(Evaluation of the Performance Business of Hand Line Yellowfin Tuna at Bacan Beach
Fishery Port South Halmahera Regency)
Siti Masiyah 1, Khoirun Nisaa 1, Edy H.P. Melmambessy 1, dan Mohammad Ali Lutfi 1
1 Jurusan Manajemen Sumberdaya Peraran, Fakultas Pertanian Universitas Musamus Merauke, Merauke, Indonesia, Email:
siti_masiyah@unmus.ac.id, alilutfi709@gmail.com
Info Article:
Diterima: 15 Desember 2021 Abstrak. Kepiting biola (Uca spp.) merupakan salah satu kepiting yang hidup di daerah intertidal,
Disetujui: 10 Januari 2022 khususnya area mangrove dengan substrat berpasir dan berlumpur. Penelitian ini bertujuan untuk
Dipublikasi: 10 Januari 2022 mengetahui keanekaragaman Kepiting Uca spp dan respon terhadap tekstur tanah. di Pantai Payum
Article type : Merauke. Penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2019 di 3 transek titik pengambilan sampel
Riview Article yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Sampel diambil dengan membuat plot kuadrat 1 x 1
Common Serv. Article m yang ditempatkan pada titik penelitian dan kemudian substrat digali hingga kedalaman 30 cm. Kepiting
Research Article yang telah dikumpulkan, kemudian diidentifikasi dan diklasifikasikan. Sampel kepiting difiksasi
menggunakan alkohol 70%. Ditemukan 6 spesies kepiting Uca yang ditemukan di area mangrove Pantai
Keyword: Payum Merauke antara lain adalah Uca tetragonon, Uca annulipes, Uca coarctata, Uca crassipes, Uca
Diversity, soil texture, habitat, signata dan Uca dussumieri. Setiap spesies kepiting Uca memiliki jenis tekstur tanah sebagai habitat yang
violin crab (Uca spp.)
berbeda-beda. Kepadatan tertinggi ditemukan pada spesies Uca signata sebesar 32 ind/m² dan spesies
Korespondensi: terkecil Uca dussumieri yaitu 11 ind/m². Nilai indeks keanekaragaman adalah 1,74. Indeks kerataan adalah
Siti Masiyah 0,97. Indeks dominan adalah 0,18 dan indeks morisita dengan pola mengelompok pada spesies Uca signata.
Universitas Musamus Merauke. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi mikrohabitat lingkungan lokasi penelitian mendukung untuk
Merauke, Indonesia kelangsungan hidup kepiting biola (Uca spp.).
Email: umbakhaka@gmail.com Abstract. Fiddler crab (Uca spp.) one of the crabs that inhabit the intertidal area, especially the mangrove
with the sandy and muddy substrate. This study aims to determine the population and microhabitat of Uca
spp. in Payum beach Merauke. Research was conducted in June to July 2019 at the research transect 3
Copyright© 2021 sampling points which was determined by purposive sampling method. Samples were taken by making the
Siti Masiyah , Khoirun Nisaa , Edy square plot of 1 x 1 m is placed at the point of the study and then the substrate was dug up to a depth of 30
H.P. Melmambessy, Mohammad
cm. Crab that has been collected, then identified and classified. Samples crab then fixation with 70%
Ali Lutfi
alcohol. A total population of 6 species of crab Uca found in mangrove areas Payum beach Merauke is Uca
tetragonon, Uca annulipes, Uca coarctata, Uca crassipes, Uca signata and Uca dussumieri. Of all types are
found crab Uca have each habitat type living. The highest density was found in the species of Uca signata
32 ind/m² and the smallest species of Uca dussumieri ie 11 ind/m². The diversity index value is 1.74. The
evenness index is 0.97. The dominant index is 0.18 and the morisita index is clustered on the species Uca
signata. So it can be concluded that the environmental microhabitat conditions of the research location is
support the survival of the fiddler crab (Uca spp.).
berukuran lebih besar, sedangkan untuk Uca Penelitian mengenai kepiting biola (Uca spp.) di
betina kedua capitnya berukuran kecil atau sama kabupaten Merauke belum pernah dilakukan, oleh
(Crane, 1975; Rosenberg, 2000). karena itu menarik untuk dikaji atau dilakukan 3
Kepiting Uca sangat berperan penting secara penelitian tentang kepiting biola (Uca spp.) yang
ekologi dalam ekosistem mangrove sebagai merupakan salah satu keystone species pada
habitatnya, karena mampu membuat lubang pada ekosistem mangrove.
sedimen bagian tengah, yang menjadikan oksigen 1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian
(O₂) dapat masuk hingga pada lapisan terdalam Penelitian ini bertujuan untuk
sedimen. Hasil dari perombakan tersebut dapat mengidentifikasi kepiting biola (Uca spp.) yang
menjadikan kandungan unsur hara dalam sedimen terdapat di pantai Payum, dengan mengkaji
tetap stabil dan juga tetap terjaganya kesuburan kelimpahan dan sebarannya 2. Untuk mengetahui
sedimen untuk pertumbuhan vegetasi (Murniati, bagaimana mikrohabitat kepiting biola (Uca spp.)
2012). di pantai Payum Merauke
Selain itu, kepiting Uca juga berperan
sebagai detrivitor (pemakan deposit) yang mampu II. METODE PENELITIAN
menentukan kondisi substrat pada habitat. 2.1. Tempat dan Waktu
Adapun jenis makananannya antara lain berupa Penelitian dilaksanakan di Pantai Payum
alga, bakteri dan juga organik lain yang ada pada Merauke pada bulan Juni hingga Juli 2019 pada 3
sedimen habitatnya. (Milner, dkk., 2009). Sehingga transek pengamatan yang telah ditentukan lokasi
kepiting Uca merupakan biota yang menempati pengambilannya. Transek I terletak pada
mikrohabitat karena sangat berpengaruh terhadap koordinat 08°33’16.0’’ S dan 140°25’34.0’’ E yaitu
perubahan faktor fisik dan biokimia lingkungan. area mangrove yang terdapat vegetasi, transek II
Kepiting biola (Uca spp.) banyak dijumpai terletak pada koordinat 08°33’20.9’’ S dan
pada ekosistem mangrove pantai Payum. Namun 140°25’39.1’’ E yaitu area mangrove saja, serta
kondisi mangrovenya sebagian besar telah transek III terletak pada koordinat 08°33’21.3’’ S
mengalami kerusakan, berdasarkan penelitian dan 140°25’40.8’’ E yang merupakan area mangrove
Masiyah & Monika (2017) mangrove di pantai berlumpur. Dengan jarak antar transek yaitu,
Payum telah mengalami kerusakan seluas 2 ha transek I dan transek II 210 m serta jarak transek II
yang disebabkan oleh adanya penggalian pasir dan transek III 55 m.
dan pemanfaatan kayu sebagai bahan bangunan
secara berlebihan. Kerusakan tersebut tentu sangat 2.2. Alat dan Bahan
berpengaruh bagi kelangsungan hidup kepiting Alat dan bahan yang akan digunakan dalam
Uca, karena mangrove merupakan habitat tempat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
berpijah juga mengasuh agar tetap lestari.
Gambar 1. Peta
lokasi penelitian
745
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)
747
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)
kawasan mangrove Papua, antara lain U. satu benua. Namun selama penelitian kedua jenis
dussumieri, U. vocans, U. coarctata, U. annulipes tersebut tidak ditemukan, hal ini dikarenakan
dan U. seismella. U. seismella dan U. mjoebergi sebarannya yang hanya terdapat di Papua Barat
merupakan dua spesies yang hanya ditemukan di (Murniati & Pratiwi, 2015).
Papua hingga pesisir Australia karena berasal dari
748
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)
& Reece, 2008). Berdasarkan hasil penelitian, pantai Payum tertinggi pada transek II dapat
kelimpahan total kepiting biola (Uca spp.) di dilihat seperti grafik (Gambar 8).
Gambar 2. Uca tetragonon (Nisaa, Gambar 3. Uca annulipes Gambar 4. Uca coarctata
2019) (Nisaa, 2019) (Nisaa, 2019)
Gambar 5. Uca crassipes Gambar 6. Uca signata (Nisaa, Gambar 7. Uca dussumieri
(Nisaa, 2019) 2019) (Nisaa, 2019)
Grafik pada Gambar 8, menunjukkan crassipes sebesar 4 ind/m², Uca signata sebesar 14
masing-masing kelimpahan kepiting biola (Uca ind/m² dan Uca dussumieri sebesar 4 ind/m².
spp.) di pantai Payum pada tiap transek. Transek I Transek II merupakan lokasi yang sangat
diperoleh nilai kelimpahan tertinggi yaitu spesies dipengaruhi oleh pasang surut air dengan kondisi
Uca annulipes sebesar 14 ind/m² dan terendah ketika pasang hampir menutupi seluruh titik
spesies Uca dussumieri sebesar 3 ind/m², pengambilan sampel. Hal ini sesuai dengan
selanjutnya Uca coarctata sebesar 5 ind/m², Uca pendapat Yulianto (2006) yang menyatakan bahwa
signata sebesar 6 ind/m². Sedangkan spesies Uca kepadatan jenis Uca tetragonon dipengaruhi oleh
tetragonon dan Uca crassipes tidak ditemukan tingginya frekuensi habitat terendam air.
pada transek I. Tingginya kelimpahan spesies Uca Transek III diperoleh hasil kelimpahan Uca
annulipes dikarenakan transek I memiliki substrat tetragonon sebesar 1 ind/m², Uca annulipes sebesar
berpasir yang merupakan karakteristik habitat 1 ind/m², Uca coarctata sebesar 7 ind/m², Uca
dari Uca annulipes. crassipes sebesar 15 ind/m², Uca signata sebesar 12
Pada transek II didapatkan kelimpahan ind/m² dan Uca dussumieri sebesar 4 ind/m².
tertinggi yaitu Uca tetragonon sebanyak 18 ind/m² Kelimpahan tertinggi pada transek III yaitu Uca
dan terendah Uca annulipes sebesar 2 ind/m², crassipes dan terendah Uca annulipes. Hal ini
selanjutnya Uca coarctata sebesar 8 ind/m², Uca dikarenakan transek III memiliki substrat lumpur
749
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)
dominasi yang sangat sesuai dengan habitat U. dari 2 yaitu 1,74, sehingga dapat dikatakan bahwa
crasspises. keanekaragaman pada tiga transek lokasi
Sedangkan kelimpahan jenis Uca yang penelitian tergolong sedang. Tabulasi perhitungan
ditemukan tertinggi pada jenis Uca signata sebesar dapat dilihat pada Lampiran 2 poin b.
32 ind/m² dan terendah Uca dussumieri sebesar 11 Nilai indeks keanekaragaman yang sedang
ind/m² seperti pada grafik (Gambar 9). memungkinkan bahwa pada ekosistem terdapat
gangguan, namun gangguan tersebut masih dapat
ditolerir oleh kepiting biola (Uca spp.) dibuktikan
dengan adanya kehadiran mangrove jenis
Acanthus ilicifolus yang merupakan indikator
rusaknya suatu habitat. Odum (1996) menyatakan
kestabilan ekosistem sangat berpengaruh pada
keanekaragaman, jika keanekaragaman tinggi
maka
750
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)
0,97 yang berarti kemerataan populasi tinggi atau pada kategori sedang dan nilai kemerataan (E)
tidak ada spesies yang mendominasi meskipun dengan kriteria tinggi.
indeks keanakaragaman jenis (H’) termasuk Sesuai dengan pernyataan Odum (1996)
kategori sedang. Nilai indeks kemerataan populasi bahwa batas nilai indeks dominansi berkisar
kategori tinggi juga didapatkan pada penelitian antara 0-1. Indeks dominansi 1 menunjukan
Sari, dkk., (2018) mengenai keanekaragaman jenis dominansi oleh satu jenis spesies sangat tinggi,
kepiting biola yang ditemukan 8 jenis (U. sedangkan nilai indeks mendekati 0 menunjukan
paradussumieri, U. dussumieri, U. rosea, U. bahwa diantara jenis spesies yang tidak ada yang
forcipata, U. crassipes, U. tetragonon, U. acuta dan mendominansi. Murniati (2010) juga menyatakan
U. annulipes) dengan sebaran yang merata pada bahwa adanya dominasi disebabkan oleh kondisi
tiap 3 jalur penelitian di hutan mangrove lingkungan yang sangat menguntungkan bagi
Mempawah mangrove park desa Pasir kecamatan pertumbuhan spesies tertentu, seperti hasil
Mempawah hilir kabupaten Mempawah. Semakin penelitian Anggraini (2018) yang mendapatkan
banyak jenis yang ditemukan menandakan bahwa nilai indeks dominansi 1 dengan jenis U. vocans
ekosistem atau habitat tersebut cocok untuk yang mendominasi dari ketiga jenis lainnya (U.
kelangsungan hidup Uca. Selain kondisi tekstur forcipata, U. perplexa, U. dussumieri) di kawasan
substrat dan salinitas, bahan organik/C-organik ekowisata mangrove Nguling, Pasuruan, Jawa
pada substrat juga sangat berpengaruh terhadap Timur. Hal ini menandakan bahwa U. vocans
keanekaragaman jenis. Indeks kemerataan mampu beradaptasi dengan baik ditiap lokasi
digunakan untuk mengetahui kemerataan sebaran penelitian tersebut.
jumlah individu spesies dengan membandingan
nilai indeks keanekaragaman dengan nilai 3.7. Pola sebaran (Indeks Morisita) kepiting biola
maksimumnya. Semakin merata penyebaran antar (Uca spp.)
spesies maka keseimbangan ekosistem semakin Menurut Ariska (2012) faktor utama yang
meningkat (Ludwig & Reynolds, 1988). Yulianto menentukan pola sebaran dari kepiting yaitu
(2006) juga menyatakan bahwa keadaan habitat interaksi antar populasi. Interaksi tersebut dapat
yang berubah-ubah dapat berpengaruh terhadap berupa persaingan, pemasangsaan serta adanya
kemerataan jenis yang hidup pada habitat hubungan antar populasi yang dapat bersifat
tersebut. Kemerataan populasi tinggi tersebut mutualisme, komensalisme maupun parasitisme.
menandakan bahwa terdapat kesamaan kondisi Pola sebaran kepiting biola (Uca spp.) pada tiga
antar transek pengambilan sampel berdasarkan transek penelitian memiliki jumlah yang berbeda-
parameter terukur (substrat, salinitas, pH tanah, beda, adapun grafik indeks morisita dapat dilihat
suhu) yang tidak jauh beda dan masih dalam pada Gambar 10.
kondisi baik untuk kelangsungan hidup kepiting
biola. Tabulasi analisa indeks kemerataan dapat
dilihat pada Lampiran 2 poin c.
751
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)
memiliki pola sebaran yang acak. Tabulasi lunak dan berpasir yang sangat ideal bagi
perhitungan indeks morisita dapat dilihat pada kehidupan kepiting biola.
Lampiran 2 poin e.
Pola sebaran mengelompok Uca signata 3.8. Tekstur Substrat
diduga berkaitan erat dengan spesies lain yang Adaptasi morfologis dari sebaran kepiting biola
saling berhubungan. Sifat mengelompok ini juga (Uca spp.) ditentukan oleh ukuran substrat karena
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti berkaitan dengan lubang yang akan dibuat
kondisi lingkungan, tipe substrat, kebiasaan (Arsana, 2003).
makan dan cara reproduksi yang mendukung Selain itu, ketersediaan nutrien dan oksigen
kelangsungan hidup dari Uca signata. Hal serupa dalam sedimen sangat mempengaruhi jenis
juga terdapat pada penelitian Wahyudi, dkk., substrat. Biasanya pada substrat berpasir,
(2014) di hutan mangrove Benoa, Bali dimana rata- kandungan oksigen cenderung lebih besar
rata jenis Uca yang ditemukan memiliki sebaran dibanding substrat halus seperti lumpur, karena
mengelompok. pori udara pada pasir memungkinkan terjadi
Menurut Heddy & Metty (1994) sebagian percampuran lebih intensif dengan air yang ada
besar struktur populasi di alam memiliki sifat diatasnya (Bengen, 2001).
kehidupan secara berkelompok. Penyebaran Berdasarkan analisa laboratorium tekstur
berkelompok juga dapat mengurangi mortalitas substrat diperoleh rata-rata dasar substrat pada
selama periode kurang baik dibandingkan dengan transek I yaitu pasir, sedangkan transek II
individu yang memiliki pola sebaran acak. Indas didominasi oleh substrat dasar pasir belumpur,
(2003) juga menyatakan penyebaran berkelompok dan transek III yaitu substrat lumpur berpasir,
dapat pula disebabkan oleh faktor ketersediaan seperti pada Tabel 2
makanan dan jenis subtrat seperti lumpur halus,
Persentase nilai pasir pada transek I yaitu Sedangkan tipe substrat pada transek III
sebesar 83,24% sehingga tipe substratnya berupa yaitu dominasi lumpur berpasir dengan persentase
pasir, hal ini sesuai dengan kelimpahan jenis dari sebesar 90,51%. Menurut Holqi (2011) fraksi liat
U. annulipes yang ditemukan pada transek I memiliki luas permukaan yang besar dengan
sebanyak 346 individu. Menurut Hamidy (2010) molekul-molekul air yang mengelilingi partikel
tipe substrat berpasir sangat cocok untuk liat dalam tanah, sehingga jumlah liat menentukan
kelangsungan hidup Uca annulipes karena kapasitas menahan air. Permukaan liat juga dapat
mempermudah untuk membuat lubang. mengadsorpsi unsur-unsur hara yang terdapat di
Pada transek II memiliki tipe substrat pasir dalam tanah, sehingga dapat menyimpan air dan
berlumpur dengan persentase sebesar 97,85%. unsur hara lebih lama.
Kelimpahan total tertinggi pada transek II dengan Perbedaan persentase fraksi substrat pada 3
ditemukannya keenam jenis Uca. Sesuai dengan transek tersebut mengakibatkan hanya jenis-jenis
pernyataan Bengen (1999) bahwa umumnya tertentu dengan toleransi yang baik mampu
kepiting biola banyak ditemukan pada daerah melakukan adaptasi, sesuai dengan ditemukannya
mangrove bersubstrat pasir berlumpur lunak dan Uca annulipes melimpah pada transek I, Uca
pada daerah yang mengarah lebih dekat ke daratan tetragonon pada transek II dan Uca crassipes pada
sehingga mudah untuk menyesuaikan diri dengan transek III.
lingkungan kering. Tipe substrat dengan fraksi pasir dominan
diperoleh pada penelitian Agustiani (2018) di
752
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)
pesisir Sari Ringgu, Lampung, sedangkan untuk berpasir dalam kisaran normal batas toleransi
tipe substrat fraksi liat dominan diperoleh pada menunjukkan sesuai untuk kelangsungan hidup
penelitian Supragyogi, dkk., (2014) di desa kepiting biola (Uca spp.)
Tungkai 1 Tanjung, Jabung Barat, Jambi. Perlu adanya perhatian dari instansi terkait
untuk melestarikan mangrove seperti penanaman
IV. PENUTUP kembali khusunya di pantai Payum agar tidak
Berdasarkan hasil maka dapat disimpulkan terjadi kerusakan lebih luas yang berdampak pada
bahwa populasi kepiting biola (Uca spp) kelangsungan hidup kepiting biola (Uca spp.)
berdasarkan kelimpahan dan sebarannya terutama jenis Uca signata yang sebarannya hanya
didapatkan 6 jenis yaitu; U. tetragonon, U. di Merauke dan pesisir Australia maupun Papua
annulipes, U. coarctata, U. crassipes, U. signata dan New Guinea (PNG), dan penelitian lebih lanjut
U. dussumieri dengan kelimpahan tertinggi jenis mengenai kepiting biola (Uca spp.) di kabupaten
U. signata sebesar 32 ind/m² dan terendah U. Merauke khususnya dengan melihat faktor
dussumieri sebesar 11 ind/m², dengan kemerataan pengaruh terbesar yang mempengaruhi
sebaran tinggi pada ketiga transek yang kelimpahannya terutama bahan organik
menandakan tidak adanya dominasi (TAD) spesies substrat/C-Organik maupun BOD dan COD
tertentu. Selain itu dari tiga transek berdasarkan perairan.
tipe substrat pasir, pasir berlumpur, lumpur
REFERENSI
Actuti, N., Apriansyah & Syarif I.N. 2018. Keanekaragaman Kepiting Biola (Uca spp.) di Ekosistem
Mangrove Desa Pasir, Kabupaten MempawahKalimantan Barat. Jurnal Laut Khatulistiwa, 2(1):
25-31.
Adams & White. 1849. Uca forcipata, World Register of Marine Species. Agus, M. 2008. Analisis Carrying
Tambak pada Sentra Kepiting Biola DiKabupaten Pemalang Jawa tengah. Tesis. MSDP
UniversitasDiponegoro Semarang.
Ag ustiani, N. 2018. Komposisi Jenis dan Keanekaragaman Kepiting pada Ekosistem Mangrove di
Kawasan Pesisir Sari Ringgung, Provinsi Lampung. Skripsi Sarjana. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. IPB.Bogor.
Anggraini, D. 2018. Studi Struktur Komunitas Kepiting Biola (Uca spp.) diKawasan Ekowisata Mangrove
Nguling, Pasuruan, Jawa Timur. Skripsi Sarjana, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UB.
Malang.
Arsana, I. N. 2003. Komunitas Kepiting (Brachyura; Ocypodidae dan Sesarmidae) di Teluk Lembar.
Lombok Barat. Tesis Magister. Program Pascasarjana. UGM. Yogyakarta.
Aslamyah, S & Fujaya Y. 2012. Respon Molting, Pertumbuhan, dan Komposisi Kimia Tubuh Kepiting
Bakau pada Berbagai Kadar Karbohidrat-Lemak Pakan Buatan yang Diperkaya dengan
Vitomolt. UNHAS. Makassar.
Badan Pusat Statistik. 2011. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Luas Perairan Kabupaten Merauke Tahun
2011.
753
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)
Beinlich, B. & H.O von Hagen. 2006. Materials for a more Stable subdivision of the Genus Uca. Journal of
Crustacean Biology.
Murniati, D. C. 2009. Perbandingan Luas Tutupan spoon tiped setae Maksilliped Kedua pada Uca spp.,
Zoo Indonesia.
Murniati, D. C. 2010. Keanekaragaman Uca spp. dari Segara-Anakan, Cilacap, Jawa Tengah sebagai
Pemakan Deposit. Pusat Penelitian Oseanografi.
Murniati, D. C. 2012. Penggunaan Karakter Kuantitatif Dalam Kajian Sistematik Uca (Austruca) (Bott,
1973) (Brachyura: Ocypodidae) di Indonesia.
Tesis. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Program Pasca Sarjana. Program Studi Biologi,
Universitas Indonesia. Depok.
Murniati, D. C. & R. Pratiwi. 2015. Kepiting Uca di Hutan Mangrove Indonesia. Pusat Penelitian
Oseanografi. LIPI. Jakarta.
Naderloo, R., M. Turkay & H. Chen. 2010. Taxonomic Revision of the Wide- Front Fiddler Crabs of the Uca
lacteal Group (Crustacea: Decapoda:Brachyura: Ocypodidae) in the Indo-West Pacific. Zootaxa.
Ng, P.K.L., D. Guinot & P.J.F. Davie. 2008. Systema brachyurorum: part I. Anannotated ceck list of Extant
Brachyuran Crabs of the World. NationalUniversity of Singapore.
Odum, E. P. 1996. Dasar-dasar Ekologi (Edisi Ketiga). UGM Press. 697 hlm.
Poore, G. C. B. 2004. Marine decapod crustacea of Southern Australia; A Guideto Identification. CSHIRO
Publishing.
754
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)
Pratiwi, R. 2002. Adaptasi Fisiologi, Reproduksi, dan Ekologi Krustasea (Dekapoda) di Mangrove. Pusat
Penelitian Oseanografi. LIPI. Jakarta.
Pratiwi, R. 2007. Jenis dan Sebaran Uca spp. di Daerah Mangrove Delta Mahakam. Kalimantan Timur.
Jurnal Perikanan. UGM. Yogyakarta.
Pratiwi, R. 2015. Sebaran Kepiting Mangrove (Crustacea: Decapoda) yang Terdaftar di Koleksi Rujukan
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI 1960-1970. LIPI. Jakarta.
Rahayu, S. M., Wiryanto & Sunarto. 2018. Keanekaragaman Kepiting Biola di Kawasan Mangrove
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.Bioeksperimen, Vol. 4 Pp. 53-63.
Rosenberg, M. S. 2000. The Comparative Claw Morphology, Phylogeni and Behavior of Fiddler Crabs
(Genus Uca). Full thesis. State University of New York. Stony Book.
Rosenberg, M. S. 2001. The Systematics and Taxonomy of Fiddler Crabs; aPhylogeny of the Genus Uca.
Journal of Crustacean Biology.Roux, J. 1917. Crustaces (Expedition de 1903). Pp. 589-621 in
Resultats deI’Expedition Scientifique Neerlandaise a la Nouvelle-Guinee. Vol. V
Zoologie, A. Wichmann, ed. Paris: Brill.
Mas (Pomacea canaliculata) Di Saluran Irigasi Bendungan BatangSamo Desa Suka Maju Kabupaten
Rokan Hulu. Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan. Universitas Pasir Pengaraian. Riau.
Sanusi, H. & Putranto S. 2009. Kimia Laut dan Pencemaran. Dapertemen Ilmu
dan Teknologi Kelautan. IPB. Bogor
Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke. 2009. Data Luasan Mangrove diKabupaten Merauke.
Poore, G. C. B. 2004. Marine decapod crustacea of Southern Australia; A Guide
to Identification. CSHIRO Publishing.
Pratiwi, R. 2002. Adaptasi Fisiologi, Reproduksi, dan Ekologi Krustasea (Dekapoda) di Mangrove. Pusat
Penelitian Oseanografi. LIPI. Jakarta.
Pratiwi, R. 2007. Jenis dan Sebaran Uca spp. di Daerah Mangrove Delta Mahakam. Kalimantan Timur.
Jurnal Perikanan. UGM. Yogyakarta.
Pratiwi, R. 2015. Sebaran Kepiting Mangrove (Crustacea: Decapoda) yangTerdaftar di Koleksi Rujukan
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI 1960-1970. LIPI. Jakarta.
Rahayu, S. M., Wiryanto & Sunarto. 2018. Keanekaragaman Kepiting Biola diKawasan Mangrove
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.Bioeksperimen, Vol. 4 Pp. 53-63.
755
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Vol. 14. No. 2 (Oktober 2021)
Rosenberg, M. S. 2000. The Comparative Claw Morphology, Phylogeni andBehavior of Fiddler Crabs
(Genus Uca). Full thesis. State University ofNew York. Stony Book.
Rosenberg, M. S. 2001. The Systematics and Taxonomy of Fiddler Crabs; aPhylogeny of the Genus Uca.
Journal of Crustacean Biology.Roux, J. 1917. Crustaces (Expedition de 1903). Pp. 589-621 in
Resultats deI’Expedition Scientifique Neerlandaise a la Nouvelle-Guinee. Vol. V
Zoologie, A. Wichmann, ed. Paris: Brill.
Rozakiyah, R. Yolanda & A. A. Purnama. 2009. Kepadatan Dan Distribusi Keong Mas (Pomacea
canaliculata) Di Saluran Irigasi Bendungan BatangSamoDesa Suka Maju Kabupaten Rokan
Hulu. Fakultas Keguruan danIlmuPendidikan. Universitas Pasir Pengaraian. Riau.
Sanusi, H. & Putranto S. 2009. Kimia Laut dan Pencemaran. Dapertemen Ilmu
dan Teknologi Kelautan. IPB. Bogor
756