Abstract
Return is gain or loss due to the decline in investment value in a certain period. The higher
the Return level investors expect, the higher the level of risk that investors will face, and vice versa.
The research aims to examine the impact of profitability, operating cash flows, and market value
added to return in the manufacturing Company on the Indonesia Stock Exchange in 2016-2018.
The samples in this study were 121 manufacturing companies that listed on the Indonesia Stock
exchange for the period of 2016-2018. Sampling using the purposive sampling method. The analysis
tools used are multiple linear regression analysis.
The research results that the profitability variable positively affects against the return of the stock
indicated by the significance value 0,000. The market value of the added variable is also positively
linked to Return stock indicated with a value of significance 0,003. Even so a variable cash flow
operation has no effect on returning shares indicated with significance value 0,935
PENDAHULUAN
Persaingan dunia usaha dalam perekonomian saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan
semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan meningkatnya
kegiatan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya kebutuhan pasar. Hal yang sangat
penting untuk keberlangsungan kegiatan ekonomi adalah modal. Modal adalah keseluruhan
aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus
tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari (Sawir, 2005:129). Modal
sangat dibutuhkan bagi kelangsungan suatu usaha, hal ini menjadi kendala yang sering
dihadapi oleh perusahaan. Pasar modal merupakan sarana yang efektif untuk mempercepat
pertumbuhan perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan suatu pasar
yang terdiri atas instrument keuangan jangka panjang yang diterbitkan oleh pemerintah atau
250
Pengaruh Profitabilitas, Arus Kas Operasi, Dan …..
Tri Handayani, Merawati,Budhananda Munidewi
perusahaan swasta dan dapat diperdagangkan dalam bentuk hutang maupun modal
(Trisnawati, 2009). Para investor yang ingin melakukan atau mempertahankan investasinya
harus memiliki perencanaan investasi yang efektif. Perencanaan investasi yang efektif dimulai
dari perhatian terhadap tingkat risiko dan return. Return adalah penghasilan atau kerugian
karena turunnya nilai investasi pada suatu periode tertentu. Perkembangan kondisi
perekonomian nasional saat ini mengarah pada pemulihan krisis ekonomi global pada tahun
2009 yang tercermin dalam kondisi ekonomi makro. Menurut Dewi dkk (2019) tingkat
profitabilitas yang termasuk dalam earning measures diukur dari beberapa aspek, yaitu return
on equity (ROE), return on assets (ROA), dan earning per share (EPS). Return on equity atau
return on net worth mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba yang tersedia
bagi pemegang saham. Selain ROA, informasi arus kas operasi merupakan alternatif
Para kreditor dan pemegang saham akan ragu-ragu untuk menanamkan modalnya ke
dalam sebuah perusahaan yang tidak menghasilkan kas yang mencukupi dari aktivitas-
aktivitas operasinya. Arus kas operasi yang positif mengindikasikan bahwa perusahaan telah
dijalankan dengan baik sehingga mempunyai cukup dana untuk membiayai kegiatan
dividen (Agustia, 2009). Menurut Setiyorini (2011), penilaian terhadap kinerja perusahaan
ketidakpuasan. Masalah tersebut bermula dari adanya kelemahan penting dalam laporan
keuangan yaitu perhitungan laba rugi. Laba yang dilaporkan tidak memasukkan biaya modal
ekuitas sehingga pengukuran kinerja yang mempergunakan laporan rugi laba mengandung
distori. Pendekatan yang digunakan di atas secara teoritis berkorelasi positif dengan harga
pasar saham perusahaan, yang pada akhirnya akan berkorelasi positif pula dengan nilai
251
JURNAL KHARISMA
VOL. 2 No. 2, Juli 2020 E-ISSN 2716-2710
perusahaan atau MVA perusahaan (Fernandez, 2011:121). Market value added (MVA)
menjelaskan hubungannya dengan return saham telah banyak dilakukan di dalam dan luar
negeri. Penelitian Haddad (2012) terhadap 15 bank yang terdaftar di Amman Stock Exchange
positif dan sifnifikan dengan return saham sedangkan ROA, ROE dan rasio kecukupan modal
tidak signifikan dengan return saham. Namun, penelitian Shubita (2010) terhadap 39
bahwa MVA tidak signifikan dan memiliki hubungan lebih rendah dengan return saham
dibandingkan dengan laba bersih. Berdasarkan uraian diatas, adanya ketidak konsistenan hasil
penelitian terdahulu maka dengan ini peneliti mencoba meneliti kembali pengaruh
profitabilitas, arus kas operasi, dan market value added terhadap return saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018. Adapun
rumusan masalah yaitu: Apakah profitabilitas, arus kas operasi, market value added
profitabilitas, arus kas operasi, market value added terhadap return saham.
Teori sinyal atau teori signaling merupakan tindakan perusahaan dalam memberikan sinyal
memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi
252
Pengaruh Profitabilitas, Arus Kas Operasi, Dan …..
Tri Handayani, Merawati,Budhananda Munidewi
mengenai apa yang sudah dilakukan manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.
Teori sinyal juga dapat membantu pihak perusahaan, pemilik, dan pihak luar perusahaan
informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan, perlu mendapatkan opini dari pihak
lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan. Terkait dengan return
saham, sejumlah penelitian telah menunjukkan adanya suatu pola dalam return sekuritas. Pola
tersebut menunjukkan adanya tingkat return yang lebih tinggi atau lebih rendah pada saat
tertentu baik dalam periode harian maupun bulanan (Suryandari dan Wirawan, 2018).
Menurut Fahmi (2013: 116) profitabilitas yaitu untuk menunjukkan keberhasilan perusahaan
Profitabilitas yang semakin meningkat menunjukkan kinerja perusahan yang semakin baik
dan para pemegang saham akan memperoleh keuntungan dari deviden yang diterima semakin
meningkat. Semakin meningkatnya deviden yang akan diterima oleh para pemegang saham,
merupakan daya tarik bagi para investor dan atau calon investor untuk menanamkan dananya
ke perusahaan tersebut. Semakin besarnya daya tarik tersebut maka banyak investor yang
menginginkan saham perusahaan tersebut. Jika permintaan atas saham suatu perusahaan
semakin banyak maka harga saham akan meningkat. Hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Agustina dan Alexander (2012), Sudiarta (2016), Prasetyorini (2013) dan
Nurhayati (2013) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap return saham.
semakin besar tingkat retun saham yang didapat perusahaan, maka pandangan investor terkait
253
JURNAL KHARISMA
VOL. 2 No. 2, Juli 2020 E-ISSN 2716-2710
kinerja keuangan suatu perusahaan sehingga membuat harga saham manjadi meningkat tentu.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis pertama yang dikembangkan dalam penelitian ini
adalah :
Arus Kas Operasi adalah aktivitas penghasilan utama pendapatan perusahaan (principal
revenue producting activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan
pendapatan (Prastowo, 2011:34). Arus kas operasi merupakan salah satu indikator nilai
perusahaan. Artinya perusahaan yang mempunyai arus kas operasi yang tinggi berarti
mempunyai nilai perusahaan yang tinggi. Nilai pasar yang tinggi akan mendorong investor
untuk tertarik berinvestasi pada saham perusahaan itu. Hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Trisnandari (2013), Tumbel dkk (2017), Baler (2011), dan Rahmadi (2013)
menunjukkan bahwa arus kas operasi mempunyai pengaruh positif terhadap return saham.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan arus kas operasi akan mendorong
peningkatan return saham. Berdasarkan uraian di atas, maka hipnotis kedua yang
Market Value Added adalah suatu alat pengukur kinerja mengenai perbedaan nilai pasar
saham dengan jumlah ekuitas modal investor (Brighan dan Houston, 2013:12). Tujuan utama
perusahaan secara logis adalah memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Jika market
value added negative maka manager gagal menciptakan nilai tambahan bagi perusahaan.
Penciptaan suatu nilai bagi para pemegang saham sesuai dengan konsep market value added
254
Pengaruh Profitabilitas, Arus Kas Operasi, Dan …..
Tri Handayani, Merawati,Budhananda Munidewi
memaksimumkan harga pasar saham dikurangi nilai buku perlembar saham, dan mengurangi
Hasil penelitian Trisnandari (2013), Aliyah (2018), Kusuma (2018), Ansori (2015), dan
Widagdo dkk (2009) menunjukkan bahwa MVA mempunyai pengaruh positif terhadap
return sahan. Hal ini berarti perusahaan mampu memaksimalkan kekayaan saham sebagai
hasil kinerja perusahaan yang baik dan mendapat respon yang tinggi dari pasar. Sebagai
perusahaan dengan nilai market value adde tinggi akan meningkatkan return saham.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis ketiga yang dikembangkan dalam penelitian ini
adalah :
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan mengakses www.idx.co.id. Data
kuantitatif yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan tahunan
periode 2016-2018 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sampel dengan pertimbangan tertentu sehingga didapat sampel sebanyak 121 perusahaan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi berganda.
Tabel 1
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
255
Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -.392 .183 -2.144 .033
ROA .057 .003 .666 17.248 .000 .989 1.011
AKO -.002 .024 -.003 -.082 .935 .999 1.001
MVA .001 .000 .114 2.957 .003 .990 1.010
a. Dependent Vari able: RET URN
JURNAL KHARISMA
VOL. 2 No. 2, Juli 2020 E-ISSN 2716-2710
Nilai konstanta (Constant) sebesar -0,392. Hal ini berarti bahwa apabila semua variabel bebas
diasumsikan konstanta atau sama dengan nol, maka besarnya nilai pengungkapan return
Koefisien variabel profitabilitas (ROA) sebesar 0,057. Menjelaskan bahwa jika variabel lain
dianggap konstan maka meningkatnya profitabilitas sebesar 1% maka akan diikuti dengan
Koefisien variabel arus kas operasi (AKO) sebesar -0,002. Dengan signifikansi 0,935 kurang
dari 0,05 hal ini berarti arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap return saham.
Koefisien variabel market value addead (MVA) sebesar 0,001. Menjelaskan bahwa jika
variabel lain dianggap konstan maka meningkatnya market value addead sebesar 1% maka
Berdasarkan pengujian hasil analisis regresi yang diperoleh nilai koefisien sebesar 0,057 dan
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti profitabilitas (ROA)
berpengaruh positif terhadap return saham, maka H1 diterima. Profitabilitas yaitu kemampuan
baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan
256
Pengaruh Profitabilitas, Arus Kas Operasi, Dan …..
Tri Handayani, Merawati,Budhananda Munidewi
keuntungan maka semakin besar tingkat retun saham yang didapat perusahaan. Penelitian ini
sejalan dengan yang dilakukan Agustina dan Alexander (2012), Sudiarta (2016), Prasetyorini
(2013), dan Nurhayati (2013) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap
return saham.
Hipotesis kedua menyatakan arus kas operasi berpengaruh positif terhadap return saham.
Berdasarkan pengujian hasil analisis regresi yang diperoleh nilai koefisien -0,002 dan
signifikansi sebesar 0,935 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti arus kas operasi (AKO)
tidak berpengaruh terhadap return saham, maka H2 ditolak. Secara teori apabila arus kas
bersih dari aktivitas operasi tinggi, maka perusahaan dikatakan telah dapat meningkatkan nilai
dan meningkatkan arus kas dari aktivitas operasi mempengaruhi ekspektasi investor untuk
memperoleh arus kas setiap periode. Namun pernyataan diatas berbanding terbalik dengan
hasil uji yang menyatakan bahwa arus kas operasi tidak bepengaruh terhadap return saham,
hal ini terjadi karena investor lebih berfokus dan mempertimbangkan rasio profitabilitas
(ROA) dalam menanamkan sahamnya dan tidak memperhatikan arus kas operasi yang
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa, arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap
return saham. Artinya besar kecilnya jumlah arus kas operasi tidak akan mempengaruhi
return saham. Penelitian ini konsisten dengan Maharani (2012), Adiwiratama (2012) dan
Rahmawati (2014) yang membuktikan bahwa arus kas operasi tidak berpengaruh secara
257
JURNAL KHARISMA
VOL. 2 No. 2, Juli 2020 E-ISSN 2716-2710
Hipotesis ketiga menyatakan market value added berpengaruh positif terhadap return saham.
Berdasarkan pengujian hasil analisis regresi yang diperoleh nilai koefisien sebesar 0,001 dan
signifikansi sebesar 0,003 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti market value added (MVA)
berpengaruh terhadap return saham, maka H3 diterima. Market value added adalah suatu alat
pengukur kinerja mengenai perbedaan nilai pasar saham dengan jumlah ekuitas modal
investor (Brigham dan Houston, 2013:12). Tujuan utama perusahaan secara logis adalah
dilakukan Trisnandari (2013), Aliyah (2018), Kusuma (2018), Ansori (2015) dan
Widagdo,dkk (2009) menunjukkan bahwa MVA mempunyai pengaruh positif terhadap return
saham.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya serta rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, hipotesis, dan
pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan yaitu profitabilitas
berpengaruh positif terhadap return saham. Dalam hal ini berarti bahwa semakin tinggi
tingkat keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka semakin besar tingkat
return saham yang didapat perusahaan.Arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap return
saham, hal ini terjadi karena investor lebih berfokus dan mempertimbangkan rasio
profitabilitas (ROA) dalam menanamkan sahamnya dan tidak memperhatikan arus kas operasi
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.Market value added berpengaruh positif terhadap
return saham. Dalam hal ini market value added dapat menjadi indikator dalam memprediksi
return. Adanya peningkatan pada nilai tambah pasar, akan memberikan keyakinan bahwa
258
Pengaruh Profitabilitas, Arus Kas Operasi, Dan …..
Tri Handayani, Merawati,Budhananda Munidewi
Adapun keterbatasan dan saran dalam penelitian ini yaitu penelitian ini menggunakan tiga
variabel yaitu profitabilitas, arus kas operasi, dan market value added. Penelitian selanjutnya
agar menambahkan variabel- variabel lainnya yang dapat mempengaruhi return saham,
seperti Net Profit Margin (NPM),Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV),
Operating Profit Margin (OPM). Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur
DAFTAR PUSTAKA
Adiwiratama, Jundan, 2012. Pengaruh Informasi Laba, Arus Kas dan Size Perusahaan
Terhadap Return Saham. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika, Vol 3,No.1,pp. 53-
61.
Andriyanto, Hermawan Noor. 2015. Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate
Governance dan Sales Growth Terhadap Tax Efficience Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2012. Skripsi Universitas Negeri Semarang.
Agnes, Sawir. 2005. Analisis Kinerja Keuangan Dana Pembelanjaan Perusahaan. Jakarta:
PT. Gramedia.
Agustia.2009. Pengaruh Earning, Arus Kas Operasi Residual Income, Economic Value
Added serta Market Value Added Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Go
Public Consumer Goods). Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol 9 No. 6, pp. 89-
110.
Agustina, Lidya dan Juan Alexander. 2011. Pengaruh Economic Value Added, Profitabilitas
dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham Pada
Perusahaan Go Public yang Terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi, Vol.1 No.3, pp. 70-
79.
Bambang, Riyanto. 2011. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta: YBPFE
UGM.
Bramanti, Dita. 2006. Pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas Perusahaan
TerhadapReturn Pemegang Saham Perusahaan Sektor Industri Makanan dan
Minuman. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII.
Brigham, Eugene F. dan Joel, F. Houston. 2013. Dasar – Dasar Manajemen Keuangan.
Jakarta:Salemba Empat.
Baler, AL Haris. 2011. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap return Saham dengan
Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Fakultas ekonomi . Universitas
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.
Dewi, N. L. P. A., Endiana, I. D. M., & Arizona, I. P. E. (2019). Pengaruh Rasio Likuiditas,
Rasio Leverage Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan
259
JURNAL KHARISMA
VOL. 2 No. 2, Juli 2020 E-ISSN 2716-2710
260
Pengaruh Profitabilitas, Arus Kas Operasi, Dan …..
Tri Handayani, Merawati,Budhananda Munidewi
Prasetyorini, Bhekti Fitri. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price Earning Ratio
dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1 No.1, pp
183-1
Suryandari, N. N. A., & Wirawan, I. M. C. (2018). The Day Of The Week Effect dan The
Month Of The Year Effect Dalam Perolehan Return Saham. Sekolah Tinggi Ilmu
(STIE) Ekonomi Triatma Mulya, 24(1), 47-65.
261
ISSN 2303-1174 G.A.P. Tumakaka.
PENGARUH ARUS KAS BEBAS, PROFITABILITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP
RETURN SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI)
THE EFFECT OF FREE CASH FLOW, PROFITABILITY, AND SOLVABILITY ON STOCK RETURN (STUDY
ON MANUFACTURING COMPANIES LISTED ON IDX)
Oleh:
Gaes Adi Putra Tumakaka
E-mail:
gaesadiputra8896@gmail.com
Abstrak: Return saham merupakan sebuah pengembalian yang diharapkan atas investasi yang dilakukan terhadap saham
ataupun beberapa kelompok saham, melalui suatu portofolio. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh
arus kas bebas, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap return saham. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan, sehingga diperoleh 135 sampel dari 45
perusahaan manufaktur. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan alat bantu IBM SPSS
versi 20. Hasil penelitian menunjukan bahwa arus kas bebas dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
return saham, sedangkan solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Abstract: Stock return is an expected return from investment done on stock or some group of stocks through a portofolio.
The objective of this research is to find out the effect significance of free cash flow, profitability, and leverage on stock return.
This research is a quantitative research. Population on this research are manufacturing companies listed on Indonesia Stock
Exchange. Sampling method using purposive sampling with designated criteria, therefore, 135 sampel from 45
manufacturing companies is obtained. Data-analysing method is using multiple linear regression analysis with IBM SPSS
version 20 as tool. The result of this research show that free cash flow and profitability has positif and significance effect on
stock return, while solvability have insignificance effect on stock return
Latar Belakang
Memasuki era globalisasi, dimana perkembangan teknologi dan informasi yang cepat, persaingan dalam
dunia usaha menjadi begitu ketat. Di Indonesia sendiri, munculnya perusahaan-perusahaan baru dari berbagai
bidang usaha yang siap bersaing dengan perusahaan-perusahaan lama yang sudah lebih dulu ada. Mengingat
persaingan yang begitu ketat dalam dunia usaha, satu-satunya jalan untuk tetap bertahan dan bersaing serta
mempertahankan eksistensinya di dunia usaha yakni dengan terus tumbuh dan berkembang. Untuk terus tumbuh
dan berkembang bagi perusahaan bukanlah yang mudah. Selain itu, perusahaan membutuhkan modal yang cukup
dalam melakukan ekspansi tersebut.
Pasar modal merupakan suatu sarana yang mempertemukan investor, sebagai pihak yang memiliki
kelebihan dana, dengan perusahaan (emiten), sebagai pihak yang membutuhkan dana. Hal ini menjadikan pasar
modal suatu entitas yang menjalankan fungsi keuangan. Dalam prakteknya, perusahaan menerbitkan saham atau
surat tanda kepemilikannya, yang kemudian ditawarkan di bursa melalui suatu proses yang disebut dengan IPO
(Initial Public Offering). Selanjutnya, masyarakat sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana, dapat membeli
saham tersebut sesuai dengan harga yang berlaku saat itu. Pembelian saham oleh masyarakat bertujuan untuk
mendapatkan pengembalian (return).
Return saham adalah suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan atas investasi yang dilakukan
dalam saham atau beberapa kelompok saham melalui suatu portofolio (Martono, 2017). Return saham sendiri
terdiri atas capital gain (loss) dan juga dividen. Capital gain (loss) sendiri merupakan selisih antara harga saham
yang berlaku saat ini dengan dengan harga saham yang berlaku saat pembelian.
Sebagaimana pasar pada umumnya, saham sebagai salah satu instrumen yang diperdagangkan, bergantung
pada fluktuasi harga yang terjadi. Hal ini merupakan suatu resiko bagi investor karena perubahan harga saham
yang dapat terjadi sewaktu waktu menyebabkan munculnya suatu situasi ketidakpastian. Oleh karena itu,
diperlukan suatu metode untuk menganalisis suatu saham, sehingga resiko yang ada dapat diminimalisir.
Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan sumber informasi utama mengenai kinerja suatu
perusahaan. Oleh karena itu, dalam menganalisis suatu saham, laporan keuangan merupakan objek yang paling
vital untuk diteliti. Dalam sebuah laporan keuangan, arus kas merupakan komponen yang sangat penting untuk
diperhatikan. Arus kas bebas merupakan arus kas yang bebas digunakan oleh manajemen untuk pembiayaan
operasi perusahaan. Oleh karena itu, tingginya arus kas bebas menandakan besarnya jumlah kas yang tersedia,
yang dapat secara diskresioner dimanfaatkan oleh manajemen.
Laba bersih (Net Income) adalah tolak ukur keseluruhan kesuksesan perusahaan. Laba bersih merupakan
selisih lebih antara pendapatan dengan beban perusahaan, yang kemudian dikurangi dengan pajak yang harus
dibayarkan kepada pemerintah. Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam mengukur profitabilitas suatu perusahaan. Net Profit Margin adalah rasio yang membandingkan
jumlah laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan jumlah pendapatan perusahaan tersebut. Net Profit Margin
merupakan rasio yang memberikan gambaran mengenai seberapa efisien laba bersih bisa diperoleh. Dikatakan
efisien, karena net profit margin sangat dipengaruhi oleh jumlah beban yang dihasilkan perusahaan selama
operasinya.
Selain kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas), solvabilitas juga merupakan
indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan. Solvabilitas merupakan kemampuan
perusahaan dalam melunasi liabilitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Hal ini dapat diukur dengan cara
menghitung Debt to Equity Ratio (DER). Debt to equity ratio adalah perbandingan seluruh hutang dengan modal
yang dimiliki, dan sumber pendanaan liabilitas perusahaan.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah Arus Kas Bebas berpengaruh terhadap Return saham;
2. Untuk mengetahui apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Return saham;
3. Untuk mengetahui apakah Solvabilitas berpengaruh terhadap Return saham.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Sinyal
Teori sinyal menjelaskan bahwa perusahaan memiliki dorongan untuk memberikan informasi laporan
keuangan terhadap pihak eksternal (Geriadi, 2017). Dalam teori sinyal, sebuah laporan keuangan dianggap relevan
Pengembalian Saham
Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis yang menjadi
alat untuk mengukur kinerja perusahaaan dan sebagai dasar proyeksi return dan risiko di masa mendatang (Firanti,
2018).
Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal perusahaan
(Hery, 2016). Ada beberapa macam rasio yang digunakan dalam mengukur profitabilitas, salah satu diantaranya
adalah Net Profit Margin. Net Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase
laba bersih atas penjualan bersih (Hery, 2016).
Solvabilitas
Solvabilitas atau yang disebut juga leverage, adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam
menyelesaikan liabilitas atau kewajiban perusahaan (Hery, 2016). Debt to Equity Ratio adalah rasio yang
menunjukan perbandingan antara total liabilitas perusahaan dengan total ekuitas perusahaan (Hery, 2016).
Penelitian Terdahulu
Montoliang, Fedro Christian (2018) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Free Cash Flow dan
Economic Value Added terhadap Return Saham (Studi pada saham perusahaan yang tercatat aktif dalam LQ45 di
BEI periode 2015-2017). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh arus kas bebas dan economic value
added terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukan bahwa arus kas bebas berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
Salsabilla (2020) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Cash Ratio, Return on Assets, dan Net Profit
Margin Terhadap Return Saham (Survey pada Perusahaan Food and Baverages yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2018). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh cash ratio, return on assets,
dan net profit margin terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukan bahwa Net Profit Margin berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
Rahmawati (2020) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Current Ratio, Free Cash Flow, Debt to Equity
Ratio, Return on Equity, dan Earning Per Share Terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan yang
Terdaftar Tetap dalam Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh current ratio, free cash flow, debt to equity ratio, return on equity, dan earning per share
terhadap return saham.
Kerangka Konseptual
Solvabilitas H3
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kuantitatif kausal. Jenis
penelitian ini digunakan karena penelitian ini berusaha untuk mengukur signifikansi pengaruh yang diberikan
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengukuran inilah yang nantinya menguji setiap
hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya, dan dari pada itu, kesimpulan dapat diperoleh.
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas adalah pengujian yang bertujuan mengukur tingkat keeratan hubungan antar
variabel independen. Jika variabel-variabel independen memiliki korelasi yang erat, maka koefisien parsial regresi
tidak terukur dengan baik, karena perubahan kecil pada data dari sampel ke sampel akan menyebabkan perubahan
drastis pada koefisien parsial regresi. Dalam penelitian ini, multikolinearitas dideteksi dengan melihat nilai
Tolerance dan Variance Inflating Factor (VIF), dimana jika nilai tolerance > 0.1 dan VIF < 10, maka penelitian
bebas dari indikasi multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel independen pada periode tertentu
dengan variabel lainnya. Pengujian autokorelasi dilakukan menggunakan nilai Durbin-Watson.
Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk memprediksi heteroskedastisitas pada suatu model
dapat dilihat dengan pola gambar scatterplot. Apabila tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar
diatas dan dibawah serta disekitar angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian Hipotesis
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji t atau uji parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen. Uji t dapat dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel,
atau dengan kolom signifikansi pada masing-masing t hitung. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil uji t adalah:
1. Bila t hitung > t tabel, maka model signifikan. Hal ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari
alpha.
2. Bila t hitung < t tabel, maka model tidak signifikan. Hal ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih besar
dari alpha.
Hasil Penelitian
Gambaran Umum Objek Penelitian
Pada 10 Agustus 1977, Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. Bursa Efek Jakarta
dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Kemudian, pada 16 Juni 1989, Bursa Efek
Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek
Surabaya, yang nantinya bergabung dengan Bursa Efek Jakarta dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia.
Pada operasinya, Bursa Efek Jakarta menggunakan system perdagangan yang bernama JATS-NextG yang
disediakan OMX.
Uji Multikolinearitas
Berikut hasil uji multikolinearitas pada tabel berikut:
Tabel 3. Uji Multikolinearitas
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1,141 2,439
Arus Kas Bebas 1,117 ,457 ,227 ,806 1,241
NPM 1,490 ,449 ,309 ,803 1,245
DER ,176 ,146 ,101 ,987 1,013
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari table 3, hasil pengujian statistic kolinearitas menunjukan nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 untuk
setiap variabel. Selain itu, nilai Variance Inflation Factor (VIF) menunjukan nilai lebih kecil dari 10,00. Dari hasil
yang ditunjukan, varibel dapat dikatakan bebas dari multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan uji autokorelasi Durbin-Watson, dengan hasil sebagai berikut:
Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi
heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dilakukan menggunakan scatterplot.
Gambar 2. Scatterplot
Sumber: Hasil olah data sekunder, 2019
Dari gambar 2 diatas, terlihat titik-titik yang menyebar dan tidak membentuk pola tertentu. Selain itu, titik-titik
juga menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. dengan demikian, ditarik kesimpulan bahwa model
regresi tidak terjadi gejala heterokedastisitas.
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah Arus Kas Bebas berpengaruh positif terhadap Return
Saham. Dari hasil penelitian, didapati hasil thitung = 2,444 lebih besar dari ttabel = 1,978 dengan nilai signifikansi
0,01 < 0,05. Dengan demikian, H1 diterima yang artinya Arus Kas Bebas berpengaruh positif terhadap Return
Saham. Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Return Saham.
Dari hasil penelitian, didapati hasil thitung = 3,318 lebih besar dari ttabel = 1,978 dengan nilai signifikansi 0,001 <
0,05. Dengan demikian, H2 diterima yang artinya Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Return Saham.
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah Solvabilitas berpengaruh negatif terhadap Return Saham. Dari hasil
Pembahasan
Pengaruh Arus Kas Bebas Terhadap Return Saham
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan sebelumnya, ditemukan bahwa variabel arus kas bebas
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Return Saham. Dari hasil penelitian, terlihat jika semakin
tinggi nilai arus kas yang dimiliki perusahaan, maka return saham perusahaan tersebut semakin besar, dikarenakan
capital gain dari saham semakin besar. Hal ini terjadi karena perusahaan dapat menggunakan arus kas bebas
secara diskresioner seperti, akuisisi, pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan, pembayaran hutang, dan
pembayaran dividen (Montoliang, 2018). Tindakan-tindakan inilah yang kemudian menjadi sinyal positif bagi
investor di bursa. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Firanti (2018) yang
menemukan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara arus kas bebas dan return saham.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa arus kas bebas secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
return saham.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian ini, saran yang dapat diberikan untuk penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan, agar dapat memperhatikan efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan. Selain itu,
perusahaan diharapkan melakukan manajemen laba sehingga volatilitas laba tidak terlalu signifikan, karena
dapat mempengaruhi respon pasar yang beragam.
2. Bagi investor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan
investasi, terlebih dalam melakukan analisa fundamental terhadap emiten-emiten yang ada.
3. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat meneliti variabel-variabel lain yang dapat secara signifikan
mempengaruhi pengembalian saham, sehingga terdapat gambaran yang lebih jelas terhadap pergerakan harga
saham beserta pengembalian saham.
Daftar Pustaka
Firanti, E., dan Rahayu, Y. 2018. Pengaruh Arus Kas Bebas Dan Laba Bersih Terhadap Return Saham Perusahaan
Consumer Goods. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 7, No. 10.
http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/index.php/jira/article/download/220/222. Diakses 11 April 2020.
Geriadi, M. A. D, dan Wiksuana, I. G. B. 2017. Pengaruh Inflasi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Resiko Sistematis dan Profitabilitas
sebagai Variabel Mediasi. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 6, No. 9.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/EEB/article/download/33381/20364. Diakses 11 April 2020.
Hapsari, Ratih K. 2019. Pengaruh Likuiditas Saham, Arus Kas Bebas, Laba Bersih, dan Risiko Sistematis
Terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2014-2017). http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/73212. Diakses 15 April 2020.
Montoliang, F. C. 2018. Pengaruh Free Cash Flow dan Economic Value Added terhadap Return Saham (Studi
pada saham perusahaan yang tercatat aktif dalam LQ45 di BEI periode 2015-2017). Jurnal Akuntansi.
Vol. 10, No. 2. https://journal.maranatha.edu/index.php/jam/article/view/1088. Diakses pada 11 April
2020.
Rahmawati, Isnaini Nur. 2020. Pengaruh Current Ratio, Free Cash Flow, Debt to Equity Ratio, Return on Equity,
dan Earning Per Share Terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar Tetap
dalam Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018).
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/82975. Diakses 15 April 2020
Salsabila, N. D. 2020. Pengaruh Cash Ratio, Return on Assets Dan Net Profit Margin Terhadap Return Saham
(Survey Pada Perusahaan Food and Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-
2018). http://repositori.unsil.ac.id/id/eprint/1779. Diakses 10 April 2020.
Putri, A. P., Hutagalung, J., Octavia, V., dan Virginia, C. 2020. Analysis of Stock Market Returns: Study of
Consumer Goods Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange. Soshum: Jurnal Sosial dan
Humaniora. Vol. 10, No. 3. http://ojs.pnb.ac.id/index.php/SOSHUM/article/view/1963. Diakses 2
Desember 2020.
Velayati, Ali A. 2018. Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan,
dan kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
BEI tahun 2014-2016). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Banyumas.
http://repository.ump.ac.id/7562/
ARTIKEL ILMIAH
Oleh:
LINGGAR PALUPI
2017310793
Dosen Pembimbing,
Tanggal :
Linggar Palupi
STIE Perbanas Surabaya
Email: 2017310793@students.perbanas.ac.id
ABSTRACT
This research was conducted based on the phenomenon of a decline in the performance of the
manufacturing sector index from early 2019 to the end of 2019 as well as inconsistent results
from previous research. This study aims to examine the effect of cash flow components and total
cash flow on stock returns. The research sample is a manufacturing company listed on the
Indonesia Stock Exchange in the 2015-2019 period. The data analysis method used in this
research is descriptive statistical analysis, classical assumption test and multiple linear
regression analysis. The results showed simultaneously operating cash flow, investment cash
flow, financing cash flow, and total cash flow did not have a significant effect on stock returns.
Partially, operating cash flow, investment cash flow, financing cash flow and total cash flow
have no significant effect.
Keywords: Operating Cash Flow, Investment Cash Flow, Funding Cash Flow, Total Cash Flow
2
akan lancar dan pandangan investor terhadap Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo),
perusahaan menjadi baik. Selain itu peneliti pada Januari hingga November 2019
memilih judul ini berdasarkan hasil penjualan mobil nasional mencapai 940.362
penelitian yang tidak konsisten dan unit atau menurun sebesar 11,57 persen
fenomena yang terjadi pada perusahaan dibandingkan dengan tahun 2018 yang
manufaktur di tahun 2019. mencapai 1,06 juta unit mobil (Kontan.co.id,
Menurunnya kinerja indeks sektor 2019). Penurunan permintaan barang
manufaktur sejak awal tahun 2019. Beberapa produksi yang mengakibatkan menurunnya
saham yang menunjukkan penurunan adalah aktivitas perusahaan seperti ekspor dan
saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) penjualan kendaraan dalam negeri dapat
yang melemah sebesar 8,31 persen sejak mempengaruhi laporan keuangan yang
awal tahun, saham PT Astra International mencerminkan kinerja perusahaan. Jika
Tbk (ASII) yang terkoreksi 15,81 persen kinerja perusahaan semakin baik, maka
year to date, saham PT Sri Rejeki Isman Tbk keuntungan yang dihasilkan juga akan
(SRIL) menurun sebesar 27,37 persen sejak meningkat, hal ini akan mempengaruhi
awal tahun serta dua saham emiten rokok return saham.
terbesar yaitu PT Gudang Garam Tbk
(GGRM) dan PT Hanjaya Mandala LANDASAN TEORI DAN
Sampoerna Tbk (HMSP) telah menurun PENGEMBANGAN HIPOTESIS
masing-masing 36,50 persen dan 43,40
persen sejak awal tahun. Menurut Analis NH Teori Sinyal (Signalling theory)
Korindo Meilky Darmawan, hal ini terjadi Teori sinyal merupakan tindakan
karena menurunnya permintaan barang manajemen perusahaan yang akan memberi
produksi di dakam negeri. Selain itu, sinyal pada investor mengenai bagaimana
penjualan ekspor pada semester I-2019 juga manajemen memandang suatu prospek masa
fluktuatif, ketika memasuki semester II-2019 depan suatu perusahaan (Scott, 2012, p. 475).
pada Oktober 2019 kinerja ekspor Teori ini menjelaskan bagaimana seharusnya
mengalami penurunan yang tajam. perusahaan mengirim sinyal kepada
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pemangku kepentingan. Hubungan teori
(BPS), ekspor pada Oktober 2019 sinyal dengan variabel yang digunakan dalam
mengalami kenaikan 5,92 persen secara penelitian, dapat membantu manajemen
month on month (mom) menjadi US$ 14,93 perusahaan dan pemangku kepentingan
miliar, namun angka menurun dibandingkan dalam mengurangi asimetri informasi dengan
dengan realisasi ekspor pada Oktober 2018 menyediakan informasi keuangan yang
yaitu mencapai US$ 15,8 miliar. akurat.
Faktor lain dari penurunan sektor Dalam penelitian ini perusahaan
manufaktur juga diakibatkan adanya memberikan sinyal kepada pengguna laporan
sentiment kenaikan cukai rokok pada dua keuangan berupa informasi laporan arus kas
emiten rokok yaitu HMSP dan GGRM. yang terdiri dari arus kas operasi, arus kas
Selain ekspor dan kenaikan cukai rokok, investasi dan arus kas pendanaan dan
penurunan penjualan kendaraan dalam informasi mengenai return saham. Informasi
negeri juga menyebabkan melemahnya tersebut diterjemahkan menjadi sinyal yang
kinerja indeks sektor manufaktur. baik bagi investor jika arus kas operasi dan
Berdasarkan data Gabungan Industri arus kas pendanaan meningkat, arus kas
3
investasi menurun yang menandakan Dalam laporan arus kas, penerimaan dan
aktivitas investasi perusahaan aktif serta pembayaran kas diklasifikasikan menjadi tiga
return saham yang tinggi akan komponen yaitu, arus kas operasi, arus kas
memperlihatkan pada investor bahwa kinerja investasi dan arus kas pendanaan.
perusahaan baik, sehingga hal tersebut dapat Arus kas operasi merupakan
mempengaruhi keputusahan investor dalam ringkasan penerimaan dan pembayaran kas
berinvestasi. Informasi akan diterjemahkan yang berasal dari aktivitas operasi
sebagai sinyal yang buruk ketika informasi perusahaan (Warren, 2017, p. 21). Menurut
arus kas operasi dan arus kas pendaaan PSAK No. 2 2009, arus kas operasi pada
menurun, arus kas investasi meningkat yang umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa
menandakan perusahaan menjual beberapa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau
asetnya serta return saham yang rendah pada rugi bersih. Informasi arus kas operasi sangat
perusahaan, hal itu akan membuat investor diperlukan oleh investor untuk menilai
memandang kinerja perusahaan buruk. perusahaan dapat menjalankan
Tanggapan para investor terhadap sinyal operasionalnya dengan baik atau tidak serta
positif dan negative sangat mempengaruhi dapat digunakan untuk memprediksi arus kas
kondisi pasar, mereka akan bereaksi dengan operasi di masa depan.
berbagai cara dalam menanggapi sinyal Arus kas investasi adalah arus kas
tersebut seperti memburu saham dijual (Sri yang berhubungan dengan transaksi kas
Handini, 2020, p. 90). untuk pembelian dan penjualan dari asset
yang sifatnya permanen (Warren, 2017, p.
Laporan Arus Kas 21). Menurut PSAK N0. 2 Tahun 2009, arus
Laporan arus kas merupakan kas investasi menggambarkan pengeluaran
ringkasan dari penerimaan dan pembayaran yang sudah terjadi untuk sumbe daya yang
kas untuk periode waktu tertentu, seperti memiliki tujuan menghasilkan pendapatan
satu bulan atau satu tahun (Warren, 2017, p. dan arus kas di masa depan.
17). Laporan ini mencerminkan besarnya Arus kas pendanaan adalah ringkasan
kenaikan dan penurunan bersih kas dari transaksi kas yang berhubungan dengan
seluruh aktivitas selama periode berjalan investasi kas oleh pemilik, peminjam, dan
serta saldo kas yang dimiliki perusahaan penarikan kas oleh pemilik (Warren, 2017, p.
sampai dengan akhir periode. Laporan arus 21). Arus kas pendanaan berkaitan dengan
kas dapat digunakan investor untuk kegiatan yang meliputi pemerolehan dana
mengetahui kinerja perusahaan selama dari pemilik dan pemberian imbalan (return
periode tertentu serta sebagai alat prediksi on), dan kembalian (return of) investasi
arus kas perusahaan di masa depan. perusahaan, peminjaman uang dan
Laporan arus kas memberikan pembayaran jumlah yang dipinjam, atau
informasi yang memungkinkan penggunanya penyelesaian utang tersebut dengan cara lain
untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva serta pemerolehan dan pembayaran sumber
berish perusahaan, struktur keuangan, dan dana lain yang diperoleh dari kreditor atas
kemampuan perusahaan dalam kredit jangka Panjang (Suwardjono, 2005, p.
menghasilkan kas (Sopini, 2016). Selain itu, 186).
laporan ini dapat digunakan investor untuk
menilai tingkat likuiditas perusahaan dalam Return Saham
menghasilkan laba (Rizal & Ana, 2016). Return adalah keuntungan yang
diperoleh perusahaan, individu, dan institusi
4
dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan memiliki cukup informasi mengenai arus kas
(Fahmi, 2012, p. 189). Return dapat berupa pendanaan suatu perusahaan yang akan
return realisasian yang sudah terjadi atau mempengaruhi permintaan dan penawaran
return ekspetasian yang belum terjadi tetapi saham perusahaan dan berdampak pada
yang diharapkan akan terjadi di masa yang perubahan harga saham pada pasar modal
akan mendatang (Hartono, 2016, p. 263). dan return saham. Informasi tersebut akan
Return realisasi merupakan imbal hasil yang diterjemahkan sebagai sinyal baik atau buruk
telah terjadi. Return realisasi sangat penting oleh investor dalam mengambil keputusan
bagi investor karena return ini dapat investasi. Informasi arus kas operasi akan
digunakan menjadi dasar penentu return diterjemahkan menjadi sinyal yang baik
ekspektasi serta risiko di masa depan. Return ketika jumlah kas yang dihasilkan tinggi
ekspektasi adalah imbal hasil yang yang cukup menjamin untuk melunasi
diharapkan di masa depan oleh investor. pinjaman, memelihara kemampuan operasi
Motivasi investor untuk menanamkan modal perusahaan, membayar dividen dan
dalam suatu perusahaan adalah tingkat melakukan investasi baru tanpa
return yang akan didapatkan atas penanaman mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
modal tersebut. H1 : Arus kas operasi berpengaruh
Return yang diperoleh investor atas terhadap return saham pada perusahaan
investasi pada suatu perusahaan dapat sektor manufaktur yang terdaftar di
berupa dividen dan capital gain (loss). Bursa Efek Indonesia (BEI)
Dividen merupakan bagian laba bersih
perusahaan yang dibagikan kepada Pengaruh Arus Kas Investasi terhadap
pemegang saham. Capital gain (loss) adalah Return Saham
selisih dari harga jual saham dengan harga Arus kas investasi adalah arus kas
beli saham. Capital gain dapat terjadi saat yang berhubungan dengan transaksi investasi
harga jual saham lebih besar dari harga beli yang dilakukan oleh perusahaan seperti
saham, sedangkan capital loss terjadi saat pembelian dan penjualan asset tetap dan
harga jual saham lebih kecil dari harga beli investasi (surat berharga) jangka Panjang dan
saham. jangka pendek. Arus kas ini dapat digunakan
investor untuk melihat apakah investasi
Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap perusahaan tersebut produktif atau tidak. Hal
Return Saham ini dikarenakan arus kas investasi
Arus kas operasinal merupakan arus mencerminkan penerimaan dan pengeluaran
kas yang berasal dari transaksi yang kas terkait dengan sumber daya yang
berkaitan dengan kegiatan operasional digunakan untuk menghasilkan pendapatan
perusahaan. Arus kas Operasi mencakup serta arus kas di masa depan. Teori sinyal
semua transaksi dan kejadian lain yang dapat menjelaskan hubungan arus kas
mempengaruhi laporan laba rugi. investasi return saham.
Hubungan arus kas operasi dengan Arus kas investasi dapat dijelaskan
return saham dapat dijelaskan dengan teori dengan teori sinyal ketika perusahaan
sinyal. Teori sinyal yang menjelaskan memberikan informasi arus kas investasi dan
mengenai bagaimana manajemen perusahaan informasi tersebut akan diterjemahkan
memberikan informasi kepada pihak luar menjadi sinyal baik saat arus kas ini menurun
seperti investor untuk mengurangi asimetri menandakan perusahaan melakukan investasi
informasi, yaitu dimana investor tidak yang menunjukkan adanya potensi kenaikan
5
pendapatan di masa depan. Informasi pasar yang tinggi, hal ini akan mendorong
tersebut menjadi sinyal untuk investor investor untuk tertarik berinvestasi pada
membeli atau menjual saham mereka. saham perusahaan yang akan mempengaruhi
H2 : Arus kas investasi berpengaruh harga saham perusahaaan yang nantinya
terhadap return saham pada perusahaan berimbas pada return saham (Razak &
sektor manufaktur yang terdaftar di Syafitri, 2018). Saat arus kas dari total tiga
Bursa Efek Indonesia (BEI) komponen tersebut tinggi menggambarkan
bahwa perusahaan mampu mengoptimalkan
Pengaruh Arus Kas Pendanaan terhadap sumber daya untuk aktivitias perusahaan dan
Return Saham menghasilkan keuntungan bagi perusahaan,
Arus kas pendanaan adalah arus kas informasi ini menjadi sinyal yang baik untuk
yang berkaitan dengan transaksi yang dapat menambah kepercayaan investor terhadap
mempengaruhi perubahan pinjaman dan penilaian kinerja perusahaan. Meningkatnya
ekuitas perusahaan. Aktivitas pendaan dapat kepercayaan investor akan menimbulkan
berupa perolehan sumber pendanaan dari reaksi pasar yang akan menimbulkan
pemegang saham dan pembayaran perubahan harga dan berdampak pada return
keuntungan kepada pemegang saham serta saham.
perolehan sumber pendanaan dari kreditur H4 : Total arus kas berpengaruh terhadap
dan pembayaran kembali pinjaman tersebut return saham pada perusahaan sektor
kepada kreditur. Investor akan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
menerjemahkan informasi arus kas Indonesia (BEI)
pendanaan sebagai sinyal baik ketika arus
pendanaan meningkat, semakin tinggi KERANGKA PEMIKIRAN
kepercayaan investor terhadap perusahaan.
H3 : Arus kas pendanaan berpengaruh
terhadap return saham pada perusahaan
sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI)
8
DATA DAN METODE PENGUMPULAN TEKNIK ANALISIS DATA
DATA Dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis data berupa analisis statistik
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang deskriptif dan analisis uji hipotesis. Teknik
diperoleh dari laporan keuangan tahunan analisis data yang digunakan sebagai berikut,
perusahaan manufaktur pada periode 2015- 1. Analisis statistik deskriptif.
2. Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
2019 yang telah diaudit dan diterbikan. Data normalitas, uji autokorelasi, uji
sekunder adalah data yang diperoleh secara multikolinieritas, dan uji
tidak langsung dan diperoleh dari pihak heteroskedastisitas.
tertentu yang telah mengumpulkan data 3. Analisis regresi linier berganda.
tersebut (Slamet Riyanto, 2020, p. 127). 4. Uji hipotesis yang terdiri dari koefisien
determinasi (R2), uji F dan uji t.
Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode dokumentasi. HASIL PENELITIAN DAN
Dokumentasi adalah memperoleh data PEMBAHASAN
langsung dari tempat penelitian, meliputi Analisis Deskriptif
buku-buku yang relevan, peraturan- Dalam analisis deskriptif menjelaskan
peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film mengenai gambaran variabel penelitian yang
documenter, data yang relevan dengan meliputi data terendah, data tertinggi, rata-
penelitian (Unaradjan, 2019, p. 140). rata dan standar deviasi dari masing-masing
Sumber data yang digunakan diambil dari variabel. Analisis Deskriptif dari arus kas
Bursa Efek Indonesia melalui website operasi, arus kas investasi, arus kan
www.idx.co.id, melalui website perusahaan pendanaan dan return saham dapat dilihat
serta melalui www.finance.yahoo.com. pada table dibawah ini
Tabel 1
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
9
minimum sebesar -460.97 yang dimiliki oleh jangka panjang juga termasuk dalam arus
perusahaan PT Jembo Cable Company Tbk kas investasi. Melalui informasi arus kas
pada tahun 2019. Nilai ini menunjukkan investasi investor dapat melihat bagaimana
bahwa pendapatan PT Jembo Cable perusahaan mengelola sumber daya untuk
Company Tbk pada tahun 2018 dari menambah pendapatan dan arus kas
aktivitas operasionalnya sangat kecil, hal ini mereka di masa depan.
dikarenakan jumlah penerimaan dari Arus kas pendanaan berisi
pelanggan dan kas yang diperoleh dari penerimaan dan pengeluaran perusahaan
operasi pada tahun 2018 lebih kecil terkait dengan transaksi yang berhubungan
dibandingkan pengeluaran aktivitas operasi dengan pos kewajiban yang nantinya
perusahaan, sehingga menghasilkan arus kas mempengaruhi perubahan dalam jumlah
operasi yang negative dan menimbulkan modal dan pinjaman perusahaan. Informasi
nilai rasio yang sangat kecil. arus kas pendanaan dapat menunjukkan
Nilai maksimum tersebut bagaimana perusahaan memperoleh dana
menunjukkan tingkat pendapatan dari untuk operasional maupun untuk
aktivitas operasional perusahaan tersebut mengembangkan perusahaan di masa
tinggi. Hal ini dikarenakan pada tahun 2015 depan. Kegiatan yang termasuk dalam arus
adanya peningkatan penerimaan dari kas pendanaan meliputi pelunasan
pelangan, kas yang diperoleh dari operasi pinjaman, penerimaan dari obligasi, wesel,
serta adanya penerimaan kas lainnya dari pinjaman jangka pendek maupun jangka
aktivitas operasi selain dari pelanggan yang panjang dan yang lain.
membuat arus kas operasi yang dihasilkan Total arus kas menunjukkan
lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. besarnya kenaikan dan penurunan bersih
Pada table tersebut juga terdapat nilai rata- kas dari seluruh aktivitas perusahaan
rata arus kas operasi dari tahun 2015-2019 selama periode berjalan. Total aru kas
sebesar 11.9067 dengan standar deviasi perusahaan terdiri dari arus kas operasi,
57.72618. Dari hasil tersebut diketahui arus kas investasi dan arus kas pendanaan.
bahwa standar deviasi lebih besar daripada Total arus kas memberikan informasi
nilai rata-rata arus kas operasi, yang kepada pengguna laporan keuangan
menunjukkan adanya variasi pada data atau mengenai arus kas yang telah dihasilkan
bersifat independen. oleh perusahaan dengan sumber daya yang
Arus kas investasi sebuah mereka miliki. Dari informasi tersebut,
perusahaan merupakan arus kas yang pengguna laporan keuangan dapat menilai
dihasilkan dari kegiatan investasi apakah perusahaan memiliki kemampuan
perusahaan yang menghasilkan pendapatan dalam menghasilkan kas dengan seluruh
dan arus kas di masa depan. Arus kas ini aktivitasnya dengan baik atau sebaliknya.
berkaitan dengan transaksi pembelian dan
penjualan dari aset yang bersifat permanen. Uji Normalitas
Transasksi yang termasuk dalam arus kas ini Uji normalitas bertujuan untuk
seperti, pembelian dan pembayaran kas atas menguji apakah data penelitian berditribusi
aset tetap, aset tidak berwujud dan aset normal atau sebaliknya. Pengujian
jangka panjang lainnya, Selain itu, normalitas pada penelitian ini
penerimaan kas atas penjualan aset menggunakan Kolmogorov-Smirnov
berwujud maupun tidak berwujud serta aset dengan α = 0,05 dapat dikatakan
10
terdistribusi normal jika Angka signifikansi Berdasarkan hasil uji
(sig) > 0,05. Pada awal pengujian normalitas multikolinieritas di ketahui bahwa nilai
data, hasil pengujian menunjukkan bahwa VIF pada seluruh variabel independent
data tidak berdistribusi normal. kurang dari 10 dan nilai Tolerance seluruh
Tabel 2 variabel independent lebih dari 0,10. Hal
Hasil Uji Normalitas ini menunjukkan bahwa variabel
Keterangan Nilai independent pada regresi tidak mempunyai
masalah multikolinieritas.
Jumlah Sampel (N) 650
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan
Sumber : hasil output SPSS
peneliti untuk mengetahui apakah model
Berdasarkan hasil pengujian awal yang regresi linier ada korelasi antara kesalahan
dilakukan tidak diperoleh angka signifikansi penganggu pada periode t dengan
yang menggambarkan data berdistribusi kesalahan penganggu pada periode
normal, peneliti melakukan penghapusan sebelumnya (Diyah Pujiati, et al, 2018, p.
data yang terindikasi sebagai outlier
88). Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Zscore dengan kriteria data
yang terindikasi sebagai outlier adalah hasil menggunakan pengujian dengan uji Run
Zscore yang memiliki nilai ± 2,2 . Hal ini Test. Berikut hasil olah data dengan
dilakukan untuk menormalkan data menggunakan spss 25 untuk uji
penelitian. autokorelasi dengan uji Run Test sebagai
Uji Multikolinearitas berikut :
Uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji korelasi tinggi atau sempuran Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi
diantara variabel independent dalam model
regresi yang terbentuk. Dalam penelitian ini, Keterangan Nilai
pengujian multikolinieritas menggunakan
nilai VIF dan toleracance. Hasil pengujian Asymp. Sig. (2- 0.063
dikatakan memiliki masalah tailed)
multikolinieritas jika nilai VIF > 10 dan Sumber : data diolah dari hasil uji SPSS 25
angka tolerance ≤ 0,10 dapat disimpulkan
data memiliki masalah multikoliniertas, Dari tabel di atas diketahuai nilai
yaitu terjadi hubungan yang cukup besar
signifikan 0.063. hal ini berarti bahwa nilai
antar variabel 11ndependent. Hasil uji
multikolinieritas sebagai berikut : sig > 0,05 yang disimpulkan bahwa data
tidak terjadi gejala autokorelasi.
Tabel 3
Hasil Uji Multikolinearitas Uji Hesteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas merupakan
Collinearity Statistic pengujian yang dilakukan mengetahui
Model
Tolerance VIF apakah varian dari residual setiap periode
AKO 1.000 1.000
pada model regresi kontans atau tidak.
AKI 1.000 1.000
Dalam penelitian ini, pengujian
AKP 0.999 1.001
TAK 0.999 1.001 heteroskedastisitas menggunakan uji
Sumber : hasil output SPSS, data diolah glejser. Model regresi dapat dikatakan
11
terjadi heteroskedastisitas apabila nilai berikut :
signifikansi > 0,05 dan sebaliknya. Berikut Ri = 9.947 - 0.000043(AKO) + 0(AKI)
hasil olah data SPSS 25 untuk pengujian + 0(AKP) - 0.000028(TAK) + e
heteroskedastisitas menggunakan uji Dari persamaan di atas dapat
Glejser: diinteprestasikan sebagai berikut :
a. Jika seluruh variabel dianggap tidak
Tabel 5 berpengaruh maka nilai Ri sebesar
Hasil Uji Heteroskedastisitas 9.947.
b. Setiap kenaikan satu satuan, AKO
Mode Sig menurunkan nilai Ri sebesar koefisien
AKO 0.524
regresi dari AKO yaitu 0.000043. Hal
AKI 0.305
AKP 0.537 ini dengan adanya asumsi bahwa
TAK 0.987 variabel independent selain AKO
Sumber : hasil output SPSS, data diolah dianggap tidak berpengaruh.
c. Setiap kenaikan satu satuan, AKI tidak
Berdasarkan tabel di atas dapat menurunkan atau menaikkan nilai Ri.
diketahui bahwa nilai signifikan seluruh Hal ini dengan adanya asumsi bahwa
variabel independent lebih dari 0,05. Hal ini variabel independent selain AKI
dapat disimpulkan bahwa model regresi dianggap tidak berpengaruh.
tidak mengalami heteroskedastisitas. d. Setiap kenaikan satu satuan, AKP
tidak menurunkan atau menaikkan
Analisis Regresi Linier Berganda nilai Ri. Hal ini dengan adanya asumsi
Analisis regresi linier berganda bahwa variabel independent selain
merupakan analisis yang dilakukan untuk AKP dianggap tidak berpengaruh.
menguji hubungan kausal lebih dari satu e. Setiap kenaikan satu satuan, TAK
variabel independent terhada satu variabel menurunkan nilai Ri sebesar koefisien
dependen. Adapun hasil olah data regresi dari TAK yaitu 0.000028. Hal
menggunakan SPSS 25 sebagai berikut : ini dengan adanya asumsi bahwa
variabel independent selain TAK
Tabel 6
dianggap tidak berpengaruh.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Unstandardized Uji F
Model Coefficients Uji F dilakukan untuk mengetahui
B pengaruh secara simultan variabel
(Constant) 9.947 independent terhadap variabel dependen.
AKO -0.000043 Hipotesi dalam pengujian ini sebagai
AKI 0 berikut
AKP 0 Tabel 7
TAK -0.000028 Hasil Uji F
13
bahwa arus kas operasi berpengaruh dengan uji t menggunakan bantuan SPSS
signifikan terhadap return saham. Hasil ini diketahui bahwa nilai signifikansi dari arus
mendukung penelitian Anif dan Sodikin kas investasi sebesar 0.643. Nilai
(2016), Sri Purwanti, et al (2015), dan signifikansi arus kas investasi > 0.05
Jundan (2012), hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa arus kas investasi
menunjukkan hasil bahwa arus kas operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
tidak berpengaruh signifikan terhadap return return saham. Hasil penelitian ini tidak
saham. sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Arus kas operasi tidak berpengaruh oleh Sri Wahyuningsih, et al (2020), Anif
signifikan terhadap return saham dan Sodikin (2016) yang menyatakan arus
dikarenakan investor tidak menggunakan kas investasi berpengaruh terhadap return
informasi arus kas operasi perusahaan dalam saham. Hasil penelitian ini mendukung
pengambilan keputusan hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh Ardhia dan
arus kas operasi tidak menjamin bahwa arus Carolyn (2019), Mia dan Perdana (2019),
kas operasi tinggi maka perusahaan mampu Atika dan Lucia (2018), Rihfenti, et al
melunasi pinjaman serta membayar dividen (2017), Sayed Abbas Bala (2017), Sri
dan melakukan investasi, karena hal itu Purwanti, et al (2015) dan Jundan
dapat dilakukan jika perusahaan memiliki Adiwiratama (2012).
earning tinggi serta dana tunai yang cukup Arus kas investasi tidak
untuk melakukanya. Selain itu, kinerja berpengaruh signifikan terhadap return
perusahaan tidak hanya dilihat dari laporan saham dikarenakan transakasi investasi
arus kas operasi namun juga dilihat dari seperti penjualan dan pembelian aset tetap
laporan laba rugi perusahaan. tidak dilakukan secara rutin sehingga tidak
mempengaruhi peningkatan pendapatan
Pengaruh Arus Kas Investasi Terhadap serta laba yang diperoleh perusahaan. Saat
Return Saham perusahaan melakukan investasi hal itu
Penilain investor terhadap kinerja membantu operasional perusahaan karena
perusahaan yang digunakan dalam ketika arus kas investasi menurun
pengambilan keputusan tidak hanya dapat menandakan perusahaan melakukan
dilihat melalui arus kas operasi, namun juga investasi yang menunjukkan adanya
pada arus kas investasi perusahaan yang potensi kenaikan pendapatan di masa
memiliki infomasi tentang transaksi depan, akan tetapi dari informasi tersebut
investasi yang dilakukan oleh perusahaan. tidak dapat dipastikan waktu terjadinya
Dari infomasi arus kas investasi ini, realisasi keuntungan dari investasi tersebut
perusahaan memberikan sinyal keadaan sehingga investor tidak bereaksi terhadap
investasi perusahaan kepada investor. Hal informasi arus kas investasi. Hal itu
ini untuk mengurangi asimetri informasi membuat arus kas investasi tidak
antara manajemen perusahaan dengan berdampak pada harga saham maupun
investor. Hal ini sesuai dengan teori sinyal return saham.
yang menjelaskan bagaimana perusahaan
mengurangi asimetri informasi dengan Pengaruh Arus Kas Pendanaan
memberikan sinyal kepada investor Terhadap Return Saham
mengenai keadaan perusahaan. Arus kas pendanaan merupakan
Pada tabel pengujian hipotesis sinyal yang diberikan oleh manajemen
14
perusahaan kepada investor terkait aktivitas Pengaruh Total Arus Kas Terhadap
pendanaan perusahaan. Sinyal berupa Return Saham
informasi pendanaan ini digunakan investor Berkaitan dengan teori sinyal yang
untuk menilai perusahaan dalam menjelaskan bagaimana perusahaan
pengambilan keputusan dimana hal itu akan memberikan informasi terhadap investor,
menimbulkan reaksi investor dalam pasar perusahaan memberikan sinyal melalui
modal yang akan mempengaruhi harga informasi total arus kas yang terdiri dari
saham serta return saham yang didapat arus kas operasi, arus kas investasi, dan
investor. arus kas pendanaan menggambarkan arus
Berdasarkan hasil pengujian kas yang dapat dihasilkan perusahaan
hipotesis dengan uji t menggunakan bantuan dengan segala kegiatanya dengan sumber
SPSS didapatkan nilai signifikansi arus kas daya yang mereka miliki.
pendanaan sebesar 0.946 yang menunjukkan Dari tabel hasil pengujian hipotesis
bahwa nilai signifikansi arus kas pendanaan hipotesis dengan uji t menggunakan
> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa arus kas bantuan SPSS diketahui nilai signifikansi
pendanaan tidak berpangaruh signifikan total arus kas 0.800. Nilai signifikansi total
terhadap return saham. Hasil penelitian ini arus kas > 0,05 yang menunjukkan bahwa
tidak sejalan dengan penelitian Sri total arus kas tidak berpengaruh signifikan.
Wahyuningsih, et al (2020), Mia dan Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
Perdana (2019), Anif dan Sodikin (2016), penelitian yang dilakukan oleh Sri
Yogie dan Mimin (2016), Sri Purwanti, et al Wahyuningsih, et al (2020), Ira, et al
(2015) dan Jundan Adiwiratama (2012) (2019), dan Siska, et al (2016) yang
yang membuktikan arus kas pendanaan menyatakan bahwa total arus kas
berpengaruh terhadap return saham. Hasil berpengaruh terhadap return saham. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian penelitian ini mendukung penelitian yang
Rihfenti, et al (2017)dan Sayed Abbas Bala dilakukan oleh Linda dan Rahmi (2018)
(2017). dan Arief dan Andrianto (2012).
Arus kas pendanaan tidak Total arus kas yang tidak
berpengaruh signifikan terhadap return berpengaruh terhadap return saham
saham dikarenakan bertambahnya arus kas menunjukkan bahwa investor tidak
pendanaan menandakan yang dianggap menjadikan informasi ini sebagai tolak
menjadi peluang perusahaan untuk ukur memprediksi return saham. Selain itu,
berkembang, menunjukkan hal lain yaitu adanya pemisahan total arus kas menjadi
dimana perusahaan belum diolah dengan tiga komponen yaitu arus kas operasi, arus
baik sehingga risiko yang ditanggung juga kas investasi serta arus kas pendanaan,
besar karena tingginya arus kas pendanaan dimana ketiga komponen tersebut memiliki
mencerminkan kewajiban perusahaan yang pengaruh yang berbeda terhadap return
tinggi, dan nantinya keuntungan yang saham sehingga dapat mengamburkan
didapat perusahaan sedikit. Hal ini membuat informasi yang dibutuhkan investor dalam
investor tidak menggunakan arus kas pengambilan keputusan.
pendanaan sebagai bahan pengambilan
keputusan saat bertransaksi di pasar modal.
15
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN 2. Dalam penelitian selanjutnya
SARAN disarankan peneliti mencari variabel
independent lain diluar penelitian ini
Kesimpulan
untuk mendapatkan hasil yang lebih
Berdasarkan hasil pengujian dengan bantuan
maksimal serta mendapatkan hasil
SPSS, dan analisis data oleh peneliti, dapat
variabel independent yang
disimpulkan sebagai berikut :
berpengaruh signifikan terhadap return
1. Arus kas operasi tidak berpengaruh
saham.
signifikan terhadap return saham.
3. Dalam penelitian selanjutnya
2. Arus kas investasi tidak berpengaruh
disarankan peneliti menggunakan
signifikan terhadap return saham.
populasi yang lebih besar serta
3. Arus kas pendanaan tidak berpengaruh
menggunakan sector perusahaan lain
signifikan terhadap return saham.
dan tidak hanya satu sector saja agar
4. Total arus kas tidak berpengaruh
hasil penelitian dapat digeneraliasikan.
signifikan terhadap return saham.
Keterbatasan
DAFTAR PUSTAKA
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan
sebagai berikut : Adiwiratama, J. (2012). Pengaruh
1. Masih terdapat harga saham yang sama Informasi Laba, Arus Kas dan Size
dikarenakan suspend pada beberapa Perusahaan Terhadap Return Saham
perusahaan manufaktur yang terdaftar di (Studi Empiris Pada Perusahaan
Bursa Efek Indonesia yang menjadi Manufaktur yang Terdaftar di BEI).
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
sampel penelitian ini.
Humanika Vol.2 No. 1.
2. Variabel independent dalam penelitian
ini tidak mampu menjelaskan variabel Ana, N. R. (2016). Pengaruh Laba
dependen dimana ada variabel lain Akuntansi dan Arus Kas Serta
Ukuran Perusahaan Terhadap
diluar penelitian ini yang dapat
Return Saham (Studi Empiris pada
menjelaskan variabel dependen. Perusahaan Perbankan yang
3. Pada penelitian ini ada 113 data outlier Terdaftar DI BEI Tahun 2012-
yang dilakukan enam kali outlier untuk 2014). Jurnal Spread Vol. 6, No. 2,
penormalan data. Upaya outlier dalam 65-76.
menormalkan data mempengaruhi hasil Anif Sarifudin, S. M. (2016). Pengaruh
penelitian. Hasil penelitian menjadi Arus Kas Operasi, Arus Kas
tidak maksimal dan tidak sesuai dengan Investasi, Arus Kas Pendanaan Dan
harapan peneliti. Laba Bersih Terhadap Return
Saham Pada Perusahaan
Saran Manufaktur Yang Terdaftar Di
Untuk memaksimalkan hasil penelitian Bursa Efek Indonesia. Dharma
selanjutnya, terdapat saran dari peneliti Ekonomi No.43/Th.XXIII/April
sebagai berikut : 2016, 1-12.
1. Dalam penelitian selanjutnya Ardhia Prameswari Regita Cahyani, C. L.
disarankan peneliti tidak menggunakan (2019). The Effect of Financial
perusahaan yang memiliki harga saham Performance On Stock Return In
yang sama (suspend) agar hasil Mining Sector Companies Listed
penelitian maksimal dan sesuai harapan. On IDX . The Indonesian
16
Accounting Review, Vol.9, No.1, Ginting, S. (2012). Analisis Pengaruh
January-June, 99-107. Pertumbuhan Arus Kas, dan
Profitabilitas Terhadap Return
Arief Sugiono, A. (2012). Pengaruh Antara Saham pada Perusahaan LQ-45 di
Laba Bersih, Total Arus Kas, ROE, Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira
PER dan EPS Terhadap Return Ekonomi Mikroskil Vol. 2, No. 1,
Saham (Studi Empiris terhadap 22 April, 39-48.
perusahaan consumer goods yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Hartono, J. (2016). Teori Portofolio dan
2007-2010). Jurnal Akuntansi Bisnis Analisis Investasi. Yogyakarta:
Vol. 5, No. 1, 23-47. BPFE.
Atika Yuliarti, L. A. (2018). The Effect of Kontan.co.id. (2019, Desember Minggu).
Firm Size, Financial Ratios and Cash Ini Penyebab Anjloknya Kinerja
Flow On Stock Return. The Indeks Sektor Manufaktur Sejak
Indonesian Accounting Review Vo. 8, Awal Tahun. Retrieved from
No. 2, 229-243. Kontan.co.id:
https://investasi.kontan.co.id/news/i
Azilia Yocelyn, Y. J. (2012). Analisis ni-penyebab-anjloknya-kinerja-
Pengaruh Perubahan Arus Kas dan indeks-sektor-manufaktur-sejak-
Laba Akuntansi Terhadap Return awal-tahun
Saham pada Perusahaan
Berkapitalisasi Besar. Jurnal Linda A. Razak, R. S. (2018). Pengaruh
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14, Laba Akuntansi, Total Arus Kas,
No. 2, November, 81-90. dan Net Profit Margin Terhadap
Return Saham Pada Perusahaan
Bala, S. A. (2017). The Relationship Otomotif yang Terdaftar Di Bursa
between Cash Flows and Stock Efek Indonesia. Jurnal Akun
Returns : An Empirical Study of Nabelo : Jurnal Akuntansi Netral,
Financial Investment Banks on the Akuntabel, Objektif Vol. 1, No. 1,
Khartoum Stock of Exchange. Juli, 33-45.
Applied Finance and Accounting,
Vol. 3, No. 2 August. Mia Kasmiati, P. W. (2019). The Effect of
Earning Information, Cash Flow
Dini Kafanila, S. L. (2018). Pengaruh Arus Components, and Financing
Kas dan Earning Per Share Terhadap Decision on Stock Return :
Return Saham (Studi Kasus Empirical Evidence on Indonesia
Perusahaan Manufaktur yang Go Stock Exchange. Journal of
Public di Bursa Efek Indonesia Economics, Business, and
Periode 2012-2014). Cendikia Accountancy Ventura, Vo.22, No.2,
Akuntansi Vol. 6, No. 1, Januari. August - November, 157-166.
Diyah Pujiati, N. A. (2018). Modul Statistika Rihfenti Ernayani, C. P. (2018). Perubahan
2 Gasal 2018. Surabaya: STIE Arus Kas dan Pengaruhnya
Perbanas Surabaya. terhadap Return Saham. Jurnal
Duli, N. (2019). Metodologi Penelitian Sosial Humaniora dan Pendidikan,
Kuantitaif : Beberapa Konsep Dasar Vo.2 No. 1.
Untuk Penulisan Skripsi & Analisis Rochmat Aldy Purnomo, S. M. (2016).
Data Dengan SPSS. Deepublish. Analisis Statistik Ekonomi dan
Fahmi, I. (2012). Analisis Laporan Bisnis Dengan SPSS. CV. WADE
Keuangan. Bandung: Alfabeta. GROUP bekerjasama dengan
UNMUH Ponorogo Press.
17
Scott, W. R. (2012). Financial Accounting Tahun 2007-2008. Jurnal Ilmiah
Theory International Fifth Edition. Wahana Akuntansi Vo.8, No. 2,
New Jersey : Prentice Hall Inc. 137-148.
Siska Andriana, A. H. (2016). Pengaruh Yogie Rahmanda, M. W. (2016). Pengaruh
Laba Akuntansi, Total Arus Kas dan Laba Akuntansi, Komponen Arus
Size Perusahaan Terhadap Return Kas, dan Dividend Yield Terhadap
Saham Pada Perusahaan Manufaktur Return Saham ( Studi pada
yang Terdaftar Di Bursa Efek Perusahaan Sektor Pertambangan di
Indonesia. Jurnal Riset Mahasiswa Bursa Efek Indonesia Periode 2012-
Akuntansi Unikama Vol. 4, No. 1, 1- 2014). JURNAL RISET
12. AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 4
(2), 1047-1058.
Slamet Riyanto, A. A. (2020). Metode Riset
Penelitian Kuantitatif Penelitian Di
Bidang Manajemen, Teknik,
Pendidikan, Dan Eksperimen.
Deepublish.
Sopini, P. (2016). Pengaruh Laba Akuntansi
Dan Arus Kas Terhadap Return
Saham. Eksis: Jurnal Ilmiah
Ekonomi dan Bisnis Vol. 7 No.1,
Mei, 69-79.
Sri Handini, E. D. (2020). Teori Portofolio
dan Pasar Modal Indonesia.
Scopindo Media Pustaka.
Sri Purwanti, E. M. (2015). Pengaruh Laba
Akuntansi Dan Arus Kas Terhadap
Return Saham Perusahaan Yang
Listing Di BEI. Jurnal Akuntansi
dan Pajak Vol. 16 No. 01, Juli, 113-
123.
Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi :
Perekayasaan Pelaporan Keuangan.
Yogyakarta: BPFE.
Unaradjan, D. D. (2019). Metode Penelitian
Kuantitatif. Jakarta: Penerbit Unika
Atma Jaya.
Warren, C. S. (2017). Pengantar Akuntansi
1 Adaptasi Indonesia EDISI 4.
Jakarta: Salemba Empat.
Wibisono, D. (2013). Riset Bisnis. Gramedia
Pustaka Utama.
Widowati, E. (2013). Pengaruh Laba
Akuntansi dan Arus Kas Terhadap
Return Saham Syariah yang
Terdaftar Di Jakarta Islamic Index
18
AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019
PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan sarana atau wadah untuk mempertemukan antara penjual dan
pembeli, dengan analogi penjual dan pembeli disini adalah instrumen keuangan dalam rangka
investasi (Dr. Nor Hadi, 2015:14). Selain itu pasar modal juga sering diartikan sebagai tempat
transaksi pihak yang membutuhkan dana (perusahaan ) dan pihak yang kelebihan dana (pemodal) .
Dasar Hukum yang menjadi payung Pasar Modal adalah Undang-Undang Nomer 8 Tahun 1995,
tentang pasar Modal, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995, tentang penyelenggaraan
kegiatan di Bidang Pasar Modal, serta Surat Keputusan Mentri Keuangan Nomor
646/KMK.010/1995, tentang pemilikan saham atau unit penyertaan Reksadana oleh pemegang
Asing.
Dalam melakukan kegiatan investasi saham, investor akan menghasilkan keuntungan (return)
sekaligus menghadapi risiko (risk). Keuntungan dan risiko berbanding lurus, apabila keuntungan
tinggi berati risiko yang dihadapi juga Tinggi dan sebaliknya, apabila keuntungan rendah risikonya
juga akan rendah. Dengan demikian risiko dan keuntungan investasi berhubungan positif. Semakin
tinggi keuntungan yang diharapkan (expected return ) maka semakin tinggi pula risiko (risk) yang
dihadapi, istilahnya high risk high return, low risk low return (Bambang Susilo, 2009:3) Pada
dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham yaitu:
Dividen dan Capital Gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
dan berasal dari keuntungan perusahaan itu sendiri sedangkan Capital Gain merupakan selisih
antara harga beli dan harga jual. Oleh karena itu informasi mengenai Return dan resiko dari
investasi saham menjadi hal yang sangan penting bagi investor dalam mempertimbangkan suatu
investasi (Budialim,2013).
Akhir – akhir ini banyak berita yang menyorot mengenai melemahnya rupiah yang ada di
indonesia, hal ini mendatangkan dampak yang kurang menguntungkan hampir disemua aspek
kehidupan bangsa. Salah satunya adalah Saham bank besar nasional ini melemah/ turun
dikarenakan karena dampak dari melemahnya rupiah salah satunya adalah perbankan yang ada di
indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup dalam IHSG ditutup turun
2,8% atau 170,65 poin diposisi 5.909,19 sebanyak 345 saham diperdagangkan melemah, 81 saham
stagnan, dan hanya 67 saham yang diperdagangkan menguat. Saham – saham yang menyumbang
perlemahan bagi bursa yakni BMRI sebanyak 6.775, BBRI sebanyak 3.140, BBCA sebanyak
21.350 perbankan tersebut termasuk perbankan besar nasional yang biasnya memberikan saham
yang cukup bagus untuk para investor kini melemah dan turun diakibatkan oleh dampaknya mata
rupiah di indonesia.
Dampak dari melemahnya rupiah tersebut mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan perbankan di indonesia juga ikut menurun, untuk menanamkan saham pada perusahaan
juga ikut menurun, maka saham pada perusahaan juga akan menurun dikarenakan harga saham juga
menurun akan mengakibatkan Return saham yang didapat akan kecil. Maka dari itu laporan
keuangan perusahaan sangatlah penting digunakan yang sifatnya fundamental yang dapat digunakan
untuk memutuskan kemana akan berinvestasi calon investor melakukan analisis faktor – faktor yang
mempengaruhi Return saham.
Earnings Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (Laba
bersih) terhadap harga saham setiap lembarnya dalam perusahaan, EPS merupakan rasio pasar yang
pada dasarnya mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui
pengeluaran investasi (Ratna Handayati,2018).
Leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung
perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan rasio solvabilitas digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir,2016:151).
Dalam penelitian ini menggunakan proksi Debt to Equity Ratio. Debt to Equity Ratio adalah rasio
yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan
antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.
Ukuran Perusahaan merupakan suatu skala dimana perusahaan diklasifikasikan menurut besar
kecilnya berdasarkan pada Total aktiva suatu perusahaan, semakin besar total aktiva maka semakin
besar pula ukuran perusahaan tersebut (Prasetya,2013). Menurut Badan Standarisasi Nasional
ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana menjukan perusahaan apakah tergolong perusahaan
kecil (small firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan besar (large firm), kriteria
pengukuran dapat diukur dengan menggunakan nilai omset penjualan, jumlah produk yang dijual,
modal perusahaan dan total asset.
Tax Planning adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak dengan memanfaatkan
berbagai celah kemungkinan yang dapat ditempuh sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan
yang berlaku (loopholes), agar perusahaan dapat membayar pajak dalam jumlah yang minimum
(Iqlima Dewi, 2017). Meningkatkan Return saham dapat dilakukan dengan memaksimalkan Laba
dan meminimalkan beban usaha. Salah satu beban yang dapat diminimalisasi adalah beban pajak.
Usaha meminimalisasi beban pajak ini disebut dengan perencanaan pajak atau Tax Planning.
Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Benny Frastiawan Ahmad Putra
(2017) namun perbedaan dengan peneliti terdahulu terletak pada pemakaian tahun dan tempat
pengujian sampel serta macam variabel yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya menggunakan
data tahun 2012-2016, dan diperusahaan LQ45 yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, serta
menggunakan variabel Operating Cash Flow(OCF), ROA, dan ROE. Sedangkan pada penelitian ini
penulis menambahkan tahun lebih panjang yaitu selama 5 periode berturut-turut mulai tahun 2013 –
2017 di perusahaan Perbankan Bursa Efek Indonesia.
Leverage
Rasio Leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang
ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan rasio solvabilitas
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi)
(Kasmir,2016:151).
Rasio Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan
ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar
dengan seluruh ekuitas. Bagi Bank kreditor, semakin besar rasio ini, akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin
terjadi diperusahaan, namun bagi perusahaan semakin besar rasio ini akan semakin baik. Dengan
rasio rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas
pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva
(Kasmir,2016:157).
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana perusahaan diklasifikasikan menurut besar
kecilnya berdasarkan pada Total aktiva suatu perusahaan, semakin besar total aktiva maka semakin
besar pula ukuran perusahaan tersebut (Prasetya,2013). Menurut Badan Standarisasi Nasional
ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana menjukan perusahaan apakah tergolong perusahaan
kecil (small firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan besar (large firm), kriteria
pengukuran dapat diukur dengan menggunakan nilai omset penjualan, jumlah produk yang dijual,
modal perusahaan dan total asset. Ukuran perusahaan yang semakin tinggi akan berkaitan erat
dengan keputusan pendanaan yang akan diterapkan oleh perusahaan guna mengoptimalkan nilai
perusahaan. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk
mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga dapat memperoleh pinjaman dari
pihak luar ataupun kreditur yang akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar
memiliki kemungkinan lebih besar dalam hal menarik investor.
Tax Planning
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Pada umumnya
penekanan Tax Planning adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak (Erly Suandy, 2016:7) Tax
Planning adalah merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konskensi potensi
pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konskuensi pajaknya.
Tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa untuk meningkatkan Return saham dapat dilakukan
dengan memaksimalkan laba dan meminimalkan beban perusahaan, salah satunya yang dapat
diminimalkan adalah beban pajak. agar beban pajak dapat ditekan serendah mungkin dengan
memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang – undang.
HIPOTESIS
Pengaruh Earning Per Shares (EPS) Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Bursa
Efek Indonesia
Earning Per Shares (EPS) merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (Laba
bersih) terhadap harga saham setiap lembarnya dalam perusahaan, EPS merupakan rasio pasar yang
pada dasarnya mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui
pengeluaran investasi (Ratna Handayati,2018).
Penelitian yang dilakukan Fauzi A Taufik (2016), mengungkapkan Terdapat pengaruh positif
Earning Per Share terhadap Return saham karena tingkat keuntungan yang tercermin dalam EPS
yang relatif besar, sehingga meningkatkan minat investor untuk menanamkan sahamnya pada sektor
Real estate and property, sedangkan Penelitian yang dilakukan Risdiyanto (2016) mengungkapkan
bahwa Earning Per Share tidak berpengaruh terhadap Return saham. Kondisi ini menunjukkan
bahwa nilai Earning Per Share menurun karena peroleban laba mengalami naik turun Sedangkan
jumlah saham yang beredar tetap. Oleh sebab itu, pihak investor kurang mempertimbangkan EPS
dalam membeli saham suatu perusahaan.
H1 = Earning Per Shares (EPS) Berpengaruh Positif Terhadap Return Saham Perusahaan
Perbankan Bursa Efek Indonesia.
Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Bursa Efek Indonesia.
Leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung
perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan rasio solvabilitas digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir,2016:151).
Dalam penelitian ini menggunakan proksi Debt to Equity Ratio dari pandangan investor semakin
Tinggi Debt to Equity Ratio menunjukan semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak
luar sehingga tingkat resiko perusahaan semakin besar dalam memenuhi kewajiban hutangnya, hal
ini akan membawa dampak pada menurunnya harga saham, Return saham akan menurun sehingga
investor tidak responsif terhadap informasi ini terhadap pengambilan keputusan untuk berinvestasi.
Penelitian yang dilakukan Puspitasi, Yeni (2017) yang berpendapat bahwa adanya pengaruh
yang tidak signifikan Leverage dengan Proksi Debt to equity ratio terhadap Return saham, Hasil ini
menunjukkan bahwa investor dalam pengambilan keputusan untuk pembelian saham tidak melihat
ketergantungan perusahaan terhadap hutang menjadi variabel yang mesti diperhatikan. Investor
lebih memperhatikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan, hal
ini menunjukkan adanya para investor lebih memilih tingkat laba yang tinggi di bading tingkat
hutang suatu perusahaan, namun beberapa fakta menyatakan bahwa investor cenderung memilih
tingkat hutang yang tinggi karena hutang yang semakin tinggi tentunya laba perusahaan akan tinggi
pula. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Marlina (2015) bahwa debt to equity ratio
berpengaruh signifikan terhadap return saham. Debt to equity ratio menggambarkan struktur modal
perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. DER negatif berarti semakin tinggi
debt to equity ratio menunjukkan semakin tinggi komposisi utang perusahaan dibandingkan dengan
modal sendiri sehingga berdampak besar pada beban perusahaan terhadap pihak luar karena akan
meningkatkan solvabilitas perusahaan dan serta semakin tingginya tingkat risiko suatu perusahaan.
H2 = Debt to Equity Ratio Berpengaruh Negatif Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan
Bursa Efek Indonesia.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Bursa Efek
Indonesia.
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana perusahaan diklasifikasikan menurut besar
kecilnya berdasarkan pada Total aktiva suatu perusahaan, semakin besar total aktiva maka semakin
besar pula ukuran perusahaan tersebut (Prasetya,2013). Selain dengan total aktiva, ukuran
perusahaan juga dapat diukur menggunakan: total penjualan, rata – rata tingkat penjualan, dan rata –
rata total aktiva. Jika total aktiva perusahaan besar maka akan menghasilkan laba perusahaan yang
tinggi, maka para investor akan melihat perusahaan yang mempunyai prospek yang bagus tersebut
kemudian akan menaikkan tingakat investasi mereka dan akan diikuti Return saham perusahaan
yang tinggi. Hubungan Ukuran perusahaan terhadap Return saham semakin besar total aktiva
perusahaan semakin mampu perusahaan untuk menghasilkan laba, semakin besar perusahaan
menghasilkan laba, maka akan besar perusahaan itu membagikan deviden. Selain itu jika
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat maka harga saham akan meningkat
dan diikuti dengan Return saham yang tinggi (Dewi Rahmawati,2018).
Penelitian yang dilakukan, Andy prasetyo (2018) yang berpendapat bahwa ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap Return saham, hal ini dapat disebabkan dari berbagai hal diantaranya
investor kurang memperhitungkan ukuran perusahaan dalam menentukan pembelian saham. Karena
pertumbuhan suatu perusahaan bukan hanya dilihat dari besar kecilnya perusahaan tersebut
besarnya suatu aset yang dimiliki perusahaan bila tidak dikelola dengan baik oleh suatu perusahaan
untuk kegiatan operasi suatu perusahaan, maka tidak akan dapat menghasillkan laba yang besar,
laba yang tidak maksimal akan membuat harga saham menurun. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh, Noviansyah Rizal (2016), yang berpendapat bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap return saham pada perusahaan, semakin besar total aktiva perusahaan semakin
mampu perusahaan untuk menghasilkan laba, semakin besar perusahaan menghasilkan laba, maka
akan besar perusahaan itu membagikan deviden. Selain itu jika kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba meningkat maka harga saham akan meningkat dan diikuti dengan Return saham
yang tinggi.
H3 = Ukuran Perusahaan Berpengaruh positif Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Bursa
Efek Indonesia.
Pengaruh Tax Planning Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Bursa Efek
Indonesia.
Tax Planning merupakan upaya yang dilakukan oleh wajib pajak untuk menghemat pajak
dengan cara mengatur perhitungan penghasilan yang lebih kecil yang dimungkinkan oleh
perundang-undangan perpajakan, jadi, Tax Planning bertujuan untuk meminimalkan beban pajak
dan laba yang diperoleh akan maxmimal. Hal ini menunjukan bahwa perencanaan pajak dapat
digunakan untuk manajer guna meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Menurut Erly
Suandi (2016:7) tujuan Tax Planning adalah merekayasa agar beban pajak dapat ditekan serendah
mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada.
Penelitian yang dilakukan oleh Iqlima Dewi (2017) berpendapat bahwa perencanaan pajak (Tax
Planning) tidak memiliki pengaruh terhadap Return saham. hal ini menunjukan bahwa perusahaan
yang melakukan perencanaan pajak secara efektif akan adanya kekurangan pajak tahun lalu yang
akan menambah beban pajak dimasa yang akan datang. penelitian yang dilakukan oleh Oktavia
(2010) berpendapat bahwa perencanaan pajak (Tax Planning) berpengaruh signifikan terhadap
Return Saham perusahaan. Maka penulis mengambil hipotesis sementara bahwa perencanaan pajak
(Tax Planning) tidak berpengaruh terhadap Return Saham Perusahaan.
H4= Tax Planning Berpengaruh Negatif Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Bursa Efek
Indonesia.
KERANGKA PIKIR
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Perbankan yang tercatat di BEI
dengan periode penelitian 2013 – 2017. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling, yaitu pemilihan sampel menggunakan kriteria tertentu. Memenuhi kriteria adalah sebanyak
10 perusahaan dikalikan 5 periode waktu mendapatkan 50 sampel.
Definisi Operasioanal Dan Variabel Penelitian
Variabel Dependen
dalam penelitian ini penulis mengambil Return Saham (Y) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia sebagai Variabel Dependen. Return saham merupakan tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Semakin baik tingkat kinerja keuangan
suatu perusahaan maka diharapkan harga saham meningkat dan akan memberikan keuntungan (return)
saham bagi investor, karena return saham merupakan selisih antara harga saham sekarang dan harga
saham sebelumnya. Return saham yang tinggi merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk
menanamkan dananya di pasar modal. Return saham dapat dihitung menggunakan rumus:
Rt = Pt – P(t-1)
P(t-1)
Variabel Independen
variabel independen atau variabel bebas adalah tipe variabel yang menjelaskan atau variabel yang
dimanipulasi oleh peneliti, dan kasus manipulasi tersebut berpengaruh terhadap variabel terikat.
Dalam penelitian ini penulis mengambil variabel.
pada dasarnya mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui
pengeluaran investasi (Ratna Handayati,2018). Oleh karena penilaian yang akurat dan cermat bisa
meminimalkan resiko sekaligus membantu investor dalam meraih keuntungan. Earning Per Share
(EPS) dapat dihitung dengan Rumus:
Leverage (X2)
Rasio Leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung
perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan rasio solvabilitas digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir,2016:151)
Leverage dalam penelitian ini menggunakan proksi Debt to Equity Ratio (DER) dapat dihitung
dengan menggunakan Rumus:
Uji Hipotesis
a. Uji Determinasi (R2)
Uji determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,2011). Semakin besar R2 maka variabel
tidak terikat semakin dekat hubungannya dengan variabel terikat.
b. Uji Hipotesis Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan kedalam model, mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel
dependen, dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% atau 0,05 (Ferdinand,2006).
c. Uji Hipotesis Parsial (Uji t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali,2011). Dalam
penelitian ini tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% atau 0,05.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Earning Per Shares 50 .00002 3708.51000 89.8241155 523.95035114
Debt To Equity 50 .08 11.68 5.9831 2.67863
Ratio
Ukuran Perusahaan 50 7.24 10.87 8.4641 .90747
Tax Planning 50 .64 1.08 .7798 .07064
Return Saham 50 -.39 1.39 .1347 .38128
Valid N (listwise) 50
Hasil pada tabel diatas bahwa variabel nilai Return saham (Y) memiliki nilai minimum
sebesar -39 dan nilai maksimum sebesar 1,39, nilai rata – rata sebesar 0,1347 dengan standar
deviasi 0,38128, Earning Per Shares (EPS) (X1) memiliki nilai minimum sebesar 0,0002 dan nilai
maksimum sebesar 3708,51000, nilai rata – rata sebesar 89.824 dengan standar deviasi 532,95.
Untuk leverage dengan proksi DER (X2) memiliki nilai minimum sebesar 0,08 dan nilai maksimum
sebesar 11,68, nilai rata – rata sebesar 5,9831 dengan standar deviasi 2,678. Untuk ukuran (X3)
perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 7,24 dan nilai maksimum sebesar 10,87 dengan nilai
rata- rata sebesar 8,46 dengan standar deviasi sebesar 0,907. Untuk Tax Planning (X4) memiliki
nilai minimum 0,64 dan nilai maksimum 1,08 dengan nilai rata – rata 0,7798 dan standar deviasi
0,70064.
Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan tabel yang disajikan diatas terlihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov 0,962 dan
signifikan pada 0,313 atau diatas 0,05. Hasil pengujian tersebut berarti residual terdistribusi normal.
Dari gambar plot P-P tersebut terlihat bahwa plot tidak membentuk pola – pola tertentu atau pola
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Heteroskedasitas
Hasil Uji Heteroskedasitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -.459 .479 -.957 .344
Earning Per Shares .006 .005 .203 1.219 .229
1 Debt to Eqity Ratio .015 .018 .123 .835 .408
Ukuran Perusahaan .329 .228 .212 1.440 .157
Tax Planning .164 .308 .088 .531 .598
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber: data diolah, 2018.
Hasil perhitungan pada tabel diatas dari ke 4 variabel yaitu variabel EPS, DER, Ukuran
Perusahaan dan Tax Planning tidak terjadi heterokedatisitas dikarenakan semua nilai sig > 0,05.
c. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
a
1 .576 .332 .273 .26736 1.928
a. Predictors: (Constant), Tax Planning, Leverage, Ukuran Perusahaan, Earning Per
Shares
b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber: data diolah, 2018.
Berdasarkan hasil, perhitungan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Durbin-
Watson 1.928 lalu hasil ini dibandingkan dengan nilai dl dan du pada tabel Durbin- Watson.
Penelitian ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 50 sampel, dengan variabel independen 4
maka diperoleh nilai du sebesar 1.7214. syarat penelitian untuk dapat dinyatakan bebas
autokorelasi adalah du<d<(4-du), dari hasil tersebut 1.7214<1.928<2.276 maka dapat dikatakan
tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang digunakan pada penelitian ini.
d. Uji Multikolonieritas
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardize t Sig. Collinearity
Coefficients d Statistics
Coefficients
B Std. Error Beta Toleranc VIF
e
(Constant) -.200 .814 -.245 .807
Earning Per .020 .009 .325 2.260 .029 .717 1.395
Shares
1 Debt to Eqity -.017 .031 -.071 -.556 .581 .915 1.093
Ratio
Ukuran .349 .388 .114 .902 .372 .923 1.083
Perusahaan
Tax Planning 1.347 .523 .368 2.575 .013 .727 1.376
a. Dependent Variable: Return Saham
Sumber: data diolah, 2018.
Pengujian pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation
Factor). Hasil pengujian multikolonieritas pada tabel 4.6, dapat diketahui bahwa nilai VIF EPS
(X1) sebesar 1.395 dengan nilai tolerance sebesar 0,717, DER (X2) dengan nilai VIF sebesar 1.093
dengan nilai tolerance sebesar 0,915. Untuk ukuran perusahaan (X4) mempunyai nilai VIF 1.083
dengan Nilai tolerance sebesar 0,923 sedangkan Tax Planning mempunyai nilai VIF sebesar 1.376
dengan nilai tolerance sebesar 0,727. pada masing- masing variabel nilai VIF lebih kecil dari nilai
10 (< 10) dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1. sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
terbebas dari multikolonieritas antar variabel independen.
Berdasarkan tabel diatas, persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Angka yang dihasilkan dari pengujian regresi berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta (a)
Nilai konstanta Nilai konstanta sebesar -200, artinya apabila keseluruhan variabel
independen (Earning Per Shares, Debt to Equity Ratio, ukuran perusahaan, dan Tax
Planning) bernilai 0 maka nilai variabel dependen (Return saham) adalah -200.
b. Koefisien Regresi (β) X1
Koefisien regresi variabel Earning Per Shares sebesar 0,020, artinya bahwa setiap terjadi
kenaikan satu satuan Earning Per Shares maka Return saham naik sebesar 0,020 dengan
asumsi variabel yang lain konstan.
c. Koefisien Regresi (β) X2
Koefisien regresi variabel Debt to Equity Ratio -0.017, artinya apabila terjadi kenaikan satu
satuan Debt to Equity Ratio akan menurunkan Return saham sebesar 0.017 dengan asumsi
variabel lain konstan.
d. Koefisien Regresi (β) X3
Koefisien regresi variabel Ukuran perusahaan -0.349, artinya apabila terjadi kenaikan satu
satuan Ukuran perusahaan akan menurunkan Return saham sebesar 0,349 dengan asumsi
variabel lain konstan.
e. Koefisien Regresi (β) X4
Koefisien regresi variabel Tax Planning 1.347, artinya apabila terjadi kenaikan satu satuan
Tax Planning akan menaikkan Return saham sebesar 1.347 dengan asumsi variabel lain
konstan
Uji Hipotesis
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,273 yang
berarti pengaruh Earning Per Shares (EPS), Debt to Eqity Ratio (DER), Ukuran perusahaan,
Tax Planning terhadap Return saham sebesar 27,3%. Sedangkan 72,7% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian, seperti Inflansi, tingkat suku bunga bank, kebijakan ekonomi,
pendapatan masyarakat, serta nilai tukar mata uang.
ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 1.601 4 .400 5.599 .001b
1 Residual 3.217 45 .071
Total 4.818 49
a. Dependent Variable: Return Saham
b. Predictors: (Constant), Tax Planning, Leverage, Ukuran Perusahaan, Earning Per
Shares
Sumber: data diolah, 2018.
Berdasarkan hasil uji statistik F yang terdapat pada tabel diatas, dapat diperolah nilai
profitabilitas (F hitung) sebesar 5,599 dan signifikansi pada 0,001. Jadi dapat disimpulkan
bahwa secara simultan variabel independen yaitu Earning Per Share (EPS)(X1), Debt to
Equity Ratio (DER)(X2), Ukuran Perusahaan(X3), Tax Planning(X4) mempunyai pengaruh
signifikan terhadap variabel dependennya yaitu Return saham (Y).
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Hasil Uji Parsial Uji t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -.200 .814 -.245 .807
Earning Per Shares .020 .009 .325 2.260 .029
Debt to Equity -.017 .031 -.071 -.556 .581
1 Ratio
Ukuran .349 .388 .114 .902 .372
Perusahaan
Tax Planning 1.347 .523 .368 2.575 .013
a. Dependent Variable: Return Saham
Sumber:data diolah,2018
Hasil uji signifikan parameter individual (uji t) dapat dilihat pada tabel 10
Variabel independen yang ketiga yaitu Ukuran Perusahaan (X3) memiliki tingkat
signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,372. Maka dapat disimpulkan bahwa H3
ditolak. Hal ini berarti bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh Negatif terhadap Return
saham.
4. Pengujian Hipotesis Tax Planning (X4)
Variabel independen yang keempat yaitu Tax Planning (X4) memiliki tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,013. Maka dapat disimpulkan bahwa H4
diterima. Hal ini berarti bahwa Tax Planning berpengaruh Positif terhadap Return
saham.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Hipotesis pertama yang menyatakan Earning Per Shares (EPS) berpengaruh positif terhadap
Return saham perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 –
2017 Terdukung.
b. Hipotesis kedua Debt to Equity Ratio (DER) yang menyatakan berpengaruh negatif terhadap
Return saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 –
2017 Terdukung.
c. Hipotesis ketiga Ukuran Perusahaan yang menyatakan berpengaruh Positif terhadap Return
saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 – 2017
Tidak Terdukung.
d. Hipotesis keempat Tax Planning yang menyatakan berpengaruh negatif terrhadap Return
saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 – 207
Tidak Terdukung.
Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Return saham perusahaan Perbankan Bursa Efek Indonesia tahun 2013 –
2017. Sedangkan Debt to Equity Ratio (DPR), Ukuran Perusahaan, dan Tax Planning tidak
berpengaruh terhadap Retrun saham. Berdasarkan analisis dari hasil penelitian maka implikasi
penelitian ini adalah:
Bagi perusahaan dapat menggunakan rasio keuangan Earning Per Share (EPS) tersebut dapat
dijadikan pertimbangan investor dalam melakukan investasinya. Jika nilai Earning Per Share (EPS)
tinggi maka Laba yang diperoleh perusahaan dapat meningkat, peningkatan laba tersebut
mempengaruhi ekspektasi investor dalam membeli saham perusahaan, jika permintaan naik maka
harga saham akan ikut naik dan berdampak pada meningkatnya Return saham yang diperoleh
investor.
Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Koefisien determinasi dalam penelitian ini sebesar 27,3%, sehingga masih banyak variabel
lain yang dapat mempengaruhi Return saham perusahaan misalkan seperti Inflansi, tingkat
suku bunga bank, kebijakan ekonomi, pendapatan masyarakat, serta nilai tukar mata uang.
b. Return yang digunakan pada penelitian ini dibentuk berdasarkan selisih harga saham akhir
tahun, sehingga perbedaan return yang dihasilkan kurang nampak.
c. Penelitian ini hanya meneliti perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
berturut – turut dari tahun 2013 -2017 sesuai dengan kriteria penelitian. Sehingga hasil yang
ditunjukan tidak dapat digeneralisasikan untuk perusahaan lain.
Saran
REFERENSI
Ayem, S., & Wahyuni, S. (2017). Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio,
Return on Asset Dannon Perfoming Loan Terhadap Return Saham. Jurnal Akuntansi,
5(1), 71. https://doi.org/10.24964/ja.v5i1.258
Aryaningsih, Y. N., Fathoni, A., & Harini, C. (2018). Pengaruh Return on Asset (ROA), Return on
Equity (ROE) dan Earning per Share (EPS) terhadap Return Saham pada Perusahaan
Consumer Good (Food and Beverages) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2013-2016. Journal of Management, 4(4). https://doi.org/2502-7689
Dana, I. M. (2016).Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Return Saham Perusahaan Farmasi di BEI. E-Jurnal Manajemen Unud,
5(11), 6825–6850
Felmawati, E. N., & Handayani, N. (2017). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi,
6(2003), 1–41.
Heni Rachmawati. (2017). Pengaruh Roa , Eps , Dan Harga Saham Terhadap Return Saham.
Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen, 6(September).
Hidayat, M. R., Hermuningsih, S., Prodi, A., Universitas, M., Tamansiswa, S., Tamansiswa, U. S.,
… Return, S. (2018). Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham ( Studi
Kasus Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2005- 2014 ). Jurnal
Manajemen Dewantara, 2(2), 105–110.
Irawahyudi, I. D. (2017). Pengaruh Perencanaan Pajak, Leverage Dan Size Terhadap Return
Saham Perusahaan Property, Real Estate Dan Konstruksi Yang Terdaftar Di Issi Tahun
2014-2015 Skripsi. Jurnal Akuntansi, 91, 399–404.
Kesuma, G. G. G., & Kusuma, I. K. W. (2015). Pengaruh Roa, Der, Eps Terhadap Return Saham
Perusahaan Food And Beverage Bei. E-Jurnal Manajemen Unud, 4(6), 1636–1647
Kumar, P. (2017). Impact of earning per share and price earning ratio on market of share: A study
on auto sector in India. International Journal of Research - Granthaalayah, 5(2), 113–
118. https://doi.org/10.5281/zenodo.345456
Lacinka, A., Fathoni, A., & Gagah, E. (2018). Analyze Effect Of Debt To Equity Ratio, Net Profit
Margin, And Earning Per Share To The Company’s Stock Prices LQ45 Listed On The
Indonesia Stock Exchange. Journal of Management, 4(4).
Luenberger, S. B. M. (2013). Analisis Pengaruh Price Earning Ratio, Dividend Yield, Market To
Book Ratio Dan Earning Per Share Terhadap Return Saham, 1–11.
https://doi.org/10.15931/j.cnki.1006-1096.2013.04.011
Magdalena, & Maria. (2008). Pengaruh earning per share, price earning ratio, quick ratio terhadap
return saham pada perusahaan manufaktur di bei periode 2004 – 2008. Pengaruh
Earning Per Share, Price Earning, 79–99.
Manning, B. T., Sankaranarayanan, S., Hassanzadeh, H., Nandyala, S. V., Marquez-Lara, A.,
Naqvi, A., … Singh, K. (2016). Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Return
saham. E-Journal Bisma Universitas Pendidikan Marlina, D., & Sari, E. N. (2009).
Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Return Saham (Studi Empiris
Perusahaan Manufaktur Di Bei). Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis, 9(1), 80–105.
https://doi.org/10.1016/j.neurobiolaging.2012.03.001\rS0197-4580(12)00181-9 [pii]
Nurhakim, S. A., Irni, Y., Aldilla, I., S, P., Manajemen, B., Fakultas, E., & Universitas, T. (2016).
Pengaruh Profitabilitas Dan Inflasi Terhadap Return Saham Pada Industri Farmasi Yang
Terdaftar Di Bei Periode 2011-2014 the Effect of Profitability and Inflation on Stock
Return At Pharmaceutical Industries At Bei in the Period of 2011-2014. E-Proceeding
of Management, 3(1), 206–213.
Oktavia. (2010). Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap. Jurnal Akuntansi, 10(1).
Paramita, P. D., & Hartono. (2017). Pengaruh Laba Akuntansi, Return On Assets, Ukuran
Perusahaan, Earning Per Share dan Price Book Value Terhadap Return Saham. Jurnal
Ilmiah.
Puspitasari, Y., & Mildawati, Tt. (2017). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Dan Leverage
Terhadap Return Saham. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6(November).
Rahmawati, D. (2018). Pengaruh Laba Akuntansi, Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas
Pendanaan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return sahan. Jurnal Akuntansi, 300.
Risdiyanto, & Suhermin. (2016). Pengaruh ROI, EPS, dan PER Terhadap Return Saham pada
Perusahaan Farmasi. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen, 5(7), 0–15.
Rizal, N., & Ana, S. R. (2016). Pengaruh laba akuntansi dan arus kas serta ukuran perusahaan
terhadap return saham (Studi empiris pada perusahaan perbankan ang terdaftar di BEI
tahu 2012-2014). Jurnal Spread, 6(2), 65–76.
Rokhmatussa’syah, A., & Suratman. (2010). Hukum Investasi Dan Pasar modal.Sinar Grafika.
Jakarta Indonesia.
Sari, R. L. (2016). Pengaruh NPM, ROE, EPS Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Farmasi
Di BEI. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen, 5(12), 1–18
Taufik, F. A., Raharjo, K., & Oemar, A. (2016). Pengaruh Return on Asset, Debt To Equity Ratio,
Earning Per Share Dan Price To Book Value Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Real Estate and Property Yang Terdaftar Di Bei Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009–2014. Journal Of Accounting, 2(2), 1–21.
Wardani, D. K., & Santi, S. (2018). Pengaruh Tax Planning , Ukuran Perusahaan , Corporate Social
Responsibility ( Csr ) Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi, 6(1), 11–24.
Zain, D. D. M. (2005). Manajemen Perpajakan. Salemba Empat.Jakarta, Indonesia.
Waskito, B. S., & Fitria, A. (2016). Pengaruh Inflasi , Return Pasar , Dan Price Earning Ratio.
Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi.
ABSTRACT
The purpose of this research was to determine the effect of earnings persistence, growth
opportunity, capital structure, and corporate social responsibility on stock returns. The
research population used is manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange
for the period 2015-2019. The sampling technique used in this research was purposive
sampling. There are 135 manufacturing companies listed consistently on the Indonesia Stock
Exchange during 2015-2019. There are 61 manufacturing companies were sampled in this
research. The data analysis used in this research is multiple linear regression using the SPSS
application program. The data used are secondary data from relevant sources. The results
showed that earnings persistence, growth opportunity, capital structure, and corporate social
responsibility simultaneously have a significant effect on stock returns. Partially the test results
show that the earnings persistence, capital structure, and corporate social responsibility
variable have a significant positive effect on stock returns. Whereas growth opportunity has no
effect on stock returns of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange for
the 2015-2019 period.
Keywords: Earnings Persistence, Growth Opportunity, Capital Structure, Corporate Social
Responsibility, Stock Return.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh persistensi laba, growth opportunity,
capital structure, dan corporate social responsibility terhadap return saham. Populasi
penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2015-2019. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling. Terdapat 135 perusahaan manufaktur yang terdaftar secara
konsisten di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015-2019. Sebanyak 61 perusahaan
manufaktur dijadikan sampel dalam penelitian ini. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan menggunakan program aplikasi SPSS. Data
yang digunakan adalah data sekunder dari sumber yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa persistensi laba, growth opportunity, capital structure, dan corporate social
responsibility secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara parsial
hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel persistensi laba, capital structure, dan corporate
social responsibility berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Sedangkan growth
opportunity tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019.
Kata Kunci: Persistensi Laba, Growth Opportunity, Capital Structure, Corporate Social
Responsibility, Return Saham.
1
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang
PENDAHULUAN
Perekonomian di Indonesia saat ini sedang berada pada kondisi yang kurang stabil.
Namun, ketidakstabilan ini masih bisa teratasi oleh keberadaan pasar modal di Indonesia yang
semakin berkembang. Pasar modal dapat menjadi agen pertumbuhan ekonomi dan keuangan
yang menyediakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan sehingga mereka dapat
beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
perusahaan serta kemakmuran masyarakat luas. Instrumen pasar modal yang selama ini
semakin berkembang di masyarakat antara lain adalah saham, obligasi, dan reksadana. Pasar
modal di Indonesia memiliki peran penting sebagai sektor keuangan yang menjadi indikator
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain itu, pasar modal menjadi suatu wahana untuk
mempertemukan pihak yang mempuanyai dana lebih (investor) dengan pihak yang
membutuhkan dana (emiten).
Pasar modal merupakan tempat jual beli instrumen keuangan berupa saham, obligasi,
maupun reksadana, dimana para investor yang melakukan transaksi memiliki tujuan untuk
menambah kekayaan melalui return yang akan diterima. Investor yang berinvestasi pada saham
(stock) akan memperoleh return (pengembalian) berupa dividen pada akhir tahun pembukuan
atau melalui peningkatan harga saham di pasar modal (capital gain). Menurut Mayangsari
(2020) return saham merupakan suatu hasil (kerugian ataupun keuntungan) yang didapatkan
investor sesudah melaksanakan aktivitas investasi saham. Untuk menilai return saham suatu
perusahaan, calon investor memerlukan beberapa data dari laporan keuangan perusahaan.
Salah satu indikator yang menjadi pusat perhatian para pengguna laporan keuangan adalah
persistensi laba. Persistensi laba merupakan peninjauan laba yang investor harapkan dimasa
yang akan datang (expected future earnings) dilihat berdasarkan inovasi laba atau keuntungan
tahun berjalan yang kemudian dikaitkan oleh pergantian harga saham pada suatu entitas.
Inovasi mengenai laba saat ini, informatif terhadap laba ataupun manfaat masa depan yang
diperoleh investor (Romasari, 2013). Perusahaan yang memiliki laba persisten akan menjadi
sebuah ketertarikan tersendiri yang dapat memunculkan minat para investor untuk
menginvestasikan dananya. Hal ini disebabkan karena perusahaan dapat menjaga kestabilan
kondisi keuangannya.
Selain persistensi laba, investor juga dapat melakukan penilaian terhadap saham di suatu
perusahaan dengan melihat growth opportunity perusahaan yang menerbitkan saham. Growth
Opportunity merupakan suatu kesempatan bertumbuh atau peluang pertumbuhan perusahaan
di masa mendatang. Growth opportunity yang cukup tinggi dapat mendukung peningkatan
return saham. Bagi perusahaan, return saham juga merupakan hal yang sangat penting karena
menjadi sebuah tolok ukur perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan akan sepenuhnya
bertanggung jawab untuk memperbaiki serta menjaga tata kelolanya agar tercipta growth
opportunity yang tinggi. Jika aset produktif perusahaan tinggi maka laba yang dihasilkan pun
juga tinggi, sehingga menghasilkan return saham yang tinggi pula untuk para pemegang
saham. Oleh karena itu, pasar modal berperan penting dalam menjaga ketersediaan pendanaan
eksternal perusahaan agar memiliki growth opportunity yang tinggi (Wardhana, 2017).
Berkaitan dengan hal tersebut, capital structure (struktur modal) suatu perusahaan juga
menarik untuk diteliti mengenai pengaruhnya terhadap return saham. Capital structure
merupakan perbandingan antara modal asing (utang jangka panjang maupun jangka pendek)
dengan modal sendiri (laba ditahan atau penyertaan kepemilikan perusahaan). Efisiensi
pendanaan dapat diukur jika struktur modal yang dimiliki perusahaan optimal (Malbani &
Ngumar, 2019). Capital Structure (struktur modal) memperlihatkan tingkat risiko keuangan
yang terjadi dalam suatu perusahaan, karena dijadikan sebagai sebuah indikator seberapa
banyak utang jangka panjang perusahaan yang dijadikan sebagai keputusan pendanaan. Selain
itu, struktur modal juga mengindikasikan mengenai cara perusahaan dalam memadukan total
2
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang
utang dengan total aset yang dimiliki, sehingga didapatkan suatu komposisi yang pas dan baik
bagi perusahaan.
Selain ketiga variabel independen diatas, Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan salah satu variabel yang cukup menarik pula untuk diteliti sebagai variabel yang
mempengaruhi return saham perusahaan. Menurut Wati (2019) Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah sebuah pendekatan yang dijalankan perusahaan dengan
mengintegrasikan kegiatan sosial dalam operasi bisnisnya. Corporate Social Responsibility
(CSR) dijadikan sebuah strategi untuk menilai apakah perusahaan mempunyai citra yang baik
terhadap masyarakat dan lingkungannya. Selain itu, perusahaan yang menjalankan kegiatan
tanggung jawab sosialnya (Corporate Social Responsibility) dan menyajikan informasi
berkenaan dengan keuangan dan aspek sosial lingkungan secara sekaligus dapat digunakan
sebagai dasar operasi dan strategi perusahaan, sehingga berbagai faktor yang dapat
menimbulkan keuntungan bagi suatu perusahaan dapat dijadikan pertimbangan oleh investor
sebelum mengambil keputusan investasi. Oleh sebab itu, CSR bisa dijadikan sebagai salah satu
keunggulan kompetitif perusahaan. Penerapan CSR merupakan hak bagi para stakeholder,
masyarakat, lingkungan, dan sosial serta menjadi sebuah kewajiban bagi suatu entitas atau
perusahaan yang berpotensi dapat mempengaruhi return saham (Sulistiyowati, 2018).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh persistensi laba, growth
opportunity, capital structure, dan corporate social responsibility terhadap return saham
perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode 2015-2019 baik secara simultan maupun
parsial.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori
Teori Sinyal (Signaling Theory)
Perusahaan memberikan sinyal kepada para investor dalam bentuk informasi mengenai
kinerja yang telah dilakukan sebagai upaya dalam meningkatkan laba dan nilai perusahaan
(Ashma’ & Rahmawati, 2019). Data yang disediakan oleh perusahaan menjadi suatu hal yang
berarti karena bisa mempengaruhi keputusan investasi oleh investor. Data tersebut memiliki
peran penting terhadap pelaku bisnis dan investor dikarenakan menyediakan gambaran,
catatan, maupun keterangan, baik untuk kondisi dimasa lalu, masa sekarang, ataupun masa
mendatang bagi keberlangsungan hidup suatu perusahaan dan seperti apa efeknya bagi
perusahaan tersebut. Signaling theory (teori sinyal) dikembangkan di dalam ilmu
perekonomian dan keuangan untuk menginterpretasikan kondisi nyata bahwa pihak internal
perusahaan secara umum mempunyai informasi dengan lebih cepat dan lebih baik berhubungan
dengan prospek dan kondisi perusahaan dibanding pihak luar entitas atau perusahaan, misal
investor.
Teori Legitimasi
Berkaitan dengan penelitian ini, terdapat teori lain yaitu teori legitimasi. Teori ini terkait
dengan variabel Corporate Social Responsibility (CSR). Teori legitimasi menyatakan bahwa
perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya tidak dapat terpisahkan dari
lingkungan sosial sekitarnya. Oleh sebab itu perusahaan dituntut untuk mengembangkan
program Corporate Social Responsibility (CSR). Program CSR diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif terhadap peningkatan taraf hidup di lingkungan sekitar perusahaan yang pada
3
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang
4
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang
Hipotesis Penelitian
5
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang
METODE PENELITIAN
Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kuantitatif deskriptif, dengan lokasi
pengambilan data penelitian di Galeri Investasi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Malang, Jl. Mayjen Haryono No.193, Dinoyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa
Timur. Penelitian ini dilakukan mulai Bulan November 2020 hingga Bulan Mei 2021.
Populasi dan Sampel
Penelitian ini memiliki populasi yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang listing di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 2015 hingga 2019. Teknik pemungutan sampel dilakukan
dengan menerapkan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019.
2. Perusahaan manufaktur yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan secara
konsisten selama periode pengamatan.
3. Perusahaan manufaktur yang menyajikan informasi tanggung jawab sosial pada annual
report periode 2015-2019.
4. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, diperoleh sampel penelitian sebanyak 61
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara selama tahun 2015-2019.
Definisi Operasional Variabel
1. Return Saham (Y)
Return saham adalah sebuah hasil yang diperoleh dari investasi surat berharga
(saham) berupa capital gain (keuntungan) maupun capital loss (kerugian). Untuk
mengukur return suatu saham dapat dilakukan berdasarkan selisih harga saham dengan
rumus sebagai berikut:
𝑃𝑡 − 𝑃𝑡−1
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 (𝑅𝑖 ) =
𝑃𝑡−1
Keterangan:
Ri = Tingkat keuntungan saham i
Pt = Harga saham pada periode t
Pt-1 = Harga saham pada periode t-1
6
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Keterangan:
Total Liability = Jumlah utang/Kewajiban Perusahaan dalam Satu Periode
Total Equity = Total Ekuitas Perusahaan dalam Satu Periode
∑ 𝑋𝑦𝑖
𝐶𝑆𝑅𝐼𝑖 =
𝑛𝑖
7
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang
Keterangan:
CSRIi : Indeks pengungkapan pertanggungjawaban sosial dalam suatu perusahaan
∑ 𝑋𝑦𝑖 : Nilai 1 = Jika item diungkapkan, 0 = Jika item tidak diungkapkan
Ni : Jumlah item untuk perusahaan i, ni = 91
Statistik Deskriptif
Berdasarkan pengumpulan informasi dari financial statement maupun annual report
perusahaan manufaktur yang listing di BEI secara konsisten selama tahun 2015-2019. Terdapat
61 perusahaan yang telah memenuhi kriteria sampel penelitian sehingga diperoleh jumlah
sampel yang diteliti selama 5 tahun sebanyak 305. Hasil analisis statistik deskriptif dapat dilihat
pada tabel berikut:
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PL 305 -,204 ,283 ,00580 ,047738
GO 305 -,988 ,933 ,09047 ,161933
CS 305 ,076 5,023 ,86164 ,782676
CSR 305 ,011 ,396 ,12893 ,076807
RS 305 -,987 8,588 ,09774 ,759866
Valid N (listwise) 305
Sumber: Data olahan SPSS, 2021
8
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang
persistensi laba, growth opportunity, capital structure, dan CSR secara simultan
berpengaruh terhadap return saham.
9
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang
variabel capital structure yang di proksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) ini
menunjukkan bahwa dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap return saham
suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan suatu perusahaan pasti membutuhkan tambahan
modal dalam meningkatkan usahanya. Tambahan modal tersebut dapat dipenuhi dari
pihak ketiga jika suatu perusahaan secara internal tidak mampu memenuhi
kekurangan yang ada. Meskipun demikian, besarnya penambahan modal yang
diperoleh dari utang secara umum lebih rendah dari total ekuitas perusahaan. Maka
dari itu dapat dikatakan apabila struktur modal semakin rendah artinya mencerminkan
semakin besar kemampuan suatu perusahaan dalam menjamin utangnya dengan
ekuitas yang dimilikinya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Amri & Zulmi (2020) yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio
(DER) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
4. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Return Saham
Variabel Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki nilai signifikansi sebesar
0,009. Sig. t < 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa H1 d diterima yang artinya
variabel corporate social responsibility berpengaruh positif signifikan terhadap return
saham. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa aktivitas CSR yang dijalankan serta
diungkapkan oleh Perusahaan dalam annual report memiliki daya tarik tertentu untuk
para investor. Perusahaan yang melaksanakan banyak aktivitas CSR menampilkan
kalau ketersediaan dana buat operasional Perusahaan juga lumayan besar. Seberapa
besar tingkatan pengungkapan yang disajikan pihak manajemen entitas hendak
berakibat pada pergerakan harga saham serta berakibat pada return saham secara
langsung. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dijalankan oleh
Sulistiyowati (2018) dengan hasil yaitu CSR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan model regresi linier berganda dan
pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Persistensi laba, growth opportunity, capital structure, dan corporate social responsibility
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham.
2. Persistensi laba berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
3. Growth opportunity tidak berpengaruh terhadap return saham.
4. Capital structure berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
5. Corporate social responsibility berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
Keterbatasan
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada sektor
manufaktur.
2. Terdapat banyak variabel yang dapat diuji mengenai pengaruhnya terhadap return saham
suatu perusahaan, namun pada penelitian ini menggunakan variabel persistensi laba,
growth opportunity, capital structure, dan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai
variabel independen.
10
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang
Saran
Berdasarkan hasil dan keterbatasan yang ada, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk penelitian berikutnya diharapkan dapat meneliti pada sektor-sektor lain yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan ataupun menambah variabel-
variabel lain dalam penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap return saham
seperti variabel profitabilitas, Dividend Per Share (DPS), Return On Asset (ROA), Return
On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), nilai tukar, dan suku bunga.
DAFTAR PUSTAKA
Adityanur, S. (2019). Pengaruh Persistensi Laba terhadap Return Saham Perusahaan ( Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2012-2016 ). Skripsi. Universitas Airlangga.
Amri, A. & Zulmi, R. (2020). Pengaruh Nilai Tukar, Kebijakan Deviden Dan Struktur Modal
Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index. Jurnal
Ilmu Keuangan dan Perbankan. 10(1), 18-36.
Anggrahini, D. P., & Priyadi, M. P. (2016). Pengaruh Kinerja Keuangan dan Growth
Opportunity terhadap Return Saham. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 5(3), 1–16.
Arif, R. (2016). Pengaruh Struktur Modal, Resiko Sistematis, Kesempatan Bertumbuh dan
Ukuran Perusahaan terhadap Earnings Response Coefficient (ERC). Artikel Ilmiah, 26.
Ashma’, F. U., & Rahmawati, E. (2019). Pengaruh Persistensi Laba, Book Tax Differences,
Investment Opportunity Set dan Struktur Modal Terhadap Kualitas Laba dengan
Konservatisme Akuntansi Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Perusahaan
Jasa yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2017). Reviu Akuntansi Dan Bisnis Indonesia,
3(2), 206–219. https://doi.org/10.18196/rab.030246.
Ikrima, A. S., & Asrori, A. (2020). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Terhadap Return Saham Dengan Return On Asset Sebagai Variabel Moderating.
Gorontalo Accounting Journal, 3(1), 1–15. https://doi.org/10.32662/gaj.v3i1.832.
Malbani, Q. I., & Ngumar, S. (2019). Pengaruh Struktur Modal, Likuiditas, Volume
Perdagangan dan Earning Per Share terhadap Return Saham. Ilmu Dan Riset Akuntansi,
8(12), 20.
Mas’ud, M. (2008). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dan
Hubungannya terhadap Nilai Perusahaan. Manajemen Dan Bisnis, 7(1), 82–83.
Mayangsari, L. D. (2020). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas
Dan Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesiatahun 2011-2016. Journal of
Economics Development Issues, 3(01), 26–37. https://doi.org/10.33005/jedi.v3i01.42.
Mukhlisin, S. (2016). Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, dan Tingkat Likuiditas terhadap
Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(Skripsi) Universitas Lampung.
Nugraha, N. A., & Mertha, I. M. (2016). Likuiditas Sebagai Pemoderasi Pengaruh Profitabilitas
Dan Struktur Modal Pada Return Saham Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi,
15(1), 407–432.
Putra, W. T. (2019). Dampak Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap
Profitabilitas dan Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
11
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang
*) Vira Sevitiana adalah Alumni Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Malang.
**) Anik Malikah adalah Dosen Tetap Universitas Islam Malang.
***) Junaidi adalah Dosen Tetap Universitas Islam Malang.
12
…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]
STEFANIE
LOH WENNY SETIAWATI1
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
ABSTRACT
Investments are made by investors to get a return. Return is a profit of an
investment. Stock Return has a significant effect in determining the value of
company’s stock. Investors will be interested to invest in companies with a high
return. This research aimed to analysis the effect of net profit margin, operating
cash flow and auditor reputation for the period 2014 – 2016 to stock return for the
period 2015 – 2017 on manufacturing companies that listed on Indonesia Stock
Exchange. Net profit margin is calculated by using net income after tax divided by
total net sales for the period from audited financial statements. This research used
secondary data which is from financial reports with purposive sampling. Research
sample counted 55 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange
period 2014 – 2017.
The results of this research showed that net profit margin and auditor reputation
do not have a significant effect on stock return while operating cash flow has a
significant effect on stock return.
ABSTRAK
Investasi dilakukan oleh investor untuk mendapatkan pengembalian.
Pengembalian adalah keuntungan dari investasi. Pengembalian Saham
berpengaruh signifikan dalam menentukan nilai saham perusahaan. Investor akan
tertarik untuk berinvestasi di perusahaan dengan pengembalian tinggi. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh margin laba bersih, arus kas operasi
dan reputasi auditor untuk periode 2014 - 2016 terhadap return saham untuk
periode 2015 - 2017 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Margin laba bersih dihitung dengan menggunakan laba bersih setelah
pajak dibagi dengan total penjualan bersih untuk periode tersebut dari laporan
keuangan yang diaudit. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal
dari laporan keuangan dengan purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak
55 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014 -
2017.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa margin laba bersih dan reputasi auditor
tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan arus kas operasi
berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Kata-kata kunci: Margin Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Reputasi Auditor,
Return Saham.
1
wenny.setiawati@atmajaya.ac.id
1. PENDAHULUAN
Perdagangan surat berharga merupakan cara untuk menarik dana
masyarakat, dalam hal ini investor, untuk mengembangkan perekonomian dimana
dana tersebut adalah modal yang dibutuhkan perusahaan untuk memperluas
usahanya. Dengan dijualnya saham pasar modal berarti masyarakat diberi
kesempatan untuk memiliki dan mendapatkan keuntungan. Dengan kata lain,
dengan adanya pasar modal, maka seseorang berpotensi dapat meningkatkan
penghasilannya. Motif dari perusahaan yang menjual sahamnya adalah untuk
memperoleh dana yang akan digunakan dalam pengembangan usahanya dan
bagi pemodal adalah untuk mendapatkan penghasilan dari investasinya (Sutrisno,
2017).
Menurut Tandellin (2010, p. 102), return merupakan salah satu faktor yang
memotivasi investor berinteraksi dan juga merupakan imbalan atas keberanian
investor dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Singkatnya
return adalah keuntungan yang diperoleh investor dari dana yang ditanamkan
pada suatu investasi. Return harus diperhatikan oleh investor dalam melakukan
investasi karena menunjukkan prestasi suatu entitas, pergerakan return saham
searah dengan kinerja entitas. Apabila entitas mempunyai prestasi yang semakin
baik, maka keuntungan yang dapat dihasilkan dari operasi usaha semakin besar.
Pada kondisi yang demikian, return saham entitas yang bersangkutan cenderung
naik (Putra & Kindangen, 2016).
Menurut Sartono (2014), return saham juga menunjukkan nilai suatu
perusahaan, salah satu konsep yang menjelaskan nilai perusahaan adalah nilai
pasar, yaitu harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Apabila
harga yang terjadi di pasar lebih tinggi dibandingkan transaksi-transaksi
sebelumnya, maka perusahaan tersebut memiliki value added di mata investor.
Nilai saham merupakan indeks yang tepat untuk menilai tingkat efektifitas
perusahaan, sehingga seringkali dikatakan memaksimumkan nilai perusahaan
juga berarti memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Dengan semakin
tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan
sebaliknya. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang menerbitkan saham di Bursa
Efek, sangat memperhatikan harga sahamnya. Menurut Fahmi (2012), harga yang
terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Namun bila
return saham terlalu tinggi mengurangi kemampuan investor untuk membeli
sehingga menimbulkan return saham sulit untuk meningkat lagi.
Menurut Ross, Westerfield, Jordan, Wong dan Wong (2015), Net Profit
Margin (NPM) adalah suatu ukuran yang mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba neto dari setiap penjualannya. Semakin besar rasio ini,
maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba
yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lastria dan Sari
(2014), variabel Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap return
saham. Hal tersebut dikarenakan, investor dalam melakukan investasi, tidak terlalu
memperhitungkan variabel NPM untuk memprediksi harga saham, karena jika nilai
NPM naik dapat disebabkan adanya persentase penurunan penjualan yang lebih
besar dibandingkan persentase kenaikan laba bersih, sehingga tinggi rendahnya
net profit margin tidak terlalu diperhatikan oleh investor. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Affinanda (2015), menunjukkan bahwa net profit margin
berpengaruh terhadap return saham.
Jumlah arus kas yang timbul dari aktivitas operasi adalah indikator utama
untuk menentukan apakah operasi entitas telah menghasilkan arus kas yang
2. LANDASAN TEORI
saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan
dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi
informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap
fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah
laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat
berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan
dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang
relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui
oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor
memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan
sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan
preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli
oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan
keuangan secara terbuka dan transparan.
Return Saham
Menurut Zubir (2015), return saham merupakan salah satu faktor yang mendorong
para investor berinvestasi dan merupakan imbalan atas keberanian investor
menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Return saham diartikan
sebagai penghasilan yang diperoleh selama periode investasi per sejumlah dana
yang diinvestasikan dalam bentuk saham. Tingkat keuntungan investasi dalam
saham di pasar modal sangat ditentukan oleh harga saham yang bersangkutan.
Oleh karena itu, untuk memprediksi return yang akan diterima pemodal harus
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor yang
mempengaruhi return suatu investasi meliputi faktor internal dan faktor eksternal
perusahaan. Faktor internal perusahaan meliputi kualitas dan reputasi
manajemen, struktur utang, tingkat laba yang dicapai dan lain-lain, sedangkan
faktor eksternal meliputi pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan
sektor industri, faktor ekonomi dan sebagainya.
Menurut Ross et al. (2015), return saham merupakan keuntungan yang
diperoleh pemegang saham karena menginvestasikan dananya, keuntungan
tersebut dapat berupa dividen (yield) dan capital gain. Dividen merupakan
keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam suatu
periode tertentu. Capital gain/loss dalam suatu periode merupakan selisih antara
harga saham semula (awal periode dengan harganya di akhir periode). Bila harga
saham pada akhir periode lebih tinggi dari harga awalnya, maka dikatakan investor
memperoleh capital gain, sedangkan bila yang terjadi sebaiknya maka investor
akan memperoleh capital loss. Untuk memprediksi return saham banyak faktor
yang dapat digunakan sebagai parameter. Untuk keperluan tersebut, investor
memerlukan alat ukur yang memadai terhadap proyeksi keuntungan (return)
perusahaan di masa mendatang dengan tingkat probabilitas yang berbeda- beda.
Salah satu faktor dari alat ukur ini adalah informasi keuangan dari perusahaan
tersebut.
Menurut Musthafa (2017), return saham adalah tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan. Tujuan
investor dalam berinvestasi adalah untuk meningkatkan nilai kekayaan dengan
cara memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko yang dihadapinya.
Pelaporan arus kas dari aktivitas operasi terdiri dari 2 metode, yaitu :
1. Metode Langsung, dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas
bruto dan pembayaran kas bruto diungkapkan; atau
2. Metode Tidak Langsung, dengan metode ini laba atau rugi disesuaikan dengan
mengoreksi pengaruh transaksi yang bersifat nonkas, penangguhan, atau
akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu atau
masa depan, dan pos penghasilan atau beban yang berhubungan dengan arus
kas investasi atau pendanaan.
Entitas dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan
menggunakan metode langsung. Metode langsung menyediakan informasi yang
berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan
oleh metode tidak langsung. Dengan metode langsung, informasi mengenai
kelompok utama atas penerimaan kas bruto dan pembayaran kas bruto dapat
ditentukan:
a. Dari catatan akuntansi entitas; atau
b. Dengan menyesuakan penjualan, beban pokok penjualan (penghasilan bunga
dan penghasilan serupa dan beban bunga dan beban serupa untuk suatu
lembaga keuangan) dan pos-pos lain dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain untuk:
i.Perubahan persediaan, piutang usaha, dan utang usaha selama periode
berjalan;
ii.Pos nonkas lain; dan
iii.Pos lain dimana kasnya berdampak pada arus kas investasi dan pendanaan.
Rachmawati (2016) menemukan bahwa arus kas operasi tidak berpengaruh
terhadap return saham. Hal ini disebabkan karena investor tidak menggunakan
informasi arus kas operasi sebagai dasar pengambilan keputusan berinvestasi.
Hal tersebut dapat disebabkan karena pengumuman laporan aliran Arus Kas
Operasi di surat kabar yang go public masih jarang dilakukan di Indonesia.
Laporan yang sering diumumkan hanyalah mengenai informasi total aset, liabilitas
dan laba bersih tahun berjalan yang diperoleh beserta dengan perubahannya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tumbel, Tinangon dan Walandouw
(2017) juga menunjukkan arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap return
saham. Hasil pengujian ini bertolak belakang dengan teori bahwa tingginya arus
kas operasi akan menjadikan return saham ikut naik. Hal ini disebabkan karena
selama periode, perusahaan yang dijadikan sampel penelitian masih memiliki
kinerja keuangan yang rendah, sehingga investor kurang tertarik untuk
menanamkan modalnya ke perusahaan. Hal ini bertentangan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ernayani, Prihandoyo dan Abdiannur (2018), di
mana arus kas operasi memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.
Reputasi Auditor
Menurut Rudyawan dan Badera (2009), reputasi auditor merupakan prestasi
dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki
auditor tersebut. KAP dengan reputasi big four dianggap perusahaan memiliki
kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non big four. KAP dengan
reputasi yang lebih baik akan cenderung memberikan opini audit going concern,
jika perusahaan memiliki masalah yang berkaitan dengan kelangsungan
usahanya. KAP non big four memiliki reputasi yang lebih rendah dari KAP big four,
sehingga kualitas audit yang diberikan pun akan lebih rendah.
Margaretta dan Saputra (2005) menyatakan bahwa klien biasanya
mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik (KAP)
besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasional memiliki kualitas yang
lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan
dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer
review.
Menurut Yuliana dan Ardianti (2004), Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non the big
four. Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi dengan the big four
di Indonesia, yaitu:
1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP Tanudiredja,
Wibisana & Rekan.
2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama dengan
KAP Siddharta dan Widjaja.
3. KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono, Suherman
dan Surja.
4. KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing
Satrio dan Rekan.
Keempat KAP the big four di atas dianggap memiliki reputasi yang lebih baik
dibandingkan dengan KAP lain di Indonesia (KAP non-big four), sehingga keempat
KAP tersebut di atas diberi label KAP the big four. Hal tersebut juga didasarkan
pada ukuran dan reputasi KAP tersebut dalam memberikan jasa audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahman, Nadirsyah dan Yahya (2012) yang
menunjukkan bahwa reputasi auditor memiliki pengaruh signifikan terhadap return
saham. Hal ini disebabkan karena penelitian ini tidak dilakukan terhadap sektor
non manufaktur yang sebenarnya mungkin bisa memiliki pengaruh signifikan
terhadap harga saham. Menurut Rahman et al. (2012), penafsiran yang dapat
dikemukakan dari penelitian tersebut bahwa investor percaya dan yakin dengan
informasi laba yang dilaporkan oleh perusahaan manufaktur BEI, karena KAP
berskala besar mempunyai banyak sumber daya, banyak klien dan reputasi yang
telah dianggap baik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani dan Ruhiyat (2018)
menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap return saham.
Hal ini dikarenakan penelitian ini hanya menggunakan perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di BEI, oleh karena itu hasil penelitian ini belum tentu dapat
digeneralisasikan pada perusahaan-perusahaan non manufaktur yang terdaftar di
BEI, apalagi mungkin dari wilayah lain.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan:
H3 : Reputasi auditor berpengaruh terhadap return saham.
3. METODE PENELITIAN
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham. Menurut
Musthafa (2017), return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh
pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan. Return saham dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Ri = (Pt – Pt-1) / Pt-1
Keterangan:
Ri = return sekarang
Pt = harga saham sekarang
Pt-1 = harga saham periode lalu
Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Net Profit Margin
Net Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah
dipotong pajak. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
pendapatan bersihnya terhadap total penjualan yang dicapai oleh
perusahaan. Net Profit Margin dapat dihitung dengan rumus (Bastian, Indra &
Suhardjono, 2006):
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Net Profit Margin (NPM) = 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 / Net Sales
2. Arus Kas Operasi
Arus kas operasi merupakan arus kas yang berasal dari aktivitas penghasil
utama pendapatan perusahaan atau transaksi yang masuk atau keluar dari
dalam penentuan laba bersih, meliputi arus kas yang dihasilkan dan
dikeluarkan dari transaksi yang masuk determinasi atau penentuan laba
bersih (net income). Pelaporan arus kas dari aktivitas operasi terdiri dari 2
metode, yaitu Metode Langsung (Direct Method) dan Metode Tidak Langsung
(Indirect Method). Entitas dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas
operasi dengan menggunakan metode langsung. Metode langsung
menyediakan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa
depan yang tidak dapat dihasilkan oleh metode tidak langsung. (PSAK No. 2,
2018)
3. Reputasi Auditor
Reputasi auditor dibagi menjadi 2, yaitu auditor yang berasal dari KAP the big
four dan KAP yang berasal dari KAP Non The Big Four. KAP dengan reputasi
big four dianggap perusahaan memiliki kualitas audit yang lebih baik
dibandingkan dengan KAP non big four, sebaliknya KAP non big four memiliki
reputasi yang lebih rendah dari KAP big four, sehingga kualitas audit yang
diberikan pun akan lebih rendah.
Variabel ini merupakan variabel dummy, yaitu:
Tabel 3.1
Pemilihan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah Sampel
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek 462
Indonesia periode 2014-2017
Perusahaan dengan laporan keuangan yang tidak (87)
disajikan dalam mata uang Rupiah
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan (33)
Perusahaan yang tidak menghasilkan laba pada tiap (126)
tahun pengamatan
Periode pembukuan perusahaan selain 1 Januari – 31 (3)
Desember
Perusahaan yang diaudit oleh reputasi auditor yang (6)
berbeda selama periode 2014 – 2017
Perusahaan yang melakukan IPO di tahun 2015 (42)
Total Sampel 165
Outlier (31)
Data Sampel 134
Berdasarkan Tabel 4.2, variabel net profit margin memiliki nilai minimum 0.00, nilai
maksimum 0.21, nilai rata-rata 0.0656 dan nilai standar deviasi 0.04843. Variabel
arus kas operasi memiliki nilai minimum – Rp 862,339,383,145, nilai maksimum
Rp 7,288,586,537,000, nilai rata-rata Rp 656,710,581,060.51 dan nilai standar
deviasi Rp 1,502,924,343,881.61.
Uji Hipotesis
Tabel 4.2
Uji Statistik t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
B Error Beta
Model t Sig.
1 (Constant) .015 .061 .243 .808
Net Profit Margin -1.081 .578 -.198 -1.870 .064
Arus Kas Operasi 3.704 .000 .211 1.998 .048
Reputasi Auditor .089 .054 .165 1.661 .145
a. Dependent Variable: Return Saham
Pembahasan
Net Profit Margin
Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa net profit margin (NPM) tidak
berpengaruh terhadap return saham. Investor dalam mengambil keputusan
berinvestasi pada suatu perusahaan akan cenderung melihat bagaimana
perubahan capital gain dan dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Menurut
Lastria dan Sari (2014), investor dalam melakukan investasi, tidak terlalu
memperhitungkan variabel NPM untuk memprediksi harga saham. Jika nilai NPM
naik dapat disebabkan adanya persentase penurunan penjualan yang lebih besar
dibandingkan persentase kenaikan laba bersih, sehingga tinggi rendahnya net
profit margin tidak terlalu diperhatikan oleh investor.
Hasil penelitian Lastria dan Sari (2014) sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Murni, Arfan dan Musnadi (2014) yang menunjukkan bahwa net
profit margin tidak berpengaruh terhadap return saham. Menurut Murni, Arfan dan
Musnadi (2014), net profit margin tidak mampu meningkatkan return saham
dikarenakan kemungkinan adanya faktor lain di luar variabel net profit margin yang
dapat mempengaruhi harga saham, seperti adanya perubahan tingkat inflasi, suku
bunga, memburuknya perekonomian global yang mempengaruhi perekonomian
domestik, dan faktor lainnya. Sebagian besar investor tidak tertarik untuk
mendapatkan laba jangka panjang berupa dividen, sehingga investor lebih tertarik
pada laba jangka pendek yaitu capital gain sehingga dalam mempertimbangkan
pembelian saham, investor tidak mempertimbangkan nilai net profit margin, akan
tetapi mengikuti tren yang terjadi di pasar.
Putra, Dzulkirom dan Rahayu (2014) juga melakukan penelitian mengenai
pengaruh net profit margin terhadap return saham juga menemukan tidak adanya
pengaruh antara net profit margin dan return saham. Menurut Putra et al. (2014),
Net Profit Margin (NPM) mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan. Pada saat laba bersih naik,
total penjualan akan ikut naik, hal ini disebabkan karena tingginya biaya yang
harus dikeluarkan perusahaan sehingga NPM tidak memiliki pengaruh terhadap
harga saham.
Mahardika dan Artini (2017) mengatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
antara net profit margin dan return saham. Hal tersebut disebabkan informasi
mengenai net profit margin tidak terlalu diperhatikan oleh investor dalam
mengambil keputusan investasinya karena jika nilai NPM naik dapat disebabkan
adanya persentase penurunan penjualan yang lebih besar dibandingkan
persentase kenaikan laba bersih.
terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan. Pola arus kas
aktivitas operasi adalah positif, yaitu arus kas masuk lebih besar dari arus kas
keluar. Arus kas aktivitas operasi yang positif menunjukkan kinerja perusahaan
yang stabil dan kondisi keuangan yang baik karena dinilai mampu dalam
membiayai kegiatan operasionalnya. Hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan
dan mendorong investor untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut.
Semakin banyak investor yang berinvestasi akan meningkatkan harga saham
perusahaan, dan berdampak pada meningkatnya return saham.
Menurut Yocelyn dan Christiawan (2012), pengaruh arus kas operasi
terhadap return saham disebabkan karena arus kas operasi menunjukkan hasil
operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta telah dikurangi
dengan beban yang bersifat tunai. Bisa terjadi laporan laba rugi menunjukkan
angka penjualan dan laba usaha yang tinggi tetapi ternyata bersifat semu, karena
perusahaan belum menerima dana pelunasan penjualan. Kesulitan likuiditas
mengakibatkan banyak timbulnya piutang macet atau piutang dengan term kredit
yang sangat lama.
Reputasi Auditor
Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa reputasi auditor tidak
berpengaruh terhadap return saham. Hal ini disebabkan karena investor tidak
terlalu peduli mengenai reputasi KAP yang mengaudit suatu perusahaan. Auditor
independen yang tergolong Big Four maupun Non Big Four juga telah mengikuti
pedoman standar audit yang sama, sehingga hasil laporan auditor independen
hanya bertujuan untuk memastikan (to assure) apakah laporan keuangan
mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya atau tidak.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani
dan Ruhiyat (2018) dan Puspaningtias (2017), yaitu tidak berpengaruhnya reputasi
auditor terhadap return saham. Hal ini disebabkan karena teori agency
menganggap permintaan pelayanan informasi menjadi yang terutama. Teori ini
berfokus pada hubungan, dimana kesejahteraan pemilik (owner) dipercayakan
pada orang lain yakni agen. Pemilik memberikan perintah pada kepada auditor
independen (agen) untuk melakukan suatu jasa yakni audit atas laporan
keuangan. Agen akan memberikan opini audit atas hasil penilaian agen. Menurut
Brigham dan Houston (2014), signalling theory juga menyatakan bahwa informasi
yang akan dipublikasikan memberikan sinyal bagi investor praktik manajemen dan
kinerja perusahaan akan tercermin dalam laporan keuangan yang nantinya akan
dinilai oleh auditor independen. Auditor independen diharapkan dapat membatasi
kinerja buruk atau manajemen laba dalam laporan keuangan sehingga informasi
dalam laporan keuangan bisa lebih handal.
Penelitian yang dilakukan oleh Afridah dan Yanto (2015) juga menunjukkan
hasil yang sama, yaitu reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap return saham.
Hal ini dimungkinkan karena kasus Enron dan dibubarkannya KAP Anderson,
sehingga publik memandang KAP bukanlah tolok ukur untuk menilai terjadinya
asimetri informasi.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Variabel net profit margin tidak berpengaruh terhadap return saham
perusahaan. Hal tersebut disebabkan investor dalam mengambil keputusan
berinvestasi pada suatu perusahaan akan cenderung melihat bagaimana
perubahan capital gain dan dividen, baik tunai maupun dalam bentuk saham
yang dibagikan oleh perusahaan.
2. Variabel arus kas operasi berpengaruh terhadap return saham perusahaan.
Investor melihat jika perusahaan memiliki kas dari kegiatan operasi yang besar,
maka bisa menjadi indikasi bahwa perusahaan dapat menghasilkan kas yang
cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi, membayar
dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber
pendanaan dari luar.
3. Variabel reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap return saham
perusahaan. Investor tidak terlalu peduli mengenai reputasi KAP yang
mengaudit suatu perusahaan. Auditor independen yang tergolong Big Four
maupun Non Big Four juga telah mengikuti pedoman standar audit yang sama,
sehingga hasil laporan auditor independen hanya bertujuan untuk memastikan
(to assure) apakah laporan keuangan mencerminkan kondisi perusahaan yang
sebenarnya atau tidak.
Saran
Beberapa saran untuk penelitian selanjutnya, antara lain:
1. Ruang lingkup untuk penelitian dapat diperluas selain perusahaan manufaktur,
seperti industri jasa, lembaga non-keuangan, perusahaan yang bergerak di
bidang agribusiness, perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, dan
sektor lainnya untuk mengeneralisasi hasil penelitian.
2. Periode penelitian disarankan hanya 4 tahun, melainkan 10 tahun. Hal ini
bertujuan agar penelitian tersebut memiliki jumlah sampel yang lebih banyak
dan memberikan hasil uji yang lebih baik dan mendapatkan model penelitian
di industri terkait.
3. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel independen lain yang dapat
mempengaruhi return saham, seperti pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) dan current ratio.
DAFTAR PUSTAKA
Affinanda, A. (2015). Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return
Saham Pada Perusahaan Dalam Indeks LQ 45 Tahun 2010 – 2013. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 4(2), 1-11.
Brigham, E.F., & Houston, J.F. (2014). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi
kesebelas. Jakarta: Salemba Empat.
Dini, A.W., & Indarti, I. (2012). Pengaruh Net Profit Margin, Return On Asset dan
Return On Equity Terhadap Harga Saham yang Terdaftar Dalam Indeks
Emiten LQ45 Tahun 2008-2010. Jurnal Kajian Akuntansi dan Bisnis, 1(1),
1-18.
Ernayani, R., Prihandoyo, C., & Abdiannur. (2018). Perubahan Arus Kas dan
Pengaruhnya Terhadap Return Saham. Jurnal Humaniora dan Pendidikan,
2(1), 1-9.
Field, A.P. (2009). Discovering statistics using SPSS: and sex and drugs and rock
‘n’ roll (3rd ed.). London: Sage.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25. Edisi
kesembilan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Lastria, P.D., & Sari, R.L. (2014). Analisis Pengaruh Return On Asset, Net Profit
Margin dan Earnings Per Share Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012.
Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 2(7), 426-432.
Mahardika, I.N, & Artini, L.G. (2017). Pengaruh Rasio Pasar dan Rasio
Profitabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
E-Jurnal Manajemen Unud, 6(4), 1877-1905.
Margaretta, F., & Saputra, S. (2005). Opini Audit Going Concern (Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan dan
Reputasi Kantor Akuntan Publik Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. 966-978.
Murni, S., Arfan, M., & Musnadi, S. (2014). Pengaruh Earning Per Share dan Net
Profit Margin Terhadap Return Saham Pada Perusahaan yang Tergabung
dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, 3(1), 38-49.
Nugrahani, S., & Ruhiyat, E. (2018). Pengaruh Opini Audit Terhadap Harga
Saham Dengan Ukuran Kantor Akuntan Publik Sebagai Variabel
Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013 – 2015. Jurnal Akuntansi, 5(1), 80-83.
Penman, S.H. (2012). Financial Statement Analysis and Security Valuation (5th
ed). New York: McGraw-Hill.
Putra, F.E., & Kindangen, P. (2016). Pengaruh Return On Asset, Net Profit Margin
dan Earning Per Share terhadap Return Saham (Kasus Pada Perusahaan
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2010 – 2014). Jurnal Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 4(4), 239-
244.
Putra, Y.P., Dzulkirom, M., & Rahayu, S.M. (2014). Pengaruh Return On
Investment, Return On Equity, Net Profit Margin, dan Earning Per Share
Terhadap Harga Penutupan Saham Perusahaan (Studi Pada Perusahaan
Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2012). Jurnal Administrasi Bisnis, 8(2), 1-7.
Rahman, R., Nadirsyah, & Yahya, M.R. (2012). Pengaruh Manajemen Laba dan
Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap Return Saham (Kasus Pada
Perusahaan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2006 - 2010). Jurnal Akuntansi, 2(1), 100-109.
Reeve, J.M., Warren, C.S., & Duchac, J.E. (2014). Principles of Accounting (12th
ed.). New York: Cengage Learning.
Ross, S., Westerfield, R., Jordan, B., Wong, R., & Wong, B. (2015). Essentials of
Corporate Finance. New York, NY: McGraw-Hill Education.
Rudyawan, A.P. & Badera, I.D. (2009). Opini Audit Going Concern (Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan,
Leverage, dan Reputasi Auditor). Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 4(2), 129-
139.
Sharpe, W.F., Alexander, G.J., & Bailey, J.V. (2005). Investasi. (Penerjemah:
Hendry Njooliangtik dan Agustino). Jakarta: Dadi Kayana Abadi. (Buku asli
diterbitkan 2000).
Sutrisno. (2017). Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi revisi.
Yogyakarta: Ekonisia.
Tandellin, E. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi pertama.
Yogyakarta: Kanisius.
Trisnawati, Widya & Wahidahwati. (2013). Pengaruh Arus Kas Operasi, Investasi
dan Pendanaan serta Laba Bersih terhadap Return Saham. Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi, 1(1), 15-34.
Tumbel, G.A., Tinangon, J., & Walandouw, S.K. (2017). Pengaruh Laba Akuntansi
dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013 – 2015. Jurnal EMBA, 5(1), 173-183.
Wijono, C.L. (2016). Pengaruh Return On Equity, Arus Kas Operasi, Ukuran
Perusahaan, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return Saham Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia
Periode 2012-2015. Jurnal Akuntansi Balance, 15(1).
Yocelyn, A., & Christiawan, Y.J. (2012). Analisis Pengaruh Perubahan Arus Kas
dan Laba Akuntansi Terhadap Return Saham (Kasus Pada Perusahaan
Berkapitalisasi Besar). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 14(2), 81-90.
Yuliana & Ardianti, A.Y. (2004). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di
Indonesia. Jurnal Modus, 16(2), 135-146.
Impact of
The impact of downside risk on downside risk
UK stock returns
Fangzhou Huang
Accounting and Finance Department, School of Management,
Swansea University, Swansea, UK
Received 8 July 2017
Revised 12 October 2017
Abstract 27 January 2018
Accepted 10 April 2018
Purpose – This paper aims to investigate patterns in UK stock returns related to downside risk, with
particular focus on stock returns during financial crises.
Design/methodology/approach – First, stocks are sorted into five quintile portfolios based on the
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)
relevant beta values (classic beta, downside beta and upside beta, calculated by the moving window
approach). Second, patterns of portfolio returns are examined during various sub-periods. Finally, predictive
powers of beta and downside beta are examined.
Findings – The downside risk is observed to have a significant positive impact on contemporaneous stock
returns and a negative impact on future returns in general. In contrast, an inverse relationship between risk
and return is observed when stocks are sorted by beta, contrary to the classic literature. UK stock returns
exhibit clear time sensitivity, especially during financial crises.
Originality/value – This paper focuses on the impact of the downside risk on UK stock returns, assessed
via a comprehensive sub-period analysis. This paper fills the gap in the existing literature, in which very few
studies examine the time sensitivity in relation to the downside risk and the risk-return anomaly in the UK
stock market using a long sample period.
Keywords Financial crisis, Stock returns, Downside risk
Paper type Research paper
1. Introduction
This paper investigates the relationship between the downside risk and UK stock returns.
Since the CAPM was first proposed, it was widely believed that the expected excess return
of a stock varies linearly with its market beta, regardless of the change in the market excess
return. However, by exploring market movements and stock returns, researchers observed
that stock returns did not react symmetrically to market movements. Certain stocks tend to
gain more in a rising market than they would lose in a falling market, while other stocks
experience declines in a falling market far in excess of gains in a rising market. It follows
that such stocks are less attractive than others due to low average payoffs. This paper
demonstrates that the positive impact of the downside risk is reflected in the cross-section of
stock returns, while when beta is controlled, the downside risk’s negative impact on stock
returns is observed in future stock returns. It is also observed that risk and return follow an
inverse relationship, when stocks are sorted by beta, contrary to the classic literature.
Furthermore, to test the time sensitivity, the risk-return relationship is examined by using
sub-period analysis. This paper fills the gap in the existing literature, in which studies
primarily focus on either stock performance over time during a particular financial crisis
(therefore, examining a relatively short sample period) or the downside risk without
considering its time sensitivity. As stock performance varies substantially over time, Review of Accounting and
Finance
© Emerald Publishing Limited
1475-7702
The author thanks Professor Nick Taylor for his valuable comments and suggestions. DOI 10.1108/RAF-07-2017-0139
RAF especially during bear markets (Ang et al., 2006), this paper contributes to the literature by
using a 30-year sample period, covering a number of economic cycles, and in particular
examines the downside risk in relation to stock performance and time sensitivity. This
paper is organized as follows: Section 2 reviews the existing literature on the downside risk,
Section 3 outlines a downside risk model, Section 4 describes data, Section 5 presents
empirical results, Section 6 examines the predictive power of the downside beta, and
Section 7 concludes with a discussion of the present study’s limitations and points at
directions for future research.
2. Literature review
Measures of the downside risk have long been used in portfolio analysis, specifically,
because treating risk asymmetrically yields a vast improvement over the traditional
portfolio theory. The most commonly accepted downside risk measures are semi-variance
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)
and the lower partial moment (Nowrocki, 1999). A number of studies focus on the
asymmetry of risk, particularly on downside losses rather than upside gains. Roy (1952)
pointed out that investors are more concerned with the downside risk than with upside
gains. Markowitz (1959) was the first to propose that semi-variance instead of variance be
adopted as a risk measure, as semi-variance is particularly focused on downside losses.
Consequently, a large number of studies exploring theoretical applications of semi-variance
have been published. For instance, the theoretical superiority of semi-variance compared to
variance is illustrated in study Quirk and Saposnik’s (1962). Mao (1970) shows that investors
are more sensitive to the downside risk as compared to upside gains. In the mid-1970s,
another measure of downside risk called the lower partial moment was proposed. According
to Bawa (1975) and Fishburn (1977), the lower partial moment can liberate investors from
risk seeking to risk neutral and finally to risk aversion. Bawa (1975) was the first to define
the lower partial moment as a below-target semi-variance, linking the lower partial moment
to the semi-variance measure.
A large number of empirical tests have been conducted subsequent to the introduction of
these two measures of the downside risk. Among such tests, a number of researchers
attempted to combine measures of the downside risk with the original asset pricing model
and the investors’ utility function. This, in turn, has led to the emergence of new measures of
downside risk. Bawa and Lindenberg (1977) proposed a modified CAPM that treated
downside and upside risks asymmetrically. Developing the framework for behavioural
finance, Kahneman and Tversky (1979) proposed the loss aversion preference. Gul (1991)
advanced the disappointment aversion (DA) preference theory. According to that theory,
risk-averse investors demand a premium to compensate for the downside risk borne in a
falling market. Sing and Ong (1997) proposed the co-lower partial moment and extended it to
classic CAPM. Ang and Chen (2002) proposed the downside conditional correlation as a new
measure of downside risk. Moreover, Nielsen et al. (2008) proposed downside realized semi-
variance as another measure of downside risk, constructed from high-frequency data.
Even though the concept of downside risk arose as early as the 1950s, early studies
observed little evidence of downside risk being priced, as researchers did not specifically
focus on the cross-sectional evaluation of the premium. For instance, Jahankhani (1976)
failed to observe any improvement in the standard CAPM resulting from normal betas being
replaced by downside betas; however, portfolios used in his study were sorted only by
classic CAPM betas. Similarly, Harlow and Rao (1989) failed to estimate the downside risk
premium, instead measuring the downside risk under the maximum likelihood framework,
with only the consistency of returns of the risk-free assets being tested across all portfolios.
None of the cited studies examined the risk premiums of stocks that closely co-vary with a Impact of
declining market. downside risk
However, Ang et al. (2006) successfully demonstrated that stocks with higher downside
risk boast higher average returns, with the downside risk a significant risk factor affecting
stock returns. Moreover, they estimated the downside risk premium to be 6 per cent per
annum in cross-section. On the other hand, Huang and Hueng (2008) argued that in a
downside market, there is a significant and negative risk-return relationship. More recently,
Gregory (2011) focused on the UK stock market risk premium, though not specifically
during downside markets. Huang et al. (2012) failed to observe the downside risk component
in a value-at-risk model. Galsband (2012) and Alles and Murray (2017) observed stock
returns to be sensitive to downside shocks in emerging markets. Additionally, Giglio et al.
(2016), Min and Kim (2016) and Ormos and Timotity (2016) proposed modeling the downside
risk from the macroeconomic perspective, while Theodosiadou et al. (2016) explored time
sensitivity of jumps in individual stock returns. In view of Ang et al. (2006), this paper
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)
examined whether individual UK stocks with higher downside betas earn, on average,
higher returns during both the observation period and the next period, focusing particularly
on time sensitivity of stock returns relative to the downside risk.
where U(W) is the utility function of wealth W by the end of the period, F(x) is the
cumulative density function of wealth W and m W is a certain level of wealth. Following Gul
(1991), U(W) is set to be a power utility function given by:
RAF U ðW Þ ¼ W ð1 g Þ =ð1 g Þ (2)
The parameter A in equation (1) is the DA coefficient, 0 < A # 1, and K is a scalar, given by:
The event of wealth declining below m W is called a disappointing outcome. The reason for A
being between 0 and 1 is to allow disappointing outcomes to have more weight than the
alternative. In other words, disappointment-averse investors are more concerned with the
downside risk than the upside risk. On the other hand, if A = 1, the DA utility function
becomes the mean-variance utility function (Ang et al., 2006).
A key component of the mean–variance utility function, the regular beta, is given by:
covðxRi ; xRM Þ
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)
b ¼ (4)
varðxRM Þ
where xRi is asset i’s excess return and xRM is the market excess return. Beta could be a
powerful parameter to explain and describe the risk-return relationship of each asset, as
each asset’s expected return will increase in a rising market and decrease in a declining
market at high beta values. However, with investors comparatively more concerned with the
downside risk, the DA utility function’s risk coefficient does not have enough explanatory
power for the downside risk. To overcome this challenge, the downside beta, denoted by b ,
a measurement of downside risk, is introduced by Bawa and Lindenberg (1977)[1].
Mathematically, b is given by:
cov xRi ; xRM jxRM < xRM
b ¼ (5)
var xRM jxRM < xRM
where xRM is the average market excess return over the sample period.
On the other hand, a DA investor would prefer to hold stocks with high upside potential
payoffs available at discounts. Similarly to the downside beta, the upside beta is given by:
þ cov xRi ; xRM jxRM xRM
b ¼ (6)
var xRM jxRM xRM
where the notation is used consistently with the definition of the downside beta.
As the regular, upside and downside betas are not independent, to distinguish their
effects, two more statistics were introduced by Ang et al. (2006) and further developed and
tested in a number of studies, e.g. Galsband (2012), Liu et al. (2014), Min and Kim (2016) and
Keenan and Snow (2017): the relative upside beta, denoted by ( b þ b ) and the relative
downside beta, denoted by ( b b ). In the subsequent analysis, comparisons among
regular, upside, downside, relative upside and relative downside betas relative to stock
returns are summarized.
4. Data
Data for the UK market used in this paper are taken from DataStream and include ordinary
common stock prices of companies in the FTSE All-Share Index, observed monthly from
December 1979 to December 2010. Real estate investment funds and closed-end funds are
excluded from the sample. Each stock is required to have at least five years of consecutive Impact of
monthly adjusted price observations with at most five missing observations. The price of downside risk
each stock is adjusted for splits, mergers and acquisitions and dividends (dividends are
subtracted from stock prices to perform the adjustment), resulting in the total of 565 stocks
with the average annual return of 3.61 per cent and the standard deviation of 22.21 per cent.
The UK one-month Gilt rate and FTSE All-Share Index values over the same period are
collected for subsequent analysis.
5. Empirical results
To demonstrate the relationship between annual realized stock returns and various types of
betas, results are summarized in the subsequent tables. All regular, downside and upside
betas are estimated by OLS, with relative downside and upside betas, and downside beta
less upside beta values computed subsequently.
In the process of computing betas, the moving window method is adopted with a three-
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)
year window used to calculate beta values for respective stocks. Therefore, once the first beta
value for a given stock has been calculated, the next beta value for that stock is calculated by
moving the window forward by one month. Once all types of betas have been computed, each
type is sorted into five portfolios according to their values as of each month. Specifically,
stocks are cross-sectionally sorted into five quintiles (113 stocks in each quintile), according to
different types of corresponding beta measurements at each point in time. The low-beta
portfolios contain stocks with the lowest 20 per cent of betas among all stocks during each
month, with the other four portfolios containing stocks, falling into 20-40 per cent, 40-60
per cent, 60-80 per cent and 80-100 per cent percentile beta brackets. Once portfolios have been
constructed, each portfolio’s equally weighted average beta is calculated and assigned to be
the portfolio beta. To demonstrate the sample period’s impact and the predictive power of
betas, both the same period and the following year’s average annual excess return of each
portfolio are calculated.
Table III are all relatively higher than those in Table II. Although not as high as expected,
the increase in the return of the highest-beta portfolio observed after discarding abnormal
stock price movements during crisis period tends to change the return pattern. Apart from
Panel 1, the pattern in the risk-return relationship observed in the other panels in Table III is
fairly similar to that in Table II.
Moreover, when stocks are sorted by relative downside beta, there is a clear U-shaped
pattern in returns, without a small drop that appears in both Tables I and II for the highest
relative beta portfolio. Furthermore, when stocks are sorted by ( b b þ), the upward
pattern in returns appears similarly to those in Tables I and II. However, the spreads
between returns of the highest-beta and the lowest-beta portfolios in each panel in Table III
are much lower than the corresponding spreads in Table II, except when stocks are sorted
by ( b b þ). Nonetheless, returns of the lowest-beta portfolios in both tables are quite
close. In other words, the narrowing of spreads is due to the increase in returns of the
highest-beta portfolio. As the only change made to the data set is the omission of the crisis
periods, it can be concluded that bear market periods indeed have a great impact on high
than on low-beta stocks.
5.2.3 The dot-com crash. To explore the impact of stock price movements during crisis
periods on the risk–return relationship, the analysis specific to the Dot-com crash from March
2000 to October 2002 is conducted. The results are shown in Table IV. Unsurprisingly, stocks
suffered huge losses, on average, over this period. Regardless of whether stocks are sorted by
beta, downside beta, upside beta, relative downside beta and relative upside beta, none of the
resulting portfolios generate a positive rate of return, while the spreads between the high-beta and
low-beta portfolios are rather wide, from 218.77 to 229.78 per cent. The five panels show that
the highest-beta portfolio generates the lowest rate of return. If stocks are sorted by conventional
beta, the highest-beta portfolio generates the lowest rate of return among all portfolios.
Focusing on the pattern of returns, a downward pattern appears in the first five panels when
the corresponding beta measurement increases. In addition, the previously mentioned U-shaped
return pattern, observed if stocks are sorted by relative downside beta, disappears and is
replaced by a downward pattern. As in previous tables, if stocks are sorted by (b b þ), the
upward pattern of returns is observed again with all-negative values. Overall, Table IV shows
that abnormal stock price movements do not notably alter the return pattern and the risk–return
relationship. However, it is clear that stocks, especially those of high-beta portfolios, suffered
huge losses during the Dot-com crash. It shows again that high-beta stocks are influenced the
most when downward stock price movements occur.
RAF Portfolio Return (%) b b bþ
by downside, upside and relative upside betas. When stocks are sorted by relative downside
beta, returns from the low-beta to high-beta portfolios exhibit a U-shaped pattern.
Results for the period from January 2000 to December 2010, in Table VII, are more
interesting. Consistently with findings of Ang et al. (2006), when stocks are sorted by
conventional beta, returns plotted against beta estimates exhibit an upward pattern. When
stocks are sorted by downside, relative downside, or relative upside beta, or by downside
beta less upside beta, the upward pattern of returns versus corresponding beta measure
becomes more evident. Finally, when stocks are sorted by upside beta, a clear downward
pattern of returns is observed. Overall, this sub-period analysis reveals three different risk–
return relationships depending on the sample period used.
To summarize, different types of portfolio return patterns appear when stocks are sorted
by different beta measurements. The UK stock returns exhibit evidence of time sensitivity,
especially during periods of financial crises and periods of low returns. When the entire
constructed data set is considered, an inverse pattern in returns versus beta appears,
contrary to the conventional portfolio theory.
When the sample is shortened, the inverse pattern is still observed, however, the spreads
between the highest-beta and lowest-beta portfolios become much narrower. If periods of
notable financial crises are excluded from the dataset, an unexpected U-shaped pattern
appears in returns of beta-grouped portfolios. In a sub-period analysis, three entirely different
risk–return relationships are observed. The period from January 2000 to December 2010,
with the subsample characterized by a long bull market, exhibits the risk-return relationship
closest to that predicted by the conventional portfolio theory. This is difficult to explain but is
most likely due to boom periods before and after the market slump offsetting the negative
impact of the bull market.
7. Conclusion
The UK stock returns exhibit unusual patterns when sorted by regular, downside and upside
beta even after controlling for beta. If the full-length data set is used, covering a number of
financial crises, an inverse pattern of portfolio returns is observed, contrary to the classic
literature. Such an anomaly can be expected in the short term; however, it is clearly
demonstrated by this paper to persist in the long-run. To further explore this phenomenon,
the sub-period analyses performed on modifications of the dataset tailored to contain only
periods of financial crises and separately, excluding such periods, did not result in an
observation of a consistent pattern in the risk-return relationship, while the predictive power
of downside beta was observed to be weak. Overall, the UK data is clearly time-sensitive,
especially during periods of financial crises. Moreover, high values of regular and downside
betas have a negative impact on future returns. The inverse risk–return relationship indeed
needs to be explored further. As the data sample is being examined with the primary focus on
bear markets, it is suggested that time sensitivity could be a possible reason for the observed
risk-return anomaly. The unusual risk-return pattern discussed in this paper implies that
factors not conventionally well considered in asset pricing, such as the downside risk and
time sensitivity, could have a pivotal impact on stock returns, causing a risk-return anomaly
contrary to the long-acknowledged classic asset pricing literature. The results also suggest
that, in the short term, the downside risk could reduce stock returns to investors, especially
during financial crises. On the other hand, in the long term, predicting future returns by using
the downside risk indicators such as downside beta and relative downside beta is difficult.
Nevertheless, this study possesses an inevitable limitation: the construction of data sample
examined in this paper requires each stock to have at least five years of consecutive data,
resulting in omission of companies that were recently listed or did not stay in business for
five years, and limiting the sample period, as the sample’s end point in 2010 was chosen to
ensure that a reasonable number of observations were included. As a result, the sample may
be biased towards low-volatility stocks, observed to outperform high-volatility stocks during
the sample period, even as the sample selection attempts to follow the pioneering studies of
stock returns in the US market. In the course of future research, the risk–return relationship Impact of
and the impact of downside risk in various stock markets will be examined, to perform a downside risk
comprehensive comparison of stock markets with similar features and to validate the
uniqueness of the anomaly found in the UK stock market.
Note
1. The downside beta measures the co-movement between the stock return and the return of market
portfolio in a falling market. Stocks with larger downside betas are expected to suffer greater
losses in a downside market, and vice versa.
References
Alles, L. and Murray, L. (2017), “Asset pricing and downside risk in the australian share market”,
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)
Corresponding author
Fangzhou Huang can be contacted at: f.huang@swansea.ac.uk
For instructions on how to order reprints of this article, please visit our website:
www.emeraldgrouppublishing.com/licensing/reprints.htm
Or contact us for further details: permissions@emeraldinsight.com
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari return on asset (ROA), earnings per share
(EPS), economic value added (EVA), market value added (MVA), dan debt to equity ratio (DER)
terhadap return saham. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 laporan tahunan perusahaan sektor
pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan didapat melalui teknik pengambilan purposive
sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa return on asset (ROA) berpengaruh positif terhadap return saham,
earnings per share (EPS), economic value added (EVA), market value added (MVA), dan debt to equity
ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap return saham. Penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan
sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia saja, sehingga untuk peneliti selanjutnya
disarankan untuk memperpanjang periode penelitian dan memperluas populasi penelitian. Serta
menambah variabel penelitian yang mempengaruhi return saham misalnya inflasi, nilai tukar rupiah, arus
kas operasi, dan tingkat suku bunga.
Kata Kunci : Return on asset (ROA), earnings per share (EPS), economic value added (EVA), market
value added (MVA), debt to equity ratio (DER), dan return saham
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of return on assets (ROA), earnings per share (EPS), economic
value added (EVA), market value added (MVA), and debt to equity ratio (DER) on stock returns. The
sample in this study amounted to 30 annual reports of agricultural sector companies listed on the
Indonesia Stock Exchange (IDX) and obtained through purposive sampling technique. The analysis
technique used in this study is multiple linear regression.
The results of this study indicate that return on assets (ROA) has a positive effect on stock returns,
earnings per share (EPS), economic value added (EVA), market value added (MVA), and debt to equity
ratio (DER) has no effect on returns stock. This research is limited to agricultural sector companies listed
on the Indonesia Stock Exchange, so further researchers are advised to extend the study period and
expand the research population. As well as adding research variables that affect stock returns such as
inflation, rupiah exchange rates, operating cash flow, and interest rates.
Keywords : Return on assets (ROA), earnings per share (EPS), economic value added (EVA), market
value added (MVA), debt to equity ratio (DER), and stock returns
196
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
1. PENDAHULUAN pasar modal untuk keperluan investasi
Pada era ekonomi modern seperti sekarang sehingga pada akhirnya dapat memaksimalkan
ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan penghasilan (Anoraga dan Pakarti, 2001 dalam
modal untuk mendorong kinerja operasional Dyah Ayu Savitri, 2012).
perusahaan. Salah satu cara bagi perusahaan Para investor termotivasi untuk melakukan
untuk mendapatkan tambahan modal adalah investasi salah satunya adalah dengan membeli
dengan menawarkan kepemilikan perusahaan saham perusahaan dengan harapan untuk
tersebut kepada masyarakat atau publik (go mendapatkan kembalian investasi yang sesuai
public). Pasar modal adalah tempat bagi dengan apa yang telah diinvestasikannya.
perusahaan untuk mengumpulkan modal Return merupakan hasil yang diperoleh dari
dengan cara menawarkan sahamnya kepada investasi atau tingkat keuntungan yang
masyarakat atau publik. Keterlibatan dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi
masyarakat atau publik dalam pasar modal yang dilakukannya (Hartono, 2010 dalam Hari
adalah dengan cara membeli saham yang Cahyadi dan Akhmad darmawan, 2016).
ditawarkan dalam pasar modal. Pasar modal Permasalahan yang dihadapi terkait
memberikan jasanya yaitu menjembatani perkembangan return saham pada perusahaan
hubungan antara pemilik modal yang dalam hal sektor pertanian yang terdaftar di BEI adalah
ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan terjadi fluktuasi return saham perusahaan
peminjam dana yang dalam hal ini disebut sektor pertanian tahun 2013 sampai 2017. Hal
dengan nama emiten (perusahaan yang go tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
public). Para pemodal meminta instrument
Tabel 1. Fluktuasi Return Saham Perusahaan Sektor Pertanian Periode 2013 Sampai
2017. (disajikan dalam %)
197
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
berpengaruh positif terhadap return saham dan 2.5. Economic Value Added (EVA)
debt to equity ratio berpengaruh negatif Economic Value Added (EVA) merupakan
terhadap return saham. Menurut Natasya Cindy nilai tambah ekonomis yang diciptakan
Hidajat (2018) membuktikan bahwa earnings perusahaan dari kegiatan atau strateginya
per share, economic value added, dan market selama periode tertentu (Mulyadi, 2009 dalam
value added berpengaruh positif terhadap Sang Sang Andrias, 2018). Menurut Rudianto
return saham. (2006) dalam Wedayanthi dan Darmayanti
(2016) EVA merupakan suatu sistem
2. LANDASAN TEORI manajemen keuangan untuk mengukur laba
2.1. Signalling Theory ekonomi dalam suatu perusahaan, yang
Martono dkk (2007) dalam Juliana dan menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat
Saerang (2015) menyebutkan bahwa signalling terwujud jika perusahaan mampu memenuhi
theory adalah teori yang melihat pada tanda- semua biaya operasi (operating cost) dan biaya
tanda tentang kondisi yang menggambarkan modal (cost of capital).
suatu perusahaan. Informasi yang 2.6. Market Value Added (MVA)
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman Market value added (MVA) merupakan
akan memberikan signal bagi para investor suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur
dalam mengambil keputusan investasi. keberhasilan dalam memaksimalkan kekayaan
2.2. Return Saham pemegang saham dengan mengalokasikan
Return merupakan hasil yang diperoleh sumber-sumber yang sesuai (Puspita,
dari investasi atau tingkat keuntungan yang Isnurhadi, dan Umrie, 2015).
dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi 2.7. Debt to Equity Ratio (DER)
yang dilakukannya (Hartono, 2010 dalam Hari Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio
Cahyadi dan Akhmad Darmawan, 2016). yang menggambarkan perbandingan hutang
Return sebagai total laba atau rugi yang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan
diperoleh investor dalam periode tertentu yang menunjukan kemampuan modal sendiri
dihitung dari selisih antara pendapatan atas perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh
investasi pada periode tertentu dengan kewajibannya (Sawir, 2000 dalam Nesa Anisa,
pendapatan investasi awal (Sundjaja dan 2015).
Barlian, 2003 dalam Nico Alexander dan
Nicken Destriana, 2013). Kerangka Pemikiran Teoritis
2.3. Return On Asset (ROA) 2.8. Pengaruh Return On Asset (ROA)
Return on asset (ROA) merupakan rasio terhadap Return Saham
keuangan perusahaan yang berhubungan Return on asset merupakan rasio yang
dengan profitabilitas yang digunakan untuk menunjukkan seberapa besar kontribusi aset
mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba bersih (Aryanti,
menghasilkan keuntungan atau laba Mawardi dan Selvi Andesta, 2016). Semakin
(profitabilitas) pada tingkat pendapatan, aset tinggi nilai ROA, menunjukkan semakin tinggi
dan modal saham tertentu (Mamduh dan Abdul pula kemampuan perusahaan untuk
Halim, 2003 dalam Nesa Anisa, 2015). menghasilkan keuntungan, investor akan lebih
Menurut Sri Hartiyah dan Sukowiyono (2017) tertarik untuk memiliki saham perusahaan yang
ROA adalah rasio yang menunjukkan mampu menghasilkan keuntungan lebih besar,
kemampuan kemampuan suatu perusahaan dan jika banyak investor yang tertarik untuk
untuk menghasilkan laba bersih yang berasal membeli saham perusahaan yang memiliki
dari aktivitas investasi. kemampuan menghasilkan keuntungan tinggi,
2.4. Earnings Per Share (EPS) maka harga saham dari perusahaan tersebut
Earnings per share (EPS) merupakan rasio akan meningkat dan return sahamnya juga
keuangan yang dipakai investor yang berfungsi akan naik (Subalno, 2009 dalam A. Ifayani
menganalisis kemampuan dari perusahaan Haanura, 2013).
untuk mendapatkan laba dari saham yang Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gd
dipilih (Susilowati, 2011 dalam Gd Gilang Gilang Gunandi dan I Ketut Wijaya Kesuma
Gunandi dan I Ketut Wijaya Kesuma, 2015). (2015) dan Sahrul dkk (2015) membuktikan
198
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
bahwa ROA berpengaruh positif terhadap 2.10. Pengaruh Economic Value Added
return saham. Hasil tersebut tidak sama dengan (EVA) terhadap Return Saham
penelitian Lilis Purnamasari (2016) yang Perusahaan yang memiliki EVA yang
membuktikan bahwa ROA tidak berpengaruh tinggi akan lebih menarik bagi investor, karena
terhadap return saham. semakin besar EVA maka semakin tinggi nilai
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat perusahaan. Hal ini menunjukkan semakin
disimpulkan semakin besar return on asset besar tingkat keuntungan yang dapat dinikmati
suatu perusahaan maka semakin baik pula oleh pemegang saham. Sesuai dengan hukum
posisi perusahaan tersebut dari segi permintaan-penawaran, semakin banyak
penggunaan aset dalam memperoleh laba investor yang tertarik untuk membeli saham
bersih yang akan meningkatkan investor suatu perusahaan maka semakin besar pula
terhadap perusahaan. Peningkatan daya tarik kemungkinan harga saham perusahaan tersebut
perusahaan akan mendorong peningkatan harga mengalami kenaikan. Maka ketika harga saham
saham, sehingga akan meningkatkan return mengalami kenaikan, seorang investor akan
saham yang akan diterima oleh investor. memperoleh return saham yang berupa capital
Sehingga dapat disusun hipotesis berikut: gain yaitu keuntungan yang diperoleh
H1: Return On Asset berpengaruh positif pemegang saham karena kenaikan harga
terhadap return saham sahamnya (Mellissa Issabela, 2013).
2.9. Pengaruh Earnings Per Share (EPS) Hasil penelitian yang dilakukan oleh
terhadap Return Saham Natasya Cindy Hidajat (2018) membuktikan
Earnings atau laba yang dimiliki bahwa EVA berpengaruh positif terhadap
perusahaan selalu akan dilihat berapa return saham. Hasil penelitian tersebut tidak
sebenarnya jumlah laba perusahaan bila sama dengan penelitian Hari Cahyadi dan
dibagikan dengan jumlah saham perusahaan Akhmad Darmawan (2016) yang membuktikan
yang beredar, untuk itu laba per lembar saham bahwa EVA berpengaruh negatif terhadap
sangat dibutuhkan oleh investor, agar investor return saham dan penelitian Lusiana dan Indri
merasa yakin dan mengetahui berapa Yenni (2017) membuktikan bahwa EVA tidak
sebenarnya nilai yang dimilikinya atas saham berpengaruh terhadap return saham.
dari sebuah perusahaan. Semakin tinggi nilai Berdasarkan uraian sebelumnya dapat
EPS maka semakin besar tingkat return saham disimpulkan bahwa semakin tinggi EVA
(Salim, 2010 dalam Irra Anggraeni, 2018). menunjukkan semakin meningkatnya nilai
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Niel tambah ekonomis suatu perusahaan yang
Ananto dan Lefrand Pasuhuk (2013) menjadikan investor akan semakin tertarik
membuktikan bahwa earnings per share untuk berinvestasi dan meningkatkan harga
berpengaruh positif terhadap return saham. saham suatu perusahaan. Kenaikan harga
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian saham akan meningkatkan return saham.
Lusiana dan Indri Yenni (2017) dan Natasya Sehingga dapat disusun hipotesis sebagai
Cindy Hidajat (2018) yang membuktikan berikut:
earnings per share berpengaruh positif H3: Economic Value Added berpengaruh
terhadap return saham. positif terhadap return saham
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat 2.11. Pengaruh Market Value Added
disimpulkan semakin meningkatnya nilai laba (MVA) terhadap Return Saham
per lembar saham perusahaan akan membuat MVA mencerminkan seberapa jauh
investor semakin tertarik untuk berinvestasi, kemampuan perusahaan mengalokasikan dana.
maka permintaan saham perusahaan akan Analisis return saham dengan menggunakan
semakin banyak dan dapat meningkatkan market value added (MVA) jika alokasi dana
harganya. Sehingga return yang diperoleh akan perusahaan itu dapat terkendali sehingga
semakin besar. Sehingga dapat disusun mendapat arus kas bersih yang besar maka
hipotesis sebagai berikut: return saham yang didapat semakin tinggi.
H2: Earnings Per Share berpengaruh Dengan tingginya tingkat return saham yang
positif terhadap return saham diberikan oleh perusahaan kepada investor,
maka menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
199
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
memiliki kinerja yang baik, sehingga investor maka akan menunjukan semakin besar
yakin bahwa perusahaan tersebut akan ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar
memberikan efek yang positif terhadap saham (kreditur) dan tingkat resiko perusahaan juga
yang telah ditanamkan (Elok Puji Rahayu dan akan semakin besar. Akibatnya harga saham
Sri Utiyati, 2017). mengalami penurunan, dan akan menurunkan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh tingkat return saham perusahaan. Sehingga
Natasya Cindy Hidajat (2018) membuktikan dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
bahwa MVA berpengaruh positif terhadap H5: Debt to Equity Ratio berpengaruh
return saham. Hasil tersebut tidak sama dengan negatif terhadap return saham
penelitian Hari Cahyadi dan Akhmad
Darmawan (2016) dan Lusiana dan Indri Yenni Berdasarkan uraian sebelumnya, dibuat
(2017) yang membuktikan bahwa MVA tidak model penelitian sebagai berikut:
berpengaruh terhadap return saham. Return On Asset (ROA)
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat (X1)
disimpulkan semakin besar nilai tambah pasar H1 (+)
suatu perusahaan maka akan membuat para Earnings Per Share (EPS)
(X2) H2 (+)
investor semakin tertarik untuk berinvestasi
dalam saham perusahaan tersebut. Akibatnya, Economic Value Added
permintaan saham perusahaan tersebut akan H3 (+)
(EVA) Return Saham
semakin banyak sehingga mempengaruhi (X3) (Y)
harganya. Semakin meningkat harga saham H4 (+)
Market Value Added
maka return yang dapat diperoleh para investor
(MVA) H5 (-)
juga akan semakin besar. Sehingga dapat (X4)
disusun hipotesis sebagai berikut:
H4: Market Value Added berpengaruh
Debt to Equity Ratio
positif terhadap return saham (DER)
2.12. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) (X5)
terhadap return saham
Semakin besar nilai DER, maka resiko
Gambar 2.1 Model Penelitian
gagal bayar yang dihadapi oleh perusahaan Sumber : Data sekunder diolah, 2019
akan semakin besar. Selain itu, semakin tinggi
3. MODEL PENELITIAN
DER perusahaan juga harus membayar biaya
3.1. Jenis Penelitian
bunga yang tinggi. Apabila hal tersebut terjadi, Jenis penelitian yang dilakukan dalam
maka dapat mengakibatkan penurunan penelitan ini adalah penelitian kuantitatif yaitu
pembayaran dividen karena dianggap sebagai penelitian dengan memperoleh data yang
informasi yang buruk oleh investor, sehingga berbentuk angka atau data kualitatif yang
permintaan terhadap saham perusahaan akan diangkakan (Sugiyono, 2012).
mengalami penurunan yang berakibat pada
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
penurunan harga saham. Dalam kondisi Populasi adalah keseluruhan subjek
tersebut menandakan saham perusahaan kurang penelitian (Suharsimi Arikunto, 2012).
diminati yang secara langsung akan Populasi dalam penelitian ini adalah
menurunkan tingkat return saham (Kasmir, perusahaan sektor pertanian dari tahun 2013
2012). sampai tahun 2017.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gd Sampel dalam penelitian ini adalah laporan
Gilang Gunadi dan I Ketut Wijaya Kesuma keuangan perusahaan sektor pertanian periode
(2015) membuktikan bahwa DER berpengaruh 2013 sampai 2017 yang memenuhi kriteria:
negatif terhadap return saham. Hasil tersebut a. Perusahaan sektor pertanian yang terdaftar
tidak sama dengan penelitian Firmansyah di Bursa Efek Indonesia selama periode
(2017) yang membuktikan bahwa DER tidak
2013 sampai 2017.
berpengaruh terhadap return saham. b. Perusahaan sektor pertanian yang
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat menerbitkan laporan keuangan tahunan
disimpulkan semakin besar DER perusahaan secara berturut-turut selama periode 2013
200
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
sampai 2017 serta mempunyai laporan kas secara periodik kepada pemegang
keuangan lengkap sesuai dengan data yang sahamnya. Oleh sebab itu, return saham dapat
diperlukan dalam variabel penelitian. dihitung sebagai berikut (Hartono, 2014):
c. Perusahaan-perusahaan yang Return =
𝑷𝒕 — 𝑷𝒕−𝟏
menggunakan kurs rupiah. 𝑷𝒕−𝟏
3.3. Jenis dan Sumber Data Keterangan:
Berdasarkan jenisnya, data yang dilakukan Pt = Harga saham periode
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang sekarang
bersifat kuantitatif, yaitu data yang berbentuk Pt-1 = Harga saham periode
angka atau data kualitatif yang diangkakan sebelumnya
(Sugiyono, 2012). Data kuantitatif dalam 3.6. Return On Asset (X1)
penelitian ini adalah data data yang diperoleh ROA merupakan rasio keuangan
dari laporan keuangan perusahaan sektor perusahaan yang berhubungan dengan
pertanian tahun 2013 sampai 2017. profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
Penelitian ini menggunakan data sekunder. kemampuan perusahaan menghasilkan
Data sekunder adalah data yang diperoleh keuntungan atau laba (profitabilitas) pada
dalam bentuk yang sudah ada, sudah tingkat pendapatan, aset dan modal saham
dikumpulkan dan telah diolah pihak lain tertentu (Mamduh dan Abdul Halim, 2003
(Sugiyono, 2012). Data sekunder dalam dalam Nesa Anisa, 2015). Dalam penelitian ini
penelitian ini merupakan data pada periode ROA diukur menggunakan rumus (Kasmir,
tahun 2013 sampai 2017. Data variabel return 2014):
on asset, earnings per share, economic value ROA =
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤
added, market value added, dan debt to equity 𝑿 100%
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚
ratio, menggunakan data sekunder yang 3.7. Earnings Per Share (X2)
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan Earnings per share merupakan
sektor pertanian yang diperoleh di situs resmi perbandingan antara laba bersih setelah pajak
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan pada tahun buku terhadap saham yang
Saham Ok (www.sahamok.com). diterbitkan perusahaan (Hadi Nor, 2015).
3.4. Metode pengumpulan data Dalam penelitian ini EPS diukur menggunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian rumus:
ini adalah metode observasi non partisipasi. 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡
Observasi non partisipasi adalah observasi 𝑬𝑷𝑺 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫
yang dilakukan tanpa melibatkan diri dan 3.8. Economic Value Added (X3)
hanya sebagai pengamat independen EVA merupakan suatu sistem manajemen
(Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini data keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam
dikumpulkan dengan cara membaca, suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa
mengamati, mencatat, mempelajari buku-buku, kesejahteraan hanya dapat terwujud jika
jurnal-jurnal akuntansi, serta mengunduh data perusahaan mampu memenuhi semua biaya
dan informasi dari situs-situs internet relevan. operasi (operating cost)bdan biaya modal (cost
of capita) (Rudianto, 2006 dalam Wedayanthi
Definisi Operasional dan Pengukuran dan Darmayanti, 2016). Dalam penelitian ini
Variabel EVA diukur menggunakan rumus (Rahayu dan
3.5. Return Saham (Y) Aisjah):
Return saham merupakan hasil yang EVA = NOPAT -
diperoleh dari investasi atau tingkat BIAYA MODAL
keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas EVA = NOPAT -
suatu investasi yang dilakukannya (Hartono, (WACC x Invested
2010 dalam Hari Cahyadi dan Akhmad capital)
Darmawan, 2016). Dalam penelitian ini return Keterangan:
saham yang dimaksud diukur menggunakan EVA = Nilai tambah ekonomi
capital gain atau capital loss mengingat tidak NOPAT = Net Operating Profit
selamanya perusahaan membagikan dividen After Tax (Laba operasi
201
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
bersih sesudah pajak) variabel independen mempunyai distribusi
WACC = Weighted Average Cost of normal. Model regresi yang baik adalah
Capital (Biaya modal distribusi adanya normal atau mendekati
rata-rata tertimbang) normal. Untuk menguji apakah distribusi
Invested capital = Modal yang normal dilakukan dengan cara menggunakan
diinvestasikan uji kolmogorov-smirnov. Dasar pengambilan
3.9. Market Value Added (X4) keputusan adalah jika probabilitas
Market value added (MVA) merupakan signifikannya diatas kepercayaan 5% maka
hasil akumulasi kinerja perusahaan dari model regresi memenuhi asumsi normalitas
beberapa investasi yang telah atau yang akan (Imam, Ghozali, 2011).
dilakukan. MVA sebagai kemakmuran 3.12.2. Uji Multikolonieritas
pemegang saham dimaksimumkan dengan Uji multikolonieritas bertujuan untuk
memaksimumkan kenaikan nilai pasar dari menguji apakah model regresi ditemukan
modal perusahaan diatas nilai modal yang adanya korelasi antar variabel bebas
disetor pemegang saham (Brigham dan (independen). Model regresi yang baik
Houston, 2010 dalam Elok Puji Rahayu, 2017). seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
Dalam penelitian ini MVA menggunakan independen. Untuk melihat ada atau tidaknya
rumus (Himawan dan Sukardi, 2008 dalam multikolonieritas maka dilakukan dengan
Natasya Cindy Hidajat, 2018): melihat nilai tolerance lawannya variance
MVA – Nilai buku
= Nilai pasar ekuitasinflation factor
ekuitas
(VIF). Apabila nilai VIF < 10
MVA = (Jumlah Lembar dan Sahamtolerance
x Harga >0,1 –
Saham)maka tidak terjadi
(Jumlah Lembar Saham
multikolonieritas
x par) antar variabel independennya
3.10. Debt to Equity Ratio (X5) (Imam Ghozali, 2011).
Debt to equity ratio (DER) adalah rasio 3.12.3. Uji Heterokedastisitas
yang menggambarkan perbandingan hutang Uji heterokedastisitas dengan
dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menggunakan analisis dengan grafik plots.
menunjukan kemampuan modal sendiri Apabila titik-titik menyebar secara acak baik
perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu
kewajibannya (Sawir, 2000 dalam Nesa Anisa, y maka dinyatakan tidak terjadi
2015). Dalam penelitian ini DER dihitung heterokedastisitas (Imam Ghozali, 2011).
menggunakan rumus: 3.12.4. Uji Autokorelasi
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝒆𝒃𝒕 Uji autokorelasi dengan menggunakan run
𝐃𝐄𝐑 =
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 test. Uji run test dibandingkan dengan tingkat
signifikan (α) yang digunakam (5%). Apabila
nilai hasil run test lebih besar dari pada tingkat
Teknik Analisis Data signifikan (α), maka tidak terdapat masalah
3.11. Uji Statistik Deskriptif autokorelasi pada data yang diuji dan
Statistik deskriptif digunakan untuk sebaliknya (Imam Ghozali, 2011).
memberikan gambaran atas deskriptif variabel-
variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Uji 3.13. Uji Hipotesis
deskriptif yang digunakan antara lain, rata- Model yang digunakan untuk menguji
rata(mean), standar deviasi, maksimum dan hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
minimum. Statistik deskriptif menyajikan analisis regresi linier berganda. Persamaannya
ukuran-ukuran numerik yang sangat penting adalah sebagai berikut:
bagi data sampel, sehingga secara kontekstual Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 +β4X4 −
dapat lebih mudah dimengerti oleh pembaca β5X5+ e
(Imam Ghozali, 2011). Keterangan :
Y : Return saham
3.12. Uji Asumsi Klasik α : Nilai konstan
3.12.1. Uji Normalitas β : Koefisien arah regresi
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui X1 : Return On Asset
apakah analisis antara variabel dependen dan X 2 : Earnings Per Share
202
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
X3 : Economic Value Added koefisian regresi (β5) signifikan dan negatif,
X4 : Market Value Added berarti bahwa Debt to Equity Ratio (DER)
X5 : Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh negatif terhadap return
e : Error saham. Pengujian hipotesis dengan
Jika koefisien regresi (β1, β2, β3, dan β4,) menggunakan tingkat signifikan 0,05. Jika
signifikan dan positif, berarti bahwa Return On tingkat signifikan > 0,05 maka hipotesis
Asset, Earnings Per Share, Economic Value ditolak, sebaliknya jika tingkat signifikan <
Added, dan Market Value Added memiliki 0,05 maka hipotesis diterima (Imam Ghozali,
pengaruh positif terhadap return saham. Jika 2011).
b. Uji Multikolonieritas
Tabel 4.4
Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
203
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
1 (Constant)
ROA ,539 1,855
EPS ,290 3,449
EVA ,476 2,101
MVA ,556 1,799
DER ,538 1,859
Sumber: data diolah spss, 2019
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa return on asset, earnings per share, economic
nilai tolerance yakni pada variabel return on value added, market value added, dan debt to
asset, earnings per share, economic value equity ratio menunjukan nilai kurang dari 10.
added, market value added, dan debt to equity Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
ratio memiliki nilai tolerance diatas 0,1. Selain model regresi ini tidak terjadi multikolonieritas
itu pada nilai VIF pada semua variabel yakni antar variabel independen.
c. Uji Heterokedastisitas
Gambar 4.3
Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan grafik scatterplot tersebut tersebut dapat dilihat pada titik-titik atau plot
dapat dilihat bahwa penyebaran residual adalah yang menyebar. Kesimpulan yang bisa diambil
tidak teratur dan tidak membentuk pola. Hal adalah bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -4,55652
Cases < Test Value 15
Cases >= Test Value 15
Total Cases 30
Number of Runs 17
Z ,186
Asymp. Sig. (2-tailed) ,853
Sumber: data diolah spss, 2019
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa menggunakan uji run test memiliki probabilitas
hasil perhitungan autokorelasi dengan tingkat signifikan diatas tingkat α = 0,05 yaitu
204
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
0,853. Hal ini berarti dalam model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi.
UJI HIPOTESIS
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,609a ,370 ,239 31,45764
Sumber: data diolah spss, 2019
Pada Model Summary, angka R sebesar perubahan return dapat dijelaskan oleh variasi
0,609 menunjukan bahwa korelasi atau ROA, EPS, EVA, MVA, dan DER. Sedangkan
hubungan antara perubahan return dengan sisanya sebesar 76,1% dijelaskan oleh variabel
ROA, EPS, EVA, MVA, dan DER sebagai lain. kemudian standard error of estimate
variabel independennya adalah cukup kuat (SEE) adalah 31,45764 yang mana semakin
berada diatas 0,5. Angka adjusted r square kecil SEE akan membuat model regresi
koefisien determinasi yang disesuaikan adalah semakin tepat dalam memprediksi return
0,239. Hal ini berarti bahwa 23,9% variasi atau saham.
205
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
saham perusahaan tersebut menjadi konstan Kesimpulan
atau bahkan menurun, dan pada akhirnya Hasil pengujian statistik analisis pengaruh
menyebabkan return saham perusahaam Return On Asset, Earnings Per Share,
menjadi negatif. Economic Value Added, Market Value Added
b. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel dan Debt to Equity Ratio terhadap return
return on asset memiliki koefisien regresi saham dengan menggunakan alat analisis
sebesar 5,032 dengan nilai signifikansi 5% regresi linear berganda dapat diperoleh
(0,05). Dengan demikian, hipotesis pertama kesimpulan sebagai berikut: (1) Return On
yang menyatakan bahwa return on asset Asset berpengaruh positif terhadap return
(ROA) berpengaruh positif terhadap return saham (H1 diterima). (2) Earnings Per Share
saham, diterima. Artinya semakin tinggi tidak berpengaruh terhadap return saham (H2
nilai return on asset maka semakin besar ditolak). (3) Economic Value Added tidak
pula return saham yang diberikan oleh berpengaruh terhadap return saham (H3
perusahaan. ditolak). (4) Market Value Added tidak
c. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel berpengaruh terhadap return saham (H4
earnings per share memiliki koefisien ditolak). (5) Debt to Equity Ratio tidak
regresi sebesar -0,089 dengan nilai berpengaruh terhadap return saham (H5
signifikansi sebesar 0,123. Nilai ini lebih ditolak).
besar dari nilai signifikansi 5% (0,05).
Dengan demikian, hipotesis kedua yang Saran
menyatakan bahwa earnings per share Setelah menyimpulkan hasil dari penelitian ini,
berpengaruh positif terhadap return saham, disarankan kepada seluruh perusahaan manufaktur
ditolak. untuk:
d. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel a. Melakukan penelitian ulang dimasa
economic value added memiliki koefisien mendatang dengan menggunakan sampel
regresi sebesar 5,192E-5 dengan nilai yang lebih luas dan memperpanjang
signifikansi sebesar 0,089. Nilai ini lebih periode pengamatan hingga jumlah sampel
besar dari nilai signifikansi 5% (0,05). penelitian juga lebih banyak. Hal ini dapat
Dengan demikian, hipotesis ketiga yang meningkatkan distribusi data yang baik.
menyatakan economic value added b. Meminimalkan hutang-hutang terhadap
berpengaruh positif terhadap return saham, aktivanya. Sehingga para investor dan atau
ditolak. calon investor tidak khawatir ketika
e. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel perusahaan mengalami likuidasi
market value added memiliki koefisien perusahaan akan terbebani oleh hutang-
regresi sebesar 1,448E-7 dengan nilai hutang yang dimilikinya.
signifikansi sebesar 0,919. Nilai ini lebih
besar dari nilai signifikansi 5% (0,05). Keterbatasan
Dengan demikian, hipotesis keempat yang Setelah melakukan analisis penelitian,
menyatakan market value added diketahui bahwa penelitian ini memiliki
keterbatasan sebagai berikut:
berpengaruh positif terhadap return saham,
a. Penelitian ini hanya dilakukan pada
ditolak.
perusahaan sektor pertanian yang terdaftar
f. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel
di BEI tahun 2013 sampai 2017. Sehingga
debt to equity ratio memiliki koefisien
tidak dapat dijadikan pedoman bagi
regresi sebesar 26,333 dengan nilai
seluruh perusahaan selain pertanian.
signifikansi sebesar 0,011. Nilai ini lebih
b. Penelitian ini hanya menggunakan lima
kecil dari nilai signifikansi 5% (0,05).
variabel independen yaitu return on asset,
Dengan demikian, hipotesis kelima yang
earnings per share, economic value added,
menyatakan bahwa debt to equity ratio
market value added, dan debt to equity
berpengaruh positif terhadap return saham,
ratio diharapkan penelitian selanjutnya
ditolak.
menambah variabel penelitian seperti
inflasi, arus kas operasi, nilai tukar rupiah
5. PENUTUP
dan tingkat suku bunga.
206
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
Hadi Nor. 2015. Pasar Modal, Yogyakarta :
Agenda Penelitian Mendatang Graha Ilmu.
Penelitian mendatang menjadi hal penting Hari Cahyadi, Akhmad Darmawan. 2016.
mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian Pengaruh Economic Value Added, Market
ini. Berikut saran penulis untuk agenda penelitian Value Added, Residual Income, Earnings,
mendatang: dan Arus Kas Operasi terhadap Return
a. Penambahan jangka waktu/ periode Saham. Pada perusahaan LQ-45. Jurnal
penelitian. Manajemen dan Bisnis Media Ekonomi.
b. Memperluas populasi penelitian yaitu tidak Vol. 16. No.1.
hanya mencakup perusahaan sektor Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan
pertanian saja tetapi juga mencakup sektor- Analisis Investasi. BPFE UGM:
sektor lainnya. Yogyakarta.
c. Penelitian selanjutnya sebaiknya Hartono, Jogiyanto. 2014. Teori portofolio dan
menambahkan variabel independen lain Analisis Investasi. (Edisi 9). Yogyakarta:
untuk diperoleh hasil yang lebih baik/ BPFE.
lengkap lagi seperti inflasi, nilai tukar Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis
rupiah, arus kas operasi dan tingkat suku Multivariat Dengan Program IBM SPSS
bunga. 19.Edisi 5. Semarang: BP Universitas
Diponegoro.
6. DAFTAR PUSTAKA Irra Anggraeni. 2018. Analisis Pengaruh
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Economic Value Added, Earnings Per
Pengantar Pasar Modal, Edisi Revisi, Share, Dan Dividend Payout Ratio
Rineka Cipta, Jakarta. Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Aryanti, Mawardi dan Selvi Andesta. 2016. Keluarga. Universitas Islam Indonesia
Pengaruh Roa, Roe, Npm dan Cr Fakultas Ekonomi Yogyakarta.
Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Juliana, Stesia dan Saerang, Ivonne S. 2015.
Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Capital Market Reactions Toward The
(Jii). I-Finance Vol. 2. No. 2. Announcement of Increasing Fuel Prices
Brigham E.F. dan J. Houston. 2010. Dasar – Over LQ45 Stock on November 1 2014.
Dasar Manajemen Keuangan : Essentials Jurnal EMBA. Vol.3. No.1. Maret 2015.
Of Financial Management. Edisi 11. Hlm. 1274-1283.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan.
Dyah Ayu Savitri dan A. Mulyo Haryanto. Cetakan Keenam. PT Raja Grafindo,
2011. Analisis Pengaruh Roa, Npm, Eps Jakarta.
dan Per Terhadap Return Saham Pada Lilis Purnamasari. 2016. Pengaruh Return On
Perusahaan Manufaktur Sektor Food and Asset Dan Return On Equity Terhadap
Beverages Periode 2007-2010. Fakultas Return Saham Pada Perusahaan
Ekonomika dan Bisnis. Universitas Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Periode
Diponegoro Semarang. Tahun 2010 Sampai 2015. Universitas
Elok Puji Rahayu dan Sri Utiyati. 2017. PGRI Yogyakarta.
Pengaruh EPS, RI, EVA, MVA, PER Lusiana dan Indri Yenni. 2017. Pengaruh
Terhadap Return Saham pada Perusahaan Earning Per Share, Arus Kas Operasi,
Manufaktur. Jurnal Ilmu dan Riset Economic Value Added, Market Value
Manajemen. Vol. 6, No. 1. Added Terhadap Return Saham. Jurnal
Firmansyah. 2017. Pengaruh ITO, DER, ROA, Ekobistek Fakultas Ekonomi , Vol. 6, No.
Terhadap Return Saham Pada Kompas 2, Hal: 338 – 348.
100 Di BEI 2013-2015. Jurnal Wira Mamduh, M. H., dan Abdul Halim. (2003).
Ekonomi Mikroskil. Vol. 7, No. 2. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
Gd Gilang Gunadi dan I Ketut Wijaya Kesuma. AMP-YKPN.
2015. Pengaruh Roa, Der, Eps Terhadap Martono dan D. Agus Harjito. (2007).
Return Saham Perusahaan Food And Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
Beverage Bei. E-Jurnal Manajemen Unud, Ekonosia.
Vol. 4, No. 6.
207
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
Mellissa Issabella. 2013. Pengaruh Economic Market Value Added Terhadap Return
Value Added, Risiko Sistematis, Dan Saham.
Prediksi Kebangkrutan Dengan Model Sahrul Ihsan, H. Ikram, dan Biana Adha
Altman Z-Score Terhadap Return Saham Inapty. 2015. Pengaruh Economic Value
(Perusahaan Lembaga Keuangan yang Added, Market Share, Earning, Net Cash
Terdaftar Di BEI Tahun 2007-2011). Flow, Return On Aset dan Residual
Universitas Negeri Padang. Padang. Income terhadap Return Saham Pada
Nastasya Cindy Hidajat. 2018. Pengaruh Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer
Return On Equity, Earnings Per Share, Goods Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Economic Value Added, Dan Market Value Sosial Ekonomi dan Humaniora, Vol. 1
AddedTerhadap ReturnSaham Perusahaan No. 1.
Sektor Pertanian Yang Terdaftar Di Bursa Sang Sang Andrias. 2018. Pengaruh Economic
Efek Indonesia Periode 2010-2016. Jurnal Value Added (Eva) dan Market Value
Ekonomi. Vol. XXIII, No. 01, Maret, Added (Mva) Terhadap Return Saham
Hlm. 62-75. Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Nesa Anisa. 2015. Analisis Faktor-Faktor Terdaftar di Bei. Fakultas Ekonomi.
Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Universitas Negeri Yogyakarta.
Perusahaan Sub Sektor Automotive And Sawir, A. (2000). Analisis Kinerja Keuangan
Components Yang Terdaftar Di Bursa Efek dan Perencanaan Keuangan Perusahaan
Indonesia Periode 2010-2014. Perbanas (2nd ed.). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Review, Vol. 1, No. 1. Utama.
Nico Alexander dan Nicken Destriana. 2013. Sri Hartiyah dan Sukowiyono. 2017.
Pengaruh kinerja keuangan terhadap Kontribusi Good Governance Terhadap
return saham. Jurnal Bisnis Dan Profitabilitas dan Return Saham Studi
Akuntansi. Vol. 15, No. 2, Hlm. 123-132. Empiris Pada Perusahaan Keuangan
Niel Ananto dan Lefrand Pasuhuk. 2013. Perbankan BEI. Program Studi Akuntansi.
Pengaruh Economic Value Added, Universitas Sains Al Qur’an Wonosobo.
Residual Income, Earnings dan Arus Kas Sugiyono. 2012. Metode penelitian bisnis.
Operasi terhadap Return yang diterima Alfabeta. Bandung.
oleh Pemegang Saham (Studi Pada Sundjaja, R. dan I. Barlian. 2003. Manajemen
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Keuangan, Literata Lintas Media.
Di Bursa Efek Indonesia). Journal of Susilowati, Yeye. 2011. Reaksi Signal Rasio
Business and Economics. Vol. 12, No. 2, Profitabilitas Dan Rasio Solvabilitas
Hal. 145 – 158. Terhadap Return Saham Perusahaan.
Puspita, Isnurhadi, dan Umrie, 2015. Pengaruh Jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan,
Economic Value Added (EVA) dan Market Vol 3(1): Hal. 17-37.
Value Added (MVA) terhadap Harga Wedayanthi, K.K., Putu, N., dan Darmayanti,
Saham pada Perusahaan Kelompok LQ-45 A. (2016). Pengaruh economic value
di Bursa Efek Indonesia. Jembatan-Jurnal added, komposisi dewan komisaris
Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan independen dan return on assets terhadap
Tahun XII No 2, Oktober 2015. nilai perusahaan. E-Jurnal Manajemen
Rahayu, Ury Tri dan Aisjah, Siti. (2012). Unud, Vol. 5, No. 6, 3647–3676.
“Pengaruh Economic Value Added Dan www.sahamok.com
www.idx.co.id
208
ANALISIS PENGARUH LABA BERSIH, ARUS KAS,
LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP RETURN SAHAM
(Studi Empiris pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018)
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Achmad Sachiyudin
NIM 15.0102.0007
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Achmad Sachiyudin
NIM. 13.0102.0007
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari
skripsi orang lain. Apabila kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan
gelar kesarjanaannya).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan
bilamana diperlukan.
Achmad Sachiyudin
NIM. 15.0102.0007
iii
RIWAYAT HIDUP
Pendidikan Formal:
Sekolah Dasar (2000-2006) : MI Yakti Girirejo
SMP (2006-2009) : MTS Negeri Kota Magelang
SMA (2009-2012) : SMK Yudya Karya Magelang
Perguruan Tinggi (2015-2019) : S1 Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Magelang
Achmad Sachiyudin
NIM 15.0102.0007
iv
MOTTO
Kita tidak akan paham arti kesenangan tanpa kesusahan terlebih dahulu.
“karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
( QS : Al-Insyirah 5)
v
KATA PENGANTAR
Achmad Sachiyudin
NIM 15.0102.0007
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi .................................................................. iii
Halaman Riwayat Hidup ....................................................................................... iv
Motto ....................................................................................................................... v
Kata Pengantar ....................................................................................................... vi
Daftar Isi................................................................................................................ vii
Daftar Tabel ........................................................................................................... ix
Daftar Gambar......................................................................................................... x
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xi
Abstrak .................................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
D. Kontribusi Penelitian.................................................................................... 9
E. Sistematika Pembahasan .............................................................................. 9
vii
E. Analisis Data .............................................................................................. 35
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 66
B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 67
C. Saran........................................................................................................... 67
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
ABSTRAK
Oleh :
Achmad Sachiyudin
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh laba bersih, arus kas opersi, arus
kas investasi, arus kas pendanaan, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap
return saham dalam laporan keungan perusahaan properti yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2014-2018. Data dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan properti yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014 sampai dengan tahun 2018. Jumlah
populasi penelitian ini adalah 53 perusahaan dan jumlah sampel sebanyak 14
perusahaan. Penentuan sampel diperoleh dengan menggunakan purposive
sampling. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa laba bersih dan leverage
berpengaruh positif terhadap return saham, sedangkan ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap return saham, kemudian arus kas operasi, arus kas
investasi, dan arus kas pendanaan tidak memiliki pengaruh terhadap return saham.
Kata Kunci : Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas
Pendanaan, Ukuran Perusahaan, Leverage, Return Saham
xii
BAB I
PENDAHULUAN
investasi bagi para investor. Kini, investasi tidak hanya terbatas pada “aktiva
diminati investor adalah saham (Parwati & Sudiartha, 2016). Salah satu
menjual, atau menahan saham untuk mencapai tingkat return yang diiginkan.
1
2
keputusan dapat mempengaruhi reaksi pasar yang antara lain terlihat pada
prestasi yang semakin baik maka keuntungan yang dapat dihasilkan dari
operasi usaha semakin besar. Pada kondisi yang demikian, return saham
saham. Harga saham yang tinggi dapat memaksimalkan return tinggi yang
Berikut disajikan data harga saham sektor properti dan sektor finance
selama periode 2014-2018 pada saat harga penutupan per 31 Desember yang
Sumber: www.idx.co.id
Grafik 1.1
Harga Saham Gabungan Sektor Properti
2015 sebesar Rp490. Pada tahun 2016 harga saham penutupan mengalami
tahun 2017 dan 2018 sebesar Rp495 dan Rp447. Terliaht bahwa harga saham
penurunan.
Sumber: www.idx.co.id
Grafik 1.2
Harga Saham Gabungan Sektor Finance
4
Harga penutupan sektor finance pada tahun 2014 sebesar Rp731 dan
mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar Rp687. Pada tahun 2016,
2017, dan 2018 secara berurutan harga saham penutupan sektor finance
Rp811, mengalami kenaikan pada tahun 2017 yaitu Rp1140, dan mengalami
periode 2014-2018, yang tidak sejalan dengan trend kenaikan yang terjadi
pada sektor finance pada periode yang sama. Karena adanya trend penurunan
harga saham tersebut akan berdampak pada return saham perusahaan. Hal ini
saham.
5
dan arus kas menyimpulkan bahwa laba bersih dan arus kas berpengaruh
positif pada return saham. Aisah & Mandala, (2016) memberikan kesimpulan
bahwa operating cash flow memiliki pengaruh yang positif terhadap return
sedangkan ROE dan firm size tidak memiliki pengaruh terhadap return
dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham.
Sedangkan Firm Size dan Price Eaning Ratio (PER) tidak berpengaruh
lainnya yaitu laverage dan ukuran perusahaan juga terbukti secara signifikan
& Manaf (2016) dengan variabel sebelumnya yaitu arus kas operasi, arus kas
pendanaan, arus kas investasi, dan laba bersih. Agar diperoleh hasil yang
dilihat dari besarnya nilai equaty, nilai penjualan atau nilai aktiva (Riyanto,
6
total aktiva. Investor akan lebih memilih perusahaan berukuran besar dengan
harapan memperoleh keuntugan (return) yang besar pula. Hal ini sesuai
berupa laporan keuangan dengan total asset sehingga investor tertarik untuk
besar yang akan berakibat pada harga saham perusahaan naik dan dapat
memiliki nilai DER yang tinggi karena nilai DER yang tinggi mencerminkan
risiko perusahaan yang relatif tinggi (Kasmir, 2012). Semakin besar nilai
DER, maka risiko gagal bayar yang dihadapi oleh perusahaan akan
semakin besar. Selain itu, semakin tinggi DER perusahaan juga harus
membayar biaya bunga yang tinggi. Apabila hal tersebut terjadi, maka
Peneliti akan menguji laba bersih, arus kas operasi, arus kas investasi,
arus kas pendanaan, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap return saham
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
2014-2018.
2014-2018.
2014-2018.
2014-2018.
2014-2018.
D. Kontribusi Penelitian
1. Kontribusi Teoritis
pihak lain.
2. Kontribusi Praktis
suatu perusahaan.
E. Sistematika Pembahasan
Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima
BAB II Tinjauan Pustaka dan Perumusan Hipotesis, bab ini berisi uraian
BAB III Metode Penelitian, bab ini bertujuan untuk menerangkan dan
hipotesis.
BAB IV Hasil dan Pembahasan, bab ini bertujuan untuk membahas dan
A. Telaah Teori
1. Teori Signal
keuangan perusahaan.
dari investor luar. Hal ini disebut informasi asimetris, dan ini
11
12
dan prospek yang akan datang dibanding pihak luar atau investor
dapat dianggap sebagai sinyal, yang berarti bahwa apakah agen telah
2. Laba Bersih
bersih atau keuntungan bersih yakni: (net income atau net profit)
dan bukan kegiatan utama entity dan dari transaksi atau kejadian
tujuan, yaitu:
permohonan kredit.
14
3. Arus Kas
penerimaan dan pengeluaran dana (kas dan setara kas) selama suatu
(c) bertambah atau berkurangnya saldo akhir kas dan setara kas
depan.
4. Ukuran Perusahaan
dalam Ana & Rizal 2016) bahwa kultur perusahaan yang kuat dapat
kinerja perusahaan.
5. Leverage
perusahaan.
6. Return Saham
Return dapat berupa realisasi (relized return) yang sudah terjadi atau
C. Perumusan Hipotesis
tersebut akan memberikan good news pada pelaku pasar. Hal ini
respon positif dari pasar yang dikembangkan oleh Ross (1977). Jadi,
sebelumnya.
22
(2016), Mayuni & Suarjaya (2018), Pratiwi & Putra (2015), yang
saham, artinya jika laba meningkat, maka return saham juga akan
sebagai berikut:
arus kas oprasi, sehingga adanya perubahan arus kas dari kegiatan
23
serta investasi lain yang tidak termasuk dalam setara kas, mencakup
saham.
berikut:
perusahaan.
saham.
yang kecil karena dengan total asset yang kecil harga saham
sebagai berikut:
D. Model Penelitian
H1 +
Laba Bersih
Arus Kas
Leverage H3 -
Ukuran Perusahaan H4 +
Gambar 2.1
Model Penelitian
BAB III
METODA PENELITIAN
dan data lain yang relevan. Jenis data yang digunakan adalah data
2014-2018
29
30
B. Data Penelitian
1. Statistik Deskriptif
a. Uji Normalitas
dalam populasi.
b. Uji Multikolinearitas
tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
1) Jika ada nilai signifikasi lebih besar dari 0,05 maka tidak
terjadi heteroskedasitas.
terjadi heteroskedasitas.
d. Uji Autokorelasi
positif.
dapat disimpulkan.
E. Analisis Data
1. Persamaan Regresi
+e
Dimana:
RS = Return Saham
α = Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien Regresi
LB = Laba Bersih
AKO = Arus Kas Oprasi
AKI = Arus Kas Investasi
AKP = Arus Kas Pendanaan
UP = Ukuran Perusahaan
DER = Leverage
e = Error terms
36
2
2. Koefisien Deterrminasi (Uji )
2
Menurut Ghozali (2013: 97), koefisien determinasi
secara baik atau untuk menguji apakah model yang digunakan cocok
cocok (fit).
37
Ho tidak dapat
α = 5%
Hoditolak
diterima Ho ditolak
F tabel
Gambar 3.1
Uji Statistik F
4. Uji t-test
a. Hipotesis Positif
α=5%
0
t tabel
Gambar 3.2
Uji Statistik t Positif
dependen.
dependen.
39
Ho ditolak α=5%
Ho tidak dapat
ditolak
-t tabel 0
Gambar 3.4
Uji Statistik t Negatif
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan, ukuran perusahaan, dan
properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2014 –
kemampuan variabel laba bersih, arus kas operasi, arus kas investasi, arus
daripada F tabel sehingga dapat diartikan bahwa model penelitian ini telah
berpengaruh positif terhadap return saham. Namun untuk (H2, H2b, H2c,
66
67
arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan tidak
B. Keterbatasan Penelitian
1. Variabel-variabel independen yaitu laba bersih, arus kas operasi, arus kas
return saham masih rendah. Hal ini menunjukan bahwa terdapat variabel
C. Saran
berikut :
dan Profitabilitas.
Daftar Pustaka
RESEARCH ARTICLE
1
School of Economics and Management,
Nanjing University of Science and Abstract
Technology, Nanjing, China In the stock market, past winners and losers usually have different attitudes to
2
School of Economics and Management, variance risk. In light of this, we decompose stock variance into good and bad
Southwest Jiaotong University, Chengdu,
variances, and further construct a composite signed variance. The recursively
China
3
China Audit Intelligence Center, Nanjing
estimated coefficient of standard variance is volatile over time, but the ones of
Audit University, Nanjing, China good, bad, and signed variances are fairly stable. This suggests the high effi-
ciency of our decomposition approach. We provide convincing evidence that
Correspondence
Feng Ma, School of Economics and bad variance and composite signed variance can significantly predict future
Management, Southwest Jiaotong stock returns both in- and out-of-sample. Furthermore, a mean–variance
University, No. 111, North 1st Section, investor can realize substantial economic gains by using our bad and signed
2nd Ring Road, Chengdu 610031, China.
Email: mafeng2016@swjtu.edu.cn variances relative to the traditional variance predictor and simple mean bench-
mark. Our decomposition approach can outperform other similar but complex
Funding information
techniques, including threshold regression and Markov regime switching. The
the Sichuan Social Science Planning
Project, Grant/Award Number: SC18C014; results are consistent across multiple robustness tests.
the Humanities and Social Science Fund
of the Ministry of Education, Grant/ KEYWORDS
Award Numbers: 17XJCZH002, bad variance, downside risk, good variance, portfolio exercise, stock return predictability
17YJC790105; the Natural Science
Foundation of China, Grant/Award
Numbers: 71701170, 71671145;
Fundamental Research Funds for the
Central Universities, Grant/Award
Numbers: 2682018WXTD05,
682017WCX01, 30919013232
1 | INTRODUCTION the stock return seems unrelated to its own conditional var-
iance (see, e.g., Campbell & Hentschel, 1992; Chan,
The relation between stock market risk and return is of Karolyi, & Stulz, 1992). In addition, the literature on stock
interest to both financial practitioners and academics. return predictability commonly find that variance risk has
Numerous studies investigate the risk–return relation by little, if any, out-of-sample predictive power for forecasting
using statistical estimates of return variance to measure risk, stock return (see, e.g., Welch & Goyal, 2008; Pettenuzzo,
but the empirical results are inconclusive. On one hand, Timmermann, & Valkanov, 2014; Rapach, Ringgenberg, &
French, Schwert, and Stambaugh (1987), Scruggs (1998), Zhou, 2016; Wang, Pan, Liu, & Wu, 2019; Zhang, Wei,
Ghysels, Santa-Clara, and Valkanov (2005), Bali and Ma, & Yi, 2019).
Peng (2006), and Lundblad (2007), among others, typically Feunou, Jahan-Parvar, and Okou (2018) provide an
find a positive risk–return trade-off. On the other intuitive reason why the risk and return relation is mixed
hand, Glosten, Jagannathan, and Runkle (1993) and and why the predictability of variance risk is low. That is,
Whitelaw (2000) document a negative relation. Furthermore, investors always like good uncertainty (i.e., variance) as
it increases the likelihood of substantial gains, but dislike
†
All the authors contribute to the paper equally. bad uncertainty as it increases the potential of severe
Int J Fin Econ. 2020;1–14. wileyonlinelibrary.com/journal/ijfe © 2020 John Wiley & Sons, Ltd. 1
2 ZHANG ET AL.
losses. We further presume that past winners and losers develop the link between stock market variance and the
in the stock market usually have different attitudes to (threshold or regime) level of market return. Mathemati-
variance risk. Investors will be optimistic (pessimistic) cally, the threshold regression model and Markov regime
about the future market performance when realizing a switching model are more complex than our decomposi-
positive (negative) stock return. In particular, investors tion method. However, our method is found to be more
are always more sensitive to downside losses than upside efficient in extracting the information components and
gains. For this motivation, we decompose stock variance thus yields better out-of-sample forecasting performance.
into good and bad variances. Good (bad) variance is In the robustness tests, we consider alternative esti-
defined as the stock variance if the simultaneous stock mation windows including recursive (expanding) window
return is positive (negative). Therefore, good (bad) vari- and rolling window, alternative business cycles including
ance represents the upside (downside) risk. Since good expansions and recessions, various investors with differ-
and bad variances seem to have opposite impacts on ent risk aversion coefficients, and alternative stock
future stock returns, we construct a composite signed weight constraints. Fortunately, we obtain robust results
variance that is the difference between good and bad for all these cases. Finally, we make a comparison with
variances. other popular economic variables used by Welch and
In our empirical analysis, we find evidence that bad Goyal (2008). We find that the predictive power of signed
variance and composite signed variance can significantly variance is rather greater than that of the other economic
predict future stock returns in- and out-of-sample. variables and barely changes after controlling for them.
Although good variance shows limited predictive power In other words, the return predictability of signed vari-
on its own, good and bad variances can jointly enhance ance is not driven by the omitted economic variables and
in-sample predictability. In particular, bad and signed signed variance contains useful forecasting information
variances generate in- and out-of-sample R2 at around complementary to what is already contained in the other
the 1.5% level, which is much greater than the 0.5% economic variables.
threshold suggested by Campbell and Thompson (2008). Our paper is related to the articles of Feunou
We also plot the recursively estimated coefficients of et al. (2018) and Kilic and Shaliastovich (2018). The two
various variances predictors over time. The coefficient of articles both measure downside risk based on a special
standard variance is sometimes positive and sometimes variance measure of variance risk premium, which uses
negative, thus changing tempestuously over time. In con- intra-day stock prices. In contrast, our variance measures
trast, the newly constructed predictors of good, bad and are straightforward, and we use the sign of previous stock
signed variances show stable regression slopes over time. returns to differentiate between winners and losers.
This evidence implies that the normal variance tends to Moreover, the two articles focus on investigating in-
contain two opposite forecasting components, and our sample predictability. However, our study performs both
simple decomposition approach can efficiently separate in- and out-of-sample tests. In addition, our economic
them. This finding is further supported by forecast test based on asset allocation is ignored by the two arti-
encompassing tests. The corresponding results show that cles. Therefore, our paper contributes to the existing liter-
bad variance and signed variance provide useful informa- ature on the stock return predictability of variance risk.
tion for forecasting stock returns beyond the relevant The remainder of the paper is organized as follows.
information already found in normal variance and good Section 2 describes our data and introduces the forecast-
variance, while the forecasting information provided by ing models used. Section 3 presents the empirical results.
normal variance and good variance is also found in bad Section 4 investigates the economic significance of the
variance and signed variance. forecasting models. Section 5 considers several robustness
From an asset allocation perspective, a mean– tests and extensions. Section 6 concludes.
variance investor can employ our return forecasts to allo-
cate her wealth between stocks and risk-free bills. Consis-
tent with the statistical forecasting results, we continue 2 | DATA AND M ETHODOLOGY
to find that the newly constructed predictors of bad and
signed variances can help the investor to obtain sizeable 2.1 | Data
economic gains. These documents the economic signifi-
cance of stock returns predictability. Realistic investors Our monthly data of stock market return and variance
thus should not ignore the variance predictors, especially are from the seminal study of Welch and Goyal (2008).1
the downside variance risk. In particular, the excess market return is calculated as
We further consider other techniques, including the monthly return (including dividends) of the S&P
threshold regression and Markov regime switching, to 500 index minus the risk-free rate. Stock variance is equal
ZHANG ET AL. 3
to the sum of squared daily returns on the S&P 500 index. TABLE 1 The summary of the forecasting models
The whole sample period spans from 1927:01 to 2017:12.
Symbol Predictor Eq. number
M1 Variance Equation (1)
Forecasting models M1 M2 M3 M4 M5
Variance −0.397 (−0.541)
Good variance 1.608 (0.998) 1.410 (0.862)
Bad variance −1.243*** (−2.697) −1.131** (−2.389)
Signed variance 1.223** (2.128)
2
R (%) 0.177 1.018 1.341 2.113 2.095
Note: This table reports the in-sample estimation results. See Table 1 for the model descriptions of M1-5. Coefficient estimates are shown,
and their Newey–West t-statistics are given in parentheses below. *** and ** indicate significance at the 1 and 5% levels, respectively. The
sample period spans from 1927:01 to 2017:12, containing 1,092 observations.
F I G U R E 1 Time series of
regression coefficients. Panels A,
B, C, D, and E delineate the
coefficients of various variance
risk measures in the predictive
regression (1), (4)–(6), and (8),
respectively, over the out-of-
sample period. The coefficients
are estimated recursively with
an expanding window. The
initial in-sample period runs
from 1927:01 to 1946:12, while
the out-of-sample period is from
1947:01 to 2017:12. Vertical bars
depict NBER-dated recessions
[Colour figure can be viewed at
wileyonlinelibrary.com]
variance yields a larger R2, 1.341%, which is again construction for the composite signed variance is effec-
greater than the 0.5% benchmark suggested by Camp- tive as well.
bell and Thompson (2008).
Surprisingly, the regression slopes of good and bad
variances barely change from their individual values. 3.2 | Out-of-sample performance
Furthermore, the joint R2 reaches 2.111%, which is
roughly equal to the sum of the individual R2s. The Following Campbell and Thompson (2008), we use the
evidence indicates that good and bad variances are first 20 years (i.e., 1927:01–1946:12) as an initial estima-
independent and complementary in predicting future tion period and generate the out-of-sample return fore-
stock returns. This is consistent with the finding of casts based on a recursive (expanding) estimation
Zhang, Zeng, Ma, and Shi (2019). With respect to the window.3 Figure 1 plots the regression coefficients of our
predictive regression model of M5, the composite various variance risk measures, which is estimated recur-
signed variance delivers a significantly positive slope sively over time.4 More specifically, in any month t, all
and an impressive R2. This evidence suggests that our data up to this month are used for the estimation of
ZHANG ET AL. 5
regression slopes, which is what investors can do in prac- where rt, r t , and r^t are the actual stock return, the simple
tice to generate an out-of-sample forecast of the stock mean benchmark forecast of stock return, and the stock
return for month t + 1. In Panel A of Figure 1, we can return forecast based on the forecasting model of interest,
see that the coefficient of normal variance Var is very vol- respectively. By regressing f f s gm +q
s = m + 1 on a constant, we
atile and decline abruptly before 1990 and in the recent can conveniently derive the Clark and West (2007) statis-
global financial crisis. Moreover, the coefficient sign of tic, which is just the t-statistic of the constant. Moreover,
Var changes over time. This evidence supports our moti- a p-value for the one-sided (upper-tail) test is conve-
vation that investors (including past winners and losers) niently derived with the standard normal distribution.
have opposite attitudes to variance risk. In contrast, the Table 3 reports the out-of-sample performance. Con-
remaining panels of Figure 1 show that the coefficients of sistent with the in-sample results, the forecasting models
good variance GoodVar, bad variance BadVar, and signed of M3-5 deliver significantly positive R2OS s , all of which
variance SignedVar are fairly stable and their signs never are much greater than the 0.5% threshold suggested by
change over the entire out-of-sample period. This evi- Campbell and Thompson (2008). Good variance and bad
dence suggests that our decomposition of variance risk is variance cannot jointly generate a larger R2OS relative to
effective and the predictive ability of the decomposed var- the one generated by bad variance alone. While good var-
iance risk variables is fairly stable over time. iance yields a sizeable in-sample R2, its predictive ability
Furthermore, following the convention in return fore- (namely regression slope) is insignificant. This is presum-
casting (see, e.g., Campbell & Thompson, 2008; Ferreira & ably the main reason why good variance is not as success-
Santa-Clara, 2011; Jiang, Lee, Martin, & Zhou, 2019; ful as bad variance in the out-of-sample prediction.
Neely, Rapach, Tu, & Zhou, 2014; Pettenuzzo et al., 2014; Overall, bad and signed variances exhibit powerful out-
Rapach et al., 2016; Wang, Liu, Ma, & Diao, 2018; Zhang, of-sample predictive ability, whereas good variance
Ma, Shi, & Huang, 2018; Zhang, Ma, & Zhu, 2019; appears to have no out-of-sample predictive power
Y. Zhu & Zhu, 2014), we use the out-of-sample R2 statis- despite its valuable role in in-sample predictability.
tic to evaluate the out-of-sample predictive performance.
Specifically, the out-of-sample R2 statistic is expressed as
3.3 | Forecast encompassing tests
Pq
ðr m + k − r^m + k Þ 2
R2OS = 1 − Pkq = 1 2, ð9Þ Forecast encompassing tests are widely used to assess the
k = 1 ðr m + k −
rm + k Þ
relative information content in the stock return forecasts
(see, e.g., Huang, Jiang, Tu, & Zhou, 2015; Jiang
where rm + k, r m + k , and r^m + k are the actual return, his- et al., 2019; Neely et al., 2014; Rapach, Strauss, &
torical average, and return forecast, respectively, for Zhou, 2010; Rapach et al., 2016; Zhang, Ma, & Zhu, 2019;
month m + k, and m and q denote the lengths of the ini- Zhang, Zeng, et al., 2019). To further compare the infor-
tial in-sample period and out-of-sample period, respec- mation content of the forecasts generated by the five used
tively. Statistically, the historical average is computed as models using various variance measures, we conduct
P
t
r t + 1 = 1t ri. forecast encompassing tests. More specifically, we first
i=1 generate an optimal combination forecast of actual return
The R2OS statistic measures the reduction in mean rt + 1 as a convex combination of the forecasts formed by
squared forecast error (MSFE) for the return forecast relative models j and i,
to the historical average benchmark. To further ascertain its
statistical significance, we compute the MSFE-adjusted sta- r t + 1 = ð1 −δÞ^
r j,t + 1 + δ^
r i,t + 1 , ð11Þ
tistic based on the Clark and West (2007) test. More specifi-
cally, the Clark and West (2007) statistic tests the null where r^ j,t + 1 and r^i,t + 1 denote the return forecasts of
hypothesis that the MSFE of the historical average bench- models j and i, respectively, in month t+1. If δ
mark is smaller than or equal to the MSFE of the forecasting (1 − δ) = 0, the model j(i) forecast encompasses the
model of interest against the alternative hypothesis that the model i(j) forecast, because model i( j) does not provide
MSFE of the historical average benchmark is larger than any useful information for forming the optimal combina-
the MSFE of the forecasting model of interest. Mathemati- tion forecast beyond the information already contained
cally, the Clark and West (2007) statistic is computed by in model j(i). Alternatively, if δ (1 − δ) > 0, the model j(i)
first defining forecast does not encompass the model i(j) forecast.
That is, model i(j) does provide information that is useful
for forecasting stock returns beyond the information
f t = ðr t −r t Þ2 − ðr t − r^t Þ2 + ðr t − r^t Þ2 , ð10Þ
already contained in model j(i). Harvey, Leybourne, and
6 ZHANG ET AL.
T A B L E 3 Out-of-sample
Models R2OS (%) MSFE-adjusted p-value
forecasting performance
M1: Variance 0.157 0.834 0.202
M2: Good variance −0.359 0.312 0.377
M3: Bad variance 1.565** 1.883 0.030
M4: Good and bad variances 1.244** 1.724 0.042
M5: Signed variance 1.529** 1.831 0.034
Note: This table reports the out-of-sample R-square (R2OS) for the five used models with various
variance measures. Statistical significance for R2OS is based on the p-value for the Clark and
West (2007) MSFE-adjusted statistic. The MSFE-adjusted statistic tests the null hypothesis that
the MSFE of the historical average benchmark is smaller than or equal to the MSFE of the fore-
casting model of interest against the alternative hypothesis that the MSFE of the historical aver-
age benchmark is larger than the MSFE of the forecasting model of interest. ** indicates
significance at the 5% level. The initial in-sample period runs from 1927:01 to 1946:12, while
the out-of-sample period is from 1947:01 to 2017:12.
Note: The table reports p-values for the Harvey et al. (1998) statistic. The statistic corresponds to
a one-sided (upper-tail) test of the null hypothesis that the out-of-sample forecast given in the
column heading encompasses the forecast given in the row heading against the alternative
hypothesis that the out-of-sample forecast given in the column heading does not encompass the
forecast given in the row heading. The initial in-sample period runs from 1927:01 to 1946:12,
while the out-of-sample period is from 1947:01 to 2017:12.
Newbold (1998) propose a statistic for testing the null for forecasting stock returns beyond the relevant informa-
hypothesis that the model j (i) forecast encompasses the tion already found in normal variance and good variance,
model i ( j) forecast (H0: δ (1 − δ) = 0) against the alterna- while the forecasting information provided by normal vari-
tive hypothesis that the model j (i) forecast does not ance and good variance is also found in bad variance and
encompass the model i (j) forecast (H1: δ (1 − δ) > 0). signed variance. The results also imply that the way of
Table 4 reports the p-values of forecast encompassing decomposing variance into good and variances is rather
tests. A striking observation follows the table immediately. efficient in capturing the complementary information of
The p-value of M3 forecast using bad variance relative to variance risk.
M2 forecast using good variance is near 0.5, whereas the
p-value of M2 forecast using good variance relative to M3
forecast using bad variance is lower than 0.01. This evi- 3.4 | Threshold regression and Markov
dence suggests that the forecast formed by bad variance regime switching
significantly encompasses the forecast formed by good var-
iance, while the forecast formed by good variance does not In this section, we use alternative manners to describe
encompass the forecast formed by bad variance. In addi- investors' different attitudes to variance risk. First, we
tion, we observe that the M1 and M2 forecasts based on consider the threshold regression model (Hansen, 1999,
normal variance and good variance always fail to encom- 2000). In our case, the model specification of threshold
pass the M3-M5 forecasts based on bad variance and regression can be written as
signed variance. On the contrary, the M3-5 forecasts typi-
cally encompass the M1-2 forecasts. In conclusion, the r t + 1 = β0,1 + βVar,1 Var t + εt + 1,1 , r t ≤ θ,
results of the forecast encompassing tests show that bad ð12Þ
r t + 1 = β0,2 + βVar,2 Var t + εt + 1,2 , r t > θ,
variance and signed variance provide useful information
ZHANG ET AL. 7
where θ is the optimal threshold value that results in the regression model is similar to our decomposition
least squared error. Our proposed method of approach, especially when the optimal threshold value is
decomposing variance into good and bad ones can be reg- close to zero. The Markov regime switching model, how-
arded as a special case of the threshold regression model ever, yields a negative R2OS , thus failing to use variance
when θ = 0.5 risk to forecast stock market returns. This finding is con-
Second, we further consider the Markov regime sistent with X. Zhu and Zhu (2013), who find that
switching model proposed by Hamilton (1989). We most of the macroeconomic variables (including stock
impose regime switching on the standard variance pre- return variance) do not show forecasting gains when
dictor and error term. That is, the intercept term is regime switching is imposed in univariate regression
regime-independent.6 The corresponding model with models. Overall, the new evidence suggests that our vari-
regime switching can be expressed as ance risk decomposition is a more simple but efficient
way to extract the complementary information compo-
r t + 1 = β0 + βVar,St Var t + ωt + 1 , ð13Þ nents that are opposite but useful for forecasting stock
returns.
where St is the state for month t, βd,St is the regression
slope of Var at state St, ωt N 0, σ 2St , and σ 2St is the vari-
ance of the innovation at state St. Following Raggi and 4 | ECONOMIC SIGNIFICANCE
Bordignon (2012), Shi and Ho (2015), Ma, Wahab,
Huang, and Xu (2017), and Duan, Chen, Zeng, and Following Campbell and Thompson (2008), Huang
Liu (2018), among others, we consider two regimes.7 et al. (2015), Rapach et al. (2016), and Zhang, Zeng,
More specifically, the state (regime) of St = 0 indicates et al. (2019), among others, we further measure the eco-
the low-return regime, whereas the state (regime) of St = 1 nomic value of various variance-based return forecasts
indicates the high-return regime. Therefore, St can be from an asset allocation perspective. More specifically,
assumed to follow a two-state Markov process with a we compute the certainty equivalent return (CER) for a
transition probability matrix of mean–variance investor who allocates between stocks
and risk-free bills. To achieve the maximum CER, the
p00 p10 investor will allocate the stock weight during month t
P= , ð14Þ
p01 p11 +1 as
1 r^t + 1
wt = , ð15Þ
where pkl = P(St + 1 = l|St = k) is the transition probabil- γ σ^2t + 1
ity of switching from state k to state l (k, l ∈ {0, 1}). Of
course, p00 + p01 = 1 and p10 + p11 = 1.
Table 5 reports the out-of-sample forecasting per-
formance of the threshold regression model and Mar- denotes a return forecast, and σ^2t + 1 denotes a variance
kov regime switching model. The threshold regression forecast. As in Campbell and Thompson (2008), Neely
model yields a positive R2OS , which is statistically signifi- et al. (2014), Jiang et al. (2019), and Zhang, Zeng,
cant and greater than the 0.5% benchmark. In this sense, et al. (2019), among others, we estimate the variance fore-
the threshold regression performs well in addressing vari- casts using a five-year moving window of past stock
ance risk. This is probably because the threshold returns and restrict wt to the range between 0 and 1.5.9
p −0:5γσ 2 ,
CER = R ð16Þ
M1: Variance 0.560* 0.036
p
M2: Good variance −0.020 0.001
M3: Bad variance 1.476** 0.094**
where R p and σ 2 denote the mean and variance, respec- M4: Good and bad variances 1.558** 0.109*
p
tively, of the realized portfolio returns during the out-of- M5: Signed variance 1.733** 0.116**
sample period. The CER gain is calculated as the differ-
Note: This table reports the portfolio performance for a mean–
ence between the CER for the investor when she uses the
variance investor with relative risk aversion coefficient of three
return forecasts of our proposed models to allocate her
who allocates between stocks and risk-free bills using the return
portfolio and the CER when she uses the benchmark forecasts from various forecasting models. The certainty equivalent
forecast of the historical average. We multiply this differ- return (CER) gain and Sharpe ration (SR) gain are reported. The
ence by 1,200, so that the CER gain can be regarded as CER gain is calculated as the difference between the CER for the
the annualized percentage portfolio management fee that investor when she uses return forecasts generated by the forecasting
a mean–variance investor would be pleased to pay to models and the CER when she uses the historical average bench-
have access to the return forecast from our proposed mark. Also, the SR gain is calculated as the difference between the
competing SR and benchmark SR. In particular, the CER gain is
models instead of the historical average forecast. Follow-
multiplied by 1,200 to denote annualized percentage value and the
ing DeMiguel, Garlappi, and Uppal (2009), we rely on the SR ratio is multiplied by √12 to denote annualized value. The stock
standard asymptotic theory and test whether the CER weight is constrained to lie between 0 and 1.5. Statistical signifi-
based on one of our used forecasting models is signifi- cance for CER gain and SR gain is based on the DeMiguel
cantly larger than the CER based on the historical aver- et al. (2009) and Ledoit and Wolf (2008) tests, respectively. ** and *
age benchmark. indicate significance at the 5% and 10% levels, respectively. The ini-
Furthermore, we follow Wang et al. (2019) and calcu- tial estimation period is 1927:01–1946:12, while the out-of-sample
late the economic gains of the well-known Sharpe ratio period is 1947:01–2017:12.
T A B L E 7 Out-of-sample
Forecasting models R2OS (%) MSFE-adjusted p-value
forecasting performance based on the
rolling estimation window Panel A: The rolling window contains 40 years
M1: Variance 0.282 0.918 .179
M2: Good variance −0.546 0.154 .439
M3: Bad variance 1.525* 1.600 .055
M4: Good and bad variances 0.931* 1.508 .066
M5: Signed variance 1.471* 1.634 .051
Panel B: The rolling window contains 60 years
M1: Variance 1.315 1.247 .106
M2: Good variance −1.559 −0.908 .818
M3: Bad variance 3.128** 1.776 .038
M4: Good and bad variances 1.517* 1.366 .086
M5: Signed variance 2.605* 1.636 .051
2
Note: This table reports the out-of-sample R-square (R OS) based on the rolling estimation win-
dow. The rolling estimation window contains 40 and 60 years in Panels A and B, respectively.
Statistical significance for R2OS is based on the p-value for the Clark and West (2007) MSFE-
adjusted statistic. The MSFE-adjusted statistic tests the null hypothesis that the MSFE of the his-
torical average benchmark is smaller than or equal to the MSFE of the forecasting model of
interest against the alternative hypothesis that the MSFE of the historical average benchmark is
larger than the MSFE of the forecasting model of interest. ** and * indicate significance at the 5
and 10% levels, respectively. The whole sample period runs from 1927:01 to 2017:12.
REC
the expanding window. In Panel B, we use the 60-years where I EXP
m + k I m + k is an indicator that takes a value of
rolling window, in which the forecasting models of M3-5 one when month m+k is in an NBER-dated expansion
continue to yield positive R2OS s . Furthermore, these R2OS s (recession) period and zero otherwise.
increase substantially. For example, the R2OS of M3 using Table 8 reports the out-of-sample forecasting perfor-
the expanding window is 1.565%, while the one using the mance over business cycles. Two important findings emerge.
60-years rolling window is 3.128%. Although the signifi- First, consistent with the related literature on return predict-
cance levels decrease, this is presumably because of a nota- ability (see, e.g., Huang et al., 2015; Jiang et al., 2019; Neely
ble reduction in sample size. Overall, we observer robust et al., 2014; Rapach et al., 2010; Zhang, Wei, et al., 2019),
results for using the rolling estimation window that bad the R2OS s for all the forecasting models are larger during
and signed variances persistently exhibit significantly the recession period than the ones during the expansion
stronger predictive power than normal and good variances period. Second and more importantly, for both business-
for the out-of-sample prediction of stock returns. cycle peaks and troughs, the models of M3-5 using bad
and signed variances yield larger R2OS s , thus beating the
models of M1-2 using standard and good variances. That
5.2 | Business cycles is, our results are robust to business cycles, although the
return predictability is concentrated over recessions.
While the overall R2OS is of interest, it is also important to
analyse the return predictability during business cycles.
Following the related literature on stock return predict- 5.3 | Alternative risk aversion
ability (see, e.g., Huang et al., 2015; Jiang et al., 2019; coefficients and stock weight constraints
Neely et al., 2014; Rapach et al., 2010; Wang et al., 2018),
we2 compute
the R2OS statistic
separately
for expansions In this section, we consider alternative risk aversion coeffi-
ROS,EXP and recessions R2OS,REC , cients and stock weight constraints in our portfolio exer-
cise. Intuitively, a larger risk aversion coefficient would
Pq lead to a smaller stock weight, as shown in Equation (15).
I cm + k ðr m + k − r^m + k Þ2
R2OS,c = 1 − Pkq = 1 for c = EXP, REC, Therefore, the level of risk aversion would affect portfolio
r m + k Þ2
k = 1 I m + k ðr m + k −
c
performance. For this consideration, we further consider
ð18Þ three reasonable values of risk aversion coefficient, namely
10 ZHANG ET AL.
Expansions Recessions
Forecasting models R2OS (%) MSFE-adjusted p-value R2OS (%) MSFE-adjusted p-value
M1: Variance −0.025 −0.088 .535 0.662 0.938 .174
M2: Good variance −0.546 −0.086 .534 0.162 0.472 .318
M3: Bad variance 0.822 1.203 .114 3.626* 1.469 .071
M4: Good and bad variances 0.473 1.015 .155 3.383* 1.416 .078
M5: Signed variance 0.667 1.115 .132 3.919* 1.485 .069
2
Note: This table reports the out-of-sample R-square (R OS) over business cycles. Business cycles refer to the NBER-dated expansions and
recessions. Statistical significance for R2OS is based on the p-value for the Clark and West (2007) MSFE-adjusted statistic. The MSFE-adjusted
statistic tests the null hypothesis that the MSFE of the historical average benchmark is smaller than or equal to the MSFE of the forecasting
model of interest against the alternative hypothesis that the MSFE of the historical average benchmark is larger than the MSFE of the fore-
casting model of interest.
*Significance at the 10% level. The initial in-sample period runs from 1927:01 to 1946:12, while the out-of-sample period is from 1947:01 to
2017:12.
TABLE 9 Portfolio performance with alternative risk aversion coefficients and stock weight constraints
Forecasting models CER gain SR gain CER gain SR gain CER gain SR gain
γ = 2, wt∈[0,1.5] γ = 4, wt∈[0,1.5] γ = 6, wt∈[0,1.5]
M1: Variance 0.467 0.027 0.485* 0.034 0.351** 0.036
M2: Good variance −0.033 0.015 0.225 0.005 −0.049 −0.025
M3: Bad variance 1.541** 0.086** 1.516*** 0.116** 0.817** 0.106**
M4: Good and bad variances 1.448* 0.103* 1.305* 0.100* 0.760 0.084
M5: Signed variance 1.566* 0.100* 1.550** 0.118** 0.918* 0.106**
γ = 2, wt∈[−0.5,1.5] γ = 4, wt∈[−0.5,1.5] γ = 6, wt∈[−0.5,1.5]
M1: Variance 0.526 0.031 0.521* 0.037 0.387* 0.040
M2: Good variance −0.187 0.005 0.135 −0.004 −0.109 −0.033
M3: Bad variance 1.600* 0.088* 1.643** 0.125** 0.961* 0.121**
M4: Good and bad variances 1.410 0.098* 1.327* 0.101 0.814 0.092
M5: Signed variance 1.576 0.099* 1.578* 0.120* 0.963 0.112*
Note: This table reports the portfolio performance with alternative risk aversion coefficients and stock weight constraints. The portfolio per-
formance is evaluated by a mean–variance investor who allocates between stocks and risk-free bills using the return forecasts from various
forecasting models. The investor's risk aversion coefficient γ is 2, 4, or 6. The stock weight is constrained to lie between 0 and 1.5 or to lie
between −0.5 and 1.5. The certainty equivalent return (CER) gain and Sharpe ratio (SR) gain are reported. The CER gain is calculated as the
difference between the CER for the investor when she uses return forecasts generated by the forecasting models and the CER when she uses
the historical average benchmark. Also, the SR gain is calculated as the difference between the competing SR and benchmark SR. In particu-
lar, the CER gain is multiplied by 1,200 to denote annualized percentage value and the SR ratio is multiplied by √12 to denote annualized
value. Statistical significance for CER gain and SR gain is based on the DeMiguel et al. (2009) and Ledoit and Wolf (2008) tests, respectively.
***, **, and * indicate significance at the 1, 5, and 10% levels, respectively. The initial estimation period is 1927:01–1946:12, while the out-of-
sample period is 1947:01–2017:12.
two, four, and six. In addition, we also loosen the restric- weight constraints. We observer quantitatively similar
tion of stock weight to allow at most 50% short sales and results when compared to the portfolio performance previ-
at most 50% leverage. That is, the stock weight wt in Equa- ously reported in Table 6. Specifically, normal variance gen-
tion (15) is constrained to lie between −0.5 and 1.5, which erates positive economic gains, but they are relatively low.
is also employed by Rapach et al. (2016). Good variance has little economic significance. The return
Table 9 provides the portfolio performance when we forecasts generated by M3-5 using bad and signed variances
consider alternative risk aversion coefficients and stock consistently yield sizeable CER gains and SR gains. To sum
ZHANG ET AL. 11
Note: This table reports the comparison results between signed variance and other economic predictors. Panel A reports the in-sample esti-
mation results for the univariate predictive regressions of the monthly excess stock return on a lagged economic predictor,
r t + 1 = α + φX kt + εt + 1 , k = 1, 2, …, 13,
where rt + 1 is the aggregate stock market return for month t + 1 and X kt is the kth economic predictor for month t. Panel B reports the in-
sample estimation results for the bivariate regressions on both the lagged signed variance SignedVart and the kth economic predictor X kt ,
The regression coefficients, Newey–West t-statistics, and R2s are reported. The sample period spans from 1927:01 to 2017:12, containing 1,092 observations.
up, the economic results from an asset allocation perspective include log dividend–price ratio (DP), log dividend yield
are robust to the choice of alternative risk aversion coeffi- (DY), log earnings–price ratio (EP), log dividend–payout
cients and stock weight constraints. ratio (DE), book-to-market ratio (BM), net equity expansion
(NTIS), treasury bill rate (TBL), long-term yield (LTY), long-
term return (LTR), term spread (TMS), default yield spread
5.4 | Comparison with other economic (DFY), default return spread (DFR), and inflation (INFL).
predictors We then explore whether the predictive ability of
signed variance remains significant after controlling for
To explore whether the predictive ability of signed vari- economic variables. To examine the incremental predic-
ance is driven by omitted economic predictors related to tive ability of signed variance relative to economic predic-
business-cycle fundamentals or changes in macroeco- tors, we use the following bivariate regressions based on
nomic risks, we compare the predictive ability of signed signed variance and one of the 13 economic variables,
variance with other prevailing economic predictors.10
First of all, we use the following univariate regression r t + 1 = α + βSignedVar t + φX kt + εt + 1 , k = 1, 2,…, 13:
on a single economic predictor, ð20Þ
r t + 1 = α + φX kt + εt + 1 , k = 1, 2, …, 13, ð19Þ
For the predictive regression model in Equation (20),
where X kt is one of the 13 individual economic predictors we are interested in the regression slope of signed vari-
from Welch and Goyal (2008). The 13 economic variables ance, that is, β.
12 ZHANG ET AL.
Table 10 reports the comparison results. The in- compared to the threshold regression and Markov regime
sample estimation results for the univariate regressions switching models, our decomposition of variance risk is
are provided in Panel A. Out of the 13 economic vari- found to be simpler but efficient to extract the useful
ables, only the regression slope of earnings-price ratio information contained in stock market variance. In addi-
(EP) is significant at the 10% level. Net equity expansion tion, we confirm that our results are robust to alternative
(NTIS) delivers the largest in-sample R2 at 0.432%. In estimation windows, business cycles, investors' risk aver-
contrast, signed variance displays substantially stronger sion coefficients, and portfolio constraints. Also, we docu-
predictive power with a more significant slope and much ment that the return predictability of signed variance is
larger R2. not driven by the omitted macroeconomic fundamentals.
Panel B reports the in-sample results for the bivariate Finally, it is important to stress that bad variance and
regressions. Two major findings emerge. First, the regres- signed variance are recommended to use in a forecasting
sion slopes of signed variance β range from 1.187 to 1.239 exercise since the two powerful predictors exhibit impres-
and the corresponding Newey–West t-statistics range sive out-of-sample performance from both the statistical
from 2.011 to 2.168. Compared to the counterparts of the and economic perspectives. While good variance is not rec-
regression (8) reported in Table 2, the regression slopes of ommended, this predictor is equally useful as it contains
signed variance in Equation (20) barely change, and complementary information relative to bad variance and
remain economically large and statistically significant thus contributes to constructing signed variance. Normal
when augmented by the economic variables. Second, the variance is not recommended as past winners and losers
R2s for the bivariate regressions in Panel B is substan- are found to show opposite attitudes to variance risk.
tially greater than the counterparts for the univariate
regression in Panel A. The two findings suggest that the A C KN O WL ED G EME N T S
return predictability of signed variance is not driven by The authors are grateful to the editor and anonymous ref-
the omitted macroeconomic variables, and signed vari- erees for insightful comments that significantly improved
ance can provide complementary forecasting information the paper. This work is supported by the Fundamental
beyond that already contained in the other economic Research Funds for the Central Universities [30919013232,
variables. 682017WCX01, 2682018WXTD05], the Natural Science
Foundation of China [71671145, 71701170], the Humani-
ties and Social Science Fund of the Ministry of Education
6 | C ON C L U S I ON [17YJC790105, 17XJCZH002], the Sichuan Social Science
Planning Project [SC18C014].
Investors care differently about downside losses versus
upside gains. In light of this, we decompose stock vari- ENDN OTE S
ance into good and bad variances, and further construct a 1
We thank Amit Goyal for sharing the updated data, which are
composite signed variance. Our empirical evidence docu- available from his webpage at http://www.hec.unil.ch/agoyal/.
ments that bad variance and composite signed variance 2
In terms of both in-sample and out-of-sample tests, Campbell and
can significantly predict future stock returns both in- and Thompson (2008) argue that a monthly R2 of 0.5% can signal an
out-of-sample. The recursively estimated regression coef- economically significant degree of return predictability. Theoreti-
ficient of standard variance is sometimes positive but cally, Huang and Zhou (2017) provide upper bounds on the
sometimes negative over the estimation period. In con- degree of stock return predictability with respect to the R2
trast, the coefficients of good, bad, and signed variances statistic.
3
are fairly stable. This evidence suggests that the standard In the robustness checks below, we alternatively consider a rolling
variance risk measure actually has two opposite compo- window and obtain consistent results.
4
nents. According to forecast encompassing tests, we find We observer a similar pattern for the time series of their t-statis-
that bad variance and signed variance provide useful tics. To save space, we omit the corresponding figure, but the fig-
information for forecasting stock returns beyond the rele- ure is available upon request.
5
vant information already found in normal variance and The two cases are similar but not identical. More importantly, the
good variance. threshold regression is based on statistic theory, while our method
is driven by reasonable economic motivation, which can guard
From an asset allocation perspective, we document
against econometric issues such as over-fitting.
that a mean–variance investor can obtain sizeable eco- 6
The forecasting performance becomes worse when we further
nomic gains when she uses the return forecasts based on
impose regime switching on the intercept.
bad and signed variances to allocate between stocks and 7
Another important reason why we focus on two regimes is that
risk-free bills. Normal and good variances, however, fail
our strategy of good and bad variances is more related to the
to yield impressive economic gains. Furthermore,
ZHANG ET AL. 13
Markov regime switching model with two regimes relative to that French, K. R., Schwert, G. W., & Stambaugh, R. F. (1987). Expected
with more than two regimes. Threrfore, using two regimes is stock returns and volatility. Journal of Financial Economics,
more reasonable for a comparison purpose. Nonetheless, we 19, 3–29.
obtain qualitatively similar results using three regimes. For the Ghysels, E., Santa-Clara, P., & Valkanov, R. (2005). There is a risk-
sake of brevity, we do not report the results, but they are available return trade-off after all. Journal of Financial Economics, 76,
upon request. 509–548.
8
The reported economic values are based on the risk aversion coef- Glosten, L. R., Jagannathan, R., & Runkle, D. E. (1993). On the rela-
ficient of three. The results are similar for other reasonable values. tion between the expected value and the volatility of the nominal
See our robustness tests below for more details. excess return on stocks. The Journal of Finance, 48, 1779–1801.
9 Hamilton, J. D. (1989). A new approach to the economic analysis of
Alternatively, Rapach et al. (2016) rely on a 10-year moving win-
nonstationary time series and the business cycle. Econometrica,
dow to estimate the return variance. The economic results are
57, 357–384.
qualitatively similar for a 10-year moving window. To save space,
Hansen, B. E. (1999). Threshold effects in non-dynamic panels:
we do not report these results, but they are available upon
Estimation, testing, and inference. Journal of Econometrics, 93,
request.
345–368.
10
In contrast to signed variance, we find similar results for another Hansen, B. E. (2000). Sample splitting and threshold estimation.
powerful variance predictor, that is, bad variance. For the sake of Econometrica, 68, 575–603.
brevity, we omit the results, but they are available upon request. Harvey, D. S., Leybourne, S. J., & Newbold, P. (1998). Tests for fore-
cast encompassing. Journal of Business & Economic Statistics,
16, 254–259.
Huang, D., Jiang, F., Tu, J., & Zhou, G. (2015). Investor sentiment
DATA AVAILABILITY STATEMENT
aligned: A powerful predictor of stock returns. Review of Finan-
The data that support the findings of this study are cial Studies, 28, 791–837.
openly available in the homepage of Amit Goyal at Huang, D., & Zhou, G. (2017). Upper bounds on return predictabil-
[http://www.hec.unil.ch/agoyal/], reference number ity. Journal of Financial and Quantitative Analysis, 52, 401–425.
(Welch & Goyal, 2008). Jiang, F., Lee, J. A., Martin, X., & Zhou, G. (2019). Manager senti-
ment and stock returns. Journal of Financial Economics, 132,
R EF E RE N C E S 126–149.
Kilic, M., & Shaliastovich, I. (2018). Good and bad variance premia
Bali, T. G., & Peng, L. (2006). Is there a risk–return trade-off? Evi-
and expected returns. Management Science, 65, 2522–2544.
dence from high-frequency data. Journal of Applied Economet-
Ledoit, O., & Wolf, M. (2008). Robust performance hypothesis test-
rics, 21, 1169–1198.
ing with the Sharpe ratio. Journal of Empirical Finance, 15,
Campbell, J. Y., & Hentschel, L. (1992). No news is good news: An
850–859.
asymmetric model of changing volatility in stock returns. Jour-
Lundblad, C. (2007). The risk return tradeoff in the long run:
nal of Financial Economics, 31, 281–318.
1836–2003. Journal of Financial Economics, 85, 123–150.
Campbell, J. Y., & Thompson, S. B. (2008). Predicting excess stock
Ma, F., Wahab, M., Huang, D., & Xu, W. (2017). Forecasting the
returns out of sample: Can anything beat the historical aver-
realized volatility of the oil futures market: A regime switching
age? Review of Financial Studies, 21, 1509–1531.
approach. Energy Economics, 67, 136–145.
Chan, K. C., Karolyi, G. A., & Stulz, R. (1992). Global financial mar-
Neely, C. J., Rapach, D. E., Tu, J., & Zhou, G. (2014). Forecasting
kets and the risk premium on US equity. Journal of Financial
the equity risk premium: The role of technical indicators. Man-
Economics, 32, 137–167.
agement Science, 60, 1772–1791.
Clark, T. E., & McCracken, M. W. (2009). Improving forecast accu-
Pettenuzzo, D., Timmermann, A., & Valkanov, R. (2014). Forecast-
racy by combining recursive and rolling forecasts. International
ing stock returns under economic constraints. Journal of Finan-
Economic Review, 50, 363–395.
cial Economics, 114, 517–553.
Clark, T. E., & West, K. D. (2007). Approximately normal tests for
Raggi, D., & Bordignon, S. (2012). Long memory and nonlinearities
equal predictive accuracy in nested models. Journal of Econo-
in realized volatility: A Markov switching approach. Computa-
metrics, 138, 291–311.
tional Statistics & Data Analysis, 56, 3730–3742.
DeMiguel, V., Garlappi, L., & Uppal, R. (2009). Optimal versus
Rapach, D. E., Ringgenberg, M. C., & Zhou, G. (2016). Short inter-
naive diversification: How inefficient is the 1/N portfolio strat-
est and aggregate stock returns. Journal of Financial Economics,
egy? The Review of Financial Studies, 22, 1915–1953.
121, 46–65.
Duan, Y., Chen, W., Zeng, Q., & Liu, Z. (2018). Leverage effect, eco-
Rapach, D. E., Strauss, J. K., & Zhou, G. (2010). Out-of-sample
nomic policy uncertainty and realized volatility with regime
equity premium prediction: Combination forecasts and links to
switching. Physica A: Statistical Mechanics and its Applications,
the real economy. Review of Financial Studies, 23, 821–862.
493, 148–154.
Scruggs, J. T. (1998). Resolving the puzzling intertemporal relation
Ferreira, M. A., & Santa-Clara, P. (2011). Forecasting stock market
between the market risk premium and conditional market vari-
returns: The sum of the parts is more than the whole. Journal
ance: A two-factor approach. The Journal of Finance, 53, 575–603.
of Financial Economics, 100, 514–537.
Shi, Y., & Ho, K.-Y. (2015). Long memory and regime switching: A
Feunou, B., Jahan-Parvar, M. R., & Okou, C. (2018). Downside vari-
simulation study on the Markov regime-switching ARFIMA
ance risk premium. Journal of Financial Econometrics, 16,
model. Journal of Banking & Finance, 61, S189–S204.
341–383.
14 ZHANG ET AL.
Wang, Y., Liu, L., Ma, F., & Diao, X. (2018). Momentum of Zhang, Y., Wei, Y., Ma, F., & Yi, Y. (2019). Economic constraints
return predictability. Journal of Empirical Finance, 45, and stock return predictability: A new approach. International
141–156. Review of Financial Analysis, 63, 1–9.
Wang, Y., Pan, Z., Liu, L., & Wu, C. (2019). Oil price increases and Zhang, Y., Zeng, Q., Ma, F., & Shi, B. (2019). Forecasting stock returns:
the predictability of equity premium. Journal of Banking & Do less powerful predictors help? Economic Modelling, 78, 32–39.
Finance, 102, 43–58. Zhu, X., & Zhu, J. (2013). Predicting stock returns: A regime-
[dataset] Welch, I., & Goyal, A. (2008). A comprehensive look at switching combination approach and economic links. Journal
the empirical performance of equity premium prediction. of Banking & Finance, 37, 4120–4133.
Review of Financial Studies, 21, 1455–1508 Updated data (up to Zhu, Y., & Zhu, X. (2014). European business cycles and stock
2017). Retrieved from www.hec.unil.ch/agoyal/. return predictability. Finance Research Letters, 11, 446–453.
Whitelaw, R. F. (2000). Stock market risk and return: An equi-
librium approach. The Review of Financial Studies, 13,
521–547.
Zhang, Y., Ma, F., Shi, B., & Huang, D. (2018). Forecasting the How to cite this article: Zhang Y, Ma F, Liang C,
prices of crude oil: An iterated combination approach. Energy Zhang Y. Good variance, bad variance, and stock
Economics, 70, 472–483. return predictability. Int J Fin Econ. 2020;1–14.
Zhang, Y., Ma, F., & Zhu, B. (2019). Intraday momentum and stock https://doi.org/10.1002/ijfe.2022
return predictability: Evidence from China. Economic Model-
ling, 76, 319–329.