SA
Kontributor Naskah: Denny Ariffriana Penelaah: Chairul, S.Si
Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam
rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh
berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini
merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan
dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman.
Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku
ini.
KATA PENGANTAR
Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi sikap,
pengetahuan dan keterampilan secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar
dalam perumusan kompetensi dasar tiap mata pelajaran mencakup kompetensi
dasar kelompok sikap, kompetensi dasar kelompok pengetahuan, dan kompetensi
dasar kelompok keterampilan. Semua mata pelajaran dirancang mengikuti
rumusan tersebut.
Buku ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai
kompetensi yang diharuskan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam
kurikulum 2013, siswa diberanikan untuk mencari dari sumber belajar lain yang
tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru sangat penting untuk
meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa dengan ketersediaan kegiatan
buku ini. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-
kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan
alam.
Buku ini sangat terbuka dan terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.
Untuk itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran, dan
masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan. Atas kontribusi tersebut, kami
ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi
kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun
Indonesia Merdeka (2045)
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................. .
HALAMAN FRANCIS............................................................................................. ii
PETA KONSEP....................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 2
A. Deskripsi..................................................................................................... 2
B. Prasyarat .................................................................................................... 3
C. Petunjuk Penggunaan ................................................................................ 3
D. Tujuan Akhir ............................................................................................... 5
E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ...................................................... 6
F. Cek Kemampuan Awal ............................................................................... 9
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PETA KONSEP
KIMIA ANALISA 1
KIMIA ANALISA
KIMIA ANALISA 2
MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN
1
PENDAHULUAN
A B C D EF
Deskripsi Prasyarat Tujuan Akhir Kompetensi IntiCek Kemampuan Kompeten
Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar
BAB I PENDAHULUAN
L
aboratorium klinik merupakan salah satu ujung tombak dalam pelayanan
kesehatan. Meskipun hanya bersifat penunjang, beberapa pemeriksaan
laboratorium memiliki peranan penting dalam penegakan diagnosa. Untuk itu
diperlukan sumber daya manusia (teknisi laboratorium klinik) yang mumpuni dalam
berbagai bidang praktek laboratorium klinik.
Metode yang digunakan dalam urinalisa cukup banyak dan kompleks, sehingga
materi ini diberikan dalam porsi yang cukup besar di SMK Analis Kesehatan
maupun di perguruan tinggi.
Selain memahami tentang urinalisa, peserta didik di SMK Analis Kesehatan juga
diharapkan memahami tentang metabolisme zat gizi dalam tubuh manusia.
Pengetahuan terhadap bidang ini sangat menunjang pekerjaan seorang teknisi
laboratorium klinik, sebab dapat membantu dalam melakukan interpretasi dan
evaluasi terhadap hasil pemeriksaan.
A.Deskripsi
S
ecara garis besar Buku Teks ini akan menyajikan 2 materi
pembelajaran tentang Analisa Urin secara Makroskopik dan Kimiawi,
kemudian tentang Metabolisme zat gizi dalam tubuh manusia.
Pembelajaran pertama berisi tentang aspek-aspek dalam urinalisa, termasuk
tata cara pengumpulan sampel, persyaratan wadah untuk sampel, dan lain-
lain. Pembelajaran kedua membahas tentang zat-zat gizi dalam tubuh, yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.
Analisa urin yang dipelajari dalam bidang studi kimia analisa untuk SMK
Analis Kesehatan sebenarnya merupakan dasar sebelum mempelajari
materi ini dalam pelajaran produktif yang lebih spesifik, yaitu ilmu kimia
klinik. Dalam buku ini, yang dibahas bukan hanya teori, tetapi juga prosedur-
prosedur pemeriksaan untuk menunjang diagnosa berbagai penyakit, baik
yang berhubungan dengan sistem urinaria, maupun beberapa penyakit
metabolik. Metode-metode pemeriksaan yang dijabarkan dalam buku ini
dipillih berdasarkan urgensi, keterkaitan, relevansi, dan keterpakaiannya
dalam dunia kerja atau industri.
B. Prasyarat
B
uku ini dapat digunakan oleh siapa saja yang ingin memahami tentang
urinalisa, peran zat gizi dalam tubuh dan metabolismenya, serta tentang
enzim dan hormon. Sebelum membaca buku ini, diharapkan peserta
didik
telah mempelajari dan menguasai materi dari edisi pertama, karena materinya
merupakan penunjang dari edisi dua ini.
C. Petunjuk Penggunaan
1) Baca buku dengan seksama, sampai anda merasa yakin telah menguasai
kemampuan dalam tiap unit.
2) Diskusikan dengan teman sejawat/instruktur/pembimbing praktik anda
3) Jika anda berlatih diluar jam tatap muka atau di luar jam kerja (ketika
sedang Praktik Kerja di Industri), gunakan buku ini sebagai panduan
belajar bersama dengan materi yang telah disampaikan di kelas.
4) Ikuti semua instruksi yang terdapat dalam lembar informasi untuk
melakukan aktivitas dan isilah lembar kerja yang telah disediakan dan
lengkapi latihan pada setiap sesi/kegiatan belajar.
5) Pelatih anda bisa saja seorang supervisor, guru atau manajer anda. Dia
akan membantu dan menunjukkan kepada anda cara yang benar untuk
melakukan sesuatu. Minta bantuannya bila anda memerlukannya.
6) Pelatih anda aka nmemberitahukan hal-hal yang penting yang anda
perlukan pada saat anda melengkapi lembar latihan, dan sangat penting
untuk diperhatikan dan catat poin-poinnya.
7) Anda akan diberikan kesempatan untuk bertanya dan melakukan latihan.
Pastikan anda latihan untuk ketrampilan baru ini sesering mungkin.
Dengan jalan ini anda akan dapat meningkatkan kecepatan anda berpikir
tingkat tinggi dan menambah rasa percaya diri anda.
8) Bicarakan dan komunikasikan melalui presentasi pengalaman-pengalaman
kerja yang sudah anda lakukan dan tanyakan langkah-langkah lebih lanjut.
9) Kerjakan soal-soal latihan dan evaluasi mandiri pada setiap akhir sesi
untuk mengecek pemahaman anda.
10) Bila anda telah siap, tanyakan pada pelatih anda kapan anda bisa
memperlihatkan kemampuan sesuai dengan buku pegangan siswa/
peserta.
11) Bila anda sedang magang tanyakan penilaian tertulis sebagai umpan balik
atas kemajuan yang telah anda capai setelah melakukan beberapa latihan.
Pelatih anda akan memberikan tanggapan berupa laporan berikut
penjelasan-penjelasan. Bila anda telah berhasil melengkapi setiap kriteria
kinerja, mintalah pelatih anda untuk memberikan penilaian dan anda telah
siap untuk dinilai.
12) Bila anda telah menyelesaikan buku ini dan merasa yakin telah memahami
dan melakukan cukup latihan, pelatih/ guru anda akan mengatur
pertemuan kapan anda dapat dinilai oleh penilai .
D. Tujuan Akhir
Untuk mengetahui kemampuan awal yang anda miliki berkaitan dengan mata
pelajaran Industri dan berkaitan dengan kompetensi dasar di bawah ini berilah
tanda Check () pada kolom yang telah disediakan sesuai kemampuan awal
sebelum anda mempelajari buku ini !
2
Kimia
PEMBELAJA RAN
KB 3
KB 1 KB 2
Pembuatan Larutan
Proses Metabolisme
Pereaksi, Larutan Baku,
Pembentukan Urin Zat Gizi dalam
Prosedur Pembakuan,
dan Urinalisa Tubuh, Enzim dan
Nitrimetri dan
Sederhana Hormon
Kompleksometri
KB 4 KB 5 KB 6 KB 7
Analisa Kualitatif
Stoikiometri, Pemeriksaan Fisik Air, Pemeriksaan Kualitatif
Anion dan Kation
Gravimetri, Penetapan Bahan dan Kuantitatif
serta Golongan
Titrasi, Terendap dan Terapung Makanan dan Minuman
Senyawa Organik
Spektrofotometri dalam Air
12
Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Pembinaan SMK
2013
1
Kimia
BAB II PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR 1 :
Proses Pembentukan Urin dan Urinalisasi Sederhana
Tujuan Pembelajaran
Uraian Materi
B
ab ini membahas tentang proses pembentukan urin, serta prosedur
analisa urin yang rutin dilakukan di laboratorium klinik. Meskipun
telah banyak dikembangkan metode-metode baru, penguasaan
terhadap metode konvensional tetap dibutuhkan, karena masih berguna
sebagai uji konfirmasi.
A. Sistem Urinaria
B. Bagian-Bagian Ginjal
Urinalisa Dasar
1) Pemeriksaan makroskopis
a) Tampilan urin (warna, kejernihan, dan busa)
b) Konsentrasi atau kepekatan urin (berat jenis dan osmolalitas)
c) Reaksi (pH)
d) Bau
e) Volume
2) Pemeriksaan kimiawi
a) Glukosa
b) Protein
c) Benda-benda keton
d) Bilirubin
e) Urobilin
f) Urobilinogen
g) Hemoglobin
h) Nitrit
i) Lekosit esterase
j) Pemeriksaan lain (porfirin, porfobilinogen)
3) Pemeriksaan mikroskopis terhadap sedimen urin
a) Silinder
b) Sel epitel
c) Lekosit
d) Bakteri
e) Jamur dan parasit (Trichomonas, candida, dan lain-lain)
f) Spermatozoa
g) Kristal-kristal (kalsium oksalat, tripel fosfat, kalsium karbonat,
dan lain-lain)
D. Pengawet Urin
E. Wadah Urin
A. Tampilan Urin
1) Warna (Color)
Warna Penyebab
3) Bau (Odor)
Bau Etiologi
B. Pemeriksaan pH
Nilai Rujukan
Urin yang bersifat asam, dengan pH kurang dari 6,0, dapat disebabkan
oleh:
1) Diet tinggi protein
2) Obat-obatan: amonium klorida, asam mandelik
3) Asidosis
4) Diabetes melitus, terutama yang tidak terkontrol
Metode Pemeriksaan
Nilai normal berat jenis urin berkisar antara 1,003 sampai 1,030.
Namun biasanya menetap pada angka 1,010 sampai 1,025. Sampel
urin yang memiliki berat jenis tertinggi adalah sampel urin pagi,
seringkali melebihi 1,020.
Urinometer
Refraktometri (memakai refraktometer)
Reagen strip (dip and strip reagent)
Bobot urin
BJ urin =
Bobot air
Contoh:
Setelah ditimbang 100 ml urin dan air, didapat data sebagai berikut:
105
Berarti Berat jenis urin ----------------
101
=
= 1,010
Urinometer
BJ Urin sebenarnya = BJ urin didapat - ( suhu urin – suhu tera urinometer) x 0,001
3
D. Volume Urin
Asupan cairan
Suhu dan kelembaban
Jumlah keringat
Usia
Pada anak-anak, diuresis terjadi lebih sering dibanding dengan orang
dewasa (3 – 4x), tetapi jumlah yang dikeluarkan lebih sedikit, rata-rata
hanya separuh dari volume urin orang dewasa.
Volume urin siang 12 jam adalah 2 sampai 4 kali lebih besar dari urin
malam 12 jam. Perbandingannya tidak akan berubah, meskipun
banyaknya minuman seseorang pada malam hari sama dengan siang
hari. Pada anak-anak, rasio ini tidak berlaku sepenuhnya.
Poliuria
D
alam kondisi normal, tubuh manusia mengekskresikan sekitar 40
s.d. 80 mg protein melalui urin setiap harinya. Meskipun begitu,
jika jumlah protein mencapai 150 mg/24 jam masih dianggap normal.
Jika dibandingkan dengan volume rata-rata urin 24 jam yang
bervariasi antara 1000 sampai 1500 ml, maka nilai normal protein urin
rata-rata per 24 jam berkisar antara 2 – 8 mg/dl. Pada pemeriksaan
kualitatif atau semikuantitatif yang menggunakan sampel urin bukan
kumpulan (urin pagi, urin sewaktu, dan lain-lain), nilai rujukannya
adalah
negatif.
Proteinuria
Metode Pemeriksaan
Metode ini paling banyak digunakan, karena mudah, murah, dan cepat
dalam pengerjaannya. Reagennya menggunakan reagen kering yang
dilekatkan di secarik kertas (strip reagent).
Prinsip pemeriksaan
Cara kerja:
Prinsip pemeriksaan
Protein dalam urin akan membentuk presipitasi atau kekeruhan jika
dipanaskan dan diasamkan.
Cara kerja
Prinsip pemeriksaan
Protein akan membentuk kekeruhan dalam suasana asam.
Cara kerja:
1) Dimasukkan 4 – 5 ml urin ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 2 – 3 tetes asam sulfosalisilat 20%.
3) Dicampur baik-baik, kemudian dinilai dan dilaporkan hasil.
Protein Bence Jones merupakan jenis protein dari fraksi globulin yang
memiliki berat molekul rendah, dan bersifat patologis. Dapat ditemukan
pada penderita mieloma multipel, makroglobinemia, dan amiloidosis
sistemik primer.
Uji Osgood
Prinsip:
Protein Bence Jones akan membentuk kekeruhan pada suhu 45 – 600
C. Kekeruhan hilang jika urin dididihkan, dan muncul kembali saat urin
mendingin.
Cara kerja:
Hasil juga bisa dilaporkan positif jika pada langkah 4 dan 5 terbentuk
kekeruhan pada suhu antara 50 – 650 C, dan menghilang pada suhu
1000 C.
Hubungan antara jumlah NPN dalam urin dengan NPN dalam darah,
khususnya ureum dan kreatinin sering digunakan untuk memantau
fungsi ginjal. Kombinasi antara pemeriksaan NPN urin dengan NPN
darah dikenal dengan nama uji klirens/bersihan (clearance test), dan
pemeriksaan ini lebih bermakna ketimbang melakukan pemeriksaan
secara tunggal.
Urea
Urea dalam tubuh dapat diperiksa dalam bentuk aslinya, atau hanya
diukur jumlah nitrogennya (BUN/blood urea nitrogen). Pemeriksaan
BUN hanya mengukur jumlah unsur nitrogen yang terdapat dalam
senyawa urea, dimana jumlah nitrogen ini dianggap telah mewakili
konsentrasi urea total dalam darah. Ekskresi urea total dalam urin
berkisar antara 20 – 35 g/24 jam, sedangkan BUN sebanyak 12 – 16
gr/24 jam.
Makna Klinis
Amoniak
Gambaran klinis
Asam Urat
Glukosa merupakan jenis gula yang paling banyak dijumpai dalam urin;
walaupun ada juga gula jenis lain seperti laktosa, fruktosa, galaktosa
dan pentosa yang dapat ditemukan pada kondisi tertentu.
Metode Pemeriksaan
Beberapa cara untuk mendeteksi adanya gula dalam urin, antara lain :
Tes Reduksi
Semua gula memiliki sifat mereduksi (sebagai reduktor), sehingga
dasar dari tes ini adalah adanya reduksi oleh gula terhadap reduktan
(zat yang direduksi).
Uji Benedict
Prosedur:
1) Masukkan 5 ml reagen benedict ke dalam tabung.
2) Tambahkan 8 tetes urine ke dalam tabung tersebut.
3) Rebus tabung dalam air mendidih selama 5 menit, atau didihkan
langsung dengan pemanas spiritus/Bunsen selama 2 menit.
4) Lihat perubahan warna yang terjadi, laporkan hasil secara semi
kuantitatif (lihat interpretasi hasil).
Interpretasi Hasil
urin yang terlalu dingin, adanya bakteri dalam urin (infeksi tractus
urinarius), adanya sel-sel ragi (yeast infection).
1) Aseton
2) Asam aseto asetat
3) Asam beta hidroksi butirat
Ketonuria
1) Defisiensi insulin
2) Metabolisme asam lemak dan asam amino yang berlebihan
3) Defisiensi karbohidrat
Benda keton sebenarnya tidak memiliki sifat toksik (beracun) bagi
tubuh, tetapi bila jumlahnya sangat banyak (melebihi normal),
homeostasis akan terganggu dan terjadilah asidosis.
1) Starvation (kelaparan)
2) Diare berat
3) Vomittus (muntah-muntah)
4) Penyakit yang disertai panas dan kehilangan cairan
5) Salah makan
6) Muntah-muntah hebat pada wanita hamil
Indikasi pemeriksaan ketonuria :
1) Bila ada glukosuria yang hebat
2) Bila ada dugaan asidosis
3) Bila keseimbangan cairan tubuh terganggu : diare, vomitus,
dehidrasi
Tes Rothera
Cara kerja :
Tes ini bersifat kualitatif, jadi hasil cukup dinyatakan dengan -/negatif
atau +/positif saja. Harus dipahami bahwa zat keton sangat mudah
menguap, oleh karena itu penggunaan urin segar sangat dianjurkan
pada tes ini untuk menghindari adanya hasil negatif palsu.
Tes Gerhardt
Tes ini berdasarkan reaksi antara asam aseto asetat dengan ferri
Chloride yang akan membentuk senyawa berwarna merah coklat
(anggur port). Asam aseto asetat sampai pengenceran 1 : 1000 dapat
dinyatakan dengan tes ini (jauh kurang peka dibanding cara Rothera),
sedangkan aseton dan asam beta hidroksi butirat tidak bereaksi.
Cara Kerja :
1)
Masukkan 5 ml urin ke dalam tabung, diteteskan FeCl3 10% sambil
dikocok.
2)
Jika terbentuk presipitat putih ferri fosfat, hentikan penetesan, lalu
saring endapan tersebut.
3)
Kepada filtrat diberikan lagi beberapa tetes larutan FeCl3.
4)
Jika terbentuk warna merah coklat, tes dinyatakan positif.
Pada tes ini, warna merah yang dicari mungkin tersamarkan oleh
presipitat ferri fosfat yang selalu terbentuk, maka dari itu dianjurkan
agar menyaring cairan dan mencari warna itu dalam filtrat.
Warna merah coklat tidak hanya disebabkan oleh asam aseto asetat,
fenol, salisilat, antipirin dan natrium karbonat juga memberi warna
serupa. Kadang dapat juga terbentuk warna hijau, disebabkan oleh
fenilalanin.
Metode Lange
Cara Kerja :
1) Masukkan 10 ml urine ke dalam tabung reaksi.
2) Tambahkan 0,5 ml asam asetat glacial.
3) Tambahkan 5 tetes natrium nitroprussida 5%.
4) Alirkan ammonia 10% melalui dinding tabung secukupnya hingga
terbentuk dua lapis cairan.
5) Biarkan selama 3 menit, baca hasil.
6) Tes dilaporkan positif bila terbentuk cincin ungu pada batas kedua
cairan tersebut.
Terhadap asam beta hidroksi butirat tidak dikenal adanya tes khusus,
dan memang dalam pemeriksaan sehari-hari, tes terhadap zat ini tidak
diperlukan. Adanya aseton dan asam aseto asetat telah cukup
memberikan fakta tentang kelainan metabolisme yang sedang diderita
seseorang.
Metabolisme Bilirubin
Eritrosit dalam tubuh yang telah berumur +/- 120 hari akan dihancurkan
oleh RES (Reticulo endothelial system) yang terutama terjadi pada
limpa dan sumsum tulang menjadi porfirin + globin + Fe.
Pada orang normal, kadar bilirubin dalam darah sangat rendah (sekitar
0,5 mg%), sehingga tidak akan dijumpai dalam urin. Jika kadar bilirubin
II naik melebihi normal, maka akan dikeluarkan bersama urin, terjadilah
bilirubinuria.
Jika urin dibiarkan, sebagian kecil bilirubin itu akan teroksidasi menjadi
biliverdin. Karena perubahan ini dipercepat oleh sinar matahari, sangat
penting untuk menjauhkan urin dari paparan sinar matahari langsung.
Metode Pemeriksaan
Cara Kerja :
Tes Harrison
Cara kerja :
Disamping biliverdin, mungkin sekali terjadi oksidasi lain yang lain pula
warnanya, misal : biru (bilisianin), atau kuning (cholestelin). Sedangkan
urin normal akan memberi hasil negatif pada percobaan ini.
Prinsip kerja :
Cara kerja :
Masukkan 10 ml urin ke dalam tabung, ditambahkan 1 ml reagen
Wallace and Diamond, dicampur lalu biarkan 3 – 5 menit (jangan
lebih lama).
Amati pada posisi tabung vertikal dari atas ke bawah ke dalam
tabung dengan beralaskan kertas putih.
Jika warna merah yang terbentuk samar-samar, tes dianggap
selesai.
Jika terbentuk warna merah gelap/tua, lanjutkan tes dengan
melakukan pengenceran urin sebagai berikut (cara kuantitatif).
No tabung 1 2 3 4 5 6 7 8
Lakukan lagi tes Wallace dan Diamond dengan urin yang telah
diencerkan tersebut.
Paradimethylamino-benzaldehida.....2 g
HCl pekat.........................................20 ml
Aquadest.........................................80 ml
Campur hingga homogen, lalu simpan larutan dalam botol coklat.
Catatan :
Hasil tes harus dibaca paling lama 5 menit, karena jika dibiarkan warna
merah itu akan menjadi semakin tua dan mencapai puncaknya setelah
30 menit.
Urobilin
Prinsip kerja :
- Zinc acetat.......10 g
- Alkohol 96% 100 ml
Kocok kuat-kuat, biarkan bagian yang tidak larut di dalam botol.
Cara kerja :
Manfaat lain tes Schlesinger adalah jika harus memeriksa urin yang
tidak segar lagi. Biarpun urin tersebut tidak lagi berisi urobilinogen,
tetapi reaksi fluoresensi kuat dapat memberi petunjuk bahwa
sebelumnya mungkin ada banyak urobilinogen dalam sampel.
Percobaan Naumann
Dasar tes ini adalah sifat urobilin dan beberapa derivat indol lain yang
larut dalam kloroform, sedangkan riboflavin hanya dapat larut dalam
air.
Cara kerja :
Dalam urin normal tidak terdapat darah. Ditemukannya unsur ini dalam
urin seseorang menunjukkan keadaan patologis pada orang tersebut.
Kondisi ini dikenal dengan istilah hematuria.
Tes untuk darah samar ini dapat juga menggunakan sampel lain,
seperti feses dan getah lambung, dimana tes bensidin dan guaiac akan
memberikan hasil positif untuk hemoglobin dan beberapa derivatnya,
misal methemoglobin, CO-hemoglobin, hematin dan mioglobin.
Zat-zat lain yang dapat menyebabkan positif palsu antara lain cupri
oksida (benedict), bromida, jodida, asam nitrat dan formalin. Oleh
karena itu alat-alat gelas yang dipakai harus bersih benar dan pada
tiap tes bensidin dilakukan duplo. Hasil negatif palsu disebabkan oleh
vitamin C dan oleh reagen-reagen yang tidak bagus lagi. Reagen yang
digunakan sebaiknya yang baru dibuat.
Uji Bensidin Basa
Ada metode lain dengan bensidin selain uji bensidin basa, yaitu
dengan bensidin dihidroklorida. Cara ini sama seperti cara bensidin
basa, tetapi bensidin basa diganti dengan bensidin dihidroklorida dan
urin tidak perlu dimasak.
Interpretasi Hasil
Hasil tes tidak boleh dibaca lewat 5 menit, karena warnanya setelah itu
berubah. Urin normal akan memberikan hasil negatif, pada hematuria
atau hemoglobinuria, hasil positif.
Indikan
Tes Obermeyer
- Ferrichlorida ….. 2 g
- HCl pekat.............1000 ml
Tes Jaffe
1. Dimasukkan 10 ml urin bebas protein ke dalam tabung,
ditambahkan 10 ml HCl 38% (sama banyak).
2. Ditambahkan 2 ml larutan CaCl2 5% atau kaporit 2%, dicampur.
3. Ditambah lagi dengan beberapa tetes atau beberapa ml kloroform,
dan dibolak-balik beberapa kali.
4. Bila terbentuk warna biru pada kloroform, tes terhadap indikan
dinyatakan positif.
Porfobilinogen
Kalsium (Ca) ada dalam tubuh dalam bentuk garam kalsium, dimana
90% berada dalam tulang dan gigi (berbentuk kristalin), yang memberi
struktur keras dan kuat pada kedua jaringan tersebut.
Fungsi lain kalsium adalah meningkatkan fungsi syaraf dan otot, serta
meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan cara
mengaktifkan trombin dan protrombin.
Peningkatan pH darah
Absorbsi dari saluran pencernaan sangat sedikit
Diet
Peningkatan ekskresi Ca melalui urin, dijumpai pada penyakit-
penyakit nefritis, defisiensi hormon paratiroid, gangguan tubulus
ginjal yang menyebabkan retensi fosfat
Ada dua bentuk Ca dalam tulang, yakni bentuk stabil dan bentuk labil
yang mudah diganti (berpengaruh dengan keseimbangan kadarnya
dalam darah).
Tes Sulkowitch
1) Masukkan masing-masing 3 ml urin ke dalam 2 buah tabung reaksi
(tabung reaksi kedua digunakan sebagai kontrol).
2) Tambahkan kepada tabung pertama 3 ml reagen Sulkowitch,
dicampur, lalu dibiarkan 2-3 menit.
3) Baca dan laporkan hasil secara semikuantitatif.
Interpretasi Hasil
Nilai normal adalah +1. Jika hasil tes negatif, kemungkinan penderita
mengalami hipokalsemia (kadar Ca < 7,5 mg%). Pada hiperkalsemia,
ekskresi kalsium meningkat dan hasil tes menjadi +3 atau +4.
Pemeriksaan ini mudah dilakukan sebagai bedside test, untuk
diagnosa kelainan metabolisme Ca.
Tes Fantus
KEGIATAN BELAJAR 2 :
Metabolisme Zat Gizi dalam Tubuh, Enzim dan Hormon
Tujuan Pembelajaran
Uraian Materi
A. Metabolisme
M
etabolisme merupakan serangkaian reaksi kimia yang terjadi
dalam tubuh. Reaksi-reaksi ini membuat kita dapat
mengekstrak energi dari lingkungan sekitar dan
menggunakannya untuk mengolah bahan makanan menjadi protein,
karbohidrat, dan lemak. Beberapa poin penting yang harus diingat
tentang metabolisme adalah:
1. Katabolisme
Katabolisme adalah proses penguraian (degradasi) dari molekul-
molekul kompleks yang kaya energi seperti lemak, karbohidrat,
dan protein menjadi molekul yang lebih sederhana, misalnya CO 2,
H2O dan NH3. Energi yang terlepas akan “ditangkap” dalam
bentuk adenosine triphosphate (ATP) dan disimpan lagi untuk
digunakan dalam proses anabolisme.
2. Anabolisme
Anabolisme merupakan proses pembentukan molekul-molekul
kompleks dari molekul sederhana (kebalikan dari katabolisme).
Misalnya pembentukan protein dari asam-asam amino dan
pembentukan glikogen (polisakarida) dari glukosa
(monosakarida). Reaksi sintesis ini membutuhkan energi yang
diperoleh dari hidrolisis ATP.
Katabolisme Anabolisme
Glukoneogenesis: pembentukan
glukosa
Mekanisme kontrol
Terdapat tiga mekanisme utama untuk mengendalikan proses
metabolisme, yaitu:
B. Metabolisme Karbohidrat
Jenis Karbohidrat
Glikolisis
Glikolisis terbagi menjadi dua fase, yaitu fase pembentukan energi dan
fase penggunaan energi. Pada masing-masing fase, terdapat lima
enzim yang terlibat, yaitu:
c. Fosfofruktokinase-1 (PFK-1)
d. Aldolase
e. Triose fosfat isomerase
Lokasi glikolisis terjadi dalam sel tubuh pada bagian sitosol. Proses ini
dapat terjadi secara aerob maupun anaerob. Pada glikolisis aerob,
terjadi proses oksidasi yang memakan oksigen, tetapi energi yang
dihasilkan besar, sedangkan pada glikolisis anaerob, tidak
membutuhkan oksigen, tetapi energi yang dihasilkan sedikit.
Glikogenesis
Glikogenolisis
Glukoneogenesis
Ada kalanya asupan karbohidrat tidak sebanding dengan kebutuhan
akan energi. Dalam hal ini tubuh akan mencari solusi alternatif dengan
cara membentuk glukosa dari senyawa-senyawa non karbohidrat,
seperti gliserol, laktat, dan asam amino. Proses pembentukan glukosa
dari senyawa non karbohidrat ini dinamakan glukoneogenesis.
C. Metabolisme Protein
Protein adalah salah satu zat gizi penting bagi tubuh, karena selain
berfungsi sebagai sumber energi, senyawa ini juga berperan sebagai
zat pembangun dan pengatur berbagai fungsi tubuh.
Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat dibuat
oleh tubuh, hanya diperoleh dari asupan makanan sehari-hari. Yang
termasuk kelompok ini adalah:
Fenilalanin (Phe)
Valin (Val)
Triptopan (Trp)
Treonin (Thr)
Isoleusin (Ile)
Metionin (Met)
Histidin (His)
Lisin (Lys)
Leusin (Leu)
Asam amino non esensial dapat diproduksi dalam tubuh melalui jalur
metabolisme. Yang termasuk kelompok ini antara lain:
Tirosin (Tyr)
Glisin (Gly)
Alanin (Ala)
Sistein (Cys)
Serin (Ser)
Aspartat (Asp)
Asparagin (Asn)
Glutamat (Glu)
Glutamin (Gln)
Arginin (Arg)
Prolin (Pro)
KEGIATAN BELAJAR 3 :
Pembuatan larutan pereaksi, larutan baku, prosedur pembakuan, nitrimetri dan kom
Tujuan Pembelajaran
Uraian Materi
A. Larutan Pereaksi
L
arutan pereaksi adalah suatu larutan yang digunakan untuk
uji kualitatif, dan tidak diketahui kadarnya secara pasti.
Larutan ini tidak membutuhkan ketelitian tinggi dalam
pembuatannya, dan
hanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu zat dalam
sampel. Berikut adalah beberapa larutan pereaksi yang banyak
digunakan dalam pemeriksaan di laboratorium klinik berikut cara
pembuatannya:
1) Larutan Benedict
Dilarutkan 173 gr natrium sitrat dan 100 gr Na2CO3 dalam
800 ml aquades
Diaduk, kemudian disaring larutan tersebut
Dilarutkan 17,3 gr CuSO4 dalam 100 ml aquades
Dicampur kedua larutan tersebut, kemudian ditambahkan
aquades hingga volume mencapai 1000 ml
2) Larutan Turk
Dicampur gentianviolet 1% dengan 1 ml aquades,
kemudian ditambahkan asam asetat glasial sebanyak 1 ml
Ditambahkan aquades sampai volume mencapai 100 ml
Saring larutan sebelum dipakai
3) Larutan Schlesinger
Dicampurkan 10 gr zinc asetat dengan 100 ml alkohol 95%
Dikocok kuat-kuat (biarkan bagian yang tidak larut di dalam
botol)
6) Larutan Lugol
Ditimbang 1 gr iodium dan 2 gr kalium iodida
Dilarutkan dalam 300 ml aquades
B. Larutan Baku
C. Pembakuan
Pembakuan atau penetapan kadar suatu zat baku, dapat dilakukan
dengan cara titrasi. Cara ini dikenal juga dengan nama volumetri
atau titrimetri. Metode ini banyak dipilih karena cepat dan akurat.
Prinsip titrasi:
Dimana:
NB = konsentrasi sampel
VA = volume titran
NA = konsentrasi titran
VB = volume larutan yang dititrasi (sampel)
Tergantung Ka asam
lemah dan Kb basa
lemahnya.
Asam lemah Basa lemah Bila Ka>Kb, maka pH
Contoh: CH3COOH Contoh: NH4OH TE <7,0. Bila Ka<Kb,
maka pH TE>7,0.
Bila Ka=Kb, maka
pH
TE=7,0
Tabel 2: Tabel Reaksi Kimia Titrasi Asam basa
Indikator pada titrasi asam basa adalah asam organik lemah dan
basa organik lemah, yang dapat berubah warna pada pH yang
berbeda. Pemilihan indikator untuk titrasi asam basa, digunakan
indikator yang memiliki kisaran harga pH yang berada sekitar titik
ekivalen.
Direktorat Pembinaan SMK 1
Kimia
Cara kerja:
Disiapkan larutan standar boraks dengan cara melarutkan
10,645 gr boraks dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml.
Disiapkan larutan HCl 0,1 N dengan cara melarutkan 8 – 9
ml HCl pekat dengan aquades dalam labu ukur 1000 ml.
Dimasukkan ke dalam buret.
Dipipetkan 25,0 ml larutan boraks dengan pipet volumetrik,
dituangkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, lalu ditambahkan 2
– 3 tetes indikator methyl red (MR).
Dititrasi larutan boraks tersebut dengan HCl sampai terjadi
perubahan warna
Percobaan diulang tiga kali
Hitung normalitas larutan HCl dengan rumus berikut:
Cara kerja:
. %
%
, / , ,
Cara kerja:
Dilarutkan 10,00 gr sampel soda dengan aquades dalam
labu ukur 250 ml.
Diambil 25,00 ml larutan sampel tersebut dengan pipet
volume, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml,
ditambahkan indikator pp untuk menentukan TE 1.
Dititrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna.
Setelah terjadi perubahan warna, ditambahkan 2 – 3 tetes
indikator MO.
Dilanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan warna kembali
(untuk memperjelas TE 2, didihkan larutan saat TE 2 hampir
tercapai, kemudian dinginkan. Setelah dingin, dilanjutkan
titrasi sampai terjadi perubahan warna)
Percobaan diulang 3 kali.
Dihitung kadar Na2CO3 (%) dalam soda dengan rumus
berikut:
%
%
, / ,
D. Nitrimetri
Reaksi ini tidak stabil pada suhu ruangan, karena garam diazonium
yang terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan
gas nitrogen. Untuk mengatasinya, reaksi dilakukan pada suhu
<150C. Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan penambahan
garam kalium bromida.
E. Kompleksometri
Dihitung molaritas larutan EDTA
Cara kerja:
Diambil 2,00 ml air laut, dimasukkan kedalam erlenmeyer
250 ml, ditambahkan 25 ml aquades.
Ditambahkan 1,0 ml larutan buffer pH 10 dan 2 – 3 tetes
indikator EBT kedalam sampel, larutan akan menjadi
merah.
Dititrasi sampel dengan larutan standar EDTA sampai
terjadi perubahan warna menjadi biru.
Percobaan diulang 3 kali
Dihitung kesadahan dalam air laut menggunakan rumus
berikut:
KEGIATAN BELAJAR 4 :
Analisa Kualitatif Anion dan Kation serta golongan senyawa organik
Tujuan Pembelajaran
Uraian Materi
A
nalisis kualitatif adalah suatu proses analisa yang dilakukan
untuk mencari keberadaan suatu unsur kimia dalam suatu bahan
contoh (sampel). Terdapat dua aspek penting dalam analisa kualitatif,
yaitu pemisahan dan identifikasi. Karena unit ini akan membahas
tentang analisa kualitatif terhadap kation dan anion,
sebelumnya harus dipahami dulu pengertian tentang atom dan ion.
j) Timah (III)
k) Timah (IV)
Keempat ion pertama merupakan sub golongan IIa dan enam yang
terakhir termasuk golongan IIb.
B. Golongan I
1)
Timbal (Pb; Ar = 207,19)
2)
Merkuri atau Raksa, (Hg; Ar = 200,59)
NH2
2+ -
2Hg2 + NO3 + 4NH3 + H2O HgO.Hg + 2Hg + 3NH4+
Direktorat Pembinaan SMK 7
Kimia
NO3
C. Golongan II
1) Merkurium (II)
Uji-uji ini dapat digunakan untuk semua senyawa arsenik, dan memegang
peranan penting dalam analisis forensik
D. Analisis Anion
1) Karbonat, CO32-
2HCO3- CO32- + H O
2 + CO 2
3) Sulfit, SO32-
Hanya sulfit dari logam alkali dan dari amonium yang larut
dalam air. Sulfit dari logam lain hanya larut sedikit atau tidak
larut.
KEGIATAN BELAJAR 5 :
Stoikiometri, Gravimetri, Titrasi, Spektrofotometri
Tujuan Pembelajaran
Uraian Materi
A. Stoikiometri
Salah satu aspek penting pada reaksi kimia adalah hubungan
kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia tersebut,
baik pereaksinya maupun hasil reaksinya. Metode yang digunakan
untuk melakukan pengukuran terhadap hubungan kuantitatif ini
dikenal dengan nama stoikiometri (stoicheon = unsur; metron =
mengukur).
1) Konsep Mol
Misal: Mr air adalah 18, 015 sma. Maka dapat dikatakan bahwa:
S + O2 SO2
S + O2 SO2
N2 + 3H2 2NH3
Hukum Avogadro
N2 + 3H2 2NH3
Perhitungan Kimia
Contoh
H2 + N2 NH3
Contoh:
Dari reaksi:
Jawab:
Diketahui:
mol H2 = 7,5 mol
koefisien reaksi N2 = 1
koefisien reaksi H2 = 3
maka:
12
2 7,5 32
= 2,5 mol
= 1,2 mol
Perhitungan Lain
Jawab:
1 2
2 2
2
1 2
2 42
28
2 1,5
23
3 1,5 12
3 3
3
3 3
1 3
3 51
B. Gravimetri
%
Kadar unsur/senyawa (%) =
.
/ /
bentuk endapan
Unsur/senyawa faktor gravimetri
yang ditimbang
K KClO4
4
2
K2O KClO4
2 4
S BaSO4
4
4
SO4 BaSO4
4
2
Fe Fe2O3
3 23
2 3 4
Fe3O4 Fe2O3
3 2 3
2
Mg Mg2P2O7
2 2 7
3 8
KAlSi3O8 SiO2
3 2
1) Penentuan Klorida
Prinsip:
Cara kerja:
Contoh:
= 410/58,5
= 7 mmol
/ %
%
Gambar 5: Sintered-glass
Sumber: indoeximindia.com
C. Titrasi
D. Spektrofotometri
Cahaya
PANJANG GELOMBANG
WARNA
(λ = LAMBDA)
Warna
W
arna adalah suatu kesan visual yang timbul akibat
terserapnya cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh
suatu benda pada saat benda tersebut terkena cahaya. Sisa
panjang gelombang akan diteruskan (oleh obyek transparan) atau
dipantulkan (oleh obyek yang buram) dan terlihat sebagai warna oleh
mata.
Warna tertransmisi
λ (nm) Warna terabsorbsi (warna yang
nampak)
Instrumen
KEGIATAN BELAJAR 6 :
Pemeriksaan Fisik Air, Penetapan Bahan Terendap dan Terapung dalam Air
Tujuan Pembelajaran
Uraian Materi
M
akhluk hidup tak dapat lepas dari kebutuhannya akan air.
Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memerlukan air
untuk berbagai keperluan seperti minum, mandi, mencuci
pakaian
dan peralatan rumah tangga, menyiram tanaman, serta untuk kegiatan
lain yang berhubungan dengan keperluan kesehatan.
1) Air tanah yang berasal dari mata air atau sumur dangkal/artesis
2) Air permukaan yang disebut juga air badan air, misalnya air sungai,
air danau, air waduk, dan sebagainya
3) Air laut
4) Air pemandian umum, air kolam renang, dan sebagainya
Dalam mempelajari tentang air, sebelumnya perlu dipahami beberapa
istilah yang banyak digunakan, antara lain:
Baku mutu lingkungan: Adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen yang ada atau harus ada dan unsur
pencemar yang ditenggang adanya dalam suatu sumber daya
Sumber daya: unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya
manusia, sumber daya alam hayati, sumber daya alam non hayati,
dan sumber daya buatan.
Pencemaran lingkungan: masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan
atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Air baku: air dari badan air yang diolah menjadi air minum yang
pada pokoknya dilakukan dengan cara koagulasi, pengendapan,
penyaringan dan penyucihamaan.
Badan air: tempat dan wadah di atas permukaan daratan yang berisi
dan atau menghasilkan air, yaitu rawa, danau, sungai, waduk, dan
saluran air.
Baku mutu air: Batas kadar zat atau bahan pencemar yang terdapat
dalam air untuk tetap berfungsi sesuai dengan golongan peruntukan
air tersebut.
Pencemaran air: Keadaan air yang kemasukan makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen lain ke dalamnya oleh kegiatan menusia
atau oleh proses alam sehingga mutu air berubah sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tersebut tidak berfungsi lagi sesuai
peruntukannya.
Air golongan A: Air pada sumber air yang dapat digunakan sebagai
air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dulu.
Air golongan B: Air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk
diolah menjadi air minum dan keperluan rumah tangga lain.
Air golongan C: Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan
perikanan dan peternakan.
Air golongan D: Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan
pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha di perkotaan,
industri, dan listrik tenaga air.
Air golongan E: Air yang tidak dapat dipergunakan untuk keperluan
tersebut pada perunutukkan air golongan A, B, C, dan D.
Limbah golongan I: Air limbah yang dibuang ke dalam air golongan
B.
Limbah golongan II: Air limbah yang dibuang ke dalam air golongan
C.
Limbah golongan III: Air limbah yang dibuang ke dalam air golongan
D.
Limbah golongan IV: Air limbah yang dibuang ke dalam air golongan
E.
Air badan air mempunyai daya pemurnian alami (self purification). Bila
kemasukan bahan pencemar akan diuraikan secara biologik oleh
mikroorganisme yang ada dalam air dengan bantuan oksigen terlarut
menjadi hasil uraian yang stabil. Dari zat organik diuraikan menjadi
senyawa nitrat, sulfat, karbonat, fosfat, dan sebagainya oleh bakteri
aerob. Tetapi bila bahan pencemar organiknya terlalu tinggi, oksigen
terlarut yang ada akan makin berkurang sampai mencapai titik nol.
Akibatnya, yang bekerja adalah bakteri anaerob, dengan hasil akhir
nitrit, amoniak, asam sulfida dan sebagainya yang menimbulkan bau
karena adanya pembusukan.
Ilmu kimia air merupakan ilmu terapan yang memerlukan dasar ilmu
kimia anorganik, kimia organik, kimia analitik, dan stoikiometri. Analisa
kimia air harus dilakukan dengan akurat dan teliti, agar diperoleh hasil
yang bermakna. Akurat berarti hasil yang didapat mendekati keadaan
sesungguhnya, teliti artinya setiap kali pemeriksaan diulang dengan
cara dan kondisi yang sama, selisih hasil yang diperoleh sedikit sekali.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan teliti, adanya kesalahan yang
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan harus dicegah. Kesalahan-
kesalahan itu antara lain:
3) Kesalahan metode
Dapat berasal dari teknik sampling yang salah, atau reaksi kimia
yang tidak sempurna. Pada gravimetri karena kelarutan endapan,
co- presipitasi, post-presipitasi, dekomposisi, atau penguapan zat
yang akan ditimbang. Pada volumetri karena reaksi dari bahan
pengganggu, perbedaan antara titik akhir pemeriksaan dengan titik
akhir reaksi stoikiometri.
Waktu Pengambilan
Sebelum diisi, botol dibilas 2 – 3 kali dengan air yang akan diperiksa.
Faktor penting yang mempengaruhi hasil analisa adalah kekeruhan,
sehingga kekeruhan ini harus dihilangkan. Juga akan terjadi perubahan
fisika dan kimia selama penyimpanan jika sampel terkena udara. Tiap
sampel yang keruh harus diperlakukan tersendiri tergantung unsur yang
akan ditetapkan, banyaknya sampel, sifat kekeruhan, dan keadaan lain
yang dapat mempengaruhi hasil. Umumnya bahan tersuspensi
dipisahkan dengan cara dekantasi, pemusingan atau penyaringan.
Kadang-kadang perlu dinyatakan bahwa analisa dilakukan dengan atau
tanpa penyaringan.
Tiap sampel harus diberi keterangan yang jelas dan tidak mudah hilang
pada wadahnya.
Tempat pengambilan
Tanggal dan waktu pengambilan
Lokasi pengambilan
Nama pengambil sampel
Suhu saat pengambilan
Data-data lain (cuaca, kedalaman, aliran air, dll)
Untuk mengambil sampel dari sungai, danau, sumur, dan kolam renang
dapat digunakan wadah gelas kapasitas 1 liter yang bagian bawahnya
diberi pemberat dari timah putih atau timah hitam, dengan pengikat
berupa kawat kuningan atau tembaga. Tidak diperbolehkan
menggunakan kawat dari besi karena mudah berkarat, sehingga mudah
putus dan karatnya mencemari air.
Mulut botol harus cukup lebar, sehingga dapat dimasuki sumbat karet
yang diberi dua buah lubang. Pada lubang tersebut dimasukkan dua
buah pipa plastik berdiameter +/- 0,5 cm. Satu pipa dimasukkan sampai
dasar botol, dan pipa yang lain dimasukkan sampai dasar karet
penyumbat, sedangkan bagian ujungnya kira-kira 25 cm dari luar botol.
Pipa kedua ini dapat disambung dengan pipa plastik yang panjangnya
disesuaikan dengan kedalaman pengambilan sampel.
Pengawetan Sampel
Pengiriman Sampel
Sebelum sampel dikirim, wadah sampel harus diberi label yang memuat:
a) Suhu
Untuk mengukur suhu air digunakan termometer air raksa biasa dan
dilaporkan dalam derajat yang terdekat. Pada keadaan normal, suhu
air sama dengan suhu udara lingkungan. Peningkatan suhu terjadi
pada air buangan dari proses produksi yang menggunakan
pemanasan. Peningkatan suhu air ini dapat mengganggu kehidupan
biota air atau tanaman.
b) pH
Air di alam umumnya memiliki pH antara 4 – 9. Sebagian besar agak
alkalis disebabkan adanya karbonat dan bikarbonat. Perubahan di
bawah atau di atas normal dapat terjadi karena buangan industri yang
bersifat asam kuat atau basa kuat.
Kertas pH. Dipilih kertas pH yang mempunyai rentang 6-9. Cara ini
bersifat kasar, ketelitian kurang.
Metode kolorimetrik. Dilakukan menggunakan deret larutan dapar
(buffer) yang sudah diketahui pHnya, dan diberi indikator yang
tepat. Sampel air diberi indikator yang sama, kemudian warnanya
dibandingkan dengan deret larutan dapar baku.
Indikator yang dapat digunakan antara lain:
Brom thymol blue : daerah pH 6,0 – 7,6
Fenolftalein : daerah pH 8,2 – 9,8
pH meter. Pemeriksaan cara ini menggunakan alat pengukur
potensial yang dilengkapi elektroda gelas. Perubahan pH akan
merubah potensial sebesar 59,1 mV setiap unit pH pada suhu 25 0C.
Sebelumnya elektroda harus dibakukan terhadap larutan dapar
baku yang sudah diketahui pHnya. Cara ini lebih teliti dibandingkan
metode kolorimetris karena tidak terganggu adanya warna pada
sampel air, kekeruhan, kandungan garam yang tinggi, bahan-bahan
koloid, klor bebas, oksidator dan reduktor.
c) Kekeruhan
Air yang jernih diperlukan untuk keperluan rumah tangga dan industri
makanan, farmasi dan industri lain. Kekeruhan dalam air ditimbulkan
oleh bahan-bahan tersuspensi misalnya tanah liat, lumpur, bahan-
bahan organik dan anorganik halus, plankton dan mikroba. Hal ini
disebabkan partikel-partikel tersebut menghamburkan cahaya yang
melewati air.
Pengganggu:
Gelembung udara
Getaran
Penggunaan alat gelas yang kotor
Zat-zat terlarut yang menyerap cahaya
Pengukuran dilakukan menggunakan alat turbidimeter. Alat ini sangat
peka. Sebagai suspensi pembanding digunakan 1 gr silika gel (SiO 2)
yang dilarutkan dalam 1000 ml aquades, sehingga setiap 1 ml
e) Zat tersuspensi
Pada air yang keruh atau air limbah, zat tersuspensi didapat dengan
cara menyaring air tersebut menggunakan saringan tertentu yang
sudah diketahui beratnya. Kemudian saringan dan isinya dikeringkan
pada suhu 103 – 1050C. Selisih beratnya adalah zat terendap.
Air untuk keperluan air minum dan industri makanan, minuman dan
farmasi harus tidak berbau dan tidak berasa. Sebagian besar zat
organik dan beberapa zat anorganik menimbulkan rasa atau bau. Zat-
zat ini berasal dari buangan rumah tangga dan industri, atau dari alam,
misalnya pembusukan daun atau kegiatan mikroba.
Ada empat sensasi rasa yaitu asam, manis, pahit, dan asin. Garam-
garam Cu, Fe, Mn, K, Na, dan Zn dapat diketahui dari rasanya.
Pemeriksaan rasa hanya dilakukan untuk sampel air minum, tidak
dilakukan untuk air yang kemungkinan tercemar bakteri, virus, parasit,
atau zat kimia beracun, juga tidak dikerjakan untuk air limbah dan air
kotor.
g) Warna
Warna air ditimbulkan oleh ion-ion logam terutama besi dan mangan,
humus dan susunan tanah, plankton, ganggang dan limbah industri.
Warna juga dapat berasal dari bahan padat atau tersuspensi, tetapi
juga dalam bentuk larutan.
KEGIATAN BELAJAR 7 :
Pemeriksaan Kualitatif dan Kuantitatif Makanan dan Minuman
Tujuan Pembelajaran
Uraian Materi
D
alam proses produksi dan pengolahannya, bahan makanan
(pangan) banyak mengalami perubahan-perubahan, baik yang
diharapkan maupun tidak. Perubahan-perubahan tersebut
sebagian besar terjadi akibat adanya reaksi kimia di dalam bahan
pangan tersebut, atau akibat pengaruh lingkungan. Beras berkapur
dan menguning, serta matangnya buah dan empuknya daging
merupakan
akibat dari reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam bahan pangan.
sebenarnya adalah satuan yang lebih besar dari kalori (dengan “K”
kecil). Istilah “Kalori” ini digunakan pada ilmu gizi, sedangkan “kalori”
digunakan pada ilmu kimia dan fisika.
A. Penentuan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh
manusia, khususnya negara-negara berkembang. Walaupun
jumlah kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya
4 Kal (kkal) bila dibanding protein dan lemak, karbohidrat memiliki
keunggulan karena lebih murah. Selain itu beberapa jenis
karbohidrat menghasilkan serat (dietary fiber) yang berguna bagi
pencernaan.
B. Klasifikasi Karbohidrat
C. Sifat-sifat Karbohidrat
Persiapan Sampel
Sampel yang diambil harus mewakili semua zat yang ada dalam
bahan makanan yang akan diperiksa, dan dijaga jangan sampai
tercemar oleh zat-zat lain. Kemudian sampel dibuat homogen
dengan pengocokan atau pengadukan.
Nama sampel
Tanggal pengambilan
Tanggal penerimaan
Pemeriksaan yang diminta
Nama petugas pengumpul sampel
Bersamaan dengan pengambilan sampel ini, dapat langsung
dilakukan pemeriksaan warna, bau, dan rasa.
a. Uji Kualitatif
Uji Molisch
Cara Kerja
Uji Benedict
Cara Kerja:
1) Dimasukkan 5 ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi.
Uji Seliwanoff
Prinsip:
Fruktosa didehidrasi oleh HCl pekat menghasilkan
hidroksimetilfurfural, dan dengan penambahan resorsinol akan
mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks
berwarna merah jingga.
Cara kerja:
1) Dimasukkan 5 tetes sampel ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 15 tetes pereaksi Seliwanoff.
3) Direbus dalam air mendidih selama 1 menit.
4) Diamati dan dilaporkan warna yang terbentuk.
Uji Iodium
Prinsip:
Polisakarida jika ditambahkan iodium akan membentuk
kompleks absorbsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati
menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah
anggur, glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis
membentuk warna merah coklat.
Cara Kerja:
1) Dimasukkan 3 tetes sampel ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 2 tetes larutan iodium.
3) Diamati warna yang terbentuk.
Uji Barfoed
Prinsip:
Ion kupro dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan
direduksi lebih cepat oleh gula pereduksi monosakarida
Direktorat Pembinaan SMK 1
Kimia
Cara kerja:
1) Dimasukkan 10 tetes sampel ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 10 tetes pereaksi Barfoed, dicampur baik-baik.
3) Direbus dalam air mendidih selama 5 menit.
4) Diamati dan dilaporkan warna atau endapan yang terbentuk.
Hasil positif ditandai dengan adanya endapan merah bata.
Uji Bial
Prinsip:
Dehidrasi pentosa oleh HCl pekat akan menghasilkan furfural,
yang dengan penambahan orsinol akan berkondensasi
membentuk senyawa kompleks berwarna biru.
Cara kerja:
1) Dimasukkan 5 tetes sampel ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 10 tetes pereaksi Bial dan 2 tetes HCl pekat.
3) Diccampur baik-baik, lalu dipanaskan di atas api kecil
sampai timbul gelembung-gelembung gas di permukaan
larutan.
4) Diamati dan dilaporkan warna atau endapan yang terbentuk.
Adanya warna biru menunjukkan adanya pentosa.
b. Uji Kuantitatif
Prinsip
Cara Kerja:
0,9
0,8
0,7
0,6
Absorbansi
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
2 4 8 10
6
Klasifikasi Lipid
Prinsip: Lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit
larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik.
Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil,
dimana jika dibiarkan keduanya akan terpisah menjadi dua
lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda (Na 2CO3) akan
membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas
dalam larutan lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun.
Prosedur
Air suling 1 ml - - - -
Alkohol 96% - 1 ml - - -
Eter - - 1 ml - -
Kloroform - - - 1 ml -
Na2CO3 0,5% - - - - 1 ml
Hasil:
Larut/tidak larut
/terbentuk
emulsi
Prosedur:
Prosedur
1) Diteteskan sedikit minyak kelapa pada porselin tetes.
2) Diuji dengan kertas lakmus atau kertas pH.
3) Diamati dan dibandingkan perubahan warna pada kertas.
4) Diulangi percobaan dengan minyak kelapa tengik.
Prosedur
1) Dimasukkan 2 tetes minyak kelapa ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 2 ml kloroform.
3) Ditambahkan setetes demi setetes air brom sambil dikocok
hingga warna merah air brom tidak berubah.
4) Dihitung jumlah tetesan yang dibutuhkan.
Direktorat Pembinaan SMK 1
Kimia
Uji Penyabunan
Prosedur
Prosedur
Klasifikasi Protein
Prosedur
Prosedur
1. Disiapkan 5 tabung reaksi. masing-masing diisi dengan air
suling, HCl 10%, NaOH 40%, alkohol 96%, dan kloroform
sebanyak 1 ml.
2. Ditambahkan 2 ml larutan albumin telur pada setiap tabung.
3. Dikocok kuat-kuat, kemudian diamati kelarutannya.
4. Diulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin.
Uji Biuret
Prosedur
1. Disiapkan 4 tabung reaksi yang bersih.
2. Diisi masing-masing tabung dengan larutan albumin, kasein,
gelatin, dan glisin sebanyak 2 ml.
3. Ditambahkan 1 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 0,2% ke
dalam tiap tabung.
4. Dicampur baik-baik, diamati perubahan warna yang terjadi.
Cara langsung
Prinsip: ke dalam bahan makanan dimasukkan pelarut yang
menyebabkan terbentuknya campuran aziotrop dengan air. Adanya
pemanasan akan menyebabkan campuran aziotrop ini mengembun
dalam tabung pendingin. Destilat yang terbentuk ditampung dalam
tabung berskala.
Prosedur:
1. Ditimbang 10 gr sampel bahan makanan, kemudian
ditambahkan 100 ml toluen jenuh.
2. Dipanaskan sampai terbentuk destilat sebanyak 2-3 tetes
setiap detiknya.
3. Diteruskan pemanasan sampai destilat tidak lagi mengandung
air.
4. Banyaknya air dapat diketahui langsung dengan melihat skala
pada tabung penampung.
Prosedur
1. Sampel diencerkan, dengan cara: 50 gr sampel
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml yang telah diketahui
beratnya. Ditambahkan air sampai tanda (100 ml).
2. Ditimbang 20 gr larutan sampel encer dalam botol timbang
yang berisi 20 gr pasir kering (berat botol dan pasir telah
diketahui).
3. Diuapkan di atas penangas air sampai sebagian besar air
diperkirakan menguap.
4. Dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C.
5. Didinginkan dalam desikator, ditimbang sampai beratnya
tetap.
6. Dihitung kadar air dengan rumus.
1) Penentuan Abu
100%
Untuk bahan makanan yang banyak mengandung air, setelah
ditimbang, sampel diuapkan terlebih dulu di atas penangas air
sampai kering, setelah itu baru diabukan seperti prosedur yang
telah dijelaskan.
1,0000 0,00
0,9999 0,07
0,9998 0,13
0,9997 0,20
0,9996 0,26
0,9995 0,33
0,9994 0,40
0,9993 0,46
0,9992 0,53
0,9991 0,60
0,9990 0,66
0,9980 1,34
0,9970 2,02
0,9960 2,70
0,9950 3,40
0,9940 4,11
0,9935 4,48
4) Pemeriksaan Pengawet
Prosedur:
1. 50 ml larutan sampel diasamkan dengan H2SO4 encer.
2. Dikocok 2 kali dengan dietil eter, mula-mula 20 ml
kemudian 10 ml.
3. Larutan dalam eter disatukan, kemudian dibagi dua, lalu
masing-masing diuapkan. Residu yang tertinggal dalam
wadah diperiksa.
Residu 1:
a. Dilarutkan baik-baik dalam sedikit air, kemudian dibagi
dua
b. Pada bagian pertama, ditambahkan beberapa tetes
larutan FeCl3, jika terbentuk warna ungu yang tidak
hilang bila ditambah alkohol atau asam asetat,
menunjukkan adanya asam salisilat.
c. Bagian kedua ditambahkan air brom, jika terbentuk
endapan putih, menunjukkan adanya asam salisilat.
Residu 2:
a. Residu dicampur dengan 10 tetes H2SO4 pekat.
b.
Ditambahkan 50 mg KNO3 padat (atau 1 tetes HNO3
berasap).
c.
Dipanaskan pada suhu 1800C selama 3 menit.
d. Didinginkan, ditambahkan NH4OH sampai bereaksi
basa, dipanaskan kembali.
e.
Larutan didinginkan, kemudian ditambah (NH4)2S.
Terbentuknya warna coklat merah, menunjukkan
adanya asam benzoat.
5) Pemeriksaan Pemanis Buatan
PENUTUP
BAB III
PENUTUP