Yakin
Yakin
Dari pembahasan di atas, kita mendapati bahwa menurut PB, kemarahan itu
sendiri bukanlah suatu dosa, tetapi kemarahan dapat menyeret ke dalam
dosa.
Sersan Jacob DeShazer salah seorang awak pesawat pembom. Saat Jepang dibom
pada Perang Dunia II, pesawat DeShazer dilumpuhkan tembakan anti pesawat. Ia
dan awak pesawat lainnya ditangkap dan ditempatkan di dalam sel berukuran lebar
lima kaki dalam kamp tawanan. DeShazer diperlakukan dengan kejam. Hari demi
hari kebenciannya memuncak, dan ia masih hidup untuk satu alasan yaitu
membalas dendam kepada para penyiksanya.
Suatu hari sebuah Alkitab dibawa ke dalam penjara itu. Kitab itu dirotasi sampai
akhirnya tiba di tangan DeShazer. Ia merenungkannnya dan ia tiba pada kata-kata
Yesus, yang mengatakan, “Ya bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu
apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:23). Kebencian sebesar gunung di dalam diri
Jacob DeShazer dicairkan dan diisi dengan Yesus Kristus, sehingga ketika perang
usai ia menyadari bahwa Allah ingin dia kembali ke Jepang, bukan untuk
membalas dendam, tetapi sebaliknya sebagai misionaris dan membawa kasih
Kristus. Sersan DeShazer menang atas dosa yang membelenggu dalam dirinya
ketika dalam kehidupannya ia menanggapi kasih Kristus secara pribadi.