Anda di halaman 1dari 11
PRASASTI PAPONTA SELENDRA ( SogoMERTO ) i.ryayon Sri sata... Qe cece een kogt 3. ».--namah SéIwaya 4. bhat3ra parameéwa 5, ra sarwwa daiwa kna samwab hiyay 6, -- mik inan dhigninge gapi 7. nta selendra namah santanil 8, naminge bapapga bhadrawatl 9. namanga ayanda sampila 10, namapga wininga selendra nama 11, mamagappasarlempewaiib Terjemahan: Le cee QD De eeeeee 2) 3...» pajian kepada dewa Siwa 4. Bhat&ra Paramefwara 5. [dan] semua dewa yang disembah, Hiyang 6. --mih ialah . 7. Yang Mulia Dapinta Selendra. Santani 8, nama ayahnya, Bhadrawatt 9, nama ibunya, Sampiila 10. nama isteri Yang Mulia Selendra. Ly sesseceee (2)-4) Catatan: 1) Karena tidak diketahui berapa kata yang hilang di sebelah kiri dan kanannya dan tidak diketahui pula apakah ai atas- nya ada kalimat yang hilang, maka Kkedua baris permilaan apa — ini tidak mungkin diterjemahkan, 2) Di sini yang diketahui artinya hanya kata oti, yaitu ngeratus ribu". Tetapi karena tidak diketahui pula hubu- ngan kalimatnya, tidak diketahui apa makeud kata itu. — 3) Kata ind mungkin sekali menunjukkan hubungan kekerabatan antara Papiinta Selendra dengan Hiyang --mih,dalam penger= tian "leluhur";- mungkin kakek, buyut atau yang lebih ke atas lagi. 4) Kalimat ini seluruhnya belum diketahui artinya, Temuan prasasti batu di desa Sojomerto, kecamatan Roban, kabupaten Batang itu pertama kali dilaporkan oleh seorang wartawan dari Jawa Tengah, Sdr.V.Soekandar Hadiwiyana, kepa~ da bupati Pekalongan, yang meneruskannya kepada Lembaga Pur- bakala dan Peninggalan Nasional pada tanggal bulan Januari 1963. oleh Kantor Cabangnya di Prambanan kemudian dibuat ce~ takan kertas dan foto prasasti tersebut. erdasarkan foto dan cetakan kertas itu dibuat transkripsi sementara, Baru dalam bulan Maret 1965 ahli epigrafi Lembage itu bersama dua orang asistennya dan seorang asisten dari ba- gian Prasejarah dapat meneliti prasasti tersebut di lokasi temuannya, Batu itu terputus di bagian atas dan ada bagian di kird dan kanan atas yang hilang. Yang tersisa tingginya 80 om., lebarnya di bagian bawah 45 cm. dan tebalnya 30 cm, Bentuk hurufnya agak kurang rapi, terutama pada empat baris yang atas yang tampak seolah-olah ditulis oleh tangan yang ein dari yang menulis tujuh baris di bawahnya, Keempat baris di atas itu juga tidak lurus mendatar, tetapi naik ke atas. Pada baris ke-6 ada dua huruf yang pembacaannya kurang meya= kinkan, Karena angka tahunnya tidak ada maka unur prasasti anh Be ini diperkirakan dari segi palaeografi, yaitu kira-kira ber- asal dari permlaan abad yang ke-VII M,, lebih tua dari pra- sasti Kedukan Bukit. ~ - Yang segera menarik perhatian ialah bahwa prasasti itu menggunaken bahasa Nelayu-Kuna dan menyebut nama Dapiinta Se- lendra dengan keluarganya, Di situ disebut nama Hiyang --mih sebagai lelubur Dapiinta Selendra; biasanya prasasti menyebut Duyut atau pituy (moyang atau buyut,KBI). Kemudian disebut ayahnya, yaitu Santanil, kemudian ibunya, yaitu BhadrawatI dan terakhir isterinya, yaitu Sampila, Selendra jelas merupakan pengindonesiaan kata Sailendra. lama itu mengingatkan kepada masalah Sailendrawanfa di Indo- nesia, Istilah Sailendrawayfa aijumpai ai dalam prasasti Ka- lasan tahun 778 Hi., prasasti Kelurak tahun 782 N., prasasti Abhayagiriwihara tahun 792 li,, prasasti Xayumwungan tahun 824 M,, prasasti Ligor B dan prasasti Nalanda dari pertengah han abad ke-IX K., dan prasasti raja Colamapdala RAjaraja I yang terdapat ai Negapatam tahun 1005 M, Tiga prasasti ter- akhir itu menyebut raja SrIwijaya. Jadi raja-raja wangsa $ailendra pernah berkuasa di Hataram dan di SrIwijaya. Di da- lan prasasti Nalanda raja Milaputra dari SrIwijaya mengaku @irinya sebagai cucu raja Sailendra di Jawa yang bergelar SI wirawairimathana (= Pembunuh musuh-musuh yang perkasa ). Prasasti-prasasti ialasan, Kelurak, Avhayagiriwinara dan satu prasasti yang memat nama raja Bhijayottuigade[wa] yang terdapat di depan percandian Plaosan Lor menggunakan huruf SidéhemBtrka dan berbahasa Sansekerta, Huruf siddham itu amat terbatas penggunaannya di Indonesia, Xecuuli di dalam keempat peasasts 4 prasasti di atas dan satu prasasti betu dari candi Sojiwan yang kemaian hilang sebelum sempat dibaca oleh para ahli e- pigrafi, huruf ita hanya didapetken pada meterai-meterai ta~ - nah liat yang memuat mantra-mantra agama Buddha dan beberapa arca perunggu buddhis, termasuk replika-replika perunggu ar- ca Amoghapaéa dari Padang Roco. Sebuah prasasti batu ai Bali, yaitu prasasti dari Sanur tahun 914 N., juga menggunaken hu- ruf piddhem itu, tetapi dipakai di bagian prasasti yang ber- pahesa Bali Kuna, Zenyataan itu, ditambah dengan kenyatean bahwa nama raja~ raja di dalam prasasti Kolurak, Abhayagiriwinara, Plaosan Lor dan Kayummungen berbeda dengan aama raja-raja di dalam dafter prasasti wantyacih menimbulxan teori bahwa di kerajaan Hatardn berkuase dua wangsa raja, yaitu wangea Sailendra dan wongsa Safijaya. Den karena noma Panangkaran disebut di dalam prasacti Kalosan maka teori itu mengatakan bahwa wangsa Saii- jaya ialah ponguasa pribund yang kenudian tunduk kepada wang= sa failenéra yang veracal dari luer Indonesia, Para ahli dari India seperti R.C.Hajumdar (1933), K.A,Nilakanta Sastri (1935), H.B,Sarkar (1985 a; 1985 b.) dan ahli bangsa Belanda Ir. J.beMoens (1937) verpendapat bahwa penguasa~penguasa Sai- lendra itu berasal dari India, sekalipun mereka itu masing- masing tidak sefaham mengenai lokasi asalnya. Seorang sarjana pangea Perancis, yaitu G,Coedés, mengatakan bahwa wangea Sai- lenara berasal dari Fou-nan di Kamboja (Coedés, 1934). Teta~ pi almarhum Prof, Poerbatjaraka membantah pendapat-pendapat aan mengatakan bahwa ai kerajaan Mataram hanya berkuasa satu @inasti, yaitu wangsa Sailendra yang merupakan pengudsa pri- yum 5e ‘bumi, Pendapatnya itu didasarkan kepada prasasti Canggal ta- hun 732 M. yang menyamakan raja Safijaya dengan Gunung Meru, ~ pusat Gunia,-yang kekinya jauh ai atas kepala raja-raja yang ain, Anggota wangea Sailendra itu mula-mla menganut agama Sawa, tetapi mai Rakai Panangkaran mereka berpindah agama menjadi penganut agama Buddha seperti yang terlihat dari pra- sasti Kalasan, Sebagian anggota wangsa Sailendra tetap menga- nut agama Siwa dan terpakea memindahkan kekuasaannya ke Jawa Timur (Poerbatjaraka, 195231958), Karena Gunung Meru itu pu- sat dunia, "raja sekalian gunung-gunung (= éailendra)", make Poerbatjaraka menganggap S@A@njaya dan keturunan-keturunannya sebagai anggota wangsa Sailendra. Harus diingat pula bahwa sebetulnya istilah SaiijayawaySa tidak pernah disebut di dalam sumber manapun, Istilah itu ha- nya ciptaan para sarjana saja. Yang ada ialah istilah Safja~ yawarga, tarikh Saijaya, yang dijumpai dalam empat prasasti raja Rakai Hino pu Dakga, pengganti Rakai Watukura Dyah Ba- litung, untuk menyebut tarikh yang dimlai dari tahun peno-~ batan Rakai Mataram San Ratu Safjaya pada tahun 717 ". (Da- mais, 1954). Tetapi itu tidak berarti bahwa Saiijaya diangcap sebagai wanSakira, pendiri dinasti, karena daftar raja-raja yang ada di dalam prasasti Mantyasih tidak merupakan silsi- leh seperti yang kemudian terlihat dari daftar nama raja-raja @i dalam prasasti Wanuc Tengah III taiun 90 M, Di dalam pra sasti terakhir itu Rakai Warak digantikan oleh Rakai Garuy, dengan selingan Dyah Gula yang hanya memerintah selama satu setengah tahun, Rakai Wara§ dikatakan "meninggal di Keldsa” sedang Rakai Garuy ialah anak orang yang "meninggal di Tik", Homa 6. Nama Dyah Gula tidak disebut di dalam prasasti vantyasih, Je~ as bahwa Rakai Garay bukan anak Rakai Warak. Maka seperti yang telah dikataken ai ates daftar raja-raja di dalam pra- sasti Mantyasih itu bukan silsilah; dengan sendirinya istilah Safjayawanfa tidak mempunyai dasar apapun, Jika ada istilah Sailendrawanfa mestinya ada orang yang vernama failendra yang dienggap sebagai pendiri dinasti (way- SakSra), seperti Pu Sindok Sr¥ I6dnawikrama Dharmmottuygadewa yang dianggap sebagai pendiri dinasti ISana dan Ken Aprok Sri R@jaca yang d@ienggap sebagai pendiri dinasti Rajesa. Kini di- temukan nama Dapiinta Selendra di dalam prasasti dari desa So- jomerto; tentu dialah yang dienggap sebagai wandakara Sailen- arawanéa, Karena dia mengunaken bahasa vielayu Kuna maka ia seorang pribumi yang berasal dari Sumatra, Serdasarkan kete- rangan di dalem prasasti liaralinga (Dawangsari) yang mengata- kan bahwa leluhur KalaSodbhawa (Rekai alain pu Kumbhayoni) verasal dari Akhaggalapura, Boechari verpendapat bahwa Rakai Walaiy pu Kumbhayoni ialah anggota wangsa Sailendra yang te= tap menganut agama Siva, keturunan Dapiinta Selendra, yang Leluhurnya (= Hyay --mih) berasal dari Akhaygalapura yang di- identifixasikannya dengan kerajaan Kan-t'o~li dalam berita- verita dari Liang shu. Di dalam Hing shih Kan-t'o-1i disebut sebagai pendahulu Sriwijaya (San-fo-ch'i) (Boechari, 1986). Yeny masih menjadi masalah jaleh gelar gapiinta, Di dalam prasasti-prasasti yang berbahasa Jawa Kuna gelar gaplinta dan gapu hyan biasanya dipakai oleh orang dari golongan agama, Tetapi harus diingat bahwa gatu Srfwijaya menggunakan gelar Papunta Hyan dan Punta liyan Srf JayanaSa, Oleh G,Coedds gelar itu dianggap sebagai gelar, kebangsawanan (Coeds, 1930) dan Te itu memperkuat pendapat bahwa lelubur Daplinta Selendra bera- sal dari Kan-t'o-1i, pendahulu Sriwijaya. Kesimpulan bahwa Papiinta Selendra ialah wanfakara Sailen- arawanéa memperkuat pendapat Poerbatjeraka bahwa raja-raja wangsa Sailendra sampai kepada Rakai Mataram San Ratu Saijaya menganut agama Siwa, Tetapi bagaimana keadaan keagamaan di %o-li dalam abad VI H, pada waktu Hyang --mih berlayar ke Jawa belum diketahui dengan pasti, Sebuah berita Cina da- lam Liang shu mengatakan bahwa pada tahun 502 Hi, raja Kan- t'oeli bermimpi didatangi seorang pendeta Buddha yang menga~ takan bahwa di Cina ada sevrang daisar yang keramat, Dalam w waktu sepuluh tain ajaran agama Buddha akan maju dengan pe~ sat, Apabila raja mau mengirinkan utusan dengan upeti dan nenberi penghormatan semestinya kerajaannya akan menjadi make mur dan rakyat verbahagia dan jumlah pedagang dan musafir a- kan bertambah seratus kali, Apakah raja Kan-t'o-1i pada waktu itu, yang bornama K'ieu- tlan-sieu-pa-t'oelo, sudah menganut agama Buddha atau belun tidak disebutken di dalam berita itu, Berita lain mengatakan vahwa raja nengirinkan orang India bernama Liu-t'o (=Rudra) sebagai utusan ke Gina, Jerdasarkan keterangan itu Prayluski mengemuxaken dugaan bahwa raja kerajaan Kan«t'o-li pada tahun 455 ii, menganut agama Siwa (Przylueki, 1934), Pendapat itu kurang meyakinkan, Pergantian ke agama Buddha yang dikemukakan oleh Poerba~ tjaraka itu terjadi pada masa pemerintahan anak Rakai Katawm vm Say Ratu Safijaya, Di dalam kitab Carita Parahyangan di- katakan bahwa Rahyangta Saijaya memerintahkan anaknya, Ra- hyangta Panaraban, untuk meninggalian agama yang dianut ayah- nya karens ia ditakuti oleh xakyatnya. Tetapi cumber prasas- Wale Raked SEMMUGRORO MCR ee Vee ne ‘etapi prasasti Mantyasih tahun 907 M. menyebut Kakat Fanung- yalgn yang memerintah sesudah Kakai Fanangkeran, Mungkin seo kold Kakad Panaraban identik dengan Ra ai Panungcalan. Mengonad masalah itu mungiin sckali sebuah prasasti batu yong sckarang Gisimpan ai iuseun Adam Malik dapat memberi keterangan. Snyang sekeli prasacti itu hanya Gitemukan bagian akhirnya saja, cehingga angka tabunnya -= jikelau aaa -- ti- a diketahu: 3 deri vegi palacograri dapat Giperkirakan ber= eal dard pero kedua absd VITI Hi, Derape panjang bagian yang ailang tidak dapat dixetanui decian pasti, Prasastd itu me= ageteken buliwa ayah raja Safiknara sakit keras dan meninggal seselah menderija d¢emam yang mombara selana dvlapun hari, tanpa dapat altolong oleh gerunya. %arena takut akon guru a- yennya itu yang @isobutnya sobagai guru yang tidak benar (ancebamum)dan sesuat dengan janjinya kepada song ayah maka SeSicnova moningsalkan xobaztian kepada aewa Siwa aan yang lainelain lalu ueabangun sebuah prasida yang indah. Pada a~ Khir pracasts disebut pujian kopade bhikgusafighi, yang mene beri petunjuk bahwa raja fafikhare kemudian menjadi penganut Qsoma Pudana, Sayang sekali tidak diketabui siapa ayah raja Saficnora itu karena namanya mungkin ade pada bagian prasasti yang be- lum @itomuxan, sohingga tidak diketabul pula siapa sebenar— nya raja Safthare itu. Zetapi berdacarken perkirean umur prasasts prasasti dan lokasi asal temuannya, yaitu di daerah Sragen (Jawa Tengah) Boechari berpendapat bahwa Safkhara ialah gar- bhajanmanda Rakai Fanangkaran, -seiingga nama lenghapaya ia= lah Rakai Panangkaran Dyah Saikhara Sr Sangramadhanaijaya (Bambang Soemadio, ed, 1984), Pendapat itu memang masih belum meyakinkan, Nengenai prasasti Kalasan itu Dr, F,H, van Naerssen menga~ takan bahwa di dalam prasasti itu disebutkan dua fihak, yaitu fihak mehZr@ja wangsa Sailendra yang tidak diseout namanya, yang memerintahkan pembangunan candi untuk pemujaan Dewi Ta- v8, dan fihak Rakei Panangkoran, raja wangsa Safijaya yang tunduk kepada raja-raja Sailendra, yang nenchadiahkan desa KGlafa sevagai sIma bagi candi tersebut.(van Naerssen, 1947). fetapi jika orang membaca prasasti Xalasan itu tanpa prasang- ka lebih dahvlu akan terliot babwa di dalan prasasti itu na- nya ada satu fihek saja, yaitu Naharaja Zejahpirgndpanna Panafikarana, pernata wengsa Sailendra yang menerintah di ke- rajaannya yang maknur, yang atas permohonan para pendeta mem bangun candi untuk pemujaan Dewi Tar@ dan renshadiankan desa Kala%a sebagai ama basi candi tersebut dengan disaksikan oleh para pejabat perbendaharaan kerajaamya, yaitu pangkur, tawan dan tintp (Boechari, 1966), Nelihat gelar dan julukan- nya itu tidak mungkin rasanya Rakai Panangkaran seorang raja taklukan; ia seorang mahSr3ja yang mandiri. Boechari 7.8.0.1. 20, 1984, Sejarah Nesignal Indonesia: Jiaia II, Jaman Kuna, Baisi Ko-4. PW, Balai Pustaka, Jakarta. Boechari, 1966. Preliminary roport on the @iscovery of an Uld-Malay inscription at Sodjomerto. MaI.SeI., 3(2-3)- him. 241- 262. 1986. New investigations on the Keduken Bukit insoription. Uatuk Bapak Guru. Persembebon para murid untuk memperi~ paQtd usta yenep 80 Jekerta, nim. 53-56. Goeaas, G. 1930. Tes inscriptions mcisises ae GrTwijaya. BalalsEsQss 50. him, 29-00. 1934. On the origin of the Gailonaras of Tadonesta. JaGak vol. T. him. 66-70. Damais, bec. 1951, Ia date des inscriptions en tre ae Safijays. BsBsPelaQ. XL¥, nim, 12663. Majumder, H.C. 1933. Les rois geilondra 30 Sevarnadvipa. LataFsEs0., XXXIIT, him. 121-241, Moens, Tr. J.b. 1937. Grivijaya, Yéve on Ketna, 2.3.0., DXXVIT. him. $17-487- Naerssen, F.4. van. 1947, The Gaileudca interreenvm, India Antiqua. him. 249-253. Nilekonta Sastri, KeA. 1935. Origin of the gull Poerbatjaraka, Dr, R.Ng. 1952. Riwayat Indonesia, Dji1i2 T. Jakarta. nit 1958. Griwijaya, de Gailendra= en de Sajayawamga. BeKales 214, him. 254-264. Prayluski, J. 1935. Gatlendrawamga. J-GeLeSee 2 tahen Exot. Dr. A,J,Bernet Kempers. rac. Zaza@e, LKXV, nim, 605-661. im, 25036. ll. Sarkar, H.B. 1985 a, The kings of rf Sailam and the foundation of the Sailenara dynasty of Indonesia, ByXsI., 141 (2-3). him, 323-338. 1985 b. Cultural relations between India and Southeast Asian countries, Indian Council for Cultural Relations. New Delhi.

Anda mungkin juga menyukai