http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity
Jurusan Sosiologi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
_________________________________________________________________
Abstract
Selain aspek sosial dan aspek budaya, Anggota komunitas IPAS merupakan
komunitas IPAS juga memilih aspek agama individu minoritas yang berada di lingkungan yang
sebagai saluran untuk mengekpresikan identitas baru dan memiliki latar belakang yang sama
keacehannya di lingkungan Non-Syariat islam, berasal dari satu daerah. Identitas yang melekat
aspek agama merupakan saluran yang sangat pada anggota komunitas IPAS adalah identitas
efektif bagi komunitas IPAS dalam yang terbentuk dari lingkungan asalnya dan
mengekpresikan identitas keacehannya karena identitas tersebut akan didefinisikan sama oleh
masyarakat dari luar Aceh mengenal Aceh dengan individu-individu yang mempunyai latar belakang
hukum syariat yang kuat, jadi melalui aspek agama yang sama.
komunitas IPAS menunjukan identitas
keacehannya di lingkungan yang baru. Giddens (2004) menjelaskan bahwa
identitas suatu individu didefinisikan oleh individu
Hasil observasi di lapangan ditemukan lain, atau lebih pada pengakuan yang diberikan
komunitas IPAS dalam mengekspresikan identitas oleh individu lain mengenai identitas satu individu,
keacehannya melalui aspek sosial seperti yang oleh maksud-maksud atau kualitas yang diberikan
disajikan pada gada gambar 5. oleh satu individu keindividu lain. Masing-masing
dari individu mencari solusi terhadap problem
identitasnya masing-masing, dan solusi yang dicari
ditemukan dalam posisi (constance) dalam suatu
lingkaran, dalam kelompok yang mengakuinya.
Pengakuan dari individu lain terwujud dalam
komunitas.
Identitas satu individu didefinisikan oleh Perbedaan Budaya
individu lain, ketika satu individu berdiri sendiri
makan pengakuan identitas dari individu lain akan Indonesia merupakan negara multikultural
sulit didapatkan, memicu individu untuk mencari mempunyai banyak perbedan baik suku, ras,
kesamaan dengan individu lainnya dan membuat agama, dan budaya. Perbeaan pada setiap budaya
ataupun bergabung dalam kelompok atau memicu kelompok minoritas yang ada dalam suatu
komunitas yang memiliki kesamaan dengannya. masyarakat untuk menunjukan budayanya kepada
komunitas IPAS adalah salah satu komunitas yang manyoritas, di Semarang individu yang berasal dari
ada di Semarang mengekspresikan identitasnya Aceh sebagai kaum minoritas dan mempunyai
melalui aspek sosial,budaya dan agama dengan budaya yang berbeda dengan masyarakat
harapan ada pengakuan dari individu-individu lain manyoritas.
terhadap keberadaannya di Semarang.
Individu yang berasal dari Aceh dan saat ini
Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi menetap semntara di Semarang sebagi kelompok
Komunitas IPAS Untuk Mengekspresikan minoritas mempunyai budaya yang berbeda dengan
Identitas Keacehannya kelompok manyoritas, dan budaya yang dimiliki
oleh masyarakat Aceh belum familiar dengan
IPAS Sebagai Kelompok Minoritas masyarakat yang ada di Semarang hal inilah yang
memicu anggota komunitas IPAS untuk
Kelompok minoritas di dalam masyarakat
menunjukan kebudayaan Aceh sebagi salah satu
akan bersatu untuk menujukan keberadaannya di
identitas yang ada pada masyarakat Aceh.
tengah lingkungan manyoritas, sama halnya
dengan komunitas IPAS, komunitas IPAS Di Semarang terdapat kebudayaan yang
sekumpulan individu yang berasal dari Aceh dan unik, yang sering dipertunjukan diacara-acara
saat ini menetap sementara di Semarang. Individu kebudayaan, hal ini memicu anggota komunitas
yang berasal dari Aceh merupakan kelompok IPAS untuk memafaatkan kesempatan yang ada
minoritas yang ada di Semarang, sedangkan untuk menunjukan kebudayaannya di lingkungan
masyarakat manyoritasnya adalah masyarakat yang baru, budaya yang berbeda dengan
Jawa. masyarakat yang ada di Semarang menjadi sebuah
identitas masyarakat Aceh yang ada di Semarang,
Individu yang berasal dari Aceh merupakan
dengan diadakannya acara pertunujukan
kelompok minoritas, ketika merasa minoritas
kebudayaan memberi sebuah kesempatan bagus
langkah pertama yang diambil adalah membuat
bagi komunitas IPAS untuk menunjukan
suatu perkumpulan kelompok atau komunitas,
identitasnya di lingkungan yang baru.
dengan adanya kelompok atau komunitas rasa
asing berkurang serta untuk mengekpresikan Lingkungan Sosial
identitasnya lebih mudah karena sudah ada
beberapa individu yang mempunyai identitas yang Lingkungan sosial diartikan sebagai
sama. interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya,
atau lingkngan yang terdiri dari mahkluk sosial
Individu yang berasal dari Aceh saat ini yaitu manusia. Lingkungan sosial inilah yang
menetap sementara di Semarang sebagai kaum membentuk sistem pergaulan yang bersar
minoritas di tengah masyarakat Jawa sebagai peranannya dalam membentuk kepribadian setiap
manyoritasnya berkumpul menjadi satu dengan individu, dan terjadi interaksi antar individu atau
membuat satu komunitas dengan tujuan untuk interaksi dengan lingkungannya. Nasution
memudahkan dalam berbagai hal, baik dari segi (2004:10) menjelaskan bahwa kelakuan individu
beradaptasi dengan lingkungan yang baru maupun pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial,
menghilangkan rasa keterasingan akibat minoritas, yakni dipelajari dalam interaksi dengan individu
dan dengan membuat sebuah wadah untuk lainnya. Hampir segala sesuatu yang dipelajari
berkumpul juga memudahkan setiap individu dari merupakan hasil hubungan satu individu dengan
Aceh untuk mengekpresikan identitanya di
lingkungan yang baru.
individu lain baik di rumah, sekolah, tempat lingkungan yang baru, karena identitas sifatnya
bermain, pekerjaan dan sebagainya. objektif bisa berubah kapan saja dan dimana saja.
Dalam lingkungan sosial terdapat kelompok (Giddens 2004:172), identitas diri yang
atau komunitas yang dibentuk oleh beberapa tercipta melalui kemampuan untuk untuk
individu dan mempunyai sebuah tujuan yang sama, mempertahankan narasi tentang diri dan perasaan
seperti komunitas IPAS berada di lingkungan konsisten. Cerita tentang diri akan menjawab
masyarakat Jawa komunitas IPAS mengumpulkan pertanyaan apa yang dilakukan? Bagaimana
individu-individu yang barasal dari Aceh dan bertindak? Akan menjadi siapa? Identitas diri
membentuk sebuah komunitas. Komunitas IPAS bukan hanya merupakan ciri khas individu
selain tujuannya untuk mempererat tali silaturahmi melainkan refleksi atau biografinya atau dengan
antar individu yang berasal dari Aceh dan juga kata lain cara berfikir tentang diri.
sebagai kaum minoritas yang berada di Semarang.
Anggota komunitas IPAS yang berasal dari
Lingkungan yang memiliki banya Aceh mempunyai ciri khas yang berbeda dengan
perbedaan dengan daerah asal adalah satu suku-suku lain yang ada di Semarang, setiap
penyebab utama anggota komunitas IPAS individu mempunyai cara pandang yang berbeda-
mengekpresikan identitasnya di lingkungan yang beda terhadap identitas. Pandangan yang berbeda-
baru, dan dalam lingkungan yang baru semuanya beda tersebut membuat setiap individu melakukan
tergantung pada setiap individu tersebut, hal yang berbeda-beda dalam bertindak untuk tetap
bagaimana dan seperti apa tindakan dan pergaulan menjaga identitasnya. Dalam teori yang dikemukan
yang akan dipilih oleh setiap individu. oleh Giddens bahwa identitas akan berubah kapan
saja dan dimana saja, anggota komunitas IPAS saat
Perbedaan segala aspek di lingkungan yang ini berada di lingkungan yang baru lingkungan
baru membuat memicu anggota komunitas IPAS yang memiliki banyak perbedaan dengan
untuk menunjukan perbedaan di lingkungan yang lingkungan asalnya, dan identitas keacehan yang
baru, perbedaan ini sebagi suatu pembeda dan dimiliki oleh anggota komunitas IPAS juga sudah
menjadi sebuah identita bagi anggota komunitas mulai bergeser. Sudah menjadi kebiasaan setiap
IPAS, dari segi pergaulan semuanya kembali pada individu akan beradaptasi dan melakukan
diri masing-masing karena setiap individu penyesuaian dengan lingkungan dimana individu
mempunyai cara yang berbeda-beda dalam tersebut tinggal.
beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Giddens melanjutkan bahwa identitas diri
Anggota komunitas IPAS sebagi kelompok bukan hanya merupakan ciri khas individu,
minoritas memicu untuk mengekpresikan identitas melainkan refleksi dan biografi atau dengan kata
keacehannya di lingkungan Non-Syariat Islam, lain cara berfikir tentang diri. Untuk menunjukan
lingkungan menjadi salah satu aspek yang sangat identitas keacehan yang dimiliki oleh anggota
berpengaruh bagi anggota komunitas IPAS untuk komunitas IPAS tidak cukup hanya sebatas fisik,
menjaga tinkah laku dalam bertindak karena juga dari sisi biografi dan refleksi bagaimana
lingkungan yang tidak menerapkan syariat Islam anggota komunitas IPAS mengartikan tentang
secara formal, semua individu mempunyai dirinya.
kebebasan untuk bertindak tanpa diatur oleh
aturan-aturan Islam. Hal ini menjadi sebuah Lingkungan yang baru memiliki perbedaan
tantangan bagi anggota komunitas IPAS untuk disemua aspek menjadi sebuah tantangan besar
tetap menjaga identitas yang sudah melekat pada bagi anggota komunitas IPAS untuk menjaga dan
setiap individu sejak lahir. mempertahankan identitas keacehannya, secara
komunitas individu yang berasal dari Aceh tetap
Anggota komunitas IPAS selain sebagai mempertahankan identitas keacehannya dengan
kelompok minoritas, perbedaan budaya dan juga melakukan berbagai macam cara, tetapi secara
lingkungan yang tidak menerapkan syariat Islam individu tanpa disadari identitas yang melekat pada
secara formal mempunyai tanggung jawab yang
berat untuk tetap menjaga identitasnya di
setiap individu yang berasal dari Aceh mulai luntur perbedaan dari berbagai aspek di lingkungan yang
karena pengaruh lingkungan. baru juga memicu anggota komunitas IPAS untuk
mengekpresikan identitas keacehannya. Ketika
SIMPULAN berada dilevel komunitas/komunal identitas
keacehan yang dimilki anggota IPAS semakin
Komunitas IPAS adalah salah satu menguat, tetapi ketikata berada di level individu
komunitas kedaerahan yang ada di Semarang, identitasnya mulai bergeser dan melemah karena
komunitas IPAS yang beranggotaka individu- pengaruh lingkungan. Sesuai dengan teori yang
individu yang berasala dari Aceh mempunyai ciri diungkapkan oleh Giddens bahwa, identitas
khas dan identitas sendiri. Identitas keacehan yang sifatnya objektif bisa berubah kapan saja dan
dimiliki oleh setiap anggota komunitas IPAS dimana saja, secara komunitas setiap individu yang
semakin menguat ketika berada di tanah berasal dari Aceh tetap mempertahankan
perantauan. Setiap individu mempunyai cara identitasnya,tetapi secara individu tanpa disadari
pandang atau pengertian yang berbeda-beda mulai luntur karena berada di lingkungan non-
mengenai identitas. Giddens mengungkapkan Syariat.
dalam teori identitas bahwa identitas akan berubah .
kapan saja dan di lingkungan mana saja. Anggota UCAPAN TERIMA KASIH
komunitas IPAS secara individu melakukan Dalam penyusunan artikel ini, penulis
penyesuaian dengan lingkungan yang baru,secara memperoleh bantuan, bimbingan serta pengarahan
tidak langsung identitas keacehan yang melekat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
pada setiap anggota komunitas IPAS mulai dengan segenap kerendahan hati mengucapkan
bergeser menyesuaikan lingkungan tempat individu terima kasih kepada :
tersebut berada. 1. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M. A. Dekan
Komunitas IPAS melakukan beberapa cara Fakultas Ilmu Sosial.
untuk mengekpresikan identitas keacehannya di 2. Kuncoro Bayu Prasetyo, S. Ant,. M. A. Ketua
lingkungan Non-Syariat Islam, diantaranya melalui Jurusan Pendidikan Sosiologi dan Antropologi
ranah sosial,budaya dan agama. Upaya yang sekaligus Dosen Penguji I yang selalu
dilakukan bertujuan untuk mendapatkan pengakuan memberikan motivasi dan bimbingan.
dari individu lain yang berbeda latar belakang dan 3. Semua pihak yang telah membantu dalam
budaya. Anggota komunitas IPAS secara bersama penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu
melakukan upaya dan cara untuk mengekspresikan persatu.
identitas keacehannya di tengah lingkungan Non-
Syariat Islam. Untuk mendapatkan pengakuan dari DAFTAR PUSTAKA
individu lain setiap individu yang berasal dari
Aceh mencari solusi terhadap problem identitasnya Afif, Afthonul. 2015. Teori Identitas Sosial.
dengan cara melalaui kelompok atau komunitas. Yogyakarta: UUI Press
Identitas keacehan juga diperkuat dengan adanya
komunitas IPAS, komunitas IPAS menjadi sebuah Arikunto, suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
sarana awal bagi individu dari Aceh untuk Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
mengekspresikan identitas keacehannya. Cipta.
Sesuai dengan teori identitas yang
dikemukan oleh Giddens bahwa, masing-masing Barker, c. 2005. Cultural Studies Teori dan
dari individu mencari solusi terhadap problem Praktik. Terjemahan Tim Kunci Cultural
identitasnya masing-masing, dan solusi yang dicari Studies Center. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
ditemukan dalam posisi (constance) dalam suatu
lingkaran, dalam kelompok yang mengakuinya. Gidden, dkk. 2004. Sosiologi Sejarah dan
Pengakuan dari individu lain terwujut melalui Berbagai Pemikirannya. Yogyakarta:
komunitas. Kreasi Wacana
Lingkungan menjadi sebuah tantangan yang
besar bagi setiap anggota komunitas IPAS untuk Harper R.S. dan Quaye J.S. 2011. ‘Student
tetap menjaga identitas keacehannya, dengan Organizations as Venues for Black Identity
Expression and Development among African Prasetyo, Untung dan Sarwoprasodjo, Sarwititi.
American Male Student Leaders’. Journal 2011. ‘Komodifikasi Upacara Tradisional
of College Student Development. Vol 48. Seren Taun dalam Pembentukan Identitas
No 2. Hal 127. Komunitas’. Jurnal Sosiologi Pedesaan.
Vol 5. No 2. Hal
Ibrahim, dkk. 1991. Sejarah Daerah Propinsi
Daerah Istimewa Aceh. Jakarta: Saban, Aksul. 2015. ‘Identitas Kelompok
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pengguna Motor Yamaha RX-KING di
Kota Manado’. Dalam Jurnal Holistik
Tahun VIII No. 15 / Januari-Juni 2015(22
Juni 2015).
Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Shadily, Hassan. 1993. Sosiologi Untuk
Masyarakat Indonesia. Jakarta:Rineka
Limbeng, Muchtadin. 2011. Suku Akit di Pulau Cipta.
Rupat. Jakarta: Direktorat Jenderal
Kebudayaan. Sugimin,Pranoto. 2011. Lesson learned:
Pembelajaran Rehab Rekon Pasca gempa
M.A. Moleong. J. Lexy. 2007. Metode Penelitian di Sumatra Utara, 30 September 2009.
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Jakarta: Pilar Karya.
Rosdakarya.
Witteborn, Saskia. 2011. ‘The Situated Expression
Maulana, Rezza. 2011. ‘Pergulatan Identitas of Arab Collective Identities in the United
Tionghoa Muslim: Pengalaman States’. Journal of Communication. Vol 57.
Yogyakarta’. Jurnal Penelitian Sosial. Vol No 3. Hal 556-575.
26. No 1. Hal 117.