&
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBENTUKAN JAKSA
MODUL
HUKUM PERDATA MATERIIL
BADAN PENDIDIKAN DAN
PELATIHANKEJAKSAAN REPUBLIK
INDONESIA JAKARTA
2021CAHYANING
NURATIH, SH.,
Ve
SAIMAH, SHKATA PENGANTAR
‘Tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-
undang Dasar Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekean, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk tercapainya tujuan
nasional tersebut diperlukan aparatur penegak hukum yang mampu mendorong
terwujudnya tujuan nasional, melalui penegakan hukum yang berkeadilan.
Dalam penegakan hukum dikenal adanya Integrated Criminal Justice System
(Sistem Peradilan Pidana Terpadu) yang terdiri dari Polisi, Jaksa, Hakim,
Penasihat Hukum dan aparatur Lembaga Pemasyarakatan.
Kejaksaan R.l. adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan negara di bldang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan
undang-undang. Sebagai lembaga pemerintah, Kejaksaan harus didukung oleh
aparatur yang professional, berintegritas dan berkarakter yang salah satu
sarananya didapat melalui pendidikan dan pelatihan. Oleh Karena itu Badan
Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan R.l. menyelenggarakan Pendidikan dan
Pelatihan Pembentukan Jaksa (PPP). Dalam pemenuhan proses pembelajaran
PPPJ diperlukan modul. Salah satunya modul tentang Hukum Perdata Materiil,
Maksud dan tujuan penulisan modul ini agar peserta PPPJ mampu
memaham! dan mengaktualisasikan tugas dan wewenangnya sebagal Jaksa
secara professional, berintegritas dan berkarakter. Adapun pokok-pokok materi
modul ini adalah tentang Hakekat Hukum Perdata, Sistimatika Hukum Perdata,
Perikatan, Subyek dan Obyek Perikatan, Kapita Selekta, Perjanjian dan
Perjenjian Khusus, pedoman dalam menangani perkara Tata Usaha Negara di
Peradilan Tata Usaha Negara. Diharapkan dengan modul ini proses transfer
knowiedge dan skil dari Widyaiswara kepada peserta Diklat dapat lebih efektif.Atas nama Badan Pendidikan dan Pelatihan, kami mengucapkan
penghargaan yang setinggi-ingginya kepada tim penyusun yang telah bekerja
keras menyusun modul ini. Begitu pula halnya dengan ahli di bidang masing-
masing yang telah memberikan review dan masukan, kami ucapkan terimakasih.
Kami menyadari bahwa modul ini jauh dari sempurna, Kami mohon
kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif guna
penyempurnaan selanjutnya. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi peserta
PPPJ.
Jakarta, _ Agustus 2021
Kepala Badan Diklat Kejaksaan R.
es
Tony T. SpontanaDAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
TIM PENYUSUN MODUL.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB | PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hi IIIT NI ccc
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
E. INDIKATOR KEBERHASILAN
F, MATERI POKOK
BAB || HAKEKAT HUKUM PERDATA
A. PENGERTIAN HUKUM PERDATA DAN RUANG LINGKUP.
HUKUM PERDATA.. ee ae
B. PENGERTIAN HUKUM PERDATA DALAM ARTI SEMPIT
DAN DALAM ARTI LUAS.............005
C. SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA
MATERIIL DI INDONESIA
D. ASAS-ASAS HUKUM PERDATA ..
Rob
a
7
30BAB Ill SISTEMATIKA HUKUM PERDATA
A. SISTIMATIKA HUKUM PERDATA MENURUT ILMU
HUKUM/ILMU PENGETAHUAN ............00cceeeeieeesteeeteeneennien OB
B. SISTEMATIKA HUKUM PERDATA MENURUT
UNDANG-UNDANG / KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
PERDATA (KUH PERDATA) .....sssssscsosssssssssstesessseseessssseternseseeee 39)
BAB IV PERIKATAN
A. PENGERTIAN PERIKATAN.......:scccssssecssssseseessssseeesnssetseenseterees 46
re rT eerie
BAB V SUBYEK DAN OBYEK PERIKATAN
(A. BOBYER PERINAT AN ocecsrcssrcensnasnsrenusnsestanicenmwnsemenscsrenens sll
B. OBYEK PERIKATAN (VOOR WERP/ONDER WERP)............000000-57,
C. SYARAT-SYARAT PERIKATAN ..
D. JENIGVJENEE PERIMAT AN camssmassicemmimnanncmmncnnensiscnceann
E. BERAKHIRNYA PERIKATAN (PASAL 1381 BW) 63
BAB Vi PELAKSANAAN PERIKATAN
A. WANPRESTASI.......0000000008 treet ete eane tare canansarnesess OE
B. OVERMACHTIFORCE MAJEUR enscssciananncnaancinnenan commen PO
C. EXEPTIO NON ADIMPLET! CONTRACTUS (Kreditor yang Lalai) .71
D. PELEPASAN HAK (RECHTSVERWEKING)......:cssssesssssstsseseeeT2
BAB VII PERJANJIAN
A. HUKUM PERJANJIAN DI INDONESIA .........000:ccesnsienennnnnnn TS
B. PENGERTIAN PERJANJIAN 73
C. SYARAT SAHNYA PERJANUIAN .......s.ccsssessssecsssscssssessneessscessneessnee TA
ivBAB IX PENUTUP ..............
D. UNSUR-UNSUR PERJANJIAN ...
E. ASAS-ASAS PERJANJIAN
F. PENAFSIRAN PERJANJIAN
A EL: ND
H. BENTUK PERJANMIAN .........sessesesneee
|. JENIS PERJANJIAN .....
J. PERJANJIAN STANDARD
K. PERJANJIAN DALAM PERKEMBANGAN.............-.c0:cssssssseesseeeseees
BAB Vill KAPITA SELEKTA
A. PERJANJIAN SEWA BELI DAN CICILAN
B. PERJANJIAN FRANCHISE /WARALABA....
IC PERJANUIAN TRUSTED cscs eccrine
BAB IX PERJANJIAN KHUSUS (BW)
PERJANJIAN JUAL BELI...
PERJANJIAN SEWA MENYEWA.
A
B.
C. PERJANJIAN PERSEKUTUAN (MAATSCHAP)...
D. PERJANJIAN PENYURUHAN (LASTGEVING)
E. PERJANJIAN PENANGGUNGAN HUTANG (BORGTOCH).........
F. PERJANJIAN DAMAI (DADING /AOMPRINIS).....
G. PERJANJIAN HIBAH/PEMBERIAN (SCHENKING)
H. PERJANJIAN KERJA
penne peso
.78
79
81
81
83
84
88
88
89
90
91
.93
.93
94
94
94
.94
94
95BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
freer
ee
cer
Pe aug eo
aerate
Cee Ce ence amc)
occ UC a a
CO ee eae aa ca
Per ence cen at ace ker Lc
er ut Uae eae
Pe eer ar a te
Dari sifat hukum perdata sebagai hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan
Pere ny on
ar aac en
ere Cea
bersangkutan akan bereaksi untuk mempertahankan peraturan-peraturan tersebut
Perea acre een tee te arene eee
mempertahankan haknya, jika orang yang berkepentingan menghendakinya, yaitu
etter
Masalah orang yang berkepentingan itu mau mengajukan
tuntutan atau tidak, itu bergantung kepada dirinya sendiri. Oleh
sebab itu hukum perdata disebut sebagai hukum privat. Misalnya:
jika A meninjam uang kepada temannya (B). Dalam hubungan
Hukum Perdata Materiil | 1pinjam-meininjam tersebut, hak dan kewajiban yang timbul hanya
mengikat A dan B. Jika B tidak melakukan pengembalian uang
kepada A, diserahkan kepada pribadi A, tidak ada menyangkut
kepentingan umum. Jika A mempunyai kepentingan untuk
melakukan penagihan, maka A dapat menagihnya melalui hakim di
pengadilan
Meskipun demikian, hal tersebut tidak sepenuhnya berlaku
mutlak. Tidakiah berarti bahwa para subyek hukum dapat
menyampingkan sesukanya. Pemerintah tidak bisa melepaskan
sepenuhnya demikian, karena pemerintah terikat pada asas negara
hukum yang mengandung keharusan adanya kepentingan umum
dalam hukum perdata. Misalnya dalam hukum perkawinan, Pertama-
tama orang sebagai pribadi, sebagai subyek hukum yang
mempunyai hak dan kewajiban (H. Perorangan), kemudian
manakala orang tesebut terikat perkawinan, maka akan timbul
kepentingan pribadi dari suami-isteri (Hukum Keluarga), kemudian
keluarga itu akan mempunyai anak, lambat laun akan timbul harta
kekayaan dan hubungan yang terkait dengan kekayaan
(H.Kekayaan), dan pada saat orang tersebut _meninggal
mengakibatkan adanya peninggalan (harta warisan atau hutang).
Semuanya itu termasuk lingkup hukum perdata, tetapi juga
dipandang sebagai salah satu dasar pergaulan dalam kehidupan
masyarakat, sehingga hubungan-hubungan hukum yang semula
dalam lingkup hukum keperdataan menjadi berkembang dan
bersangkut paut kepentingan masyarakat (kepentingan umum).
Untuk itu negara berpendapat bahwa dalam beberapa hal,
kebebasan subyek hukum-subyek hukum yang terkait kepentingan-
kepentingan yang bersifat privat tersebut harus dibatasi. Negara
memberikan tugas dan kewenangan kepada instansi Kejaksaan RI
selaku lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara
untuk melakukan tindakan-tindakan terkait dengan keperdataan
deini kepentingan umum (masyarakat)
Kitab Undang-undang Hukum Perdata mengatur tugas dan
wewenang kepada Kejaksaan RI /Jaksa Pengacara Negara untuk
melakukan tindakan tertentu antara lain, 1) Kejaksaan wajib
menuntut pembatalan kepada Hakim atas sesuatu perkawinan
sebagaimana temmaksud dalam pasal 27 hingga 34 B.W (Pasal 65);
2) Kejaksaan dapat menuntut kepada Hakim agar seseorang
Hukum Perdata Materiil | 2dibebaskan dari kekuasaannya sebagai orang tua atau ouderlijke
machtnya (pasal 319 B.W); 3) Kejaksaan berwenang untuk
melakukan penuntutan kepada pengadilan seorang dipecat sebagai
wali dari anak yang belum (pasal 381 B.W.). Di samping itu
Kejaksaan juga diberi tugas dan wewenang di bidang keperdataan
lainnya yang diatur dalam hukum positif lainnya.
Berdasarkan_ketentuan Vertegenwoodiging Van Den Lande In
Rechten (Staatsblad 1922-522), Kejaksaan mempunyai kewenangan
untuk mewakili negara di depan hukum. Sampai saat ini ketentuan
tersebut tetap berlaku dan telah diadopsi, sebagaimana tertuang
dalam Pasal 30 ayat (2) Undang-undang Nomor Kejaksaan 16
Tahun 2004 tanggal 26 Juli 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia : “Di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara Kejaksaan
dengan kuasa khusus dapat bertindak di dalam maupun di luar
pengadilan untuk dan atas nama negara atau Pemerintah’ serta
sebagaimana ketentuan Pasal 23 ayat (1) dan Pasal 24 ayat (1)
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 38 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI sebagaimana diubah
dengan Perpres Nomor 29 Tahun 2016 yang dilaksanakan oleh
Direktorat Perdata dan Direktorat Pemulihan dan Perlindungan Hak
pada JAM DATUN, Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara cq
Kepala Seksi Perdata dan Kepala Seksi Pemulihan dan
Perlindungan Hak untuk tingkat Kejaksaan Tinggi dan Kepala Seksi
DATUN untuk tingkat Kejaksaan Negeri.
Untuk itu para Peserta Diklat Pembentukan Jaksa (PPPJ) wajib
mempelajari, memahami dan menguasai hukum perdata materil,
baik sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (K.U.H Perdata) maupun yang telah diatur dalam peraturan
tersendiri, Dengan penguasaan yang baik terhadap hukum Perdata
materiil diharapkan menjadi kekuatan bagi calon-calon JPN untuk
beracara di peradilan Perdata dan bahkan dapat memberikan
pertimbangan hukum kepada instansi/pemerintah pusat dan daerah
maupun BUMN/BUMD bila diperlukan
Hukum Perdata Materiil | 3B. Diskripsi Singkat
Pada modul ini akan disajikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
hukum perdata materiil. Menyadari betapa pentingny'a pemberian
pengenalan dan pemahaman tentang hukum perdata materiil kepada para
Peserta Diklat Pembentukan Jaksa (PPPJ), maka keberadaan modul ini
cukup penting
Dalam modul ini, materi yang diberikan antara lain mengenai asas hukum
perdata, sejarah hukum perdata, sistimatika hukum perdata, dan perihal
hukum perikatan termasuk juga aneka perjanjian baik perjanjian bernama
maupun perjanjian jenis lainnya yang tumbuh dan berkembang
berdasarkan asas kebebasan berkontrak.
C. Tujuan Pembelajaran
ee ee eee
Peete ene rte
perdata, sistematika hukum perdata materill
ee ee ec
ee eee)
renee inetd
ere oa ee un
Peer
Sy
Ce ee aa et ed
ce ae oe
te eee
Hukum Perdata Materiil | 4D. Indikator Keberhasilan
Widyaswara memberikan penjelasan mengenai pengertian Hukum Perdata,
ruang lingkup Hukum Perdata, asas-asas Hukum Perdata hingga subyek dan
obyek perjanjian serta bentuk-bentuk perjanjian Hukum Perdata
Latihan/praktek menganalisa permasalahan Hukum Perdata dalam bentuk
Pendapat Hukum
Peserta Diklat mampu memahami ruang lingkup dan beberapa permasalahan
Hukum Perdata sehingga saat _melaksanakan Tugas Fungsi sebagai Jaksa
Pengacara Negara sudah dapat memahami
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
|. Hakekat Hukum Perdata
1. Pengertian Hukum Perdata Dan Ruang Lingkup Hukum
Perdata
2. Pengertian Hukum Perdata Dalam Arti Sempit Dan Dalam
Arti Luas
3. Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Materiil di Indonesia
4. Asas-asas hukum perdata
Il. Sistematika Hukum Perdata
4. Sistimatika Hukum Perdata Menurut limu Hukum/Iimu
Pengetahuan
2. Sistematika Hukum Perdata Menurut Undang-Undang / Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
3. Sistimatika Kitab Undang-undang Hukum Perdata
lll. Perikatan
4. Pengertian Hukum Perikatan
2. Sumber Perikatan
IV. Subyek Dan Obyek Perikatan
1. Subyek perikatan
2. Obyek perikatan (voor werp/onder werp)
3. Syarat-Syarat Perikatan
4, Jenis-Jenis Perikatan
Hukum Perdata Materiil | 55. Berakhimya Perikatan (Pasal 1381 BW)
V. Pelaksanaan Perikatan
1. Wanprestasi
2. Overmacht/Force Majeur
3. Exeptio non Adimpleti Contractus (Kreditor yang Lalai)
4, Pelepasan Hak (Rechtsverweking)
VI. Perjanjian
1. Hukum Perjanjian Di Indonesia
2. Pengertian Perjanjian
3. Syarat Sahnya Perjanjian
4. Unsur-Unsur Perjanjian
5. Asas-Asas Perjanjian
6. Penafsiran Perjanjian
7. Sifat Perjanjian
8. Bentuk Perjanjian
9. Jenis Perjanjian
10. Perjanjian Standard
11. Perjanjian Dalam Perkembangan
Vil. Kapita Selekta
Perjanjian Sewa Beli Dan Cicilan
2. Perjanjian Frenchise /Waralaba
3. Perjanjian Trustee
4. syarat perikatan, jenis perikatan dan berakhimya perikatan.
5. Perihal hukum perjanjian, jenis perjanjian dan pelaksanaan
perjanjian
Hukum Perdata Materiil | 6BAB Il
HAKEKAT HUKUM PERDATA
‘A. Pengertian Hukum Perdata dan Ruang Lingkup Hukum Perdata
1. Pengertian Hukum Perdata
Hukum Perdata merupakan hukum yang mengatur hubungan
hukum antara orang yang satu dengan yang Jain, dengan
mengutamakan kepentingan pribadi atau masing-masing individu
{perseorangan). Hukum perdata disebut juga dengan istilah hukum
privat (privatrecht) atau hukum sipil (civilrecht)..
Beberapa pakar/ahli hukum memberikan pengertian tentang
Hukum Perdata, sebagai berikut:
Hukum Perdata Materiil | 7Dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur hubungan
hukum antara orang/badan hukum yang satu dengan orang/badan
hukum yang lain di dalam kehidupan masyarakat dengan menitik
beratkan pengaturannya kepada kepentingan pribadi secara tidak
langsung juga besar pengaruhnya tethadap terjaminnya kepentingan
umum, yang pada hakekatnya merupakan himpunan atau kesatuan
dari kepentingan pribadi masing-masing individu tersebut pula
(Purnadi Purbacaraka dan A.Ridwan Halim, Tahun 1987: 14). Oleh
karenanya, eksistensi Hukum Perdata pada dasarnya meliputi
pasangan nilai-nilai pokok (Pumadi Purbacaraka dan A.Ridwan
Halim: Tahun 1987: 1-2), antara lain :
Tree eae Ce aipe areal Tice
creer
Peat nl pect eur Pema ty
Pe ccd Breer)
oe een Pacinos Pras
dan pluralisme hukum | proteksi hukum dan Pereira
een ay Pec
Cr rc)
Perec)
Crone escurs
a. Unsur Kebebasan dan ketertiban:
Para pihak bebas untuk mengadakan perjanjian mengenai apa
saja, (asas_—kebebasan —berkontrak/Pasal 1338
BW/KUHPerdata), sepanjang hal yang dijanjikan itu tidak
mengganggu ketertiban atau melanggar syarat-syarat sahnya
suatu perjanjian (pasal 1320 BW/KUHPerdata).
b. Unsur Kepastian hukum dan kesebandingan hukum.
Dalam hal legitieme portie/bagian sah. Setiap ahli waris yang
patut menerima warisan, pasti berhak atas bagian sah
(kepastian hukum) tanpa bisa dihalangi dengan cara apapun.
Hukum Perdata Materiil | 8Tetapi berapa besarnya legitieme portie yang berhak
diterimanya'?
Besarnya legitieme portie/bagian sah tersebut tergantung dan
(kesebandingan hukum):
— Besar kecilnya harta warisan yang ditinggalkan.
- Ada tidaknya/besar kecilnya hutang/piutang si pewaris.
- Banyaknya ahii waris.
~ Ada tidaknya/besar kecilnya hibah wasiat.
Unsur Keketatan dan keluwesan hukum.
Adanya keketatan hukum yaitu dibuktikan dari adanya
sistem tertutup Buku Kedua BW/KUHPerdata yang mengatur
tentang hukum benda.
Sedangkan adanya keluwesan dapat dibuktikan dari
adanya sistem terbuka Buku Ketiga BW/KUHPer mengatur
Hukum Perjanjian(Perikatan).
Unsur unifikasi hukum dan pluralisme hukum:
Adanya unifikasi hukum dapat dibuktikan dan telah terciptanya
Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-
pokok Agraria, yang berlaku secara seragam bagi seluruh
rakyat Indonesia dalam hal keagrariaan
Sedangkan adanya pluralisme hukum dapat dibuktikan dari
masih adanya hukum yang berbhineka dalam beberapa
persoalan perdata tertentu, misalnya dalam hal pewarisan
dimana masih berlaku
— Ketentuan-ketentuan hukum waris menurut KUHPerdata.
- Ketentuan-ketentuan hukum waris menurut Hukum Islam,
- Ketentuan-ketentuan hukum waris menurut Hukum Adat.
Dalam hukum perdata terkandung unsur proteksi hukum
dan restriksi hukum.
Adanya proteksi hukum dapat dibuktikan misalnya dari:
Adanya hak inilik sebagai hak kebendaan yang terkuat dan
paling sempurna serta memberikan jaminan kekuatan
Hukum Perdata Materiil | 9(perlindungan) hukum yang penuh bagi pemilik barang atas
benda miliknya
Sedangkan adanya restriksi hukum dapat dibuktikan
misainya dari adanya pembatasan pemilikan secara yuridis
yang berupa larangan hukum untuk memiliki sesuatu tertentu
dalam macam tertentu.Contoh
Binatang-binatang langka yang termasuk satwa undung,
tumbuh-tumbuhan tertentu dan benda-benda penting yang
mengandung nilai budaya tinggi tertentu tidak boleh diiniliki
secara pribadi.
Adanya larangan hukum untuk memiliki sesuatu tertentu
melebihi batas jumlah tertentu. Contoh : Adanya batas
maksimal luas tanah yang boleh diiniiki secara pribadi.
Adanya larangan hukum untuk memiliki sesuatu tertentu
berdasarkan status suatu pihak. Contoh : Adanya larangan bagi
orang asing untuk memiliki tanah di Indonesia
Hukum Perdata terkandung unsur kejasmanian dan
kerohanian.
Adanya ketentuan bahwa, hak kebendaan mempunyai
fungsi sosial, dalam arti bahwa hak kebendaan itu (unsur
kebendaan/kejasmanian) tidak boleh mengganggu kepentingan
antar pribadi (unsur kerohanian).
Hukum Perdata terkandung kebaruan dan kelestarian
Unsur kebaruan nampak dalam Hukum Perdata sebagai
adanya ketentuan baru yang
Lebih lengkap, lengkap dan lebih cocok dengan situasi dan
kondisi dewasa ini;
- Secara keseluruhan atau sebagian besar sudah dapat
mengganti peraturan lama. mengganti peraturan-peraturan
yang lama.
Contoh:
1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Dengan berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan, maka ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Hukum Perdata Materiil | 10(Burgerlijk Wetboek), Ordonansi Perkawinan Indonesia
Kristen (Huwelijks Ordonantie Christen Indonesiers $.1933
No, 74), Peraturan Perkawinan Campuran (Regeling op de
gemengde Huweliken S. 1898 No. 158), dan peraturan-
peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh
telah diatur dalam Undang-undang ini, dinyatakan tidak
berlaku.
2. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas tanah beserta benda-benda yang
berkaitan dengan Tanah, yang menggantikan peraturan
lama (Credietverband sebagaimana tersebut dalam
Stb.1908-542 jo Stb 1909-584 sebagai yang telah diubah
dengan Stb 1937-190 jo Stb 1937-191 dan ketentuan
hypotheek sebagaimana tersebut dalam Buku Kedua
KUHPerdata)
Terbentuknya undang-undang baru agar dapat
menampung perkembangan yang terjadi dalam _bidang
pengkreditan dan hak jaminan sebagai kemajuan
pembangunan ekonomi.
Sedangkan unsur kelestarian akan nampak dalam Hukum
Perdata bila:
- Masih ada/berlakunya peraturan lama karena bklum
adanya Peraturan yang baru (untuk —mencegah
kekosongan hukum)
Peraturan -peraturan yang lama itu
* Masih cocok untuk diterapkan pada situasi dan kondisi
yang tengah dihadapi dewasa ini
* Belum dapat dihapus sebab masih diperlukan untuk
berbagai tujuan yang masih dapat dijangkaunya.
* Masih dapat disempurnakan dengan penafsiran atau
konstruksi bila perlu, sehingga dalam hal ini belum
perlu diadakan pembaharuan.
Pelaksanaan dan penerapan Hukum Perdata harus
sedapat mungkin diusahakan untuk mencapai:
Hukum Perdata Materiil | 11a. Keserasian antara kebebasan dan ketertiban serta
keserasian antara unifikasi hukum dan pluralisme hukum,
kedua-duanya ialah untuk mencapai kedamaian.
b. Keserasian antara kepastian hukum dan kesebandingan
hukum serta keserasian antara proteksi hukum dan restriksi
hukum, kedua-duanya ialah untuk mencapai keadilan.
c. Keserasian antara kelestarian dan kebaruan yakni untuk
mencapai kemajuan atau “progress’.
d. Keserasian antara keketatan hukum dan keluwesan hukum
ialah untuk mencapai kewibawaan (hukum’)
e. Keserasian antara kejasmanian dan kerohanian yakni untuk
mencapai Kesejaheraan.
Dari uraian tersebut di atas, tujuan utama yang ingin
dicapai dalam pelaksanaan dan penerapan Hukum Perdata
(Purnadi Purbacaraka dan A. Ridwan Halim: 1987: 6) adalah:
a. Ketenangan, sebagai suatu keadaan pribadi dengan
perasaan bebas dan ketakutan akan kemungkinan adanya
suatu bahaya atau berbagai hal yang tidak diinginkan.
b. Ketertiban sebagai suatu keadaan antar-pribadi yang serba
teratur dengan segala hal terjadi atau berlangsung menurut
ukuran yang seharusnya
c. Keadilan, yang pada hakekatnya dapat kita tinjau dari 2
(dua) sudut pandangan pokok yakni
1) Menurut pandangan awam (pandangan umum orang
banyak):
Keadilan itu ialah suatu nilai yang nampak sebagai
ketenangan dan ketenteraman seseorang dalam
menggunakan hak dan melaksanakan kewajibannya
dalam hukum
Jadi suatu keadaan itu dikatakan adil bila keadilan
tersebut adalah hasil kebijaksanaan (dalam arti
“wisdom’) yang merupakan keleluasaan (dalam arti
“policy’) positif yang menjamin kebebasan setiap orang
untuk — menggunakan hak = dan melaksanakan
kewajibannya, tetapi juga sekaffgus mengawasi dan
bila perlu juga membatasi kebebasan tersebut agar
tidak menganggu ketertiban
Hukum Perdata Materiil | 122) Menurut pandangan dan sudut hukum:
Keadilan itu ialah suatu nilai yang merupakan titik
keserasian antara kepastian hukum dan kesebandingan
hukum. Misalnya dalam hal legitime portie/bagian sah
yang diterima para ahli waris tergantung pada besar
keciinya harta warisan dari si pewaris, ada tidaknya
hutang-piutang si pewaris, apakah ada tidak/bsar
kecilnya hibah wasiat, dan banyaknya ahli waris.
B. Pengertian Hukum Perdata Dalam Arti Sempit dan Dalam Arti
Luas
Yang dimaksud dengan Hukum Perdata Dalam Arti Sempit
adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan Perdata yang terdapat
didalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (B.W).
Sedangkan yang dimaksud dengan hukum perdata dalam arti
luas adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan perdata yang
terdapat didalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (B.W) dan
keseluruhan ketentuan-ketentuan yang terdapat didalam Kitab
Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Kopenhandel),
beserta sejumiah serta peraturan perundang-undangan lainnya,
termasuk juga Hukum Kepailitan dan Hukum Acara (H.F.A Vollmar,
1996: 4)
Antara Kitab Undang-undang Hukum Perdata (B.W) dan kitab
Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Kopenhandel)
mempunyai hubungan yang erat, hal ini tercantum dalam Pasal |
KUH Dagang, yang menyatakan bahwa Kitab Undang-undang
Hukum Perdata seberapa jauh daripadanya dalam Kitab ini tidak
khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga
terhadap hal-hal yang dibicarakan dalam Kitab ini (KUHD).
Dalam hubungan ini berlaku asas lex specialis derogat lex
generalis, yakni ketentuan hukum yang ada dalam KUHD
mengesampingkan hukum yang berlaku umum sebagaimana diatur
dalam KUHPerdata
Maka akan timbul pertanyaan, mengapa Hukum Perdata itu
dimuat didalam 2 kitab yang berlainan?
Hukum Perdata Materiil | 13Untuk mengetahui hal ini, kita harus kembali_ mempelajari
sejarah perkembangan timbulnya hukum Perdata itu sendiri.
Sebagai sumber utama pertumbuhan daripada hukum Perdata
itu adalah hukum Romawi. Pada saat itu di Romawi yaitu Zaman
Pemerintahan JUSTITIANUS telah dikenalkan adanya satu kitab
undang-undang hukum perdata “CORPUS JURIS CIVILIZ” dan
pada Zaman itu dianggap bahwa Corpus Juris Civiliz ini telah
merupakan kitab undang-undang hukum perdata yang sempurna
dan dapat menyelesaikan semua persoalan perdata yang akan
timbul, tetapi ternyata tidak dernikian halnya. Dengan adanya
perkembangan masyarakat terutama dalam dunia perdagangan
timbul hal-hal atau peristiwa-peristiwa baru yang ternyata tidak
terdapat ketentuan yang bisa untuk mengatasi dan menyelesaikan
peristiwa yang baru tersebut.
Dengan adanya keadaan ini timbullah kesulitan-kesulitan,
dengan adanya kesulitan tersebut para ahli hukum mencari jalan
keluarnya yaitu dengan cara membentuk peraturan-peraturan baru
yang dapat untuk menyelesaikan peristiwa itu.
Peraturan-peraturan yang baru ini kemudian di bukukan atau
di Kodifikasikan dalam satu buku yang tersendiri yang kemudian
merupakan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (K.U.H.D).
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa antara B.W/
K.UH. Perdata dengan W.v.K atau K.U.H.D sebenarnya tidak
terdapat perbedaan yang prinsip Ill, karena ke dua-duanya adalah
sama-sama Hukum Perdata. Perbedaan yang ada antara kedua
macam Kitab Undang-undang tersebut hanya dalam hal Sifat
Hukumnya saja.
Sifat hukum yang termuat didalam K.U.H.Perdata adalah
bersifat Umum atau yang biasa disebut dengan Istilah “LEX
GENERALIS" sedangkan sifat hukum dan ketentuanketentuan yang
terdapat di dalam K.U.H.D atau W.v.K adalah bersifat khusus atau
“LEX SPECIALIS"
Dengan adanya perbedaan sifat hukum dan kedua macam
Kitab Undang-undang tersebut, maka ketentuanketentuan yang
terdapat didalam K.U.H.D jika berhadapan dengan ketentuan-
ketentuan yang terdapat didalam K.U.H. Perdata maka akan
berlakulah azas yang berbunyi sebagai berikut:
Hukum Perdata Materiil | 14Kecuali apabila mengenai persoalan itu tidak terdapat
ketentuannya didalam K.UH.D, maka akan diperlakukanlah
ketentuan yang terdapat di dalarn KUH. Perdata (B. W),
Sebagaimana diatas telah dikatakan bahwa sebagai sumber
utama hukum Perdata adalah Hukum Romawi. Kemudian dengan
adanya penjajahan yang dilakukan oleh Perancis dibawah
Napoleon Bonaparte maka hukum Romawi ity mempengaruhi pula
terhadap hukum Perancis yang mana pada waktu itu Perancis telah
berhasil membentuk Kitab Undang-undang Perdata-nya yang
disebut dengan nama Code Civil “ (C.C). Perancis menjajah juga
Negeri Belanda dan Hukum Perancis ini juga mempengaruhi
terhadap hukurn Belanda, dan pada waktu itu pemerintah Belanda
telah memiliki Kitab Undang-undang Hukum Perdata-nya yang
disebut dengan nama “Burgerlikliik Wetboek" atau B.W.
Hukum Perdata materil yaitu aturan-aturan hukum yang
mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata, _yaitu
mengatur kepentingan-kepentingan perdata setiap subyek hukum.
Sesuai dengan kepentingan yang diaturnya, maka subyek
hukum perdata terdiri atas:. manusia (Person) dan badan hukum
(Rechtperson).
Di dalam hukum Perdata manusia pribadi sebagai subyek
hukum diakui mulai dari ia dilahirkan dan berakhir setelah ia
meninggal dunia. Bahkan dalam Pasal 2 BW/KUHPerdata manusia
diakui sebagai subyek hukum sejak ia masih di dalam kandungan
ibunya, asalkan ia dilahirkan hidup. Sedangkan badan hukum
adakah subyek hukum ciptaan manusia pribadi yang oleh hukum
diberi hak dan kewajiban seperti manusia pribadi. Suatu
perkumpulan dapat diinintakan pengesahan sebagai badan hukum
Hukum Perdata Materiil | 15sepanjang telah memenubhi persyaratan tertentu, antara lain ada
harta kekayaan senditi, ada tujuan, dan sebagainya,
Menurut hukum tiap-tiap orang atau badan hukum harus
mempunyai tempat tinggal (domisili), yakni tempat dimana ia
berdiam atau berada, dan dianggap selalu ada dalam melakukan
hak-hak dan pemenuhan kewajibannya.
‘Sumber Hukum Perdata Materil, antara lain:
Algemene Bepalingen van wetgeving voor Indonesie (AB)
S.1847, diumumkan secara resini pada tanggal 30 April
1847/Peraturan Umum Mengenai Perundang-undangan
untuk Indonesia.
Burgerlijkliik Wetboek (BW)/Kitab Undang-undang Hukum
Perdata ;
Wetboek van Koophandel (Wvk)/ Kitab Undang-undang
Hukum Dagang
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Agraria
(Undang-undang ini mencabut berlakunya Buku Kedua
KUHPerdata sepanjang berkaitan dengan tanah, kecuali
hipotik,
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
(dengan adanya undang-undang ini, maka ketentuan-
ketentuan tentang perkawinan sebagaimana diatur dalam
Buku Kesatu KUHPerdata, Ordonansi Christen Indonesia
1933 No. 74, Perkawinan Campuran (Regeling op gemeng
de Hiweliken §.1898 No.158), dan peraturan lain yang
mengatur perkawinan sepanjang telah diatur dalam undang-
undang ini dinyatakan tidak berlaku lagi
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan.
(Undang-undang ini += menghapus _—_Credietverband
sebagaimana tersebut dalam Staatsblad 1908-542
jo.Staatsblad 1909-586 dan Staatsblad 1909-584 sebagai
yang telah diubah dengan Staatsblad 1937-190 jo.
Staatsblad 1937-191, dan juga menghapus _ketentuan
mengenai Hypotheek sebagaimana tersebut dalam Buku |!
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia sepanjang
Hukum Perdata Materil | 16mengenai pembebanan Hak Tanggungan pada hak atas
tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah)
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (Pasal 146 ayat 1 huruf a menentukan bahwa
Kejaksaan dapat mengajukan pembubaran PT dengan
alasan kepentingan umum atau PT melakukan perbuatan
yang melanggar undang-undang.
EVALUAS! :
Jelaskan
perbedaan
antara Hukum
Perdata dengan
Hukum Dagang,
dan bagaimana
keterkaitan
tar keduan)
‘Apakah tugas
dan kewenangan
Kejaksaan Rl di
bidang perdata
dan tata usaha
negara. Jelaskan
‘Apakah yang,
dimaksud
dengan hukum
perdata materi
C. Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Materiil di Indonesia
Sebagaimana diatas telah diuraikan dalam bab terdahulu
bahwa sebagai sumber utama hukum Perdata adalah Hukum
Romawi. Kemudian dengan adanya penjajahan yang dilakukan oleh
Perancis dibawah Napoleon Bonaparte maka hukum Romawi itu
mempengaruhi pula tethadap hukum Perancis yang mana pada
waktu itu Perancis telah berhasil membentuk Kitab Undang-undang
Perdata-nya yang disebut dengan nama “Code Civil “ (C.C).
Selanjutnya Perancis menjajah juga Negeri Belanda dan
Hukum Perancis ini juga mempengaruhi terhadap hukum Belanda.
Dan pada waktu itu pemerintah Belanda telah memiliki Kitab
Hukum Perdata Materiil | 17Undang-undang Hukum Perdata-nya yang disebut dengan nama
“Burgeriiklk Wetboek atau B. W.
Selanjutnya Pemerintah Belanda juga menjajah indonesia dan
hukum perdata Belanda itu oleh pemerintahan Belanda telah pula
diperlakukan di Indonesia pada waktu itu. Hal ini dapat kita ketahui
dan Pedoman Politik Hukum Pemerintah Belanda di Indonesia,
yaitu yang tercantum dalam pasal 131 1S.
Pasal 131 IS. tersebut antara lain mengandung kehendak-
kehendak Pemerintah Hindia Bclanda terhadap berlakunya hukum
di Indonesia pada saat itu:
(I) Pemerintah Belanda menghendaki agar diadakan Kodifikasi
(pembukuan hukum) di Indonesia terhadap hukurn Perdata,
hukum Pidana, Hukum Dagang, Hukum Acara;
(ll) Pemerintah Belanda juga menghendaki berlakunya Azas
Konkordansi terhadap hukum yang berlaku di Indonesia
Yang dimaksud dengan Konkordansi hukum Belanda ini,
Pemerintah Belanda menghendaki terhadap golongan Eropah
yang ada di Indonesia atau mereka di persamakan dengan
golongan Eropah akan diperlakukan hukum Perdata
sebagaimana yang ada di negeri Belanda sendiri. Sedangkan
yang dimaksud dengan Azas Konkordansi ini sendiri adalah
mempersamakan berlakunya hukurn dan salti negara untuk
diperlakukan terhadap Negara lain.
(I) Bahwa Pemerintah Belanda juga memberikan kesempatan
kepada golongan Tionghoa, Timur Asing. Jika masyarakat
mereka membutuhkan dapat mengadakan suatu Peraturan
Bersama
(IV) Juga bagi golongan-golongan lain jika terhadap hukum yang
berlaku bagi golongan Eropa baik secara keseluruhan atau
untuk sebagian atau untuk satu perbuatan tertentu
(V) Bahwa Pemerintah Belanda juga menghendaki bagi golongan
Indonesia Asli Pribumi selarna hukurn mereka belurn tertuhis
maka tetap di perlakukan Hukum Adat mereka masing-
masing,
Selanjutnya Pemerintahan Belanda disamping menghendaki
berlakunya hukum di Indonesia sebagaimana yang tercantum
didalam pasal 131 |.S. tersebut, Pemerintah Belanda juga telah
Hukum Perdata Materiil | 18mengadakan pembagian golongan penduduk di Indonesia, hal
mana dapat kita ketahui melahui pasal 163 1S yang menyatakan
bahwa golongan penduduk di Indonesia tersebut terdiri dari
1. Golongan Eropa : termasuk mereka yang dipersamakan
Golongan Eropa
Golongan Tionghoa
Golongan Timur Asing (Pakistan, Arab, India dll) kecuali
Tionghoa.
4. Golongan Indonesia Asli Pribuini
Bahwa sehubungan dengan adanya pembagian Golongan
penduduk Indonesia pada waktu pemerintahan Hindia Belanda
yang kemudian dihubungkan dengan Pedoman Politik Hukum
Pemerintah Belanda di Indonesia, sebagaimana_ tercantum
dalampasal 131 |.S.
Hal ini mengakibatkan bahwa berlakunya hukum pada saat itu
bagi penduduk indonesia saling berbeda antara golongan yang satu
dengan golongan lain sebagai berikut:
1. Untuk golongan .Eropa dan mereka yang dipersamakan
dengan golongan tersebut diperlakukan bagi mereka seluruh
Ketentuan-ketentuan yang terdapat didalam Burgeriijklijk
Wetboek” (BW) dan juga seluruh ketentuan! peraturan-
peraturan yang terdapat didaham “ Wetboek van Kopenhandel”
(Wv.K);
2. Bagi golongan Tionghoa berlaku Ketentuan-ketentuan yang ada
didalam B.W dengan pengecualian yang mengatur mengenai
upacara pendahuluan perkawinan dan pencegahan atau
penahanan perkawinan yang ada didalam B.W tersebut
dinyatakan tidak berlaku bagi mereka.
Selain itu untuk Golongan Tionghoa berlaku “Burgerlijklijke
Stand’ atau B.S.
Kemudian untuk golongan Tionghoa beriaku adanya “Adopsi"
yang mana didalam B.W itu senii Adopsi tidak dikenal ( pada
Tahun 1956 di dalam BW Belanda yang baru diatur tentang
Adopsi)
3. Bagi golongan Timur Asing kecuali Tionghoa beriaku bagi
mereka ketentuan-ketentuan yang ada didalam B.W
Hukum Perdata Materiil | 19(Burgeriijklik Wetboek) khusus hanya Ketentuan-ketentuan
yang mengatur tentang Harta Kekayaan saia.
Sedangkan untuk hal-hal lainnya yaitu mengenai Hukum
Kepribadian, Hukum Kekeluargaan, Hukum Kewarisan, untuk
golongan Timur Asing berlaku Hukum dan Negara asalnya
mereka masing-masing;
4. Selanjutnya untuk Golongan Indonesia Ash atau Pribuini
selama hukum mereka belum Tertulis maka berlakulah Hukum
‘Adat mereka masing-masing.
Jadi kesimpulan yang dapat kita ketahui bahwa berlakunya
Hukum Perdata di Indonesia pada saat itu berbeda-beda antara
golongan yang satu dengan golongan yang lain, berarti didalam
Satu Negara berlaku Hukum Perdata yang “beraneka ragam “. Oleh
sebab itu dikatakan bahwa Hukum Perdata di Indoesia bersifat
“pluralistis”
Mengenai hukum Perdata Indonesia bersifat Pluralistis ini
sampai pada waktu sekarang masih berlangsung terus, sebab
Hukum Perdata yang dipergunakan Pemerintah Indonesia pada saat
ini, yaitu yang tercantum didalam Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (K.U.H. Perdata) masih berasal dan peninggalan
Pemerintah Belanda dulu
Tethadap keadaan hukum Perdata yang bersifat pluralistis ini
dan sekaligus merupakan Hukum warisan penjajah, sebenamya
sudah tidak sesuai lagi bagi Pemerintah Indonesia yang merupakan
Negara Kesatuan. Sebab Kitab Undang-undang Hukum Perdata ini
dibuat berdasarkan adanya Ras Diskriminasi, pembedaan golongan
yang mana hal ini jelas bertentangan dengan UUD'45 dan Pancasila
yang justru menghendaki adanya kesatuan bangsa.
Tetapi walaupun demikian hukum ini tetap kita pergunakan
berhubung pemerintah belum sanggup untuk membentuk Hukum
Perdata Nasional. Sebab untuk membentuk suatu hukum Perdata
Nasional secara menyeluruh adalah merupakan suatu pekerjaan
yang tidak mudah, karena untuk hal itu membutuhkan beberapa
hal,yaitu:
(1) Waktu yang cukup lama untuk mempelajari_ kejiwaan
masyarakat yang ada sebagai dasar dalam membentuk Hukum
Nasional tsb;
Hukum Perdata Materiil | 20(2) Selain itu karena juga banyak membutuhkan Ahli dalam bidang
hukum untuk menyusun Hukum Nasional yang baru
(3) Membutuhkan biaya yang cukup besar.
Berdasarkan hal-hal tersebut, menyebabkan belum adanya
dibentuk Hukum Nasional secara menyeluruh. Apabila suatu hukum
barn belum dapat dibentuk dan hukum yang lama dinyatakan tidak
berlaku lagi, maka hal itu akan rnengakibatkan Kekosongan Hukum
didalam Negara tersebut atau disebut “recht vacum “.
Pada saat ini Pemerintah telah berusaha tahap deini tahap
untuk mengarahkan membentuk Hukum Perdata Nasional sendiri
Usaha-usaha ini telah dilakukan oleh Pemerintah melalui 2 jalan /
cara, yaitu:
1. Usaha melalui Bidang Perundang-undangan
Melalui bidang ini yaitu dengan jalan membentuk Hukum
Perdata Nasional dalam bidang-bidang tertentu, sebagaimana
yang kita ketahui dan hasil usaha ini, yaitu:
a. Dalam Bidang Agraria telah terbentuk adanya Undang-
undang pokok Agaria (tanah dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan tanah) berlakulah Undang-undang
ini bagi seluruh Bangsa Indonesia
b. Dalam Bidang Perkawinan yang telah terbentuk Hukum
Perkawinan yang berlaku bagi seluruh Bangsa Indonesia
yaitu dengan adanya Undang-undang —_Pokok
Perkawinan No. 1 Tahun 1974, dengan Peratuan
Pelaksanaannya, yaitu P.P No.9 tahun 1975,
2, Melalui Bidang |imu Pengetahuan
Usaha-usaha melalui bidang ini dilakukan dengan cara
menampung pendapat-pendapat para Sarjana Hukum terhadap
berlakunya B.W pada saat ini. Dan dengan adanya pendapat-
pendapat ahli hukum mengenai hal ini berarti pula mengurangi
ketentuan-ketentuan didalam B.W untuk dipergunakan,
sehingga dengan demikian usaha ini bersifat mendorong atau
mendukung untuk dapat dipercepatnya terciptanya Hukum
Perdata Nasional tsb.
Hukum Perdata Materiil | 21Dalam bidang limu Pengetahuan ini kita ketahui pendapat-
pendapat dari:
4. SAHARDJO
Menurut Sahardjo B.W (K.U.H. Perdata) yang kita
pergunakan sekarang ml adalah merupakan Hukum Perdata
produk (buatan) dan Pemerintah Penjajah (Belanda dulu).
Oleh sebab itu KUHPerdata itu pada waktu sekarang sudah
tidak lagi merupakan sebagai KUHPerdata atau “Wetboek”
melainkan hanya merupakan sebagai “Pedoman’ hukum
saja atau “Rechtsboek “. Pendapat tersebut berdasarkan
alasan-alasan sebagai berikut:
(1) Bahwa B.W atau KUHPerdata itu dibentuk berdasarlan
pasal 131 |S yang mana pasal itu adanya “ Ras
Diskriminasi “ (Pembedaan golongan) sebagaimana
yang dipertegas didalam pasal 163 |S
(2) Mengenai Ras Diskriminasi(pembedaan golongan) ini
justru tidak dikehendaki oleh Jiwa UUD'45 dan
Pancasila, Oleh sebab itu jelas bahwa B.W atau K.U.H
Perdata ini berlakunya bertentangan dengan Jiwa
Bangsa Indonesia;
(3) Mengenai_ Ketentuan-ketentuan BW yang jelas
bertentangan dengan jiwa bangsa Indonesia tidak
diperlakukan lagi:
(4) Sedangkan mengenai ketentuan-ketentuan dan BW
yang tidak bertentangan dengan Jiwa Bangsa
Indonesia masih dapat diperlakukan, tetapi tidak lagi
merupakan hukum Tertulis atau Kodifikasi, oleh sebab itu
B.W berlakunya hanya sebagai Buku Pedoman Hukum saja
(Rechtsboek).
2. MAHADI:
Mahadi berpendapat sebagai berik
(1) Bahwa B.W itu dibentuk berdasarkan pasal 1311 |S
yang menganut adanya faham Ras Diskriininasi
Hukum Perdata Materiil | 22(2) Bahwa Ras Diskriminasijustru tidak dikehendaki oleh
bangsa Indonesia dan hal ini jelas bertentangan dengan
UUD'45 dan Pancasila;
(3) Mengenai ketentuan-ketentuan yang _bertentangan
dengan Jiwa Bangsa Indonesia agar tidak dipergunakan;
(4) Sedangkan mengenai ketentuan-ketentuan yang tidak
bertentangan tetap masih dapat dipergunakan sebagai
Hukum yang Tertulis atau bagian dan Kodifikasi
Dalarn hal ini Beliau tidak sependapat dengan Sahardjo
yang mengatakan bahwa untuk Ketentuan-ketentuan yang
tidak bertentangan dengan jiwa Bangsa Indonesia tetap
berlaku, tetapi sebagai Hukum yang Tidak Tertulis atau tidak
merupakan bagian dan Kodifikasi lagi. Indonesia masih
dapat diperiakukan, tetapi tidak lagi merupakan hukum
Tertulis atau Kodifikasi, oleh sebab itu B.W berlakunya hanya
sebagai
Beliau selanjutnya berpendapat bahwa untuk
menentukan ketentuan-ketentuan mana didalam B. W yang
bertentangan dengan U.U.D'45 dan mana yang tidak
bertentangan, penilaian ini diserahkan saja kepada para ahli
hukum dalam bidang praktek (Hakim).
Perbedaannya:
Kalau Prof. Mahadi mengatakan : kalau mengenai ketentuan-
ketentuan yang tidak bertentangan itu masih berlaku, kalau
DR Sahardjo, SH tidak mengikat.
MATHILDA SOEMAMPOUW
Mathilda Soemampouw berpendapat bahwa jika kita
mengikuti Sahardjo dan Prof. Mahadi hal ini akan suatu
keadaan Ketidak-pastian Hukum.
Bahwa sebab itu mengenai hal ini tidak perlu
dibicarakan lagi. Selama B. W be/um dicabut secara resini
dengan Undang-undang pencabutan tersendiri, maka B. W
tetap berlaku sebagai Hukum Tertulis dan Mengikat.
. R. SOEBEKT!
Bahwa pada waktu menjabat sebagai Ketua Mahkamah
Agung R.I., R. Soebekti mengemukakan pendapat : bahwa
BW tetap berlaku sebagai hukum yang “Mengikat “, karena
Hukum Perdata Materiil | 23belum ada Pencabutan secara Resini dengan Undang-udang
terhadap berlakunya B.W di Indonesia.
Sedangkan mengenai penilaian Ketentuan-ketentuan
mana yang ada didalam B.W, yang jelas bertentangan
dengan Jiwa Bangsa Indonesia, penilaian itu diserahkan saja
kepada para Hakim dalam praktek
Sehubungan dengan pendapat ini, R.Soebekti
mengingatkan untuk memperhatikan adanya “Surat Edaran
MA “ No. 3 Tahun 1963 yang ditujukan kepada |. Kepala
Pengadilan Negeri dan Ketua Pengadilan Tinggi di seluruh
Indonesia (Surat Nomor : 1115/P/3292/M/1963, Perihal
Gagasan menganggap Burgerlik Wetboek tidak sebagai
Undang-undang)
Didalam “Surat Edaran MA “ No. 3 Tahun 1963
ditentukan pasal-pasal yang jelas bertentangan dengan
U.U.D 1945. Menurut Beliau Surat Edaran MA No. 3 Tahun
1963 bersifat sebagai suatu “Ajakan atau Seruan untuk agar
para Hakim didalam praktek tidak lagi mempergunakan
pasal-pasal yang ada didalam Surat Edaran itu
Pada prisnsipnya dan semua pendapat yang ada
tersebut mempunyai pengaruh terhadap berlakunya B.W
pada saat sekarang ini adalah pendapat Soebekti, sebab
dengan seruan beliau agar kita memperhatikan S.E No.3
Tahun 1963 tersebut berarti hal ini telah mengurangi
terhadap berlakunya pasal-pasal yang ada didalam B.W
tersebut. Dengan adanya usaha pemerinah yang dilakukan
melalui bidang Per- Undang-undangan dan imu
Pengetahuan ini mengakibatkan B.W atau K.UH Perdata
tidak lagi berlakunya sepenuhnya.
Dalam hal ini mengenai S.E No. 3 Tahun 1963
dikatakan sebagai suatu “Ajakan “, sebab untuk mengadakan
perubahan atau pembentukan suatu hukum adalah bukan
wewenang dan Mahkarnah Agung atau Badan Yudikatif,
melainkan yang berhak dalam hal ini adalah “Badan
Legislatif "
Oleh sebab itu dengan S.E tersebut tidak dinyatakan
bahwa Peraturan-peraturan yang ada didalam S.E itu
Hukum Perdata Materil | 24dikatakan dicabut, melainkan para ahli hukurn dalam bidang
praktek hanya diserukan atau diajak untuk sebaiknya tidak
mempergunakan pasal-pasal yang ada didalam S.E No. 3
Tahun 1963.
Jadi S.E ini tidak secara tegas mengikat untuk tidak
mempergunakan pasal-pasal tersebut, tetapi dalam hal ini
baik Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Tinggi yang
berhubungan dengan pasal tersebut sebagai Instansi yang
berada dibawah Mahkamah Agung jelas akan mengikuti
ajakan atau seruan tersebut.
Gagasan ini oleh Ketua Mahkamah Agung dalam bulan
Oktober 1962 ditawarkan kepada khalayak ramai dalam
seleksi hukum dan Kongres llmu Pengetahuan Indonesia
atau KIPI dan di situ mendapat persetujuan bulat dan para
peserta
Kemudian terdengar banyak sekali suara-suara dan
para sarjana hukum di Indonesia yang menyetujui juga
gagasan ini
Sebagai konsekuensi dan gagasan ini, maka
Mahkamah Agung menanggap tidak berlaku lagi antara lain
pasal-pasal berikut dari Burgerlikijk Wetboek
1. Pasal 108 dan pasal 119 B.W tentang wewenang
seorang isteri untuk melakukan perbuatan hukum dan
untuk menghadap di muka pengadilan tanpa izin dan
bantuan suami;
2. Pasal 284 ayat (3) B.W mengenai pengakuan anak yang
lahir diluar perkawinan oleh seorang perempuan
Indonesia ash. Dengan demikian pengakuan anak itu
tidak lagi berakibat terputusnya perhubungan hukum
antara ibu dan anak, sehingga juga tentang hal ini tidak
ada lagi perbedaan di antara semua warga Negara
Indonesia;
3. Pasal 1682 B.W yang mengharuskan dilakukannya suatu
penghibahan dengan akta notaris;
4. Pasal 1579 B.W yang menentukan bahwa dalam hal
sewa menyewa barang, si pemilik barang tidak dapat
menghentikan persewaan dengan mengatakan bahwa ia
akan memakai sendiri barangnya, kecuali apabila pada
Hukum Perdata Materiil | 25waktu. membentuk persetujuan sewa menyewa ini
dijanjikan diperbolehkan;
5. Pasal 1238 BW yang menyimpulkan bahwa
pelaksanaan suatu perjanjian hanya dapat di muka
Hakim, apabila gugatan ini didahului dengan penagihan
tertulis;
Mahkamah Agung sudah pernah memutuskan di antara
dua orang Tionghoa, bahawa pengiriman turunan surat
gugatan kepada tergugat dapat dianggap sebagai
penagihan, oleh karena si tergugat masih dapat
menghindarkan terkabulnya gugatan dengan membayar
hutangnya sebelum dan sidang pengadilan.
6. Pasal 1460 B.W tentang resiko seorang pembeli barang,
pasal mana menentukan, bahwa suatu barang tertentu
yang sudah dijanjikan dijual, sejak saat itu adalah
tanggung jawab pembeli, meskipun penyerahan barang
itu belum dilakukan; Dengan tidak lagi berlakunya pasal
ini, maka harus ditinjau dan tiap-tiap keadaan, apakah
tidak sepantasnya pertanggung jawaban atau resiko atas
musnahnya barang yang sudah dijanjikan dijual tetapi
belum diserahkan, hams dibagi antara kedua belah
pihak, dan kalau ya, sampai dimana.
7. Pasal 1603 x ayat (1) dan ayat (2) BW, yang
mengadakan diskriininasi antara orang Eropa di satu
pihak dan bukan Eropa di lain pihak mengenai perj anj
ian perburuhan.
Demikian bunyi Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3
Tahun 1963 yang sangat terkenal itu, dimana dengan Surat
Edaran yang ditandatangani Wirjono Prodjodikoro tersebut,
beberapa pasal B.W dinyatakan tidak berlaku lagi
Dalam perkembangan selanjutnya Surat Edaran
Mahkamah Agung No. 3 Tahun 1963 itu mendapat
tanggapan dan sorotan dari Mahkamah Agung sendiri, ketika
menjadi Ketua Mahkamah Agung R. Subekti, yang
disampaikan pada Pembukaan Seininar Hukum Nasional 11
di Semarang pada tahun 1968.
Hukum Perdata Materiil | 26Menurut Subekti, gagasan Menteri Kehakiman dan
Surat Edaran Mahkamah Agung serta Seininar Hukum
bukanlah suatu sumber hukum formil. Oleh karena itu
gagasan Menteri Kehakiman Dr. Sahardjo, SH yang
menganggap Burgerliklik Wetboek (B.W) bukan lagi suatu
Wetboek tetapi hanya sebagai rechtboek yang kemudian
disetujui oleh Mahkamah Agung dengan dengan Surat
Edarannya No. 3 Tahun 1963, harus dipandang sebagai
anjuran kepada para Hakim untuk jangan ragu-ragu atau
takut-takut menyingkirkan suatu pasal atau suatu ketentuan
dan B.W manakala mereka berpendapat bahwa pasal atau
ketentuan B.W itu sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan
zaman atau keadaan kemerdekaan sekarang ini. Jadi, yang
menyingkirkan suatu pasal atau ketentuan dan B.W adalah
putusan-putusan Hakim yang, merupakan_ yurisprudensi,
bukan oleh Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun
1963 itu. Oleh karena itu, kata Subekti perlu adanya
pengakuan kewenangan Hakim dalam melakukan peradilan
perdata yang luar biasa, apabila ia berpendapat dan yakin
bahwa suatu ketentuan sudah usang atau sudah tidak sesuai
lagi dengan perubahan dan kemajuan zaman, ia
menyingkirkan ketentuan tersebut, atau apabila perubahan
dan kemajauan zaman sudah menghendaki perluasan dan
ketentuan tersebut untuk melakukan periuasan ketentuan
tersebut.
Dari uraian di atas ini dapatiah disimpulkan, bahwa
secara yuridis formil kedudukan B.W tetap sebagal undang-
undang sebab B.W tidak pemah dicabut dan kedudukannya
sebagai undang-undang. Namun, pada waktu sekarang B.W
bukan lagi sebagai Kitab Undang-undang Hukum Perdata
yang bulat dan utuh seperti keadaan semula saat
diundangkan, karena beberapa bagian daripadanya sudah
tidak berlaku lagi, baik karena ada suatu peraturan
perundang-undangan yang baru dalam lapangan perdata
yang menggantikannya, maupun karena disingkirkan dan
mati oleh putusan-putusan Hakim yang merupakan
yurisprudensi karena dipandang sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan masyarakat yang sudah sangat jauh
Hukum Perdata Materiil | 27beruhah dibandingkan dengan keadaan masyarakat pada
saat BW dikodifikasikan
Perkembangan dan perubahan selanjutnya_ terhadap
Kitab Undang-undang = Hukum = Perdata_«(Djaya
S.Meliala,2006: 18-9),antara lain :
4. Undang-undang Pokok Agraria (UPA), Undang-undang
Nomor: 5 Tahun 1960, ke berlaku tanggal 24September
1960. Undang-undang ini menyatakan mencabut buku II
KUHPerdata sepanjang yang mengatur tentang buini.air,
serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya,
kecuali ketentua-ketentuan mengenai hipotek.
2. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 3/1963,
perihal:Gagasan menganggap Burgerlijklk Wetboek tidak
sebagai undang-undang. Sebagai konsekwensi dan
gagasan ini, maka Mahkamah Agung menganggap tidak
berlaku lagi,antara lain:
1) Pasal 108 dan 110 BW
2) Pasal 284 ayat (3) B.W
3) Pasal 1682 B>W
4) Pasal 1579 BW
5) Pasal 1238 B.W
6) Pasal 1460 B.W
7) Pasal 1603ayat 1 dan 2 BW
3. Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 105 k/Sip/1968
tentang diterimanya “onheelbare tweespalt” (cekcok terus
menerus, membuat pasangan tidak bisahidup rukun)
sebagai alasan perceraian. Jurisprudensi ini memperiuas
alasan perceraian sebagaimana diatur dalam Pasal 209
KUHPerdata.
4, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (undang-undang ini antara lain menyatakan
tidak berlaku lagi ketentuan-ketentuan KUHPerdata yang
mengatur tentang perkawinan dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan perkawinan).
Hukum Perdata Materiil | 285.
10.
1
12,
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda yang
Berkaitan dengan Tanah (undang-undang ini mencabut
ketentuan tentang Hypotheek sebagaimana tersebut
dalam Buku Ke II sepanjang mengenai pembebanan hak
atas tanggungan pada hak atas tanah besertabenda-
benda yang berkaitan dengan tanah
Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2004 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor
16 Tahun 2001 tentang Yayasan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
Undang-undang Republik Indonesia Nomor Nomor 23
Tentang Adininistrasi_ Kependudukan yang telah
menghapus Bagian Kedua (tentang nama-nama,
perubahan nama-nama dan perubahan nama-nama
depan), dan Bab Ketiga (tentang tempat tinggal atau
domisili) dari Buku Kesatu KUHPerdata,serta menghapus
Undang-undang Nomor 4/1961 tentang Perubahan atau
Penambahan Nama Keluarga (Undang-undang ini
menyatakan Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, 9 dan Pasal 10
KUHPerdata tidak berlaku lagi)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas.(Undang-undang ini
mencabutdan menyatakan tidak berlaku lagi Undang-
Hukum Perdata Materiil | 29undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas yang telah mencabut Buku Kesatu Bagian
Ketiga Pasal 36 sampai Pasal 56 KUHD berikut segala
perubahannya, dst).
EVALUAS! :
Diskusikan:
D. Asas-asas Hukum Perdata
‘Asas hukum adalah “aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum
yang abstrak dan pada umumnya melatarbelakangi peraturan
konkret dan pelaksanaan hukum (Mas Marwan, 2004: 95). Dengan
demikian, peraturan hukum konkret (seperti undang-undang),
pelaksanaan hukum dan putusan pengadilan tidak boleh
bertentangan dengan asas hukum.
Beberapa pakar (Sudikno Mertokusumo, 2001: 5-6, dan
Marwan Mas, 2004:95), mendefinisikan asas-asas hukum, sebagai
berikut :
‘Hukum Perdata Materiil | 30*Bellefroid berpendapat bahwa asas_hukum umum adalah
norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh
imu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang
lebih umum. Asas hukum umum itu merupakan pengendapan
hhukum positif dalam suatu masyarakat
*Vsan Eikema Hommes itu tidak boleh dianggap sebagal
morma-norma hukum konkrit, akan tetapi perlu dipandang
sebagai dasar-dasar hukum umum atau petunjuk-petunjuk
‘bagi hukum yang beriaku. Pembentukan hukum, praktis perlu
berorientasi pada asas hukum tersebut. Dengan kata lain, asas
hukum adalah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam
pembentukan hukum positif
*Menurut Scholten, asas_hukum adalah _kecendrungan-
kecendrungan yang disyaratkan oleh pandangan kesusilaan
kita pada hukum, merupakan sifat-sifat umum dengan segala
keterbatasannya sebagai pembawaan umum itu, yang tidak
boleh tidak harus ada
‘*Menurut Satjipto Rahardjo, asas hukum mengandung nilai
nilai dan tuntutan-tuntutan etis. Apabila Anda membaca suatu
pperaturan hukum, mungkin kita akan _menemukan
pertimbangan tis. di situ. Akan tetapi _asas hukum
menunjukkan adanya tuntutan etis yang demikian itu, atau
setidak-tidaknya kita bisa merasakan adanya petunjuk ke arah
itu
Dari apa yang diuraikan di atas dapat disimpulkan (Sudikno
Mertokusumo, 2001: 5-6), bahwa asas hukum bukan merupakan
hukum konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan
abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan konkrtit yang
terdapat dalam dan di dalam sistem hukum yang terjelma dalam
peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang
merupakan hukum positif, dan dapat diketemukan dengan sifat-sifat
atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkrit tersebut.
Hukum Perdata Materiil | 31Apabila dalam sistem hukum terjadi pertentangan, maka asas
hukum akan tampil untuk menyelesaikan pertentangan tersebut.
Menurut Klanderman Fungsi asas hukum (Sudikno Mertokusumo,
2001: 6), antara lain sebagai berikut :
‘Asas hukum dalam hukum bersifat
mengesahkan dan mempunyai pengaruh
‘yang normatif dan mengikat para pihak
‘Asas hukum tidak hanya mempengaruhi
hukum positt, tetapi dalam hal juga
‘menciptakan suatu sistem, yang tidak akan
ada tanpa adanya asas hukum tersebut
‘Sedangkan Fungsi asas hukum dalam sistem hukum (Marwan Mas,
2004:95), antara lain
Cee cc
Se ate ar
eee
ee ac
Cee ea meen
alasan tidak ada aturan hukumnya
ea ee
coe
Co ne ea) * Misalnya undang-
pecan Mincenafetih
eee ag dinenieteta
denier pemberlakuannya
diutamakan pelaksanaannyadaripadeatuen (MCCUE CY Cle)
een pemerintah
Dengan demikian diharapkan asas hukum bukan hanya
sekedar simbol bagi peraturan konkrit dalam suatu sistem hukum
dan sistem peradilan di Indonesia. Asas hukum mempunyai
keterkaitan dengan sistem hukum dan sistem peradilan, sehingga
setiap terjadi pertentangan di dalam mekanisme_ kerjanya,
senantiasa akan diselesaikan dengan asas hukum.
Asas hukum pada umumnya bersifat dinainis, dapat
terpengaruh waktu dan tempat (historisch bestimmt), berkembang
mengikuti kaedah hukumnya, sedangkan kaedah hukum akan
Hukum Perdata Materiil | 32berubah mengikuti perkembangan masyarakat. Namun menurut
GJ Scholten ((Sudikno Mertokusumo, 2001: 9-10), ada asas
hukum yang bersifat universal yang berlaku kapan saja, tidak
terpengaruh waktu dan tempat, antara lain sebagai berikut
- Asa keperibadian, manusia menginginkan adanya kebebasan
individu, ingin_ memperjuangkan kepentingannya. Asas
keperibadian ini menunjuk pada pengakuan keperibadian
manusia, bahwa manusia adalah subyek hukum, penyandang
hak dan kewajiban.
- Asas persekutuan, manusia menghendaki hidup bersama yang
tertib, aman dan damai.
= Asas kesamaan, manusia menghendaki dianggap sama
dihadapan hukum, tidak dibeda-bedakan (equality before the
law)
- Asas kewibawaan, memperkirakan atau mengasumsikan
adanya ketidak-samaan. Di dalam masyarakat harus ada yang
meinimpin, menertibkan masyarakat, yang diberi kewibawaan,
yang mempunyai wewenang dan kedudukan yang lain daripada
orang kebanyakan.
Asas hukum dapat dibedakan dalam 2 macam (Sudikno
Mertokusumo, 2001: 10-11), sebagai berikut:
a. Asas hukum umum, yaitu asas hukum yang berhubungan
dengan seluruh bidang hukum, antar lain:
Asas restitutio in integrum, yaitu pengembalian kepada
kedudukan semula. Ketertiban dalam masyarakat haruslah
dipulihkan pada keadaan semula, apabila _terjadi
konflik.Artinya hukum harus memerankan fungsinya
sebagai ‘sarana penyelesaian konflik”
Asas lex posteriori derogat legi periori, yaitu hukum yang
kemudian membatalkan hukum yang terdahulu.
Hukum Perdata Materiil | 33Asas Ne bis in idem, yaitu satu perkara yang telah
diputuskan, tidak boleh disidangkan untuk kedua kali
Asas eidereen wordt geacht de wette kennen, yaitu setiap
orang dianggap mengetahui hukum. Artinya apabila suatu
undang-undang telah diundangkan (tercatat__ dalam
Lembaran Negara), maka — undang-undang_ tersebut
dianggap telah diketahyu oleh warga masyarakat, sehingga
tidak ada alasan bagi yang melanggarnya bahwa undang-
undang itu belum diketahui berlakunya.
b. Azas-azas dalam hukum perdata antara lain:
‘Azas Monogami (dalam Hukum Perkawinan) : Pasal 27
BW, sekarang diatur dalam pasal 3 ayat 1 Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Azas Konkordansi : - KB, 1 Mei 1948, - Stb 1848 Nomor 10
Azas Recht fictie: Pasal 2 BW
Azas Harta kekayaan debitor sebagai jaminan pelunasan
hutangnya: Pasal 1331 BW
Asas Tiada suatu hukuman yang mengakibatkan kematian
perdata atau kehilangan segala hak perdatanya : Pasal 3
BW
- Pembatasan pasal 21(1) UU No. 5/1960.
Larangan pemilikan tanah pertanian yang berada diluar
kecamatan dan tempat tinggal yang besangkutan tinggal
yang bersangkutan.
- _Azas kebebasan berkontrak: pasal 1338 ayat (1) BW
Pembatasan harus mengindahkan:
1) Pasal 1320 sebagai syarat unum
2) Pasal 1851 ayat 2 BW Perjanjian perdamaian
3) Pasal 37 PP. 24 Tahun 1997
4) Perjanjian yang dimaksud mengalihkan hak atas tanah
‘Azas lex specialis derogate leg generalis :Pasal 1 KUHD
Perkataan Hukum Perdata dalam arti luas adalah segala
hukum pokok yang mengatur kepentingan perseorangan.
Hukum Perdata Materiil | 34Perkataan Perdata lain juga dipakai sebagai lawan dan pidana
sedangkan dalam arti sempit lawan dan hukum dagang. Hukum
Perseorangan dimana seseorang yang tidak mau melakukan
sesuatu pekerjaan tentu tidak dapat langsung dipaksa
melakukan pekerjaan tersebut,demikian pula kepentingan
dalam warisan terbuka meskipun ia (bayi) masih dalam
kandungan
Meskipun pada azasnya dikatakan setiap orang adalah
pembawa hak tapi dalam hukum tidak semua orang dapat
bertindak sendiri seperti orang yang tidak cakap atau kurang
cakap untuk melakukan perbuatan melawan hukum seperti :
* Orang yang belum dewasa (BW— 21 tahun) kecuali kalau
ia telah kawin,
* Orang yang ditaruh dibawah pengawasan curatele.
Tiap orang harus ada domocilinya karena hal tersebut
untuk mengetahui tempat kediaman, dimana tempat ia
kawin,dimana ia dipanggil, dimana ia dicari, pengadilan mana
yang berwenang.
Dalam perjanjian kontrak dapat diterangkan doinicile
pemilik. Hal ini memudahkan Penggugat menggugatnya
bilamana perkaranya diselesaikan didepan pengadi lan (litigasi)
atau berguna bagi Penggugat untuk menggugat ahli warisnya.
Dengan pengertian Hukum Perdata sebagai mana tersebut
diatas, maka sebagai unsur yang terpenting dalam bidang
hukum perdata adalah unsur Kepentingan Perseorangan.
Contoh:
KASUS PERDATA
‘A menyewakan sebuah rumah kepada B dengan ketentuan
setiap bulan pihak B sebagai penyewa dan rumah tersebut
wajib untuk mengantarkan uang sewanya setiap bulan sebesar
Rp. 10.000,- kepada A, tetapi ternyata sudah berlangsung 4
tahun B tidak pernah menyetorkan uang sewa tersebut kepada
A.
Hukum Perdata Materiil | 35Dalam contoh peristiwa Perdata ini sebagaimana tadi
kita katakan bahwa unsur yang terpenting adalah Kepentingan
Perseorangan.
Maka dalam contoh tersebut diatas kita dapat melihatnya
bahwa dalam perjanjian sewa menyewa itu yang ada hanyalah
kepentingan antara pihak A dengan pihak B, sedangkan orang
lain diluar mereka sama sekali tidak mempunyai hubungan
apapun juga
Didalam sewa menyewa ini pihak A si pemilik rumah
mempunyai kepentingan yang disebut sebagai hak, berupa
kepentingan atau hak-nya terhadap jumlah uang sewa yang
akan di terimanya dan pihak si-B.
Selain pihak A itu mempunyai kepentingan atau hak-hak
tertentu, pihak A juga mempunyai kewajiban-kewajiban untuk
menyerahkan rumah yang bersangkutan untuk dapat disewa
oleh pihak B yang mana dalam contoh ini kewajiban tersebut
telah dilaksanakan dengan baik.
Sebaliknya si B sebagai si-penyewa juga mempunyai
kepentingan yaitu kepentingan untuk dapat menempati rumah
tersebut yang dalam hal ini kepentingan itu berupa kepentingan
tethadap hak menempati rumah. Apa yang menjadi hak
daripada B tersebut telah dipenuhi oleh si-A. Disamping hak itu
B juga mempunyai kewajiban yaitu kewajiban untuk membayar
uang sewa kepada A tetapi ternyata B mengingkari janji yaitu
tidak pernah menyetorkan uang sewanya yang disebut dengan
istilah wanprestasi (ingkar janji.
Dalam kejadian contoh tsb yang menderita kerugian
adalah pihak si-A karena kepentingannya tethadap apa yang
menjadi Hak-nya ternyata tidak dipenuhi oleh pihak si-B
Dalam keadaan tersebut diatas yang wajib untuk
membela kepentingannya adalab orang yang menderita
kerugian itu sendiri dalam hal ini si-A. Pihak lain ataupun
Pejabat yang berwenang tidak akan memberikan perhatian
apapun juga kecuali pihak yang menderita kerugian itu sendiri
telah meininta bantuan secara tegas kepada Pejabat yang
berwenang dalam hal ini pengadilan dan tempat tinggal pihak
yang telah merugikan tersebut dan yang biasa disebut sebagai
tergugat (B)
Hukum Perdata Materil | 36Setelah ada permintaan tersebut barulah pihak yang
berwenang akan memberikan bantuan untuk menyelesaikan
kepentingan daripada pihak si-A melalui prosedur hukum yang
disebut sebagai Hukum Perdata Formil atau biasanya
dipergunakan jstilah dalam praktek disebut sebagai Hukum
Acara Perdata
EVALUASI:
De Une a aaa Ts
Rien tae eacg
dalih ia tidak tahu adanya
Pecan tucesstes
PO ee tg
Dee tes
Dre eae uence Cy
ote ier et Cec)
Pee ie ana auc
een ca eich)
peraturan yang lebih tinggi ?
Pea eset
SoC cc)
Hukum Perdata Materiil | 37BAB III
SISTEMATIKA HUKUM PERDATA
A. Sistimatika Hukum Perdata Menurut limu Hukum/limu
Pengetahuan
Menurut imu Hukum/limu Pengetahuan, sistematika hukum
perdata terdiri dari (Subekti, 2003: 16)
‘+ Hukum tentang diri seseorang (Personen Recht) :
‘*Memuat peraturan tentang manusia sebagai
subyek dalam hukum, — peraturan-peraturan
perihal kecakapan untuk bertindak sendiri
melaksanakan hak-haknya itu serta hal-hal yang
mempengaruhi kecakapan-kecakapan itu;
Hukum Kekeluargaan (Familie Recht):
Mengatur mengenai hubungan hukum yang.
timbul dari hubungan_ kekeluargaan, seperti
perkawinan beserta hubungan dalam lapangan
hukum kekayaan antara suami dan _isteri,
hubungan antara orang tua dan anak perwalian
dan curatele;
Hukum Kekayaan (Vermogen Recht)
Mengatur tentang hubungen-hubungan hukum
yang dapat dinilai dengan uang. Dalam hal
yang meliputi segala hak dan kewajiban orang
itu, dinilai dengan uang (nilai ekonoinis). Hak-hak
dan kewajiban-kewajiban yang demikian itu,
indah-tangankan kepada orang
Hukum Warisan (Erfrecht) :
Mengatur hal ikhwal tentang benda atau
kekayaan seseorang jikalau ia meninggal Hukum
Waris itu mengatur akibat-akibat hubungan
keluarga terhadap harta peninggalan seorang,
Hukum Perdata Materiil | 38Hak-hak kekayaan itu dapat dibagi lagi atas:
B, Sistematika Hukum Perdata menurut Undang-Undang / Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
Sistematika Hukum Perdata dalam Burgerliklijk Wetboek voor
Indonesiee /Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terdiri atas 4
(empat) buku, sebagai berikut:
- Buku! —: Tentang Orang (Van Personen)
- Bukull : Tentang Kebendaan (Van Zaken)
Hukum Perdata Materiil | 39- Bukulll : Tentang Perikatan (Van Verbindtenissen)
- BukulV : Tentang Pembuktian dan Kadaluarsa (Van Bewijs en
Verjaring)
Ad.1. BUKU KESATU : “TENTANG ORANG”
Di dalam buku Kesatu, dimuat semua ketentuan-ketentuan
yang mengatur mengenai orang sebagai Subyek Hukum dan
Hukum Keluarga.
Dalam hal ketentuan yang mengatur orang sebagai Subyek
Hukum (Manusia dan Badan Hukum). Mengenai apa yang
sebenamya dimaksud dengan Subyek Hukum? Siapa saja yang
merupakan Subyek Hukum itu? Apa yang menjadi Hak dan
Kewajiban Subyek Hukum? Bilamana kedudukan Subyek Hukum
menjadi “Hapus” atau “hilang’
Sedangkan mengenai hukum kekeluargaan yaitu semua
ketentuan yang mengatur hubungan seseorang dengan pihak
lainnya yang mana hubungan itu ditimbulkan karena adanya
perkawainan antara seseorang pria dengan seseorang wanita,
antara lain ketentuan itu meliputi mengenai ketentuan yang
mengatur hubungan antara suami-Isteri. Hak dan kewajiban dari
suami - isteri tersebut. Mengenai harta kekayaan di dalam
perkawinan apabila terlahir anak-anak juga timbul hubungan
antara orang tua dengan anak tersebut yang biasa disebut
sebagai: “Kekuasaan Orang Tua’
Dimasukkannya hukum keluarga ke dalam bagian hukum
tentang orang (Subekti, 2003: 17), karena hubungan-hubungan
keluarga memang berpengaruh besar terhadap kecakapan
seseorang untuk memiliki hak-hak serta kecakapan untuk
mempergunakan hak-haknya itu
Dalam semua sistem hukum terdapat pengertian tentang
badan hukum terdapat pengertian tentang badan hukum sebagai
subyek hukum (rechtpersoon), karena ada keinginan atau
kebutuhan untuk membentuk badan-badan atau perkumpulan
yang dapat juga memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan-
perbuatan hukum seperti manusia.Badan-badan dan
perkumpulan itu mempunyai kekayaan sendiri dan dapat
bergerak dalam alu lintas hukum dengan perantaraan
Hukum Perdata Materiil | 40pengurusnya,dapat digugat dan dapat juga menggugat di muka
Hakim (Subekti, 2005: 21).
Sementara itu menurut ilmu pengetahuan (doktrin),syarat-
syarat yang dapat dipakai (harus ada) sebagai kriteria
untukmenentukan adanya kedudukan sebagai suatubadan
hukum (Djaja S.Meliala, 2006:42) ialah:
Ad.2. BUKU KEDUA: “TENTANG KEBENDAAN “.
Didalam Buku Kedua dicantumkan semua _ketentuan-
ketentuan yang mengatur mengenai persoalan Benda sebagai
obyek hukum. Disamping itu didalam Buku ini juga dimuat
ketentuanketentuan yang mengatur mengenai “Hukum
Kewarisan
Dalam hal hukum Kebendaan, diatur di dalamnya mengenai:
- Apa yang dimaksud dengan benda menurut hukum.
Mengenai macam-macamnya benda menurut hukum.
Mengenai hak-hak Kebendaan.
Dan lain sebagainya,
Sedangkan dalam hal Hukum Kewarisan diatur mengenai
cara beralihnya hak-hak dan kewajiban-kewajiban seseorang
yang meninggal dunia kepada para ahli warisnya.
Pembuat undang-undang memasukkan Hukum Waris ke
dalam bagian tentang hukum kebendaan (Subekti, 2005: 21),
karena dianggap hukum waris itu mengatur cara-cara untuk
memperoleh hak atas benda-benda, yaitu benda-benda yang
ditinggalkan oleh seseorang
Ad.3. BUKU KETIGA: “TENTANG PERIKATAN”
Buku ke-lll ini memuat ketentuan-ketentuan yang
mengatur hubungan antara seseorang dengan pihak lainnya,
Hukum Perdata Materiil | 41Ad.4.
hubungan mana menimbulkan adanya Hak dan Kewajiban
diantara para pihak tersebut.
Ketentuan-ketentuan ini antara lain meliputi
‘Apa yang dimaksud dengan Perikatan?
- Perikatan itu bersumber apa saja?
- Bagaimana membuat suatu Perjanjian yang sah?
- Hak dan Kewajiban apa yang timbul dan Perjanjian
tersebut?
Misalnya : Penjanjian Jual-Beli
Dalam hubungan perjanjian Jual-Beli ini akan timbul Hak
dan Kewajiban antara Penjual dengan pembeli tersebut.
Sebagai Penjual berkewajiban untuk menyerahkan barang
jualannya kepada Pembeli
Sebaliknya
Penjual mempunyai juga hak untuk menerima uang
pembayaran dan barang yang dijualnya. Sedangkan sebagai
Pembeli_ mempunyai kewajiban untuk membayar dan
menyerahkan harga barang yang dibelinya. Sebaliknya
mempunyai Hak untuk menerima dan meininta barang yang
telah dibelinya
BUKU KE-IV: “TENTANG PEMBUKTIAN DAN
DALUWARSA”
Buku ini memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur
mengenai cara-cara_ mengenai cara-cara_ membuktikan
sesuatu Hak mengenai macam-macam alat bukti dan lain-
lainnya
Sedangkan mengenai daluarsa meliputi
ketentuanketentuan yang mengatur mengenai lewatnya waktu
yang mana dapat menimbulkan seseorang memperoleh
sesuatu hak atau dengan lewatnya waktu tersebut seseorang
akan dibebaskan dan sesuatu kewajiban atau tuntutan hukum.
Misainya:
Hukum Perdata Materiil | 42Dengan lewatnya waktu 30 tahun tanpa sesuatu
gangguan dan pihak manapun, maka seseorang yang telah
menepati sebidang tanah selama waktu tersebut dapat
mengajukan permohonan agar tanah itu menjadi iniliknya.
Dengan lewatnya waktu 1 tahun seseorang dapat
dibebaskan dan sesuatu penagihan dokter.
Perihal Pembuktian dan Lewat Waktu (daluarsa) sebenamya
adalah soal hukum acara, menurut Subekti (Subekti, 2003: 17)
hal ini kurang tepat dimasukkan dalam BW yang pada
asasnya mengatur hukum perdata materi. Tetapi pernah ada
suatu pendapat, bahwa hukum acara itu dapat dibagi_ dalam
bagian materiil dan bagian formil. Soal mengenai alat-alat
Pembuktian terhitung bagian yang termasuk hukum acara
materiil yang diatur juga dalam suatu undang-undang tentang
hukum perdata materi
Sistimatika Kitab Undang-undang Hukum Dagang :
Sistimatika Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) terdiri dari :
1. Buku Kesatu: Tentang Dagang umumnya
2. Buku Kedua: Tentang Hak dan Kewajiban yang terbit dari pelayaran.
Belanda telah mengganti Burgerlijk Wetboek dengan Nieuw
Burgerlijk Wetboek sejak 1992
Dalam sejarah perkembangan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata telah diuraikan bahwa sebagian materi B.W. sudah dicabut
berlakunya dan sudah diganti dengan Undang-Undang Republik
Indonesia,dan menjadi undang-undang yang berdiri sendiri, antara lain:
1) Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1960
TentangPeraturan dasar pokok-pokok agraria
Pasal 57:
"Selama Undang-undang mengenai hak tanggungan tersebut
dalam pasal 51 belum terbentuk, maka yang berlaku ialah
ketentuan-ketentuan mengenai hypotheek tersebut dalam Kitab
Hukum Perdata Materiil | 43Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia dan Credietverband
tersebut dalam S. 1908-542 sebagai yang telah diubah dengan
S. 1937-190.
2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam
Pasal 66 disebutkan bahwa :
“Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan perkawinan berdasarkan atas Undang-undang ini, maka
dengan berlakunya Undang-undang ini ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(Burgerliik Wetboek), Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen
(Huwelijks Ordonantie Christen Indonesiers $.1933 No. 74),
Peraturan Perkawinan Campuran (Regeling op de gemengde
Huwelijken S. 1898 No. 158), dan peraturan-peraturan lain yang
mengatur tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam Undang-
undang ini, dinyatakan tidak berlaku’
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan
dengan Tanah. Dalam Pasal 29 disebutkan bahwa:
“Dengan berlakunya Undang-Undang ini, ketentuan mengenai
Credietverband sebagaimana tersebut dalam Staatsblad 1908-
542 jo.Staatsblad 1909-586 dan Staatsblad 1909-584 sebagai
yang telah diubah dengan Staatsblad 1937-190 jo. Staatsblad
1937-191 dan ketentuan mengenai Hypotheek sebagaimana
tersebut dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Indonesia sepanjang mengenai pembebanan Hak Tanggungan
pada hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan
dengan tanah dinyatakan tidak beriaku lagi”
Hal ini berbeda dengan Burgerliik Wetboek yang berlaku di negeri
Belanda yang juga telah mengalami perubahan, akan tetapi
keberadaannya tetap dalam bentuk kodifikasi. Dalam Konferensi
Nasional Hukum Keperdataan Nasional |, yang diselenggarakan oleh
Asosiasi Pengajar Hukum Keperdataan (APHK) tanggal 16-17 April
2015 di Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bali, Prof. Dr. Tineke E
Lambooy dari Universiteit Utrecht Belanda mengemukakan bahwa
Hukum Perdata Materiil | 44Belanda sudah mengganti BW yang masih digunakan di Indonesia itu,
dengan BW yang baru atau Nieuw Burgerlik Wetboek sejak 1992.
Upaya rekodifikasi BW ini digagas oleh Prof (E.M.) Meljers pasca
perang dunia II pada 1947, atau dua tahun setelah Indonesia merdeka
dari Belanda. la mengatakan alasannya ketika itu sudah banyak
putusan hakim yang bersifat menemukan hukum dalam ranah perdata
“Saat itu motivasinya adalah karena banyak peraturan hukum yang
sudah dikembangkan oleh hakim di pengadilan, yang mana aturan itu
tidak terdapat dalam BW 1838. Dari putusan hakim itu-lah dilakukan
interpretasi. Namun hukum secara konstan terus menerus berkembang,
dan Mahkamah Agung mempermudah dengan mengeluarkan anotasi
putusan-putusan penting (landmarks)
Nieuw Burgeliik Wetboek sudah memiliki 10 buku hingga kini
Yakni:
Buku 1: The Law of Natural Persons and Family Law (disahkan1970)
Buku 2: The Law of Legal Persons and Corporate Law (disahkan1976)
Buku 3: Property Law in General (disahkan1992)
Buku 4: Law of Succession (disahkan1992)
Buku 5: Property Rights (disahkan1992)
Buku 6: The Law of Obligations and Contracts (disahkan1992)
Buku 7: Specific Contracts (disahkan1 992)
Buku 7A: Specific Contracts (disahkan1992)
Buku 8: Transport Law and Means of Transportation (disahkan1991)
Buku 10: International Private Law (disahkan2012)
Sedangkan, Buku 9 yang berisi muatan intelectual Property Law
atau Hak Kekayaan Intelektual (Voortbrengselen van de geest) hingga
kini masih belum selesai. Menurut Tineke, di Belanda, pengaturan-
pengaturan mengenai hak kekayaan intelektual ini sudah diatur dalam
peraturan tersenditi
Ditambah lagi ada perjanjian internasional (treaty) yang memiliki
keberlakuan intemnasional. “Perusahaan-perusahaan (milik Belanda)
itu kan beroperasi di seluruh dunia,”
Hukum Perdata Materil | 45BABIV
PERIKATAN
‘A. Pengertian Perikatan
Halla aL <1 LT
Belanda “Verbintenis” atau juga
dikenal dengan istilah “Binding”
(bahasa Inggris), “Obligation” ( bahasa
Perancis) dan “Obligatio” (Latin)
Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak memberikan definisi
tentang “Perikatan’. Beberapa pakar/ahli hukum memberikan pengertian
tentang Hukum Perdata, sebagai berikut :
et eae eT
Peo eee Cae a
ere ae eA cae
See eae RU eC eeu!
mengikatkan dirinya untuk _bersikap
eeecec chee earc cg
PN eee cure acy
ee a CLT
ae ea
Pee cy eee ce
Cee a cue ae
CoS aun rou CeG}
Bene tcc
er ae Rnd
nee erase a
Cea reset aetna
ees
Cee Coa cu?Dengan demikian perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua
atau beberapa orang atau pihak, yang menjadi dasar dimana pihak yang
satu (kreditor) berhak atas suatu hal (barang) dari pihak lain dan pihak
lain (debitor) berkewajiban menyerahkannya kepada kepada kreditor.
Hubungan para pihak dalam perikatan ini adalah suatu hubungan
hukum yang diatur oleh hukum dan hak kreditor disini di jamin/dilindungi
hukum apabila debitor tidak memenuhi tuntutan kreditor secara sukarela
maka kreditor dapat menuntutnya ke pengadilan
Menurut Buku Ill KUHPerdata, sering disebut pengertian dalam arti
sempit yakni hukum dalam lapangan hukum kekayaan dimana disatu
pihak ada hak dan dipihak lain ada kewajiban. Hak yang lahir dari
hubungan seperti itu disebut hak hukum sedangkan kewajibannya disebut
kewajiban hukum
Hal tersebut tercermin dalam Pasal 1131 KUHPerdata, yang
menyatakan bahwa : " Segala kebendaan si berutang, balk yang bergerak
maupun yang tak bergerak baik yang sudah ada maupun yang baru aka
nada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk segala_perikatan
perseorangan’, yang mengandung arti bahwa
- Pertama: setiap subyek hukum merupakan penyandang hak dan
kewajibannya sendiri yang hal ini terwujud dalam kepemilikan harta
kekayaan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang
dimiliki oleh diri subyek hukum tersebut,
- Kedua: harta kekayaan seseorang dapat berubah dari waktu ke waktu
karena perikatan yang dibuat, dilakukan, maupun yang terjadi atas
subyek hukum dari waktu kewaktu
Dengan demikian Hukum Perikatan pada umumnya adalah hukum
yang terletak dalam “lapangan hukum kekayaan’yang terjadi antara dua
pihak atau lebih, dimana yang satu berhakakan suatu prestasi dan pihak
lain berkewajiban untuk memenuhinya. Namun demikian tidak semua
hubungan yang diatur oleh hukum merupakan hukum kekayaan yang
diatur dalam Buku III BW contoh :
a). Janji setia antara suami dan istri bukan hubungan hukum kekayaan
tapi hubungan hukum kekeluargaan.
b). Janji menghadiri undangan pernikahan bukanlah hubungan hukum
Hukum Perdata Materiil | 47B. SUMBER PERIKATAN
Ketentuan yang pertama mengatur tentang perikatan, yaitu
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1233 KUHP Perdata, yang
menyebutkan bahwa :
“Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena
undang-undang’.
Dengan demikian, dari rumusan Pasal 1233 KUHPerdata tersebut
dapat diketahui, suatu perikatan sekurang-kurangnya membawa serta di
dalamnya 4 (empat) unsur (Gunawan Wijaya, 2006: 311-13), yaitu:
1. Perikatan itu merupakan suatu hubungan hukum
2. Hubungan hukum tersebut melibatkan dua atau lebih orang (pihak)
3. Hubungan hukum tersebut merupakan hubungan hukum dalam
lapangan hukum harta kekayaan
4. Hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban (debitor) pada salah
satu pihak dalam perikatan
Kewajiban-kewajiban tersebut dijabarkan dalam Pasal 1234
KUHPerdata, yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap perikatan adalah
untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak
berbuat sesuatu’. Dari rumusan ketentuan tersebut menunjukkan bahwa
Kitab Undang-undang Hukum Perdata sangat menekankan pada
kewajiban pemenuhan perikatan (prestasi), yang dikelompokkan dalam 3
(tiga) macam, yaitu :1. Kewajiban untuk memberikan sesuatu, 2.
Kewajiban untuk berbuat sesuatu, atau 3. Kewajiban untuk tidak berbuat
sesuatu
Kewajiban tersebut dapat lahir karena
4. Perikatan yang lahir dari Perjanjian.
Perikatan yang terbanyak terjadi, bersumber pada perjanjian
karena itu sumber perikatan yang sangat penting adalah perjanjian
Perikatan yang lahir dari perjanjian berdasarkan keinginan para pihak
dan akibat hukum yang timbul dikehendakioleh para pihak sedangkan
yang timbul dari Undang-undang perikatan tersebut diadakan oleh
Undang-undang dan timbul diluar kemauan para_pihak.Perjanjian
adalah suatu hal yang konkrit atau suatu peristiwa sedangkan
perikatan adalah suatu yang abstrak.
Perjanjian adalah sumber perikatan.Perikatan lahir atau ada
karena ada perjanjian yang melahirkan perikatan. Perikatan sebagai
Hukum Perdata Materiil | 48hubungan hukum antara dua pihak dimana satu pihak ada HAK dan
dilain pihak ada kewajiban
Perjanjian itu menimbulkan dan berisi HAK Serta KEWAJIBAN
dua fihak, olehsebab itu dapat dikatakan bahwa “Perjanjian berisi
perikatan’. Isi perikatan ditetapkan oleh para pihak yang membuat
perikatan begitu pula akibat hukum yang diharapkan juga ditentukan
oleh para pihak
Contoh
Abidin sebagai penjual, melakukan perjanjian jual beli_ komputer
merekCannon seharga Rp 7 juta dengan Chaerunnisa sebagai
pembeli. Pembayaran disepakati secara tunai. Dari perjanjian ini lahir
hubungan hukum
a. Abidin berkewajiban menyerahkan komputer merek Cannon kepada
ChaerunnisaAbidin berkedudukan sebagai debitor (ada kewajiban)
sedangkan Chaerunnisasebagai kreditor (ada hak),
b. Chaerunnisa berkewajiban membayar tunai kepada Abidin senilai
Rp 7 juta. Dilihat
darisegipembayaran,Abidinberkedudukansebagaikreditor
(adahak)dan Chaerunnisa sebagai debitor (ada kewajiban)
Apabila terjadi ingkar janji maka akibat hukumnya dapat berupa
ganti rugiatau pembatalan perjanjian atau pembatalan perjanjian
dengan ganti rugi yang tergantung pula pada apa yang diperjanjikan.
Apabila perjanjian hapus maka perikatan juga hapus. Perikatan
menimbulkan : hak dan kewajiban antara para pihak dan tanggung
jawab atas terlaksananya prestasi para pihak
. Perikatan yang lahir dari undang-undang
Perikatan yang lahir dari undang-undang dapat terjadi
menjadi perikatan karena : 1) Undang-undang saja, dan 2) Undang-
undang karena perbuatan manusia
a. Perikatan yang lahir dari undang-undang (Ps 1352 KUHP
Perdata)
Pada dasarnya adalah kehendak pembuat undang-undang,
Pembuat undang-undang sudah menentukan sendiri secara
khusus kapan perikatan seperti itu lahir dan apa isi perikatan
yang lahir dari undang-undang tidaklah tergantung dari
Hukum Perdata Materiil | 49kehendak para pihak tetapi tergantung dari kehendak pembuat
undang-undang.
Perikatan yang lahir dan undang-undang saja adalah
perikatan yang tercantum atau yang terdapat dalam perundang-
undangan sebagai berikut:
- Pasal 321 KUHPerdata, hubungan yang muncul dari
kewajiban pemeliharaan
Pasal 385 KUHPerdata dan 409 KUHPerdata, hubungan
antara pupil (anak yang anak yang belum dewasa dan
berada dibawah perwalian) dengan wali
Perikatan yang lahir dari UU karena perbuatan manusia :
1). Pengurusan kepentingan orang lain dengan sukarela/
Zaakwaameining (pasal 1354 KUHPerdata)
Zaakwaareining atau Pengurusan kepentingan orang
lain adalah tindakan dengan sukarela atau disebut juga
perbuatan perwakilan sukarela, tanpa perintah dengan atau
tanpa kerjasama dengan yang bersangkutan dan terjadi
terutama karena ketidak hadiran yang bersangkutan,
Pelaksanaan Zaak Waameining disebut Gestor yang
bertindak atas nama sendiri atau atas nama pemilik benda
(Dominus) dan bertindak sebagai wakil.
Perikatan yang lahir dari UU akibat (karena) perbuatan
manusia yang bersifat rechtmatige adalah apa yang diatur
dalam pasal 1354 KUHPerdata (zaakwarneming)) dan
pasal 1359 KUHPerdata tentang pembayaran yangtidak
terhitung (overishuldigde betaling) pembayaran yang tidak
terhitung (Onverschuldige Betaling) Pasal 1359 ayat 1
Pembayaran yang dilakukantanpa —_adanya
hutang/kewajiban membayar menimbulkan perhitungan
yaitu: hak untuk menuntut kembali pembayaran dapat
berupa uang, penye-rahanbarang, pekerjaan atau dengan
prestasi lainnya.Hak menuntut kembali_hilangapabila
kreditor telah menguasakan surat-surat hutang namun tetap
dapatmenuntut dari debitor yang sesungguhnya. Penerima
bayaran dengan itikad buruk wajib mengem-balikan dengan
Hukum Perdata Materiil | 502)
bunga dan hasil-hasiinya (pasal 1362) dan ganti rugi
apabila nilai barang berkurang.
Apabila barang musnah di luar kesalahannya, ia harus
mengganti hargabarang dan mengganti biaya kerugian dan
bunga. Hal ini terdapat juga didalam KUHD pasal 568
tentang “pemberian pertolongan’ (hulpverlening)
Onrechtmatige daad / Perbuatan Melawan Hukum
(pasal 1365 KUHPerdata)
Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatige daad)
dalam konteks hukum perdata diatur dalam Pasal 1365
KUHPerd, diatur dalam Buku |i! BW, pada bagian “Tentang
perikatan-perikatan yang dilahirkan demi Undang-Undang",
yang berbunyi
“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut.”
Perikatan yang lahir dari UU akibat perbuatan manusia
yang bersifatonrechtmatige diatur dalam pasal 1365
KUHPerdata dan peraturan hal yang sama terdapat pada
Pasal 534 KUHD mengenai tabrakan kapal (aanvaring)
Contoh perikatan lahir dari UU akibat perbuatan manusia
yang melawan hukum adalah : Ketika Sukron mengendarai
sepeda motor di jalan raya dengan kecepatani00 km
perjam tanpa helm
Menurut J. Satrio, SH dalam bukunya, hukum perikatan,
perikatan yang lahir dari undang-undang pada hal 13
menjelaskan ternyata masih ada perikatan yang lahir dari
tindakan hukum sefihak atau "keputusan pengadilan'yang
tidak dapat dikelompokkan sebagai perikatan yang lahir dari
UU ataupun dari perjanjian
Contoh
1. Perikatan lahir antara ahli waris dan panerima legaat.
Hubungan hukum ini tidak muncul karena perjanjian
Hukum Perdata Materiil | 51tetapi dari tindakan hukum sepihak yaitu membuat
testamen yang berisi legaat.
2. Perikatan yang lahir dari perintah Hakim untuk membuka
semua buku-buku Hubungan hukum ini muncul antara
Penggugat dan Tergugat. Perikatan yang lahir karena
UU bila terjadi ingkar janji tidak dapat dituntut ganti rugi
Perbuatan melawan hukum adalah berbuat atau tidak
berbuat yang melanggar hak orang lain atau bertentangan
dengan kewajiban hukum si pembuat, bertentangan dengan
kesusilaan, bertentangan dengan kapatutan yang berlaku
dalam alu lintas masyarakat terhadap diri atau barang
orang lain.
Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa
kerugian bagi orang lain mewajibkan orang karena
salahnya untuk = mengganti_—kerugian. + Dalam
pelaksanaantuntutan ganti rugi karena perbuatan melawan
hukum sering terjadi kesulitankarena untuk itu harus
dipenuhi unsur-unsur:
1. Ada perbuatan melawan hukum,
2. Ada kesalahan
3. Ada kerugian
4, Hubungan kausa antara kesalahan dan kerugian,
Onrechtmatig Daad adalah perbuatan melanggar hukum
atau melawan hukum. Sebenamya terdapat hubungan
antara Onrechtmatigdaad (OD) dengan Wanprestasi (WP)
menurutAsser Ruter, WP adalah Spesies OD.WP adalah
ODdalam kedudukan-nya sebagai debitor yang dilakukan
sebagai debitor contoh. Apabila seorang penyewa kamar
hotel merobek robek wall paper karena jengkel,dia telah
melanggar kewajiban kontrak, berarti dia WP disamping
OD. Disini pinakyang dirugikan bisa meinilih OD atau WP.
Adapun manfaat praktis membedakan OD dan WP
untuk: kepentingan beban pembuktian, _perhitungan
kerugian maupun menentukan bentuk kerugian. Berikut ini
perkembangan pengertian Onrechtmatigdaad dalam 3
tahap
Hukum Perdata Materiil | 52Tahap |
Sebelum 1883 HR menafsirkan OD sebagai perbuatan
yang bertentangan denganUU
(Onvrechmatig=Onwetmatig). BW Indonesia dianggap
berdiri sendiri. Kerugianakibat kelalaian atau ketidak hati-
hatian tidak dikaitkan dengan _bertentangandengan
ketentuan perundang-undangan pasal 1401 (1365 BW
Indonesia)
Tahap II
* Pada tahun 1882 HR memutuskan bahwa pasal 1402
hanyalah pelengkap dari poser 1401 berlaku juga ada
kelalaian yang diatur dalam pasal 1402
* Juga HR berpendapat bahwa OD tidak saja
bertentangan dengan kewajiban menurut UU si pelaku,
tetapi juga bertentangan dengan hak orang lain
* Prof. Molen Groof mempelopori pandangan luas yaitu :
OD sama denganbertindak menyimpang (Jari apa yang
pantas seseorang bertindak terhadap yang lain dalam
masyarakat Dengan kata lain
OD:OngeoorioofdatauOnwetmatig dan bertentangan
dengan moral yang berlaku.
* Putusan HR yang terkenal pada tahap ini adalah
Zutphense Juffrouw Arrest, 10 Juni 1910
Tahap Ill
Putusan HR tanggal 31 Januari 1919 dalam kasus Lide
Laum Vs Cohen (keduanya pengusaha percetakan). Cohen
menyuap seorang karyawan Lidabaum untuk mem-
booorkan rahasia perusahaan Linda. Linda melihat
perbuatan tersebutsebagaiODdan menuntu tganti_ rugi
Rechtbank — mengabulkan —tuntutan —_Lindabaum
Gerechthofatas dasar yurisprudensi tetap menolak dengan
alasan Cohen tidak melakukan OD.
HR : OD adalah berbuat (handelen atau membiarkan
(nalaten) yang bertentangandengan:
Hak orang lain.
+ Kewajibanhukumperbuatan(Dadersrechtplicht)atauberte
ntangandengankesusilaan (Goede Zeden).
Hukum Perdata Materiil | 53+ Kecermatan /kepatuhan (Zorgfu Digheid) yang berlaku
dalam masyarakatberkaitan dengan orang atau barang
orang lain.
Hak orang lain adalah hak subyektit orang lain yang
dilindungi oleh hukum obyektif.
Hukum Subyektif meliputi :
a. Hak Absolut : Seperti hak kebendaan, termasuk Hak 1
b. Hak atas Integritas Jasmani kehidupan dan kehormatan
Syarat - syarat untuk aksi OD
Ada 5 elemen yang disebut dalam pasa! 1356 :
1. Daad (perbuatan)
2. Daad itu harus Onrechmatig
3. Ada Schuld (kesalahan) pada perbuatan
4. Oorzakelijk Verband (hubungan sebab akibat) antara
Daad.
5. Dengan Schade (kerugian) pada pihak yang lain.
Untuk berhasilnya Aksi Normenthlorie memasalahkan satu
syarat Relativiteit yaitu melanggar norma yang melindungi
kepentingan yang dirusak.
Teorti ini untuk membatasi terlalu luasnya penafsiran OD
1. Daad (perbuatan)
+ Pasal 1365 mengatur tentang perbuatan Dad
+ Pasal 1366 mengatur tentang kelalaian atau tidak hati-
hati Nalatigheid enOnvoorzichtig)
* Maksud sebenamya HR 31/1 Januari 1919 hiking arti
perbuatan kedua pasaltersebut.
2. Onrechtmatig,
* Perkembangan penafsiran arti Onrechmatig sesuai
tahap-tahap di atas.
* Sebelum 1919 Onrechmatig adalah : melanggar Hak
‘Subyektif orang lainbertentangan dengan kewajiban
hukumnya senditi dimana Hak dan Kewajibantersebut
harus didasarkan pada UU Onrechmatig Onwetmatig)
Hukum Perdata Materiil | 54* Selain itu yang dimaksud dengan Hak Subyektif
adalah Hak Absolut. Untuk pelanggaran terhadap Hak
Relatif diterapkan WP.
Catatan Hak Subyektif
1. Hak Absolut yang berlaku terhadap orang yang terdir,
dari:
a. Hak kepribadian (Persoonalijkheid Rechten ) a.1 : Hak
atas hidup.Hak initidak dapat diasingkan.
b. Hak-hak keluarga (Familie Rechten) seperti orang tua,
perwakilan dan Curatelle Hak-hak ini tidak bernilai
uang dan tidak mungkin diasingkan.
c. Sebagian hak kekayaan (Vermogens Rechten) yakni
Hak kebendaan danhak atas benda material
Vermogens Rechten adalah dengan obyek yang bernilai
uang dialihkan seperti Hak inilik dan sebagainya
Schuld (Kesalahan) Kesalahan dalam arti luas :
a. Kelalaian (arti sempit)
b. Sengaja.
Kesalahan hares Selalu menyangkut Onrechmatig
Contoh:
Menyuruh pembantu membeli barang di toko —
tertabrak.Perbuatan menyuruh telah merugikan
pembantu tersebut Pembantu dapat dihindari
(Vermijdbaar) tetapi tidak dapat dicela (Verwijtbaar)
Tolak ukur Vermijdbaar menjadi Verwijtbaar adalah dapat diduga
(Voorzienbaar). Tolak ukur ini adalah manusia, maupun tolak ukur
dapat diduga
a. Ukuran Obyektif yaitu Manusia normal (ditarik kebawah).
b. Ukuran Subyektif yaitu Keadaan pribadi yang bersangkutan,
apakahkeahliannya dan sebagainya (ditarik ke atas)
Opzet adalah mau dan tahu untuk berbuat atau tidak berbuat-Opzet
disini perlusebagai Niat (Ooerg),cukup apabila yang bersangkutan
mengetahui tentangkemung-kinan akibat kerugian yang ditimbulkan
oleh perbuatannya
Hukum Perdata Materil | 55