Anda di halaman 1dari 12

SOLIDARITY

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity

EKSPRESI IDENTITAS KEACEHAN DALAM INTERAKSI SOSIAL DI


TENGAH LINGKUNGAN NON-SYARIAT ISLAM (Studi Kasus pada
Komunitas Ikatan Pelajar Aceh Semarang)

Buwaizhi, Rini Iswari, Asma Luthfi.

Jurusan Sosiologi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________
Sejarah Artikel: Ikatan Pelajar Aceh Semarang (IPAS) salah suatu organisasi kepemudaan daerah
Diterima
pemerintahan Provinsi Aceh yang berada di Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang.
Disetujui
Dipublikasikan Komunitas IPAS sebagai wadah bagi mahasiswa Aceh yang ada di Semarang untuk
________________ mengekspresikan identitas keacehannya di lingkungan Non-Syariat Islam. Penelitian ini
Keywords: menggunakan Teori Identitas Anthony Giddens. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)
Acehnese identity Identitas yang melekat pada anggota komunitas IPAS sebagai identitas hasil konstruksi dari
, Aceh Student daerah asalnya, setiap individu mempunyai cara pandang atau pengertian yang berbeda-beda
mengenai identitas. Anggota komunitas IPAS secara individu melakukan penyesuaian dengan
Association lingkungan yang baru. Lingkungan yang baru tentunya menjadi sebuah tantangan bagi setiap
Semarang ( IPAS anggota komunitas IPAS untuk melakukan penyesuaian. (2) Komunitas IPAS melakukan
) , Environmental beberapa cara untuk mengekpresikan identitas keacehannya di lingkungan Non-Syariat Islam,
Non - Shari'a . diantaranya melalui aspek sosial,budaya dana agama. (3) Ada tiga faktor yang mempengaruhi
______ komunitas IPAS dalam mengepresikan identitas keacehannya di lingkungan Non-Syariat
Islam yaitu minoritas, perbedaan budaya dan lingkungan sosial. Faktor-faktor inilah yang
memicu komunitas IPAS untuk menunjukan identitas keacehannya di lingkungan yang baru .

_________________________________________________________________

Abstract

Student Association Aceh Semarang (IPAS) one of a local youth organization of


government of Aceh Province located in Central Java, especially the city of Semarang. IPAS
community as a place for students Aceh Semarang to express Acehnese in the Non-Shari'a.
This study uses the Identity Theory Anthony Giddens. The results of this study indicate that:
(1) The identity attached to IPAS community members as a result of identity construction
from the region of origin, every individual has a sense of perspective or different about the
identity. IPAS community members individually adjust to the new environment. The new
neighborhood would be a challenge for any community member IPAs to make adjustments.
(2) Community IPAS did some ways to express Acehnese in the Non-Shari'a, such as through
social, cultural religious funds. (3) There are three factors that affect the community IPAS in
mengepresikan Acehnese in the Non-Islamic Shari'ah, namely minorities, cultural
differences and social environment. It is these factors that trigger IPAS community to show
the Acehnese in a new environment.
© 2016 Universitas Negeri Semarang
 Alamat korespondensi:
Gedung C7 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: ojhibuwaizhi@gmail.com
PENDAHULUAN
Kota Semarang sebagai ibu Kota Provinsi “geuciek dan teungku” sebagai pemimipin
Jawa Tengah sekaligus salah satu kota besar yang masyarakat. Hukum Islam harus selalu ditaati oleh
ada di Indonesia, kota besar tidak terlepas dari setiap warga masyarakat, karena ada konsekuensi
beberapa aspek yang menarik minat masyarakat apabila ada masyarakat yang melanggar ketentuan
untuk berkunjung, berkerja, bahkan tinggal dan yang sudah ditetapkan,tetapi sangat berbeda
menetap. Daya tarik Kota Semarang dapat dilihat dengan kehidupan yang ada di Semarang.
dari antusias atau ketertarikan masyarakat luar Semarang merupakan pusat ibu kota Jawa Tengah
Semarang yang memilih untuk merantau di Kota yang lepas dari ketentuan-ketentuan Islam seperti
Semarang. Ketertarikan masyarakat luar atau yang ada di Aceh. Setiap individu bertindak sesuai
sekitar Semarang untuk urbanisasi dapat dilihat dengan kemauan dirinya sendiri, tidak ada
dari berbagai hal, seperti dari segi ekonomi untuk ketentuan-ketentuan yang mengharuskan setiap
berpeluang mendapat kesempatan kerja. Segi sosial individui bertindak seperti apa dan bagaimana.
dapat dilihat dari banyaknya warga dari luar Perbedaan daerah asal setiap mahasiswa
Semarang yang tinggal di Kota Semarang, jadi rasa memicu untuk mencari kesamaan-kesamaan dari
multikultural sangat terasa dengan kebudayaan di setiap mahasiswa lain khususnya kesamaan daerah
Semarang yang membuat banyak individu ingin asal, memiliki perasaan membutuhkan satu sama
mengetahuinya. lain, dengan kesamaan-kesamaan yang dimiliki
Kemajuan pendidikan di Kota Semarang kemudian membentuk sebuah kelompok atau
bisa dilihat dengan adanya beberapa sekolah komunitas. Komunitas sebagai satuan sosial yang
menengah atas yang berkualitas dan juga terdapat didasari oleh lokalitas, mempunyai ikatan
beberapa Perguruan Tinggi ternama seperti solidaritas yang kuat antar anggotanya sebagai
UNDIP, UNNES, UPGRIS, dan masih banyak lagi akibat kesamaan tempat tinggal, memiliki perasaan
yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Kemajuan membutuhkan satu sama lain. Pembentukan
pendidikan di Kota Semarang yang begitu pesat komunitas tidak hanya bergantung pada kedekatan
sehingga menarik minat masyarakat dari berbagai fisik,tetapi jga kesamaan antar anggotanya. Sudah
daerah untuk melanjutkan studi di Kota Semarang. menjadi kebiasaan individu lebih suka
kedatangan masyarakat ke Kota Semarang berhubungan dengan individu yang memiliki
khususnya di Perguruan Tinggi untuk melanjutkan kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang
studinya, mahasiswa yang melanjutkan studi di dimaksud kesamaan minat, kepercayaan, nilai,
Kota Semarang mempunyai latar belakang yang suku, dan lain sebagainya. Komunitas yang
berbeda karena mahasiswa berasal dari daerah dibentuk sebagai wadah untuk mempererat tali
yang berbeda-beda. persaudaraan antar anggota komunitas, juga untuk
Berbagai macam daerah asal masyarakat eksintensi keberadaannya ditengah lingkungan
yang datang ke Semarang salah satunya yang ditempati.
masyarakat dari Aceh. Masyarakat Aceh terkenal Berbagai macam kelompok atau komunitas
sangat religius memiliki budaya (adat) yang identik saat ini yang bermunculan dalam masyarakat,
dengan Islam. Islam yang datang ke Aceh telah contoh dari beberapa kelompok sosial atau
berbaur dengan adat Aceh dan telah melahirkan komunitas yang ada di Kota Semarang adalah
identitas Aceh yang sangat khas “Serambi Mekah” adanya sekumpulan perantau yang berasal dari
dari penggabungan ini terjadi proses harmonisasi Medan yang melanjutkan studinya di Semarang,
yang menimbulkan kekuatan dan melekatkan perkumpulan mahasiswa kebumen yang
identitas baru di Aceh. melanjutkan studinya di Kota Semarang,
komunitas pencinta kucing di Semarang dan ikatan
Harmoni antara adat dan Islam berkembang mahasiswa yang melanjutkan studinya di
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Semarang yang berasal dari daerah yang berbeda-
merupakan sebuah identitas keacehan yang harus beda.
dijaga, identitas keacehan yang melekat pada setiap Komunitas IPAS merupakan sebuah
individu yang berasal dari Aceh tidak terlepas dari komunitas yang dibentuk berdasarkan kesamaan
hukum-hukum Islam. Bahkan sistem pemerintahan latar belakang yaitu sekelompok individu yang
di Aceh menampilkan kedua unsur tersebut berasal dari Aceh, dan saat ini menetap sementara
di Semarang. Identitas yang sudah melekat pada tengah lingkungan Non-syariat Islam. Penelitian ini
anggota komunitas IPAS merupakan konstruksi mencoba untuk menjelaskan.
sosial budaya yang ada di daerah asalnya,
konstruksi identitas melalui interaksi dalam Lokasi penelitian di Asrama mahasiswa
kehidupan sehari-hari mempengaruhi bagaimana Aceh berlokasi di Tembalang. Pertimbangan
individu melihat konsep diri sendiri. Identitas yang pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada
terdiri dari seperangkat aspek atau atribut-atribut terdapat banyak anggota komunitas IPAS yang
yang melekat pada diri individu yang membedakan tinggal di asrama. pasien yang mana anggota
individu satu dengan individu lain, seperti berbeda komunitas IPAS sendiri merupakan subjek
budaya, bahasa, nilai, norma dan sebagainya. penelitian, sehingga memudahkan penulis untuk
Barker (2005:218) mengartikan bahwa identitas mendapatkan data. Selain di asrama penelitian juga
adalah inti atau esensi diri yang dapat dilakukan di tempat tinggal informan pendukung,
dipresentasikan melalui tanda, sikap, dan gaya tidak termasuk anggota komunitas, tetapi
hidup yang bisa saja berubah. Perbedaan inilah mengetahui komunitas IPAS.
yang membuat individu ingin menunjukan
identitasnya dilingkungnya yang baru. Fokus penelitian ini yaitu: (1) identitas
Berdasarkan latar belakang di atas ada keacehan yang dimiliki oleh anggota komunitas
perbedaan yang semula tinggal ditempat dengan IPAS. (2) cara anggota komunitas IPAS
aturan-aturan islamnya tetapi sekarang justru jauh mengekspresikan identitas keacehannya di tengah
dari aturan-aturan yang mengikat seperti yang ada lingkungan no –syariat Islam. (3) faktor sosial
di Aceh. Adanya ketertarikan dari penulis untuk budaya yang mempengaruhi komunitas IPAS untuk
melihat bagaimana identitas keacehan yang mengekspresikan identitas keacehannya di
dimiliki oleh anggota komunitas IPAS,dan lingkungan non-syariat Islam.
bagaimana cara yang dilakukan oleh komunitas
IPAS mengekspresikan identitas keacehannya di Subjek dalam penelitian ini adalah anggota
lingkungan non-Syariat islam serta faktor sosial komunitas IPAS. Alasan pemilihan anggota
budaya apa yang mempengaruhi komunitas IPAS komunitas IPAS sebagai subjek penelitian
dalam mengekspresikan identitas keacehan di didasarkan pada tujuan penelitian dan perumusan
lingkungan Non-Syariat Islam. Atas dasar latar masalah dalam penelitian. Adanya subjek penelitian
belakang di atas penulis menggangkat judul ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh
penulisan ‘Ekspresi identitas keacehan dalam data yang benar-benar dibutuhkan dan sangat
interaksi sosial di lingkungan non-Syariat Islam’ penting bagi penelitian ini, yaitu mengenai ekspresi
(Studi Kasus pada komunitas ikatan pelajar Aceh identitas keacehan dalam interaksi sosial di tengah
Semarang IPAS) lingkungan non-syariat Islam.

METODE PENELITIAN Hasil data yang diperoleh dalam penelitian


kualitatif dapat dinyatakan valid apabila tidak ada
Metode penelitian yang digunakan adalah perbedaan antara yang dilaporkan penulis dengan
metode kualitatif. Penelitian kualitatif digunakan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diteliti di lapangan. Teknik pengujian yang
deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari digunakan dalam menentukan keabsahan data
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. dalam penelitian ini adalah triangulasi. Triangulasi
Penulis menggunakan panduan wawancara yang adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang lain
berisi tentang daftar pertanyaan secara garis besar di luar data itu untuk keperluan mengecek atau
dan bersifat terbukan juga fleksibel menyesuaikan sebagai pembanding terhadap data itu.
rumusan masalah mengenai identitas keacehan yang
ada pada komunitas IPAS, cara komunitas IPAS Teknik pengumpulan data penelitian
mengekspresikan identitas keacehannya serta faktor menggunakan observasi, wawancara dan
sosial budaya yang mempengaruhi komunitas IPAS dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah
untuk mengekspresikan identitas keacehannya di teknik triangulasi data. Teknik analisis data dalam
penelitian ini meliputi: pengumpulan data, reduksi berturut-turut pihak LNG dan Pemda Aceh
data, penyaajian data dan pengambilan kesimpulan mengucurkan dana masing-masing LNG tahun
atau verifikasi. Penelitian ini menggunakan Teori 1986 sejumlah Rp. 1.500.000,- dan Pemda Aceh
Identitas Anthony Giddens. sebesar Rp. 1.000.000,- tahun 1986. Itulah yang
menjadi modal pertama rencana pendirian asrama
HASIL DAN PEMBAHASAN pelajar mahasiswa Aceh di Semarang.

Ikatan Pelajar Aceh Semarang (IPAS)


Deskripsi Ranah Penelitian
adalah suatu organisasi kepemudaan daerah
Profil Komunitas IPAS Pemerintahan Provinsi Aceh yang berada di Jawa
Komunitas IPAS yang dikenal saat ini Tengah pada umumnya dan Kota Semarang pada
merupakan akhir dari proses terbentuknya khususnya. IPAS beranggotakan pemuda-pemudi,
perkumpulan masyarakat Aceh yang ada di pelajar serta mahasiswa-mahasiswi yang berasal
Semarang. Sebelum berubah nama menjadi IPAS, atau beretnis Aceh. IPAS sendiri telah eksis sejak
pertama berdirinya bernama Ikatan Masyarakat tahun 1990-an dengan dicetuskannya organisasi ini
Aceh Semarang (IMAS). Pengurus Ikatan sebagai salah satu organisasi di daerah Nusantara.
Masyarakat Aceh Semarang (IMAS) yang dibentuk
Wujud persatuan di kalangan pemuda-
sejak tahun 1988 (dibawah pimpinan M. Diah)
pemudi, pelajar serta mahasiswa-mahasiswi Aceh
telah membuat program kerja jangka panjang untuk
Semarang direalisasikan melalui organisasi ini.
mendirikan sebuah asrama pelajar di Semarang.
IPAS berazaskan kekeluargaan yang
Tiap tahunnya pelajar dari Aceh bertambah
mementingkan kesejahteraan bersama demi tujuan
banyak yang datang ke Semarang untuk
murni organisasi. Anggota IPAS tersebar di
melanjutkan kuliah, ide tersebut menguat pada
bebrapa perguruan tinggi yang ada di Semarang
tahun 1984 dibawah kepengurusan IPAS Dewan
seperti Universitas Diponegoro (UNDIP),
Penasihat: H. Nabbani Ibrahim (Alm) dan Ketua:
Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS),
Drs. Dahlan Idhamy dan lain-lain. Program
Universitas AKI (UNAKI), Universitas
pendirian asrama pada tanggal 10 November
STIKUBANK Semarang, Universitas Negeri
bertepatan hari Pahlawan.
Semarang (UNNES) maupun Universitas Islam
Komunitas IPAS mendirikan satu asrama Sultan Agung (UNISULA) dan beberapa
yang diberi nama Pocut Meurah Intan. Pocut universitas lainnya yang berada di Jawa Tengah.
Meurah Intan merupakan salah satu pahlawan yang
Keanggotaan
berasal dari Aceh. Masyarakat Aceh yang sudah
masuk dalam komunitas IPAS setiap tahunnya Anggota komunitas IPAS yang terdata
melakukan agenda rutin yaitu ziarah ke Makam berjumlah 60 anggota, 60 anggota tersebut
Pocut Meurah Intan, pahlawan wanita aceh yang berstatus sebagai mahasiswa terdiri atas 41 laki-
pemakamannya di Tegal Sari, Blora, Jawa Tengah. laki dan 24 perempuan, sedangkan yang berstatus
Sepulang dari kunjungan tersebut, pimpinan IMAS sebagai pekerja dan yang lainnya tidak terdata
langsung menyurati Gubernur Provinsi Dista Aceh dalam anggota komunitas IPAS, tetapi masuk
yang waktu itu dijabat oleh Bapak Hadi Thoib. kedalam Ikatan masyarakat Aceh di Semarang.
Dalam surat tersebut pihak IMAS memohon Ikatan masyarakar Aceh Semarang sebagai
kepada Gubernur agar Pocut Meurah Intan pengontrol dan penasehat bagi IPAS, tempat untuk
diusulkan ke Depsos supaya diakui sebagai meminta pendapat dan arahan bagi komunitas
pahlawan nasional sekaligus agar di Semarang IPAS yang dijalankan oleh mahasiwa Aceh yang
dibangun sebuah asrama mahasiswa. Pihak berada di Semarang.
Gubernur langsung menanggapi/merespon usulan
tersebut dengan surat yang berisi antara lain Asrama Mahasiswa Aceh
menyetujui gagasan pendirian asrama tersebut.
Disamping menyurati Gubernur Dista Aceh, pihak Tempat perkumpulan mahasiswa Aceh yang
IMAS juga mohon bantuan kepada Perusahaan Gas ada di Semarang yaitu di asrama Pocut Meurah
Arun (LNG) di Lhokseumawe. Sesudah itu Intan yang berlokasi di Banjarsari, Tembalang,
Semarang, Jawa Tengah. Asrama mahasiswa Aceh jarang melakukan interaksi dengan individu-
yang berlokasi di Tembalang ini merupakan tempat individu yang berbeda latar belakang dengan
perkumpulan mahasiswa Aceh setiap agenda dirinya, lebih banyak menghabiskan waktu di
tahunan dan perayaan-perayaan hari besar Islam asrama bersama teman-teman satu daerah. Asrama
dan asrama Pocut Meurah Intan dijadikan sebuah yang berada di Tembalang menampung semua
wadah silaturahmi perkumpulan saudara yang mahasiswa yang berasal dari Aceh walaupun
berasal dari Aceh, lokasi asrama yang mudah berbeda kabupaten atau kota. Hal tersebut yang
dijangkau maka setiap agenda yang diadakan oleh membuat anggota komunitas IPAS yang tinggal di
komunitas IPAS selalu dipenuhi oleh mahasiswa asrama lebih terjaga identitas keacehannya, karena
Aceh yang melanjutkan studinya di Semarang. kurang banyak mendapatkan pengaruh dari
Berdasarkan visi dan misi yang diusungkan oleh lingkungan sekitar.
komunitas IPAS yaitu: Visi, membentuk ikatan
kekeluargaan antar mahasiswa pemuda dan pelajar Anggota IPAS yang Tinggal di Luar Asrama
Aceh di Semarang sebagai suatu kesatuan yang
Anggota IPAS yang memilih untuk tinggal
berasal dari satu budaya, adat istiadat dan daerah.
di kos-kosan karena letak asrama yang jauh dengan
Misi, menjadikan IPAS sebagai salah satu wadah
tempat kuliah,ikut berkumpul di asrama ketika ada
perkumpulan mahasiswa, pemuda dan pelajar Aceh
kegiatan yang di selenggarakan oleh IPAS.
yang berada di Semarang.
Anggota IPAS yang tinggal di kos-kosan juga
berbeda dengan anggota IPAS yang tinggal di
asrama, yang tinggal di kos-kosan pola
interaksinya lebih luas dan lebih bisa merasakan
keadaan lingkungan yang baru.

Anggota IPAS yang tinggal di luar asrama


lebih banyak mengetahui tentang lingkungan baru,
dan mempunyai kesempatan yang baik untuk
mempelajari kebudayaan lingkungan sekitar,
khususnya kebudayaan Jawa. Tidak hanya dari segi
budaya saja tetapi masih banyak aspek lain seperti
Gambar 1. Asrama tampak depan
tata cara untuk bergaul bahkan mahasiswa Aceh
(Sumber : Dokumentasi Buwaizhi tanggal 10 yang memilih tinggal dikos-kosan sudah bisa
Maret 2016 berbicara menggunakan bahasa jawa. Hal tersebut
baik untuk menambah pengalaman dan
pengetahuan, tetapi secara tidak sadar mahasiswa
Pola Tempat Tinggal Anggota Komunitas IPAS Aceh yang tinggal dikos-kosan identitas
keacehannya lebih cepat luntur dibandingkan
Anggota IPAS yang Tinggal di Asrama dengan mahasiswa Aceh yang tinggal di asrama,
disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang lebih
Mahasiswa dari Aceh yang melanjutkan banyak.
studinya di Semarang semuanya anggota IPAS,
tetapi tidak semua anggota komunitas IPAS tinggal
di asrama. Anggota komunitas IPAS yang tinggal
di asrama merupakan mahasiswa yang kuliah di Identitas Keacehan
UNDIP. Mahasiswa yang kuliah di UNDIP
Bahasa Aceh
memilih tinggal di asrama selain jarak dengan
kampus yang dekat juga biaya asrama jauh lebih Bahasa merupakan sebuah identitas suatu
murah dari pada tinggal di kos-kosan. masyarakat, diantara bahasa-bahasa daerah yang
terdapat di provinsi Aceh Penutur asli bahasa Aceh
Mahasiswa Aceh yang tinggal di asrama
adalah masyarakat yang mendiami Kabupaten
sangat berbeda dengan mahasiswa Aceh yang
Aceh Besar, Kota Madya Banda Aceh, Kabupaten
tinggal di kos-kosan. Mahasiswa tinggal di asrama
Pidie, Kabupaten Aceh Jeumpa, Kabupaten Aceh Muhammad Saddam (22) bahwa adat yang ada di
Utara, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Aceh berbeda dengan adat-adat daerah lain karena
Barat dan Kota Madya Sabang. Penutur bahasa adat yang ada di Aceh tidak terlepas dari nilai-nilai
Aceh juga terdapat dibeberapa wilayah dalam dan aturan-aturan syariat Islam. Syariat Islam yang
Kabupaten Aceh Selatan, terutama di wilayah ada di Aceh tidak hanya masuk kedalam aspek adat
Kuala Batee. Setiap daerah mempunyai dialek istiadat saja, tetapi sudah masuk kesemua aspek
yang berbeda-beda bahkan berbeda bahasa seperti dalam kehipan masyarakat Aceh.
kabupaten Gayo lues dan kabupaten Simelue,
tetapi yang umumnya digunakan oleh anggota Syariat Islam
IPAS adalah bahasa Aceh yang banyak dipahami
Aceh mempunyai julukan “Serambi Mekah”
oleh masyarakat Aceh . Selain itu, di luar provinsi
dan menjadi sebuah identitas bagi masyarakat
Aceh, yaitu di daerah-daerah perantauan, masih
Aceh harmoni antara adat dan Islam berkembang
ada juga kelompok-kelompok masyarakat Aceh
dalam beebagai aspek kehidupan masyarakat
yang tetap mempertahankan bahasa Aceh sebagai
merupakan sebuah identitas keacehan yang harus
bahasa ibu. Hal ini dapat di jumpai pada komunitas
dijaga, identitas keacehan yang melekat pada
masyarakat Aceh di Medan, Jakarta, Malang dan
masyarakat Aceh tidak terlepas dari hukum-hukum
Semarang. Islam. Bahkan sistem pemerintahan di Aceh
menampilkan kedua unsur tersebut “Geuciek dan
Anggota komunitas IPAS Iqbal (23)
Tengku” sebagai pemimpin masyarakat.
mengungkapkan bahwa bahasa Aceh merupakan
bahasa nenek moyang, dan bahasa Aceh menjadi Setiap pemeluk agama Islam di Aceh wajib
sebuah identitas individu yang berasal dari Aceh menaati dan mengamalkan syariat Islam. Individu
dimanapun individu tersebut tinggal, salah satu ciri yang bertempat tinggal atau berada di Aceh wajib
khas atau identitas suatu suku adalah bahasa yang menghormati pelaksanaan syariat Islam.
dimilki, anggota komunitas IPAS tetap Pemerintahan Aceh dan Pemerintahan
mempertahankan bahasa Aceh sebagi bahasa Kabupaten/Kota menjamin kebebasan, membina
warisan nenek moyang kapanpun dan dimanapun kerukunan, menghormati nilai-nilai agama yang
berada, seperti pada komunitas IPAS yang saat ini dianut oleh umat beragama dan melindungi sesama
berada di Semarang. umat beragama untuk menjalankan ibadah sesuai
dengan agama yang dianutnya. Pendirian tempat
Adat Istiadat
ibadah di Aceh harus mendapat izin dari
Adat istiadat disetiap daerah berbeda-beda Pemerintah Aceh dan/atau Pemerintah
dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat yang Kabupaten/Kota.
tinggal pada suatu tempat tertentu, seperti pada
Syariat Islam yang ada di Aceh sebagi
masyarakat Aceh memiliki kekhasan tersendiri
sebuah identitas yang sudah melekat pada setiap
seperti bahasa, nyanyian, tarian, musik dan adat
individu yang berasal dari Aceh. Harmoni antara
istiadat kesemuannya itu dipegaruhi oleh
adat dan Islam berkembang dalam berbagai aspek
kepercayaan masyarakata Aceh yaitu Islam, setiap
kehidupan masyarakat merupakan sebuah identitas
aspek yang dilakukan berakar pada nilai-nilai
keacehan yang harus dijaga identitas yang ada pada
keislaman.
masyarakat Aceh bukan hanya syariat Islam saja,
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu masyarakata Aceh juga mempunyai bahasa dan
anggota komunitas IPAS Alwie (23) bahwa adat adat istiadat sebagai sebuah identitas yang berbeda
istiadat yang ada di Aceh tidak terlepas dari nilai- dengan daerah lainnya yang ada di Indonesia.
nilai agama Islam, baik dari segi seni, ritual yang
Identitas merupakan ciri khas suatu
dilaksanakan oleh masyarakat Aceh di dalamnya
masyarakat seperti yang terdapat dalam teori
mengadung nilai-nilai Islam hal inilah yang
identitas bahwa identitas diri yang tercipta melalui
menjadi pembeda adat Aceh dengan adat daerah
kemampuan untuk mempertahankan narasi tentang
lain yang ada di Indonesia. Hal yang sama juga
diri dan perasaan konsisten. Cerita tentang diri ini
diungkapka oleh anggota komunitas IPAS lainnya
akan menjawab pertanyaan apa yang dilakukan?
Bagaimana bertindak? Akan menjadi siapa? IPAS untuk mengekpresikan identitas keacehannya
Identitas diri bukan hanya merupakan ciri khas di lingkungan Non-Syariat Islam.
individu melainkan refleksi atau biografinya atau
dengan kata lain cara berfikir tentang diri (Giddens Ada beberapa kegiatan sosial yang
2004:171). dilakukan dengan tujuan selain membantu juga
ingin menunjukan kepada masyarakat bahwa di
Anggota komunitas IPAS mempunyai ciri Semarang ada perkumpulan mahasiswa Aceh yang
khas sebagai sebuah identitas yang membedakan mempunyai cara sendiri dalam melakukan
dengan masyarakat lain, identitas tersebut kembali kegiatan, perbedaan tersebut menunjukan bahwa
kepada setiap individu bagaimana cara bertindak komunitas IPAS mempunyai identitas yang
dan akan menjadi siapa dalam mempertahankan berbeda di dalam masyarakat.
identitasnya di lingkungan yang baru.
Ranah budaya
Cara Komunitas IPAS Mengekspresikan
Identitas Keacehannya Komunitas IPAS merupakan salah satu
komunitas yang ada di Kota Semarang yang
Ranah Sosial beranggotakan sekumpulan individu yang berasal
Anggota komunitas IPAS melakukan dari Aceh dan pada saat ini menetap sementara di
beberapa cara untuk mengekspresikan identitas Kota Semarang, setiap komunitas mempunyai
keacehannya di lingkungan Non-Syariat Islam, keunikan dan identitas masing-masing begitu pula
salah satunya melalui aspek sosial. Aspek sosial dengan komunitas IPAS. Komunitas IPAS
merupakan salah satu saluran efektif yang diambil mempunyai cara sendiri dalam mengekspresikan
oleh anggota komunitas IPAS untuk identitasnya di lingkungan yang baru.
mengekpresikan identitas keacehannya, karena
Upaya yang dilakukan untuk
melalui aspek sosial ini anggota komunitas IPAS
mempertahankan identitas keacehannya di tengah
bisa secara langsung menunjukan identitasnya di
lingkungan Non-Syariat Islam, secara pribadi
depan publik. Hasil observasi di lapangan
menyatakan suku lebih penting dari pada nama
ditemukan komunitas IPAS dalam
baik dirinya sendiri dan keruang publik ekspresi
mengekspresikan identitas keacehannya melalui
aspek sosial seperti yang disajikan pada gada identitas ditunjukan melalui kesenian. Cara yeng
gambar 2. berbeda untuk menjaga identitas keacehannya di
tengah lingkungan Non-Syariat Islam, secara
pribadi setiap anggota komunitas IPAS mempunyai
cara sendiri-sendiri dalam mengekspresikan
identitasnya, tetapi secara umum dilaksanakan
bersama yaitu melalui kesenian.

Gambar 2. Kegiatan Pengumpulan


Dana Sosial

(Sumber: Dokumentasi Komunitas IPAS


Mei 2016)

Gambar 2., merupakan kegiatan


penggalangan dana sosial untuk suku rohingya
yang kena musibah, dengan cara menampilkan
kesenian khas Aceh. Komunitas atau kelompok Gambar 3. Tarian Ranup Lampuan yang di
mempunya bebagai macam cara atau upaya yang Tampilkan oleh anggota komunitas IPAS
dilakukan untuk menunjukkan eksistensi atau dalam rangka peringatan Maulid Nabi
mengekpresikan identitasnya di lingkungan
masyarakat, seperti yang dilakukan oleh komunitas (Sumber: Dokumentasi Komunitas IPAS
Maret 2015).
Komunitas IPAS melaksanakan beberapa
kegiatan untuk menunjukan identitas keacehannya
di lingkungan Non-Syariat Islam. Kegiatan yang
dilaksanakan terbagi dalam beberapa aspek, selain
dalam aspek sosial juga bergerak dalam aspek
budaya. Melalui aspek buadaya identitas
keacehannya yang ditunjukan oleh anggota
komunitas IPAS lebih menonjol, karena
menampilkan tarian ciri khas selain menjadi sebuah
hiburan bagi masyarakat Semarang, juga menjadi Gambar 5. Masak-masak Acara Maulid
sebuah pembeda yang unik dilingkungan
manyoritasnya masyarakat Jawa. (Sumber: Dokumentasi Komunitas IPAS
Maret 2016).
Anggota komunitas IPAS yang berasal dari
Aceh mepunyai ciri khas yang berbeda dengan Gambar 5 merupakan kegiatan masak-
suku-suku lain yang ada di Semarang, untuk masak yang dilakukan oleh anggota komunitas
menunjukan identitas keacehan yang dimiliki oleh IPAS dalam rangka memperingati hari lahirnya
anggota komunitas IPAS tidak cukup hanya sebatas Nabi. Komunitas IPAS juga melakukan kegiatan
fisik, juga dari sisi biografi dan refleksi bagaimana disegi aspek agama selain aspek sosial dan budaya.
anggota komunitas IPAS mengartikan tentang
Komunitas IPAS melakukan berbagai
dirinya. kegiatan yang dilakukan oleh komunitas
kegiatan keagamaan untuk menunjukan identitas
IPAS dari aspek budaya menunjukan bahwa
keacehannya di tengah lingkungan Non-Syariat
identitas keacehan yang melekat pada anggota
Islam. Aceh dikenal dengan syariat Islam yang
komunitas dapat dibuktikan kepada lingkungan
kuat setiap anggota komunitas IPAS melakukan
yang baru.
berbagai macam kegiatan baik melalui aspek
sosial, budaya dan agama untuk menunjukkan
Ranah Agama
identitasnya di lingkungan yang baru.

Selain aspek sosial dan aspek budaya, Anggota komunitas IPAS merupakan
komunitas IPAS juga memilih aspek agama individu minoritas yang berada di lingkungan yang
sebagai saluran untuk mengekpresikan identitas baru dan memiliki latar belakang yang sama
keacehannya di lingkungan Non-Syariat islam, berasal dari satu daerah. Identitas yang melekat
aspek agama merupakan saluran yang sangat pada anggota komunitas IPAS adalah identitas
efektif bagi komunitas IPAS dalam yang terbentuk dari lingkungan asalnya dan
mengekpresikan identitas keacehannya karena identitas tersebut akan didefinisikan sama oleh
masyarakat dari luar Aceh mengenal Aceh dengan individu-individu yang mempunyai latar belakang
hukum syariat yang kuat, jadi melalui aspek agama yang sama.
komunitas IPAS menunjukan identitas
keacehannya di lingkungan yang baru. Giddens (2004) menjelaskan bahwa
identitas suatu individu didefinisikan oleh individu
Hasil observasi di lapangan ditemukan lain, atau lebih pada pengakuan yang diberikan
komunitas IPAS dalam mengekspresikan identitas oleh individu lain mengenai identitas satu individu,
keacehannya melalui aspek sosial seperti yang oleh maksud-maksud atau kualitas yang diberikan
disajikan pada gada gambar 5. oleh satu individu keindividu lain. Masing-masing
dari individu mencari solusi terhadap problem
identitasnya masing-masing, dan solusi yang dicari
ditemukan dalam posisi (constance) dalam suatu
lingkaran, dalam kelompok yang mengakuinya.
Pengakuan dari individu lain terwujud dalam
komunitas.
Identitas satu individu didefinisikan oleh Perbedaan Budaya
individu lain, ketika satu individu berdiri sendiri
makan pengakuan identitas dari individu lain akan Indonesia merupakan negara multikultural
sulit didapatkan, memicu individu untuk mencari mempunyai banyak perbedan baik suku, ras,
kesamaan dengan individu lainnya dan membuat agama, dan budaya. Perbeaan pada setiap budaya
ataupun bergabung dalam kelompok atau memicu kelompok minoritas yang ada dalam suatu
komunitas yang memiliki kesamaan dengannya. masyarakat untuk menunjukan budayanya kepada
komunitas IPAS adalah salah satu komunitas yang manyoritas, di Semarang individu yang berasal dari
ada di Semarang mengekspresikan identitasnya Aceh sebagai kaum minoritas dan mempunyai
melalui aspek sosial,budaya dan agama dengan budaya yang berbeda dengan masyarakat
harapan ada pengakuan dari individu-individu lain manyoritas.
terhadap keberadaannya di Semarang.
Individu yang berasal dari Aceh dan saat ini
Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi menetap semntara di Semarang sebagi kelompok
Komunitas IPAS Untuk Mengekspresikan minoritas mempunyai budaya yang berbeda dengan
Identitas Keacehannya kelompok manyoritas, dan budaya yang dimiliki
oleh masyarakat Aceh belum familiar dengan
IPAS Sebagai Kelompok Minoritas masyarakat yang ada di Semarang hal inilah yang
memicu anggota komunitas IPAS untuk
Kelompok minoritas di dalam masyarakat
menunjukan kebudayaan Aceh sebagi salah satu
akan bersatu untuk menujukan keberadaannya di
identitas yang ada pada masyarakat Aceh.
tengah lingkungan manyoritas, sama halnya
dengan komunitas IPAS, komunitas IPAS Di Semarang terdapat kebudayaan yang
sekumpulan individu yang berasal dari Aceh dan unik, yang sering dipertunjukan diacara-acara
saat ini menetap sementara di Semarang. Individu kebudayaan, hal ini memicu anggota komunitas
yang berasal dari Aceh merupakan kelompok IPAS untuk memafaatkan kesempatan yang ada
minoritas yang ada di Semarang, sedangkan untuk menunjukan kebudayaannya di lingkungan
masyarakat manyoritasnya adalah masyarakat yang baru, budaya yang berbeda dengan
Jawa. masyarakat yang ada di Semarang menjadi sebuah
identitas masyarakat Aceh yang ada di Semarang,
Individu yang berasal dari Aceh merupakan
dengan diadakannya acara pertunujukan
kelompok minoritas, ketika merasa minoritas
kebudayaan memberi sebuah kesempatan bagus
langkah pertama yang diambil adalah membuat
bagi komunitas IPAS untuk menunjukan
suatu perkumpulan kelompok atau komunitas,
identitasnya di lingkungan yang baru.
dengan adanya kelompok atau komunitas rasa
asing berkurang serta untuk mengekpresikan Lingkungan Sosial
identitasnya lebih mudah karena sudah ada
beberapa individu yang mempunyai identitas yang Lingkungan sosial diartikan sebagai
sama. interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya,
atau lingkngan yang terdiri dari mahkluk sosial
Individu yang berasal dari Aceh saat ini yaitu manusia. Lingkungan sosial inilah yang
menetap sementara di Semarang sebagai kaum membentuk sistem pergaulan yang bersar
minoritas di tengah masyarakat Jawa sebagai peranannya dalam membentuk kepribadian setiap
manyoritasnya berkumpul menjadi satu dengan individu, dan terjadi interaksi antar individu atau
membuat satu komunitas dengan tujuan untuk interaksi dengan lingkungannya. Nasution
memudahkan dalam berbagai hal, baik dari segi (2004:10) menjelaskan bahwa kelakuan individu
beradaptasi dengan lingkungan yang baru maupun pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial,
menghilangkan rasa keterasingan akibat minoritas, yakni dipelajari dalam interaksi dengan individu
dan dengan membuat sebuah wadah untuk lainnya. Hampir segala sesuatu yang dipelajari
berkumpul juga memudahkan setiap individu dari merupakan hasil hubungan satu individu dengan
Aceh untuk mengekpresikan identitanya di
lingkungan yang baru.
individu lain baik di rumah, sekolah, tempat lingkungan yang baru, karena identitas sifatnya
bermain, pekerjaan dan sebagainya. objektif bisa berubah kapan saja dan dimana saja.

Dalam lingkungan sosial terdapat kelompok (Giddens 2004:172), identitas diri yang
atau komunitas yang dibentuk oleh beberapa tercipta melalui kemampuan untuk untuk
individu dan mempunyai sebuah tujuan yang sama, mempertahankan narasi tentang diri dan perasaan
seperti komunitas IPAS berada di lingkungan konsisten. Cerita tentang diri akan menjawab
masyarakat Jawa komunitas IPAS mengumpulkan pertanyaan apa yang dilakukan? Bagaimana
individu-individu yang barasal dari Aceh dan bertindak? Akan menjadi siapa? Identitas diri
membentuk sebuah komunitas. Komunitas IPAS bukan hanya merupakan ciri khas individu
selain tujuannya untuk mempererat tali silaturahmi melainkan refleksi atau biografinya atau dengan
antar individu yang berasal dari Aceh dan juga kata lain cara berfikir tentang diri.
sebagai kaum minoritas yang berada di Semarang.
Anggota komunitas IPAS yang berasal dari
Lingkungan yang memiliki banya Aceh mempunyai ciri khas yang berbeda dengan
perbedaan dengan daerah asal adalah satu suku-suku lain yang ada di Semarang, setiap
penyebab utama anggota komunitas IPAS individu mempunyai cara pandang yang berbeda-
mengekpresikan identitasnya di lingkungan yang beda terhadap identitas. Pandangan yang berbeda-
baru, dan dalam lingkungan yang baru semuanya beda tersebut membuat setiap individu melakukan
tergantung pada setiap individu tersebut, hal yang berbeda-beda dalam bertindak untuk tetap
bagaimana dan seperti apa tindakan dan pergaulan menjaga identitasnya. Dalam teori yang dikemukan
yang akan dipilih oleh setiap individu. oleh Giddens bahwa identitas akan berubah kapan
saja dan dimana saja, anggota komunitas IPAS saat
Perbedaan segala aspek di lingkungan yang ini berada di lingkungan yang baru lingkungan
baru membuat memicu anggota komunitas IPAS yang memiliki banyak perbedaan dengan
untuk menunjukan perbedaan di lingkungan yang lingkungan asalnya, dan identitas keacehan yang
baru, perbedaan ini sebagi suatu pembeda dan dimiliki oleh anggota komunitas IPAS juga sudah
menjadi sebuah identita bagi anggota komunitas mulai bergeser. Sudah menjadi kebiasaan setiap
IPAS, dari segi pergaulan semuanya kembali pada individu akan beradaptasi dan melakukan
diri masing-masing karena setiap individu penyesuaian dengan lingkungan dimana individu
mempunyai cara yang berbeda-beda dalam tersebut tinggal.
beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Giddens melanjutkan bahwa identitas diri
Anggota komunitas IPAS sebagi kelompok bukan hanya merupakan ciri khas individu,
minoritas memicu untuk mengekpresikan identitas melainkan refleksi dan biografi atau dengan kata
keacehannya di lingkungan Non-Syariat Islam, lain cara berfikir tentang diri. Untuk menunjukan
lingkungan menjadi salah satu aspek yang sangat identitas keacehan yang dimiliki oleh anggota
berpengaruh bagi anggota komunitas IPAS untuk komunitas IPAS tidak cukup hanya sebatas fisik,
menjaga tinkah laku dalam bertindak karena juga dari sisi biografi dan refleksi bagaimana
lingkungan yang tidak menerapkan syariat Islam anggota komunitas IPAS mengartikan tentang
secara formal, semua individu mempunyai dirinya.
kebebasan untuk bertindak tanpa diatur oleh
aturan-aturan Islam. Hal ini menjadi sebuah Lingkungan yang baru memiliki perbedaan
tantangan bagi anggota komunitas IPAS untuk disemua aspek menjadi sebuah tantangan besar
tetap menjaga identitas yang sudah melekat pada bagi anggota komunitas IPAS untuk menjaga dan
setiap individu sejak lahir. mempertahankan identitas keacehannya, secara
komunitas individu yang berasal dari Aceh tetap
Anggota komunitas IPAS selain sebagai mempertahankan identitas keacehannya dengan
kelompok minoritas, perbedaan budaya dan juga melakukan berbagai macam cara, tetapi secara
lingkungan yang tidak menerapkan syariat Islam individu tanpa disadari identitas yang melekat pada
secara formal mempunyai tanggung jawab yang
berat untuk tetap menjaga identitasnya di
setiap individu yang berasal dari Aceh mulai luntur perbedaan dari berbagai aspek di lingkungan yang
karena pengaruh lingkungan. baru juga memicu anggota komunitas IPAS untuk
mengekpresikan identitas keacehannya. Ketika
SIMPULAN berada dilevel komunitas/komunal identitas
keacehan yang dimilki anggota IPAS semakin
Komunitas IPAS adalah salah satu menguat, tetapi ketikata berada di level individu
komunitas kedaerahan yang ada di Semarang, identitasnya mulai bergeser dan melemah karena
komunitas IPAS yang beranggotaka individu- pengaruh lingkungan. Sesuai dengan teori yang
individu yang berasala dari Aceh mempunyai ciri diungkapkan oleh Giddens bahwa, identitas
khas dan identitas sendiri. Identitas keacehan yang sifatnya objektif bisa berubah kapan saja dan
dimiliki oleh setiap anggota komunitas IPAS dimana saja, secara komunitas setiap individu yang
semakin menguat ketika berada di tanah berasal dari Aceh tetap mempertahankan
perantauan. Setiap individu mempunyai cara identitasnya,tetapi secara individu tanpa disadari
pandang atau pengertian yang berbeda-beda mulai luntur karena berada di lingkungan non-
mengenai identitas. Giddens mengungkapkan Syariat.
dalam teori identitas bahwa identitas akan berubah .
kapan saja dan di lingkungan mana saja. Anggota UCAPAN TERIMA KASIH
komunitas IPAS secara individu melakukan Dalam penyusunan artikel ini, penulis
penyesuaian dengan lingkungan yang baru,secara memperoleh bantuan, bimbingan serta pengarahan
tidak langsung identitas keacehan yang melekat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
pada setiap anggota komunitas IPAS mulai dengan segenap kerendahan hati mengucapkan
bergeser menyesuaikan lingkungan tempat individu terima kasih kepada :
tersebut berada. 1. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M. A. Dekan
Komunitas IPAS melakukan beberapa cara Fakultas Ilmu Sosial.
untuk mengekpresikan identitas keacehannya di 2. Kuncoro Bayu Prasetyo, S. Ant,. M. A. Ketua
lingkungan Non-Syariat Islam, diantaranya melalui Jurusan Pendidikan Sosiologi dan Antropologi
ranah sosial,budaya dan agama. Upaya yang sekaligus Dosen Penguji I yang selalu
dilakukan bertujuan untuk mendapatkan pengakuan memberikan motivasi dan bimbingan.
dari individu lain yang berbeda latar belakang dan 3. Semua pihak yang telah membantu dalam
budaya. Anggota komunitas IPAS secara bersama penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu
melakukan upaya dan cara untuk mengekspresikan persatu.
identitas keacehannya di tengah lingkungan Non-
Syariat Islam. Untuk mendapatkan pengakuan dari DAFTAR PUSTAKA
individu lain setiap individu yang berasal dari
Aceh mencari solusi terhadap problem identitasnya Afif, Afthonul. 2015. Teori Identitas Sosial.
dengan cara melalaui kelompok atau komunitas. Yogyakarta: UUI Press
Identitas keacehan juga diperkuat dengan adanya
komunitas IPAS, komunitas IPAS menjadi sebuah Arikunto, suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
sarana awal bagi individu dari Aceh untuk Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
mengekspresikan identitas keacehannya. Cipta.
Sesuai dengan teori identitas yang
dikemukan oleh Giddens bahwa, masing-masing Barker, c. 2005. Cultural Studies Teori dan
dari individu mencari solusi terhadap problem Praktik. Terjemahan Tim Kunci Cultural
identitasnya masing-masing, dan solusi yang dicari Studies Center. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
ditemukan dalam posisi (constance) dalam suatu
lingkaran, dalam kelompok yang mengakuinya. Gidden, dkk. 2004. Sosiologi Sejarah dan
Pengakuan dari individu lain terwujut melalui Berbagai Pemikirannya. Yogyakarta:
komunitas. Kreasi Wacana
Lingkungan menjadi sebuah tantangan yang
besar bagi setiap anggota komunitas IPAS untuk Harper R.S. dan Quaye J.S. 2011. ‘Student
tetap menjaga identitas keacehannya, dengan Organizations as Venues for Black Identity
Expression and Development among African Prasetyo, Untung dan Sarwoprasodjo, Sarwititi.
American Male Student Leaders’. Journal 2011. ‘Komodifikasi Upacara Tradisional
of College Student Development. Vol 48. Seren Taun dalam Pembentukan Identitas
No 2. Hal 127. Komunitas’. Jurnal Sosiologi Pedesaan.
Vol 5. No 2. Hal
Ibrahim, dkk. 1991. Sejarah Daerah Propinsi
Daerah Istimewa Aceh. Jakarta: Saban, Aksul. 2015. ‘Identitas Kelompok
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pengguna Motor Yamaha RX-KING di
Kota Manado’. Dalam Jurnal Holistik
Tahun VIII No. 15 / Januari-Juni 2015(22
Juni 2015).
Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Shadily, Hassan. 1993. Sosiologi Untuk
Masyarakat Indonesia. Jakarta:Rineka
Limbeng, Muchtadin. 2011. Suku Akit di Pulau Cipta.
Rupat. Jakarta: Direktorat Jenderal
Kebudayaan. Sugimin,Pranoto. 2011. Lesson learned:
Pembelajaran Rehab Rekon Pasca gempa
M.A. Moleong. J. Lexy. 2007. Metode Penelitian di Sumatra Utara, 30 September 2009.
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Jakarta: Pilar Karya.
Rosdakarya.
Witteborn, Saskia. 2011. ‘The Situated Expression
Maulana, Rezza. 2011. ‘Pergulatan Identitas of Arab Collective Identities in the United
Tionghoa Muslim: Pengalaman States’. Journal of Communication. Vol 57.
Yogyakarta’. Jurnal Penelitian Sosial. Vol No 3. Hal 556-575.
26. No 1. Hal 117.

Nasution S. 2004. Sosiologi Pendidikan. Bandung:


PT. Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai