Anda di halaman 1dari 11

LATAR BELAKANG

LONDON DUMPING CONVENTION 1972


• sebelum tahun 1970-an laut sebagai tempat
pembuangan limbah, seperti limbah radioaktif, limbah
senjata biologis dan kimia, yang diyakini sebagai
penyebab utama terjadinya degradasi kualitas laut,
yang menyebabkan kerusakan parah pada ekosistem.
• amanat Konferensi PBB mengenai Lingkungan Manusia
(United Nations Conference on the Human
Environment) 1972
TUJUAN UTAMA
Melaksanakan kontrol yang efektif
terhadap seluruh sumber polusi di laut.
PROTOCOL 1996
Protokol 1996 pada ‘Konvensi tentang Pencegahan Polusi Laut
oleh Pembuangan Limbah dan Materi Lain’ telah mengawali
perubahan besar terhadap pengaturan mengenai penggunaan
laut sebagai tempat penyimpanan limbah, yang pada
dasarnya dumping dilarang, kecuali untuk bahan-bahan pada
daftar yang disetujui. Hal tersebut berbeda dengan Konvensi
1972 yang mengizinkan pembuangan limbah di laut, kecuali
untuk bahan-bahan yang ada dalam daftar terlarang.

Tujuan Protokol 1996


pada intinya sama dengan London Convention
1972, dengan penekanan beberapa prinsip
kebijakan lingkungan hidup.
Protocol 1996 mengubah beberapa ketentuan, yakni tentang:
• zat material apa saja yang boleh dibuang ke laut;
• mekanisme penyelesaian masalah;
• mengadopsi seluruh ketentuan dalam amandemen konvensi London;
• menutup kemungkinan celah bagi pihak dalam perjanjian untuk
membahayakan lingkungan.

Precautionary principle
PROTOCOL
1996 Polluter Pays Principle

Pengelompokan list zat material yang dapat dibuang ke laut dalam


Londong Dumping Convention telah dihapus, diganti dengan
pengaturan mengenai zat material apa saja yang dapat dibuang ke
laut (Annex I).
Zat dalam list Annex I dapat langsung dibuang di tepi pantai,
sedangkan zat material di luar Annex I membutuhkan izin.
Indonesia belum meratifikasi London Dumping
Convention (LDC) 1972 maupun Protokol 1996,
namun terdapat beberapa peraturan perundang-
undangan terkait Protokol 1996, sebagai berikut:

No. Dalam Protokol Penerapan dalam UU Isi


1996
1. Pasal 1 PP 19 Tahun 1999 à Pasal 17. Definisi dari pembuangan
limbah dan materi lainnya.
2. Pasal 3 1. UU No. 23 Tahun 1997 à Kewajiban-kewajiban umum
Pasal 22 – 24. peserta protocol
2. PP 19 Tahun 1999 à Pasal 2,
9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,
19, 20, 21, 22.
3. UU No. 21 Tahun 1992 à
Pasal 65, 66, 67, 68.

3. Pasal 8 1. UU No. 21 Tahun 1992 à Hak peserta protokol.


Pasal 65, 66, 67, 68, 69, 119,
120.
•Pasal 1 butir 10 PP Nomor 19 Tahun 1999, dumping merupakan pembuangan limbah
PP No. 19 Tahun 1999 sebagai residu suatu usaha dan/atau kegiatan dan/atau benda lain yang tidak
terpakai atau daluwarsa ke laut
tentang Pengendalian •Pasal 18 ayat (1), setiap orang atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
Pencemaran dan/atau melakukan dumping ke laut wajib mendapatkan izin Menteri
Perusakan Laut •Pasal 24 PP Nomor 19 Tahun 1999 mengatur tentang pihak yang bertanggung jawab
untuk menanggung biaya penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan laut

UU No. 23 Tahun 1997 tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup •Dalam UU No. 23 Tahun 1997 definisi dumping tidak diatur, namun dalam UU No. 32
diganti dengan Tahun 2009 definisi dumping diatur dalam Pasal 1 butir 24 dan larangan dumping
dalam Pasal 69 ayat (1)
UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Lingkungan Hidup

UU No. 21 Tahun 1992 •UU No. 21 Tahun 1992 ketentuan mengenai larangan dumping diatur dalam Bab VIII
tentang Pelayaran tentang Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran oleh Kapal, dari pasal 65 – 68.
diganti dengan •UU No. 17 Tahun 2008 mengatur mengenai larangan pencemaran laut atau perairan
yang bersumber dari kegiatan limbah dan bahan lainnya (dumping) dalam Bab XII
UU No. 17 Tahun 2008 mengenai Perlindungan Lingkungan Maritim, Pasal 226 – 243.
tentang Pelayaran
• Mengenai mekasnime tanggung jawab perdata yang bersumber dari dumping, PP
Perkapalan mengatur bahwa apabila pencemaran terjadi akibat kesengajaan nahkoda,
anak buah kapal, pemilik kapal atau operator kapal, maka dasar pertanggung- jawabannya
adalah Perbuatan Melawan Hukum (Pasal 120 jo. Pasal 122 ayat (2)), namun apabila
pencemaran terjadi akibat kecelakaan (tubrukan, kandas atau karena hal lain dan
PP Nomor 51 Tahun sebelumnya telah dilakukan upaya-upaya pencegahan pencemaran), maka dasar
2002 tentang pertanggung- jawabannya adalah Strict Liability karena dianutnya sistem plafond atau
Perkapalan
pembatasan tanggung jawab ganti kerugian (Pasal 121 jo. Pasal 122 ayat (2) jo. Pasal 112).
• PP Perkapalan juga menganut sistem channelling liability seperti yang dianut oleh UU
No.21/2002 yang telah digantikan oleh UU No.17/2008 tentang Pelayaran dan CLC 1969,
dimana tanggung jawab perdata dibebankan kepada pemilik kapal atau operator kapal
(Pasal 120).

Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor
KM 86 Tahun 1990 • Pasal 2 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 86 Tahun 1990 tentang Pencegahan
diganti dengan Pencemaran oleh Minyak dari KapalKapal (selanjutnya disebut Kemenhub No. KM 86 Tahun
Peraturan Menteri 1990), diatur ketentuan mengenai larangan bagi setiap kapal (khususnya kapal tangki
Perhubungan Nomor pemuat minyak dan ketentuan ini tidak berlaku bagi kapal perang berdasarkan Pasal 13)
KM 4 Tahun 2005 untuk melakukan pembuangan minyak atau limbah berminyak di perairan Indonesia dan
tentang Pencegahan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, kecuali memenuhi beberapa persyaratan.
Pencemaran dari
Kapal
International Convention on Civil Liability
for Oil Pollution Damage (CLC 1969)
Adopsi: 29 November 1969; Mulai berlaku: 19 Juni 1975;
Digantikan oleh Protokol 1992: Adopsi: 27 November 1992; Mulai berlaku: 30 Mei 1996

• CLC 1969 mengatur tanggung jawab perdata yang timbul akibat pencemaran minyak
di laut yang bersumber dari kapal, yaitu kapal pelayaran samudera dan kapal niaga
yang dibangun atau disesuaikan untuk mengangkut minyak curah sebagai muatan.

• Tanggung jawab ganti rugi terhadap pencemaran minyak di laut menurut Civil
Liability Convention 1969 dibebankan kepada pemilik kapal tanker yang
menyebabkan terjadinya pencemaran.
Orang pribadi
• Owner Ship dibedakan menjadi 2

Negara
Apabila terjadi kecelakaan kapal tanker yang
mengakibatkan pencemaran laut, maka
pemilik kapal dapat dimintai tanggung jawab strict liability
untuk mengganti segala kerugian yang timbul.

PENGECUALIAN yaitu apabila pemilik kapal tanker dapat


membuktikan bahwa kerusakan kapal disebabkan oleh:
• peperangan, pemberontakan, atau fenomena alam yang luar
biasa, yang tidak terelakkan, serta tidak terhindarkan (force
majeur).
• adanya tindakan atau pengabaian dari pihak ketiga yang bertujuan
menimbulkan kerusakan,
• adanya kealpaan atau tindakan yang salah dari pemerintah atau
instansi lain yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
atau penyediaan sarana bantu navigasi dalam menjalankan
fungsinya.
International Keputusan Keputusan Menteri

Pengaturan lanjutan
Ratifikasi
CLC 1969 Perhubungan Nomor KM
Convention on Presiden RI Nomor 86 Tahun 1990 tentang
Civil Liability for Oil 18 tahun 1978 Pencegahan Pencemaran
oleh Minyak dari Kapal-
Pollution Damage Kapal
(CLC 1969) digantikan oleh
Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor
KM 4 Tahun 2005
tentang Pencegahan
Pencemaran dari Kapal

Dalam Permenhub No. KM 4 Tahun 2005 tersebut hanya mengatur tentang


tanggung jawab atas pencemaran perairan minyak yang bersumber dari kapal
yang dibebankan kepada pemilik atau operator kapal dan mengikuti
ketentuan Civil Liability Convention 1969 (Konvensi Internasional tentang
Tanggung Jawab Perdata atas Kerusakan Akibat Pencemaran oleh Minyak) dan
Protokol 1992 (dimuat dalam Pasal 16 ayat (1)) dan bentuk ganti rugi yang
menjadi tanggung jawab pemilik kapal (Pasal 21).
Keputusan
Menteri • diatur ketentuan bahwa penyaluran atau pemindahan minyak buangan atau
Perhubungan limbah berminyak dari tangki penampung di kapal ke fasilitas penampungan di
No. KM 86 darat menjadi tanggung jawab pemilik atau operator kapal;
Tahun 1990
tentang • Pasal 7, pemilik kapal atau nahkoda kapal yang melanggar segala ketentuan
Pencegahan Kemenhub No. KM 86 Tahun 1990 dan mengakibatkan kerusakan atau
Pencemaran pencemaran laut, bertanggung jawab secara perdata maupun pidana sesuai
oleh Minyak dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
dari Kapal-Kapal
telah diganti dengan:
Peraturan
Menteri • Pasal 6, pemilik atau operator kapal bertanggung jawab atas pembuangan dan
Perhubungan
pemindahan limbah berminyak dari tangki penampungan di kapal ke fasilitas
Nomor KM 4 penampungan di darat dan pembuangan limbah minyak dari kapal hanya dapat
Tahun 2005
dilakukan pada tempat penampungan limbah di darat yang telah ditetapkan
tentang dan pembuangan tersebut dilakukan dengan cara diangkut menggunakan drum
Pencegahan
atau disalurkan melalui pipa.
Pencemaran
dari Kapal

Anda mungkin juga menyukai