Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL

PUSKESMAS BESUKI

UPTD PUSKESMAS BESUKI


DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO
TAHUN 2016
PANDUAN KEWASPADAAN UNIVERSAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu sasaran program pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas adalah
petugas kesehatan, selain pasien itu sendiri, pengunjung atau keluarga pasien serta lingkungan
pukkesmas. Petugas kesehatan menjadi salah satu sasaran program, karena terbukti bahwa
infeksi nosokomial terjadi karena beberapa faktor yang sedang mempengaruhi yaitu peralatan
atau devices. Prosedur atau metode, kondisi pasien itu sendiri, serta peranan petugas
kesehatan. Petugas kesehatan keamanan petugas kesehatan juga menjadi tujuan utama
program pencegahan dan pengendalian infeksi di puskesmas. Sebagaimana tercantum dalam
Kewaspadaan Standar (Standar Precaution) salah satu upaya menjamin putusnya rantai
penularan infeksi oleh petugas kesehatan, serta upaya perlindungan terhadap petugas
kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan adalah penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD).
Dalam Undang-undang No.1 tahun 1970 juga disebutkan bahwa:
a. Pasal 3 ayat (1) butir : Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk
memberikan APD.
b. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
untuk memakai APD.
APD digunakan sebagai teknik pencegahan mikroorganisme pathogen dari seseorang
ke orang lain yang di sebut “carrier”. Alat Pelindung Diri terdiri dari apron, masker, penutup
kepala, kacamata, sepatu, sarung tangan. Penggunaan alat pelindung diri secara tepat dan
benar akan sangat membantu keberhasilan pencegahan infeksi dan keselamatan kerja petugas
kesehatan, sebaliknya penggunaan APD yang keliru tidak saja berisiko terjadi infeksi pada
pasien, namun juga berisiko terhadap keselamatan petugas itu sendiri. Oleh sebab itu perlu di
susunan panduan penggunaan APD yang benar, agar dapat dijadikan acuan bagi setiap
petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya. Penggunaan ADP yang benar dihubungkan
dengan pelaksanaan kewaspadaan standar dapat dicontohkan sebagai berikut :
1. Penggunaan sarung tangan saat harus kontak dengan darah, cairan tubuh, selaput
lender (membrane mukosa), kulit yang tidak utuh atau bahan lain yang diduga atau
dicurigai infeksius.
2. Apron digunakan untuk melindungi tubuh saat melakukan prosedur yang
memungkinkan kontak atau percikan darah atau cairan tubuh pada tubuh.
3. Pelindung wajah, mata dan mulut dipakai saat melakukan prosedur yang
memungkinkan kontak atau percikan darah atau cairan tubuh pada tubuh.
4. Hand hygiene selalu merupakan langkah terakhir setiap kali melepaskan dan
membuang APD yang telah dipakai.
Dengan demikian, tujuan pencegahan infeksi dan tujuan keselamatan petugas dapat
tercapai.

B. Tujuan Panduan
Panduan ini sebagai acuan bagi petugas layanan klinis Puskesmas Besuki dalam
memberikan pelayanan yang aman bagi pemberi layanan dan bagi pasien yang ditangani
Secara khusus, panduan ini diharapkan dapat membantu petugas mewujudkan pelayanan
yang berkualitas.
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penggunaan APD meliputi :


 Poli Umum
 Poli Gigi
 Unit Gawat Darurat
 Laboratorium
BAB III
TATA LAKSANA PENGGUNAAN

A. Batasan Operasional
1. Sarung tangan
1) Sarung tangan:
a. Digunakan untuk perawatan pasien, perawatan lingkungan puskesmas dan
tujuan lainnya.
b. Biasanya terbuat dari bahan vinyl, latex, nitril dan lainnya.
c. Indikasi pemakaian sarung tangan:
 Jenis sarung tangan: sarung tangan bersih, sarung tangan steril, sarung
tangan rumah tangga.
 Sarung tangan medis bersifat disposable, sedangkan sarung rumah tangga
dapat dipakai ulang.
2) Prinsip penggunaan sarung tangan :
 Gunakan tangan yang telah terkontaminasi sepasang, tidak untuk satu
tangan saja.
 Lakukan pekerjaan mulai dari hal yang bersih menuju yang kotor.
 Batasi menyentuh bahan-bahan terkontaminasi, lindungilah diri sendiri,
orang lain dan lingkungan,
 Jangan menyentuh wajah atau memperbaiki APD wajah dengan sarung
tangan yang telah terkontaminasi.
 Jangan menyentuh permukaan lingkungan pasien kecuali saat diperlukan
selama perawatan pasien.
 Ganti sarung tangan jika robek atau tampak sangat kotor, setelah digunakan
pada satu pasien.
 Buanglah sarung tangan bekas pakai pada tempat sampah infeksius.
 Jangan pernah mencuci atau menggunakan kembali sarung tangan
disposable.
 Sarung tangan tidak terhadap tusukan.
 Sarung tangan tidak menggantikan cuci tangan. Petugas harus mencuci
tangan sebelum dan sesudah memakai sarung tangan.
 Pada sarung tangan bias didapati robekan kecil yang tak tampak sebelum
digunakan tangan yang kotor dapat menjadi sumber kontaminasi melalui
robekan tersebut.
 Tangan harus bersih dan benar-benar kering sebelum menggunakan sarung
tangan. Bakteri dapat berkembang dengan cepat pada kulit yang lembab
dibawah sarung tangan. Oleh karena itu, petugas harus mencuci tangan
segera setelah melepaskan sarung tangan tidak direkomendasikan mencuci
sarung tangan dengan sabun, chlorhexidine atau alcohol sebelum
digunakan karena dapat menyebabkan micropuncture, yang memungkinkan
cairan merembes melalui lubang kecil tersebut.
3) Menggunakan sarung tangan
 Cuci tangan sesuai prosedur, dan pastikan tangan kering
 Ambillah sarung tangan yang pertama, pada bagian pergelangannya.
 Gunakan sarung tangan yang pertama, kembangkan dan tarik kearah
tangan sehingga setiap jari masuk kedalamnya.
 Ulangi untuk tangan yang lainnya.
4) Melepaskan sarung tangan
 Ketika melepaskan semua APD, lepaskan sarung tangan terlebih dahulu.
 Pegang bagian luar satu sarung tangan, dekat pergelangan dengan ibu jari
dan jari telunjuk dan tangan lainnya. Tarik sarung tangan, sehingga
mengubah posisi bagian dalam menjadi berada diluar, dan pegangnglah
dengan tangan lain yang masih bersarung tangan.
 Dengan ibu jari atau jari telanjang, kaitkan sarung tangan yang masih
terpakai dari bagian dalam, dan tarik keluar sehingga seluruh sarung
tangan terlepas. Posisi terakhir bagian dalam sarung tangan berada diluar.
Sarung tangan yang pertama kali dilepas, berada didalam sarung tangan
yang kedua.
 Buanglah sarung tangan ke dalam tempat sampah infeksius.
 Segera lakukan prosedur cuci tangan.
2. Apron
 Apron digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap pakaian atau
kulit tubuh petugas dari resiko terpapar darah atau cairan tubuh baik
melalui percikan maupun tumpahan.
 Apron ini bersifat reusable, hendaknya dicuci setiap hari atau sesering
mungkin jika tampak sangat kotor.
 Apron tahan air digunakan pada prosedur yang berisiko tinggi terpapar
bahan-bahan infeksius, misalnya pada tindakan pembedahan, pertolongan
persalinan dan sebagainya.
 Petugas harus melepaskan apron pelindung sebelum meninggalkan tempat
kerja.
 Mengenakan apron :
1) Cuci tangan dan keringkan.
2) Peganglah apron pada bagian leher dalam untuk membuka lipatan.
3) Masukkan tangan ke dalam lengan apron.
4) Ikat tali leher.
5) Upaya belakang apron menutup sempurna pakaian petugas ikat tali
pinggang dengan baik. Jika diperlukan minta bantuan petugas lain.
 Melepaskan apron :
1) Lepaskan apron setelah melepas sarung tangan.
2) Jika ikatan pinggang dibagian depan, lepaskan terlebih dahulu ikatan
tali pinggang sebelum melepas sarung tangan.
3) Lepaskan sarung tangan.
4) Lepaskan ikatan tali leher.
5) Lepaskan apron dengna cara mendorong apron kebawah dan kedua
tangan memegang bagian dalam apron, sehingga bagian dalam apron
benda berada diluar.
6) Gulung apron, letakkan diwadah linen kotor infeksius.
 Jika apron reusable dan digunakan hanya sebentar, apron dapat digunakan
kembali untuk pasien yang sama. Pada akhir shif kerja, apron harus
diturunkan untuk dicuci.
 Turunkan apron yang kotor sesuai dengan prosedur yang benar dan segera
lakukan cuci tangan untuk menghindari kontaminasi terhadap orang lain
maupun lingkungan.
 Indikasi pemakaian apron :
1) Membersihkan luka
2) Tindakan drainase
3) Mengeluarkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan (wc
atau toilet)
4) Menangani pasien pendarahan pasif
5) Tindakan bedah
6) Perawatan gigi
7) Tindakan penanganan alat yang memungkinkan pencemaran atau
kontaminasi pada pakaian petugas
8) Segera ganti apron atau pakaian kerja jika terkontaminasi darah atau
cairan tubuh.
3. Masker
 Tujuan menggunakan masker untuk melindungi mulut, hidung dan saluran
nafas dari inhalasi mikroorganisme yang di transmisikan secara droplet
(seperti tuberculosis, varicella, meningococcal meningitis).
 Masker mampu melindungi pasien dari mikroorganisme yang berasal dari
petugas pemakai masker dan sebaliknya melindungi petugas dari partikel
droplet yang mungkin terpercik saat tindakan dilakukan pada pasien.
 Petugas kesehatan maupun pengunjung harus menggunakan masker apabila
mengunjungi atau melakukan tindakan perawatan terhadap pasien menular
melalui droplet atau airbone.
 Pasien menular secara droplet atau airbone wajib menggunakan masker
ketika ditransfer dari satu unit pelayanan lain dirumah sakit.
 Masker disporsable digunakan selama 4-6 jam, setelah itu dibuang. Masker
disposable tidak boleh disimpan didalam tas dan digunakan kembali. Jika
masker basah oleh percikan darah atau cairan tubuh, harus segera diganti
dengan menggunakan sarung tangan dan diikuti dengan tindakan mencuci
tangan.
 Pemilihan masker :
1) Masker bedah digunakan pada keadaan dimana terdapat resiko percikan
darah, Cairan tubuh atau kontak dengan pasien menular secara droplet.
2) Masker respirator atau N95 digunakan pada keadaan dimana terdapat
resiko penularan secara airbone.
 Mengunakan masker:
1) Cuci tangan dan keringkan
2) Ambil masker bersih dari tempat penyimpanan
3) Pastikan ukuran masker pas dan nyaman digunakan
4) Jika menggunakan kecamata, pastikan tepi atas masker berada
dibawah kecamata
 Melepaskan masker
1) Lepas masker, pegang hanya pada talinya. Hindari memegang bagian
depan masker
2) Buanglah pada tempat sampah infeksius yang tersedia
4. Perlindungan wajah dan mata
 Perlindungan wajah atau mata (kacamata) harus digunakan setiap kali
petugas melakukan kegiatan yang beresiko terpecik darah atau cairan tubuh
pada wajah atau mata (misalnya saat melakukan suction indotraceal atau
tracheostomy, dan sebagainya)
 Kacamata tidak menggantikan pelindung wajah. Sebaliknya disediakan
goggle yang dapat digunakan bersama kacamata
 Perlindungan wajah atau mata harus diganti setiap pergantian shift
 Perlindungan wajah atau mata harus dicuci dan dikontaminasi setelah
digunakan
 Pemilihan perlindungan wajah atau mata
 Pilihlah google yang terbuat dari lapisan polikarbonat jernih yang
melindungi dahi dan bagian samping mata. Sebaiknya google nersifak
optic yang jelas, anti kabut dan anti distorsi sehingga tidak mengganggu
pandangan petugas
 Menggunakan pelindung wajah atau mata
 Pastikan posisi pelindung mata cukup aman dan melintas jembatan hidung
dan menutupu kadua mata secara sempurna. Posisi pelindung mata berada
tepat diatas masker yang menutup hidung
 Melepaskan pelindung wajah atau mata
 Lepaskan pelindung wajah atau mata dan tempatkan pada wajah yang
tersedia untuk dibersihkan dan didekontaminasi sebelum digunakan
kembali
5. Sepatu boot
 Sepatu boot digunakan untuk melindungi petugas terpecik darah atau
cairan tubuh pada kaki
 Sepatu boot harus digunaka pada tempat yang beresiko kontaminasi tinggi,
lantai yang basah atau saat pembersihan lantaius dapat
 Pemilihan sepatu boot harus dicuci ulang, dan bersifat kedap air. Alas
sepatu tidak boleh licin jika digunakan dilantai basah. Sebaiknya
digunakan sepatu karet atau alas yang menutupi seluruh ujung dan telapak
kaki
 Melepaskan sepatu boot: lepaskan sepatu boot pada langkah akhir melepas
APD, dan segera lakukan cuci tangan
6. Tutup kepala
 Tutup kepala atau topi digunakan untuk melindungi kepala dan rambut dari
percikan darah atau cairan tubuh, mencegah jatuhnya mikroorganisme yang
ada dirambut dan kulit kepala petugass terhadap alat-alat atau daerah steril
dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala atau rambut petugas dari
percikan bahan-bahan terinfeksi dari pasien
 Pemilihan tutup kepala: sebaiknya pilihlah tutup kepala yang diposible dan
tahan air
 Mengenakan tutup kepala: gunakan tutup kepala sehingga menutupi
seluruh kepala dan rambut
 Melepaskan tutup kepala:
1) Lepaskan tutup kepala dengan memegang bagian dalam tutup kepala,
dan lipat atau gulung keluar sehingga bagian dalam tutup kepala
berada diluar
2) Buanglah ditempat sampah infeksius
3) Lakukan prosedur cuci tangan
 Indikasi pemakaian tutup kepala
1) Saat akan melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas
2) Saat akan meakukan tindakn operasi dikamar operasi
3) Saat akan pemasangan kateter vena sentral
7. Urutan penggunaan APD lengkap :
1) Cuci tangan
2) Pakai sepatu boot
3) Cuci tangan
4) Pakai tutup kepala
5) Pakai masker
6) Pakai apron atau scort tahan air
7) Gunakan pelindung mata
8) Cuci tangan dan keringkan
9) Pakai sarung tangan atau handscoon
8. Hal-hal yang perlu dihindari dalam penggunaan APD
1) Petugas tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan APD
2) Sarung tangan hanya digunakan pada satu tangan terutama tangan kanan
3) Sarung tangan hanya digunakan pada saat tindakan menyentuh benda yang
menjijikkan saja (contoh: urin, feses, muntah)
4) Sarung tangan yang telah selesai digunakan diletakkan diatas meja, tidak
segera dibuang ke tempat sampah infeksius
5) Masker digunakan untuk menutup leher petugas atau dikalungkan
6) Masker dibawa keluar ruangan perawatan atau tindakan
7) Masker diselipkan kedalam saku baju petugas dan digunakan kembali
8) Tidak segera melakukan kebersihan tangan setelah melepaskan APD (terutama
sarung tangan atau baju kerja)
9) Apron atau baju kerja dibawa keluar ruangan untuk melakukan pekerjaan lain
10) Masker dan sarung tangan dianggap bukan barang infeksius
11) Malas menggunakan sarung tangan rumah tangga dengan alasan panas dan
licin
12) Petugas dalam bekerja tidak menggunakan sepatu untuk melindungi kaki.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi yang dipersiapkan adalah :


1. Buku Stok APD
2. Buku pencatatan penggunaan APD
3. Laporan penggunaan APD

Anda mungkin juga menyukai