Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH DESA MARAS KECAMATAN AIR NIPIS

KABUPATEN BENGKULU SELATAN

PERATURAN DESA MARAS


NOMOR 02 TAHUN 2019

TENTANG

PENYELENGGARAAN ADAT ISTIADAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA MARAS

Menimbang : a. Bahwa sering munculnya permasalahan asusila dan amoral di desa


mencerminkan terjadinya pergeseran pola tingkah laku dan mulai
meninggalkan adat yang selama ini dianggap ketinggalan jaman dan
mengekang masyarakat;
b. Bahwa dalam rangka mendukung kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan desa Maras khususnya mengenai pengaturan,
pencegahan, dan penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan
adat;
c. Bahwa atas dasar pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Desa tentang penyelenggaraan
Adat Istiadat.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 tahun 1967 tentang pembentukan


Provinsi Bengkulu ( lembaran Negara Tahun 1967 Nomor
19 tambahan lembaran Negara Nomor 2828;
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2008 tanggal 4 Juli 2008 tentang
Pembentukan Kabupaten Bengkulu Selatan
3. Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa (lembaran Negara
republic Indonesia tahun 2014 nomor 7, Tambahan lembaran Negara
republik Indonesia nomor 5495);
4. Peraturan pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47
tahun 2015 peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
(lembaran Negara republik Indonesia tahun 2014 nomor 123,
tambahan lembaran Negara republik Indonesia nomor 5539);
5. Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (lembaran
Negara republik Indonesia tahun 2014 nomor 168, tambahan lembaran
Negara republik Indonesia nomor 5558) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun
2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2015
Nomor 88 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5694);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia nomor 111 tahun
2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 4 Tahun 2013
tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Kepada Desa
(lembaran daerah kabupaten Bengkulu selatan tahun 2013 nomor 4,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 06);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Bengkulu selatan nomor 5 tahun 2013
tentang pedoman pembentukan dan mekanisme penyusunan peraturan
desa (lembaran daerah kabupaten Bengkulu selatan tahun 2013 nomor
5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor
07);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
10. Surat Menteri Dalam negeri nomor 414.2/1408/PMD tanggal 31
Maret 2010 tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa;
11. Peraturan pemerintah nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Desa;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 05 tahun 2006
tentang pemerintah Desa (lembaran daerah Nomor 18Tahun 2006);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan Nomor 06 tahun 2006
tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa;
14. Hasil musyawarah desa pada tanggal

Dengan Persetujuan Bersama


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA MARAS
Dan
KEPALA DESA MARAS
MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DESA MARAS KECAMATAN AIR NIPIS


KABUPATEN BENGKULU SELATAN TENTANG
PENYELENGGARAAN ADAT ISTIADAT

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan:
1. Desa adalah Desa Maras.
2. Pemerintahan Desa adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa
dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan Desa.
4. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD, adalah Lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan Desa.
5. Kepala Desa adalah Kepala Desa Maras.
6. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama
Kepala Desa.
7. Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi
kegenerasi lain sebagai warisan sehingga kuat integritasnya dengan pola-pola prilaku
masyarakat (kamus besar bahasa indonesia, 1988 : 5,6).
8. Hukum adat istiadat adalah sekumpulan peraturan yang bersumber dari kebiasaan –
kebiasaan masyarakat yang harus dipatuhi bersama oleh masyarakat setempat.
9. Lengguai adalah simbol adat yang berisi serkai sirih lengkap.
10. Lembaga adat adalah Badan musyawarah adat (BMA) yang dibentuk di desa Maras.
11. Cempalau adalah suatu perbuatan atau perkataan yang salah.
12. Cempalau kecil (cempalau mulut) adalah suatu perkataan yang salah sehingga
menyebabkan ada pihak yang dirugikan.
13. Cempalau tangan (cempalau besar) adalah suatu perbuatan yang menyebabkan orang lain
terluka atau tidak terluka secara fisik.

BAB II
LEMBAGA DAN PEMANGKU ADAT
Bagian kesatu
Lembaga Adat

Pasal 2

1) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, hukum adat dan adat istiadat desa Maras perlu
dibentuk Lembaga Adat sebagai sarana komunikasi dan koordinasi.
2) Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Badan Musyawarah Adat
(BMA).
3) Lembaga adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk didalamnya adalah Pegawai
Syara’ (Pengurus masjid).

Pasal 3
(1) Badan Musyawarah Adat (BMA) terdiri atas :
a. Ketua merangkap anggota;
b. Sekretaris merangkap anggota; dan
c. anggota.
(2) Ketua dan sekretaris Badan Musyawarah Adat (BMA) dipilih oleh dan dari anggota
secara musyawarah mufakat.
(3) Jumlah anggota Badan Musyawarah Adat (BMA) paling sedikit 3 (tiga) orang dan paling
banyak 5 (lima) orang.

Pasal 4

1) Kepengurusan BMA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dipilih oleh masyarakat dalam
musyawarah desa dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
2) Masa bhakti Badan Musyawarah Adat (BMA) adalah 5 (lima) tahun dan dapat diajukan
kembali untuk periode berikutnya sesuai dengan kesepakatan bersama yang dilakukan
secara musyawarah.
3) Badan Musyawarah Adat (BMA) diberikan tunjangan sesuai kemampuan keuangan Desa.

Bagian kedua
Pemangku Adat

Pasal 5

Pemangku adat adalah Kepala desa, Perangkat Desa dan Badan Musyawarah Adat (BMA).

Bagian ketiga
Tugas, Fungsi dan Wewenang Badan Musyawarah Adat (BMA)

Pasal 6

1) Badan Musyawarah Adat (BMA) mempunyai tugas melakukan pembinaan, pelestarian,


penggalian dan pengembangan Adat Istiadat dan budaya serta pemberdayaan masyarakat
hukum adat.
2) Badan Musyawarah Adat (BMA) berfungsi sebagai wadah pembinaan, pelestarian dan
pemberdayaan adat istiadat yang hidup dan berkembang pada masyarakat setempat.
3) Pemangku Adat berwenang :
a. menyelenggarakan rapat dan musyawarah Lembaga Adat;
b. menyelesaikan urusan adat istiadat masyarakat di wilayah kerjanya;
c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan adat istiadat;
d. menghimpun dan mendata adat istiadat masyarakat yang hidup, tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat hukum adat;
e. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pemberdayaan adat istiadat;
f. memberikan sanksi adat kepada seseorang yang melanggar ketentuan hukum adat;
g. mewakili dan bertindak atas nama lembaga adat baik diluar maupun didalam
pengadilan;
h. mengatur tatakrama pergaulan pemuda dan pemudi;
i. menyusun Peraturan Adat sesuai dengan adat istiadat setempat;
j. membina hubungan kemitraan, pengkoordinasian dengan Kecamatan dan
pemerintahan desa; dan
k. melaksanakan kerjasama antar Lembaga Adat atau Lembaga Adat lainnya.
4) Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana tersebut pada ayat (3) huruf i dan huruf j,
disampaikan kepada Kepala Desa dan dikonsultasikan kepada Camat.

Bagian keempat
Hak dan Kewajiban

Pasal 7

1) Lembaga Adat berhak menerima bantuan atau sumbangan dari Instansi


Pemerintah/swasta dan pihak ketiga yang tidak mengikat.
2) Lembaga Adat mempunyai kewajiban :
a. membantu kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
masyarakat dengan memperhatikan kepentingan adat istiadat setempat.
b. menciptakan suasana yang dapat menjamin terpeliharanya kebhinekaan masyarakat
adat dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

BAB III
DASAR ADAT DAN WAKTU PENGGUNAAN ADAT
Bagian kesatu
Dasar adat

Pasal 8
1) Dasar adat adalah dua buah lengguai yang berisi serkai sighiah lengkap , yang terdiri dari:
Daun Sighiah, Kapugh , Pinang , Mbaku , Gambigh , masing- masing sebuah untuk
masyarakat dan sebuah untuk Pemangku adat.
2) Lengguai harus berisi lengkap.
3) Pada saat pelaksanaan acara adat, harus berpakaian adat setempat.
Bagian kedua
Waktu penggunaan adat

Pasal 9

Waktu penggunaan adat adalah sebagai berikut


1) Buijau adik sanak :
a. Buijau adik sanak dilaksanakan ketika seseorang ingin mengadakan perjamuan dalam
rangka peresmian pernikahan salah satu anggota keluarganya dan atau karena hajat
baik lainnya.
b. Makanan wajib yang harus disiapkan pada saat buijau adik sanak adalah lupis yang
jumlah hidangannya tergantung dengan kemampuan “Saipul Hajat”. Kalau makanan
Lupis tidak cukup, boleh ditambah dengan makanan lain.
c. Orang yang hadir di majlis buijau harus berpakaian yang sesuai dengan adat, yaitu
memakai kain sarung, kopiah, dan baju panjang (jas /batik / kemeja / piama).
d. Proses buijau adik sanak dilaksanakan setelah Pembawa acara pamit dengan
Pemangku Adat yang hadir di majlis, setelah mendapat izin dari Pemangku Adat
selanjutnya menjalankan lengguai sebanyak 4 orang / 4 jungku.
2) Padu Padan Kulau :
a. Proses padu padan kulau bisa dilaksanakan setelah mendapat izin oleh Pemangku
Adat yang hadir di majlis, kemudian kulau yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak wajib dikukuhkan oleh Pemangku Adat.
b. Uang Pengukuhan Kulau wajib diberikan oleh “saipul hajat” melalui tua kerja kepada
Pemangku Adat sebesar Rp. 30.000,00 ( tiga puluh ribu rupiah).
c. Proses padu padan kulau yang terpisah dari acara Pernikahan, “Saipul hajat” wajib
mengadakan Jamuan nasi secukupnya ( sesuai kemampuan “Saipul hajat ).
3) Pernikahan adat :
a. Lemang pernikahan sebanyak 20 batang ( 10 batang untuk Pemangku Adat, 10 batang
untuk pegawai Syara’ (pengurus masjid / Penghulu ),
b. Pemangku adat yang harus hadir pada saat resepsi hiburan keluarga atau acara muda
mudi adalah dari unsur Kepala desa/Perangkat dan BMA ditambah dengan Pegawai
syara’ (pengurus masjid).
c. Acara hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, tidak boleh ada orang
yang melakukan “saweran” atau nyawer dan waktunya dibatasi sampai dengan jam
00.00 wib.
d. Saweran atau nyawer yang tidak boleh dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf c adalah saweran kepada artis / biduan.
e. Artis atau biduan sesuai ayat (3) huruf d harus berpakaian sopan. Jika pakaiannya
tidak sopan menurut Pemangku Adat, maka Pemangku adat berhak untuk melarang
artis atau biduan tersebut tampil.
4) Seni dendang mutus tari;
5) Berzanji;
6) Bimbang adat;
7) Pakaian adat setempat, maksudnya adalah ketika acara yang mengenakan pakaian adat
setempat seperti pada acara hiburan musik atau organ tunggal peresmian pernikahan,
pengantin mengenakan pakaian adat maka adat wajib digunakan.

Pasal 10
Jika dasar adat lengguai ada pada majlis jamuan seperti pada pasal 10 ayat (2) dan (3), maka
pelaksanaan jamuan harus makan beghantagh.

BAB IV
JENIS PELANGGARAN ADAT ISTIADAT DAN SANKSINYA
Bagian kesatu
Cempalau

Pasal 11
1) Cempalau kecil ( cempalau mulut ), yaitu suatu pelanggaran yang berupa kata-kata yang
mengakibatkan ada pihak tertentu merasa dirugikan, contohnya : mencaci maki,
mengumpat, mengadu domba, mengancam, pencemaran nama baik, penghinaan, dan lain
– lain. Kepada Si Pelaku dikenakan denda berupa satu buah jambar nasi kunyit tukup
ayam dengan uang pelapik sebesar Rp. 50.000,00.
2) Cempalau tangan, yaitu suatu perbuatan yang mengakibatkan pihak tertentu merasa
dilecehkan atau disakiti secara fisik baik sampai terluka maupun tidak terluka. Contohnya
: memukul baik dengan tangan/kaki maupun dengan benda lain. Kepada Si Pelaku
dikenakan denda berupa satu buah jambar nasi kunyit tukup ayam dengan uang pelapik
sebesar Rp. 100.000,00.
3) Terhadap pelanggaran ayat (1) dan (2) di atas Si Pelaku dikenakan uang perdamaian
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Sedangkan uang pelapik diserahkan
kepada BMA sebagai uang kas.

Bagian kedua
Kecul Pincang
Pasal 12

Kecul Pincang adalah melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan adat istiadat, Kecul
Pincang meliputi :
1) Melakukan hubungan badan diluar nikah dan atau hamil diluar nikah, dikenakan sanksi
sebagai berikut :
a. Bujang dengan gadis, sanksinya adalah harus dinikahkan dan mbasuh dusun dengan
menyembelih kambing, pelapik punjung palak kambing dan uang Rp.50.000,00.
b. Batin dengan gadis, mbasuh dusun dengan menyembelih kambing, pelapik punjung
palak kambing dan uang Rp.50.000,00.
c. Batin dengan kerebai, mbasuh dusun dengan menyembelih kambing, pelapik punjung
palak kambing dan uang Rp.50.000,00.
2) Jika seseorang masuk rumah orang lain tanpa sepengetahuan Si Pemilik rumah untuk
melakukan tindakan terlarang atau tak terpuji, maka Si Pelaku dikenakan denda satu buah
jambar nasi kunyit tukup ayam dengan pelapik uang Rp.50.000,00 ditambah dengan uang
perdamaian sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak ( jika diminta oleh Korban).

Pasal 13
Semua biaya yang diakibatkan oleh pelaksanaan Pasal 12 ayat (1) huruf a, hurup b dan huruf
c ditanggung oleh pihak yang bersangkutan.

Bagian ketiga
Tata aturan sebelum pernikahan
Pasal 14

1) Selaghian sebambangan didenda Rp.100.00,00.


2) Selaghian bekawan didenda Rp.50.000,00.
3) Melaghika tunang jemau didenda Rp.300.000,00.
4) Melaghika bini / suami jemau didenda Rp.1.000.000,00.
5) Begadisan lebih tenga malam, didenda satu buah jambar nasi kunyit tukup ayam.
6) Begadisan temalam, didenda satu buah jambar nasi kunyit tukup ayam dengan uang
pelapik Rp.500.000,00
7) Untuk pelaksanaan ayat (1) dan (2) dibayar sewaktu pengurusan NA. Sedangkan untuk
ayat (3) dan (4) jika tidak dibayar maka akan dikucilkan dari masyarakat dan tidak akan
dilayani dalam kepengurusan administrasi desa.

Bagian keempat
Perbuatan tercela lainnya
Pasal 15

1) Jika terjadi pencurian supaya dapat diproses maka harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a. Pelapor adalah pemilik barang yang dicuri atau bukan pemilik barang (saksi) yang
siap menjadi saksi.
b. Jika Si Pelaku pencurian dan Si Korban mau didamaikan secara kekeluargaan, maka
Si Pelaku pencurian bersedia untuk mengembalikan atau mengganti barang yang
dicuri di tambah dengan denda sebesar 3 kali harga barang yang di curi dan
mengadakan jambar nasi kunyit tutup ayam.
2) Denda sesuai dengan ayat (1) huruf b, diberikan sebanyak 70% kepada Si Korban ,
sedangkan sisanya 30% diberikan kepada Kas Desa, kas BMA dan Si pelapor (masing-
masing mendapat 10%).

Pasal 16

1) Penangkapan ikan dengan menggunakan racun, putas, sentrum, dinamit dan lain-lain di
wilayah Desa Maras, dikenakan denda Rp.500.000,00.
2) Orang yang melakukan perjudian, mabuk-mabukan dan termasuk orang yang
menyediakan fasilitasnya, dikenakan denda sebesar Rp.300.000,00.
3) Si Pelapor sesuai dengan ayat (1) dan (2), mendapat penghargaan sebesar Rp.200.000,00.

Pasal 17

Apabila terjadi musibah dalam desa seperti kebakaran, dilaksanakan mbasuh dusun dengan
menyembelih satu ekor kambing, seluruh biaya yang dikeluarkan dibebankan kepada adik
sanak dusun laman.
Pasal 18
1) Pelanggaran terhadap pasal 8, pasal 9 dan pasal 10 dalam peraturan desa ini dikenakan
denda sebesar Rp.50.000,00.
2) Denda terhadap pelanggaran peraturan desa ini di setor ke kas BMA 50% dan kas Desa
50%.
BAB V
PENUTUP

Pasal 19
Kepala desa menetapkan Peraturan Kepala Desa dan/ atau keputusan kepala desa guna
pelaksanaan peraturan desa ini.

Pasal 20
Peraturan Desa ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat
mengetahui, memerintahkan pengundangan peraturan desa ini dalam lembaran desa oleh
sekretaris Desa.
Ditetapkan di : Maras
Pada Tanggal : Januari 2019
KEPALA DESA MARAS

TURAH NIARTI

DIUNDANGKAN DI : MARAS
PADA TANGGAL : Januari 2019
SEKRETARIS DESA MARAS

TETAP MINHARDI, S.Pd.

LEMBARAN DESA MARAS TAHUN 2019 NOMOR 02

Anda mungkin juga menyukai