Anda di halaman 1dari 160

KIMIA ANALI

SA
Kontributor Naskah: Denny Ariffriana Penelaah: Chairul, S.Si

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN 2013
Kimia

Hak Cipta © 2013 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Dilindungi Undang-Undang.

MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam
rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh
berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini
merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan
dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman.
Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku
ini.

Kontributor Naskah : Denny Ariffriana


Penelaah/ Editor : Chairul, S.Si

Desktop Publisher : Tim

Cetakan Ke-1, 2013


Disusun dengan huruf arial

i Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

KATA PENGANTAR

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi sikap,
pengetahuan dan keterampilan secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar
dalam perumusan kompetensi dasar tiap mata pelajaran mencakup kompetensi
dasar kelompok sikap, kompetensi dasar kelompok pengetahuan, dan kompetensi
dasar kelompok keterampilan. Semua mata pelajaran dirancang mengikuti
rumusan tersebut.

Pembelajaran kelas X jenjang Pendidikan Menengah Kejuruan yang disajikan


dalam buku ini juga tunduk pada ketentuan tersebut. Buku siswa ini diberisi materi
pembelajaran yang membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterapilan
dalam menyajikan pengetahuan yang dikuasai secara kongkrit dan abstrak, dan
sikap sebagai makhluk yang mensyukuri anugerah alam semesta yang
dikaruniakan kepadanya melalui pemanfaatan yang bertanggung jawab.

Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai
kompetensi yang diharuskan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam
kurikulum 2013, siswa diberanikan untuk mencari dari sumber belajar lain yang
tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru sangat penting untuk
meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa dengan ketersediaan kegiatan
buku ini. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-
kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan
alam.

Buku ini sangat terbuka dan terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.
Untuk itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran, dan
masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan. Atas kontribusi tersebut, kami
ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi
kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun
Indonesia Merdeka (2045)

Depok, Desember 2013


Penyusun

Direktorat Pembinaan SMK i


Kimia

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................. .

HALAMAN FRANCIS............................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

PETA KONSEP....................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 2

A. Deskripsi..................................................................................................... 2
B. Prasyarat .................................................................................................... 3
C. Petunjuk Penggunaan ................................................................................ 3
D. Tujuan Akhir ............................................................................................... 5
E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ...................................................... 6
F. Cek Kemampuan Awal ............................................................................... 9

BAB II PEMBELAJARAN ..................................................................................... 13

KEGIATAN BELAJAR 1 :..................................................................................13


Proses Pembentukan Urin dan Urinalisasi Sederhana......................................13

KEGIATAN BELAJAR 2....................................................................................55


Metabolisme Zat Gizi dalam Tubuh, Enzim dan Hormon..................................55

KEGIATAN BELAJAR 3....................................................................................63


Pembuatan larutan pereaksi, larutan baku, prosedur pembakuan, nitrimetri dan
kompleksometri.................................................................................................63

i Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

KEGIATAN BELAJAR 4....................................................................................74


Analisa Kualitatif Anion dan Kation serta golongan senyawa organik...............74

KEGIATAN BELAJAR 5....................................................................................88


Stoikiometri, Gravimetri, Titrasi, Spektrofotometri.............................................88

KEGIATAN BELAJAR 6..................................................................................102


Pemeriksaan Fisik Air, Penetapan Bahan Terendap dan Terapung dalam Air10 2

KEGIATAN BELAJAR 7..................................................................................115


Pemeriksaan Kualitatif dan Kuantitatif Makanan dan Minuman.......................115

BAB III PENUTUP..............................................................................................139

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................140

Direktorat Pembinaan SMK i


Kimia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Sistem Urinaria Pria ........................................................................... 14


Gambar 2: Penampang ginjal (dibelah memanjang) ............................................ 15
Gambar 3: Penampang sederhana nefron ........................................................... 16
Gambar 4: Skema metabolisme karbohidrat ........................................................ 60
Gambar 5: Sintered-glass .................................................................................... 97
Gambar 6: Titrasi asam basa menggunakan buret............................................... 98
Gambar 7: Botol modern untuk pengambilan sampel air....................................109
Gambar 8: Pengambilan sampel air oleh petugas KLH......................................109
Gambar 9: pH meter portabel.............................................................................111
Gambar 10: Kertas pH........................................................................................111
Gambar 11: Turbidimeter portabel......................................................................112
Gambar 12: Instrumen pengukur warna air........................................................114

i Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Contoh proses katabolisme dan anabolisme .......................................... 56


Tabel 2: Tabel Reaksi Kimia Titrasi Asam basa67

Direktorat Pembinaan SMK v


Kimia
DAFT AR IS

PETA KONSEP

Program Studi Keahlian: Analisis Kesehatan

C-2 DASAR KOMPETENSI KEJURUAN

KIMIA ANALISA 1

KIMIA ANALISA

KIMIA ANALISA 2

ILMU DASAR KESEHATAN MASYARAKAT

C-2 DASAR KOMPETENSI KEJURUAN

MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN

ANATOMI DAN PATOFISIOLOGI

v Direktorat Pembinaan SMK


Kimia Analisa 2

1
PENDAHULUAN

A B C D EF
Deskripsi Prasyarat Tujuan Akhir Kompetensi IntiCek Kemampuan Kompeten
Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar

Direktorat Pembinaan SMK 2013 1


Kimia

BAB I PENDAHULUAN

L
aboratorium klinik merupakan salah satu ujung tombak dalam pelayanan
kesehatan. Meskipun hanya bersifat penunjang, beberapa pemeriksaan
laboratorium memiliki peranan penting dalam penegakan diagnosa. Untuk itu
diperlukan sumber daya manusia (teknisi laboratorium klinik) yang mumpuni dalam
berbagai bidang praktek laboratorium klinik.

Salah satu pemeriksaan yang penting di laboratorium klinik adalah urinalisa,


karena selain memberi indikasi kondisi ginjal, juga dapat memberi indikasi
terhadap berbagai kondisi sistemik tubuh seseorang. Oleh sebab itu, urinalisa
merupakan salah satu pemeriksaan yang paling banyak diminta oleh para klinisi.

Metode yang digunakan dalam urinalisa cukup banyak dan kompleks, sehingga
materi ini diberikan dalam porsi yang cukup besar di SMK Analis Kesehatan
maupun di perguruan tinggi.

Selain memahami tentang urinalisa, peserta didik di SMK Analis Kesehatan juga
diharapkan memahami tentang metabolisme zat gizi dalam tubuh manusia.
Pengetahuan terhadap bidang ini sangat menunjang pekerjaan seorang teknisi
laboratorium klinik, sebab dapat membantu dalam melakukan interpretasi dan
evaluasi terhadap hasil pemeriksaan.

A.Deskripsi

S
ecara garis besar Buku Teks ini akan menyajikan 2 materi
pembelajaran tentang Analisa Urin secara Makroskopik dan Kimiawi,
kemudian tentang Metabolisme zat gizi dalam tubuh manusia.
Pembelajaran pertama berisi tentang aspek-aspek dalam urinalisa, termasuk
tata cara pengumpulan sampel, persyaratan wadah untuk sampel, dan lain-

2 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

lain. Pembelajaran kedua membahas tentang zat-zat gizi dalam tubuh, yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.

Analisa urin yang dipelajari dalam bidang studi kimia analisa untuk SMK
Analis Kesehatan sebenarnya merupakan dasar sebelum mempelajari
materi ini dalam pelajaran produktif yang lebih spesifik, yaitu ilmu kimia
klinik. Dalam buku ini, yang dibahas bukan hanya teori, tetapi juga prosedur-
prosedur pemeriksaan untuk menunjang diagnosa berbagai penyakit, baik
yang berhubungan dengan sistem urinaria, maupun beberapa penyakit
metabolik. Metode-metode pemeriksaan yang dijabarkan dalam buku ini
dipillih berdasarkan urgensi, keterkaitan, relevansi, dan keterpakaiannya
dalam dunia kerja atau industri.

B. Prasyarat

B
uku ini dapat digunakan oleh siapa saja yang ingin memahami tentang
urinalisa, peran zat gizi dalam tubuh dan metabolismenya, serta tentang
enzim dan hormon. Sebelum membaca buku ini, diharapkan peserta
didik
telah mempelajari dan menguasai materi dari edisi pertama, karena materinya
merupakan penunjang dari edisi dua ini.

C. Petunjuk Penggunaan

Langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik sebelum, selama proses


dan setelah selesai mempelajari buku ini adalah:

1) Baca buku dengan seksama, sampai anda merasa yakin telah menguasai
kemampuan dalam tiap unit.
2) Diskusikan dengan teman sejawat/instruktur/pembimbing praktik anda

Direktorat Pembinaan SMK 3


Kimia
bagaimana cara anda untuk menguasai materi yang telah diberikan.

2 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

3) Jika anda berlatih diluar jam tatap muka atau di luar jam kerja (ketika
sedang Praktik Kerja di Industri), gunakan buku ini sebagai panduan
belajar bersama dengan materi yang telah disampaikan di kelas.
4) Ikuti semua instruksi yang terdapat dalam lembar informasi untuk
melakukan aktivitas dan isilah lembar kerja yang telah disediakan dan
lengkapi latihan pada setiap sesi/kegiatan belajar.
5) Pelatih anda bisa saja seorang supervisor, guru atau manajer anda. Dia
akan membantu dan menunjukkan kepada anda cara yang benar untuk
melakukan sesuatu. Minta bantuannya bila anda memerlukannya.
6) Pelatih anda aka nmemberitahukan hal-hal yang penting yang anda
perlukan pada saat anda melengkapi lembar latihan, dan sangat penting
untuk diperhatikan dan catat poin-poinnya.
7) Anda akan diberikan kesempatan untuk bertanya dan melakukan latihan.
Pastikan anda latihan untuk ketrampilan baru ini sesering mungkin.
Dengan jalan ini anda akan dapat meningkatkan kecepatan anda berpikir
tingkat tinggi dan menambah rasa percaya diri anda.
8) Bicarakan dan komunikasikan melalui presentasi pengalaman-pengalaman
kerja yang sudah anda lakukan dan tanyakan langkah-langkah lebih lanjut.
9) Kerjakan soal-soal latihan dan evaluasi mandiri pada setiap akhir sesi
untuk mengecek pemahaman anda.
10) Bila anda telah siap, tanyakan pada pelatih anda kapan anda bisa
memperlihatkan kemampuan sesuai dengan buku pegangan siswa/
peserta.
11) Bila anda sedang magang tanyakan penilaian tertulis sebagai umpan balik
atas kemajuan yang telah anda capai setelah melakukan beberapa latihan.
Pelatih anda akan memberikan tanggapan berupa laporan berikut
penjelasan-penjelasan. Bila anda telah berhasil melengkapi setiap kriteria
kinerja, mintalah pelatih anda untuk memberikan penilaian dan anda telah
siap untuk dinilai.
12) Bila anda telah menyelesaikan buku ini dan merasa yakin telah memahami
dan melakukan cukup latihan, pelatih/ guru anda akan mengatur
pertemuan kapan anda dapat dinilai oleh penilai .

Direktorat Pembinaan SMK 3


Kimia

Rencanakan waktu belajar anda


Atur latihan-latihan dan aktivitas belajar anda
Periksa kemajuan anda (Check your Progress)
Atur waktu untuk melakukan Penilaian sendiri (Self Assessment)

Dimana menemukan Sumber dan Informasi?


Sumber Informasi dapat anda temukan pada :
1) Jurnal dan Majalah Kesehatan
2) Website dan situs internet
3) Buku-buku yang relevan
4) CD ROMs (eg. Kimia Analitik untuk SMK)
5) Personal experience
6) Teknisi laboratorium senior/praktisi
7) Kementerian Kesehatan
8) Koran/Newspapers

D. Tujuan Akhir

Setelah anda menyelesaikan pembelajaran pada buku ini anda diharapkan


mampu:

1) Memahami tentang proses-proses kimia yang terjadi dalam


pembentukan urin.
2) Menjelaskan tentang proses pembentukan urin.
3) Memahami prosedur pemeriksaan kualitatif, dan semi kuantitatif urin
terhadap glukosa, protein, aseton, bilirubin, urobilin, urobilinogen,
hemoglobin dan nitrit.

2 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

4) Melakukan pemeriksaan kualitatif dan semi kuantitatif urin terhadap


glukosa, protein, aseton, bilirubin, urobilin, urobilinogen, hemoglobin
dan nitrit.
5) Memahami tentang metabolisme zat gizi dalam tubuh.
6) Menjelaskan tentang metabolisme zat gizi dalam tubuh.
7) Memahami tentang enzim.
8) Menjelaskan tentang enzim.
9) Memahami tentang hormon.
10) Menjelaskan tentang hormon.

E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Adapun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran keselamatan


dan kesehatan Kerja Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah
Kejuruan (SMAK), KELAS X adalah sebagai berikut :

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1) Menghayati dan mengamalkan 1.1 Mengimplementasikan


ajaran agama yang dianutnya keimanan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, melalui
pengembangan berbagai ilmu
kimia sebagai tindakan
pengamalan ilmu sesuai agama
yang dianutnya

2) Menghayati dan 2.1 Memiliki motivasi internal dan


Mengamalkan perilaku jujur, menunjukan rasa ingin tahu
disiplin, tanggung jawab, dalam seluruh kegiatan
peduli (gotong royong, pembelajaran ilmu kimia
kerjasama, toleran, damai), 2.2 Menunjukan perilaku ilmiah
santun, responsif dan pro-aktif (jujur, disiplin, tanggung jawab,
dan menunjukan sikap peduli, santun, ramah
sebagai bagian dari solusi lingkungan, gotong royong)
atas berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran
dalam sebagai bagian dari sikap ilmiah
berinteraksi secara efektif
Direktorat Pembinaan SMK 3
Kimia

dengan lingkungan sosial dan 2.3 Menghargai kerja individu dan


alam serta dalam kelompok dalam pembelajaran
menempatkan diri sebagai sehari-hari sebagai
cerminan bangsa dalam implementasi sikap kerja yang
pergaulan dunia. profesional

3. Memahami, menerapkan dan 3.1. Memahami jenis-jenis


menganalisis pengetahuan instrumen laboratorium yang
faktual, konseptual, dan digunakan dalam kimia analisa
prosedural berdasarkan rasa 3.2. Memahami prosedur
ingin tahunya tentang ilmu penimbangan dengan neraca
pengetahuan, teknologi, seni, manual dan elektrik
budaya, dan humaniora dalam 3.3. Memahami cara pembuatan
wawasan kemanusiaan, larutan pereaksi, larutan baku,
kebangsaan, kenegaraan, dan prosedur pembakuan dan
peradaban terkait penyebab reaksi-reaksi penentuan
fenomena dan kejadian dalam nitrimetri dan kompleksometri
bidang kerja yang spesifik 3.4. Memahami prinsip analisa
untuk memecahkan masalah. kualitatif anion dan kation serta
golongan senyawa organik
3.5. Memahami perhitungan
stoikiometri, penetapan kadar
dengan cara gravimetri, titrasi
dan spektrofotometri
3.6. Memahami prosedur
pemeriksaan air secara fisika
3.7. Memahami tentang penetapan
bahan terendap dan terapung
dalam air
3.8. Memahami cara pemeriksaan
kualitatif dan kuantitatif
makanan dan minuman
terhadap karbohidrat, lemak,
protein, air, abu, alkohol, logam
berat, pengawet dan pemanis
buatan
3.9. Memahami tentang proses-
proses kimia yang terjadi dalam
pembentukan urin
3.10. Memahami prosedur
pemeriksaan kualitatif,
semikuantitatif, dan kuantitatif
urin terhadap glukosa, protein,
aseton, bilirubin, urobilin,
urobilinogen, hemoglobin, dan
nitrit

2 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

3.11. Memahami tentang


metabolisme zat gizi dalam
tubuh
3.12. Memahami tentang enzim
3.13. Memahami tentang hormon

4. Mengolah, menalar, dan 4.1. Menggunakan instrumen


menyaji dalam ranah konkret laboratorium dengan baik dan
dan ranah abstrak terkait benar sesuai prosedur standar
dengan pengembangan dari yang berlaku
yang dipelajarinya di sekolah 4.2. Melakukan penimbangan
secara mandiri, dan mampu dengan neraca manual dan
melaksanakan tugas spesifik di elektrik
bawah pengawasan langsung. 4.3. Melaksanakan pembuatan
larutan pereaksi, larutan baku,
dan membakukannya
4.4. Melakukan analisa kualitatif
anion dan kation dan senyawa
organik sederhana
4.5. Melakukan perhitungan
stoikiometri, dan melakukan
penetapan kadar zat secara
gravimetri dan titrimetri
4.6. Melakukan pemeriksaan fisik
terhadap air
4.7. Menjelaskan tentang bahan
terendap dan terapung dalam
air
4.8. Melakukan pemeriksaan
kualitatif dan kuantitatif
makanan dan minuman
terhadap karbohidrat, lemak,
protein, air, abu, alkohol, logam
berat, pengawet, dan pemanis
buatan
4.9. Menjelaskan proses
pembentukan urin
4.10. Melakukan pemeriksaan
kualitatif dan semikuantitatif urin
terhadap glukosa, protein,
aseton, bilirubin, urobilin,
urobilinogen, hemoglobin, dan
nitrit
4.11. Menjelaskan tentang enzim
4.12. Menjelaskan tentang hormon

Direktorat Pembinaan SMK 3


Kimia

F. Cek Kemampuan Awal

Untuk mengetahui kemampuan awal yang anda miliki berkaitan dengan mata
pelajaran Industri dan berkaitan dengan kompetensi dasar di bawah ini berilah
tanda Check () pada kolom yang telah disediakan sesuai kemampuan awal
sebelum anda mempelajari buku ini !

NO KOMPETENSI DASAR (KD) Kemampuan Awal


Sudah Belum
K.1 1.1. Mengimplementasikan keimanan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, melalui
pengembangan berbagai ilmu kimia
sebagai tindakan pengamalan ilmu sesuai
ajaran agama yang dianutnya
K.2 2.1. Memiliki motivasi internal dan
menunjukkan rasa ingin tahu dalam
seluruh kegiatan pembelajaran ilmu kimia
2.2. Menunjukkan perilaku ilmiah (jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong) dalam
proses pembelajaran sebagai bagian dari
sikap ilmiah
2.3. Menghargai kerja individu dan kelompok
dalam pembelajaran sehari-hari sebagai
implementasi sikap kerja yang profesional
3.1. Memahami jenis-jenis instrumen
K.3 laboratorium yang digunakan dalam kimia
analisa
3.2. Memahami prosedur penimbangan
dengan neraca manual dan elektrik
3.3. Memahami cara pembuatan larutan
pereaksi, larutan baku, prosedur
pembakuan dan reaksi-reaksi penentuan
nitrimetri dan kompleksometri

2 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia Analisa 2
Kimia

3.4. Memahami prinsip analisa kualitatif anion


dan kation serta golongan senyawa
organik
3.5. Memahami perhitungan stoikiometrik,
penetapan kadar dengan cara gravimetri,
titrasi dan spektrofotometri
3.6. Memahami prosedur pemeriksaan air
secara fisika
3.7. Memahami tentang penetapan bahan
terendap dan terapung dalam air
3.8. Memahami cara pemeriksaan kualitatif
dan kuantitatif makanan dan minuman
terhadap karbohidrat, lemak, protein, air,
abu, alkohol, logam berat, pengawet dan
pemanis buatan
3.9. Memahami tentang proses-proses kimia
yang terjadi dalam pembentukan urin
3.10. Memahami prosedur pemeriksaan
kualitatif, semi kuantitatif, dan kuantitatif
urin terhadap glukosa, protein, aseton,
bilirubin, urobilin, urobilinogen,
hemoglobin, dan nitrit
3.11. Memahami tentang metabolisme zat gizi
dalam tubuh
3.12. Memahami tentang enzim
3.13. Memahami tentang hormon
K.4 4.1. Menggunakan instrumen laboratorium
dengan baik dan benar sesuai prosedur
standar yang berlaku
4.2. Melakukan penimbangan dengan neraca
manual dan elektrik
4.3. Melaksanakan pembuatan larutan
pereaksi, larutan baku, dan
membakukannya
4.4. Melakukan analisa kualitatif anion dan
kation serta senyawa organik sederhana
4.5. Melakukan perhitungan stoikiometri, dan
melakukan penetapan kadar zat secara
gravimetri dan titrimetri
4.6. Melakukan pemeriksaan fisik terhadap air
4.7. Menjelaskan tentang bahan terendap dan
terapung dalam air
4.8. Melakukan pemeriksaankualitatif dan
kuantitatif makanan dan minuman
Direktorat Pembinaan SMK 2013
10
Direktorat Pembinaan SMK 3
terhadap karbohidrat, lemak, protein, air,
abu,alkohol, logam berat, pengawet, dan
pemanis buatan
4.9. Menjelaskan tentang proses pembentukan
urin
4.10. Melakukan pemeriksaan kualitatif dan
semikuantitatif urin terhadap glukosa,
protein, aseton, bilirubin, urobilin,
urobilinogen, hemoglobin, dan nitrit
4.11. Menjelaskan tentang metabolisme zat gizi
dalam tubuh
4.12. Menjelaskan tentang enzim

4.13. Menjelaskan tentang hormon


Kimia Analisa 2

2
Kimia

PEMBELAJA RAN

KB 3
KB 1 KB 2
Pembuatan Larutan
Proses Metabolisme
Pereaksi, Larutan Baku,
Pembentukan Urin Zat Gizi dalam
Prosedur Pembakuan,
dan Urinalisa Tubuh, Enzim dan
Nitrimetri dan
Sederhana Hormon
Kompleksometri

KB 4 KB 5 KB 6 KB 7
Analisa Kualitatif
Stoikiometri, Pemeriksaan Fisik Air, Pemeriksaan Kualitatif
Anion dan Kation
Gravimetri, Penetapan Bahan dan Kuantitatif
serta Golongan
Titrasi, Terendap dan Terapung Makanan dan Minuman
Senyawa Organik
Spektrofotometri dalam Air
12
Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Pembinaan SMK
2013
1
Kimia

BAB II PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR 1 :
Proses Pembentukan Urin dan Urinalisasi Sederhana

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, para siswa diharapkan mampu:


a) Memahami tentang proses pembentukan urin
b) Menjelaskan tentang proses pembentukan urin
c) Memahami prosedur urinalisa lengkap
d) Melakukan pemeriksaan urin lengkap

Uraian Materi

B
ab ini membahas tentang proses pembentukan urin, serta prosedur
analisa urin yang rutin dilakukan di laboratorium klinik. Meskipun
telah banyak dikembangkan metode-metode baru, penguasaan
terhadap metode konvensional tetap dibutuhkan, karena masih berguna
sebagai uji konfirmasi.

Proses Pembentukan Urin

A. Sistem Urinaria

Sistem urinaria merupakan gabungan dari berbagai komponen dalam


tubuh yang membentuk suatu “unit khusus” yang menangani
pembuangan zat-zat sisa melalui urine.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Komponen-komponen yang termasuk dalam sistem ini adalah:


1) Ginjal (dua buah), merupakan pelaku utama dalam sistem
pembuangan metabolit.
2) Ureter (dua buah), yaitu saluran yang menghubungkan ginjal
dengan kandung kemih.
3) Kandung kemih (vesica urinaria/buli-buli), adalah sebuah wadah
penampung sementara urin sebelum dikeluarkan.
4) Uretra (satu buah), yaitu saluran yang menghubungkan kandung
kemih dengan “dunia luar”, mengalirkan urin keluar dari tubuh.

Gambar 1: Sistem Urinaria Pria

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Gambar 2: Penampang ginjal (dibelah memanjang)

B. Bagian-Bagian Ginjal

Ginjal terdiri dari unit-unit fungsional dasar yang disebut nefron.


Terdapat sekitar satu juta nefron dalam tiap ginjal orang dewasa.

Satu unit nefron terdiri dari :


1) Glomerulus, merupakan kumpulan kapiler (pembuluh darah
kecil) berbentuk bola anyaman. Berfungsi menyaring darah yang
masuk ke dalam ginjal.
2) Kapsul/simpai Bowman, berbentuk seperti mangkuk. Merupakan
wadah dari glomerulus, berfungsi sebagai penampung filtrat
glomerulus.
3) Tubulus, adalah saluran yang membawa filtrat dari kapsul
bowman menuju pelvis (rongga ginjal).

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Gambar 3: Penampang sederhana nefron

Proses Pembentukan Urin

Proses ini terdiri dari tiga tahap utama, yaitu :

1) Filtrasi (penyaringan), terjadi dalam glomerulus ginjal. Darah yang


memasuki ginjal akan memasuki glomerulus untuk disaring. Hasil
saringan (filtrat glomerulus/urin primer) akan ditampung oleh
kapsul bowman.
2) Reabsorbsi (penyerapan kembali). Dari kapsul bowman, urin
primer akan mengalir melalui tubulus, dimana akan dilakukan
seleksi. Substansi-substansi yang masih dibutuhkan akan diserap
kembali oleh tubulus ginjal (proksimal maupun distal).

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

3) Augmentasi/ekskresi (penambahan/pengeluaran metabolit), terjadi


di bagian distal tubulus. Zat-zat sisa yang masih ada dalam darah
akan dimasukkan kedalam tubulus bagian distal, bergabung
dengan filtrat membentuk urin sekunder, kemudian menuju
tubulus pengumpul, kalises, pelvis ginjal, ureter, kandung kemih
dan akhirnya uretra.

Urinalisa Dasar

Urinalisa merupakan serangkaian uji yang dilakukan pada sampel urin


seseorang untuk tujuan :

a) Diagnosa infeksi saluran kemih atau batu ginjal,


b) Evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,
c) Memantau perkembangan beberapa penyakit, misalnya diabetes
melitus atau tekanan darah tinggi (hipertensi),
d) Uji penyaring (screening test) terhadap status kesehatan umum
seseorang (medical check up).

Hasil pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan informasi


tentang ginjal dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal/fungsi
berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, sistem
sirkulasi, dan sebagainya.

Terdapat bermacam-macam jenis pemeriksaan untuk urin, dimana tiap


jenis pemeriksaan dapat dilakukan menggunakan beberapa metode.
Untuk itu ketrampilan untuk mengerjakan dan melakukan interpretasi
terhadap pemeriksaan ini merupakan salah satu aspek kompetensi
yang harus dikuasai oleh seorang teknisi laboratorium kesehatan.

Urinalisa rutin terbagi menjadi tiga kelompok dasar. Pemeriksaan


utama yang termasuk kedalam kelompok tersebut yaitu:

1) Pemeriksaan makroskopis
a) Tampilan urin (warna, kejernihan, dan busa)
b) Konsentrasi atau kepekatan urin (berat jenis dan osmolalitas)
c) Reaksi (pH)
d) Bau
e) Volume
2) Pemeriksaan kimiawi
a) Glukosa
b) Protein
c) Benda-benda keton
d) Bilirubin

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

e) Urobilin
f) Urobilinogen
g) Hemoglobin
h) Nitrit
i) Lekosit esterase
j) Pemeriksaan lain (porfirin, porfobilinogen)
3) Pemeriksaan mikroskopis terhadap sedimen urin
a) Silinder
b) Sel epitel
c) Lekosit
d) Bakteri
e) Jamur dan parasit (Trichomonas, candida, dan lain-lain)
f) Spermatozoa
g) Kristal-kristal (kalsium oksalat, tripel fosfat, kalsium karbonat,
dan lain-lain)

Selain tiga kelompok pemeriksaan diatas, terdapat pemeriksaan lain


yang tidak kalah penting tetapi tidak termasuk pemeriksaan rutin yaitu
pemeriksaan bakteriologi (hitung koloni, pembiakan, dan uji resistensi).
Dalam buku ini hanya dibahas tentang pemeriksaan makroskopik dan
kimiawi urin, sedangkan materi lain akan dibahas terpisah dalam
pelajaran kimia klinik.

C. Jenis-Jenis Sampel Urin

Jenis sampel untuk urinalisa sangat beragam, dapat diklasifikasikan


berdasarkan waktu dan cara pengambilannya.

1) Jenis-jenis sampel urin berdasarkan waktu pengumpulan


a) Urin sewaktu (random). Dikumpulkan kapan saja, tidak
ditentukan waktunya. Dapat digunakan untuk pemeriksaan
rutin.
b) Urin pagi. Urin yang keluar pertama kali di pagi hari, paling
baik digunakan untuk urinalisa, terutama pemeriksaan
sedimen. Selain itu baik juga digunakan untuk pemeriksaan
kehamilan (HCG).
c) Urin puasa (nuchter). Urin ini dikumpulkan setelah berpuasa
selama 8-10 jam. Dipakai untuk pemeriksaan glukosa urin,
mendampingi pemeriksaan glukosa darah puasa.
d) Urin dua jam pp (post prandial). Merupakan jenis urin yang
dikumpulkan 2 jam setelah makan. Sama seperti urin nuchter,
digunakan sebagai pendamping pemeriksaan glukosa darah
pp.
e) Urin 12 jam/24 jam. Adalah sampel urin yang dikumpulkan
selama 12 atau 24 jam. Digunakan untuk pengukuran volume

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

urin dalam rangka mengukur jumlah pengeluaran urin atau


untuk menghitung daya bersihan ginjal (klirens).
f) Urin sore. Dikumpulkan pada sore hari, antara pukul 15.00 s.d.
pukul 17.00. Urin ini digunakan untuk pemeriksaan
urobilinogen, karena ekskresi terbanyak zat ini adalah pada
sore hari.

2) Jenis-jenis sampel urin berdasarkan cara pengumpulan


a) Urin aliran tengah (clean voided midstream). Dikumpulkan
dengan cara sebagai berikut:
 Urin yang pertama keluar dibiarkan keluar (sekitar 2 detik)
 Urin yang selanjutnya ditampung sampai dirasa hampir
habis (urin harus mengalir terus, tidak boleh ditahan
meskipun sebentar)
 Sisa urin terakhir dibiarkan terbuang
Urin ini digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis,
karena resiko pencemaran sangat kecil.
b) Urin dua gelas/tiga gelas.
c) Urin supra pubic puncture (spp)
d) Urin kateterisasi

D. Pengawet Urin

Hampir semua pemeriksaan urin harus menggunakan sampel urin


yang masih segar (fresh voided sample), hal ini dilakukan untuk
menjaga ketepatan hasil pemeriksaan. Jika urin dibiarkan/tidak
langsung diperiksa, apalagi hingga lebih dari satu jam, akan terjadi
perubahan pada urin antara lain:

1) Urin menjadi keruh (terbentuk nubekula). Hal ini menyebabkan


pemeriksaan kejernihan menjadi tidak bermakna.
2) Bakteri akan tumbuh dan berkembang biak.
3) Terjadi perubahan komposisi kimia dalam urin, sebagian besar
disebabkan oleh bakteri.

Jika pemeriksaan tidak dapat segera dilakukan, dan urin terpaksa


harus disimpan, dapat dilakukan tindakan pencegahan agar urin tidak
rusak atau berubah komposisinya dengan cara menaruh urin dalam
lemari pendingin dan atau diberi pengawet. Pengawet yang
digunakan harus dipilih sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan. Beberapa jenis pengawet yang biasa digunakan antara
lain:

1) Toluena. Dapat digunakan untuk berbagai pemeriksaan, sehingga


disebut juga “all round preservative” (pengawet umum). Untuk urin
24 jam digunakan 2-5 ml toluena.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

2) Thymol. Berbentuk tablet, memiliki kemampuan sebanding


dengan toluena.
3) Formalin/formaldehida 40%. Zat ini digunakan untuk pengawet
sedimen urin. Digunakan sebanyak 1-2 ml untuk urin 24 jam.
4) H2SO4 (asam sulfat) pekat. Pengawet ini digunakan untuk
penetapan kadar kalsium, nitrogen, dan beberapa zat anorganik.
Digunakan secukupnya, hanya untuk menjaga pH urin tetap asam
(< 4,5)
5) Natrium karbonat. Digunakan untuk pemeriksaan urobilinogen.

E. Wadah Urin

Wadah (container) yang digunakan untuk menampung urin tersedia


dalam berbagai model. Ada beberapa persyaratan dasar yang harus
terpenuhi oleh wadah tersebut, yaitu:
1) Bersih (tidak perlu steril, kecuali untuk pemeriksaan mikrobiologi).
2) Kering.
3) Bermulut lebar, sehingga memudahkan pasien untuk menampung
urin.
4) Bertutup ulir, dapat ditutup rapat.
5) Berlabel.
6) Kapasitas memadai, dapat menampung sekitar 20 ml urin.

Untuk menampung urin kumpulan (12 atau 24 jam) dapat digunakan


jeriken dengan kapasitas 3 liter. Untuk mengatasi kesulitan dalam
penampungan, pasien bisa menampung terlebih dahulu urinnya
dalam wadah kecil biasa, kemudian langsung dipindahkan ke dalam
jeriken.

Pemeriksaan Makroskopik Urin

A. Tampilan Urin

1) Warna (Color)

Warna urin dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:


a) Kepekatan urin
b) Pewarna makanan
c) Pigmen tubuh
d) Darah, pus, dan lain-lain

Warna normal urin adalah kuning muda sampai dengan kuning


tua. Warna kuning ini disebabkan oleh pigmen berwarna kuning,
yaitu urokrom.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Warna urin dapat berubah pada beberapa kondisi patologis


karena munculnya beberapa pigmen yang dalam keadaan normal
tidak ditemukan. Berikut tabel beberapa warna pada urin:

Warna Penyebab

1. Kuning hingga kuning  Normal: Urokrom, Urobilin


 Obat-obatan: laksatif, fenasetin, obat
kecoklatan
anti malaria

2. Kuning pucat hingga  Patologis: defisiensi Fe, gagal ginjal


kronis, diabetes melitus, diabetes
Tidak berwarna insipidus

3. Kuning kehijauan  Patologis: infeksi Pseudomonas,


infeksi usus halus, pigmen empedu,
hingga kebiruan malabsorbsi triptofan, peningkatan
kadar tembaga
 Makanan: konsumsi asparagus
 Obat-obatan: kontrasepsi oral, vitamin
B kompleks, biru metilen

4. Coklat seperti teh  Patologis: bilirubin (ikterus, hepatitis),


pankreatitis, kanker pankreas
 Obat-obatan: furazolidon (antibiotik)
 Keracunan fenol

5. Jingga  Patologis: kekurangan asupan cairan


 Makanan: karoten
 Obat-obatan: riboflavin, rifampisin,
sulfasalazin, ethoxazene (analgesik
saluran kemih)

6. Hitam  Patologis: Malaria tertiana, infeksi


ginjal, alkaptonuria, acute Intermittent
Porphyria, hipertensi vaskuler

7. Merah muda (pink)  Patologis: infeksi saluran kemih


 Makanan: Beri hitam, rootbeer
 Obat-obatan: fenolftalein, alophen
(laksatif)

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

8. Ungu  Patologis: infeksi Klebsiella


Pneumoniae, Ps. Aeruginosa, E. coli
dan Enterococcus
 Obat-obatan: preparat barium,
koumadin

9. Putih serupa susu  Patologis: Pyuria (terdapat pus dalam


urin), infeksi saluran kemih, kanker
ginjal, tuberkulosis

10. Merah  Patologis: Hematuria (pendarahan


saluran kemih akibat berbagai sebab)
 Obat-obatan: chlorzoxazone (relaksan
otot), deferoksamin mesilat (zat besi),
levodopa

Diadaptasi dari: Brunzel, AN. Fundamentals of Urine & Blood Analysis.


2nd edition. Saunders. USA: 2004

2) Kejernihan (Clarity) atau Kekeruhan (Turbidity)


Pada kondisi normal, urin yang baru dikeluarkan biasanya jernih,
tembus pandang, namun kadangkala nampak sedikit keruh akibat
adanya ion fosfat atau karbonat (dijumpai pada urin yang bersifat
basa). Kekeruhan ini akan hilang saat urin dibubuhi asam.
Kekeruhan berwarna merah muda dapat timbul pada urin yang
mengandung senyawa urat. Penilaian kekeruhan dilakukan
dengan cara mengamati urin dalam tabung reaksi yang bersih,
berlatar belakang kertas putih.

Kejernihan Definisi Etiologi (penyebab)

Jernih Tidak ada partikel, baik Normal


kasar maupun halus

Agak Keruh Terdapat sedikit partikel, Berbagai kandungan zat


kertas putih dibelakang dalam urin (kualitatif dan
wadah urin masih terlihat kuantitatif):
jelas
 Urat, fosfat

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Keruh Banyak partikel terlihat,  Lekosit


kertas putih nampak  Eritrosit
 Bakteri, jamur
kabur
 Sel epitel
Sangat Keruh Partikel sangat banyak,  Lemak
 Sperma
kertas putih dibelakang
 Cairan prostat
wadah tidak nampak  Kontaminasi (feses)
 Pus, mukus
 Pewarna radiografi
 Bedak
 Krim, lotion
Diadaptasi dari: Brunzel, AN. Fundamentals of Urine & Blood Analysis.
2nd edition. Saunders. USA: 2004

3) Bau (Odor)

Urin normal memiliki bau khas yang berasal dari asam-asam


volatil. Urin yang dibiarkan dalam waktu lama akan mengeluarkan
aroma amoniak yang disebabkan oleh penguraian urea dalam
urin. Berikut tabel beberapa variasi bau urin beserta kemungkinan
penyebabnya:

Bau Etiologi

Aromatik (khas) Asam volatil (normal)

Amoniak Urin terlalu lama disimpan

Bau busuk (Fetid) Infeksi saluran kemih

Aroma buah-buahan (fruity) Ketonuria

Bau kencing tikus (mousy) Fenilketonuria

Bau busuk (Rancid) Tyrosinemia, kanker saluran


kemih

Bau amis (fishy) Trimetilaminuria

Bau cairan pemutih Kontaminasi wadah urin

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

B. Pemeriksaan pH

Ginjal dan paru-paru merupakan dua organ utama yang melakukan


pengaturan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Paru-paru
mengeluarkan karbondioksida sedangkan ginjal mengatur ekskresi
asam nonvolatil yang dihasilkan dari proses metabolisme normal
dalam jaringan tubuh. Urin yang asam disebabkan oleh asam fosfat,
disertai dengan sejumlah kecil asam organik seperti asam piruvat,
asam laktat, dan asam sitrat.

Asam-asam ini dikeluarkan melalui urin dalam bentuk garam,


terutama garam natrium, kalium dan amonium. Ginjal mengatur
ekskresi dari berbagai kation secara selektif, dalam rangka
mempertahankan keseimbangan asam basa. Proses ini dapat
berjalan karena adanya reabsorbsi sejumlah ion natrium oleh tubulus,
yang secara bersamaan mengekskresikan ion hidrogen dan amonium
sebagai pengganti ion natrium tadi. Semakin banyak natrium
dipertahankan, semakin asam sifat urin.

Nilai Rujukan

pH urin normal berkisar antara 4,5 sampai dengan 8,0. pH dibawah


7,0 menunjukkan bahwa urin bersifat asam, sedangkan pH diatas 7,0
mengindikasikan bahwa urin bersifat basa. Pada umumnya pH urin
pasien dengan diet normal bersifat asam dengan nilai sekitar 6,0.

Urin bersifat Asam

Urin yang bersifat asam, dengan pH kurang dari 6,0, dapat disebabkan
oleh:
1) Diet tinggi protein
2) Obat-obatan: amonium klorida, asam mandelik
3) Asidosis
4) Diabetes melitus, terutama yang tidak terkontrol

Urin bersifat Basa (alkali)

Urin bersifat basa, dapat disebabkan oleh:


1) Respon alamiah tubuh setelah makan (untuk menetralisir HCl
yang dikeluarkan lambung)
2) Diet sayur-sayuran, asam sitrat, dan produk-produk susu
3) Obat-obatan: natrium bikarbonat, kalium sitrat, asetazolamid
4) Asidosis tubuler ginjal, dimana tubulus tidak dapat
mempertahankan ion hidrogen
5) Sindrom Fanconi
6) Infeksi saluran kemih

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Metode Pemeriksaan

Pengukuran pH urin hanya dapat dilakukan menggunakan sampel urin


segar yang baru dikeluarkan. Urin akan menjadi basa jika didiamkan
karena lepasnya molekul karbondioksida dan perombakan amoniak
oleh bakteri.

Untuk analisa rutin, pH urin dapat diukur menggunakan kertas pH dan


standar warna. Jika diperlukan pengukuran yang lebih akurat,
digunakan pH meter.

C. Berat Jenis (Specific Gravity)


Berat jenis urin menunjukkan perbandingan relatif antara jumlah
komponen terlarut dalam urin dengan volume total urin tersebut.
Dengan kata lain, berat jenis mencerminkan tingkat kepekatan atau
keenceran urin. Berat jenis urin juga berhubungan erat dengan
diuresis, makin besar diuresis, makin rendah berat jenisnya, demikian
sebaliknya.

Nilai normal berat jenis urin berkisar antara 1,003 sampai 1,030.
Namun biasanya menetap pada angka 1,010 sampai 1,025. Sampel
urin yang memiliki berat jenis tertinggi adalah sampel urin pagi,
seringkali melebihi 1,020.

Metode pengukuran berat jenis dapat dilakukan menggunakan:

 Urinometer
 Refraktometri (memakai refraktometer)
 Reagen strip (dip and strip reagent)

Yang paling banyak digunakan di laboratorium klinik adalah metode


reagen strip, karena paling mudah, dan relatif murah. Pengukuran
juga dapat dilakukan dengan menghitung perbandingan bobot urin
dan bobot air dalam volume yang sama.

Bobot urin
BJ urin =

Bobot air

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Contoh:

Setelah ditimbang 100 ml urin dan air, didapat data sebagai berikut:

 Bobot air : 100 gram


 Bobot urin : 101 gram

105
Berarti Berat jenis urin ----------------
101
=

= 1,010

Hasil dilaporkan dengan mencantumkan tiga angka dibelakang


koma.

Urinometer

Alat ini berbentuk silinder, bagian atas berdiameter kecil, bagian


bawahnya membulat besar dan berisi pemberat.

Pada bagian atas tertera skala untuk melakukan pembacaan hasil


pengukuran. Penggunaannya cukup mudah, urinometer dicelupkan
dan dibiarkan terapung dalam sampel urin, kemudian setelah stabil,
dibaca hasil dengan memperhatikan skala pada permukaan urin.
Semakin dalam urinometer tenggelam, semakin rendah berat jenis
urin. Untuk melakukan kalibrasi, apungkan urinometer dalam
aquadest pada suhu tertentu (tertera pada alat, ditulis dengan
istilah “suhu tera” atau “cal. Temperature”), skala harus menunjuk
angka 1.000.

Setiap ada perbedaan sebesar 30 C antara suhu tera alat dengan


suhu urin, harus dilakukan koreksi dengan cara berikut:

BJ Urin sebenarnya = BJ urin didapat - ( suhu urin – suhu tera urinometer) x 0,001
3

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

D. Volume Urin

Pengukuran volume urin dilakukan dengan menggunakan urin


kumpulan 24 jam tidak dianjurkan untuk melakukan pengukuran
memakai urin sewaktu, atau urin lain yang ditampung kurang dari 24
jam, karena tidak menggambarkan produksi atau pengeluaran urin
seutuhnya. Volume normal urin pada orang dewasa berkisar antara
800 – 2000 ml per 24 jam, rata-rata sekitar 1500 ml. Pada kondisi
normal, jumlah urin yang dikeluarkan dipengaruhi oleh:

 Asupan cairan
 Suhu dan kelembaban
 Jumlah keringat
 Usia
Pada anak-anak, diuresis terjadi lebih sering dibanding dengan orang
dewasa (3 – 4x), tetapi jumlah yang dikeluarkan lebih sedikit, rata-rata
hanya separuh dari volume urin orang dewasa.

Volume urin siang 12 jam adalah 2 sampai 4 kali lebih besar dari urin
malam 12 jam. Perbandingannya tidak akan berubah, meskipun
banyaknya minuman seseorang pada malam hari sama dengan siang
hari. Pada anak-anak, rasio ini tidak berlaku sepenuhnya.

Pemeriksaan terhadap volume urin 12 atau 24 jam ini dilakukan untuk


menyelidiki adanya kelainan produksi urin, seperti poliuria atau
oligouria, yang berhubungan dengan keadaan klinik tertentu.

Poliuria

Poliuria adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan ekskresi urin.


Hal ini dapat terjadi karena:

1) Meningkatnya asupan cairan ke dalam tubuh


2) Obat-obatan diuretik
3) Konsumsi minuman yang mengandung unsur diuretik, seperti
kopi, teh, alkohol
4) Udara dingin
5) Keadaan gugup atau cemas
6) Infus cairan intravena
7) Kondisi patologis:
a) Diabetes melitus dan diabetes insipidus
b) Penyakit ginjal kronis
c) Tumor otak
d) Gangguan syaraf tulang belakang
e) Akromegali
f) Miksedema

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Oligouria dan Anuria

Oligouria merupakan keadaan menurunnya pengeluaran urin (kurang


dari 200 ml/24 jam), kondisi ekstrimnya adalah anuria, dimana urin
yang terbentuk kurang dari 100 ml/24 jam, atau tidak terbentuk sama
sekali.

Oligouria ini dapat terjadi pada:

1) Hilangnya cairan tubuh dalam jumlah besar, misalnya muntah-


muntah dan diare.
2) Gangguan fungsi ginjal, misalnya pada nefritis, keracunan, atau
karena gagal jantung.
3) Obstruksi mekanik pada saluran kemih.

Pengukuran volume urin dapat dilakukan dengan mudah, cukup


dengan menuangkan urin secara hati-hati ke dalam gelas ukur,
kemudian dilihat, dan dilaporkan hasilnya dalam satuan mililiter per
unit waktu (umumnya 24 jam).

Pemeriksaan Kimiawi Urin

A. Protein dalam Urin

D
alam kondisi normal, tubuh manusia mengekskresikan sekitar 40
s.d. 80 mg protein melalui urin setiap harinya. Meskipun begitu,
jika jumlah protein mencapai 150 mg/24 jam masih dianggap normal.
Jika dibandingkan dengan volume rata-rata urin 24 jam yang
bervariasi antara 1000 sampai 1500 ml, maka nilai normal protein urin
rata-rata per 24 jam berkisar antara 2 – 8 mg/dl. Pada pemeriksaan
kualitatif atau semikuantitatif yang menggunakan sampel urin bukan
kumpulan (urin pagi, urin sewaktu, dan lain-lain), nilai rujukannya
adalah
negatif.

Dari seluruh fraksi protein yang terdapat dalam urin, sepertiganya


adalah albumin yang berasal dari darah, sedangkan kelompok lainnya
adalah fraksi globulin. Jenis globulin utama dalam urin yaitu alfa-1 dan
alfa-2 globulin, dan sebagian kecil lainnya adalah dari kelompok beta
dan gamma globulin.

Proteinuria

Proteinuria merupakan istilah yang digunakan jika terjadi peningkatan


abnormal kadar protein dalam urin. Proteinuria ini merupakan indikator
utama adanya penyakit ginjal, meskipun dapat juga digunakan untuk
mendeteksi adanya penyakit diluar ginjal (extrarenal disease).
Direktorat Pembinaan SMK 1
Kimia

Berdasarkan berat ringannya kasus, proteinuria terbagi menjadi tiga,


yaitu:

a) Proteinuria berat (marked proteinuria), jika ekskresi protein melalui


urin lebih dari 4 gram/24 jam.
b) Proteinuria sedang (moderate proteinuria), jika ekskresi protein
berkisar antara 0,5 – 4,0 gram/24 jam.
c) Proteinuria ringan (minimal proteinuria), jika ekskresi protein kurang
dari 0,5 gram/24 jam.

Berdasarkan lokasinya, proteinuria dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

a) Pre-renal proteinuria. Proteinuria yang disebabkan karena


meningkatnya kadar protein dalam darah, sehingga jumlah protein
yang masuk ke dalam ginjal meningkat.
b) Renal proteinuria. Kondisi ini terjadi jika terdapat
penyakit/kerusakan pada ginjal.
c) Post-renal proteinuria. Diakibatkan oleh kelainan yang terjadi di
daerah setelah ginjal (ureter, kandung kemih, atau uretra).

Selain itu, ada juga proteinuria jenis lain, yaitu:

 Proteinuria postural. Proteinuria jenis ini diakibatkan karena posisi


tubuh yang terlalu banyak berdiri atau membungkuk. Biasanya
protein dalam urin akan berkurang atau hilang jika pasien
berbaring.

 Proteinuria fungsional. Berhubungan dengan fungsi tubuh yang


terganggu, misalnya demam, terkena udara panas atau dingin,
aktifitas berat, dan stres akibat gangguan emosi.

Metode Pemeriksaan

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan


protein dalam urin. Berikut beberapa metode yang sering digunakan di
laboratorium klinik:

a) Metode kolorimetrik visual


b) Metode presipitasi (semikuantitatif)
c) Metode kolorimetrik fotometrik

Metode kolorimetrik visual

Metode ini paling banyak digunakan, karena mudah, murah, dan cepat
dalam pengerjaannya. Reagennya menggunakan reagen kering yang
dilekatkan di secarik kertas (strip reagent).

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Prinsip pemeriksaan

Pada pH tertentu, protein akan merubah warna reagen dari kuning


menjadi hijau sampai biru, tergantung jumlah protein yang ada dalam
sampel. Reagen yang biasa digunakan adalah tetrabromfenol biru
dengan pH 3,0.

Cara kerja:

1) Dimasukkan sejumlah urin ke dalam tabung reaksi (sekitar ¾


tabung).
2) Dicelupkan kertas reagen ke dalam urin tersebut.
3) Diangkat, dikeringkan bagian belakang kertas dengan tisu.
4) Dibaca hasil secepatnya dengan cara membandingkan warna
kertas reagen dengan warna standar yang tersedia.
5) Hasil dilaporkan dari “negatif” (warna reagen tetap kuning), sampai
dengan “positif empat”.

Metode Presipitasi (semikuantitatif)

Metode ini dilakukan pembacaan hasilnya berdasarkan terbentuknya


presipitasi atau kekeruhan (turbidity) setelah dilakukan pemanasan
atau pengasaman. Penilaian hasil (interpretasi) dilakukan berdasarkan
derajat kekeruhan yang terjadi.

-/negatif : Tidak terbentuk kekeruhan/urin tetap jernih

+1/positif satu : Terbentuk kekeruhan ringan, kadang disertai butiran

halus. Kadar protein sekitar 10 – 30 mg/dl.

+2/positif dua : Kekeruhan sedang, disertai butiran kasar. Kadar protein

sekitar 40 – 100 mg/dl.

+3/positif tiga : Kekeruhan berat, disertai adanya kepingan. Kadar protein

sekitar 200 – 500 mg/dl.

+4/positif empat : Kekeruhan berat dan terbentuk gumpalan. Kadar protein

lebih dari 500 mg/dl.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Tiga cara yang sering digunakan untuk melakukan pemeriksaan


metode ini yaitu:
1) Teknik pemanasan dan asam asetat
2) Metode asam sulfosalisilat
3) Pengujian dengan asam nitrat

Teknik pemanasan dengan asam asetat

Prinsip pemeriksaan
Protein dalam urin akan membentuk presipitasi atau kekeruhan jika
dipanaskan dan diasamkan.

Cara kerja

1) Dimasukkan 5 – 10 ml urin ke dalam tabung reaksi. Jika urin


keruh, lakukan pemutaran atau penyaringan terlebih dulu.
2) Dijepit bagian atas tabung dengan penjepit kayu, kemudian
didihkan bagian atas urin dengan lampu spiritus. Jika urin tetap
jernih, hasil dilaporkan negatif.
3) Jika terbentuk kekeruhan, ditambahkan 1 sampai 3 tetes asam
asetat 3% - 6% ke dalam urin tersebut. Jika kekeruhan menetap,
penyebabnya adalah protein (dilanjutkan ke langkah 4). Kekeruhan
yang disebabkan oleh fosfat atau karbonat akan hilang dalam
suasana asam.
4) Didihkan kembali urin, kemudian dibaca dan dilaporkan hasil.

Metode ini merupakan yang paling sensitif untuk pemeriksaan protein


dalam urin, dapat mendeteksi protein dengan kadar 2 – 3 mg/dl.

Metode asam sulfosalisilat

Prinsip pemeriksaan
Protein akan membentuk kekeruhan dalam suasana asam.
Cara kerja:
1) Dimasukkan 4 – 5 ml urin ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 2 – 3 tetes asam sulfosalisilat 20%.
3) Dicampur baik-baik, kemudian dinilai dan dilaporkan hasil.

Uji asam nitrat


1) Dimasukkan 2 – 3 ml asam nitrat pekat ke dalam tabung reaksi.
2) Dengan hati-hati, dimasukkan 5 ml urin jernih (bila perlu, dilakukan
penyaringan terlebih dulu) melalui dinding tabung bagian dalam,
urin akan berada di bagian atas (terbentuk dua lapis cairan).
3) Jika terbentuk presipitasi di bagian tengah lapisan cairan (serupa
cincin), hasil dilaporkan positif. Penilaian hasil dilakukan secara
semi kuantitatif seperti yang telah dijelaskan di atas.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Protein Bence Jones

Protein Bence Jones merupakan jenis protein dari fraksi globulin yang
memiliki berat molekul rendah, dan bersifat patologis. Dapat ditemukan
pada penderita mieloma multipel, makroglobinemia, dan amiloidosis
sistemik primer.

Protein Bence Jones memiliki sifat yang unik, yaitu membentuk


kekeruhan pada suhu hangat (antara 45 – 60 0 C) kemudian larut jika
dididihkan. Jika terdapat protein jenis ini dalam urin, akan muncul
kekeruhan saat urin dipanaskan, kemudian saat suhu urin semakin
meningkat, kekeruhan berangsur-angsur hilang.

Uji Osgood

Prinsip:
Protein Bence Jones akan membentuk kekeruhan pada suhu 45 – 600
C. Kekeruhan hilang jika urin dididihkan, dan muncul kembali saat urin
mendingin.

Cara kerja:

1) Dimasukkan 5 ml urin beserta termometer ke dalam tabung reaksi.


2) Dimasukkan tabung ke dalam gelas kimia berisi air.
3) Dipanaskan air dalam gelas kimia, sambil memperhatikan suhu
pada termometer.
4) Dicatat pada suhu berapa kekeruhan mulai timbul dan pada suhu
berapa kekeruhan mencapai batas maksimal.
5) Diangkat tabung, kemudian dididihkan urin dengan nyala api
langsung selama satu menit. Diamati sampel urin tersebut.

a) Jika presipitat hilang saat urin mendidih, biarkan urin


mendingin sambil dicatat suhu saat presipitat terbentuk
kembali.
b) Jika presipitat menetap saat dididihkan, ditambahkan asam
asetat 50% tetes demi tetes sampai urin mendidih. Bila
kekeruhan menetap, disaring urin (dalam keadaan mendidih),
kemudian diamati filtratnya. Jika timbul kekeruhan saat filtrat
mendingin, dan hilang lagi saat dipanaskan, protein Bence
Jones dinyatakan positif.

Hasil juga bisa dilaporkan positif jika pada langkah 4 dan 5 terbentuk
kekeruhan pada suhu antara 50 – 650 C, dan menghilang pada suhu
1000 C.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

B. Bahan-Bahan Non Protein Nitrogen

Bahan-bahan nonprotein nitrogen (NPN) dalam urin antara lain urea,


amoniak, asam urat, kreatinin, kreatin, dan asam amino. Zat-zat ini
merupakan hasil akhir metabolisme protein dan purin, dan jumlah yang
dikeluarkannya bervariasi tergantung pada jumlah protein yang
dicerna, serta kelancaran metabolisme seseorang. Jumlah yang
abnormal dari bahan-bahan ini dapat terjadi pada penyakit ginjal atau
metabolik.

Hubungan antara jumlah NPN dalam urin dengan NPN dalam darah,
khususnya ureum dan kreatinin sering digunakan untuk memantau
fungsi ginjal. Kombinasi antara pemeriksaan NPN urin dengan NPN
darah dikenal dengan nama uji klirens/bersihan (clearance test), dan
pemeriksaan ini lebih bermakna ketimbang melakukan pemeriksaan
secara tunggal.

Metode pemeriksaan NPN dilakukan menggunakan prosedur analisa


yang rumit di laboratorium klinik, dan tidak dibahas dalam buku ini.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut akan dipelajari secara khusus
dalam pelajaran kimia klinik di kelas selanjutnya.

Urea

Urea merupakan produk akhir terbanyak pada metabolisme protein. Zat


ini dibentuk di hati dari hasil hidrolisa enzimatik terhadap asam amino
dan arginin menjadi ornitin dan urea. Urea diekskresikan melalui ginjal,
dan ornitin akan bergabung dengan amoniak di dalam hati, kembali
membentuk arginin dan melanjutkan siklus pembentukan urea.

Nilai normal rata-rata

Urea dalam tubuh dapat diperiksa dalam bentuk aslinya, atau hanya
diukur jumlah nitrogennya (BUN/blood urea nitrogen). Pemeriksaan
BUN hanya mengukur jumlah unsur nitrogen yang terdapat dalam
senyawa urea, dimana jumlah nitrogen ini dianggap telah mewakili
konsentrasi urea total dalam darah. Ekskresi urea total dalam urin
berkisar antara 20 – 35 g/24 jam, sedangkan BUN sebanyak 12 – 16
gr/24 jam.

Makna Klinis

Ekskresi urea menurun pada:

1) Glomerulonefritis akut dan kronis


2) Penyakit ginjal yang disertai gagal ginjal
3) Penyakit-penyakit yang menyebabkan kerusakan hati (sirosis,
karsinoma hati)

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Sedangkan peningkatan ekskresi urea terjadi pada kondisi yang


mengakibatkan peningkatan katabolisme protein, seperti demam atau
radang yang disertai pemecahan protein.

Amoniak

Jumlah amoniak dalam urin bergantung pada keseimbangan asam


basa tubuh. Ekskresi amoniak meningkat pada asidosis sistemik
dimana ion natrium harus dipertahankan, dan kelebihan ion hidrogen
harus dibuang. Ekskresi amoniak menurun pada alkalosis dimana ion
hidrogen harus dipertahankan.

Nilai normal rata-rata

Jumlah nitrogen amoniak yang dikeluarkan lewat urin berkisar antara


0,5 – 1,0 gr/24 jam, setara dengan 2,5 – 4,5% total nitrogen dalam urin.

Gambaran klinis

Peningkatan ekskresi amoniak terjadi pada:

1) Asidosis metabolik dan respiratorik, khususnya yang menyertai


diabetes melitus
2) Menipisnya persediaan kalium dan natrium
3) Hiperaldosteronisme
4) Kelaparan dan diet tinggi protein

Penurunan ekskresi amoniak terjadi pada:

1) Alkalosis metabolik dan respiratorik


2) Gagal ginjal
3) Penyakit tubuler ginjal
4) Peningkatan asupan alkali

Asam Urat

Asam urat merupakan produk akhir metabolisme nukleoprotein.


Jumlah asam urat yang diekskresikan dalam urin bergantung pada
jumlah metabolisme purin eksogen dan endogen. Asam urat
dikeluarkan dalam bentuk garam

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

C. Glukosa dalam Urin

Glukosa merupakan jenis gula yang paling banyak dijumpai dalam urin;
walaupun ada juga gula jenis lain seperti laktosa, fruktosa, galaktosa
dan pentosa yang dapat ditemukan pada kondisi tertentu.

Hampir semua glukosa yang berhasil melewati saringan glomerulus


akan direabsorbsi oleh tubulus ginjal, sehingga kadar substansi ini
dalam urine sangatlah kecil dan jika dilakukan pengujian pada urine
sewaktu akan memberi hasil negatif. Jika hasil tes kualitatif pada urine
sewaktu hasilnya positif, seseorang dikatakan mengidap glukosuria.

Glukosuria terbagi ke dalam dua tipe :

1) Glukosuria yang disertai hiperglikemia. Terjadi saat kadar glukosa


dalam darah melebihi normal, sehingga filtrat glomerulus
mengandung glukosa yang jumlahnya melebihi kapasitas
reabsorbsi tubulus (ambang batas ginjal/renal threshold). Dijumpai
pada diabetes melitus.
2) Glukosuria tanpa hiperglikemia/Renal glukosuria. Pada kasus ini,
kadar glukosa darah normal, tetapi kemampuan reabsorbsi tubulus
rendah/terganggu, sehingga banyak glukosa yang terbuang
bersama urin. Biasanya berhubungan dengan kondisi stress, atau
sebagai akibat lanjutan dari hiperglikemia yang berkepanjangan.

Metode Pemeriksaan
Beberapa cara untuk mendeteksi adanya gula dalam urin, antara lain :

a) Tes reduksi (Benedict, Fehling, Nylander)


b) Tes peragian (Neuberg, Taylor)
c) Metoda fenil hidrazin
d) Tes Rubner
e) Tes Seliwanoff
f) Tes Bial
g) Metoda polarimeter
Selain cara-cara di atas, ada pula cara enzimatik yang lebih spesifik
untuk mendeteksi glukosa, yaitu dengan memakai enzim glukosa
oksidase.

Tes Reduksi
Semua gula memiliki sifat mereduksi (sebagai reduktor), sehingga
dasar dari tes ini adalah adanya reduksi oleh gula terhadap reduktan
(zat yang direduksi).

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Uji Benedict
Prosedur:
1) Masukkan 5 ml reagen benedict ke dalam tabung.
2) Tambahkan 8 tetes urine ke dalam tabung tersebut.
3) Rebus tabung dalam air mendidih selama 5 menit, atau didihkan
langsung dengan pemanas spiritus/Bunsen selama 2 menit.
4) Lihat perubahan warna yang terjadi, laporkan hasil secara semi
kuantitatif (lihat interpretasi hasil).

Komposisi reagen Benedict : CuSO4.5 aq (17,3 gr); Na sitrat (173 gr);


Na2CO3 (100 gr); Aquadest (ad 1000 ml).

Interpretasi Hasil

-/negatif: Tetap biru jernih atau sedikit kehijauan agak keruh.


+/positif 1 (+1): Hijau kekuningan dan keruh (0,5 – 1% glukosa).
++/positif 2 (+2): Kuning keruh (1 – 1,5% glukosa).
+++/positif 3 (+3) : Jingga atau warna lumpur keruh (2 – 3,5%).
++++/positif 4 (+4): Merah bata dan keruh (> 3,5%).

Untuk menghemat reagen, tes sering disederhanakan dengan 2,5 ml


reagen dan 3 atau 4 tetes urin, hasilnya sama saja. Air yang
digunakan harus sudah mendidih betul, jika hanya sekedar panas hasil
kurang dapat dipercaya.

Diantara semua reagensia yang mengandung garam kupri, Benedict


merupakan yang terbaik, walau begitu harus selalu diingat, bahwa sifat
mereduksi tidak hanya dimiliki oleh glukosa, bisa juga monosakarida
lain seperti galaktosa dan fruktosa. Golongan disakarida dan beberapa
zat bukan gula juga dapat memberi hasil positif pada tes ini, misalnya :
formalin, alkapton, asam askorbat, glukoronat, streptomisin atau
salisilat dalam kadar tinggi, chloroform, sel epitel dan lekosit dalam
jumlah besar, indikan, dll.

Selain positif palsu, harus diwaspadai juga kemungkinan adanya hasil


negatif palsu, hal ini dapat disebabkan oleh: ketonuria, Na-fluorida,
suhu
Direktorat Pembinaan SMK 1
Kimia

urin yang terlalu dingin, adanya bakteri dalam urin (infeksi tractus
urinarius), adanya sel-sel ragi (yeast infection).

D. Keton dalam Urin

Keton merupakan hasil metabolisme lemak (tepatnya : oksidasi asam


lemak), dengan kadar normal dalam urin 24 jam berkisar antara 20 –
50 mg. Di dalam urin segar asam beta hidroksi butirat dioksidasi
menjadi asam aseto asetat, lalu akan dioksidasi lagi menjadi aseton
yang mudah menguap, sehingga wadah urin harus selalu tertutup rapat

Yang termasuk benda-benda keton dalam tubuh adalah :

1) Aseton
2) Asam aseto asetat
3) Asam beta hidroksi butirat

Ketonuria

Pada keadaan luar biasa dimana tubuh kekurangan karbohidrat atau


tubuh tidak mampu memetabolisir karbohidrat dengan sempurna, maka
sebagai alternatif energi dipecahlah lemak dan protein, akibatnya
adalah ketogenesis yang lebih banyak daripada ketolisis, sehingga
kadar keton dalam darah meningkat dan akan dikeluarkan melalui
ginjal bersama urin. Ketonuria terjadi pada hiperketonemia (peninggian
kadar keton dalam darah). Keton ini dibentuk dalam hepar
(ketogenesis), dari hepar benda keton akan ikut aliran darah menuju
jaringan ekstravaskular, dimana benda keton akan mengalami
pemecahan (ketolisis) menjadi H2O + CO2 + energi.

Dalam keadaan normal, ketogenesis seimbang dengan ketolisis. Bila


ketogenesis lebih banyak daripada ketolisis akan terjadi ketosis
(keracunan keton akibat penumpukan benda keton dalam tubuh).

Keadaan ketosis ditemukan pada :

1) Defisiensi insulin
2) Metabolisme asam lemak dan asam amino yang berlebihan
3) Defisiensi karbohidrat
Benda keton sebenarnya tidak memiliki sifat toksik (beracun) bagi
tubuh, tetapi bila jumlahnya sangat banyak (melebihi normal),
homeostasis akan terganggu dan terjadilah asidosis.

Asidosis adalah suatu keadaan dimana di dalam tubuh terbentuk asam


yang berlebih, melebihi kemampuan tubuh untuk menetralisirnya.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Asam asetoasetat dan asam betahidroksi butirat merupakan golongan


asam kuat, sehingga saat dikeluarkan bersama urin memerlukan
penetralan dengan alkali yang diambil dari darah, hal ini akan
menyebabkan ketoasidosis.

Ketonuria dapat dijumpai pada :

1) Starvation (kelaparan)
2) Diare berat
3) Vomittus (muntah-muntah)
4) Penyakit yang disertai panas dan kehilangan cairan
5) Salah makan
6) Muntah-muntah hebat pada wanita hamil
Indikasi pemeriksaan ketonuria :
1) Bila ada glukosuria yang hebat
2) Bila ada dugaan asidosis
3) Bila keseimbangan cairan tubuh terganggu : diare, vomitus,
dehidrasi

Tes Terhadap Benda Keton


1) Aseton :
 Rothera Ross
 Lange test
 Rantzman test
 Prommer test
2) Asam aseto asetat :
 Gerhard test
 Lindeman test
3) Asam beta hidroksibutirat :
 Hart test
 Osterberger dan Helmholz test

Tes Rothera

Dasar/prinsip reaksi pada tes Rothera yaitu reaksi antara nitroprussida


dengan asam aseto asetat/aseton yang akan menghasilkan warna
ungu.

Cara kerja :

1) Masukkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi.


2) Tambahkan 1 gr serbuk rothera (sepucuk pisau), kocok sampai larut.
3) Pegang tabung dalam sikap miring, lalu ditambahkan 1-2 ml larutan
NH4OH/ammonium hidroksida pekat (25-28%) melalui dinding

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

tabung. Ammonia harus menyusun lapisan atas cairan di dalam


tabung.
4) Letakkan tabung dalam sikap tegak dan dibaca hasil setelah lewat
3 menit. Adanya warna ungu merah pada perbatasan kedua lapis
cairan menandakan adanya zat keton (serupa cincin). Warna coklat
atau tidak berwarna dinyatakan negatif.

Komposisi Reagen Rothera


 Natrium nitroprussida …… 5 g
 Ammonium sulfat.............200 g

Dicampur baik-baik, lalu digerus dalam lumpang, kemudian serbuk


disimpan dalam botol kedap udara.

Tes ini bersifat kualitatif, jadi hasil cukup dinyatakan dengan -/negatif
atau +/positif saja. Harus dipahami bahwa zat keton sangat mudah
menguap, oleh karena itu penggunaan urin segar sangat dianjurkan
pada tes ini untuk menghindari adanya hasil negatif palsu.

Tes Gerhardt

Tes ini berdasarkan reaksi antara asam aseto asetat dengan ferri
Chloride yang akan membentuk senyawa berwarna merah coklat
(anggur port). Asam aseto asetat sampai pengenceran 1 : 1000 dapat
dinyatakan dengan tes ini (jauh kurang peka dibanding cara Rothera),
sedangkan aseton dan asam beta hidroksi butirat tidak bereaksi.

Cara Kerja :
1)
Masukkan 5 ml urin ke dalam tabung, diteteskan FeCl3 10% sambil
dikocok.
2)
Jika terbentuk presipitat putih ferri fosfat, hentikan penetesan, lalu
saring endapan tersebut.
3)
Kepada filtrat diberikan lagi beberapa tetes larutan FeCl3.
4)
Jika terbentuk warna merah coklat, tes dinyatakan positif.

Pada tes ini, warna merah yang dicari mungkin tersamarkan oleh
presipitat ferri fosfat yang selalu terbentuk, maka dari itu dianjurkan
agar menyaring cairan dan mencari warna itu dalam filtrat.

Warna merah coklat tidak hanya disebabkan oleh asam aseto asetat,
fenol, salisilat, antipirin dan natrium karbonat juga memberi warna
serupa. Kadang dapat juga terbentuk warna hijau, disebabkan oleh
fenilalanin.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Metode Lange
Cara Kerja :
1) Masukkan 10 ml urine ke dalam tabung reaksi.
2) Tambahkan 0,5 ml asam asetat glacial.
3) Tambahkan 5 tetes natrium nitroprussida 5%.
4) Alirkan ammonia 10% melalui dinding tabung secukupnya hingga
terbentuk dua lapis cairan.
5) Biarkan selama 3 menit, baca hasil.
6) Tes dilaporkan positif bila terbentuk cincin ungu pada batas kedua
cairan tersebut.

Terhadap asam beta hidroksi butirat tidak dikenal adanya tes khusus,
dan memang dalam pemeriksaan sehari-hari, tes terhadap zat ini tidak
diperlukan. Adanya aseton dan asam aseto asetat telah cukup
memberikan fakta tentang kelainan metabolisme yang sedang diderita
seseorang.

E. Bilirubin dalam Urin

Bilirubin merupakan salah satu pigmen empedu yang diproduksi oleh


sel-sel hepar bersama dengan garam-garam empedu sebagai cairan
empedu.

Fungsi empedu sendiri adalah untuk membantu pencernaan dan


penyerapan lemak serta vitamin yang larut dalam lemak.

Metabolisme Bilirubin

Eritrosit dalam tubuh yang telah berumur +/- 120 hari akan dihancurkan
oleh RES (Reticulo endothelial system) yang terutama terjadi pada
limpa dan sumsum tulang menjadi porfirin + globin + Fe.

Fe (ferrum = besi) akan digunakan lagi untuk pembentukan eritrosit


baru, sedang globin dan porfirin bersama albumin akan membentuk
bilirubin bebas (bilirubin I/bilirubin indirect/unconjungated bilirubin). Di
dalam hepar, bilirubin bebas akan berikatan dengan asam glukoronat
membentuk bilirubin tidak bebas (bilirubin II/bilirubin direct/bilirubin
glukoronat/bilirubin terkonjugasi).

Bilirubin konjugasi kemudian dialirkan ke dalam usus melalui saluran


empedu untuk membantu mencerna dan mengabsorbsi lemak. Di
dalam usus, sebagian dari bilirubin konjugasi ini akan dirombak
menjadi sterkobilinogen yang akan dikeluarkan bersama tinja.
Sebagian lagi akan kembali ke dalam darah dan diekskresikan melalui
ginjal berupa urobilinogen.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Tidak semua urobilinogen terbuang bersama urin, sebagian kecil akan


diserap kembali ke dalam darah, dan diubah kembali menjadi bilirubin
konjugasi.

Pada orang normal, kadar bilirubin dalam darah sangat rendah (sekitar
0,5 mg%), sehingga tidak akan dijumpai dalam urin. Jika kadar bilirubin
II naik melebihi normal, maka akan dikeluarkan bersama urin, terjadilah
bilirubinuria.

Jika urin dibiarkan, sebagian kecil bilirubin itu akan teroksidasi menjadi
biliverdin. Karena perubahan ini dipercepat oleh sinar matahari, sangat
penting untuk menjauhkan urin dari paparan sinar matahari langsung.

Metode Pemeriksaan

Percobaan busa (Froth’s test)

Pemeriksaan ini prosedurnya sangat sederhana dan hanya memberi


petunjuk saja, sebaiknya dilanjutkan dengan tes lain yang lebih peka.
Dapat terjadi positif palsu pada konsentrasi urobilin yang tinggi atau
orang dengan pengobatan acriflavin dan pyridium.

Cara Kerja :

1) Masukkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi, ditutup dengan gabus.


2) Kocok kuat-kuat urin tersebut sampai berbusa.
3) Jika terbentuk busa berwarna kuning, kemungkinan besar terdapat
bilirubin dalam urin tersebut.
4) Busa urin yang tidak mengandung bilirubin berwarna putih atau
kuning muda.

Tes Harrison

Bilirubin dalam urin akan dipresipitasikan di atas kertas saring dengan


menggunakan barium klorida. Bilirubin yang telah dikumpulkan
dioksidasi menjadi senyawa hijau biliverdin dengan larutan Fouchet.

Cara kerja :

1) Kocok urin pada pot/wadahnya, lalu dimasukkan ke dalam tabung


reaksi sebanyak 5 ml.
2) Tambahkan 5 ml larutan BaCl2 10%, dicampur lalu disaring.
3) Kertas saring yang mengandung presipitat diangkat dari corong,
dibiarkan beberapa lama sampai menjadi agak kering.
4) Teteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas presipitat tersebut.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

5) Terjadinya warna hijau menandakan adanya bilirubin.

Disamping biliverdin, mungkin sekali terjadi oksidasi lain yang lain pula
warnanya, misal : biru (bilisianin), atau kuning (cholestelin). Sedangkan
urin normal akan memberi hasil negatif pada percobaan ini.

Komposisi larutan Fouchet

- Trichlor acetic acid (TCA)...................................25 g


- Aquadest.....................................................100 ml
Dibuat larutan, lalu ditambahkan larutan FeCl3 10% sebanyak 10 ml.

Metode Carik Celup

Dasar pemeriksaan pada tes ini adalah reaksi diazotisasi antara


bilirubin dalam urin dengan senyawa diazo pada carik celup. Warna
yang terjadi pada reaksi itu ditentukan oleh jenis senyawa diazo yang
digunakan, sedangkan intensitasnya menunjukkan banyaknya bilirubin
secara kasar. Tes ini membutuhkan urin segar.

Negatif palsu dapat terjadi antara lain karena :

 Spesimen terpapar cahaya, sehingga terjadi perubahan bilirubin


menjadi biliverdin.
 Hidrolisis bilirubin direk.
 Adanya asam askorbat, yang mengganggu reaksi diazo.
 Adanya peningkatan kadar nitrit (mengganggu reaksi).

F. Urobilinogen dan Urobilin


Urobilinogen

Urobilinogen terbentuk dalam usus, dihasilkan dari bilirubin yang


teroksidasi oleh bakteri anaerob dalam usus besar (kolon).

Sebagian urobilinogen yang terbentuk diabsorbsi dan masuk ke dalam


sirkulasi portal dan diangkut ke dalam hati, lalu akan terbawa melalui
aliran darah ke ginjal, dan akhirnya diekskresikan bersama urin.

Pada kondisi tertentu, dapat terjadi peningkatan jumlah urobilinogen


dalam urin, misalnya pada :

 Kelebihan produksi bilirubin, yang dipicu oleh meningkatnya


pemecahan eritrosit, misalnya pada kasus anemia pernisiosa dan
malaria.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

 Adanya penyakit hati, dimana sel-sel hati gagal berfungsi


sebagaimana mestinya, seperti pada hepatitis, acut yellow atrophy,
obstruksi empedu yang partial, keracunan arsenik, dll.
Tes untuk urobilinogen harus menggunakan urin segar atau dengan
pengawet Natrium karbonat (Na2CO3), dan sebaiknya menggunakan
urin sore, karena eksresi terbanyak urobilinogen adalah pada sore hari.

Adanya bilirubin pada urin akan mengganggu pemeriksaan, maka


sebaiknya tes terhadap bilirubin dilakukan terlebih dahulu, jika bilirubin
positif, dihilangkan dengan penambahan Ca(OH)2 padat, yang
kemudian disaring.

Metode Wallace dan Diamond

Prinsip kerja :

Urobilinogen akan bereaksi dengan reagen Ehrlich membentuk


senyawa berwarna merah. Hasil tes harus dibaca paling lama 5 menit,
karena jika dibiarkan warna merah itu akan menjadi semakin tua dan
mencapai puncaknya setelah 30 menit.

Cara kerja :
 Masukkan 10 ml urin ke dalam tabung, ditambahkan 1 ml reagen
Wallace and Diamond, dicampur lalu biarkan 3 – 5 menit (jangan
lebih lama).
 Amati pada posisi tabung vertikal dari atas ke bawah ke dalam
tabung dengan beralaskan kertas putih.
 Jika warna merah yang terbentuk samar-samar, tes dianggap
selesai.
 Jika terbentuk warna merah gelap/tua, lanjutkan tes dengan
melakukan pengenceran urin sebagai berikut (cara kuantitatif).

No tabung 1 2 3 4 5 6 7 8

ml urin 1,0 0,5 0,3 0,25 0,20 0,15 0,125 0,10

ml air 9,0 9,5 9,7 9,75 9,8 9,85 9,875 9,90

Pengenceran 10x 20x 33x 40x 50x 70x 80x 100x

 Lakukan lagi tes Wallace dan Diamond dengan urin yang telah
diencerkan tersebut.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

 Laporkan hasil dengan menyebut pengenceran tertinggi yang


masih memberikan hasil positif.

Komposisi Larutan Ehrlich

 Paradimethylamino-benzaldehida.....2 g
 HCl pekat.........................................20 ml
 Aquadest.........................................80 ml
Campur hingga homogen, lalu simpan larutan dalam botol coklat.

Catatan :

Hasil tes harus dibaca paling lama 5 menit, karena jika dibiarkan warna
merah itu akan menjadi semakin tua dan mencapai puncaknya setelah
30 menit.

Dalam kondisi normal, urin akan bereaksi positif sampai pengenceran


20x, sedangkan pada pengenceran 40x hasilnya negatif. Jika pada
pengenceran lebih dari 40x masih bereaksi positif, kemungkinan terjadi
peningkatan ekskresi urobilinogen. Jika warna merah yang timbul
samar (kurang dari 20x), mungkin ekskresi urobilinogen kurang dari
normal.

Hasil negatif mengindikasikan :

 berkurangnya jumlah kuman usus, biasanya akibat konsumsi


antibiotika dalam waktu lama.
 penurunan kemampuan konjugasi hati.
 adanya sumbatan saluran empedu.

Selain urobilinogen, ada senyawa kromogen lain yang juga menyusun


warna merah, umumnya termasuk derivat indol.

Senyawa-senyawa tersebut adalah :

a) 5,6-dihidroksiindol (pada melanuria).


b) 5-dihidroxyindole acetic acid (5 HIAA), pada sindroma carcinoid.
c) Indoxil dan skatoxil sulfat (indikan).
d) Porfobilinogen.
Bahan-bahan di atas dapat memberi hasil positif palsu pada
pemeriksaan urobilinogen. Tes ini juga dapat terganggu oleh adanya
zat-zat lain, yakni : sulfonamida dan procain (membentuk warna hijau),
atau temperatur ruangan yang terlalu tinggi.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Hasil negatif palsu dapat terjadi pada keadaan :

 Spesimen terkena cahaya atau tidak segar.


 Adanya formalin (biasanya sebagai pengawet).
 Infeksi pada tractus urinarius.
 Adanya asam askorbat dan nitrit.

Urobilin

Urobilin terbentuk beberapa saat setelah urobilinogen teroksidasi oleh


udara, sehingga pada urine yang masih segar senyawa ini tidak akan
ditemukan.

Uji Schlesinger (kualitatif)

Prinsip kerja :

Urobilinogen dioksidasi menjadi urobilin oleh iodium dalam larutan


lugol. Urobilin yang terbentuk akan bereaksi dengan zinc asetat
membentuk fluoresensi berwarna hijau.

Komposisi larutan Schlesinger :

- Zinc acetat.......10 g
- Alkohol 96% 100 ml
Kocok kuat-kuat, biarkan bagian yang tidak larut di dalam botol.

Cara kerja :

1. Masukkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi, perhatikan apakah ada


fluoresensi hijau pada urin.
2. Jika ada fluoresensi, tes tidak dapat dilakukan, karena akan
memberikan hasil positif palsu.
3. Jika tidak ada fluoresensi, ditambahkan 2-4 tetes larutan lugol,
campur dan biarkan selama 5 menit atau lebih.
4. Ditambahkan 5 ml reagen Schlesinger, kocok lalu saring.
5. Amati adanya fluoresensi dalam filtrat, diuji dengan cahaya
berpantul dan latar belakang hitam.
6. Adanya fluoresensi hijau atau hijau samar/pucat menandakan hasil
positif, dapat dinilai sebagai +/positif atau jika fluoresensi berwarna
hijau gelap, dilaporkan dengan +2/positif 2.
7. Hasil -/negatif atau +2 menunjukkan adanya kondisi abnormal.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Adanya fluoresensi pada urin sebelum penambahan Schlesinger


mungkin disebabkan oleh zat-zat yang memiliki daya fluoresensi,
diantaranya :

a. Riboflavin (ada pada tablet multivitamin), dapat dibedakan


dengan tes Naumann.
b. Eosin
c. Erythrosin
d. Mercurochrom
e. Acriflavin
Uji terhadap urobilinogen sebenarnya memberi lebih banyak arti dari
tes Schlesinger. Jika kedua tes dilakukan berdampingan dan dilihat
bahwa hasil tes Wallace dan Diamond jauh lebih kuat daripada
Schlesinger, waspadai kemungkinan adanya derivat indol yang
memberi hasil positif palsu pada tes urobilinogen.

Manfaat lain tes Schlesinger adalah jika harus memeriksa urin yang
tidak segar lagi. Biarpun urin tersebut tidak lagi berisi urobilinogen,
tetapi reaksi fluoresensi kuat dapat memberi petunjuk bahwa
sebelumnya mungkin ada banyak urobilinogen dalam sampel.

Percobaan Naumann

Tes ini dilakukan di samping tes Schlesinger jika dicurigai bahwa


fluoresensi keras yang terjadi mungkin bukan disebabkan oleh urobilin.

Dasar tes ini adalah sifat urobilin dan beberapa derivat indol lain yang
larut dalam kloroform, sedangkan riboflavin hanya dapat larut dalam
air.

Cara kerja :

1) Campurkan 5 ml urin dalam tabung sentrifuge dengan:


a. 5 ml kloroform
b. 5 tetes HCl pekat
c. 1 tetes Iodium tincture
2) Putar campuran tersebut, lalu pisahkan lapisan atas dengan
lapisan bawah. Lapisan atas mengandung riboflavin, lapisan
bawah (kloroform) mengandung urobilin.
3) Kepada kloroform dibubuhi alkohol 95%, kurang lebih setengah
volumnya, lalu ditambahkan 0,1 g zinc asetat dan 1 tetes amonium
hidroksida pekat, dikocok dan disaring.
4) Amati adanya fluoresensi pada filtrat. Jika terjadi fluoresensi,
penyebabnya adalah urobilin.
Direktorat Pembinaan SMK 1
Kimia

G. Darah dalam Urin

Dalam urin normal tidak terdapat darah. Ditemukannya unsur ini dalam
urin seseorang menunjukkan keadaan patologis pada orang tersebut.
Kondisi ini dikenal dengan istilah hematuria.

Ada dua jenis hematuria, yaitu :


a) Gross hematuria, darah segar berwarna merah, dapat dilihat
langsung dengan mata telanjang.
b) Occult hematuria, darah tidak terlihat secara kasat mata,
dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk mendeteksinya.
Darah dalam urin dapat berbentuk eritrosit utuh atau yang sudah
pecah/lisis (berupa hemoglobin, disebut juga hemoglobinuria).
Adanya eritrosit dalam urin menandakan adanya perdarahan pada
sistim urogenital, dijumpai pada :
 Glomerulonefritis akut/kronis (GNA/GNC)
 Sistitis
 Uretritis
 Kasus-kasus trauma (benturan)
 Batu ginjal
Hemoglobinuria dapat terjadi jika ada hemolisis yang berlebihan dalam
tubuh, misalnya pada keracunan, luka bakar, malaria, kesalahan
tranfusi, atau penyakit-penyakit hemolisa lain.
Untuk membuktikan adanya hematuria, dapat dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskopis (sedimen) atau dengan pemeriksaan kimia
seperti benzidine test. Sedangkan hemoglobinuri hanya dapat
dibuktikan dengan tes secara kimia saja.
Beberapa cara yang dapat dipakai untuk mendeteksi adanya “occult
blood” atau darah samar dalam urin antara lain :
a. Tes bensidin (bensidin basa atau bensidin dihidroklorin).
b. Tes Guaiac (baca: guaiyak).
c. Tes Ortho Toluidin.
d. Reagen pita/carik celup (hemastix), yaitu kertas yang
mengandung peroksida dan ortho toluidin.

Dasar reaksi dari percobaan di atas yaitu hemoglobin (Hb) yang


bersifat sebagai enzim peroksidase akan bereaksi dengan larutan
hidrogen peroksida, dimana O2 yang dilepas akan mengoksidasi
reagen, sehingga terbentuk suatu ikatan berwarna biru.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Tes untuk darah samar ini dapat juga menggunakan sampel lain,
seperti feses dan getah lambung, dimana tes bensidin dan guaiac akan
memberikan hasil positif untuk hemoglobin dan beberapa derivatnya,
misal methemoglobin, CO-hemoglobin, hematin dan mioglobin.

Tes dengan bensidin basa sangat peka, dapat menyatakan adanya


hemoglobin sampai pengenceran 100.000x, juga dapat menimbulkan
positif palsu yang disebabkan oleh lekosit, sehingga urin perlu dimasak
terlebih dulu. Guaiac lebih kurang peka dibanding bensidin. Hanya
dapat menyatakan adanya hemoglobin sampai pengenceran 10.000x.

Zat-zat lain yang dapat menyebabkan positif palsu antara lain cupri
oksida (benedict), bromida, jodida, asam nitrat dan formalin. Oleh
karena itu alat-alat gelas yang dipakai harus bersih benar dan pada
tiap tes bensidin dilakukan duplo. Hasil negatif palsu disebabkan oleh
vitamin C dan oleh reagen-reagen yang tidak bagus lagi. Reagen yang
digunakan sebaiknya yang baru dibuat.
Uji Bensidin Basa

1) Didihkan sejumlah urin dalam tabung reaksi, lalu biarkan mendingin


kembali.
2) Masukkan sepucuk pisau bensidin basa ke dalam tabung reaksi lain.
3) Tambahkan 3 ml asam asetat glasial, dikocok sampai bensidin larut
dengan meninggalkan beberapa kristal, tanda sudah jenuh. Bila
perlu tambahkan lagi bensidin basa sampai jenuh, untuk
menghindari adanya negatif palsu.
4) Bubuhi 2 ml urin yang sudah dimasak kepada campuran jenuh
tersebut.
5) Tambahkan 1 ml larutan H2O2 3%, dicampur hingga homogen.
6) Baca hasil dalam waktu 5 menit (jangan lewat).

Ada metode lain dengan bensidin selain uji bensidin basa, yaitu
dengan bensidin dihidroklorida. Cara ini sama seperti cara bensidin
basa, tetapi bensidin basa diganti dengan bensidin dihidroklorida dan
urin tidak perlu dimasak.

Tes dengan Guaiac

1) Masukkan 4 ml urin dalam tabung, ditambah beberapa tetes asam


asetat glasial, dicampur.
2) Ke dalam tabung lain masukkan sepucuk serbuk guaiac, lalu 2 ml
alkohol 95%, dicampur.
3) Tuang campuran reagen ke dalam tabung urin, campur baik-baik.
4) Tambahkan 2 ml H2O2 3% kepada campuran tersebut.
5) Baca hasil dalam waktu 5 menit, dilaporkan secara semi kuantitatif.
Direktorat Pembinaan SMK 1
Kimia

Interpretasi Hasil

Ketiga tes tersebut dinilai hasilnya secara semi kuantitatif sebagai


berikut :

-/negatif : tidak ada perubahan warna, atau hijau samar.

+/positif 1 (+1) : hijau.

++/positif 2 (+2) : biru bercampur hijau.

+++/positif 3 (+3) : biru.

++++/positif 4 (+4): biru tua.

Hasil tes tidak boleh dibaca lewat 5 menit, karena warnanya setelah itu
berubah. Urin normal akan memberikan hasil negatif, pada hematuria
atau hemoglobinuria, hasil positif.

H. Indikan dan Porfobilinogen

Indikan

Indikan termasuk dalam derivat indol dan skatol, merupakan bagian


terpenting dari “sulfat etherial” dalam urin. Zat ini berasal dari
pembusukan triptophan dalam usus atau di tempat lain. Jumlahnya di
dalam urin merupakan petunjuk kasar banyaknya pembusukan dalam
usus.

Ekskresi indikan meningkat pada beberapa keadaan, misalnya pada


stagnasi usus, meningkatnya proses pembusukan dalam usus, adanya
pemecahan protein jaringan atau protein cairan tubuh (abses, gangren,
empiema, dan lain-lain).

Percobaan untuk membuktikan adanya indikan dapat dilakukan dengan


tes Obermeyer. Tes ini berdasarkan oksidasi gugus indoksil oleh FeCl3
dalam suasana asam, yang akan membentuk senyawa indigo biru
yang larut dalam kloroform.

Tes Obermeyer

1) Masukkan 3 ml urin dan 3 ml reagen Obermeyer ke dalam tabung,


lalu dicampur baik-baik.
2) Panasi tabung dengan hati-hati sampai panas (jangan mendidih).
3) Tambahkan 2 ml kloroform, dibolak-balik tabung beberapa kali
(jangan dikocok kuat-kuat).
4) Biarkan tabung dalam posisi vertikal, sehingga kloroform berpisah
dan membentuk lapisan bawah.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

5) Terbentuknya lapisan warna biru jelas pada lapisan kloroform


menandakan jumlah indikan dalam urin meningkat.

Komposisi Reagen Obermeyer

- Ferrichlorida ….. 2 g
- HCl pekat.............1000 ml

Urin normal mungkin menjadikan lapisan kloroform agak biru/biru


muda, semakin banyak indikan, semakin tua warna kloroform itu.

Beberapa zat dapat mengganggu reaksi ini; jodida dan thymol


menimbulkan warna merah ungu. Heksamin, formalin dan bilirubin
mengganggu reaksi (untuk billirubin, dapat dihilangkan dengan CaOH
padat.

Jumlah indikan dalam urin akan bertambah setelah mengkonsumsi


protein dalam jumlah besar.

Cara lain untuk membuktikan adanya indikan dalam urin adalah


dengan tes Jaffe.

Tes Jaffe
1. Dimasukkan 10 ml urin bebas protein ke dalam tabung,
ditambahkan 10 ml HCl 38% (sama banyak).
2. Ditambahkan 2 ml larutan CaCl2 5% atau kaporit 2%, dicampur.
3. Ditambah lagi dengan beberapa tetes atau beberapa ml kloroform,
dan dibolak-balik beberapa kali.
4. Bila terbentuk warna biru pada kloroform, tes terhadap indikan
dinyatakan positif.

Porfobilinogen

Porfobilinogen merupakan suatu derivat hemoglobin yang


menyebabkan urin berwarna merah burgundi, dan termasuk porfirin.
Secara klinis porfiria dibagi menjadi dua, yaitu :
- Porfiria eritropoetica
- Porfiria hepatica
Untuk mendukung penegakkan diagnosa porfiria, dilakukan tes
kuantitatif berdasarkan kelarutannya dalam pelarut organik, dan analisa
secara kromatografi atau dengan spektrofotometer.

Secara kualitatif, pemeriksaan porfobilinogen dalam urin dapat


dilakukan dengan reagen Watson dan Schwartz.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Tes Watson & Schwartz

1. Dimasukkan 2,5 ml urin segar dalam tabung.


2. Ditambahkan sekaligus 2,5 ml reagen Watson dan Schwartz,
dikocok kuat-kuat.
3. Tepat 15 detik setelah penambahan reagen, ditambahkan 5 ml
larutan natrium asetat jenuh.
4. Dibubuhi 5 ml kloroform, dikocok kuat-kuat, biarkan kloroform
berpisah dari lapisan atas.
5. Jika pada lapisan atas terbentuk warna merah, tes terhadap
porfobilinogen positif.
Larutan natrium asetat jenuh dipakai untuk menghentikan reaksi.
Urobilinogen, indol dan skatol akan menjadi merah pada reaksi ini,
tetapi tetap tinggal dalam lapisan kloroform. Urobilin, porfobilin dan
porfirin tidak bereaksi.

Karena perubahan porfobilinogen menjadi porfobilin mudah terjadi, urin


yang digunakan harus segar.

I. Kalsium dalam Urin

Kalsium (Ca) ada dalam tubuh dalam bentuk garam kalsium, dimana
90% berada dalam tulang dan gigi (berbentuk kristalin), yang memberi
struktur keras dan kuat pada kedua jaringan tersebut.

Fungsi lain kalsium adalah meningkatkan fungsi syaraf dan otot, serta
meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan cara
mengaktifkan trombin dan protrombin.

Kadar ion Ca dipengaruhi oleh berbagai mekanisme, antara lain :

1) Absorbsi melalui saluran pencernaan.


2) Penyimpanan Ca dalam tulang.
3) Mobilisasi Ca dari tulang oleh hormon paratiroid.
4) Ekskresi Ca melalui urin, feses, keringat dan air susu.
Kadar Ca dalam darah dan kelenjar paratiroid akan mempengaruhi
aktifitas kelenjar ini. Jika kadar ion Ca dalam darah menurun, maka
sekresi hormon paratiroid akan meningkat.

Jika terjadi keadaan hipokalsemia dalam waktu lama, akan terjadi


hipertrofi dan hiperplasi dari kelenjar paratiroid. Jika terjadi
hiperkalsemia, maka akan terjadi hal sebaliknya, yaitu hipotrofi dan
hipoplasi kelenjar paratiroid.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Jadi, ion Ca dapat mengontrol pertumbuhan kelenjar paratiroid,


sintesa, sekresi hormon paratiroid, disamping itu dapat pula
mempercepat pengrusakan hormon paratiroid yang baru terbentuk.

Keseimbangan ion Ca dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

1) Vitamin D dan tirocalcitonin.


2) Hormon-hormon, antara lain hormon pertumbuhan, hormon tiroksin
dan lain-lain.
3) Distribusi/penyebaran fosfat organik dan citrat.
Penurunan kadar Ca dalam darah dapat menimbulkan kejang-kejang,
dimana hal ini disebabkan oleh :

 Peningkatan pH darah
 Absorbsi dari saluran pencernaan sangat sedikit
 Diet
 Peningkatan ekskresi Ca melalui urin, dijumpai pada penyakit-
penyakit nefritis, defisiensi hormon paratiroid, gangguan tubulus
ginjal yang menyebabkan retensi fosfat
Ada dua bentuk Ca dalam tulang, yakni bentuk stabil dan bentuk labil
yang mudah diganti (berpengaruh dengan keseimbangan kadarnya
dalam darah).

Absorbsi Ca dalam saluran pencernaan terjadi di bagian proksimal


usus halus (jejunum, illium) dan merupakan proses aktif. Absorbsi ini
terhambat bila terdapat garam-garam fosfat dan Ca-oksalat yang tak
larut, atau oleh adanya alkali. Sebaliknya, diet tinggi protein akan
meningkatkan absorbsi kalsium. Jika konsumsi Ca berlebih, akan
terjadi ekskresi Ca melalui feses dan urin. Hormon paratiroid dengan
bantuan vitamin D secara langsung dapat menambah absorbsi Ca
melalui usus, juga dapat menambah re-absorbsi ion ini dalam tubulus,
serta meningkatkan ekskresi fosfat (juga dalam tubulus). Hal ini akan
meningkatkan kadar Ca dalam cairan ekstra seluler.

Gejala awal pada hipokalsemia adalah parestesi (rasa seperti


kesemutan) pada ekstremitas (anggota gerak). Sedangkan
hiperkalsemia akan menyebabkan kelemahan otot skeleton, anoreksia,
mual dan muntah. Deposisi kalsium sendiri dapat menimbulkan batu
ginjal.

Pemeriksaan terhadap jumlah Ca yang dikeluarkan dalam urin dapat


dilakukan dengan memakai reagen Sulkowitch.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Komposisi Reagen Sulkowitch


 H2C2O4.......................................................2,5 g
 (NH4)2C2O4..........................................2,5 g
 CH3COOH (glasial).............5,0 ml
 Aquadest...........................ad 150 ml
Untuk pemeriksaan ini diperlukan urin 24 jam, dan penderita diberi
makan makanan yang tidak mengandung kalsium.

Prinsip tes ini adalah pengendapan Ca oleh reagen Sulkowitch dalam


bentuk Ca oksalat tanpa kalsium fosfat oleh pH reagen tersebut. Tes ini
berguna untuk mendeteksi kelainan kelenjar paratiroid dan gangguan
metabolisme kalsium.

Tes Sulkowitch
1) Masukkan masing-masing 3 ml urin ke dalam 2 buah tabung reaksi
(tabung reaksi kedua digunakan sebagai kontrol).
2) Tambahkan kepada tabung pertama 3 ml reagen Sulkowitch,
dicampur, lalu dibiarkan 2-3 menit.
3) Baca dan laporkan hasil secara semikuantitatif.
Interpretasi Hasil

-/negatif : tidak terjadi kekeruhan


+1/positif 1 : kekeruhan halus
+2/positif 2 : kekeruhan sedang
+3/positif 3 : kekeruhan agak berat, timbul dalam waktu kurang
dari 20 detik
+4/positif 4 : kekeruhan berat, timbul seketika

Nilai normal adalah +1. Jika hasil tes negatif, kemungkinan penderita
mengalami hipokalsemia (kadar Ca < 7,5 mg%). Pada hiperkalsemia,
ekskresi kalsium meningkat dan hasil tes menjadi +3 atau +4.
Pemeriksaan ini mudah dilakukan sebagai bedside test, untuk
diagnosa kelainan metabolisme Ca.

J. Klorida dalam Urin

Merupakan ion yang memiliki elektron (ion -) terpenting dalam cairan


intra seluler. Umumnya Cl selalu berikatan dengan ion natrium
membentuk senyawa NaCl, sehingga jumlah ion Cl selalu sejajar
dengan kandungan natrium dalam tubuh. Klorida adalah komponen
utama asam lambung, klorida juga berperan penting dalam tranpor
kelebihan CO2 melalui eritrosit.
1 Direktorat Pembinaan SMK
Kimia

Hipokloremia secara khusus disebabkan oleh kehilangan sekresi


gastrointestinal, seperti muntah, diare dan pengisapan nasogastrik.
Terapi antidiuretik juga dapat mengakibatkan hipokloremia yang
bersamaan dengan hiponatremia, karena terjadi peningkatan
pengeluaran ion-ion ini melalui urin.

Hiperkloremi sering dihubungkan dengan hipernatremia, khususnya


pada kasus dehidrasi dan masalah ginjal. Hipernatremia dapat
menimbulkan kelemahan, letargi dan pernafasan Kussmaul.

Penetapan kadar klorida dalam urin 24 jam dapat dilakukan dengan


metode Fantus. Pada cara ini dilakukan titrasi memakai AgNO 3 dengan
indikator ion kromat.

Tes Fantus

1. Masukkan 10 tetes urin ke dalam tabung reaksi memakai pipet tetes.


2. Cuci pipet tetes tadi dengan aquadest.
3. Bubuhi 1 tetes larutan kaliumchromat 20% dengan pipet itu.
4. Bilas lagi pipet tersebut dengan aquadest.
5. Tambahkan larutan perak nitrat 2,9% kepada larutan dengan
memakai pipet itu juga tetes demi tetes sampai terbentuk warna
merah yang menetap.
6. Jumlah tetes larutan perak nitrat yang dipakai sebanding dengan
jumlah gram NaCl per liter urin. Jika angka itu hendak disebut
dengan miliequivalent per liter, maka angka itu dibagi 58,5 dan
dikalikan 1000.
Cara kasar ini sudah cukup teliti untuk dipakai dalam klinik.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

KEGIATAN BELAJAR 2 :
Metabolisme Zat Gizi dalam Tubuh, Enzim dan Hormon

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, para siswa diharapkan mampu:


a) Memahami tentang metabolisme zat gizi dalam tubuh
b) Menjelaskan tentang metabolisme zat gizi dalam tubuh
c) Memahami tentang enzim dan hormon
d) Menjelaskan tentang enzim dan hormon

Uraian Materi

A. Metabolisme

M
etabolisme merupakan serangkaian reaksi kimia yang terjadi
dalam tubuh. Reaksi-reaksi ini membuat kita dapat
mengekstrak energi dari lingkungan sekitar dan
menggunakannya untuk mengolah bahan makanan menjadi protein,
karbohidrat, dan lemak. Beberapa poin penting yang harus diingat
tentang metabolisme adalah:

 Dalam jalur metabolisme, tiap reaksi selalu menghasilkan substrat


untuk proses selanjutnya.
 Jalur metabolisme terbentuk sesuai dengan substrat yang
dihasilkan oleh produk. Substrat yang terbentuk ini akan
“membuka” jalur metabolisme lain, sehingga tercipta proses yang
kontinu.
 Metabolisme diatur oleh suatu mekanisme, yang mengendalikan
jumlah dan kecepatan dari metabolisme tersebut.
 Metabolisme terdiri dari dua proses, yaitu katabolisme dan
anabolisme.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

1. Katabolisme
Katabolisme adalah proses penguraian (degradasi) dari molekul-
molekul kompleks yang kaya energi seperti lemak, karbohidrat,
dan protein menjadi molekul yang lebih sederhana, misalnya CO 2,
H2O dan NH3. Energi yang terlepas akan “ditangkap” dalam
bentuk adenosine triphosphate (ATP) dan disimpan lagi untuk
digunakan dalam proses anabolisme.

2. Anabolisme
Anabolisme merupakan proses pembentukan molekul-molekul
kompleks dari molekul sederhana (kebalikan dari katabolisme).
Misalnya pembentukan protein dari asam-asam amino dan
pembentukan glikogen (polisakarida) dari glukosa
(monosakarida). Reaksi sintesis ini membutuhkan energi yang
diperoleh dari hidrolisis ATP.

Katabolisme Anabolisme

Nama prosesnya diberi akhiran Nama prosesnya diberi akhiran


‘lisis’, yang berarti ‘genesis’, yang berarti
‘menguraikan/memecah’ ‘membentuk’

Glikogenolisis: penguraian glikogen Glikogenesis: pembentukan


glikogen
Proteolisis: penguraian protein
Sintesis protein
Lipolisis: penguraian triasilgliserol
Lipogenesis: pembentukan
Glikolisis: penguraian glukosa triasilgliserol

Glukoneogenesis: pembentukan
glukosa

Tabel 1: Contoh proses katabolisme dan anabolisme

Mekanisme kontrol
Terdapat tiga mekanisme utama untuk mengendalikan proses
metabolisme, yaitu:

 Pasokan substrat. Jika konsentrasi substrat terbatas, alur


metabolit yang akan diproses akan melambat
 Kendali alosterik. Efektor alosterik berikatan dengan enzim kunci
metabolisme untuk meningkatkan atau menurunkan aktifitas
enzim tersebut. Seringkali kendali alosterik ini terpengaruh oleh
Direktorat Pembinaan SMK 1
Kimia
produk

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

metabolisme; hal ini bisa berdampak positif (menstimulus proses)


atau negatif (menghambat proses)
 Kendali hormon. Terdapat dua mekanisme pengendalian oleh
hormon yang dapat mempengaruhi aktifitas enzim, sehingga laju
metabolisme ikut terpengaruh
a. Pertama, dengan cara membalik reaksi fosforisasi enzim; hal
ini bisa meningkatkan atau menurunkan aktifitas enzim yang
bersangkutan. Misal, glukagon memicu terjadinya fosforisasi
pada enzim glikogen sintase dan glikogen fosforilase.
Fosforisasi ini akan menghambat kerja enzim glikogen sintase
tetapi meningkatkan aktifitas enzim glikogen fosforilase.
b. Kedua, hormon dapat mempengaruhi laju metabolisme
dengan cara induksi enzim. Hormon dapat meningkatkan
jumlah sintesis enzim dengan cara merangsang laju
transkripsi asam ribonukleatnya. Sebaliknya, pada kondisi
tertentu hormon juga dapat menghambat transkripsi yang
akan menghambat sintesis enzim. Proses penghambatan ini
disebut represi (penekanan)

B. Metabolisme Karbohidrat

Karbohidrat merupakan salah satu senyawa karbon yang menjadi


sumber energi utama bagi tubuh manusia. Selain diperoleh dari
asupan makanan, karbohidrat juga dapat dibentuk dalam tubuh
melalui pemecahan beberapa asam amino dan gliserol lemak.

Jenis Karbohidrat

Pada umumnya karbohidrat dapat dibagi menjadi tiga kelompok


utama, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
Monosakarida yang merupakan karbohidrat paling sederhana, terdiri
dari 5 – 6 atom karbon (C), oligosakarida merupakan polimer dari 2 –
10 monomer monosakarida, dan polisakarida adalah polimer dari 10
monomer monosakarida.

Glikolisis

Glikolisis adalah proses pemecahan satu molekul glukosa menjadi 2-3


molekul piruvat. Glikolisis akan menyediakan energi dan menjadi
perantara untuk metabolisme senyawa lain.

Glikolisis terbagi menjadi dua fase, yaitu fase pembentukan energi dan
fase penggunaan energi. Pada masing-masing fase, terdapat lima
enzim yang terlibat, yaitu:

1. Fase pembentukan energi


a. Heksokinase
b. Fosfoglukose isomerase
Direktorat Pembinaan SMK 1
Kimia

c. Fosfofruktokinase-1 (PFK-1)
d. Aldolase
e. Triose fosfat isomerase

2. Fase penggunaan energi


a. Glyceraldehyde-3-phosphate dehydrogenase
b. Phosphoglycerate kinase
c. Phosphoglycerate mutase
d. Enolase
e. Piruvat kinase

Lokasi glikolisis terjadi dalam sel tubuh pada bagian sitosol. Proses ini
dapat terjadi secara aerob maupun anaerob. Pada glikolisis aerob,
terjadi proses oksidasi yang memakan oksigen, tetapi energi yang
dihasilkan besar, sedangkan pada glikolisis anaerob, tidak
membutuhkan oksigen, tetapi energi yang dihasilkan sedikit.
Glikogenesis

Glikogenesis adalah proses pembentukan glikogen dari beberapa


molekul glukosa. Atau proses anabolisme glikogen dari molekul
glukosa.

Sebagian glukosa yang belum terpakai dikemas dalam bentuk


glikogen untuk disimpan dalam hati dan otot sebagai cadangan energi.
Pengemasan ini dilakukan untuk efisiensi ruang penyimpanan,
sehingga tubuh dapat menyimpan glukosa dalam jumlah besar.

Berbeda dengan glikogen dalam hati, glikogen yang tersimpan dalam


otot tidak akan meninggalkan otot, sehingga tidak akan mempengaruhi
kadar glukosa dalam darah.

Glikogenolisis

Pada saat tubuh membutuhkan energi, glikogen yang tersimpan dalam


hati dan otot akan dipecah menjadi glukosa kembali. Proses
penguraian glikogen menjadi glukosa ini dinamakan glikogenolisis.
Glikogenolisis terjadi pada sitosol dari sel tubuh.

Metabolisme Pentosa Fosfat

Jalur pentosa fosfat merupakan metabolisme alternatif untuk glukosa.


Prosesnya terjadi pada hati, kelenjar susu, jaringan adiposa, korteks
adrenal, dan pada eritrosit. Tidak seperti proses metabolisme glukosa
lain, pada jalur pentosa fosfat, tidak ada ATP yang digunakan atau
dihasilkan. Yang terbentuk adalah NADPH

Jalur metabolisme pentosa fosfat ini berfungsi untuk:

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

 Menghasilkan NADPH, yang berguna untuk mereduksi reaksi


biosintesis, misalnya biosintesis asam lemak dan alkohol
 Menghasilkan ribose 5-fosfat, berguna untuk biosintesis purin,
pyrimidin, nukleotida, dan asam nukleat
 Pada eritrosit, NADPH berguna untuk regenerasi glutathione, suatu
zat yang berperan sebagai pelindung sel dari cedera

Glukoneogenesis
Ada kalanya asupan karbohidrat tidak sebanding dengan kebutuhan
akan energi. Dalam hal ini tubuh akan mencari solusi alternatif dengan
cara membentuk glukosa dari senyawa-senyawa non karbohidrat,
seperti gliserol, laktat, dan asam amino. Proses pembentukan glukosa
dari senyawa non karbohidrat ini dinamakan glukoneogenesis.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Gambar 4: Skema metabolisme karbohidrat

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

C. Metabolisme Protein

Protein adalah salah satu zat gizi penting bagi tubuh, karena selain
berfungsi sebagai sumber energi, senyawa ini juga berperan sebagai
zat pembangun dan pengatur berbagai fungsi tubuh.

Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk


jaringan baru dalam tubuh dan mempertahankan jaringan lama yang
telah ada.

Sebagai zat pengatur, protein mengatur berbagai proses tubuh, baik


secara langsung maupun tak langsung. Protein juga berperan dalam
pengaturan keseimbangan cairan dalam jaringan dan pembuluh
darah. Sifat protein yang amfoter, dapat mengatur keseimbangan
asam basa dalam tubuh.

Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen


terbesar setelah air. Diperkirakan 50% dari berat kering sel dalam
jaringan terdiri dari protein.

Pada sel, protein merupakan salah satu bahan penyusun membran


sel, dan dapat membentuk jaringan pengikat misalnya kolagen dan
elastin. Disamping itu, protein juga berperan sebagai enzim dan
antibodi. Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu
berbagai proses tubuh dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit.

Protein merupakan salah satu senyawa organik yang tersusun dari


asam-asam amino, yang saling berikatan dengan rantai peptida.
Dalam tubuh manusia, terdapat 20 jenis asam amino; dimana
sembilan diantaranya merupakan asam amino esensial, dan 11 yang
lain adalah asam amino non esensial.

Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat dibuat
oleh tubuh, hanya diperoleh dari asupan makanan sehari-hari. Yang
termasuk kelompok ini adalah:
 Fenilalanin (Phe)
 Valin (Val)
 Triptopan (Trp)
 Treonin (Thr)
 Isoleusin (Ile)
 Metionin (Met)
 Histidin (His)
 Lisin (Lys)
 Leusin (Leu)

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Asam amino non esensial dapat diproduksi dalam tubuh melalui jalur
metabolisme. Yang termasuk kelompok ini antara lain:

 Tirosin (Tyr)
 Glisin (Gly)
 Alanin (Ala)
 Sistein (Cys)
 Serin (Ser)
 Aspartat (Asp)
 Asparagin (Asn)
 Glutamat (Glu)
 Glutamin (Gln)
 Arginin (Arg)
 Prolin (Pro)

Reaksi Kunci pada Metabolisme Asam Amino

Ada dua reaksi utama pada metabolisme asam amino, yaitu:


 Transaminasi. Adalah peristiwa konversi suatu asam amino
menjadi asam amino lain. Reaksi ini dikatalisir oleh kelompok
enzim aminotransferase (atau transaminase). Enzim-enzim ini
dapat ditemukan dalam sitosol dan mitokondria sel tubuh.
 Deaminasi oksidatif. Proses pemindahan kelompok amino. Proses
ini terjadi dalam mitokondria sel.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

KEGIATAN BELAJAR 3 :
Pembuatan larutan pereaksi, larutan baku, prosedur pembakuan, nitrimetri dan kom

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, para siswa diharapkan mampu:


a) Memahami cara pembuatan larutan pereaksi, larutan baku,
prosedur pembakuan dan reaksi-reaksi penentuan nitrimetri dan
kompleksometri
b) Melaksanakan pembuatan larutan pereaksi, larutan baku dan
membakukannya

Uraian Materi

A. Larutan Pereaksi

L
arutan pereaksi adalah suatu larutan yang digunakan untuk
uji kualitatif, dan tidak diketahui kadarnya secara pasti.
Larutan ini tidak membutuhkan ketelitian tinggi dalam
pembuatannya, dan
hanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu zat dalam
sampel. Berikut adalah beberapa larutan pereaksi yang banyak
digunakan dalam pemeriksaan di laboratorium klinik berikut cara
pembuatannya:

1) Larutan Benedict

Dilarutkan 173 gr natrium sitrat dan 100 gr Na2CO3 dalam
800 ml aquades

Diaduk, kemudian disaring larutan tersebut

Dilarutkan 17,3 gr CuSO4 dalam 100 ml aquades

Dicampur kedua larutan tersebut, kemudian ditambahkan
aquades hingga volume mencapai 1000 ml

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

2) Larutan Turk

Dicampur gentianviolet 1% dengan 1 ml aquades,
kemudian ditambahkan asam asetat glasial sebanyak 1 ml

Ditambahkan aquades sampai volume mencapai 100 ml

Saring larutan sebelum dipakai

3) Larutan Schlesinger

Dicampurkan 10 gr zinc asetat dengan 100 ml alkohol 95%

Dikocok kuat-kuat (biarkan bagian yang tidak larut di dalam
botol)

4) Larutan Dunger (untuk hitung sel eosinofil)



Dicampurkan 5 ml larutan eosin 2% dengan 5 ml aseton

Ditambahkan aquades hingga 100 ml

5) Larutan Rees Ecker



Dicampurkan 3,8 gr natrium sitrat dan 30 mg
briliantcresylblue kedalam 2 ml formaldehida 40%

Ditambahkan aquades hingga 100 ml

Saring larutan sebelum digunakan

6) Larutan Lugol

Ditimbang 1 gr iodium dan 2 gr kalium iodida

Dilarutkan dalam 300 ml aquades

B. Larutan Baku

Larutan baku adalah larutan yang mengandung zat terlarut dan


telah diketahui konsentrasinya. Terdapat 2 jenis larutan baku, yaitu:

1) Larutan baku primer. Adalah larutan baku yang ditetapkan


konsentrasinya dengan metode gravimetri. Zat ditimbang
kemudian dilarutkan dalam volume tertentu, lalu
konsentrasinya dihitung menggunakan rumus. Syarat-syarat
suatu zat untuk dijadikan larutan baku primer antara lain:

Tingkat kemurnian tinggi

Rumus molekulnya pasti

Stabil

Tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang

Tidak berubah bobotnya saat ditimbang diudara terbuka

Mudah larut

Mempunyai BE tinggi

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Beberapa contoh larutan baku primer yaitu:



NaOH (Natrium hidroksida)

H2C2O4 (asam oksalat)

Na2CO3 (natrium karbonat)

Na2B4O (natrium tetraborat)

Na2S2O3. 5H2O (natrium tiosulfat)

2) Larutan baku sekunder. Adalah larutan baku yang


konsentrasinya ditentukan menggunakan larutan baku primer,
biasanya menggunakan metode titrimetri. Larutan baku
sekunder biasanya memiliki karakteristik berikut:

Tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni

Tidak mudah dikeringkan

Higroskopis dan mudah menyerap CO2 saat ditimbang

Derajat kemurnian lebih rendah dari larutan baku primer

Memiliki BE yang tinggi

Stabil saat disimpan
Beberapa contoh larutan baku sekunder:

AgNO3 (argentum nitrat)

KMnO4 (Kalium permanganat)

Fe(SO4)2

C. Pembakuan
Pembakuan atau penetapan kadar suatu zat baku, dapat dilakukan
dengan cara titrasi. Cara ini dikenal juga dengan nama volumetri
atau titrimetri. Metode ini banyak dipilih karena cepat dan akurat.

Dalam melakukan titrasi, terdapat beberapa syarat yang harus


dipenuhi, yaitu:

 Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi


reaksi sampingan
 Reaksi harus berlangsung cepat
 Reaksi harus bersifat kuantitatif
 Saat titik ekivalen tercapai (keadaan setimbang), perubahan
yang terjadi harus jelas
Sebelum titrasi dilakukan, dilakukan pembuatan larutan standar
(larutan baku), yang harus memenuhi persyaratan tertentu (lihat
bagian larutan baku)

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Prinsip titrasi:

aA+bB hasil reaksi


Keterangan: A = Titran (penitrasi)
B = Zat yang dititrasi
a = mol titran (A)
b = mol B

Titrasi dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah larutan


standar kepada zat yang akan diperiksa konsentrasinya.
Penambahan dilakukan menggunakan instrumen yang disebut
buret. Alat ini berbentuk silinder panjang, disalah satu sisinya
tertera skala, dan pada bagian ujung terdapat kran. Untuk memberi
tanda kapan reaksi telah selesai (berlangsung sempurna) ke dalam
zat yang akan dititrasi ditambahkan larutan indikator. Indikator akan
merubah warna larutan saat kesetimbangan reaksi telah tercapai.

Karena konsentrasi larutan standar yang digunakan sebagai titran


telah diketahui, maka konsentrasi sampel dapat dihitung
berdasarkan volume titran yang digunakan selama titrasi. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana:
NB = konsentrasi sampel
VA = volume titran
NA = konsentrasi titran
VB = volume larutan yang dititrasi (sampel)

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Berdasarkan jenis reaksinya, titrasi dapat dibagi menjadi empat


kelompok, yaitu:
 Titrasi asam basa
 Titrasi pengendapan
 Titrasi kompleksometri
 Titrasi reduksi oksidasi

Titrasi Asam Basa

Titrasi ini melibatkan reaksi antara asam dengan basa, sehingga


terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi. Reaksi yang terjadi
dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Jenis Asam Jenis Basa pH titik ekivalen

Asam kuat Basa kuat


7,0 (netral)
Contoh: HCl Contoh: NaOH

Asam kuat Basa lemah


<7,0 (asam)
Contoh: HCl Contoh NH4OH

Asam lemah Basa kuat


>7,0 (basa)
Contoh: CH3COOH Contoh: NaOH

Tergantung Ka asam
lemah dan Kb basa
lemahnya.
Asam lemah Basa lemah Bila Ka>Kb, maka pH
Contoh: CH3COOH Contoh: NH4OH TE <7,0. Bila Ka<Kb,
maka pH TE>7,0.
Bila Ka=Kb, maka
pH
TE=7,0
Tabel 2: Tabel Reaksi Kimia Titrasi Asam basa

Indikator Asam Basa

Indikator pada titrasi asam basa adalah asam organik lemah dan
basa organik lemah, yang dapat berubah warna pada pH yang
berbeda. Pemilihan indikator untuk titrasi asam basa, digunakan
indikator yang memiliki kisaran harga pH yang berada sekitar titik
ekivalen.
Direktorat Pembinaan SMK 1
Kimia

Beberapa jenis indikator yang dapat digunakan untuk titrasi asam


basa yaitu:

 Crystal violet (pH 0 – 2 = kuning – biru)


 Cresol red (pH 1 – 2 = merah – kuning)
 Thymol blue (pH 1 – 3 = merah – kuning)
 Bromophenol blue (pH 2 – 4 = kuning – biru)
 Methyl orange (pH 2 – 4 = merah – kuning)
 Methyl red (pH 4 – 6 = merah – kuning)
 Bromothymol blue (pH 6 – 8 = kuning – biru)
 Cresol yellow (pH 7 – 9 = kuning – merah)
 Phenolphthalein (pH 8 – 10 = tidak berwarna – merah)
 Thymolphthalein (pH 9 – 11 = tidak berwarna – biru)
 Alizarin yellow R (pH 10 – 13 = kuning – merah)

Beberapa contoh prosedur titrasi asam basa

1) Standarisasi larutan HCl dengan larutan standar Natrium


tetraborat atau boraks (Na2B4O7.10H2O) 0,1000 N

Prinsip: larutan HCl sebagai larutan asam direaksikan dengan


larutan boraks yang merupakan garam basa berbasa dua
hingga tercapai titik ekivalen (BE boraks = ½ BM)

Cara kerja:

Disiapkan larutan standar boraks dengan cara melarutkan
10,645 gr boraks dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml.

Disiapkan larutan HCl 0,1 N dengan cara melarutkan 8 – 9
ml HCl pekat dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml.
Dimasukkan ke dalam buret.

Dipipetkan 25,0 ml larutan boraks dengan pipet volumetrik,
dituangkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, lalu ditambahkan 2
– 3 tetes indikator methyl red (MR).

Dititrasi larutan boraks tersebut dengan HCl sampai terjadi
perubahan warna

Percobaan diulang tiga kali

Hitung normalitas larutan HCl dengan rumus berikut:

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

2) Standarisasi larutan NaOH dengan larutan HCl

Prinsip: Larutan NaOH distandarisasi dengan larutan HCl yang


telah diketahui kadarnya

HCl + NaOH NaCl + H2O

Cara kerja:

 Disiapkan larutan NaOH 0,1 N dengan cara melarutkan 50


gr NaOH dalam 50 ml aquades, dibiarkan beberapa lama
hingga jernih. Setelah jernih, diambil 65 ml larutan,
diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml.
 Diambil 25,0 ml larutan NaOH tersebut, dituangkan kedalam
erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 2 – 3 tetes indikator methyl
orange (MO).
 Dititrasi dengan larutan HCl baku sampai terjadi perubahan
warna.
 Diulang percobaan sampai 3 kali.
 Dihitung normalitas NaOH dengan rumus berikut:

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

3) Penentuan kadar asam asetat dalam cuka makan

Prinsip: Asam asetat sebagai larutan berasam satu


distandarisasi dengan larutan NaOH (BE asam asetat = BM
asam asetat)

NaOH + HOAc NaOAc + H2O


Cara kerja:

Diambil 10,00 ml cuka makan dengan pipet volume

Dituangkan kedalam labu ukur 250 ml, ditambahkan
aquades sampai tanda batas.

Diambil 25,00 ml larutan dengan pipet volume, dituangkan
ke dalam erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 2 – 3 tetes
phenolphthalein (PP).

Dititrasi larutan tersebut dengan NaOH baku sampai terjadi
perubahan warna.

Diulang percobaan sebanyak 3 kali

Dihitung kadar (persentase) asam asetat dalam cuka
makan dengan rumus berikut:

. %
%
, / , ,

4) Penentuan kadar Na2CO3 dalam soda

Prinsip: Na2CO3 sebagai garam berbasa dua (BE = ½ BM)


distandarisasi dengan larutan HCl.

Pada titrasi ini terdapat dua titik ekivalen, sehingga digunakan


dua indikator, yaitu PP untuk TE 1, dan MO untuk TE 2.

Cara kerja:

Dilarutkan 10,00 gr sampel soda dengan aquades dalam
labu ukur 250 ml.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia


Diambil 25,00 ml larutan sampel tersebut dengan pipet
volume, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml,
ditambahkan indikator pp untuk menentukan TE 1.

Dititrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna.

Setelah terjadi perubahan warna, ditambahkan 2 – 3 tetes
indikator MO.

Dilanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan warna kembali
(untuk memperjelas TE 2, didihkan larutan saat TE 2 hampir
tercapai, kemudian dinginkan. Setelah dingin, dilanjutkan
titrasi sampai terjadi perubahan warna)

Percobaan diulang 3 kali.

Dihitung kadar Na2CO3 (%) dalam soda dengan rumus
berikut:

%
%
, / ,

D. Nitrimetri

Nitrimetri adalah metode penetapan kadar suatu zat dengan


menggunakan larutan baku NaNO2 (sodium nitrit). Metode ini
digunakan dalam analisa senyawa-senyawa organik, khususnya
senyawa amina primer. Pemeriksaan didasari oleh reaksi antara
fenil amina primer (aromatik) dengan natrium nitrit. Dalam suasana
asam reaksi ini akan membentuk garam diazonium, sehingga
dikenal juga dengan nama reaksi diazotasi.

NaNO2 + HCl NaCl + HNO2

Ar-NH2 + HNO2 + HCl Ar-N2Cl + H2O

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Reaksi ini tidak stabil pada suhu ruangan, karena garam diazonium
yang terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan
gas nitrogen. Untuk mengatasinya, reaksi dilakukan pada suhu
<150C. Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan penambahan
garam kalium bromida.

Titik ekivalen ditunjukkan dengan adanya perubahan warna dari


pasta kanji iodida atau kertas iodida sebagai indikator luar. Jika
senyawa fenil sudah bereaksi sepenuhnya, akan terjadi kelebihan
asam nitrit. Kelebihan asam nitrit ini akan bereaksi dengan iodida,
dan merubahnya menjadi iodin, diikuti dengan perubahan warna
menjadi biru.

Penetapan titik akhir juga dapat ditunjukkan menggunakan


campuran tropiolin dan metilen blue sebagai indikator dalam
larutan.

E. Kompleksometri

Titrasi kompleksometri merupakan metode penetapan kadar suatu


zat berdasarkan terbentuknya senyawa kompleks. Dalam titrasi ini
sampel bereaksi dengan titran membentuk senyawa kompleks.
Salah satu zat pembentuk senyawa kompleks yang sering
digunakan sebagai titran adalah ethylene diamine tetra acetic acid
(EDTA).
1) Standarisasi larutan EDTA dengan larutan CaCl2

Disiapkan larutan standar CaCl2 0,1 M dengan cara
melarutkan 0,25 gr CaCO3 dengan 25 ml aquades dalam
beaker glass 250 ml. ditambahkan 1 ml HCl pekat melalui
dinding gelas dan tutup dengan kaca arloji. Dicuci gelas
arloji dengan aquades (air bekas cucian ditampung dalam
beaker glass yang berisi larutan), kemudian dituangkan ke
dalam labu ukur 250 ml, diencerkan dengan aquades
hingga tanda batas.

Disiapkan larutan EDTA 0,01 M dengan cara melarutkan
3,8 gr Na2EDTA.2H2O (BM = 372) dengan aquades dalam
labu ukur 1000 ml.

Diambil 25,00 ml larutan CaCl 2, dituangkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 1,0 ml larutan buffer (pH
10) dan 2 – 3 tetes indikator EBT, larutan akan berwarna
merah.

Dititrasi CaCl2 tersebut dengan larutan EDTA yang telah
disiapkan sampai warna berubah menjadi biru

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Pemeriksaan diulang 3 kali

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia


Dihitung molaritas larutan EDTA

2) Penentuan total kesadahan dalam air laut

Prinsip: Menentukan konsentrasi total kesadahan dalam air laut


secara kompleksometri dengan menitrasi air laut menggunakan
larutan standar EDTA

Cara kerja:

Diambil 2,00 ml air laut, dimasukkan kedalam erlenmeyer
250 ml, ditambahkan 25 ml aquades.

Ditambahkan 1,0 ml larutan buffer pH 10 dan 2 – 3 tetes
indikator EBT kedalam sampel, larutan akan menjadi
merah.

Dititrasi sampel dengan larutan standar EDTA sampai
terjadi perubahan warna menjadi biru.

Percobaan diulang 3 kali

Dihitung kesadahan dalam air laut menggunakan rumus
berikut:

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

KEGIATAN BELAJAR 4 :
Analisa Kualitatif Anion dan Kation serta golongan senyawa organik

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, para siswa diharapkan mampu:


a) Memahami prinsip analisa kualitatif anion dan kation serta
golongan senyawa organik
b) Melakukan analisa kualitatif anion dan kation serta golongan
senyawa organik

Uraian Materi

A
nalisis kualitatif adalah suatu proses analisa yang dilakukan
untuk mencari keberadaan suatu unsur kimia dalam suatu bahan
contoh (sampel). Terdapat dua aspek penting dalam analisa kualitatif,
yaitu pemisahan dan identifikasi. Karena unit ini akan membahas
tentang analisa kualitatif terhadap kation dan anion,
sebelumnya harus dipahami dulu pengertian tentang atom dan ion.

Atom adalah partikel terkecil penyusun suatu benda. Di dalam atom


terdapat sub-atom, yaitu partikel penyusun atom yang ukurannya lebih
kecil. Setiap atom memiliki inti, yang terdiri dari proton dan neutron,
dan dikelilingi oleh elektron, yang bergerak cepat di sekitar inti.
Berdasarkan penjabaran ini, dapat dikatakan bahwa proton, neutron,
dan elektron merupakan bagian terkecil dari atom.

Ion adalah sekumpulan atom yang mengandung muatan listrik. Ion


bermuatan negatif yang dapat menangkap elektron disebut anion.
Sedangkan ion bermuatan positif, yang dapat kehilangan elektron
disebut kation. Proses penangkapan atau pelepasan elektron ini
n+ n-
ditandai dengan simbol atau , dimana n menunjukkan jumlah
elektron yang tertangkap atau terlepas.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

A. Sistematika analisis kation

Untuk tujuan analisis kualitatif secara sistematik, kation-kation


diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap
beberapa pereaksi (reagensia). Dengan memakai reagensia
golongan secara sistematis, dapat kita tetapkan ada tidaknya
kation- kation, dan golongan ini juga dipisahkan untuk pemeriksaan
lebih lanjut.

Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang


paling umum adalah:

 HCl (asam klorida)


 H2S (hidrogen sulfida)
 (NH4)2S (amonium sulfida)
 (NH4)2CO3 (amonium karbonat)
Klasifikasi didasarkan pada reaksi kation dengan reagensia-
reagensia tersebut, yang ditandai dengan pembentukan endapan.
Bisa dikatakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum
didasarkan pada perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan
karbonat dari kation tersebut.

Kelima golongan kation dan ciri-ciri khasnya adalah sebagai berikut:

 Golongan I. kation golongan ini membentuk endapan dengan


asam klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah:
a) Timbal
b) Merkurium (I)
c) Raksa
d) Perak
 Golongan II. Tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi
membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana
asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah:
a) Merkurium (II)
b) Tembaga
c) Bismut
d) Kadmium
e) Arsenik (III)
f) Arsenik (V)
g) Stibium (III)
h) Stibium (V)
i) Timah (II)

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

j) Timah (III)
k) Timah (IV)
Keempat ion pertama merupakan sub golongan IIa dan enam yang
terakhir termasuk golongan IIb.

 Golongan III. Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam


encer, atau hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral
encer. Namun kation kelompok ini membentuk endapan dengan
amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-
kation golongan ini adalah:
a) Kobalt (II)
b) Nikel (II)
c) Besi (II)
d) Besi (III)
e) Kromium (III)
f) Aluminium
g) Zink
h) Mangan (II)

 Golongan IV. Kation golongan ini tidak bereaksi dengan


reagensia golongan I, II, dan III. Kation-kation ini membentuk
endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium
klorida (dalam suasana asam atau sedikit asam). Kation-kation
golongan ini yaitu:
a) Kalsium
b) Strontium
c) Barium

 Golongan V. kation-kation umum, yang tidak bereaksi dengan


reagensia-reagensia golongan sebelumnya, merupakan
golongan kation yang terakhir, yang meliputi:
a) Magnesium
b) Natrium
c) Kalium
d) Amonium
e) Litium
f) Hidrogen

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

B. Golongan I

1)
Timbal (Pb; Ar = 207,19)

Timbal adalah logam berwarna abu-abu kebiruan. Mudah larut


dalam asam nitrat yang kepekatannya sedang (8M), dan
membentuk nitrogen oksida:
3Pb + 8HNO3 3Pb2+ + 6NO-
3 + 2NO + 4H2O

Gas nitrogen (II) yang tidak berwarna, akan teroksidasi di udara


menjadi nitrogen oksida berwarna merah:

2NO (tak berwarna) + O2 2NO2 (merah)

Reaksi-reaksi ion timbal (II)

Larutan timbal nitrat (0,25 M) atau timbal asetat (0,25 M) dapat


digunakan untuk mempelajari reaksi-reaksi ini

a) Asam klorida encer: terbentuk endapan putih dalam larutan


dingin dan tak terlalu encer:

Pb2+ + 2Cl- PbCl2

b) Hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer:


endapan hitam timbal sulfida:

Pb2+ + H2S PbS + 2H+

c) Larutan amoniak: endapan putih timbal hidroksida:

Pb2+ + 2NH3 + 2H2O Pb(OH)2 + 2NH +


4

d) Natrium hidroksida: endapan putih timbal hidroksida:

Pb2+ + 2OH- Pb(OH)2

e) Asam sulfat encer: endapan putih timbal sulfat:

Pb2+ + SO42- PbSO4

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

f) Kalium kromat dalam larutan netral, asam asetat, atau


amoniak: endapan kuning timbel kromat:

Pb2+ + CrO 42- PbCrO 4

g) Kalium iodida: terbentuk endapan kuning timbal iodida

Pb2+ + 2I- PbI2

h) Natrium sulfit dalam larutan netral: endapan putih timbal sulfit

Pb2+ + SO3 2+ PbSO3

2)
Merkuri atau Raksa, (Hg; Ar = 200,59)

Merkurium adalah logam cair putih perak (pada suhu biasa).


Tidak bereaksi dengan HCl atau asam sulfat encer (2M), tetapi
mudah bereaksi dengan asam nitrat. Asam nitrat dingin dengan
kepekatan sedang (8M) bersama merkurium yang berlebihan
akan menghasilkan ion merkurium (II).

6Hg + 8HNO3 3Hg2+ + 2NO + 6NO - +


3 4H2O

Reaksi ion merkurium (I)

Larutan merkurium (I) nitrat (0,05M) dapat dipakai untuk


mempelajari reaksi-reaksi ini.

a) HCl encer atau klorida-klorida terlarut: endapan putih merkurium


(I) klorida (kalomel)
Hg22+ + 2Cl- Hg2Cl 2

b) Hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer:


endapan hitam merkurium (II) sulfida dan logam merkurium

Hg22+ + H 2S Hg + HgS + 2H+


c) Larutan amoniak: endapan hitam campuran logam merkurium
dan merkurium (II) amidonitrat basa

NH2
2+ -
2Hg2 + NO3 + 4NH3 + H2O HgO.Hg + 2Hg + 3NH4+
Direktorat Pembinaan SMK 7
Kimia
NO3

7 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

d) Natrium hidroksida: endapan hitam merkuri oksida

Hg22+ + 2OH- Hg2O + H O


2

e) Kalium kromat dalam larutan panas: endapan kristalin merah


merkurium (I) kromat

Hg22+ + CrO 42- Hg2CrO 4

f) Kalium Iodida, ditambahkan perlahan-lahan dalam larutan


dingin: endapan kuning merkurium (I) karbonat

Hg22+ + 2I- Hg2I2

3) Perak (Ag; Ar = 107,868)

Perak adalah logam putih, dapat ditempa, dan liat. Titik


leburnya pada suhu 960,50C. tidak larut dalam HCl, asam sulfat
encer (1M) atau asam nitrat encer (2M). larut dalam asam nitrat
yang lebih pekat (8M).

Reaksi-reaksi ion perak (I)

Larutan perak nitrat 0,1 M dapat dipakai dalam percobaan ini.

a) HCl encer (atau klorida-klorida terlarut): endapan putih


perak klorida

Ag+ + Cl- AgCl

b) Hidrogen sulfida (gas atau larutan jenuh) dalam suasana


netral atau asam: endapan hitam perak sulfida

2Ag+ + H2S Ag2S + 2H+

c) Larutan amoniak: endapan coklat perak oksida

2Ag+ + 2NH3 + H2O Ag2O + 2NH4

d) Natrium hidroksida: endapan coklat perak oksida

2Ag+ + 2OH- Ag2O + H2O

e) Kalium iodida: endapan kuning perak iodida


Ag+ + I- AgI
Direktorat Pembinaan SMK 7
Kimia

f) Kalium kromat dalam larutan netral: endapan merah perak


kromat

2Ag+ + CrO 42- Ag2CrO 4

C. Golongan II

1) Merkurium (II)

Reaksi-reaksi ion merkurium (II)

a) Hidrogen sulfida (gas atau larutan jenuh): dengan adanya


HCl encer, mula-mula akan terbentuk endapan putih
merkurium (II) klorosulfida (a) yang akan terurai bila
ditambahkan hidrogen sulfida lebih lanjut, dan akhirnya
terbentuk endapan hitam merkurium (II) sulfida (b)
3Hg2+ + 2Cl- + 2H2S Hg3S2Cl2 + 4H+ (a)

Hg3S2Cl2 + H2S 3HgS + 2H+ + 2Cl- (b)

b) Larutan amoniak: endapan putih dengan komposisi


tercampur; pada dasarnya terdiri dari merkurium (II) oksida
dan merkurium (II) amidonitrat:
2Hg2+ + NO3- + 4NH3 + H2O HgO.Hg(NH2)NO3 + 3NH4+

c) Natrium hidroksida, ditambahkan dalam jumlah sedikit:


endapan merah kecoklatan dengan komposisi berbeda-
beda; jika ditambahkan dalam jumlah yang stoikiometris,
endapan berubah menjadi kuning ketika terbentuk
merkurium (II) oksida:
Hg2+ + 2OH- HgO + H2O

d) Kalium iodida, ditambahkan perlahan-lahan kepada larutan:


endapan merah merkurium (II) iodida
Hg2+ + 2I- HgI2

8 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

2) Bismut (Bi; Ar = 208,98)

Bismut adalah logam berwarna putih kemerah-merahan,


kristalin, dan getas. Titik leburnya 271,50C. tidak larut dalam
HCl, tetapi larut dalam asam pengoksida seperti asam nitrat
pekat atau asam sulfat panas. Hidroksidanya, Bi(OH) 3,
merupakan basa lemah, karena itu garam-garam bismut
mudah terhidrolisis:

Bi3+ + H2O BiO+ + 2H+

Reaksi-reaksi ion bismut (III)

Reaksi dapat dipelajari menggunakan larutan bismut (III) nitrat


0,2M, yang mengandung kira-kira 3 – 4% asam nitrat.

a) Hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh): endapan


hitam bismut sulfida:

2Bi3+ + 3H2S Bi2S3 + 6H+

b) Larutan amoniak: garam basa putih dengan berbagai


komposisi:

Bi3+ + NO 3- + 2NH 3 + 2H 2O Bi(OH)2NO 3 + 2NH 4+

c) Natrium hidroksida: endapan putih bismut (III) hidroksida

Bi3+ + 3OH- Bi(OH)3

d) Kalium Iodida ditambahkan tetes demi tetes: endapan hitam,


bismut (III) iodida:

Bi3+ + 3I- BiI3

3) Tembaga (Cu: Ar = 63,54)

Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat


ditempa dan liat. Melebur pada suhu 10380C. tidak larut dalam
HCl dan asam sulfat encer. Larut dengan mudah dalam asam
nitrat yang sedang kepekatannya (8M).

Reaksi-reaksi ion tembaga (II)

Reaksi-reaksi ini dapat dilakukan dengan menggunakan larutan

Direktorat Pembinaan SMK 8


Kimia
tembaga (II) sulfat.

8 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

a) Hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh); endapan hitam


tembaga sulfida:
Cu2+ + H2S CuS + 2H+

b) Larutan amoniak, ditambahkan dalam jumlah yang sangat


sedikit: endapan biru tembaga sulfat basa:
2Cu2+ + SO 42- + 2NH 3 + 2H 2O Cu(OH)2.CuSO 4 + 2NH 4-

c) Natrium hidroksida dalam larutan dingin: endapan biru


tembaga (II) hidroksida:
Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2

d) Kalium iodida: mengendapkan tembaga (I) iodida yang


putih, tetapi larutannya berwarna coklat tua karena
terbentuknya ion-ion tri-iodida:
2Cu2+ + 5I- 2CuI + I - 3

4) Kadmium (Cd: Ar = 112,40)

Kadmium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat.


Melebur pada suhu 3210C. larut dengan lambat dalam asam
encer dengan melepaskan hidrogen.

Reaksi ion kadmium

a) Hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh): endapan


kuning kadmium sulfida:
Cd2+ + H2S CdS + 2H+

b) Larutan amoniak bila ditambahkan tetes demi tetes:


endapan putih kadmium hidroksida
Cd2+ + 2NH3 + 2H2O Cd(OH)2 + 2NH 4+

c) Natrium hidroksida: endapan putih kadmium (II) hidroksida


Cd2+ + 2OH- Cd(OH)2

d) Kalium iodida: tidak membentuk endapan

Direktorat Pembinaan SMK 8


Kimia

5) Arsenik (As; Ar = 74,92) – Arsenik (III)


Arsenik adalah zat padat berwarna abu-abu seperti baja, getas
dan memiliki kilap logam. Jika dipanaskan, arsenik akan
bersublimasi dan mengeluarkan aroma seperti bawang putih
yang khas. Jika dipanaskan dalam aliran udara bebas, arsenik
terbakar dengan nyala biru, dan menghasilkan asap putih
arsenik (III) oksida, As4O6.

Reaksi-reaksi ion arsenik (III)


a) Hidrogen sulfida: endapan kuning arsenik (III) sulfida:
2As3+ + 3H2S As2S3 + 6H+
b) Perak nitrat: endapan kuning perak arsenit dalam larutan
netral (berbeda dengan arsenat)
AsO33- + 3Ag+ Ag3AsO 3
c) Kalium tri-iodida (larutan iod dalam kalium iodida):
mengoksidasikan ion arsenit sambil menghilangkan warna.
AsO33- + I 3- + H 2O AsO43- +3I- + 2H+

Arsenik (As; Ar = 74,92) – Arsenik (V)


Sifat-sifat arsenik telah dijelaskan sebelumnya.

Reaksi-reaksi ion arsenat


a) Hidrogen sulfida: tidak terjadi endapan segera dengan
adanya HCl encer. Jika aliran gas diteruskan, campuran
arsenik (III) sulfida, As2S3 dan belerang mengendap dengan
lambat. Pengendapan akan lebih cepat dalam larutan
panas.
AsO43- + H 2S AsO33- + S + H O 2
3- +
2AsO3 + 3H 2S + 6H As2S 3 + 6H 2O

b) Larutan perak nitrat: endapan merah-coklat perak arsenat


Ag3AsO4
AsO43- + 3Ag+ Ag3AsO 4

c) Campuran magnesia: endapan kristalin putih magnesium


amonium arsenat dari larutan netral atau amoniakal
(berbeda dengan arsenit)
AsO43- + Mg2+ + NH4+ MgNH4AsO4

8 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Uji-Uji Khusus untuk Arsenik yang Berjumlah Sedikit

Uji-uji ini dapat digunakan untuk semua senyawa arsenik, dan memegang
peranan penting dalam analisis forensik

 Uji Marsh. Harus dilakukan dalam kamar asam, karena


menghasilkan arsina (AsH3) suatu gas tak berwarna, yang sangat
beracun, dengan bau seperti bawang putih.
 Uji Gutzeit. Pada dasarnya merupakan modifikasi dari uji Marsh.
 Uji Fleitmann. Uji ini dilakukan berdasarkan reduksi senyawa-
senyawa arsenik oleh hidrogen.
 Uji Reinsch. Menggunakan sepotong tembaga yang dididihkan
bersama suatu senyawa arsenik (III), kemudian diasamkan dengan
HCl pekat. Arsenik akan mengendap diatas tembaga dalam bentuk
selaput abu-abu tembaga arsenida, Cu5As2.
 Uji kering (Uji pipa tiup). Senyawa arsenik bila dipanaskan di atas
arang dengan natrium karbonat, menghasilkan kerak putih arsenik
(III) oksida, dan timbul bau seperti bawang putih.

D. Analisis Anion
1) Karbonat, CO32-

Semua karbonat normal, kecuali karbonat dari logam-logam alkali


serta amonium, tidak larut dalam air. Hidrogen karbonat atau
bikarbonat dari kalsium, strontium, barium, magnesium, dan
mungkin dari besi ada dalam larutan air.

Reaksi-reaksi ion karbonat

a) HCl encer: terjadi penguraian disertai terbentuknya buih,


karena adanya pelepasan karbon dioksida:
CO32- + 2H+ CO2 + H 2O
Gas ini dapat diidentifikasi dari sifatnya yang mengeruhkan air
kapur.
b) Larutan barium klorida (atau kalsium klorida): endapan putih
barium (atau kalsium) karbonat:
CO32- + Ba2+ BaCO3
CO32- + Ca2+ CaCO3

c) Larutan perak nitrat: endapan putih perak karbonat:


CO32- + 2Ag+ Ag2CO3

Direktorat Pembinaan SMK 8


Kimia

2) Hidrogen Karbonat (HCO3-)

Kebanyakan reaksi hidrogen karbonat adalah serupa dengan


reaksi karbonat. Uji yang diuraikan di sini cocok untuk
membedakan antara hidrogen karbonat dari karbonat.

Larutan 0,5M natrium hidrogen karbonat (NaHCO 3) atau kalium


hidrogen karbonat (KHCO3) yang baru dibuat, dapat dipakai
untuk mempelajari reaksi-reaksi ini.

a) Pendidihan: bila dididihkan, hidrogen karbonat terurai

2HCO3- CO32- + H O
2 + CO 2

b) Magnesium sulfat: penambahan magnesium sulfat ke


dalam larutan hidrogen karbonat yang dingin tidak
menimbulkan pengendapan, sedangkan endapan putih
magnesium karbonat (MgCO3), terbentuk dengan karbonat
normal. Dengan memanaskan campuran, terbentuk
endapan putih magnesium karbonat.
Mg2+ + 2HCO3 - MgCO3 + H 2O + CO2

3) Sulfit, SO32-

Hanya sulfit dari logam alkali dan dari amonium yang larut
dalam air. Sulfit dari logam lain hanya larut sedikit atau tidak
larut.

Larutan natrium sulfit, Na2SO3. 7H2O (0,5M) yang baru dibuat,


dapat dipakai untuk mempelajari reaksi-reaksi ini.

a) Asam klorida encer (atau asam sulfat encer): terjadi


penguraian, lebih cepat dengan dipanaskan, disertai
pelepasan belerang dioksida:
SO32- + 2H+ SO2 + H 2O

b) Larutan barium klorida: endapan putih barium sulfit


SO32- + + Ba2+ BaSO3

c) Larutan perak nitrat: mula-mula tak terjadi perubahan yang


dapat dilihat, karena pembentukan ion-ion sulfitoargentat
SO32- + Ag+ [AgSO3]-

8 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Dengan menambahkan reagensia yang lebih banyak, akan


terbentuk endapan kristalin putih, perak sulfit:
[AgSO3]- + Ag+ Ag2SO3

E. Analisis Kualitatif Senyawa Organik

Istilah senyawa organik muncul dari pendapat yang dianut pada


masa lalu, yaitu bahwa senyawa-senyawa kimia terbagi menjadi
dua golongan besar:

 Senyawa yang berasal dari makhluk hidup, senyawa ini


dinamakan senyawa organik
 Senyawa yang diperoleh dari mineral, dinamakan senyawa
anorganik
Berdasarkan pendapat tersebut, yang diartikan sebagai kimia
organik adalah cabang ilmu kimia yang mengkaji senyawa-
senyawa yang dihasilkan oleh makhluk hidup atau organisme.

Pengertian ini hanya berlaku sampai pertengahan abad 19.


Sejarah perkembangan ilmu kimia organik berubah total saat
Wohler berhasil mensintesis urea (senyawa organik) dari amonium
sianat (senyawa anorganik). Ini menunjukkan bahwa senyawa
organik tidak selalu berasal dari organisme.

Namun begitu, ada satu fakta penting yang menjadi pedoman


untuk penggolongan senyawa kimia. Di dalam senyawa organik
selalu terdapat unsur karbon (C). Berdasarkan hal inilah, sebutan
untuk senyawa organik dirubah menjadi senyawa karbon.
Meskipun begitu, sampai saat ini istilah senyawa organik masih
tetap dipertahankan, walaupun dengan pengertian yang berbeda.
Cabang dari ilmu kimia yang mempelajari berbagai aspek dalam
senyawa organik disebut kimia organik.

Dengan demikian, maka yang diartikan sebagai senyawa organik


adalah senyawa-senyawa yang dibentuk oleh unsur karbon.
Senyawa organik harus dipisahkan pembahasannya dari senyawa
lain karena jumlahnya yang demikian besar.

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak senyawa organik yang


dapat disintesis oleh manusia, sehingga meruntuhkan mitos bahwa
senyawa ini hanya berasal dari makhlukk hidup. Penyebutan
“senyawa karbon” dilakukan oleh para ilmuwan untuk
menggantikan “senyawa organik”.

Direktorat Pembinaan SMK 8


Kimia

Penggolongan Senyawa Karbon

Keragaman senyawa karbon ditentukan oleh kemampuan atom-


atom karbon untuk saling berikatan membentuk rantai atom
karbon. Mengingat banyaknya jumlah senyawa organik yang ada,
maka untuk mempermudah pembelajarannya, dilakukan klasifikasi.
Klasifikasi ini dilakukan berdasarkan kesamaan sejumlah senyawa
organik dalam hal tertentu.

Klasifikasi yang umum digunakan adalah berdasarkan:

a) Kerangka atom karbon yang terdapat dalam struktur kimia


b) Jenis-jenis unsur penyusunnya
c) Gugus fungsi yang dimilikinya

Berdasarkan kerangka karbonnya, senyawa karbon dapat


digolongkan menjadi:

 Senyawa karbon alifatik, yaitu senyawa karbon yang memiliki


rantai karbon terbuka, lurus atau menyamping.
 Senyawa karbon alisiklik, yaitu senyawa karbon yang memiliki
rantai karbon tertutup atau melingkar
 Senyawa karbon aromatik, yaitu senyawa karbon dengan rantai
karbon tertutup yang memiliki stabilitas lebih dibanding
senyawa karbon alisiklik
Metode analisa yang digunakan untuk senyawa organik akan
dibahas pada kelas berikutnya dalam mata pelajaran yang lebih
spesifik.

8 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

KEGIATAN BELAJAR 5 :
Stoikiometri, Gravimetri, Titrasi, Spektrofotometri

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, para siswa diharapkan mampu:


a) Memahami perhitungan stoikiometri, penetapan kadar secara
gravimetri, titrasi, dan spektrofotometri
b) Melakukan perhitungan stoikiometri, dan melakukan penetapan
kadar zat secara gravimetri dan titrimetri

Uraian Materi

A. Stoikiometri
Salah satu aspek penting pada reaksi kimia adalah hubungan
kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia tersebut,
baik pereaksinya maupun hasil reaksinya. Metode yang digunakan
untuk melakukan pengukuran terhadap hubungan kuantitatif ini
dikenal dengan nama stoikiometri (stoicheon = unsur; metron =
mengukur).

Stoikiometri sangat penting dalam ilmu kimia. Seringkali kita harus


mereaksikan sejumlah zat (zat X) untuk menghasilkan sejumlah
zat baru (zat Y). Pertanyaannya adalah, jika kita memiliki sejumlah
gram zat X, berapa gramkah zat Y yang akan dihasilkan? Untuk
menjawab pertanyaan ini kita memerlukan stoikiometri.

1) Konsep Mol

Dalam ilmu kimia, perhitungan jumlah partikel, seperti atom dan


molekul, umumnya melibatkan bilangan yang sangat besar.
Untuk menghitungnya secara cepat, kita perlu mengetahui
massa setiap atom dan molekul. Massa atom (A r) dapat dilihat
pada tabel periodik. Sementara untuk menentukan massa
molekul (Mr), dapat dilakukan dengan menjumlahkan seluruh
massa atom dalam senyawa tersebut.

Direktorat Pembinaan SMK 8


Kimia

Sebagai contoh, senyawa amoniak (NH3) tersusun dari tiga


atom hidrogen dan satu atom nitrogen. Jika kita lihat pada pada
tabel periodik, dapat dilihat bahwa massa satu atom hidrogen =
1,008 sma (satuan massa atom), dan massa satu atom
nitrogen adalah 14,00 sma. Dengan demikian, massa satu
molekul amoniak adalah:

(3 x Ar H) + (1 x Ar N) = (3 x 1,008) + (1 x 14,00) = 17,024 sma

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan istilah tertentu


untuk menyatakan jumlah. Demikian pula dalam ilmu kimia,
dibutuhkan satuan yang sesuai dan dapat digunakan untuk
ukuran atom dan molekul yang sangat kecil. Satuan yang
digunakan adalah mol.

Kata mol ini mewakili suatu bilangan, yaitu 6,022 x 1023.


Bilangan ini dikenal dengan nama Bilangan Avogadro, sesuai
dengan nama ilmuwan yang meletakkan dasar (prinsip) mol
tersebut, yaitu Amedeo Avogadro.

Untuk atom, satu mol adalah massa atom yang dinyatakan


dalam gram. Sedangkan untuk senyawa, satu mol adalah
massa senyawa dalam satuan gram.

Misal: Mr air adalah 18, 015 sma. Maka dapat dikatakan bahwa:

 1 mol air setara dengan 18,015 gr air


 Dalam 18,015 gr air terdapat 6,022 x 1023 molekul air

2) Asas-Asas dalam Stoikiometri


Terdapat 4 hukum dasar yang berlaku dalam perhitungan kimia,
yakni:
 Hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier)
 Hukum perbandingan tetap (hukum Proust)
 Hukum perbandingan volume (hukum Gay Lussac)
 Hukum Avogadro

Hukum kekekalan Massa

“Massa zat sebelum reaksi adalah sama dengan massa zat


setelah reaksi”

S + O2 SO2

1 mol sulfur bereaksi dengan 1 mol O 2 membentuk 1 mol SO2.


Dalam reaksi ini, massa total reaktan sama dengan massa

8 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

produk yang dihasilkan. Misal: 32 gr sulfur akan bereaksi


dengan 32 gr O2 membentuk 64 gr SO2

Hukum perbandingan tetap

“Perbandingan massa unsur-unsur pembentuk senyawa selalu


tetap, sekalipun dibuat dengan cara yang berbeda”

S + O2 SO2

Perbandingan massa S terhadap massa O2 untuk membentuk


SO2 adalah 32 gram S berbanding 32 gram O2 (1:1). Hal ini
berarti, setiap satu gr S tepat dapat bereaksi dengan satu gram
O2 membentuk 2 gram SO2. Jika tersedia 50 gr S, dibutuhkan
50 gr O2 untuk membentuk 100 gr SO2.

Hukum perbandingan volume

Hukum ini hanya berlaku pada reaksi kimia yang melibatkan


materi berbentuk gas.

“pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas


pereaksi dengan volume gas hasil reaksi merupakan bilangan
bulat dan sederhana (sama dengan perbandingan koefisien
reaksinya)”

N2 + 3H2 2NH3

Perbandingan volume gas sama dengan perbandingan


koefisien reaksinya. Hal ini berarti, setiap satu ml gas N 2 tepat
bereaksi dengan 3 ml gas H2 membentuk 2 ml gas NH3.
Dengan demikian, untuk memperoleh 50 L gas NH 3 diperlukan
25 L gas N2 dan 75 L gas H2.

Hukum Avogadro

Hanya berlaku pada reaksi kimia yang melibatkan unsur atau


senyawa gas.

“Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya


sama mengandung jumlah mol yang sama.”

Hukum ini berhubungan erat dengan hukum Gay Lussac.

N2 + 3H2 2NH3

Perbandingan mol sama dengan perbandingan koefisien


reaksinya. berarti, setiap 1 mol gas N2 tepat bereaksi dengan 3
mol gas H2 membentuk 2 mol gas NH3. Perbandingan volume

Direktorat Pembinaan SMK 8


Kimia
gas sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. berarti,

8 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

setiap 1L gas N2 bereaksi tepat dengan 3 L gas H2 membentuk


2 L gas NH3. Dengan kata lain, perbandingan mol gas sama
dengan perbandingan volume gas.

Perhitungan Kimia

Hukum-hukum dasar kimia dan persamaan reaksi telah


memberikan dasar pemahaman tentang bagaimana suatu
reaksi berlangsung, berapa banyak zat-zat yang dibutuhkan,
dan berapa banyak zat yang terbentuk. Hukum-hukum ini
berlaku untuk zat padat, cair, maupun gas.

Contoh

Reaksi antara hidrogen dengan nitrogen dalam pembentukan


senyawa amoniak:

H2 + N2 NH3

Reaksi ini harus disetimbangkan terlebih dulu dengan koefisien


reaksi sebagai berikut:

3H2 + 1N2 2NH3

Angka 3, 1, dan 2 adalah koefisien reaksi yang digunakan


untuk menyetimbangkan reaksi (angka 1 tidak perlu ditulis).
Nitrogen memiliki valensi 2, sedangkan hidrogen bervalensi
satu. Untuk menghasilkan amoniak sesuai kaidah
kesetimbangan, dibutuhkan hidrogen dan nitrogen dengan
perbandingan 3 banding 1.

Dapat dikatakan bahwa koefisien reaksi ini mewakili:

a) Jumlah spesifik dari setiap zat


b) Rasio dari reaktan dan produk
Koefisien reaksi juga dapat digunakan untuk menghitung mol
dari unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi.

Contoh:

Dari reaksi:

3H2 + 1N2 2NH3

Berapa mol N2 dibutuhkan untuk bereaksi dengan 7,5 mol H2


agar terbentuk amoniak dalam jumlah seimbang?

Direktorat Pembinaan SMK 8


Kimia

Jawab:

Diketahui:

mol H2 = 7,5 mol

koefisien reaksi N2 = 1

koefisien reaksi H2 = 3
maka:
12
2 7,5 32
= 2,5 mol

Jadi kita dapat mencari hubungan kuantitatif antara tiap zat


yang terlibat dalam reaksi, termasuk produk atau hasil akhir
reaksi.
Contoh lain:

3H2 + 1N2 2NH3

Berapa mol H2 diperlukan untuk menghasilkan 0,8 mol NH3?


Jawab:

mol H2 diperlukan = 0,8 mol NH3 x

= 1,2 mol

Contoh-contoh di atas merupakan cara menghitung mol


berdasarkan mol.

Perhitungan Lain

3H2 + 1N2 2NH3

Berapa gram NH3 dihasilkan jika N2 yang direaksikan sebanyak


42 gram?

8 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Jawab:

- Langkah 1: Hitung mol nitrogen

1 2
2 2
2
1 2
2 42
28

2 1,5

- Langkah 2: Hitung mol NH3

23
3 1,5 12
3 3

- Langkah 3: Hitung gram NH3

3
3 3
1 3

3 51

B. Gravimetri

Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif unsur atau senyawa


berdasarkan bobotnya. Proses ini diawali dengan pengendapan,
diikuti dengan pemisahan dan pemanasan endapan, diakhiri
dengan penimbangan.

Untuk memperoleh keberhasilan dalam analisa secara gravimetri,


ada tiga hal yang harus diperhatikan:

 Unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan


secara sempurna
 Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti
rumus molekulnya
 Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang

Direktorat Pembinaan SMK 8


Kimia

Tahapan dalam analisis gravimetri adalah sebagai berikut:

a) Pelarutan sampel (untuk sampel padat)


b) Pembentukan endapan dengan cara menambahkan pereaksi
pengendap secara berlebih agar semua unsur/senyawa
terendapkan oleh pereaksi. Proses ini dilakukan pada suhu dan
pH tertentu yang merupakan kondisi optimum reaksi
pengendapan.
c) Penyaringan endapan
d) Pencucian endapan, dengan cara menyiram endapan dalam
penyaring dengan larutan tertentu
e) Pengeringan endapan hingga mencapai berat konstan
f) Penimbangan endapan
g) Perhitungan
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

%
Kadar unsur/senyawa (%) =

.
/ /

bentuk endapan
Unsur/senyawa faktor gravimetri
yang ditimbang

K KClO4
4

2
K2O KClO4
2 4

S BaSO4
4

4
SO4 BaSO4
4

2
Fe Fe2O3
3 23

8 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

2 3 4
Fe3O4 Fe2O3
3 2 3

2
Mg Mg2P2O7
2 2 7

3 8
KAlSi3O8 SiO2
3 2

1) Penentuan Klorida

Prinsip:

Ion klorida diendapkan dari larutan asam dalam bentuk perak


klorida

Cl- + Ag+ AgCl

Endapan yang terbentuk mula-mula berbentuk koloid, tetapi


kemudian akan menggumpal membentuk agregat. Endapan
dicuci dan disaring. Sebagai pencuci digunakan larutan asam
nitrat encer.

Perak klorida yang terbentuk disaring melalui sintered glass


crucible, bukan dengan kertas saring. Ini dilakukan untuk
menghindari reduksi AgCl menjadi Ag bebas oleh karbon
yang ada dalam kertas saring selama pembakaran kertas
saring.

Cara kerja:

 Keringkan sampel dalam oven selama satu jam pada suhu


1100C.
 Dinginkan sampel dalam desikator.
 Ditimbang sekitar 0,4 – 0,7 gram sampel tersebut dalam
beaker glass 400 ml.
 Ditambahkan 150 ml aquades bebas klorida dan 0,5 ml
(10 tetes) asam nitrat (HNO3) pekat.
 Diaduk hingga merata dengan batang pengaduk,
tinggalkan batang pengaduk dalam beaker glass.
 Sampel dianggap sebagai NaCl murni. Dihitung milimol
yang dibutuhkan untuk pengendapan

Direktorat Pembinaan SMK 8


Kimia

Contoh:

Jika sampel ditimbang sejumlah 410 mg, dan larutan AgNO3


yang akan digunakan adalah AgNO3 0,5 M, maka:

mmol NaCl = berat NaCl/Berat Molekul NaCl

= 410/58,5

= 7 mmol

mmol AgNO3 = mmol NaCl

mmol AgNO3 = 7 mmol

jumlah larutan AgNO3 diperlukan = 7/0,5 = 14 ml

 Ditambahkan larutan AgNO3 tersebut perlahan-lahan


sambil diaduk, dan lebihkan 10% penambahan larutan
AgNO3.
 Dipanaskan beaker sampai hampir mendidih sambil
diaduk larutan terus menerus, hindarkan beaker dari sinar
matahari langsung.
 Ditambahkan satu-dua tetes larutan AgNO 3 untuk
mengetahui apakah semua klorida dalam sampel telah
terendapkan atau belum. Bila dengan penambahan larutan
menjadi keruh, ditambahkan lagi AgNO3 dan dipanaskan
kembali larutan. Diperiksa kembali dengan satu-dua tetes
AgNO3.
 Dinginkan larutan dan tutup dengan kaca arloji sekitar satu
jam.

Penyaringan dan Penimbangan

 Ditempatkan sintered-glass crucible (yang telah ditimbang)


pada perlengkapan penghisap.
 Dituangkan larutan sampel yang telah diendapkan ion
kloridanya ke crucible.
 Dicuci endapan dengan larutan HNO3 encer (0,6 ml HNO3
pekat dalam 200 ml aquades), juga sisa yang ada dalam
beaker glass beberapa kali.
 Dikeringkan endapan dalam oven selama 2 jam pada suhu
1100C.
 Dinginkan dalam desikator
8 Direktorat Pembinaan SMK
Kimia

 Ditimbang endapan yang telah dingin.


 Dihitung kadar klorida dalam sampel menggunakan rumus:

/ %
%

Gambar 5: Sintered-glass
Sumber: indoeximindia.com

C. Titrasi

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, titrasi adalah salah satu


metode kimia yang banyak digunakan untuk menentukan kadar
suatu unsur atau senyawa dalam larutan. Titrasi dilakukan
menggunakan instrumen khusus yang disebut buret.

Direktorat Pembinaan SMK 8


Kimia

Gambar 6: Titrasi asam basa menggunakan buret


Sumber: prenhall.com

Mengenai titrasi tidak akan dibahas lebih lanjut, karena sudah


dijabarkan pada bagian sebelumnya.

8 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

D. Spektrofotometri

Cahaya

Cahaya adalah radiasi elektromagnetik yang tersusun oleh


gelombang. Cahaya tampak (visible) terdiri dari panjang
gelombang tertentu yang mata manusia sensitif terhadapnya.
Campuran dari semua panjang gelombang yang visibel ini akan
nampak seperti cahaya putih. Sinar putih memiliki panjang
gelombang antara 400 – 760 nm (nanometer).

Jika panjang gelombang cahaya ini dipisahkan dengan suatu filter


khusus, akan nampak warna tertentu sesuai panjang gelombang
yang dipisahkan. Perkiraan panjang gelombang dari berbagai
warna adalah sebagai berikut:

PANJANG GELOMBANG
WARNA
(λ = LAMBDA)

Ultraviolet < 400 nm

Violet 400 – 450 nm

Biru 450 – 500 nm

Hijau 500 – 570 nm

Kuning 570 – 590 nm

Oranye/Jingga 590 – 620 nm

Merah 620 – 760 nm

Infra merah > 760 nm

Direktorat Pembinaan SMK 8


Kimia

Keterangan: 1 nanometer (nm) = 10-9 meter

Warna

W
arna adalah suatu kesan visual yang timbul akibat
terserapnya cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh
suatu benda pada saat benda tersebut terkena cahaya. Sisa
panjang gelombang akan diteruskan (oleh obyek transparan) atau
dipantulkan (oleh obyek yang buram) dan terlihat sebagai warna oleh
mata.

Suatu obyek nampak berwarna biru karena menyerap sebagian dari


panjang gelombang daerah oranye-merah, dan meneruskan atau
memantulkan panjang gelombang daerah biru, sehingga obyek
tersebut nampak biru. Obyek nampak berwarna merah jika menyerap
sebagian dari panjang gelombang daerah ultraviolet-biru, dan
meneruskan atau memantulkan panjang gelombang daerah merah.

Warna tertransmisi
λ (nm) Warna terabsorbsi (warna yang
nampak)

400 – 435 Violet Hijau – Kuning

435 – 480 Biru Kuning

480 – 490 Biru – Hijau Oranye

490 – 500 Hijau – Biru Merah

500 – 560 Hijau Ungu

560 – 580 Hijau – Kuning Violet

580 – 595 Kuning Biru

595 – 650 Oranye Biru – Hijau

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

650 – 760 Merah Hijau - Biru

Metode analisa secara spektrofotometrik dilakukan menggunakan


alat spektrofotometer. Alat ini bekerja dengan cara mengukur
spektrum absorbsi (daerah warna yang diserap).

Instrumen

Komponen-komponen utama pada spektofotometer yaitu:

a) Sumber cahaya (lampu tungsten, deuterium atau halogen)


b) Selektor panjang gelombang (filter warna, grating atau prisma)
c) Detektor cahaya/photo detector (barrier layer cell, Photo tube,
atau Photo multipliers)
d) Pembaca dan pengolah sinyal/signal reader and processor
(Null Balance, Direct Readers, Digital Reader)
e) Layar (screen/display)

Dalam visual kolorimetrik, umumnya digunakan cahaya putih buatan


atau alami sebagai sumber cahaya, dan pembacaan hasil dilakukan
berdasarkan pengamatan mata dengan bantuan alat sederhana yang
disebut visual comparator, atau menggunakan sederet larutan warna
standar yang telah diketahui konsentrasinya.

Untuk memperkecil kesalahan, dapat digunakan instrumen pembaca


elektronik (photoelectric colorimeter). Alat ini biasanya bekerja pada
cakupan panjang gelombang yang terbatas, dimana cahaya dengan
panjang gelombang tertentu dipisahkan menggunakan filter
berwarna. Alat ini dikenal juga dengan nama filter photometer. Range
(rentang) panjang gelombang yang dipisahkan oleh filter berwarna
dalam fotometer ini adalah sekitar 50 nm.

Spektrofotometer cahaya, berbeda dengan fotometer biasa, memakai


range panjang gelombang yang lebih kecil (10 nm atau kurang),
sehingga instrumennya lebih rumit dan lebih mahal. Keunggulannya
adalah pengukuran absorbans menjadi lebih teliti.

Prosedur penggunaan filter photometer akan dipelajari langsung


pada praktikum kimia klinik di kelas selanjutnya. Materi yang
dipraktikkan adalah yang berhubungan dengan pemeriksaan
substansi-substansi kimia dalam darah, urin, atau cairan tubuh lain.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

KEGIATAN BELAJAR 6 :
Pemeriksaan Fisik Air, Penetapan Bahan Terendap dan Terapung dalam Air

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, para siswa diharapkan mampu:


a) Memahami prosedur pemeriksaan air secara fisika
b) Memahami tentang penetapan bahan terendap dan terapung
dalam air
c) Melakukan pemeriksaan fisik terhadap air
d) Menjelaskan tentang bahan terendap dan terapung dalam air

Uraian Materi

M
akhluk hidup tak dapat lepas dari kebutuhannya akan air.
Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memerlukan air
untuk berbagai keperluan seperti minum, mandi, mencuci
pakaian
dan peralatan rumah tangga, menyiram tanaman, serta untuk kegiatan
lain yang berhubungan dengan keperluan kesehatan.

Air yang ada di alam meliputi:

1) Air tanah yang berasal dari mata air atau sumur dangkal/artesis
2) Air permukaan yang disebut juga air badan air, misalnya air sungai,
air danau, air waduk, dan sebagainya
3) Air laut
4) Air pemandian umum, air kolam renang, dan sebagainya
Dalam mempelajari tentang air, sebelumnya perlu dipahami beberapa
istilah yang banyak digunakan, antara lain:

 Baku mutu lingkungan: Adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen yang ada atau harus ada dan unsur
pencemar yang ditenggang adanya dalam suatu sumber daya

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia
tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

 Sumber daya: unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya
manusia, sumber daya alam hayati, sumber daya alam non hayati,
dan sumber daya buatan.
 Pencemaran lingkungan: masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan
atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
 Air baku: air dari badan air yang diolah menjadi air minum yang
pada pokoknya dilakukan dengan cara koagulasi, pengendapan,
penyaringan dan penyucihamaan.
 Badan air: tempat dan wadah di atas permukaan daratan yang berisi
dan atau menghasilkan air, yaitu rawa, danau, sungai, waduk, dan
saluran air.
 Baku mutu air: Batas kadar zat atau bahan pencemar yang terdapat
dalam air untuk tetap berfungsi sesuai dengan golongan peruntukan
air tersebut.
 Pencemaran air: Keadaan air yang kemasukan makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen lain ke dalamnya oleh kegiatan menusia
atau oleh proses alam sehingga mutu air berubah sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tersebut tidak berfungsi lagi sesuai
peruntukannya.
 Air golongan A: Air pada sumber air yang dapat digunakan sebagai
air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dulu.
 Air golongan B: Air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk
diolah menjadi air minum dan keperluan rumah tangga lain.
 Air golongan C: Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan
perikanan dan peternakan.
 Air golongan D: Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan
pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha di perkotaan,
industri, dan listrik tenaga air.
 Air golongan E: Air yang tidak dapat dipergunakan untuk keperluan
tersebut pada perunutukkan air golongan A, B, C, dan D.
 Limbah golongan I: Air limbah yang dibuang ke dalam air golongan
B.
 Limbah golongan II: Air limbah yang dibuang ke dalam air golongan
C.
 Limbah golongan III: Air limbah yang dibuang ke dalam air golongan
D.
 Limbah golongan IV: Air limbah yang dibuang ke dalam air golongan
E.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Penentuan standar kualitas air minum mupun air limbah berdasarkan


pertimbangan:

1. Bahan-bahan beracun yang apabila kadarnya dalam air minum


melebihi batas akan membahayakan kesehatan, misalnya: timbal,
selenium, arsen, kromium, sianida, kadmium, dan air raksa.
2. Bahan-bahan kimia spesifik yang dapat mempengaruhi kesehatan
apabila kadarnya dalam air melebihi batas akan merugikan
kesehatan, misalnya: fluorida, nitrat. Fluorida yang melebihi batas
akan berpengaruh kurang baik terhadap gigi, sedangkan nitrat yang
melebihi batas dapat menimbulkan keracunan darah pada bayi
yang disebut “blue baby”.
3. Bahan kimia atau sifat fisik yang mempengaruhi air minum yaitu
mangan, tembaga, seng, kalsium, magnesium, sulfat, klorida, fenol.
4. Bahan kimia yang merupakan petunjuk (indikator) adanya
pencemaran yaitu zat organik, jumlah kebutuhan biologik akan
oksigen, kebutuhan kimiawi akan oksigen, jumlah nitrogen, nitrit,
fosfat.

Pada air badan air, batas syarat disesuaikan dengan peruntukannya.


Selain bahan-bahan beracun, adanya pencemaran zat organik diketahui
antara lain dengan memeriksa kadar oksigen terlarut (dissolved oxygen
= DO), kebutuhan biologik terhadap oksigen (biologycal oxygen demand
= BOD), dan kebutuhan kimiawi terhadap oksigen (chemical oxygen
demand = COD).

Air badan air mempunyai daya pemurnian alami (self purification). Bila
kemasukan bahan pencemar akan diuraikan secara biologik oleh
mikroorganisme yang ada dalam air dengan bantuan oksigen terlarut
menjadi hasil uraian yang stabil. Dari zat organik diuraikan menjadi
senyawa nitrat, sulfat, karbonat, fosfat, dan sebagainya oleh bakteri
aerob. Tetapi bila bahan pencemar organiknya terlalu tinggi, oksigen
terlarut yang ada akan makin berkurang sampai mencapai titik nol.
Akibatnya, yang bekerja adalah bakteri anaerob, dengan hasil akhir
nitrit, amoniak, asam sulfida dan sebagainya yang menimbulkan bau
karena adanya pembusukan.

BOD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan untuk mengurai zat


organik dalam air secara biologik sampai menjadi senyawa yang stabil.
Makin tinggi kadar zat organik dalam air, makin tinggi angka BOD.
Kadar DO juga dapat dipakai sebagai indikator adanya pencemaran
organik. Sedangkan angka COD menunjukkan banyaknya oksidator
kuat yang diperlukan untuk mengoksidir zat organik dalam air, dihitung
dalam bentuk oksigennya.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Ilmu kimia air merupakan ilmu terapan yang memerlukan dasar ilmu
kimia anorganik, kimia organik, kimia analitik, dan stoikiometri. Analisa
kimia air harus dilakukan dengan akurat dan teliti, agar diperoleh hasil
yang bermakna. Akurat berarti hasil yang didapat mendekati keadaan
sesungguhnya, teliti artinya setiap kali pemeriksaan diulang dengan
cara dan kondisi yang sama, selisih hasil yang diperoleh sedikit sekali.

Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan teliti, adanya kesalahan yang
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan harus dicegah. Kesalahan-
kesalahan itu antara lain:

1) Kesalahan prosedur dan orang

Hal ini disebabkan teknisi laboratorium tidak mengikuti teknik analisa


yang benar. Misalnya kehilangan bahan yang diperiksa secara
mekanik pada tiap langkah analisa, endapan yang kurang atau
terlalu banyak dicuci, pemijaran endapan pada suhu yang salah,
krusibel yang belum dingin sudah ditimbang, membiarkan zat
higroskopik menyerap air selama penimbangan, dan lain-lain.

2) Kesalahan alat dan reagensia

Timbul karena kesalahan konstruksi timbangan, alat tidak ditera,


reagensia yang digunakan tidak memenuhi syarat.

3) Kesalahan metode

Dapat berasal dari teknik sampling yang salah, atau reaksi kimia
yang tidak sempurna. Pada gravimetri karena kelarutan endapan,
co- presipitasi, post-presipitasi, dekomposisi, atau penguapan zat
yang akan ditimbang. Pada volumetri karena reaksi dari bahan
pengganggu, perbedaan antara titik akhir pemeriksaan dengan titik
akhir reaksi stoikiometri.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kepekaan (sensitifitas) atau


limit deteksi dari suatu metode.

Pengambilan Sampel Air

Agar diperoleh hasil analisa yang sesuai dengan keadaan sebenarnya


diperlukan sampel yang representatif, artinya mewakili air atau badan
air yang diperiksa.

Sampel air yang representatif dapat diperoleh dengan mencampur


sampel yang diambil dari periode waktu tertentu atau dari beberapa
titik/tempat pengambilan sampel yang berlainan.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Jumlah Sampel Air

Untuk analisa fisika dan kimia diperlukan sampel sebanyak 2 – 5 liter.


Sampel untuk analisa kimia dan mikrobiologi harus terpisah karena
persyaratan cara pengambilan dan wadah sampel sangat berbeda.

Waktu Pengambilan

Makin pendek selang waktu antara pengambilan sampel dan analisa,


makin bermakna hasilnya. Beberapa unsur dan sifat fisika bahkan harus
dianalisa langsung di lapangan, karena susunan sampel air ditakutkan
akan berubah setibanya di laboratorium.

Batas waktu maksimal untuk penundaan pemeriksaan fisika dan kimia


adalah sebagai berikut:

 Air bersih: 72 jam


 Air yang sedikit tercemar: 48 jam
 Air kotor/limbah: 12 jam

Selang waktu tersebut hendaknya dicantumkan dalam laporan hasil


laboratorium. Jika sampel air diawetkan dengan penambahan asam
atau desinfektan maka selang waktunya bisa diperpanjang.

Beberapa unsur dapat mengalami perubahan pada waktu sampel


disimpan. Kation-kation tertentu akan hilang karena adsorpsi atau
pertukaran ion oleh dinding wadah sampel yang terbuat dari gelas. Oleh
karena itu sampel air untuk analisa kation-kation aluminium, kadmium,
kromium, tembaga, besi, timbal, mangan, perak, dan seng perlu
dipisahkan dalam botol bersih dan diasamkan dengan asam klorida
pekat atau asam nitrat sampai pH mencapai 3,5 untuk mencegah
pengendapan atau adsorpsi oleh dinding wadah.

Suhu dan pH dapat berubah dengan cepat, gas-gas terlarut (oksigen,


CO2, H2S atau gas klor) dapat lepas atau bertambah. Oleh sebab itu
penetapan suhu, pH, dan gas-gas terlarut sebaiknya langsung
dikerjakan di lapangan.

Perubahan keseimbangan antara ph-kebasaan-karbondioksida akan


mengendapkan kalsium karbonat sehingga menurunkan kadar kalsium
dan kesadahan. Senyawa besi dan mangan akan larut dalam valensi
rendah (tereduksi) dan merupakan senyawa yang tidak larut pada
valensi tinggi (teroksidasi), oleh karenanya kation-kation ini dapat larut
atau mengendap tergantung pada potensial reaksi sampel tersebut.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Kegiatan jasad renik dapat merubah keseimbangan nitrat-nitrit-amonia,


menurunkan kadar fenol dan BOD atau mereduksi sulfat menjadi
sulfida. Sisa klor akan direduksi menjadi klorida, sulfida, sulfit, ferro,
iodida dan sianida akan hilang karena pengaruh oksidasi. Warna, bau
dan kekeruhan akan bertambah atau berkurang. Natrium silikat dan
boron dapat larut dari gelas wadah sampel. Krom valensi 6 dapat
tereduksi menjadi valensi 3.

Sampel yang Representatif

Untuk mendapatkan hasil analisa yang sesuai dengan keadaan yang


sebenarnya, pengambilan sampel harus dilakukan sebaik-baiknya dan
dicegah kemungkinan kontaminasi atau perubahan selama dibawa ke
laboratorium.

Sebelum diisi, botol dibilas 2 – 3 kali dengan air yang akan diperiksa.
Faktor penting yang mempengaruhi hasil analisa adalah kekeruhan,
sehingga kekeruhan ini harus dihilangkan. Juga akan terjadi perubahan
fisika dan kimia selama penyimpanan jika sampel terkena udara. Tiap
sampel yang keruh harus diperlakukan tersendiri tergantung unsur yang
akan ditetapkan, banyaknya sampel, sifat kekeruhan, dan keadaan lain
yang dapat mempengaruhi hasil. Umumnya bahan tersuspensi
dipisahkan dengan cara dekantasi, pemusingan atau penyaringan.
Kadang-kadang perlu dinyatakan bahwa analisa dilakukan dengan atau
tanpa penyaringan.

Tiap sampel harus diberi keterangan yang jelas dan tidak mudah hilang
pada wadahnya.

Keterangan pada wadah memuat:

 Tempat pengambilan
 Tanggal dan waktu pengambilan
 Lokasi pengambilan
 Nama pengambil sampel
 Suhu saat pengambilan
 Data-data lain (cuaca, kedalaman, aliran air, dll)

Untuk mengambil sampel dari sungai, danau, sumur, dan kolam renang
dapat digunakan wadah gelas kapasitas 1 liter yang bagian bawahnya
diberi pemberat dari timah putih atau timah hitam, dengan pengikat
berupa kawat kuningan atau tembaga. Tidak diperbolehkan
menggunakan kawat dari besi karena mudah berkarat, sehingga mudah
putus dan karatnya mencemari air.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Mulut botol harus cukup lebar, sehingga dapat dimasuki sumbat karet
yang diberi dua buah lubang. Pada lubang tersebut dimasukkan dua
buah pipa plastik berdiameter +/- 0,5 cm. Satu pipa dimasukkan sampai
dasar botol, dan pipa yang lain dimasukkan sampai dasar karet
penyumbat, sedangkan bagian ujungnya kira-kira 25 cm dari luar botol.
Pipa kedua ini dapat disambung dengan pipa plastik yang panjangnya
disesuaikan dengan kedalaman pengambilan sampel.

Sebelum pengambilan, botol harus dibersihkan terlebih dulu. Pada


pengambilan pertama air dibuang, untuk membilas botol. Pengambilan
kedua digunakan untuk membilas wadah yang akan digunakan untuk
mengirim sampel ke laboratorium. Pengambilan ketiga diisikan ke dalam
wadah yang akan dikirim ke laboratorium dengan cara membalikkan
botol pengambilan air tadi, sehingga ujung pipa di luar mengenai dasar
lokasi. Hal ini dilakukan untuk mencegah aerasi.

Pengawetan Sampel

Tambahkan 0,5 ml H2SO4 pekat ke dalam 500 ml sampel air untuk


pemeriksaan logam-logam. Untuk pemeriksaan nitrit, nitrat, dan
amoniak, tambahkan 3 tetes toluol ke dalam 250 sampel air

Pengiriman Sampel

Sebelum sampel dikirim, wadah sampel harus diberi label yang memuat:

 Tempat pengambilan contoh : ........................................................


 Kode sampel : ........................................................
 Lokasi yang tepat : ........................................................
 Pemeriksaan yang diminta : ........................................................
 Diambil oleh : .........................................................
 Tanggal dan jam pengambilan : .........................................................

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Gambar 7: Botol modern untuk pengambilan sampel air


Sumber: wildco.com

Gambar 8: Pengambilan sampel air oleh petugas KLH


Sumber: antarajatim.com

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Pemeriksaan Fisika Air

a) Suhu
Untuk mengukur suhu air digunakan termometer air raksa biasa dan
dilaporkan dalam derajat yang terdekat. Pada keadaan normal, suhu
air sama dengan suhu udara lingkungan. Peningkatan suhu terjadi
pada air buangan dari proses produksi yang menggunakan
pemanasan. Peningkatan suhu air ini dapat mengganggu kehidupan
biota air atau tanaman.

b) pH
Air di alam umumnya memiliki pH antara 4 – 9. Sebagian besar agak
alkalis disebabkan adanya karbonat dan bikarbonat. Perubahan di
bawah atau di atas normal dapat terjadi karena buangan industri yang
bersifat asam kuat atau basa kuat.

Penentuan pH sangat penting untuk tiap kegiatan sanitasi. Dalam


penyediaan air bersih, faktor pH penting untuk proses koagulasi
desinfeksi, pelunakan air, dan pengawasan korosi pada sistem
distribusi. Pada proses pengolahan air limbah industri secara biologik,
pH harus dijaga supaya sesuai dengan pertumbuhan optimal kuman
yang digunakan.
Penetapan pH dapat dilakukan dengan:

 Kertas pH. Dipilih kertas pH yang mempunyai rentang 6-9. Cara ini
bersifat kasar, ketelitian kurang.
 Metode kolorimetrik. Dilakukan menggunakan deret larutan dapar
(buffer) yang sudah diketahui pHnya, dan diberi indikator yang
tepat. Sampel air diberi indikator yang sama, kemudian warnanya
dibandingkan dengan deret larutan dapar baku.
Indikator yang dapat digunakan antara lain:
 Brom thymol blue : daerah pH 6,0 – 7,6
 Fenolftalein : daerah pH 8,2 – 9,8
 pH meter. Pemeriksaan cara ini menggunakan alat pengukur
potensial yang dilengkapi elektroda gelas. Perubahan pH akan
merubah potensial sebesar 59,1 mV setiap unit pH pada suhu 25 0C.
Sebelumnya elektroda harus dibakukan terhadap larutan dapar
baku yang sudah diketahui pHnya. Cara ini lebih teliti dibandingkan
metode kolorimetris karena tidak terganggu adanya warna pada
sampel air, kekeruhan, kandungan garam yang tinggi, bahan-bahan
koloid, klor bebas, oksidator dan reduktor.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Gambar 9: pH meter portabel Gambar 10: Kertas pH


Sumber: psscientific.com Sumber: newhorizonscientific.ca

c) Kekeruhan
Air yang jernih diperlukan untuk keperluan rumah tangga dan industri
makanan, farmasi dan industri lain. Kekeruhan dalam air ditimbulkan
oleh bahan-bahan tersuspensi misalnya tanah liat, lumpur, bahan-
bahan organik dan anorganik halus, plankton dan mikroba. Hal ini
disebabkan partikel-partikel tersebut menghamburkan cahaya yang
melewati air.

Kekeruhan sebaiknya diukur pada hari yang sama dengan


pengambilan sampel. Bila pemeriksaan ditunda, sampel harus
disimpan di tempat gelap dan diperiksa sebelum 24 jam. Lebih dari
waktu tersebut akan terjadi perubahan pada kekeruhan. Sampel harus
dikocok kuat-kuat sebelum diperiksa.

Cara yang digunakan adalah metode turbidimetrik (nefelometrik).


Prinsipnya: intensitas cahaya yang dihamburkan oleh sampel
dibandingkan dengan intensitas cahaya yang dihamburkan oleh
suspensi baku pembanding dalam kondisi yang sama. Makin tinggi
intensitas cahaya yang terhambur, makin tinggi kekeruhannya.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Pengganggu:
 Gelembung udara
 Getaran
 Penggunaan alat gelas yang kotor
 Zat-zat terlarut yang menyerap cahaya
Pengukuran dilakukan menggunakan alat turbidimeter. Alat ini sangat
peka. Sebagai suspensi pembanding digunakan 1 gr silika gel (SiO 2)
yang dilarutkan dalam 1000 ml aquades, sehingga setiap 1 ml

suspensi mengandung 1 mg SiO2, ini mewakili 1 unit kekeruhan.


Gambar 11: Turbidimeter
portabel Sumber:
www.camlab.co.uk

d) Jumlah Padatan Terlarut

Air yang mengandung padatan terlarut dalam jumlah besar akan


terpengaruh rasanya. Air yang kandungan mineralnya tinggi juga tidak
dapat digunakan untuk keperluan industri. Untuk air minum kandungan
jumlah padatan terlarut dianjurkan tak lebih dari 500 mg/L. jumlah
padatan terlarut adalah residu setelah sampel diuapkan kemudian
dikeringkan pada suhu 103 – 105 0C. suhu pengeringan sangat

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia
berpengaruh pada hasil, karena pengurangan berat dapat terjadi
karena penguapan zat organik, air kristal, penguapan gas-gas yang
terjadi

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

karena perubahan susunan kimia, atau terjadi kenaikan berat karena


oksidasi.

Selain itu, adanya zat-zat terlarut juga mempengaruhi daya hantar


listrik dari air tersebut.

e) Zat tersuspensi

Pada air yang keruh atau air limbah, zat tersuspensi didapat dengan
cara menyaring air tersebut menggunakan saringan tertentu yang
sudah diketahui beratnya. Kemudian saringan dan isinya dikeringkan
pada suhu 103 – 1050C. Selisih beratnya adalah zat terendap.

f) Bau dan rasa

Air untuk keperluan air minum dan industri makanan, minuman dan
farmasi harus tidak berbau dan tidak berasa. Sebagian besar zat
organik dan beberapa zat anorganik menimbulkan rasa atau bau. Zat-
zat ini berasal dari buangan rumah tangga dan industri, atau dari alam,
misalnya pembusukan daun atau kegiatan mikroba.

Ada empat sensasi rasa yaitu asam, manis, pahit, dan asin. Garam-
garam Cu, Fe, Mn, K, Na, dan Zn dapat diketahui dari rasanya.
Pemeriksaan rasa hanya dilakukan untuk sampel air minum, tidak
dilakukan untuk air yang kemungkinan tercemar bakteri, virus, parasit,
atau zat kimia beracun, juga tidak dikerjakan untuk air limbah dan air
kotor.

g) Warna

Warna air ditimbulkan oleh ion-ion logam terutama besi dan mangan,
humus dan susunan tanah, plankton, ganggang dan limbah industri.
Warna juga dapat berasal dari bahan padat atau tersuspensi, tetapi
juga dalam bentuk larutan.

Warna air ditetapkan dengan cara membandingkan sampel dengan


larutan warna Platina-Cobalt baku, atau dengan disk berwarna yang
sudah dibakukan. 1 unit Pt-Co adalah warna yang ditimbulkan oleh 1
mg Platina/liter sebagai ion kloroplatinat.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Gambar 12: Instrumen pengukur warna air


Sumber: www.orbeco.com

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

KEGIATAN BELAJAR 7 :
Pemeriksaan Kualitatif dan Kuantitatif Makanan dan Minuman

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, para siswa diharapkan mampu:


a) Memahami cara pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif makanan
dan minuman terhadap karbohidrat, lemak, protein, air, abu,
alkohol, logam berat, pengawet dan pemanis buatan
b) Melakukan pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif makanan dan
minuman terhadap karbohidrat, lemak, protein, air, abu, alkohol,
logam berat, pengawet dan pemanis buatan

Uraian Materi

D
alam proses produksi dan pengolahannya, bahan makanan
(pangan) banyak mengalami perubahan-perubahan, baik yang
diharapkan maupun tidak. Perubahan-perubahan tersebut
sebagian besar terjadi akibat adanya reaksi kimia di dalam bahan
pangan tersebut, atau akibat pengaruh lingkungan. Beras berkapur
dan menguning, serta matangnya buah dan empuknya daging
merupakan
akibat dari reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam bahan pangan.

Timbulnya kebusukan dan kerusakan berbagai bahan makanan juga


disebabkan oleh rangkaian proses kimia yang panjang dan rumit. Cita
rasa dan aroma timbul karena adanya senyawa kimia alamiah maupun
sintetik, diikuti dengan reaksi senyawa tersebut dengan ujung-ujung
syaraf pada lidah dan hidung. Pigmen (zat warna) juga dapat
mengalami perubahan akibat suatu reaksi kimia.

Bahan makanan ialah semua bahan-bahan yang dapat digunakan


sebagai makanan, baik sebelum maupun sesudah diolah. Nilai
makanan dinyatakan dalam Kalori, yaitu banyaknya panas yang dapat
timbul pada oksidasi sempurna 1 gram makanan pokok (karbohidrat,

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia
lemak dan protein). Kalori (dituliskan dengan huruf “K” besar)

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

sebenarnya adalah satuan yang lebih besar dari kalori (dengan “K”
kecil). Istilah “Kalori” ini digunakan pada ilmu gizi, sedangkan “kalori”
digunakan pada ilmu kimia dan fisika.

Satu Kalori setara dengan 1.000 kalori, kadang dinyatakan dengan


kilokalori (kkal). Istilah lain yang digunakan adalah kilojoule (kj). 1 kkal
setara dengan 4,184 kj.

Teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah kalori dilakukan


berdasarkan kenaikan suhu setelah makanan dibakar pada kondisi
tertentu.

A. Penentuan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh
manusia, khususnya negara-negara berkembang. Walaupun
jumlah kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya
4 Kal (kkal) bila dibanding protein dan lemak, karbohidrat memiliki
keunggulan karena lebih murah. Selain itu beberapa jenis
karbohidrat menghasilkan serat (dietary fiber) yang berguna bagi
pencernaan.

Karbohidrat juga memiliki peran penting dalam menentukan


karakteristik bahan makanan, seperti rasa, warna, tekstur, dan lain-
lain. Dalam tubuh karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya
ketosis, pemecahan protein yang berlebihan, kehilangan mineral,
serta berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein.

Dalam tubuh manusia, karbohidrat dibentuk dari beberapa asam


amino dan sebagian dari gliserol lemak (trigliserida). Tetapi
sebagian besar lainnya diperoleh dari makanan, terutama yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Sumber karbohidrat yang merupakan bahan makanan pokok di


Indonesia adalah biji-bijian dan umbi-umbian, seperti beras,
jagung, dan singkong.

B. Klasifikasi Karbohidrat

Dari rumus umum karbohidrat, diketahui bahwa senyawa ini


merupakan suatu polimer yang tersusun dari monomer-monomer.
Berdasarkan monomer yang menyusunnya, karbohidrat
diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yaitu:

1. Monosakarida. Adalah karbohidrat paling sederhana yang tidak


dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat lain (terdiri dari monomer
tunggal). Monosakarida terpenting adalah glukosa, fruktosa
dan galaktosa.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

2. Oligosakarida. Merupakan karbohidrat yang tersusun dari dua


sampai sepuluh monosakarida. Oligosakarida yang umum
adalah disakarida, yang terdiri dari dua monosakarida, dan
dapat dihidrolisis menjadi monosakarida. Contoh: sukrosa,
maltosa, laktosa.

3. Polisakarida. Karbohidrat jenis ini tersusun atas lebih dari


sepuluh satuan monosakarida, dapat berupa rantai lurus atau
bercabang. Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau
enzim tertentu yang bekerja secara spesifik. Hidrolisis sebagian
polisakarida akan menghasilkan oligosakarida. Contoh:
amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa.

C. Sifat-sifat Karbohidrat

Pada umumnya, karbohidrat berupa serbuk putih yang mempunyai


sifat sukar larut dalam pelarut nonpolar, tetapi mudah larut dalam
air (kecuali polisakarida yang tidak larut dalam air).

Semua jenis karbohidrat, akan membentuk warna merah-ungu bila


larutannya dicampur dengan beberapa tetes alfa naftol dalam
alkohol dan ditambahkan asam sulfat pekat.

Monosakarida dan disakarida memiliki rasa manis, sehingga sering


disebut gula. Rasa manis gula ini disebabkan oleh gugus
hidroksilnya.

Persiapan Sampel

Sampel yang diambil harus mewakili semua zat yang ada dalam
bahan makanan yang akan diperiksa, dan dijaga jangan sampai
tercemar oleh zat-zat lain. Kemudian sampel dibuat homogen
dengan pengocokan atau pengadukan.

Setelah diperoleh, sampel dibagi-bagi, sebagian diperiksa, dan


sisanya disimpan untuk cadangan. Pada wadah sampel ditempel
label yang menerangkan status sampel, antara lain:

 Nama sampel
 Tanggal pengambilan
 Tanggal penerimaan
 Pemeriksaan yang diminta
 Nama petugas pengumpul sampel
Bersamaan dengan pengambilan sampel ini, dapat langsung
dilakukan pemeriksaan warna, bau, dan rasa.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Bila sampel diterima dengan kemasan tertentu (misalnya makanan


kaleng), harus ditentukan berat bersihnya (netto).

Cara menetapkan berat bersih (netto): ditimbang bahan makanan


beserta pembungkusnya, kemudian isinya dikeluarkan.
Pembungkusnya dibersihkan dan ditimbang lagi. Selisih berat dari
kedua penimbangan ini adalah berat bersihnya.

Bila sampel yang diterima jumlahnya lebih dari 1 kg, maka


dilakukan pengambilan contoh sebagai berikut:

D. Metode Analisis Karbohidrat dalam Makanan

a. Uji Kualitatif

Pengujian ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu


kolorimetrik (reaksi pembentukan warna), dan kromatografi
(TLC = Thin Layer Chromatography; GC = Gas
Chromatography; HPLC = High Performance Liquid
Chromatography). Yang banyak dilakukan dan akan dibahas
dalam buku ini adalah cara pertama, karena lebih efisien dari
segi biaya.

Uji Molisch

Prinsip: Karbohidrat didehidrasi dengan asam sulfat pekat. Hasil


akhirnya adalah terbentuknya warna merah ungu. Semua jenis
karbohidrat akan memberi hasil positif pada uji ini.

Cara Kerja

1) Dimasukkan 5 ml sampel ke dalam tabung reaksi.


2) Ditambahkan 2 tetes pereaksi Molisch (5% alfa naftol dalam
etanol 95%).
3) Dicampur hingga homogen, ditambahkan 3 ml asam sulfat
pekat perlahan-lahan lewat dinding tabung, akan terbentuk
dua lapis cairan.
4) Timbulnya cincin ungu di bagian tengah cairan
menunjukkan hasil positif.

Uji Benedict

Uji ini dilakukan untuk identifikasi karbohidrat pereduksi.


Prinsip: Karbohidrat akan mereduksi ion kupri (Cu3+) menjadi ion
kupro (Cu2+) dalam suasana alkalis.

Cara Kerja:
1) Dimasukkan 5 ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia
2) Ditambahkan 8 tetes sampel, dicampur hingga homogen.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

3) Direbus campuran tersebut dalam air mendidih selama 5


menit.
4) Diamati dan dilaporkan warna yang terbentuk, jika terbentuk
warna hijau, kuning, coklat, jingga atau merah berarti hasil
uji positif.

Uji Seliwanoff

Uji ini dilakukan untuk identifikasi ketosa (fruktosa).

Prinsip:
Fruktosa didehidrasi oleh HCl pekat menghasilkan
hidroksimetilfurfural, dan dengan penambahan resorsinol akan
mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks
berwarna merah jingga.

Cara kerja:
1) Dimasukkan 5 tetes sampel ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 15 tetes pereaksi Seliwanoff.
3) Direbus dalam air mendidih selama 1 menit.
4) Diamati dan dilaporkan warna yang terbentuk.

Uji Iodium

Dilakukan untuk membuktikan adanya polisakarida dalam


sampel.

Prinsip:
Polisakarida jika ditambahkan iodium akan membentuk
kompleks absorbsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati
menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah
anggur, glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis
membentuk warna merah coklat.

Cara Kerja:
1) Dimasukkan 3 tetes sampel ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 2 tetes larutan iodium.
3) Diamati warna yang terbentuk.

Uji Barfoed

Uji ini berguna untuk membedakan antara monosakarida dengan


disakarida.

Prinsip:
Ion kupro dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan
direduksi lebih cepat oleh gula pereduksi monosakarida
Direktorat Pembinaan SMK 1
Kimia

dibandingkan dengan disakarida, reduksi ini menghasilkan


endapan Cu2O berwarna merah bata.

Cara kerja:
1) Dimasukkan 10 tetes sampel ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 10 tetes pereaksi Barfoed, dicampur baik-baik.
3) Direbus dalam air mendidih selama 5 menit.
4) Diamati dan dilaporkan warna atau endapan yang terbentuk.
Hasil positif ditandai dengan adanya endapan merah bata.

Uji Bial

Dilakukan untuk identifikasi pentosa.

Prinsip:
Dehidrasi pentosa oleh HCl pekat akan menghasilkan furfural,
yang dengan penambahan orsinol akan berkondensasi
membentuk senyawa kompleks berwarna biru.

Cara kerja:
1) Dimasukkan 5 tetes sampel ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 10 tetes pereaksi Bial dan 2 tetes HCl pekat.
3) Diccampur baik-baik, lalu dipanaskan di atas api kecil
sampai timbul gelembung-gelembung gas di permukaan
larutan.
4) Diamati dan dilaporkan warna atau endapan yang terbentuk.
Adanya warna biru menunjukkan adanya pentosa.

b. Uji Kuantitatif

Penentuan Kadar Gula Reduksi (Cara spektrofotometri: metode


Somogyi – Nelson)

Prinsip

Sebagian besar karbohidrat, terutama golongan monosakarida


dan disakarida memiliki sifat reduktor. Sifat ini dapat merubah
ion-ion logam, misalnya ion Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap
sebagai Cu2O berwarna merah bata.

Cara Kerja:

Pembuatan Kurva Standar

1) Dibuat larutan standar glukosa (10 mg glukosaanhidrat


dilarutkan dalam 100 ml aquades).

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

2) Dilakukan 6 kali pengenceran, sehingga diperoleh larutan


standar glukosa dengan konsentrasi masing-masing 2,0;
4,0; 5,0; 6,0; 8,0; dan 10 mg/100 ml.
3) Disiapkan 7 buah tabung reaksi yang bersih dan kering,
kemudian 6 tabung diisi larutan standar glukosa, dan 1
tabung diisi aquades (digunakan sebagai blanko).
4) Ke dalam tiap tabung ditambahkan 1 ml larutan Nelson. Lalu
direbus dalam air mendidih selama 20 menit.
5) Dinginkan tabung dengan cara memasukkan tabung ke
dalam gelas kimia sampai suhu tabung mencapai 250C.
6) Setelah dingin, ditambahkan 1 ml arsenomolibdat ke dalam
setiap tabung. Direbus kembali sampai endapan melarut.
7) Setelah semua endapan larut sempurna, ditambahkan 7 ml
aquades, kemudian direbus kembali hingga homogen.
8) Dibaca serapan atau absorbans masing-masing larutan
pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm.
9) Dibuat kurva standar untuk menunjukkan hubungan antara
kadar glukosa dengan absorbansi yang didapat.

Kadar Larutan Standar Absorbansi pada 540


No
Glukosa (mg/100 ml) nm

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Kurva Standar hubungan kadar glukosa-absorbansi

0,9

0,8

0,7

0,6
Absorbansi

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

2 4 8 10
6

Penetapan kadar gula reduksi pada sampel

1) Disiapkan sampel yang mempunyai kadar gula reduksi sekitar 2


s.d. 8 mg/100ml. larutan contoh harus jernih.
2) Dipipet 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi yang bersih dan
kering.
3) Ditambahkan 1 ml pereaksi Nelson, kemudian dilanjutkan seperti
proses pembuatan kurva standar.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

c. Penentuan Kadar Lemak

Lipid adalah golongan senyawa organik yang terdapat pada


tumbuhan, hewan, dan manusia. Senyawa ini memegang
peranan penting dalam penyusunan struktur dan menunjang
fungsi sel. Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid
memiliki sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik seperti eter, kloroform, aseton, dan benzena.
Berdasarkan sifatnya ini, lipid dapat diekstraksi dari jaringan
hewan atau tumbuhan menggunakan pelarut-pelarut organik
tersebut.

Lipid merupakan komponen penting dalam tubuh. Salah satu


jenis lipid, yaitu kolesterol, merupakan senyawa induk bagi
steroid. Steroid ini adalah salah satu hormon penting dalam
metabolisme tubuh.

Klasifikasi Lipid

Menurut Bloor, lipid dapat dibagi menjadi 3 golongan besar,


yaitu:
a) Lipid sederhana (simple lipid). Merupakan senyawa ester
asam lemak dengan berbagai alkohol. Contoh: lemak atau
minyak lilin (wax).
b) Lipid kompleks (gabungan). Senyawa ester asam lemak
yang mempunyai gugus lain selain alkohol dan asam
lemak, misalnya karbohidrat atau protein. Contoh:
fosfolipid, glikolipid, dan lipoprotein.
c) Derivat lipid. Adalah senyawa yang dihasilkan oleh proses
hidrolisis lipid. Contoh: asam lemak, gliserol, aldehida
lemak, keton, hidrokarbon, sterol, dan beberapa hormon.
Percobaan terhadap lipid

Selama percobaan dilakukan, praktikan harus bekerja dengan


hati-hati karena adanya resiko kebakaran dan uap beracun.
Untuk mencegah bahaya yang mungkin terjadi, ada baiknya bila
sifat-sifat beberapa bahan yang digunakan dikenali terlebih
dulu.

 Aseton dan alkohol: bahan ini mudah menguap, mudah


terbakar, dan dapat bercampur dengan air.
 Etil eter: sangat mudah menguap, mudah terbakar, sedikit
larut dalam air.
 Petroleum eter: sangat mudah menguap, mudah terbakar,
dan tidak larut dalam air.
 Benzen: mudah menguap, mudah terbakar, tidak larut

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia
dalam air. Uapnya beracun.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

 Kloroform: mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak


larut dalam air, beracun.
Sisa bahan pelarut yang mudah menguap tidak boleh dibuang
ke dalam bak pencuci. Buanglah ke dalam botol khusus.

Uji Kelarutan Lipid

Tujuan: Mengetahui daya larut lipid pada pelarut tertentu.

Prinsip: Lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit
larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik.
Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil,
dimana jika dibiarkan keduanya akan terpisah menjadi dua
lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda (Na 2CO3) akan
membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas
dalam larutan lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun.

Prosedur

1) Disiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering.


Kemudian berturut-turut diisikan dengan: air suling, alkohol
96%, eter, kloroform, dan larutan Na2CO3 0,5% sebanyak 1
ml.
2) Ditambahkan 2 tetes minyak kelapa pada tiap tabung.
3) Dikocok sampai homogen, lalu dibiarkan beberapa saat.
4) Diamati sifat kelarutannya. Dilaporkan dengan larut, tidak
larut, atau terbentuk emulsi.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5

Air suling 1 ml - - - -

Alkohol 96% - 1 ml - - -

Eter - - 1 ml - -

Kloroform - - - 1 ml -

Na2CO3 0,5% - - - - 1 ml

Minyak kelapa 2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes

Dikocok tabung hingga homogen, kemudian dibiarkan beberapa saat

Hasil:

Larut/tidak larut

/terbentuk

emulsi

Uji Pembentukan Emulsi

Tujuan: mengetahui terjadinya pembentukan emulsi dari minyak

Prinsip: emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak


sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan dan diadsorpsi
oleh butir-butir minyak, sehingga mengurangi kemungkinan
bersatunya butir-butir minyak satu dengan yang lain.

Prosedur:

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

1) Disiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering.


Tabung 1 : diisi 2 ml air dan 2 tetes minyak kelapa
Tabung 2 : diisi 2 ml air, 2 tetes minyak kelapa, dan 2 tetes
Na2CO3 0,5%
Tabung 3 : diisi 2 ml air, 2 tetes minyak kelapa, 2 tetes larutan
Sabun
Tabung 4 : diisi 2 ml larutan protein 2% dan 2 tetes minyak
kelapa
Tabung 5 : diisi 2 ml larutan empedu encer dan 2 tetes minyak
kelapa
2) Dikocok tiap tabung kuat-kuat, lalu dibiarkan beberapa saat.
3) Diamati terjadinya emulsi. Dilaporkan dengan terbentuk emulsi
stabil atau tidak stabil.

Uji Keasaman Minyak

Tujuan: mengetahui sifat asam basa minyak kelapa.

Prinsip: minyak murni umumnya bersifat netral, sedangkan minyak


tengik bersifat asam. Hal ini disebabkan adanya hidrolisis dan
oksidasi minyak yang menghasilkan aldehida, keton, dan asam-
asam lemak bebas.

Proses ketengikan pada lemak atau minyak dapat dipercepat oleh


pengaruh cahaya, kelembaban, pemanasan, aksi mikroba, dan
katalis logam tertentu. Zat-zat yang dapat menghambat proses
ketengikan disebut antioksidan, misalnya: tokoferol (vit. E), asam
askorbat (vit. C), polifenol, hidroquinon, dan flavonoid.

Prosedur
1) Diteteskan sedikit minyak kelapa pada porselin tetes.
2) Diuji dengan kertas lakmus atau kertas pH.
3) Diamati dan dibandingkan perubahan warna pada kertas.
4) Diulangi percobaan dengan minyak kelapa tengik.

Uji Kejenuhan Minyak

Tujuan: Mengetahui kejenuhan lemak/minyak

Prinsip: asam lemak tak jenuh akan menghilangkan air brom


karena adisi brom pada ikatan rangkap.

Prosedur
1) Dimasukkan 2 tetes minyak kelapa ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 2 ml kloroform.
3) Ditambahkan setetes demi setetes air brom sambil dikocok
hingga warna merah air brom tidak berubah.
4) Dihitung jumlah tetesan yang dibutuhkan.
Direktorat Pembinaan SMK 1
Kimia

5) Diulangi percobaan menggunakan margarin atau lemak padat.


6) Dibandingkan jumlah tetesan yang diperlukan.
Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan
rangkap, sedangkan asam lemak tak jenuh adalah asam lemak
yang masih memiliki ikatan rangkap.

Uji Penyabunan

Tujuan: menyelidiki terjadinya hidrolisis pada minyak oleh alkali.

Prinsip: lemak dan minyak dihidrolisis menggunakan basa kuat, dan


dipanaskan sehingga menghasilkan gliserol dan sabun.

Prosedur

A. Hidrolisis Minyak Kelapa (Saponifikasi)

1. Dimasukkan 5 ml minyak kelapa ke dalam erlenmeyer.


2. Ditambahkan 1,5 gr NaOH dan 25 ml alkohol 95%.
3. Dipanaskan sampai mendidih selama 15 menit.
4. Untuk mengetahui apakah reaksi penyabunan telah sempurna,
diambil 3 tetes larutan, kemudian dilarutkan dalam air. Bila
larut, maka reaksi telah sempurna.
5. Setelah sempurna, diuapkan alkohol yang tersisa sampai habis.
6. Didinginkan, lalu ditambahkan 75 ml air dan dipanaskan
sampai semua sabun melarut.

B. Uji Sifat Sabun (Kesadahan)

1. Diambil 6 ml larutan sabun dengan pipet ukur, lalu dinetralkan


dengan asam asetat encer.
2. Larutan sabun yang telah netral dibagi menjadi 3 bagian,
masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
3. Ke dalam tabung 1, 2, dan 3 berturut-turut ditambahkan CaCl2
5%, MgSO4 5%, dan Pb asetat 5% sebanyak 5 ml, dikocok
kuat- kuat.
4. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
5. Diulangi percobaan menggunakan deterjen, dibandingkan
hasilnya.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

Uji Kolesterol (Lieberman Buchard)

Tujuan: menyelidiki adanya sterol (kolesterol) dalam suatu bahan


secara kualitatif.

Prinsip: Uji dilakukan berdasarkan terbentuknya warna merah, biru,


dan hijau. Warna ini terbentuk akibat reaksi antara kolesterol
dengan pereaksi Lieberman Burchard.

Prosedur

1. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.


2. Diisi tabung pertama dengan 1 ml minyak kelapa, tabung
kedua dengan 5 tetes minyak ikan, dan tabung ketiga dengan 5
tetes kolesterol 0,5%.
3. Pada setiap tabung, ditambahkan kloroform sebanyak 2 ml dan
10 tetes asam asetat anhidrid.
4. Ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat melalui dinding
tabung.
5. Dikocok hati-hati, dan didiamkan beberapa detik.
6. Diamati perubahan warna yang terjadi.

d. Penentuan Kadar Protein

Protein merupakan salah satu senyawa organik penting bagi tubuh.


Tersusun dari satuan asam-asam amino yang saling berikatan
dengan ikatan peptida, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH)
satu asam amino dengan gugus amino (-NH2) asam amino lain
yang melepaskan satu molekul airnya.

Klasifikasi Protein

Klasifikasi protein berdasarkan rumus bangunnya sangat sulit,


karena belum semua rumus bangun protein berhasil diketahui.

 Protein sederhana (simple protein). Hanya mengandung L-alfa-


amino atau derivatnya. Contohnya: albumin, globulin, glutelin,
prolamin, albuminoid (skleroprotein), histon dan protemin.
 Conjugated protein. Protein ini adalah protein yang telah
berikatan dengan zat lain yang bukan protein. Zat yang
berikatan dengan protein ini disebut gugus prostetik.
Contohnya: nukleoprotein, glikoprotein, fosfoprotein,
kromoprotein, lipoprotein dan metalloprotein.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Sifat-sifat umum protein:


 Merupakan makromolekul
 Dalam larutan membentuk koloid liofil (emulsoid).
 Jika dihidrolisis akan menghasilkan asam L-alfa-amino.
Hidrolisis protein dapat dilakukan dengan menggunakan asam,
basa, atau enzim proteolitik
 Mengandung gugus asam dan gugus basa
 Mempunyai pH isoelektrik

Uji susunan elementer protein

Tujuan: mengidentifikasi unsur-unsur penyusun protein.

Prinsip: dengan teknik pembakaran atau pengabuan, akan diperoleh


unsur-unsur penyusun protein, yaitu C, H, O, dan N.

Prosedur

A. Uji unsur C, H, dan O

1. Dimasukkan 1 ml albumin telur ke dalam cawan porselin.


2. Diletakkan kaca obyek di atasnya, kemudian dipanaskan.
3. Diperhatikan adanya pengembunan pada kaca obyek, yang
menunjukkan adanya hidrogen (H) dan oksigen (O).
4. Diambil kaca obyek tersebut, kemudian dirasakan bau yang
terjadi. Bila tercium bau seperti rambut terbakar, berarti
terdapat unsur nitrogen (N).
5. Bila terjadi pengarangan, berarti terdapat unsur karbon (C).
6. Diulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin.
B. Uji unsur N

1. Dimasukkan 1 ml larutan albumin telur ke dalam tabung reaksi.


2. Ditambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan.
3. Dirasakan bau amoniak yang terbentuk, dan diuji uapnya
dengan kertas lakmus merah yang telah dibasahi air suling.
4. Terbentuknya bau amoniak menunjukkan adanya unsur
nitrogen (N).
5. Diulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin.
C. Uji unsur S

1. Dimasukkan 1 ml albumin telur ke dalam tabung reaksi.


2. Ditambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan.
3. Ditambahkan 4 tetes larutan Pb asetat 5%.
4. Jika larutan menghitam, berarti terdapat unsur sulfur dalam
bentuk PbS. Kemudian ditambahkan 4 tetes HCl pekat dengan
hati-hati.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

5. Dirasakan bau khas belerang akibat terjadinya oksidasi.


6. Diulang percobaan menggunakan serbuk gelatin.

Uji kelarutan protein

Tujuan: mengetahui daya larut protein terhadap pelarut tertentu.


Prinsip: apabila dipanaskan atau ditambahkan etanol absolut,
protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan
tertariknya mantel air yang melingkupi molekul protein oleh etanol.

Prosedur
1. Disiapkan 5 tabung reaksi. masing-masing diisi dengan air
suling, HCl 10%, NaOH 40%, alkohol 96%, dan kloroform
sebanyak 1 ml.
2. Ditambahkan 2 ml larutan albumin telur pada setiap tabung.
3. Dikocok kuat-kuat, kemudian diamati kelarutannya.
4. Diulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin.

Uji Biuret

Tujuan: membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein.


Prinsip: ion Cu2+ dalam pereaksi Biuret akan bereaksi dengan
molekul peptida pada protein membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu.

Prosedur
1. Disiapkan 4 tabung reaksi yang bersih.
2. Diisi masing-masing tabung dengan larutan albumin, kasein,
gelatin, dan glisin sebanyak 2 ml.
3. Ditambahkan 1 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 0,2% ke
dalam tiap tabung.
4. Dicampur baik-baik, diamati perubahan warna yang terjadi.

Penentuan titik isoelektrik

Tujuan: mengetahui titik isoelektrik dari protein secara kualitatif.


Prinsip: daya kelarutan protein menjadi minimal pada titik
isoelektriknya, sehingga menyebabkan terjadinya pengendapan
protein.
Prosedur
1. Disiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian
diisi dengan 5 ml larutan kasein pada masing-masing tabung.
2. Ditambahkan 1 ml larutan buffer asetat secara berurutan pada
tiap tabung dengan pH: 3,8; 4,7; 5,0; 5,3; dan 5,9.
3. Dikocok baik-baik, kemudian dicatat derajat kekeruhannya
setelah 0, 10, dan 30 menit.
4. Diamati pada tabung berapa terbentuk endapan yang maksimal.
Direktorat Pembinaan SMK 1
Kimia

5. Dipanaskan semua tabung, diamati hasilnya. Tabung dengan


kekeruhan terbanyak atau tercepat merupakan titik isoelektrik
kasein.

e. Penentuan Kadar Air

Penetapan kadar air dalam bahan makanan termasuk analisa


umum yang biasa dilakukan terhadap bahan makanan. Analisa ini
penting artinya untuk mengetahui kadar zat kering dalam makanan,
dalam rangka menentukan komposisi makanan.
Penetapan kadar air dalam bahan makanan dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu:
 Secara langsung. Pengukuran dilakukan dengan menghitung
jumlah air atau dengan cara menimbang beratnya.
 Secara tidak langsung. Dilakukan dengan cara memanaskan
bahan makanan pada suhu 1000C, supaya airnya habis
menguap. Berat yang hilang menyatakan banyaknya air yang
terdapat dalam makanan tersebut.

Cara langsung
Prinsip: ke dalam bahan makanan dimasukkan pelarut yang
menyebabkan terbentuknya campuran aziotrop dengan air. Adanya
pemanasan akan menyebabkan campuran aziotrop ini mengembun
dalam tabung pendingin. Destilat yang terbentuk ditampung dalam
tabung berskala.
Prosedur:
1. Ditimbang 10 gr sampel bahan makanan, kemudian
ditambahkan 100 ml toluen jenuh.
2. Dipanaskan sampai terbentuk destilat sebanyak 2-3 tetes
setiap detiknya.
3. Diteruskan pemanasan sampai destilat tidak lagi mengandung
air.
4. Banyaknya air dapat diketahui langsung dengan melihat skala
pada tabung penampung.

Cara tidak langsung


Cara ini merupakan cara yang paling sering dilakukan, dimana yang
ditetapkan adalah zat kering dalam bahan makanan tersebut.
Penetapan kadar air dapat dilakukan dari bahan makanan yang
homogen, heterogen, cair, cairan kental, mengandung lemak, dan
dari bahan makanan yang dapat terurai pada suhu 1000C.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

a) Penetapan kadar air dari bahan makanan homogen


Prosedur:
1) Ditimbang teliti sampel dalam botol timbang model lebar
(diameter 8 cm) sebanyak 6 gr.
2) Dipanaskan sampel pada suhu 1050C selama 2 jam,
didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.
3) Dipanaskan lagi sampel selama 30 menit, dinginkan dan
ditimbang kembali sampai beratnya tetap (selisih maksimum
2 mg).
4) Kadar air dihitung dengan rumus berikut:

b) Penetapan kadar air dari sampel heterogen


Prosedur:
Contoh sampel yang digunakan adalah roti tawar.
1. Roti diambil bagian tengahnya sebanyak 100 gr, kemudian
dipotong-potong menjadi bentuk kubus dengan ukuran
1x1x1 cm3.
2. Roti ditimbang dalam wadah yang telah diketahui beratnya.
3. Sampel dikeringkan pada suhu 600C selama 12 jam.
didinginkan pada tempat yang akan dipakai untuk
menghaluskan, lalu ditimbang.
4. Roti dihaluskan dan ditetapkan kadar airnya seperti
penetapan kadar air dalam bahan makanan homogen.

c) Penetapan kadar air dari makanan berbentuk cair


Prosedur:
Sampel yang digunakan adalah minyak kelapa
1. Sampel dikocok atau diaduk.
2. Ditimbang 10 ml sampel dalam botol timbang berisi 20 gr
pasir kering yang telah diketahui beratnya.
3. Diuapkan sampel di atas penangas air sampai sebagian
besar air diperkirakan telah menguap.
4. Diuapkan lagi dalam oven pada suhu 1050C.
5. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai
beratnya tetap.
6. Dihitung kadar air menggunakan rumus.

d) Penetapan kadar air dalam bahan makanan berbentuk cairan


kental
Sampel yang digunakan adalah sirop dan selai

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Prosedur
1. Sampel diencerkan, dengan cara: 50 gr sampel
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml yang telah diketahui
beratnya. Ditambahkan air sampai tanda (100 ml).
2. Ditimbang 20 gr larutan sampel encer dalam botol timbang
yang berisi 20 gr pasir kering (berat botol dan pasir telah
diketahui).
3. Diuapkan di atas penangas air sampai sebagian besar air
diperkirakan menguap.
4. Dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C.
5. Didinginkan dalam desikator, ditimbang sampai beratnya
tetap.
6. Dihitung kadar air dengan rumus.

e) Penetapan kadar air dalam makanan yang mengandung lemak.


Prosedur yang digunakan sama seperti sebelumnya, tetapi
sampel diuapkan dengan pasir yang telah dipijarkan.

f) Penetapan kadar air dalam bahan makanan yang dapat terurai


pada suhu 1000C
Untuk sampel yang terurai pada suhu 1000C, penguapan tidak
dilakukan dengan pemanasan, tetapi menggunakan desikator
hampa udara (desikator diisi dengan H2SO4 pekat).

1) Penentuan Abu

Abu merupakan hasil oksidasi sempurna dari zat-zat yang ada


dalam bahan makanan pada suhu 6000C, dan yang bertindak
sebagai oksidatornya adalah udara.

Pada proses pengabuan ada kemungkinan sebagian mineral


yang ikut menguap, misalnya fosfor, belerang, NaCl, dan unsur-
unsur As, Sb, dan Zn. Bila pemanasan terlalu tinggi, karbonat
akan terurai menjadi oksida-oksida, hal ini tidak boleh terjadi.
Prosedur:
1. Ditimbang 3 gr sampel dalam cawan porselin atau tembaga
yang telah dipijarkan dan ditimbang sampai beratnya tetap.
2. Sampel dipanaskan, mula-mula dengan api kecil sampai
seluruh sampel berubah menjadi arang. Nyala api
dibesarkan sampai dasar cawan berwarna merah.
3. Pemanasan dilanjutkan sampai isi cawan menjadi abu
seluruhnya.
4. Didinginkan sampel dalam desikator, kemudian ditimbang
sampai beratnya tetap.
5. Dihitung kadar abu menggunakan rumus berikut:

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

100%
Untuk bahan makanan yang banyak mengandung air, setelah
ditimbang, sampel diuapkan terlebih dulu di atas penangas air
sampai kering, setelah itu baru diabukan seperti prosedur yang
telah dijelaskan.

2) Penentuan Kadar Alkohol


Penetapan kadar alkohol (etanol) dapat dilakukan
menggunakan metode penyulingan, dimana hasil penyulingan
(destilat) ini kemudian diukur berat jenisnya, lalu dibandingkan
hasilnya dengan tabel konversi berat jenis – kadar alkohol. Dari
tabel akan terlihat bahwa semakin rendah berat jenis destilat,
semakin tinggi kadar etanol dalam sampel. Hal ini disebabkan
karena etanol memiliki berat jenis yang lebih kecil dibandingkan
air (air digunakan sebagai pelarut/pengencer utama dalam
industri makanan dan minuman). Pengukuran berat jenis dapat
dilakukan menggunakan piknometer.

Berat jenis larutan etanol Kadar etanol (% v/v)

1,0000 0,00

0,9999 0,07

0,9998 0,13

0,9997 0,20

0,9996 0,26

0,9995 0,33

0,9994 0,40

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

0,9993 0,46

0,9992 0,53

0,9991 0,60

0,9990 0,66

0,9980 1,34

0,9970 2,02

0,9960 2,70

0,9950 3,40

0,9940 4,11

0,9935 4,48

3) Pemeriksaan Logam Berat

Sampel yang digunakan dapat berupa minuman, sirup, atau


selai. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan 2 cara
Cara pertama

1. 50 ml sampel ditambah 1 ml asam asetat 30% dan 1 ml


Na2S 1N.
2. Jika larutan tetap jernih, maka tidak terdapat logam berat.
Cara kedua

1. 50 ml sampel ditambah 1 ml asam asetat 30%.


2. Ditambahkan 0,5 gr NaHCO3 dan 5 tetes K4Fe(CN)6. Jika
larutan tetap jernih, tidak terdapat logam berat.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

4) Pemeriksaan Pengawet

Analisa dilakukan terhadap bahan-bahan pengawet yang


diperbolehkan atau yang tidak diperbolehkan pada bahan
makanan dalam jumlah tertentu.

Untuk sampel yang kental (sirop, selai) harus diencerkan


terlebih dahulu dengan air (1 bagian sampel diencerkan dalam
4 bagian air), kemudian disaring. Untuk sampel yang berbentuk
cair tidak perlu diencerkan.

Pemeriksaan asam salisilat dan asam benzoat

Prosedur:
1. 50 ml larutan sampel diasamkan dengan H2SO4 encer.
2. Dikocok 2 kali dengan dietil eter, mula-mula 20 ml
kemudian 10 ml.
3. Larutan dalam eter disatukan, kemudian dibagi dua, lalu
masing-masing diuapkan. Residu yang tertinggal dalam
wadah diperiksa.
Residu 1:
a. Dilarutkan baik-baik dalam sedikit air, kemudian dibagi
dua
b. Pada bagian pertama, ditambahkan beberapa tetes
larutan FeCl3, jika terbentuk warna ungu yang tidak
hilang bila ditambah alkohol atau asam asetat,
menunjukkan adanya asam salisilat.
c. Bagian kedua ditambahkan air brom, jika terbentuk
endapan putih, menunjukkan adanya asam salisilat.
Residu 2:
a. Residu dicampur dengan 10 tetes H2SO4 pekat.
b.
Ditambahkan 50 mg KNO3 padat (atau 1 tetes HNO3
berasap).
c.
Dipanaskan pada suhu 1800C selama 3 menit.
d. Didinginkan, ditambahkan NH4OH sampai bereaksi
basa, dipanaskan kembali.
e.
Larutan didinginkan, kemudian ditambah (NH4)2S.
Terbentuknya warna coklat merah, menunjukkan
adanya asam benzoat.
5) Pemeriksaan Pemanis Buatan

Untuk sampel yang kental (sirop, selai, dll) harus diencerkan


dengan air dengan perbandingan 1 banding 4. Untuk sampel
yang encer dapat langsung diperiksa.

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

Uji terhadap sakarin

1. 50 – 100 ml sampel diasamkan dengan H 3PO4 25%, lalu


dikocok dengan campuran dietil eter dan petroleum eter
(1:1) sebanyak 2 kali. Tiap pengocokan menggunakan 20
ml campuran.
2. Ditambahkan 5-10 gr tragacant, dikocok baik-baik,
dipisahkan larutan dalam campuran eter, lalu disuling.
3. Residu diekstraksi dengan NaHCO3 encer.
4. Disaring, kemudian diuapkan. Jika residu mengandung
sakarin, akan terasa manis.
5. Sebagian residu dipanaskan dengan beberapa tetes H2SO4
70%, dan dilarutkan dalam sedikit air.
6. Ditambahkan NaOH sampai bereaksi basa, lalu diuji
dengan reagen Nessler. Terbentuknya warna kuning
sampai coklat menunjukkan adanya sakarin.

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

PENUTUP

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

BAB III
PENUTUP

1 Direktorat Pembinaan SMK


Kimia

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap + Gelar Akademik : Denny Arrifriana, S.Pd


Jenis Kelamin : Laki – laki
Usia : 38 Tahun
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 17 Agustus 1975
Status : Menikah
Jumlah Anak : 2 ( dua )
Agama : Islam
Alamat Rumah : Komplek Kodam Jaya Cililitan II, BL AR
Kelurahan : I/5 Rt 009/02
Kecamatan : Kramat Jati
Kab/Kota : Kramat Jati
Provinsi : Jakarta Timur
DKI Jakarta
Telepon : 085813700157/021 – 31778883
Faximile : -
Alamat E-mail : Denny 88psn@gmail.com

Direktorat Pembinaan SMK 1


Kimia

1 Direktorat Pembinaan SMK

Anda mungkin juga menyukai