Anda di halaman 1dari 14

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 129 TAHUN 2007

TENTANG

LEMBAGA PENGELOLA PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI


KELURAHAN SRENGSENG SAWAH, KECAMATAN JAGAKARSA,
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan Pasal 11 ayat (3) Peraturan
Daerah Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penetapan Perkampungan
Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa,
Kota Administrasi Jakarta Selatan, perlu dibentuk Lembaga Pengelola
Perkampungan Budaya Betawi;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf


a, dan dalam rangka pelaksanaan tugas Lembaga Pengelola dimaksud,
perlu menetapkan peraturan Gubernur tentang Lembaga Pengeloia
Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah,
Kecamatan Jagakarsa, Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup;

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan;

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi


Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;
2

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

11: Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

12. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pelestarian dan


Pemanfaatan Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya;

13. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan


Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

14. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Kepariwisataan;

15. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Barang


Milik Daerah;

16. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penetapan


Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, di
Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan;

17. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok


Pengelolaan Keuangan Daerah;

18. Keputusan Gubernur Nomor 475 Tahun 1993 tentang Penetapan


Bangunan-bangunan Bersejarah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
sebagai Benda Cagar Budaya;

19. Keputusan Gubernur Nomor 137 Tahun 2001 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.

MEMUTUSKAN:

Jenetapkan PERATURAN GUBERNUR TENTANG LEMBAGA PENGELOLA


PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI KELURAHAN SRENGSENG
SAWAH, KECAMATAN JAGAKARSA, KOTA ADMINISTRASI JAKARTA
SELATAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksudkan dengan :

1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai


unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus


Ibukota Jakarta.
3

5. Dinas adalah Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah


Khusus Ibukota Jakarta.

6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman


Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

7. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD


adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas, Badan, Kantor, Kotamadya/
Kabupaten Administrasi, Kecamatan dan Kelurahan.

8. Unit Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat UKPD adalah


bagian atau subordinat dari SKPD.

9. Perkampungan Budaya Betawi adalah Perkampungan Budaya Betawi


sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005
tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan
Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta
Selatan.

10. Lembaga Pengelola adalah Lembaga Pengelola Perkampungan


Budaya Betawi.

11. Ketua Lembaga Pengelola adalah Ketua Lembaga Pengelola


Perkampungan Budaya Betawi.

12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.

BAB II

PEMBENTUKAN

Pasal 2

Dengan Peraturan Gubernur ini, dibentuk Lembaga Pengelola Perkampungan


Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota
Administrasi Jakarta Selatan, yang selanjutnya dalam Peraturan Gubernur ini
disebut Lembaga Pengelola.

BAB III

KEDUDUKAN

Pasal 3

(1) Lembaga Pengelola merupakan wadah pengorganisasian unsur


masyarakat yang ditunjuk/ditugaskan Gubernur mewakili masyarakat
dalam pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi, sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penetapan
Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah,
Kecamatan Jagakarsa, Kota Administrasi Jakarta Selatan;

(2) Lembaga Pengelola dipimpin oleh seorang Ketua yang dalam


melaksanakan tugas fungsi dan kegiatannya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Kepala Dinas;

(3) Tempat kedudukan Lembaga Pengelola berada dalam Kawasan


Perkampungan Budaya Betawi pada gedung perkantoran milik Pemerintah
Daerah.
BAB IV

ASAS, PRINSIP DAN TUJUAN

Bagian Kesatu

Asas

Pasal 4

(1) Pelaksanaan tugas, fungsi dan kegiatan Lembaga Pengelola didasarkan


pada asas :

a. demokratis;
b. partisipasi;
c. keaslian;
d. taat hukum; dan
e. kemitraan.

(2) Makna asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagai berikut:

a. demokrasi artinya Lembaga Pengelola dalam melaksanakan tugas,


fungsi dan kegiatannya memperhatikan dan mempertimbangkan
aspirasi masyarakat, baik yang bertempat tinggal dalam Kawasan
Perkampungan Budaya Betawi maupun masyarakat dari luar Kawasan
Perkampungan Budaya Betawi;

b. partisipasi artinya dalam pelaksanaan pengelolaan Perkampungan


Budaya Betawi, Lembaga Pengelola mengikutsertakan masyarakat dari
dalam maupun dari luar kawasan Perkampungan Budaya Betawi;

c. keaslian artinya dalam pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi,


Lembaga Pengelola harus mempertahankan keaslian budaya Betawi;

d. taat hukum artinya pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. kemitraan artinya Lembaga Pengelola dalam melaksanakan tugas,


fungsi dan kegiatannya mengembangkan kemitraan serta kerja sama
dengan SKPD, UKPD, instansi Pemerintah Pusat, swasta dan
masyarakat.

Bagian Kedua

Prinsip

Pasal 5

(1) Lembaga Pengelola dalam melaksanakan tugas, fungsi dan kegiatan


menerapkan prinsip :

a. efisiensi;
b. efektifitas;
c. profesionalisme;
d. produktivitas;
e. transparansi; dan
f. akuntabilitas.

(2) Makna dari prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai
berikut:

a. efisiensi adalah pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi


dilaksanakan dengan alokasi anggaran terukur, jelas dan rasional;
b. efektivitas adalah pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi harus
berhasil melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi sebagai
bagian dari ciri khas Jakarta;

c. profesionalisme adalah setiap pelaksanaan kegiatan pengelolaan


dilaksanakan secara terencana, konseptual, terarah dan dengan tujuan
yang jelas oleh tenaga yang mempunyai kapabilitas/kompetensi untuk
itu;

d. produktivitas adalah kegiatan pengelolaan dilaksanakan dengan


frekuensi, intensitas dan variasi yang berkesinambungan serta
konsisten dari waktu ke waktu;

e. transparansi adalah setiap kegiatan pengelolaan khususnya


penggunaan anggaran dalam jumlah sekecil apapun dilaksanakan
secara tertib dan terbuka; dan

f. akuntabilitas adalah setiap pelaksanaan kegiatan dan anggaran harus


dapat dipertanggungjawabkan secara rasional sesuai ketentuan
peraturan perundang undangan.

Bagian Ketiga

Tujuan

Pasal 6

Lembaga Pengelola mempunyai tujuan :

a. memelihara dan melindungi tata kehidupan dan nilai budaya Betawi;


b. menciptakan dan menumbuhkembangkan seni budaya Betawi;
c. menata dan memanfaatkan potensi lingkungan fisik, baik alami maupun
buatan yang bernuansa Betawi; dan
d. mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik dan non fisik sehingga saling
bersinergi untuk mempertahankan ciri khas Betawi.

BAB V

TUGAS, FUNGSI DAN KEGIATAN

Pasal 7

Lembaga Pengelola mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan


Perkampungan Budaya Betawi.

Pasal 8

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Lembaga


Pengelola mempunyai fungsi :

a. penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi;


b. penyusunan rencana strategi/pembangunan jangka menengah
Perkampungan Budaya Betawi;
c. penyusunan rencana kerja tahunan pengelolaan Perkampungan Budaya
Betawi;
d. penyediaan, pemeliharaan, dan perawatan sarana dan perlengkapan
kesenian;
6

e. penyelenggaraan kegiatan pelestarian dan pengembangan seni budaya


Betawi dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi;
f. pengajuan kerja sama pelestarian dan pengembangan seni budaya Betawi
dengan berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat;
g. pemantauan, pengawasan dan pengendalian pembangunan dalam
Kawasan Perkampungan Budaya Betawi; dan
h. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas fungsi, kegiatan
dan pemanfaatan anggaran.

Pasal 9

Dalam rangka pelaksanaan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,


Lembaga Pengelola dapat melaksanakan kegiatan berupa :

a. rapat dengan instansi Pemerintah Pusat, SKPD, UKPD, dan swasta;


b. pertemuan dengan warga Kawasan Perkampungan Budaya Betawi,
pemerhati, tokoh, ahli, dan pecinta seni budaya Betawi;
c. sosialisasi Master Plan, rencana strategis/pembangunan jangka menengah
dan rencana kerja pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi dengan
masyarakat dalam Kawasan Perkampungan Budaya Betawi;
d. sosialisasi tata kehidupan dan nilai budaya Betawi kepada masyarakat
dalam Kawasan Perkampungan Budaya Betawi;
e. pembinaan kehidupan keagamaan masyarakat dalam Kawasan
Perkampungan Budaya Betawi;
f. pergelaran, pameran, lomba, pendidikan, pelatihan, pengkajian, dan
pendokumentasian seni budaya Betawi;
g. sosialisasi, publikasi, pemasaran dan internalisasi seni budaya Betawi;
h. pemantauan, pengawasan dan pengendalian pembangunan oleh
masyarakat dalam Kawasan Perkampungan Budaya Betawi;
i. pemantauan, pengawasan dan pengendalian pembangunan oleh swasta
dalam Kawasan Perkampungan Budaya Betawi; dan
j. pemantauan pengawasan dan pengendalian pembangunan oleh instansi
Pemerintah Pusat, SKPD, UKPD atau dalam Kawasan Perkampungan
Budaya Betawi.

Pasal 10

Pelaksanaan tugas, fungsi dan kegiatan Lembaga Pengelola sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 difasilitasi oleh Pemerintah
Daerah melalui Dinas.

BAB VI

WILAYAH KERJA

Pasal 11

Ruang lingkup kerja Lembaga Pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal


2 meliputi Kawasan Perkampungan Budaya Betawi dengan batas-batas
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005
tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng
Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Administrasi Jakarta Selatan.
7

BAB VII

ORGANISASI

Bagian Kesatu

Susunan Organisasi

Pasal 12

(1) Susunan organisasi Lembaga Pengelola, terdiri dari :

a. ketua;
b. komite Tata Kehidupan dan Budaya;
c. komite Kesenian dan, Pemasaran;
d. komite Pengkajian, Pelatihan dan Pendidikan; dan
e. komite Pengawasan dan Pengendalian.

(2) Bagan susunan organisasi Lembaga Pengelola sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) sesuai yang tercantum dalam lampiran Peraturan Gubernur
ini.

Bagian Kedua

Ketua

Pasal 13

Ketua Lembaga Pengelola, mempunyai tugas :

a. memimpin pelaksanaan tugas, fungsi dan kegiatan Lembaga Pengelola


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9;
b. melaksanakan koordinasi dengan masyarakat dan pihak swasta dalam
rangka mengoptimalkan pelestarian dan pengembangan budaya Betawi;
c. mengkoordinasikan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi
pelaksanaan tugas komite-komite; dan
d. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas, fungsi dan
kegiatan Lembaga Pengelola.

Bagian Ketiga

Komite Tata Kehidupan dan Budaya

Pasal 14

Komite Tata Kehidupan dan Budaya, mempunyai tugas :

a. mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya


Betawi dalam bidang tata kehidupan dan budaya;
b. mempersiapkan rencana strategi/tahapan pembangunan Perkampungan
Budaya Betawi dalam bidang tata kehidupan dan budaya;
c. menyusun rencana kerja Komite Tata Kehidupan dan Budaya;
d. melaksanakan pembinaan kehidupan keagamaan masyarakat dalam
Kawasan Perkampungan Budaya Betawi;
e. melaksanakan sosialisasi, dan internalisasi tata kehidupan dan budaya
Betawi; dan
f. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas.
8

Bagian Keempat

Komite Kesenian dan Pemasaran

Pasal 15

Komite Kesenian dan Pemasaran, mempunyai tugas :

a. mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya


Betawi dalam bidang kesenian dan pemasaran;
b. mempersiapkan bahan penyusunan rencana strategis/tahapan
pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Kesenian dan
Pemasaran;
c. menyusun rencana kerja Komite Kesenian dan Pemasaran;
d. melaksanakan pergelaran, pameran dan lomba Kesenian Betawi;
e. melaksanakan sosialisasi, publikasi, dan pemasaran Kesenian Betawi;
f. melaksanakan penyediaan, pemeliharaan dan perawatan sarana dan
perlengkapan kesenian; dan
g. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas.

Bagian Kelima

Komite Pengkajian, Pelatihan dan Pendidikan

Pasal 16

Komite Pengkajian, Pelatihan dan Pendidikan, mempunyai tugas :

a. mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya


Betawi dalam bidang Pengkajian, Pelatihan dan Pendidikan;
b. mempersiapkan bahan penyusunan rencana strategi/tahapan pembangunan
Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Pengkajian, Pelatihan dan
Pendidikan;
c. menyusun rencana kerja Komite Pengkajian, Pelatihan dan Pendidikan;
d. melaksanakan pengkajian dan pendokumentasian budaya Betawi;
e. melaksanakan pelatihan dan pendidikan seni budaya Betawi;
f. memfasilitasi rencana kerja sama pelestarian dan pengembangan budaya
Betawi; dan
g. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas.

Bagian Keenam

Komite Pengawasan dan Pengendalian

Pasal 17

Komite Pengawasan dan Pengendalian, mempunyai tugas :

a. mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya


Betawi dalam bidang Pengawasan dan Pengendalian;
b. mempersiapkan bahan penyusunan rencana strategi/tahapan
pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Pengawasan
dan Pengendalian;
c. menyusun rencana kerja Komite Pengawasan dan Pengendalian;
d. melaksanakan pemantauan, pengawasan dan pengendalian kegiatan
pembangunan dan pemanfaatan dalam Kawasan Perkampungan Budaya
Betawi baik yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah maupun oleh instansi
Pemerintah Pusat, masyarakat, dan swasta,;
e. melaksanakan koordinasi dengan SKPD/UKPD yang bertanggung jawab
dalam penegakan peraturan daerah dan/atau aparat penegak hukum; dan
f. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas.
9

Bagian Ketujuh

Susunan Komite

Pasal 18

(1) Keanggotaan setiap Komite sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14


sampai dengan Pasal 17, terdiri dari satu orang sebagai Koordinator
merangkap Anggota dan paling banyak 3 (tiga) orang Anggota.

(2) Koordinator merupakan pimpinan Komite yang dalam melaksanakan tugas


Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Lembaga
Pengelola.

(3) Tugas anggota komite membantu Koordinator Komite dalam melaksanakan


tugas Komite yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Koordinator Komite.

BAB VIII

PERSYARATAN

Pasal 19

(1) Untuk dapat dipilih dan ditunjuk sebagai Ketua, Koordinator Komite dan
Anggota Komite Lembaga Pengelola sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. warga Negara Indonesia;


b. berdomisili dan bertempat tinggal di Jakarta;
c. berusia minimal 20 tahun;
d. tidak berstatus sebagai pejabat negara, pejabat pemerintah, PNS,
POLRI atau TNI;
e. tidak menduduki jabatan pada partai politik;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. berkelakuan baik dan belum pernah dan/atau sedang menjalani
hukuman penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah
berkekuatan hukum tetap;
h. tidak sedang dalam pemeriksaan pihak penegak hukum dalam status
tersangka dan/atau terdakwa;
i. memahami budaya Betawi;
j. mempunyai cukup waktu untuk melaksanakan tugas, fungsi dan
kegiatan Lembaga Pengelola;
k. pendidikan minimal sekolah lanjutan tingkat atas; dan
I. khusus Ketua Lembaga Pengelola dan Koordinator Komite, mempunyai
kemampuan dalam manajemen dan kepemimpinan.

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditambah sesuai
r
dengan kebutuhan yang diputuskan dalam apat yang dilaksanakan untuk
itu dan difasilitasi oleh Dinas.
10

BAB IX

PEMILIHAN DAN PENUNJUKAN

Bagian Kesatu

Pengajuan Calon

Pasal 20

(1) Untuk dapat dipilih dan ditunjuk sebagai Ketua, Koordinator Komite, dan
Anggota Komite Lembaga Pengelola, harus dilakukan melalui pencalonan.

(2) Pencalonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan


tahapan sebagai berikut:

a. Dinas mengajukan maksimal 10 orang calon;


b. Walikota Administrasi Jakarta Selatan mengajukan maksimal 10 orang
calon; dan
c. Badan Musyawarah Betawi mengajukan maksimal 10 orang calon.

(3) Pengajuan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan


kepada Gubernur melalui Kepala Dinas dan bersifat rahasia, paling lambat
dua bulan sebelum masa tugas Ketua, Koordinator Komite, dan Anggota
Komite Lembaga Pengelola berakhir.

Pasal 21

Berkas pengajuan calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dibuka oleh


Kepala Dinas dalam rapat pemilihan.

Bagian Kedua

Pemilihan dan Penunjukan

Pasal 22

(1) Pemilihan Ketua, Koordinator Komite dan Anggota Komite Lembaga


Pengelola dilaksanakan dalam rapat pemilihan yang dilaksanakan oleh
Dinas, paling lambat satu bulan sebelum masa tugas Ketua, Koordinator
Komite dan Anggota Komite Lembaga Pengelola berakhir.

(2) Peserta rapat pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :

a. Kepala Dinas sekaligus sebagai pimpinan rapat;


b. Walikota Administrasi atau pejabat Kota Administrasi Jakarta Selatan
yang ditugaskan;
c. Tiga orang unsur Badan Musyawarah Betawi;
d. Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Masyarakat atau pejabat Biro
Administrasi Kesejahteraan Masyarakat yang ditunjuk;
e. Kepala Biro Organisasi dan Tatalaksana atau pejabat Biro Organisasi
dan Tatalaksana yang ditunjuk;
f. Kepala Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Selatan;
g. 1 (satu) orang unsur Lembaga Kebudayaan Betawi; dan
h. Kepala Badan Kepegawaian Daerah atau pejabat Badan Kepegawaian
Daerah yang ditunjuk.

(3) Rapat pemilihan dinyatakan sah dan memenuhi kourum apabila telah
2
dihadiri / (dua pertiga) dari jumlah peserta rapat yang diundang.
3
11

Pasal 23

(1) Pemilihan Ketua, Koordinator Komite dan Anggota Komite Lembaga


Pengelola dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilakukan
melalui musyawarah untuk mufakat atau pemungutan suara.

(2) Hasil pemungutan suara dinyatakan sah apabiia telah disetujui 50 % (lima
puluh persen) ditambah satu orang dari peserta rapat yang hadir.

(3) Hasil rapat dituangkan dalam Berita Acara rapat pemilihan yang
ditandatangani pimpinan dan sekretaris rapat, dan selanjutnya
disampaikan/dilaporkan oleh Kepala Dinas kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah, untuk ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

(4) Keputusan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selanjutnya


disampaikan oleh Kepala Dinas kepada yang bersangkutan.

BAB X

MASA TUGAS

Pasal 24

(1) Ketua, Koordinator Komite dan Anggota Komite Lembaga Pengelola


ditunjuk untuk masa tugas 4 (empat) tahun, dan dapat dipilih kembali
hanya untuk 1 (satu) periode masa tugas berikutnya.

(2) Sebelum mengakhiri masa tugasnya, para pengemban tugas sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) harus menyampaikan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas dalam rapat yang dilaksanakan Dinas.

(3) Keanggotaan peserta rapat pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud


pada ayat (2), sama dengan keanggotaan peserta rapat pemilihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2).

BAB XI

TATA KERJA

Pasal 25

(1) Ketua, Koordinator Komite dan Anggota Komite Lembaga Pengelola baik
secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri dalam melaksanakan tugas
wajib menerapkan koordinasi, sinkronisasi, simplikasi, asas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 dan prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5.

(2) Lembaga Pengelola melakukan dan mengembangkan kerja sama dan


harmonisasi pelaksanaan tugas, fungsi dan kegiatan dengan SKPD/UKPD,
swasta, masyarakat dan pekerja seni.

(3) Setiap pelaksanaan kegiatan harus didukung dengan administrasi yang


lengkap, tertib dan rapi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
mengedepankan ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan.
12

Pasal 26

Ketentuan lebih lanjut tentang Master Plan dan Rencana Strategi/Tahapan


Pembangunan Perkampungan Budaya Betawi ditetapkan oleh Kepala Dinas
atas nama Gubernur.

Pasal 27

Pelaksanaan kegiatan Lembaga Pengelola sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 2 ditampung dalam DPA Dinas.

BAB XII

KEPEGAWAIAN

Pasal 28

(1) Lembaga Pengelola tidak mempunyai pegawai dalam bentuk apapun.

(2) Kebutuhan personel untuk melaksanakan tugas, fungsi dan kegiatan


Lembaga Pengelola disediakan melalui Dinas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB XIII

HONORARIUM

Pasal 29

(1) Kepada Ketua, Koordinator Komite dan Anggota Komite diberikan


honorarium tetap bulanan yang rasional yang memungkinkan bersangkutan
bertugas optimal.

(2) Selain honorarium sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Ketua,


Koordinator Komite, dan Anggota Komite dapat diberikan penghasilan lain,
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Besarnya honorarium sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

BAB XIV

KEUANGAN

Pasal 30

(1) Belanja pelaksanaan tugas, fungsi dan kegiatan Lembaga Pengelola


dibiayai dari :

a. APBD; dan
b. Bantuan atau sumbangan swasta, perorangan dan masyarakat.

(2) Anggaran untuk belanja pelaksanaan tugas, fungsi dan kegiatan Lembaga
Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dialokasikan pada
DPA Dinas.
13

(3) Pengelolaan anggaran dari APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
negara/Daerah.

(4) Bantuan atau sumbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
diterima, dicatat, dikeluarkan, dipergunakan, dibukukan, dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan secara patut, tertib dan transparan terpisah dari
pengelolaan APBD.

(5) Penggunaan anggaran dari APBD dan bantuan atau sumbangan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat digunakan bersama-
sama untuk membiayai suatu kegiatan yang sama.

(6) Pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


oleh Dinas.

BAB XV

ASET

Pasal 31

(1) Aset daerah yang dimanfaatkan Lembaga Pengelola merupakan kekayaan


daerah yang tidak dipisahkan.

(2) Pengelolaan aset daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan oleh Dinas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XVI

AKUNTABILITAS

Pasal 32

Pertanggungjawaban Lembaga Pengelola dilaksanakan melalui :

a. Laporan tertulis kepada Gubernur melalui Kepala Dinas dan tembusan


laporan disampaikan kepada Walikota Administrasi Jakarta Selatan;
b. Laporan kinerja, disampaikan pada forum rapat yang diselenggarakan
Dinas.

BAB XVII

PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

Pasal 33

(1) Pengendalian terhadap Peraturan Gubernur ini dilakukan oleh Kepala


Dinas.

(2) Hasil Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya


dilakukan evaluasi setiap 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu sesuai
kebutuhan.

(3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan kepada
Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
14

BAB XVIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 34

Untuk pertama kali pengangkatan Ketua, Koordinator Komite, dan Anggota


Komite ditunjuk langsung oleh Gubernur atas usul Dinas, setelah berkoordinasi
dengan Walikotamadya Jakarta Selatan, Badan Musyawarah Masyarakat
Betawi dan Lembaga Kebudayaan Betawi.

BAB XIX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 35

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai