LAPORAN LENGKAP
DASAR-DASAR GENETIKA IKAN
A.MUH.ABILQUSHAI ASSHIDIQ
L22116316
A.MUH.ABILQUSHAI ASSHIDIQ
L22116316
Laporan Praktikum
Sebagai salah satu syarat untuk lulus mata kuliah dasar-dasar genetika ikan
pada
Program Studi Budidaya Perairan
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
A.MUH.ABILQUSHAI ASSHIDIQ
L22116316
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar UNHAS harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
LEMBAR PENGESAAN
Disetujui oleh
Koordinator Asisten
Amriana,S.Pi
Wakil Asisten
Latar Belakang
Tujuan
DNA
DNA adalah suatu materi yang terdapat pada tubuh manusia dan semua
makhluk hidup yang diwarisi secara turun menurun. Semua sel pada tubuh
memiliki DNA yang sama dan sebagian besar terdapat pada nukleus. DNA juga
dapat ditemukan pada mitokondria. Struktur dari DNA terdiri dari gugus fosfat,
gula deoksiribosa dan basa nitrogen. Informasi yang dibawa oleh DNA
bergantung pada urutan basa nitrogen yang terdiri dari adenin , timin , guanin dan
sitosin . Basa pada DNA selalu berpasangan yaitu A-T dan G-C. Masing-masing
pasangan basa melekat pada molekul gula (deoksiribosa) dan fosfat membentuk
unit nukleotida. Nukleotida tersusun berpasangan pada baris panjang berbentuk
spiral yang sering disebut double helix (Yulent et al. 2011).
Molekul DNA merupakan rantai polinukleotida yang mempunyai beberapa
jenis basa nitrogen. Basa nitrogennya berupa purin dan primidin dan berbentuk
heliks ganda antara rantai satu dengan pasangannya. Dalam heliks ganda terdapat
ikatan hidrogen. Molekul DNA yang berbentuk heliks ganda ini mempunyai sifat
dapat membelah diri dan masing masing rantai polinukleotida mampu membentuk
rantai baru yang merupakan pasangannya. Terjadinya heliks ganda yang baru dan
proses terbentuknya DNA baru disebut replikasi (Widyatmokoet al.2010).
Fungsi DNA
Struktur DNA
Replikasi DNA
Replikasi diawali dengan terbentuknya titik awal replikasi atau yang disebut
dengan ori (origin of replication). Untuk mengetahui lebih lanjut tetang proses
replikasi DNA yaitu dimulai dari protein tertentu akan mengenal ori dan
mengawali terbentuknya gelembung replikasi. Enzim helikase akan akan
memutuskan ikatan hidrogen pada nukleotida sehingga menyebabkan rantai ganda
DNA berpisah. DNA yang telah terpisah akan diikat oleh protein pengikat rantai
tunggal untuk mencegah rantai tunggal tersebut menyatu kembali. Dua rantai
tunggal yang terbentuk memiliki formasi yang terbalik. Satu rantai memiliki
formasi awal 3’ - 5’, sedangkan rantai pasangannya memiliki formasi 5’ - 3’.
Replikasi selalu berjalan dari ujung 3’ menuju ujung 5’. Oleh karena itu replikasi
akan berjalan pada arah yang berlawanan pada dua rantai tunggal DNA yang ada.
Rantai tunggal yang terbentuk awalnya akan tegang sehingga membutuhkan kerja
enzim topoisomerase untuk merilekskannya. Rantai tunggal DNA masing-masing
menjadi template atau cetakan untuk rantai baru yang akan terbentuk. Molekul
nukleotida sebagai bahan baku DNA akan ditambahkan dan ditempelkan pada
DNA tunggal yang menjadi cetakan tersebut sehingga dapat terbentuk kembali
suatu rantai ganda (Soedigdo 1973).
Replikasi DNA menggunakan deoksiribonukleotida trifosfat (dCTP) yang
akan membentuk DNA baru dan membawa kelompok fosfat ekstra dan kaya
energi. Replikasi DNA berlangsung pada sel-sel muda saat interfase (mitosis),
yaitu saat sel melakukan pembelahan. Replikasi diawali dengan membuka pilinan
salah satu ujung DNA karena kerja enzim. Pilinan memisah karen ikatan
hydrogen menjadi lemah. Kedua untaian heliks ganda ini membuka dan masing-
masing menentukan untaian anak yang baru, dengan memasangkan basanya.
Sementara pilinan benang tersebut terurai, nekleotida baru terpasang berjajar
sepanjang tiap untaian, dengan digabungkan satu persatu, dengan cara saling
melengkapi secara tepat, adenine berseberangan dengan timin dan guanine
berseberangan dengan sitosin (Sumardjo 2008).
Sintesis Protein
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : gunting, tang dan parang.
Adapun bahan yang digunakan adalah : bambu, kertas kasir, double tip, kertas
stiker, lem, selotip hitam, kawat tembaga, bola-bola berwarna, kertas hvs dan
selotip putih.
Prosedur kerja
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
DNAadalah suatu materi yang terdapat pada semua organisme yang diwarisi
secara turun menurun. Seutas polinukeotida pada molekul DNA tersusun atas
rangkaian nukleotida.DNA yang merupakan materi genetik dan bersifat herediter
pada seluruh sistem kehidupan. Struktur DNA berbentuk double helix dengan
komponen penyusunnya yaitu gula deoksiribosa, gugus fosfat yang terikat pada
atom C nomor 5 dari gula, dan gugusan basa nitrogen yang terikat pada atom C
nomor 1 dari gula. Informasi genetik dalam DNA didefinisikan oleh urutan yang
basis individu, purin (adenin dan guanin) dan primidin (sitosin dan timin). setiap
pasangan basa nitogen memiliki ikatan hidrogen yang terbentuk antara donor dan
akseptor yang diposisikan dengan tepat pada basis masing-masing untai, sehingga
pasangan A dengan pasangan T dan G dengan C.
Saran
Latar Belakang
Genetika populasi adalah salah satu cabang ilmu genetika yang mempelajari
variasi genetik dalam suatu populasi. Cabang ilmu genetika ini banyak
diaplikasikan dalam berbagai bidang, khususnya kesehatan, pemuliaan, dan
konservasi. Genetika populasi mengenali arti penting dari sifat kuantitatif, karena
cara menentukan penyebaran alel tersebut dilakukan secara matematis. Salah satu
saja frekuensi dari suatu gen diketahui dapat digunakan untuk memprediksi
frekuensi gen yang lain. Hal tersebut dapat diaplikasikan dalam mendiagnosa
segala macam penyakit genetik (Arisuryanti et al. 2007).
Hardy-Weinberg menyatakan bahwa bila suatu populasi dalam keadaan
seimbang, maka baik frekuensi alel atau genotip akan konstan dari generasi ke
generasi. Selanjutnya temuan ilmuwan itu disebut sebagai prinsip keseimbangan
Hardy-Wenberg. Seperti diketahui, fenotip yang berbeda sering kali mempunyai
nilai ekonomis yang berbeda, dan apabila ini terjadi maka diharapkan untuk
mengubah frekuensi dari alel-alel yang memproduksi fenotip, peningkatan
frekuensi alel tersebut mengontrol fenotip yang diinginkan dan mengurangi alel
yang tidak diinginkan. Jika alel yang diinginkan ditetapkan (f=100%) dan alel
yang tidak diinginkan dihilangkan (f=100%), populasi akan menghasilkan galur
murni dan akan berharga seperti brood stok (Suryo, 2005).
Gen adalah bagian kromosom atau salah satu kesatuan kimia (DNA) dalam
kromosom, yaitu dalam lokus yang mengendalikan ciri genetik suatu makhluk
hidup yang diwariskan oleh satu individu kepada keturunannya melalui suatu
proses reproduksi. Struktur gen yang dipelajari di dalam genetika meliputi
struktur kimia gen, proses pembentukannya dan pewarisannya serta perubahannya
atau mutasi. Fungsi gen dipelajari melalui peranannya di dalam sintesis
protein/enzim. Pada akhirnya genetika digunakan sebagai landasan yang
bermanfaat bagi kehidupan (Suharsono 2014).
Alel adalah gen-gen yang terdapat pada lokus yang bersesuaian di dalam sel
tubuh. Alel dapat memiliki tugas yang sama atau berlawanan untuk suatu
pekerjaan tertentu. Alel yang mempunyai tugas yang sama disebut alel homozigot.
Sedangkan, alel yang yang tugasnya berbeda disebut alel heterozigot. Alel yang
tugasnya sama, misalnya gen penentu warna hitam pada gandum yang mempunyai
pasangan gen penentu warna hitam pula. Contoh alel yang tugasnya berlawanan
adalah gen penentu warna hitam pada gandum mempunyai pasangan gen penentu
warna putih (Arisuryanti et al. 2007).
Berdasarkanpenjelasan di atas maka dianggap penting untuk melakukan
praktikum simulasi hukum Hardy-Weinberg dimanamenyangkut genetika
populasi, kesetimbangan Hardy-Weinberg menggunakan frekuensi alel dominan
dan resesif serta pewarisan sifat dari parental ke keturunannya.
Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari kesetimbangan Hardy-
Weinberg dengan menggunakan frekuensi alel dominan dan alel resesif,
mempelajari sifat dari pasangan alel yang memungkinkan untuk bersifat dominan
dan resesif dalam populasi yang diturunkan oleh parental, mengetahui pewarisan
sifat yang terlihat (fenotip) dari parental ke keturunannya dengan merujuk pada
hukum mendelian, mengetahui proporsi pewarisan sifat fenotip keturunan dari
parental dengan fenotip yang berbeda.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kancing baju 50 berwarna
merah dan 50 berwarna hitam serta bolpoint untuk mencatat. Adapun bahan yang
digunakan adalah wadah kancing yang terbuat dari kertas.
Prosedur kerja
Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Frekuensi Genotip dan Alel Hasil Pengamatan dalam Populasi Baru
Genotip
AA Aa aa Jumlah Presentase
Individu 16 27 7 50 33,33%
Gen A 32 27 - 59 39,33%
Gen a - 27 14 41 27,33%
Nilai pengamatan
Genotip Frekuensi alel (Jumlah Genotip/Individu)
Harapan Observed
(Expected)
P2 = (0.393)2 7,605 16
AA =0,1521
2pq=2(0,273)(0,393) 10,530 27
Aa =0,2106
q2 =(0,273)2=0,0729 3,645 7
aa
0,4356 21,78 50
Jumlah
Pembahasan
Kesimpulan
Dari praktikum simulasi Hukum Hardy-Weinberg dapat disimpulkan bahwa
simulasi ini merupakan perkawinan tidak acak. Hal tersebut telihat dari Fhitung
dari empat ulangan yang menunjukkan lebih besar dari Ftab (db = 1, a = 0,05) =
3,841. Dengan kata lain, Ho tidak diterima sehingga simulasi perkawinan tersebut
merupakan perkawinan tidak acak.
Saran
Agar dapat memanfaatkan waktu dengan baik dalam praktikum, serta
praktikum sebaiknya dilaksanakan di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Latar Belakang
Genetika adalah sebuah cabang ilmu biologi yang berfokus pada bidang
pewarisan sifat yang terjadi pada organisme makhluk hidup (tumbuhan, hewan,
dan manusia) maupun suborganisme makhluk hidup (virus dan prion). Genetika
merupakan ilmu tentang hereditas dan variasi yang terkait dengan pengertian gen,
DNA kromosom, hubungan antara gen DNA RNA dan polipeptida serta
keterkaitan antara pembelahan mitosis dan meiosis dan pewarisan sifat. Hal
penting yang berkaitan dengan identifikasi terhadap perubahan-perubahan genetik
yaitu terjadi dalam suatu persilangan serta hubungannya dengan perubahan sifat
kuantitatif dan sifat kualitatif. Dalam ilmu genetika yang sangat berkembang,
tidak jarang terdapat kasus menyangkut ganetika kualitatif (Saefuddin 2008).
Sifat kualitatif merupakan salah satu keragaman pada individu yang
disebabkan oleh aksi beberapa pasang gen yang mempengaruhi sifat/fenotip
kualitatif, contohnya pada ikan. Pewarisan kualitatif menghasilkan beberapa kelas
sifat yang bersifat diskret, atau dapat dikategorikan dalam berbagai sifat yang
berbeda. Pewarisan karakter kualitatif mudah dibedakan karena populasi yang
jauh berbeda tetapi pada kenyataannya kelas fenotip tidak dapat dibedakan dengan
mudah, karena sering kali masih dapat diketahui adanya beberapa variasi didalam
satu kelas fenotip. Kasus genetika kualitatif pada ikan pada saat hibridisasi (kawin
silang) yaitu proses menggabungkan dua sifat yang berbeda dan diharapkan
mendapatkan sifat yang baik bagi keturunannya dapat terjadi kemungkinan
apakah dia resesif atau dominan terhadap induk yang dikawinkan, hal tersebut
tidak terlepas dari teori hukum Mendel (Fujaya 2015).
Hukum mendel merupakan hukum hereditas yang menjelaskan tentang
prinsip-prinsip penurunan sifat pada organisme. Sebelum menjadi suatu hukum,
banyak ahli biologi yang belum mengakui pendapat atau teori mendel tentang
hereditas hukum Mendel terdiri dari dua yaitu hukum Mendel I dan hukum
Mendel II. Hukum Mendel adalah hukum Segregasi pada waktu pembelahan
meiosis, anggota dari pasangan gen akan memisah, sehingga setiap gamet hanya
akan membawa 1 gen (alel) saja. Hukum Mendel II (hukum berpasangan secara
bebas) pada waktu pembelahan meiosis, anggota pasangan gen dapat berpasangan
secara bebas dengan anggota pasangan gen lainnya selama pembentukan gamet
yaitu pengelompokan secara bebas, hanya berlaku untuk lokus yang terletak pada
kromosom bukan homolog. Pada hukum mendel I dan II tidak terlepas dari
penyimpangan pada hukum Mendel (Yuwono 2003).
Penyimpangan hukum mendel adalah terjadinya perubahan rasio yang
telah ditetapkan mendel karena gen memiliki sifat yang berbeda-beda, jadi rasio
fenotipe tidak akan sama seperti yang diuraikan oleh Mendel. Seperti persilangan
monohibrid yang menghasilkan perbandingan fenotip 1:2:1 dan persilangan
dihibrid yang menghasilkan perbadingan 12:3:1, 9:7 atau 15:1. Semua hasil
tersebut tidak sesuai dengan hukum Mendel. Penyimpangan tesebut dapat terjadi
karena adanya interaksi antar alel maupun genetik (Karmana 2006).
Berdasarkan uraian diatas maka kita melakukan praktikum kasus genetika
kualitatif pada ikan dengan tujuan mengetahui rasio-rasio genotip dan fenotip
pada ikan dan penyimpangan yang terjadi pada hukum Mendel.
Hukum Mendel I
Hukum Mendel II
Hukum Mendel ini dikenal juga sebagai hukum asortasi atau hukum
berpasangan secara bebas. Menurut hukum ini, setiap gen atau sifat dapat
berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lain. Meskipun demikian, gen
untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang bukan
termasuk alelnya. Hukum Mendel ini dapat dijelaskan melalui persilangan
dihibrid, yaitu persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda.
Misalnya, bentuk biji (bulat atau keriput) dan warna biji (kuning atau hijau). Pada
persilangan antara tanaman biji bulat warna kuning dengan biji keriput warna
hijau diperoleh keturunan biji bulat warna kuning. Karena setiap gen dapat
berpasangan secara bebas maka hasil persilangan antara F1 diperoleh tanaman
bulat kuning, keriput kuning, bulat hijau dan keriput hijau. Hukum Mendel hanya
berlaku untuk gen yang letaknya berjauhan. Jika kedua gen itu letaknya
berdekatan hukum ini tidak berlaku. Hukum Mendel II juga tidak berlaku yang
dinamakan persilangan monohibrid (Alimuddin 2007).
Pewarisan Sifat
Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan hereditas merupakan suatu sifat
yang diturunkan dari induk kepada keturunannya melalui proses reproduksi. Ilmu
yang mempelajari tentang pewarisan sifat disebut dengan genetika. Pewarisan
sifat sangat ditentukan oleh kromosom dan sangat erat kaitannya dengan gen.
Teori-teori tentang pewarisan sifat adalah sebagai berikut: teori embryo teori ini
dikemukakan oleh ilmuan bernama William Harvey, yang menyatakan bahwa
semua hewan yang terdapat di dunia berasal dari telur. Pernyataan ini juga
diperkuat oleh Reiner de Graaf, peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel
sperma dengan sel telur yang akan membentuk embrio. Peneliti bernama Reiner
de Graaf ini juga menyatakan bahwa ovarium yang terdapat pada burung yang
termasuk golongan unggas sama dengan ovarium yang terdapat pada kelinci yang
jelas bukan golongan unggas. teori preformasi, teori ini dikemukakan oleh Jan
Swammerdan, yang menyatakan bahwa telur mengandung semua generasi yang
akan datang sebagai miniatur dari organisme yang telah terbentuk
sebelumnnya.Teori epigenesis embriologi, teori ini dikemukakan oleh C.F. Wolf,
yang menyatakan bahwa ada kekuatan vital dalam benih organisme dengan
kekuatan ini menyebabkan pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan
sebelumnya yang telah ada (Syukur et al. 2012).
Teori Plasma Nutfah
Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, yang menyatakan bahwa
sifat yang terjadi karena rangsangan dari luar atau lingkungan terhadap struktur
fungsi organ yang diturunkan pada generasi berikutnya (Pratiwi 2002).
Teori Pengenesis
Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa
setiap bagian tubuh dewasa akan menghasilkan benih-benih kecil yang disebut
gemuia yang berpengaruh terhadap keturunan berikutnya (Pratiwi 2002).
Teori Telegani
Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, yang menyatakan
bahwa spermatozoa tersusun atas sebagian besar inti, dan inti tersebut
bertanggung jawab sebagai penurunan sifat (Pratiwi 2002).
Interaksi gen
Adanya interaksi gen ini ditemukan oleh William Bateson dan R.C.
Punnet. Pada interaksi gen ini, suatu sifat tidak ditentukan oleh satu gen tunggal
pada autosom tetapi alel-alel dari gen yang berbeda dapat berinteraksi atau saling
memengaruhi dalam memunculkan sifat fenotip (Senjaya 2013).
Kriptomeri
Kriptometri berasal dari bahasa Yunani yaitu Kriptos yang berarti
tersembunyi, oleh karena itu kriptomeri dapat diartikan sebagai gen dominan yang
seolah-olah tersembunyi jika berdiri sendiri dan akan tampak pengaruhnya apabila
bersama-sama dengan gen dominan yang lainnya. Peristiwa kriptomeri ini
pertama kali ditemukan oleh peneliti bernama Correns setelah menyilangkan
bunga berjenis Linaria marocanna berwarna merah, dikawinkan dengan bunga
berjenis Linaria maroccana berwarna putih (Senjaya 2013).
Polimeri
Polimeri atau karakter kuantitatif adalah persilangan heterozigot dengan
banyak sifat beda yang berdiri sendiri, tetapi memengaruhi bagian yang sama dari
suatu organisme. Peristiwa polimeri ditemukan oleh Lars Frederik Nelson dan
Ehle, setelah melakukan percobaan dengan menyilangkan gandum berbiji merah
dengan gandum berbiji putih (Senjaya 2013).
Gen-gen komplementer
Gen-gen komplementer merupakan interaksi antara gen-gen dominan yang
berbeda, dan saling melengkapi. Jika kedua gen tersebut terdapat bersama-sama
dalam genotip, maka akan saling membantu dalam menentukan fenotip. Jika salah
satu gen tidak ada, maka pemunculan fenotip menjadi terhalang (Senjaya 2013).
Atavisme
Atavisme dapat didefinisikan sebagai peristiwa munculnya kembali sifat
keturunan pada generasi berikutnya setelah sempat menghilang pada generasi
sebelumnya. Hal ini dikemukakan oleh peneliti bernama Charles Darwin.
Misalnya padainteraksi gen pada pial ayam. Pial walnut dihasilkan dari
persilangan ayam berpial rose dan pea. Pial pea dinyatakan menghilang dan
muncul sifat di luar induknya. Setelah ayam berpial walnut disilangkan dengan
sesamanya, akan menghasilkan 4 jenis keturunan baru yaitu pial rose, pial pea,
pial walnut, dan pial single. Pada peristiwa ini, pial rose dan pea muncul kembali
setelah menghilang pada keturunan pertama (Senjaya 2013).
3 METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilakukan pada hari rabu, tanggal 18 Oktober 2017. Pukul
13.00 sampai 15.50 di Aula Gedung Baru Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah buku
bahan ajar yang berjudul Dasar-Dasar Genetika Ikan dan Pengembangbiakan.
Soal pemahaman genetika yang berisi ikan mas berpigmen normal
dikawinkan dengan ikan mas bergaris kuning pada spinal dorsal. Ikan guppyspina
normal abu-abu dikawinkan dengan ikan guppy spina bengkok blondi. Berapa
persen didapatkan spina normal blondi? Ikan cupang (Siamse fighting fish) warna
biru gelap dikawinkan dengan warna hijau. Berapa yang menghasilkan warna biru
logam?Ikan cupang biru mengkilat dikawinkan dengan ikan cupang hijau.
Bagaimana hasil rasio progeni untuk genotip dan fenotipnya. Mana yang
merupakan galur murni? Ikan rainbow trout golden dipijahkan dengan ikan
rainbow trout palomino. Lengkapi (%) bahwa pigmen golden menjadi galur
murni dibandingkan palomino! Ikan guppy GgCucu dikawinkan dengan ikan
guppy Ggcucu. Ada berapa perbedaan fenotip yang muncul?, stok ikan molly
didomestikasi dengan warna MMNn; MmNN; mmNN. Fenotip yang muncul
adalah?.
Prosedur Kerja
Hasil
1. P : ♀ DD ><dd ♂
Tabel 1. Rasio genotip F1 Ikan mas berpigmen normal dikawinkan dengan
ikan mas bergaris kuning pada spinal dorsal.
♀/♂ D D F1:
d Dd Dd Rasio
genotip : 4
d Dd Dd
Dd
Rasio fenotip : 4 ikan mas berpigmen garis kuning pada spinal dorsal
Persentase : 100% ikan mas berpigmen garis kuning pada spinal dorsal.
Persentase fenotip dominan dan resesif yang muncul adalah:
Fenotip dominan: 100%
Fenotipe resesif: 0%
2. Ikan guppy spina normal abu-abu dikawinkan dengan ikan guppy spina
bengkok blondi.
P :♀ SnB >< Scb ♂
F1 :
Scb Scb
SnB ScSnBb ScSnBb
SnB ScSnBb ScSnBb
Diketahui bahawa genotip ikan guppy spina normal blondi adalah Snb,
jadi dari persilangan tersebut yang menghasilkan genotip ikan guppy spina
normal blondi yaitu SnbSnb, SnbScb, dan SnbScb. Ada 3 genotip yang
menghasilkan genotip ikan guppy spina normal blondi :3/16 x 100% = 18,
75%. Jadi yang didapatkan spina normal blondi sebesar 18,75%.
3. Ikan cupang (Siamese fighting fish) warna biru gelap dikawinkan dengan warna
hijau.
P :♀ VV >< vv ♂
F1 :
V V
v V v V v
v V v V v
Rasio genotip : 4 Vv
Rasio fenotip : 4 ikan berwarna biru logam.
Persentase : 100% ikan berwarna biru logam.
Rasio genotip : 4 Vv
Rasio fenotip : 4 ikan berwarna biru .
Persentase : 100% ikan berwarna biru.
Rasio progeny:
Ragam silangan Rasio genotip Rasio fenotip
SB (VV) x Hi (vv) Semua Vv Semua Bi(biru)
Pembahasan
Kesimpulan
Saran
Alimuddin. 2007. Metode cepat untuk identifikasi sigositas pada ikan transgenik.
Jurnal akuakultur indonesia, 6(2): 177–182.
Fujaya Y. Asmi C. M. dan Andi A. H. 2015. Buku panduan praktik dasar genetika
organisme akuatik. Makassar : FIKP UNHAS.
Karmana O. 2006. Biologi. Jakarta : Grafinda miltra utama.
Pratiwi C. 2002. Pewarisan sifat ketenggangan aluminium pada padi gogo (Oryza
sativa L.) dikultur hara. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Saefuddin. 2007. Genetika. Bandung Universitas pendidikan Indonesia Bandung.
Senjaya S.K. 2013. Pewarisan genetik transgen Hd3a pada tanaman Nicotiana
benthamiana transgenik. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Suharsono. 1995. Sterilitas jantan pada tanaman. Jurnal hayati, 2(1): 1-7.
Syukur M, Sriani S, Rahmi Y. 2012. Teknik pemuliaan tanaman. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Westra. 1994. Dasar-dasar genetika ikan dan pengembangbiakan. Surabaya:
UNAIR Press.
Yuwono T. 2003. Biologi molekular. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Press.
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR GENETIKA IKAN
ANALISIS DNA
Latar Belakang
Tujuan Praktikum
Genetika
PCR merupakan suatu teknik amplifikasi DNA secara in vitro yang mampu
mengamplifikasi segmen tertentu dari keseluruhan genombakteri. Proses
amplifikasi PCR melibatkan variasi suhu yang mendekati suhu didih air, jadi
diperlukan enzim polimerase yang tetap stabil dalam temperatur yang tinggi. Pada
proses PCR, enzim polimerase yang digunakan berasal dari bakteri Thermus
aquaticus yang hidup di lingkungan bersuhu lebih dari 90˚C (Kusuma 2010).
Adapun tiga tahap pengulangan yang penting dalam proses PCR yang
pertama. Denaturasi, pada tahap ini molekul DNA dipanaskan sampai suhu 94˚C
yang mnyebabkan terjadinya pemisahan untai ganda DNA menjadi untai DNA
tunggal. Untai DNA tunggal inilah yang menjadi cetakan bagi untai DNA baru
yang akan dibuat. Tahap kedua, Penempelan (Annealing) Enzim Taq polimerase
dapat memulai pembentukan suatu untai DNA baru jika ada seuntai DNA
berukuran pendek (DNA yang mempunyai panjang sekitar 10 sampai 30 pasang
basa) yang menempel pada untai DNA target yang telah terpisah. DNA yang
pendek ini disebut primer.Agar suatu primer dapat menempel dengan tepat pada
target, diperlukan suhu yang rendah sekitar 55˚C selama 30-60 detik. Tahap
terakhir Pemanjangan (Ektension), setelah primer menempel pada untai DNA
target, enzim DNA polimerase akan memanjangkan sekaligus membentuk DNA
yang baru dari gabungan antara primer, DNA cetakan dan nukleotida.Ketika tiga
tahap di atas dilakukan pengulangan, maka untai DNA yang baru dibentuk akan
kembali mengalami proses denaturasi, penempelan dan pemanjangan untai DNA
menjadi untai DNA yang baru. Pengulangan proses PCR akan menghasilkan
amplifikasi DNA cetakan baru secara eksponensial (Kusuma 2010).
Adapun bahan yang digunakan dalam Analisis DNA adalah 10x isolasi
DNA Buffer, dengan komposisi: (100 mM Tris HCI (pH 8,0), 200 mM NaCl, 200
mM EDTA dan 1% SDS) dan proteinase K (20 mg/ml)
Prosedur Kerja
d. Pengendapan DNA
1. Larutan supernatan yang terbentuk dituangkan dengan hati-hati ke dalam
tabung baru yang telah berisi 200 l Larutan Isopropanol 100 %.
2. Tabung yang berisi larutan DNA ini kemudian diaduk dengan membolak-
balikkan tabung sebanyak 50 kali hingga terlihat untaian pita DNA yang
berwarna putih.
3. Kemudian tabung tersebut disentrifuse dengan kecepatan 14.000 rpm selama 1
menit hingga terbentuk pelet DNA di dasar tabung.
4. Larutan supernatan dibuang dan tabung dikeringkan di atas kertas tissue.
5. 200 l Larutan Etanol 70 % dingin, kemudian dimasukkan ke dalam tabung
yang berisi pelet DNA. Lalu tabung dibolak-balik beberapa kali untuk
membilas sisa-sisa DNA yang berada di dinding tabung.
6. Tabung disentrifuse pada kecepatan 14.000 rpm selama 1 menit.
7. Kemudian larutan etanol dibuang dengan hati-hati, lalu tabung dikeringkan
diatas kertas tissue dan dibiarkan kering udara selama 15 menit.
8. Pelet DNA yang terbentuk dilarutkan kembali dengan menambahkan 20 l
akuades steril (SDW) ke dalam tabung.
9. Kemudian larutan DNA disimpan dalam freezer atau langsung digunakan
untuk proses selanjutnya.
Pengukuran Konsentrasi DNA dan RNA
a. Larutan DNA diencerkan terlebih dahulu 10-20 kali (tergantung pada hasil
ekstraksi).
b. Alat Gene Quant dinyalakan, dan kuvet dikeluarkan dari tempat penyimpanan
lalu dibilas dengan akuades.
c. Kalibrasi dilakukan dengan mengukur absorbansi pelarut (SDW untuk DNA),
dengan memasukkan 70 l pelarut tersebut ke dalam kuvet. Kemudian kuvet
dimasukkan ke dalam alat, lalu tekan tombol “set ref”, hasil pembacaan akan
menunjukkan nilai absorbansi 0,000. Dilanjutkan dengan pengukuran
konsentrasi DNA atau RNA.
d. Kuvet yang akan digunakan, dibilas terlebih dahulu dengan 20 l larutan DNA
yang akan diukur. Setelah itu larutan asam nukleat yang akan
diukurdimasukkan dalam kuvet sebanyak 70 l dan kuvet ditempatkan di
dalam alat.
e. Setelah tombol “sample” ditekan dan konsentrasi larutan sudah terbaca, kuvet
dikeluarkan dan dibilas dengan akuades.
a. Preparasi sampel dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan Taq
Polymerase yang digunakan :
Menggunakan ExTaq Polymerase
1. Pembuatan larutan premix yang terdiri dari :
Bahan Jumlah
Taq 1,1
1,1
Primer
1,1
Ex Taq 0,25 l x jumlah sampel x
1,1
DNA
Primer 2 l
Forward
Primer 2 l
Reverse
SDW 19 l
Total 25 l
Volume
uhu Waktu
Pengkondisia 9 4 menit
n Awal 4 ºC
Siklus PCR :
Denaturasi 9 0,45
Annealing 4 ºC detik
Extension 5 0,45
0 ºC detik
7 90 detik
2 ºC
Penstabilan 7 7 menit
2 ºC
Elektroforesis
o. i Gel
1 Hasil 0,8-1 %
. ekstraksi DNA
2 Hasil PCR 1%
.
3 Hasil restriksi 1,5-2 %
Hasil
Adapun hasil ekstraksi DNA udang vaname pada praktikum analisis DNA
yaitu sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7 M
100
bp
200 bp
300 bp
436 bp
500 bp
Gambar 1. Visualisasi positif sampel dan standar infeksi white spot syndrome
virus (WSSP), 1. Sample infeksi WSSV yang parah (severe); 2.
Sampel infeksi moderat (moderate); 3.Sampel infeksi ringan (very
light); 4.Sampel WSSV (+) standar; 5.Sampel infeksi ringan (very
light); 6. Sampel negatif WSSV; 7. Sampel Negatif control (Yeast
tRNA atau ddH2O).
Pembahasan
Hasil gambar diatas menunjukkan hasil ekstraksi DNA pada udang vaname (Litopenaeus
vannamei) memiliki hasil kemurnian di luar kisaran menunjukkan kemungkinan terdapat
kontaminan protein, polisakarida, sisa-sisa larutan ekstraksi ataupun terdegradasi pada hasil ekstraksi
yang dapat disebabkan oleh proses ekstraksi belum optimal. Adanya kontaminan pada DNA hasil
dapat mempengaruhi jelas dan cerahnya pita hasil visualisasi hasil PCR. Selai itu adanya kontaminan
atau ketidak sesuaian dapat menyebabkan munculnya smear pada jalur pita hasil visualisasi.
Berdasarkan hasil dari uji PCR udang vaname (Litovenaeus vannamei) terinfeksi WSSV pada bp
436 yaitu antara bp 400 dan 500 (Hidayani et al. 2015).
Ekstraksi DNA dilakukan untuk memisahkan jaringan dan sel DNA pada sampel. DNA
diekstrak dari sel-sel sampel untuk kemudian diamankan dari kerusakan akibat kerja enzim dNase.
Ekstraksi DNA dilakukan menggunakan extraction kit. Jaringan yang telah halus direaksikan dengan
reagen dari IQ Plus Extraction kit selanjutnya ekstrak disentrifus sehingga diperoleh DNA yang
akan dipakai dalam tahap kedua proses PCR. Hasil ekstraksi DNA pada tahap pertama kemudian
digandakan atau dengan kata lain amplifikasi (Yanti et al. 2017)
Elektroforesis merupakan metode analisis fisika berdasarkan kecepatan migrasi partikel
bermuatan yang terlarut atau terdispersi, dalam larutan elektrolit dibawah medan listrik. Prinsip
pemisahan dengan elektroforesis gel adalah pemisahan suatu molekul organik dari campurannya
melalui suatu gel dalam suatu medan listrik. Pemisahan terjadi tergantung pada muatan, bentuk dan
ukuran. Elektroforesis gel digunakan untuk memisahkan atau melihat kemurnian DNA atau protein
yang tidak bisa diperoleh dengan metode lain seperti gradient sentrifugasi. Media yang banyak
dipakai dalam proses pemisahan ini adalah agarose atau akrilamid. Agarose digunakan untuk
memisahkan molekul-molekul yang lebih besar karena memiliki ukuran partikel yang lebih besar.
Sehingga daya pisah dari agarose (resolusi) lebih kasar (lebih lemah) dibandingkan akrilamid.
Akrilamid memiliki ukuran partikel yang lebih halus sehingga daya pemisahannya lebih baik.
Elektroforesis melalui gel agarosa atau poliakrilamid merupakan teknik yang sederhana, cepat, dan
dapat memisahkan molekul yang diinginkan (Novitasari et al. 2014).
PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah suatu metode in vitro untuk menghasilkan
sejumlah besar fragmen DNA spesifik dengan panjang dan sekuens yang telah ditentukan dari
sejumlah kecil template kompleks. PCR merupakan suatu teknik sangat kuat dan sensitive yang
dapat diaplikasi dalam berbagai bidang seperti biologi molekuler, diagnostic, genetika populasi
dan analisis forensic.PCR didasarkan pada amflifikasi enzimatik fragmen DNA dengan
menggunakan dua oligonukleotida ini digunakan sebagai primer (primer PCR) untuk
memungkinkan DNA template dikopi oleh DNA polymerase. Untuk mendukung terjadinya
annealing primer ini pada template pertama kali diperlukan pemisahan untai DNA yang double
helix melalui pemanasan. Suhu reaksi selanjutnya diturunkan untuk membiarkan terjadinya
perpasangan sekuens dan akhirnya reaksi polimerisasi dilakukan oleh DNA polymerase untuk
membentuk DNA komplementer. Proses ini dikenal sebagai siklus PCR (Anggereini 2008).
5 PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Pada praktikum analisis DNA sebaiknya dilakukan secara langsung karena berhubung
materinya cukup rumit sehingga mahasiswa bisa lebih cepat paham serta disediakan laboratorium
untuk Dasar-dasar Genetika Ikan.
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR GENETIKA IKAN
RASIO RNA/DNA
NAMA : A.MUH.ABILQUSHAI ASSHIDIQ
NIM : L221 16 316
KELOMPOK : VI (ENAM)
HARI/TGL PRAKTIKUM : RABU, 15 NOVEMBER 2017
ASISTEN : ANDI N RENITA RELATAMI, S.Pi. M,Si.
AMRIANA, S.Pi
ANDI SYARI RAMDHANI
ELYAS
YUSDALIFA EKAYANTI YUNUS
ADE IRMA NAHARUDDIN
Latar Belakang
Genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat yang mencakup stuktur dan
fungsi gen, serta cara pewarisan gen-gen dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Konsep genetika berkembang dari ilmu yang membahas tentang bagaimana sifat
diturunkan menjadi lebih luas lagi yakni ilmu yang mempelajari tentang materi
genetik. Secara luas genetika membahas : struktur materi genetik (gen,
kromosom, DNA, RNA, plasmid, episom dan elemen tranposabel)., reproduksi
materi genetik, kerja materi genetik, perubahan materi genetik, genetik dalam
populasi dan perekayasaan materi genetik. Perkembangan genetika yang demikian
pesat itu bahkan telah menyebabkan terjadinya revolusi pemikiran biologis di saat
kita memasuki abad ke-21. Unit Penurunan sifat genetik dikenal dengan nama
gen, gen terdiri atas DNA (Nusantari 2013).
DNA dan RNA merupakan polimer linier (polinukleotida) yang tersusun
dari subunit atau monomer nukleotida. Komponen penyusun nukleotida terdiri
dari tiga jenis molekul, yaitu gula pentosa, basa nitrogen dan gugus fosfat. Gula
pentosa deoksiribosa pada DNA dan ribosa pada RNA. Basa nitrogen terbagi dua
yaitu basa basa puri (adenin = A, guanin = G) dan basa pirimidin (sitosin = C,
timin = T pada DNA dan urasil = U pada RNA. Rantai DNA tidak tunggal, tetapi
berpasangan sesamanya oleh ikatan hidrogen lemah melalui basa-basa yang
berseberangan ke bentuk-bentuk konstruksi seperti tangga yang biasanya disebut
double helix. Rantai RNA biasanya merupakan untai tunggal dan tidak memiliki
struktur berulang kontinu pada heliks DNA untai-ganda. Namun, RNA tetap dapat
terbentuk pasangan basa di daerah di mana untai tersebut melengkung terhadap
dirinya sendiri. Terdapat 3 jenis utama RNA (mRNA, rRNA, dan tRNA) ikut
serta dalam proses sintesis protein (Marks et al. 2000).
Rasio DNA/RNA merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam
menentukan kualitas suatu organisme salah satunya pertumbuhan dengan melihat
dan mengamati DNA/RNA yang dimiliki. Semakin besar hasil rasio DNA/RNA
yang dimiliki semakin berkualitas anakan yang dihasilkan. Metode isolasi
DNA/RNA dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan KIT. Kajian rasio
DNA/RNA telah digunakan untuk mengevaluasi pengukuran pertumbuhan jangka
panjang pada suatu populasi. Rasio DNA/RNA juga dapat sebagai indikator
dalam mengevaluasi kondisi nutrisi organisme. Rasio DNA/RNA dapat melihat
tingkat kemurnian DNA/RNA (Parenregi et al. 2013). Berdasarkan uraian diatas
maka perlu dilakukan percobaan rasio RNA/DNA untuk mengetahui berapa rasio
kemurnia RNA/DNA pada sampel.
Tujuan Praktikum
2 TINJAUAN PUSTAKA
DNA
DNA terdapat pada inti sel, mitokondria dan kloroplas. DNA bertindak
sebagai pembawa informasi genetik, informasi genetik dibawa dalam bentuk urut-
urutan istimewa dalam empat basa atau nukleotida-nukleotida yang disusun
sepanjang rantai nukleotida. DNA merupakan makromolekul yang dibentuk atas 3
tipe pengulangan sub-unit, yaitu (1) basa-basa nitrogen, yaitu purin (adenin dan
guanin) dan pirimidin (sitosin dan timin) (2) gula pentosa, yaitu deoksiribosa dan
(3) posfat, dalam bentuk molekul PO4. Rantai DNA tidak tunggal, tetapi
berpasangan sesamanya oleh ikatan hidrogen lemah melalui basa-basa yang
berseberangan ke bentuk-bentuk konstruksi seperti tangga. Basa-basa ini dapat
berikatan melalui cara yang khas, purin hanya dapat berikatan dengan pirimidin,
bahkan lebih tepatnya karena konfigurasi molekulnya, adenin harus berikatan
dengan timin, dan guanin berikatan dengan sitosin. Bentuk umum DNA bersifat
kinan (lawan kidal) karena jika heliks ganda dilihat dari atas ke bawah. Residu-
residu basa membentuk spiral dengan arah putaran yang sesuai dengan putaran
jarum jam. Kedua untai molekul heliks ganda yang masing-masing memiliki
polaritas , bersifat antiparalel (Nusantari 2013).
RNA
RNA serupa dengan DNA yaitu bahwa RNA terdiri dari nukleotida yang
dihubungkan oleh ikatan fosfodiester-3´ ke fosfodiester-5´. RNA mengandung
basa purin adenin dan guanin serta basa pirimidin sitosin. Namun, basa pirimidin
yang lain adalah urasil bukan timin. Pada RNA, gula pentosanya adalah ribosa.
Rantai RNA biasanya merupakan untai-tunggal dan tidak memiliki struktur
berulang kontinu pada heliks DNA untai-ganda. Namun, RNA tetap dapat
terbentuk pasangan basa di daerah di mana untai tersebut melengkung terhadap
dirinya sendiri. Terdapat 3 jenis utama RNA (mRNA, rRNA, dan tRNA) ikut
serta dalam proses sintesis protein (Marks et al. 2000).
Menentukan Konsentrasi dan Kemurnian DNA/RNA
3 METODOLOGI PRAKTIKUM
Adapun bahan yang digunakan dalam Analisis DNA adalah 10x isolasi
DNA Buffer, dengan komposisi: (100 mM Tris HCI (pH 8,0), 200 mM NaCl, 200
mM EDTA dan 1% SDS) dan proteinase K (20 mg/ml)
Prosedur Kerja
Ekstraksi DNA udang vaname dari bagian ekor, kaki jalan,dan kaki renang
menggunakan metode DTAB - CTAB (Dodecyl Trimethyl Ammonium Bromide/ Cetyl
Trimethyl Ammonium Bromide). Ekstraksi DNA dilakukan menggunakan kit DNA
ekstraksi IQ2000™ WSSV dengan komposisi DTAB solution, CTAB solution,
dissolving solution, dan lysis buffer.
Sebanyak 0.6 g sampel dipreservasi dengan cara menggerus sampel dalam
tabung mikro 1.5 ml dengan menggunakan pastel plastik. Sampel yang sudah
hancur, kemudian diberi DTAB solution selanjutnya dihomogenkan dengan
vortex. Sampel diinkubasi pada suhu75°Cselama 5 menit. Sebanyak 0.7 ml
kloroform ditambahkan kedalam tabung mikro kemudian dihomogenkan dengan
vortex selama 20 detik. Sampel disentrifugasi pada kecepatan 12000 rpm selama 5
menit. Cairan jernih yang paling atas dipindahkan kedalam tabung mikro 1.5 ml,
kemudian ditambahkan 100 ml CTAB dan 900 mlddHO, dihomogenkan dengan
vortex lalu dilanjutkan dengan inkubasi selama 5 menit pada suhu 75°C. Sampel
diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit, dan dilanjutkan dengan
disentrifugasi 12000 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang dan ditambahkan
150 ml dissolve solution, kemudian sampel diinkubasi selama 5 menit pada suhu
75°C. Tahap selanjutnya adalah inkubasi sampel pada suhu ruang selama 5 menit,
dilanjutkan dengan sentrifugasi sampel 12000 rpm selama 5 menit. Setelah
disentrifugasi, supernatant dipindahkan ketabung mikro 0.5 ml yang telah berisi
300 ml ethanol 95% dingin lalu dihomogenkan. Sampel disentrifugasi kembali
pada kecepatan 12000 rpm selama 5 menit, kemudian etanol dibuang. Etanol 70%
ditambahkan sebanyak 200 μl lalu disentrifugasi 12000 rpm selama 5 menit.
Ethanol dibuang lalu tabung mikro diletakkan diatas tisu dengan posisi terbalik
selama dua jam untuk proses pengeringan DNA. TE buffer ditambahkan sebanyak
50 μl kemudian DNA disimpan pada suhu –20 °C.
Kualitas hasil ekstraksi DNA diuji secara kuantitatif. Uji kuantitatif untuk
mengetahui konsentrasi DNA dan tingkat kemurniannya dapat diketahui dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. DNA dengan
tingkat kemurnian baik ditunjukkan oleh rasio A260/280 1.8–2.0.
Berdasarkan dari tabel dapat diketahui bahwa pada sampel 1 (S1) memiliki
konsentrasi DNA 40.00 dan konsentrasi RNA 32.00 dengan kemurnian DNA
1.802 yang menunjukkan bahwa sampel 1 (S1) memiliki DNA yang murni. Pada
sampel 2 (S2) memiliki konsentrasi DNA 25.95 dan konsentrasi RNA 20.76
dengan kemurnian DNA 1.874 yang menunjukkan bahwa sampel 2 (S2) memiliki
DNA yang murni. Pada sampel 3 (S3) memiliki konsentrasi DNA 43.80 dan
konsentrasi RNA 35.04 dengan kemurnian DNA 1.844 yang menunjukkan bahwa
sampel 3 (S3) memiliki DNA yang murni.
Hal ini sesuai dengan literatur yang menjelaskan bahwa untuk mengetahui
konsentrasi DNA/RNA maka nilai dari Å260 dikalikan dengan faktor
pengencerannya (1:1) dan menggunakan hubungan bahwa Å260 dari 1.0 = 50
μg/ml untuk DNA, Å260 dari 1.0 = 40 μg/ml untuk RNA. Nilai kemurnian DNA
berkisar antara 1.8 – 2.0. Jika nilai kemurnian kurang dari 1.8 menunjukkan
preparasi telah terkontaminasi baik oleh fenol maupun protein, sedangkan rasio
lebih dari 2.0 preparasi telah terkontaminasi oleh bahan organik (Hapsari 2012).
5 PENUTUP
Kesimpulan
Dari praktikum ini, mahasiswa telah mampu melakukan analisis rasio
DNA/RNA serta mengetahui kualitas DNA.
Saran
Pada praktikum ini tempat pelaksanaan yang berada di dalam lab kualitas
air, sebaiknya pada saat praktikum yang selanjutnya dapat dilakukan secara nyata
dan tidak hanya simulasi maupun diskusi. Untuk asisten sebaiknya pada saat
praktikum dilakukan volume suaranya dapat diperbesar karna jumlah praktikan
yang banyak dan ruang lab yang besar sehingga suara dari asisten tidak dapat
didengar dan praktikan yang berada di bagian belakang tidak tahu apa yang
dibahas di depan.
DAFTAR PUSTAKA
Hapsari R. 2012. Uji kuantitatif dan kualitatif DNA pule pandak [Skripsi].
Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Maftuchah, Aris W, Agus Z. 2015. Teknik dasar analisis biologi molekuler.
Yogyakarta (ID): Deepublish.hlm 64–66.
Marks DB, Marks AD, Smith CM. 2000. Dasar sebuah pendekatan klinis. Jakarta
(ID): EGC.hlm 156
Nusantari E. 2013. Jenis miskonsepsi genetika yang ditemukan pada buku ajar di
sekolah menengah atas. JPS. 1(1):52–64.
Parenrengi A, Syarifuddin T, Andi T. 2013. Analisis rasio RNA/DNA udang
windu Penaeus monodon hasil seleksi tumbuh cepat. J. Ris. Akua. 8(1):1–12.
RIWAYAT HIDUP
A. MUH. ABILQUSHAI
ASSHIDIQ, Dilahirkan
di makassar , kota
Makassar pada hari
kamis tanggal 01 juni
1999. Anak pertama
dari dua bersaudara
pasangan dari
A.SUKMAWATI dan
ALWI MADJID
Praktikum
menyelesaikan
pendidikan di Sekolah
Dasar di SD N 7
LUWUK di Kabupaten
Banggai pada tahun 2010. Pada tahun itu juga praktikum
melanjutkan Pendidikan di SMP Negeri 2 Luwuk tamat pada tahun
2013 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA
Negeri 3 Luwuk pada tahun 2010 dan seslesai pada tahun 2016.
Pada tahun 2016 praktikum melanjutkan pendidikan di perguruan
tinggi negeri, tepatnya di Universitas Hasanuddin (UNHAS)
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan pada Program Studi
Budidaya Perairan (BDP), praktikum masih menjalankan proses
perkuliahan sampaisekarang di semester tiga.