TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan:
1. Desa adalah Desa Maras.
2. Pemerintahan Desa adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa
dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan Desa.
4. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD, adalah Lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan Desa.
5. Kepala Desa adalah Kepala Desa Maras.
6. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama
Kepala Desa.
7. Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi
kegenerasi lain sebagai warisan sehingga kuat integritasnya dengan pola-pola prilaku
masyarakat (kamus besar bahasa indonesia, 1988 : 5,6).
8. Hukum adat istiadat adalah sekumpulan peraturan yang bersumber dari kebiasaan –
kebiasaan masyarakat yang harus dipatuhi bersama oleh masyarakat setempat.
9. Lengguai adalah simbol adat yang berisi serkai sirih lengkap.
10. Lembaga adat adalah Badan musyawarah adat (BMA) yang dibentuk di desa Maras.
11. Cempalau adalah suatu perbuatan atau perkataan yang salah.
12. Cempalau kecil (cempalau mulut) adalah suatu perkataan yang salah sehingga
menyebabkan ada pihak yang dirugikan.
13. Cempalau tangan (cempalau besar) adalah suatu perbuatan yang menyebabkan orang lain
terluka atau tidak terluka secara fisik.
BAB II
LEMBAGA DAN PEMANGKU ADAT
Bagian kesatu
Lembaga Adat
Pasal 2
1) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, hukum adat dan adat istiadat desa Maras perlu
dibentuk Lembaga Adat sebagai sarana komunikasi dan koordinasi.
2) Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Badan Musyawarah Adat
(BMA).
3) Lembaga adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk didalamnya adalah Pegawai
Syara’ (Pengurus masjid).
Pasal 3
(1) Badan Musyawarah Adat (BMA) terdiri atas :
a. Ketua merangkap anggota;
b. Sekretaris merangkap anggota; dan
c. anggota.
(2) Ketua dan sekretaris Badan Musyawarah Adat (BMA) dipilih oleh dan dari anggota
secara musyawarah mufakat.
(3) Jumlah anggota Badan Musyawarah Adat (BMA) paling sedikit 3 (tiga) orang dan paling
banyak 5 (lima) orang.
Pasal 4
1) Kepengurusan BMA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dipilih oleh masyarakat dalam
musyawarah desa dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
2) Masa bhakti Badan Musyawarah Adat (BMA) adalah 5 (lima) tahun dan dapat diajukan
kembali untuk periode berikutnya sesuai dengan kesepakatan bersama yang dilakukan
secara musyawarah.
3) Badan Musyawarah Adat (BMA) diberikan tunjangan sesuai kemampuan keuangan Desa.
Bagian kedua
Pemangku Adat
Pasal 5
Pemangku adat adalah Kepala desa, Perangkat Desa dan Badan Musyawarah Adat (BMA).
Bagian ketiga
Tugas, Fungsi dan Wewenang Badan Musyawarah Adat (BMA)
Pasal 6
Bagian keempat
Hak dan Kewajiban
Pasal 7
BAB III
DASAR ADAT DAN WAKTU PENGGUNAAN ADAT
Bagian kesatu
Dasar adat
Pasal 8
1) Dasar adat adalah dua buah lengguai yang berisi serkai sighiah lengkap , yang terdiri dari:
Daun Sighiah, Kapugh , Pinang , Mbaku , Gambigh , masing- masing sebuah untuk
masyarakat dan sebuah untuk Pemangku adat.
2) Lengguai harus berisi lengkap.
3) Pada saat pelaksanaan acara adat, harus berpakaian adat setempat.
Bagian kedua
Waktu penggunaan adat
Pasal 9
Pasal 10
Jika dasar adat lengguai ada pada majlis jamuan seperti pada pasal 10 ayat (2) dan (3), maka
pelaksanaan jamuan harus makan beghantagh.
BAB IV
JENIS PELANGGARAN ADAT ISTIADAT DAN SANKSINYA
Bagian kesatu
Cempalau
Pasal 11
1) Cempalau kecil ( cempalau mulut ), yaitu suatu pelanggaran yang berupa kata-kata yang
mengakibatkan ada pihak tertentu merasa dirugikan, contohnya : mencaci maki,
mengumpat, mengadu domba, mengancam, pencemaran nama baik, penghinaan, dan lain
– lain. Kepada Si Pelaku dikenakan denda berupa satu buah jambar nasi kunyit tukup
ayam dengan uang pelapik sebesar Rp. 50.000,00.
2) Cempalau tangan, yaitu suatu perbuatan yang mengakibatkan pihak tertentu merasa
dilecehkan atau disakiti secara fisik baik sampai terluka maupun tidak terluka. Contohnya
: memukul baik dengan tangan/kaki maupun dengan benda lain. Kepada Si Pelaku
dikenakan denda berupa satu buah jambar nasi kunyit tukup ayam dengan uang pelapik
sebesar Rp. 100.000,00.
3) Terhadap pelanggaran ayat (1) dan (2) di atas Si Pelaku dikenakan uang perdamaian
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Sedangkan uang pelapik diserahkan
kepada BMA sebagai uang kas.
Bagian kedua
Kecul Pincang
Pasal 12
Kecul Pincang adalah melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan adat istiadat, Kecul
Pincang meliputi :
1) Melakukan hubungan badan diluar nikah dan atau hamil diluar nikah, dikenakan sanksi
sebagai berikut :
a. Bujang dengan gadis, sanksinya adalah harus dinikahkan dan mbasuh dusun dengan
menyembelih kambing, pelapik punjung palak kambing dan uang Rp.50.000,00.
b. Batin dengan gadis, mbasuh dusun dengan menyembelih kambing, pelapik punjung
palak kambing dan uang Rp.50.000,00.
c. Batin dengan kerebai, mbasuh dusun dengan menyembelih kambing, pelapik punjung
palak kambing dan uang Rp.50.000,00.
2) Jika seseorang masuk rumah orang lain tanpa sepengetahuan Si Pemilik rumah untuk
melakukan tindakan terlarang atau tak terpuji, maka Si Pelaku dikenakan denda satu buah
jambar nasi kunyit tukup ayam dengan pelapik uang Rp.50.000,00 ditambah dengan uang
perdamaian sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak ( jika diminta oleh Korban).
Pasal 13
Semua biaya yang diakibatkan oleh pelaksanaan Pasal 12 ayat (1) huruf a, hurup b dan huruf
c ditanggung oleh pihak yang bersangkutan.
Bagian ketiga
Tata aturan sebelum pernikahan
Pasal 14
Bagian keempat
Perbuatan tercela lainnya
Pasal 15
1) Jika terjadi pencurian supaya dapat diproses maka harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a. Pelapor adalah pemilik barang yang dicuri atau bukan pemilik barang (saksi) yang
siap menjadi saksi.
b. Jika Si Pelaku pencurian dan Si Korban mau didamaikan secara kekeluargaan, maka
Si Pelaku pencurian bersedia untuk mengembalikan atau mengganti barang yang
dicuri di tambah dengan denda sebesar 3 kali harga barang yang di curi dan
mengadakan jambar nasi kunyit tutup ayam.
2) Denda sesuai dengan ayat (1) huruf b, diberikan sebanyak 70% kepada Si Korban ,
sedangkan sisanya 30% diberikan kepada Kas Desa, kas BMA dan Si pelapor (masing-
masing mendapat 10%).
Pasal 16
1) Penangkapan ikan dengan menggunakan racun, putas, sentrum, dinamit dan lain-lain di
wilayah Desa Maras, dikenakan denda Rp.500.000,00.
2) Orang yang melakukan perjudian, mabuk-mabukan dan termasuk orang yang
menyediakan fasilitasnya, dikenakan denda sebesar Rp.300.000,00.
3) Si Pelapor sesuai dengan ayat (1) dan (2), mendapat penghargaan sebesar Rp.200.000,00.
Pasal 17
Apabila terjadi musibah dalam desa seperti kebakaran, dilaksanakan mbasuh dusun dengan
menyembelih satu ekor kambing, seluruh biaya yang dikeluarkan dibebankan kepada adik
sanak dusun laman.
Pasal 18
1) Pelanggaran terhadap pasal 8, pasal 9 dan pasal 10 dalam peraturan desa ini dikenakan
denda sebesar Rp.50.000,00.
2) Denda terhadap pelanggaran peraturan desa ini di setor ke kas BMA 50% dan kas Desa
50%.
BAB V
PENUTUP
Pasal 19
Kepala desa menetapkan Peraturan Kepala Desa dan/ atau keputusan kepala desa guna
pelaksanaan peraturan desa ini.
Pasal 20
Peraturan Desa ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat
mengetahui, memerintahkan pengundangan peraturan desa ini dalam lembaran desa oleh
sekretaris Desa.
Ditetapkan di : Maras
Pada Tanggal : Januari 2019
KEPALA DESA MARAS
TURAH NIARTI
DIUNDANGKAN DI : MARAS
PADA TANGGAL : Januari 2019
SEKRETARIS DESA MARAS