Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Perjanjian Baru

“Eksplorasi Agama Yahudi, Teologi dan Bait sucinya”

Disusun oleh :

1. Triayu Beatric
2. Hana Dita Paramita
3. Andri Pranata Silitonga
4. Yotam Olanda

Program Studi Teologi

Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia

2021
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama Yahudi menempati posisi yang sangat penting dalam sejarah agama-
agama. Agama Yahudi adalah agama monotheisme tertua. Agama Yahudi memiliki
peran yang sangat besar dalam memberikan pengertian tentang karateristik agama-
agama masa silam di Timut Dekat ( Near East). Agama Yahudi juga memiliki
Peranan sangat penting untuk memahami sejarah bangsa Yahudi. Pada makalah ini
akan dibahas mengenai asal-usul, teologinya, dan bait sucinya.

1.2 Batasan Masalah

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam makalah ini ,maka kami


membatasi masalah-masalah yang akan di bahasa yaitu :

1. Tentang Ekplorasi Agama Yahudi, Teologi dan Bait Sucinya

1.3 Rumusan masalah

Dari batas masalah diatas kelompok kami,dapat merumuskan masalah di antara nya:

1. Asal-usul Agama Yahudi


2. Theologinya
3. Bait Sucinya

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang asal-usul


agama Yahuni, bagaiman Teologinya dan bait Suci nya
BAB 11 PEMBAHASAN

A. Agama Yahudi

Pada abad pertama, Yudaisme menempati suatu tempat khusus.


Agama ini adalah agama nasional dan berasal dari bangsa Yahudi, tetapi
pengikutnya tidak terbatas dikalangan mereka saja melainkan banyak
anggota baru yang berasal dari luar. Ia bukanlah satu-satunya kepercayaan
yang menyembah satu Tuhan, tetapi berbeda dengan yang lainnya
pengertian monoteisme mereka lebih ketat.1 Agama Yahudi memang
bukan agama ‘ajaran’. Pada pokoknya hanya ada dua ‘ajaran’ atau
‘dogma’. Ajaran yang utama ialah Tauhid hanya satu Allah Yang
Mahaesa, Allah Israel.2
Pokok ajaran yang kedua ialah pemilihan Israel, dengan keyakinan ini
membuat orang Yahudi merasa ‘lebih’ dari bangsa-bangsa lain3.Moralitas
Yudaisme merupakan bagian dari ibadatnya, dan diterapkan dengan ketat
pada seluruh pengikutnya . sebagian besar agama setempat pada waktu itu
didasarkan pada adat istiadat atau intuisi kebatinan. Yudaisme didasarkan
pada suatu wahyu dari Allah yang dituangkan dalam kitab Suci yang berisi
hukum dan nubuat para nabi, yang diakui sebagai firman Allah sendiri
pada waktu ia berbicara pada para hamba pilihannya.4
Umat Kristen mula-mula dikenal sebagai “sekte orang Nasrani”
(Kisah 24:5, 14) yang dianggap sebagai satu cabang dari kepercayaan
induk Yudaisme. Keretakan yang terjadi antara agama Kristen dan
Yudaisme tidak di sebabkan oleh suatu perbedaan yang mendasar dalam
latarbelakang historis dan teologinya: tetapi lebih banyak karena orang
Yahudi menyangkal Yesus5.

B. Asal-Usul

1
Merrill C. Tenney, “SurveiPerjanjianBaru”, Gandum Mas (Malang:2003), Hal 101.
2
Dr. C. Groenen OFM, “PengantarkedalamPerjanjianBaru”, PenerbitKanisius, (Yogyakarta:1995), Hal
40.
3
Dr. C. Groenen OFM, “PengantarkedalamPerjanjianBaru”, PenerbitKanisius, (Yogyakarta:1995), Hal
40.
4
Merrill C. Tenney, “SurveiPerjanjianBaru”, Gandum Mas (Malang:2003), Hal 101.

5
Merrill C. Tenney, “SurveiPerjanjianBaru”, Gandum Mas (Malang:2003), Hal 102
Yudaisme yang pada awal abad Masehi sebagian besar adalah hasil
masa pembuangan. Sebelum masa pembuangan selama rakyat masih tinggal
di Palestina dengan mudah di pengaruhi oleh negara-negara kafir karena
merka dikelilingi serta dipengaruhi, mereka tergoda dan terus mencoba-coba
kepercayaan asing diluar dari kepercayaan nenek moyangnya dan
meninggalkan Allah.
Dalam masa penawanan bangsa Yahudi dihadapkan pada suatu pilihan
yang mendesak. Apakah mereka tetap beribadah kepada Yehova, satu-satunya
Allah yang benar dan tetap bersifat nasional atau mereka meleburkan diri
dalam keagamaan maupun politik di antara bangsa-bangsa yang mereka kenal
di dalam pembuangan. Kitab Taurat dapat mereka bawa ke tempat
pengasingan, tetapi dalam pandangan mereka saat itu, upacara ibadat di bait
Suci tidak berlaku lagi.
Pada waktu penduduk kerajaan selatan ditawan di Babilonia itulah
Yudaisme mulai terbentuk. Pemujaan terhadap berhala mulai dilarang,
mengingat karena pemujaan terhadap Baal dan dewa-dewi kanaan
mendatangkan hukuman sehingga menyadarkan penduduk yang selamat untuk
berpaling kepada Yehova.

Dalam masa pembuangan ada peningkatan kecenderungan pada masing-


masing orang untuk mempelajari sendiri hukum Taurat. Ahli Taurat, seperti
Ezra, yang mempelajari dan menafsirkan hukum menjadi seorang tokoh yang
sama pentingnya dengan para imam pada zamannya ketika bait Allah mulai
dibangun kembali (Ezra 7:1-6). Dalam zaman Kristus para ahli taurat
memegang peranan penting dalam agama Yudaisme.

Suatu peribadatan yang baru terbentuk dengan berdirinya Sinagoge.


Karena bangsa Yahudi hidup berpencar dalam pembuangan, mereka
membutuhkan semacam persekutuan ibadat di daerahnya masing-masing.
Bahkan ketika Bait Allah dibangun kembali, dan kurban mulai dijalankan
lagi, banyak orang yang tidak dapat menghadirinya. Masa pertumbuhan
Sinagoge adalah sejak zaman pembuangan hingga kelahiran Kristus, karena
dalam masa hidup-Nya Sinagoge telah tumbuh subur di Palestina.
Kehidupan keagamaan di seputar Sinagoge adalah suatu penyesuaian antara
tata cara lama dan ibadat Yudaisme pada keadaan mereka sekarang di tempat
mereka tinggal. Maka ada perubahan-perubahan yang tidak terhindarkan,
tetapi inti Yudaisme tetap mempertahankan prinsip-prinsip utama dari ibadat
turun-temurunyang berdasarkan kepada hukum Taurat dan yang diajarkan
oleh para nabi. 6

Pengaruh Helenisasi terhadap Yudaisme

Setelah penakhlukan Aleksander Agung orang-orang Yahudi lain memutuskan


untuk pindah secara sukarela di berbagai tempat di dunia Laut Tengah. 7 Aleksander
menentukan tempat pemukiman bagi bangsaYahudi. Di bawah Ptolemeus Filadelfus
(285-246 SM). Kitab Taurat diterjemahkan kedalam Bahasa Yunani yang dikenal
dengan Septuaginta menjadi kitab suci resmi bangsa Yahudi dalam
perserakan.8Pengaruh Helenisasi terhadap bangsaYahudi di perserakan juga terlihat
dari penerimaan kebiasaan masyarakat kafir, beberapa masyarakat sampai memberi
nama-nama Latin dan Yunani kepada anak-anak mereka, dan menerima bentuk-
bentuk kesenian mereka.9

C. Teologi

Inti dari seluruh iman Yudaisme adalah kepercayaan kepada Tuhan yang Maha
Esa dan maha mengetahui. Kebapaan Allah sangat ditekankan dalam ajaran para rabi.
Kalimat pertama dalam doa Tuhan, “Bapa kami yang ada di surga, “ bukanlah suatu
hal baru. Nabi Yesaya juga menyebut Tuhan dengan sebutan Bapa (Yesaya 63:16b).

Philo, penganut agama Yudaisme dari sayap Helenis, mempunyai konsepsi bahwa
Allah itu kekal, tidak berubah, kudus, bebas, dan sempurna. Karena lebih tinggi dari
semua makhluk, Ia tidak dapat dijelaskan melalui perbandingan dengan mereka,
karena mendefinisikan sama dengan membatasi.

Menurut teologi Yahudi, manusia adalah ciptaan Allah yang dikaruniai


kemampuan untuk memilih antara menaati atau melanggar hukum Allah, yang berarti
memilih antara kehidupan atau kematian (Ulangan 30:11-20). Tujuan manusia yang
terutama adalah mentaati perintah Allah dan melakukan kewajiban yang di gariskan
yaitu antara lain: pemberian nama, sunat, hukum Sabat, pelbagai perayaan taunan,

6
Merrill C. Tenney, “SurveiPerjanjianBaru”, Gandum Mas (Malang:2003), Hal 102-104
7
John Drane, “MemahamiPerjanjianBaru”, BPK GunungMulia (Jakarta:2016), Hal 34.
8
Merrill C. Tenney, “SurveiPerjanjianBaru”, Gandum Mas (Malang:2003), Hal 22.
9
John Drane, “MemahamiPerjanjianBaru”, BPK GunungMulia (Jakarta:2016), Hal 34.
dan kebaktian di dalam sinagoge. Taurat merangkum seluruh kewajiban manusia
terhadap Allah serta menjalin hubungan antara manusia dengan Allah.

Bagi bangsa Yahudi dosa berarti tidak menghormati hukum yang diwahyukan oleh
Allah. Yudaisme tidak membedakan antara aturan moral dan tata cara, karena
keduanya mau tidak mau akan mempengaruhi kehidupan manusia secara
keseluruhannya.

Jarangnya penyebutan mengenai hidup sesudah kematian atau kebangkitan


rasanya agak janggal mengingat Yudaisme merupakan bagian dari wahyu ilahi bagi
manusia. Berkat dan hukuman erat kaitannya dengan perkembangan bangsa Israel di
negeri Palestina. Maka tujuan dari tujuan hukum bangsa Yahudi adalah keselamatan
bersama di dunia, bukan keselamatan perseorangan di alam baka.

Dunia orang mati (Sheol) dianggap sebagai suatu masa pertengahan sebelum
kebangkitan dan pengadilan terakhir. Hari penghakiman dimana orang-orang fasik
akan mendapatkan hukuman yang sepantasnya dan orang-orang yang saleh beroleh
keselamatan juga muncul dalam kitab-kitab apokrifa. 10

D. Bait Suci

Bait Suci yang dibangun Salomo sudah hancur ketika Yerusalem dirampas
dan dibakar oleh pasukan Nebukadnezar dalam tahun 586 SM. Bait Suci yang kedua
mulai dibangun pada tahun 516 SM, dan setelah beberapa kali tertunda selesai pada
tahun 516 SM (Ezra 6:13-15). Nabi Hagai dan Zakharia banyak menulis mengenai
pertobatan dan pembangunan kembali Bait Suci.

Tidak banyak diketahui mengenai sejarah Bait Suci.Pada tahun 168 SM


AntiokhusEpifanes merampok dan menajiskannya dengan membangun sebuah altar
bagi dewa Zeus Olimpias, serta mempersembahkan kurban baginnya. Ketika Herodes
Agung merebut kota Yerusalem pada 37 SM, sebagian bangunan Bait Suci terbakar,
tetapi nampaknya bangunan utamanya tidak banyak mengalami kerusakan.

Namun, pada tahun kedelapan belas dari masa pemerintahanHerodes Agung


(20-19 SM), ia melakukan pembangunan kembali Bait Suci itu. Bangunan itu sendiri
terbuat dari pualam putih dan sebagian dari padanya dilapisi oleh emas yang
memantulkan sinar matahari dan menimbulkan pemandangan yang menakjubkan.
Pelataran bait suci berbentuk empat persegi panjang dengan lebar sekitar 585 kaki

10
Merrill C. Tenney, “SurveiPerjanjianBaru”, Gandum Mas (Malang:2003), Hal 104-109
dari timur ke barat dan panjang 610 kaki dari utara ke selatan. Di sepanjang dinding
sebelah dalam pelataran ini terdapat serambi dengan barisan pilar rangkap dua di
sebelah selatannya.

Pelataran sebelah luar dikenal sebagai pelataran orang kafir. Tidak ada
larangan untuk memasukinya, dan ada kalanya pelataran ini digunakan sebagai pasar.
Sisi sebelah timur adalah pelataran wanita dan tepi sebelah barat adalah untuk kaum
pria Israel dan terlarang bagi kaum wanita. Di tengah-tengah pelataran pria terdapat
pelataran imam, dan di tengah-tengahnya adalah altar kurban bakaran. Pelataran
dalam dibangun lebih tinggi dari pelataran luar.

Bagian daerah kudus lebih tinggi dari pelataran dalam dan dapat dicapai melalui
kedua belas anak tangga. Pembagian nya sama seperti kemah Suci. Hanya imam yang
diperkenankan memasuki Tempat Kudus. Tempat Mahakudus dibiarkan kosong
karena tabut sudah hilang ketika Bait Suci Salomo dihancurkan. Imam besar masuk
ke tempat Mahakudus setahun sekali pada hari Pendamaian, untuk menyilih dosa
umatnya dengan darah. Tempat Mahakudus dipisahkan dengan tempat kudus dengan
dua lapis tirai tebal, hingga tidak ada orang yang dapat mengintip ke dalam.

Orang Yahudi diizinkan oleh pemerintah Romawi untuk memiliki angkatan


kepolisian khusus untuk menjaga keamanan di dalam Bait Allah. Kepala pasukannya
disebut stratēgos atau "kepala pengawal Bait Allah" (Kisah 4:1; 5:24-26). Mungkin
kelompok prajurit yang menangkap Yesus adalah suatu pasukan dari kepolisian ini
dan bukan tentara Romawi. Mereka juga ditugasi untuk menangkap dan
mengamankan Petrus dan Yohanes ketika mereka ditahan karena berkhotbah,
mungkin di dalam Bait Allah.

Bait Allah adalah pusat peribadatan di Yerusalem. Yesus sendiri dan kemudian
para rasulnya mengajar dan berkhotbah di dalam pelataran nya. Hingga tahun 56
masih ada anggota gereja diYerusalem yang bernazar di dalam Bait Allah (Kis.21:23-
26) dan menjalankan peraturan-peraturan dengan ketat. Pengaruhnya terhadap agama
Kristen makin berkurang sejalan dengan makin berkembangnya Kekristenan orang
bukan Yahudi.11

11
Merrill C. Tenney, “SurveiPerjanjianBaru”, Gandum Mas (Malang:2003), Hal 110-113
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari pemaparan di atas bahwa Agama
Yahudi adalah agama monotheis tertua. Agama Yahudi merupakan ungkapan
nyata dari perjanjian Tuhan dan Bangsa Israel. Teologi bangsa Israel yang
monoteis sangat ketat. Bila bangsa itu menaati hukumm Tuhan dan
menyembah Dia saja, maka mereka akan hidup makmur namun bila bangsa
itu berkhianat dengan menyembah berhala dan mengabaikan hukum akan
mengalami kemunduran.

Anda mungkin juga menyukai