401
KARSINOMA OVARIUM
Dody Ranuhardy, Resti Mulya Sari
PENDAHULUAN
Kanker (karsinoma) ovarium merupakan salah satu
penyakit kanker yang sering ditemukan. Kanker ovarium
dapat berasal dari sel germinal, epitelial atau sel granvulosa/
sel teka, Sebagian besar jenis histologi kanker ovarium
merupakan jenis adenokarsinoma serosa dan musinosa.”
Beberapa studi menggunakan analisis mutasi
komprehensif memperlinatkan bahwa 15% wanita dengan
kanker (karsinoma) ovarium ternyata memiliki mutasi gen
BRCA dan mutasi gen BCRA2 sebesar 5%. Sebagian besar
‘mutasi gen BRCA2 ini terdeteksi pada wanita berusia lebih
dari 60 tahun sementara 90% dari mutasi gen BRAT
terdeteksi pada wanita berusia kurang dari 60 tahun,
Tanpa memperhatikan faktor riwayat keluarga dengan
keganasan ovarium, dilaporkan sebanyak 20-25% populasi
‘anita penderita kanker ovarium yang berusia 41-50 tahun
‘memilki mutasi pada gen BRCAT atau BRCA2."
DEFINISI
Karsinoma ovarium merupakan salah satu penyakit
keganasan yang ditemukan pada organ reproduksi
wanita, Karsinoma ovarium hampir selalu berasal dari sel
epitelal, dapat juga berasal dari sel epitel coelomic (contoh
karsinoma peritoneal).
EPIDEMIOLOGI
Kanker(karsinoma) ovariurn merupakan penyebab kematian
tertinggidiantara seluruh kanker ginekologilainnya dengan
perkiraan jumlah kasus baru sebanyak 25.400 kasus dan
jumlah kematian sebanyak 14.300 kasus di Amerika Serikat
tahun 2003? Selama periode tahun 1999-2001 (3 tahun) d-
laporkan sebanyak 3991 kasus baru kanker ovarium di Korea?
Data RS Kanker Dharmais memperlihatkan adanya
peningkatan jumlah Kejadian kanker ovarium. Selama
pperiode tahun 2002 sampai tahun 2005 didapatkan 114
kasus baru, sementara pada tahun 2006 ditemukan 64
kkasus baru dan menempati urutan kedua kasus kanker
ginekologi terbanyak di RS Dharmais setelah kanker
serviks. Data tahun 2009 memperlihatkan adanya 105
kejadian baru kanker ovarium sebanyak 105 kasus
(6.86%) dari keseluruhan 1530 kasus kanker yang ada
dan menempati urutan kelima terbanyak. Tahun 2010
dilaporkan sebanyak 113 kasus baru dari total 1722
kasus baru (6,56%) dan menempati urutan keempat kasus
kanker terbanyak seteleh kanker payudara, kanker serviks
dan kanker paru Jenis histopatologis terbanyak adalah
karsinoma epitelial (90%), selebihnya terri dari Germ cell
tumor, stromal tumor dan Mixed mallerian tumor.
Kesintasan pasien kanker ovarium ini sangat
tergantung pada stadium saat diagnosis awal penyakit.
Kesintasan pasien kanker ovarium stadium I sebesar 80-
90% sementara untuk stadium IV sekitar 25%. Oleh karena
lebih dari 70% wanita datang dalam keadaan stadium
lanjut, sehingga kesintasan 5 tahun secara keseluruhan
hanya berkisar 30%. Keterlambatan diagnosis ini juga
dipengaruhi oleh tidak adanya gejala spesifik yang
‘mengawali penyakit ini sehingga sebagian besar kasus
datang setelah ada gejala berat maupun gejala komplikasi
(kelainan ginjal, obstruksi, dan sebagainya) >
PATOGENESIS
Kanker ovarium merupakan salah satu keganasan yang
dapat terjai pada sistem resproduksi wanita. Patogenesis
terjadinya kanker ini bersifat multfaktorial, terdapat peran
faktor genetik dan faktorlingkungan. Proses angiogenesis
memegang peranan penting pada patogenesis terjadinya
kanker ovarium.
3047,uaB
Angiogenesis merupakan proses bertahap yang
melibatkan beberapa sel pembuluh darah termasuk
diantaranya sel endotel, pericytes dan sel otot polos
pembuluh darah.’ Pada keadaan fisiologis normal,
angiogenesis berperan pada saat proses pengiriman
hormon selama siklus reproduksi Sel tumor dapat
memicu proses angiogenesis melalui produksi extraceluler
growth factor. Pada kanker ovarium juga dilaporkan adanya
peningkatan produksi proangiogenic growth factor’*
Beberapa proangiogenic growth factor, termasuk
dientaranya: Fibroblast Growth Factor (FGF), Platelet
Derived Growth Factor (POGF) dan Vascular Endothel
Growth Factor (VEGF) metupakan mediator yang penting
pada proses angiogenesis. Growth Factor ini akan
berikatan dengan reseptor Tirosin kinase. Reseptor
FGF, Fibroblast Growth Factor Receptor (FGFR) akan
diekspresikan di sel endotel dan sel otot polos pembuluh
darah sementara reseptor POGF, Platelet Derived Growth
Factor (PDGFR) akan diekspresikan di sel pericytes dan
sel otot polos pembuluh darah. Reseptor VEGF, Vascular
Endothel Growth Factor (VEGFR) akan diekspresikan di
sel endotel™™*
Fallopian
tube
Gambar 1. Anatomi sister reproduksi normal wanitat
GEJALA DAN TANDA
Usaha yang dilakukan untuk mencari modalitas skrining
yang baik untuk kanker ovarium difokuskan pada
enggunaan ultrasonografi dan penanda tumor karena
sebagian besar kanker oveium stadium dinitidak mernilki
‘gjala yang Khas’
Kebanyakan pasien datang ke dokter sudah dalam
keadaan lanjut, dapat disertai dengan keluhan di saluran
;Pencernaan berupa: rasa tidak nyaman di perut,kembung,
perut membesar, Konstipasi, mual dan muntah serta
ONKOLOGI MEDIK KHUSUS
berkurangnya nafsu makan. Keluhan lain yang mungkin
timbul adalah perubahan pola menstruasi maupun
perdarahan pervaginam. Beberapa pasien dapat datang
dengan gejala akibat metastasis kanker seperti: keluhan
nyeri perut bawah, nyeritulang belakang serta nyeri saat
bbuang air kecil®
ETIOLOGI
Beberapa faktor predisposisi terjadinya kanker ovarium
adalah sebagai berikut™
1. Geografis, kanker ovarium banyak dilaporkan pada
wanita yang tinggal di daerah industri
2. Genetik, Mutasi dari DNA repair genes (BRCA-
BRCA-2, MLH-1, MSH-2, PMS-1 dan PMS-2) dilaporkan
sebesar 10-15% pada kasus kanker ovarium.
3. Riayat menderita kanker endometrium maupun
kanker payudara meningkatkan risiko untuk menderita
kanker ovarium,
4. Riwayat nulipara dengan inncessant ovulation
‘merupakan faktor risiko terjedinya kanker ovariuin,
Endometriosis merupakan faktor risiko indegenden
terjadinya kanker ovarium,
5. Faktor lingkungan, kebiasaan merokok dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium.
DIAGNOSIS
Terhadap pasien yang memilik gejala yang mengarah pade
kanker ovarium dilakukan anarmnesis dan pemeriksaan
fisik yang teliti. Anamnesis ditujukan untuk mencar
faktor predisposisi dan riwayat penyakit kanker
keluarga, Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mencari
adanya kelainan klinis berupa massa tumor di abdomen,
ada tidaknya asites, tanda obstruksi saluran kencing
{hidronefrosis) serta gejale Klinis lainnya. Pemeriksaan
laboratorium darah yang diperlukan termasuk: darab
perifer lengkap dan kimia Klinik meliputi fungsi ginjal,
asam urat, fungsi hati, Pemeriksaan kadar B-Human
‘chorionic gonadotropin (B-hCG), «fetoprotein (a-FP) dan
kadar LDH (Lactate Dehydrogenase) diperlukan juga pade
kecurigaan adanya kanker sel germinal. Pemeriksaan
penanda tumor CA-125 diperlukan pada saat awa
diagnosis dan digunakan juga sebagai monitoring
keberhasilan pengobatan.”
Pemeriksaan pencitraan dilakukan untuk menunjang
ppemeriksaan kis, antara lain pemeriksaan ultrasonograf
dan CT scan abdomen-pelvis. Diagnosis ditegakkan
melalui pemeriksaan hisopatologi dari biopsi jaringan/
massa tumor yang diperoleh melalui tindakan laparotomi
atau laparoskopi.”KARSINOMA OVARIUM
KLASIFIKASI
Berdasarkan jenis histologi kanker ovarium, dilaporkan
jenis kanker ovarium jenis epitelial merupakan kasus
terbanyak, yaitu jenis serous cystadenocarcinoma (75:
20%). Berdasarkan analisis data rekam medik RS Kanker
Dharmais cilaporkan sebanyak 85% pasien kanker ovarium
yang berobat memiliki jenis histologi epitelial (jens
serosa, musinosa, clear cell, endometrioid dan unclassified)
‘sementara sisanya sebanyak 15% termasuk dalam jenis non
epitelial(disgerminoma, endotelial). Penentuan staging
kanker ovarium epitelial didasarkan pada Klasisfikasi FIGO
dan AJCC (American Joint Comittee on Cancer)'*
PENATALAKSANAAN
Sebagian besar pasien terdiagnosis pada stadium lanjut
dan ditatalaksana melalui tindakan pembedahan yang
dliikuti dengan kombinasi kemoterapi berbasis platinum.
\Walaupun sebagian besar pasien pada awal pengobatan
memperlihatkan respons yang baik terhadap pengobatan
‘namun kebanyakan pasien juga mengalami kekambuhan
penyakit dan meninggal akibat penyakit yang resisten
pengobatan.*
Pasien yang dicurigai menderita kanker ovarium
dilakukan tindakan operasi diagnostik dengan teknik
surgical staging evaluation yang meliputi
1. Pengangkatan massa kanker secara utuh bila
memungkinkan dan pemeriksaan potong beku.
2. Eksplorasi dan pemeriksaan sitologi cairan di dalam
rongga peritoneum, bila ditemuken.
3. _Eksplorasisistemik terhadap seluruh organ viseral dan
peritoneum. Dilakukan biops! terhadap daerah yang
‘mengelami perlengketan dan curiga keganasan.
4, Evaluasi dan biopsi serta pemeriksaan sitologi
tethadap diafragma
5. Eksplorasi daerah omentum.
6. Eksplorasi rongga retroperitoneum untuk menilai
pelvis dan kelenjar getah bening paraaorta. Bila
ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
paraaorta dilakukan pemeriksaan potong beku. Bila
hasil pemeriksaan potong beku negatif dilakukan
limfadenektomi kelenjar paraaorta dan pelvik.”
Pada kanker ovarium stadium 1A dan 18, grade 1,
dilakukan tindakan ooforektomi unilateral pada wanita
premenopause dan diikuti dengan evaluasi pelvis dan
penilaian kadar CA-125. Tindakan bilateral salphyngo-
2oferectomy (BSO) yang diikuti dengan pengobatan
kemoterapi dilakukan pada kanker ovarium stadium 1A,
1B (grade 2 dan 3) serta stadium IC. Kemoterapi dengan
kombinasi carboplatin dan paclitaxel sebanyak 3-6 siklus
direkomendasikan pada kondisi ini, namun dapat juga
suay
dipertimbangkan kemoterapi tunggal dengan carboplatin
sebanyak 4-6 siklus.
Untuk kanker ovarium stadium I it dan IV, dilakukan
tindakan pembedahan untuk mengangkat massa tumor
sebanyak mungkin termasuk daerah yang mengalami
‘metastasis, dikuti dengan tindakan kemoterapi
Kemoterapi berbasis platinum merupakan dasar
pengobatan sistemik pada kanker ovarium stadium lanjut.
Kombinasi Platinum (cisplatin atau carboplatin) dengan
Paclitaxel merupakan pengobatan standar kanker ovarium
jenis epitelial Kemoterapi dapat diberikan secaraiintravena
‘maupun intraperitoneal pada pasien terseleksi. Kemoterapi
dengan kombinasi Platinum (cisplatin atau carboplatin
dengan AUC 5-6) dan Paclitaxel (135-175 mg/m’) dapat
diberikan setiap 3 minggu, sebanyak 6-8 siklus.””
Mempertimbangkan bahwa jenis kanker ovarium
sangat sensitif terhadap pemberian kemoterapi (60%)
ddan kenyataan bahwa angka kekambuhan dalam waktu
2 tahun sebesar 50% dan angka kematian dalam § tahun
sebesar 75%, kiranya menjadi penting bagi klnisi untuk
mendeteksi status dari platinum free interval dari pasien
sehingga Klinisi dapat menentukan jenis pengobatan lini
kedua yang akan diberikan.”
Definisi platinum sensitive adalah pasien yang
mendapatkan kemoterapi lini pertama berbasis platinum
yang mengalami kekambuhan dalam waktu lebih dari
6 bulan setelah remisi dari pengobatan kemoterapi lini
pertama. Dikatakan platinum resistant apabila pasien
yang mendapatkan pengobatan kemoterapi lini pertama
berbasis platinum mengalami kekambuhan dalam 6 bulan
setelah remisi dari pengobatan kemoterapi lini pertama.
Semmentata dikatakan platinum refractory apabila pasien
rmengalami progresivitas atau tidak berespon terhadap
pengobatan kemoterapi lini pertama berbasispletinurn.”"*
Respon terhadap pemberian kemoterapi lini kedua pada
masing-masing kelompok berdasarkan kategori platinum
{ree interval adalah: 50-60%, 20-30% dan 10%."
Pasien kanker ovarium yang resisten terhadap
pengobatan berbasis platinum dapat diberikan kemoterapi
tunggal dengan jenis obat: etoposide, taxan, topotecan,
gemcitabine, vinorelbine, liposomal doxorubicin dan
oxaliplatin. Umumnya respons tethadap pengobatan ini
berkisar kurang lebih 20%,
Berkembangnya kion sel yang resisten memaksa kita
untuk menemukan modalitas pengobatan yang baik dan
dapat ditoleransi baik berdasarkan pengetahuan mengenai
mekanisme resistensi, Salah satu obat sitostatike baru,
‘oxaliplatin, menunjukkan tidak adanya resistensi silang
tethadep cisplatin atau carboplatin pada pasien kanker
‘ovarium, balk invitro maupun invivo.®
Saat ini terdapat berberapa regimen yang lebih
kurang efektif untuk mengobati kanker ovarium resisten
platinum seperti Folfox4 (ORR 29%), Gemox/Gemeitabine-ovau
‘ovaliplatin (ORR 26%), docetaxel-vinolrebine (ORR 23,9%)
dan single agent capecitabine (ORR 9%).*
Menyadari betapa sulitnya menghadapi kanker
‘ovarium stadium lanjut, diperlukan terobosan berupa
pendekatan pengobatan terbaru pada pasien kanker
‘ovarium stadium lanjut, meliputi:
Terapi konsolidasi dan maintenance
Kemoterapi intraperitoneal
Regimen kemoterapi kombinasi baru
Pengembangan obat sitostatika terbaru
Terapi target molekular
Terapi konsolidasi berupa pemberian kemoterapi
dosis tinggi dengan dukungan transplantasi sumsum
tulang maupun PBSCT (Peripheral Blood Stem Cell
Transplantation) ternyata tidak berdampak terhadap
kesintasan secara keseluruhan,
Terapi maintenance difokuskan pada pemberian
kemoterapi tunggal untuk jangka panjang. Diharepkan
metode ini dapat meningkatkan PFS (Progression Free
Survivad dan menurunkan angka kekambuhan penyakit.
Terapi maintenance menggunakan topotecan, interferon
alfa maupun vaksin dengan target CA-125 temyata tidak
meningkatkan kesintasan setelah kemoterapi. Uji Klinisyang
membandingkan pemberian terapi maintenance dengan
Paclitaxel 12 bulan dan 3 bulan, terbukti meningkatkan
PFS namun tidak memperbaiki overall survival rate 2
Kemoterapi maintenance dengan Paclitaxel dapat
diberikan setiap 28 hari selama 12 bulan.”*
Pemiberian kemoterapi intraperitoneal didasarkan
pada pemikiran bahwa alur penyebaran utama kanker
adalah di dalam rongga peritoneum. Melalui pemberian
obst kemoterapi intraperitoneal diharapkan dapat
‘meningkatkan konsentrasi obat pada residu tumor untuk
jangka waktu yang lebih lama karena ternyata tindakan
debulking untuk mengecilkan massa kanker juga memilk
keterbatasan. Beberapa Komplikasi seperti peritonitis, nyer
perut, mual dan muntah serta perforasi usus dapat terjadi
sebagai komplikasi tindakan kemoterapi intraperitoneal
sehingga diperlukan keahlian khusus dan pengalaman
yang cukup.*
Beberapa regimen kemoterapi terbaru diantaranya
kombinasi 2 atau 3 macam obat, sebagai contoh
gemcitabine-carboplatin, docetaxel-carboplatin
encapsulated doxorubicin-carboplatin, topotecan-
cisplatin/carboplatin, pacitaxet-carboplatin-epirubicin,
palitaxe!-carboplatin-gemcitabine, paclitaxel-carboplatin
encapsulated doxorubicin
Obst sitostatika terbaru yang masih dalam peneltian
adalah: epothilones, TLK 286, yondelis (ET 7.3) dan
pemetrexed, Berbagai ui Knik fase 2 dan sebagian fase 3
pada terapitarget molekularsaatini masih terusberlangsung
dengan menggunakan obat-obat anti EGF (Eriotinib/
Gefitinib), anti VEGF (bevacizumab) maupun anti HER
(transtuzumab) namun hasilnya belum menggembirakan,
dengan response rate berkisar 10-15%
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari kanker ovarium
bergantung kepada stadium dan besarnya massa kanker
tersebut. Komplikasi lokal dapat berupa timbulnya cairan
di rongga peritoneum akibat gangguan aliran sistem
kelenjar getah bening peritoneal, dapat pula terjadi
obstruksi usus akibat penekanan massa kanker ke usus.
Gangguan fungsi ginjal yang disertai dengan kondisi
anuria dan uremia dapat terjadi bila terjadi penekanan
‘massa kanker ke ginjal yang disertai dengan hidronefrosis.
Selain komplikasi Iokal, dapat pula terjadi penyebaran ke
‘organ lain yang jauh (paru, tulang, dan sebagainya),
PENCEGAHAN
Wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker
ovarium jenis epitelial memilik risiko 2 kali lebih besar
untuk menderita kenker ovarium epitelial dibandingkan
dengan wanita lain, demikian juga dengan wanita yang
memiliki ivayat keluarga menderita kanker payudara
maupun kanker ovarium juga memilkirsiko 2 kali lebih
besar dibanding dengan wanita normal lainnya. Risiko
untuk menderita kanker ovarium pada saat usia mencapal
70 tahun pada wanita yang memiliki mutasi gen BRCAT
meningkat sebesar 20-608, Risiko ini juga meningkat pada
wanita yang memiliki gen BRCA2 yang mencapai usia 70
tahun, sebesar 10-35%.
Terhadap kelompok wanita yang memiliki riwayat
keluarga menderita kanker ovarium maupun riwayai
menderita kanker lain sebelumnya disarankan untuk
menjalani konseling genetik dan tindakan profilaksis.
Tindakan profilaksis dengan coforektomi dapat disarankan
pada mereka yang memilkirisiko tinggi menderita kanker
ovarium meskipun tidak memberikan proteksi yang
absolut. Eveluasi berkala penanda tumor CA-125 maupun
evaluasi ultrasonografi transvaginal juga belum ditetapkan
sebagai modalitas skrining yang akurat.""
PROGNOSIS
Prognosis lebih dipengarubi oleh luas dan stadium kanker
ovarium dibandingkan dengan jenishistologinya. Luasnya
massa kanker yang masih dapat dilakukan tindakan bedah
juga sangat mempengaruhi prognosis penyakit.”KARSINOMA OVARIUM
REFERENSI
Hodgson , Foulkes W, Eng C, Maher E, Reproductive Systems.
A practical guide for human cancer genetic edition, New
York, Cambridge Univesity Press. 2007; 89-108
Jomal A Murray T. Samuel A. Cancer Statistics, Ca Cancer J
Clin 2003555p5-2,
Hai Rim Shin, Nationwide Cancer Ineidence in Korea, 1999-2001
First result using the National Cancer Incidence Data Base
Cancer Res Treat. 2005:37'p 325-331.
Data Reka Medik RS Kanker Dhatmais
Devita VI, Lawrence TS, Rosenberg SA. CancerPrinciple and
practice of oncology 8 edition Philadelpia.Lippincot
Willams & Wilkins 108;p.674675,
Punetions ofthe female reproductive organs. Available nln on tp
nutsngerb.comiursing-notes-reviewer*materal-child-nealt
funtions-oF-the-female-reprodustive-organs, Update June 18,
Ferrara N, Kerbel RS. Angiogenesis as therapeutic target Nature
2005:438(7070);p.967-978
“Marin. Scher Novel approach in advancing the treatment of
epithelial ovarian cancer the role of angiogenesis inhibition
Chin Onco! 20072520): p 2884-2901
Hilberg F, Roth GJ, Krssak M, BIDF 1120: Triple angiokinase
inhibitor with sustained receptor blockade and good
anfitumor efficacy. Cancer Res. 2008;68(12):p 4774-4782
Cao ¥, Coo R, Hiendlund EM. Regulation of tumor angiogenesis
and metastasis by FGF and PDGF signaling pathveay. | Mol
Mee 2008,86(7p. 785-78.
Jain RK, Booth MF. What bring pericytes to tumor vessels. | Clin
Invest 201811268: p1134-1136,
Presta M, Dell Era, Mitola 8, Moroni E, Ronca R, Rusnati M.
Fibeoblast growth factor/ oblast growth factor system in
angiogenesis Cytokine Groveth Factor Rev 2005,162)p.159-
178.
Memarzadh 5, Berek JS. Gynecologic Cancer, In: Casciato DA,
editor Manual of clinical oncology 6 edition Philadelpia.
Lippincot Wiliams de Wilkins 2004;p.265-297,
Renuhardy D, Lismawat, Karakteristik dan penatalaksanaan
kkankeér ovarium Rumah Sakit Kanker Dharmais periode
Jul-Deserber 2009,
Herdrich K, Weinberger H. Selected scheduleds in therapy of
malignant tumour 15" edition Baxter 2010;p 338-34,
CCanistra $A, Cancer ofthe Ovary. N Engl] Med. 1298329p1550-
1558,
Colombo N, Parma G, Bocciolone L, et al. Role of
chemotherapy in relapsed ovarian eaneer.Crit Rv. Oncol
Haematol 199332 221-228,
Markman M, Bookman MA. Second line treatment of ovarian
cancer. The oncologist 20005 p.25-35,
Sabbatini P Spriggs D. Salvage therapy for ovarian cancer,
Oncology (Hunting) 1997;11 p 95-105
(Ozols RE Update ofthe NCCN ovarian eaneer practice guidelines.
(Oncology (Hunting). 1997:1195-105,
Pendyala L, Creaven Pin vitro yoxicity, protein binding, red
blood cell partitioning and bitransformation of oxaliplatin,
Cancer res.1998;5:p.5970-5976.
Risdrin D, Philips KA, Friedlander M.A phase Il trial of
capecitabine in heavily pretreated platinum restant ovarian
cancer. Gynaecologie oncology 2004p 417-921,
Ranuhardy D. Perkembangan mutakhir kemoterapi pada kanker
ovariumSimposium Medical Management of Cancer and
‘Thrombosis 25-27 Jani 2010 Surabaya,
(Ouols RE-Chalenges for chematherapy in ovarian cancer. Annals
of oncology. 200651715) 181-187
Aletti Gd, Callenberg MM, Cliby WA, Jatoi A, Hartmann
UC Current management stategis for ovarian cancer. Mayo
(Clin Proe-200782(6} 751-770
3051