Makalah Asbabun Nuzul Ayat Al-Quran
Makalah Asbabun Nuzul Ayat Al-Quran
Makalah Asbabun Nuzul Ayat Al-Quran
Disusun Oleh :
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
YAYASAN PEMBANGUNAN (YASBA) KALIANDA
T.A. 2022 - 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan
kita kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita mampu menyusun makalah ini
yang Insya Allah dapat memberikan manfaat.
Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Baginda kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman
terang benderang ini, tanpa beliau dan tanpa izin Allah mungkin kita tidak mungkin
akan mengetahui tentang banyak nya Ilmu pengetahuan baik bersifat umum
maupun religi.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Studi
Quran yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini dan tidak lupa
juga kami ucapkan terima kasih kepada keluarga, serta rekan-rekan yang ikut
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis,
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................II
DAFTAR ISI..............................................................................................................III
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Pengertian Asbabun Nuzul.................................................................................2
B. Cara Mengetahui Kebenaran Asbabun Nuzul....................................................9
C. Jenis-Jenis Riwayat Asbab al-Nuzul..................................................................9
D. Fungsi dari Asbabun Nuzul..............................................................................13
BAB IV........................................................................................................................15
PENUTUP..................................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
B. Saran.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbabun Nuzul
Menurut bahasa Asbabun nuzul berasal dari dua kata yaitu asbabun dan
nuzul. Asbabun artinya sebab atau karena, sedangkan nuzul artinya turun. Jadi
asbabun nuzul adalah sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an. (Wikipedia:2017).
2
1. Peristiwa berupa pertengkaran
Seperti kisah turunnya surat Ali Imran : 100. Yaitu yang bermula dari
adanya perselisihan oleh kaum Aus dan Khazraj hingga turun ayat 100 dari
surat Ali Imran yang menyerukan untuk menjauhi perselisihan.
Seperti kisah turunnya surat an-Nisa’ : 43. Saat itu ada seorang Imam
shalat yang sedang dalam keadaan mabuk, sehingga salah mengucapkan surat
al-Kafirun, surat An-Nisa’ turun dengan perintah untuk menjauhi shalat dalam
keadaan mabuk.
ًوح قُ ِل الرُّ و ُح ِم ْن َأ ْم ِر َربِّي َو َما ُأوتِيتُم ِّمن ْال ِع ْل ِم ِإالَّ قَلِيال َ ََويَ ْسَألُون
ِ ُّك َع ِن الر
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu
termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit". (QS. Al-Isra’ : 85)
3
Menurut Al-Zarqoni dan Al-Ja’bari, dilihat dari peristiwa yang terkait
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Ayat yang diturunkan dengan mubtada’an tanpa ada peristiwa yang terjadi
saat ayat itu diturunkan Allah SWT. Turunnya ayat ini semata-mata karena
Allah memberikan petunjuk kapada manusia. Kehendak-Nya untuk
memberikan petunjuk inilah yang menjadi asbabun nuzul dari ayat atau
beberapa ayat tersebut. Ayat-ayat ini lebih banyak jumlahnya terutama
mengenai prinsip-prinsip keimanan, keislaman, dan akhlak yang luhur.
2. Ayat yang diturunkan Allah SWT dengan sebab khusus atau peristiwa
tertentu. Ayat ini jumlahnya tidak banyak. Misalnya, Allah SWT menurunkan
surah al-anfal (8) yang menjelaskan berbagai persoalan mengenai perang,
surah al-tholaq (65) yang membicarakan masalah yang berkaitan dengan
talaq. Peristiwa sebelum atau saat ayat turun itu para mussafir
menganggapnya sebagai asbabun nuzul.
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun nuzul terbagi menjadi
sbb :
• Ta’addud al-asbab wa al-nazil wahid ( sebab turunnya lebih dari satu, dan
ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu).
Ungkapan-ungkapan yang di gunakan oleh para sahabat untuk menunjukkan turunnya al-
qur’an tidak selamanya sama. Ungkapan-ungkapan itu secara garis besar di kelompokkan
dalam dua kategori;
1. Sarih (jelas)
Ungkapan riwayat “sarih” yang memang jelas menunjukkan asbab an-nuzul dengan indikasi
menggunakan lafadz (pendahuluan).
4
“rasulullah saw pernah di tanya tentang ....... maka turunlah ayat…..”
“hai orang-orag yang beriman, janganlah kamu melanggar shi’ar-shi’ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-
ya, dan binatang-binatang qala-id, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang
mengunjungi baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhoannya dari tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari masjid al-haram, mendorongmu membuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah sangat berat siksa-Nya ”.(Q.S. almaidah : ayat 2).
Asbab an-nuzul dari ayat berikut; ibnu jarir mengetengahkan subuah hadits dari ikrimah
yang telah bercerita,” bahwa hatham bin hindun al-bakri datang kemadinah bersrta
kafilahnya yang membawa bahan makanan. Kemudian ia menjualanya lalu ia masuk ke
madinah menemui nabi saw.; setelah itu ia membaiatnya masuk islam. Tatkala ia pamit
untuk keluar pulang, nabi memandangnya dari belakang kemudian beliau bersabda kepada
orang-orang yang ada di sekitarnya, ‘sesungguhnya ia telah menghadap kepadaku dengan
muka yang bertampang durhaka, dan ia pamit dariku dengan langkah yang khianat. Tatkala
al-bakri sampai di yamamah, ia kembali murtad dari agama islam. Kemudian pada bulan
dhulkaidah ia keluar bersama kafilahnya dengan tujuan makkah. Tatkala para sahabat nabi
saw. Mendengar beritanya, maka segolongan sahabat nabi dari kalangan kaum muhajirin
dan kaun ansar bersiap-siap keluar madinah untuk mencegat yang berada dalam kafilahnya
itu. Kemudian Allah SWT. Menurunkan ayat,’ hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu melanggar shiar-shiar Allah...(Q.S. al-maidah : 2 ) kemudian para sahabat
mengurungkan niatnya (demi menghormati bulan haji itu).
Hadits serupa ini di kemukakan pula oleh asadiy.” Ibnu abu khatim mengetengahkan dari
zaid bin aslam yang mengatakan, bahwa rasulullah saw. Bersama para sahabat tatkala
berada di hudaibiah, yaitu sewaktu orang-orang musyrik mencegah mereka untuk
memasuki bait al-haram peristiwa ini sangat berat dirasakan oleh mereka, kemudian ada
orang-orang musyrik dari penduduk sebelah timur jazirah arab untuk tujuan melakukan
umroh. Para sahabat nabi saw. Berkata, marilah kita halangi mereka sebagaimana(teman-
teman mereka) merekapun menghalangi sahabat-sahabat kita. Kemudian Allah SWT.
Menurunkan ayat,”janganlah sekali-kali mendorongmu berbuat aniaya kepada mereka...”
(Q.S. al-maidah ayat : 2)
5
Ungkapan “mutammimah”adalah ungkapan dalam riwayat yang belum dipastikan asbab an-
nuzul karena masih terdapat keraguan. Hal tersebut dapat berupa ungkapan;
“istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, mak datangilah tanah
tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang
baik)untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan
menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.”(QS. Al-baqarah,
ayat ;223)
Asbab an-nuzul dari ayat berikut ;dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh abu daud dan
hakim, dari ibnu abbas di kemukakan bahwa penghuni kampung di sekitar yatsrib
(madinah), tinggal berdampingan bersama kaum yahudi ahli kitab. Mereka menganggap
bahwa kaum yahudi terhormat dan berilmu, sehingga mereka banyak meniru dan
menganggap baik segala perbuatannya.Salah satu perbuatan kaum yahudi yang di anggap
baik oleh mereka ialah tidak menggauli istrinya dari belakang.
Adapun penduduk kamping sekitar quraish (makkah) menggauli istrinya dengan segala
keleluasannya.Ketika kaum muhajirin (orang makkah) tiba di madinah salah seorang dari
mereka kawin dengan seorang wanita ansar (orang madinah).Ia berbuat seperti
kebiasaannya tetapi di tolak oleh istrinya dengan berkata: “kebiasaan orang sini, hanya
menggauli istrinya dari muka.” Kejadian ini akhirnya sampai pada nabi saw, sehingga
turunlah ayat tersebut di atas yang membolehkan menggauli istrinya dari depan, balakang,
atau terlentang, asal tetap di tempat yang lazim.
Peristiwa atau pertanyaan yang disebut sebagai asbabun nuzul itu terjadi pada
masa Rasulullah SAW atau pada masa saat ayat al-qur’an diturunkan. Jadi kita
mengetahui asbabun nuzul itu dari penuturan para sahabat Nabi yang menyaksikan
peristiwa itu. Hal ini berarti asbabun nuzul haruslah berupa riwayat yang dituturkan
para sahabat. Para sahabat dalam menuturkan sebab nuzul menggunakan ungkapan
(redaksi) yang berbeda dari satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Perbedaan
ungkapan itu tentunya mengandung perbedaan makna yang memiliki impikasi pada
status sebab nuzulnya.Macam-macam ungkapan (redaksi) yang digunakan para
sahabat untuk menuturkan sebab nuzulnya , antara lain :
1. Kata سبب (sebab) , contohnya
6
َسبَبُ نُ ُزوْ ِل هَـ ِذ ِه االَ يَ ِة كــ َذا (sebab turunnya ayat ini)
2. Kata فـــ (maka) , contohnya
ُ( َح َدثَتَ َك َذا َو َك َذا فَـنَ َزلَت اآليَةtelah terjadi peristiwa ini dan itu maka turunlah ayat)
Ungkapan (redaksi) ini sama pengertiannya dengan penggunaan kata sababu, yakni
sama-sama sharih (jelas/tegas).
Ungkapan seperti ini tidak secara tegas (ghairu sharih) menyebutkan sebab turunnya
ayat. Masih terdapat kemungkinan terkandung makna lain.
Jika ditemukan dua riwayat atau lebih mengenai sebab turunnya ayat-ayat dan
masing-masing menyebutkan suatu sebab yang jelas dan berbeda dari yang
disebutkan lawannya, maka riwayat ini harus diteliti dan dianalisis. Permasalahannya
ada empat bentuk, yakni :
o Pertama, salah satu dari keduanya shahih dan yang lainnya tidak.
o Kedua, kedua riwayatnya shahih akan tetapi salah satunya memiliki penguat
(Murajjih) dan yang lainnya tidak
Terkadang banyak ayat yang turun sedangkan sebabnya hanya satu. Karena
itu banyak ayat yang turun dalam berbagai surat mengenai satu peristiwa. Contohnya
ialah apa yang diriwayatkan oleh Said bin Manshur, Abdurrazaq, At-Tirmidzi, Ibnu
7
Jarir, Ibnul Mundzir, Ibnu Abu Hatim, Ath-Tharbani, dan Al-Hakim mengatakan
shahih, dari Ummu Salamah, ia berkata :
Begitu pula dengan hadist yag diriwayatkan Ahmad, Ibnu Jarir, Ibnul
Mundzir, Ath-Thabrani dan Ibnu Mardawaih dari Ummu Salamah, ia berkata :
Terkadang seorang sahabat mengenai peristiwa lebih dari satu kali dan Al-
Qur’an turun mengenai satu peristiwa,maka dari itu kebanyakan al-quran turun sesuai
dengan peristiwa yang terjadi, misalnya seperti apa yang diriwayatkan oleh Bukhari
dalam kitab al-adahi mufiat tentang berbakti kepada orang tua, dari Saad bin Abi
Waqos ada empat ayat al-quran turun berkenaan dengan aku:
Pertama, ketika ibuku bersumpah dia tidak akan makan dan minum sebelum
aku meninggalkan Muhammad lalu Allah menurunkan ayat, ” Dan jika memaksamu
8
untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergilah keduanya di dunia
dengan baik.”(luqman:15)
Kedua, ketika aku mengambil sebuah pedang dan mengaguminya, maka aku
berkata kepada Rasulullah, ”berikan aku pedang ini” maka turunlah ayat. Mereka
bertanya kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang (al-anfal:01).
Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah mengunjungiku dan aku bertanya
kepada beliau: ”Rasulullah aku ingin membagikan hartaku, bolehkah aku
mewasiatkan separuh nya?” Beliau menjawab: ”tidak” aku bertanya: ”bagaimana jika
sepertiganya?” Rasulullah diam. maka wasiat dengan sepertiga harta itu
diperbolehkan.
Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khomr) bersama kaum
ansor, seorang memukul hidungku dengan tulang rahang unta, lalu aku datang kepada
Rasulullah , maka Allah swt melarang minum khomr. Dalam hal ini telah turun
wahyu yang sesuai dengan banyak ayat.
Secara khusus dari riwayat asbab al-nuzul ialah riwayat dari orang yang
terlibat dan mengalami peristiwayang diriwayatkannya ( yaitu pada saat wahyu
diturunkan). Riwayat yang berasal dari para tabi’in yang tidak merujuk pada
rasulullah dan para sahabatnya, yang dianggap lemah (dha’if) tidak boleh. Sebab
itu seseorang tidak dapat begitu saja menerima pendapat seseorang penulis atau
orang seperti itu bahwa suatu ayat diturunkan dalam keadaan tertentu. Karena itu,
kita harus mempunyai pengetahuan tentang siapa yang meriwayatkan peristiwa
tersebut, dan apakah waktu itu ia memang sunguh-sungguh menyaksiakan, dan
kemudian siapa yang menyampaikannya kepada kita.
9
Kategori pertama, para periwayat dengan tegas menunjukkan bahwa peristiwa
yang diriwayatkannya berkaitan erat dengan asbab al-nuzul, misalnya Ibn Abbbas
meriwayatkan tentang Q.s. al-Nisa/4:59:
Ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Abdullah ibn Hudzaifah ibn Qais
ibn Adi ketika rasul menunjuknya sebagai panglima sariyya (detasemen, sebuah
satuan tugas tentara). Sedangkan kategori kedua (mumkin) periwayat tidak
menceritakan dengan jelas bahwa peristiwa yang diriwayatkannya berkaitan erat
dengan asbab al-nuzul, tetapi hanya menjelaskan kemungkinan-kemungkinannya,
misalnya riwayat Urwah tentang kasus Zubair yang bertengkar dengan seseorang dari
kalangan Anshar, karena masalah aliran air (irigasi di al-Harra). Rasulullah
bersabda:” Wahai Zubair, aliri air tanahmu, dan kemudian tanah-tanah disekitarmu.”
Sahabat Anshar tersebut kemudian memprotes:” Wahai Rasulullah, apakah karena ini
keponakanmu?” Pada saat itu Rasulullah dengan rona wajah yang memerah
kemudian berkata :” Wahai Zubair, alirkan air ketanahnya hingga penuh, dan
kemudian biarkan selebihnya mengalir ketetanggamu.” Tampak bahwa Rasulullah
Saw memungkinkan Zubair memperoleh sepenuh haknya justru sesudah Anshar
memnujnjukkan kemarahannya. Sebelumnya Rasulullah telah memberikan perintah
yang adil bagi mereka berdua. Zubair berkata: “ Saya tidak bisa memastikan, hanya
agaknya ayat itu turun berkenaan dengan peristiwa tersebut.” Ayat yang dimaksud
ialah Q.s. al-Nisa /4:65:
10
orang-orang Quraisy yang juga ikut mengelilinginya, maka beliau pun bersabda:”
apakah engkau akan percaya, apabila aku katakan bahwa musuh tengah mengancam
ari balik punggung gunung dan mereka bersiap-siap menyebrang entah dipagi hari
ataupun dipetang hari?” Mereka menjawab:” Ya, kami percaya wahai Rasulullah!”
Kemudian Nabi melanjutkan,” Danaku akan menjelaskan kepada mu tentang
beberapa hukuman.” Maka Abu Lahab berkata:” Apakah hanya untuk masalah seperti
ini engkau kumpulkan kami, wahai Muhammad?” Maka Allah kemudian
menurunkan Q.s.al-Lahab/111
Contoh sebab turunnya ayat sebagai tanggapan atas suatu peristiwa khusus ialah
turunnya surah al-Baqarah/2:158, sebagaimana telah diuraikan terdahulu.
Asbab al-nuzul lainnya ada dalam bentuk pertanyaan kepada Rasulullah, seperti
turunnya Q.s. al-Nisa/4:11:
11
Salah satu bentuk lain ialah Rasulullah Saw mengajukan pertanyaan, seperti turunnya
Q.s Maryam/19:64:
Ayat itu turun perihal pertanyaan yang bersifat umum dari kalangan sahabat
Nabi, sebagaimana diriwayatkan oleh Tsabit oleh Anas bahwa di kalangan Yahudi,
apabila wanita mereka sedang haid, mereka tidak makan bersama wanita tersebut,
atau juga tidak tinggal serumah. Para sahabat yang mengetahui masalah itu kemudian
bertanya kepada RasulullahSaw tentang hal ini., maka turunlah ayat di atas.
12
Ka’b ibn Ujrah meriwayatkan bahwa ayat di atas turun berkenaan dengan
pelaksanaan haji dan umrah.jika ada seseorang yang merasa sakit atau ada gangguan
di kepala, maka diberi kemudahan baginya. Ka’b ibn Ujrah sendiri merasakan ada
masalah dengan kutu-kutu yang banyak di kepalanya, lalu ia sampaikan kepada Nabi,
dan Nabi menjawab: “Cukurlah rambutmu dan gantikanlah dengan berpuasa tiga hari,
atau menyembelih hewan kurban atau memberi makan untuk enam orang miskin,
untuk masing-masing orang miskin satu sha.”
Contoh lain adalah rujukan tentang Nabi Muhammad Saw, di dalam al-Qur’an,
seperti turunnya Q.s. al-Qiyamah/75:16-18:
Menurut riwayat Ibn Abbas, ayat ini turun ketika Malaikat Jibril
menyampaikan wahyu kepada Nabi. Nabi tampak menggerak-gerakkan lidah dan
bibirnya, hal ini tampak amat berat baginya, dan gerakan tersebut merupakan
petunjuk bahwa wahyu sedang turun.
13
Urwah ibn Zubair kesulitan memahami “tidak ada dosa” di dalam ayat ini. Ia
lalu menanyakan kepada Aisyah perihal ayat tersebut lalu Aisyah menjelaskan
bahwa peniadaan dosa di situ bukan peniadaan hukum fardhu. Peniadaan di situ
dimaksudkan sebagai penolakan terhadap keyakinan yang telah mangakar di hati
kaum Muslimin ketika itu, bahwa melakukan sa’i diantara Shafa dan Marwah
termasuk perbuatan jahiliyah.
Keyakinan ini didasarkan atas pandangan bahwa pada masa pra Islam di bukit
Shafa terdapat sebuah patung yang disebut Isa dan di bukit Marwah ada sebuah
payung yang disebut Na ilah. Jika melakukan sa’i diantara dua bukit itu maka
orang-orang Jahiliyah sebelumnya mengusap kedu patung tersebut. Ketika Islam
lahir, patung-patung tersebut dihancurkan, dan sebagian umat Islam enggan
melakukan sa’i di tempat itu, maka turunlah ayat ini (Q.s. al-Baqarah/2:158)
4. Yang paling penting ialah asbab al-nuzul dapat membantu memahami apakah
suatu ayat berlaku umum atau berlaku khusus, selanjutnya dalam hal apa ayat itu
diterapakan. Maksud yang sesungguhnya suatu ayat dapat dipahami melalui
pengenalan asbab al-nuzul.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asbabun Nuzul ada karena suatu masalah atau suatu peristiwa yang tidak
dipahami sahabat dan sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW. Akhirnya munculah
asbabun nuzul yang merupakan jawaban dari masalah dan pedoman hidup manusia.
Pada saat zaman para sahabat pengetahuan tentang asbabun nuzul sangat
penting untuk bisa memahami penafsiran Al Quran dengan benar. Karena itu, mereka
berusaha mempelajari ilmu ini. Asbabun nuzul digunakan sebagai pengetahuan agar
tidak salah dalam mengambil kesimpulan dari suatu masalah atau perkara yang tidak
kita pahami.
B. Saran
Dengan disusunnya makalah Ulumul Quran tentang asbabun nuzul ini,
penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian Ulumul Quran
khususnya asbabun nuzul dengan membaca buku atau jurnal jurnal nya
karena disini penulis hanya mengambil garis besar dari bahasan asbabun
nuzul.
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kritik maupun saran yang membangun
untuk penulisan makalah selanjutnya sangat penulis harapkan. Semoga
makalah ini bermanfaat untuk pembaca khusunya untuk penulis.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://makalahmahasiswariau.blogspot.co.id/2015/06/asbab-al-nuzul.html?
m=1 (diakses pada 29 Oktober 2017)
http://blogushuluddin.blogspot.co.id/2016/04/pengertian-macam-macam-
redaksi-dan.html (diakses pada 29 Oktober 2017)
16