Anda di halaman 1dari 17

Makalah Kehamilan Normal

OBAT JANTUNG YANG AMAN UNTUK IBU HAMIL


Disusun guna memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah Kehamilan Normal
Dosen Pengampu : Edwin Daru Anggara

Oleh :
Kelompok IX

1. Rahma Dwiningrum 140165


2. Nur Wasilatul Rahmah 140171
3. Mona Verawati Bonita 140177
4. Aprilia Borneawati 140195
5. Fitriya Muyasaroh 140199

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA


YOGYAKARTA
2015

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

ABSTRAK..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN............................................................3

A. Penggunaan Obat-Obatan pada Masa Kehamilan.....................................3

B. Indikasi Obat yang Aman pada Masa Kehamilan.....................................4

C. Obat Jantung yang Aman pada Masa Kehamilan.....................................6

D. Kasus.........................................................................................................9

E. Analisa.....................................................................................................10

BAB IV PENUTUP...............................................................................................13

A. Kesimpulan..............................................................................................13

B. Saran........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
ABSTRAK

Obat jantung merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi masalah


pada jantung. Pemberian obat jantung khususnya dalam masa kehamilan sangatlah
harus berhati-hati. Obat yang diberikan kepada wanita hamil umumnya dapat
melalui plasenta. Pengawasan obat ini diutamakan agar tidak terjadi efek
teratogenik yang umumnya adalah kecacatan janin. Kecacatan janin akibat obat
diperkirakan sekitar 3% dari seluruh kelahiran cacat. Menghindari efek
teratogenik tersebut kita harus mengetahui indeks keamanan obat pada masa
kehamilan.

Tujuan dari makalah ini adalah diharapkan tenaga kesehatan, institusi


pendidikan dan mahasiswa mengetahui bagaimana penggunaan obat jantung pada
masa kehamilan. Selain itu agar dapat memahami bagaimana indeks keamanan
obat jantung pada masa kehamilan. Serta lebih teliti dan memberikan pengawasan
intensif pada saat memberikan obat jantung yang aman selama kehamilan.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati


yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah
penyakit berikut gejalanya (Tjay dkk: 3). Penggunaan obat pada wanita hamil
memerlukan pertimbangan lebih khusus karena resiko tidak hanya pada ibu
saja, tetapi juga pada janin. Tidak ada obat yang secara mutlak dianggap
aman untuk digunakan pada masa kehamilan, karena banyak obat yang dapat
melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada wanita hamil perlu berhati-
hati. Dalam plasenta obat mengalami proses biotransformasi, mungkin
sebagai upaya perlindungan dan dapat terbentuk senyawa antara yang reaktif,
yang bersifat teratogenik/dismorfogenik. Obat-obat teratogenik atau obat-obat
yang dapat menyebabkan terbentuknya senyawa teratogenik dapat merusak
janin dalam pertumbuhan. Resiko yang paling dikuatirkan adalah timbulnya
kecatatan pada janin. Apalagi pengkonsumsian obat pada ibu yang memiliki
penyakit tertentu yang memungkinkan harus mengkonsumsi obat-obatan. Ibu
hamil dengan penyakit jantung misalnya. Koonim (1997) melaporkan bahwa
penyakit jantung merupakan penyebab kematian sebesar 5,6% dari 1459
kehamilan di Amerika Serikat sejak tahun 1987-1990.

Pemilihan obat jantung bagi wanita hamil perlu adanya pengawasan


khusus oleh petugas kesehatan khususnya bidan. Bidan adalah tenaga
kesehatan yang berada di garis paling depan ketika kita membicarakan
seputar wanita hamil. Sebagai tenaga kesehatan, bidan hendaknya selalu
memberikan kepuasan pelayanan kesehatan khususnya bagi wanita hamil
dengan penyakit jantung agar pengobatan tersebut masih dalam taraf aman
bagi ibu dan janin. Selain itu bidan diharapkan mampu memberikan asuhan
kebidanan yang sesuai terkait dengan pengobatan pada wanita hamil dengan
penyakit jantung.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penggunaan obat pada masa kehamilan?


2. Bagaimana indikasi obat yang aman pada masa kehamilan?
3. Apa saja obat jantung yang aman pada masa kehamilan?

C. Tujuan

1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami pengunaan obat-obatan


pada masa kehamilan
2. Diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis obat-obatan
yang aman pada masa kehamilan
3. Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan turut mengawasi
obat-obatan yang aman bagi wanita hamil dengan penyakit jantung

2
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Penggunaan Obat-Obatan pada Masa Kehamilan

Penggunaan obat pada wanita hamil memerlukan pertimbangan lebih


khusus karena risiko tidak hanya pada ibu saja, tetapi juga pada janin yang
dikandungnya. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah manfaat dari
penggunaan obat lebih besar dari pada risikonya, sehingga ibu dapat
melahirkan bayi yang sehat dengan selamat. Tidak ada obat yang dianggap
mutlak aman untuk digunakan pada masa kehamilan. Efek teratogenik tidak
hanya dalam bentuk kecatatan fisik saja (malformasi) tetapi juga
pertumbuhan yang terganggu. Manifestasi yang khas dari teratogenis berupa
pertumbuhan yang terhambat atau kematian dari janin, kasinogenesis dan
malformasi struktur organ maupun fungsinya.

Obat diberikan kepada wanita hamil umumnya dapat melalui plasenta.


Tranfusi obat melalui membran plasenta terjadi secara difusi pasif. Faktor-
faktor yang mempengaruhi proses transfer ini adalah: konsentrasi obat dalam
darah ibu, aliran darah plasenta, sifat fasikokimia obat. Hanya obat yang
berada dalam bentuk bebas dari ikatan protein yang dapat melewati membran
plasenta.

Dalam penentuan peran obat terhadap janin, jangan pula dilupakan


bahwa penyakit yang diderita si ibu dapat merupakan risiko pada janin.
Misalnya ibu menderita penyakit jantung maka lebih cenderung untuk
bayinya hipokaliemia. Begitupun bagi bayi dari ibu penderita penyakit lain,
misalnya epilepsi atau diabetes maka akan cenderung melahirkan bayi dengan
malformasis. Obat-obatan memiliki tingkat keamanan yang bervariasi bagi
ibu hamil. Semua tergantung pada kinetika (perlakuan tubuh terhadap obat)
dan dinamika (perlakuan obat terhadap tubuh) obat yang bersangkutan.

3
B. Indikasi Obat yang Aman pada Masa Kehamilan

Pemilihan obat saat kehamilan hendaknya didiskusikan kepada tenaga


kesehatan, karena kehamilan merupakan masa-masa rawan bagi ibu maupun
janin. Pemilihan obat dalam kehamilan bukan hanya mempertimbangkan
kandungannya, melainkan dosis dan efek sampingnya. Dosis yang tidak
sesuai juga akan berdampak besar bagi ibu maupun janin. Berikut beberapa
prinsip pemilihan obat yang harus dipatuhi menurut Tjay dan Kirana (2010)
dalam bukunya Obat-Obat Penting :

1. Sebaiknya menggunakan obat-obat yang sejak lama digunakan dalam


praktik daripada obat-obat pengganti yang baru, walaupun obat baru
memiliki misalnya lebih sedikit efek samping bagi orang dewasa, tetapi
keamanannya bagi janin kurang jelas.
2. Untuk menurunkan risiko sejauh mungkin bagi janin, sebaiknya digunakan
dosis obat paling rendah selama kehamilan. Hal ini sebetulnya
bertentangan karena sebagian wanita hamil justru membutuhkan dosis
yang lebih tinggi dari normal. Pada saat hamil tua berhubung
meningkatnya berat badan dan lebih cepatnya “clearance” (pemurnian,
ekskresi) dari banyak obat, misalnya litium, dogoksin dan fanitoin.
3. Wanita hamil tidak dianjurkan untuk menggunakan obat bebas (over-the-
counter-drugs) tanpa konsultasi dengan dokter, karena banyak faktor,
termasuk taraf kehamilan, dapat mempengaruhi resiko bagi janin.
Misalnya suatu obat NSAID dapat digunakan terhadap nyeri trimester
pertama dalam kehamilan, tetapi semakin banyak bukti menyatakan bahwa
beberapa obat NSAID merupakan resiko bagi janin pada masa kehamilan
tua.
4. Utamakan monoterapi
5. Gunakan obat dengan durasi sesingkat mungkin
6. Hindari obat yang bersifat teratogen pada wanita produktif

4
Selain prinsip pemilihan obat, yang menjadi acuan adalah golongan obat
dalam tingkat keamanannya bagi kehamilan. Berikut penggolongan obat
berdasarkan FDA Amerika Serikat yang banyak menjadi acuan dalam
mempertimbangkan penggunaan obat dalam praktik:

1. Kategori A: obat/bahan obat yang berdasarkan penelitian (pada manusia)


tidak menunjukkan terjadinya risiko terhadap janin.
2. Kategori B: obat/bahan obat yang tidak menunjukkan risiko pada janin
tapi belum/tidak ada penelitian yang memadai pada manusia. Efek tak
diharapkan dapat diperlihatkan pada binatang percobaan, tetapi belum bisa
dibuktikan pada manusia. Beberapa antibiotika seperti penisilin termasuk
kategori ini.
3. Kategori C: belum ada penelitian yang cukup untuk pada manusia maupun
binatang percobaan. Atau telah dijumpai efek merugikan pada binatang
tetapi tidak diperoleh data yang cukup meyakinkan/valid pada manusia.
Kebanyakan obat atau bahan lainnya yang sering diminum selama
kehamilan sekarang termasuk kategori ini.
4. Kategori D: telah ditemukan bukti-bukti adanya risiko bagi janin, tapi
keuntungan pemberiannya dipandang lebih besar dibandingkan risiko
tersebut. Contohnya, Carbamazepine dan Phenytoin (sejenis obat untuk
epilepsi) serta beberapa obat anti kanker atau kemoterapi.
5. Kategori X: risiko obat/bahan obat pada janin jauh lebih besar dibanding
keuntungannya. Dengan kata lain, obat dalam kategori ini tidak boleh
diberikan selama kehamilan (istilahnya: kontraindikasi mutlak).
Contohnya adalah sejenis obat untuk jerawat yang dikenal sebagai
isotretinoin, yang dapat menyebabkan kelainan multipel pada sistem saraf,
wajah, maupun kardiovaskular.

Kategori tersebut merupakan cara untuk mempermudah kita dalam


memilih obat untuk ibu hamil. Masing-masing kategori memiliki efek
samping yang berbeda begitupun tingkat keamanannya bagi ibu maupun bagi

5
janin. Utamakan memilih obat dengan kategori yang lebih aman untuk ibu
hamil.

C. Obat Jantung yang Aman pada Masa Kehamilan

Obat-obat jantung atau cardiaca adalah obat-obat yang secara langsung


dapat memulihkan fungsi otot jantung yang terganggu ke keadaan normal.
Berdasarkan efeknya atas jantung, cardiaca dapat dibagi dalam tiga
golongan. Ketiga obat tersebut akan kita bahas satu persatu obat jantung yang
aman untuk ibu hamil.

1. Kardiotonika
Kardiotonika adalah obat-obat dengan khasiat memperkuat kontraktilitas
otot jantung. Obat ini terutama digunakan pada gagal jantung
(dekompensasi) untuk memperbaiki fungsi-pompanya. Kelompok
kardiotonika terdiri dari:
a. Glikosida jantung
Semua obat ini berasal dari tumbuhan dan yang terpenting adalah
digitalis (‘fox glove’) sedangkan strofantus (strofantin) sudah menjadi
obsolet. Semua glikosida jantung memiliki rumus steroida, seperti
hormon kelamin dan anak ginjal, kolestrol dan vitamin D.
Contoh obat kelompok glikosida ini adalah digoksin dan
digitoksin. Termasuk kategori C dalam indeks keamanan kehamilan.
Khasiatnya yaitu memperkuat kontraksi otot jantung, hingga volume-
pukulan, volume-menit, dan diuresis diperbesar, serta jantung yang
membesar mengecil lagi. Penggunaannya terutama pada dekompasasi
jantung dan fibrilasi jantung dengan ritme balik pesat. Efek
sampingnya yaitu gangguan lambung-usus, mual dan nyeri perut. Efek
samping ini bisa diatasi dengan pertama-tama penghentian pemberian
obat dan memberikan suplemen kalium. Dosisnya digitalisasi oral
0,25-0,75 mg sehari a.c. selama 1 minggu, pemeliharaan 1 dd 0,125-

6
0,5 mg a.c. Wanita hamil diperbolehkan menggunakan obat ini dalam
dosis normal

b. Dopaminergika

Dopamine adalam neurotransmitter sentral, yang sebagai


precursor adrenalin. Di jaringan perifer terdapat dua jenis reseptor-
dopamin, yakni reseptor DA1 dan DA2. Stimulasi reseptor ini
dopamineergika mengakibatkan efek yang sama dengan khasiat
dopamin. Dalam kelompok ini obat yang aman untuk ibu hamil adalah
dopamine dan dobutamin.

Dopamin pada dosis rendah bekerja langsung terhadap


reseptor DA1 dengan efek vasodilatasi dan penderasaan sirkulasi darah
ginjal. Dosis sedang meningkatkan volume-menit jantung dan pada
dosis tinggi memberikan efek vasokontraksi dan meningkatnya
frekuensi jantung. Dopamin terutama digunakan pada keadaan shock,
sesudah infark jantung dan bedah jantung terbuka. Diberikan secara
parenteral. Dopamin berefek samping berupa gangguan ritme, nyeri
kepala, nousea dan muntah.

Dobutamin adalah derivat sintetis yang primer bekerja


memperkuat daya kontraksi jantung. Efek sampingnya berupa
gangguan ritme dan takikardi. Dosisnya, pada gagal jantung parah
akut infus iv2,5-1 mcg/kg/menit samapai maksimal 40 mcg. Kedua
obat ini termasuk golongan C pada indeks keamanan dalam
kehamilan.

2. Obat angina pectoris


Keadaan ischemia jantung pada angina pectoris dapat diobati
dengan vasodilator koroner dan β-blockers. Vasodilator koroner yang
merupakan obat pilihan pertama dan zat-zat yang mengurangi kebutuhan
jantung akan oksigen. Obat-obat dalam golongan ini diantaranya

7
gliseriltrinitrat, trinitrin, nitrostat, nitroderm TTS (plester). Obat angina
yang aman untuk ibu hamil dari kelompok vasodilator koroner adalah
dipiridamol.
Dipiridamol adalah sebagai penghambat-fasfodiesterase. Namun
obat ini tidak begitu efektif karena obat ini merupakan obat tambahan
antikoagulansia pada bedah penggantian katup jantung untuk mencegah
penyumbatan karena gumpalan darah. Efek sampingnya adalah gangguan
lambung-usus, nyeri kepala, pusing dan palpitasi yang bersifat sementara.
Dosis pada angina oral 3 dd 50 mg 1 jam a.c. pada bedah katup jantung: 4
dd 75-100 mg a.c.
Sedangkan pada kelompok β-blockers obat yang aman untuk ibu
hamil adalah sotalol. Namun sotalol hanya boleh dikonsumsi pada
trimester 1 saja. Sotalol merupakan satu-satunya β-blockers yang
berkhasiat anti aritmia kelas III. Berhubung efek sampingnya lebih ringan
dari pada amiodaron, maka zat ini lebih disukai pada terapi aritmia
serambi dan bilik. Dosis aritmia oral 2 dd 80 mg a.c., berangsur-angsur
dinaikan sampai maksimal 2 dd 160 mg, hipertensi dan angina 1 dd 160
mg.

3. Antiaritmika

Obat-obatan antiaritmika cenderung banyak pertimbangan. Karena


obat-obatan ini justru mengurangi kepekaan membran sel jantung dan
resiko timbulnya pro-aritmi. Obat yang termasuk golongan antiaritmika
yang tidak diperbolehkan bagi ibu hamil yaitu kinidin dan amiodaron.
Selain karena mengurangi kepekaan sel jantung kinidin menimbulkan efek
samping berupa gangguan lambung-usus, perubahan darah (anemia
hemolis) hingga gangguan penglihatan. Sedangkan amiodaron tidak boleh
untuk ibu hamil karena dapat menimbulkan struma janin.

Obat antiaritmika yang aman untuk ibu hamil adalah kelompok


lidokain. Berbeda dengan kinidin masa refrakter dan penyaluran

8
impulsnya dipersingkat tanpa mengurangi daya kontraksi jantung.
Terutama digunakan IV pada aritma ventrikuler akut khususnya setelah
serangan infark jantung. Injeksi IV segera (dalam jam pertama) setelah
infark mengurangi kematian sampai 20-30%. Efek sampingnya yaitu rasa
lena pada dosis biasa. Dosis yang dianjurkan yaitu 300 mg (klorida) secara
IM, atau 50-100 mg dalam 1-2 menit jika perlu diulang setelah 5-10 menit
secara IV. Langsung dilanjutkan dengan infus 200-300 mg/jam.

D. Kasus

Ischaemic heart disease (IHD) in pregnancy, particularly myocardial


infarction (MI), is a rare yet potentially fatal condition for the mother and
the foetus. With delays in the age of conception, the changes in some social
habits among females including cigarette and shisha smoking in addition to
an increased prevalence of diabetes mellitus, IHD may represent a real
hazard among pregnant women in the near future. The difficulty in the
diagnosis emerges from the similarity of the signs and symptoms of
ischaemia and infarct to some of the physiological adaptations that occur in
a normal pregnancy. The physiological changes that are normal in pregnancy
may aggravate pre-existing disease and may unmask some underlying
unrecognized coronary vascular changes; therefore, the diagnosis requires a
high index of suspicion and careful assessment of the underlying risk
factors. The management of IHD always requires a multidisciplinary
team approach. The management of each patient should be individualized
according to the clinical condition, the risk factors, and the availability of
the necessary support. Pregnancy after MI may be an acceptable and
reasonably safe option provided the cited criteria are met. A systematic
PubMed search was performed to identify all published data including
cases reports, small series and systematic reviews in the existing
literature. These publications were comprised of both retrospective and
cross sectional population studies to maximize the number of cases
considered in order to reach conclusions and make recommendations based

9
on the best available evidence considering the rare occurrence of this
event.

Penyakit jantung iskemik (IHD) pada kehamilan, khususnya infark


miokard (MI), adalah kondisi belum fatal langka bagi ibu dan janin. Dengan
keterlambatan usia konsepsi, perubahan beberapa kebiasaan sosial di antara
perempuan termasuk rokok dan shisha merokok di samping peningkatan
prevalensi diabetes mellitus, IHD mungkin merupakan bahaya nyata di antara
wanita hamil dalam waktu dekat. Kesulitan dalam diagnosis muncul dari
kesamaan tanda-tanda dan gejala iskemia dan infark dengan beberapa
adaptasi fisiologis yang terjadi pada kehamilan normal. Perubahan fisiologis
yang normal pada kehamilan dapat memperburuk penyakit yang sudah ada
dan dapat membuka topeng beberapa perubahan vaskular koroner yang belum
diakui yang mendasari; Oleh karena itu, diagnosis membutuhkan indeks
kecurigaan yang tinggi dan penilaian yang cermat terhadap faktor risiko yang
mendasari. Pengelolaan IHD selalu membutuhkan pendekatan tim
multidisiplin. Pengelolaan setiap pasien harus individual sesuai dengan
kondisi klinis, faktor risiko, dan ketersediaan dukungan yang diperlukan.
Kehamilan setelah MI bisa menjadi pilihan yang dapat diterima dan cukup
aman diberikan kriteria dikutip terpenuhi. Sebuah pencarian PubMed
sistematis dilakukan untuk mengidentifikasi semua data yang diterbitkan
termasuk kasus laporan, seri kecil dan tinjauan sistematis dalam literatur yang
ada. Publikasi tersebut terdiri dari kedua studi populasi sectional retrospektif
dan cross untuk memaksimalkan jumlah kasus dipertimbangkan untuk
mencapai kesimpulan dan membuat rekomendasi berdasarkan bukti terbaik.

E. Analisa

Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada sistem kardiovaskuler.


Wanita dengan penyakit kardiovaskuler dan menjadi hamil, akan terjadi
pengaruh timbal balik yang dapat merugikan kesempatan hidup wanita
tersebut. Pada kehamilan dengan jantung normal, wanita dapat menyesuaikan

10
kerjanya terhadap perubahan-perubahan secara fisiologis. Dalam kondisi
hamil penyakit jantung itu sendiri sudah mengalami permasalahan dalam
memompakan darah keseluruh tubuh. Pada saat hamil mulai dari minggu ke
enam volume darah ibu semakin meningkat sampai dengan 50% karena
proses pengenceran darah. Aliran darah akan lebih banyak dipompakan ke
peredaran darah rahim melalui plasenta untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan janin sehingga kerja jantung menjadi lebih berat.
Salah satu penyakit jantung ialah ischemia. Keadaan ischemia jantung
adalah adanya penyumbatan persial darah ke jantung. Penyakit ini dapat
diobati dengan vasodilator koroner yang merupakan pilihan pertama dan zat-
zat yang mengurangi kebutuhan jantung akan oksigen (β-blockers dan
antagonis kalsium).
Vasodilator koroner membantu memperlebar arteri jantung,
memperlancar pemasukan darah serta oksigen dan dengan demikian
meringankan beban jantung. Pada serangan akut obat pilihan utama adalah
nitrogliserin (sublingual) dengan kerja pesat tetapi singkat. Sebagai terapi
interval guna mengurangi frekuensi serangan tersedia nitrat long-acting
(isosorbide-nitrat), antagonis Ca (diltiazen, verapamil) dan dipiridamol.
Dipiridamol adalah sebagai penghambat-fasfodiesterase. Namun obat
ini tidak begitu efektif karena obat ini merupakan obat tambahan
antikoagulansia pada bedah penggantian katup jantung untuk mencegah
penyumbatan karena gumpalan darah. Efek sampingnya adalah gangguan
lambung-usus, nyeri kepala, pusing dan palpitasi yang bersifat sementara.
Dosis pada angina oral 3 dd 50 mg 1 jam a.c. pada bedah katup jantung: 4 dd
75-100 mg a.c.
Sedangkan pada kelompok β-blockers obat yang aman untuk ibu hamil
adalah sotalol. Namun sotalol hanya boleh dikonsumsi pada trimester 1 saja.
Sotalol merupakan satu-satunya β-blockers yang berkhasiat antiaritmia kelas
III. Berhubung efek sampingnya lebih ringan dari pada amiodaron, maka zat
ini lebih disukai pada terapi aritmia serambi dan bilik. Dosis angina 1 dd 160
mg.

11
● First trimester teratogenesis
● Dosing is complicated in pregnancy
● FDA Class X

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Obat-obatan memang benda yang dekat dengan tenaga kesehatan


dan masyarakat. Meski obat-obatan bermanfaat namun tak bisa dipungkiri
bahwa obat juga menimbulkan berbagai efek samping bagi penggunanya
khususnya ibu hamil. Penggunaan obat pada masa kehamilan sangat perlu
pengawasan khusus. Hal ini dikarenakan efek samping yang ada dalam obat
tersebut bisa mempengaruhi perkembangan maupun pertumbuhan janin.
Untuk itu perlu diketahui kategori keamanan obat pada masa kehamilan.
Obat jantung misalnya, beberapa obat mungkin aman di konsumsi bagi
orang yang tidak hamil. Namun, bagi ibu hamil perlu adanya pengawasan
dalam mengkonsumsi obat, khususnya obat jantung.

Sebagai tenaga kesehatan yang paling dekat dengan ibu hamil, bidan
diharapkan mengetahui dan memahami obat jantung yang seperti apa yang
bisa digunakan untuk ibu hamil. Selain itu, bidan juga harus mampu
menganalisa sejauh mana efek samping obat tersebut.

B. Saran

1. Institusi pelayanan
Diharapkan institusi pelayanan memahami dan mengetahui obat
jantung yang aman sebelum memberikan kepada ibu hamil
2. Institusi pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan mampu memberikan pemahaman
kepada mahasiswa tentang obat jantung yang aman bagi ibu hamil
3. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu dan memahami obat jantung yang
aman untuk ibu hamil

13
DAFTAR PUSTAKA

Boestan, I.N. 2007. Penyakit Jantung & Kehamilan. Surabaya: Airlangga


University Press
Bondagji, N. 2012. Ischaemic Heart Disease In Pregnancy. Saudi Arabia:
Elsevier
Djuanda, A. dkk. 2012. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT:
Bhuana Ilmu Populer
Elkayam, U. & Bitar,F. 2005. Valvular Heart Disease and Pregnancy. California:
American Collage of Cardiology. 1-8
Liu, L.X. & Zolt, A. 2014. Maternal Cardiac Metabolism in Pregnancy. USA:
European Society of Cardiology
Nanna, M. & Kathleen, S. 2014. Pregnancy Complicated by Vulvular Heart
Disease. American Heart Asosiation. 1-18
Scirica, BM. 2006. Vulvular Heart Disease In Pregnancy. USA: Brigham and
Women’s Hospital. 83-9
Sirait, M. dkk. 2014. ISO: Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT. IFSI
Tjay, T.M. & Kirana R. 2010. Obat-Obat Penting. Obat Jantung. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo. 585-606
Tjay, T.M. & Kirana R. 2010. Obat-Obat Penting. Obat-Obat Selama Kehamilan
dan Laktasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 538-565

14

Anda mungkin juga menyukai