Anda di halaman 1dari 16

MEMIKUL SALIB

Ibadah Minggu Sengsara ke-1


Minggu, 19 Pebruari 2023

PERSIAPAN
 Liturgi dibuat sesuai dengan Logos: Leksionari GKST pada Minggu
Sengsara ke-1.
 1 lilin sebagai simbol Masa Sengsara disiapkan di meja altar.
 Doa di konsistori

SAPAAN MAJELIS JEMAAT


(berdiri)
MERAYAKAN MINGGU SENGSARA PERTAMA
Pnt Jemaat Tuhan,
Kita merayakan Minggu Sengsara Pertama.
Minggu ini juga disebut sebagai Minggu Quinquagesima,
yang berarti hari ke-50 sebelum Paskah.
Kita memandang ke depan,
untuk mengingat Sengsara dan Kematian Tuhan,
dan perayaan kita tentang Kebangkitan-Nya.
Kita menyalakan Lilin Sengsara Pertama.
Kiranya Roh Tuhan akan membaharui kita,
agar kita menyadari bahwa Sengsara, Kematian dan Kebangkitan Tuhan
adalah sumber pengharapan dan kehidupan orang percaya.
Marilah mengikut Tuhan di jalan Sengsara-Nya.

(Lilin Sengsara dinyalakan)

Menyanyi KK 395:1-3 Inginkah Kau Ikut Tuhan? (do=d)


Inginkah kau ikut Tuhan? Pikul salib!
Jangan bimbang, jangan sungkan: ikut Tabib!
Refr. Pikullah salibmu saja, ikut terus;
lihatlah mahkota Raja agung kudus!
1
Haruslah kausangkal diri: pikul salib!
Di godaan dunia ini ikut Tabib! Refr.

Apapun kesusahanmu, jangan lemah:


Tuhan Yesus besertamu, ikut tetap! Refr.

TAHBISAN
P Pertolongan kita adalah dalam Nama Yesus Kristus, Juruselamat, yang
memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada
kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib
ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah
kanan takhta Allah (Ibr 12:2). Amin.

SALAM
P Sejahteralah saudara sekalian yang mengikut Kristus di jalan sengsara.
J Dan sejahtera juga untukmu.

Menyanyi NKB 125 ‘Ku Dengar Panggilan Tuhan (do=f)


‘Ku dengar panggilan Tuhan, ‘ku dengar panggilan Tuhan,
‘ku dengar panggilan Tuhan: “Pikul salib, ikutlah Aku!”
Refr. Aku mau mengikut Dia, aku mau mengikut Dia,
aku mau mengikut Dia, ikut Dia, Yesus, Tuhanku.

‘Ku mau ikut walau sukar, ‘ku mau ikut walau sukar,
‘ku mau ikut walau sukar: ‘kan ‘ku ikut Dia s’lamanya. Refr.

Meski jalanku mendaki, meski jalanku mendaki,


meski jalanku mendaki: ‘kan ‘ku ikut Dia s’lamanya. Refr.

DilimpahkanNya anug’rah, dilimpahkanNya anug’rah,


dilimpahkanNya anug’rah: dan ‘ku ikut Dia s’lamanya. Refr.

(duduk)

2
AJAKAN MENGIKUT YESUS DI JALAN SENGSARA
P Kita nyalakan satu lilin memasuki Minggu Sengsara Pertama. Lilin ini
menunjuk pada kesediaan kita memikul salib, seperti ajaran Tuhan,
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak
layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan
kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya
karena Aku, ia akan memperolehnya. (Mat 10:38-39).

Menyanyi KJ 441:3 ‘Ku Ingin Menyerahkan (do=f)


Tentu beban tak tanggal, lenyap serta merta,
dan salib yang kupikul tak jatuh segera.
Kendati demikian, bertambah dayaku,
sebab pengasihanNya menopang hidupku.

PENGAKUAN DOSA
P Jemaat Tuhan, pada permulaan Masa Sengsara Kristus ini, marilah kita
mengaku dosa kita kepada Tuhan.
Allah yang Maha Pengasih,
Engkau mengutus Yesus Kristus, Tuhan,
untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang.
Kami mengaku,
bahwa kami telah menyimpang dari jalan-Mu
dan memilih jalan kami sendiri dengan angkuh.
Kami disesatkan oleh kesombongan,
dan melihat diri kami bersih saat ternoda
serta merasa hebat padahal kami hanyalah sejengkal.
Kami telah gagal dalam cinta kasih,
bahkan kami tidak mengikut-Mu
dengan mengabaikan keadilan dan kebenaran-Mu.
Kasihanilah, kami ya Allah, dan ampunilah dosa kami.
Kembalikanlah kami ke jalan kebenaran
melalui Yesus Kristus, Juruselamat kami.

3
P Selamatkanlah kami, ya Kristus, Tuhan.
J Berilah rahmat-Mu pada kami.
P Selamatkanlah kami, ya Kristus, Tuhan.
J Berilah damai-Mu pada kami.
P&J Amin!

Menyanyi KJ 361:2&4 Di Salib-Mu ‘Ku Sujud (do=f)


Dalam hidup yang cemar kurindukan Tuhanku.
Suara Yesus terdengar, “Kuhapuskan dosamu.”
Refr. ‘Ku percaya padaMu, Anak domba Golgota.
Di salibMu ‘ku sujud: diriku s’lamatkanlah!

Janji Tuhan kupegang; ‘ku dibasuh darahNya.


‘Ku bersujud, beriman, tersalib bersamaNya. Refr.

ANUGERAH KASIH PENGAMPUNAN ALLAH


Pnt Jemaat Tuhan,
Dengarkanlah pengajaran Yesus Kristus tentang anugerah Allah bagi
manusia yang berbeban dalam hidup yang berat,
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang
Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk
yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." (Mat 11:28-
30).

Menyanyi KJ 362:1-2 Aku Milik-Mu, Yesus, Tuhanku (do=g)


Aku milikMu, Yesus, Tuhanku; kudengar suaraMu.
‘Ku merindukan datang mendekat dan diraih olehMu.
Refr. Raih daku dan dekatkanlah pada kaki salibMu.
Raih daku, raih dan dekatkanlah ke sisiMu, Tuhanku.

Aku hambaMu, Kausucikanlah oleh kasih kurnia,


hingga jiwaku memegang teguh kehendakMu yang mulia. Refr.
4
PELAYANAN FIRMAN
 Doa Epiklese
 Pembacaan Alkitab: Keluaran 17:1-7 & Matius 10:34-39
(seusai membaca Alkitab dapat disambut jemaat dengan menyanyi
“Hosiana”)
 Khotbah: Memikul Salib

PENGAKUAN IMAN
P Jemaat Tuhan, marilah kita berdiri dan mengikrarkan pengakuan iman
Kristen menurut Pengakuan Iman Rasuli. Demikian…
Aku percaya kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa, Khalik langit dan
bumi.
Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita,
yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria,
yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus.
disalibkan, mati dan dikuburkan, turun dalam kerajaan maut.
Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati,
naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa Yang Maha Kuasa.
Dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan
yang mati.
Aku percaya kepada Roh Kudus,
Gereja yang Kudus dan Am,
Persekutuan orang Kudus,
Pengampunan dosa,
Kebangkitan daging,
Dan hidup yang kekal.
Amin.

PERSEMBAHAN
P Jemaat Tuhan, marilah kita memberikan persembahan sambil mengingat
Firman tentang teladan pengorbanan Kristus,
“…dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah
mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai
persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” (Ef 5:2).
5
Menyanyi KJ 363 Bagi Yesus Kuserahkan (do=f)
Bagi Yesus kuserahkan hidupku seluruhnya;
hati dan perbuatanku, pun waktuku milikNya.
Bagi Yesus semuanya, pun waktuku milikNya.
Bagi Yesus semuanya, pun waktuku milikNya.

Tanganku kerja bagiNya, kakiku mengikutNya;


mataku memandang Yesus; yang kupuji Dialah!
Bagi Yesus semuanya, yang kupuji Dialah!
Bagi Yesus semuanya, yang kupuji Dialah!

Ya, sejak kupandang Yesus, kutinggalkan dosaku;


pada Dia ‘ku terpaut, Dia Jurus’lamatku.
Bagi Yesus semuanya, Dia Jurus’lamatku.
Bagi Yesus semuanya, Dia Jurus’lamatku.

O, betapa mengagumkan! Maharaja semesta


mau memanggilku sahabat; aku dilindungiNya!
Bagi Yesus semuanya; aku dilindungiNya!
Bagi Yesus semuanya; aku dilindungiNya!

DOA PERSEMBAHAN
Pnt Ya Tuhan, Mahakasih,
yang memenuhi kami dengan belas kasih-Mu yang besar.
Tatkala kami membutuhkan berkat-Mu, Engkau mengejutkan kami
dengan pemberian-Mu yang sangat besar, yakni Yesus Kristus
memberikan nyawa-Nya bagi kami untuk menghapus kutukan kami
yang mengerikan.
Kiranya kami dapat menanggapinya dengan rasa syukur, ketika
mempersembahkan seluruh tubuh, jiwa, dan roh kami untuk
melanjutkan karya pelayanan Kristus. Demi nama dan kemuliaan-Mu,
kami berdoa dan mempersembahkan persembahan kami ini. Amin.

6
Menyanyi KJ 34:2&4 Di Salib Yesus di Kalvari (do=g)
Kini bahagiaku penuh: Yesus berdiam di dalamku.
Sungguh 'ku s'lamat, 'ku ditebus! Puji namaNya!
Refr. Puji, puji namaNya! Puji, puji namaNya!
Oleh darahNya aku bersih! Puji namaNya!

Mari semua ke salibNya; jiwa-ragamu serahkanlah


untuk dibasuhi darahNya. Puji namaNya! Refr.

WARTA JEMAAT

DOA SYAFAAT
(berdiri)
PENGUTUSAN: Nasihat Rasuli Tentang Salib Kristus
P Jemaat Tuhan,
Dengarkanlah nasihat rasuli yang meneguhkan kamu di dalam selamat
oleh Kristus,
Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia,
dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-
Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah
Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. Juga kamu
yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya
dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang
jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani
Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus
dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. Sebab itu kamu
harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang,
dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu
dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah
langit…” (Kol 1:19-23a).

Menyanyi KJ 40:4-5 Ajaib Benar Anugerah (do=g)


Kudapat janji yang teguh, kuharap sabdaNya
Dan Tuhanlah Perisaiku tetap selamanya
7
Kendati nanti ragaku terkubur dan lenyap
PadaNya aku berteduh bahagia tetap

UCAPAN BERKAT
P Arahkanlah hatimu kepada ketaatan kepada Kristus sambil menantikan
kedatangan-Nya. Dan, terimalah berkat-Nya:
Maka Allah damai sejahtera, kiranya memperlengkapi kamu dengan
segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di
dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya. Bagi Dialah kemuliaan
sampai selama-lamanya! Amin.
J Amin, Amin, Amin.

(duduk)

Ibadah Selesai

8
Ibadah Minggu Sengsara ke-1
Minggu, 19 Februari 2023

MEMIKUL SALIB

Bacaan PL : Keluaran 17:1-7


Bacaan PB : Matius 10:34-39
Tujuan : 1) Jemaat memahami memikul salib sebagai
konsekuensi logis dari hidup mengikut Kristus.
2) Jemaat memahami memikul salib sebagai tanggung
jawab iman atas karya Keselamatan Kristus.

Pengantar Tema
Pada minggu-minggu sebelum perayaan Paskah ini, umat dibekali
dengan pemahaman iman tentang bagaimana menemukan makna
kebahagiaan hidup dalam kemenderitaan seperti Kristus. Sebab itu, di pekan
pertama Minggu Sengsara umat perlu untuk memahami kembali makna
memikul salib sebagai cara hidup keberimanannya. Tema ini mengajak umat
merefleksikan ajaran sekaligus keteladan Kristus dalam ketaatan-Nya memikul
salib demi keselamatan manusia. Tema “Memikul Salib” menjadi penting,
tapi juga relevan, bagi keselamatan kehidupan manusia masa sekarang.
Tampak jelas kalau kehidupan antar manusia, manusia dengan alam, manusia
dengan Tuhan hari-hari ini semakin tidak menggambarkan situasi dunia yang
diselamatkan. Pandangan populer dunia kini adalah pementingan diri,
keserakahan, berlaku tidak adil, kebencian, kekerasan, dan jenis-jenis
semacamnya. Mengambil sikap berbeda dari hal-hal itu adalah pilihan yang
berisiko untuk tidak disukai. Gambaran damai
sejahtera dari dunia yang telah diselamatkan Kristus semakin kabur.
Karenanya, kekristenan perlu mengambil sikap yang membuat terang
gambaran dunia damai sejahtera Allah (Kerajaan Allah). Sekalipun berisiko, sulit
diterima akal manusia modern, dan tidak mudah untuk ditanggungjawabi, tapi
sikap hidup meneladani Kristus itu mesti dipilih. Sikap itu adalah memikul salib.

9
Kajian Teks
Jika teks bacaan Matius 10:34-39 dibaca (diartikan) secara tekstual malah
akan memunculkan banyak kebingungan, atau malah menjadi tidak produktif
bagi kehidupan beriman. Misalnya, ayat 34-37 akan dipahami sebagai ajakan
Yesus untuk melakukan kekerasan (pedang; pada ayat 34), membenci orang tua
dan saudara dalam keluarga (ayat 35-37). Kalau begitu, tidak seorang pun yang
rela mengikut Yesus dengan ajaran yang demikian. Atau juga, ayat 38 akan
dipahami sebagai tugas amat berat. Bukankah memikul salib adalah hal yang
mudah diteorikan tapi sulit dijalani. Kata “salib” saja tidak enak didengar.
Sejatinya manusia tidak akan pernah betah dengan hidup yang menderita.
Mungkin juga, ayat 39 akan dipahami sebagai pandangan hidup fatalis, yakni
hidup tidak perlu diperjuangkan atau dipertahankan. Hanya untuk kepentingan
Yesus, hidup bisa saja dihilangkan. Kalau secara literal dipahami, bukankah
akan banyak umat Kristen yang radikal-ekstrim mengorbankan nyawanya demi
Tuhan-Nya. Apa bedanya umat Kristus dengan yang lain. Padahal pemahaman
ini sangat bertolak belakang dengan ajaran kasih Kristus. Oleh karena itu,
menjawab kebingungan dan kekeliruan itu, pemahaman yang menyeluruh
dibutuhkan.
Pertama, makna kata “pedang” (Yun. makhairan) pada ayat 34 dapat berarti:
(1) lambang penghukuman Allah atas dosa, (2) alat pemisah yang tajam antara
yang dikehendaki Allah dan yang bukan kehendakNya, (3) metafora peristiwa
yang memilukan, menyedihkan, menyengsarakan, (4) simbol dari permusuhan
sesama manusia karena Injil. Kata “pedang” bagi para pembaca kitab Matius
tidak begitu mengagetkan sebagaimana kita membacanya hari ini. Mereka
memahami ini sebagai gaya bahasa perumpamaan bagaimana ajaran Yesus
memberi penegasan, bahwa mengikut Dia memerlukan ketegasan sikap memiliki
kehendak Allah dan yang bukan. Memilih kehendak Allah secara tegas memang
berkonsekuensi tidak disukai, menghadirkan kesedihan, kepiluan hati, dan
sengsara. Bahkan, akibat dari mengikut Yesus adalah permusuhan. Maka
ungkapan “membawa pedang” bukan tujuan dari kedatangan Yesus, tetapi
akibat/konsekuensi kedatangan Yesus. Ini masuk akal.
Kedua, konsekuensi logis kedatangan Yesus juga dapat terjadi pada relasi
sosial kita dengan sesama yang terdekat, yaitu keluarga. Ayat 35-37 adalah cara
Yesus mengkritik budaya hidup orang Yahudi zamannya. Budaya orang Yahudi
10
sangat kental dengan rasa hormat terhadap orang tua (lih., hukum taurat dalam
Keluaran 20:12). Tidak ada yang salah dengan ini. Menghormati orang tua itu
mulia. Yesus hidup dengan prinsip ini. Tetapi mengikat diri secara berlebihan
dengan ikatan kekeluargaan yang menghambat kita melakukan kehendak Allah
tentu perlu dikritisi.
Ketiga, akibat lain dari hidup mengikut Kristus adalah ancaman nyawa.
Penulis Matius adalah komunitas Kristen Yahudi awal yang mengalami banyak
penganiayaan tentu memahami benar makna ayat 39. Teks ini adalah usaha
penulis Matius meyakinkan bahwa pilihan sikap jemaat mula-mula mengikut
Kristus adalah sikap yang tepat. Tidak perlu disesali sekalipun mengandung
risiko. Penulis Injil Matius meneguhkan iman jemaat dengan mengutip
perkataan dan ajaran Yesus tentang hal itu.
Ketiga, sikap hidup yang tidak populer sebagai Kristen mesti didasarkan
pada kesediaan memikul salib secara bertanggung jawab. Ketaatan bertanggung
jawab ini tidak mudah, sebab salib adalah lambang cemoohan (Mat 27:39),
penyangkalan diri (Mat 16:24), kematian (Kis 10:39), penderitaan (1 Pet 2:21;
4:13), penolakan (1 Pet 2:4), dan kehinaan (Ibr 12:2). Namun begitu, salib adalah
syarat mutlak yang melayakan manusia di hadapan Kristus. Salib adalah
totalitas keteguhan manusia beriman pada Yesus menghadapi hidup yang
semakin tidak ramah sekaligus tidak mudah. Alih-alih sikap hidup lembek
penuh pengeluhan dan sungut-sungut yang pernah ditunjukan bangsa Israel di
Masa dan Meriba (Keluaran 17: 1-7)

Refleksi
Beberapa simpulan kajian dari teks bacaan yang bisa dijadikan bahan
refleksi adalah:
● Salib adalah tanggungan yang mesti dipikul secara bertanggung jawab.
Salib adalah penyangkalan diri manusia; yakni sikap memilih tidak
melakukan karena bukan kehendak Allah, walaupun sebenarnya kita
sangat mampu melakukan. Tetapi juga salib bukan kesalahan,
kekeliruan, kejahatan yang disengaja kemudian secara tidak adil
meminta Tuhan menanggungnya bersama kita.
● Hari ini “Memikul Salib” dimaknai sebagai gaya hidup yang berani tidak
disukai (malah dibenci dan dimusuhi) karena memilih sikap
11
mengampuni,

12
memaafkan, mendamaikan. Tetapi juga, “Memikul Salib” adalah
konsekuensi logis (masuk akal) dari hidup kekristenan yang berlaku adil,
tidak serakah, anti kekerasan, menolak kebencian, tidak manipulatif, dsb.
● Memikul salib bukan supaya selamat, melainkan sikap iman yang
bertanggung jawab atas karya keselamatan Kristus.
● Selama hidup benar, jalani “Pikul Salib.” Sebab itu adalah tanggung
jawab penuh kehormatan dari Allah. Pada jalan itu ada iman yang
bertumbuh!

13
Khotbah Evangelisasi Minggu Sengsara ke-1

BELAJAR MENJADI SETIA

Bacaan PB : Markus 14:26-31


Tujuan : 1) Jemaat memahami kesetiaan sebagai proses belajar
seumur hidup tentang janji Tuhan
2) Jemaat memahami kesetiaan adalah kemauan hati
mengalami pembingingan Tuhan

Ibadah hari minggu yang lalu, kita bersama-sama telah memahami


makna “memikul salib” di dunia hari-hari ini. Memikul salib memang tentang
kesediaan kita untuk hidup memilih jalan salib Yesus, sekalipun lebih banyak
tidak disukai. Itu menyakitkan. Itu tidak mudah dijalani. Itu menyedihkan
karena memang penuh derita.
Memang kisah sengsara Yesus adalah cerita sengsara. Meskipun begitu,
jalan sengsara Yesus tidak mesti berhenti pada kesedihan. Lebih dari itu adalah
bagaimana belajar dari proses penderitaan ini. Belajar menjadi setia!
Perhatikan ayat 27 teks bacaan kita! Yesus menegaskan bahwa kesetiaan
bukanlah hal remeh-temeh belaka. Murid-murid diingatkan pada kemungkinan
akan tergoncang imannya. Mereka sangat mungkin akan tidak setia. Melakukan
kesalahan yang sama seperti teman mereka, yaitu Yudas. Sebab Yesus
mengucapkan hal itu setelah sebelumnya menyampaikan pengkhianatan Yudas.
Pada situasi yang sangat emosional Yesus mengingatkan betapa kesetiaan
bukanlah hal yang akan dibangga-banggakan. Tidak ada jaminan untuk manusia
tidak teruji kesetiaannya.
Rupa-rupanya, setelah mendengarkan peringatan akan pengkhianatan
Yudas, ada kebanggaan diri dari murid-murid lainnya. Ini sikap tidak tepat bagi
Yesus, perlu disadari kemungkinan akan goncangan iman pada setiap murid.
Setia itu tidak mudah.
Meski mereka sangat mungkin terguncang ketika menyaksikan kematian
Yesus nantinya, Yesus memberi janji akan mengumpulkan mereka di Galilea
(28). Perkataan Yesus ini dapat dipahami sebagai pesan, bahwa “Jika imanmu
14
terguncang, itu wajar dan manusiawi. Tetapi menolak percaya pada janji Yesus
di tengah guncangan iman itu bahaya.”
Nasihat-nasihat Yesus itu nyatanya ditantang oleh Petrus. Pada ayat 29
Petrus menunjukan kesombongannya. Ia merasa jauh lebih kuat dan dapat
mengatasi sendiri guncangan iman itu dibanding rekan-rekannya. Yesus
merespon kesombongan Petrus ini dengan sekali lagi mengingatkannya tentang
bahaya kesombongan iman (30). Bagi Yesus, dengan kesombongan demikian,
Petrus justru akan melakukan kesalahan yang lebih buruk. Karena itu Petrus
diingatkan, dicegah. Dipanggil untuk sadar diri.
Menyadarkan Petrus sangat penting. Ia adalah pemimpin di antara
teman- temanya. Ia begitu dominan dan cukup berpendirian teguh (sesuai
namanya Petrus/Kefas, artinya Batu Karang). Mungkin juga karena ia merasa
salah satu murid-murid yang pertama menerima panggilan pemuridan Yesus
bersama saudaranya Andreas. Kalau Petrus salah melangkah, maka sangat
mungkin berdampak buruk pada sahabat-sahabatnya. Tetapi Petrus kemudian
semakin memperlihatkan kekerasan hatinya. Ia tetap berusaha membuktikan
bahwa peringatan Yesus pada dirinya salah alamat (31).
Keteguhan atau kesetiaan yang sombong dari si Batu Karang ternyata
tidak terbukti. Peringatan Yesus pada dirinya ternyata benar, Petrus akhirnya
menyangkal Yesus. Ia adalah juga pribadi yang mudah goyah. Persis seperti
nama sebelumnya, Simon, yang artinya buluh yang terkulai.
Jika Yudas diperingatkan bahwa akan melakukan dosa secara terencana,
maka berbeda dengan Petrus. Ia akan melakukan dosa secara langsung dan tiba-
tiba sekalipun ia tidak menginginkan hal itu. Sekali lagi, tidak ada kesetiaan
iman yang dapat dibangga-banggakan. Melainkan mawas dirilah ketika merasa
diri kita setia. Berproses dalam bimbingan Tuhan, itulah yang penting.
Hidup beriman Petrus tidak hanya berhenti pada kegagalannya karena
kesombongan. Penting untuk belajar dari komitmen kesetiaan Petrus setelah
kegagalannya! Alkitab menjelaskan bahwa kemudian hari Petrus menjadi salah
satu rasul sukses setelah peristiwa Pentakosta. Dampak dari Khotbahnya, 3000
orang terinspirasi untuk mengikut Yesus (lih. Kis 2:14-41).
Bahkan dalam tradisi Kekristenan awal disebutkan bahwa Petrus pernah
kembali terguncang imannya akibat perburuan besar-besaran tentara Romawi
terhadap rasul-rasul. Ia pernah akan melarikan diri dari kota Roma karena
15
perburuan itu. Di tengah perjalanannya ia bertemu dengan sosok misterius dan
ia bertanya “Quo Vadis Domine?” (Bahasa Latin, yang artinya “Mau ke mana
tuan?”). Jawaban orang itu, “Aku datang untuk disalibkan kedua kalinya”.
Mendengar jawaban itu, Petrus sadar bahwa sosok itu adalah Yesus. Ia teringat
pada kegagalan janjinya. Ia kemudian kembali ke Roma dan bersedia menderita
di sana. Bapa Gereja Hieronimus bahkan mencatat, bahwa Petrus martir dengan
cara disalib terbalik, karena merasa tidak layak mati dengan cara yang sama
dengan Yesus.
Petrus telah memikul salibnya dengan kesetiaan yang terus teruji. Dari
proses kesetiaan Petrus kita dapat memetik makna, bahwa kesetian iman itu
akan selalu diuji saat masa-masa sulit untuk disadarkan dari rasa puas dan
kebanggan diri. Kesetiaan iman itu adalah belajar seumur hidup tentang janji
Tuhan.
Berdasarkan prinsip ini kita tidak akan terjebak pada keunggulan diri,
merasa paling hebat, promosi diri berlebihan. Sebab keberanian berlebihan bisa
jadi awal kelemahan kita.
Setia pada Yesus bukan sekadar pengakuan dan janji mulut. Itu
menjebak. Lebih darinya adalah kemauan hati untuk terus mengalami
pembimbingan Tuhan. Selamat berproses dalam kesetiaan bersama Tuhan.
Amin!

16

Anda mungkin juga menyukai