Anda di halaman 1dari 30

-1-

Nama : Ninfint Tuankotta Kapita Selekta Perikanan Tangkap


NIM : 201966010

- 1 -

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 22 TAHUN 2021
TENTANG
PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DAN
LEMBAGA PENGELOLA PERIKANAN
DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Kelautan dan Perikanan, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Penyusunan Rencana Pengelolaan
Perikanan dan Lembaga Pengelola Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia;

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2021 tentang Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 37, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 6639);
4. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);
-2-

5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 48/PERMEN-KP/2020 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 1114);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PENYUSUNAN
RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DAN LEMBAGA PENGELOLA PERIKANAN
DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:

1. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan
sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
2. Sumber Daya Ikan adalah potensi semua jenis ikan.
3. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada
di dalam lingkungan perairan.
4. Pengelolaan Perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam
pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi
Sumber Daya Ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-
undangan di bidang Perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang
diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan
tujuan yang telah disepakati.
5. Perairan Laut adalah perairan yang meliputi laut teritorial, laut pedalaman, perairan
kepulauan, dan zona ekonomi eksklusif Indonesia.
6. Perairan Darat adalah perairan yang bukan milik perorangan dan/atau korporasi, yang
diukur mulai dari garis pasang surut terendah air laut ke daratan.
7. Rencana Pengelolaan Perikanan yang selanjutnya disingkat RPP adalah dokumen resmi
yang memuat status Perikanan dan rencana strategis Pengelolaan Perikanan.
8. Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat
WPPNRI adalah wilayah Pengelolaan Perikanan untuk penangkapan Ikan dan
pembudidayaan Ikan, yang meliputi perairan Indonesia, zona ekonomi eksklusif
Indonesia, sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan air lainnya yang potensial untuk
diusahakan di Wilayah Negara Republik Indonesia.
9. Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia di Perairan Darat yang
selanjutnya disingkat WPPNRI PD adalah wilayah Pengelolaan Perikanan untuk
penangkapan Ikan dan pembudidayaan Ikan, yang meliputi sungai, danau, waduk, rawa,
dan genangan air lainnya yang potensial untuk diusahakan di Wilayah Negara Republik
Indonesia.
-3-

10. Lembaga Pengelola Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik


Indonesia yang selanjutnya disebut Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI adalah
lembaga yang dibentuk sebagai wadah koordinasi Pengelolaan Perikanan di WPPNRI.
11. Unit Pengelola Perikanan yang selanjutnya disingkat UPP adalah unit dalam Lembaga
Pengelola Perikanan di WPPNRI pada masing-masing WPPNRI.
12. Pemangku Kepentingan adalah para pihak yang memiliki kepentingan terhadap
Pengelolaan Perikanan di WPPNRI.
13. Kearifan Lokal adalah nilai-nilai luhur yang masih berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat.
14. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kelautan dan Perikanan.
15. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
16. Instansi Terkait adalah Kementerian, lembaga, dan/atau dinas yang terkait urusan kelautan
dan Perikanan.
17. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan
dan Perikanan.
18. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang mempunyai tugas teknis di bidang
Perikanan tangkap.
19. Dinas adalah dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan
dan/atau Perikanan di provinsi atau kabupaten/kota.

BAB II
PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 2
1) Dalam rangka pengelolaan Sumber Daya Ikan yang berkelanjutan, ditetapkan RPP.
2) RPP ditetapkan berdasarkan WPPNRI dan/atau jenis Ikan.
3) WPPNRI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. WPPNRI di Perairan Laut; dan

b. WPPNRI PD.
4) Jenis Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. jenis Ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting;


b. jenis Ikan yang termasuk dalam daftar apendiks CITES;
c. jenis Ikan yang dilindungi;

d. jenis Ikan endemik; dan/atau

e. jenis Ikan yang terancam punah.


-4-

Pasal 3
Penyusunan RPP dilakukan berdasarkan prinsip:

a. manfaat;
b. keadilan;

c. adaptif;
d. rinci;

e. dapat diukur;
f. realistis;
g. pendekatan Pengelolaan Perikanan berbasis ekosistem (Ecosystem Approach
to Fisheries Management);

h. kehati-hatian;

i. memperhatikan hukum adat;


j. memperhatikan Kearifan Lokal; dan
k. peran serta masyarakat.

Bagian Kedua
Status Perikanan

Pasal 4

1) RPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dilakukan berdasarkan status
Perikanan.
2) Status Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan status Perikanan
terkini yang terdiri atas:
a. Sumber Daya Ikan, meliputi:
1) estimasi potensi Sumber Daya Ikan;
2) jumlah tangkapan Ikan yang diperbolehkan;
3) tingkat pemanfaatan Sumber Daya Ikan; dan
4) alokasi Sumber Daya Ikan.
b. lingkungan Sumber Daya Ikan;
c. sosial-ekonomi Perikanan; dan
d. tata kelola Perikanan.
-5-

Pasal 5

(1) Estimasi potensi Sumber Daya Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf
a angka 1 merupakan perkiraan ketersediaan Sumber Daya Ikan yang berkelanjutan di
WPPNRI.
(2) Estimasi potensi Sumber Daya Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6

(1) Jumlah tangkapan Ikan yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(2) huruf a angka 2 merupakan jumlah maksimum Sumber Daya Ikan yang boleh
ditangkap di WPPNRI dengan memperhatikan kelestarian Sumber Daya Ikan dan
lingkungannya.

(2) Jumlah tangkapan Ikan yang diperbolehkan ditetapkan oleh Menteri berdasarkan
estimasi potensi Sumber Daya Ikan dan tingkat pemanfaatan Sumber Daya Ikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Pasal 7
Tingkat pemanfaatan Sumber Daya Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf
a angka 3 ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 8

(1) Alokasi Sumber Daya Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a angka
4 ditetapkan berdasarkan jumlah tangkapan Ikan yang diperbolehkan dengan
mempertimbangkan aspek berkelanjutan, berkeadilan, kepatuhan, dan konservasi.

(2) Alokasi Sumber Daya Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 9
Lingkungan Sumber Daya Ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b
merupakan ekosistem perairan yang meliputi ekosistem Perairan Darat, ekosistem pesisir,
dan/atau ekosistem laut yang mendukung kelimpahan Sumber Daya Ikan.

Pasal 10
Sosial-ekonomi Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c meliputi
tingkat kesejahteraan nelayan, adat istiadat, Kearifan Lokal, konflik sosial, tingkat pendidikan,
kepemilikan sarana penangkapan, dan ketersediaan prasarana penangkapan.
-6-

Pasal 11
Tata kelola Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d meliputi aturan
Pengelolaan Perikanan, kepatuhan terhadap aturan di bidang Perikanan, dan kelembagaan
Pengelolaan Perikanan.

Bagian Ketiga
Rencana Strategis Pengelolaan Perikanan

Pasal 12

(1) Berdasarkan status Perikanan terkini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
disusun rencana strategis Pengelolaan Perikanan.

(2) Rencana strategis Pengelolaan Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. isu;
b. tujuan;
c. sasaran; dan

d. rencana aksi.

Pasal 13
Isu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a meliputi:

a. Sumber Daya Ikan;

b. lingkungan Sumber Daya Ikan;

c. sosial-ekonomi Perikanan; dan

d. tata kelola Perikanan.

Pasal 14
Tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf b ditetapkan berdasarkan isu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

Pasal 15

(1) Sasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf c ditetapkan berdasarkan
tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.

(2) Sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. indikator; dan

b. tolok ukur.
-7-

(3) Indikator sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan variabel, penunjuk, atau
indeks yang ditetapkan secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk mengukur kondisi saat
ini dan mengukur keberhasilan sasaran.
(4) Tolok ukur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan standar dari sesuatu
yang dapat diukur atau dinilai dan menjadi kondisi awal yang mendukung indikator.

Pasal 16

(1) Untuk mencapai sasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) ditetapkan
rencana aksi untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

(2) Rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan program dan/atau kegiatan
Pengelolaan Perikanan yang disepakati dan dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing unit kerja.

(3) Dalam rangka melaksanakan rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjuk
penanggung jawab.
(4) Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan unit kerja eselon I
Kementerian, Pemerintah Daerah, dan Instansi Terkait.

(5) Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertanggung jawab atas
pendanaan dan pelaksanaan program dan/atau kegiatan.

Bagian Keempat
Tata Cara Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan

Pasal 17
(1) Dalam penyusunan dokumen RPP, Direktur Jenderal membentuk tim penyusun RPP yang
terdiri dari unsur:

a. unit kerja eselon I di lingkungan Kementerian;

b. Instansi Terkait;

c. Pemerintah Daerah;

d. Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan; dan

e. akademisi/pakar/ahli.

(2) Dalam penyusunan dokumen RPP jenis Ikan di Perairan Darat yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah, kepala Dinas atas nama gubernur atau bupati/wali kota membentuk
tim penyusun RPP sesuai kewenangannya.

(3) Tim penyusun RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur:
-8-

a. Kementerian;

b. Instansi Terkait;

c. Pemerintah Daerah;

d. Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan; dan


e. akademisi/pakar/ahli.

Pasal 18

(1) Tim penyusun RPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2)
menyusun dokumen RPP dengan tahapan:

a. penyusunan rencana kerja;

b. pengumpulan data dan informasi;

c. analisis;

d. penyusunan dokumen awal RPP;

e. konsultasi publik; dan

f. penyusunan dokumen final RPP.


(2) Penyusunan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. jenis dan tahapan kegiatan;

b. metode pengumpulan data dan analisis;

c. waktu pelaksanaan; dan

d. pendanaan.

(3) Pengumpulan data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
bersumber dari Kementerian, Instansi Terkait, dan Pemerintah Daerah serta sumber
lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan.
(4) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi status Perikanan
terkini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2).

(5) Berdasarkan data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan analisis
sebagai bahan penyusunan rencana strategis Pengelolaan Perikanan.

Pasal 19
Status Perikanan terkini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) dan rencana strategis
Pengelolaan Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5) dituangkan dalam
dokumen awal RPP.
-9-

Pasal 20

(1) Dokumen awal RPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dilakukan konsultasi publik
dengan melibatkan Pemangku Kepentingan.

(2) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rangka
mendapatkan masukan, tanggapan, dan saran perbaikan pada dokumen awal RPP.

Pasal 21

(1) Berdasarkan hasil masukan, tanggapan, dan saran perbaikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (2) dilakukan penyempurnaan atas dokumen awal RPP guna menghasilkan
dokumen final RPP.

(2) Dokumen final RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. pendahuluan, berisi latar belakang, maksud dan tujuan, serta ruang lingkup;

b. status Perikanan terkini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); dan
c. rencana strategis Pengelolaan Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(2).

Pasal 22

(1) Dokumen final RPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 disampaikan tim penyusun
RPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) kepada Menteri untuk
ditetapkan sebagai RPP.

(2) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Pasal 23
RPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) disosialisasikan kepada Pemangku
Kepentingan.

Pasal 24
RPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) menjadi pedoman bagi Kementerian,
Pemerintah Daerah, Instansi Terkait, dan Pemangku Kepentingan dalam pelaksanaan
Pengelolaan Perikanan.

Bagian Kelima Evaluasi

Pasal 25

(1) Direktur Jenderal melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan RPP secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun.
- 10 -

(2) Khusus terhadap RPP jenis Ikan di Perairan Darat yang menjadi kewenangan Pemerintah
Daerah, gubernur atau bupati/wali kota melakukan evaluasi secara berkala paling sedikit 1
(satu) kali dalam 2 (dua) tahun.

(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikoordinasikan dalam Lembaga
Pengelola Perikanan di WPPNRI.

(4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Direktur Jenderal
paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak evaluasi dilakukan.
(5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) digunakan sebagai bahan
penyusunan kebijakan dalam Pengelolaan Perikanan.

BAB III
LEMBAGA PENGELOLA PERIKANAN DI WPPNRI

Bagian Kesatu
Tujuan

Pasal 26

(1) Untuk melaksanakan RPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2)
dibentuk Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI.

(2) Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dibentuk untuk meningkatkan efisiensi, optimalisasi, dan koordinasi Pengelolaan Perikanan
di WPPNRI.

Bagian Kedua
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 27

(1) Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI merupakan unit organisasi


nonstruktural yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(2) Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI dipimpin oleh Kepala yang dijabat
oleh Direktur Jenderal.

Pasal 28
- 11 -

Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat


(1) mempunyai tugas melakukan koordinasi pelaksanaan RPP di WPPNRI dan memberikan
rekomendasi penyusunan kebijakan
Pengelolaan Perikanan berkelanjutan di WPPNRI.

Pasal 29

(1) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Lembaga
Pengelola Perikanan di WPPNRI menyelenggarakan fungsi:

a. pengoordinasian pelaksanaan RPP;

b. pengoordinasian evaluasi pelaksanaan RPP; dan


c. pengoordinasian pemberian rekomendasi dalam penyusunan kebijakan
Pengelolaan Perikanan berkelanjutan di WPPNRI.
(2) Selain fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Lembaga Pengelola
Perikanan di WPPNRI melaksanakan penyusunan laporan.

Pasal 30
Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat
(1) terdiri atas:

a. Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI di Perairan


Laut; dan

b. Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI PD.

Pasal 31
(1) Organisasi Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI di Perairan Laut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a terdiri atas:

a. Sekretariat;

b. UPP WPPNRI 571;

c. UPP WPPNRI 572;

d. UPP WPPNRI 573;

e. UPP WPPNRI 711;

f. UPP WPPNRI 712;


g. UPP WPPNRI 713;

h. UPP WPPNRI 714;

i. UPP WPPNRI 715;


j. UPP WPPNRI 716;
- 12 -

k. UPP WPPNRI 717; dan

l. UPP WPPNRI 718.


(2) Organisasi Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI PD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 huruf b terdiri atas:

a. Sekretariat;

b. UPP WPPNRI PD 411;

c. UPP WPPNRI PD 412;

d. UPP WPPNRI PD 413;


e. UPP WPPNRI PD 421;

f. UPP WPPNRI PD 422;


g. UPP WPPNRI PD 431;

h. UPP WPPNRI PD 432;

i. UPP WPPNRI PD 433;


j. UPP WPPNRI PD 434;
k. UPP WPPNRI PD 435;

l. UPP WPPNRI PD 436;


m. UPP WPPNRI PD 437;

n. UPP WPPNRI PD 438; dan

o. UPP WPPNRI PD 439.

(3) Struktur Organisasi Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI di Perairan


Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Struktur Organisasi Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI PD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 32
Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf a
mempunyai tugas:

a. mengoordinasikan bahan rekomendasi dari Unit Pengelola Perikanan di


masing-masing WPPNRI sebagai usulan rekomendasi kebijakan Pengelolaan Perikanan
berkelanjutan di WPPNRI; dan
- 13 -

b. melakukan kegiatan kesekretariatan dalam mendukung pelaksanaan tugas


Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI.

Pasal 33

(1) UPP di masing-masing WPPNRI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat


(1) huruf b sampai dengan huruf l dan ayat (2) huruf b sampai o mempunyai tugas melakukan
koordinasi pelaksanaan RPP di WPPNRI dan memberikan rekomendasi penyusunan kebijakan
Pengelolaan Perikanan berkelanjutan di WPPNRI sesuai dengan kewenangannya.
(2) UPP di masing-masing WPPNRI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasikan oleh koordinator eksekutif.

Pasal 34

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1),
UPP di masing-masing WPPNRI menyelenggarakan fungsi:
a. pengoordinasian pelaksanaan RPP;

b. pengoordinasian evaluasi pelaksanaan RPP; dan

c. pengoordinasian pemberian rekomendasi dalam penyusunan kebijakan


Pengelolaan Perikanan berkelanjutan di WPPNRI.
(2) Selain fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), UPP di masing-masing
WPPNRI melaksanakan penyusunan laporan.

Pasal 35
(1) Organisasi UPP di masing-masing WPPNRI di Perairan Laut terdiri atas:

a. Sekretariat;

b. Kelompok Kerja Data dan Informasi;

c. Kelompok Kerja Pemanfaatan Sumber Daya Ikan dan Konservasi; dan

d. Kelompok Kerja Pengendalian dan Kepatuhan.


(2) Organisasi UPP di masing-masing WPPNRI PD terdiri atas:

a. Sekretariat;

b. Kelompok Kerja Perairan Darat Lintas Provinsi;

c. Kelompok Kerja Perairan Darat Lintas


Kabupaten/Kota; dan

d. Kelompok Kerja Perairan Darat dalam


- 14 -

Kabupaten/Kota.
(3) Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan
huruf d dan ayat (2) huruf b, huruf c, dan huruf d dikoordinasikan oleh koordinator.

(4) Struktur Organisasi UPP di masing-masing WPPNRI di Perairan Laut


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(5) Struktur Organisasi UPP di masing-masing WPPNRI PD sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 36
Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf a
mempunyai tugas melakukan kegiatan kesekretariatan dalam mendukung pelaksanaan tugas
UPP.

Pasal 37

(1) Kelompok Kerja Data dan Informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
ayat (1) huruf b mempunyai tugas melakukan koordinasi kerja sama pelaksanaan RPP, serta
pengumpulan, analisis, pengolahan, dan penyajian data dan informasi pelaksanaan RPP.
(2) Kelompok Kerja Data dan Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari unsur:
a. bidang yang menangani data dan informasi pada unit kerja eselon I terkait
lingkup Kementerian; dan
b. bidang pada perangkat daerah provinsi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan dan Perikanan di WPPNRI terkait yang menangani data dan
informasi.

Pasal 38

(1) Kelompok Kerja Pemanfaatan Sumber Daya Ikan dan Konservasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat
(1) huruf c mempunyai tugas melakukan koordinasi analisis serta monitoring dan
evaluasi terhadap pemanfaatan Sumber Daya Ikan dan konservasi untuk merekomendasikan
tindakan Pengelolaan Perikanan.

(2) Kelompok Kerja Pemanfaatan Sumber Daya Ikan dan Konservasi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur:
a. bidang yang menangani pemanfaatan Sumber
- 15 -

Daya Ikan dan konservasi pada unit kerja eselon I terkait di lingkungan Kementerian;
dan

b. bidang pada perangkat daerah provinsi yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang kelautan dan Perikanan di WPPNRI terkait yang menangani
pemanfaatan Sumber Daya Ikan dan konservasi.

Pasal 39

(1) Kelompok Kerja Pengendalian dan Kepatuhan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 35 ayat (1) huruf d mempunyai tugas melakukan koordinasi analisis, pemantauan, serta
pengendalian pemanfaatan Sumber Daya Ikan dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan.
(2) Kelompok Kerja Pengendalian dan Kepatuhan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari unsur:

a. bidang yang menangani pengendalian atau kepatuhan pada unit kerja eselon I
terkait l di lingkungan Kementerian; dan

b. bidang pada perangkat daerah provinsi yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang kelautan dan Perikanan di WPPNRI terkait yang menangani
pengendalian atau kepatuhan.

Pasal 40

(1) Kelompok Kerja Perairan Darat Lintas Provinsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (2) huruf b mempunyai tugas melakukan koordinasi:

a. kerja sama pelaksanaan RPP, serta pengumpulan, analisis, pengolahan, dan


penyajian data dan informasi pelaksanaan RPP;

b. analisis serta monitoring dan evaluasi terhadap pemanfaatan Sumber Daya


Ikan dan konservasi untuk merekomendasikan tindakan Pengelolaan
Perikanan;

c. analisis, pemantauan, dan pengendalian pemanfaatan Sumber Daya Ikan di


Perairan Darat lintas provinsi; dan
d. kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan.

(2) Kelompok Kerja Perairan Darat Lintas Provinsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari unsur:

a. bidang yang menangani pengelolaan Sumber Daya Ikan di Perairan Darat pada
unit kerja eselon I terkait di lingkungan Kementerian; dan
- 16 -

b. bidang pada Dinas provinsi dan Dinas kabupaten/kota yang lokasi Perairan
Daratnya berada di lintas provinsi.

Pasal 41

(1) Kelompok Kerja Perairan Darat Lintas Kabupaten/Kota sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf c mempunyai tugas melakukan koordinasi:
a. kerja sama pelaksanaan RPP, serta pengumpulan, analisis, pengolahan, dan
penyajian data dan informasi pelaksanaan RPP;

b. analisis serta monitoring dan evaluasi terhadap pemanfaatan Sumber Daya


Ikan dan konservasi untuk merekomendasikan tindakan Pengelolaan
Perikanan;

c. analisis, pemantauan, dan pengendalian pemanfaatan Sumber Daya Ikan di


Perairan Darat lintas Kabupaten/Kota; dan

d. kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan.


(2) Kelompok Kerja Perairan Darat Lintas Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur bidang pada Dinas provinsi dan Dinas kabupaten/kota
yang lokasi Perairan Daratnya berada di lintas kabupaten/kota.

Pasal 42

(1) Kelompok Kerja Perairan Darat dalam Kabupaten/Kota sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf d mempunyai tugas melakukan koordinasi:

a. kerja sama pelaksanaan RPP, serta pengumpulan, analisis, pengolahan, dan


penyajian data dan informasi pelaksanaan RPP;

b. analisis serta monitoring dan evaluasi terhadap pemanfaatan Sumber Daya


Ikan dan konservasi untuk merekomendasikan tindakan Pengelolaan
Perikanan;

c. analisis, pemantauan, dan pengendalian pemanfaatan Sumber Daya Ikan di


Perairan Darat dalam Kabupaten/Kota; dan
d. kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan.

(2) Kelompok Kerja Perairan Darat dalam Kabupaten/Kota sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur bidang pada Dinas provinsi dan Dinas kabupaten/kota
yang lokasi Perairan Daratnya berada dalam Kabupaten/Kota.

Bagian Ketiga
- 17 -

Komisi Pengelola Perikanan, Panel Ilmiah, dan Panel Konsultatif

Pasal 43

(1) Dalam melaksanakan tugas UPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat
(1), dibentuk Komisi Pengelola Perikanan.
(2) Komisi Pengelola Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai
tugas melakukan perumusan masukan dalam pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan RPP, serta
rekomendasi penyusunan kebijakan Pengelolaan Perikanan berkelanjutan di WPPNRI sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Komisi Pengelola Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
unsur:
a. Dinas provinsi dan/atau Dinas kabupaten/kota di
WPPNRI terkait;

b. unit kerja eselon II terkait pada unit kerja eselon I lingkup Kementerian;
dan/atau

c. unit pelaksana teknis pelabuhan Perikanan pusat di WPPNRI terkait.


(4) Komisi Pengelola Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masing-
masing dikoordinasikan oleh koordinator.
(5) Masa kerja koordinator sebagaimana dimaksud pada ayat (4) di masing-
masing UPP paling lama 2 (dua) tahun.

Pasal 44
Komisi Pengelola Perikanan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 ayat (2) dibantu oleh Panel Ilmiah dan Panel Konsultatif.

Pasal 45

(1) Panel Ilmiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 mempunyai tugas


memberi masukan ilmiah berdasarkan kajian ilmiah, hasil penelitian, dan/atau ilmu
pengetahuan.

(2) Panel Ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur:
a. lembaga penelitian di bidang kelautan dan
Perikanan;
- 18 -

b. perguruan tinggi;

c. kelompok ilmiah Pengelolaan Perikanan; dan

d. pakar/ahli kelautan dan Perikanan.

Pasal 46

(1) Panel Konsultatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 mempunyai tugas


melakukan penyampaian aspirasi dan partisipasi dari Pemangku Kepentingan.

(2) Panel Konsultatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur:

a. asosiasi di bidang kelautan dan Perikanan;

b. lembaga adat; dan

c. lembaga swadaya masyarakat.

Pasal 47
Susunan keanggotaan Lembaga Pengelola Perikanan, UPP, Komisi Pengelola
Perikanan, Panel Ilmiah, dan Panel Konsultatif ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Jenderal.

Bagian Keempat Tata Kerja

Pasal 48
Kepala Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI
menyampaikan laporan kinerja Lembaga Pengelola
Perikanan di WPPNRI kepada Menteri secara berkala setiap 1 (satu) tahun sekali atau
sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 49
Setiap unsur Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI dalam melaksanakan tugasnya
harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkup Lembaga
Pengelola Perikanan di WPPNRI maupun dalam hubungan antarinstansi pemerintah baik
pusat maupun daerah.

Pasal 50
Setiap pimpinan unit organisasi harus menerapkan sistem pengendalian internal
pemerintah di lingkungan masingmasing untuk mewujudkan terlaksananya mekanisme
akuntabilitas publik melalui penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kinerja
yang terintegrasi.

Pasal 51
- 19 -

Setiap pimpinan unit organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengoordinasikan


bawahan dan memberikan pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.

Pasal 52
Setiap pimpinan unit organisasi wajib mengawasi pelaksanaan tugas bawahan masing-
masing dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 53
Setiap pimpinan unit organisasi harus mengikuti dan mematuhi petunjuk serta
bertanggung jawab pada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan kinerja secara
berkala tepat pada waktunya.

Pasal 54
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi harus melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap unit organisasi di bawahnya.

Bagian Kelima Pendanaan Pasal 55

Pelaksanaan kegiatan Organisasi Lembaga Pengelola Perikanan di WPPNRI


dibebankan pada anggaran direktorat jenderal yang mempunyai tugas teknis di bidang
Perikanan tangkap dan dari pihak lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 56
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

a. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 29/PERMEN-KP/2012


tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan di Bidang
Penangkapan Ikan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 46);

b. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 29/PERMEN-KP/2016


tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan untuk Perairan Darat (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
1234); dan

c. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 33/PERMEN-KP/2019


tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengelola Perikanan Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
1062), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
- 20 -

PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 29/PERMEN-KP/2016
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DI BIDANG
PENANGKAPAN IKAN UNTUK PERAIRAN DARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyusunan rencana pengelolaan


perikanan khususnya di bidang penangkapan ikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor
45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2004 tentang Perikanan, perlu ditetapkan pedoman penyusunan rencana
pengelolaan perikanan di bidang penangkapan ikan untuk perairan darat;
- 21 -

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,


perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang
Pedoman
Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan di Bidang Penangkapan Ikan
untuk Perairan Darat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan


Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3647);

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang


Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 5679);

4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Pembentukan dan Organisasi


Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
8);

5. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan


Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111);
6. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan
Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-
2019, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 83/P Tahun 2015 tentang Penggantian Beberapa Menteri
Negara Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;
- 22 -

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita
Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA
PENGELOLAAN PERIKANAN DI BIDANG PENANGKAPAN IKAN UNTUK
PERAIRAN DARAT.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu Pengertian

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan.

2. Sumber Daya Ikan adalah potensi semua jenis ikan.

3. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya
berada di dalam lingkungan perairan.

4. Pengelolaan Perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi


dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan
keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum
dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh
pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan
produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.

5. Perairan Darat adalah segala perairan yang terletak pada sisi darat dari garis air
rendah, kecuali pada mulut sungai perairan darat adalah segala perairan yang
terletak pada sisi darat dari garis penutup mulut sungai.
- 23 -

6. Rencana Pengelolaan Perikanan, yang selanjutnya disingkat RPP adalah dokumen


resmi yang memuat analisis situasi perikanan dan rencana strategis, yang
merupakan kesepakatan antara Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah
dengan para pemangku kepentingan lainnya, sebagai arah dan pedoman dalam
pelaksanaan pengelolaan sumber daya ikan di bidang penangkapan ikan untuk
Perairan Darat.

7. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.

8. Kawasan Strategis Nasional adalah adalah wilayah yang penataan ruangnya


diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara dan pertahanan.

9. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan


pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

10. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara


Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.

11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


kelautan dan perikanan.

12. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.


13. Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan merupakan lembaga nonstruktural
yang bersifat mandiri dan berada di bawah serta bertanggung jawab kepada
Menteri.
14. Dinas adalah dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang
kelautan dan perikanan di provinsi atau kabupaten/kota.

Bagian Kedua
Tujuan dan Ruang Lingkup

Pasal 2

(1) Pedoman Penyusunan RPP di bidang penangkapan ikan untuk Perairan Darat
disusun dengan tujuan memberikan acuan dalam penyusunan RPP di bidang
- 24 -

penangkapan ikan untuk perairan darat dalam mencapai manfaat yang optimal,
berkelanjutan, dan menjamin kelestarian sumber daya ikan.

(2) RPP di bidang penangkapan ikan untuk Perairan Darat, disusun dengan
pendekatan:

a. jenis ikan; dan/atau


b. ekosistem sumber daya ikan.

Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini, meliputi:

a. pemanfaatan sumber daya ikan;


b. tata cara penyusunan RPP; dan
c. evaluasi dan reviu.

BAB II
PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN

Pasal 4

(1) Pemanfaatan sumber daya ikan dapat dilakukan di Perairan Darat yang tidak
sedang dikuasai dan/atau dimiliki oleh orang dan/atau badan hukum, serta dapat
diusahakan di wilayah Republik Indonesia, meliputi sungai, danau, waduk, rawa,
dan genangan air lainnya.

(2) Pemanfaatan sumber daya ikan di Perairan Darat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), melalui kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan.
(3) Kegiatan penangkapan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
bagian dari pengelolaan sumber daya air sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(4) Tingkat pemanfaatan (eksploitasi) sumber daya ikan di Perairan Darat ditentukan
dengan menggunakan indikator kelestarian sumber daya ikan, antara lain:

a. ukuran ikan yang tertangkap terhadap ukuran ikan pertama kali memijah; atau
b. ukuran ikan yang tertangkap terhadap tingkat kematangan gonad.
(5) Hasil indikator kelestarian sumber daya ikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), menentukan langkah Pengelolaan Perikanan yang terdiri dari:

a. meningkatkan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan;


b. mempertahankan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan; atau
- 25 -

c. mengurangi tingkat pemanfaatan sumber daya ikan.


(6) Dalam rangka meningkatkan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf a, dilakukan pengembangan kegiatan penangkapan
ikan dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber daya ikan, melalui:

a. menambah jumlah alat penangkapan ikan; dan/atau


b. menambah waktu penangkapan ikan.
(7) Dalam rangka mempertahankan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b, dilakukan pengaturan kegiatan
penangkapan ikan dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber daya ikan,
melalui:

a. tidak melakukan penambahan jumlah alat penangkapan ikan;

b. tidak melakukan penambahan waktu penangkapan; dan/atau


c. mempertahankan stok sumber daya ikan, dengan penebaran ikan jenis asli
Indonesia.
(8) Dalam rangka mengurangi tingkat pemanfaatan sumber daya ikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf c, dilakukan pengurangan kegiatan penangkapan
ikan dalam rangka mengembalikan kelestarian sumber daya ikan, melalui:

a. pembatasan jumlah dan jenis alat penangkapan ikan;


b. pengurangan waktu penangkapan ikan;
c. pengaturan metode penangkapan ikan;
d. penutupan sementara area penangkapan ikan;
e. pemulihan stok sumber daya ikan, dengan penebaran benih ikan;
dan/atau

f. rehabilitasi habitat sumber daya ikan.

Pasal 5
Selain kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (6), ayat (7), dan ayat (8),
pada seluruh tingkat pemanfaatan (eksploitasi) sumber daya ikan di Perairan Darat
dapat dilakukan langkah pengelolaan dan konservasi dalam rangka menjaga
keberlanjutan sumber daya ikan, melalui:

a. penetapan angka potensi sumber daya ikan;


b. pengelolaan kawasan konservasi perairan;
c. penetapan jenis ikan yang dilindungi; dan/atau
d. supervisi/pembinaan pengelolaan sumber daya ikan.
- 26 -

BAB III
TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN
PERIKANAN

Pasal 6

(1) Pemerintah Pusat menyusun RPP yang keberadaan jenis ikan dan/atau ekosistem
sumber daya ikan mencakup 2 (dua) provinsi atau lebih dan/atau kawasan
strategis nasional dan/atau lintas negara.

(2) Pemerintah provinsi menyusun dan mengusulkan penetapan RPP yang


keberadaan jenis ikan dan/atau ekosistem sumber daya ikan mencakup 2 (dua)
kabupaten/kota atau lebih.

(3) Pemerintah kabupaten/kota menyusun dan mengusulkan penetapan RPP yang


keberadaan jenis ikan dan/atau ekosistem sumber daya ikan hanya mencakup
wilayah kabupaten/kota itu sendiri.
Pasal 7

(1) Dalam penyusunan RPP memperhatikan prinsip kehatihatian, hukum adat,


kearifan lokal, dan peran serta masyarakat.

(2) Tahapan penyusunan dokumen RPP meliputi:


a. pembentukan tim penyusun;
b. penyusunan dokumen awal;
c. konsultansi publik;
d. perumusan dokumen final; dan
e. penetapan dokumen.
(3) Menteri menetapkan RPP yang disusun oleh Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah.

Pasal 8

(1) Dalam penyusunan dokumen RPP Pemerintah Pusat, Menteri membentuk tim
penyusun RPP yang dikoordinir oleh Direktur Jenderal dengan susunan
keanggotaan melibatkan unit kerja eselon I terkait, kementerian/lembaga terkait,
Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan, satuan kerja perangkat daerah
terkait dan akademisi.
- 27 -

(2) Dalam penyusunan dokumen RPP Pemerintah Daerah, gubernur/bupati/walikota


membentuk tim penyusun RPP yang dikoordinir oleh Kepala Dinas dengan
susunan keanggotaan melibatkan unit kerja eselon I lingkup Kementerian
Kelautan dan Perikanan terkait, kementerian/lembaga terkait, Komisi Nasional
Pengkajian Sumber Daya Ikan, satuan kerja perangkat daerah terkait dan
akademisi.

(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menyusun dokumen awal
RPP dengan tahapan:

a. penyusunan rencana kerja;


b. pengumpulan data dan informasi; dan
c. analisis.

(4) Penyusunan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, meliputi:
a. jenis dan tahapan kegiatan;
b. metode pengumpulan data dan analisis;
c. waktu pelaksanaan; dan
d. perencanaan anggaran.
(5) Data dan informasi yang dikumpulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
b, meliputi:

a. data dan informasi sumber daya ikan, antara lain tren produksi, distribusi,
komposisi jenis dan tingkat pemanfaatan;

b. data dan informasi lingkungan, antara lain limnologi perairan, habitat penting
perikanan dan tingkat pencemaran; dan

c. data dan informasi sosial-ekonomi, antara lain keragaan aturan, kearifan


lokal, jumlah nelayan atau rumah tangga perikanan, produktivitas nelayan,
pendapatan nelayan, dan permasalahan kenelayanan.
(6) Analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dilakukan dengan
menggunakan data dan informasi yang dikumpulkan.

(7) Hasil analisis dituangkan dalam dokumen awal.

Pasal 9

(1) Dokumen awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (7), selanjutnya
dilakukan konsultasi publik dengan melibatkan:
- 28 -

a. Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah; dan


b. pemangku kepentingan dalam pengelolaan sumber daya ikan, antara lain
Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan, masyarakat perikanan,
akademisi, penegak hukum, lembaga swadaya masyarakat perikanan.
(2) Konsultasi publik dilakukan dalam rangka mendapatkan masukan, tanggapan, dan
saran perbaikan guna menghasilkan dokumen final.

Pasal 10

(1) Dokumen final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), disampaikan
kepada Menteri untuk mendapatkan penetapan.

(2) Dokumen final RPP di Perairan Darat sekurang-kurangnya memuat:


a. pendahuluan berisi latar belakang, maksud dan tujuan, visi Pengelolaan
Perikanan, dan ruang lingkup;
b. status perikanan yang berisi hasil analisis data dan informasi, lingkungan
Sumber Daya Ikan, teknologi penangkapan, sosial, ekonomi, kelompok jenis
ikan yang dikelola, tata kelola, dan pemangku kepentingan; dan

c. rencana strategis Pengelolaan Perikanan yang berisi isu pengelolaan, tujuan


dan sasaran, indikator dan tolak ukur, kelembagaan, serta rencana aksi
Pengelolaan Perikanan di bidang penangkapan ikan untuk Perairan Darat.

Pasal 11
Dokumen RPP yang telah ditetapkan menjadi pedoman bagi Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya ikan di bidang
penangkapan ikan untuk Perairan Darat.

BAB IV
EVALUASI DAN REVIU

Pasal 12

(1) Periode pengelolaan untuk melaksanakan rencana aksi ditetapkan selama 5 (lima)
tahun terhitung sejak RPP ditetapkan.
(2) Direktur Jenderal melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan RPP secara berkala,
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun.

(3) Direktur Jenderal melakukan reviu terhadap RPP setiap 5 (lima) tahun,
menggunakan indikator Pengelolaan
- 29 -

Perikanan dengan pendekatan ekosistem di Perairan Darat.

Pasal 13

(1) Direktur Jenderal dalam melakukan evaluasi dan reviu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12, sekurangkurangnya melibatkan unit kerja eselon I terkait,
kementerian/lembaga terkait, Pemerintah Daerah, dan Komisi Nasional
Pengkajian Sumber Daya Ikan.

(2) Evaluasi dilakukan dalam rangka mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan


RPP yang terkait dengan:

a. pencapaian sasaran; dan


b. pelaksanaan rencana aksi yang telah ditetapkan.
(3) Reviu dilakukan dalam rangka merubah status perikanan dan rencana strategis
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(4) Evaluasi dan reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), dapat
dilakukan melalui pertemuan Pengelolaan Perikanan Tangkap Perairan Darat.
(5) Pelaksanaan evaluasi dan reviu dapat dilakukan berdasarkan:

a. data statistik perikanan tangkap;


b. data hasil penelitian dan pengembangan perikanan;
c. data pemantauan penangkapan ikan; dan
d. data dan informasi perikanan lainnya.
(6) Dalam rangka reviu RPP, gubernur atau bupati/wali kota sesuai kewenangannya
menyampaikan hasil evaluasi kepada Direktur Jenderal sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan.

BAB V
PENUTUP

Pasal 14
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai