Anda di halaman 1dari 1
METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR 1 TENGARAN : DWARA ‘Nama tengaran ini diambil dari Bahasa Sansekerta "Dwara” yang memilki art "pintu gapura’. Pemihan ‘nama ini diambil dari konsepnya yang merupakan pintu-pintu yang disusun secara acak. Pemilhan wujud pintu ini sendiri didasari oleh metafora dari lokasi tengaran ini berada. Tengaran “Dwara’ berada di area kampus Universitas Diponegoro Tembalang. Lebih tepatnya berada ci sebelah barat daya Widya Puraya. LLokasi ini dpi Karena berada di pusat Kampus Undip sehingga dirasa cukup strategis untuk dijadikan sebagai landmark Universitas. Universitas Diponegoro sendiri merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia yang berada di Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Undip sebagai sebuah insttusi pendidikan dikiaskan sebagai sebuah “pintu' yang harus dilewati oleh setiap mahasiswanya sebelum memasuki fase dunia keria clikerudian hari Perbedaan tinggi tiap pintu selain memilki ari kiasan mereka sendi, ini juga menunjukkan kondisi alam dimana tengaran ini berada, yaitu kondisi alam kampus Undip Tembalang. Topograti di area kampus Undip Terbalang adalah kondisi tanahnya yang berkontur METODE PERANCANGAN, Dalam perancangan kali ini, digunakan metade perancangan secara metafora, Pada dasamya metode perancangan secara metafora adalah menghubungkan diantara benda-benda namun secara lebih abstrak ketimbang nyata. Diharapkan tiap pengunjung dapat merasakan pengalaman tersendii saat berada di dalam ruang sehingga menimbulkan berbagal itepretasi. Saat memasuki ruang pengunjung seakan-akan diajak memasuki ‘dunia baru setelah melewati pintu yang ada. Karena dalam menjalani fase setelahnya lap pengunjung memilki arah dan tyluan yang berbeda-beda bergantung dengan pian yang diphnya. Maka semua hal in i transformasikan ke dalam konfigurasi pintu-pintu yang memilikiingg! dan orientasi ‘masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung bebas memilh pintu mana yang akan dilewati dan hal apa yang akan dilakukan setelah lew pintu tersebut. Meskipun pada masing-masing “pintu’ memiiki proses dan perjalanannya namun semua pintu yang ada tersambung antar satu sama lain, Hal ini dimaksudkan bahwa meski setiap pian memilki riko masing-masing, namun semua hal tersebut masih memilk keterkatan antar satu sama lain yang tidak bisa dipisahkan, Metode metafora dipiin karena akan hasil karya arsitektur yang lebih ekspresif dan mampu menimbulkan berbagai intepretasi dari tiap Pengamat. Selain itu, metode metafora memungkinkan arya arsitektur «iat dar berbagai sudut pandang sehingga tidak hanya bergantung dari sudut pandang si perancang. Perbedaan intepretasl ini memungkinkan adanya pendalaman terhadap karya arsitektur sehingga dapat djadikan sebagai salah salu karya arsitektur yang bisa digunakan sebagai acuan untuk perancangan-perancangan karya-karya arstektur berkutnya, Reterensi metode perancangan kall ini berdasarkan metode yang digunakan oleh Daniel Libeskind dalam rancangannya “Jewish Museum” di Berlin, Libeskind menekankan fllosofi "Yang terpenting dari segala hal adalah bagaimana kau mendapatkan pengalaman dari rvang itu send Ini membuat orang untuk memunculkan banyak intepretasi.” Hal in alu diterapkan pada perancangan ‘Dwara’ yang lebih menitk beratkan pada ppengalaman yang akan dirasakan dan intepretasi yang muncul setelah berada di dalam ruang tersebut Libeskind menginginkan pengunjung mendapatkan pengalaman layaknya sebuah petualangan yang mengesankan yang diwujudkan dalam konfigurasi ruangan yang berbentuk zig-zag. Ini dimaksudkan agar ppengunjung tersesat dan mengalami sensasi petualangan yang sama ketika bangsa Yahucl dsr dan kehilangan arah tuluan saat triad peris- tiwa Holocaust. Pada perancangan “Dwara” menginginkan pengunjung ppengunjung memilki Kebebasan dalam memilih pintu mana yang akan dilalui yang merupakan kiasan dari Kebebasan setiap orang dalam ‘menentukan apa yang akan dipiih sebagai jalan menuju masa depannya.

Anda mungkin juga menyukai