Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGARUH IMAN KEPADA ALLAH SWT


SERTA MANFAAT NYA DALAM KEHIDUPAN
Mata Kuliah : Ilmu Tauhid
Kelas : SPI-1 Semester I
Dosen Pengampu : Dr.Dur Brutu,MA

Disusun Oleh Kelompok 1


Muhammad Hanif Husnayan (0602223045)
Ilham Aji Maulana (0602223039)
Perjanggut Emas Padang (0602223037)
Saputri (0602221004)
Nofi Dayanti Siregar (0602221013)

PRODI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Al-Qur’an, dengan judul: “Pengaruh Iman Kepada Allah swt Serta Manfaatnya
Dalam Kehidupan”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengaharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dan pendidikan.

Medan, 18 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1
1. Latar Belakang ......................................................................................................1
2. Rumusan Masalah .................................................................................................2
3. Tujuan Pembahasan ..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................3

1...........................................................................................................Pengertian Iman 3
2..........................................................................................................Pembagian Iman 5
3.Pengaruh Iman kepada Allah dalam kehidupan sehari hari.................................... 6

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 13


1. Kesimpulan ........................................................................................................13
2. Saran .................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Keimanan merupakan suatu prinsip hidup yang ada pada setiap manusia
dan wajib diyakini. Meyakini terhadap suatu hal merupakan pengertian umum
dari sebuah iman. Dalam agama Islam kita mengenal adanya rukun Islam dan
rukun Iman dan sebagai umat Islam wajib menjalankan dan meyakini dengan
sepenuh hati keduanya.
Keimanan kepada Allah ini merupakan keimanan yang menduduki peringkat pertama.Disitu
dengan sendirinya lahir keimanan pokok-pokok (iman) yang lain. Selama orang itu beriman
kepada Allah niscaya ia akan beriman kepada Malaikat, Kitab Suci, para Rasul Hari kiamat,
ketentuan baik dan buruk sebab rukun iman yang disebutkan belakangan
merupakan cabang dari keimanan kepada Allah.1 Karena keimanan merupakan
sarana yang tepat bagi manusia untuk menjauhkan diri dari murka Allah SWT.
Dan dengan karena adanya iman di dalam diri seorang hamba akan mendapat petunjuk.
Iman merupakan satu kata ibarat bunyi diawali yang bergema dan mengerakkan jiwa orang
muslim,membuatnya rindu kepadanya dengan bashirah-nya,membuat sanubarinya
bergerak,kakinya melangkah dan perhatiannya tertuju kepada yang pencipta.Setiap orang muslim
dapat merasakan bias iman di dalam sanubarinya,dapat membara bara iman dari sumber
manapun yang bersinggungan dengan jiwanya,dan dia berusaha dalam hidupnya untuk meneliti
jalan jalan(yang membuatnya senang kepada iman dan yang dapat menyinari sisi rohnya) yang
mendekatkannya kepada iman dan membuatnya suka kepadanya.Seperti firman Allah SWT
dalam surah Al-Hujurat ayat 7:

‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫ان َو َز َّي َن ٗه فِي‬ َ ‫مْر لَ َع ِن ُّت ْم َو ٰلكِنَّ َ َحب‬
َ ‫َّب ِالَ ْي ُك ُم ااْل ِ ْي َم‬ ِ َ ‫َواعْ لَم ُْٓوا اَنَّ فِ ْي ُك ْ!م َرس ُْو َل ِ ۗ لَ ْو يُطِ ْي ُع ُك ْم فِيْ َك ِثي ٍْر م َِّن ااْل‬
ٰۤ ُ
‫ك ُه ُم الرَّ اشِ ُد ْو ۙ َن‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫ان ۗ ا‬ َ ‫قُلُ ْو ِب ُك ْم َو َكرَّ َه ِالَ ْي ُك ُم ْال ُك ْف َر َو ْالفُس ُْو َق َو ْالعِصْ َي‬

“ Dan ketahuilah olehmu bahwa di tengah-tengah kamu ada Rasulullah. Kalau dia menuruti (kemauan) kamu dalam
banyak hal pasti kamu akan mendapatkan kesusahan. Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan
menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan
kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.”

1
2.Rumusan Masalah
1. Apa itu iman?
2. Apa saja pembagian iman?
3. Apa hubungan iman dalam kehidupan sehari-hari?

3.Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian dari iman dan pembagian iman
2. Untuk mengetahui apa hubungan iman dengan kehidupan sehari hari

BAB II

2
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN IMAN
Keimanan kepada Allah ini merupakan keimanan yang menduduki peringkat pertama.
Dari situ dengan sendirinya lahir keimanan pokok-pokok (iman) yang lain. Selama orang itu
beriman kepada Allah niscaya ia akan beriman kepada Malaikat, Kitab Suci, para Rasul, Hari
kiamat, ketentuan baik dan buruk sebab rukun iman yang disebutkan belakangan merupakan
cabang dari keimanan kepada Allah.Karena keimanan merupakan sarana yang tepat bagi
manusia untuk menjauhkan diri dari murka Allah SWT.Dan dengan karena adanya iman di
dalam diri seorang hamba akan mendapat petunjuk dan ketenangan jiwa .

‫ض َو َكانَ هّٰللا ُ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًم ۙا‬


ِ ۗ ْ‫ت َوااْل َر‬
‫هّٰلِل‬
ِ ‫ب ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ لِيَ ْزدَاد ُْٓوا اِ ْي َمانًا َّم َع اِ ْي َمانِ ِه ْم ۗ َو ِ ُجنُوْ ُد السَّمٰ ٰو‬ ْٓ ‫هُ َو الَّ ِذ‬
ِ ْ‫ي اَ ْن َز َل ال َّس ِك ْينَةَ فِ ْي قُلُو‬
“ Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk
menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara
langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”

Pengertian Iman Menurut Al-Quran dan Para Ulama

Dalam Al-Quran, iman disebutkan dengan pelafalan yaqin atau meyakini. Seperti pada
surat Al-Baqarah ayat 4 dan Surat Al-An’am ayat 75. Berikut penjelasan lebih lengkapnya.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 4:

َ‫ك َو َمٓا اُ ْن ِز َل ِم ْن قَ ْبلِكَ ۚ َوبِااْل ٰ ِخ َر ِة هُ ْم يُوْ قِنُوْ ۗن‬


َ ‫َوالَّ ِذ ْينَ يُْؤ ِمنُوْ نَ بِ َمٓا اُ ْن ِز َل اِلَ ْي‬

Artinya:“Dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu


(Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan
adanya akhirat.”

Sementara itu, iman juga disebutkan dalam surat Al-Anam ayat 75:

َ‫ض َولِيَ ُكوْ نَ ِمنَ ْال ُموْ قِنِ ْين‬


ِ ْ‫ت َوااْل َر‬ َ ِ‫َو َك ٰذل‬
ْٓ ‫ك نُ ِر‬
ِ ‫ي اِب ْٰر ِه ْي َم َملَ ُكوْ تَ السَّمٰ ٰو‬

Artinya:“Dan demikianlah, Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang


terdapat) di langit dan di bumi, dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin.”

Dari kedua surat dan ayat dalam Al-Quran tersebut, disebutkan kata yaqin serta tashdiq
yang berarti amalan hati. Iman dapat diartikan sebagai ucapan hati yang berada di dalam hati dan
terbentuk melalui keyakinan di dalam hati. Beberapa surat dalam Al-Quran lainnya menyebutkan
pula mengenai keimanan dari seorang muslim.

3
Surat Al-Baqarah,ayat 136:

‫اط َو َمٓا اُوْ تِ َي ُموْ ٰسى َو ِعي ْٰسى َو َمٓا اُوْ تِ َي‬
ِ َ‫ب َوااْل َ ْسب‬ َ ‫قُوْ لُ ْٓوا ٰا َمنَّا بِاهّٰلل ِ َو َمٓا اُ ْن ِز َل اِلَ ْينَا َو َمٓا اُ ْن ِز َل اِ ٰلٓى اِب ْٰر ٖه َم َواِسْمٰ ِع ْي َل َواِس ْٰح‬
َ ْ‫ق َويَ ْعقُو‬
َ‫ق بَ ْينَ اَ َح ٍد ِّم ْنهُ ۖ ْم َونَحْ نُ لَهٗ ُم ْسلِ ُموْ ن‬ ُ ‫النَّبِيُّوْ نَ ِم ْن َّربِّ ِه ۚ ْم اَل نُفَ ِّر‬

Artinya:

Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan
kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan
kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-
nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami
berserah diri kepada-Nya.”

Merujuk pada surat Al-Baqarah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa iman yang
dipercayai oleh umat muslim merupakan kepercayaan maupun keyakinan yang tertanam dalam
hati dan diwujudkan melalui lisan serta perbuatan. Keyakinan tersebut mengacu pada
kepercayaan akan lima rukun Islam.Selain menurut Al-Quran, beberapa ulama juga turut
memberikan pendapatnya mengenai definisi dari iman. Beberapa ulama terkenal seperti Imam
Syafii, Imam Ahmad hingga Imam Bukhari turut mengemukakan pendapatnya.

Menurut Imam Syafii, iman seorang muslim meliputi perkataan serta perbuatannya. iman
dapat bertambah maupun berkurang. Bertambahnya iman seseorang disebabkan oleh ketaatan
pada Allah, sedangkan berkurangnya iman seseorang disebabkan oleh kemaksiatan.

Imam Ahmad memiliki pendapat yang tidak jauh berbeda dengan Imam Syafii, Imam
Ahmad mengemukakan bahwa iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah karena
seseorang melaksanakan amalan tertentu dan berkurang karena orang tersebut meninggalkan
amalan.

Kemudian, Imam Bukhari pun menambahkan dari kedua ulama tersebut, Imam Bukhari
mengatakan bahwa setelah bertemu dengan banyak ulama dari berbagai penjuru negeri, ia
melihat bahwa ulama mengemukakan iman adalah perkatan serta perbuatan yang dapat
bertambah dan berkurang.

Ulama lainnya seperti Imam Malik, Asy Syafi’i, Al Auza’i serta Ishaq Bin Rahawai
memiliki pendapat yang sama mengenai pengertian iman. Iman adalah pembenaran yang
dilakukan dengan hati, pengakuan secara lisan, serta diamalkan dengan anggota badan. Menurut
para ulama tersebut, amal merupakan salah satu unsur keimanan.Sahabat nabi seperti Ali bin Abi
Thalib berpendapat bahwa iman merupakan ucapan yang diucapkan dengan lidah dan
kepercayaan yang diyakini benar dengan hati serta dikerjakan dengan anggota tubuh. Seperti Ali,
Aisyah pun memiliki pendapat yang sama mengenai pengertian iman.

4
B.PEMBAGIAN IMAN MENURUT SYEKH NAWAWI

Dalam Islam, keimanan memiliki tingkatan-tingkatan. Tingkatan ini juga membedakan


keimanan setiap orang. Menurut seorang ulama asal Banten, yaitu Syekh M, Nawawi tingkatan
keimanan seseorang dapat dibagi menjadi lima tingkat. Berikut penjelasannya.

a.Iman Taqlid
Tingkat keimanan yang pertama yaitu iman taqlid. Iman taqlid adalah iman yang
didasarkan pada ucapan orang lain, umumnya dari ulama, tetapi tanpa memahami dalilnya.
Menurut Syekh M. Nawawi, tingkat keimanan yang pertama ini sah, walaupun tanpa mencari
dalil atas masalahnya.
b. Iman Ilmu atau Ilmul Yaqin
Tingkatan iman yang kedua yaitu iman ilmu. Iman ilmu adalah iman yang dimiliki seorang
hamba dalam menyelesaikan suatu masalah dengan dalil dan ilmu yang dimiliki.Ilmul Yaqin
hanya bisa di dapat ketika orang tersebut mempelajarinya dengan ilmu.

c. Iman Iyana tau Ainul Yaqin

Pada tingkatan iman yang ketiga yaitu iman iyana. Iman iyana adalah iman yang dimiliki
oleh seorang hamba yang meyakini bahwa Allah merupakan zat yang nyata, walaupun
wujudnya tidak dapat dilihat. Ketika seseorang berada di tingkatan iman yang ketiga, ia
mempercayai bahwa Allah tidak ghaib serta selalu hadir di batinnya.

d. Iman Haq atau Haqqul Yaqin

Pada tingkat iman keempat yaitu iman haq. Iman haq adalah iman yang dimiliki oleh
seorang muslim dengan pandangan bahwa Allah selalu ada dalam hatinya. Para ulama pun
menyebut seseorang dengan tingkat keimanan iman haq dikatakan sebagai seorang yang arif. Hal
ini dikarenakan Allah selalu hadir di hatinya, orang tersebut hanya memandang kepada Allah dan
tidak pada duniawi lagi.

e. Iman Hakikat

Tingkat yang terakhir adalah iman hakikat.Iman hakikat adalah iman yang dimiliki oleh
seorang hamba dengan hanya melakukan segala hal yang mendekatkan dirinya pada Allah. Maka

5
dari itu, orang dengan keimanan hakikat dapat dipandang sebagai seorang hamba yang telah
tenggelam di laut dan tidak melihat adanya pantai.

Dari kelima tingkat iman tersebut, dua kategori iman pertama dapat diusahakan oleh
manusia. Oleh karena itu, Syekh M. Nawawi pun menjelaskan bahwa setiap manusia wajib untuk
mendalami tingkat keimanannya dengan cara mencari dalil mengenai keimanan.Sedangkan
keimanan pada tingkatan berikutnya, merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah kepada
manusia dan tidak dapat diusahakan oleh manusia. Sebab hanya dapat diperoleh sesuai dengan
kehendak Allah.

C.PENGARUH IMAN DI KEHIDUPAN SEHARI HARI

1.Terbebasnya jiwa manusia dari rasa takut mati

Hal itu karena seorang mukmin yakin bahwa manusia pasti mati, dan kematian itu ada di
tangan Allah. Kalau ajal manusia telah tiba, maka ajal itu tidak bisa ditunda sesaatpun juga, dan
ia tidak bisa lari dari kematian itu walaupun, ia berada di benteng yang sangat kuat. Firman
Allah:

‫َُؤخ َر هَّللا ُ نَ ْفسًا ِإ َذا َجا َء َأ َجلُهَا‬


ِّ ‫َولَ ْن ي‬

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu
kematiannya”. (QS.Al-Munafiqun :11)

Firman Allah juga :

ُ ْ‫َأ ْينَ َما تَ ُكونُوا يُ ْد ِر ُك ُك ُم ْال َمو‬


ٍ ‫ت َولَوْ ُك ْنتُ ْم فِي بُر‬
‫ُوج ُم َشيَّ َد ٍة‬

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh “ ( QS. An-Nisa’/4 : 78 )

Apabila keyakinan ini telah melekat pada hati seorang muslim, maka ia tidak akan pernah
merasa takut dan hina dalam mempertahankan dan menegakkan agama pada kondisi
bagaimanapun juga, lebih-lebih ia yakin bahwa keberaniannya tidak akan mengurangi umurnya
sedikit pun juga dan bahwa pengecut tidak akan menambah umurnya sedikitpun juga.

6
2.Terbebasnya jiwa manusia dari takut tidak mendapatkan rezeki

Seorang mukmim yakin bahwa rizki ada di tangan Allah. Seseorang betapapun tinggi
jabatannya dan kedudukannya tidak bisa mengurangi rizki siapapun juga. Firman Allah :

ُ‫ق ُذو ْالقُ َّو ِة ْال َمتِين‬


ُ ‫ِإ َّن هَّللا َ ه َُو ال َّر َّزا‬

“ Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi sangat
kokoh“. (QS. Adz-Dzariyat/51 : 58)

Dalam ayat lain Allah berfirman :

ِ ْ‫َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِي اَأْلر‬


‫ض ِإاَّل َعلَى هَّللا ِ ِر ْزقُهَا‬

“ Dan tidak ada suatu binatang melatapun ( makhluk yang bernyawa ) melainkan Allah-lah
yang memberi rizkinya “. (QS. Hud/11 : 6 )

Dewasa ini banyak orang yang tidak berani melaksanakan ajaran agamanya atau
menyatakan hak dan melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar lantaran ambisi terhadap
sesuap nasi, dengan anggapan komitmennya melaksanakan ajaran Islam dan konsistemnya
mengerjakan kebenaran akan mengancam makannya. Mereka lupa bahwa yang maha pemberi
rizki itu adalah Allah SWT. Orang–orang yang mereka takutkan mengancam adalah seperti
mereka juga, tidak bisa memberikan manfaat dan bahaya, tidak bisa memberikan rizki sedikitpun
kecuali yang ditentukan Allah.

Sikap yang benar adalah bahwa keberanian menegakkan kebenaran pada diri sendiri dan
orang lain tidak akan mengurangi rizki sedikitpun juga. Sebagaimana takut menegakkan
kebenaran tidak akan menambah rizki sedikitpun juga.

3. Terbebasnya jiwa manusia dari sifat egois, kikir dan rakus.


Firman Allah :

َ ‫َوتُ ِحبُّونَ ْال َم‬


“‫ال ُحبًّا َج ّمًا‬
Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan “ ( QS. Al-Fajr/89 : 20)

Allah juga berfirman :

7
‫َو َكانَ اِإْل ْن َسانُ قَتُورًا‬

“Dan adalah manusia itu sangat kikir “ (QS. Al-Isra’/17 : 100)

Tabi’at manusia semacam ini adalah tabia’t manusia yang tidak tersentuh aqidah. Jika
aqidah Islam telah merasuk ke dalam lubuk hati seorang manusia , maka ia akan terbebas dari
sifat cinta harta, egois, kikir, dan semacamnya, bahkan ia akan mengutamakan orang lain dalam
kesenangan, dan mau berkorban untuk membela orang lain .Seorang mukmin yakin bahwa harta
yang ada di tangannya, pada dasarnya milik Allah, ia akan senang hati melaksanakan perintah
Allah pada hartanya seperti zakat, infak dan shadaqah. Seorang mukmin yakin bahwa
mengeluarkan zakat, infak dan shadaqah merupakan sebab mendapatkan ridho Allah. Pada
waktu yang bersamaan ia yakin bahwa zakat, infaq, shadaqah tidak akan mengurangi harta,
bahkan akan menyebabkan harta itu menjadi berkah dan berkembang.

Firman Allah :

‫َآ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َوَأ ْنفِقُوا ِم َّما َج َعلَ ُك ْم ُم ْست َْخلَفِينَ فِي ِه فَالَّ ِذينَ َآ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوَأ ْنفَقُوا لَهُ ْم َأجْ ٌر َكبِي ٌر‬

Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang
Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu
dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (QS. Al-Hadid/57 :
7)

ِ ‫َو َما َأ ْنفَ ْقتُ ْم ِم ْن َش ْي ٍء فَه َُو ي ُْخلِفُهُ َوهُ َو خَ ْي ُر الر‬


َ‫َّازقِين‬

Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah
Pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (QS. Saba’/34 : 39)

Sabda Rasulullah saw. :

‫يث‬ َ ‫ َو َما تَ َوا‬، ‫ َو َما َزا َد َر ُجاًل بِ َع ْف ٍو ِإاَّل ِع ًّزا‬، ‫ص َدقَةٌ ِم ْن َما ٍل‬
ٌ ‫ هَ َذا َح ِد‬: ‫ (رواه الترمذي وقال‬. ُ ‫ض َع َأ َح ٌد هَّلِل ِ ِإاَّل َرفَ َعهُ هَّللا‬ َ ‫ت‬ ْ ‫ص‬
َ َ‫َما نَق‬
) ‫ص ِحي ٌح‬َ ‫َح َس ٌن‬

“ Shadaqah tidak akan mengurangi harta, Allah tidak akan menambah seorang hamba lantaran
memaafkan kecuali kemuliaan, dan seseorang tidaklah tawadhu’ karena Allah, kecuali Allah
akan mengangkat derajatnya.” (HR. Tirmidzi, dan ia mengatakan : hadits hasan shahih).

4. Hati yang selalu ingat kepada Allah

8
Seorang muslim yakin bahwa Allah selalu mengetahui dan mengawasi tingkah laku
hamba-Nya, baik yang dilakukan terang-terangan ataupun secara sembunyi. Orang yang hatinya
selalu ingat kepada Allah yang selalu mengawasinya akan meninggalkan larangan-larangan
Allah; ia tidak mencuri, menipu, berkhianat dan sebagainya. Ia tidak akan mengambil sedikitpun
harta yang bukan miliknya sekalipun harta itu melimpah ruah, dan sekalipun ia seorang fakir
miskin.

Jadi , orang yang kuat imannya akan selalu meninggalkan maksiat, karena ia yakin bahwa
Allah selalu melihatnya walaupun tidak seorangpun yang melihatnya. Orang yang melakukan
maksiat menunjukan bahwa hatinya sedang lemah. Firman Allah :

‫ض َما يَ ُكونُ ِم ْن نَجْ َوى ثَاَل ثَ ٍة ِإاَّل هُ َو َرابِ ُعهُ ْم َواَل َخ ْم َس ٍة ِإاَّل ه َُو َسا ِد ُسهُ ْم َواَل َأ ْدنَى‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي اَأْلر‬ ِ ‫َألَ ْم ت ََر َأ َّن هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َما فِي ال َّس َما َوا‬
‫ك َواَل َأ ْكثَ َر ِإاَّل هُ َو َم َعهُ ْم َأ ْينَ َما َكانُوا ثُ َّم يُنَبُِّئهُ ْم بِ َما َع ِملُوا يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ِإ َّن هَّللا َ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِي ٌم‬
َ ِ‫ِم ْن َذل‬

“Tidaklah kamu perhatikan bahwa sesungguhanya Allah mengetahui apa yang ada di di langit
dan apa yang ada di bumi ? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah
yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara ) lima orang, melainkan Dialah yang
keenamnya dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih
banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan
memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya
Allah maha mengetahui segala sesuatu “ (QS. Al-Mujadalah/58 : 7 )

Jika seandainya pada suatu waktu melakukan maksiat karena lalai, seorang muslim yang
hatinya selalu ingat kepada Allah akan segera menghindari kelalaiannya , dia akan segera taubat
dan mohon ampun kepada Allah.

Firman Allah :

َ ُ‫ظلَ ُموا َأ ْنفُ َسهُ ْم َذ َكرُوا هَّللا َ فَا ْستَ ْغفَرُوا لِ ُذنُوبِ ِه ْم َو َم ْن يَ ْغفِ ُر ال ُّذن‬
ِ ‫وب ِإاَّل هَّللا ُ َولَ ْم ي‬
‫ُصرُّ وا َعلَى َما فَ َعلُوا َوهُ ْم‬ َ ْ‫َوالَّ ِذينَ ِإ َذا فَ َعلُوا فَا ِح َشةً َأو‬
)135( َ‫يَ ْعلَ ُمون‬

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran/3 : 135)

9
5.Terbebasnya manusia dari penghambaan terhadap nilai–nilai jahiliyah.

Islam membagi masyarakat kepada dua bagian : masyarakat Islam dan masyarakat
jahiliyah. Masing-masing masyarakat ini mempunyai standar nilai dan cirri yang berbeda-
beda.Di antara ciri masyarakat jahiliyah adalah punya sangkaan atau pandangan yang tidak
benar terhadap Allah (QS. Ali-Imron/3 : 154), seperti keyakinan orang-orang musyrikin
jahiliyah bahwa malaikat anak Allah. Dalam urusan kehidupan manusia, masyarakat jahiliyah
tidak berhukum kepada hukum Allah, tetapi berhukum kepada hukum manusia ( QS. Al-
Maidah/5 : 50 ). Di antara ciri masyarakat jahilyah juga adalah berprilaku jahiliyah, seperti
prilaku kaum wanitanya yang memamerkan aurat dan dandanannya ( QS. Al-Ahzab/33 : 33).
Begitu juga di antara ciri masyarakat jahiliyah adalah menjadikan ikatan kesukuan (hubungan
darah), nasionalisme (hubungan tanah air) atau hubungan kepentingan bersama sebagai dasar
ikatan berkumpul dan berserikat, bukan atas dasar kebenaran.

Islam membangun masyarakat atas dasar pandangan atau keyakinan yang benar, Allah-lah
yang menciptakan dan mengatur alam ini. Allah-lah satu-satunya ilah yang berhak diibadahi dan
ditaati, dan hanya Allah-lah yang memiliki segala sifat keagungan dan kesempurnaan. Islam
menetapkan hanya Allah yang berhak memutuskan aturan dan hukum, orang yang membuat
aturan yang bertentangan dengan aturan Allah berarti ia telah merampas hak Allah. Dan orang
yang mentaati aturan yang bertentangan dengan aturan Allah tersebut berarti telah memberikan
salah satu bentuk ibadah kepada selain Allah. Islam menghendaki tingkah laku yang baik dan
akhlak yang lurus mendominasi masyarakat. Untuk itu Islam melarang wanita memamerkan
aurat dan dandanannya, lemah lembut dalam berbicara sehingga mendorong laki-laki untuk
berbuat jahat terhadap mereka. Islam melarang pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita
yang akan membawa menyebarnya perbuatan yang tercela. Islam menjadikan ikatan aqidah dan
agama sebagai dasar dalam bermasyarakat, berkumpul dan bersatu, bukan ikatan hubungan
darah, tanah air atau kepentingan bersama.

6. Sabar dalam menghadapi kesulitan dan cobaan.

10
Seorang mukmin ketika meyakini bahwa segala urusan ada di tangan Allah, dan tidak
seorangpun yang mampu memberikan manfaat dan bahaya, ia akan menghadapi segala kesulitan
dengan lapang dada penuh kerelaan dan pasrah diri, sehingga ia bersikap sabar serta
mengharapkan pahala dari Allah. Pada waktu yang sama keimanan dapat meringankan rasa
sakit dan kesedihan.

Firman Allah :

‫صيبَ ٍة ِإال بِِإ ْذ ِن هَّللا ِ َو َم ْن يُْؤ ِم ْن بِاهَّلل ِ يَ ْه ِد قَ ْلبَهُ َوهَّللا ُ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِي ٌم‬
ِ ‫اب ِم ْن ُم‬
َ ‫ص‬َ ‫َما َأ‬

Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Taghabun/64 : 11)

Sabda Rasulullah saw :

َ ‫ وَِإ ْن َأ‬، ُ‫صابَ ْتهُ َسرَّا ُء َش َك َر فَ َكانَ خَ يْراً لَه‬


ُ‫صابَ ْته‬ َ ‫ ِإ ْن َأ‬، ‫ْس َذلِكَ َِأل َح ٍد ِإالَّ لِ ْل ُمْؤ ِم ِن‬
َ ‫ َولَي‬، ‫َع َجبًا َِأل ْم ِر ال ْمُؤ ِم ِن ِإ َّن َأ ْم َرهُ ُكلَّهُ لَهُ َخ ْي ٌر‬
ُ‫ فَ َكانَ َخ ْيرًا لَه‬، ‫صبَ َر‬
َ ‫ضرَّا ُء‬
َ .

“Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin itu. Perkaranya semua baik, dan itu tidak ada
pada seorangpun selain orang mukmin. Jika mendapatkan kegembiraan bersyukur, itu baik
baginya. Dan jika ditimpa kesusahan bersabar, itupun baik baginya “. (HR. Muslim ).

7. Terbebasnya jiwa manusia dari sikap zalim.

Islam mewajibkan umatnya bersikap adil dan sekaligus melarang mereka bersikap zalim,
serta memerintahkan mereka untuk mencegah kezaliman dari orang lain. Misi umat Islam dalam
setiap ekspansi (futuhat) adalah mengeluarkan umat manusia dari sempitnya dunia kepada
luasnya akhirat dan dari zalimnya agama-agama kepada adilnya Islam. Dalam menegakkan
keadilan, Islam tidak membeda-bedakan kerabat atau keturunan seperti tekad Rasulullah yang
akan memotong tangan putrinya Fatimah jika mencuri.

8. Terbebasnya akal manusia dari segala bentuk khurafat

Jika seorang mukmin meyakini dengan sepenuh hati bahwa hanya Allah yang mengetahui
hal-hal yang ghaib, memiliki manfaat dan bahaya, maka sudah barang tentu ia akan terbebas dari
anggapan-anggapan bahwa ada kekuatan selain Allah yang dapat mengetahui hal-hal yang ghaib

11
serta dapat memberikan manfaat kepada seseorang dan dapat menghindarkannya dari bahaya.
Dengan demikian ia tidak akan meminta pertolongan kepada tukang sihir, dukun, paranormal
atau siapapun juga, karena mereka tidak mengetahui hal-hal yang ghaib dan tidak memiliki
manfaat dan bahaya untuk dirinya dan orang lain. Meminta pertolongan kepada mereka untuk
mendapatkan manfaat seperti mendapatkan pekerjaan, naik jabatan, mendapatkan jodoh dan
sebagainya; atau agar terhindar dari bahaya seperti sembuh dari penyakit, aman dari orang yang
memburunyan dan semacamnya, dengan keyakinan mereka itu bisa memberikan manfaat dan
menghindarkan dari bahaya yang mengancamnya adalah merupakan perbuatan syirik yang dapat
mengeluarkannya dari keimanan.

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Beriman kepada Allah merupakan hal yang wajib diketahui oleh setiap umat islam. Maksud
dari beriman kepada Allah ialah kita sebagai umat manusia harus senantiasa mengimani atau
percaya akan kekuasaan Allah sebagai pencipta alam semesta ini. Dengan beriman kepada Allah
kita senantiasa akan menjalankan kewajiban kita sebagai hamba dan mengingatnya disaat kita
terpuruk ataupun ketika di timpa musibah karena segala cobaan itu datangnya dari Allah. Dengan
mengingat Allah senantiasa kita berada di dalam ketenangan hati yang didapat hanya dengan
mengingat Allah swt.

Jadi, dengan kita beriman kepada Allah kita akan mendapatkan ketenangan
hati,mendapatkan bimbingan dari Allah agar mendapatkan perilaku terpuji,mempunyai rasa
kasih sayang yang tinggi,diampuni dosanya dan mendapatkan pahala yang besar,diberikan
kemudahan untuk mejalankan hidup,mencegah kita dari perbuatan syirik,senantiasa bersyukur
atas apa yang di berikan Allah dan mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya atas ketaatan kita
kepada Allah swt.

SARAN

Setelah para pembaca selesai membaca makalah ini, pastilah terdapat banyak kesalahan di
dalam penulisan makalah di atas, memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari Bapak Dosen demi perbaikan makalah yang selanjutnya serta
menuju arah yang lebih baik.

Kemudian diharapkan kepada para pembaca untuk pembuatan makalah selanjutnya, agar
bisa menambah referensi yang lebih mendukung, karena dalam pembuatan makalah ini penulis
hanya menggunakan beberapa referansi saja, hal ini dikarenakan keterbatasan buku referensi
yang penulis dapatkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jauziyyah.Ibnu.Qayim ,(2016) QADHA DAN QADHAR.Jakarta:Qisthi Press


Jannah. Raudatul,(2020) ” PENGARUH PEMAHAMAN MATERI IMAN KEPADA ALLAH SWT TERHADAP
KETEPATAN PELAKSANAAN IBADAH SHALAT SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA”, Skripsi,UIN
SUSKA

Syafi’uddin.Asnin,(2012) ”Pengaruh Iman Kepada Allah dalam Kehidupan”, Diakses pada Rabu,19
Oktober 2022

http://abufathirabbani.blogspot.com/2012/10/pengaruh-iman-kepada-allah-dalam.html

Kurniasih.Wida,(2021),”Pengertian Iman secara bahasa dan istilah serta tingkatannya”


Diakses pada Rabu,19 Oktober 2022
https://www.gramedia.com/literasi/pengertianiman/
#Tingkatan_Iman_dalam_Islam_Menurut_Syekh_M_Nawawi
Taimiyah.Ibnu,(2012) Al-Iman. Bekasi:PT.DARUL FALAH
Purba.Hadis dan Salamuddin,(2019) TEOLOGI ISLAM (TAUHID).Medan:Perdana Mulya
Sarana

14
15

Anda mungkin juga menyukai