MODUL NON LITIGASI
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN
HUKUM LAIN)
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBENTUKAN JAKSA
(PPP)
BADAN DIKLAT
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA
JAKARTA
2021iL
TIM PENYUSUN MODUI
HERRY H.
Horo
BAGus
PRIYONGGo
HARI
SUDARYANToKATA PENGANTAR
Tujuan naslonal sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-
undang Dasar Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
derah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan soslal. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut
ipetiukan aparatur penegak hukum yang mampu mendorong terwujudnya tujuan
nasional, melalul penegakan hukum yang berkeadiian. Dalam penegakan hukum
dikenal adanya Infegrated Criminal Justice System (Sistem Peradilan Pidana
Terpadu) yang terditi dari Polisi, Jaksa, Hakim, Penasthat Hukum dan aperatur
Lembaga Pemasyarakatan.
Kejaksaan RJ. adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasean negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan
undang-undang. Sebagal lembaga pemerintah, Kejaksaan harus didukung oleh
aparatur yang professional, berintegritas dan berkarakter yang salah satu
sarananya didapat melalul pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu Badan
Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Rul. menyelenggarakan Pendidikan dan
Pelatihan Pembentukan Jaksa (PPPJ). Dalam pemenuhan proses pembelajaran
PPPJ diperlukan modul. Salah satunya modul tentang Non Litigast.
Maksud dan tujuan penullsan modul ini agar peserta PPPJ mampu
memahami dan mengaktualisasikan tugas dan wewenangnya sebagai Jaksa
secara professional, berintegritas dan berkarakter. Adapun pokok-pokok materi
modul ini memuat tentang Pertimbangan Hukum yang terdiri dari Pendapat Hukum,
Pendampingan Hukum, dan Audit Hukum dan fungsi Tindakan Hukum Lain yang
memungkinkan Jaksa bertindak sebagai mediator dalam setiap perselisihan yang
melibatkan unsur negara didalamnya. Diharapkan dengan modul ini proses transfer
knowledge dan skill dari Widyaiswara kepada peserta Diklat dapat lebih efektifAtas nama Badan Pendidikan dan Pelatihan, kami mengucapkan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim penyusun yang telah bekerja keras-
menyusun modul ini. Begitu pula halnya dengan abli di bidang masing-masing yang
telah memberikan review dan masukan, kami ucapkan terimakasih.
Kami menyadari bahwa modul i
kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif guna
jauh dari sempuma. Kami mohon
penyempumaan selanjutnya, Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi peserta
PPPJ.
Jakarta, Agustus 2021
Kepala Badan Diklat Kejaksaan R.L.,
2
Tony f. SpontanaKATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ...
BAB |
BAB II
BAB Ill
PENDAHULUAN .........
A.
B.
Cc.
D.
e
PERTIMBANGAN HUKUNM .............6++
A
TINDAKAN HUKUM LAIN ...
A
B.
DAFTAR ISI
Latar Belakang ...
Deskripsi Singkat .
Tujuan Pembelajaran
Indikator Keberhasilan
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ..............
Pendapat Hukum (Legal Opinion)
Definisi dan Ruang Lingkup
. Telaahan ......
‘
3, Metode Analisis .............
4. Subjek Pemohon
5.
6.
. Objek Permasalahan ..
. Ruang Lingkup Keuangan / Kekayaan Negara .
Pendampingan Hukum (Legal Assistance)
1, Ruang Lingkup
2. Mekanisme ...
Audit Hukum (Legal Audit) .
1, Ruang Lingkup .
2. Mekanisme 0...
Ruang Lingkup .....
MekanismeBABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejaksaan yang merupakan lembaga perwujudan penegakan hukum di
Indonesia memiliki tugas dan wewenang dalam kedudukannya yang diatur
secara tegas diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan RI, diantaranya di bidang pidana, bidang perdata, bidang tata
negara dan di bidang ketertiban serta ketentraman umum. Kejaksaan dengan
kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk
dan atas nama negara atau pemerintah’. Selain itu Kejaksaan juga dapat
memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada instansi pemerintah
lainnya®,
Tugas dan kewenangan Kejaksaan RI di bidang Perdata dan Tata
Usaha Negara bukan baru muncul saat bidang perdata dan tata usaha negara
dibentuk secara struktural di Kejaksaan Agung pada tahun 1992, namun
secara historis telah dikenal sejak tahun 1922 (vide Staatblad 1922 No. 522,
Vertegenwoordigevan den lande in Rechten)
Dalam perkembangannya fungsi non litigasi berupa Pertimbangan
Hukum dan Tindakan Hukum Lain berupa pemberian fasilitasi, mediasi, dan
konsiliasi berkembang pesat seiting dengan arah kebijakan politik hukum
pemerintahan saat ini dalam penegakan hukum yang menekankan pada aspek
pencegahan dibandingkan dengan tindakan represit.
Kejaksaan melalui Bidang Perdata Dan Tata Usaha Negara harus dapat
lebih fokus kepada pencegahan seperti memberikan rambu-rambu hukum
dalam penerbitan Legal Opinion (LO) maupun Legal Assistance (LA) terhadap
suatu proyek atau pembuatan suatu kontrak perjanjian kerjasama kepada
stake holder yaitu Lembaga/ Instyansi Pemerintah, BUMN, BUMD. Dengan
memberikan rambu-rambu hukum sejak dini mengenai korupsi maka hal
7 Pasal 30 ayat (2) UU Kejaksaan RI.
? Pasal 34 UU Kejaksaan RI.
MODULNONLITIGAS! 1
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)tersebut sejalan dengan salah satu moto kerjanya Kejaksaan RI yaitu “Kenali
Hukum, Jauhkan Hukuman’ sehingga upaya untuk menyadarkan terlebih
dahulu para birokrat dalam mengambil suatu keputusan dapat terhindar untuk
tidak melakukan korupsi dengan tidak sengaja,
Kewenangan untuk memberikan Pertimbangan Hukum ini merupakan
upaya pencegahan yang dapat diberikan Kejaksaan melalui kewenangannya di
bidang perdata dan tata usaha negara, karena melalui Pertimbangan Hukum
yang diberikan diharapkan dapat mencegah pejabat pengambil keputusan baik
di lingkungan pemerintahan maupun korporasi (BUMN/ BUMD) salah dalam
mengambil keputusan karena tidak memiliki dasar hukum. Melalui pemberian
Pertimbangan Hukum ini diharapkan sebelum mengambil keputusan, pejabat
pengambil keputusan baik di pemerintahan maupun korporasi (BUMN/ BUMD)
telah melalui mekanisme dan otorisasi yang benar sehingga dapat menghindari
potensi adanya perbuatan melawan hukum.
Selanjutnya fungsi Tindakan Hukum Lain diberikan ketika Jaksa
Pengacara Negara bertindak sebagai mediator atau fasilitator dalam hal terjadi
sengketa atau perselisihan antar lembaga negara, instansi pemerintah di
pusat/daerah, BUMN/BUMD di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara. Fungsi
Tindakan Hukum Lain sebagai mediator atau fasilitor ini dapat diberikan jika
ada persetujuan dari kedua belah pihak dan menunjuk Jaksa Pengacara
Negara untuk bertindak sebagai mediator yang akan menjadi wasit bagi
penyelesaian sengketa antar lembaga negara, instansi pemerintah di
pusat/daerah, BUMN/BUMD. Penyelesaian sengketa melalui proses mediasi ini
dinarapkan akan mendapatkan keputusan yang dapat diterima oleh kedua
belah pihak (win-win solution).
Deskripsi Singkat
Modul mata diklat ini merupakan gambaran dan penjelasan dari alur proses
pelaksanaan Peraturan Jaksa Agung RI Nomor Per-025/A/JA/11/2015 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penegakan Hukum, Bantuan Hukum, Pertimbangan
Hukum, Tindakan Hukum Lain dan Pelayanan Hukum di Bidang Perdata dan
tata Usaha Negara, khususnya terkait dengan fungsi Pertimbangan Hukum dan
Tindakan Hukum Lain.
MODULNONLITIGAS! 2
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)Tujuan Pembelajaran
Peserta Dikiat mampu melaksanakan tugas dan fungsi Kejaksaan di bidang
DATUN, khususnya dalam pelaksanaan fungsi Pertimbangan Hukum berupa
Pendapat Hukum, Pendampingan Hukum, dan Audit Hukum dan fungsi
Tindakan Hukum Lain berupa pemberian Fasilitasi, Mediasi, dan Konsiliasi
Indikator Keberhasilan
1, Peserta diklat mampu memahami definisi dan ruang lingkup fungsi
Pertimbangan Hukum dan Tindakan Hukum Lain
2. Peserta diklat mampu menyusun Pendapat Hukum dan Audit Hukum,
melaksanakan Pendampingan Hukum serta bertindak sebagai fasilitator,
mediator, dan konsiliator.
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
1. Pertimbangan Hukum
a. Pendapat Hukum
b. Pendampingan Hukum
c. Audit Hukum
2. Tindakan Hukum Lain
a. Fasilitasi
b. Mediasi
c. Konsiliasi
MODULNONLITIGAS! 3
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)A.
BABII
PERTIMBANGAN HUKUM
Pendapat Hukum (Legal Opinion)
1. Definisi dan Ruang Lingkup
Istilah Pendapat Hukum (Lega! Opinion) dalam bahasa latin disebut
dengan lus Opinio, dimana lus artinya Hukum dan Opinio artinya
pandangan atau pendapat. Legal opinion adalah istilah yang dikenal dalam
sistem hukum Common Law (Anglo Saxon), sedangkan dalam sistem
hukum Eropa Kontinental (Civil Law) dikenal dengan istilah Legal Critics
yang dipelopori oleh aliran Kritikus Hukum. Sampai saat ini tidak ada
definisi yang baku mengenai Lega! Opinion di Indonesia. Tetapi apabila
mengacu pada literatur yang telah ada sebelumnya dan yang telah berlaku
secara internasional, defenisi Legal Opinion adalah sebagai berikut:°
A written document in which an attorney provides his or her
understanding of the law as applied to assumed facts. The attorney
may be a private attorney or attorney representing the state or other
governmental antity’. A party may entitled to rely on a legal opinion,
depending on factors such as the identity of the parties to whom the
opinion was addressed and the law governing these opinion.
(Sekumpulan dokumen tertulis yang dijadikan padanan aplikasi bagi
para pengacara atau pengertian pendapat hukum yang berkaitan
dengan berbagai masalah hukum dari para pihak terkait sesuai
dengan fakta-faktanya. Seorang pengacara bisa saja secara pribadi
mewakili berbagai aspek peraturan entita hukum yang mengatur
tentang hal itu. Salah satu pihak berhak untuk meyakinkan pendapat
hukum, tergantung dari faktor-faktor identitas para pihak terkait yang
dibuat oleh seorang pengacara melalui pendapat hukum dan
undang-undang yang mengaturnya).
Dihubungkan dengan tugas dan fungsi Kejaksaan di Bidang Perdata
dan Tata Usaha Negara, definisi Pendapat Hukum (Legal Opinion/LO)
dapat dijabarkan sebagai Jasa Hukum yang diberikan oleh Jaksa
Pengacara Negara dalam bentuk tertulis sesuai dengan fakta hukum
tentang suatu permasalahan Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara, yang
dibuat atas permintaan dan untuk kepentingan Negara atau Pemerintah
> Black's Law Dictionary, Edisi VII, Henry Campbell Black
MODULNONLITIGAS! 4
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)Pada dasamya keseluruhan kegiatan pertimbangan hukum dilandasi
oleh substansi yang sama, yaitu Pendapat Hukum. Perbedaannya terletak
pada waktu pemberian jasa hukum oleh Jaksa Pengacara Negara
Pendapat Hukum diberikan sebelum pelaksanaan kegiatan, Pendampingan
Hukum diberikan bersamaan dan berkelanjutan selama_pelaksanaan
kegiatan, sedangkan Audit Hukum diberikan setelah berakhimya suatu
kegiatan
Telaahan
Sebelum melakukan penyusunan suatu Pendapat Hukum, hal pertama
yang harus dilakukan oleh Jaksa Pengacara Negara adalah melakukan
telaahan untuk menentukan apakah permohonan yang disampaikan masuk
ke dalam lingkup bidang Perdata dan Tata Usaha Negara dan untuk
menentukan ada atau tidaknya conflict of interest dengan bidang lain.
Telaahan ini dilakukan dengan menggunakan data awal yang disampaikan
oleh Pemohon. Terkait dengan batasan conflict of interest perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Suatu permohonan dikatakan memiliki conflict of interest dengan lingkup
bidang perdata dan tata usaha negara apabila terhadap objek
permasalahan yang secara materiil dipermasalahkan dalam
permohonan sedang dilakukan proses penyelidikan, _penyidikan,
maupun pemeriksaan di persidangan pidana baik oleh internal
Kejaksaan maupun lembaga penegak hukum lainnya.
b. Conflict of interest tidak merujuk pada subjek hukum yang mengajukan
permohonan, karena Pemohon selaku badan hukum dapat memilki
berbagai_kegiatan/pekerjaan yang tidak saling berhubungan satu
dengan yang lainnya
Setelah dapat dipastikan bahwa permohonan yang diajukan masuk
dalam lingkup bidang perdata dan tata usaha negara dan tidak terdapat
conflict of interest maka Jaksa Pengacara Negara dapat melakukan
pemberian Pendapat Hukum kepada Pemohon. Namun apabila
permohonan yang disampaikan tidak masuk dalam lingkup bidang perdata
MODULNONLITIGAS! 5
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)dan tata usaha negara atau terdapat conflict of interest maka permohonan
tersebut harus ditolak.
Metode Analisis
Dalam penyusunan suatu Pendapat Hukum, permasalahan yang
disampaikan oleh Pemohon merupakan suatu objek penelitian bagi Jaksa
Pengacara Negara untuk mendapatkan jawabannya. Permasalahan yang
disampaikan harus merupakan permasalahan hukum Perdata dan Tata
Usaha Negara. Untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang
disampaikan oleh Pemohon, maka Jaksa Pengacara Negara wajib
melakukan analisa secara yuridis normatif.
Analisa_ yuridis normatif adalah metode pengkajian terhadap
permasalahan hukum yang dimohonkan berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta sumber fhukum _lainnya.
Berdasarkan pengertian tersebut maka untuk —mengkaji_setiap
permasalahan yang disampaikan oleh Pemohon, tolak ukur yang digunakan
oleh Jaksa Pengacara.Negara adalah peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta sumber hukum lainnya.
Secara normatif peraturan perundang-undangan adalah urutan
peraturan perundang-undangan sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagai berikut
Pasal 7
(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang- undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f, Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan
hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 8
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
°
MODULNONLITIGAS! 6
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah
‘Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan,
Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau
komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang- Undang
atau Pemerintah atas perintah Undang- Undang, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa
atau yang setingkat.
(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dibentuk —berdasarkan
kewenangan.
Setelah mengetahui jenis dan hierarki peraturan perundang- undangan
tersebut hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah memahami sistem
peraturan perundang-undangan, yaitu berkaitan dengan isi dari masing-
masing peraturan perundang-undangan tersebut sebagai berikut :
a. Materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi
4) Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-
Undang;
3) Pengesahan perjanjian internasional tertentu;
4) Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
5) Pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
b. Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang sama
dengan materi muatan Undang-Undang.
c. Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan
Undang-Undang sebagaimana mestinya
d. Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh
Undang-Undang, materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah,
atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan _kekuasaan
pemerintahan.
e. Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi
MODULNONLITIGAS! 7
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi
Berdasarkan uraian materi muatan peraturan perundang-undangan di
atas maka dalam melakukan analisis tehadap suatu peraturan perundang-
undangan harus dilakukan dari ketentuan yang tinggi terlebih dahulu secara
berjenjang (hierarkis) sehingga dapat dihasilkan analisis yang terstruktur
dan sistematis.
Analisis tethadap jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan
dilakukan dengan memperhatikan asas-asas hukum, antara lain :
a. Asas Lex Superior Derogat Legi Inferior
Asas ini mengandung arti bahwa peraturan yang lebih tinggi
mengesampingkan yang rendah (asas hierarki), di mana dalam hal
terjadi pertentangan maka yang diperhatikan adalah hierarki peraturan
perundang- undangan, misalnya ketika terjadi pertentangan antara
Peraturan Pemerintah (PP) dengan Undang-Undang, maka yang
digunakan adalah Undang-Undang karena Undang-Undang lebih tinggi
derajatnya.
b. Asas Lex Specialis Derogat Legi Generalis
Asas hukum yang bersifat khusus (lex specialis) mengesampingkan
hukum yang bersifat umum (/ex generalis). Menurut Bagir Manan dalam
bukunya yang berjudul Hukum Positif Indonesia (hal, 56), terdapat
beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam asas lex specialis
derogat legi generalis, yaitu:
1) Ketentuan-ketentuan yang didapati dalam aturan hukum umum
tetap berlaku, kecuali yang diatur khusus dalam aturan hukum
khusus tersebut;
2) Ketentuan-ketentuan lex specialis harus sederajat_ dengan
ketentuan-ketentuan lex generalis (undang- undang dengan
undang-undang);
3) Ketentuan-ketentuan lex specialis harus berada dalam lingkungan
hukum (rezim) yang sama dengan lex generalis. Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
sama- sama termasuk lingkungan hukum keperdataan
MODULNONLITIGAS! 8
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)c. Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori
Asas berlaku pada peraturan yang sederajat, peraturan yang paling baru
melumpuhkan peraturan yang lama. Jadi peraturan yang telah diganti
dengan peraturan yang baru, secara otomatis dengan asas ini peraturan
yang lama tidak berlaku lagi
Dalam melakukan analisa, Jaksa Pengacara Negara dapat melakukan
penafsiran peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
a. Autentik, yaitu penafsiran yang dilakukan berdasarkan pengertian yang
ditentukan oleh pembentuk peraturan;
b. Gramatikal, yaitu penafsiran yang didasarkan pada maksud perkataan
menurut tata bahasa atau menurut kebiasaan; dan
c. Sistematis, yaitu penafsiran yang dilakukan dengan meninjau susunan
yang berhubungan dengan pasal-pasal lainnya baik dalam peraturan
perundang- undangan yang sama maupun yang lain.
Dalam hal ditemukan adanya pertentangan terhadap dua atau lebih
peraturan perundang-undangan baik secara vertikal maupun secara
horizontal, Jaksa Pengacara Negara tidak dapat menentukan ketentuan
mana yang berlaku dan yang tidak berlaku. Apabila suatu Undang-Undang
diduga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi
Sedangkan dalam hal suatu peraturan perundang-undangan di bawah
Undang-Undang diduga__bertentangan dengan —_ Undang-Undang,
pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung,
4, Subjek Pemohon
Jaksa Pengacara Negara dapat memberikan Pendapat Hukum kepada:
Lembaga/Badan Negara;
s 2
Lembaga/Instansi Pemerintah baik di Pusat dan Daerah;
Badan Usaha Milik Negara/Daerah; dan
Badan Hukum Lain yang di dalamnya Negara/Pemerintah mempunyai
ao
kepentingan terkait hukum Perdata dan Tata Usaha Negara. Definisi
Badan Hukum Lain diuraikan lebih lanjut yaitu Badan Hukum yang
didalamnya Negara atau Pemerintah mempunyai kepentingan terkait
MODULNONLITIGAS! 9
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)hukum perdata dan tata usaha negara, antara lain Badan Layanan
Umum (BLU), Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Anak
Perusahaan BUMN/BUMD, Perusahaan Patungan, Konsorsium dengan
BUMN/BUMD atau dengan Anak Perusahaan BUMN/BUMD. Dengan
demikian, Pendapat Hukum tidak hanya diberikan kepada
Lembaga/Instansi Pemerintah atau Negara dan BUMN/BUMD namun
juga dapat diberikan kepada Anak Perusahaan BUMN/BUMD,
perusahaan patungan BUMN/BUMD maupun konsorsium dengan
BUMN/BUMD.
Sebelum melakukan analisa yuridis normatif terhadap permasalahan
yang diajukan oleh Pemohon Pendapat Hukum, Jaksa Pengacara Negara
wajib memahami kedudukan Pemohon selaku Subjek Hukum terlebih
dahulu. Pemahaman kedudukan Pemohon selaku Subjek Hukum tersebut
dilakukan dengan cara memahami dasar hukum pendiriannya dan ruang
lingkup tugas pokok dan fungsi/lingkup kegiatan usahanya. Selain itu, Jaksa
Pengacara Negara juga wajib memahami peraturan perundang-undangan
yang bersifat sektoraV/khusus bagi Pemohon selaku Subjek hukum. Dengan
memahami Pemohon sebagai subjek hukum maka Jaksa Pengacara
Negara juga dapat memahami keterkaitan antar peraturan perundang-
undangan yang berlaku bagi Pemohon guna menentukan keberlakuan
peraturan mana yang relevan digunakan dalam menganalisa objek
permasalahan.
Pemahaman Pemohon sebagai badan hukum dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
a. Pemahaman Atas Dasar Hukum Pendirian dan Ruang Lingkup Tugas
Pokok dan Fungsi/Lingkup Kegiatan Usaha.
14) Lembaga/Instansi Pemerintah atau Negara
Pemahaman dasar hukum pendirian terhadap lembaga/instansi
Pemerintah atau Negara dilakukan dengan melihat dasar peraturan
perundang- undangan yang membentuknya guna menganalisa ruang
lingkup tugas pokok dan fungsi dari Lembaga/Instansi Pemerintah
atau Negara dimaksud, termasuk di dalamnya kewenangan dari
MODULNON LITIGAS! 10
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)2)
masing-masing pejabat yang terdapat dalam Lembaga/Instansi
Pemerintah atau Negara
Badan Usaha Mik Negara (BUMN)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara, sebuah BUMN dapat berbentuk
Perseroan Terbatas (PT) yang modalnya terbagi dalam saham yang
seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan
Selain itu, BUMN juga dapat berbentuk Perusahaam Umum yang
seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham yang
bertyjuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar
keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Pemahaman Dasar Hukum Pendirian terhadap sebuah BUMN
dilakukan dengan melihat Peraturan Pemerintah Pendirian BUMN
tersebut guna melihat maksud dan tujuan pendirian BUMN
dimaksud, yang kemudian maksud dan tujuan pendirian BUMN
tersebut dirinci dalam Anggaran Dasar BUMN, sehingga dari
‘Anggaran Dasar BUMN tersebut, Jaksa Pengacara Negara dapat
melihat lebih lanjut mengenai ruang lingkup kegiatan BUMN karena
sebuah BUMN tidak dapat melakukan kegiatan di luar_lingkup
Anggaran Dasar. Dari Anggaran Dasar tersebut, Jaksa Pengacara
Negara juga dapat melihat batasan kewenangan dari masing-masing
organ BUMN.
Dalam memahami sebuah BUMN yang berbentuk Perseroan
Tetbatas (PT), Jaksa Pengacara Negara juga wajib memahami
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai perseroan terbatas karena
tethadap BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) berlaku
juga segala ketentuan dan prinsip- prinsip yang diatur dalam undang-
undang mengenai Perseroan Terbatas (PT).
Sebuah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) juga
dapat berbentuk perseroan terbuka, yang berarti bahwa BUMN
MODULNONLITIGAS! 11
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)3)
4)
dimaksud telah melakukan penawaran umum di pasar perdana dan
dicatatkan di bursa efek. Tethadap Perseroan Terbuka_berlaku
ketentuan di bidang pasar modal secara khusus selain peraturan
perundang-undangan mengenai perseroan terbatas, antara lain
mengenai batasan kewenangan persetujuan bagi organ perusahaan
untuk melakukan tindakan tertentu.
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah Badan Usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah, yang
dapat berbentuk Perusahaan Umum Daerah dan perusahaan
perseroan Daerah (Perseroan Terbatas)
Sebuah BUMD dibentuk dengan sebuah Peraturan Daerah,
sehingga Pemahaman terhadap dasar hukum pendirian BUMD
dilinat dari Peraturan Daerah yang membentuk BUMD dimaksud.
Dari Peraturan Daerah tersebut, Jaksa Pengacara Negara juga
dapat memahami ruang lingkup kegiatan BUMD dimaksud.
Tethadap BUMD yang berbentuk Perusahaan umum Daerah,
diatur dalam beberapa peraturan yang bersifat sektoral tergantung
dari ruang lingkup kegiatan usahanya. Terhadap BUMD yang
berbentuk Perusahaan Perseroan Daerah juga berlaku ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai perseroan terbatas.
‘Anak Perusahaan BUMN / BUMD
‘Anak Perusahaan BUMN merupakan perseroan_terbatas yang
sebagian besar sahamnya dimiliki oleh BUMN atau perseroan
terbatas yang dikendalikan oleh BUMN. Oleh karena Anak
Perusahaan BUMN berbentuk perseroan terbatas maka segala
ketentuan mengenai peraturan perundang-undangan di bidang
perseroan terbatas berlaku pada Anak Perusahaan BUMN.
Sebagaimana halnya pengertian Anak Perusahaan BUMN
maka Anak Perusahaan BUMD juga dapat diartikan sebagai
perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh BUMD
atau perusahaan yang dikendalikan oleh BUMD. Pemahaman akan
MODULNONLITIGAS! 12
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)5)
6)
dasar hukum pendirian sebuah Anak Perusahaan BUMD tergantung
pada bentuk dari Anak Perusahaan BUMD dimaksud, sehingga
Jaksa Pengacara Negara wajib menganalisa segala peraturan
daerah dan dasar pembentukan dari Anak Perusahaan BUMD
dimaksud
Perusahaan Patungan
Suatu Perusahaan Patungan merupakan suatu perjanjian
antara dua pihak atau lebih yang memiliki tujuan yang sama yang
bermuara pada terbentuknya suatu perusahaan patungan. Dengan
demikian sebuah BUMN/BUMD atau Anak Perusahaan
BUMN/BUMD dapat bekerja sama dengan pihak lain guna
membentuk suatu Perusahaan Patungan. Untuk itu pemahaman
akan dasar pendirian dan Ruang Lingkup Kegiatan Usaha sebuah
Perusahaan Patungan dapat dilihat dari perjanjian para pihak yang
membentuk perusahaan patungan dimaksud disertai dengan
anggaran dasar perusahaan patungan tersebut, selain itu peraturan
perundang-undangan lain yang disesuaikan dengan bentuk badan
usaha dari Perusahaan Patungan dimaksud.
Pembentukan Anak Perusahaan Patungan tersebut dapat
dilakukan antara BUMN/BUMD atau Anak Perusahaan BUMN/BUMD
dengan pihak asing sehingga Perusahaan Patungan tersebut dapat
dikategorikan sebagai Penanaman Modal Asing. Untuk itu, Jaksa
Pengacara Negara dalam memahami Perusahaan Patungan
tersebut juga wajib mengkaji dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku bagi Penanaman Modal Asing
Konsorsium dengan BUMN/BUMD atau dengan Anak Perusahaan
BUMN/BUMD.
Sebagaimana halnya sebuah Perusahaan Patungan, sebuah
konsorsium dibentuk dengan perjanjian namun tanpa membentuk
suatu badan usaha atau badan hukum. Dengan demikian, dalam
memahami Dasar Hukum Pendirian dan Ruang Lingkup Kegiatan
Usaha dari Konsorsium dimaksud dilakukan dengan menganalisa
perjanjian pembentukan konsorsium. Dari Perjanjian Pembentukan
MODULNONLITIGAS! 13
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)Konsorsium dapat diketahui juga hak dan kewajiban masing-masing
pihak yang terlibat dalam konsorsium.
b. Pemahaman Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Yang Bersifat
Sektoral / Khusus bagi Pemohon
Pemahaman akan Dasar Hukum Pendirian serta tugas pokok dan
fungsi bagi instansi/lembaga negara/Pemerintah atau ruang lingkup
kegiatan usaha bagi BUMN/BUMD serta Badan Hukum Lain,
mengakibatkan Jaksa Pengacara Negara harus melakukan pemahaman
ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersifat sektoral/khusus
bagi Pemohon yang didasarkan pada ruang lingkup tugas pokok dan
fungsi bagi instansi/lembaga negara/Pemerintah atau ruang lingkup
kegiatan usaha bagi BUMN/BUMD serta Badan Hukum Lain, karena
tethadap masing-masing subjek hukum/Pemohon tunduk terhadap
peraturan perundang-undangan yang bersifat sektoral, baik berupa
kementerian/lembaga maupun BUMN/BUMD.
Ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang sektoral
tersebut bersifat khusus dan mengikat bagi subjek Pemohon dalam
melaksanakan kegiatan usahanya, di mana ketentuan yang bersifat
sektoral tersebut mengesampingkan ketentuan lainnya yang bersifat
umum,
5. Objek Permasalahan
Pada suatu surat permohonan Pendapat Hukum, ideainya berisikan
uraian Kasus Posisi berupa fakta atau kejadian perkara yang dihadapi oleh
Pemohon secara jelas dan terperinci disertai dengan permasalahan pokok
berupa pertanyaan-pertanyaan di bidang hukum Perdata dan/atau Tata
Usaha Negara yang hendak diselesaikan atau dimohonkan untuk dicarikan
solusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, selain itu Pemohon juga melampirkan data/dokumen pendukung
sebagai bahan rujukan Jaksa Pengacara Negara dalam penyusunan
Pendapat Hukum. Namun demikian, pada praktiknya tidak jarang suatu
permohonan Pendapat Hukum yang diajukan tidak jelas dan tegas inti
permasalahan hukum yang harus dianalisa dan dijawab kepada Pemohon
karena :
MODULNONLITIGAS! 14
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)a. Pemohon hanya mengemukakan uraian Kasus Posisi permasalahan
secara umum tanpa disertai dengan pertanyaan-pertanyaan yang
secara spesifik hendak diselesaikan; atau
b. Terdapat pertanyaan yang dimohonkan namun bukanlah permasalahan
hukum melainkan pertanyaan yang bersifat teknis; atau
c. Pertanyaan hukum yang diajukan berada pada lingkup Hukum Pidana
atau di luar permasalahan Perdata dan Tata Usaha Negara; atau
d. Tidak dilengkapi/dilampirkan data / dokumen pendukung
Terhadap jenis surat permohonan Pendapat Hukum di atas, Jaksa
Pengacara Negara harus bersikap cermat dan hati- hati, karena hanya
dengan mendasarkan pada permasalahan tersebut semata dapat berakibat
Analisa Yuridis yang dihasilkan bersifat_sumir atau tidak menjawab
permasalahan yang sebenarnya. Hal ini berpotensi untuk disalahgunakan
oleh Pemohon, di mana terhadap permasalahan yang sebenamya akan
dianggap atau diklaim telah sesuai menurut hukum berdasarkan Pendapat
Hukum yang disusun secara sumir tersebut.
Guna menghindari adanya kesalahpahaman atas _objek
permasalahan antara pemohon dengan Jaksa Pengacara Negara dan/atau
menghindari penyalahgunaan Pendapat Hukum oleh Pemohon, Jaksa
Pengacara Negara dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Jaksa Pengacara Negara wajib melakukan verifikasi _terhadap
permasalahan yang diajukan oleh Pemohon guna memastikan bahwa
permasalahan yang diajukan berada dalam ruang lingkup Perdata dan
Tata Usaha Negara serta tidak memiliki implikasi hukum selain dari
permasalahan yang diajukan
Verifikasi dimaksud harus dilakukan melalui tatap muka atau rapat
permulaan, di mana kepada Pemohon diberikan kesempatan untuk
memaparkan maksud dan tujuan dari surat permohonan yang telah
diajukan, serta menunjukan hubungannya dengan fotokopi dokumen
pendukung yang diserahkan kepada Jaksa Pengacara Negara. Melalui
rapat permulaan tersebut diharapkan terjadi proses dialogis antara
Jaksa Pengacara Negara dengan Pemohon, Jaksa Pengacara Negara
dapat mengklarifikasi serta memastikan kesesuaian antara Kasus Posisi
MODULNONLITIGAS! 15
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)dengan dokumen pendukung yang diserahkan, sehingga terjadi
kesepahaman gambaran permasalahan secara utuh antara Jaksa
Pengacara Negara dengan Pemohon. Hal yang lebih penting dari forum
tersebut adalah, Jaksa Pengacara Negara dapat kembali memastikan
bahwa inti permasalahan yang diajukan berada di dalam ataukah di luar
lingkup Perdata dan/atau Tata Usaha Negara dan apakah terdapat
benturan kepentingan (conflict of interest) dengan kewenangan
Kejaksaan di bidang lain atau aparat Penegak Hukum lain.
Dari hasil pertemuan serta data dan dokumen yang telah dipaparkan
dan diserahkan oleh Pemohon, Jaksa Pengacara Negara bersama
dengan Pemohon dapat merumuskan kembali Kasus Posisi secara
utuh, serta inti permasalahan hukum Perdata dan/atau Tata Usaha
Negara yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan- pertanyaan dengan
bahasa yang singkat, padat dan jelas sehingga analisa yuridis yang
disusun oleh Jaksa Pengacara Negara akan terhindar dari implikasi
hukum selain dari permasalahan yang diajukan
. Jaksa Pengacara Negara wajib memberikan limitasi terhadap analisa
yang dilakukan terbatas pada permasalahan yang diajukan berdasarkan
objek permasalahan yang diajukan dan kurun waktu permasalahan
dengan memberikan pemyataan bahwa Jaksa Pengacara Negara tidak
melakukan verifikasi terhadap permasalahan di luar objek dan kurun
waktu yang diajukan. Limitasi atau batasan-batasan ini dapat dianggap
sebagai kesepakatan baku sehingga tidak saja mengikat bagi Pemohon
tetapi juga bagi Kejaksaan selaku lembaga yang mengeluarkan produk
Pendapat Hukum. Bagi Pemohon Pendapat Hukum ini hanya dapat
digunakan atau dijadikan rujukan terbatas pada Objek Permasalahan,
sebagaimana dituangkan dalam Kasus Posisi dan Permasalahan Pokok
yang dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan serta dokumen
pendukung yang dilampirkan. Sedangkan bagi Jaksa Pengacara Negara
selaku penyusun Pendapat Hukum, Objek Permasalahan dimaksud
merupakan batasan ruang lingkup dalam melakukan analisa yuridis agar
tidak meluas dan hanya fokus pada inti permasalahan berdasarkan data
dan dokumen serta peraturan perundang-undangan yang berlaku
Limitasi ini diharapkan dapat melindungi Jaksa Pengacara Negara
MODULNONLITIGAS! 16
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)sekaligus memitigasi risiko penyalahgunaan Pendapat Hukum selain
dari apa yang telah dimaksudkan dan diserahterimakan oleh Pemohon
kepada Jaksa Pengacara Negara. Pada format penyusunan Pendapat
Hukum, limitasi tersebut dituangkan dalam bagian “Batasan Pendapat
Hukum” yang dapat berisi pernyataan-pemyataan :
1) Pendapat Hukum dibuat dan disusun berdasarkan dokumen-
dokumen yang diserahkan oleh Pemohon kepada Tim Jaksa
Pengacara Negara dengan asumsi bahwa tanda tangan atas semua
dokumen- dokumen yang diberikan atau diperlihatkan oleh Pemohon
kepada Tim Jaksa Pengacara Negara adalah asli dan dokumen-
dokumen asli yang diperlihatkan kepada Tim Jaksa Pengacara
Negara adalah otentik serta dokumen-dokumen yang diberikan
kepada Tim Jaksa Pengacara Negara dalam bentuk fotokopi atau
salinan lain adalah sesuai dengan aslinya serta berdasarkan
peraturan perundang-undangan terkait
2) Pendapat Hukum ditujukan terhadap permasalahan yang
dimohonkan oleh Pemohon dan sama sekali tidak dityjukan bagi
masalah lain yang tidak dinyatakan secara tertulis dalam Pendapat
Hukum.
3) Tim Jaksa Pengacara Negara tidak bertanggungjawab apabila
terdapat_kesalahan/kekeliruan sebagian atau seluruh Pendapat
Hukum yang diakibatkan karena adanya kesalahan dalam
data/dokumen yang diberikan oleh Pemohon yang dipergunakan
dalam penyusunan Pendapat Hukum.
4) Selain Batasan Pendapat Hukum di atas, Jaksa Pengacara Negara
juga dapat menambahkan batasan-batasan lainnya sepanjang
diperlukan dan relevan dengan analisa yuridis dalam penyusunan
Pendapat Hukum, Seperti terhadap permohonan Pendapat Hukum
atas suatu permasalahan tertentu dari beberapa tahapan kegiatan
misalnya pada kegiatan pengadaan barang dan/jasa baik pada
Pemerintah maupun pada BUMN/D, di mana pemohon hanya
menanyakan permasalahan hukum pada tahap Penetapan
Pemenang dan Negosiasi Kontrak. Dalam hal ini, Jaksa Pengacara
MODUL NON LITIGAS! 17
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)Negara perlu menambahkan Batasan Pendapat Hukum mengenai
Kurun Waktu Permasalahan dengan menyatakan “Bahwa Pendapat
Hukum ini terbatas pada proses tahapan Penetapan Pemenang dan
Negosiasi Kontrak, Jaksa Pengacara Negara tidak melakukan
verifikasi terhadap kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa yang telah
dilakukan sebelum tahapan kegiatan tersebut".
c. Jaksa Pengacara Negara wajib memahami permasalahan hukum yang
dimohonkan oleh Pemohon dengan melakukan analisa terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sumber hukum lain
baik secara vertikal maupun secara horizontal, serta hubungan satu
dengan lainnya dan penerapannya baik terhadap kedudukan pemohon
selaku subjek hukum, maupun terhadap permasalahan yang
dimohonkan. Setelah memahami dan mendapatkan gambaran yang
utuh mengenai Kasus Posisi dan pokok permasalahan yang dihadapi
oleh Pemohon, langkah berikutnya adalah menerapkan Analisa Yuridis
Normatif terhadap pokok permasalahan tersebut dengan merujuk pada
fakta-fakta yang dikemukakan pada Kasus Posisi berikut dokumen
pendukung, serta peraturan perundang- undangan yang berlaku
Tahapan dimaksud dapat dilakukan sebagai berikut :
4) Melakukan analisa terhadap peraturan perundang- undangan yang
berlaku dan sumber hukum lain baik secara vertikal maupun secara
horizontal, serta hubungan satu dengan lainnya dan penerapannya
tethadap kedudukan pemohon selaku subjek hukum,
Bahwa yang dapat mengajukan Permohonan terbatas pada pihak
yang terkualifikasi sebagai Negara atau Pemerintah, yaitu
Lembaga/Badan Negara, Lembaga/Instansi Pemerintah Pusat dan
Daerah, Badan Usaha Milik Negara/Daerah dan Badan Hukum Lain
yang di dalamnya Negara atau Pemerintah mempunyai kepentingan
terkait hukum Perdata dan Tata Usaha Negara antara lain Badan
Layanan Umum (BLU), Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Anak
Perusahaan BUMN/BUMD, Perusahaan Patungan, Konsorsium
dengan BUMN/BUMD atau dengan Anak Perusahaan BUMN/BUMD.
Pengelolaan terhadap masing-masing Badan hukum tersebut akan
berbeda satu sama lainnya sesuai dengan dasar hukum pendirian,
MODULNONLITIGAS! 18
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)ruang lingkup tugas pokok dan fungsi bagi instansi/lembaga
Negara/Pemerintah atau ruang lingkup kegiatan usaha bagi BUMN/D
serta Badan Hukum Lain, peraturan perundang-undangan berikut
ketentuan lainnya yang berlaku secara sektoral bagi Pemohon.
Dengan mengkaji peraturan perundang-undangan di atas Jaksa
Pengacara Negara akan mendapatkan gambaran mengenai :
a) Struktur jabatan pada suatu instansi / lembaga negara /
pemerintah atau struktur kepengurusan / organ pada suatu
BUMN/D dan badan hukum lainnya, beserta ruang lingkup dan
batasan kewenangannya. Sebagai contoh struktur kepengurusan
pada BUMN yang berbentuk Persero terdiri dari RUPS, Direksi,
dan Dewan Komisaris sedangkan pada BUMN yang berbentuk
Perum terdiri dari Menteri, Direksi, dan Dewan Pengawas.
Struktur kepengurusan berikut tugas dan tanggung jawab serta
pembagian kewenangan pada masing-masing organ BUMN
tersebut, di antaranya dapat kita cermati pada Undang- Undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara berikut
peraturan pelaksanaannya, Dasar Hukum Pendirian dari masing-
masing BUMN, serta pada Anggaran Dasar (AD).
Perihal struktur kepengurusan BUMN berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2003 tentang
Pelimpahan Kedudukan, Tugas, dan Kewenangan Menteri
Keuangan Pada Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan
Umum (Perum), dan Perusahaan Jawatan (Perjan) kepada
Menteri Negara Badan Usaha Milk Negara, bahwa tugas dan
kewenangan Menteri Keuangan selaku pemegang saham atau
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Persero
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12
Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan
sebagai Wakil Pemerintah pada Perum sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Perusahaan Umum (Perum), telah dialihkan kepada Menteri
Negara Badan Usaha Milk Negara, kecuali terhadap BUMN yang
MODULNONLITIGAS! 19
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)b)
di dalam Peraturan Pemerintah tentang Pendiriannya secara
tegas menyatakan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 2003 tidak berlaku. Mencermati struktur kepengurusan
pada BUMN dihubungkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor
41 Tahun 2003, Jaksa Pengacara Negara dapat memahami
tuang lingkup keberlakukan suatu Peraturan Menteri BUMN baik
bagi BUMN yang berbentuk Persero maupun bagi BUMN yang
berbentuk Perum. Terhadap BUMN yang berbentuk Perum,
ketentuan Menteri BUMN mengikat secara langsung karena
Menteri BUMN merupakan Menteri yang berkedudukan langsung
selaku Organ Perum. Adapun terhadap BUMN yang berbentuk
Persero, keberlakukan Peraturan Menteri BUMN akan
bergantung pada kepemilikan saham negara pada BUMN
dimaksud, yaitu apabila seluruh saham Persero dimiliki oleh
Negara maka kedudukan Menteri BUMN sebagai RUPS (Organ
Persero) sehingga Peraturan Menteri BUMN sama kedudukannya
sebagai Keputusan RUPS. Namun apabila saham Persero tidak
seluruhnya dimiliki oleh Negara maka kedudukan Menteri BUMN
hanya sebagai Pemegang Saham (bukan sebagai Organ
Persero) sehingga keberlakuan Peraturan Menteri BUMN bersifat
alternatif yaitu dapat berlaku mengikat apabila ditetapkan terlebih
dahulu oleh RUPS atau dengan cara penundukan diri
Penundukan diri dapat dilakukan sebagaimana diketahui di dalam
terminologi hukum dikenal dua jenis penundukan iri yaitu
“penundukan diri secara sukarela” atas dasar keinginan yang
bersangkutan sendiri (Vrijwillige Onderwerping) dan “penundukan
diri secara diam-diam’ karena perintah Undang-Undang atau
disebut juga dengan istilah ‘penundukan diri anggapan’
(Verorderstelde Onderwerping).
Mekanisme pengelolaan suatu instansi/lembaga
negara/pemerintah dalam melaksanakan hak dan kewajibannya
atau suatu BUMN/D atau Badan Hukum lain melaksanakan
kegiatan usahanya. Bahwa pengelolaan atau pengurusan suatu
instansi/lembaga negara/pemerintah —berbeda_—_ dengan
MODULNON LITIGAS! 20
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)pengelolaan atau pengurusan suatu BUMN/D atau Badan Hukum
lain, maka terhadap persoalan hukum yang diajukan oleh
pemohon harus dianalisa sesuai dengan ketentuan dalam
pengelolaan atau pengurusan instans/BUMN/D atau Badan
Hukum lain tersebut. Oleh karena itu suatu petmohonan
Pendapat Hukum atas suatu permasalahan yang sama tetapi
diajukan oleh instans/BUMN/D atau Badan Hukum lain yang
berbeda akan berpengaruh besar terhadap ruang lingkup analisa
yuridis yang dilakukan dan tidak menutup kemungkinan akan
menghasilkan kesimpulan dan saran yang berbeda. Misalkan
suatu permohonan Pendapat Hukum terhadap permasalahan
pelepasan aset milk BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas
(PT) kepada Instansi Pemerintah, dalam hal ini tata cara serta
batasan persetujuan yang harus dipenuhi oleh BUMN berbeda
dengan yang harus dipenuhi oleh Instansi Pemerintah. Aset
Tetap milik BUMN merupakan Kekayaan Negara yang dipisahkan
di mana pengelolaannya tunduk pada mekanisme korporasi, oleh
karena itu mekanisme pelepasan aset dimaksud wajib
memperhatikan ketentuan dalam UU BUMN, UU PT, AD serta
ketentuan sektoral terkait dengan ruang lingkup kegiatan usaha
BUMN dimaksud. Sedangkan bagi Instansi Pemerintah selaku
pihak yang menerima/melaksanakan pengadaan tunduk pada
ketentuan Pengelolaan Barang Milik Negara, oleh karena itu
pengadaannya wajib memperhatikan ketentuan Undang- Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Peraturan Menteri
Keuangan dan segala turunannya
Berdasarkan uraian di atas, maka terhadap setiap permohonan
Pendapat Hukum penting untuk terlebih dahulu mencermati
kedudukan Pemohon sebagai Subjek Hukum. Beranjak dari
pemahaman tersebut Jaksa Pengacara Negara akan mendapatkan
gambaran sekaligus ~menginventarisir peraturan _perundang-
MODULNONLITIGAS! 21
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)2)
undangan mana saja yang harus dijadikan dasar dan rujukan dalam
melaksanakan analisa yuridis terhadap permasalahan hukum yang
diajukan oleh Pemohon.
Melakukan analisa terhadap peraturan perundang- undangan yang
berlaku dan sumber hukum lain baik secara vertikal maupun secara
horizontal, serta hubungan satu dengan lainnya dan penerapannya
tethadap permasalahan yang dimohonkan.
Yang dimaksud dengan permasalahan yang dimohonkan di sini
adalah permasalahan hukum perdata dan/atau tata usaha negara
yang telah dijabarkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dengan
latar belakang sebagaimana diuraikan pada kasus posisi. Pada
tahap inilah analisa yuridis normatif diterapkan kepada masing-
masing pertanyaan yang telah dirumuskan, dengan merujuk pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi si Pemohon,
termasuk peraturan perundang-undangan sektoral yang mengatur
kegiatan/bidang usahanya, serta sumber hukum lainnya baik secara
vertikal maupun horizontal dihubungkan dengan data/fakta serta
dokumen pendukung yang telah diserahkan oleh Pemohon kepada
Jaksa Pengacara Negara.
Pada tahap awal Jaksa Pengacara Negara dapat menginventarisir
peraturan perundang-undangan dimaksud dengan mencermati
kedudukan Pemohon sebagai subjek hukum, kemudian dengan
mencermati kasus posisi beserta pokok permasalahan yang
diajukan, Jaksa Pengacara Negara harus dapat memilah dan
memilih ketentuan mana saja yang relevan baik mengenai kurun
waktu maupun ruang lingkup keberlakuan peraturan perundang-
undangan tersebut tethadap permasalahan hukum yang
disampaikan untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam Pendapat
Hukum dengan melakukan penafsiran dan menerapkan asas-asas
peraturan perundang- undangan, di mana Jaksa Pengacara Negara
harus memperhatikan ketentuan yang tinggi terlebih dahulu secara
berjenjang (hierarkis) sehingga dapat dihasilkan analisa yang
terstruktur dan sistematis.
MODULNONLITIGAS! 22
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)Contch kasus mengenai permohonan Pendapat Hukum yang
diajukan oleh PT Bank Mandir (Persero), Tbk., tentang rencana
pemanfaatan aset idle (non produktif) sesuai ketentuan Peraturan
Menteri BUMN Nomor: Per- 13/MBU/09/2014 tentang Pedoman
Pendayagunaan Aset Tetap Badan Usaha Milik Negara (Permen
BUMN No. Per-13 Tahun 2014). Tahapan analisis yuridis dapat
dilakukan sebagai berikut
a) Sebelum menganalisa lebih jauh perihal inti permasalahan yang
diajukan, Jaksa Pengacara Negara perlu mengkaji kedudukan
Pemohon sebagai subjek hukum dengan merujuk pada peraturan
perundang-undangan mana saja yang berlaku bagi PT Bank
Mandiri (Persero), Tbk., yaitu: Perseroan Terbatas (PT) yang
menunjukkan bentuk badan hukumnya, bank yang menunjukan
kegiatan usahanya, BUMN (Persero) yang menunjukan sebagai
kekayaan negara yang dipisahkan, dan Tbk. (Terbuka) yang
artinya perusahaan tersebut telah melakukan penawaran umum
saham (saham- sahamnya telah diperjualbelikan sehingga
terkategori sebagai Perseroan Publik).
Dengan mencermati kedudukan Pemohon sebagai subjek hukum
di atas, tergambarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku secara sektoral terhadap kegiatan usahanya adalah di
bidang perbankan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 jo. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan beserta peraturan pelaksanaannya. Selain itu,
mencermati bentuk BUMN tersebut yang merupakan Perseroan
Terbatas (PT) Terbuka, maka harus pula diperhatikan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN beserta peraturan
pelaksanaannya, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas beserta peraturan _ pelaksanaannya,
Anggaran Dasar (AD) dan Peraturan Internal yang telah
ditetapkan oleh Organ Perseroan, serta ketentuan terkait di
bidang pasar modal
MODULNONLITIGAS! 23
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)b) Setelah mengkaji peraturan perundang- undangan yang berlaku
diatas, selanjutnya Jaksa Pengacara Negara melakukan analisa
yuridis terhadap permasalahan yang diajukan dengan merujuk
pada data/dokumen dihubungkan dengan peraturan perundang-
undangan yang relevan untuk dijadikan dasar_ pertimbangan
dalam Pendapat Hukum. Merujuk pada permasalahan mengenai
“rencana pemanfaatan aset idle (non produktif) sesuai ketentuan
Permen BUMN No. Per-13 Tahun 2014”, maka jelas yang
menjadi objek dalam analisa yuridis disini adalah perihal
keberlakuan Permen BUMN No. Per-13 Tahun 2014 terhadap
rencana pemanfaatan aset non produktif pada PT Bank Mandiri
(Persero), Tbk., yang pada pokoknya dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1) Pasal 3 Permen BUMN No. Per-13 Tahun 2014
menentukan:
(1) Bagi Persero/Perseroan Terbatas yang tidak semua
sahamnya dimiliki oleh Negara, pemberlakukan
Peraturan Menteri ini dikukuhkan Persero /
Perseroan bersangkutan, atau melaksanakan secara
langsung Peraturan Menteri ini.
(2) Bagi BUMN yang bergerak pada sektor usaha tertentu,
berlaku ketentuan dalam Peraturan Menteri_ ini
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan di bidang sektor
usaha tertentu dimaksud
(3) Bagi BUMN Terbuka, Direksi dapat melaksanakan
secara langsung Peraturan Menteri ini sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
dan ketentuan di bidang Pasar Modal.
PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. merupakan BUMN
berbentuk Persero Terbuka yang melaksanakan kegiatan
usaha bank umum. Sebagai bank umum, PT Bank Mandiri
(Persero), Tbk. terikat pada ketentuan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 jo. Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, yang pada pokoknya menentukan
larangan bagi bank umum untuk melakukan usaha lain di luar
MODUL NON LITIGAS! 24
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)kegiatan usaha bank umum sebagaimana diatur dalam Pasal
6 dan Pasal 7 UU Nomor 7 Tahun 1992
Mekanisme pendayagunaan aset tetap sebagaimana diatur
dalam Permen BUMN No. Per-13 Tahun 2014 meliputi
kegiatan Bangun Guna Serah, Bangun Serah Guna, Kerja
Sama Operasi, Kerja Sama Usaha, atau cara lain yang
seluruhnya terkategori sebagai kegiatan usaha di luar
kegiatan usaha bank umum.
Oleh karena tidak termasuk pada kegiatan usaha bank
umum, maka secara normatif PT Bank Mandiri (Persero),
Tbk. tidak dapat melakukan pemanfaatan aset idle (non
produktif) sesuai ketentuan Permen BUMN No. Per-13 Tahun
2014 karena pelaksanaannya akan bertentangan dengan
Pasal 6 dan Pasal 7 UU Nomor 7 Tahun 1992.
Berdasarkan penjelasan di atas dalam memahami suatu
ketentuan peraturan perundang-undangan perlu dilakukan secara
komprehensif tidak hanya mengkaji dari satu peraturan semata
namun pengkajian harus dilakukan secara lengkap baik secara
vertikal maupun horizontal. Seperti halnya — terhadap
permasalahan di atas yang apabila kajiannya hanya semata-mata
dilihat berdasarkanPeraturan Menteri ~BUMN — tanpa
memperhatikan ketentuan sektoral di bidang Perbankan, maka
Pendapat Hukum Jaksa Pengacara Negara akan bertolak
belakang dari yang seharusnya tidak dapat dilaksanakan menjadi
dapat dilaksanakan.
Jaksa Pengacara Negara wajib memahami ruang lingkup
keuangan negara dan kekayaan negara berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku baik sebagai kekayaan
negara yang dipisahkan maupun sebagai kekayaan negara yang
tidak dipisahkan guna mengantisipasi adanya suatu kerugian
keuangan negara yang telah ada maupun yang berpotensi
diakibatkan oleh suatu permasalahan yang diajukan oleh
Pemohon guna menghindari adanya legitimasi melalui
MODULNONLITIGAS! 25
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)mekanisme keperdataan atas suatu perbuatan tindak pidana
korupsi.
6. Ruang Lingkup Keuangan / Kekayaan Negara
a. Jaksa Pengacara Negara wajib memahami lingkup keuangan/kekayaan
negara. Bahwa perlakuan terhadap suatu subjek hukum yang
merupakan bagian kekayaan negara yang tidak dipisahkan dengan
subjek hukum yang merupakan bagian dari kekayaan negara yang
dipisahkan adalah berbeda walaupun keduanya tetap merupakan
bagian dari keuangan negara. Perbedaan tersebut adalah berkaitan
dengan ketentuan mana yang berlaku terhadap subjek hukum tersebut.
Subjek hukum yang merupakan bagian dari kekayaan negara yang tidak
dipisahkan maka tunduk pada ketentuan di bidang pengelolaan
kekayaan negara, sedangkan tethadap subjek hukum yang merupakan
bagian dari kekayaan negara yang dipisahkan maka tunduk pada
ketentuan sektoral yang mengaturya, misalkan BUMN yang berbentuk
Perseroan Terbatas maka tunduk pada ketentuan UU BUMN, UU PT,
dan anggaran dasar.
b. Hal ini diperkuat oleh Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor:
48/PUU-XI/2013. dan Putusan Nomor: 62/PUU- XW/2013 di mana
Putusan Nomor: 48/PUU-X\/2013 berkenaan dengan permohonan
pengujian Pasal 2 huruf g dan huruf i Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, sementara Putusan Nomor: 62/PUU-
XW/2013 berkaitan dengan permohonan pengujian Pasal 6 ayat (1),
Pasal 9 ayat (1) huruf b, Pasal 10 ayat (1) dan ayat (3) huruf b, dan
Pasal 11 huruf a Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Kedua permohonan pengujian tersebut
pada pokoknya mengandung maksud yang sama yaitu
mempertanyakan definisi keuangan negara dalam konteks kekayaan
negara yang dipisahkan pada Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha
Milik Daerah (BUMN/BUMD) dan menggugat kewenangan BPK untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam
hal kekayaan negara yang dipisahkan pada BUMN/BUMD tersebut.
MODULNONLITIGAS! 26
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)c. Dalam pertimbangan putusannya, Mahkamah Konstitusi pada pokoknya
menyatakan hal-hal sebagai berikut :
1) BUMN merupakan badan usaha kepunyaan negara, fungsinya
menjalankan usaha sebagai derivasi dari penguasaan negara atas
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai
hajat hidup orang banyak serta sumber daya alam Indonesia,
sebagian besar atau seluruh modal usaha berasal dari keuangan
negara yang dipisahkan, dan ditujukan untuk mencapai sebesar-
besamya kemakmuran rakyat.
2) Pemisahan kekayaan negara bukanlah merupakan_ transaksi yang
mengalihkan suatu hak sehingga akibat hukumnya tidak terjadi
peralihan hak dari Negara kepada BUMN, sehingga BUMN sebagai
Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) tetap merupakan bagian dari
Keuangan Negara (KN).
3) Atas dasar pemikiran tersebut, maka MK berpendapat bahwa DPR
dan BPK tetap dapat melakukan pengawasan terhadap BUMN
sebagai kewenangan konstitusional.
4) Meskipun demikian, MK berpendapat pula bahwa pengawasan
tethadap BUMN oleh DPR dan BPK harus menggunakan
pendekatan bisnis dan bukan pendekatan pengelolaan keuangan
negara oleh Instansi Pemerintah.
5) MK juga berpendapat_«bahwa_~—tata_—sikelola_— dalam
pengurusan/pengelolaan BUMN dan kekayaannya menggunakan
mekanisme korporasi agar dapat mengikuti perkembangan dan
persaingan dunia usaha dan melakukan akumulasi modal, yang
memerlukan pengambilan keputusan dengan segera
6) Namun demikian BUMN tidak dapat disamakan persis dengan
swasta karena misinya merupakan derivasi dari penguasaan Negara
atas cabang produksi yang penting bagi Negara dan merupakan
kepanjangan tangan Pemerintah. Di lain pihak, MK juga berpendapat
bahwa tata kelola BUMN harus berbeda dari pengelolaan KN yang
tidak dipisahkan yang dikelola oleh lembaga Pemerintah.
MODULNONLITIGAS! 27
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)d. Berdasarkan uraian di atas telah jelas bahwa BUMN sebagai kekayaan
negara yang dipisahkan merupakan bagian dari keuangan negara,
namun pengelolaan terhadap BUMN tidak dapat disamakan dengan
pengelolaan terhadap kekayaan negara yang tidak dipisahkan pada
lembaga/kementerian. Pengelolaan terhadap BUMN khususnya terkait
dengan pengelolaan aset menggunakan pendekatan bisnis dan bukan
pendekatan pengelolaan keuangan negara oleh Instansi Pemerintah.
B. Pendampingan Hukum
1, Ruang Lingkup
a. Pendampingan Hukum (Legal Assistance/LA) merupakan jasa hukum
dalam bidang Perdata maupun Tata Usaha Negara yang diberikan oleh
Jaksa Pengacara Negara berupa pendapat hukum secara berkelanjutan
atas suatu kegiatan yang diajukan oleh Pemohon dan diakhiri dengan
kesimpulan atas pemberian Pendapat Hukum tersebut dalam bentuk
Berita Acara Pendampingan Hukum.
b. Selama proses Pendampingan Hukum, Jaksa Pengacara Negara tidak
diperkenankan menjadi bagian dari pelaksana kegiatan karena
kapasitas Jaksa Pengacara Negara dibatasi hanya bertindak sebagai
pihak yang memberikan masukan/saran bersifat yuridis sehingga tidak
memiliki otoritas untuk menentukan hal-hal yang berkaitan dengan
keputusan/kebijakan yang akan diambil oleh Pemohon.
c. Jaksa Pengacara Negara memberikan pendapat dalam Pendampingan
Hukum dengan berdasarkan pada data-data formil berupa dokumen
yang disampaikan Pemohon yang mana terhadap keabsahan dan
kebenaran dokumen- dokumen tersebut; baik menyangkut isi, materi
dan tandatangannya diasumsikan benar dan sesuai dengan aslinya.
Apabila di kemudian hari ditemukan perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh Pemohon, maka hal tersebut adalah tisiko dan
konsekuensi yang ditanggung Pemohon sendiri yang tidak dapat
dimintakan pertanggungjawaban secara tanggungrenteng kepada Jaksa
Pengacara Negara
2. Mekanisme
MODUL NON LITIGAS! 28
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)a. Metode yang dilakukan Jaksa Pengacara Negara dalam mendampingi
kegiatan Pemohon menggunakan analisa yuridis normatif, dengan kata
lain Jaksa Pengacara Negara tidak diperkenankan untuk melakukan
analisa yang berada diluar aspek hukum, misalnya terkait dengan kajian
bisnis/nilai keekonomian/studi kelayakan/analisa yang bersifat teknis
lainnya,
b. Selama proses pendampingan hukum, tidak menutup kemungkinan
akan timbul potensi/persoalan hukum yang memerlukan mitigasi resiko,
atas hal ini Jaksa Pengacara Negara secara aktif harus memberikan
pendapat hukum secara tertulis baik diminta ataupun tidak diminta oleh
Pemohon. Pendapat Hukum dimaksud diberikan balk di setiap tahap
kegiatan ataupun secara insidentil. Dalam hal memberikan pendapat
hukum insidentil yang kasuistis disampaikan secara lisan maka langkah
selanjutnya Jaksa Pengacara Negara harus menerbitkan Pendapat
Hukum secara tertulis.
c. Pendampingan hukum dilakukan secara bertahap dari awal hingga akhir
kegiatan, namun dapat juga dilakukan secara parsial di satu tahapan
tertentu. Misalnya dalam kegiatan pengadaan barang/jasa, Pemohon
mengajukan permohonan Pendampingan Hukum sejak _tahap
Prakualifikasi Lelang, bukan sejak awal proses pengadaan. Dalam hal
ini, tanggungjawab Jaksa Pengacara Negara dimulai dan berlaku sejak
tahapan didampinginya kegiatan tersebut
d. Mengingat pendampingan hukum dilaksanakan dalam tempo yang relatif
panjang, dan selama prosesnya Jaksa Pengacara Negara menerbitkan
beberapa pendapat hukum atau notula rapat, maka analisa yang
dilakukan harus selaras dan terintegrasi satu sama lain dimana pada
akhir kegiatan pendampingan hukum dibuatkan laporan akhir.
C. Audit Hukum (Legal Audit)
1
Ruang Lingkup
Audit Hukum (Lega/ Audit) adalah jasa hukum yang diberikan oleh
Jaksa Pengacara Negara berupa kegiatan pemeriksaan secara menyeluruh
dan seksama dari segi hukum yang dilakukan oleh Jaksa Pengacara
MODULNONLITIGAS! 29
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)Negara atas permintaan Negara atau Pemerintah terhadap suatu perbuatan
yang telah dilaksanakan yang berkaitan dengan Hukum Perdata untuk
menggambarkan kepatuhan terhadap ketentuan hukum atas suatu kegiatan
atau badan hukum secara yuridis normatif.
Objek dari Audit Hukum meliputi keseluruhan perusahaan dan/atau
kegiatan yang dikelola oleh perusahaan tersebut. Pada setiap objek Audit
Hukum terdapat wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda, hal ini
disesuaikan dengan karakteristik dan tujuan yang akan dicapai dari
pelaksanaan Audit Hukum.
Audit Hukum pada Perusahaan mempunyai lingkup yang luas karena
merupakan uji tuntas terhadap segala aspek hukum perusahaan, adapun
tujuannya untuk :
a. Memperoleh status hukum atau penjelasan hukum terhadap dokumen
yang telah diperiksa;
b. Memeriksa legalitas suatu perusahaan
c. Memeriksa tingkat ketaatan suatu badan hukum dalam melaksanakan
peraturan perundang-undangan; dan
d. Memberikan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
oleh badan hukum.
‘Sedangkan Audit Hukum terhadap kegiatan perusahaan__lingkupnya
dibatasi hanya pada suatu kegiatan tertentu yang telah dilaksanakan
perusahaan, adapun tujuannya untuk:
a. Agar badan hukum mendapatkan status hukum yang jelas atas
kegiatan yang telah dilakukan setelah dokumen-dokumen terkait
diperiksa; dan
b. Memberikan penilaian terhadap suatu kegiatan yang telah dilakukan
oleh badan hukum.
Mekanisme
Dalam melakukan Audit Hukum, Jaksa Pengacara Negara harus
memenuhi tahapan-tahapan sebagai berikut :
MODULNON LITIGAS!_ 30
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)a. Penandatanganan Perjanjian Jaminan Kerahasiaan oleh Tim Jaksa
Pengacara Negara (Confidentiality Agreement)
Jaksa Pengacara Negara wajib menjaga kerahasiaan karena sebagian
besar dokumen yang akan dilakukan audit merupakan dokumen bersifat
rahasia sehingga Jaksa Pengacara Negara dilarang memberitahukan
informasi atas isi dokumen tersebut kepada pihak lain.
b. Persiapan permintaan dokumen terkait Audit Hukum (Legal Audit List)
Permintaan list document digunakan sebagai acuan untuk menentukan
dokumen mana saja yang akan digunakan dalam legal audit sehingga
pemeriksaan dokumen terkait dapat dilaksanakan secara bertahap dan
terstruktur sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
c. Pemeriksaan dokumen dan peraturan perundang-undangan terkait
dilakukan menggunakan metode yuridis normatif guna memastikan
kedudukan hukum dari masing-masing dokumen yang diperiksa.
Dalam melaksanakan Audit Hukum terdapat banyak dokumen yang
harus diperiksa, hal tersebut tergantung kepada kebutuhan pemeriksaan
yang diajukan oleh Pemohon. Namun secara umum, dokumen penting yang
dibutuhkan antara lain :
a. Dasar pendirian perusahaan, berupa :
1) Akta Pendirian Perusahaan;
2) Berita Acara Rapat Pemegang Umum Saham;
3) Daftar Pemegang Saham Perusahaan;
4) Struktur Organisasi Perusahaan:
5) Daftar Bukti Penyetoran Modal Perusahaan;
6) Anggaran Dasar Perusahaan yang telah disesuaikan dengan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas,
b. Dokumen-dokumen mengenai aset perusahaan, seperti :
1) Sertifikat-sertifikat tanah;
2) Surat-surat tanda bukti kepemilikan kendaraan bermotor;
3) Dokumen-dokumen kepemilikan saham pada perusahaan lain, dan
sebagainya,
MODULNONLITIGAS! 31
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN). Perjanjian-perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh perusahaan
dengan pihak ketiga, seperti :
1) Perjanjian utang piutang:
2) Perjanjian kerja sama;
3) Perjanjian dengan Pemegang Saham;
4) Perjanjian dengan supplier, dan sebagainya
Dokumen-dokumen mengenai perijinan dan persetujuan perusahaan,
seperti:
1) Surat Keterangan Domisili Perusahaan;
2) Tanda Daftar Perusahaan;
3) Perijinan dan persetujuan yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah,
dan sebagainya.
. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan kepegawaian
perusahaan, seperti :
1) Peraturan perusahaan;
2) Dokumen mengenai jaminan asuransi tenaga kerja;
3) Dokumen mengenai ijin tenaga kerja asing:
4) Dokumen mengenai perijinan dan kewajiban pelaporan mengenai
kepegawaian:
5) Dokumen mengenai upah tenaga kerja;
6) Dokumen mengenai kesepakatan kerja bersama, dan sebagainya.
Dokumen-dokumen mengenai asuransi perusahaan, seperti
1) Polis asuransi gedung;
2) Polis kendaraan;
3) Polis mengenai gangguan usaha;
4) Polis untuk pihak ketiga (misalnya konsumen);
5) Polis koperasi;
6) Polis dana yang tersimpan; dan sebagainya
. Dokumen-dokumen mengenai pajak perusahaan, seperti :
1) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan:
MODULNONLITIGAS! 32
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)2) Dokumen mengenai Pajak Bumi Bangunan;
3) Dokumen mengenai pajak-pajak terutang; dsb.
h. Dokumen-dokumen yang berkenaan dengan terkait atau tidak terkaitnya
perusahaan dengan tuntutan dan/atau sengketa balk didalam maupun
diluar pengadilannya
Di samping melakukan pemeriksaan dokumen, hal-hal lain yang
harus dilakukan Jaksa Pengacara Negara dalam melaksanakan Audit
Hukum adalah sebagai berikut :
a. Meneliti dokumen yang berkaitan dengan objek.
b. Penelitian yang didasarkan pada sumber informasi lainnya, misalnya
Pengadilan, Laporan Keuangan, Keterangan Direksi dan lain
sebagainya.
Terhadap keseluruhan dokumen-dokumen dan hal-hal penunjang lain
sebagaimana tersebut diatas harus dilakukan pemeriksaan secara obyektif
dan seksama apakah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang ada dengan memenuhi prinsip-prinsip Audit Hukum.
BAB III
TINDAKAN HUKUM LAIN
Ruang Lingkup
Tindakan Hukum Lain adalah pemberian Jasa Hukum oleh Jaksa
Pengacara Negara di luar Penegakan Hukum, Bantuan Hukum, Pelayanan
Hukum dan Pertimbangan Hukum dalam rangka menyelamatkan dan
memulihkan Keuangar’ Kekayaan Negara serta menegakkan kewibawaan
MODULNONLITIGAS! 33
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)pemerintah antara lain untuk bertindak sebagai konsiliator, mediator atau
fasilitator dalam hal terjadi sengketa atau perselisihan antar Negara atau
Pemerintah. Jaksa Pengacara Negara haus berpegang pada prinsip- prinsip
obyektivitas, keadilan, kelayakan dan ketentuan hukum yang berlaku, untuk
menghindari permasalahan / sengketa hukum.
Konsiliasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
(negosiasi) dengan bantuan Jaksa Pengacara Negara sebagai konsiliator
untuk mengindentifikasikan masalah, menciptakan pilihan-pillhan, memberikan
pertimbangan pilihan penyelesaian serta memberikan masukan / konsep /
proposal perjanjian penyelesaian sengketa.
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
(negosiasi) dengan bantuan Jaksa Pengacara Negara sebagai mediator untuk
mengidentifikasi permasalahan dan mendorong tercapainya kesepakatan yang
dibuat para pihak sendiri
Fasilitasi adalah cara penyelesaian permasalahan dengan bantuan Jaksa
Pengacara Negara sebagai fasilitator untuk memfasilitasi para pihak yang
mempunyai permasalahan tanpa terlalu jauh masuk dalam materi
permasalahan, antara lain dengan memfasilitasi pertemuan antara para pihak.
Mekanisme
Pemberian Tindakan Hukum Lain diawali dengan adanya Surat
Permohonan, Terhadap setiap Permohonan Tindakan Hukum Lain, wajib
dibuat Telaahan Awal oleh Tim Jaksa Pengacara Negara, yang ditunjuk oleh
Pimpinan, memuat analis hukum yang lengkap untuk menentukan apakah
termasuk lingkup tugas dan kewenangan Bidang Perdata dan Tata Usaha
Negara dan untuk mengantisipasi adanya benturan kepentingan (conflict of
interest) dengan bidang lain, sesuai dengan formulir Administrasi Perkara
Perdata dan Tata Usaha Negara
Apabila dari hasil Telaahan Awal tersebut disimpulkan bahwa dapat
diberikan Tindakan Hukum Lain, maka selanjutnya Tim Jaksa Pengacara
Negara melakukan Tindakan Hukum Lain sebagaimana permohonan
Pemohon, yaitu sebagai Konsiliator, Mediator atau Fasilitator, Tindakan
Hukum Lain terhadap Permasalahan Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara
MODULNONLITIGAS! 34
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)Penting, Pimpinan Satuan Kerja yang akan melaksanakan Tindakan Hukum
Lain wajib melaporkan secara berjenjang kepada Jaksa Agung Muda Bidang
Perdata dan Tata Usaha Negara. Pimpinan Satuan Kerja dapat melakukan
ekspose perkara secara berjenjang guna menentukan langkah dalam proses
Tindakan Hukum Lain. Untuk melakukan Tindakan Hukum Lain, diperlukan
Surat Perintah dari Pimpinan Satuan Kerja kepada Tim Jaksa Pengacara
Negara sesuai formulir Administrasi Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara
Tindakan Hukum Lain yang dilakukan baik sebagai Konsiliator, Mediator
maupun Fasilitator, harus didasarkan atas persetujuan dari kedua belah pihak
secara tertulis. Sebagai Konsiliator, Mediator dan Fasilitator, Jaksa Pengacara
Negara merupakan pihak yang netral (tidak memihak salah satu Pihak) dan
membantu menyelesaikan Sengketa antar Para Pihak. Dalam Konsiliasi,
Jaksa Pengacara Negara bertindak sebagai Konsiliator dan mempunyai
kewajiban membantu menyelesaikan sengketa Para Pihak melalui proses
perundingan (negosiasi) dengan mengindentifikasi masalah, menciptakan
pilhan- pillhan, memberikan pertimbangan pilihan penyelesaian serta
memberikan masukan/konsep/proposal perjanjian penyelesaian sengketa
Dalam Mediasi, Jaksa Pengacara Negara bertindak sebagai Mediator dan
mempunyai kewajiban membantu menyelesaikan sengketa Para Pihak melalui
proses perundingan (negosiasi) dengan mengidentifikasi permasalahan dan
mendorong tercapainya kesepakatan yang dibuat para pihak sendiri
Dalam Fasilitasi, Jaksa Pengacara Negara bertindak sebagai Fasilitator
dan mempunyai kewajiban membantu menyelesaikan sengketa Para Pihak
melalui proses perundingan (negosiasi) dengan memfasilitasi Para Pihak tanpa
terlalu jauh masuk dalam materi permasalahan, antara lain dengan
memfasilitasi pertemuan antara para pihak.
Proses Fasilitasi, Mediasi dan Konsiliasi berakhir setelah semua proses
dilakukan, meskipun tidak tercapai kesepakatan Para Pihak. Jaksa Pengacara
Negara wajib melaporkan secara berjenjang kepada Pimpinan Satuan Kerja
tentang hasil Fasilitasi, Mediasi dan Konsiliasi baik apabila tercapai
kesepakatan maupun tidak. Selanjutnya Pimpinan Satuan Kerja
MODULNONLITIGAS! 35
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)menyampaikan Laporan Pelaksanaan Konsiliasi/Mediasi/Fasilitasi kepada
Pemohon.
MODULNONLITIGAS! 36
(PERTIMBANGAN HUKUM DAN TINDAKAN HUKUM LAIN)