Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TANAMAN
“PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Fisiologi Tanaman

Disusun oleh:
Nama : Novia Haerani
NIM : 4442210160
Kelas : 1F
Kelompok : 4 (Empat)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kelancaran kepada penulis dalam
menyelesaikan praktikum pada Mata Kuliah Fisiologi Tanaman dengan judul
“Pertumbuhan dan Perkembangan”.
Dalam rangka memenuhi tugas praktikum Fisiologi Tanaman, penulis
menyusun laporan praktikum ini untuk menerangkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kedelai. Dalam hasil praktikum ini penulis mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Dr. Ir. Rusmana, M.P., dan Ibu Kirana Nugaraha Lizansari,
S.P., M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah Fisiologi Tanaman yang sudah
memberi arahan terkait praktikum ini. Saudara Muhammad Darul Quthni selaku
Asisten Praktikum Fisiologi Tanaman kelas 1F yang sudah membantu dalam
berjalannya praktikum ini.
Dalam penyusunan hasil praktikum ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga
laporan ini dapat memberikan pengetahuan tambahan tentang cara menentukan
dan mengetahui proses pergerakan partikel.

Serang, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi Kedelai (Glycine max L.).......................................................3
2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan.............................................................5
2.3 Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan................7
2.4 Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan.............................................10
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................12
3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................12
3.3 Cara Kerja...............................................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil........................................................................................................13
4.2 Pembahasan............................................................................................13
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan.................................................................................................18
5.2 Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Perkembangan Kedelai di Tempat


Terang......................................................................................................13
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Perkembangan Kedelai di Tempat
Gelap........................................................................................................13

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Kedelai (Glycine max L.).......................................................5


Gambar 2. Pertumbuhan dan Perkembangan...........................................................9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan merupakan ciri khusus seluruh makhluk hidup. Setiap
makhluk hidup selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan,
termasuk di dalamnya yaitu tanaman. Pertumbuhan merupakan proses
kenaikan massa dan volume yang bersifat irriversible (tidak dapat kembali
ke asal) seperti bertambahnya tinggi, panjang dan lebar pada bagian-
bagian tumbuhan. Hal ini terjadi karena adanya tambahan substansi atau
unsur-unsur struktural yang baru dan perubahan bentuk yang terjadi
selama proses tersebut seperti pertambahan jumlah dan ukuran sel.
Pertumbuhan pada suatu tanaman dapat diukur serta dapat dinyatakan
dengan angka atau bersifat kuantitatif (Diah, 2011).
Berbeda dengan pertumbuhan, Perkembangan adalah proses
pendewasaan menuju tingkat yang lebih sempurna. Perkembangan pada
tanaman tidak dapat dinyatakan secara kuantitatif dan bersifat reversible
(dapat kembali ke asal) karena proses perkembangan pada makhluk hidup
berjalan sejajar dengan proses pertumbuhan. Pada sel, sel berkembang
sesuai spesialisasi mereka masing-masing (berkembang dan terstruktur
sesuai fungsi masing-masing). Contohnya yaitu perubahan dari fase
vegetatif menuju fase generatif (Diah, 2011).
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan
secara simultan (pada waktu yang bersamaan). Perbedaannya terletak pada
faktor kuantitatif karena mudah diamati, yaitu perubahan jumlah dan
ukuran. Sebaliknya perkembangan dapat dinyatakan secara kualitatif
karena perubahannya bersifat fungsional. Pertumbuhan dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal
dari tanaman tersebut seperti nutrisi, hormon dan umur jaringan. Faktor
eksternal dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh kedelai, seperti suhu,
kelembaban, konsentrasi gas-gas, pencahayaan, kecepatan angin dan

1
sebagainya. Cahaya matahari sangat berpengaruh dalam fotosintesis
tanaman.
Salah satu indikator keberhasilan dalam menunjukkan potensi produksi
tanaman adalah kemampuan tanaman untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal dalam interaksi dengan faktor lingkungan pada saat fase
vegetatif. Fase vegetatif terjadi dengan ditandai adanya pertambahan daun,
akar dan batang. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan tanaman
dipengaruhi oleh proses fisiologis di dalam tumbuhan. Faktor fisiologis ini
di dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim seperti radiasi matahari, suhu,
curah hujan dan kelembaban udara. Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan proses yang berkelanjutan yang mengarah pada karakteristik
morfogenesis spesies. Kedua proses tersebut di pengaruhi oleh adanya
faktor internal dan faktor eksternal, untuk tingkat pengaruhnya tergantung
pada karakteristik tanaman tersebut. Berlangsungnya proses pertumbuhan
pada tanaman juga ditentukan oleh adanya air dan unsur N. Tanaman
menyerap mineral (unsur-unsur hara) dalam tanah dengan air sebagai
pelarutnya. Karena tanaman tidak dapat menyerap semua mineral yang ada
di dalam tanah. Mineral-mineral dalam tanah tersebut harus diuraikan
menjadi senyawa yang kecil yang dapat diserap oleh tanaman (Diah,
2011).
Praktikum pertumbuhan dan perkembangan dilatarbelakangi oleh
kompleksnya dan pentingnya materi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan, karena hasil dari analisis pertumbuhan dan perkembangan
dapat menjadi acuan atau parameter tingkat keberhasilan proses budidaya
tanaman. Jika kita mempelajari pertumbuhan dan perkembangan hanya
dari teori sering kali mengalami kekeliruan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah:
1. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan.

2
3. Untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Kedelai (Glycine max L.)


Tanaman kedelai merupakan jenis tanaman semusim yang banyak
dibudidayakan masyarakat. Tanaman ini adalah salah satu jenis tanaman
pangan yang banyak digemari oleh masyarakat sebagai sumber protein
karena mengandung protein sebesar 34%. Kedelai dapat tumbuh di daerah
bersuhu panas sekitar 25˚C-30˚C, pada ketinggian 500 mdpl dan pH 5,8-
7,0 (Haryanti et al., 2009).
Menurut Haryanti et al. (2009), klasifikasi dari tanaman kedelai ini
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max
Kedelai yang dibudidayakan adalah Glycine max yang merupakan
keturunan domestikasi dari spesies moyang, Glycine soja. Dengan versi
ini, G. max juga dapat disebut sebagai G. soja subsp. max. Kedelai
merupakan tanaman budidaya daerah Asia subtropik seperti Cina dan
Jepang. Sebaran G. soja sendiri lebih luas, hingga ke kawasan Asia tropik.
Beberapa kultivar kedelai putih dibudidaya di Indonesia, di antaranya
adalah 'Ringgit', ‘Orba’, ‘Lokon’, ‘Davros’, dan 'Wilis'. 'Edamame' adalah
kultivar kedelai berbiji besar berwarna hijau yang belum lama dikenal di
Indonesia dan berasal dari Jepang (Zhamal, 2008).
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-
akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari
permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang
lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke

4
samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm.
Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat
pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan
tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni
dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang
bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai (Susanto et al., 2011).
Kedelai berbatang semak dengan tinggi batang antara 30-100 cm. Ciri-
ciri tanaman berbatang semak adalah memiliki banyak cabang dan tinggi
yang lebih rendah, batang bertekstur lembut dan hijau, tumbuh cepat.
Hipokotil setiap batang dapat membentuk 3-6 cabang. Pertumbuhan
batang dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan
indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas
keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe
determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat
tanaman mulai berbunga. Pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan
bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman
sudah mulai berbunga (Adisarwanto, 2008).
Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk
sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk
daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki
tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang.
Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan
daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan
muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning
dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang
(Sumarno, 2015).
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang
cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeal, yaitu keping biji muncul di
atas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah di bawah
keping, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai
yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau
berbunga putih. Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi

5
kehidupan seluruh makhluk hidup. Tanaman memerlukan cahaya matahari
untuk tumbuh dan berfotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada
tumbuhan untuk menghasilkan makanan (Zhamal, 2008).
Tanaman kedelai mampu tumbuh maksimal umur 1,5 bulan.
Pertumbuhan tanaman kedelai dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Salah satufaktor internal yaitu genetik dan varietas tanaman,
sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan salah satunya sinar matahari.
Cahaya matahari akan mempengaruhi fotosintetis yang dihasilkan tanaman
kedelai dari proses fotosintesis. Selain mempengaruhi proses fotosintesis,
cahaya matahari juga akan berpengaruh terhadap arah gerak tanaman.
Sebagian besar tanaman akan bergerak menuju ke arah sumber cahaya,
termasuk tanaman kedelai (Sumarno, 2015).

Gambar 1. Tanaman Kedelai (Glycine max L.)


(Sumber: Stefie, 2017)

2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan merupakan resultan dari interaksi berbagai reaksi
biokimia, peristiwa biofisik dan proses fisiologis dalam tubuh tanaman
bersama dengan faktor luar. Titik awalnya adalah sel tunggal zigot, yang
tumbuh dan berkembang menjadi organisme multisel. Sintesis molekul
yang besar dan kompleks berlangsung terus menerus dari ion dan molekul
yang lebih kecil, pembelahan sel menghasilkan sel-sel baru yang banyak
dan diantaranya tidak hanya membesar tapi juga berubah melalui proses
yang lebih kompleks. Sehingga tidak saja terjadi perubahan bentuk,
pertumbuhan juga menyebabkan terjadinya perubahan aktivitas fisiologi,

6
susunan biokimia serta struktur dalamnya, proses ini disebut diferensiasi
(Hasnunidah, 2011).
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertumbuhan bahan. Suatu ukuran
yang telah diterima secara umum adalah berat kering, baik dari tanaman
seluruhnya atau bagian- bagiannya. Berat basah atau berat segar suatu
tanaman pada suatu waktu mengalami ayunan besar dalam status airnya.
Jaringan yang lebih tua mengering, terjadi kehilangan berat segar yang
besar hanya karena kehilangan air. Berdasarkan alasan-alasan tersebut,
berat kering lebih disukai daripada berat segar. Sembilan puluh persen
bahan kering tanaman adalah hasil fotosintesis sehingga analisis
pertumbuhan dinyatakan dengan berat kering, terutama mengukur
kemampuan tanaman sebagai penghasil fotosintetis. Hanya ada dua
pengukuran yang dilakukan pada interval yang sering diperlukan untuk
analisis pertumbuhan, yaitu luas daun dan berat kering. Analisis
pertumbuhan dapat dilakukan terhadap tanaman secara individu atau
terhadap komunitas tanaman (Fatkhanudin, 2011).
Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik tanaman harus
memperhatikan media tumbuhnya, tanaman memerlukan zat pengatur
tumbuh (ZPT). Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan
hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat
mengubah proses fisiologis tumbuhan. Selain itu juga berfungsi untuk
mengatur dan menunjang pertumbuhan dan perkembangannya (Patma et
al., 2013).
Pada proses pertumbuhan selalu terjadi peningkatan volume dan bobot
tubuh peningkatan jumlah sel dan protoplasma. Berbeda dengan
pertumbuhan, perkembangan bukan merupakan besaran sehingga tidak
dapat diukur. Perkembangan pada tumbuhan diawali sejak terjadi
fertilisasi. Calon Tumbuhan akan berubah bentuk dari sebuah telur yang
dibuahi menjadi zigot, embrio, dan akhirnya menjadi sebatang pohon
(Sardoei et al, 2014).
Pertumbuhan tanaman adalah peristiwa bertambahnya ukuran tanaman,
yang dapat diukur dari bertambah besar dan tingginya organ tumbuhan,

7
sedangkan perkembangan tanaman dapat dilihat dengan adanya perubahan
pada bentuk organ batang, akar dan daun, munculnya bunga serta
terbentuknya buah. Pertambahan ukuran tubuh tumbuhan secara
keseluruhan merupakan hasil dari pertambahan jumlah dan ukuran sel
(Hapsari et al., 2018).
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan
kontinu (berkesinambungan) dalam individu dari mulai lahir sampai mati.
Pengertian lain menyebutkan bahwa perkembangan adalah “perubahan-
perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaan atau kematangan (maturation) yang berlangsung secara
sistematis progresif dan berkesinambungan baik menyangkut fisik (Al-
Faruq et al., 2021).
Perkembangan dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan teratur dan
berkembang, sering kali menuju suatu keadaan yang lebih tinggi, lebih
teratur atau lebih kompleks atau dapat pula dikatakan sebagai suatu seri
perubahan pada organisme yang terjadi selama daur hidupnya yang
meliputi pertumbuhan dan diferensiasi (Hasnunidah, 2011).
Perkembangan tanaman merupakan suatu kombinasi dari sejumlah
proses yang kompleks yaitu proses pertumbuhan dan diferensiasi yang
mengarah pada akumulasi berat kering. Proses diferensiasi mempunyai
tiga syarat: (1) hasil asimilasi yang tersedia dalam keadaan berlebihan
untuk dapat dimanfaatkan pada kebanyakan kegiatan metabolik; (2)
temperatur yang menguntungkan dan (3) terdapat sistem enzim yang tepat
untuk memperantarai proses diferensiasi. Apabila ketiga persyaratan ini
terpenuhi, salah satu atau lebih dari ketiga respons diferensiasi ini akan
terjadi, yaitu (1) penebalan dinding sel; (2) deposit dari sebagian sel dan
(3) pengerasan protoplasma (Hasunidah, 2011).
Perkembangan dapat terjadi tanpa pertumbuhan dan demikian juga
halnya pertumbuhan dapat terjadi tanpa perkembangan, tetapi kedua
proses ini sering bergabung dalam satu proses. Pada perkembangan tidak
hanya perubahan kuantitatif tetapi juga menyangkut perubahan kualitatif
di antara sel, jaringan dan organ yang disebut diferensiasi. Diferensiasi

8
yaitu salah satu organ yang berfungsi menyangkut perubahan aktivitas
fisiologi, susunan biokimia serta struktur dalamnya (Hasnunidah, 2011).
Pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman diawali dengan
perkecambahan biji. Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman
kecil dari dalam biji) karena pertumbuhan embrio di dalam biji menjadi
tanaman baru. Embrio terdiri dari akar lembaga (calon akar = radikula),
daun lembaga (kotiledon) dan batang lembaga (kaulikulus) (Subardi,
2009).

2.3 Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh kandungan unsur
hara atau mineral-mineral dalam tanah, terutama nitrogen merupakan
senyawa yang sangat dibutuhkan tanaman dalam proses pertumbuhan.
Namun kandungan nitrogen yang dibutuhkan setiap tanaman berbeda-
beda. Selain nitrogen, tumbuhan juga membutuhkan hormon sebagai
perangsang untuk pertumbuhannya. Seperti hormon auksin, giberelin dan
sitokinin yang berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Lomer, 2012).
Proses pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Lingkungan merupakan faktor eksternal yang sangat mengganggu
pertumbuhan tanaman apabila kondisi lingkungan tidak sesuai dengan sifat
tumbuh tanaman. Kondisi lingkungan ini meliputi intensitas sinar
matahari, temperatur, dan tekanan udara serta adanya mikroorganisme
yang mengganggu tanaman (Huang, 2010).
Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara
faktor internal (dalam) dan eksternal (luar). Faktor internal meliputi
intrasel (sifat genetik atau hereditas) dan intrasel (hormon dan enzim).
Faktor eksternal meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu
udara, cahaya dan sebagainya (Adisarwanto, 2008).
Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:

9
1. Sifat Menurun atau Hereditas. Ukuran dan bentuk tumbuhan banyak
dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik dapat digunakan sebagai
dasar seleksi bibit unggul. (Budi et al., 2009).
2. Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh yang dapat memacu
pertumbuhan, tetapi ada pula yang dapat menghambat pertumbuhan.
Hormon-hormon pada tumbuhan yaitu auksin, giberiein, gas etilen,
sitokinin, asam abisat dan kalin (Budi et al., 2009).
Berikut fumgsi hormon pertumbuhan pada tanaman:
 Auksin : untuk membantu perpanjangan sel
 Giberelin : untuk pemanjangan dan pembelahan sel
 Sitokinin : untuk menggiatkan pembelahan sel
 Etilen : untuk mempercepat buah menjadi matang
 Kalin : merangsang pembentukan organ tumbuhan sebagai
berikut:
 Rizokalin : Untuk pembentukan akar.
 Aulokalin : Untuk pembentukan batang.
 Filokalin : Untuk pembentukan daun.
 Antokalin : Untuk pembentukan bunga (Budi et al., 2009).
3. Gen, Setiap jenis tumbuhan membawa gen untuk sifat-sifat tertentu,
seperti berbatang tinggi atau berbatang rendah. Tumbuhan yang
mengandung gen baik dan didukung oleh lingkungan yang sesuai akan
memperlihatkan pertumbuhan yang baik (Anggarwulan, 2007).
Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu:
1. Cahaya Matahari. Cahaya jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanamanDaun dan batang tumbuhan yang tumbuh ditempat gelap akan
kelihatan kuning pucat. Tumbuhan yang kekurangan cahaya
menyebabkan batang tumbuh lebih panjang, lembek dan kurus, serta
daun timbul tidak normal. Panjang penyinaran mempunyai pengaruh
khusus bagi pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan (Budi et al., 2009).
2. Temperatur. Temperatur mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi
tumbuhan, kemampuan fotosintesis, translokasi, respirasi dan transpirasi.
Jika temperatur terlalu dingin atau terlalu tinggi pertumbuhan akan

10
lambat atau terhenti sama sekali pada beberapa tumbuhan apabila
lingkungan, air, temperatur dan cahaya tidak memungkinkan untuk
tumbuh (Budi et al., 2009).
3. Kelembaban atau Kadar Air. Tanah dan udara yang kurang lembab
umumnya berpengaruh baik terhadap pertumbuhan karena meningkatkan
penyerapan air dan menurunkan penguapan atau transpirasi (Budi et al.,
2009).
4. Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi tumbuhan. Fungsi air
antara lain sebagai media reaksi enzimatis, berperan dalam fotosintesis,
menjaga turbiditas sel dan kelembapan. Kandungan air dalam tanah
mempengaruhi kelarutan unsur hara dan menjaga suhu tanah. Hasil
tanaman yang meningkat merupakan refleksi kemampuan kompetisinya
yang tinggi, sehingga tanaman mengalami pertumbuhan yang lebih baik
dengan memanfaatkan faktor tumbuh yang ada secara maksimal sehingga
distribusi fotosintat ke bagian biji juga meningkat (Budi et al., 2009).

Gambar 2. Pertumbuhan dan Perkembangan


(Sumber: Maria, 2019)
2.4 Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman diawali dengan
perkecambahan biji. Perkecambahan adalah munculnya pantulan (tanaman
kecil dari dalam biji) karena pertumbuhan embrio di dalam biji menjadi
tanaman baru. Embrio terdiri dari akar lembaga (calon akar = radikula),
daun lembaga (kotiledon) dan batang lembaga (kaulikulus) (Subardi,
2009).
a. Struktur Biji
Biji adalah alat reproduksi, penyebaran, dan kelangsungan hidup suatu
tumbuhan. Selain itu, bagi tumbuhan berbiji, biji merupakan awal dari

11
kehidupan tumbuhan baru di luar induknya. Jika biji tanaman dikotil seperti
kacang-kacangan dibelah menjadi dua, maka akan didapatkan struktur biji
yang terdiri atas plumula, hipokotil, radikula, kotiledon dan embrio.
Sedangkan, struktur biji tanaman monokotil, misalnya jagung terdiri atas
koleoptil, plumula, radikula, koleoriza, skutelum dan endosperma. Bagian-
bagian biji tersebut mempunyai fungsi masing- masing untuk pertumbuhan
tanaman (Subardi, 2009).
Pada biji tanaman dikotil maupun monokotil, plumula merupakan poros
embrio yang tumbuh ke atas yang selanjutnya akan tumbuh menjadi daun
pertama, sedangkan radikula adalah poros embrio yang tumbuh ke bawah dan
akan menjadi akar primer. Pada tanaman monokotil, misalnya jagung,
kotiledon mengalami modifikasi menjadi skutelum dan koleoptil. Skutelum
berfungsi sebagai alat penyerap makanan yang terdapat di dalam endosperma,
sedangkan koleoptil berfungsi melindungi plumula. Selain itu, pada jagung
juga terdapat koleoriza yang berfungsi melindungi radikula (Subardi, 2009).
b. Proses Perkecambahan
1. Terjadi ketika biji menyerap air (imbibisi) akibat dari potensial air
rendah pada biji yang kering(Subardi, 2009).
2. Air yang masuk mengaktifkan embrio untuk melepaskan hormone
giberelin (GA) (Subardi, 2009).
3. Hormon GA mendorong aleuron (lapisan tipis bagian luar endosperma)
untuk sintesis dan mengeluarkan enzim (Subardi, 2009).
4. Enzim bekerja menghidrolisis cadangan makanan yang terdapat dalam
kotiledon dan endosperma. Proses ini menghasilkan molekul kecil larut
dalam air, missal enzim amylase menghidrolisis pati dalam endosperma
menjadi gula. Selanjutnya gula dan zat lain diserap dari endosperma
oleh kotiledon selama pertumbuhan embrio menjadi bibit tanaman
(Subardi, 2009).

12
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum yang berjudul “Pertumbuhan dan Perkembangan” ini
dilaksanakan pada hari Senin, 24 Oktober 2022 pada pukul 07.00-08.40
WIB di Laboratorium Lantai. 2 Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya adalah
cangkul, sekop, botol minum plastik 360 ml dan, ATK. Sedangkan bahan-
bahan yang digunakan untuk praktikum kali ini diantaranya adalah tanah,
kompos, pupuk kandang, benih kedelai (Glycine max L.), label besar,
polybag (10 x 15 cm) dan air.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja untuk praktikum kali ini adalah:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dilakukan perendaman benih kedelai selama ± 5 menit, kemudian dibuang
benih yang mengapung.
3. Dicampurkan tanah, pupuk kompos, dan pupuk kotoran hewan secara rata
dengan perbandingan 2:2:1
4. Disiapkan 3 polybag dan permukaannya di balik.
5. Tanah dan pupuk-pupuk yang telah dicampur dimasukkan ke dalam
polybag dengan ukuran setengah polybag.
6. Benih kedelai ditanam dengan setiap lubang polybag berisi 5 atau lebih
benih.
7. Ditandai menggunakan label antara polybag yang satu dengan yang
lainnya.
8. Polybag yang telah berisi benih kemudian diletakkan di tempat terang (2
polybag) dan ditempat gelap (1 polybag).

13
9. Diamati setiap hari dan diamati serta didokumentasikan hasil pertumbuhan
dan perkembangannya dalam 2 HST, 5 HST dan 7 HST.
10. Dicatat hasil pengamatan untuk keperluan pendataan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Perkembangan Kedelai di
Tempat Terang
HST Tinggi Panjang Jumlah Plumula Keterangan
Tanaman Daun Daun
2 2 cm - - √ Tumbuh
5 15 cm 2 cm 2 helai √ Tumbuh
7 27 cm 2,8 cm 4 helai √ Tumbuh

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Perkembangan Kedelai di


Tempat Gelap
HST Tinggi Panjang Jumlah Plumula Keterangan
Tanaman Daun Daun
2 1,5 cm - 0 √ Tumbuh
5 25, 5 cm 1 cm 0 √ Tumbuh
7 35 cm 1,7 cm 0 √ Tumbuh

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengamatan mengenai
pertumbuhan dan perkembangan pada benih kacang kedelai. Kami
menggunakan sampel benih kacang kedelai dengan 2 perlakuan yaitu di
tempat terang (tempat yang terkena cahaya matahari secara langsung) dan
tempat yang gelap (tempat yang ternaungi dari sinar matahari langsung).
Menurut Salwati (2013) pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu proses
pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, atau
tidak dapat kembali ke bentuk semula. Sedangkan Perkembangan adalah

14
peristiwa perubahan biologis menuju kedewasaanm tidak dapat dinyatakan
dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan
tingkat kedewasaan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel, dapat dilihat bahwa,
tanaman kedelai pada tempat tak ternaungi mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Dimana, biji kedelai menunjukkan pertumbuhan yang
diawali dengan perkecambahan biji. Perkecambahan adalah proses utama
dalam pertumbuhan yang ditunjukkan dengan munculnya plumula dan
radikula. Tipe perkecambahan biji kacang kedelai adalah perkecambahan
epigeal, karena terjadi pertumbuhan memanjang dari hipokotil yang
menyebabkan plumula dan kotiledon terdorong ke atas serta kotiledon
terangkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ningsih (2019)
perkecambahan sebuah biji menandakan permulaan kehidupan yang
ditandai dengan keluarnya bakal akar atau radikal dari kulit biji.
Pertumbuhan primer merupakan pertumbuhan yang bergantung pada letak
meristem. Meristem berada pada ujung akar dan pada pucuk tunas,
menghasilkan sel bagi tumbuhan untuk tumbuh memanjang. Sedangkan
pertumbuhan sekunder, merupa-kan pertumbuhan yang menyebabkan
membesarnya ukuran dan diameter tumbuhan karena aktivitas kambium.
Pada percobaan yang dilakukan pada umur 2 HST, tanaman kedelai
belum menujukkan adanya daun. Pada 5 HST, tanaman kedelai sudah
menunjukkan adanya pertumbuhan dengan tumbuhnya daun dan tanaman
yang semakin tinggi dengan tinggi tanaman 15 cm dan 2 helai daun. Hal
ini sesuaidengan pernyataan Hasnunidah (2011), bahwa pertumbuhan pada
tanaman dapat dilihat dari makin besarnya suatu tanaman yang disebabkan
oleh jumlah sel yang bertambah banyak dan bertambah besar. Pada 7 HST,
tanaman kedelai terus menujukkan pertumbuhan dan perkembangan yang
baik dengan tinggi tanaman 27 cm dan 4 helai daun. Hal tersebut terjadi
karena ada faktor yang mempengaruhi. Menurut Ningsih (2019)
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Lingkungan merupakan faktor eksternal yang sangat
mengganggu pertumbuhan tanaman apabila kondisi lingkungan tidak

15
sesuai dengan sifat tumbuh tanaman. Kondisi lingkungan ini meliputi
intensitas cahaya matahari, temperatur dan tekanan udara serta adanya
mikroorganisme yang mengganggu tanaman.
Pada tanaman kedelai yang tumbuh di tempat tak ternaungi atau
terang, kacang kedelai terlihat tumbuh lebih pendek dan lama. Peristiwa
ini terjadi karena pengaruh dari fitohormon, terutama hormon auksin.
Dimana hormon auksin berfungsi untuk mendorong pertumbuhan tanaman
dengan cara pemanjangan sel pada akar dan batang. Auksin juga berfungsi
dalam perkembangan bunga dan buah. Sama halnya dengan pernyataan
Isbandi (2009), bahwa hormon auksin mempengaruhi pertambahan
panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar,
perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme dan geotropisme.
Dalam hal ini, hormon auksin tidak berfungsi dengan baik pada keadaan
dengan intensitas cahaya matahari yang tinggi, karena hormon auksin akan
rusak bila terkena cahaya matahari secara langsung dan intens. Hal ini
didukung oleh pernyataan Muslihatin (2009), bahwa intensitas cahaya
yang berlebihan mengakibatkan kekerdilan pada batang dan daun
tumbuhan karena hormon auksin bersifat sensitif yang akan mengalami
kerusakan atau degradasi pada intensitas cahaya tinggi. Namun, batang
yang dihasilkan akan lebih kuat, sehat, subur dan warna daun yang hijau
karena memiliki klorofil yang cukup dibandingkan tanaman yang tumbuh
di tempat yang ternaungi atau tidak terkena sinar matahari secara
langsung.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan tanaman kedelai pada
tempat yang ternaungi atau tidak terkena sinar matahari secara langsung,
didapatkan hasil pengamatan yang menunjukkan perkembangan dan
pertumbuhan berlangsung cepat dari yang tidak ternaungi. Hal ini
mungkin terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pertumbuhan dan perkembangan tidak terpenuhi secara maksimal. Dalam
hal ini, faktor yang menyebabkan biji kacang kedelai tidak tumbuh adalah
faktor internal, seperti faktor genetik.

16
Tumbuhan yang diletakkan di tempat gelap akan tumbuh lebih cepat
daripada yang diletakkan di tempat yang terkena cahaya. Akan tetapi
tumbuhan menjadi pucat karena kekurangan klorofil, kurus dan daun tidak
berkembang. Tumbuhan seperti itu disebut mengalami etiolasi. Dalam
keadaan tidak adanya cahaya, hormon auksin merangsang pemanjangan
sel-sel sehingga tumbuh lebih Panjang. Sebaliknya, dalam keadaan banyak
cahaya hormon auksin mengalami kerusakan sehingga pertumbuhan
tanaman terhambat. Cahaya menyebabkan hormon auksin rusak terdispersi
ke sisi gelap. Laju tumbuh memanjang pada tanaman dengan segera
berkurang sehingga batang lebih pendek, namun tanaman lebih kokoh,
daun berkemban sempurna, dan berwarna hijau. Selain berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman, cahaya dibutuhkan dalam proses fotosintesis.
Tumbuhan yang tidak terkena cahaya tidak dapat membentuk klorofil
sehingga daun menjadi pucat. Akan tetapi, jika intensitas cahaya terlalu
tinggi, klorofil akan rusak. Menurut Silvikutur (2007) cahaya berpengaruh
terhadap arah pertumbuhan akar dan perluasan atau tidak bergulungnya
daun. Daun berusaha mendapatkan lebih banyak cahaya untuk proses
fotosintesis. Cahaya akan menghambat pertumbuhan batang sehingga pada
bagian batang yang tidak terkena cahaya menjadi lebih panjang. Cahaya
juga mempengaruhi pertumbuhan xylem sehingga mempengaruhi
perkembangan batang. Selain berpengaruh terhadap proses fotosintesis,
cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan setiap organ dan keseluruhan
tumbuhan. Tumbuhan yang diletakkan di tempat gelap akan tumbuh lebih
cepat dari pada yang diletakkan di tempat yang terkena cahaya.
Proses pertumbuhan pada tanaman kedelai yang dilakukan yaitu
ditandai dengan terjadinya perkecambahan pada biji yang dapat dilihat
dengan munculnya bakal akar atau radikula dari dalam biji. Proses
perkecambahan pada tanaman dibedakan menjadi dua yaitu epigeal dan
hypogeal. Perkecambahan epigeal ditandai dengan munculnya hipokotil
yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke
atas (permukaan tanah). Sedangkan pada perkecambahan hypogeal
diandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke

17
permukaan tanah menembus kulit biji, dengan kotiledon tetap di dalam
tanah. Tanaman kacang merah termasuk ke dalam tipe perkecambahan
epigeal karena organ-organ yang pertama yang muncul saat biji kedelai
berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh
menembus permukaan tanah.
Tahap pertumbuhan selanjutnya adalah pertumbuhan primer yang
merupakan pola pertumbuhan yang bergantung pada letak meristem.
Menurut Ningsih (2019) pertumbuhan primer akan mendorong akar
menembus tanah, ujung akar ditutupi oleh tudung akar, yang secara fisik
melindungi meristem yang rapuh pada saat akar memanjang menembus
tanah yang abrasive. Tudung akar juga mensekresikan lender polisakarida
yang melumasi tanah di sekitar ujung akar yang sedang tumbuh.
Pertumbuhan panjang akar terkonsentrasi di dekat ujung akar, dimana
terletak tiga zona sel dengan tahapan pertumbuhan primer yang berurutan.
Dari ujung akar ke arah atas, terdapat zona pembelahan sel, pemanjangan
sel, dan zona pematangan. Daerah-daerah ini melebur Bersama, tanpa
perbatasan yang jelas. Sedangkan tahap akhirnya adalah pertumbuhan
sekunder terjadi karena adanya aktivitas penebalan secara progresif pada
akar dan tunas yang terbentuk sebelumnya oleh pertumbuhan primer.
Pertumbuhan sekunder adalah produk dari meristem lateral. Pertumbuhan
ini akan menyebabkan membesarnya ukuran dan diameter tumbuhan.
Pertumbuhan dapat diukur sebagai pertambahan Panjang, lebar atau luas,
tetapi dapat pula diukur berdasarkan pertambahan volume, massa atau
berat (segar atau kering).

18
BAB
V PENUTUP

5.1 Simpulan
Dari hasil praktikum pengaruh faktor cahaya terhadap pertumbuhan
dan perkembangan biji kacang merah, dapat disimpulkan bahwa cahaya
dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan membutuhkan cahaya.
Namun, banyak sedikitnya cahaya yang dibutuhkan tiap tumbuhan
berbeda-beda, begitu pula dengan tumbuhan kacang merah.
Dari praktikum yang telah dilakukan terhadap pertumbuhan dan
perkecambahan biji kacang merah, biji kacang merah yang diletakan
ditempat gelap dan terang akan mempunyai perbedaan. Biji kedelai
terkena cahaya matahari secara langsung (terang) pertumbuhannya lebih
lambat, daunnya lebar dan tebal, berwarna hijau, batang tegak, kokoh.
Sedangkan, biji kacang merah yang tidak terkena cahaya matahari (gelap)
pertumbuhannya lebih cepat tinggi (etiolasi) dan daunnya tipis, berwarna
pucat, batang melengkung tidak kokoh. Hal ini terjadi karena cahaya
memperlambat/menghambat kerja hormon auksin dalam pertumbuhan
meninggi (primer). Faktor yang mendorong pertumbuhan adalah hormon
auksin dan giberelin. Faktor internal meliputi laju fotosintetik, respirasi,
pembagian hasil asimilasidan N, klorofil dan kandungan pigmen lainnya,
tipe dan letak meristem, kapasitas menyimpan cadangan makanan,
aktivitas enzim, pengaruh langsung gen, diferensiasi. Sedangkan faktor
eksternal meliputi iklim (cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin dan
gas), tanah (tekstur, struktur, bahan organik, KTK, pH tanah), biologis
(Organisme Pengganggu Tanaman).

5.2 Saran
Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum waktu yang sudah ditetapkan
digunakan dengan baik dan setiap praktikan dapat melengkapi bahan serta
alat yang akan digunakan pada saat praktikum agar praktikum dapat

19
berjalan dengan baik. Serta menanyakan kembali petunjuk teknis
praktikumnya, agar tidak terjadi kesalahan pada saat praktikum dan saat
pengerjaan laporan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Jakarta: Penebar Swadaya.


Al-faruq, M. S. S. dan Sukatin. 2021. Psikologi Perkembangan. Sleman:
Depublish.
Anggarwulan. 2007. Fisiologi Tanaman. Jakarta: Erlangga
Budi, G. P dan O. D. Hajoeningtijas. 2009. Kemampuan Kompetisi beberapa
Varietas Kedelai (Glycine Max L.) Terhadap Gulma Alang-Alang
(Imperata cylindrica) Dan Teki (Cyperus rotundus). Jurnal Litbang
Provinsi Jawa Tengah. Vol. 7(2): 129-130.
Diah, A. 2011. Biologi 3A untuk Senior High School Grade II Semester 1.
Jakarta: Esis.
Fatkhanudin. 2011. Analisis Pertumbuhan. Makalah. Fakultas Pertanian Jurusan
Agroteknologi. Padang: Universitas Andalas Press.
Hapsari, T. A., S. Darmanti, dan E. D. Hastuti. 2018. Pertumbuhan Batang, Akar
dan Daun Gulma Katumpangan (Pilea microphylla (L.) Liebm.). Buletin
Anatomi dan Fisiologi. Vol. 3(1): 79-84.
Haryanti, S. dan T. Meirina. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun
Kedelai (Glycine max L.) Merril) pada Pagi Hari dan Sore. Jurnal Bioma.
Vol. 11(2): 18-23.
Hasnunidah, N. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Bandar Lampung: Universitas
Lampung Press.
Huang J. 2010. Functional Analysis of the Arabidopsis PAL Gene Family in Plant
Growth, Development, and Response to Environmental Stress. Plant
Physiology. Vol.153: 1526–1538.
Isbandi, J. 2009. Pertumbuhan dan perkembangan Tanaman. Yogyakarta: Fakulas
Pertanian UGM Press.
Lomer, A.M. 2012. Effect of Nitrogen on The Growth Levels and Development of
Maize Hybrids in the Condition of Amino Acids Application. International
Journal of Agriculture and Crop Sciences. Vol. 4(14): 984-992.
Muslihat, L. 2009. Teknik Pembuatan Kompos Untuk Meningkatkan
Produktivitas Tanah di Lahan Gambut. Yogyakarta: UM Press.

21
Ningsih, S. M. 2019. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Tanaman Kacang Merah. Jurnal Agroswagati. Vol. 7(1): 1-
6.
Patma, U., P. Lauli Agustina dan S. Lutfi, A., M. 2013. Respon Media Tanam dan
Pemberian Auksin Asam Asetat Naftalen pada Pembibitan Aren (Arenga
Pinnata Merr). Jurnal Agroekoteknologi. Vol. 1(2): 1-10.
Salwati, Handoko, I. Las dan R. Hidayati. 2013. Model Simulasi Perkembangan,
Pertumbuhan dan Neraca Air Tanaman Kentang pada Dataran Tinggi di
Indonesia. Informatika Pertanian. Vol. 22(1): 53-64.
Sardoei, A.S, Fahraji S.S, dan Ghasemi H. 2014. Effects Of Different Growing
Media on Growth and Flowering of Zinnia (Zinnia Elegans). International
journal of Advanced Biological and Biomedical Research. Vol. 2(6): 1894-
1899.
Silvikultur. 2007. Sumber Cahaya Matahari. Jakarta: Pakar Raya.
Subardi. 2009. Biologi 3 Untuk Kelas XII SMA dan MA. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sumarno. 2015. Kedelai dan Cara Budidayanya. Jakarta: Yasa Guna.
Susanto, G., W., A. dan S. Titik. 2011. Perubahan Karakter Agronomi Aksesi
Plasma Nutfah Kedelai di Lingkungan Ternaungi. Jurnal Agronomi
Indonesia. Vol. 39 (1): 1-6.
Zhamal. 2008. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Jakarta:
Grafika Persada.

22
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan Lampiran 2. Persiapan Lampiran 3.


Bahan media tanam Penanaman

Lampiran 4. Tanaman di Lampiran 5. Tanaman Lampiran 6. Tanaman


Tempat Gelap 2 HST Terang 2 HST Gelap 5 HST

Lampiran 7. Tanaman Lampiran 8. Tanaman Lampiran 9. Tanaman

Terang 5 HST Terang 7 HST Gelap 7 HST

Anda mungkin juga menyukai