Anda di halaman 1dari 103
& PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBENTUKAN JAKSA MODUL HUKUM PERDATA MATERIIL BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHANKEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA 2021 CAHYANING NURATIH, SH., Ve SAIMAH, SH KATA PENGANTAR ‘Tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang- undang Dasar Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekean, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut diperlukan aparatur penegak hukum yang mampu mendorong terwujudnya tujuan nasional, melalui penegakan hukum yang berkeadilan. Dalam penegakan hukum dikenal adanya Integrated Criminal Justice System (Sistem Peradilan Pidana Terpadu) yang terdiri dari Polisi, Jaksa, Hakim, Penasihat Hukum dan aparatur Lembaga Pemasyarakatan. Kejaksaan R.l. adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bldang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang. Sebagai lembaga pemerintah, Kejaksaan harus didukung oleh aparatur yang professional, berintegritas dan berkarakter yang salah satu sarananya didapat melalui pendidikan dan pelatihan. Oleh Karena itu Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan R.l. menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Jaksa (PPP). Dalam pemenuhan proses pembelajaran PPPJ diperlukan modul. Salah satunya modul tentang Hukum Perdata Materiil, Maksud dan tujuan penulisan modul ini agar peserta PPPJ mampu memaham! dan mengaktualisasikan tugas dan wewenangnya sebagal Jaksa secara professional, berintegritas dan berkarakter. Adapun pokok-pokok materi modul ini adalah tentang Hakekat Hukum Perdata, Sistimatika Hukum Perdata, Perikatan, Subyek dan Obyek Perikatan, Kapita Selekta, Perjanjian dan Perjenjian Khusus, pedoman dalam menangani perkara Tata Usaha Negara di Peradilan Tata Usaha Negara. Diharapkan dengan modul ini proses transfer knowiedge dan skil dari Widyaiswara kepada peserta Diklat dapat lebih efektif. Atas nama Badan Pendidikan dan Pelatihan, kami mengucapkan penghargaan yang setinggi-ingginya kepada tim penyusun yang telah bekerja keras menyusun modul ini. Begitu pula halnya dengan ahli di bidang masing- masing yang telah memberikan review dan masukan, kami ucapkan terimakasih. Kami menyadari bahwa modul ini jauh dari sempurna, Kami mohon kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif guna penyempurnaan selanjutnya. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi peserta PPPJ. Jakarta, _ Agustus 2021 Kepala Badan Diklat Kejaksaan R. es Tony T. Spontana DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TIM PENYUSUN MODUL. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB | PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hi IIIT NI ccc C. TUJUAN PEMBELAJARAN E. INDIKATOR KEBERHASILAN F, MATERI POKOK BAB || HAKEKAT HUKUM PERDATA A. PENGERTIAN HUKUM PERDATA DAN RUANG LINGKUP. HUKUM PERDATA.. ee ae B. PENGERTIAN HUKUM PERDATA DALAM ARTI SEMPIT DAN DALAM ARTI LUAS.............005 C. SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA MATERIIL DI INDONESIA D. ASAS-ASAS HUKUM PERDATA .. Rob a 7 30 BAB Ill SISTEMATIKA HUKUM PERDATA A. SISTIMATIKA HUKUM PERDATA MENURUT ILMU HUKUM/ILMU PENGETAHUAN ............00cceeeeieeesteeeteeneennien OB B. SISTEMATIKA HUKUM PERDATA MENURUT UNDANG-UNDANG / KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (KUH PERDATA) .....sssssscsosssssssssstesessseseessssseternseseeee 39) BAB IV PERIKATAN A. PENGERTIAN PERIKATAN.......:scccssssecssssseseessssseeesnssetseenseterees 46 re rT eerie BAB V SUBYEK DAN OBYEK PERIKATAN (A. BOBYER PERINAT AN ocecsrcssrcensnasnsrenusnsestanicenmwnsemenscsrenens sll B. OBYEK PERIKATAN (VOOR WERP/ONDER WERP)............000000-57, C. SYARAT-SYARAT PERIKATAN .. D. JENIGVJENEE PERIMAT AN camssmassicemmimnanncmmncnnensiscnceann E. BERAKHIRNYA PERIKATAN (PASAL 1381 BW) 63 BAB Vi PELAKSANAAN PERIKATAN A. WANPRESTASI.......0000000008 treet ete eane tare canansarnesess OE B. OVERMACHTIFORCE MAJEUR enscssciananncnaancinnenan commen PO C. EXEPTIO NON ADIMPLET! CONTRACTUS (Kreditor yang Lalai) .71 D. PELEPASAN HAK (RECHTSVERWEKING)......:cssssesssssstsseseeeT2 BAB VII PERJANJIAN A. HUKUM PERJANJIAN DI INDONESIA .........000:ccesnsienennnnnnn TS B. PENGERTIAN PERJANJIAN 73 C. SYARAT SAHNYA PERJANUIAN .......s.ccsssessssecsssscssssessneessscessneessnee TA iv BAB IX PENUTUP .............. D. UNSUR-UNSUR PERJANJIAN ... E. ASAS-ASAS PERJANJIAN F. PENAFSIRAN PERJANJIAN A EL: ND H. BENTUK PERJANMIAN .........sessesesneee |. JENIS PERJANJIAN ..... J. PERJANJIAN STANDARD K. PERJANJIAN DALAM PERKEMBANGAN.............-.c0:cssssssseesseeeseees BAB Vill KAPITA SELEKTA A. PERJANJIAN SEWA BELI DAN CICILAN B. PERJANJIAN FRANCHISE /WARALABA.... IC PERJANUIAN TRUSTED cscs eccrine BAB IX PERJANJIAN KHUSUS (BW) PERJANJIAN JUAL BELI... PERJANJIAN SEWA MENYEWA. A B. C. PERJANJIAN PERSEKUTUAN (MAATSCHAP)... D. PERJANJIAN PENYURUHAN (LASTGEVING) E. PERJANJIAN PENANGGUNGAN HUTANG (BORGTOCH)......... F. PERJANJIAN DAMAI (DADING /AOMPRINIS)..... G. PERJANJIAN HIBAH/PEMBERIAN (SCHENKING) H. PERJANJIAN KERJA penne peso .78 79 81 81 83 84 88 88 89 90 91 .93 .93 94 94 94 .94 94 95 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang freer ee cer Pe aug eo aerate Cee Ce ence amc) occ UC a a CO ee eae aa ca Per ence cen at ace ker Lc er ut Uae eae Pe eer ar a te Dari sifat hukum perdata sebagai hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan Pere ny on ar aac en ere Cea bersangkutan akan bereaksi untuk mempertahankan peraturan-peraturan tersebut Perea acre een tee te arene eee mempertahankan haknya, jika orang yang berkepentingan menghendakinya, yaitu etter Masalah orang yang berkepentingan itu mau mengajukan tuntutan atau tidak, itu bergantung kepada dirinya sendiri. Oleh sebab itu hukum perdata disebut sebagai hukum privat. Misalnya: jika A meninjam uang kepada temannya (B). Dalam hubungan Hukum Perdata Materiil | 1 pinjam-meininjam tersebut, hak dan kewajiban yang timbul hanya mengikat A dan B. Jika B tidak melakukan pengembalian uang kepada A, diserahkan kepada pribadi A, tidak ada menyangkut kepentingan umum. Jika A mempunyai kepentingan untuk melakukan penagihan, maka A dapat menagihnya melalui hakim di pengadilan Meskipun demikian, hal tersebut tidak sepenuhnya berlaku mutlak. Tidakiah berarti bahwa para subyek hukum dapat menyampingkan sesukanya. Pemerintah tidak bisa melepaskan sepenuhnya demikian, karena pemerintah terikat pada asas negara hukum yang mengandung keharusan adanya kepentingan umum dalam hukum perdata. Misalnya dalam hukum perkawinan, Pertama- tama orang sebagai pribadi, sebagai subyek hukum yang mempunyai hak dan kewajiban (H. Perorangan), kemudian manakala orang tesebut terikat perkawinan, maka akan timbul kepentingan pribadi dari suami-isteri (Hukum Keluarga), kemudian keluarga itu akan mempunyai anak, lambat laun akan timbul harta kekayaan dan hubungan yang terkait dengan kekayaan (H.Kekayaan), dan pada saat orang tersebut _meninggal mengakibatkan adanya peninggalan (harta warisan atau hutang). Semuanya itu termasuk lingkup hukum perdata, tetapi juga dipandang sebagai salah satu dasar pergaulan dalam kehidupan masyarakat, sehingga hubungan-hubungan hukum yang semula dalam lingkup hukum keperdataan menjadi berkembang dan bersangkut paut kepentingan masyarakat (kepentingan umum). Untuk itu negara berpendapat bahwa dalam beberapa hal, kebebasan subyek hukum-subyek hukum yang terkait kepentingan- kepentingan yang bersifat privat tersebut harus dibatasi. Negara memberikan tugas dan kewenangan kepada instansi Kejaksaan RI selaku lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara untuk melakukan tindakan-tindakan terkait dengan keperdataan deini kepentingan umum (masyarakat) Kitab Undang-undang Hukum Perdata mengatur tugas dan wewenang kepada Kejaksaan RI /Jaksa Pengacara Negara untuk melakukan tindakan tertentu antara lain, 1) Kejaksaan wajib menuntut pembatalan kepada Hakim atas sesuatu perkawinan sebagaimana temmaksud dalam pasal 27 hingga 34 B.W (Pasal 65); 2) Kejaksaan dapat menuntut kepada Hakim agar seseorang Hukum Perdata Materiil | 2 dibebaskan dari kekuasaannya sebagai orang tua atau ouderlijke machtnya (pasal 319 B.W); 3) Kejaksaan berwenang untuk melakukan penuntutan kepada pengadilan seorang dipecat sebagai wali dari anak yang belum (pasal 381 B.W.). Di samping itu Kejaksaan juga diberi tugas dan wewenang di bidang keperdataan lainnya yang diatur dalam hukum positif lainnya. Berdasarkan_ketentuan Vertegenwoodiging Van Den Lande In Rechten (Staatsblad 1922-522), Kejaksaan mempunyai kewenangan untuk mewakili negara di depan hukum. Sampai saat ini ketentuan tersebut tetap berlaku dan telah diadopsi, sebagaimana tertuang dalam Pasal 30 ayat (2) Undang-undang Nomor Kejaksaan 16 Tahun 2004 tanggal 26 Juli 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia : “Di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau Pemerintah’ serta sebagaimana ketentuan Pasal 23 ayat (1) dan Pasal 24 ayat (1) Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI sebagaimana diubah dengan Perpres Nomor 29 Tahun 2016 yang dilaksanakan oleh Direktorat Perdata dan Direktorat Pemulihan dan Perlindungan Hak pada JAM DATUN, Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara cq Kepala Seksi Perdata dan Kepala Seksi Pemulihan dan Perlindungan Hak untuk tingkat Kejaksaan Tinggi dan Kepala Seksi DATUN untuk tingkat Kejaksaan Negeri. Untuk itu para Peserta Diklat Pembentukan Jaksa (PPPJ) wajib mempelajari, memahami dan menguasai hukum perdata materil, baik sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (K.U.H Perdata) maupun yang telah diatur dalam peraturan tersendiri, Dengan penguasaan yang baik terhadap hukum Perdata materiil diharapkan menjadi kekuatan bagi calon-calon JPN untuk beracara di peradilan Perdata dan bahkan dapat memberikan pertimbangan hukum kepada instansi/pemerintah pusat dan daerah maupun BUMN/BUMD bila diperlukan Hukum Perdata Materiil | 3 B. Diskripsi Singkat Pada modul ini akan disajikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hukum perdata materiil. Menyadari betapa pentingny'a pemberian pengenalan dan pemahaman tentang hukum perdata materiil kepada para Peserta Diklat Pembentukan Jaksa (PPPJ), maka keberadaan modul ini cukup penting Dalam modul ini, materi yang diberikan antara lain mengenai asas hukum perdata, sejarah hukum perdata, sistimatika hukum perdata, dan perihal hukum perikatan termasuk juga aneka perjanjian baik perjanjian bernama maupun perjanjian jenis lainnya yang tumbuh dan berkembang berdasarkan asas kebebasan berkontrak. C. Tujuan Pembelajaran ee ee eee Peete ene rte perdata, sistematika hukum perdata materill ee ee ec ee eee) renee inetd ere oa ee un Peer Sy Ce ee aa et ed ce ae oe te eee Hukum Perdata Materiil | 4 D. Indikator Keberhasilan Widyaswara memberikan penjelasan mengenai pengertian Hukum Perdata, ruang lingkup Hukum Perdata, asas-asas Hukum Perdata hingga subyek dan obyek perjanjian serta bentuk-bentuk perjanjian Hukum Perdata Latihan/praktek menganalisa permasalahan Hukum Perdata dalam bentuk Pendapat Hukum Peserta Diklat mampu memahami ruang lingkup dan beberapa permasalahan Hukum Perdata sehingga saat _melaksanakan Tugas Fungsi sebagai Jaksa Pengacara Negara sudah dapat memahami E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok |. Hakekat Hukum Perdata 1. Pengertian Hukum Perdata Dan Ruang Lingkup Hukum Perdata 2. Pengertian Hukum Perdata Dalam Arti Sempit Dan Dalam Arti Luas 3. Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Materiil di Indonesia 4. Asas-asas hukum perdata Il. Sistematika Hukum Perdata 4. Sistimatika Hukum Perdata Menurut limu Hukum/Iimu Pengetahuan 2. Sistematika Hukum Perdata Menurut Undang-Undang / Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) 3. Sistimatika Kitab Undang-undang Hukum Perdata lll. Perikatan 4. Pengertian Hukum Perikatan 2. Sumber Perikatan IV. Subyek Dan Obyek Perikatan 1. Subyek perikatan 2. Obyek perikatan (voor werp/onder werp) 3. Syarat-Syarat Perikatan 4, Jenis-Jenis Perikatan Hukum Perdata Materiil | 5 5. Berakhimya Perikatan (Pasal 1381 BW) V. Pelaksanaan Perikatan 1. Wanprestasi 2. Overmacht/Force Majeur 3. Exeptio non Adimpleti Contractus (Kreditor yang Lalai) 4, Pelepasan Hak (Rechtsverweking) VI. Perjanjian 1. Hukum Perjanjian Di Indonesia 2. Pengertian Perjanjian 3. Syarat Sahnya Perjanjian 4. Unsur-Unsur Perjanjian 5. Asas-Asas Perjanjian 6. Penafsiran Perjanjian 7. Sifat Perjanjian 8. Bentuk Perjanjian 9. Jenis Perjanjian 10. Perjanjian Standard 11. Perjanjian Dalam Perkembangan Vil. Kapita Selekta Perjanjian Sewa Beli Dan Cicilan 2. Perjanjian Frenchise /Waralaba 3. Perjanjian Trustee 4. syarat perikatan, jenis perikatan dan berakhimya perikatan. 5. Perihal hukum perjanjian, jenis perjanjian dan pelaksanaan perjanjian Hukum Perdata Materiil | 6 BAB Il HAKEKAT HUKUM PERDATA ‘A. Pengertian Hukum Perdata dan Ruang Lingkup Hukum Perdata 1. Pengertian Hukum Perdata Hukum Perdata merupakan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan yang Jain, dengan mengutamakan kepentingan pribadi atau masing-masing individu {perseorangan). Hukum perdata disebut juga dengan istilah hukum privat (privatrecht) atau hukum sipil (civilrecht).. Beberapa pakar/ahli hukum memberikan pengertian tentang Hukum Perdata, sebagai berikut: Hukum Perdata Materiil | 7 Dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang/badan hukum yang satu dengan orang/badan hukum yang lain di dalam kehidupan masyarakat dengan menitik beratkan pengaturannya kepada kepentingan pribadi secara tidak langsung juga besar pengaruhnya tethadap terjaminnya kepentingan umum, yang pada hakekatnya merupakan himpunan atau kesatuan dari kepentingan pribadi masing-masing individu tersebut pula (Purnadi Purbacaraka dan A.Ridwan Halim, Tahun 1987: 14). Oleh karenanya, eksistensi Hukum Perdata pada dasarnya meliputi pasangan nilai-nilai pokok (Pumadi Purbacaraka dan A.Ridwan Halim: Tahun 1987: 1-2), antara lain : Tree eae Ce aipe areal Tice creer Peat nl pect eur Pema ty Pe ccd Breer) oe een Pacinos Pras dan pluralisme hukum | proteksi hukum dan Pereira een ay Pec Cr rc) Perec) Crone escurs a. Unsur Kebebasan dan ketertiban: Para pihak bebas untuk mengadakan perjanjian mengenai apa saja, (asas_—kebebasan —berkontrak/Pasal 1338 BW/KUHPerdata), sepanjang hal yang dijanjikan itu tidak mengganggu ketertiban atau melanggar syarat-syarat sahnya suatu perjanjian (pasal 1320 BW/KUHPerdata). b. Unsur Kepastian hukum dan kesebandingan hukum. Dalam hal legitieme portie/bagian sah. Setiap ahli waris yang patut menerima warisan, pasti berhak atas bagian sah (kepastian hukum) tanpa bisa dihalangi dengan cara apapun. Hukum Perdata Materiil | 8 Tetapi berapa besarnya legitieme portie yang berhak diterimanya'? Besarnya legitieme portie/bagian sah tersebut tergantung dan (kesebandingan hukum): — Besar kecilnya harta warisan yang ditinggalkan. - Ada tidaknya/besar kecilnya hutang/piutang si pewaris. - Banyaknya ahii waris. ~ Ada tidaknya/besar kecilnya hibah wasiat. Unsur Keketatan dan keluwesan hukum. Adanya keketatan hukum yaitu dibuktikan dari adanya sistem tertutup Buku Kedua BW/KUHPerdata yang mengatur tentang hukum benda. Sedangkan adanya keluwesan dapat dibuktikan dari adanya sistem terbuka Buku Ketiga BW/KUHPer mengatur Hukum Perjanjian(Perikatan). Unsur unifikasi hukum dan pluralisme hukum: Adanya unifikasi hukum dapat dibuktikan dan telah terciptanya Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok- pokok Agraria, yang berlaku secara seragam bagi seluruh rakyat Indonesia dalam hal keagrariaan Sedangkan adanya pluralisme hukum dapat dibuktikan dari masih adanya hukum yang berbhineka dalam beberapa persoalan perdata tertentu, misalnya dalam hal pewarisan dimana masih berlaku — Ketentuan-ketentuan hukum waris menurut KUHPerdata. - Ketentuan-ketentuan hukum waris menurut Hukum Islam, - Ketentuan-ketentuan hukum waris menurut Hukum Adat. Dalam hukum perdata terkandung unsur proteksi hukum dan restriksi hukum. Adanya proteksi hukum dapat dibuktikan misalnya dari: Adanya hak inilik sebagai hak kebendaan yang terkuat dan paling sempurna serta memberikan jaminan kekuatan Hukum Perdata Materiil | 9 (perlindungan) hukum yang penuh bagi pemilik barang atas benda miliknya Sedangkan adanya restriksi hukum dapat dibuktikan misainya dari adanya pembatasan pemilikan secara yuridis yang berupa larangan hukum untuk memiliki sesuatu tertentu dalam macam tertentu.Contoh Binatang-binatang langka yang termasuk satwa undung, tumbuh-tumbuhan tertentu dan benda-benda penting yang mengandung nilai budaya tinggi tertentu tidak boleh diiniliki secara pribadi. Adanya larangan hukum untuk memiliki sesuatu tertentu melebihi batas jumlah tertentu. Contoh : Adanya batas maksimal luas tanah yang boleh diiniiki secara pribadi. Adanya larangan hukum untuk memiliki sesuatu tertentu berdasarkan status suatu pihak. Contoh : Adanya larangan bagi orang asing untuk memiliki tanah di Indonesia Hukum Perdata terkandung unsur kejasmanian dan kerohanian. Adanya ketentuan bahwa, hak kebendaan mempunyai fungsi sosial, dalam arti bahwa hak kebendaan itu (unsur kebendaan/kejasmanian) tidak boleh mengganggu kepentingan antar pribadi (unsur kerohanian). Hukum Perdata terkandung kebaruan dan kelestarian Unsur kebaruan nampak dalam Hukum Perdata sebagai adanya ketentuan baru yang Lebih lengkap, lengkap dan lebih cocok dengan situasi dan kondisi dewasa ini; - Secara keseluruhan atau sebagian besar sudah dapat mengganti peraturan lama. mengganti peraturan-peraturan yang lama. Contoh: 1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dengan berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, maka ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Hukum Perdata Materiil | 10 (Burgerlijk Wetboek), Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwelijks Ordonantie Christen Indonesiers $.1933 No, 74), Peraturan Perkawinan Campuran (Regeling op de gemengde Huweliken S. 1898 No. 158), dan peraturan- peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam Undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku. 2. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan Tanah, yang menggantikan peraturan lama (Credietverband sebagaimana tersebut dalam Stb.1908-542 jo Stb 1909-584 sebagai yang telah diubah dengan Stb 1937-190 jo Stb 1937-191 dan ketentuan hypotheek sebagaimana tersebut dalam Buku Kedua KUHPerdata) Terbentuknya undang-undang baru agar dapat menampung perkembangan yang terjadi dalam _bidang pengkreditan dan hak jaminan sebagai kemajuan pembangunan ekonomi. Sedangkan unsur kelestarian akan nampak dalam Hukum Perdata bila: - Masih ada/berlakunya peraturan lama karena bklum adanya Peraturan yang baru (untuk —mencegah kekosongan hukum) Peraturan -peraturan yang lama itu * Masih cocok untuk diterapkan pada situasi dan kondisi yang tengah dihadapi dewasa ini * Belum dapat dihapus sebab masih diperlukan untuk berbagai tujuan yang masih dapat dijangkaunya. * Masih dapat disempurnakan dengan penafsiran atau konstruksi bila perlu, sehingga dalam hal ini belum perlu diadakan pembaharuan. Pelaksanaan dan penerapan Hukum Perdata harus sedapat mungkin diusahakan untuk mencapai: Hukum Perdata Materiil | 11 a. Keserasian antara kebebasan dan ketertiban serta keserasian antara unifikasi hukum dan pluralisme hukum, kedua-duanya ialah untuk mencapai kedamaian. b. Keserasian antara kepastian hukum dan kesebandingan hukum serta keserasian antara proteksi hukum dan restriksi hukum, kedua-duanya ialah untuk mencapai keadilan. c. Keserasian antara kelestarian dan kebaruan yakni untuk mencapai kemajuan atau “progress’. d. Keserasian antara keketatan hukum dan keluwesan hukum ialah untuk mencapai kewibawaan (hukum’) e. Keserasian antara kejasmanian dan kerohanian yakni untuk mencapai Kesejaheraan. Dari uraian tersebut di atas, tujuan utama yang ingin dicapai dalam pelaksanaan dan penerapan Hukum Perdata (Purnadi Purbacaraka dan A. Ridwan Halim: 1987: 6) adalah: a. Ketenangan, sebagai suatu keadaan pribadi dengan perasaan bebas dan ketakutan akan kemungkinan adanya suatu bahaya atau berbagai hal yang tidak diinginkan. b. Ketertiban sebagai suatu keadaan antar-pribadi yang serba teratur dengan segala hal terjadi atau berlangsung menurut ukuran yang seharusnya c. Keadilan, yang pada hakekatnya dapat kita tinjau dari 2 (dua) sudut pandangan pokok yakni 1) Menurut pandangan awam (pandangan umum orang banyak): Keadilan itu ialah suatu nilai yang nampak sebagai ketenangan dan ketenteraman seseorang dalam menggunakan hak dan melaksanakan kewajibannya dalam hukum Jadi suatu keadaan itu dikatakan adil bila keadilan tersebut adalah hasil kebijaksanaan (dalam arti “wisdom’) yang merupakan keleluasaan (dalam arti “policy’) positif yang menjamin kebebasan setiap orang untuk — menggunakan hak = dan melaksanakan kewajibannya, tetapi juga sekaffgus mengawasi dan bila perlu juga membatasi kebebasan tersebut agar tidak menganggu ketertiban Hukum Perdata Materiil | 12 2) Menurut pandangan dan sudut hukum: Keadilan itu ialah suatu nilai yang merupakan titik keserasian antara kepastian hukum dan kesebandingan hukum. Misalnya dalam hal legitime portie/bagian sah yang diterima para ahli waris tergantung pada besar keciinya harta warisan dari si pewaris, ada tidaknya hutang-piutang si pewaris, apakah ada tidak/bsar kecilnya hibah wasiat, dan banyaknya ahli waris. B. Pengertian Hukum Perdata Dalam Arti Sempit dan Dalam Arti Luas Yang dimaksud dengan Hukum Perdata Dalam Arti Sempit adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan Perdata yang terdapat didalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (B.W). Sedangkan yang dimaksud dengan hukum perdata dalam arti luas adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan perdata yang terdapat didalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (B.W) dan keseluruhan ketentuan-ketentuan yang terdapat didalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Kopenhandel), beserta sejumiah serta peraturan perundang-undangan lainnya, termasuk juga Hukum Kepailitan dan Hukum Acara (H.F.A Vollmar, 1996: 4) Antara Kitab Undang-undang Hukum Perdata (B.W) dan kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Kopenhandel) mempunyai hubungan yang erat, hal ini tercantum dalam Pasal | KUH Dagang, yang menyatakan bahwa Kitab Undang-undang Hukum Perdata seberapa jauh daripadanya dalam Kitab ini tidak khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang dibicarakan dalam Kitab ini (KUHD). Dalam hubungan ini berlaku asas lex specialis derogat lex generalis, yakni ketentuan hukum yang ada dalam KUHD mengesampingkan hukum yang berlaku umum sebagaimana diatur dalam KUHPerdata Maka akan timbul pertanyaan, mengapa Hukum Perdata itu dimuat didalam 2 kitab yang berlainan? Hukum Perdata Materiil | 13 Untuk mengetahui hal ini, kita harus kembali_ mempelajari sejarah perkembangan timbulnya hukum Perdata itu sendiri. Sebagai sumber utama pertumbuhan daripada hukum Perdata itu adalah hukum Romawi. Pada saat itu di Romawi yaitu Zaman Pemerintahan JUSTITIANUS telah dikenalkan adanya satu kitab undang-undang hukum perdata “CORPUS JURIS CIVILIZ” dan pada Zaman itu dianggap bahwa Corpus Juris Civiliz ini telah merupakan kitab undang-undang hukum perdata yang sempurna dan dapat menyelesaikan semua persoalan perdata yang akan timbul, tetapi ternyata tidak dernikian halnya. Dengan adanya perkembangan masyarakat terutama dalam dunia perdagangan timbul hal-hal atau peristiwa-peristiwa baru yang ternyata tidak terdapat ketentuan yang bisa untuk mengatasi dan menyelesaikan peristiwa yang baru tersebut. Dengan adanya keadaan ini timbullah kesulitan-kesulitan, dengan adanya kesulitan tersebut para ahli hukum mencari jalan keluarnya yaitu dengan cara membentuk peraturan-peraturan baru yang dapat untuk menyelesaikan peristiwa itu. Peraturan-peraturan yang baru ini kemudian di bukukan atau di Kodifikasikan dalam satu buku yang tersendiri yang kemudian merupakan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (K.U.H.D). Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa antara B.W/ K.UH. Perdata dengan W.v.K atau K.U.H.D sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang prinsip Ill, karena ke dua-duanya adalah sama-sama Hukum Perdata. Perbedaan yang ada antara kedua macam Kitab Undang-undang tersebut hanya dalam hal Sifat Hukumnya saja. Sifat hukum yang termuat didalam K.U.H.Perdata adalah bersifat Umum atau yang biasa disebut dengan Istilah “LEX GENERALIS" sedangkan sifat hukum dan ketentuanketentuan yang terdapat di dalam K.U.H.D atau W.v.K adalah bersifat khusus atau “LEX SPECIALIS" Dengan adanya perbedaan sifat hukum dan kedua macam Kitab Undang-undang tersebut, maka ketentuanketentuan yang terdapat didalam K.U.H.D jika berhadapan dengan ketentuan- ketentuan yang terdapat didalam K.U.H. Perdata maka akan berlakulah azas yang berbunyi sebagai berikut: Hukum Perdata Materiil | 14 Kecuali apabila mengenai persoalan itu tidak terdapat ketentuannya didalam K.UH.D, maka akan diperlakukanlah ketentuan yang terdapat di dalarn KUH. Perdata (B. W), Sebagaimana diatas telah dikatakan bahwa sebagai sumber utama hukum Perdata adalah Hukum Romawi. Kemudian dengan adanya penjajahan yang dilakukan oleh Perancis dibawah Napoleon Bonaparte maka hukum Romawi ity mempengaruhi pula terhadap hukum Perancis yang mana pada waktu itu Perancis telah berhasil membentuk Kitab Undang-undang Perdata-nya yang disebut dengan nama Code Civil “ (C.C). Perancis menjajah juga Negeri Belanda dan Hukum Perancis ini juga mempengaruhi terhadap hukurn Belanda, dan pada waktu itu pemerintah Belanda telah memiliki Kitab Undang-undang Hukum Perdata-nya yang disebut dengan nama “Burgerlikliik Wetboek" atau B.W. Hukum Perdata materil yaitu aturan-aturan hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata, _yaitu mengatur kepentingan-kepentingan perdata setiap subyek hukum. Sesuai dengan kepentingan yang diaturnya, maka subyek hukum perdata terdiri atas:. manusia (Person) dan badan hukum (Rechtperson). Di dalam hukum Perdata manusia pribadi sebagai subyek hukum diakui mulai dari ia dilahirkan dan berakhir setelah ia meninggal dunia. Bahkan dalam Pasal 2 BW/KUHPerdata manusia diakui sebagai subyek hukum sejak ia masih di dalam kandungan ibunya, asalkan ia dilahirkan hidup. Sedangkan badan hukum adakah subyek hukum ciptaan manusia pribadi yang oleh hukum diberi hak dan kewajiban seperti manusia pribadi. Suatu perkumpulan dapat diinintakan pengesahan sebagai badan hukum Hukum Perdata Materiil | 15 sepanjang telah memenubhi persyaratan tertentu, antara lain ada harta kekayaan senditi, ada tujuan, dan sebagainya, Menurut hukum tiap-tiap orang atau badan hukum harus mempunyai tempat tinggal (domisili), yakni tempat dimana ia berdiam atau berada, dan dianggap selalu ada dalam melakukan hak-hak dan pemenuhan kewajibannya. ‘Sumber Hukum Perdata Materil, antara lain: Algemene Bepalingen van wetgeving voor Indonesie (AB) S.1847, diumumkan secara resini pada tanggal 30 April 1847/Peraturan Umum Mengenai Perundang-undangan untuk Indonesia. Burgerlijkliik Wetboek (BW)/Kitab Undang-undang Hukum Perdata ; Wetboek van Koophandel (Wvk)/ Kitab Undang-undang Hukum Dagang Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Agraria (Undang-undang ini mencabut berlakunya Buku Kedua KUHPerdata sepanjang berkaitan dengan tanah, kecuali hipotik, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (dengan adanya undang-undang ini, maka ketentuan- ketentuan tentang perkawinan sebagaimana diatur dalam Buku Kesatu KUHPerdata, Ordonansi Christen Indonesia 1933 No. 74, Perkawinan Campuran (Regeling op gemeng de Hiweliken §.1898 No.158), dan peraturan lain yang mengatur perkawinan sepanjang telah diatur dalam undang- undang ini dinyatakan tidak berlaku lagi Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. (Undang-undang ini += menghapus _—_Credietverband sebagaimana tersebut dalam Staatsblad 1908-542 jo.Staatsblad 1909-586 dan Staatsblad 1909-584 sebagai yang telah diubah dengan Staatsblad 1937-190 jo. Staatsblad 1937-191, dan juga menghapus _ketentuan mengenai Hypotheek sebagaimana tersebut dalam Buku |! Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia sepanjang Hukum Perdata Materil | 16 mengenai pembebanan Hak Tanggungan pada hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Pasal 146 ayat 1 huruf a menentukan bahwa Kejaksaan dapat mengajukan pembubaran PT dengan alasan kepentingan umum atau PT melakukan perbuatan yang melanggar undang-undang. EVALUAS! : Jelaskan perbedaan antara Hukum Perdata dengan Hukum Dagang, dan bagaimana keterkaitan tar keduan) ‘Apakah tugas dan kewenangan Kejaksaan Rl di bidang perdata dan tata usaha negara. Jelaskan ‘Apakah yang, dimaksud dengan hukum perdata materi C. Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Materiil di Indonesia Sebagaimana diatas telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa sebagai sumber utama hukum Perdata adalah Hukum Romawi. Kemudian dengan adanya penjajahan yang dilakukan oleh Perancis dibawah Napoleon Bonaparte maka hukum Romawi itu mempengaruhi pula tethadap hukum Perancis yang mana pada waktu itu Perancis telah berhasil membentuk Kitab Undang-undang Perdata-nya yang disebut dengan nama “Code Civil “ (C.C). Selanjutnya Perancis menjajah juga Negeri Belanda dan Hukum Perancis ini juga mempengaruhi terhadap hukum Belanda. Dan pada waktu itu pemerintah Belanda telah memiliki Kitab Hukum Perdata Materiil | 17 Undang-undang Hukum Perdata-nya yang disebut dengan nama “Burgeriiklk Wetboek atau B. W. Selanjutnya Pemerintah Belanda juga menjajah indonesia dan hukum perdata Belanda itu oleh pemerintahan Belanda telah pula diperlakukan di Indonesia pada waktu itu. Hal ini dapat kita ketahui dan Pedoman Politik Hukum Pemerintah Belanda di Indonesia, yaitu yang tercantum dalam pasal 131 1S. Pasal 131 IS. tersebut antara lain mengandung kehendak- kehendak Pemerintah Hindia Bclanda terhadap berlakunya hukum di Indonesia pada saat itu: (I) Pemerintah Belanda menghendaki agar diadakan Kodifikasi (pembukuan hukum) di Indonesia terhadap hukurn Perdata, hukum Pidana, Hukum Dagang, Hukum Acara; (ll) Pemerintah Belanda juga menghendaki berlakunya Azas Konkordansi terhadap hukum yang berlaku di Indonesia Yang dimaksud dengan Konkordansi hukum Belanda ini, Pemerintah Belanda menghendaki terhadap golongan Eropah yang ada di Indonesia atau mereka di persamakan dengan golongan Eropah akan diperlakukan hukum Perdata sebagaimana yang ada di negeri Belanda sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan Azas Konkordansi ini sendiri adalah mempersamakan berlakunya hukurn dan salti negara untuk diperlakukan terhadap Negara lain. (I) Bahwa Pemerintah Belanda juga memberikan kesempatan kepada golongan Tionghoa, Timur Asing. Jika masyarakat mereka membutuhkan dapat mengadakan suatu Peraturan Bersama (IV) Juga bagi golongan-golongan lain jika terhadap hukum yang berlaku bagi golongan Eropa baik secara keseluruhan atau untuk sebagian atau untuk satu perbuatan tertentu (V) Bahwa Pemerintah Belanda juga menghendaki bagi golongan Indonesia Asli Pribumi selarna hukurn mereka belurn tertuhis maka tetap di perlakukan Hukum Adat mereka masing- masing, Selanjutnya Pemerintahan Belanda disamping menghendaki berlakunya hukum di Indonesia sebagaimana yang tercantum didalam pasal 131 |.S. tersebut, Pemerintah Belanda juga telah Hukum Perdata Materiil | 18 mengadakan pembagian golongan penduduk di Indonesia, hal mana dapat kita ketahui melahui pasal 163 1S yang menyatakan bahwa golongan penduduk di Indonesia tersebut terdiri dari 1. Golongan Eropa : termasuk mereka yang dipersamakan Golongan Eropa Golongan Tionghoa Golongan Timur Asing (Pakistan, Arab, India dll) kecuali Tionghoa. 4. Golongan Indonesia Asli Pribuini Bahwa sehubungan dengan adanya pembagian Golongan penduduk Indonesia pada waktu pemerintahan Hindia Belanda yang kemudian dihubungkan dengan Pedoman Politik Hukum Pemerintah Belanda di Indonesia, sebagaimana_ tercantum dalampasal 131 |.S. Hal ini mengakibatkan bahwa berlakunya hukum pada saat itu bagi penduduk indonesia saling berbeda antara golongan yang satu dengan golongan lain sebagai berikut: 1. Untuk golongan .Eropa dan mereka yang dipersamakan dengan golongan tersebut diperlakukan bagi mereka seluruh Ketentuan-ketentuan yang terdapat didalam Burgeriijklijk Wetboek” (BW) dan juga seluruh ketentuan! peraturan- peraturan yang terdapat didaham “ Wetboek van Kopenhandel” (Wv.K); 2. Bagi golongan Tionghoa berlaku Ketentuan-ketentuan yang ada didalam B.W dengan pengecualian yang mengatur mengenai upacara pendahuluan perkawinan dan pencegahan atau penahanan perkawinan yang ada didalam B.W tersebut dinyatakan tidak berlaku bagi mereka. Selain itu untuk Golongan Tionghoa berlaku “Burgerlijklijke Stand’ atau B.S. Kemudian untuk golongan Tionghoa beriaku adanya “Adopsi" yang mana didalam B.W itu senii Adopsi tidak dikenal ( pada Tahun 1956 di dalam BW Belanda yang baru diatur tentang Adopsi) 3. Bagi golongan Timur Asing kecuali Tionghoa beriaku bagi mereka ketentuan-ketentuan yang ada didalam B.W Hukum Perdata Materiil | 19 (Burgeriijklik Wetboek) khusus hanya Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang Harta Kekayaan saia. Sedangkan untuk hal-hal lainnya yaitu mengenai Hukum Kepribadian, Hukum Kekeluargaan, Hukum Kewarisan, untuk golongan Timur Asing berlaku Hukum dan Negara asalnya mereka masing-masing; 4. Selanjutnya untuk Golongan Indonesia Ash atau Pribuini selama hukum mereka belum Tertulis maka berlakulah Hukum ‘Adat mereka masing-masing. Jadi kesimpulan yang dapat kita ketahui bahwa berlakunya Hukum Perdata di Indonesia pada saat itu berbeda-beda antara golongan yang satu dengan golongan yang lain, berarti didalam Satu Negara berlaku Hukum Perdata yang “beraneka ragam “. Oleh sebab itu dikatakan bahwa Hukum Perdata di Indoesia bersifat “pluralistis” Mengenai hukum Perdata Indonesia bersifat Pluralistis ini sampai pada waktu sekarang masih berlangsung terus, sebab Hukum Perdata yang dipergunakan Pemerintah Indonesia pada saat ini, yaitu yang tercantum didalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (K.U.H. Perdata) masih berasal dan peninggalan Pemerintah Belanda dulu Tethadap keadaan hukum Perdata yang bersifat pluralistis ini dan sekaligus merupakan Hukum warisan penjajah, sebenamya sudah tidak sesuai lagi bagi Pemerintah Indonesia yang merupakan Negara Kesatuan. Sebab Kitab Undang-undang Hukum Perdata ini dibuat berdasarkan adanya Ras Diskriminasi, pembedaan golongan yang mana hal ini jelas bertentangan dengan UUD'45 dan Pancasila yang justru menghendaki adanya kesatuan bangsa. Tetapi walaupun demikian hukum ini tetap kita pergunakan berhubung pemerintah belum sanggup untuk membentuk Hukum Perdata Nasional. Sebab untuk membentuk suatu hukum Perdata Nasional secara menyeluruh adalah merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah, karena untuk hal itu membutuhkan beberapa hal,yaitu: (1) Waktu yang cukup lama untuk mempelajari_ kejiwaan masyarakat yang ada sebagai dasar dalam membentuk Hukum Nasional tsb; Hukum Perdata Materiil | 20 (2) Selain itu karena juga banyak membutuhkan Ahli dalam bidang hukum untuk menyusun Hukum Nasional yang baru (3) Membutuhkan biaya yang cukup besar. Berdasarkan hal-hal tersebut, menyebabkan belum adanya dibentuk Hukum Nasional secara menyeluruh. Apabila suatu hukum barn belum dapat dibentuk dan hukum yang lama dinyatakan tidak berlaku lagi, maka hal itu akan rnengakibatkan Kekosongan Hukum didalam Negara tersebut atau disebut “recht vacum “. Pada saat ini Pemerintah telah berusaha tahap deini tahap untuk mengarahkan membentuk Hukum Perdata Nasional sendiri Usaha-usaha ini telah dilakukan oleh Pemerintah melalui 2 jalan / cara, yaitu: 1. Usaha melalui Bidang Perundang-undangan Melalui bidang ini yaitu dengan jalan membentuk Hukum Perdata Nasional dalam bidang-bidang tertentu, sebagaimana yang kita ketahui dan hasil usaha ini, yaitu: a. Dalam Bidang Agraria telah terbentuk adanya Undang- undang pokok Agaria (tanah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanah) berlakulah Undang-undang ini bagi seluruh Bangsa Indonesia b. Dalam Bidang Perkawinan yang telah terbentuk Hukum Perkawinan yang berlaku bagi seluruh Bangsa Indonesia yaitu dengan adanya Undang-undang —_Pokok Perkawinan No. 1 Tahun 1974, dengan Peratuan Pelaksanaannya, yaitu P.P No.9 tahun 1975, 2, Melalui Bidang |imu Pengetahuan Usaha-usaha melalui bidang ini dilakukan dengan cara menampung pendapat-pendapat para Sarjana Hukum terhadap berlakunya B.W pada saat ini. Dan dengan adanya pendapat- pendapat ahli hukum mengenai hal ini berarti pula mengurangi ketentuan-ketentuan didalam B.W untuk dipergunakan, sehingga dengan demikian usaha ini bersifat mendorong atau mendukung untuk dapat dipercepatnya terciptanya Hukum Perdata Nasional tsb. Hukum Perdata Materiil | 21 Dalam bidang limu Pengetahuan ini kita ketahui pendapat- pendapat dari: 4. SAHARDJO Menurut Sahardjo B.W (K.U.H. Perdata) yang kita pergunakan sekarang ml adalah merupakan Hukum Perdata produk (buatan) dan Pemerintah Penjajah (Belanda dulu). Oleh sebab itu KUHPerdata itu pada waktu sekarang sudah tidak lagi merupakan sebagai KUHPerdata atau “Wetboek” melainkan hanya merupakan sebagai “Pedoman’ hukum saja atau “Rechtsboek “. Pendapat tersebut berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut: (1) Bahwa B.W atau KUHPerdata itu dibentuk berdasarlan pasal 131 |S yang mana pasal itu adanya “ Ras Diskriminasi “ (Pembedaan golongan) sebagaimana yang dipertegas didalam pasal 163 |S (2) Mengenai Ras Diskriminasi(pembedaan golongan) ini justru tidak dikehendaki oleh Jiwa UUD'45 dan Pancasila, Oleh sebab itu jelas bahwa B.W atau K.U.H Perdata ini berlakunya bertentangan dengan Jiwa Bangsa Indonesia; (3) Mengenai_ Ketentuan-ketentuan BW yang jelas bertentangan dengan jiwa bangsa Indonesia tidak diperlakukan lagi: (4) Sedangkan mengenai ketentuan-ketentuan dan BW yang tidak bertentangan dengan Jiwa Bangsa Indonesia masih dapat diperlakukan, tetapi tidak lagi merupakan hukum Tertulis atau Kodifikasi, oleh sebab itu B.W berlakunya hanya sebagai Buku Pedoman Hukum saja (Rechtsboek). 2. MAHADI: Mahadi berpendapat sebagai berik (1) Bahwa B.W itu dibentuk berdasarkan pasal 1311 |S yang menganut adanya faham Ras Diskriininasi Hukum Perdata Materiil | 22 (2) Bahwa Ras Diskriminasijustru tidak dikehendaki oleh bangsa Indonesia dan hal ini jelas bertentangan dengan UUD'45 dan Pancasila; (3) Mengenai ketentuan-ketentuan yang _bertentangan dengan Jiwa Bangsa Indonesia agar tidak dipergunakan; (4) Sedangkan mengenai ketentuan-ketentuan yang tidak bertentangan tetap masih dapat dipergunakan sebagai Hukum yang Tertulis atau bagian dan Kodifikasi Dalarn hal ini Beliau tidak sependapat dengan Sahardjo yang mengatakan bahwa untuk Ketentuan-ketentuan yang tidak bertentangan dengan jiwa Bangsa Indonesia tetap berlaku, tetapi sebagai Hukum yang Tidak Tertulis atau tidak merupakan bagian dan Kodifikasi lagi. Indonesia masih dapat diperiakukan, tetapi tidak lagi merupakan hukum Tertulis atau Kodifikasi, oleh sebab itu B.W berlakunya hanya sebagai Beliau selanjutnya berpendapat bahwa untuk menentukan ketentuan-ketentuan mana didalam B. W yang bertentangan dengan U.U.D'45 dan mana yang tidak bertentangan, penilaian ini diserahkan saja kepada para ahli hukum dalam bidang praktek (Hakim). Perbedaannya: Kalau Prof. Mahadi mengatakan : kalau mengenai ketentuan- ketentuan yang tidak bertentangan itu masih berlaku, kalau DR Sahardjo, SH tidak mengikat. MATHILDA SOEMAMPOUW Mathilda Soemampouw berpendapat bahwa jika kita mengikuti Sahardjo dan Prof. Mahadi hal ini akan suatu keadaan Ketidak-pastian Hukum. Bahwa sebab itu mengenai hal ini tidak perlu dibicarakan lagi. Selama B. W be/um dicabut secara resini dengan Undang-undang pencabutan tersendiri, maka B. W tetap berlaku sebagai Hukum Tertulis dan Mengikat. . R. SOEBEKT! Bahwa pada waktu menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung R.I., R. Soebekti mengemukakan pendapat : bahwa BW tetap berlaku sebagai hukum yang “Mengikat “, karena Hukum Perdata Materiil | 23 belum ada Pencabutan secara Resini dengan Undang-udang terhadap berlakunya B.W di Indonesia. Sedangkan mengenai penilaian Ketentuan-ketentuan mana yang ada didalam B.W, yang jelas bertentangan dengan Jiwa Bangsa Indonesia, penilaian itu diserahkan saja kepada para Hakim dalam praktek Sehubungan dengan pendapat ini, R.Soebekti mengingatkan untuk memperhatikan adanya “Surat Edaran MA “ No. 3 Tahun 1963 yang ditujukan kepada |. Kepala Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan Tinggi di seluruh Indonesia (Surat Nomor : 1115/P/3292/M/1963, Perihal Gagasan menganggap Burgerlik Wetboek tidak sebagai Undang-undang) Didalam “Surat Edaran MA “ No. 3 Tahun 1963 ditentukan pasal-pasal yang jelas bertentangan dengan U.U.D 1945. Menurut Beliau Surat Edaran MA No. 3 Tahun 1963 bersifat sebagai suatu “Ajakan atau Seruan untuk agar para Hakim didalam praktek tidak lagi mempergunakan pasal-pasal yang ada didalam Surat Edaran itu Pada prisnsipnya dan semua pendapat yang ada tersebut mempunyai pengaruh terhadap berlakunya B.W pada saat sekarang ini adalah pendapat Soebekti, sebab dengan seruan beliau agar kita memperhatikan S.E No.3 Tahun 1963 tersebut berarti hal ini telah mengurangi terhadap berlakunya pasal-pasal yang ada didalam B.W tersebut. Dengan adanya usaha pemerinah yang dilakukan melalui bidang Per- Undang-undangan dan imu Pengetahuan ini mengakibatkan B.W atau K.UH Perdata tidak lagi berlakunya sepenuhnya. Dalam hal ini mengenai S.E No. 3 Tahun 1963 dikatakan sebagai suatu “Ajakan “, sebab untuk mengadakan perubahan atau pembentukan suatu hukum adalah bukan wewenang dan Mahkarnah Agung atau Badan Yudikatif, melainkan yang berhak dalam hal ini adalah “Badan Legislatif " Oleh sebab itu dengan S.E tersebut tidak dinyatakan bahwa Peraturan-peraturan yang ada didalam S.E itu Hukum Perdata Materil | 24 dikatakan dicabut, melainkan para ahli hukurn dalam bidang praktek hanya diserukan atau diajak untuk sebaiknya tidak mempergunakan pasal-pasal yang ada didalam S.E No. 3 Tahun 1963. Jadi S.E ini tidak secara tegas mengikat untuk tidak mempergunakan pasal-pasal tersebut, tetapi dalam hal ini baik Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Tinggi yang berhubungan dengan pasal tersebut sebagai Instansi yang berada dibawah Mahkamah Agung jelas akan mengikuti ajakan atau seruan tersebut. Gagasan ini oleh Ketua Mahkamah Agung dalam bulan Oktober 1962 ditawarkan kepada khalayak ramai dalam seleksi hukum dan Kongres llmu Pengetahuan Indonesia atau KIPI dan di situ mendapat persetujuan bulat dan para peserta Kemudian terdengar banyak sekali suara-suara dan para sarjana hukum di Indonesia yang menyetujui juga gagasan ini Sebagai konsekuensi dan gagasan ini, maka Mahkamah Agung menanggap tidak berlaku lagi antara lain pasal-pasal berikut dari Burgerlikijk Wetboek 1. Pasal 108 dan pasal 119 B.W tentang wewenang seorang isteri untuk melakukan perbuatan hukum dan untuk menghadap di muka pengadilan tanpa izin dan bantuan suami; 2. Pasal 284 ayat (3) B.W mengenai pengakuan anak yang lahir diluar perkawinan oleh seorang perempuan Indonesia ash. Dengan demikian pengakuan anak itu tidak lagi berakibat terputusnya perhubungan hukum antara ibu dan anak, sehingga juga tentang hal ini tidak ada lagi perbedaan di antara semua warga Negara Indonesia; 3. Pasal 1682 B.W yang mengharuskan dilakukannya suatu penghibahan dengan akta notaris; 4. Pasal 1579 B.W yang menentukan bahwa dalam hal sewa menyewa barang, si pemilik barang tidak dapat menghentikan persewaan dengan mengatakan bahwa ia akan memakai sendiri barangnya, kecuali apabila pada Hukum Perdata Materiil | 25 waktu. membentuk persetujuan sewa menyewa ini dijanjikan diperbolehkan; 5. Pasal 1238 BW yang menyimpulkan bahwa pelaksanaan suatu perjanjian hanya dapat di muka Hakim, apabila gugatan ini didahului dengan penagihan tertulis; Mahkamah Agung sudah pernah memutuskan di antara dua orang Tionghoa, bahawa pengiriman turunan surat gugatan kepada tergugat dapat dianggap sebagai penagihan, oleh karena si tergugat masih dapat menghindarkan terkabulnya gugatan dengan membayar hutangnya sebelum dan sidang pengadilan. 6. Pasal 1460 B.W tentang resiko seorang pembeli barang, pasal mana menentukan, bahwa suatu barang tertentu yang sudah dijanjikan dijual, sejak saat itu adalah tanggung jawab pembeli, meskipun penyerahan barang itu belum dilakukan; Dengan tidak lagi berlakunya pasal ini, maka harus ditinjau dan tiap-tiap keadaan, apakah tidak sepantasnya pertanggung jawaban atau resiko atas musnahnya barang yang sudah dijanjikan dijual tetapi belum diserahkan, hams dibagi antara kedua belah pihak, dan kalau ya, sampai dimana. 7. Pasal 1603 x ayat (1) dan ayat (2) BW, yang mengadakan diskriininasi antara orang Eropa di satu pihak dan bukan Eropa di lain pihak mengenai perj anj ian perburuhan. Demikian bunyi Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 1963 yang sangat terkenal itu, dimana dengan Surat Edaran yang ditandatangani Wirjono Prodjodikoro tersebut, beberapa pasal B.W dinyatakan tidak berlaku lagi Dalam perkembangan selanjutnya Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 1963 itu mendapat tanggapan dan sorotan dari Mahkamah Agung sendiri, ketika menjadi Ketua Mahkamah Agung R. Subekti, yang disampaikan pada Pembukaan Seininar Hukum Nasional 11 di Semarang pada tahun 1968. Hukum Perdata Materiil | 26 Menurut Subekti, gagasan Menteri Kehakiman dan Surat Edaran Mahkamah Agung serta Seininar Hukum bukanlah suatu sumber hukum formil. Oleh karena itu gagasan Menteri Kehakiman Dr. Sahardjo, SH yang menganggap Burgerliklik Wetboek (B.W) bukan lagi suatu Wetboek tetapi hanya sebagai rechtboek yang kemudian disetujui oleh Mahkamah Agung dengan dengan Surat Edarannya No. 3 Tahun 1963, harus dipandang sebagai anjuran kepada para Hakim untuk jangan ragu-ragu atau takut-takut menyingkirkan suatu pasal atau suatu ketentuan dan B.W manakala mereka berpendapat bahwa pasal atau ketentuan B.W itu sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan zaman atau keadaan kemerdekaan sekarang ini. Jadi, yang menyingkirkan suatu pasal atau ketentuan dan B.W adalah putusan-putusan Hakim yang, merupakan_ yurisprudensi, bukan oleh Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 1963 itu. Oleh karena itu, kata Subekti perlu adanya pengakuan kewenangan Hakim dalam melakukan peradilan perdata yang luar biasa, apabila ia berpendapat dan yakin bahwa suatu ketentuan sudah usang atau sudah tidak sesuai lagi dengan perubahan dan kemajuan zaman, ia menyingkirkan ketentuan tersebut, atau apabila perubahan dan kemajauan zaman sudah menghendaki perluasan dan ketentuan tersebut untuk melakukan periuasan ketentuan tersebut. Dari uraian di atas ini dapatiah disimpulkan, bahwa secara yuridis formil kedudukan B.W tetap sebagal undang- undang sebab B.W tidak pemah dicabut dan kedudukannya sebagai undang-undang. Namun, pada waktu sekarang B.W bukan lagi sebagai Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang bulat dan utuh seperti keadaan semula saat diundangkan, karena beberapa bagian daripadanya sudah tidak berlaku lagi, baik karena ada suatu peraturan perundang-undangan yang baru dalam lapangan perdata yang menggantikannya, maupun karena disingkirkan dan mati oleh putusan-putusan Hakim yang merupakan yurisprudensi karena dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat yang sudah sangat jauh Hukum Perdata Materiil | 27 beruhah dibandingkan dengan keadaan masyarakat pada saat BW dikodifikasikan Perkembangan dan perubahan selanjutnya_ terhadap Kitab Undang-undang = Hukum = Perdata_«(Djaya S.Meliala,2006: 18-9),antara lain : 4. Undang-undang Pokok Agraria (UPA), Undang-undang Nomor: 5 Tahun 1960, ke berlaku tanggal 24September 1960. Undang-undang ini menyatakan mencabut buku II KUHPerdata sepanjang yang mengatur tentang buini.air, serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, kecuali ketentua-ketentuan mengenai hipotek. 2. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 3/1963, perihal:Gagasan menganggap Burgerlijklk Wetboek tidak sebagai undang-undang. Sebagai konsekwensi dan gagasan ini, maka Mahkamah Agung menganggap tidak berlaku lagi,antara lain: 1) Pasal 108 dan 110 BW 2) Pasal 284 ayat (3) B.W 3) Pasal 1682 B>W 4) Pasal 1579 BW 5) Pasal 1238 B.W 6) Pasal 1460 B.W 7) Pasal 1603ayat 1 dan 2 BW 3. Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 105 k/Sip/1968 tentang diterimanya “onheelbare tweespalt” (cekcok terus menerus, membuat pasangan tidak bisahidup rukun) sebagai alasan perceraian. Jurisprudensi ini memperiuas alasan perceraian sebagaimana diatur dalam Pasal 209 KUHPerdata. 4, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (undang-undang ini antara lain menyatakan tidak berlaku lagi ketentuan-ketentuan KUHPerdata yang mengatur tentang perkawinan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan perkawinan). Hukum Perdata Materiil | 28 5. 10. 1 12, Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah (undang-undang ini mencabut ketentuan tentang Hypotheek sebagaimana tersebut dalam Buku Ke II sepanjang mengenai pembebanan hak atas tanggungan pada hak atas tanah besertabenda- benda yang berkaitan dengan tanah Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Undang-undang Republik Indonesia Nomor Nomor 23 Tentang Adininistrasi_ Kependudukan yang telah menghapus Bagian Kedua (tentang nama-nama, perubahan nama-nama dan perubahan nama-nama depan), dan Bab Ketiga (tentang tempat tinggal atau domisili) dari Buku Kesatu KUHPerdata,serta menghapus Undang-undang Nomor 4/1961 tentang Perubahan atau Penambahan Nama Keluarga (Undang-undang ini menyatakan Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, 9 dan Pasal 10 KUHPerdata tidak berlaku lagi) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.(Undang-undang ini mencabutdan menyatakan tidak berlaku lagi Undang- Hukum Perdata Materiil | 29 undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang telah mencabut Buku Kesatu Bagian Ketiga Pasal 36 sampai Pasal 56 KUHD berikut segala perubahannya, dst). EVALUAS! : Diskusikan: D. Asas-asas Hukum Perdata ‘Asas hukum adalah “aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan pada umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan hukum (Mas Marwan, 2004: 95). Dengan demikian, peraturan hukum konkret (seperti undang-undang), pelaksanaan hukum dan putusan pengadilan tidak boleh bertentangan dengan asas hukum. Beberapa pakar (Sudikno Mertokusumo, 2001: 5-6, dan Marwan Mas, 2004:95), mendefinisikan asas-asas hukum, sebagai berikut : ‘Hukum Perdata Materiil | 30 *Bellefroid berpendapat bahwa asas_hukum umum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh imu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum umum itu merupakan pengendapan hhukum positif dalam suatu masyarakat *Vsan Eikema Hommes itu tidak boleh dianggap sebagal morma-norma hukum konkrit, akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar hukum umum atau petunjuk-petunjuk ‘bagi hukum yang beriaku. Pembentukan hukum, praktis perlu berorientasi pada asas hukum tersebut. Dengan kata lain, asas hukum adalah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif *Menurut Scholten, asas_hukum adalah _kecendrungan- kecendrungan yang disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum, merupakan sifat-sifat umum dengan segala keterbatasannya sebagai pembawaan umum itu, yang tidak boleh tidak harus ada ‘*Menurut Satjipto Rahardjo, asas hukum mengandung nilai nilai dan tuntutan-tuntutan etis. Apabila Anda membaca suatu pperaturan hukum, mungkin kita akan _menemukan pertimbangan tis. di situ. Akan tetapi _asas hukum menunjukkan adanya tuntutan etis yang demikian itu, atau setidak-tidaknya kita bisa merasakan adanya petunjuk ke arah itu Dari apa yang diuraikan di atas dapat disimpulkan (Sudikno Mertokusumo, 2001: 5-6), bahwa asas hukum bukan merupakan hukum konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan konkrtit yang terdapat dalam dan di dalam sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif, dan dapat diketemukan dengan sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkrit tersebut. Hukum Perdata Materiil | 31 Apabila dalam sistem hukum terjadi pertentangan, maka asas hukum akan tampil untuk menyelesaikan pertentangan tersebut. Menurut Klanderman Fungsi asas hukum (Sudikno Mertokusumo, 2001: 6), antara lain sebagai berikut : ‘Asas hukum dalam hukum bersifat mengesahkan dan mempunyai pengaruh ‘yang normatif dan mengikat para pihak ‘Asas hukum tidak hanya mempengaruhi hukum positt, tetapi dalam hal juga ‘menciptakan suatu sistem, yang tidak akan ada tanpa adanya asas hukum tersebut ‘Sedangkan Fungsi asas hukum dalam sistem hukum (Marwan Mas, 2004:95), antara lain Cee cc Se ate ar eee ee ac Cee ea meen alasan tidak ada aturan hukumnya ea ee coe Co ne ea) * Misalnya undang- pecan Mincenafetih eee ag dinenieteta denier pemberlakuannya diutamakan pelaksanaannyadaripadeatuen (MCCUE CY Cle) een pemerintah Dengan demikian diharapkan asas hukum bukan hanya sekedar simbol bagi peraturan konkrit dalam suatu sistem hukum dan sistem peradilan di Indonesia. Asas hukum mempunyai keterkaitan dengan sistem hukum dan sistem peradilan, sehingga setiap terjadi pertentangan di dalam mekanisme_ kerjanya, senantiasa akan diselesaikan dengan asas hukum. Asas hukum pada umumnya bersifat dinainis, dapat terpengaruh waktu dan tempat (historisch bestimmt), berkembang mengikuti kaedah hukumnya, sedangkan kaedah hukum akan Hukum Perdata Materiil | 32 berubah mengikuti perkembangan masyarakat. Namun menurut GJ Scholten ((Sudikno Mertokusumo, 2001: 9-10), ada asas hukum yang bersifat universal yang berlaku kapan saja, tidak terpengaruh waktu dan tempat, antara lain sebagai berikut - Asa keperibadian, manusia menginginkan adanya kebebasan individu, ingin_ memperjuangkan kepentingannya. Asas keperibadian ini menunjuk pada pengakuan keperibadian manusia, bahwa manusia adalah subyek hukum, penyandang hak dan kewajiban. - Asas persekutuan, manusia menghendaki hidup bersama yang tertib, aman dan damai. = Asas kesamaan, manusia menghendaki dianggap sama dihadapan hukum, tidak dibeda-bedakan (equality before the law) - Asas kewibawaan, memperkirakan atau mengasumsikan adanya ketidak-samaan. Di dalam masyarakat harus ada yang meinimpin, menertibkan masyarakat, yang diberi kewibawaan, yang mempunyai wewenang dan kedudukan yang lain daripada orang kebanyakan. Asas hukum dapat dibedakan dalam 2 macam (Sudikno Mertokusumo, 2001: 10-11), sebagai berikut: a. Asas hukum umum, yaitu asas hukum yang berhubungan dengan seluruh bidang hukum, antar lain: Asas restitutio in integrum, yaitu pengembalian kepada kedudukan semula. Ketertiban dalam masyarakat haruslah dipulihkan pada keadaan semula, apabila _terjadi konflik.Artinya hukum harus memerankan fungsinya sebagai ‘sarana penyelesaian konflik” Asas lex posteriori derogat legi periori, yaitu hukum yang kemudian membatalkan hukum yang terdahulu. Hukum Perdata Materiil | 33 Asas Ne bis in idem, yaitu satu perkara yang telah diputuskan, tidak boleh disidangkan untuk kedua kali Asas eidereen wordt geacht de wette kennen, yaitu setiap orang dianggap mengetahui hukum. Artinya apabila suatu undang-undang telah diundangkan (tercatat__ dalam Lembaran Negara), maka — undang-undang_ tersebut dianggap telah diketahyu oleh warga masyarakat, sehingga tidak ada alasan bagi yang melanggarnya bahwa undang- undang itu belum diketahui berlakunya. b. Azas-azas dalam hukum perdata antara lain: ‘Azas Monogami (dalam Hukum Perkawinan) : Pasal 27 BW, sekarang diatur dalam pasal 3 ayat 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Azas Konkordansi : - KB, 1 Mei 1948, - Stb 1848 Nomor 10 Azas Recht fictie: Pasal 2 BW Azas Harta kekayaan debitor sebagai jaminan pelunasan hutangnya: Pasal 1331 BW Asas Tiada suatu hukuman yang mengakibatkan kematian perdata atau kehilangan segala hak perdatanya : Pasal 3 BW - Pembatasan pasal 21(1) UU No. 5/1960. Larangan pemilikan tanah pertanian yang berada diluar kecamatan dan tempat tinggal yang besangkutan tinggal yang bersangkutan. - _Azas kebebasan berkontrak: pasal 1338 ayat (1) BW Pembatasan harus mengindahkan: 1) Pasal 1320 sebagai syarat unum 2) Pasal 1851 ayat 2 BW Perjanjian perdamaian 3) Pasal 37 PP. 24 Tahun 1997 4) Perjanjian yang dimaksud mengalihkan hak atas tanah ‘Azas lex specialis derogate leg generalis :Pasal 1 KUHD Perkataan Hukum Perdata dalam arti luas adalah segala hukum pokok yang mengatur kepentingan perseorangan. Hukum Perdata Materiil | 34 Perkataan Perdata lain juga dipakai sebagai lawan dan pidana sedangkan dalam arti sempit lawan dan hukum dagang. Hukum Perseorangan dimana seseorang yang tidak mau melakukan sesuatu pekerjaan tentu tidak dapat langsung dipaksa melakukan pekerjaan tersebut,demikian pula kepentingan dalam warisan terbuka meskipun ia (bayi) masih dalam kandungan Meskipun pada azasnya dikatakan setiap orang adalah pembawa hak tapi dalam hukum tidak semua orang dapat bertindak sendiri seperti orang yang tidak cakap atau kurang cakap untuk melakukan perbuatan melawan hukum seperti : * Orang yang belum dewasa (BW— 21 tahun) kecuali kalau ia telah kawin, * Orang yang ditaruh dibawah pengawasan curatele. Tiap orang harus ada domocilinya karena hal tersebut untuk mengetahui tempat kediaman, dimana tempat ia kawin,dimana ia dipanggil, dimana ia dicari, pengadilan mana yang berwenang. Dalam perjanjian kontrak dapat diterangkan doinicile pemilik. Hal ini memudahkan Penggugat menggugatnya bilamana perkaranya diselesaikan didepan pengadi lan (litigasi) atau berguna bagi Penggugat untuk menggugat ahli warisnya. Dengan pengertian Hukum Perdata sebagai mana tersebut diatas, maka sebagai unsur yang terpenting dalam bidang hukum perdata adalah unsur Kepentingan Perseorangan. Contoh: KASUS PERDATA ‘A menyewakan sebuah rumah kepada B dengan ketentuan setiap bulan pihak B sebagai penyewa dan rumah tersebut wajib untuk mengantarkan uang sewanya setiap bulan sebesar Rp. 10.000,- kepada A, tetapi ternyata sudah berlangsung 4 tahun B tidak pernah menyetorkan uang sewa tersebut kepada A. Hukum Perdata Materiil | 35 Dalam contoh peristiwa Perdata ini sebagaimana tadi kita katakan bahwa unsur yang terpenting adalah Kepentingan Perseorangan. Maka dalam contoh tersebut diatas kita dapat melihatnya bahwa dalam perjanjian sewa menyewa itu yang ada hanyalah kepentingan antara pihak A dengan pihak B, sedangkan orang lain diluar mereka sama sekali tidak mempunyai hubungan apapun juga Didalam sewa menyewa ini pihak A si pemilik rumah mempunyai kepentingan yang disebut sebagai hak, berupa kepentingan atau hak-nya terhadap jumlah uang sewa yang akan di terimanya dan pihak si-B. Selain pihak A itu mempunyai kepentingan atau hak-hak tertentu, pihak A juga mempunyai kewajiban-kewajiban untuk menyerahkan rumah yang bersangkutan untuk dapat disewa oleh pihak B yang mana dalam contoh ini kewajiban tersebut telah dilaksanakan dengan baik. Sebaliknya si B sebagai si-penyewa juga mempunyai kepentingan yaitu kepentingan untuk dapat menempati rumah tersebut yang dalam hal ini kepentingan itu berupa kepentingan tethadap hak menempati rumah. Apa yang menjadi hak daripada B tersebut telah dipenuhi oleh si-A. Disamping hak itu B juga mempunyai kewajiban yaitu kewajiban untuk membayar uang sewa kepada A tetapi ternyata B mengingkari janji yaitu tidak pernah menyetorkan uang sewanya yang disebut dengan istilah wanprestasi (ingkar janji. Dalam kejadian contoh tsb yang menderita kerugian adalah pihak si-A karena kepentingannya tethadap apa yang menjadi Hak-nya ternyata tidak dipenuhi oleh pihak si-B Dalam keadaan tersebut diatas yang wajib untuk membela kepentingannya adalab orang yang menderita kerugian itu sendiri dalam hal ini si-A. Pihak lain ataupun Pejabat yang berwenang tidak akan memberikan perhatian apapun juga kecuali pihak yang menderita kerugian itu sendiri telah meininta bantuan secara tegas kepada Pejabat yang berwenang dalam hal ini pengadilan dan tempat tinggal pihak yang telah merugikan tersebut dan yang biasa disebut sebagai tergugat (B) Hukum Perdata Materil | 36 Setelah ada permintaan tersebut barulah pihak yang berwenang akan memberikan bantuan untuk menyelesaikan kepentingan daripada pihak si-A melalui prosedur hukum yang disebut sebagai Hukum Perdata Formil atau biasanya dipergunakan jstilah dalam praktek disebut sebagai Hukum Acara Perdata EVALUASI: De Une a aaa Ts Rien tae eacg dalih ia tidak tahu adanya Pecan tucesstes PO ee tg Dee tes Dre eae uence Cy ote ier et Cec) Pee ie ana auc een ca eich) peraturan yang lebih tinggi ? Pea eset SoC cc) Hukum Perdata Materiil | 37 BAB III SISTEMATIKA HUKUM PERDATA A. Sistimatika Hukum Perdata Menurut limu Hukum/limu Pengetahuan Menurut imu Hukum/limu Pengetahuan, sistematika hukum perdata terdiri dari (Subekti, 2003: 16) ‘+ Hukum tentang diri seseorang (Personen Recht) : ‘*Memuat peraturan tentang manusia sebagai subyek dalam hukum, — peraturan-peraturan perihal kecakapan untuk bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu serta hal-hal yang mempengaruhi kecakapan-kecakapan itu; Hukum Kekeluargaan (Familie Recht): Mengatur mengenai hubungan hukum yang. timbul dari hubungan_ kekeluargaan, seperti perkawinan beserta hubungan dalam lapangan hukum kekayaan antara suami dan _isteri, hubungan antara orang tua dan anak perwalian dan curatele; Hukum Kekayaan (Vermogen Recht) Mengatur tentang hubungen-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang. Dalam hal yang meliputi segala hak dan kewajiban orang itu, dinilai dengan uang (nilai ekonoinis). Hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang demikian itu, indah-tangankan kepada orang Hukum Warisan (Erfrecht) : Mengatur hal ikhwal tentang benda atau kekayaan seseorang jikalau ia meninggal Hukum Waris itu mengatur akibat-akibat hubungan keluarga terhadap harta peninggalan seorang, Hukum Perdata Materiil | 38 Hak-hak kekayaan itu dapat dibagi lagi atas: B, Sistematika Hukum Perdata menurut Undang-Undang / Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Sistematika Hukum Perdata dalam Burgerliklijk Wetboek voor Indonesiee /Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terdiri atas 4 (empat) buku, sebagai berikut: - Buku! —: Tentang Orang (Van Personen) - Bukull : Tentang Kebendaan (Van Zaken) Hukum Perdata Materiil | 39 - Bukulll : Tentang Perikatan (Van Verbindtenissen) - BukulV : Tentang Pembuktian dan Kadaluarsa (Van Bewijs en Verjaring) Ad.1. BUKU KESATU : “TENTANG ORANG” Di dalam buku Kesatu, dimuat semua ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai orang sebagai Subyek Hukum dan Hukum Keluarga. Dalam hal ketentuan yang mengatur orang sebagai Subyek Hukum (Manusia dan Badan Hukum). Mengenai apa yang sebenamya dimaksud dengan Subyek Hukum? Siapa saja yang merupakan Subyek Hukum itu? Apa yang menjadi Hak dan Kewajiban Subyek Hukum? Bilamana kedudukan Subyek Hukum menjadi “Hapus” atau “hilang’ Sedangkan mengenai hukum kekeluargaan yaitu semua ketentuan yang mengatur hubungan seseorang dengan pihak lainnya yang mana hubungan itu ditimbulkan karena adanya perkawainan antara seseorang pria dengan seseorang wanita, antara lain ketentuan itu meliputi mengenai ketentuan yang mengatur hubungan antara suami-Isteri. Hak dan kewajiban dari suami - isteri tersebut. Mengenai harta kekayaan di dalam perkawinan apabila terlahir anak-anak juga timbul hubungan antara orang tua dengan anak tersebut yang biasa disebut sebagai: “Kekuasaan Orang Tua’ Dimasukkannya hukum keluarga ke dalam bagian hukum tentang orang (Subekti, 2003: 17), karena hubungan-hubungan keluarga memang berpengaruh besar terhadap kecakapan seseorang untuk memiliki hak-hak serta kecakapan untuk mempergunakan hak-haknya itu Dalam semua sistem hukum terdapat pengertian tentang badan hukum terdapat pengertian tentang badan hukum sebagai subyek hukum (rechtpersoon), karena ada keinginan atau kebutuhan untuk membentuk badan-badan atau perkumpulan yang dapat juga memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan- perbuatan hukum seperti manusia.Badan-badan dan perkumpulan itu mempunyai kekayaan sendiri dan dapat bergerak dalam alu lintas hukum dengan perantaraan Hukum Perdata Materiil | 40 pengurusnya,dapat digugat dan dapat juga menggugat di muka Hakim (Subekti, 2005: 21). Sementara itu menurut ilmu pengetahuan (doktrin),syarat- syarat yang dapat dipakai (harus ada) sebagai kriteria untukmenentukan adanya kedudukan sebagai suatubadan hukum (Djaja S.Meliala, 2006:42) ialah: Ad.2. BUKU KEDUA: “TENTANG KEBENDAAN “. Didalam Buku Kedua dicantumkan semua _ketentuan- ketentuan yang mengatur mengenai persoalan Benda sebagai obyek hukum. Disamping itu didalam Buku ini juga dimuat ketentuanketentuan yang mengatur mengenai “Hukum Kewarisan Dalam hal hukum Kebendaan, diatur di dalamnya mengenai: - Apa yang dimaksud dengan benda menurut hukum. Mengenai macam-macamnya benda menurut hukum. Mengenai hak-hak Kebendaan. Dan lain sebagainya, Sedangkan dalam hal Hukum Kewarisan diatur mengenai cara beralihnya hak-hak dan kewajiban-kewajiban seseorang yang meninggal dunia kepada para ahli warisnya. Pembuat undang-undang memasukkan Hukum Waris ke dalam bagian tentang hukum kebendaan (Subekti, 2005: 21), karena dianggap hukum waris itu mengatur cara-cara untuk memperoleh hak atas benda-benda, yaitu benda-benda yang ditinggalkan oleh seseorang Ad.3. BUKU KETIGA: “TENTANG PERIKATAN” Buku ke-lll ini memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan antara seseorang dengan pihak lainnya, Hukum Perdata Materiil | 41 Ad.4. hubungan mana menimbulkan adanya Hak dan Kewajiban diantara para pihak tersebut. Ketentuan-ketentuan ini antara lain meliputi ‘Apa yang dimaksud dengan Perikatan? - Perikatan itu bersumber apa saja? - Bagaimana membuat suatu Perjanjian yang sah? - Hak dan Kewajiban apa yang timbul dan Perjanjian tersebut? Misalnya : Penjanjian Jual-Beli Dalam hubungan perjanjian Jual-Beli ini akan timbul Hak dan Kewajiban antara Penjual dengan pembeli tersebut. Sebagai Penjual berkewajiban untuk menyerahkan barang jualannya kepada Pembeli Sebaliknya Penjual mempunyai juga hak untuk menerima uang pembayaran dan barang yang dijualnya. Sedangkan sebagai Pembeli_ mempunyai kewajiban untuk membayar dan menyerahkan harga barang yang dibelinya. Sebaliknya mempunyai Hak untuk menerima dan meininta barang yang telah dibelinya BUKU KE-IV: “TENTANG PEMBUKTIAN DAN DALUWARSA” Buku ini memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai cara-cara_ mengenai cara-cara_ membuktikan sesuatu Hak mengenai macam-macam alat bukti dan lain- lainnya Sedangkan mengenai daluarsa meliputi ketentuanketentuan yang mengatur mengenai lewatnya waktu yang mana dapat menimbulkan seseorang memperoleh sesuatu hak atau dengan lewatnya waktu tersebut seseorang akan dibebaskan dan sesuatu kewajiban atau tuntutan hukum. Misainya: Hukum Perdata Materiil | 42 Dengan lewatnya waktu 30 tahun tanpa sesuatu gangguan dan pihak manapun, maka seseorang yang telah menepati sebidang tanah selama waktu tersebut dapat mengajukan permohonan agar tanah itu menjadi iniliknya. Dengan lewatnya waktu 1 tahun seseorang dapat dibebaskan dan sesuatu penagihan dokter. Perihal Pembuktian dan Lewat Waktu (daluarsa) sebenamya adalah soal hukum acara, menurut Subekti (Subekti, 2003: 17) hal ini kurang tepat dimasukkan dalam BW yang pada asasnya mengatur hukum perdata materi. Tetapi pernah ada suatu pendapat, bahwa hukum acara itu dapat dibagi_ dalam bagian materiil dan bagian formil. Soal mengenai alat-alat Pembuktian terhitung bagian yang termasuk hukum acara materiil yang diatur juga dalam suatu undang-undang tentang hukum perdata materi Sistimatika Kitab Undang-undang Hukum Dagang : Sistimatika Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) terdiri dari : 1. Buku Kesatu: Tentang Dagang umumnya 2. Buku Kedua: Tentang Hak dan Kewajiban yang terbit dari pelayaran. Belanda telah mengganti Burgerlijk Wetboek dengan Nieuw Burgerlijk Wetboek sejak 1992 Dalam sejarah perkembangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata telah diuraikan bahwa sebagian materi B.W. sudah dicabut berlakunya dan sudah diganti dengan Undang-Undang Republik Indonesia,dan menjadi undang-undang yang berdiri sendiri, antara lain: 1) Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1960 TentangPeraturan dasar pokok-pokok agraria Pasal 57: "Selama Undang-undang mengenai hak tanggungan tersebut dalam pasal 51 belum terbentuk, maka yang berlaku ialah ketentuan-ketentuan mengenai hypotheek tersebut dalam Kitab Hukum Perdata Materiil | 43 Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia dan Credietverband tersebut dalam S. 1908-542 sebagai yang telah diubah dengan S. 1937-190. 2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam Pasal 66 disebutkan bahwa : “Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan berdasarkan atas Undang-undang ini, maka dengan berlakunya Undang-undang ini ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerliik Wetboek), Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen (Huwelijks Ordonantie Christen Indonesiers $.1933 No. 74), Peraturan Perkawinan Campuran (Regeling op de gemengde Huwelijken S. 1898 No. 158), dan peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam Undang- undang ini, dinyatakan tidak berlaku’ 3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan dengan Tanah. Dalam Pasal 29 disebutkan bahwa: “Dengan berlakunya Undang-Undang ini, ketentuan mengenai Credietverband sebagaimana tersebut dalam Staatsblad 1908- 542 jo.Staatsblad 1909-586 dan Staatsblad 1909-584 sebagai yang telah diubah dengan Staatsblad 1937-190 jo. Staatsblad 1937-191 dan ketentuan mengenai Hypotheek sebagaimana tersebut dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia sepanjang mengenai pembebanan Hak Tanggungan pada hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah dinyatakan tidak beriaku lagi” Hal ini berbeda dengan Burgerliik Wetboek yang berlaku di negeri Belanda yang juga telah mengalami perubahan, akan tetapi keberadaannya tetap dalam bentuk kodifikasi. Dalam Konferensi Nasional Hukum Keperdataan Nasional |, yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pengajar Hukum Keperdataan (APHK) tanggal 16-17 April 2015 di Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bali, Prof. Dr. Tineke E Lambooy dari Universiteit Utrecht Belanda mengemukakan bahwa Hukum Perdata Materiil | 44 Belanda sudah mengganti BW yang masih digunakan di Indonesia itu, dengan BW yang baru atau Nieuw Burgerlik Wetboek sejak 1992. Upaya rekodifikasi BW ini digagas oleh Prof (E.M.) Meljers pasca perang dunia II pada 1947, atau dua tahun setelah Indonesia merdeka dari Belanda. la mengatakan alasannya ketika itu sudah banyak putusan hakim yang bersifat menemukan hukum dalam ranah perdata “Saat itu motivasinya adalah karena banyak peraturan hukum yang sudah dikembangkan oleh hakim di pengadilan, yang mana aturan itu tidak terdapat dalam BW 1838. Dari putusan hakim itu-lah dilakukan interpretasi. Namun hukum secara konstan terus menerus berkembang, dan Mahkamah Agung mempermudah dengan mengeluarkan anotasi putusan-putusan penting (landmarks) Nieuw Burgeliik Wetboek sudah memiliki 10 buku hingga kini Yakni: Buku 1: The Law of Natural Persons and Family Law (disahkan1970) Buku 2: The Law of Legal Persons and Corporate Law (disahkan1976) Buku 3: Property Law in General (disahkan1992) Buku 4: Law of Succession (disahkan1992) Buku 5: Property Rights (disahkan1992) Buku 6: The Law of Obligations and Contracts (disahkan1992) Buku 7: Specific Contracts (disahkan1 992) Buku 7A: Specific Contracts (disahkan1992) Buku 8: Transport Law and Means of Transportation (disahkan1991) Buku 10: International Private Law (disahkan2012) Sedangkan, Buku 9 yang berisi muatan intelectual Property Law atau Hak Kekayaan Intelektual (Voortbrengselen van de geest) hingga kini masih belum selesai. Menurut Tineke, di Belanda, pengaturan- pengaturan mengenai hak kekayaan intelektual ini sudah diatur dalam peraturan tersenditi Ditambah lagi ada perjanjian internasional (treaty) yang memiliki keberlakuan intemnasional. “Perusahaan-perusahaan (milik Belanda) itu kan beroperasi di seluruh dunia,” Hukum Perdata Materil | 45 BABIV PERIKATAN ‘A. Pengertian Perikatan Halla aL <1 LT Belanda “Verbintenis” atau juga dikenal dengan istilah “Binding” (bahasa Inggris), “Obligation” ( bahasa Perancis) dan “Obligatio” (Latin) Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak memberikan definisi tentang “Perikatan’. Beberapa pakar/ahli hukum memberikan pengertian tentang Hukum Perdata, sebagai berikut : et eae eT Peo eee Cae a ere ae eA cae See eae RU eC eeu! mengikatkan dirinya untuk _bersikap eeecec chee earc cg PN eee cure acy ee a CLT ae ea Pee cy eee ce Cee a cue ae CoS aun rou CeG} Bene tcc er ae Rnd nee erase a Cea reset aetna ees Cee Coa cu? Dengan demikian perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua atau beberapa orang atau pihak, yang menjadi dasar dimana pihak yang satu (kreditor) berhak atas suatu hal (barang) dari pihak lain dan pihak lain (debitor) berkewajiban menyerahkannya kepada kepada kreditor. Hubungan para pihak dalam perikatan ini adalah suatu hubungan hukum yang diatur oleh hukum dan hak kreditor disini di jamin/dilindungi hukum apabila debitor tidak memenuhi tuntutan kreditor secara sukarela maka kreditor dapat menuntutnya ke pengadilan Menurut Buku Ill KUHPerdata, sering disebut pengertian dalam arti sempit yakni hukum dalam lapangan hukum kekayaan dimana disatu pihak ada hak dan dipihak lain ada kewajiban. Hak yang lahir dari hubungan seperti itu disebut hak hukum sedangkan kewajibannya disebut kewajiban hukum Hal tersebut tercermin dalam Pasal 1131 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa : " Segala kebendaan si berutang, balk yang bergerak maupun yang tak bergerak baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk segala_perikatan perseorangan’, yang mengandung arti bahwa - Pertama: setiap subyek hukum merupakan penyandang hak dan kewajibannya sendiri yang hal ini terwujud dalam kepemilikan harta kekayaan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang dimiliki oleh diri subyek hukum tersebut, - Kedua: harta kekayaan seseorang dapat berubah dari waktu ke waktu karena perikatan yang dibuat, dilakukan, maupun yang terjadi atas subyek hukum dari waktu kewaktu Dengan demikian Hukum Perikatan pada umumnya adalah hukum yang terletak dalam “lapangan hukum kekayaan’yang terjadi antara dua pihak atau lebih, dimana yang satu berhakakan suatu prestasi dan pihak lain berkewajiban untuk memenuhinya. Namun demikian tidak semua hubungan yang diatur oleh hukum merupakan hukum kekayaan yang diatur dalam Buku III BW contoh : a). Janji setia antara suami dan istri bukan hubungan hukum kekayaan tapi hubungan hukum kekeluargaan. b). Janji menghadiri undangan pernikahan bukanlah hubungan hukum Hukum Perdata Materiil | 47 B. SUMBER PERIKATAN Ketentuan yang pertama mengatur tentang perikatan, yaitu sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1233 KUHP Perdata, yang menyebutkan bahwa : “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang’. Dengan demikian, dari rumusan Pasal 1233 KUHPerdata tersebut dapat diketahui, suatu perikatan sekurang-kurangnya membawa serta di dalamnya 4 (empat) unsur (Gunawan Wijaya, 2006: 311-13), yaitu: 1. Perikatan itu merupakan suatu hubungan hukum 2. Hubungan hukum tersebut melibatkan dua atau lebih orang (pihak) 3. Hubungan hukum tersebut merupakan hubungan hukum dalam lapangan hukum harta kekayaan 4. Hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban (debitor) pada salah satu pihak dalam perikatan Kewajiban-kewajiban tersebut dijabarkan dalam Pasal 1234 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu’. Dari rumusan ketentuan tersebut menunjukkan bahwa Kitab Undang-undang Hukum Perdata sangat menekankan pada kewajiban pemenuhan perikatan (prestasi), yang dikelompokkan dalam 3 (tiga) macam, yaitu :1. Kewajiban untuk memberikan sesuatu, 2. Kewajiban untuk berbuat sesuatu, atau 3. Kewajiban untuk tidak berbuat sesuatu Kewajiban tersebut dapat lahir karena 4. Perikatan yang lahir dari Perjanjian. Perikatan yang terbanyak terjadi, bersumber pada perjanjian karena itu sumber perikatan yang sangat penting adalah perjanjian Perikatan yang lahir dari perjanjian berdasarkan keinginan para pihak dan akibat hukum yang timbul dikehendakioleh para pihak sedangkan yang timbul dari Undang-undang perikatan tersebut diadakan oleh Undang-undang dan timbul diluar kemauan para_pihak.Perjanjian adalah suatu hal yang konkrit atau suatu peristiwa sedangkan perikatan adalah suatu yang abstrak. Perjanjian adalah sumber perikatan.Perikatan lahir atau ada karena ada perjanjian yang melahirkan perikatan. Perikatan sebagai Hukum Perdata Materiil | 48 hubungan hukum antara dua pihak dimana satu pihak ada HAK dan dilain pihak ada kewajiban Perjanjian itu menimbulkan dan berisi HAK Serta KEWAJIBAN dua fihak, olehsebab itu dapat dikatakan bahwa “Perjanjian berisi perikatan’. Isi perikatan ditetapkan oleh para pihak yang membuat perikatan begitu pula akibat hukum yang diharapkan juga ditentukan oleh para pihak Contoh Abidin sebagai penjual, melakukan perjanjian jual beli_ komputer merekCannon seharga Rp 7 juta dengan Chaerunnisa sebagai pembeli. Pembayaran disepakati secara tunai. Dari perjanjian ini lahir hubungan hukum a. Abidin berkewajiban menyerahkan komputer merek Cannon kepada ChaerunnisaAbidin berkedudukan sebagai debitor (ada kewajiban) sedangkan Chaerunnisasebagai kreditor (ada hak), b. Chaerunnisa berkewajiban membayar tunai kepada Abidin senilai Rp 7 juta. Dilihat darisegipembayaran,Abidinberkedudukansebagaikreditor (adahak)dan Chaerunnisa sebagai debitor (ada kewajiban) Apabila terjadi ingkar janji maka akibat hukumnya dapat berupa ganti rugiatau pembatalan perjanjian atau pembatalan perjanjian dengan ganti rugi yang tergantung pula pada apa yang diperjanjikan. Apabila perjanjian hapus maka perikatan juga hapus. Perikatan menimbulkan : hak dan kewajiban antara para pihak dan tanggung jawab atas terlaksananya prestasi para pihak . Perikatan yang lahir dari undang-undang Perikatan yang lahir dari undang-undang dapat terjadi menjadi perikatan karena : 1) Undang-undang saja, dan 2) Undang- undang karena perbuatan manusia a. Perikatan yang lahir dari undang-undang (Ps 1352 KUHP Perdata) Pada dasarnya adalah kehendak pembuat undang-undang, Pembuat undang-undang sudah menentukan sendiri secara khusus kapan perikatan seperti itu lahir dan apa isi perikatan yang lahir dari undang-undang tidaklah tergantung dari Hukum Perdata Materiil | 49 kehendak para pihak tetapi tergantung dari kehendak pembuat undang-undang. Perikatan yang lahir dan undang-undang saja adalah perikatan yang tercantum atau yang terdapat dalam perundang- undangan sebagai berikut: - Pasal 321 KUHPerdata, hubungan yang muncul dari kewajiban pemeliharaan Pasal 385 KUHPerdata dan 409 KUHPerdata, hubungan antara pupil (anak yang anak yang belum dewasa dan berada dibawah perwalian) dengan wali Perikatan yang lahir dari UU karena perbuatan manusia : 1). Pengurusan kepentingan orang lain dengan sukarela/ Zaakwaameining (pasal 1354 KUHPerdata) Zaakwaareining atau Pengurusan kepentingan orang lain adalah tindakan dengan sukarela atau disebut juga perbuatan perwakilan sukarela, tanpa perintah dengan atau tanpa kerjasama dengan yang bersangkutan dan terjadi terutama karena ketidak hadiran yang bersangkutan, Pelaksanaan Zaak Waameining disebut Gestor yang bertindak atas nama sendiri atau atas nama pemilik benda (Dominus) dan bertindak sebagai wakil. Perikatan yang lahir dari UU akibat (karena) perbuatan manusia yang bersifat rechtmatige adalah apa yang diatur dalam pasal 1354 KUHPerdata (zaakwarneming)) dan pasal 1359 KUHPerdata tentang pembayaran yangtidak terhitung (overishuldigde betaling) pembayaran yang tidak terhitung (Onverschuldige Betaling) Pasal 1359 ayat 1 Pembayaran yang dilakukantanpa —_adanya hutang/kewajiban membayar menimbulkan perhitungan yaitu: hak untuk menuntut kembali pembayaran dapat berupa uang, penye-rahanbarang, pekerjaan atau dengan prestasi lainnya.Hak menuntut kembali_hilangapabila kreditor telah menguasakan surat-surat hutang namun tetap dapatmenuntut dari debitor yang sesungguhnya. Penerima bayaran dengan itikad buruk wajib mengem-balikan dengan Hukum Perdata Materiil | 50 2) bunga dan hasil-hasiinya (pasal 1362) dan ganti rugi apabila nilai barang berkurang. Apabila barang musnah di luar kesalahannya, ia harus mengganti hargabarang dan mengganti biaya kerugian dan bunga. Hal ini terdapat juga didalam KUHD pasal 568 tentang “pemberian pertolongan’ (hulpverlening) Onrechtmatige daad / Perbuatan Melawan Hukum (pasal 1365 KUHPerdata) Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatige daad) dalam konteks hukum perdata diatur dalam Pasal 1365 KUHPerd, diatur dalam Buku |i! BW, pada bagian “Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan demi Undang-Undang", yang berbunyi “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Perikatan yang lahir dari UU akibat perbuatan manusia yang bersifatonrechtmatige diatur dalam pasal 1365 KUHPerdata dan peraturan hal yang sama terdapat pada Pasal 534 KUHD mengenai tabrakan kapal (aanvaring) Contoh perikatan lahir dari UU akibat perbuatan manusia yang melawan hukum adalah : Ketika Sukron mengendarai sepeda motor di jalan raya dengan kecepatani00 km perjam tanpa helm Menurut J. Satrio, SH dalam bukunya, hukum perikatan, perikatan yang lahir dari undang-undang pada hal 13 menjelaskan ternyata masih ada perikatan yang lahir dari tindakan hukum sefihak atau "keputusan pengadilan'yang tidak dapat dikelompokkan sebagai perikatan yang lahir dari UU ataupun dari perjanjian Contoh 1. Perikatan lahir antara ahli waris dan panerima legaat. Hubungan hukum ini tidak muncul karena perjanjian Hukum Perdata Materiil | 51 tetapi dari tindakan hukum sepihak yaitu membuat testamen yang berisi legaat. 2. Perikatan yang lahir dari perintah Hakim untuk membuka semua buku-buku Hubungan hukum ini muncul antara Penggugat dan Tergugat. Perikatan yang lahir karena UU bila terjadi ingkar janji tidak dapat dituntut ganti rugi Perbuatan melawan hukum adalah berbuat atau tidak berbuat yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pembuat, bertentangan dengan kesusilaan, bertentangan dengan kapatutan yang berlaku dalam alu lintas masyarakat terhadap diri atau barang orang lain. Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian bagi orang lain mewajibkan orang karena salahnya untuk = mengganti_—kerugian. + Dalam pelaksanaantuntutan ganti rugi karena perbuatan melawan hukum sering terjadi kesulitankarena untuk itu harus dipenuhi unsur-unsur: 1. Ada perbuatan melawan hukum, 2. Ada kesalahan 3. Ada kerugian 4, Hubungan kausa antara kesalahan dan kerugian, Onrechtmatig Daad adalah perbuatan melanggar hukum atau melawan hukum. Sebenamya terdapat hubungan antara Onrechtmatigdaad (OD) dengan Wanprestasi (WP) menurutAsser Ruter, WP adalah Spesies OD.WP adalah ODdalam kedudukan-nya sebagai debitor yang dilakukan sebagai debitor contoh. Apabila seorang penyewa kamar hotel merobek robek wall paper karena jengkel,dia telah melanggar kewajiban kontrak, berarti dia WP disamping OD. Disini pinakyang dirugikan bisa meinilih OD atau WP. Adapun manfaat praktis membedakan OD dan WP untuk: kepentingan beban pembuktian, _perhitungan kerugian maupun menentukan bentuk kerugian. Berikut ini perkembangan pengertian Onrechtmatigdaad dalam 3 tahap Hukum Perdata Materiil | 52 Tahap | Sebelum 1883 HR menafsirkan OD sebagai perbuatan yang bertentangan denganUU (Onvrechmatig=Onwetmatig). BW Indonesia dianggap berdiri sendiri. Kerugianakibat kelalaian atau ketidak hati- hatian tidak dikaitkan dengan _bertentangandengan ketentuan perundang-undangan pasal 1401 (1365 BW Indonesia) Tahap II * Pada tahun 1882 HR memutuskan bahwa pasal 1402 hanyalah pelengkap dari poser 1401 berlaku juga ada kelalaian yang diatur dalam pasal 1402 * Juga HR berpendapat bahwa OD tidak saja bertentangan dengan kewajiban menurut UU si pelaku, tetapi juga bertentangan dengan hak orang lain * Prof. Molen Groof mempelopori pandangan luas yaitu : OD sama denganbertindak menyimpang (Jari apa yang pantas seseorang bertindak terhadap yang lain dalam masyarakat Dengan kata lain OD:OngeoorioofdatauOnwetmatig dan bertentangan dengan moral yang berlaku. * Putusan HR yang terkenal pada tahap ini adalah Zutphense Juffrouw Arrest, 10 Juni 1910 Tahap Ill Putusan HR tanggal 31 Januari 1919 dalam kasus Lide Laum Vs Cohen (keduanya pengusaha percetakan). Cohen menyuap seorang karyawan Lidabaum untuk mem- booorkan rahasia perusahaan Linda. Linda melihat perbuatan tersebutsebagaiODdan menuntu tganti_ rugi Rechtbank — mengabulkan —tuntutan —_Lindabaum Gerechthofatas dasar yurisprudensi tetap menolak dengan alasan Cohen tidak melakukan OD. HR : OD adalah berbuat (handelen atau membiarkan (nalaten) yang bertentangandengan: Hak orang lain. + Kewajibanhukumperbuatan(Dadersrechtplicht)atauberte ntangandengankesusilaan (Goede Zeden). Hukum Perdata Materiil | 53 + Kecermatan /kepatuhan (Zorgfu Digheid) yang berlaku dalam masyarakatberkaitan dengan orang atau barang orang lain. Hak orang lain adalah hak subyektit orang lain yang dilindungi oleh hukum obyektif. Hukum Subyektif meliputi : a. Hak Absolut : Seperti hak kebendaan, termasuk Hak 1 b. Hak atas Integritas Jasmani kehidupan dan kehormatan Syarat - syarat untuk aksi OD Ada 5 elemen yang disebut dalam pasa! 1356 : 1. Daad (perbuatan) 2. Daad itu harus Onrechmatig 3. Ada Schuld (kesalahan) pada perbuatan 4. Oorzakelijk Verband (hubungan sebab akibat) antara Daad. 5. Dengan Schade (kerugian) pada pihak yang lain. Untuk berhasilnya Aksi Normenthlorie memasalahkan satu syarat Relativiteit yaitu melanggar norma yang melindungi kepentingan yang dirusak. Teorti ini untuk membatasi terlalu luasnya penafsiran OD 1. Daad (perbuatan) + Pasal 1365 mengatur tentang perbuatan Dad + Pasal 1366 mengatur tentang kelalaian atau tidak hati- hati Nalatigheid enOnvoorzichtig) * Maksud sebenamya HR 31/1 Januari 1919 hiking arti perbuatan kedua pasaltersebut. 2. Onrechtmatig, * Perkembangan penafsiran arti Onrechmatig sesuai tahap-tahap di atas. * Sebelum 1919 Onrechmatig adalah : melanggar Hak ‘Subyektif orang lainbertentangan dengan kewajiban hukumnya senditi dimana Hak dan Kewajibantersebut harus didasarkan pada UU Onrechmatig Onwetmatig) Hukum Perdata Materiil | 54 * Selain itu yang dimaksud dengan Hak Subyektif adalah Hak Absolut. Untuk pelanggaran terhadap Hak Relatif diterapkan WP. Catatan Hak Subyektif 1. Hak Absolut yang berlaku terhadap orang yang terdir, dari: a. Hak kepribadian (Persoonalijkheid Rechten ) a.1 : Hak atas hidup.Hak initidak dapat diasingkan. b. Hak-hak keluarga (Familie Rechten) seperti orang tua, perwakilan dan Curatelle Hak-hak ini tidak bernilai uang dan tidak mungkin diasingkan. c. Sebagian hak kekayaan (Vermogens Rechten) yakni Hak kebendaan danhak atas benda material Vermogens Rechten adalah dengan obyek yang bernilai uang dialihkan seperti Hak inilik dan sebagainya Schuld (Kesalahan) Kesalahan dalam arti luas : a. Kelalaian (arti sempit) b. Sengaja. Kesalahan hares Selalu menyangkut Onrechmatig Contoh: Menyuruh pembantu membeli barang di toko — tertabrak.Perbuatan menyuruh telah merugikan pembantu tersebut Pembantu dapat dihindari (Vermijdbaar) tetapi tidak dapat dicela (Verwijtbaar) Tolak ukur Vermijdbaar menjadi Verwijtbaar adalah dapat diduga (Voorzienbaar). Tolak ukur ini adalah manusia, maupun tolak ukur dapat diduga a. Ukuran Obyektif yaitu Manusia normal (ditarik kebawah). b. Ukuran Subyektif yaitu Keadaan pribadi yang bersangkutan, apakahkeahliannya dan sebagainya (ditarik ke atas) Opzet adalah mau dan tahu untuk berbuat atau tidak berbuat-Opzet disini perlusebagai Niat (Ooerg),cukup apabila yang bersangkutan mengetahui tentangkemung-kinan akibat kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatannya Hukum Perdata Materil | 55

Anda mungkin juga menyukai