Anda di halaman 1dari 17
PEDOMAN KERJA PELAKSANAAN KERJASAMA ANTARA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PAS-05.HM.05.02 Tahun 2016 NOMOR: B/11/11/2016 TENTANG KERJASAMA PENYELENGGARAAN TUGAS DAN FUNGSI PEMASYARAKATAN 2 BABI PENDAHULUAN Umum 1. Bahwa Kementerian Hukum dan HAM RI dan Kepolisian Negara RI telah membuat Nota Kesepahaman dalam rangka Kerjasama Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Pemasyarakatan; 2. Bahwa untuk menindaklanjuti Nota Kesepahaman tersebut, perlu disusun Pedoman Kerja tentang Kerjasama Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Pemasyarakatan. Dasar 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM; 4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2010 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak di lingkungan Polri; 8. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia Dalam Penyelengaraan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia; 9. Skep Kapolri No pol:Skep/82/1I/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang buku petunjuk pelaksanaan wasdal senpi non organik TNI/Polri; 3 10. Nota Kesepahaman antara Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: PAS.25.HM.05.02 Tahun 2015 dan Nomor: B/15/IV/2015 tentang Kerja Sama penyelenggaraan tugas dan fungsi pemasyarakatan; Maksud danTujuan 1. Maksud Sebagai acuan bagi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia (Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) di dalam Kerja sama Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Pemasyarakatan. 2. Tujuan Terwujudnya keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi pemasyarakatan sebagaimana tertuang dalam Nota Kesepahaman ini dapat berdaya guna dan berhasil guna. Ruang Lingkup Pedoman kerja ini mencakup beberapa hal sebagai berikut : Pertukaran informasi; Pengamanan; Penegakan Hukum; . Pembinaan Narapidana dan Pembimbingan Klien Pemasyarakatan; Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara;dan Peningkatan sumber daya manusia. oy aene Pengertian 1. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI) adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang mempunyal tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pemasyarakatan; 10. 4 . Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan alat negara yang berperan dalam bidang pemeliharan keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri; . Warga Binaan Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut WBP adalah Narapidana, Anak Didik Pemasyarakatan, dan Klien Pemasyarakatan; . Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas; . Anak Didik Pemasyarakatan adalah : a. Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di LAPAS Anak, paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun; b. Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di LAPAS Anak, paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun; c. Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun. . Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana; . Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan dalam Rumah Tahanan Negara; . Klien Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Klien adalah seseorang yang berada dalam bimbingan BAPAS; ). Benda Sitaan Negara (disingkat Basan) adalah benda yang disita oleh penyidik, penuntut umum atau pejabat yang karena jabatannya mempunyai wewenang untuk menyita barang guna keperluan barang bukti dalam proses peradilan; Barang Rampasan Negara (disingkat Baran) adalah barang bukti yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dirampas untuk Negara yang selanjutnya dieksekusi dengan cara: 1 1. cs 14. i a 4 a N Narapidana Resiko tinggi adalah narapidana yang melalui peni ._ dimusnahkan; ._dilelang untuk negara; . diserahkan kepada instansi yang ditetapkan untuk dimanfaatkan; dan |. diserahkan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan (RUPBASAN) untuk barang bukti dalam perkara lain. aooo . Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk —melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak _Didik Pemasyarakatan; Rumah Tahanan Negara yang selanjutnya disebut RUTAN adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan; Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut BAPAS adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang melaksanakan tugas dan fungsi penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, — pengawasan dan pendampingan; Rumah Penyimpanan Benda Sitaan yang selanjutnya disebut RUPBASAN adalah tempat benda yang disita oleh Negara untuk keperluan proses peradilan; . Titik sambang adalah tempat atau lokasi untuk dilakukan patroli/ronda; ian memenuhi kualifikasi A dan kualifikasi B. Kualifikasi A adalah penilaian terhadap narapidana tertentu yang memuat penilalan memenuhi salah satu hal yang berhubungan dengan jaringan yang masih aktif, kemampuan mengakses senjata dan bahan peledak, memiliki catatan melarikan diri, memiliki akses dan pengaruh di dalam Lapas (Peraturan Dirjenpas PAS-58. OT.03.01 Tahun 2010, 23 April 2010); . Kondisi darurat Keamanan dan Ketertiban adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu pelaksanaan tugas pengamanan, pelayanan dan pembinaan WBP oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang memerlukan penanggulangan segera untuk mengatasi keadaan. F. TATA URUT BABI PENDAHULUAN; BABII PELAKSANAAN; BAB III KOORDINASI MONITORING DAN EVALUASI; BABV PEMBIAYAAN; BAB VI SOSIALISASI; BAB VII PENUTUP. Neon ee 2 BAB Ii PELAKSANAAN A. Pertukaran Informasi 1. Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polri bertukar informasi dalam rangka penyelidikan, penyidikan dan penyelenggaraan tugas dan fungsi pemasyarakatan: a. Data yang dapat diakses secara_langsung melalui (http://smslap ditjenpas.go..id) meliputi: 1) Jumlah WEP berdasarkan jumlah seluruh Indonesia; 2) Jumlah WBP yang dikombinasikan berdasarkan program pembinaan dan pembimbingan serta, pemberian hak; 3) Jumlah Basan dan Baran berdasarkan tingkat pemeriksaan perkara dalam proses persidangan, katagori Basan, dan kategori Baran; b. Data yang berkaitan dengan: 1) Warga Binaan Pemasyarakatan meliputi usia, jenis kelamin, pidana, register, Kesehatan dan atau jenis penyakit, keamanan dan ketertiban; 2) Basan dan Baran meliputi katagori status, jenis kendaraan bermotor, jenis barang berbahaya, jenis narkoba, jenis bbm, jenis kayu dan jenis bahan kimia, dan lain-lain; Dapat diperoleh melalui permintaan tertulis kepada _Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI; c. Polri dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Ditjenpas terkait data narapidana yang akan bebas, 30 (tiga puluh) hari sebelum narapidana bebas. 2. Polri memberikan data dan informasi terkait Benda Sitaan dan tersangka; 3. Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polri bertanggung jawab terhadap kerahasiaan informasi dan/atau data yang diterima. Pengamanan Kerja sama dalam bidang pengamanan meliputi kegiatan pencegahan gangguan keamanan dan ketertiban, penindakan gangguan keamanan dan ketertiban dan tindak pidana, penanggulangan kondisi darurat_keamanan dan ketertiban, izin senjata api non organik tni/polri, polisi khusus pemasyarakatan, monitoring dan evaluasi sistem pengamanan. 1. Pencegahan gangguan keamanan dan ketertiban: a, Pencegahan gangguan keamanan dan ketertiban berupa : 1) Titik sambang; 2) Penggeledahan / razia bersama; 3) Pengamanan narapidana resiko tinggi; 4) Perlindungan terhadap petugas pemasyarakatan, narapaidana dan tahanan; 5) Pengawalan. b. Mekanisme : 1) Titik sambang a) Polri menugaskan personil untuk melaksanakan — sambang keLapas/Rutan/Rupbasan minimal 1 kali dalam sehari; b) Lokasi sambang : P2U (Pintu Pengamanan Utama); ) Setelah melaksanakan sambang, personil Polri mencatat hasil kegiatan sambang ke dalam buku laporan sambang meliputi situasi Lapas/Rutan/Rupbasan, kekuatan regu jaga dan jumlah hunian. 2) Penggeledahan / Razia bersama Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polri melakukan penggeledahan bersama berdasarkan peraturan yang berlaku. 3) Pengamanan narapidana beresiko tinggi a) Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI mengajukan permohonan secara tertulis kepada Polri terkait bantuan pengamanan narapidana resiko tinggi minimal 3 hari sebelum pelaksanaan; Polri menyediakan bantuan pengamanan _berdasarkan permohonan Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI. b) 4) 5) 6 8 Perlindungan terhadap Petugas Pemasyarakatan, narapidana dan tahanan dan klien Pemasyarakatan. a) Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI mengajukan permohonan secara tertulis kepada Polri terkait perlindungan terhadap Petugas Pemasyarakatan, narapidana, tahanan dan Klien Pemasyarakatan yang terancam keselamatannya; b) Polri memberikan —perlindungan terhadap ~—Petugas. Pemasyarakatan, narapidana, tahanan dan_iklien Pemasyarakatan berdasarkan permohonan _Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI. Pengawalan a) Pengawalan meliputi pengawalan pemindahan, pengawalan perawatan ke Rumah Sakit,pengawalan proses peradilan dan izin Ivar biasa serta pengawalan Basan dan Baran yang beresiko tinggi; b) Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI mengajukan Permohonan bantuan pengawalan kepada Polri secara tertulis minimal 3 hari sebelum kegiatan dilaksanakan; ©) Poli memberikan bantuan pengawalan _berdasarkan permohonan Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI. Dalam hal situasi yang mendesak, Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dapat melakukan permohonan bantuan secara lisan yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan permohonan secara tertulis. 2. Penindakan gangguan keamanan dan ketertiban serta tindak pidana a. Gangguankeamanan dan ketertiban serta tindak pidana di Lapas/Rutan/Bapas/Rupbasan antara lain berupa: 1) Pelarian; Penganiayaan; Pemerasan; Perkelahian; Pembunuhan; Pencurian; Penipuan; Bunuhdiri; Peredaran narkoba; 10) Pengrusakan Basan dan Baran; dan 11) Pengrusakan bangunan dan fasilitas Lapas/Rutan/Bapas/Rupbasan. b. Mekanisme 1) Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI melaporkan kepada Polri terkait adanya gangguan keamanan dan ketertiban serta tindak pidana; 2) Polri menindaklanjuti laporan Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dengan melakukan penyelidikan dan penyidikan setelah _berkoordinasi_ dengan Ditjen_—_Pemasyarakatan Kemenkumham RI; Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polri bekerja sama dalam melakukan pengungkapan dugaan pelanagaran hukum; Dalam hal situasi yang mendesak, Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dapat melaporkan secara lisan yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan melaporkan secara tertulis. 3) 4 3. Penanggulangan kondisi darurat keamanan dan ketertiban. a. Kondisi darurat keamanan dan ketertiban meliputi: 1) Penjarahan basan dan/atau baran; 2) Pelarian massal; 3) Pemberontakan /huru-hara; 4) Kebakaran; 5) Bencana alam; 6) Penyerangan dari luar; 7) Unjuk rasa/demonstrasi; b, Mekanisme 1) Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI segera melaporkan kepada Polri terkait adanya kondisi darurat keamanan dan ketertiban; 2) Polri menindaklanjuti dengan segera__laporan _Diitjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI; 3) Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polri bekerja sama dalam metakukan penanggulangan kondisi darurat_ keamanan dan ketertiban; 4) Dalam hal situasi yang mendesak, Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dapat melaporkan secara lisan yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan melaporkan secara tertulis. 4, Zin senjata api non organik TNI/Polri a. Senjata api non organik TNI/Polri milik Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI harus dilengkapi izin dari Polri; b. Zin senjata api meliputi; 1) _Izin pemasukan (impor); 2) Izin pembelian; 3) Izin pemilikan; 4) _Izin penggunaan pinjam pakai (pengpin); 5) Izin pemindahan (mutasi); 6) Izin penghibahan; 7) _Tzin menggunakan dan membawa senpi diluar kawasan kerjanya; 8) Izin pemusnahan. cc. Mekanisme 1) Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI mengajukan permohonan izin Senjata Api non organik TNI/Polri kepada Polri; 2) Polri menindaklanjuti permohonan izin Senjata Api non organik ‘TNI/Polri Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI; 3) Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI wajib memenuhi syarat- syarat yang ditentukan dalam perizinan Senjata Api non organik TNI/Polri kepada Polri. d. Izin senpi non organikTNI/Polri dan mekanismenya diatur dengan peraturan yang berlaku. 5. Polisi Khusus Pemasyarakatan a. Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dapat —mengajukan permohonan bantuan kepada Polri terkait pembinaan Kepolisian Khusus Pemasyarakatan; b. Polri melakukan pembinaan tethadap Polisi Khusus Pemasyarakatan berdasarkan permohonan Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI; c. Polri melakukan pembinaan teknis Kepolisian terhadap Polisi Khusus Pemasyarakatan sesuai dengan program. 6. Monitoring dan Evaluasi Sistem Pengamanan Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polri secara bersama melakukan monitoring dan evaluasi sistem pengamanan, meliputi_sarana, prasarana dan SDM petugas pengamanan secara berkala. C. Penegakan Hukum 1. Polri dapat mengajukan permohonan kepada Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI terkait peminjaman narapidana dan/atau barang bukti sitaan. u |. Peminjaman narapidana dan/atau barang bukti sitaan dilaksanakan dalam rangka penyerahan berkas perkara, rekontruksi atau pemeriksaan di sidang pengadilan; . Peminjaman narapidana dan/atau barang bukti sitaan wajib dilengkapi dengan izin tertulis dari Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI; Peminjaman narapidana dan/atau barang bukti sitaan dilakukan setiap kali paling lama 1x24 jam atau jika dibutuhkan lebih dari 1x24 jam dapat diperpanjang melalui permohonan kembali; . Guna kepentingan penyidikan khususnya narapidana terorts, dapat dipindahkan sementara ke Rutan Mako Brimob/Rutan Polda Metro Jaya sebagai cabang Rutan Kelas I Jakarta Pusat sampai dengan penyidikan selesai dengan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI. Peminjaman narapidana yang dilakukan di luar wilayah hukum pengadilan negeri dimana putusan pidana dijalani, narapidana yang bersangkutan dapat dipindahkan sementara ke Lapas tempat pemeriksaan dilakukan; Peminjaman barang bukti sitaan yang dilakukan di luar wilayah hukum pengadilan negeri dimana putusan pidana dijalani, dapat berupa pemberian informasi kepada Rupbasan tempat pemeriksaan dilakukan. . Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dapat memberikan izin kepada Polri dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap adanya dugaan tindak pidana di Lapas/Rutan: Polri dapat melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap narapidana (sebagai saksi/tersangka) di Lapas/Rutan setelah berkoordinasi dengan Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI atau sekurang kurangnya dengan Kanwil Kemenkumham atau di Lapas/Rutan setempat; Dalam hal yang perlu dan mendesak guna kepentingan penyidikan, Polri melaksanakan penggeledahan disaksikan oleh petugas Lapas/Rutan; Penggeledahan yang dilakukan oleh Ditjen _ Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polri harus memperhatikan situasi keamanan dan ketertiban di Lapas/Rutan; . Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI meminta Polri untuk melakukan penanganan terhadap Klien pemasyarakatan yang melakukan pelanggaran terhadap syarat-syarat umum dan syarat-syarat khusus pembimbingan. Syarat-syarat umum : bahwa terpidana tidak akan melakukan tindak pidana kembali. 2 Syarat-syarat khusus : syarat-syarat pembimbingan termasuk program bimbingan yang diberikan kepada narapidana yang akan melaksanakan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bersyarat dan Cuti Bersyarat. a. Tindakan yang melanggar syarat-syarat umum dan syarat-syarat khusus pembimbingan antara lain mengulangi tindak pidana dan menimbulkan keresahan dalam masyarakat; b. Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI mengajukan permohonan terkait adanya pelanggaran terhadap ketentuan syarat-syarat umum dan khusus pembimbingan; c. Polri menindaklanjuti permohonan tersebut dengan melakukan upaya paksa dalam rangka penegakkan hukum. d. Polri_mendapatkan informasi/Salinan putusan terhadap narapidana yang selesai menjalankan semua hukuman pidana sehingga secara kontinyu dapat untuk dilakukan pengawasan/pemantauan ; e. permohonan pengajuan justice collaborator dari pihak keluarga narapidana wajib ditembuskan kepada penyidik Polri dalam rangka antisipasi apabila ada tidaknya tindak pidana lain yang dilakukan oleh narapidana tersebut; f. Mekanisme Proses justice collaborator merupakan Keterangan mengenai justice collaborator diberikan oleh Polri setelah ada pertimbangan atau masukan dari penyidik; g. Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI mengajukan permohonan kepada Polri untuk melakukan pemantauan terhadap Klien Pemasyarakatan kategori resiko tinggi. 4. Apabila Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan menemukan terjadinya tindak pidana di lingkungan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan maka Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan akan berkoordinasi dengan Kepolisian setempat. D. Pembinaan narapidana dan pembimbingan klien Pemasyarakatan 1. Polri dapat melakukan kunjungan dalam rangka pembinaan narapidana dan pembimbingan terhadap klien pemasyarakatan berupa penyuluhan hukum dan program deradikalisasi di UPT Pemasyarakatan (Rutan/Lapas/Bapas); 2. Polri dapat melakukan kunjungan tersebut setelah berkooordinasi dengan Ditjen Pemasyarakatan c.q Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM setempat 3. Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI meminta justice collaborator dan rekomendas! kepada POLRI terkait untuk pembinaan narapidana. Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara iL ms Pengelolaan benda sitaan yang dimaksud adalah pengelolaan benda sitaan yang berada di Rupbasan dan di lingkungan Kepolisian. Penyidik Polri bertanggung jawab secara yuridis atas benda sitaan hasil tindak pidana yang disita Kepolisian, tetap | mengupayakan penyimpanan/penempatannya di Rupbasan. . Apabila sarana/prasarana di Rupbasan tidak memungkinkan untuk menyimpan benda sitaan negara sehingga benda sitaan tersebut berada di lingkungan Kepolisian, maka penyidik Polri tetap melaporkannya ke Rupbasan. Rupbasan bertanggung jawab secara fisik dan administrasi terhadap benda sitaan negara untuk menjamin keselamatan dan keamanannya. . Penyelesaian status hukum benda sitaan negara hasil tindak pidana yang berada di Rupbasan dan/atau di lingkungan Polri dilakukan dengan cara pemusnahan dan/atau pelelangan. Ditjen Pemasyarakatan dan Polri sepakat menyelesaikan benda sitaan negara yang telah melebihi batas waktu 2 (dua) tahun, dengan cara pemusnahan dan/atau pelelangan dengan mekanisme sebagai berikut: a. Polri menyampaikan data Basan yang berada di lingkungan Polri yang telah melebihi batas waktu 2 (dua) tahun kepada Rupbasan. b. Rupbasan menyampaikan data Basan yang telah melebihi batas waktu 2 (dua) tahun kepada Polri yang masih dalam tanggung jawab yuridis Polri guna dilakukan pemusnahan dan/atau pelelangan. cc. Pemusnahan dan/atau pelelangan tersebut di atas dilakukan setelah mendapatkan penetapan Hakim dan persetujuan tersangka/kuasanya. d. Pelaksanaan pemusnahan dan/atau pelelangan didahului dengan melakukan pengumuman melalui media massa oleh Rupbasan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan selama 1 (satu) tahun. e. Pemusnahan dan/atau pelelangan dilaksanakan oleh Rupbasan bersama Polri dan instansi terkait, setelah terlebih dahulu dilakukan eksekusi oleh Jaksa. f. Hasil lelang disetorkan ke Negara oleh Ditjen Pemasyarakatan melalui rekening Rupbasan. . Ditjen Pemasyarakatan dan Polri sepakat menyelesaikan benda sitaan negara yang tersangkanya tidak diketahul/melarikan diri/Daftar Pencarian Orang (DPO) dengan mekanisme sebagai berikut : a. Polri menyampaikan data Basan yang tersangkanya tidak diketahui/melarikan diri/Daftar Pencarian Orang (DPO) yang berada di lingkungan Polri kepada Rupbasan untuk dilakukan pemusnahan dan/atau pelelangan. 1 5 4 . Rupbasan menyampaikan data Basan yang tersangkanya tidak diketahui/melarikan diri/Daftar Pencarian Orang (DPO) kepada Polri untuk dilakukan pemusnahan dan/atau pelelangan. Pemusnahan dan/atau pelelangan tersebut di atas dilakukan setelah mendapatkan penetapan Hakim. |. Pelaksanaan pemusnahan dan/atau pelelangan didahului dengan melakukan pengumuman melalui media massa oleh Rupbasan paling sedikit 1 (satu) kall dalam 6 (enam) bulan selama 1 (satu) tahun. Pemusnahan dan/atau pelelangan dilaksanakan olen Rupbasanbersama Polri dan instansi terkait, setelah terlebih dahulu dilakukan eksekusi oleh Jaksa. Hasil lelang disetorkan ke Negara oleh Ditjen Pemasyarakatan melalui rekening Rupbasan. Ditjen Pemasyarakatan melakukan koordinasi dengan Polri, dalam hal penempatan benda sitaan yang berbahaya dan memiliki resiko tinggi: b. Benda sitaan berbahaya dan memiliki resiko tinggi meliputi antara lain bahan peledak dan senjata api; Ditjen Pemasyarakatan berkoordinasisecara tertulis dengan Polri terkalt penempatan benda sitaan berbahaya dan memilki_resiko tinggi; . Terkait dengan benda sitaan berupa bahan peledak dan Senjata api yang saat ini masih berada di Ditjen Pemasyarakatan akan menyesuaikan dengan butir b. Polti menginformasikan perkembangan pelimpahan perkara terkait benda sitaan negara kepada Rupbasanuntuk kepentingan register. Selanjutnya Rupbasan akan merubah register terkait dengan status pelimpahan perkara. Polri dan Ditjen Pemasyarakatan sepakat menyelesaikan benda sitaan yang lekas rusak, berbahaya dan memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi yang berada pada Rupbasan. Dalam hal benda sitaan terdiri atas benda yang lekas rusak atau yang membahayakan sehingga tidak mungkin disimpan sampai putusan pengadilan terhadap perkara yang bersangkutan Memperoleh kekuatan hukum tetap atau jika biaya pemeliharaan benda tersebut akan menjadi terlalu tinggi, sejauh mungkin dengan persetujuan tersangka atau kuasanya dapat diambil tindakan sebagai berikut: Apabila perkara masih ditangan Polri, Polri mengajukan usulan Ielang/pemusnahan kepada pengadilan untuk mendapatkan penetapan hakim, pelaksanaan penetapan hakim dilakukan oleh jaksa selaku eksekutor dan selanjutnya Ditjen Pemasyarakatan melaksanakan lelang/pernusnahan; 15 b. Hasil lelang berupa uang disetorkan ke Rekening Rupbasan dan dipakal sebagai barang bukti proses pemeriksaan perkara. c. Guna kepentingan proses pemeriksaan perkara, sedapat mungkin sebagian dari benda sitaan yang akan dilelang disisihkan sebagai contoh untuk kepentingan pembuktian. d. Benda sitaan yang bersifat terlarang atau dilarang untuk diedarkan, Ditjen Pemasyarakatan dan Polri sepakat dirampas untuk kepentingan Negara dengan cara dimusnahkan setelah memperoleh penetapan Hakim. F. Pembinaan Sumber Daya Manusia A Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polri melakukan kegiatan pelatihan dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya manusia secara bersama-sama atau masing-masing. Jenis peningkatan kapasitas yang diberikan meliputi: Peningkatan kapasitas Polsuspas; Peningkatan kapasitas intelijen pemasyarakatan; Peningkatan kapasitas penanggulangan huru-hara; |. Peningkatan kapasitas menembak; Peningkatan kapasitas pemeliharaan dan perawatan senjata api; Peningkatan kapasitas Pelatihan Investigasi; |. Pelatihan/peningkatan kemampuan khusus lainnya. empeaoge Pelaksanaan pelatihan bagi personil Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dilaksanakan di lembaga pendidikan Polri dan dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polti saling memberikan bantuan sebagal narasumber/tenaga ahli dalam pelaksanaan kegiatan secara bersama-sama atau masing-masing. }. Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polri melakukan studi banding dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya manusia. . Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dapat melakukan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan pengelolaan Cabang Rutan yang berada di Polri dengan didahului permohonan secara tertulis kepada Polri . 16 BAB IIT KOORDINASI Dalam rangka pelaksanaan kerja sama perlu dilakukan koordinasi sesuai dengan jenjang struktur organisasi. 1. Tingkat Pusat: Mabes Polri dengan Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI; 2, Tingkat Wilayah: Polda dengan Kanwil Kemenkumham; 3. Tingkat Kabupaten/Kota: Polres/ta/tabes/metro dengan UPT Pemasyarakatan (Lapas, Rutan, Bapas, Rupbasan). BAB IV MONITORING DAN EVALUASI Monitoring dan Evaluasi terhadap pelaksanaan kerja sama dilakukan oleh Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polri secara berkala maupun insidentil paling sedikit 1(satu) kali dalam setahun. BABV PEMBIAYAAN Biaya yang timbul berkaitan dengan pelaksanaan kerja sama ini menjadi tanggung jawab Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polri sesuai tugas dan tanggungjawabnya secara proporsional. BAB VI SOSIALISASI . Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja ini disosialisasikan oleh Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polri pada tingkat Pusat maupun Wilayah; . Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polri secara bersama-sama. BAB VIL PENUTUP Pedoman kerja ini dibuat sebagai petunjuk pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham RI dan Polri. . Apabila ada perubahan terhadap Pedoman Kerja ini maka akan dirumuskan kembali secara bersama, setelah dilakukan analisa dan evaluasi terhadap pelaksanaan Pedoman Kerja ini; Pedoman Kerja ini bertaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal: 9 Februari 2016 a.n. Menteri Hukum dan HAM a.n. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia lik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai