Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH JARAK TANAM DAN INTERVAL PENYEMPROTAN

EKSTRAK DAUN Muntingia calabura TERHADAP HAMA Spodoptera


litura, F PADA BUNGA KOL (Brassica oleracea, L)

Cut Mulyani1, Maria Heviyanti1, Ichan Hardiansyah2


1
Dosen rogram Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Samudra
2
Alumni Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Samudra
e-mail: Cutmulyani@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam bunga kol
Brassica oleracea, L dan interval penyemprotan ekstrak daun Muntingia calabura
terhadap hama Spodoptera litura, F pada tanaman bunga kol. Penelitian ini
dilaksanakan di Desa Paya Bujok Braumoe, Kecamatan Langsa Barat, Kota
Langsa, Penelitian ini dimulai pada Bulan Januari hingga Maret 2019. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial, yang terdiri
dari 2 faktor yaitu; faktor interval penyemprotan (I) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu
I1 = 4 MST, I2 = 6 MST dan I3 = 8 MST. Faktor kedua jarak tanam (J) J1= 40 x 40
cm, J2 = 50 x 50 cm, dan J3= 60 x 60cm. Parameter yang diamati dalam penelitian
ini yaitu tinggi tanaman,lingkaran krop bunga kol, bobot krop dan intensitas
serangan. Hasil penelitian menunjukan interval penyemprotan ekstrak daun kersen
berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 14, 21, dan 28 HST dan
bobot krpo, berpengaruh nyata terhadap lingkaran krop. Jenis interval
penyemprotan terbaik dijumpai pada perlakuan I3(8 MST). Jarak tanam bunga kol
berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 14 HST, bobot krop, dan
berpengaruh nyata pada tinggi tanaman umur 21 dan 28 HST, diameter krop.
Jarak tanam terbaik dijumpai pada perlakuan J3 (60 x 60). Interaksi interval
penyemprotan dan pengaruh jarak tanam berpengaruh sangat nyata pada
pengamatan tinggi tanaman umur 14 HST, tetapi berpengaruh tidak nyata
terhadap semua parameter lainnya. Kombinasi perlakuan terbaik dijumpai pada
perlakuan I3J3 (8 MST dan 60 x 60 cm). Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk
mengendalikan hama ulat (Spodoptera litura, F) pada tanaman bunga kol
disarankan menggunakan interval penyemprotan ekstrak daun kersen dengan
penyemprotan tiga kali penyemprotan dalam satu minggu dan menggunakan jarak
tanam 60 x 60 cm untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang optimal.
Kata kunci : Bunga kol, Muntingia calabura, hama, jarak tanam.

PENDAHULUAN pembentukan krop, yaitu sangat


bervariasi antara bulat telur, gepeng,
Pengaturan jarak tanam dan bentuk kerucut. Dengan
sangat berpengaruh terhadap demikian jarak tanam ditunjukan
pertumbuhan dan hasil tanaman untuk memanfaatkan cahaya secara
kubis terutama pada masa efektif dan penyebaran insektisida

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 6 No. 1 Jan – Jun 2019 20


botani diharapkan dapat menjadi mencemari lingkungan
salah satu alternatif pengendalian (Untung, 2013).
yang sesuai dengan konsep Penggunaan pestisida nabati
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dapat menekan penggunaan pestisida
karena sifatnya mudah terurai dialam kimia, juga penggunaan pestisida
dan umumnya relatif aman terhadap nabati ramah lingkungan. Salah
musuh alami. Meskipun tidak dapat satunya dalam pengendalian hama
menekan populasi hama sampai pada ulat grayak pada tanaman kubis
tingkat merugikan, insektisida nabati dapat menggunakan pestida nabati
cukup aman terhadap musuh alami. salah satunya dari ekstrak daun
Masalah yang dihadapi oleh kersen (Muntingia calabura).
petani pada saat ini yaitu penurunan Dengan menggunakan ekstrak daun
produksi kubis yang dihasilkan salah kersen hasil penelitian menunjukkan
satunya disebabkan oleh adanya bahwa ekstrak daun kersen dapat
serangan hama, penyakit, serta menurunkan tingkat populasi hama
tumbuhan pengganggu. Kerugian sebanyak 25% - 50% yang
besar bahkan kegagalan panen dapat dicampurkan dengan air dan larutan
terjadi bila gangguan tersebut tidak etanol dengan konsentrasi tertentu,
diatasi dengan baik. Kehilangan hasil karena di dalam ekstrak daun kersen
kubis akibat serangan hama cukup terdapat senyawa flavonoid, saponin,
tinggi. Oleh karena itu perlu adanya triterpene dan steroid
penangan untuk mengatasi serangan (Zakaria dkk, 2007). Penelitian ini
hama pada tanaman kubis, salah satu bertujuan untuk mengetahui
hama pada tanaman budidaya pengaruh jarak tanam dan interval
tanaman kubis yaitu ulat grayak penyemprotan ekstrak daun
(Spodoptera litura, F). Kegagalan Muntingia calabura terhadap hama
panen yang disebabkan oleh Spodoptera litura F pada bunga kol
serangan hama ulat grayak dapat (Brassica oleracea L).
mencapai 85%. Hama ini memiliki
sifat polifag sehingga ia dapat
memakan berbagai jenis tanaman METODE PENELITIAN
demi kelangsungan hidupnya Penelitian ini dilaksanakan di
(Widodo, 2013). Desa Paya Bujok Beuraumoe
Berbagai cara digunakan Kecamatan Langsa Barat Kota
untuk melakukan pengendalian untuk Langsa. Penelitian ini dimulai pada
mengatasi hama ulat grayak pada bulan Januari hingga Maret 2019.
tanaman kubis, seperti menggunakan Bahan-bahan yang
varietas tahan hama, pergiliran digunakan: benih bunga kol Varietas
tanaman hingga menggunakan Aquina F1 Cap Panah merah yang
pestisida. Penggunaan pestisida diproduksi oleh PT East West Seed
kimia dapat mengendalikan serangan Indonesia, daun kersen yang masih
hama ulat grayak, akan tetapi segar, tanah pasir, pupuk kandang,
penggunaan pestisida kimia yang pupuk Urea, pupuk KCL, pupuk SP-
terus-menerus dapat menimbulkan 36, dan Fungisida dari ekstrak
masalah lainnya seperti resistensi bawang putih.
hama, terjadinya residu pada tanah, Alat-alat yang digunakan:
terbunuhnya musuh alami dan dapat meteran, kamera, gembor, gunting,
pisau, parang, cangkul, babat, alat

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 6 No. 1 Jan – Jun 2019 21


tulis, timbagan analitik dan paranet, Ragam), tehadap hasil analisis sidik
atap, babybag alat-alat lain yang ragam yang berpengaruh nyata dan
menunjang penelitian ini. sangat nyata di lanjutkan dengan uji
Penelitian ini menggunakan beda nyata terkecil (BNT) taraf 5%.
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Parameter yang di amati: tinggi
pola faktorial yang terdiri dari: tanaman (cm), lingaran krop bunga
Faktor interval penyemprotan (I) kol (cm), bobot krop (gr) dan
terdiri dari 3 taraf yaitu: I1 = 4 MST, intensitas serangan hama.
I2= 6 MST dan I3 = 8 MST; Faktor
jarak tanam (J) yang terdiri dari : J1 = HASIL DAN PEMBAHASAN
40 x 40 cm, J2 = 50 x 50 cm dan J3=
60 x 60 cm. Dari 2 faktor diatas Pengaruh Jarak tanam pada
diperoleh 9 kombinasi perlakuan, Tanaman Bunga Kol terhadap
setiap perlakuan diulang sebanyak 3 Hama (Spodoptera litura, F)
kali, sehingga terdapat 27 satuan
percobaan. Setiap satuan percobaan Tinggi Tanaman
terdiri dari 4 tanaman Sehingga Analisis sidik ragam
secara keseluruhan tanaman yang menunjukkan bahwa perlakuan
digunakan dalam penelitian ini faktor jarak tanam berpengaruh
adalah 144 tanaman yang tediri dari sangat nyata terhadap tinggi
(1 benih/ lubang tanam) dan jumlah tanamanbunga kol umur 14 HST dan
tanaman sampel dalam plot yaitu berpengaruh tidak nyata pada umur
sebanyak 4 tanaman/plot. 21 dan 28 HST. Rata-rata tinggi
Model matematika yang tanaman bunga kol akibat
digunakan dalam penelitian ini pengaruhjarak tanam pada umur 14,
(Hanafiah, 2010). 21 dan 28 disajikan pada Tabel 1.
Yijk = µ + βi + IJ+ Jk + €. Data
dianalisis dengan uji F (Sidik

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman bunga kol pada umur 14, 21 dan 28 HST (cm)
Tinggi tanaman
Perlakuan
14 HST 21 HST 28 HST
J1 19,46 a 21,58 23,36
J2 20,98 b 22,88 24,08
J3 21,61 c 23,26 29,22
BNT 0,05 0,22 - -
Keterangan : Angka yang diikuti pada huruf yang sama pada kolom yg sama berbeda tidak nyata
pada uji BNT 0,05

Tabel 1 hasil uji BNT pada faktor jarak tanam tertinggi ditemui
umur tanaman bunga kol 14 HST pada perlakuan J3 (60 x 60 cm)
menunjukkan perlakuan J3 (60 x 60 sedangkan terendah dijumpai pada
cm) berbeda nyata dengan perlakuan perlakuan J1 (40 x40 cm). Hal ini
J1 (40 x40 cm) dan J2 (50 x 50 cm). disebabkan karena adanya perebutan
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa terhadap unsur hara. Semakin jauh
hasil terbaik tanaman kubis akibat

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 6 No. 1 Jan – Jun 2019 22


jarak antara tanaman, maka semakin pula, hal ini dapat terukur pada
baik pertumbuhan tanaman kubis. penambahan jumlah organ tanaman,
Pengaturan jarak tanam perluasan sel-sel dan proses
tersebuttidak hanya memberikan fotosintesis dapat berjalan dengan
implikasi terhadap hasil persatuan baik bila faktor (hara, suhu dan
luas, tetapi juga terhadap rata-rata udara) yang mempengaruhi proses
ukuran bunga kol yang dihasilkan tersebut berada pada kondisi
yangmenentukan nilai tambahan optimum. Suhu mempunyai
komoditas. Jarak tanam diusahakan pengaruh kuat pada reaksi-reaksi
teratur agar tanaman memperoleh biokimia dan fisiologi tanaman juga
ruang tumbuh yang seragam, dan akan menentukan tingkat berbagai
dalam pemeliharaan lebih mudah aktifitas tanaman, seperti penyerapan
serta mempermudah dalam unsur hara dan air (Setyati, 1983).
melakukan penyiangan jarak tanam Tanaman kubis dapat menyerap
sangat berpengaruh terhadap unsur hara dengan baik apabila suhu
pertumbuhan tanaman dan disekitarnya dalam kondisi optimum.
pembentukan krop. Pada Tabel 1
pengamatan tinggi tanaman 21 dan Lingkaran Krop
28 HST menunjukkan hasil yang Analisis sidik ragam
tidak nyata. Hal ini dikarenakan menunjukkan bahwa perlakuan
curah hujan yang tinggi, sehingga faktor jarak tanam tidak berpengaruh
tanaman tidak dapat berkembang nyata pada tanaman bunga kol. Hal
dengan baik. Pembentukan daun baru ini diduga jarak tanam yang
akan berakibat meningkatnya jumlah terlalurapat meningkatkan
daun tanaman, sehingga hasil kelembapan disekitar tanaman,
produksi tanaman juga meningkat. keadaan ini dapat memacu
Prawitasari (2003), pertumbuhan dan perkembangan
menjelaskan bahwa perubahan organisme pengganggu, selain itu
pertumbuhan kearah perkembangan juga berpengaruh pula terhadap
hasil tanaman dipengaruhi oleh penerimaan sinar matahari pada
kemampuan kerja enzim dalam tubuh setiap tanaman sehingga dapat
tanaman dan faktor lingkungan. mempengaruhi pertumbuhan dan
Pertumbuhan dan perkembangan hasil tanaman kubis (Suprapto 1992).
organ ditentukan oleh suatu proses Rata-rata bobot lingkaran krop
yang dinamakan fotosintesis bila tanaman bunga kol akibat pengaruh
hasilnya baik maka akan jarak tanam pada disajikan pada
menghasilkan pertumbuhan dan Tabel 2.
perkembangan tanaman yang baik

Tabel 2 . Rata-rata lingkaran krop (cm)


Perlakuan Lingkaran Krop
J1 29,04
J2 42,99
J3 36,91

Bobot Krop faktor jarak tanam berpengaruh nyata


Analisis sidik ragam pada tanaman bunga kol. Rata-rata
menunjukkan bahwa perlakuan bobot krop tanaman kubis akibat

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 6 No. 1 Jan – Jun 2019 23


pengaruh jarak tanam pada disajikan unsur hara dalam perebutan makanan
pada Tabel 3. dalam proses pertumbuhan dan
Hasil uji BNT pada Tabel 3 produksi tanaman.
menunjukan bahwa rata rata bobot Sesuai dengan yang
krop pada tanamanbunga kol dijelaskan Harjadi (2000) pada
tertinggi dijumpai pada perlakuan J1 tanaman yang ditanam dengan jarak
berbeda nyata dengan perlakuan tanam yang terlalu rapat, maka akan
yang lain. Hal ini diduga jarak terjadi persaingan dalam
tanam (60 x 60 cm) merupakan jarak pengambilan unsur hara yang
tanam yang ideal untuk pertumbuhan dibutuhkan tanaman dari dalam
krop pada tanaman kubis yang mana tanah. Syarief (2014) mengatakan
kebutuhan intensitas cahaya bahwa unsur hara yang cukup
terpenuhi dengan baik untuk proses tersedia akan dapat memacu tinggi
fotosintesis dan juga kebutuhan hara tanaman, merangsang pertumbuhan
tanaman yang dapat diserap akan sistem perakaran, meningkatkan hasil
mencukupi untuk proses produksi, dan meningkatkan
metabolisme tanaman, sehingga pada pertumbuhan daun sehingga dapat
jarak tanaman J3 ini produksi hasil meningkatkan proses fotosintesis.
menunjukkan hasil yang tertinggi
dan kurangnya terjadi persaingan

Tabel 3. Rata-rata bobot krop akibat pengaruh jarak tanam (gr)


Perlakuan Bobot Krop
J1 18,26 a
J2 18,39 a
J3 20,97 b
BNT 0,05 0,63
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 0,05

Intensitas Serangan tidak berpengaruh nyata pada umur


Analisis sidik ragam tanaman 6 MST dan 8 MST. Rata-
menunjukkan bahwa perlakuan jarak rata jarak tanam tanaman bunga kol
tanam tanaman bunga kol 4, 6, dan 8 MST disajikan pada
berpengaruh sangat nyata terhadap Tabel 4.
umur tanaman 4 MST akan tetapi

Tabel 4. Rata-rata intensitas serangan hama (Spodopter litura) pada jarak tanam
4 MST, 6 MST,dan 8 MST.
Perlakuan 4 MST 6 MST 8 MST
J1 4,90 b 4,15 3,60
J2 4,15 a 3,36 3,23
J3 3,55 a 2,72 2,90
BNT 0,05 0,12 - -
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada
uji BNT 0,05

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 6 No. 1 Jan – Jun 2019 24


Hasil uji BNT pada Tabel 4 yang pada akhirnya mempengaruhi
menunjukkan bahwa pada umur 4 pertumbuhan dan produksi tanaman
MST dijumpai intensitas seragan (Musa dkk, 2007). Kerapatan atau
tertinggi pada perlakuan J1. Hasil uji ukuran populasi tanaman sangat
BNT menunjukkan pada perlakuan J1 penting untuk memperoleh hasil
berbeda nyata dengan perlakuan yang optimal, tetapi dapat terjadi
yang lain. Hal ini dikarenakan terjadi persaingan dalam hara, air, dan ruang
kompetisi antar tanaman sehingga tumbuh serta mengurangi
terjadi perbedaan tinggi tanaman. perkembangan tinggi dan kedalaman
Persaingan yang dilakukan akar tanaman (Nasir, 2010).
organisme-organisme untuk
memperebutkan kebutuhan ruang Pengaruh Interval Penyemprotan
(tempat), makanan, unsur hara, air, Ekstrak Daun Kersen Pada
sinar, udara, agen penyerbukan, agen Tanaman Bunga Kol
dispersal, atau faktor-faktor ekologi
lainnya sebagai sumber daya yang
dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme Tinggi Tanaman
untuk hidup dan pertumbuhannya Analisis sidik ragam
(Indriyanto, 2006). menunjukkan bahwa perlakuan
Selain itu pengaturan faktor interval penyemprotan
populasi tanaman melalui pengaturan berpengaruh sangat nyata pada
jarak tanam pada suatu pertanaman tanaman bunga kol umur 14, 21 dan
akan mempengaruhi keefisienan 28 HST. Rata-rata tinggi tanaman
tanaman dalam memanfaatkan kubis akibat pengaruh penyemprotan
matahari dan persaingan tanaman ekstrak daun kersen pada umur 14,
dalam memanfaatkan hara dan air 21 dan 28 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata tinggi tanaman bunga kol (cm) pada umur 14, 21 dan 28 HST
Penyemprotan (cm)
Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
14 HST 21 HST 28 HST
I1 19,94 a 22,63 a 25,16 a
I2 20,47 b 23,34 b 24,58 a
I3 21,61 c 23,26 a 26,92 b
BNT 0,05 0,22 0,58 0,50
Keterangan :Angka yang diikuti pada huruf yang sama pada kolom yg sama berbeda tidak nyata
pada uji BNT 0,05

Tabel 5 hasil uji BNT pada 28 HST menunjukkan perlakuan I3


umur tanaman bunga kol 14 HST berbeda nyata dengan perlakuan I1
menunjukkan perlakuan I3 berbeda dan I2.
nyata dengan perlakuan I1 dan I2. Hal ini di duga pada awal
Hasil uji BNT pada umur tanaman fase vegetatif pertumbuhan tanaman
bunga kol 21 HST menunjukkan masih relatif terjaga hal ini dapat kita
perlakuan I2 berbeda nyata dengan lihat dari tabel diatas menunjukkan
perlakuan yang lain. Adapun hasil uji tidak adanya perbedaan yang
BNT pada umur tanaman bunga kol signifikan. Hasil penelitian juga

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 6 No. 1 Jan – Jun 2019 25


menunjukan penggunaan ekstrak permeabilitas dinding sel meningkat.
daun kersen menunjukkan rendahnya Permeabilitas yang terganggu
serangan hama ulat grayak pada menyebabkan keluarnya berbagai
tanaman kubis yang dapat komponen penting dari sel mikroba
memberikan hasil terbaik pada tinggi yaitu protein, asam nukleat,
tanaman kubis. nukleotida, dan lain-lain, sehingga
Menurut Isnarianti dkk, sel bakteri akan mati. Tanin dapat
(2013) sifat antibakteri yang aktif menginaktivasi adhesin mikroba,
pada daun kersen seperti flavonoid, enzim, dan protein transport pada
saponin, dan tanin menyebabkan membran sel.
rendahnya serangan hama ulat
grayak. Sari (2013) menyatakan Lingkaran Krop
bahwa masing-masing zat aktif yang Analisis sidik ragam
terdapat pada daun kersen memiliki menunjukkan bahwa perlakuan
mekanisme berbeda sebagai faktor interval penyemprotan
antibakteri. berpengaruh nyata pada tanaman
Flavonoid mampu bunga kol. Rata-rata lingkarankrop
menghambat fungsi membran tanaman bunga kol akibat pengaruh
sitoplasma, menghambat sintesis penyemprotan ekstrak daun kersen
asam nukleat, dan menghambat pada disajikan pada Tabel 6.
metabolisme energi. Saponin dapat
berikatan dengan lipo polisakarida,
sehingga mengakibatkan

Tabel 6. Rata-rata lingkaran krop (cm)


Perlakuan Lingkaran Krop
I1 41,52 b
I2 35,64 a
I3 36,91 a
BNT 0,05 3,92
Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 0,05
yang berbeda nyata dengan
Sastrodihardjo (1992) perlakuan yang lain. Hal ini diduga
menyatakan bahwa senyawa- adanya pengaruh dari ekstrak daun
senyawa seperti flavonoid dan kersen terdapatnya sifat antibakteri
terpenoid yang terdapat pada mengandung senyawa aktif pada
tanaman ini dapat mempengaruhi daun kersen tersebut sehingga dapat
beberapa sistem fisiologis yang mengendalikan serangan hama pada
mengatur perkembangan hama. tanaman bunga kol.
Senyawa lainnya yaitu saponin
dapatmenurunkan aktivitas enzim Bobot Krop
protease dalam saluran pencernaan Analisis sidik ragam
serangga, sehingga mempengaruhi menunjukkan bahwa perlakuan
proses penyerapan makanan. faktor interval penyemprotan
Hasil uji BNT pada Tabel 6 berpengaruh sangat nyata pada
menunjukan bahwa rata rata diameter tanaman bunga kol. Rata-rata bobot
krop pada tanamanbunga kol krop tanaman bunga kol akibat
tertinggi dijumpai pada perlakuan I1

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 6 No. 1 Jan – Jun 2019 26


pengaruh penyemprotan ekstrak daun kersen pada disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata bobot krop akibat pengaruh interval penyemprotan (gram)


Perlakuan Bobot Krop
I1 18,57 a
I2 18,60 a
I3 20,46 b
BNT 0,05 0,63
Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 0,05

Hasil uji BNT pada Tabel 7 mulut larva. Akibatnya larva gagal
menunjukkan bahwa rata rata bobot mendapatkan stimulus rasa sehingga
krop pada tanaman bunga kol tidak mampu mengenali
tertinggi dijumpai pada perlakuan I3 makanannya, mengakibatkan larva
yang berbeda nyata dengan mati kelaparan. Sehingga dapat
perlakuan yang lain. Hal ini diduga meningkatkan jumlah bobot krop
semakin lama interval penyemprotan pada tanaman bunga kol.
daun kersen maka akan baik pula
hasil pada bobot krop. Intensitas Serangan
Hal ini sebagaimana Analisis sidik ragam
dikemukakan Sari dkk. (2013), menunjukkan bahwa perlakuan
bahwa larva yang tidak makan akan interval penyemprotan ekstrak daun
menjadi lemah, mobilitasnya kersen berpengaruh sangat nyata
berkurang karena terdapat senyawa pada 4, 6 dan 8 MST. Rata-rata
alkaloid dan flavonoid. Alkaloid interval penyemprotan 4, 6 dan 8
menghambat reptor perasa pada MST disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata intensitas serangan hama (Spodopter litura) pada Umur 4, 6


dan 8 MST
Perlakuan 4 MST 6 MST 8 MST
I1 4,55 b 3,91b 3,60b
I2 4,44 a 3,12a 3,23a
I3 3,55 a 2,72a 2,90a
BNT 0,05 0,12 0,32 0,26
Keterangan : Angka yang diikuti pada huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata
pada uji BNT 0,05

Hasil uji BNT menunjukkan produksi kubis (Prijono dan


pada umur 4, 6 dan 8 MST, Triwidodo, 1993).
perlakuan I1 berbeda nyata dengan Diduga efektifitas pestisida
perlakuan yang lain. Diduga nabati kurang efektif apabila terkena
pengendalian pada fase vegetatif sinar matahari. Soehardjan (1994);
masih sangat rendah sehingga Nakamura (1993), menyatakan
intensitas serangan hama lebih bahwa pestisida nabati kurang efektif
tinggi. Konsentrasi penyemprotan dan mudah terdegredasi jika terkena
sangat berpengaruh terhadap sinar matahari dan toksisitasnya
keberhasilan pengendalian hama dan menurun.

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 6 No. 1 Jan – Jun 2019 27


Pengaruh Interaksi Interval penyemprotan dan jarak tanam
Penyemprotan Ekstrak Daun berpengaruh sangat nyata terhadap
Kersen dan Faktor Jarak Tanam intensitas serangan umur 4 MST dan
pada Tanaman Bunga Kol berpengaruh nyata terhadap tinggi
terhadap Hama tanaman bunga kol pada umur 14
(Spodoptera litura, F) HST. Rata- rata tinggi tanaman pada
umur 14 HST dan intensitas serangan
Hasil analisis sidik ragam umur 4 MST akibat pengaruh
menunjukkan bahwa pengaruh interval penyemprotan dan jarak
interaksi antara perlakuan interval tanam disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata tinggi tanaman pada umur 14 HST dan intensitas serangan 4
MST
Intensitas seranagan
Perlakuan Tinggi Tanaman
4 MST
I1J1 18,90 a 5,99b
I1J2 20,87 c 3,96a
I1J3 20,06 b 3,71a
I2J1 19,49 ab 4,89a
I2J2 20,78 c 4,38a
I2J3 21,13 c 4,04a
I3J1 19,98 b 3,83a
I3J2 21,29 c 4,10a
I3J3 23,58 d 2,73a
BNT 0,05 0,65 0,37
Keterangan : Angka yang diikuti a huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata
pada uji BNT 0,05

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 6 No. 1 Jan – Jun 2019 28


Tabel 9 menunjukan bahwa perlakuan. Dalam hal ini dapat kita
tanaman bunga kol tertinggi pada lihat bahwa penggunaan interval
umur 14 HST dijumpai pada penyemprotan ekstrak daun kersen
pelakuan I3J3 sedangkan yang 3x penyemprotan dalam 1 minggu
terendah dijumpai pada perlakuan efektif dalam menurunkan intensitas
I1J1. Hasil uji BNT menunjukkan serangan hama ulat grayak, dikarena
bahwa tanaman bunga kol pada terdapat senyawa aktif seperti
perlakuan I3J3 berbeda nyata dengan alkaloid, flavonoid, saponin dan
perlakuan lainnya. Pengaruh interval tanin yang dapat mengendalikan
penyemprotran ekstrak daun kersen hama ulat grayak pada areal tanaman
berpengaruh untuk mengendalikan kubis.
hama Spodoptera litura. Hal ini Shahabuddin dan Anshary
disebabkan karena adanya (2010) menyatakan bahwa semakin
kandungan senyawa aktif alkaloid, besarnya kadar bahan aktif yang
saponin, flavonoid yang dapat bersifat toksik dalam formula, juga
menghambat pencernaan hama dan diduga karena kurangnya nutrisi
menolak hama untuk melakukan yang dikonsumsi oleh larva akibat
proses metabolisme. adanya senyawa anti makan dalam
Hal ini dimungkinkan karena formula yang diperlakukan sehingga
adanya interval penyemprotan atau meningkatkan daya racun terhadap
waktu sehingga dapat menunjukkan serangga uji. Penggunaan jarak
bahwa hasil terbaik tanaman bunga tanam 60 x 60 cm efektif dapat
kol akibat faktor jarak tanam menekan intensitas serangan hama
tertinggi ditemui pada perlakuan ulat grayak dibandingkan jarak
J3(60 x 60) karena tidak terjadinya tanam yang lebih rapat seperti
perebutan unsur hara dan tanaman dikemukakan oleh Hill (2003) bahwa
dapat tumbuh dengan optimal dengan jarak tanam dapat menambah atau
adanya interval penyemprotan meningkatkan efektivitas musuh
ekstrak daun kersen maka tanaman alami, meningkatkan vigoritas
dapat dikendalikan dari serangan tanaman, mengganggu perilaku hama
hama Spodoptera litura F, juga dapat dalam mencari makanan dan
meningkatkan ketersediaan hara,hasil peletakan telur serta mengubah
tanaman dan mengurangi resiko kerentanan tanaman terhadap hama.
kegagalan panen. Kerentanan tanaman terhadap
Pengaturan jarak tanam serangan hama dan penyakit tersebut
sangat berpengaruh terhadap juga dipicu oleh adanya peningkatan
pertumbuhan dan hasil tanaman kandungan nutrisi pada daun.
bunga kol terutama pada masa
pembentukan krop, yaitu sangat KESIMPULAN DAN SARAN
bervariasi antara bulat telur, gepeng, Kesimpulan
dan berbentuk kerucut. Dengan 1. Pengaruh jarak tanam bunga kol
demikian jarak tanam ditunjukkan berpengaruh sangat nyata
untuk memanfaatkan cahaya secara terhadap tinggi tanaman umur 14
efektif dan penyebaran unsur hara HST, bobot krop, dan intensitas
secara merata (Rukmana, 2005). serangan 4 MST berpengaruh
Hasil uji BNT menunjukkan nyata pada tinggi tanaman umur
bahwa intensitas serangan I1J1 21 dan 28 HST, dan lingkaran
berbeda nyata dengan semua krop. Jarak tanam terbaik

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 6 No. 1 Jan – Jun 2019 29


dijumpai pada perlakuan J3 (60 x University. Tanggal akses 5
60). Pebruari2017
2. Interval penyemprotan ekstrak dari:http://eap.mcgill
daun kersen berpengaruh sangat Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan.
nyata terhadap tinggi tanaman Bumi Aksara. Jakarta.
umur 14, 21, dan 28 HST, bobot Suprapto. J. 1992. Teknik Sampling
krop dan intesitas serangan 4 Untuk Survey dan
MST, 6 MST dan 8 MST Eksperimen, Rinika Cipta.
berpengaruh nyata terhadap Jakarta.
lingkaran krop. Interval Hanafiah, K.A. 2010. Rancangan
penyemprotan terbaik dijumpai Percobaan Teori dan
pada perlakuan I3 (8 MST). Aplikasi Edisi Ketiga.
3. Interaksi interval penyemprotan Universitas Sriwijaya.
dan pengaruh jarak tanam Palembang.
berpengaruh sangat nyata pada Harjadi, S. 2000. Pengantar
pengamatan intensitas serangan Agronomi. Gramedia.
umur 4 MST tetapi berpengaruh Jakarta.
tidak nyata terhadap semua Isnarianti, R., Wahyudi,I., Puspita, R.
parameter lainnya. Kombinasi 2013. Muntingia Calabura,
perlakuan terbaik dijumpai pada L Leaves Extract Inhibits
pengamatan tinggi tanaman Gluco syltrans ferase
yaitu pada perlakuan I3J3 (8 Actifity of Streptococcus
MST dan 60 x 60) dan mutans. Journal of Dentistry
berpengaruh nyata terhadap Indonesia. 20(3): 59-63
tinggi tanaman. Musa, Y., Nasarudin., Kuruseng,
M.A. 2007. Evaluasi
Saran produktivitas jagung melalui
Untuk mengendalikan hama pengelolaan populasi
ulat (Spodoptera litura F) pada tanaman, pengolahan tanah,
tanaman bunga kol disarankan dan dosis pemupukan.
menggunakan interval penyemprotan Jurnal Agrisistem 1: 21- 33.
ekstrak daun kersen dengan Nakamura, K. 1993. Pesticides
penyemprotan tiga kali Effect. Kanazawa
penyemprotan dalam satu minggu Univesrsity Press. Japan.
dan disarankan menggunakan jarak Nasir, A. 2010. Pengaruh Jarak
tanam 60 x 60 cm untuk Tanam terhadap
mendapatkan pertumbuhan dan hasil Pertumbuhan dan
yang optimal. Perkembangan
Tanaman.(http://ahmadnasir
DAFTAR PUSTAKA .blo
gspot.com/jaraktanam.htm.).
Ashari.1995. Holtikultura Aspek Diakses pada tanggal 18
Budidaya. Universitas April 2019. 100-102
Indonesia. Jakarta. Prawitasari, T. 2003. Siknal Fisiologi
Hill, S.B. 2003. Cultural methods of pada Transisi ke
pest, primarily Pertumbuhan
insect,control. Ecological Perkembangan Reproduktif.
Agriculture Projects. McGill P2KSDM. Bogor.

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 6 No. 1 Jan – Jun 2019 30


Prijono, D., Triwidodo, H. 1993. Desember 1993. Balittro.
Pemanfaatan Insektisida hlm. 11-18
Nabati di Tingkat Petani Syarief, M. 2014. Pengaruh teknik
dalam Prosiding Seminar budidaya kubis terhadap
Hasil Penelitian dalam diversitas arthropoda dan
Rangka Pemanfaatan intensitas serangan Plutella
Pestisida Nabati. Bogor. xylostella l. (Lepidoptera:
Hlm 76-85. Plutellidae). ISSN 1411-
Rukmana H. 2005. Bertanam 5549.
Kubis. Kanisius, Untung, K. 2013. Pengantar
Yogyakarta. Pengelolaan Hama
Sari, M., Lubis, L., Pangestiningsih, Terpadu. Universitas Gajah
Y. 2013.Uji Efektivitas Mada. Yogyakarta.
Beberapa Insektisida Nabati Widodo, S. 2013. Hama dan
untuk Mengendalikan Ulat Pengendalian Jarak Kepyar.
Grayak (Spodoptera litura Badan Penyuluhan dan
F.) (Lepidoptera : Pengembangan Sumber
Noctuidae) di Laboratorium. Daya Manusia Pertanian.
Program Studi Jakarta.
Agroteknologi. Fakultas Zakaria Z, A., Mohd N, A., Hazalim
Pertanian, Universitas N., et al . 2007.
Sumatera Utara. Medan. Antinociceptive, anti-
Jurnal Online Agroteknologi inflammatory and
1(3). antipyretic effects of
Sastrodihardjo, S., Adianto, Yusuf Muntingia calabura
M., 1992. The Impact of aqueous extract in animal
Several Insecticides on models. J. Nat. Med.
Ground and Water 61:443-8.
Communities. Proceedings
South East Asian Workshop
on Pestiside Management.
(7): 117-125 .
Setyatim S.1983. Pengantar
Agronomi. Gramedia.
Jakarta.
Shahabuddin., Anshary, A. 2010. Uji
Aktivitas Insektisida
Ekstrak Daun Serai terhadap
Ulat Daun Kubis (Plutella
xylostella, L.). Jurnal
Agroland 17(3): 178-183.
Soehardjan, M. 1994. Konsepsi
dan strategi penelitiandan
pengembangan pestisida
nabati. Prosiding Seminar
Hasil Penelitian dalam
Rangka Pemanfaatan
Pestisida Nabati. 1-2

AGROSAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 6 No. 1 Jan – Jun 2019 31

Anda mungkin juga menyukai