari, R. D. (2022). Efektivitas model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dengan


pendekatan Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) ditinjau dari
kemampuan pemahaman konsep dan disposisi matematis peserta didik di SMPN
Bondowoso (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Nainggolan, A. M., & Daeli, A. (2021). Analisis Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dan
Implikasinya bagi Pembelajaran. Journal of Psychology" Humanlight", 2(1), 31-47.

Rahmawati, F. A., & Purwaningrum, J. P. (2022). Penerapan Teori Vygotsky dalam


Pembelajaran Matematika. Jurnal Riset Pembelajaran Matematika, 4(1), 1-4.

Triantoro, M. (2022). PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS PROJECT


BASED LEARNING UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN BERFIKIR KREATIF
MAHASISWA. Konstruktivisme: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 14(1), 13-22.
C. Penelitian Relevan
1. Judul Jurnal : Pengembangan Perangkat Pembelajaran PjBL berbasis STEM dalam
Meningkatkan Kreativitas Fisika Peserta Didik
Sumber :
Ridha, M. R., Zuhdi, M., & Ayub, S. (2022). Pengembangan perangkat pembelajaran PjBL
berbasis STEM dalam meningkatkan kreativitas fisika peserta didik. Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan, 7(1), 223-228.

Temuan :
Hasil uji N-Gain total menunjukkan bahwa N-Gain untuk mengetahui keefektifanya sebasar
0,40 dan berkriteria sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran model PjBL berbasis
STEM dapat dijadikan alternative pembelajaran abad 21 untuk meningkatkan kemampuan
kreativitas peserta didik. Selain untuk mengetahui peningkatan kreativitas peserta didik
secara keseluruhan, dilakukan juga penilian N-Gain berdasarkan indikator kreativitas.
Dari diagram rata-rata N-Gain dari tiap indikator yaitu fluency dengan nilai N-Gain 0,71 dan
berkriteria tinggi, flexibility dengan nilai N-Gain 0,46 dan berkriteria sedang, originality
dengan nilai N-Gain 0,14 dan berkriteria rendah, serta elaboration dengan nilai N-Gain 0,32
dan berkriteria sedang. Perangkat pembelajaran fisika berbasis model PjBL berbasis STEM
yang telah dikembangkan berkategori valid dan praktis sehingga layak digunakan dalam
pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini juga mampu meningkatkan kreativitas peserta
didik dengan kategori peningkatan sedang sehingga dapat dikategorikan efektif.

Kelebihan :
a. Terdapat kesesuaian antara tujuan jurnal dan kesimpulan yang didapatkan
b. Penyajian data dalam bentuk tabel yang kemudian dijelaskan lagi sehingga mudah
dipahami
Kekurangan :
a. Metode dan desain penelitian yang belum lengkap dan tidak dijelaskan secara detail
b. Tidak di jelaskan Rumusan Masalah yang diangkat dalam penelitian
2. Judul Jurnal : Keefektifan Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan STEM untuk
Meningkatkan Kreativitas Mahasiswa

Sumber :
Siswanto, J. (2018). Keefektifan pembelajaran fisika dengan pendekatan stem untuk
meningkatkan kreativitas mahasiswa. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 9(2).

Temuan :
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dengan pendekatan STEM
efektif untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa. Mahasiswa menunjukkan peningkatan
untuk setiap indikator kreativitas. Kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar ide atau
solusi masalah mengalami peningkatan, kemampuan untuk menghasilkan gagasan atau
jawaban yang bervariasi atau berpikir luwes mengalami peningkatan, kemampuan untuk
menghasilkan ide-ide baru dan asli mengalami peningkatan, dan kemampuan berpikir secara
rinci dan sistematis mengalami peningkatan. Kreativitas diperlukan mahasiswa untuk
memecahkan masalah di kehidupan nyata dan beradaptasi dengan tuntutan baru secara
fleksibel. Hal ini memperkuat hasil-hasil penelitian sebelumnya bahwa pendekatan STEM
efektif untuk meningkatkan kreativitas. Peningkatan kreativitas mahasiswa didukung dengan
keterlaksanaan pembelajaran oleh dosen dan aktivias mahasiswa yang relevan dalam
pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran fisika dasar dengan pendekatan STEM pada topik listrik dinamis dapat
meningkatkan kreativitas mahasiswa, dengan kriteria sedang. Selain itu, secara rata-rata
keterlaksanaan pembelajaran oleh dosen memiliki kriteria baik dan aktivitas mahasiswa yang
relevan dalam pembelajaran memiliki kriteria baik. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang
lebih mendalam terkait dengan peran pengetahuan awal dan keterampilan mahasiswa terkait
dengan teknologi dan teknik yang diintegrasikan dalam pembelajaran fisika dengan
pendekatan STEM.

Kelebihan :
a. Metode dan desain penelitian yang lengkap serta dijelaskan secara detail
b. Penyajian data dalam bentuk tabel yang kemudian dijelaskan lagi sehingga mudah
dipahami
c. Susunan format jurnal memudahkan pembaca untuk memahami isi jurnal
Kekurangan :
a. Hasil yang didapatkan dalam penelitian tidak dijelaskan secara rinci
b. Tidak ditampilkan hasil penelitian dalam bentuk diagram
c. Tidak menampilkan Rumus yang digunakan dalam penelitian ini

3. Judul Jurnal : Efektivitas E-Modul Project Based Learning Berintegrasi STEM


Terhadap Kreativitas Siswa SMK

Sumber :
Cahyani, A. E. M., Mayasari, T., & Sasono, M. (2020). Efektivitas e-modul project based
learning berintegrasi stem terhadap kreativitas siswa smk. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika, 4(1), 15.

Temuan :
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kemampuan kreativitas siswa mengalami
peningkatan n-gain sebesar 0,31 masuk dalam kategori sedang. Indicator yang memiliki nilai
n-gain terendah adalah pada indikator berpikir lancar dan perolehan n-gain tertinggi adalah
pada indikator berpikir luwes. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas e-modul Project
Based Learning berintegrasi STEM berkategori sedang. Hal ini karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya ialah kurang maksimalnya waktu dalam penelitian. Dengan
demikian diperlukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk memperbaiki e-Modul
Project Based Learning berintegrasi STEM agar lebih efektif jika diterapkan dalam
pembelajaran.

Kelebihan :
a. Terdapat kesesuaian antara tujuan jurnal dan kesimpulan yang didapatkan
b. Indikator penelitian dijelaskan dalam Metode Penelitian

Kekurangan :
a. Metode dan desain penelitian yang belum lengkap dan tidak dijelaskan secara detail
b. Tidak di jelaskan Rumusan Masalah yang diangkat dalam penelitian
c. Penyajian data bukan dalam bentuk tabel sehingga tidak mudah dipahami
d. Hasil yang didapatkan dalam penelitian tidak dijelaskan secara rinci
e. Tidak ditampilkan hasil penelitian dalam bentuk diagram
f. Tidak menampilkan Rumus yang digunakan dalam penelitian ini
g. Hasil penelitian belum maksimal sehingga perlu ada penelitian lebih lanjut
h. Terdapat beberapa bahasa yang sulit dipahami khususnya bagi pembaca dari kalangan
umum
i. Ada beberapa singkatan yang tidak memiliki penjelasan sehingga pembaca kesulitan
mengartikan singkatan tersebut

4. Judul Jurnal : Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)


Terintegrasi STEM Pada Mata Pelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berfikir Kreatif Peserta Didik SMA TGH Umar KelayuTahun Ajaran 2021/2022

Sumber :
Qadafi, M., & Hastuti, A. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) Terintegrasi STEM Pada Mata Pelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berfikir Kreatif Peserta Didik SMA TGH Umar Kelayu Tahun Ajaran 2021/2022. Jurnal
Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 5(2), 223-228.

Temuan :
Dari hasil penelitian yang dilakukan kemampuan berfikir kreatif peserta didik pada kelompok
control dari hasil evaluasi yaitu 65,29 sedangkan kelas eksperimen sebesar 75,20,dengan
KKM mata pelajaran sebesar 70, dan pembelajaran project based learning terintegrasi STEM
mampu meningkatkan kemampuan berfikir kreatif peserta didik di SMA IT TGH Umar
Kelayu.

Kelebihan :
a. Penyajian data dalam bentuk tabel yang kemudian dijelaskan lagi sehingga mudah
dipahami
b. Susunan format jurnal memudahkan pembaca untuk memahami isi jurnal
c. Terdapat kesesuaian antara tujuan jurnal dan kesimpulan yang didapatkan
d. Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk grafik dan dijelaskan secara rinci
e. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami khususnya bagi pembaca dari kalangan
umum
Kekurangan :
a. Metode dan desain penelitian belum lengkap serta tidak dijelaskan secara detail
b. Tidak menampilkan rumus yang digunakan dalam penelitian

5. Judul Jurnal : Peningkatan Kemampuan Kreativitas Matematis Siswa melalui


Pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics) berbasis
Project Based Learning (PjBL)

Sumber :
Harahap, R., Ahmad, N. Q., & Fiteri, R. (2022). Peningkatan Kemampuan Kreativitas
Matematis Siswa melalui Pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering and
Mathematics) berbasis Project Based Learning (PjBL). EDUKATIF: JURNAL ILMU
PENDIDIKAN, 4(3), 3479-3488.

Temuan :
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan seluruh siswa mendapatkan nilai prostest di
atas KKM. Adapun penjabaran peningkatan kemampuan kreativitas siswa, sebanyak 5,5%
siswa atau 1 orang siswa dalam katerogi rendah, sebanyak 33,3% siswa atau 6 orang dalam
katerogi sedang dan sebanyak 61,1% siswa atau 11 orang siswa dalam katerogi tinggi.
Kesimpulan tersebut menandakan pendekatan STEM berbasis PjBl berhasil dalam
meningkatkan kemampuan kreativitas matematis siswa di SMP IT Az-Zahra pada kelas VIII.

Kelebihan :
a. Penyajian data dalam bentuk tabel yang kemudian dijelaskan lagi sehingga mudah
dipahami
b. Susunan format jurnal memudahkan pembaca untuk memahami isi jurnal
c. Terdapat kesesuaian antara tujuan jurnal dan kesimpulan yang didapatkan
d. Metode dan desain penelitian yang lengkap serta dijelaskan secara detail
e. Hasil penelitian dijelaskan secara rinci dan detail
f. Menampilkan rumus yang digunakan dalam penelitian
g. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami khususnya bagi pembaca dari kalangan
umum
Kekurangan :
a. Hasil Penelitian tidak ditampilkan dalam bentuk diagram atau grafik
b. Pada bagian pembahasan terlalu banyak kalimat yang tidak perlu dibahas dalam jurnal

Anda mungkin juga menyukai