Anda di halaman 1dari 192

JURNAL KHARISMA

VOL. 2 No. 2, Juli 2020 E-ISSN 2716-2710

PENGARUH PROFITABILITAS, ARUS KAS OPERASI, DAN MARKET


VALUE ADDED TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR

Luh Nyoman Tri Handayani1


Luh Komang Merawati2
I. A. Budhananda Munidewi3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mahasaraswati Denpasar
mangming2608@gmail.com

Abstract
Return is gain or loss due to the decline in investment value in a certain period. The higher
the Return level investors expect, the higher the level of risk that investors will face, and vice versa.
The research aims to examine the impact of profitability, operating cash flows, and market value
added to return in the manufacturing Company on the Indonesia Stock Exchange in 2016-2018.
The samples in this study were 121 manufacturing companies that listed on the Indonesia Stock
exchange for the period of 2016-2018. Sampling using the purposive sampling method. The analysis
tools used are multiple linear regression analysis.
The research results that the profitability variable positively affects against the return of the stock
indicated by the significance value 0,000. The market value of the added variable is also positively
linked to Return stock indicated with a value of significance 0,003. Even so a variable cash flow
operation has no effect on returning shares indicated with significance value 0,935

Keywords:profitability, cash flow operations, market value added, return stock.

PENDAHULUAN

Persaingan dunia usaha dalam perekonomian saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan

semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan meningkatnya

kegiatan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya kebutuhan pasar. Hal yang sangat

penting untuk keberlangsungan kegiatan ekonomi adalah modal. Modal adalah keseluruhan

aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus

tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari (Sawir, 2005:129). Modal

sangat dibutuhkan bagi kelangsungan suatu usaha, hal ini menjadi kendala yang sering

dihadapi oleh perusahaan. Pasar modal merupakan sarana yang efektif untuk mempercepat

pertumbuhan perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan suatu pasar

yang terdiri atas instrument keuangan jangka panjang yang diterbitkan oleh pemerintah atau

250
Pengaruh Profitabilitas, Arus Kas Operasi, Dan …..
Tri Handayani, Merawati,Budhananda Munidewi

perusahaan swasta dan dapat diperdagangkan dalam bentuk hutang maupun modal

(Trisnawati, 2009). Para investor yang ingin melakukan atau mempertahankan investasinya

harus memiliki perencanaan investasi yang efektif. Perencanaan investasi yang efektif dimulai

dari perhatian terhadap tingkat risiko dan return. Return adalah penghasilan atau kerugian

karena turunnya nilai investasi pada suatu periode tertentu. Perkembangan kondisi

perekonomian nasional saat ini mengarah pada pemulihan krisis ekonomi global pada tahun

2009 yang tercermin dalam kondisi ekonomi makro. Menurut Dewi dkk (2019) tingkat

profitabilitas yang termasuk dalam earning measures diukur dari beberapa aspek, yaitu return

on equity (ROE), return on assets (ROA), dan earning per share (EPS). Return on equity atau

return on net worth mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba yang tersedia

bagi pemegang saham. Selain ROA, informasi arus kas operasi merupakan alternatif

informasi yang digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan.

Para kreditor dan pemegang saham akan ragu-ragu untuk menanamkan modalnya ke

dalam sebuah perusahaan yang tidak menghasilkan kas yang mencukupi dari aktivitas-

aktivitas operasinya. Arus kas operasi yang positif mengindikasikan bahwa perusahaan telah

dijalankan dengan baik sehingga mempunyai cukup dana untuk membiayai kegiatan

operasional serta membiayai aktivitas investasi maupun pendanaan, seperti pembayaran

dividen (Agustia, 2009). Menurut Setiyorini (2011), penilaian terhadap kinerja perusahaan

yang berbasis akuntansi tradisional banyak memunculkan respon yang menyatakan

ketidakpuasan. Masalah tersebut bermula dari adanya kelemahan penting dalam laporan

keuangan yaitu perhitungan laba rugi. Laba yang dilaporkan tidak memasukkan biaya modal

ekuitas sehingga pengukuran kinerja yang mempergunakan laporan rugi laba mengandung

distori. Pendekatan yang digunakan di atas secara teoritis berkorelasi positif dengan harga

pasar saham perusahaan, yang pada akhirnya akan berkorelasi positif pula dengan nilai

251
JURNAL KHARISMA
VOL. 2 No. 2, Juli 2020 E-ISSN 2716-2710

perusahaan atau MVA perusahaan (Fernandez, 2011:121). Market value added (MVA)

merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam

memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber yang

sesuai. Beberapa penelitian empiris mengenai pengukuran kinerja keuangan dalam

menjelaskan hubungannya dengan return saham telah banyak dilakukan di dalam dan luar

negeri. Penelitian Haddad (2012) terhadap 15 bank yang terdaftar di Amman Stock Exchange

(ASE) periode 2000-2009 menghasilkan kesimpulan bahwa MVA mempunyai hubungan

positif dan sifnifikan dengan return saham sedangkan ROA, ROE dan rasio kecukupan modal

tidak signifikan dengan return saham. Namun, penelitian Shubita (2010) terhadap 39

perusahaan industri yang terdaftar di ASE periode 2008-2010 menghasilkan kesimpulan

bahwa MVA tidak signifikan dan memiliki hubungan lebih rendah dengan return saham

dibandingkan dengan laba bersih. Berdasarkan uraian diatas, adanya ketidak konsistenan hasil

penelitian terdahulu maka dengan ini peneliti mencoba meneliti kembali pengaruh

profitabilitas, arus kas operasi, dan market value added terhadap return saham pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018. Adapun

rumusan masalah yaitu: Apakah profitabilitas, arus kas operasi, market value added

berpengaruh terhadap return saham? Dan tujuannya untuk menganalisis pengaruh

profitabilitas, arus kas operasi, market value added terhadap return saham.

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Teori Sinyal (signaling theory)

Teori sinyal atau teori signaling merupakan tindakan perusahaan dalam memberikan sinyal

kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang (Brigham dan Houston,

2013:261). Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan

memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi

252
Pengaruh Profitabilitas, Arus Kas Operasi, Dan …..
Tri Handayani, Merawati,Budhananda Munidewi

mengenai apa yang sudah dilakukan manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.

Teori sinyal juga dapat membantu pihak perusahaan, pemilik, dan pihak luar perusahaan

mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi

laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan meyakini keandalan

informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan, perlu mendapatkan opini dari pihak

lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan. Terkait dengan return

saham, sejumlah penelitian telah menunjukkan adanya suatu pola dalam return sekuritas. Pola

tersebut menunjukkan adanya tingkat return yang lebih tinggi atau lebih rendah pada saat

tertentu baik dalam periode harian maupun bulanan (Suryandari dan Wirawan, 2018).

Pengaruh Profitabilitas terhadap Return Saham

Menurut Fahmi (2013: 116) profitabilitas yaitu untuk menunjukkan keberhasilan perusahaan

didalam menghasilkan keuntungan. Investor yang potensinya akan menganalisis dengan

cermat kelancaran sebuah perusahaan dan kemampuan untuk mendapatkan keuntungan.

Profitabilitas yang semakin meningkat menunjukkan kinerja perusahan yang semakin baik

dan para pemegang saham akan memperoleh keuntungan dari deviden yang diterima semakin

meningkat. Semakin meningkatnya deviden yang akan diterima oleh para pemegang saham,

merupakan daya tarik bagi para investor dan atau calon investor untuk menanamkan dananya

ke perusahaan tersebut. Semakin besarnya daya tarik tersebut maka banyak investor yang

menginginkan saham perusahaan tersebut. Jika permintaan atas saham suatu perusahaan

semakin banyak maka harga saham akan meningkat. Hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Agustina dan Alexander (2012), Sudiarta (2016), Prasetyorini (2013) dan

Nurhayati (2013) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap return saham.

Semakin tinggi tingkat keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka

semakin besar tingkat retun saham yang didapat perusahaan, maka pandangan investor terkait

253
JURNAL KHARISMA
VOL. 2 No. 2, Juli 2020 E-ISSN 2716-2710

kinerja keuangan suatu perusahaan sehingga membuat harga saham manjadi meningkat tentu.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis pertama yang dikembangkan dalam penelitian ini

adalah :

H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap return saham.

Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Return Saham

Arus Kas Operasi adalah aktivitas penghasilan utama pendapatan perusahaan (principal

revenue producting activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan

pendapatan (Prastowo, 2011:34). Arus kas operasi merupakan salah satu indikator nilai

perusahaan. Artinya perusahaan yang mempunyai arus kas operasi yang tinggi berarti

mempunyai nilai perusahaan yang tinggi. Nilai pasar yang tinggi akan mendorong investor

untuk tertarik berinvestasi pada saham perusahaan itu. Hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Trisnandari (2013), Tumbel dkk (2017), Baler (2011), dan Rahmadi (2013)

menunjukkan bahwa arus kas operasi mempunyai pengaruh positif terhadap return saham.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan arus kas operasi akan mendorong

peningkatan return saham. Berdasarkan uraian di atas, maka hipnotis kedua yang

dikembangkan dalam penelitian ini adalah :

H2: Arus kas operasi berpengaruh positif terhadap return saham.

Pengaruh Market Value Added terhadap Return Saham

Market Value Added adalah suatu alat pengukur kinerja mengenai perbedaan nilai pasar

saham dengan jumlah ekuitas modal investor (Brighan dan Houston, 2013:12). Tujuan utama

perusahaan secara logis adalah memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Jika market

value added negative maka manager gagal menciptakan nilai tambahan bagi perusahaan.

Penciptaan suatu nilai bagi para pemegang saham sesuai dengan konsep market value added

yang memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham yang dilakukan dengan

254
Pengaruh Profitabilitas, Arus Kas Operasi, Dan …..
Tri Handayani, Merawati,Budhananda Munidewi

memaksimumkan harga pasar saham dikurangi nilai buku perlembar saham, dan mengurangi

jumlah saham yang beredar.

Hasil penelitian Trisnandari (2013), Aliyah (2018), Kusuma (2018), Ansori (2015), dan

Widagdo dkk (2009) menunjukkan bahwa MVA mempunyai pengaruh positif terhadap

return sahan. Hal ini berarti perusahaan mampu memaksimalkan kekayaan saham sebagai

hasil kinerja perusahaan yang baik dan mendapat respon yang tinggi dari pasar. Sebagai

akibatnya, kepercayaan investor terhadap perusahaan semakin meningkat sehingga akan

mampu meningkatkan permintaan terhadap saham perusahaan, yang artinya bahwa

perusahaan dengan nilai market value adde tinggi akan meningkatkan return saham.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis ketiga yang dikembangkan dalam penelitian ini

adalah :

H3: Market Value Added berpengaruh positif terhadap return saham.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan mengakses www.idx.co.id. Data

kuantitatif yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan tahunan

periode 2016-2018 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi

dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode tahun 2016-2018. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metode

nonprobability sampling tepatnya metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan

sampel dengan pertimbangan tertentu sehingga didapat sampel sebanyak 121 perusahaan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Regresi Linear Berganda

Tabel 1
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa

Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
255
Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -.392 .183 -2.144 .033
ROA .057 .003 .666 17.248 .000 .989 1.011
AKO -.002 .024 -.003 -.082 .935 .999 1.001
MVA .001 .000 .114 2.957 .003 .990 1.010
a. Dependent Vari able: RET URN
JURNAL KHARISMA
VOL. 2 No. 2, Juli 2020 E-ISSN 2716-2710

Berdasarkan Tabel 1 maka dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:

RS = -0,392 + 0,057ROA – 0,002AKO + 0,001MVA

Nilai konstanta (Constant) sebesar -0,392. Hal ini berarti bahwa apabila semua variabel bebas

diasumsikan konstanta atau sama dengan nol, maka besarnya nilai pengungkapan return

saham (RS) adalah -0.392.

Koefisien variabel profitabilitas (ROA) sebesar 0,057. Menjelaskan bahwa jika variabel lain

dianggap konstan maka meningkatnya profitabilitas sebesar 1% maka akan diikuti dengan

meningkatnya return saham (RS) sebesar 0,057%.

Koefisien variabel arus kas operasi (AKO) sebesar -0,002. Dengan signifikansi 0,935 kurang

dari 0,05 hal ini berarti arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap return saham.

Koefisien variabel market value addead (MVA) sebesar 0,001. Menjelaskan bahwa jika

variabel lain dianggap konstan maka meningkatnya market value addead sebesar 1% maka

akan diikuti dengan meningkatnya return saham sebesar 0,001%.

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Return Saham

Hipotesis pertama menyatakan profitabilitas berpengaruh positif terhadap return saham.

Berdasarkan pengujian hasil analisis regresi yang diperoleh nilai koefisien sebesar 0,057 dan

signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti profitabilitas (ROA)

berpengaruh positif terhadap return saham, maka H1 diterima. Profitabilitas yaitu kemampuan

atau keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan (Fahmi, 2013:116). Semakin

baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan

keuntungan perusahaan. Semakin tinggi tingkat keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan

256
Pengaruh Profitabilitas, Arus Kas Operasi, Dan …..
Tri Handayani, Merawati,Budhananda Munidewi

keuntungan maka semakin besar tingkat retun saham yang didapat perusahaan. Penelitian ini

sejalan dengan yang dilakukan Agustina dan Alexander (2012), Sudiarta (2016), Prasetyorini

(2013), dan Nurhayati (2013) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap

return saham.

Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham

Hipotesis kedua menyatakan arus kas operasi berpengaruh positif terhadap return saham.

Berdasarkan pengujian hasil analisis regresi yang diperoleh nilai koefisien -0,002 dan

signifikansi sebesar 0,935 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti arus kas operasi (AKO)

tidak berpengaruh terhadap return saham, maka H2 ditolak. Secara teori apabila arus kas

bersih dari aktivitas operasi tinggi, maka perusahaan dikatakan telah dapat meningkatkan nilai

perusahaan dan aktivitas operasi perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

dan meningkatkan arus kas dari aktivitas operasi mempengaruhi ekspektasi investor untuk

memperoleh arus kas setiap periode. Namun pernyataan diatas berbanding terbalik dengan

hasil uji yang menyatakan bahwa arus kas operasi tidak bepengaruh terhadap return saham,

hal ini terjadi karena investor lebih berfokus dan mempertimbangkan rasio profitabilitas

(ROA) dalam menanamkan sahamnya dan tidak memperhatikan arus kas operasi yang

dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa, arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap

return saham. Artinya besar kecilnya jumlah arus kas operasi tidak akan mempengaruhi

return saham. Penelitian ini konsisten dengan Maharani (2012), Adiwiratama (2012) dan

Rahmawati (2014) yang membuktikan bahwa arus kas operasi tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap return saham.

Pengaruh Market Value Added Terhadap Return Saham

257
JURNAL KHARISMA
VOL. 2 No. 2, Juli 2020 E-ISSN 2716-2710

Hipotesis ketiga menyatakan market value added berpengaruh positif terhadap return saham.

Berdasarkan pengujian hasil analisis regresi yang diperoleh nilai koefisien sebesar 0,001 dan

signifikansi sebesar 0,003 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti market value added (MVA)

berpengaruh terhadap return saham, maka H3 diterima. Market value added adalah suatu alat

pengukur kinerja mengenai perbedaan nilai pasar saham dengan jumlah ekuitas modal

investor (Brigham dan Houston, 2013:12). Tujuan utama perusahaan secara logis adalah

memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Penelitian ini konsisten dengan yang

dilakukan Trisnandari (2013), Aliyah (2018), Kusuma (2018), Ansori (2015) dan

Widagdo,dkk (2009) menunjukkan bahwa MVA mempunyai pengaruh positif terhadap return

saham.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya serta rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, hipotesis, dan

pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan yaitu profitabilitas

berpengaruh positif terhadap return saham. Dalam hal ini berarti bahwa semakin tinggi

tingkat keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka semakin besar tingkat

return saham yang didapat perusahaan.Arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap return

saham, hal ini terjadi karena investor lebih berfokus dan mempertimbangkan rasio

profitabilitas (ROA) dalam menanamkan sahamnya dan tidak memperhatikan arus kas operasi

yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.Market value added berpengaruh positif terhadap

return saham. Dalam hal ini market value added dapat menjadi indikator dalam memprediksi

return. Adanya peningkatan pada nilai tambah pasar, akan memberikan keyakinan bahwa

investor perusahaan mampu menciptakan kekayaan bagi pemiliknya.

258
Pengaruh Profitabilitas, Arus Kas Operasi, Dan …..
Tri Handayani, Merawati,Budhananda Munidewi

Adapun keterbatasan dan saran dalam penelitian ini yaitu penelitian ini menggunakan tiga

variabel yaitu profitabilitas, arus kas operasi, dan market value added. Penelitian selanjutnya

agar menambahkan variabel- variabel lainnya yang dapat mempengaruhi return saham,

seperti Net Profit Margin (NPM),Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV),

Operating Profit Margin (OPM). Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur

dengan tiga tahun pengamatan untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan

perusahaan, selain manufaktur seperti, perusahaan pertambangan, perbankan, dan menambah

periode penelitian agar hasil penelitian lebih lengkap dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Adiwiratama, Jundan, 2012. Pengaruh Informasi Laba, Arus Kas dan Size Perusahaan
Terhadap Return Saham. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika, Vol 3,No.1,pp. 53-
61.
Andriyanto, Hermawan Noor. 2015. Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate
Governance dan Sales Growth Terhadap Tax Efficience Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2012. Skripsi Universitas Negeri Semarang.
Agnes, Sawir. 2005. Analisis Kinerja Keuangan Dana Pembelanjaan Perusahaan. Jakarta:
PT. Gramedia.
Agustia.2009. Pengaruh Earning, Arus Kas Operasi Residual Income, Economic Value
Added serta Market Value Added Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Go
Public Consumer Goods). Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol 9 No. 6, pp. 89-
110.

Agustina, Lidya dan Juan Alexander. 2011. Pengaruh Economic Value Added, Profitabilitas
dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham Pada
Perusahaan Go Public yang Terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi, Vol.1 No.3, pp. 70-
79.
Bambang, Riyanto. 2011. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta: YBPFE
UGM.
Bramanti, Dita. 2006. Pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas Perusahaan
TerhadapReturn Pemegang Saham Perusahaan Sektor Industri Makanan dan
Minuman. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII.
Brigham, Eugene F. dan Joel, F. Houston. 2013. Dasar – Dasar Manajemen Keuangan.
Jakarta:Salemba Empat.
Baler, AL Haris. 2011. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap return Saham dengan
Persistensi Laba Sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Fakultas ekonomi . Universitas
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.
Dewi, N. L. P. A., Endiana, I. D. M., & Arizona, I. P. E. (2019). Pengaruh Rasio Likuiditas,
Rasio Leverage Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan

259
JURNAL KHARISMA
VOL. 2 No. 2, Juli 2020 E-ISSN 2716-2710

Manufaktur. Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa Akuntansi (KHARISMA), 1(1), 322-


333.
Dwi, Prastowo. 2011. Analisis Laporan Keuangan Konsep Dan Aplikasi. Edisi ketiga
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Fahmi, Irma.2013. Analisis Laporan Keuangan: Alfabeta.
Fernandez, Pablo. 2011. EVA, Economic Profit and Cosh Added Do Not Measure
Shareholder Value. Majalah Swa Sembada
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harahap, Sofyan. 2012. Analisis Kreteria atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Hadad, Fayez, S. 2012. The Relationship Between Economic Value Added and Stock Return:
Evidence from Jordanian Bank. International Research Journal of Finance and
Economics, Vol 24, No. 6, pp. 66-79.
Haming, M., & Nurjamuddin, M. 2014. Manajemen Produksi Modern Operasi Manufaktur
dan jasa Buku 1. Jakarta: Bumi Aksara.
Hermuningsih, Sri. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Size Terhadap Nilai Perusahaan dengan
Sruktur Modal Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 16 No. 2, pp
232-242.
Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.
Jundan Adiwirawan. 2012. Pengaruh Informasi Laba, Arus Kas Dan Size Perusahaan
Terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan manufaktur Yang Terdaftar
Di BEI). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika. Vol 2, No. 1, pp.99-118
Kieso, D.E. Weygant, JJ. And Warfield, T.D. 2011. Intermediate Accounting, IFRS
Edition.New Jersey: John Wiley d Sons Inc.
Kusuma Riska Ayu, dan Topowijiyo 2018. Pengaruh Economic value Added (EVA) dam
Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.
61 No. 3. Pp 65-73.
Martini, dkk.2016.Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
M. Hanafi, Mahmud dan Abdul Halim. 2009, Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan STIM YKPN.

Munawir, S. 2002. Analisis Informasi Keuangan Edisi Pertama. Yogyakarta: Liberty


Yogyakarta
Mardiah dkk. 2006. Analisis Kinerja Bank Pemerintah dan Swasta dengan Metode EVA dan
MVA terhadap Return Saham. Akuntanbilitas. Vol 1 No. 1, pp 97-104.
Maharani, Santi Nur. 2012. Kandungan Informasi Laba Rugi Bersih dan Arus Kas Terhadap
Reaksi Perubahan Return Saham. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 16, No. 1, pp.
866-98.
Nurhayati, M. 2013. Profitabilitas, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan Pengatuhnya Terhadap
Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan Sektor Non Jasa. Jurnal Keuangan dan
Bisnis, Vol. 5, No.2, pp. 56-69.
Nofrita, Ria 2013. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan
Deviden Sebagai Variabel Intervening. Skripsi.Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Padang
Pradono dan Christiawan YJ. 2004. Pengaruh Economic Value Added, Residual Incom,
Earning dan Arus Kas Operasi Terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 6 No. 2, pp. 140-166.

260
Pengaruh Profitabilitas, Arus Kas Operasi, Dan …..
Tri Handayani, Merawati,Budhananda Munidewi

Prasetyorini, Bhekti Fitri. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price Earning Ratio
dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1 No.1, pp
183-1
Suryandari, N. N. A., & Wirawan, I. M. C. (2018). The Day Of The Week Effect dan The
Month Of The Year Effect Dalam Perolehan Return Saham. Sekolah Tinggi Ilmu
(STIE) Ekonomi Triatma Mulya, 24(1), 47-65.

261
ISSN 2303-1174 G.A.P. Tumakaka.
PENGARUH ARUS KAS BEBAS, PROFITABILITAS, DAN SOLVABILITAS TERHADAP
RETURN SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI)

THE EFFECT OF FREE CASH FLOW, PROFITABILITY, AND SOLVABILITY ON STOCK RETURN (STUDY
ON MANUFACTURING COMPANIES LISTED ON IDX)

Oleh:
Gaes Adi Putra Tumakaka

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi


Universitas Sam Ratulangi Manado

E-mail:
gaesadiputra8896@gmail.com

Abstrak: Return saham merupakan sebuah pengembalian yang diharapkan atas investasi yang dilakukan terhadap saham
ataupun beberapa kelompok saham, melalui suatu portofolio. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh
arus kas bebas, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap return saham. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan, sehingga diperoleh 135 sampel dari 45
perusahaan manufaktur. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan alat bantu IBM SPSS
versi 20. Hasil penelitian menunjukan bahwa arus kas bebas dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
return saham, sedangkan solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Kata Kunci: arus kas bebas, profitabilitas, solvabilitas, return saham

Abstract: Stock return is an expected return from investment done on stock or some group of stocks through a portofolio.
The objective of this research is to find out the effect significance of free cash flow, profitability, and leverage on stock return.
This research is a quantitative research. Population on this research are manufacturing companies listed on Indonesia Stock
Exchange. Sampling method using purposive sampling with designated criteria, therefore, 135 sampel from 45
manufacturing companies is obtained. Data-analysing method is using multiple linear regression analysis with IBM SPSS
version 20 as tool. The result of this research show that free cash flow and profitability has positif and significance effect on
stock return, while solvability have insignificance effect on stock return

Keywords: free cash flow, profitability, solvability, stock return

1021 Jurnal EMBA


Vol.9 No.2 April 2021, Hal. 1021-1029
ISSN 2303-1174 G.A.P. Tumakaka.
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Memasuki era globalisasi, dimana perkembangan teknologi dan informasi yang cepat, persaingan dalam
dunia usaha menjadi begitu ketat. Di Indonesia sendiri, munculnya perusahaan-perusahaan baru dari berbagai
bidang usaha yang siap bersaing dengan perusahaan-perusahaan lama yang sudah lebih dulu ada. Mengingat
persaingan yang begitu ketat dalam dunia usaha, satu-satunya jalan untuk tetap bertahan dan bersaing serta
mempertahankan eksistensinya di dunia usaha yakni dengan terus tumbuh dan berkembang. Untuk terus tumbuh
dan berkembang bagi perusahaan bukanlah yang mudah. Selain itu, perusahaan membutuhkan modal yang cukup
dalam melakukan ekspansi tersebut.
Pasar modal merupakan suatu sarana yang mempertemukan investor, sebagai pihak yang memiliki
kelebihan dana, dengan perusahaan (emiten), sebagai pihak yang membutuhkan dana. Hal ini menjadikan pasar
modal suatu entitas yang menjalankan fungsi keuangan. Dalam prakteknya, perusahaan menerbitkan saham atau
surat tanda kepemilikannya, yang kemudian ditawarkan di bursa melalui suatu proses yang disebut dengan IPO
(Initial Public Offering). Selanjutnya, masyarakat sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana, dapat membeli
saham tersebut sesuai dengan harga yang berlaku saat itu. Pembelian saham oleh masyarakat bertujuan untuk
mendapatkan pengembalian (return).
Return saham adalah suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan atas investasi yang dilakukan
dalam saham atau beberapa kelompok saham melalui suatu portofolio (Martono, 2017). Return saham sendiri
terdiri atas capital gain (loss) dan juga dividen. Capital gain (loss) sendiri merupakan selisih antara harga saham
yang berlaku saat ini dengan dengan harga saham yang berlaku saat pembelian.
Sebagaimana pasar pada umumnya, saham sebagai salah satu instrumen yang diperdagangkan, bergantung
pada fluktuasi harga yang terjadi. Hal ini merupakan suatu resiko bagi investor karena perubahan harga saham
yang dapat terjadi sewaktu waktu menyebabkan munculnya suatu situasi ketidakpastian. Oleh karena itu,
diperlukan suatu metode untuk menganalisis suatu saham, sehingga resiko yang ada dapat diminimalisir.
Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan sumber informasi utama mengenai kinerja suatu
perusahaan. Oleh karena itu, dalam menganalisis suatu saham, laporan keuangan merupakan objek yang paling
vital untuk diteliti. Dalam sebuah laporan keuangan, arus kas merupakan komponen yang sangat penting untuk
diperhatikan. Arus kas bebas merupakan arus kas yang bebas digunakan oleh manajemen untuk pembiayaan
operasi perusahaan. Oleh karena itu, tingginya arus kas bebas menandakan besarnya jumlah kas yang tersedia,
yang dapat secara diskresioner dimanfaatkan oleh manajemen.
Laba bersih (Net Income) adalah tolak ukur keseluruhan kesuksesan perusahaan. Laba bersih merupakan
selisih lebih antara pendapatan dengan beban perusahaan, yang kemudian dikurangi dengan pajak yang harus
dibayarkan kepada pemerintah. Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam mengukur profitabilitas suatu perusahaan. Net Profit Margin adalah rasio yang membandingkan
jumlah laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan jumlah pendapatan perusahaan tersebut. Net Profit Margin
merupakan rasio yang memberikan gambaran mengenai seberapa efisien laba bersih bisa diperoleh. Dikatakan
efisien, karena net profit margin sangat dipengaruhi oleh jumlah beban yang dihasilkan perusahaan selama
operasinya.
Selain kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas), solvabilitas juga merupakan
indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan. Solvabilitas merupakan kemampuan
perusahaan dalam melunasi liabilitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Hal ini dapat diukur dengan cara
menghitung Debt to Equity Ratio (DER). Debt to equity ratio adalah perbandingan seluruh hutang dengan modal
yang dimiliki, dan sumber pendanaan liabilitas perusahaan.

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah Arus Kas Bebas berpengaruh terhadap Return saham;
2. Untuk mengetahui apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Return saham;
3. Untuk mengetahui apakah Solvabilitas berpengaruh terhadap Return saham.

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Sinyal
Teori sinyal menjelaskan bahwa perusahaan memiliki dorongan untuk memberikan informasi laporan
keuangan terhadap pihak eksternal (Geriadi, 2017). Dalam teori sinyal, sebuah laporan keuangan dianggap relevan

1022 Jurnal EMBA


Vol.9 No.2 April 2021, Hal. 1021-1029
ISSN 2303-1174 G.A.P. Tumakaka.
apabila laporan keuangan tersebut mampu memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengambil keputusan (Velayati, 2018).

Pengembalian Saham
Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis yang menjadi
alat untuk mengukur kinerja perusahaaan dan sebagai dasar proyeksi return dan risiko di masa mendatang (Firanti,
2018).

Arus Kas Bebas


Arus kas bebas merupakan adalah kelebihan arus kas yang dibutuhkan untuk membiayai seluruh proyek
perusahaan dengan nilai bersih. Arus kas bebas yang tinggi menandakan bahwa kinerja perusahaan baik, karena
dengan adanya arus kas bebas menandakan ketersediaan dana untuk didistribusikan kepada pemegang saham
sebagai deviden (Hapsari, 2019).

Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal perusahaan
(Hery, 2016). Ada beberapa macam rasio yang digunakan dalam mengukur profitabilitas, salah satu diantaranya
adalah Net Profit Margin. Net Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase
laba bersih atas penjualan bersih (Hery, 2016).

Solvabilitas
Solvabilitas atau yang disebut juga leverage, adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam
menyelesaikan liabilitas atau kewajiban perusahaan (Hery, 2016). Debt to Equity Ratio adalah rasio yang
menunjukan perbandingan antara total liabilitas perusahaan dengan total ekuitas perusahaan (Hery, 2016).

Penelitian Terdahulu
Montoliang, Fedro Christian (2018) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Free Cash Flow dan
Economic Value Added terhadap Return Saham (Studi pada saham perusahaan yang tercatat aktif dalam LQ45 di
BEI periode 2015-2017). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh arus kas bebas dan economic value
added terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukan bahwa arus kas bebas berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
Salsabilla (2020) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Cash Ratio, Return on Assets, dan Net Profit
Margin Terhadap Return Saham (Survey pada Perusahaan Food and Baverages yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2018). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh cash ratio, return on assets,
dan net profit margin terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukan bahwa Net Profit Margin berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
Rahmawati (2020) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Current Ratio, Free Cash Flow, Debt to Equity
Ratio, Return on Equity, dan Earning Per Share Terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan yang
Terdaftar Tetap dalam Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh current ratio, free cash flow, debt to equity ratio, return on equity, dan earning per share
terhadap return saham.

Kerangka Konseptual

Free cash flow


H1
Profitabilitas Return Saham
H2

Solvabilitas H3

Gambar 1. Kerangka Konseptual


Sumber: Kajian Teori, 2019

1023 Jurnal EMBA


Vol.9 No.2 April 2021, Hal. 1021-1029
ISSN 2303-1174 G.A.P. Tumakaka.
Hipotesis Penelitian
H1 : Arus kas bebas berpengaruh positif terhadap Return Saham
H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Return Saham
H3 : Solvabilitas berpengaruh negatif terhadap Return Saham

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kuantitatif kausal. Jenis
penelitian ini digunakan karena penelitian ini berusaha untuk mengukur signifikansi pengaruh yang diberikan
variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengukuran inilah yang nantinya menguji setiap
hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya, dan dari pada itu, kesimpulan dapat diperoleh.

Populasi, Besaran Sampel, dan Teknik Sampling


Populasi dalam penelitian ini adalah saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Besaran sampel dalam penelitian ini adalah 45 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling dengan teknik
purposive sampling.

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah pengujian yang bertujuan menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau
variabel, apakah data tersebut terdistribusi dengan normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika hasil pengujian ini menunjukan bahwa nilai signifikansi lebih besar
dari 0.05, maka data dapat disimpulkan terdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas adalah pengujian yang bertujuan mengukur tingkat keeratan hubungan antar
variabel independen. Jika variabel-variabel independen memiliki korelasi yang erat, maka koefisien parsial regresi
tidak terukur dengan baik, karena perubahan kecil pada data dari sampel ke sampel akan menyebabkan perubahan
drastis pada koefisien parsial regresi. Dalam penelitian ini, multikolinearitas dideteksi dengan melihat nilai
Tolerance dan Variance Inflating Factor (VIF), dimana jika nilai tolerance > 0.1 dan VIF < 10, maka penelitian
bebas dari indikasi multikolinearitas.

Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel independen pada periode tertentu
dengan variabel lainnya. Pengujian autokorelasi dilakukan menggunakan nilai Durbin-Watson.

Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk memprediksi heteroskedastisitas pada suatu model
dapat dilihat dengan pola gambar scatterplot. Apabila tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar
diatas dan dibawah serta disekitar angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Pengujian Hipotesis
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji t atau uji parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen. Uji t dapat dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel,
atau dengan kolom signifikansi pada masing-masing t hitung. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil uji t adalah:
1. Bila t hitung > t tabel, maka model signifikan. Hal ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari
alpha.
2. Bila t hitung < t tabel, maka model tidak signifikan. Hal ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih besar
dari alpha.

1024 Jurnal EMBA


Vol.9 No.2 April 2021, Hal. 1021-1029
ISSN 2303-1174 G.A.P. Tumakaka.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Gambaran Umum Objek Penelitian
Pada 10 Agustus 1977, Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. Bursa Efek Jakarta
dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Kemudian, pada 16 Juni 1989, Bursa Efek
Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek
Surabaya, yang nantinya bergabung dengan Bursa Efek Jakarta dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia.
Pada operasinya, Bursa Efek Jakarta menggunakan system perdagangan yang bernama JATS-NextG yang
disediakan OMX.

Hasil Deskripsi Data


Dalam penelitian ini peneliti mengkaji laporan keuangan dari beberapa sampel perusahaan. Yang menjadi
objek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta
mempublikasikan laporan keuangan tahunan mulai tahun 2017-2019. Selain itu, dalam pemilihan sampel,
ditetapkan kriteria yaitu perusahaan tidak mengalami kerugian, yang dilihat melalui laporan keuangan yang
diambil. Dalam penelitian ini, sampel yang dipilih dan memenuhi kriteria adalah sebanyak 135 sampel dari 45
perusahaan. Adapun daftar perusahaan tersebut, sebagai berikut:
Tabel 1. Profil Perusahaan yang terpilih
Kode Nama Perusahaan Subsektor
No
1 ADES PT Akasha Wira International Tbk. Makanan dan Minuman
2 ASII Astra International Tbk. Otomotif dan Komponen
3 AUTO Astra Otoparts Tbk. Otomotif dan Komponen
4 BOLT PT Garuda Metalindo Tbk. Otomotif dan Komponen
5 BUDI PT Budi Starch & Sweetener Tbk. Makanan dan Minuman
6 CAMP PT Campina Ice Cream Industry Tbk. Makanan dan Minuman
7 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. Makanan dan Minuman
8 CINT PT. Chitose Internasional Tbk. Peralatan Rumah Tangga
9 CLEO PT Sariguna Primatirta Tbk. Makanan dan Minuman
10 DLTA Delta Djakarta Tbk. Makanan dan Minuman
11 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. Farmasi
12 GGRM PT Gudang Garam Tbk. Produsen Tembakau
13 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Produsen Tembakau
14 HOKI PT Buyung Poetra Sembada Tbk. Makanan dan Minuman
15 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Makanan dan Minuman
16 IGAR PT Champion Pacific Indonesia Tbk. Plastics and Packaging
17 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. Makanan dan Minuman
18 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Pulp dan Kertas
19 INTP PT IndoSemen Tunggal Prakarsa Tbk. Semen
20 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk. Plastics and Packaging
21 ISSP PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk. Produk Metal dan sejenis
22 KAEF Kimia Farma Tbk. Farmasi
23 KINO PT Kino Indonesia Tbk. Kosmetik dan lainnya
24 KLBF Kalbe Farma Tbk. Farmasi
25 LION Lion Metal Works Tbk. Produk Metal dan sejenis
26 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk. Makanan dan Minuman
27 MYOR Mayora Indah Tbk. Makanan dan Minuman
28 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk. Produk Metal dan sejenis
29 PYFA Pyridam Farma Tbk. Farmasi
30 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. Makanan dan Minuman
31 SIDO PT Sido Muncul Tbk. Farmasi
32 SKLT Sekar Laut Tbk. Makanan dan Minuman

1025 Jurnal EMBA


Vol.9 No.2 April 2021, Hal. 1021-1029
ISSN 2303-1174 G.A.P. Tumakaka.
33 SMBR PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. Semen
34 SRSN Indo Acidatama Tbk. Bahan Kimia
35 STTP PT Siantar Top Tbk. Makanan dan Minuman
36 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk. Makanan dan Minuman
37 TCID Mandom Indonesia Tbk. Kosmetik dan lainnya
38 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk. Farmasi
39 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk. Makanan dan Minuman
40 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk. Bahan Kimia
41 UNVR Unilever Indonesia Tbk. Kosmetik dan lainnya
42 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk. Produsen Tembakau
43 WOOD PT Integra Indocabinet Tbk. Peralatan Rumah Tangga
44 WSBP PT Waskita Beton Precast Tbk. Semen
45 WTON PT Wijaya Karya Beton Tbk. Semen
Sumber: www.idx.co.id

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, normalitas data di uji menggunakan uji statistik one sample Kolmogorov-Smirnov
dengan bantuan IBM SPSS 20, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov
Arus Kas Bebas NPM DER Return Saham
N 135 135 135 135
Normal Mean 5,1902 2,7472 7,9464 ,8410
Parametersa,b Std. Deviation 1,12139 1,14279 3,16437 5,51751
Most Absolute 0,088 0,093 0,103 0,083
Extreme Positive 0,051 0,093 0,103 0,076
Differences Negative -0,088 -0,040 -0,078 -0,083
Kolmogorov-Smirnov Z 1,020 1,084 1,198 0,966
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,249 0,190 0,113 0,308
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari tabel 2, hasil pengujian normalitas data untuk setiap variabel menunjukan nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05. Oleh karena itu, data dianggap berdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas
Berikut hasil uji multikolinearitas pada tabel berikut:
Tabel 3. Uji Multikolinearitas
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1,141 2,439
Arus Kas Bebas 1,117 ,457 ,227 ,806 1,241
NPM 1,490 ,449 ,309 ,803 1,245
DER ,176 ,146 ,101 ,987 1,013
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari table 3, hasil pengujian statistic kolinearitas menunjukan nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 untuk
setiap variabel. Selain itu, nilai Variance Inflation Factor (VIF) menunjukan nilai lebih kecil dari 10,00. Dari hasil
yang ditunjukan, varibel dapat dikatakan bebas dari multikolinearitas.

Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan uji autokorelasi Durbin-Watson, dengan hasil sebagai berikut:

1026 Jurnal EMBA


Vol.9 No.2 April 2021, Hal. 1021-1029
ISSN 2303-1174 G.A.P. Tumakaka.
Tabel 4. Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .299a .090 .069 5.32473 1.937
a. Predictors: (Constant), DER, Arus Kas Bebas, NPM
b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber: data sekunder yang diolah

Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi
heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dilakukan menggunakan scatterplot.

Gambar 2. Scatterplot
Sumber: Hasil olah data sekunder, 2019

Dari gambar 2 diatas, terlihat titik-titik yang menyebar dan tidak membentuk pola tertentu. Selain itu, titik-titik
juga menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. dengan demikian, ditarik kesimpulan bahwa model
regresi tidak terjadi gejala heterokedastisitas.

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji T)


Berikut hasil uji t pada tabel berikut:
Tabel 5. Uji T
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 1,141 2,439 ,468 ,641
Arus Kas Bebas 1,117 ,457 ,227 2,444 ,016
NPM 1,490 ,449 ,309 3,318 ,001
DER ,176 ,146 ,101 1,206 ,230
a. Dependent Variable: Return Saham
Sumber: data sekunder yang diolah

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah Arus Kas Bebas berpengaruh positif terhadap Return
Saham. Dari hasil penelitian, didapati hasil thitung = 2,444 lebih besar dari ttabel = 1,978 dengan nilai signifikansi
0,01 < 0,05. Dengan demikian, H1 diterima yang artinya Arus Kas Bebas berpengaruh positif terhadap Return
Saham. Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Return Saham.
Dari hasil penelitian, didapati hasil thitung = 3,318 lebih besar dari ttabel = 1,978 dengan nilai signifikansi 0,001 <
0,05. Dengan demikian, H2 diterima yang artinya Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Return Saham.
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah Solvabilitas berpengaruh negatif terhadap Return Saham. Dari hasil

1027 Jurnal EMBA


Vol.9 No.2 April 2021, Hal. 1021-1029
ISSN 2303-1174 G.A.P. Tumakaka.
penelitian, didapati hasil thitung = 1,206 lebih kecil dari ttabel = 1,978 dengan nilai signifikansi 0,23 > 0,05. Dengan
demikian, H3 ditolak yang artinya Solvabilitas tidak berpengaruh terhadap Return Saham.

Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis regresi linear berganda adalah analisis untuk mengetahui arah hubungan antara dua atau lebih
variabel independen dengan variabel dependen, apakah variabel independen masing-masing berhubungan positif
atau negatif dan memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan
atau penurunan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS 20. Berdasarkan
tabel 4.6, rumus yang persamaan yang didapat adalah sebagai berikut:
Y = 1,141 + 1,117X1 + 1,490X2 + 0,176X3
Dari hasil persamaan regresi diatas dapat dijelaskan bahwa nilai kontanta sebesar 1,141 yang dapat diartikan
bahwa jika pada perusahaan nilai Arus Kas Bebas, Profitabilitas, dan Solvabilitas sama dengan 0, maka Return
Saham memiliki nilai 1,141. Untuk variabel Arus Kas Bebas (X1) koefisien regresinya bernilai positif, yang
bermakna jila Arus Kas Bebas meningkat 1%, maka Return Saham akan menigkat 1,12. Untuk variabel
Profitabilitas (X2) koefisien regresinya bernilai positif, yang bermakna jila Profitabilitas meningkat 1%, maka
Return Saham akan menigkat 1,49. Untuk variabel Solvabilitas (X3) koefisien regresinya bernilai positif, yang
bermakna jila Solvabilitas meningkat 1%, maka Return Saham akan menigkat 0,17.

Pembahasan
Pengaruh Arus Kas Bebas Terhadap Return Saham
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan sebelumnya, ditemukan bahwa variabel arus kas bebas
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Return Saham. Dari hasil penelitian, terlihat jika semakin
tinggi nilai arus kas yang dimiliki perusahaan, maka return saham perusahaan tersebut semakin besar, dikarenakan
capital gain dari saham semakin besar. Hal ini terjadi karena perusahaan dapat menggunakan arus kas bebas
secara diskresioner seperti, akuisisi, pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan, pembayaran hutang, dan
pembayaran dividen (Montoliang, 2018). Tindakan-tindakan inilah yang kemudian menjadi sinyal positif bagi
investor di bursa. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Firanti (2018) yang
menemukan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara arus kas bebas dan return saham.

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Return Saham


Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan sebelumnya, ditemukan bahwa variabel profitabilitas
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham. Hal ini dikarenakan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba merupakan analisis fundamental yang dilakukan oleh investor sebelum melakukan
aktifitas investasi. Lebih lanjut, net profit margin merupakan pengaruh yang positif terhadap return saham. Hal
ini disebabkan karena sumber pendapatan utama dari perusahaan manufaktur adalah penjualan barang jadi
(Salsabila, 2020). Oleh karena itu, net profit margin yang tinggi menandakan perusahaan mampu untuk beroperasi
dengan efektif dan efisien. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Salsabila
(2020), yang menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara net profit margin terhadap
perusahaan food and beverages.

Pengaruh Solvabilitas Terhadap Return Saham


Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan sebelumnya, ditemukan bahwa variabel solvabilitas memiliki
tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Dari hasil penelitian, semakin besar nilai debt to equity,
return saham semakin meningkat, namun dalam jumlah yang kecil. Investor cenderung tetap berinvestasi pada
perusahaan dengan tingkat liabilitas yang tinggi, dengan harapan liabilitas tersebut bersifat produktif. Hasil
penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2020), yang menemukan bahwa
solvabilitas berpengaruh positif, namun tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur
sektor food and beverages.

PENUTUP

Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa arus kas bebas secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
return saham.

1028 Jurnal EMBA


Vol.9 No.2 April 2021, Hal. 1021-1029
ISSN 2303-1174 G.A.P. Tumakaka.
2. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa profitabilitas secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
return saham.
3. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa solvabilitas secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap return saham.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian ini, saran yang dapat diberikan untuk penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan, agar dapat memperhatikan efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan. Selain itu,
perusahaan diharapkan melakukan manajemen laba sehingga volatilitas laba tidak terlalu signifikan, karena
dapat mempengaruhi respon pasar yang beragam.
2. Bagi investor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan
investasi, terlebih dalam melakukan analisa fundamental terhadap emiten-emiten yang ada.
3. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat meneliti variabel-variabel lain yang dapat secara signifikan
mempengaruhi pengembalian saham, sehingga terdapat gambaran yang lebih jelas terhadap pergerakan harga
saham beserta pengembalian saham.

Daftar Pustaka

Firanti, E., dan Rahayu, Y. 2018. Pengaruh Arus Kas Bebas Dan Laba Bersih Terhadap Return Saham Perusahaan
Consumer Goods. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 7, No. 10.
http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/index.php/jira/article/download/220/222. Diakses 11 April 2020.

Geriadi, M. A. D, dan Wiksuana, I. G. B. 2017. Pengaruh Inflasi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Resiko Sistematis dan Profitabilitas
sebagai Variabel Mediasi. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 6, No. 9.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/EEB/article/download/33381/20364. Diakses 11 April 2020.

Hapsari, Ratih K. 2019. Pengaruh Likuiditas Saham, Arus Kas Bebas, Laba Bersih, dan Risiko Sistematis
Terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2014-2017). http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/73212. Diakses 15 April 2020.

Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Ketiga. Grasindo. Jakarta.

Montoliang, F. C. 2018. Pengaruh Free Cash Flow dan Economic Value Added terhadap Return Saham (Studi
pada saham perusahaan yang tercatat aktif dalam LQ45 di BEI periode 2015-2017). Jurnal Akuntansi.
Vol. 10, No. 2. https://journal.maranatha.edu/index.php/jam/article/view/1088. Diakses pada 11 April
2020.

Rahmawati, Isnaini Nur. 2020. Pengaruh Current Ratio, Free Cash Flow, Debt to Equity Ratio, Return on Equity,
dan Earning Per Share Terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar Tetap
dalam Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018).
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/82975. Diakses 15 April 2020

Salsabila, N. D. 2020. Pengaruh Cash Ratio, Return on Assets Dan Net Profit Margin Terhadap Return Saham
(Survey Pada Perusahaan Food and Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-
2018). http://repositori.unsil.ac.id/id/eprint/1779. Diakses 10 April 2020.

Putri, A. P., Hutagalung, J., Octavia, V., dan Virginia, C. 2020. Analysis of Stock Market Returns: Study of
Consumer Goods Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange. Soshum: Jurnal Sosial dan
Humaniora. Vol. 10, No. 3. http://ojs.pnb.ac.id/index.php/SOSHUM/article/view/1963. Diakses 2
Desember 2020.

Velayati, Ali A. 2018. Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan,
dan kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
BEI tahun 2014-2016). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Banyumas.
http://repository.ump.ac.id/7562/

1029 Jurnal EMBA


Vol.9 No.2 April 2021, Hal. 1021-1029
PENGARUH KOMPONEN ARUS KAS DAN TOTAL ARUS KAS
TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI)

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana
Jurusan Akuntansi

Oleh:
LINGGAR PALUPI
2017310793

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


PERBANAS SURABAYA
2021
PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Nama : Linggar Palupi


Tempat, Tanggal Lahir : Banyuwangi, 06 Maret 1999
NIM : 2017310793
Program Studi : Akuntansi
Program Pendidikan : Sarjana
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan
Judul : Pengaruh Komponen Arus Kas Dan Total Arus Kas Terhadap

Return Saham Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Disetujui dan diterima baik oleh :

Dosen Pembimbing,
Tanggal :

(Agustina Ratna Dwiati, SE., MSA)


NIDN : 0731088604

Ketua Program Studi Sarjana Akuntansi


Tanggal :

(Dr. Nanang Shonhadji, S.E., Ak., M.Si., CA., CIBA., CMA)


NIDN: 0731087601
PENGARUH KOMPONEN ARUS KAS DAN TOTAL ARUS KAS TERHADAP
RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Linggar Palupi
STIE Perbanas Surabaya
Email: 2017310793@students.perbanas.ac.id

ABSTRACT

This research was conducted based on the phenomenon of a decline in the performance of the
manufacturing sector index from early 2019 to the end of 2019 as well as inconsistent results
from previous research. This study aims to examine the effect of cash flow components and total
cash flow on stock returns. The research sample is a manufacturing company listed on the
Indonesia Stock Exchange in the 2015-2019 period. The data analysis method used in this
research is descriptive statistical analysis, classical assumption test and multiple linear
regression analysis. The results showed simultaneously operating cash flow, investment cash
flow, financing cash flow, and total cash flow did not have a significant effect on stock returns.
Partially, operating cash flow, investment cash flow, financing cash flow and total cash flow
have no significant effect.

Keywords: Operating Cash Flow, Investment Cash Flow, Funding Cash Flow, Total Cash Flow

yang harus diperhatikan oleh investor dalam


PENDAHULUAN berinvestasi pada saham perusahaan. Hal ini
Pasar modal merupakan salah satu
berkaitan dengan tujuan investor yang ingin
sumber pendanaan dan sebagai sarana
mendapatkan return saham atas investasi
investasi perusahaan dan menjadi perantara
tersebut. Return yang didapatkan oleh
antara investor dengan perusahaan melalui
investor adalah dividen dan capital gain.
transaksi surat berharga. Kondisi pasar
Dividen merupakan bagian laba bersih
modal sering kali berfluktuaktif khususnya
perusahaan yang dibagikan kepada
pada transaksi saham. Hal ini dipengaruhi
pemegang saham.
oleh dua faktor yaitu faktor ekternal dan
Capital gain adalah selisih dari harga
faktor internal. Salah satu faktor internal
jual saham dengan harga beli saham. Return
yang mempengaruhi pasar modal adalah
saham menunjukkan nilai suatu perusahaan
faktor fundamental perusahaan.
yang digunakan sebagai indeks efektifitas
Faktor fundamental merupakan
perusahaan. Saat perusahaan dinilai
gambaran kinerja keuangan dari suatu
mempunyai kinerja yang baik serta nilai
perusahaan. Faktor ini merupakan faktor
1
perusahaan yang tinggi oleh investor akan dimasa depan bagi investor yang nantinya
semakin tinggi harga saham perusahaan akan mempengaruhi harga saham dan return
tersebut dan sebaliknya (Sarifudin & Manaf, saham.
2016). Investor membutuhkan sumber Arus kas investasi adalah transaksi
informasi untuk melihat kinerja perusahaan kas untuk pembelian dan penjualan dari aset
dalam pengambilan keputusan dari laporan yang sifatnya permanen. Rasio ini
keuangan perusahan. memberikan informasi kemampuan
Salah satu informasi dalam laporan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan
keuangan yang digunakan investor dalam dan arus kas di masa depan. Arus kas
menilai kinerja perusahaan adalah arus kas. investasi dapat menambah pendapatan
Laporan arus kas memberikan informasi perusahaan. Saat investor mengetahui bahwa
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan memiliki arus kas investasi yang
selama periode pelaporan. Komponen arus tinggi akan memberikan sinyal positif dan
kas ada tiga bagian, yaitu arus kas operasi, menarik perhatian investor tersebut untuk
arus kas investasi dan arus kas pendanaan. berinvestasi dipasar modal yang berdampak
Laporan Arus kas merupakan laporan pada perubahan return saham.
penerimaan dan pengeluarakan kas selama Arus kas pendanaan yaitu arus kas
periode tertentu yang berasal dari arus kas yang mencakup transaksi dan peristiwa yang
operasi, arus kas investasi dan arus kas melibatkan pos-pos kewajiban sehingga
pendanaan. Arus kas digunakan untuk mengakibatkan perubahan dalam jumlah
mengevaluasi operasi masa lalu dan dalam serta komposisi modal dan pinjaman
merencanakan aktivitas investasi serta perusahaan (Endang Masitoh W. et al.,
pembiayaan di masa depan (Dini Kafanila, 2015). Informasi yang terkandung dalam arus
2018). Jika total arus kas perusahaan baik kas pendanaan dapat digunakan untuk
dan tinggi serta mencerminkan bahwa memprediksi klaim terhadap arus kas masa
mampu membayar kewajibannya dari kas depan oleh para pemasok modal perusahaan
yang dihasilkan menggambarkan kinerja (Yocelyn & Christiawan, 2012). Aktivitas
yang baik akan mempengaruhi nilai pendanaan seperti penerbitan obligasi atau
perusahaan dan menjadi sinyal yang baik saham baru dapat meningkatkan struktur
untuk investor dalam mengambil keputusan modal perusahaan yang nantinya
untuk berinvestasi pada saham perusahaan memberikan sinyal yang baik untuk investor
tersebut. bertransasksi pada pasar modal yang akan
Arus kas operasi merupakan arus kas mempengaruhi return saham.
dari penerimaan dan pembayaran kas dari Penelitian ini bertujuan untuk
aktivitas operasi. Arus kas ini mencerminkan mengkaji lebih jauh tentang pengaruh
informasi kepada pihak eksternal apakah komponen arus kas dan total arus kas
suatu perusahaan dapat menghasilkan arus terhadap return saham. Alasan memilih judul
kas yang cukup untuk memelihara ini karena laporan arus kas merupakan hal
operasional perusahaan, membayar dividen penting dalam bisnis perusahaan. Hal ini
serta melakukan investasi tanpa karena laporan arus kas menjelasakan
mengandalkan sumber pendanaan dari luar. pemasukan dan pengeluaran kas perusahaan
Jika arus kas operasi dari suatu perusahaan dimana hal itu harus dikontrol agar tidak
tinggi maka informasi ini akan memberikan merugikan perusahaan. Saat arus kas
sinyal positif mengenai kinerja perusahaan perusahaan stabil, bisnis perusahaan juga

2
akan lancar dan pandangan investor terhadap Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo),
perusahaan menjadi baik. Selain itu peneliti pada Januari hingga November 2019
memilih judul ini berdasarkan hasil penjualan mobil nasional mencapai 940.362
penelitian yang tidak konsisten dan unit atau menurun sebesar 11,57 persen
fenomena yang terjadi pada perusahaan dibandingkan dengan tahun 2018 yang
manufaktur di tahun 2019. mencapai 1,06 juta unit mobil (Kontan.co.id,
Menurunnya kinerja indeks sektor 2019). Penurunan permintaan barang
manufaktur sejak awal tahun 2019. Beberapa produksi yang mengakibatkan menurunnya
saham yang menunjukkan penurunan adalah aktivitas perusahaan seperti ekspor dan
saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) penjualan kendaraan dalam negeri dapat
yang melemah sebesar 8,31 persen sejak mempengaruhi laporan keuangan yang
awal tahun, saham PT Astra International mencerminkan kinerja perusahaan. Jika
Tbk (ASII) yang terkoreksi 15,81 persen kinerja perusahaan semakin baik, maka
year to date, saham PT Sri Rejeki Isman Tbk keuntungan yang dihasilkan juga akan
(SRIL) menurun sebesar 27,37 persen sejak meningkat, hal ini akan mempengaruhi
awal tahun serta dua saham emiten rokok return saham.
terbesar yaitu PT Gudang Garam Tbk
(GGRM) dan PT Hanjaya Mandala LANDASAN TEORI DAN
Sampoerna Tbk (HMSP) telah menurun PENGEMBANGAN HIPOTESIS
masing-masing 36,50 persen dan 43,40
persen sejak awal tahun. Menurut Analis NH Teori Sinyal (Signalling theory)
Korindo Meilky Darmawan, hal ini terjadi Teori sinyal merupakan tindakan
karena menurunnya permintaan barang manajemen perusahaan yang akan memberi
produksi di dakam negeri. Selain itu, sinyal pada investor mengenai bagaimana
penjualan ekspor pada semester I-2019 juga manajemen memandang suatu prospek masa
fluktuatif, ketika memasuki semester II-2019 depan suatu perusahaan (Scott, 2012, p. 475).
pada Oktober 2019 kinerja ekspor Teori ini menjelaskan bagaimana seharusnya
mengalami penurunan yang tajam. perusahaan mengirim sinyal kepada
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pemangku kepentingan. Hubungan teori
(BPS), ekspor pada Oktober 2019 sinyal dengan variabel yang digunakan dalam
mengalami kenaikan 5,92 persen secara penelitian, dapat membantu manajemen
month on month (mom) menjadi US$ 14,93 perusahaan dan pemangku kepentingan
miliar, namun angka menurun dibandingkan dalam mengurangi asimetri informasi dengan
dengan realisasi ekspor pada Oktober 2018 menyediakan informasi keuangan yang
yaitu mencapai US$ 15,8 miliar. akurat.
Faktor lain dari penurunan sektor Dalam penelitian ini perusahaan
manufaktur juga diakibatkan adanya memberikan sinyal kepada pengguna laporan
sentiment kenaikan cukai rokok pada dua keuangan berupa informasi laporan arus kas
emiten rokok yaitu HMSP dan GGRM. yang terdiri dari arus kas operasi, arus kas
Selain ekspor dan kenaikan cukai rokok, investasi dan arus kas pendanaan dan
penurunan penjualan kendaraan dalam informasi mengenai return saham. Informasi
negeri juga menyebabkan melemahnya tersebut diterjemahkan menjadi sinyal yang
kinerja indeks sektor manufaktur. baik bagi investor jika arus kas operasi dan
Berdasarkan data Gabungan Industri arus kas pendanaan meningkat, arus kas

3
investasi menurun yang menandakan Dalam laporan arus kas, penerimaan dan
aktivitas investasi perusahaan aktif serta pembayaran kas diklasifikasikan menjadi tiga
return saham yang tinggi akan komponen yaitu, arus kas operasi, arus kas
memperlihatkan pada investor bahwa kinerja investasi dan arus kas pendanaan.
perusahaan baik, sehingga hal tersebut dapat Arus kas operasi merupakan
mempengaruhi keputusahan investor dalam ringkasan penerimaan dan pembayaran kas
berinvestasi. Informasi akan diterjemahkan yang berasal dari aktivitas operasi
sebagai sinyal yang buruk ketika informasi perusahaan (Warren, 2017, p. 21). Menurut
arus kas operasi dan arus kas pendaaan PSAK No. 2 2009, arus kas operasi pada
menurun, arus kas investasi meningkat yang umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa
menandakan perusahaan menjual beberapa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau
asetnya serta return saham yang rendah pada rugi bersih. Informasi arus kas operasi sangat
perusahaan, hal itu akan membuat investor diperlukan oleh investor untuk menilai
memandang kinerja perusahaan buruk. perusahaan dapat menjalankan
Tanggapan para investor terhadap sinyal operasionalnya dengan baik atau tidak serta
positif dan negative sangat mempengaruhi dapat digunakan untuk memprediksi arus kas
kondisi pasar, mereka akan bereaksi dengan operasi di masa depan.
berbagai cara dalam menanggapi sinyal Arus kas investasi adalah arus kas
tersebut seperti memburu saham dijual (Sri yang berhubungan dengan transaksi kas
Handini, 2020, p. 90). untuk pembelian dan penjualan dari asset
yang sifatnya permanen (Warren, 2017, p.
Laporan Arus Kas 21). Menurut PSAK N0. 2 Tahun 2009, arus
Laporan arus kas merupakan kas investasi menggambarkan pengeluaran
ringkasan dari penerimaan dan pembayaran yang sudah terjadi untuk sumbe daya yang
kas untuk periode waktu tertentu, seperti memiliki tujuan menghasilkan pendapatan
satu bulan atau satu tahun (Warren, 2017, p. dan arus kas di masa depan.
17). Laporan ini mencerminkan besarnya Arus kas pendanaan adalah ringkasan
kenaikan dan penurunan bersih kas dari transaksi kas yang berhubungan dengan
seluruh aktivitas selama periode berjalan investasi kas oleh pemilik, peminjam, dan
serta saldo kas yang dimiliki perusahaan penarikan kas oleh pemilik (Warren, 2017, p.
sampai dengan akhir periode. Laporan arus 21). Arus kas pendanaan berkaitan dengan
kas dapat digunakan investor untuk kegiatan yang meliputi pemerolehan dana
mengetahui kinerja perusahaan selama dari pemilik dan pemberian imbalan (return
periode tertentu serta sebagai alat prediksi on), dan kembalian (return of) investasi
arus kas perusahaan di masa depan. perusahaan, peminjaman uang dan
Laporan arus kas memberikan pembayaran jumlah yang dipinjam, atau
informasi yang memungkinkan penggunanya penyelesaian utang tersebut dengan cara lain
untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva serta pemerolehan dan pembayaran sumber
berish perusahaan, struktur keuangan, dan dana lain yang diperoleh dari kreditor atas
kemampuan perusahaan dalam kredit jangka Panjang (Suwardjono, 2005, p.
menghasilkan kas (Sopini, 2016). Selain itu, 186).
laporan ini dapat digunakan investor untuk
menilai tingkat likuiditas perusahaan dalam Return Saham
menghasilkan laba (Rizal & Ana, 2016). Return adalah keuntungan yang
diperoleh perusahaan, individu, dan institusi
4
dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan memiliki cukup informasi mengenai arus kas
(Fahmi, 2012, p. 189). Return dapat berupa pendanaan suatu perusahaan yang akan
return realisasian yang sudah terjadi atau mempengaruhi permintaan dan penawaran
return ekspetasian yang belum terjadi tetapi saham perusahaan dan berdampak pada
yang diharapkan akan terjadi di masa yang perubahan harga saham pada pasar modal
akan mendatang (Hartono, 2016, p. 263). dan return saham. Informasi tersebut akan
Return realisasi merupakan imbal hasil yang diterjemahkan sebagai sinyal baik atau buruk
telah terjadi. Return realisasi sangat penting oleh investor dalam mengambil keputusan
bagi investor karena return ini dapat investasi. Informasi arus kas operasi akan
digunakan menjadi dasar penentu return diterjemahkan menjadi sinyal yang baik
ekspektasi serta risiko di masa depan. Return ketika jumlah kas yang dihasilkan tinggi
ekspektasi adalah imbal hasil yang yang cukup menjamin untuk melunasi
diharapkan di masa depan oleh investor. pinjaman, memelihara kemampuan operasi
Motivasi investor untuk menanamkan modal perusahaan, membayar dividen dan
dalam suatu perusahaan adalah tingkat melakukan investasi baru tanpa
return yang akan didapatkan atas penanaman mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
modal tersebut. H1 : Arus kas operasi berpengaruh
Return yang diperoleh investor atas terhadap return saham pada perusahaan
investasi pada suatu perusahaan dapat sektor manufaktur yang terdaftar di
berupa dividen dan capital gain (loss). Bursa Efek Indonesia (BEI)
Dividen merupakan bagian laba bersih
perusahaan yang dibagikan kepada Pengaruh Arus Kas Investasi terhadap
pemegang saham. Capital gain (loss) adalah Return Saham
selisih dari harga jual saham dengan harga Arus kas investasi adalah arus kas
beli saham. Capital gain dapat terjadi saat yang berhubungan dengan transaksi investasi
harga jual saham lebih besar dari harga beli yang dilakukan oleh perusahaan seperti
saham, sedangkan capital loss terjadi saat pembelian dan penjualan asset tetap dan
harga jual saham lebih kecil dari harga beli investasi (surat berharga) jangka Panjang dan
saham. jangka pendek. Arus kas ini dapat digunakan
investor untuk melihat apakah investasi
Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap perusahaan tersebut produktif atau tidak. Hal
Return Saham ini dikarenakan arus kas investasi
Arus kas operasinal merupakan arus mencerminkan penerimaan dan pengeluaran
kas yang berasal dari transaksi yang kas terkait dengan sumber daya yang
berkaitan dengan kegiatan operasional digunakan untuk menghasilkan pendapatan
perusahaan. Arus kas Operasi mencakup serta arus kas di masa depan. Teori sinyal
semua transaksi dan kejadian lain yang dapat menjelaskan hubungan arus kas
mempengaruhi laporan laba rugi. investasi return saham.
Hubungan arus kas operasi dengan Arus kas investasi dapat dijelaskan
return saham dapat dijelaskan dengan teori dengan teori sinyal ketika perusahaan
sinyal. Teori sinyal yang menjelaskan memberikan informasi arus kas investasi dan
mengenai bagaimana manajemen perusahaan informasi tersebut akan diterjemahkan
memberikan informasi kepada pihak luar menjadi sinyal baik saat arus kas ini menurun
seperti investor untuk mengurangi asimetri menandakan perusahaan melakukan investasi
informasi, yaitu dimana investor tidak yang menunjukkan adanya potensi kenaikan
5
pendapatan di masa depan. Informasi pasar yang tinggi, hal ini akan mendorong
tersebut menjadi sinyal untuk investor investor untuk tertarik berinvestasi pada
membeli atau menjual saham mereka. saham perusahaan yang akan mempengaruhi
H2 : Arus kas investasi berpengaruh harga saham perusahaaan yang nantinya
terhadap return saham pada perusahaan berimbas pada return saham (Razak &
sektor manufaktur yang terdaftar di Syafitri, 2018). Saat arus kas dari total tiga
Bursa Efek Indonesia (BEI) komponen tersebut tinggi menggambarkan
bahwa perusahaan mampu mengoptimalkan
Pengaruh Arus Kas Pendanaan terhadap sumber daya untuk aktivitias perusahaan dan
Return Saham menghasilkan keuntungan bagi perusahaan,
Arus kas pendanaan adalah arus kas informasi ini menjadi sinyal yang baik untuk
yang berkaitan dengan transaksi yang dapat menambah kepercayaan investor terhadap
mempengaruhi perubahan pinjaman dan penilaian kinerja perusahaan. Meningkatnya
ekuitas perusahaan. Aktivitas pendaan dapat kepercayaan investor akan menimbulkan
berupa perolehan sumber pendanaan dari reaksi pasar yang akan menimbulkan
pemegang saham dan pembayaran perubahan harga dan berdampak pada return
keuntungan kepada pemegang saham serta saham.
perolehan sumber pendanaan dari kreditur H4 : Total arus kas berpengaruh terhadap
dan pembayaran kembali pinjaman tersebut return saham pada perusahaan sektor
kepada kreditur. Investor akan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
menerjemahkan informasi arus kas Indonesia (BEI)
pendanaan sebagai sinyal baik ketika arus
pendanaan meningkat, semakin tinggi KERANGKA PEMIKIRAN
kepercayaan investor terhadap perusahaan.
H3 : Arus kas pendanaan berpengaruh
terhadap return saham pada perusahaan
sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI)

Pengaruh Total Arus Kas terhadap


Return Saham
Total arus kas merupakan gabungan
dari tiga komponen arus kas yaitu arus kas
operasi, arus kas investasi dan arus kas
pendaan. Hubungan total arus kas dengan METODE PENELITIAN
return saham dijelaskan dengan teori sinyal.
RANCANGAN PENELITIAN
Teori ini menjelaskan bagaiamana
Penelitian ini bertujuan untuk
seharusnya sebuah perusahaan memberikan
mengetahui pengaruh komponen arus kas dan
sinyal kepada pengguna laporan keuangan,
total arus kas terhadap return saham terhadap
dimana sinyal tersebut adalah informasi
perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar
mengenai kondisi perusahaan. Informasi
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pendekatan
tersebut dapat diterjemahkan sebagai sinyal
penelitian yang digunakan dalam penelitian
baik atau sinyal buruk oleh investor.
ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian
Perusahaan yang mempunyai arus
kuantitatif adalah kegiatan pengumpulan,
kas yang tinggi berarti mempunyai nilai
pengolahan, analisis, dan penyajian data
6
berdasarakan jumlah atau banyaknya yang investasinya. Selain itu, return saham disebut
dilakukan secara objektif untuk memecahkan pendapatan saham dan merupakan perubahan
suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis nilai atas harga saham (Ginting, 2012).
untuk mengembangkan prinsip-prinsip Dalam penelitian ini, return saham dihitung
umum (Duli, 2019, p. 3). Data yang dengan harga saham penutupan periode t
digunakan dalam penelitian adalah data dikurang dengan harga saham penutupan
sekunder yaitu laporan keuangan tahunan. periode t-1 dibagi dengan harga saham
Data sekunder merupakan data yang didapat penutupan periode t-1, harga penutupan
dan disimpan oleh orang lain yang biasanya yang digunakan pada penelitian ini adalah
merupakan data lalu atau historical harga penutupan pada akhir periode yaitu
(Wibisono, 2013, p. 119). pada tanggal 31 Desember. Return saham
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
BATASAN PENELITIAN (Ardhia Prameswari Regita Cahyani, 2019):
Terdapat beberapa batasan dalam penelitian 𝑃𝑡 − 𝑃𝑡−1
𝑅𝑖 =
ini yaitu : 𝑃𝑡−1
1. Penelitian ini hanya berfokus pada Keterangan :
empat variabel independen (X) yang Ri : Return Saham
terdiri dari arus kas operasi (X1), arus Pt : Harga saham penutupan pada
kas investasi (X2), arus kas pendanaan periode t
(X3) dan total arus kas (X4) serta Pt-1 : Harga saham penutupan pada
variabel dependen (Y) yaitu return periode t-1
saham.
2. Penelitian ini menggunakan lima Variabel Independen (X)
periode yaitu 2015-2019 pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di 1. Arus Kas Operasi
Meurut PSAK No. 2, Arus kas
Bursa Efek Indonesia (BEI).
operasi adalah jumlah arus kas yang berasal
dari aktivitas operasi perusahaan yang
VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang digunakan dalam penelitian merupakan indikator apakah aktivitas operasi
ini meliputi variabel independen (X) dan perusahaan dapat menghasilkan arus kas
variabel dependen (Y) sebagai berikut : yang cukup untuk melunasi pinjaman,
1. Variabel independen (X) yaitu arus memelihara kemampuan operasi perusahaan,
kas operasi (X1), arus kas investasi membayar dividen, dan melakukan investasi
(X2), arus kas pendanaan (X3) dan baru tanypa mengandalkan sumber
total arus kas (X4). pendanaan dari luar. Transaksi yang
2. Variabel dependen (Y) yaitu return termasuk dalam arus kas operasi yaitu,
saham. penerimaan dari pelanggan atas barang atau
jasa yang dijual, pembayaran gaji karyawan,
DEFINISI OPERASIONAL DAN pembayaran supplier, serta pembayaran
PENGUKURAN VARIABEL beban operasional lainnya. Arus kas operasi
dapat dihitung dengan rumus (Atika Yuliarti,
Variabel Dependen (Y)
2018):
Return Saham 𝐴𝐾𝑂𝑡 − 𝐴𝐾𝑂𝑡−1
𝐴𝐾𝑂 =
Return saham adalah imbal hasil 𝐴𝐾𝑂𝑡−1
yang diperoleh investor dari hasil
7
Keterangan : 4. Total Arus Kas
AKO : Arus Kas Operasi Total arus kas yang digunakan dalam
AKOt : Arus kas operasi periode t penelitian ini adalah total dari arus kas
AKOt-1 : Arus kas operasi periode t-1 operasi, arus kas investasi, dan arus kas
pendanaan. Total arus kas ini merupakan
2. Arus Kas Investasi kenaikan kas yang terjadi selama periode
Arus kas invetasi merupakan arus kas tertentu yang mengandung informasi
masuk maupun aru kas keluar yang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
berhubungan dengan aktivitas investasi kas perusahaan. Total arus kas yang
perusahaan yang betujuan untuk merupakan penjumlahan dari tiga aktivitas
menghasilkan pendapatan. Transaksi yang tersebut dapat dihitung dengan diproxy dari
termasuk dalam aktivitas investasi perubahan total arus kas pada periode t, yang
perusahaan yaitu pembelian atau penjualan merupakan selisih total arus kas sekarang
asset tetap dan investasi jangka panjang terhadap total arus kas sebelumnnya
lainnya. Arus kas investasi dapat dihitung (Widowati, 2013). Total arus kas dapat
dengan rumus (Atika Yuliarti, 2018): dihitung dengan rumus :
𝐴𝐾𝐼𝑡 − 𝐴𝐾𝐼𝑡−1 𝑇𝐴𝐾𝑡 − 𝑇𝐴𝐾𝑡−1
𝐴𝐾𝐼 = 𝑇𝐴𝐾 =
𝐴𝐾𝐼𝑡−1 𝑇𝐴𝐾𝑡−1
Keterangan : Keterangan :
AKI : Arus kas Investasi TAK : Total arus kas
AKIt : Arus kas investasi periode t TAKt : Total arus kas pada periode t
AKIT-1 : Arus kas investasi periode t-1 TAKt-1 : Total arus kas pada periode t-1

3. Arus Kas Pendanaan POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK


Arus kas pendaan berhubungan dengan PENGAMBILAN SAMPEL
perolehan sumber daya pemilik, pemberian Populasi dari penelitian adalah
pengembalian investasi, serta peminjaman perusahaan manufaktur yang terdaftar di
uang dan pembayaran pokok. Arus kas Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik
pendaan merupakan arus kas yang berguna pengambilan sampel menggunakan purposive
untuk memprediksi klaim terhadap arus kas sampling. Purposive sampling adalah teknik
masa depan oleh para pemberi dana bagi sampling yang digunakan peneliti
perusahaan, aktivitas terkait arus kas mempunyai pertimbang-pertimbangan
pendanaan meliputi hutang bank, tertentu didalam pengambilan sampelnya
menerbitkan obligasi, menerbitkan saham, atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu
dan aktivitas lainnya. Arus kas investasi (Unaradjan, 2019, p. 121). Kriteria yang
dapat dihitung dengan rumus (Atika Yuliarti, digunakan dalam pengambilan sampel
2018) : sebagai berikut :
𝐴𝐾𝑃𝑡 − 𝐴𝐾𝑃𝑡−1 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar
𝐴𝐾𝑃 =
𝐴𝐾𝑃𝑡−1 di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam
Keterangan : periode 2015-2019.
AKP : Arus kas Pendanaan
2. Perusahaan manufaktur yang
AKPt : Arus kas Pendanaan periode t
menerbitkan laporan keuangan yang telah
AKPT-1 : Arus kas Pendanaan periode t-1
diaudit pada tahun 2015-2019

8
DATA DAN METODE PENGUMPULAN TEKNIK ANALISIS DATA
DATA Dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis data berupa analisis statistik
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang deskriptif dan analisis uji hipotesis. Teknik
diperoleh dari laporan keuangan tahunan analisis data yang digunakan sebagai berikut,
perusahaan manufaktur pada periode 2015- 1. Analisis statistik deskriptif.
2. Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
2019 yang telah diaudit dan diterbikan. Data normalitas, uji autokorelasi, uji
sekunder adalah data yang diperoleh secara multikolinieritas, dan uji
tidak langsung dan diperoleh dari pihak heteroskedastisitas.
tertentu yang telah mengumpulkan data 3. Analisis regresi linier berganda.
tersebut (Slamet Riyanto, 2020, p. 127). 4. Uji hipotesis yang terdiri dari koefisien
determinasi (R2), uji F dan uji t.
Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode dokumentasi. HASIL PENELITIAN DAN
Dokumentasi adalah memperoleh data PEMBAHASAN
langsung dari tempat penelitian, meliputi Analisis Deskriptif
buku-buku yang relevan, peraturan- Dalam analisis deskriptif menjelaskan
peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film mengenai gambaran variabel penelitian yang
documenter, data yang relevan dengan meliputi data terendah, data tertinggi, rata-
penelitian (Unaradjan, 2019, p. 140). rata dan standar deviasi dari masing-masing
Sumber data yang digunakan diambil dari variabel. Analisis Deskriptif dari arus kas
Bursa Efek Indonesia melalui website operasi, arus kas investasi, arus kan
www.idx.co.id, melalui website perusahaan pendanaan dan return saham dapat dilihat
serta melalui www.finance.yahoo.com. pada table dibawah ini

Tabel 1
Hasil Analisis Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.


Deviation
AKO 537 -460.97 1242.70 11.9067 57.72618
AKI 537 -49.74 318.82 11.1312 18.90933
AKP 537 -12.83 38.04 9.2429 3.81046
TAK 537 -993.62 1865.29 11.0981 93.65774
Ri 537 9.40 10.54 9.9509 .23846
Sumber : Data output SPSS diolah
menyebabkan arus kas operasi
Berdasarkan tabel hasil analisis mempengaruhi penetapan laba atau rugi
statistic deskriptif, dapat dijelaskan sebagai bersih suatu perusahaan. Informasi arus kas
berikut: ini sangat diperlukan investor untuk
Arus kas operasi adalah arus kas menilai bagaimana perusahaan
yang dihasilkan dari aktivitas operasional menjalankan operasionalnya.
utama perusahaan yang menimbulkan Dapat diketahui dari tabel 1 yang
adanya pendapatan dan beban. Hal ini menunjukkan nilai arus kas operasi

9
minimum sebesar -460.97 yang dimiliki oleh jangka panjang juga termasuk dalam arus
perusahaan PT Jembo Cable Company Tbk kas investasi. Melalui informasi arus kas
pada tahun 2019. Nilai ini menunjukkan investasi investor dapat melihat bagaimana
bahwa pendapatan PT Jembo Cable perusahaan mengelola sumber daya untuk
Company Tbk pada tahun 2018 dari menambah pendapatan dan arus kas
aktivitas operasionalnya sangat kecil, hal ini mereka di masa depan.
dikarenakan jumlah penerimaan dari Arus kas pendanaan berisi
pelanggan dan kas yang diperoleh dari penerimaan dan pengeluaran perusahaan
operasi pada tahun 2018 lebih kecil terkait dengan transaksi yang berhubungan
dibandingkan pengeluaran aktivitas operasi dengan pos kewajiban yang nantinya
perusahaan, sehingga menghasilkan arus kas mempengaruhi perubahan dalam jumlah
operasi yang negative dan menimbulkan modal dan pinjaman perusahaan. Informasi
nilai rasio yang sangat kecil. arus kas pendanaan dapat menunjukkan
Nilai maksimum tersebut bagaimana perusahaan memperoleh dana
menunjukkan tingkat pendapatan dari untuk operasional maupun untuk
aktivitas operasional perusahaan tersebut mengembangkan perusahaan di masa
tinggi. Hal ini dikarenakan pada tahun 2015 depan. Kegiatan yang termasuk dalam arus
adanya peningkatan penerimaan dari kas pendanaan meliputi pelunasan
pelangan, kas yang diperoleh dari operasi pinjaman, penerimaan dari obligasi, wesel,
serta adanya penerimaan kas lainnya dari pinjaman jangka pendek maupun jangka
aktivitas operasi selain dari pelanggan yang panjang dan yang lain.
membuat arus kas operasi yang dihasilkan Total arus kas menunjukkan
lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. besarnya kenaikan dan penurunan bersih
Pada table tersebut juga terdapat nilai rata- kas dari seluruh aktivitas perusahaan
rata arus kas operasi dari tahun 2015-2019 selama periode berjalan. Total aru kas
sebesar 11.9067 dengan standar deviasi perusahaan terdiri dari arus kas operasi,
57.72618. Dari hasil tersebut diketahui arus kas investasi dan arus kas pendanaan.
bahwa standar deviasi lebih besar daripada Total arus kas memberikan informasi
nilai rata-rata arus kas operasi, yang kepada pengguna laporan keuangan
menunjukkan adanya variasi pada data atau mengenai arus kas yang telah dihasilkan
bersifat independen. oleh perusahaan dengan sumber daya yang
Arus kas investasi sebuah mereka miliki. Dari informasi tersebut,
perusahaan merupakan arus kas yang pengguna laporan keuangan dapat menilai
dihasilkan dari kegiatan investasi apakah perusahaan memiliki kemampuan
perusahaan yang menghasilkan pendapatan dalam menghasilkan kas dengan seluruh
dan arus kas di masa depan. Arus kas ini aktivitasnya dengan baik atau sebaliknya.
berkaitan dengan transaksi pembelian dan
penjualan dari aset yang bersifat permanen. Uji Normalitas
Transasksi yang termasuk dalam arus kas ini Uji normalitas bertujuan untuk
seperti, pembelian dan pembayaran kas atas menguji apakah data penelitian berditribusi
aset tetap, aset tidak berwujud dan aset normal atau sebaliknya. Pengujian
jangka panjang lainnya, Selain itu, normalitas pada penelitian ini
penerimaan kas atas penjualan aset menggunakan Kolmogorov-Smirnov
berwujud maupun tidak berwujud serta aset dengan α = 0,05 dapat dikatakan

10
terdistribusi normal jika Angka signifikansi Berdasarkan hasil uji
(sig) > 0,05. Pada awal pengujian normalitas multikolinieritas di ketahui bahwa nilai
data, hasil pengujian menunjukkan bahwa VIF pada seluruh variabel independent
data tidak berdistribusi normal. kurang dari 10 dan nilai Tolerance seluruh
Tabel 2 variabel independent lebih dari 0,10. Hal
Hasil Uji Normalitas ini menunjukkan bahwa variabel
Keterangan Nilai independent pada regresi tidak mempunyai
masalah multikolinieritas.
Jumlah Sampel (N) 650
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan
Sumber : hasil output SPSS
peneliti untuk mengetahui apakah model
Berdasarkan hasil pengujian awal yang regresi linier ada korelasi antara kesalahan
dilakukan tidak diperoleh angka signifikansi penganggu pada periode t dengan
yang menggambarkan data berdistribusi kesalahan penganggu pada periode
normal, peneliti melakukan penghapusan sebelumnya (Diyah Pujiati, et al, 2018, p.
data yang terindikasi sebagai outlier
88). Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Zscore dengan kriteria data
yang terindikasi sebagai outlier adalah hasil menggunakan pengujian dengan uji Run
Zscore yang memiliki nilai ± 2,2 . Hal ini Test. Berikut hasil olah data dengan
dilakukan untuk menormalkan data menggunakan spss 25 untuk uji
penelitian. autokorelasi dengan uji Run Test sebagai
Uji Multikolinearitas berikut :
Uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji korelasi tinggi atau sempuran Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi
diantara variabel independent dalam model
regresi yang terbentuk. Dalam penelitian ini, Keterangan Nilai
pengujian multikolinieritas menggunakan
nilai VIF dan toleracance. Hasil pengujian Asymp. Sig. (2- 0.063
dikatakan memiliki masalah tailed)
multikolinieritas jika nilai VIF > 10 dan Sumber : data diolah dari hasil uji SPSS 25
angka tolerance ≤ 0,10 dapat disimpulkan
data memiliki masalah multikoliniertas, Dari tabel di atas diketahuai nilai
yaitu terjadi hubungan yang cukup besar
signifikan 0.063. hal ini berarti bahwa nilai
antar variabel 11ndependent. Hasil uji
multikolinieritas sebagai berikut : sig > 0,05 yang disimpulkan bahwa data
tidak terjadi gejala autokorelasi.
Tabel 3
Hasil Uji Multikolinearitas Uji Hesteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas merupakan
Collinearity Statistic pengujian yang dilakukan mengetahui
Model
Tolerance VIF apakah varian dari residual setiap periode
AKO 1.000 1.000
pada model regresi kontans atau tidak.
AKI 1.000 1.000
Dalam penelitian ini, pengujian
AKP 0.999 1.001
TAK 0.999 1.001 heteroskedastisitas menggunakan uji
Sumber : hasil output SPSS, data diolah glejser. Model regresi dapat dikatakan
11
terjadi heteroskedastisitas apabila nilai berikut :
signifikansi > 0,05 dan sebaliknya. Berikut Ri = 9.947 - 0.000043(AKO) + 0(AKI)
hasil olah data SPSS 25 untuk pengujian + 0(AKP) - 0.000028(TAK) + e
heteroskedastisitas menggunakan uji Dari persamaan di atas dapat
Glejser: diinteprestasikan sebagai berikut :
a. Jika seluruh variabel dianggap tidak
Tabel 5 berpengaruh maka nilai Ri sebesar
Hasil Uji Heteroskedastisitas 9.947.
b. Setiap kenaikan satu satuan, AKO
Mode Sig menurunkan nilai Ri sebesar koefisien
AKO 0.524
regresi dari AKO yaitu 0.000043. Hal
AKI 0.305
AKP 0.537 ini dengan adanya asumsi bahwa
TAK 0.987 variabel independent selain AKO
Sumber : hasil output SPSS, data diolah dianggap tidak berpengaruh.
c. Setiap kenaikan satu satuan, AKI tidak
Berdasarkan tabel di atas dapat menurunkan atau menaikkan nilai Ri.
diketahui bahwa nilai signifikan seluruh Hal ini dengan adanya asumsi bahwa
variabel independent lebih dari 0,05. Hal ini variabel independent selain AKI
dapat disimpulkan bahwa model regresi dianggap tidak berpengaruh.
tidak mengalami heteroskedastisitas. d. Setiap kenaikan satu satuan, AKP
tidak menurunkan atau menaikkan
Analisis Regresi Linier Berganda nilai Ri. Hal ini dengan adanya asumsi
Analisis regresi linier berganda bahwa variabel independent selain
merupakan analisis yang dilakukan untuk AKP dianggap tidak berpengaruh.
menguji hubungan kausal lebih dari satu e. Setiap kenaikan satu satuan, TAK
variabel independent terhada satu variabel menurunkan nilai Ri sebesar koefisien
dependen. Adapun hasil olah data regresi dari TAK yaitu 0.000028. Hal
menggunakan SPSS 25 sebagai berikut : ini dengan adanya asumsi bahwa
variabel independent selain TAK
Tabel 6
dianggap tidak berpengaruh.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Unstandardized Uji F
Model Coefficients Uji F dilakukan untuk mengetahui
B pengaruh secara simultan variabel
(Constant) 9.947 independent terhadap variabel dependen.
AKO -0.000043 Hipotesi dalam pengujian ini sebagai
AKI 0 berikut
AKP 0 Tabel 7
TAK -0.000028 Hasil Uji F

Sumber : hasil output SPSS, data diolah Model Sig


Regression 0.987
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Sumber : hasil output SPSS, data diolah
SPSS 25, dapat dibuat persamaan atau
Dari tabel di atas diketahui nilai
model regresi linier berganda sebagai
signifikan sebesar 0.987, dimana nilai
12
signifikan lebih besar dari 0,05 yang berarti Dari tabel hasi pengujian di
bahwa terima H0 tolak H1 yang artinya arus dapatkan nilai signifikan dari masing-
kas operasi, arus kas investasi, arus kas masing variabel independent yaitu AKO,
pendanaan dan total arus kas secara simultan AKI, AKP dan TAK lebih dari 0,05. Hal
(bersama-sama) tidak berpengaruh ini dapat disimpulkan bahwa masing-
signifikan terhadap return saham perusahaan masing variabel independent yaitu arus kas
manufaktur. operasi, arus kas investasi, arus kas
pendanaan dan total arus kas tidak
Analisis Koefisien Determinasi (R2) berpengaruh terhadap variabel dependen
Uji koefisien determinasi digunakan yaitu return saham. Dari hasil analisis
untuk menguji seberapa besar kontribusi disimpulkan terima H0 tolak H1, H2, H3,
variabel independent dapat menjelaskan dan H4.
variabel dependennya. Pada pengujian ini
menggunakan adjusted R2 untuk Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap
menganalisis. Adapun hasil olah data Uji R2 Return Saham
menggunakan SPSS 25 sebagai berikut: Dalam perusahaan arus kas operasi
menunjukkan arus kas keluar dan arus kas
Tabel 8 masuk dari kegiatan operasinya. Dalam
Hasil Koefisien Determinasi (R2) teori sinyal dijelaskan bahwa manajemen
perusahaan memberi sinyal pada investor
Model R Square Adjusted R Square terkait keadaan dan kinerja perusahaan.
1 0.001 -0.007 Salah satu media yang digunakan
Sumber : hasil output SPSS, data diolah manajemen perusahaan untuk
menyampaikan sinyal terhadap investor
Dari tabel hasil pengujian dapat melalui laporan arus kas. Pada laporan arus
diketahui nilai Adj R Square sebesar -0.007 kas tersebut terdapat arus kas operasi
yang berarti bahwa return saham tidak dapat perusahaan. Dari arus kas operasi
diterangkan oleh arus kas operasi, arus kas perusahaan investor dapat mengetahui
investasi, arus kas pendanaan dan total arus bagaimana perusahaan menghasilkan kas
kas. dari operasinya dan hal itu mempengaruhi
keputusan investor dalam menilai
Uji t perusahaan.
Uji t bertujuan untuk mengetahui Berdasarkan pengujian hipotesis
pengaruh secara parsial dari masing-masing dengan uji t menggunakan bantuan SPSS
variabel independent terhadap variabel didapatkan hasil nilai signifikan dari arus
dependen. kas operasi sebesar 0.812. Nilai signifikan
Tabel 9 dari arus kas operasi > 0,05. Nilai Sig >
Hasil Uji t 0,05 menunjukkan bahwa arus kas operasi
Model Hipotesis Sig Kesimpulan tidak berpengaruh signifikan terhadap
AKO H1 0.812 Ditolak
return saham. Hasil ini tidak sesuai dengan
AKI H2 0.643 Ditolak
AKP H3 0.946 Ditolak penelitian yang dilakukan Sri
TAK H4 0.800 Ditolak Wahyuningsih,et al (2020), Mia dan
Sumber : hasil output SPSS, data diolah Perdana (2019), Riftenti, et al (2017), serta
Yogie dan Mimin (2016) yang menyatakan

13
bahwa arus kas operasi berpengaruh dengan uji t menggunakan bantuan SPSS
signifikan terhadap return saham. Hasil ini diketahui bahwa nilai signifikansi dari arus
mendukung penelitian Anif dan Sodikin kas investasi sebesar 0.643. Nilai
(2016), Sri Purwanti, et al (2015), dan signifikansi arus kas investasi > 0.05
Jundan (2012), hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa arus kas investasi
menunjukkan hasil bahwa arus kas operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
tidak berpengaruh signifikan terhadap return return saham. Hasil penelitian ini tidak
saham. sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Arus kas operasi tidak berpengaruh oleh Sri Wahyuningsih, et al (2020), Anif
signifikan terhadap return saham dan Sodikin (2016) yang menyatakan arus
dikarenakan investor tidak menggunakan kas investasi berpengaruh terhadap return
informasi arus kas operasi perusahaan dalam saham. Hasil penelitian ini mendukung
pengambilan keputusan hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh Ardhia dan
arus kas operasi tidak menjamin bahwa arus Carolyn (2019), Mia dan Perdana (2019),
kas operasi tinggi maka perusahaan mampu Atika dan Lucia (2018), Rihfenti, et al
melunasi pinjaman serta membayar dividen (2017), Sayed Abbas Bala (2017), Sri
dan melakukan investasi, karena hal itu Purwanti, et al (2015) dan Jundan
dapat dilakukan jika perusahaan memiliki Adiwiratama (2012).
earning tinggi serta dana tunai yang cukup Arus kas investasi tidak
untuk melakukanya. Selain itu, kinerja berpengaruh signifikan terhadap return
perusahaan tidak hanya dilihat dari laporan saham dikarenakan transakasi investasi
arus kas operasi namun juga dilihat dari seperti penjualan dan pembelian aset tetap
laporan laba rugi perusahaan. tidak dilakukan secara rutin sehingga tidak
mempengaruhi peningkatan pendapatan
Pengaruh Arus Kas Investasi Terhadap serta laba yang diperoleh perusahaan. Saat
Return Saham perusahaan melakukan investasi hal itu
Penilain investor terhadap kinerja membantu operasional perusahaan karena
perusahaan yang digunakan dalam ketika arus kas investasi menurun
pengambilan keputusan tidak hanya dapat menandakan perusahaan melakukan
dilihat melalui arus kas operasi, namun juga investasi yang menunjukkan adanya
pada arus kas investasi perusahaan yang potensi kenaikan pendapatan di masa
memiliki infomasi tentang transaksi depan, akan tetapi dari informasi tersebut
investasi yang dilakukan oleh perusahaan. tidak dapat dipastikan waktu terjadinya
Dari infomasi arus kas investasi ini, realisasi keuntungan dari investasi tersebut
perusahaan memberikan sinyal keadaan sehingga investor tidak bereaksi terhadap
investasi perusahaan kepada investor. Hal informasi arus kas investasi. Hal itu
ini untuk mengurangi asimetri informasi membuat arus kas investasi tidak
antara manajemen perusahaan dengan berdampak pada harga saham maupun
investor. Hal ini sesuai dengan teori sinyal return saham.
yang menjelaskan bagaimana perusahaan
mengurangi asimetri informasi dengan Pengaruh Arus Kas Pendanaan
memberikan sinyal kepada investor Terhadap Return Saham
mengenai keadaan perusahaan. Arus kas pendanaan merupakan
Pada tabel pengujian hipotesis sinyal yang diberikan oleh manajemen

14
perusahaan kepada investor terkait aktivitas Pengaruh Total Arus Kas Terhadap
pendanaan perusahaan. Sinyal berupa Return Saham
informasi pendanaan ini digunakan investor Berkaitan dengan teori sinyal yang
untuk menilai perusahaan dalam menjelaskan bagaimana perusahaan
pengambilan keputusan dimana hal itu akan memberikan informasi terhadap investor,
menimbulkan reaksi investor dalam pasar perusahaan memberikan sinyal melalui
modal yang akan mempengaruhi harga informasi total arus kas yang terdiri dari
saham serta return saham yang didapat arus kas operasi, arus kas investasi, dan
investor. arus kas pendanaan menggambarkan arus
Berdasarkan hasil pengujian kas yang dapat dihasilkan perusahaan
hipotesis dengan uji t menggunakan bantuan dengan segala kegiatanya dengan sumber
SPSS didapatkan nilai signifikansi arus kas daya yang mereka miliki.
pendanaan sebesar 0.946 yang menunjukkan Dari tabel hasil pengujian hipotesis
bahwa nilai signifikansi arus kas pendanaan hipotesis dengan uji t menggunakan
> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa arus kas bantuan SPSS diketahui nilai signifikansi
pendanaan tidak berpangaruh signifikan total arus kas 0.800. Nilai signifikansi total
terhadap return saham. Hasil penelitian ini arus kas > 0,05 yang menunjukkan bahwa
tidak sejalan dengan penelitian Sri total arus kas tidak berpengaruh signifikan.
Wahyuningsih, et al (2020), Mia dan Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
Perdana (2019), Anif dan Sodikin (2016), penelitian yang dilakukan oleh Sri
Yogie dan Mimin (2016), Sri Purwanti, et al Wahyuningsih, et al (2020), Ira, et al
(2015) dan Jundan Adiwiratama (2012) (2019), dan Siska, et al (2016) yang
yang membuktikan arus kas pendanaan menyatakan bahwa total arus kas
berpengaruh terhadap return saham. Hasil berpengaruh terhadap return saham. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian penelitian ini mendukung penelitian yang
Rihfenti, et al (2017)dan Sayed Abbas Bala dilakukan oleh Linda dan Rahmi (2018)
(2017). dan Arief dan Andrianto (2012).
Arus kas pendanaan tidak Total arus kas yang tidak
berpengaruh signifikan terhadap return berpengaruh terhadap return saham
saham dikarenakan bertambahnya arus kas menunjukkan bahwa investor tidak
pendanaan menandakan yang dianggap menjadikan informasi ini sebagai tolak
menjadi peluang perusahaan untuk ukur memprediksi return saham. Selain itu,
berkembang, menunjukkan hal lain yaitu adanya pemisahan total arus kas menjadi
dimana perusahaan belum diolah dengan tiga komponen yaitu arus kas operasi, arus
baik sehingga risiko yang ditanggung juga kas investasi serta arus kas pendanaan,
besar karena tingginya arus kas pendanaan dimana ketiga komponen tersebut memiliki
mencerminkan kewajiban perusahaan yang pengaruh yang berbeda terhadap return
tinggi, dan nantinya keuntungan yang saham sehingga dapat mengamburkan
didapat perusahaan sedikit. Hal ini membuat informasi yang dibutuhkan investor dalam
investor tidak menggunakan arus kas pengambilan keputusan.
pendanaan sebagai bahan pengambilan
keputusan saat bertransaksi di pasar modal.

15
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN 2. Dalam penelitian selanjutnya
SARAN disarankan peneliti mencari variabel
independent lain diluar penelitian ini
Kesimpulan
untuk mendapatkan hasil yang lebih
Berdasarkan hasil pengujian dengan bantuan
maksimal serta mendapatkan hasil
SPSS, dan analisis data oleh peneliti, dapat
variabel independent yang
disimpulkan sebagai berikut :
berpengaruh signifikan terhadap return
1. Arus kas operasi tidak berpengaruh
saham.
signifikan terhadap return saham.
3. Dalam penelitian selanjutnya
2. Arus kas investasi tidak berpengaruh
disarankan peneliti menggunakan
signifikan terhadap return saham.
populasi yang lebih besar serta
3. Arus kas pendanaan tidak berpengaruh
menggunakan sector perusahaan lain
signifikan terhadap return saham.
dan tidak hanya satu sector saja agar
4. Total arus kas tidak berpengaruh
hasil penelitian dapat digeneraliasikan.
signifikan terhadap return saham.
Keterbatasan
DAFTAR PUSTAKA
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan
sebagai berikut : Adiwiratama, J. (2012). Pengaruh
1. Masih terdapat harga saham yang sama Informasi Laba, Arus Kas dan Size
dikarenakan suspend pada beberapa Perusahaan Terhadap Return Saham
perusahaan manufaktur yang terdaftar di (Studi Empiris Pada Perusahaan
Bursa Efek Indonesia yang menjadi Manufaktur yang Terdaftar di BEI).
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
sampel penelitian ini.
Humanika Vol.2 No. 1.
2. Variabel independent dalam penelitian
ini tidak mampu menjelaskan variabel Ana, N. R. (2016). Pengaruh Laba
dependen dimana ada variabel lain Akuntansi dan Arus Kas Serta
Ukuran Perusahaan Terhadap
diluar penelitian ini yang dapat
Return Saham (Studi Empiris pada
menjelaskan variabel dependen. Perusahaan Perbankan yang
3. Pada penelitian ini ada 113 data outlier Terdaftar DI BEI Tahun 2012-
yang dilakukan enam kali outlier untuk 2014). Jurnal Spread Vol. 6, No. 2,
penormalan data. Upaya outlier dalam 65-76.
menormalkan data mempengaruhi hasil Anif Sarifudin, S. M. (2016). Pengaruh
penelitian. Hasil penelitian menjadi Arus Kas Operasi, Arus Kas
tidak maksimal dan tidak sesuai dengan Investasi, Arus Kas Pendanaan Dan
harapan peneliti. Laba Bersih Terhadap Return
Saham Pada Perusahaan
Saran Manufaktur Yang Terdaftar Di
Untuk memaksimalkan hasil penelitian Bursa Efek Indonesia. Dharma
selanjutnya, terdapat saran dari peneliti Ekonomi No.43/Th.XXIII/April
sebagai berikut : 2016, 1-12.
1. Dalam penelitian selanjutnya Ardhia Prameswari Regita Cahyani, C. L.
disarankan peneliti tidak menggunakan (2019). The Effect of Financial
perusahaan yang memiliki harga saham Performance On Stock Return In
yang sama (suspend) agar hasil Mining Sector Companies Listed
penelitian maksimal dan sesuai harapan. On IDX . The Indonesian

16
Accounting Review, Vol.9, No.1, Ginting, S. (2012). Analisis Pengaruh
January-June, 99-107. Pertumbuhan Arus Kas, dan
Profitabilitas Terhadap Return
Arief Sugiono, A. (2012). Pengaruh Antara Saham pada Perusahaan LQ-45 di
Laba Bersih, Total Arus Kas, ROE, Bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira
PER dan EPS Terhadap Return Ekonomi Mikroskil Vol. 2, No. 1,
Saham (Studi Empiris terhadap 22 April, 39-48.
perusahaan consumer goods yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Hartono, J. (2016). Teori Portofolio dan
2007-2010). Jurnal Akuntansi Bisnis Analisis Investasi. Yogyakarta:
Vol. 5, No. 1, 23-47. BPFE.
Atika Yuliarti, L. A. (2018). The Effect of Kontan.co.id. (2019, Desember Minggu).
Firm Size, Financial Ratios and Cash Ini Penyebab Anjloknya Kinerja
Flow On Stock Return. The Indeks Sektor Manufaktur Sejak
Indonesian Accounting Review Vo. 8, Awal Tahun. Retrieved from
No. 2, 229-243. Kontan.co.id:
https://investasi.kontan.co.id/news/i
Azilia Yocelyn, Y. J. (2012). Analisis ni-penyebab-anjloknya-kinerja-
Pengaruh Perubahan Arus Kas dan indeks-sektor-manufaktur-sejak-
Laba Akuntansi Terhadap Return awal-tahun
Saham pada Perusahaan
Berkapitalisasi Besar. Jurnal Linda A. Razak, R. S. (2018). Pengaruh
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14, Laba Akuntansi, Total Arus Kas,
No. 2, November, 81-90. dan Net Profit Margin Terhadap
Return Saham Pada Perusahaan
Bala, S. A. (2017). The Relationship Otomotif yang Terdaftar Di Bursa
between Cash Flows and Stock Efek Indonesia. Jurnal Akun
Returns : An Empirical Study of Nabelo : Jurnal Akuntansi Netral,
Financial Investment Banks on the Akuntabel, Objektif Vol. 1, No. 1,
Khartoum Stock of Exchange. Juli, 33-45.
Applied Finance and Accounting,
Vol. 3, No. 2 August. Mia Kasmiati, P. W. (2019). The Effect of
Earning Information, Cash Flow
Dini Kafanila, S. L. (2018). Pengaruh Arus Components, and Financing
Kas dan Earning Per Share Terhadap Decision on Stock Return :
Return Saham (Studi Kasus Empirical Evidence on Indonesia
Perusahaan Manufaktur yang Go Stock Exchange. Journal of
Public di Bursa Efek Indonesia Economics, Business, and
Periode 2012-2014). Cendikia Accountancy Ventura, Vo.22, No.2,
Akuntansi Vol. 6, No. 1, Januari. August - November, 157-166.
Diyah Pujiati, N. A. (2018). Modul Statistika Rihfenti Ernayani, C. P. (2018). Perubahan
2 Gasal 2018. Surabaya: STIE Arus Kas dan Pengaruhnya
Perbanas Surabaya. terhadap Return Saham. Jurnal
Duli, N. (2019). Metodologi Penelitian Sosial Humaniora dan Pendidikan,
Kuantitaif : Beberapa Konsep Dasar Vo.2 No. 1.
Untuk Penulisan Skripsi & Analisis Rochmat Aldy Purnomo, S. M. (2016).
Data Dengan SPSS. Deepublish. Analisis Statistik Ekonomi dan
Fahmi, I. (2012). Analisis Laporan Bisnis Dengan SPSS. CV. WADE
Keuangan. Bandung: Alfabeta. GROUP bekerjasama dengan
UNMUH Ponorogo Press.

17
Scott, W. R. (2012). Financial Accounting Tahun 2007-2008. Jurnal Ilmiah
Theory International Fifth Edition. Wahana Akuntansi Vo.8, No. 2,
New Jersey : Prentice Hall Inc. 137-148.
Siska Andriana, A. H. (2016). Pengaruh Yogie Rahmanda, M. W. (2016). Pengaruh
Laba Akuntansi, Total Arus Kas dan Laba Akuntansi, Komponen Arus
Size Perusahaan Terhadap Return Kas, dan Dividend Yield Terhadap
Saham Pada Perusahaan Manufaktur Return Saham ( Studi pada
yang Terdaftar Di Bursa Efek Perusahaan Sektor Pertambangan di
Indonesia. Jurnal Riset Mahasiswa Bursa Efek Indonesia Periode 2012-
Akuntansi Unikama Vol. 4, No. 1, 1- 2014). JURNAL RISET
12. AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 4
(2), 1047-1058.
Slamet Riyanto, A. A. (2020). Metode Riset
Penelitian Kuantitatif Penelitian Di
Bidang Manajemen, Teknik,
Pendidikan, Dan Eksperimen.
Deepublish.
Sopini, P. (2016). Pengaruh Laba Akuntansi
Dan Arus Kas Terhadap Return
Saham. Eksis: Jurnal Ilmiah
Ekonomi dan Bisnis Vol. 7 No.1,
Mei, 69-79.
Sri Handini, E. D. (2020). Teori Portofolio
dan Pasar Modal Indonesia.
Scopindo Media Pustaka.
Sri Purwanti, E. M. (2015). Pengaruh Laba
Akuntansi Dan Arus Kas Terhadap
Return Saham Perusahaan Yang
Listing Di BEI. Jurnal Akuntansi
dan Pajak Vol. 16 No. 01, Juli, 113-
123.
Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi :
Perekayasaan Pelaporan Keuangan.
Yogyakarta: BPFE.
Unaradjan, D. D. (2019). Metode Penelitian
Kuantitatif. Jakarta: Penerbit Unika
Atma Jaya.
Warren, C. S. (2017). Pengantar Akuntansi
1 Adaptasi Indonesia EDISI 4.
Jakarta: Salemba Empat.
Wibisono, D. (2013). Riset Bisnis. Gramedia
Pustaka Utama.
Widowati, E. (2013). Pengaruh Laba
Akuntansi dan Arus Kas Terhadap
Return Saham Syariah yang
Terdaftar Di Jakarta Islamic Index

18
AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

PENGARUH EARNING PER SHARES (EPS), LEVERAGE, UKURAN


PERUSAHAAN DAN TAX PLANNING TERHADAP RETURN SAHAM
PERUSAHAAN
Sri Ayem1*
Bernadeta Astuti2

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta


*Email : sriayemfeust@gmail.com

ABSTRACT INFO ARTIKEL


This study aims to determine the effect of Earning Per Share Diterima: 28 Desember 2018
(EPS), leverage, firm size, and tax planning to the stock return. Direview: 14 Maret 2019
This research is causality. The population in this study is a Disetujui: 26 Juni 2019
banking company that is listed on the Indonesia Stock Exchange Terbit: 28 Oktober 2019
(IDX) the observation period 2013 to 2017.data collection Keyword:
methods in this study using purposive sampling. Data analysis Earning Per Share (EPS),
technique used is multiple linier regression. The classical leverage, firm size, and tax
assumption test used in this research are normality test, planning, stock return
multicollinerarity test, heteroscedasticity test, and autocorrelation
test. The result of Earning Per Share (EPS) significant positive on
stock returns in corporate banking, leverage and firm size
significant negative effect on stock returns in corporate banking,
and tax planning significant positive on stock returns in corporate
banking.

PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan sarana atau wadah untuk mempertemukan antara penjual dan
pembeli, dengan analogi penjual dan pembeli disini adalah instrumen keuangan dalam rangka
investasi (Dr. Nor Hadi, 2015:14). Selain itu pasar modal juga sering diartikan sebagai tempat
transaksi pihak yang membutuhkan dana (perusahaan ) dan pihak yang kelebihan dana (pemodal) .
Dasar Hukum yang menjadi payung Pasar Modal adalah Undang-Undang Nomer 8 Tahun 1995,
tentang pasar Modal, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995, tentang penyelenggaraan
kegiatan di Bidang Pasar Modal, serta Surat Keputusan Mentri Keuangan Nomor
646/KMK.010/1995, tentang pemilikan saham atau unit penyertaan Reksadana oleh pemegang
Asing.
Dalam melakukan kegiatan investasi saham, investor akan menghasilkan keuntungan (return)
sekaligus menghadapi risiko (risk). Keuntungan dan risiko berbanding lurus, apabila keuntungan
tinggi berati risiko yang dihadapi juga Tinggi dan sebaliknya, apabila keuntungan rendah risikonya
juga akan rendah. Dengan demikian risiko dan keuntungan investasi berhubungan positif. Semakin
tinggi keuntungan yang diharapkan (expected return ) maka semakin tinggi pula risiko (risk) yang

89 p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

dihadapi, istilahnya high risk high return, low risk low return (Bambang Susilo, 2009:3) Pada
dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham yaitu:
Dividen dan Capital Gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
dan berasal dari keuntungan perusahaan itu sendiri sedangkan Capital Gain merupakan selisih
antara harga beli dan harga jual. Oleh karena itu informasi mengenai Return dan resiko dari
investasi saham menjadi hal yang sangan penting bagi investor dalam mempertimbangkan suatu
investasi (Budialim,2013).
Akhir – akhir ini banyak berita yang menyorot mengenai melemahnya rupiah yang ada di
indonesia, hal ini mendatangkan dampak yang kurang menguntungkan hampir disemua aspek
kehidupan bangsa. Salah satunya adalah Saham bank besar nasional ini melemah/ turun
dikarenakan karena dampak dari melemahnya rupiah salah satunya adalah perbankan yang ada di
indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup dalam IHSG ditutup turun
2,8% atau 170,65 poin diposisi 5.909,19 sebanyak 345 saham diperdagangkan melemah, 81 saham
stagnan, dan hanya 67 saham yang diperdagangkan menguat. Saham – saham yang menyumbang
perlemahan bagi bursa yakni BMRI sebanyak 6.775, BBRI sebanyak 3.140, BBCA sebanyak
21.350 perbankan tersebut termasuk perbankan besar nasional yang biasnya memberikan saham
yang cukup bagus untuk para investor kini melemah dan turun diakibatkan oleh dampaknya mata
rupiah di indonesia.
Dampak dari melemahnya rupiah tersebut mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan perbankan di indonesia juga ikut menurun, untuk menanamkan saham pada perusahaan
juga ikut menurun, maka saham pada perusahaan juga akan menurun dikarenakan harga saham juga
menurun akan mengakibatkan Return saham yang didapat akan kecil. Maka dari itu laporan
keuangan perusahaan sangatlah penting digunakan yang sifatnya fundamental yang dapat digunakan
untuk memutuskan kemana akan berinvestasi calon investor melakukan analisis faktor – faktor yang
mempengaruhi Return saham.
Earnings Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (Laba
bersih) terhadap harga saham setiap lembarnya dalam perusahaan, EPS merupakan rasio pasar yang
pada dasarnya mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui
pengeluaran investasi (Ratna Handayati,2018).
Leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung
perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan rasio solvabilitas digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir,2016:151).
Dalam penelitian ini menggunakan proksi Debt to Equity Ratio. Debt to Equity Ratio adalah rasio
yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan
antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.
Ukuran Perusahaan merupakan suatu skala dimana perusahaan diklasifikasikan menurut besar
kecilnya berdasarkan pada Total aktiva suatu perusahaan, semakin besar total aktiva maka semakin
besar pula ukuran perusahaan tersebut (Prasetya,2013). Menurut Badan Standarisasi Nasional
ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana menjukan perusahaan apakah tergolong perusahaan
kecil (small firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan besar (large firm), kriteria
pengukuran dapat diukur dengan menggunakan nilai omset penjualan, jumlah produk yang dijual,
modal perusahaan dan total asset.

p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475 90


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

Tax Planning adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak dengan memanfaatkan
berbagai celah kemungkinan yang dapat ditempuh sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan
yang berlaku (loopholes), agar perusahaan dapat membayar pajak dalam jumlah yang minimum
(Iqlima Dewi, 2017). Meningkatkan Return saham dapat dilakukan dengan memaksimalkan Laba
dan meminimalkan beban usaha. Salah satu beban yang dapat diminimalisasi adalah beban pajak.
Usaha meminimalisasi beban pajak ini disebut dengan perencanaan pajak atau Tax Planning.
Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Benny Frastiawan Ahmad Putra
(2017) namun perbedaan dengan peneliti terdahulu terletak pada pemakaian tahun dan tempat
pengujian sampel serta macam variabel yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya menggunakan
data tahun 2012-2016, dan diperusahaan LQ45 yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, serta
menggunakan variabel Operating Cash Flow(OCF), ROA, dan ROE. Sedangkan pada penelitian ini
penulis menambahkan tahun lebih panjang yaitu selama 5 periode berturut-turut mulai tahun 2013 –
2017 di perusahaan Perbankan Bursa Efek Indonesia.

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Signaling Theory
Signaling Theory atau teori sinyal dikembangkan oleh (Ross,1977), menyatakan bahwa pihak
eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaanya akan terdorong untuk
menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor agar harga saham perusahaannya
meningkat. Hal positif dalam Signalling Theory dimana perusahaan yang memberikan informasi
yang bagus akan membedakan dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus “ dengan
menginformasikan pada pasar tentang keadaan mereka, sinyal tentang bagusnya kinerja masa depan
yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak bagus tidak akan
dipercaya oleh pasar (Wolk dan Tearney, 2010).
Teori Signal menjelaskan tentang bagaimana para investor memiliki informasi yang sama
tentang prospek perusahaan sebagai manajer perusahaan ini disebut informasi asimetris. Namun
dalam kenyataannya manajer sering memiliki informasi lebih baik dari investor luar. Hal ini disebut
informasi asimetris, dan ini penting struktur modal yang optimal (Brighman, 2004 dikutip dalam
Lestari et al, 2016). Teori signaling juga berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi investor
untuk mengembangkan sahamnya yang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam menentukan
arah atau prospek perusahaan ke depan.

Earning Per Share (EPS)


merupakan rasio antara net income after tax dengan jumlah saham beredar. melalui Earning
Per Share (EPS)) ini dapat dinilai kemampuan perusahaan dalam membagi labanya kepada para
pemegang saham. Semakin tinggi laba perusahaan yang diberikan kepada para pemegang saham
tentunya akan semakin menarik untuk tetap memegang saham perusahaan tersebut, untuk
menentukan earning per share (EPS) terdapat 3 elemen yaitu: laba bersih setelah pajak, seluruh
saham beredar, dan dividen untuk saham preferen. jika dividen saham preferen dibagi semakin
besar maka earning per share semakin kecil, begitu juga jika net income after tax semakin kecil juga
akan semakin kecil Earning Per Share. Terlebih, jika perusahaan merugi namun perusahaan tetap
membagi dividen, sehingga net income after tax menurun, bisa jadi nilai earning per share menjadi
negatif (Nor Hadi,2015:135).

91 p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

Leverage
Rasio Leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang
ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan rasio solvabilitas
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi)
(Kasmir,2016:151).
Rasio Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan
ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar
dengan seluruh ekuitas. Bagi Bank kreditor, semakin besar rasio ini, akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin
terjadi diperusahaan, namun bagi perusahaan semakin besar rasio ini akan semakin baik. Dengan
rasio rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas
pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva
(Kasmir,2016:157).

Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana perusahaan diklasifikasikan menurut besar
kecilnya berdasarkan pada Total aktiva suatu perusahaan, semakin besar total aktiva maka semakin
besar pula ukuran perusahaan tersebut (Prasetya,2013). Menurut Badan Standarisasi Nasional
ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana menjukan perusahaan apakah tergolong perusahaan
kecil (small firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan besar (large firm), kriteria
pengukuran dapat diukur dengan menggunakan nilai omset penjualan, jumlah produk yang dijual,
modal perusahaan dan total asset. Ukuran perusahaan yang semakin tinggi akan berkaitan erat
dengan keputusan pendanaan yang akan diterapkan oleh perusahaan guna mengoptimalkan nilai
perusahaan. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk
mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga dapat memperoleh pinjaman dari
pihak luar ataupun kreditur yang akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar
memiliki kemungkinan lebih besar dalam hal menarik investor.

Tax Planning
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Pada umumnya
penekanan Tax Planning adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak (Erly Suandy, 2016:7) Tax
Planning adalah merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konskensi potensi
pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konskuensi pajaknya.
Tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa untuk meningkatkan Return saham dapat dilakukan
dengan memaksimalkan laba dan meminimalkan beban perusahaan, salah satunya yang dapat
diminimalkan adalah beban pajak. agar beban pajak dapat ditekan serendah mungkin dengan
memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang – undang.

HIPOTESIS
Pengaruh Earning Per Shares (EPS) Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Bursa
Efek Indonesia
Earning Per Shares (EPS) merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (Laba
bersih) terhadap harga saham setiap lembarnya dalam perusahaan, EPS merupakan rasio pasar yang
pada dasarnya mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui
pengeluaran investasi (Ratna Handayati,2018).
Penelitian yang dilakukan Fauzi A Taufik (2016), mengungkapkan Terdapat pengaruh positif
Earning Per Share terhadap Return saham karena tingkat keuntungan yang tercermin dalam EPS
yang relatif besar, sehingga meningkatkan minat investor untuk menanamkan sahamnya pada sektor

p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475 92


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

Real estate and property, sedangkan Penelitian yang dilakukan Risdiyanto (2016) mengungkapkan
bahwa Earning Per Share tidak berpengaruh terhadap Return saham. Kondisi ini menunjukkan
bahwa nilai Earning Per Share menurun karena peroleban laba mengalami naik turun Sedangkan
jumlah saham yang beredar tetap. Oleh sebab itu, pihak investor kurang mempertimbangkan EPS
dalam membeli saham suatu perusahaan.
H1 = Earning Per Shares (EPS) Berpengaruh Positif Terhadap Return Saham Perusahaan
Perbankan Bursa Efek Indonesia.

Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Bursa Efek Indonesia.
Leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung
perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan rasio solvabilitas digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir,2016:151).
Dalam penelitian ini menggunakan proksi Debt to Equity Ratio dari pandangan investor semakin
Tinggi Debt to Equity Ratio menunjukan semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak
luar sehingga tingkat resiko perusahaan semakin besar dalam memenuhi kewajiban hutangnya, hal
ini akan membawa dampak pada menurunnya harga saham, Return saham akan menurun sehingga
investor tidak responsif terhadap informasi ini terhadap pengambilan keputusan untuk berinvestasi.
Penelitian yang dilakukan Puspitasi, Yeni (2017) yang berpendapat bahwa adanya pengaruh
yang tidak signifikan Leverage dengan Proksi Debt to equity ratio terhadap Return saham, Hasil ini
menunjukkan bahwa investor dalam pengambilan keputusan untuk pembelian saham tidak melihat
ketergantungan perusahaan terhadap hutang menjadi variabel yang mesti diperhatikan. Investor
lebih memperhatikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan, hal
ini menunjukkan adanya para investor lebih memilih tingkat laba yang tinggi di bading tingkat
hutang suatu perusahaan, namun beberapa fakta menyatakan bahwa investor cenderung memilih
tingkat hutang yang tinggi karena hutang yang semakin tinggi tentunya laba perusahaan akan tinggi
pula. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Marlina (2015) bahwa debt to equity ratio
berpengaruh signifikan terhadap return saham. Debt to equity ratio menggambarkan struktur modal
perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. DER negatif berarti semakin tinggi
debt to equity ratio menunjukkan semakin tinggi komposisi utang perusahaan dibandingkan dengan
modal sendiri sehingga berdampak besar pada beban perusahaan terhadap pihak luar karena akan
meningkatkan solvabilitas perusahaan dan serta semakin tingginya tingkat risiko suatu perusahaan.
H2 = Debt to Equity Ratio Berpengaruh Negatif Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan
Bursa Efek Indonesia.

Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Bursa Efek
Indonesia.
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana perusahaan diklasifikasikan menurut besar
kecilnya berdasarkan pada Total aktiva suatu perusahaan, semakin besar total aktiva maka semakin
besar pula ukuran perusahaan tersebut (Prasetya,2013). Selain dengan total aktiva, ukuran
perusahaan juga dapat diukur menggunakan: total penjualan, rata – rata tingkat penjualan, dan rata –
rata total aktiva. Jika total aktiva perusahaan besar maka akan menghasilkan laba perusahaan yang
tinggi, maka para investor akan melihat perusahaan yang mempunyai prospek yang bagus tersebut
kemudian akan menaikkan tingakat investasi mereka dan akan diikuti Return saham perusahaan

93 p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

yang tinggi. Hubungan Ukuran perusahaan terhadap Return saham semakin besar total aktiva
perusahaan semakin mampu perusahaan untuk menghasilkan laba, semakin besar perusahaan
menghasilkan laba, maka akan besar perusahaan itu membagikan deviden. Selain itu jika
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat maka harga saham akan meningkat
dan diikuti dengan Return saham yang tinggi (Dewi Rahmawati,2018).
Penelitian yang dilakukan, Andy prasetyo (2018) yang berpendapat bahwa ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap Return saham, hal ini dapat disebabkan dari berbagai hal diantaranya
investor kurang memperhitungkan ukuran perusahaan dalam menentukan pembelian saham. Karena
pertumbuhan suatu perusahaan bukan hanya dilihat dari besar kecilnya perusahaan tersebut
besarnya suatu aset yang dimiliki perusahaan bila tidak dikelola dengan baik oleh suatu perusahaan
untuk kegiatan operasi suatu perusahaan, maka tidak akan dapat menghasillkan laba yang besar,
laba yang tidak maksimal akan membuat harga saham menurun. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh, Noviansyah Rizal (2016), yang berpendapat bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap return saham pada perusahaan, semakin besar total aktiva perusahaan semakin
mampu perusahaan untuk menghasilkan laba, semakin besar perusahaan menghasilkan laba, maka
akan besar perusahaan itu membagikan deviden. Selain itu jika kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba meningkat maka harga saham akan meningkat dan diikuti dengan Return saham
yang tinggi.
H3 = Ukuran Perusahaan Berpengaruh positif Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Bursa
Efek Indonesia.

Pengaruh Tax Planning Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Bursa Efek
Indonesia.
Tax Planning merupakan upaya yang dilakukan oleh wajib pajak untuk menghemat pajak
dengan cara mengatur perhitungan penghasilan yang lebih kecil yang dimungkinkan oleh
perundang-undangan perpajakan, jadi, Tax Planning bertujuan untuk meminimalkan beban pajak
dan laba yang diperoleh akan maxmimal. Hal ini menunjukan bahwa perencanaan pajak dapat
digunakan untuk manajer guna meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Menurut Erly
Suandi (2016:7) tujuan Tax Planning adalah merekayasa agar beban pajak dapat ditekan serendah
mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada.
Penelitian yang dilakukan oleh Iqlima Dewi (2017) berpendapat bahwa perencanaan pajak (Tax
Planning) tidak memiliki pengaruh terhadap Return saham. hal ini menunjukan bahwa perusahaan
yang melakukan perencanaan pajak secara efektif akan adanya kekurangan pajak tahun lalu yang
akan menambah beban pajak dimasa yang akan datang. penelitian yang dilakukan oleh Oktavia
(2010) berpendapat bahwa perencanaan pajak (Tax Planning) berpengaruh signifikan terhadap
Return Saham perusahaan. Maka penulis mengambil hipotesis sementara bahwa perencanaan pajak
(Tax Planning) tidak berpengaruh terhadap Return Saham Perusahaan.
H4= Tax Planning Berpengaruh Negatif Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Bursa Efek
Indonesia.

p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475 94


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

KERANGKA PIKIR

Variabel Bebas: (X1)


EPS
(+) H1

Variabel Bebas: (X2)


DER H2 Variabel Terkait:
(-) (Y)
Return Saham
Perusahaan
H3
Variabel Bebas: (X3) Perbankan BEI
Ukuran Perusahaan Periode Tahun
(+) 2013-2017
H4

Variabel Bebas: (X4)


Tax Planning
(+)

Gambar I. kerangka pikir

METODOLOGI PENELITIAN
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Perbankan yang tercatat di BEI
dengan periode penelitian 2013 – 2017. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling, yaitu pemilihan sampel menggunakan kriteria tertentu. Memenuhi kriteria adalah sebanyak
10 perusahaan dikalikan 5 periode waktu mendapatkan 50 sampel.
Definisi Operasioanal Dan Variabel Penelitian
Variabel Dependen
dalam penelitian ini penulis mengambil Return Saham (Y) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia sebagai Variabel Dependen. Return saham merupakan tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Semakin baik tingkat kinerja keuangan
suatu perusahaan maka diharapkan harga saham meningkat dan akan memberikan keuntungan (return)
saham bagi investor, karena return saham merupakan selisih antara harga saham sekarang dan harga
saham sebelumnya. Return saham yang tinggi merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk
menanamkan dananya di pasar modal. Return saham dapat dihitung menggunakan rumus:
Rt = Pt – P(t-1)
P(t-1)

Variabel Independen
variabel independen atau variabel bebas adalah tipe variabel yang menjelaskan atau variabel yang
dimanipulasi oleh peneliti, dan kasus manipulasi tersebut berpengaruh terhadap variabel terikat.
Dalam penelitian ini penulis mengambil variabel.

Earning Per Shares (X1)


Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (Laba
bersih) terhadap harga saham setiap lembarnya dalam perusahaan, EPS merupakan rasio pasar yang

95 p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

pada dasarnya mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui
pengeluaran investasi (Ratna Handayati,2018). Oleh karena penilaian yang akurat dan cermat bisa
meminimalkan resiko sekaligus membantu investor dalam meraih keuntungan. Earning Per Share
(EPS) dapat dihitung dengan Rumus:

EPS = Laba bersih


Jumlah Saham Beredar

Leverage (X2)
Rasio Leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung
perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan rasio solvabilitas digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir,2016:151)
Leverage dalam penelitian ini menggunakan proksi Debt to Equity Ratio (DER) dapat dihitung
dengan menggunakan Rumus:

Debt to Equity Ratio(DER) = Total Liabilitas x 100%


Total Ekuitas

Ukuran Perusahaan (X3)


Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana perusahaan diklasifikasikan menurut besar
kecilnya berdasarkan pada Total aktiva suatu perusahaan, semakin besar total aktiva maka semakin
besar pula ukuran perusahaan tersebut (Prasetya,2013). Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar
memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga
dapat memperoleh pinjaman dari pihak luar ataupun kreditur yang akan lebih mudah karena
perusahaan dengan ukuran besar memiliki kemungkinan lebih besar dalam hal menarik investor.
Ukuran perusahaan dapat dihitung menggunakan Rumus:
Ukuran perusahaan (Firm Size) = log Total Asset

Tax Planning (X4)


Tax Planning merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Pada umumnya penekanan
Tax Planning adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak (Erly Suandy, 2016:7) Tax Planning
adalah merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konskensi potensi pajaknya, yang
tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konskuensi pajaknya.
Tujuan dari Tax Planning adalah merekayasa agar beban pajak dapat ditekan serendah mungkin
dengan memanfaatkan peraturan yang ada karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang
tersedia, baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan. Tax planning
Dalam penelitian ini diukur dengan tax retention rate (tingkat retensi pajak) dengan rumus:

TRR = Net Income it


Pretax Income (EBIT)it

Teknik Analisis Data


Statistik Deskriptif
Statistik yang menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data penelitian. Karakteristik
data yang digambarkan adalah karakteristik distribusinya. Statistik ini menyediakan nilai frekuensi,
pengukur tedensi pusat, dispersi dan pengukur – pengukur bentuk.

p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475 96


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

Pengujian Asumsi Klasik


Analisis yang dilakukan untuk menilai apakah di dalam sebuah model regresi terdapat masalah-
masalah asumsi klasik.
a. Uji Normalitas Data
Sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilaisebaran data pada sebuah
kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut berdistribusi normalataukah
tidak. Atau bisa disebut dengan pengujian model regresi, variabel dependen, variabel
independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi
yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Dasar pengambilan
keputusan Normalitas data adalah jika nilai probabilitas (Signifikan ) ≥ 0,05 maka seluruh
data variabel yang digunakan dalam penelitian terdistribusi secara normal.
b. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
terjadi ketidaksamaan variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heterokedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Adalah sebuah analisis statistik yang dilakukan untuk mengetahui adakah korelasi
variabel yang ada di dalam model prediksi dengan perubahan waktu. Uji autokorelasi di
dalam model regresi linear, harus dilakukan apabila data merupakan data time series atau
runtut waktu.
d. Uji Multikolonieritas
Menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolonieritas. Hasil
pengujian multikolonieritas dapat dilihat berdasarkan nilai Variance inflation factor (VIF)
(Ghozali,2011).

Analisis Regresi Berganda


Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda, yang bertujuan
untuk memprediksi seberapa besar variabel independen yaitu Earning Per Shares (EPS), Debt to
Equity Ratio, ukuran perusahaan dan Tax Planning, mempengaruhi variabel Dependen yaitu Return
saham.

Uji Hipotesis
a. Uji Determinasi (R2)
Uji determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,2011). Semakin besar R2 maka variabel
tidak terikat semakin dekat hubungannya dengan variabel terikat.
b. Uji Hipotesis Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan kedalam model, mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel
dependen, dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% atau 0,05 (Ferdinand,2006).
c. Uji Hipotesis Parsial (Uji t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali,2011). Dalam
penelitian ini tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5% atau 0,05.

97 p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Earning Per Shares 50 .00002 3708.51000 89.8241155 523.95035114
Debt To Equity 50 .08 11.68 5.9831 2.67863
Ratio
Ukuran Perusahaan 50 7.24 10.87 8.4641 .90747
Tax Planning 50 .64 1.08 .7798 .07064
Return Saham 50 -.39 1.39 .1347 .38128
Valid N (listwise) 50
Hasil pada tabel diatas bahwa variabel nilai Return saham (Y) memiliki nilai minimum
sebesar -39 dan nilai maksimum sebesar 1,39, nilai rata – rata sebesar 0,1347 dengan standar
deviasi 0,38128, Earning Per Shares (EPS) (X1) memiliki nilai minimum sebesar 0,0002 dan nilai
maksimum sebesar 3708,51000, nilai rata – rata sebesar 89.824 dengan standar deviasi 532,95.
Untuk leverage dengan proksi DER (X2) memiliki nilai minimum sebesar 0,08 dan nilai maksimum
sebesar 11,68, nilai rata – rata sebesar 5,9831 dengan standar deviasi 2,678. Untuk ukuran (X3)
perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 7,24 dan nilai maksimum sebesar 10,87 dengan nilai
rata- rata sebesar 8,46 dengan standar deviasi sebesar 0,907. Untuk Tax Planning (X4) memiliki
nilai minimum 0,64 dan nilai maksimum 1,08 dengan nilai rata – rata 0,7798 dan standar deviasi
0,70064.
Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Data


Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardize
d Residual
N 50
Mean .0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .25621651
Absolute .136
Most Extreme
Positive .136
Differences
Negative -.054
Kolmogorov-Smirnov Z .962
Asymp. Sig. (2-tailed) .313
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data diolah, 2018

Berdasarkan tabel yang disajikan diatas terlihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov 0,962 dan
signifikan pada 0,313 atau diatas 0,05. Hasil pengujian tersebut berarti residual terdistribusi normal.

p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475 98


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

Dari gambar plot P-P tersebut terlihat bahwa plot tidak membentuk pola – pola tertentu atau pola
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Heteroskedasitas
Hasil Uji Heteroskedasitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -.459 .479 -.957 .344
Earning Per Shares .006 .005 .203 1.219 .229
1 Debt to Eqity Ratio .015 .018 .123 .835 .408
Ukuran Perusahaan .329 .228 .212 1.440 .157
Tax Planning .164 .308 .088 .531 .598
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber: data diolah, 2018.

Hasil perhitungan pada tabel diatas dari ke 4 variabel yaitu variabel EPS, DER, Ukuran
Perusahaan dan Tax Planning tidak terjadi heterokedatisitas dikarenakan semua nilai sig > 0,05.

c. Uji Autokorelasi

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
a
1 .576 .332 .273 .26736 1.928
a. Predictors: (Constant), Tax Planning, Leverage, Ukuran Perusahaan, Earning Per
Shares
b. Dependent Variable: Return Saham
Sumber: data diolah, 2018.

99 p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

Berdasarkan hasil, perhitungan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Durbin-
Watson 1.928 lalu hasil ini dibandingkan dengan nilai dl dan du pada tabel Durbin- Watson.
Penelitian ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 50 sampel, dengan variabel independen 4
maka diperoleh nilai du sebesar 1.7214. syarat penelitian untuk dapat dinyatakan bebas
autokorelasi adalah du<d<(4-du), dari hasil tersebut 1.7214<1.928<2.276 maka dapat dikatakan
tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang digunakan pada penelitian ini.

d. Uji Multikolonieritas
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardize t Sig. Collinearity
Coefficients d Statistics
Coefficients
B Std. Error Beta Toleranc VIF
e
(Constant) -.200 .814 -.245 .807
Earning Per .020 .009 .325 2.260 .029 .717 1.395
Shares
1 Debt to Eqity -.017 .031 -.071 -.556 .581 .915 1.093
Ratio
Ukuran .349 .388 .114 .902 .372 .923 1.083
Perusahaan
Tax Planning 1.347 .523 .368 2.575 .013 .727 1.376
a. Dependent Variable: Return Saham
Sumber: data diolah, 2018.

Pengujian pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation
Factor). Hasil pengujian multikolonieritas pada tabel 4.6, dapat diketahui bahwa nilai VIF EPS
(X1) sebesar 1.395 dengan nilai tolerance sebesar 0,717, DER (X2) dengan nilai VIF sebesar 1.093
dengan nilai tolerance sebesar 0,915. Untuk ukuran perusahaan (X4) mempunyai nilai VIF 1.083
dengan Nilai tolerance sebesar 0,923 sedangkan Tax Planning mempunyai nilai VIF sebesar 1.376
dengan nilai tolerance sebesar 0,727. pada masing- masing variabel nilai VIF lebih kecil dari nilai
10 (< 10) dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1. sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
terbebas dari multikolonieritas antar variabel independen.

Analisis Regresi Berganda

Hasil uji regresi berganda


Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -.200 .814 -.245 .807
Earning Per Shares .020 .009 .325 2.260 .029
1 Debt to Equity Ratio -.017 .031 -.071 -.556 .581
Ukuran Perusahaan .349 .388 .114 .902 .372
Tax Planning 1.347 .523 .368 2.575 .013
a. Dependent Variable: Return Saham

p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475 100


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

Berdasarkan tabel diatas, persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

Y = -200 + 0,020*X1 + -0,017*X2 + -0,349*X3 + 1.347*X4 + e

Angka yang dihasilkan dari pengujian regresi berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Konstanta (a)
Nilai konstanta Nilai konstanta sebesar -200, artinya apabila keseluruhan variabel
independen (Earning Per Shares, Debt to Equity Ratio, ukuran perusahaan, dan Tax
Planning) bernilai 0 maka nilai variabel dependen (Return saham) adalah -200.
b. Koefisien Regresi (β) X1
Koefisien regresi variabel Earning Per Shares sebesar 0,020, artinya bahwa setiap terjadi
kenaikan satu satuan Earning Per Shares maka Return saham naik sebesar 0,020 dengan
asumsi variabel yang lain konstan.
c. Koefisien Regresi (β) X2
Koefisien regresi variabel Debt to Equity Ratio -0.017, artinya apabila terjadi kenaikan satu
satuan Debt to Equity Ratio akan menurunkan Return saham sebesar 0.017 dengan asumsi
variabel lain konstan.
d. Koefisien Regresi (β) X3
Koefisien regresi variabel Ukuran perusahaan -0.349, artinya apabila terjadi kenaikan satu
satuan Ukuran perusahaan akan menurunkan Return saham sebesar 0,349 dengan asumsi
variabel lain konstan.
e. Koefisien Regresi (β) X4
Koefisien regresi variabel Tax Planning 1.347, artinya apabila terjadi kenaikan satu satuan
Tax Planning akan menaikkan Return saham sebesar 1.347 dengan asumsi variabel lain
konstan
Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi

Hasil Koefisien Determinasi

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate

1 .576a .332 .273 .26736


a. Predictors: (Constant), Tax Planning, Leverage, Ukuran Perusahaan,
Earning Per Shares

Sumber: data diolah, 2018.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,273 yang
berarti pengaruh Earning Per Shares (EPS), Debt to Eqity Ratio (DER), Ukuran perusahaan,
Tax Planning terhadap Return saham sebesar 27,3%. Sedangkan 72,7% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian, seperti Inflansi, tingkat suku bunga bank, kebijakan ekonomi,
pendapatan masyarakat, serta nilai tukar mata uang.

101 p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)


Hasil Uji statistik F

ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 1.601 4 .400 5.599 .001b
1 Residual 3.217 45 .071
Total 4.818 49
a. Dependent Variable: Return Saham
b. Predictors: (Constant), Tax Planning, Leverage, Ukuran Perusahaan, Earning Per
Shares
Sumber: data diolah, 2018.

Berdasarkan hasil uji statistik F yang terdapat pada tabel diatas, dapat diperolah nilai
profitabilitas (F hitung) sebesar 5,599 dan signifikansi pada 0,001. Jadi dapat disimpulkan
bahwa secara simultan variabel independen yaitu Earning Per Share (EPS)(X1), Debt to
Equity Ratio (DER)(X2), Ukuran Perusahaan(X3), Tax Planning(X4) mempunyai pengaruh
signifikan terhadap variabel dependennya yaitu Return saham (Y).
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Hasil Uji Parsial Uji t

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -.200 .814 -.245 .807
Earning Per Shares .020 .009 .325 2.260 .029
Debt to Equity -.017 .031 -.071 -.556 .581
1 Ratio
Ukuran .349 .388 .114 .902 .372
Perusahaan
Tax Planning 1.347 .523 .368 2.575 .013
a. Dependent Variable: Return Saham
Sumber:data diolah,2018

Hasil uji signifikan parameter individual (uji t) dapat dilihat pada tabel 10

1. Pengujian Hipotesis Earning Per Shares (EPS)(X1)


Variabel independen yang pertama yaitu Earning Per Shares (X1) memiliki tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,029. Maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima.
Hal ini berarti bahwa Earning Per Shares berpengaruh positif terhadap Return saham.
2. Pengujian Hipotesis Debt to Equity Ratio (DER) (X2)
Variabel independen yang kedua yaitu Debt to Equity Ratio (X2) memiliki tingkat
signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,581. Maka dapat disimpulkan bahwa H2 ditolak.
Hal ini berarti bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh Negatif terhadap Return saham.
3. Pengujian Hipotesis Ukuran Perusahaan (X3)

p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475 102


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

Variabel independen yang ketiga yaitu Ukuran Perusahaan (X3) memiliki tingkat
signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,372. Maka dapat disimpulkan bahwa H3
ditolak. Hal ini berarti bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh Negatif terhadap Return
saham.
4. Pengujian Hipotesis Tax Planning (X4)
Variabel independen yang keempat yaitu Tax Planning (X4) memiliki tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,013. Maka dapat disimpulkan bahwa H4
diterima. Hal ini berarti bahwa Tax Planning berpengaruh Positif terhadap Return
saham.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Hipotesis pertama yang menyatakan Earning Per Shares (EPS) berpengaruh positif terhadap
Return saham perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 –
2017 Terdukung.
b. Hipotesis kedua Debt to Equity Ratio (DER) yang menyatakan berpengaruh negatif terhadap
Return saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 –
2017 Terdukung.
c. Hipotesis ketiga Ukuran Perusahaan yang menyatakan berpengaruh Positif terhadap Return
saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 – 2017
Tidak Terdukung.
d. Hipotesis keempat Tax Planning yang menyatakan berpengaruh negatif terrhadap Return
saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 – 207
Tidak Terdukung.
Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Return saham perusahaan Perbankan Bursa Efek Indonesia tahun 2013 –
2017. Sedangkan Debt to Equity Ratio (DPR), Ukuran Perusahaan, dan Tax Planning tidak
berpengaruh terhadap Retrun saham. Berdasarkan analisis dari hasil penelitian maka implikasi
penelitian ini adalah:
Bagi perusahaan dapat menggunakan rasio keuangan Earning Per Share (EPS) tersebut dapat
dijadikan pertimbangan investor dalam melakukan investasinya. Jika nilai Earning Per Share (EPS)
tinggi maka Laba yang diperoleh perusahaan dapat meningkat, peningkatan laba tersebut
mempengaruhi ekspektasi investor dalam membeli saham perusahaan, jika permintaan naik maka
harga saham akan ikut naik dan berdampak pada meningkatnya Return saham yang diperoleh
investor.
Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Koefisien determinasi dalam penelitian ini sebesar 27,3%, sehingga masih banyak variabel
lain yang dapat mempengaruhi Return saham perusahaan misalkan seperti Inflansi, tingkat
suku bunga bank, kebijakan ekonomi, pendapatan masyarakat, serta nilai tukar mata uang.
b. Return yang digunakan pada penelitian ini dibentuk berdasarkan selisih harga saham akhir
tahun, sehingga perbedaan return yang dihasilkan kurang nampak.

103 p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

c. Penelitian ini hanya meneliti perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
berturut – turut dari tahun 2013 -2017 sesuai dengan kriteria penelitian. Sehingga hasil yang
ditunjukan tidak dapat digeneralisasikan untuk perusahaan lain.
Saran

1. Diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat memperluas sampel penelitian misalnya


menggunakan sampel keseluruhan perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia khususnya
mempunyai jasa dalam keuangan
2. Diharapakan dalam penelitian selanjutnya dapat menambah variabel penelitian seperti Inflansi,
tingkat suku bunga bank, kebijakan ekonomi, pendapatan masyarakat, serta nilai tukar mata
uang dan variabel-variabel lainnya yang mempengaruhi Return saham perusahaan.
3. Diharapkan penelitian yang akan datang untuk menggunakan Return saham harian atau
bulanan.

REFERENSI
Ayem, S., & Wahyuni, S. (2017). Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio,
Return on Asset Dannon Perfoming Loan Terhadap Return Saham. Jurnal Akuntansi,
5(1), 71. https://doi.org/10.24964/ja.v5i1.258
Aryaningsih, Y. N., Fathoni, A., & Harini, C. (2018). Pengaruh Return on Asset (ROA), Return on
Equity (ROE) dan Earning per Share (EPS) terhadap Return Saham pada Perusahaan
Consumer Good (Food and Beverages) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2013-2016. Journal of Management, 4(4). https://doi.org/2502-7689
Dana, I. M. (2016).Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Return Saham Perusahaan Farmasi di BEI. E-Jurnal Manajemen Unud,
5(11), 6825–6850
Felmawati, E. N., & Handayani, N. (2017). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi,
6(2003), 1–41.
Heni Rachmawati. (2017). Pengaruh Roa , Eps , Dan Harga Saham Terhadap Return Saham.
Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen, 6(September).
Hidayat, M. R., Hermuningsih, S., Prodi, A., Universitas, M., Tamansiswa, S., Tamansiswa, U. S.,
… Return, S. (2018). Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham ( Studi
Kasus Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2005- 2014 ). Jurnal
Manajemen Dewantara, 2(2), 105–110.
Irawahyudi, I. D. (2017). Pengaruh Perencanaan Pajak, Leverage Dan Size Terhadap Return
Saham Perusahaan Property, Real Estate Dan Konstruksi Yang Terdaftar Di Issi Tahun
2014-2015 Skripsi. Jurnal Akuntansi, 91, 399–404.
Kesuma, G. G. G., & Kusuma, I. K. W. (2015). Pengaruh Roa, Der, Eps Terhadap Return Saham
Perusahaan Food And Beverage Bei. E-Jurnal Manajemen Unud, 4(6), 1636–1647
Kumar, P. (2017). Impact of earning per share and price earning ratio on market of share: A study
on auto sector in India. International Journal of Research - Granthaalayah, 5(2), 113–
118. https://doi.org/10.5281/zenodo.345456
Lacinka, A., Fathoni, A., & Gagah, E. (2018). Analyze Effect Of Debt To Equity Ratio, Net Profit
Margin, And Earning Per Share To The Company’s Stock Prices LQ45 Listed On The
Indonesia Stock Exchange. Journal of Management, 4(4).

p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475 104


AKUNTANSI DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 OKTOBER 2019

Luenberger, S. B. M. (2013). Analisis Pengaruh Price Earning Ratio, Dividend Yield, Market To
Book Ratio Dan Earning Per Share Terhadap Return Saham, 1–11.
https://doi.org/10.15931/j.cnki.1006-1096.2013.04.011
Magdalena, & Maria. (2008). Pengaruh earning per share, price earning ratio, quick ratio terhadap
return saham pada perusahaan manufaktur di bei periode 2004 – 2008. Pengaruh
Earning Per Share, Price Earning, 79–99.
Manning, B. T., Sankaranarayanan, S., Hassanzadeh, H., Nandyala, S. V., Marquez-Lara, A.,
Naqvi, A., … Singh, K. (2016). Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Return
saham. E-Journal Bisma Universitas Pendidikan Marlina, D., & Sari, E. N. (2009).
Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Return Saham (Studi Empiris
Perusahaan Manufaktur Di Bei). Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis, 9(1), 80–105.
https://doi.org/10.1016/j.neurobiolaging.2012.03.001\rS0197-4580(12)00181-9 [pii]
Nurhakim, S. A., Irni, Y., Aldilla, I., S, P., Manajemen, B., Fakultas, E., & Universitas, T. (2016).
Pengaruh Profitabilitas Dan Inflasi Terhadap Return Saham Pada Industri Farmasi Yang
Terdaftar Di Bei Periode 2011-2014 the Effect of Profitability and Inflation on Stock
Return At Pharmaceutical Industries At Bei in the Period of 2011-2014. E-Proceeding
of Management, 3(1), 206–213.
Oktavia. (2010). Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap. Jurnal Akuntansi, 10(1).
Paramita, P. D., & Hartono. (2017). Pengaruh Laba Akuntansi, Return On Assets, Ukuran
Perusahaan, Earning Per Share dan Price Book Value Terhadap Return Saham. Jurnal
Ilmiah.
Puspitasari, Y., & Mildawati, Tt. (2017). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Dan Leverage
Terhadap Return Saham. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6(November).
Rahmawati, D. (2018). Pengaruh Laba Akuntansi, Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas
Pendanaan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return sahan. Jurnal Akuntansi, 300.
Risdiyanto, & Suhermin. (2016). Pengaruh ROI, EPS, dan PER Terhadap Return Saham pada
Perusahaan Farmasi. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen, 5(7), 0–15.
Rizal, N., & Ana, S. R. (2016). Pengaruh laba akuntansi dan arus kas serta ukuran perusahaan
terhadap return saham (Studi empiris pada perusahaan perbankan ang terdaftar di BEI
tahu 2012-2014). Jurnal Spread, 6(2), 65–76.
Rokhmatussa’syah, A., & Suratman. (2010). Hukum Investasi Dan Pasar modal.Sinar Grafika.
Jakarta Indonesia.
Sari, R. L. (2016). Pengaruh NPM, ROE, EPS Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Farmasi
Di BEI. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen, 5(12), 1–18
Taufik, F. A., Raharjo, K., & Oemar, A. (2016). Pengaruh Return on Asset, Debt To Equity Ratio,
Earning Per Share Dan Price To Book Value Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Real Estate and Property Yang Terdaftar Di Bei Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009–2014. Journal Of Accounting, 2(2), 1–21.
Wardani, D. K., & Santi, S. (2018). Pengaruh Tax Planning , Ukuran Perusahaan , Corporate Social
Responsibility ( Csr ) Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi, 6(1), 11–24.
Zain, D. D. M. (2005). Manajemen Perpajakan. Salemba Empat.Jakarta, Indonesia.
Waskito, B. S., & Fitria, A. (2016). Pengaruh Inflasi , Return Pasar , Dan Price Earning Ratio.
Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi.

105 p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 | DOI: 10.26460/ad.v3i2.3475


E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang

PENGARUH PERSISTENSI LABA, GROWTH OPPORTUNITY, CAPITAL


STRUCTURE, DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP RETURN
SAHAM
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia
Periode 2015-2019)

Vira Sevitiana*, Anik Malikah**, Junaidi***


Universitas Islam Malang
Email: virasevitiana@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this research was to determine the effect of earnings persistence, growth
opportunity, capital structure, and corporate social responsibility on stock returns. The
research population used is manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange
for the period 2015-2019. The sampling technique used in this research was purposive
sampling. There are 135 manufacturing companies listed consistently on the Indonesia Stock
Exchange during 2015-2019. There are 61 manufacturing companies were sampled in this
research. The data analysis used in this research is multiple linear regression using the SPSS
application program. The data used are secondary data from relevant sources. The results
showed that earnings persistence, growth opportunity, capital structure, and corporate social
responsibility simultaneously have a significant effect on stock returns. Partially the test results
show that the earnings persistence, capital structure, and corporate social responsibility
variable have a significant positive effect on stock returns. Whereas growth opportunity has no
effect on stock returns of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange for
the 2015-2019 period.
Keywords: Earnings Persistence, Growth Opportunity, Capital Structure, Corporate Social
Responsibility, Stock Return.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh persistensi laba, growth opportunity,
capital structure, dan corporate social responsibility terhadap return saham. Populasi
penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2015-2019. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling. Terdapat 135 perusahaan manufaktur yang terdaftar secara
konsisten di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015-2019. Sebanyak 61 perusahaan
manufaktur dijadikan sampel dalam penelitian ini. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan menggunakan program aplikasi SPSS. Data
yang digunakan adalah data sekunder dari sumber yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa persistensi laba, growth opportunity, capital structure, dan corporate social
responsibility secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara parsial
hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel persistensi laba, capital structure, dan corporate
social responsibility berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Sedangkan growth
opportunity tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019.
Kata Kunci: Persistensi Laba, Growth Opportunity, Capital Structure, Corporate Social
Responsibility, Return Saham.

1
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang

PENDAHULUAN
Perekonomian di Indonesia saat ini sedang berada pada kondisi yang kurang stabil.
Namun, ketidakstabilan ini masih bisa teratasi oleh keberadaan pasar modal di Indonesia yang
semakin berkembang. Pasar modal dapat menjadi agen pertumbuhan ekonomi dan keuangan
yang menyediakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan sehingga mereka dapat
beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
perusahaan serta kemakmuran masyarakat luas. Instrumen pasar modal yang selama ini
semakin berkembang di masyarakat antara lain adalah saham, obligasi, dan reksadana. Pasar
modal di Indonesia memiliki peran penting sebagai sektor keuangan yang menjadi indikator
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain itu, pasar modal menjadi suatu wahana untuk
mempertemukan pihak yang mempuanyai dana lebih (investor) dengan pihak yang
membutuhkan dana (emiten).
Pasar modal merupakan tempat jual beli instrumen keuangan berupa saham, obligasi,
maupun reksadana, dimana para investor yang melakukan transaksi memiliki tujuan untuk
menambah kekayaan melalui return yang akan diterima. Investor yang berinvestasi pada saham
(stock) akan memperoleh return (pengembalian) berupa dividen pada akhir tahun pembukuan
atau melalui peningkatan harga saham di pasar modal (capital gain). Menurut Mayangsari
(2020) return saham merupakan suatu hasil (kerugian ataupun keuntungan) yang didapatkan
investor sesudah melaksanakan aktivitas investasi saham. Untuk menilai return saham suatu
perusahaan, calon investor memerlukan beberapa data dari laporan keuangan perusahaan.
Salah satu indikator yang menjadi pusat perhatian para pengguna laporan keuangan adalah
persistensi laba. Persistensi laba merupakan peninjauan laba yang investor harapkan dimasa
yang akan datang (expected future earnings) dilihat berdasarkan inovasi laba atau keuntungan
tahun berjalan yang kemudian dikaitkan oleh pergantian harga saham pada suatu entitas.
Inovasi mengenai laba saat ini, informatif terhadap laba ataupun manfaat masa depan yang
diperoleh investor (Romasari, 2013). Perusahaan yang memiliki laba persisten akan menjadi
sebuah ketertarikan tersendiri yang dapat memunculkan minat para investor untuk
menginvestasikan dananya. Hal ini disebabkan karena perusahaan dapat menjaga kestabilan
kondisi keuangannya.
Selain persistensi laba, investor juga dapat melakukan penilaian terhadap saham di suatu
perusahaan dengan melihat growth opportunity perusahaan yang menerbitkan saham. Growth
Opportunity merupakan suatu kesempatan bertumbuh atau peluang pertumbuhan perusahaan
di masa mendatang. Growth opportunity yang cukup tinggi dapat mendukung peningkatan
return saham. Bagi perusahaan, return saham juga merupakan hal yang sangat penting karena
menjadi sebuah tolok ukur perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan akan sepenuhnya
bertanggung jawab untuk memperbaiki serta menjaga tata kelolanya agar tercipta growth
opportunity yang tinggi. Jika aset produktif perusahaan tinggi maka laba yang dihasilkan pun
juga tinggi, sehingga menghasilkan return saham yang tinggi pula untuk para pemegang
saham. Oleh karena itu, pasar modal berperan penting dalam menjaga ketersediaan pendanaan
eksternal perusahaan agar memiliki growth opportunity yang tinggi (Wardhana, 2017).
Berkaitan dengan hal tersebut, capital structure (struktur modal) suatu perusahaan juga
menarik untuk diteliti mengenai pengaruhnya terhadap return saham. Capital structure
merupakan perbandingan antara modal asing (utang jangka panjang maupun jangka pendek)
dengan modal sendiri (laba ditahan atau penyertaan kepemilikan perusahaan). Efisiensi
pendanaan dapat diukur jika struktur modal yang dimiliki perusahaan optimal (Malbani &
Ngumar, 2019). Capital Structure (struktur modal) memperlihatkan tingkat risiko keuangan
yang terjadi dalam suatu perusahaan, karena dijadikan sebagai sebuah indikator seberapa
banyak utang jangka panjang perusahaan yang dijadikan sebagai keputusan pendanaan. Selain
itu, struktur modal juga mengindikasikan mengenai cara perusahaan dalam memadukan total

2
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang

utang dengan total aset yang dimiliki, sehingga didapatkan suatu komposisi yang pas dan baik
bagi perusahaan.
Selain ketiga variabel independen diatas, Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan salah satu variabel yang cukup menarik pula untuk diteliti sebagai variabel yang
mempengaruhi return saham perusahaan. Menurut Wati (2019) Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah sebuah pendekatan yang dijalankan perusahaan dengan
mengintegrasikan kegiatan sosial dalam operasi bisnisnya. Corporate Social Responsibility
(CSR) dijadikan sebuah strategi untuk menilai apakah perusahaan mempunyai citra yang baik
terhadap masyarakat dan lingkungannya. Selain itu, perusahaan yang menjalankan kegiatan
tanggung jawab sosialnya (Corporate Social Responsibility) dan menyajikan informasi
berkenaan dengan keuangan dan aspek sosial lingkungan secara sekaligus dapat digunakan
sebagai dasar operasi dan strategi perusahaan, sehingga berbagai faktor yang dapat
menimbulkan keuntungan bagi suatu perusahaan dapat dijadikan pertimbangan oleh investor
sebelum mengambil keputusan investasi. Oleh sebab itu, CSR bisa dijadikan sebagai salah satu
keunggulan kompetitif perusahaan. Penerapan CSR merupakan hak bagi para stakeholder,
masyarakat, lingkungan, dan sosial serta menjadi sebuah kewajiban bagi suatu entitas atau
perusahaan yang berpotensi dapat mempengaruhi return saham (Sulistiyowati, 2018).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh persistensi laba, growth
opportunity, capital structure, dan corporate social responsibility terhadap return saham
perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode 2015-2019 baik secara simultan maupun
parsial.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori
Teori Sinyal (Signaling Theory)
Perusahaan memberikan sinyal kepada para investor dalam bentuk informasi mengenai
kinerja yang telah dilakukan sebagai upaya dalam meningkatkan laba dan nilai perusahaan
(Ashma’ & Rahmawati, 2019). Data yang disediakan oleh perusahaan menjadi suatu hal yang
berarti karena bisa mempengaruhi keputusan investasi oleh investor. Data tersebut memiliki
peran penting terhadap pelaku bisnis dan investor dikarenakan menyediakan gambaran,
catatan, maupun keterangan, baik untuk kondisi dimasa lalu, masa sekarang, ataupun masa
mendatang bagi keberlangsungan hidup suatu perusahaan dan seperti apa efeknya bagi
perusahaan tersebut. Signaling theory (teori sinyal) dikembangkan di dalam ilmu
perekonomian dan keuangan untuk menginterpretasikan kondisi nyata bahwa pihak internal
perusahaan secara umum mempunyai informasi dengan lebih cepat dan lebih baik berhubungan
dengan prospek dan kondisi perusahaan dibanding pihak luar entitas atau perusahaan, misal
investor.
Teori Legitimasi
Berkaitan dengan penelitian ini, terdapat teori lain yaitu teori legitimasi. Teori ini terkait
dengan variabel Corporate Social Responsibility (CSR). Teori legitimasi menyatakan bahwa
perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya tidak dapat terpisahkan dari
lingkungan sosial sekitarnya. Oleh sebab itu perusahaan dituntut untuk mengembangkan
program Corporate Social Responsibility (CSR). Program CSR diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif terhadap peningkatan taraf hidup di lingkungan sekitar perusahaan yang pada

3
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang

akhirnya masyarakat sekitar perusahaan dapat menerima keberadaan perusahaan tersebut di


lingkungannya (Sitepu, 2019). Berdasarkan teori ini, perusahaan seharusnya memperlihatkan
bahwa sudah beroperasi dengan cara konsisten pada nilai sosial secara berkelanjutan. Hal
tersebut secara umum dapat diperoleh dengan adanya pengungkapan (disclosure) pada laporan
tahunan entitas.
Persistensi Laba
Laba akuntansi masih menarik perhatian para investor sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan dalam penanaman dana pada perusahaan. Oleh sebab itu, yang harus diperhatikan
oleh calon maupun investor tidak hanya laba yang tinggi, namun juga laba yang persisten.
Persistensi laba adalah salah satu komponen nilai dalam memprediksi laba untuk memastikan
kualitas dari laba perusahaan. Inovasi terhadap laba sekarang adalah informatif terhadap laba
masa depan (Ramadanti & Rahayu, 2019). Persistensi dapat diukur berdasarkan komponen
laporan keuangan atau dilihat berdasarkan keseluruhan laporan keuangan perusahaan. Laba
yang tidak persisten (berfluktuasi) dapat menurunkan kemampuan memprediksi laba dalam
menaksir aliran kas perusahaan dimasa mendatang. Daya prediksi laba yang menurun dapat
menyebabkan kurang bermanfaatnya informasi laba tahun berjalan untuk memprediksi laba
tahun berikutnya (Adityanur, 2019).
Growth Opportunity
Growth Opportunity (peluang pertumbuhan) ialah variabel yang menerangkan prospek
dimasa yang akan datang. Evaluasi pasar terhadap peluang kemajuan suatu perusahaan terlihat
dari berkembang tidaknya suatu perusahaan. Menurut Arif (2016) informasi laba pada
perusahaan yang memiliki kesempatan bertumbuh akan direspon positif oleh pemodal. Selain
itu, perusahaan yang memiliki kesempatan bertumbuh (growth opportunity) diharapkan akan
memberikan profitabilitas yang tinggi dimasa datang, dan diharapkan memiliki laba lebih
persisten. Menurut Sitepu (2019) growth opportunity diproksikan dalam bentuk rasio leverage.
Sehingga dapat dilihat bagaimana harga saham dipengaruhi oleh leverage. Pertumbuhan
perusahaan yang semakin cepat harus dilengkapi dengan jumlah aktiva tetap yang tidak sedikit
pula. Sehingga untuk mengimbangi pertumbuhan perusahaan yang cepat di masa depan
perusahaan membutuhkan dana yang lebih besar. Peluang pertumbuhan suatu perusahaan
mendefinisikan prospek pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang.
Capital structure
Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya berusaha untuk selalu
mempertahankan keseimbangan keuangan perusahaan. Struktur modal berkaitan dengan
profitabilitas perusahaan. Struktur modal adalah komposisi ekuitas dengan utang. Dana yang
asalnya dari utang memiliki biaya modal berupa dividen (Marlinda, 2018). Struktur modal
(Capital Structure) merupakan sebuah perbandingan atau perimbangan antara modal sendiri
dengan modal asing. Dalam hal ini yang tergolong modal asing adalah utang jangka pendek
maupun utang jangka panjang. Sedangkan yang tergolong modal pribadi merupakan
penyertaan kepemilikan entitas serta laba ditahan (dividen). Setelah perusahaan menentukan
struktur modal maka selanjutnya akan menggunakan dana yang telah diperoleh tersebut untuk
kegiatan operasional perusahaan. Apabila return yang diperoleh dari hasil operasional
perusahaan lebih besar daripada biaya modal (cost of capital) maka aktivitas operasional
perusahaan dianggap menguntungkan. Biaya modal merupakan rata-rata tertimbang dari biaya
pendanaan (cost of funds) yang terdiri dari biaya modal pribadi dan biaya-biaya (bunga)
pinjaman (Mukhlisin, 2016).
Corporate Social Responsibility

4
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang

Corporate social responsibility merupakan suatu tindakan yang dilakukan perusahaan


diluar aktivitas yang dapat menguntungkan perusahaan itu sendiri sebagai wujud
pertanggungjawaban entitas terhadap sosial dan lingkungan di sekitarnya dimana suatu entitas
itu berada. Putra (2019) mengemukakan bahwa corporate social responsibility adalah hakikat
dari etika bisnis, dimana merupakan suatu hal yang wajib bagi perusahaan untuk melaksanakan
kewajiban-kewajiban secara ekonomis maupun legal kepada setiap pemegang saham
(stockholders) serta pihak lain selaku pemangku kepentingan (stakeholders). Perusahaan tidak
akan bisa beroperasi, mendapatkan keuntungan, dan mempertahankan kelangsungan hidupnya
tanpa campur tangan dari berbagai belah pihak yang berkepentingan. Penerapan Corporate
Social Responsibility (CSR) pada masa sekarang menjadi perhatian penuh masyarakat maupun
perusahaan. CSR dapat menjadi tolok ukur kinerja suatu perusahaan agar dinilai baik oleh
investor. Investor menjadi lebih tertarik dalam melakukan investasi terhadap dananya pada
suatu perusahaan yang memiliki kinerja yang semakin baik. Hal ini dikarenakan keuntungan
ataupun pengembalian (return) yang diharapkan untuk diterima juga lebih banyak. Oleh karena
itu, penerapan dan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) sewajarnya menjadi
kewajiban bagi perusahaan dan menjadi hak bagi masyarakat, sosial, serta lingkungan yang
kemudian dapat mempengaruhi return saham.
Return Saham
Return saham merupakan hasil (kerugian maupun keuntungan) yang diperoleh investor
dari kegiatan investasi saham. Nugraha & Mertha (2016) mengemukakan bahwa return saham
merupakan tingkat keuntungan yang diterima dan dinikmati oleh investor atas investasi yang
telah dilakukan. Return memunculkan kemungkinan bagi para investor untuk mengetahui
perbandingan antara keuntungan yang diharapkan dengan keuntungan aktual yang terjadi
dalam kegiatan investasi yang dilakukan. Seorang investor yang memiliki pola pikir rasional
akan memfokuskan perhatian terhadap hasil dari pengembalian atau return suatu saham
dikarenakan hal tersebut menjadi salah satu indikator penting dalam mengetahui berhasil atau
tidaknya suatu investasi.
Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dapat digambarkan kerangka

konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Persistensi Laba (X1)

Growth Opportunity (X2)


Return Saham (Y)
Capital Structure (X3)

Corporate Social Responsibility (X4)

Hipotesis Penelitian

5
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang

Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian-penelitian terdahulu maka dirumuskan


hipotesis sebagai berikut:
H1: Persistensi laba, Growth opportunity, Capital Structure, Corporate Social Responsibility
(CSR) berpengaruh terhadap return saham.
H1a: Persistensi laba berpengaruh terhadap return saham.
H1b: Growth opportunity berpengaruh terhadap return saham.
H1c: Capital Structure berpengaruh terhadap return saham.
H1d: Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap return saham.

METODE PENELITIAN
Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kuantitatif deskriptif, dengan lokasi
pengambilan data penelitian di Galeri Investasi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Malang, Jl. Mayjen Haryono No.193, Dinoyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa
Timur. Penelitian ini dilakukan mulai Bulan November 2020 hingga Bulan Mei 2021.
Populasi dan Sampel
Penelitian ini memiliki populasi yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang listing di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 2015 hingga 2019. Teknik pemungutan sampel dilakukan
dengan menerapkan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019.
2. Perusahaan manufaktur yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan secara
konsisten selama periode pengamatan.
3. Perusahaan manufaktur yang menyajikan informasi tanggung jawab sosial pada annual
report periode 2015-2019.
4. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, diperoleh sampel penelitian sebanyak 61
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara selama tahun 2015-2019.
Definisi Operasional Variabel
1. Return Saham (Y)
Return saham adalah sebuah hasil yang diperoleh dari investasi surat berharga
(saham) berupa capital gain (keuntungan) maupun capital loss (kerugian). Untuk
mengukur return suatu saham dapat dilakukan berdasarkan selisih harga saham dengan
rumus sebagai berikut:

𝑃𝑡 − 𝑃𝑡−1
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 (𝑅𝑖 ) =
𝑃𝑡−1
Keterangan:
Ri = Tingkat keuntungan saham i
Pt = Harga saham pada periode t
Pt-1 = Harga saham pada periode t-1

6
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang

2. Persistensi Laba (X1)


Persistensi laba menggambarkan kualitas dari laba suatu entitas yang membuktikan
bahwa suatu entitas tersebut mampu menstabilkan labanya dari waktu ke waktu. Rumus
yang digunakan untuk mengukur tingkat persistensi laba adalah sebagai berikut:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑡−𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑡−1


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐿𝑎𝑏𝑎 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Keterangan:
EBTt = Laba Sebelum Pajak Periode Sekarang
EBTt-1 = Laba Sebelum Pajak Periode Sebelumnya
Total Asset = Total Aset yang Dimiliki Perusahaan dalam Satu Tahun Periode yang
Diteliti

3. Growth Opportunity (X2)


Growth opportunity merupakan sebuah kesempatan bertumbuh suatu entitas dimasa
mendatang. Peluang pertumbuhan suatu perusahaan dapat diukur dengan menggunakan
indikator asset growth sebagaimana dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut
ini (Mas’ud, 2008):

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡)−𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡−1)


Growth Opportunity = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡−1)
Keterangan:
Total Aset (t) = Total Aset pada Periode Sekarang
Total Aset (t-1) = Total Aset pada Periode Sebelumnya

4. Capital Structure (X3)


Struktur modal merupakan suatu perbandingan ataupun perimbangan dana
perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan antara total utang terhadap jumlah modal.
Untuk mengukur struktur modal dapat dilakukan dengan menggunakan proksi Debt to
Equity Ratio (DER). Rumus yang digunakan untuk menghitung Debt to Equity Ratio
(DER) adalah sebagai berikut (Sawir, 2009):

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Keterangan:
Total Liability = Jumlah utang/Kewajiban Perusahaan dalam Satu Periode
Total Equity = Total Ekuitas Perusahaan dalam Satu Periode

5. Corporate Social Responsibility (X4)


Menurut Ikrima & Asrori (2020) citra perusahaan dapat dibentuk melalui program
CSR yang nantinya dapat meningkatkan return saham karena meningkatnya harga saham.
Berdasarkan pedoman GRI G4 terdapat 3 kategori pengungkapan dengan total keseluruhan
91 item. Penilaian pengungkapan CSR dilakukan dengan menggunakan dummy yaitu
dinilai 1 jika item diungkapkan dan dinilai 0 jika item tidak diungkapkan. Skala data yang
diterapkan untuk mengukur CSR pada penelitian ini adalah skala rasio. Perhitungan CSR
dilakukan dengan menggunakan proksi Corporate Social Responsibility Index (CSRI).
Adapun rumus menghitung CSRI berdasarkan pedoman GRI G4 adalah sebagai berikut
(Wahyuni & Damayanti, 2020):

∑ 𝑋𝑦𝑖
𝐶𝑆𝑅𝐼𝑖 =
𝑛𝑖
7
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang

Keterangan:
CSRIi : Indeks pengungkapan pertanggungjawaban sosial dalam suatu perusahaan
∑ 𝑋𝑦𝑖 : Nilai 1 = Jika item diungkapkan, 0 = Jika item tidak diungkapkan
Ni : Jumlah item untuk perusahaan i, ni = 91

Metode Analisis Data


Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam
penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Model regresi dalam penelitian ini
adalah:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan:
Y : Return Saham
β0 : Konstanta
β1-β4 : Koefisien regresi
X1 : Persistensi Laba
X2 : Growth Opportunity
X3 : Capital Structure
X4 : Corporate Social Responsibility (CSR)
e : Error

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif
Berdasarkan pengumpulan informasi dari financial statement maupun annual report
perusahaan manufaktur yang listing di BEI secara konsisten selama tahun 2015-2019. Terdapat
61 perusahaan yang telah memenuhi kriteria sampel penelitian sehingga diperoleh jumlah
sampel yang diteliti selama 5 tahun sebanyak 305. Hasil analisis statistik deskriptif dapat dilihat
pada tabel berikut:
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PL 305 -,204 ,283 ,00580 ,047738
GO 305 -,988 ,933 ,09047 ,161933
CS 305 ,076 5,023 ,86164 ,782676
CSR 305 ,011 ,396 ,12893 ,076807
RS 305 -,987 8,588 ,09774 ,759866
Valid N (listwise) 305
Sumber: Data olahan SPSS, 2021

Hasil Uji Hipotesis


a. Uji Simultan (Uji F)
ANOVA(b)
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 7,304 4 1,826 3,256 ,012(a)
Residual 168,224 300 ,561
Total 175,529 304
a Predictors: (Constant), CSR, PL, CS, GO
b Dependent Variable: RS
Sumber: Data Olahan SPSS, 2021
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa pengujian signifikansi secara
simultan menunjukkan bahwa F hitung senilai 3,256 dengan nilai F signifikan sebesar
0,012; yaitu (< 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima. Artinya variabel

8
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang

persistensi laba, growth opportunity, capital structure, dan CSR secara simultan
berpengaruh terhadap return saham.

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)


Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,718(a) ,515 ,437 ,08658
a Predictors: (Constant), CSR, CS, PL, GO
Sumber: Data Olahan SPSS, 2021
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa R2 adalah senilai 0,437 atau 43,7%.
Hal tersebut artinya besarnya pengaruh variabel persistensi laba, growth opportunity,
capital structure, dan CSR terhadap return saham adalah sebesar 43,7% sedangkan 56,3%
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian ini.
c. Uji Parsial (Uji t)
Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,141 ,090 1,569 ,129
PL ,112 ,048 ,354 2,338 ,028
GO ,004 ,016 ,040 ,240 ,812
CS ,010 ,004 ,393 2,446 ,022
CSR ,010 ,003 ,430 2,823 ,009
a Dependent Variable: RS
Sumber: Data Olahan SPSS, 2021
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1. Pengaruh Persistensi Laba terhadap Return Saham
Variabel persistensi laba memiliki nilai signifikansi sebesar 0,028. Sig. t < 0,05; maka
dapat disimpulkan bahwa H1a diterima yang artinya secara parsial variabel persistensi
laba berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Hasil pengujian ini
menunjukkan bahwa persistensi laba berkaitan dengan kinerja harga saham pasar
modal yang diwujudkan dalam bentuk imbal hasil. Laba yang memiliki persistensi
tinggi dapat menimbulkan hubungan yang semakin kuat antara laba dengan imbal
hasil yang diwujudkan dalam bentuk return saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Adityanur (2019) yang menyatakan bahwa persistensi
laba berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
2. Pengaruh Growth Opportunity terhadap Return Saham
Variabel growth opportunity memiliki nilai signifikansi sebesar 0,812. Sig. t > 0,05;
maka kesimpulannya adalah H1b ditolak yang berarti secara parsial variabel growth
opportunity tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil dari analisis ini
menunjukkan variabel growth opportunity yang diukur dengan menggunakan asset
growth ini tidak memberikan dampak terhadap return saham suatu perusahaan.
Perihal ini disebabkan kesempatan bertumbuh suatu perusahaan diukur dengan
memakai indikator perkembangan, sebaliknya kesempatan bertumbuh ialah sesuatu
hal yang tidak bisa diukur dengan jelas. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Anggrahini & Priyadi (2016) yang menyatakan bahwa
variabel growth opportunity tidak berpengaruh terhadap return saham.
3. Pengaruh Capital Structure terhadap Return Saham
Variabel capital structure memiliki nilai signifikansi sebesar 0,022. Sig. t < 0,05;
maka dapat disimpulkan bahwa H1c diterima yang artinya variabel capital structure
berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Hasil pengujian terhadap

9
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang

variabel capital structure yang di proksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) ini
menunjukkan bahwa dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap return saham
suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan suatu perusahaan pasti membutuhkan tambahan
modal dalam meningkatkan usahanya. Tambahan modal tersebut dapat dipenuhi dari
pihak ketiga jika suatu perusahaan secara internal tidak mampu memenuhi
kekurangan yang ada. Meskipun demikian, besarnya penambahan modal yang
diperoleh dari utang secara umum lebih rendah dari total ekuitas perusahaan. Maka
dari itu dapat dikatakan apabila struktur modal semakin rendah artinya mencerminkan
semakin besar kemampuan suatu perusahaan dalam menjamin utangnya dengan
ekuitas yang dimilikinya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Amri & Zulmi (2020) yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio
(DER) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
4. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Return Saham
Variabel Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki nilai signifikansi sebesar
0,009. Sig. t < 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa H1 d diterima yang artinya
variabel corporate social responsibility berpengaruh positif signifikan terhadap return
saham. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa aktivitas CSR yang dijalankan serta
diungkapkan oleh Perusahaan dalam annual report memiliki daya tarik tertentu untuk
para investor. Perusahaan yang melaksanakan banyak aktivitas CSR menampilkan
kalau ketersediaan dana buat operasional Perusahaan juga lumayan besar. Seberapa
besar tingkatan pengungkapan yang disajikan pihak manajemen entitas hendak
berakibat pada pergerakan harga saham serta berakibat pada return saham secara
langsung. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dijalankan oleh
Sulistiyowati (2018) dengan hasil yaitu CSR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan model regresi linier berganda dan
pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Persistensi laba, growth opportunity, capital structure, dan corporate social responsibility
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham.
2. Persistensi laba berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
3. Growth opportunity tidak berpengaruh terhadap return saham.
4. Capital structure berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
5. Corporate social responsibility berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.

Keterbatasan
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia pada sektor
manufaktur.
2. Terdapat banyak variabel yang dapat diuji mengenai pengaruhnya terhadap return saham
suatu perusahaan, namun pada penelitian ini menggunakan variabel persistensi laba,
growth opportunity, capital structure, dan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai
variabel independen.

10
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang

Saran
Berdasarkan hasil dan keterbatasan yang ada, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk penelitian berikutnya diharapkan dapat meneliti pada sektor-sektor lain yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan ataupun menambah variabel-
variabel lain dalam penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap return saham
seperti variabel profitabilitas, Dividend Per Share (DPS), Return On Asset (ROA), Return
On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), nilai tukar, dan suku bunga.

DAFTAR PUSTAKA
Adityanur, S. (2019). Pengaruh Persistensi Laba terhadap Return Saham Perusahaan ( Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2012-2016 ). Skripsi. Universitas Airlangga.
Amri, A. & Zulmi, R. (2020). Pengaruh Nilai Tukar, Kebijakan Deviden Dan Struktur Modal
Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index. Jurnal
Ilmu Keuangan dan Perbankan. 10(1), 18-36.
Anggrahini, D. P., & Priyadi, M. P. (2016). Pengaruh Kinerja Keuangan dan Growth
Opportunity terhadap Return Saham. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 5(3), 1–16.
Arif, R. (2016). Pengaruh Struktur Modal, Resiko Sistematis, Kesempatan Bertumbuh dan
Ukuran Perusahaan terhadap Earnings Response Coefficient (ERC). Artikel Ilmiah, 26.
Ashma’, F. U., & Rahmawati, E. (2019). Pengaruh Persistensi Laba, Book Tax Differences,
Investment Opportunity Set dan Struktur Modal Terhadap Kualitas Laba dengan
Konservatisme Akuntansi Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Perusahaan
Jasa yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2017). Reviu Akuntansi Dan Bisnis Indonesia,
3(2), 206–219. https://doi.org/10.18196/rab.030246.
Ikrima, A. S., & Asrori, A. (2020). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Terhadap Return Saham Dengan Return On Asset Sebagai Variabel Moderating.
Gorontalo Accounting Journal, 3(1), 1–15. https://doi.org/10.32662/gaj.v3i1.832.
Malbani, Q. I., & Ngumar, S. (2019). Pengaruh Struktur Modal, Likuiditas, Volume
Perdagangan dan Earning Per Share terhadap Return Saham. Ilmu Dan Riset Akuntansi,
8(12), 20.
Mas’ud, M. (2008). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dan
Hubungannya terhadap Nilai Perusahaan. Manajemen Dan Bisnis, 7(1), 82–83.
Mayangsari, L. D. (2020). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas
Dan Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesiatahun 2011-2016. Journal of
Economics Development Issues, 3(01), 26–37. https://doi.org/10.33005/jedi.v3i01.42.
Mukhlisin, S. (2016). Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, dan Tingkat Likuiditas terhadap
Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(Skripsi) Universitas Lampung.
Nugraha, N. A., & Mertha, I. M. (2016). Likuiditas Sebagai Pemoderasi Pengaruh Profitabilitas
Dan Struktur Modal Pada Return Saham Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi,
15(1), 407–432.
Putra, W. T. (2019). Dampak Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap
Profitabilitas dan Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

11
E-JRA Vol. 10 No. 01 Agustus 2021
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang

Indonesia Tahun 2013-2017. Skripsi: Universitas Islam Indonesia.


Ramadanti, A. D., & Rahayu, Y. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal dan
Persistensi Laba terhadap Earnings Response Coefficient ( Studi Pada Perusahaan
Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ). Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi, 8(3), 1–17.
Romasari, S. (2013). Pengaruh Persistensi Laba, Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan
Alokasi Pajak Antar Periode Terhadap Kualitas Laba. Skripsi, 1(2), 1–21.
Sawir, A. (2009). Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Sitepu, P. (2019). Pengaruh Persistensi Laba , Growth Opportunities , Struktur Modal dan
Corporate Social Responsibility ( Csr ) Disclosure Terhadap Earnings Response
Coefficient ( ERC ) pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Sulistiyowati, A. (2018). Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan dan Return Saham. In Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia.
Wahyuni, A., & Damayanti, C. R. (2020). Pengaruh Persistensi Laba, Struktur Modal Dan
Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Earning Response Coefficient (ERC)
(Studi Pada BUMN yang Terdaftar di BEI dan Menggunakan Pedoman Global Reporting
Initiative (GRI) G4 Periode 2013-2016). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 78(1), 38–45.
Wardhana, R. (2017). Analisis Pengaruh Mediasi Growth Opportunity terhadap Hubungan
Good Corporate Governance dan Return Saham. In Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga.
Wati, L. N. (2019). Model Corporate Social Responsibility (CSR) Google Buku.
https://books.google.co.id/books?id.

*) Vira Sevitiana adalah Alumni Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Malang.
**) Anik Malikah adalah Dosen Tetap Universitas Islam Malang.
***) Junaidi adalah Dosen Tetap Universitas Islam Malang.

12
…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

PENGARUH NET PROFIT MARGIN, ARUS KAS OPERASI DAN REPUTASI


AUDITOR TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR PERIODE 2014-2017

STEFANIE
LOH WENNY SETIAWATI1
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

ABSTRACT
Investments are made by investors to get a return. Return is a profit of an
investment. Stock Return has a significant effect in determining the value of
company’s stock. Investors will be interested to invest in companies with a high
return. This research aimed to analysis the effect of net profit margin, operating
cash flow and auditor reputation for the period 2014 – 2016 to stock return for the
period 2015 – 2017 on manufacturing companies that listed on Indonesia Stock
Exchange. Net profit margin is calculated by using net income after tax divided by
total net sales for the period from audited financial statements. This research used
secondary data which is from financial reports with purposive sampling. Research
sample counted 55 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange
period 2014 – 2017.
The results of this research showed that net profit margin and auditor reputation
do not have a significant effect on stock return while operating cash flow has a
significant effect on stock return.

Keywords : Net Profit Margin, Operating Cash Flow, Auditor Reputation,


Stock Return.

ABSTRAK
Investasi dilakukan oleh investor untuk mendapatkan pengembalian.
Pengembalian adalah keuntungan dari investasi. Pengembalian Saham
berpengaruh signifikan dalam menentukan nilai saham perusahaan. Investor akan
tertarik untuk berinvestasi di perusahaan dengan pengembalian tinggi. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh margin laba bersih, arus kas operasi
dan reputasi auditor untuk periode 2014 - 2016 terhadap return saham untuk
periode 2015 - 2017 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Margin laba bersih dihitung dengan menggunakan laba bersih setelah
pajak dibagi dengan total penjualan bersih untuk periode tersebut dari laporan
keuangan yang diaudit. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal
dari laporan keuangan dengan purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak
55 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014 -
2017.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa margin laba bersih dan reputasi auditor
tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan arus kas operasi
berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Kata-kata kunci: Margin Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Reputasi Auditor,
Return Saham.
1
wenny.setiawati@atmajaya.ac.id

1|Page Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

1. PENDAHULUAN
Perdagangan surat berharga merupakan cara untuk menarik dana
masyarakat, dalam hal ini investor, untuk mengembangkan perekonomian dimana
dana tersebut adalah modal yang dibutuhkan perusahaan untuk memperluas
usahanya. Dengan dijualnya saham pasar modal berarti masyarakat diberi
kesempatan untuk memiliki dan mendapatkan keuntungan. Dengan kata lain,
dengan adanya pasar modal, maka seseorang berpotensi dapat meningkatkan
penghasilannya. Motif dari perusahaan yang menjual sahamnya adalah untuk
memperoleh dana yang akan digunakan dalam pengembangan usahanya dan
bagi pemodal adalah untuk mendapatkan penghasilan dari investasinya (Sutrisno,
2017).
Menurut Tandellin (2010, p. 102), return merupakan salah satu faktor yang
memotivasi investor berinteraksi dan juga merupakan imbalan atas keberanian
investor dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Singkatnya
return adalah keuntungan yang diperoleh investor dari dana yang ditanamkan
pada suatu investasi. Return harus diperhatikan oleh investor dalam melakukan
investasi karena menunjukkan prestasi suatu entitas, pergerakan return saham
searah dengan kinerja entitas. Apabila entitas mempunyai prestasi yang semakin
baik, maka keuntungan yang dapat dihasilkan dari operasi usaha semakin besar.
Pada kondisi yang demikian, return saham entitas yang bersangkutan cenderung
naik (Putra & Kindangen, 2016).
Menurut Sartono (2014), return saham juga menunjukkan nilai suatu
perusahaan, salah satu konsep yang menjelaskan nilai perusahaan adalah nilai
pasar, yaitu harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Apabila
harga yang terjadi di pasar lebih tinggi dibandingkan transaksi-transaksi
sebelumnya, maka perusahaan tersebut memiliki value added di mata investor.
Nilai saham merupakan indeks yang tepat untuk menilai tingkat efektifitas
perusahaan, sehingga seringkali dikatakan memaksimumkan nilai perusahaan
juga berarti memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Dengan semakin
tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan
sebaliknya. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang menerbitkan saham di Bursa
Efek, sangat memperhatikan harga sahamnya. Menurut Fahmi (2012), harga yang
terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Namun bila
return saham terlalu tinggi mengurangi kemampuan investor untuk membeli
sehingga menimbulkan return saham sulit untuk meningkat lagi.
Menurut Ross, Westerfield, Jordan, Wong dan Wong (2015), Net Profit
Margin (NPM) adalah suatu ukuran yang mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba neto dari setiap penjualannya. Semakin besar rasio ini,
maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba
yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lastria dan Sari
(2014), variabel Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap return
saham. Hal tersebut dikarenakan, investor dalam melakukan investasi, tidak terlalu
memperhitungkan variabel NPM untuk memprediksi harga saham, karena jika nilai
NPM naik dapat disebabkan adanya persentase penurunan penjualan yang lebih
besar dibandingkan persentase kenaikan laba bersih, sehingga tinggi rendahnya
net profit margin tidak terlalu diperhatikan oleh investor. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Affinanda (2015), menunjukkan bahwa net profit margin
berpengaruh terhadap return saham.
Jumlah arus kas yang timbul dari aktivitas operasi adalah indikator utama
untuk menentukan apakah operasi entitas telah menghasilkan arus kas yang

2|Page Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas,


membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa bantuan sumber
pendanaan dari luar. Arus kas dari aktivitas operasi diperoleh terutama dari
aktivitas penghasil utama pendapatan entitas (PSAK, No. 2, 2018). Model
penilaian menunjukkan bahwa unexpected cash inflows or outflows dari operasi
dari periode tertentu akan mempengaruhi harga saham melalui pengaruhnya pada
arus kas, sehingga diharapkan komponen arus kas dari operasi mempunyai
hubungan yang signifikan dengan return saham (Penman, 2012). Namun, hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2016) yaitu arus kas operasi
mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap return saham, dimana data
penelitian yang digunakan diperoleh dari laporan keuangan dalam perusahaan
manufaktur food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2013-2015, sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yocelyn dan
Christiawan (2012), menunjukkan arus kas operasi berpengaruh terhadap return
saham, dan data penelitian yang digunakan diperoleh dari laporan keuangan yang
diterbitkan oleh perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 -
2010.
Menurut Rahman, Nadirsyah dan Yahya (2012), faktor lain yang
mempengaruhi return saham tersebut adalah reputasi auditor, artinya informasi
laba yang disajikan oleh perusahaan dianggap tidak kredibel dan dianggap dingin
oleh investor, jika perusahaan tersebut menggunakan Kantor Akuntan Publik
(KAP) skala kecil dan sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani dan
Ruhiyat (2018) menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap
return saham, sedangkan menurut Rahman et, al. (2012), reputasi auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah net profit margin berpengaruh terhadap return saham?
2. Apakah arus kas operasi berpengaruh terhadap return saham?
3. Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap return saham?
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
Perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2014 sampai dengan 2017.

2. LANDASAN TEORI

Teori Sinyal (Signalling Theory)


Menurut Brigham dan Houston (2014), isyarat atau signal adalah suatu
tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang
bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi
pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau
gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang
bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan.
Menurut Sharpe dalam Ivana (2011), pengumuman informasi akuntansi
memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa
mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan

3|Page Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan
dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi
informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap
fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah
laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat
berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan
dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang
relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui
oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor
memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan
sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan
preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli
oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan
keuangan secara terbuka dan transparan.

Return Saham
Menurut Zubir (2015), return saham merupakan salah satu faktor yang mendorong
para investor berinvestasi dan merupakan imbalan atas keberanian investor
menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Return saham diartikan
sebagai penghasilan yang diperoleh selama periode investasi per sejumlah dana
yang diinvestasikan dalam bentuk saham. Tingkat keuntungan investasi dalam
saham di pasar modal sangat ditentukan oleh harga saham yang bersangkutan.
Oleh karena itu, untuk memprediksi return yang akan diterima pemodal harus
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor yang
mempengaruhi return suatu investasi meliputi faktor internal dan faktor eksternal
perusahaan. Faktor internal perusahaan meliputi kualitas dan reputasi
manajemen, struktur utang, tingkat laba yang dicapai dan lain-lain, sedangkan
faktor eksternal meliputi pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan
sektor industri, faktor ekonomi dan sebagainya.
Menurut Ross et al. (2015), return saham merupakan keuntungan yang
diperoleh pemegang saham karena menginvestasikan dananya, keuntungan
tersebut dapat berupa dividen (yield) dan capital gain. Dividen merupakan
keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam suatu
periode tertentu. Capital gain/loss dalam suatu periode merupakan selisih antara
harga saham semula (awal periode dengan harganya di akhir periode). Bila harga
saham pada akhir periode lebih tinggi dari harga awalnya, maka dikatakan investor
memperoleh capital gain, sedangkan bila yang terjadi sebaiknya maka investor
akan memperoleh capital loss. Untuk memprediksi return saham banyak faktor
yang dapat digunakan sebagai parameter. Untuk keperluan tersebut, investor
memerlukan alat ukur yang memadai terhadap proyeksi keuntungan (return)
perusahaan di masa mendatang dengan tingkat probabilitas yang berbeda- beda.
Salah satu faktor dari alat ukur ini adalah informasi keuangan dari perusahaan
tersebut.
Menurut Musthafa (2017), return saham adalah tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan. Tujuan
investor dalam berinvestasi adalah untuk meningkatkan nilai kekayaan dengan
cara memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko yang dihadapinya.

4|Page Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

Return saham yang tinggi mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif


diperdagangkan.

Net Profit Margin


Menurut Reeve, Warren dan Duchac (2014), Net Profit Margin (NPM) adalah
rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total
penjualan yang dicapai oleh perusahaan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap
semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi.
Menurut Syamsuddin (2011), net profit margin adalah rasio antara laba
bersih (net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses
termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini sering digunakan oleh
manajer keuangan untuk mengukur efisien perusahaan tersebut dalam
mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya. Semakin
tinggi net profit margin, maka semakin baik operasi suatu perusahaan.
Menurut Bastian, Indra dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah
perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar Net Profit
Margin, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan
meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih
yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap
semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi.
Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan
kemampuan manajemen dalam mengemudikan perusahaan. Para investor perlu
mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Affinanda (2015) yang menyatakan
bahwa net profit margin memiliki pengaruh signifkan terhadap return saham. Hal
ini dikarenakan secara teori jika kemampuan emiten dalam menghasilkan laba
semakin besar, maka harga saham perusahaan di pasar modal juga akan
mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lastria dan Sari (2014),
variabel Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal
tersebut dikarenakan, investor dalam melakukan investasi, tidak terlalu
memperhitungkan variabel NPM untuk memprediksi harga saham karena jika nilai
NPM naik dapat disebabkan adanya persentase penurunan penjualan yang lebih
besar dibandingkan persentase kenaikan laba bersih, sehingga tinggi rendahnya
net profit margin tidak terlalu diperhatikan oleh investor.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan:
H1 : Net profit margin berpengaruh terhadap return saham.

Arus Kas Operasi


Menurut PSAK No. 2 (2018), arus kas adalah arus kas masuk dan arus kas
keluar atau setara kas. Kas terdiri dari saldo (cash on hand) dan rekening giro.
Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid,
berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan kas dengan jumlah tertentu
tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Setara kas dimiliki untuk
memenuhi komitmen jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain. Dalam
laporan arus kas, penerimaan kas dari pembayaran diklasifikasikan 3 kategori
utama, yaitu :

5|Page Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

1. Aktivitas Operasi, yaitu aktivitas penghasil utama pendapatan entitas (principal


revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan.
2. Aktivitas Investasi, yaitu perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta
investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
3. Aktivitas pendanaan, yaitu aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas.

Pelaporan arus kas dari aktivitas operasi terdiri dari 2 metode, yaitu :
1. Metode Langsung, dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas
bruto dan pembayaran kas bruto diungkapkan; atau
2. Metode Tidak Langsung, dengan metode ini laba atau rugi disesuaikan dengan
mengoreksi pengaruh transaksi yang bersifat nonkas, penangguhan, atau
akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu atau
masa depan, dan pos penghasilan atau beban yang berhubungan dengan arus
kas investasi atau pendanaan.
Entitas dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan
menggunakan metode langsung. Metode langsung menyediakan informasi yang
berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan
oleh metode tidak langsung. Dengan metode langsung, informasi mengenai
kelompok utama atas penerimaan kas bruto dan pembayaran kas bruto dapat
ditentukan:
a. Dari catatan akuntansi entitas; atau
b. Dengan menyesuakan penjualan, beban pokok penjualan (penghasilan bunga
dan penghasilan serupa dan beban bunga dan beban serupa untuk suatu
lembaga keuangan) dan pos-pos lain dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain untuk:
i.Perubahan persediaan, piutang usaha, dan utang usaha selama periode
berjalan;
ii.Pos nonkas lain; dan
iii.Pos lain dimana kasnya berdampak pada arus kas investasi dan pendanaan.
Rachmawati (2016) menemukan bahwa arus kas operasi tidak berpengaruh
terhadap return saham. Hal ini disebabkan karena investor tidak menggunakan
informasi arus kas operasi sebagai dasar pengambilan keputusan berinvestasi.
Hal tersebut dapat disebabkan karena pengumuman laporan aliran Arus Kas
Operasi di surat kabar yang go public masih jarang dilakukan di Indonesia.
Laporan yang sering diumumkan hanyalah mengenai informasi total aset, liabilitas
dan laba bersih tahun berjalan yang diperoleh beserta dengan perubahannya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tumbel, Tinangon dan Walandouw
(2017) juga menunjukkan arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap return
saham. Hasil pengujian ini bertolak belakang dengan teori bahwa tingginya arus
kas operasi akan menjadikan return saham ikut naik. Hal ini disebabkan karena
selama periode, perusahaan yang dijadikan sampel penelitian masih memiliki
kinerja keuangan yang rendah, sehingga investor kurang tertarik untuk
menanamkan modalnya ke perusahaan. Hal ini bertentangan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ernayani, Prihandoyo dan Abdiannur (2018), di
mana arus kas operasi memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.

6|Page Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

Penelitian tersebut mencerminkan arus kas operasi memiliki nilai tambah


mengenai kandungan informasi yang tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang
diajukan:
H2 : Arus kas operasi berpengaruh terhadap return saham.

Reputasi Auditor
Menurut Rudyawan dan Badera (2009), reputasi auditor merupakan prestasi
dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki
auditor tersebut. KAP dengan reputasi big four dianggap perusahaan memiliki
kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non big four. KAP dengan
reputasi yang lebih baik akan cenderung memberikan opini audit going concern,
jika perusahaan memiliki masalah yang berkaitan dengan kelangsungan
usahanya. KAP non big four memiliki reputasi yang lebih rendah dari KAP big four,
sehingga kualitas audit yang diberikan pun akan lebih rendah.
Margaretta dan Saputra (2005) menyatakan bahwa klien biasanya
mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik (KAP)
besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasional memiliki kualitas yang
lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan
dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer
review.
Menurut Yuliana dan Ardianti (2004), Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non the big
four. Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi dengan the big four
di Indonesia, yaitu:
1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP Tanudiredja,
Wibisana & Rekan.
2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama dengan
KAP Siddharta dan Widjaja.
3. KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono, Suherman
dan Surja.
4. KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing
Satrio dan Rekan.
Keempat KAP the big four di atas dianggap memiliki reputasi yang lebih baik
dibandingkan dengan KAP lain di Indonesia (KAP non-big four), sehingga keempat
KAP tersebut di atas diberi label KAP the big four. Hal tersebut juga didasarkan
pada ukuran dan reputasi KAP tersebut dalam memberikan jasa audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahman, Nadirsyah dan Yahya (2012) yang
menunjukkan bahwa reputasi auditor memiliki pengaruh signifikan terhadap return
saham. Hal ini disebabkan karena penelitian ini tidak dilakukan terhadap sektor
non manufaktur yang sebenarnya mungkin bisa memiliki pengaruh signifikan
terhadap harga saham. Menurut Rahman et al. (2012), penafsiran yang dapat
dikemukakan dari penelitian tersebut bahwa investor percaya dan yakin dengan
informasi laba yang dilaporkan oleh perusahaan manufaktur BEI, karena KAP
berskala besar mempunyai banyak sumber daya, banyak klien dan reputasi yang
telah dianggap baik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani dan Ruhiyat (2018)
menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap return saham.
Hal ini dikarenakan penelitian ini hanya menggunakan perusahaan-perusahaan

7|Page Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

yang terdaftar di BEI, oleh karena itu hasil penelitian ini belum tentu dapat
digeneralisasikan pada perusahaan-perusahaan non manufaktur yang terdaftar di
BEI, apalagi mungkin dari wilayah lain.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan:
H3 : Reputasi auditor berpengaruh terhadap return saham.

3. METODE PENELITIAN

Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham. Menurut
Musthafa (2017), return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh
pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan. Return saham dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Ri = (Pt – Pt-1) / Pt-1
Keterangan:
Ri = return sekarang
Pt = harga saham sekarang
Pt-1 = harga saham periode lalu

Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Net Profit Margin
Net Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah
dipotong pajak. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
pendapatan bersihnya terhadap total penjualan yang dicapai oleh
perusahaan. Net Profit Margin dapat dihitung dengan rumus (Bastian, Indra &
Suhardjono, 2006):
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Net Profit Margin (NPM) = 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 / Net Sales
2. Arus Kas Operasi
Arus kas operasi merupakan arus kas yang berasal dari aktivitas penghasil
utama pendapatan perusahaan atau transaksi yang masuk atau keluar dari
dalam penentuan laba bersih, meliputi arus kas yang dihasilkan dan
dikeluarkan dari transaksi yang masuk determinasi atau penentuan laba
bersih (net income). Pelaporan arus kas dari aktivitas operasi terdiri dari 2
metode, yaitu Metode Langsung (Direct Method) dan Metode Tidak Langsung
(Indirect Method). Entitas dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas
operasi dengan menggunakan metode langsung. Metode langsung
menyediakan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa
depan yang tidak dapat dihasilkan oleh metode tidak langsung. (PSAK No. 2,
2018)
3. Reputasi Auditor
Reputasi auditor dibagi menjadi 2, yaitu auditor yang berasal dari KAP the big
four dan KAP yang berasal dari KAP Non The Big Four. KAP dengan reputasi
big four dianggap perusahaan memiliki kualitas audit yang lebih baik
dibandingkan dengan KAP non big four, sebaliknya KAP non big four memiliki
reputasi yang lebih rendah dari KAP big four, sehingga kualitas audit yang
diberikan pun akan lebih rendah.
Variabel ini merupakan variabel dummy, yaitu:

8|Page Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

- KAP The Big Four 0


- KAP Non Big Four 1

Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari
laporan keuangan auditan (Audited Financial Statement) yang tersedia di
www.idx.co.id periode 2014 – 2017. Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014 –
2017. Adapun beberapa kriteria yang ditetapkan untuk membatasi populasi, antara
lain:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014 –
2017.
2. Perusahaan tersebut telah mengeluarkan laporan keuangan yang telah diaudit
(audited) dan dipublikasikan melalui website Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id).
3. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang Rupiah.
4. Perusahaan harus memiliki laba selama periode yang diteliti.
5. Laporan keuangan yang disajikan menggunakan periode pembukuan 1 Januari
- 31 Desember.
6. Perusahaan harus diaudit oleh reputasi auditor yang sama selama periode yang
diteliti.

Adapun perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek


Indonesia yang dijadikan sampel penelitian adalah sebanyak 134 perusahaan
dengan periode 4 tahun serta mempertimbangkan kelengkapan data laporan
keuangan dari masing- masing perusahaan setiap tahunnya.

Tabel 3.1
Pemilihan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah Sampel
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek 462
Indonesia periode 2014-2017
Perusahaan dengan laporan keuangan yang tidak (87)
disajikan dalam mata uang Rupiah
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan (33)
Perusahaan yang tidak menghasilkan laba pada tiap (126)
tahun pengamatan
Periode pembukuan perusahaan selain 1 Januari – 31 (3)
Desember
Perusahaan yang diaudit oleh reputasi auditor yang (6)
berbeda selama periode 2014 – 2017
Perusahaan yang melakukan IPO di tahun 2015 (42)
Total Sampel 165
Outlier (31)
Data Sampel 134

9|Page Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Statistik Deskriptif


Tabel 4.1
Analisis Deskriptif

Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic


Net Profit Margin .00 .21 .0656 .04843
Arus Kas Operasi -862339383145.00 7288586537000.00 656710581060.5076 1502924343881.61350
Return Saham -.48 .83 .0228 .26442
Valid N (listwise)

Berdasarkan Tabel 4.2, variabel net profit margin memiliki nilai minimum 0.00, nilai
maksimum 0.21, nilai rata-rata 0.0656 dan nilai standar deviasi 0.04843. Variabel
arus kas operasi memiliki nilai minimum – Rp 862,339,383,145, nilai maksimum
Rp 7,288,586,537,000, nilai rata-rata Rp 656,710,581,060.51 dan nilai standar
deviasi Rp 1,502,924,343,881.61.

Uji Hipotesis
Tabel 4.2
Uji Statistik t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Std.
B Error Beta
Model t Sig.
1 (Constant) .015 .061 .243 .808
Net Profit Margin -1.081 .578 -.198 -1.870 .064
Arus Kas Operasi 3.704 .000 .211 1.998 .048
Reputasi Auditor .089 .054 .165 1.661 .145
a. Dependent Variable: Return Saham

Dengan tingkat signifikan 5% (0,05), hipotesis dalam pengujian ini adalah:


a. Net Profit Margin
Hipotesis yang akan diuji:
H0 : β1 = 0 Net profit margin tidak berpengaruh terhadap return saham
H1 : β1 ≠ 0 Net profit margin berpengaruh terhadap return saham
Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 yaitu hasil Uji t dari variabel net profit
margin adalah sebesar 0.064, dimana hasil tersebut adalah lebih besar dari
tingkat signifikansi penelitian yaitu 0.05. Hal ini berarti H0 diterima dan H1
ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa net profit margin tidak berpengaruh
pada return saham.

10 | P a g e Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

b. Arus Kas Operasi


Hipotesis yang akan diuji:
H0 : β2 = 0 Arus Kas Operasi tidak berpengaruh terhadap return saham
H2 : β2 ≠ 0 Arus Kas Operasi berpengaruh terhadap return saham
Pada Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa hasil Uji t dari arus kas operasi adalah
sebesar 0.048, dimana hasil tersebut adalah lebih kecil dari tingkat
signifikansi penelitian yaitu 0.05. Hal ini berarti H 0 ditolak dan H2 diterima.
Jadi, arus kas operasi berpengaruh terhadap return saham.
c. Reputasi Auditor
Hipotesis yang akan diuji:
H0 : β3 = 0 Reputasi Auditor tidak berpengaruh terhadap return saham
H3 : β3 ≠ 0 Reputasi Auditor berpengaruh terhadap return saham
Hasil Uji t dari variabel reputasi auditor pada Tabel 4.2 adalah sebesar 0.145
dimana hasil tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi penelitian yaitu 0.05.
Hal ini berarti H0 diterima dan H3 ditolak. Jadi, reputasi auditor tidak
berpengaruh terhadap return saham.
Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai
berikut :
Y = 𝛼 – 1.081X1 + 3.704X2 + 0.089X3 + e
Keterangan:
Y : Return Saham
α : Konstanta
β1, β2, β3, β4 : Koefisien Regresi
X1 : Net Profit Margin
X2 : Arus Kas Operasi
X3 : Reputasi Auditor
e : Error

Pembahasan
Net Profit Margin
Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa net profit margin (NPM) tidak
berpengaruh terhadap return saham. Investor dalam mengambil keputusan
berinvestasi pada suatu perusahaan akan cenderung melihat bagaimana
perubahan capital gain dan dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Menurut
Lastria dan Sari (2014), investor dalam melakukan investasi, tidak terlalu
memperhitungkan variabel NPM untuk memprediksi harga saham. Jika nilai NPM
naik dapat disebabkan adanya persentase penurunan penjualan yang lebih besar
dibandingkan persentase kenaikan laba bersih, sehingga tinggi rendahnya net
profit margin tidak terlalu diperhatikan oleh investor.
Hasil penelitian Lastria dan Sari (2014) sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Murni, Arfan dan Musnadi (2014) yang menunjukkan bahwa net
profit margin tidak berpengaruh terhadap return saham. Menurut Murni, Arfan dan
Musnadi (2014), net profit margin tidak mampu meningkatkan return saham
dikarenakan kemungkinan adanya faktor lain di luar variabel net profit margin yang
dapat mempengaruhi harga saham, seperti adanya perubahan tingkat inflasi, suku
bunga, memburuknya perekonomian global yang mempengaruhi perekonomian
domestik, dan faktor lainnya. Sebagian besar investor tidak tertarik untuk
mendapatkan laba jangka panjang berupa dividen, sehingga investor lebih tertarik
pada laba jangka pendek yaitu capital gain sehingga dalam mempertimbangkan

11 | P a g e Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

pembelian saham, investor tidak mempertimbangkan nilai net profit margin, akan
tetapi mengikuti tren yang terjadi di pasar.
Putra, Dzulkirom dan Rahayu (2014) juga melakukan penelitian mengenai
pengaruh net profit margin terhadap return saham juga menemukan tidak adanya
pengaruh antara net profit margin dan return saham. Menurut Putra et al. (2014),
Net Profit Margin (NPM) mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan. Pada saat laba bersih naik,
total penjualan akan ikut naik, hal ini disebabkan karena tingginya biaya yang
harus dikeluarkan perusahaan sehingga NPM tidak memiliki pengaruh terhadap
harga saham.
Mahardika dan Artini (2017) mengatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
antara net profit margin dan return saham. Hal tersebut disebabkan informasi
mengenai net profit margin tidak terlalu diperhatikan oleh investor dalam
mengambil keputusan investasinya karena jika nilai NPM naik dapat disebabkan
adanya persentase penurunan penjualan yang lebih besar dibandingkan
persentase kenaikan laba bersih.

Arus Kas Operasi


Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa arus kas operasi berpengaruh
terhadap return saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori sinyal, yaitu bahwa
manajemen memberi sinyal kepada investor mengenai bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan. Investor melihat bahwa jika perusahaan
memiliki kas dari kegiatan operasi yang besar, maka bisa menjadi indikasi bahwa
perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman,
memelihara kemampuan operasi, membayar dividen, dan melakukan investasi
baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.
Menurut Ernayani, Prihandoyo dan Abdiannur (2017), variabel arus kas
operasi memiliki pengaruh terhadap return saham. Penelitian tersebut
mencerminkan bahwa arus kas operasi memiliki nilai tambah kandungan informasi
yang tinggi bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Penelitian
Ernayani et al. (2017) sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andreas
(2017) yaitu arus kas operasi memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.
Investor harus menyadari bahwa perusahaan itu menghadapi kesulitan keuangan
yang mungkin bisa terjadi untuk memenuhi target jangka pendek seperti
memenuhi liabilitas jangka pendeknya dan membayar dividen tunai bagi
pemegang saham. Karena itu, investor sangat disarankan untuk menganalisis arus
kas yang berasal dari kegiatan operasi sebelum berinvestasi di suatu perusahaan.
Trisnawati, Widya dan Wahidahwati (2013) juga melakukan penelitian
mengenai pengaruh arus kas operasi terhadap return saham juga menemukan
bahwa variabel arus kas operasi memiliki pengaruh signifikan terhadap return
saham. Hal ini mengindikasikan bahwa jika semakin baik suatu perusahaan dalam
menghasilkan arus kas operasi, maka harga saham akan cenderung meningkat
dan berpengaruh terhadap return saham. Arus kas operasi merupakan kegiatan
utama perusahaan, dan dapat mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memelihara kemampuan operasi perusahaan, melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar dan membagikan dividen kepada
pemegang saham, sehingga para investor akan tertarik untuk menanam saham
pada perusahaan yang mempunyai arus kas operasi yang baik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijono (2016) menunjukkan hasil yang
sama yaitu arus kas operasi berpengaruh terhadap return saham. Arus kas operasi

12 | P a g e Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan. Pola arus kas
aktivitas operasi adalah positif, yaitu arus kas masuk lebih besar dari arus kas
keluar. Arus kas aktivitas operasi yang positif menunjukkan kinerja perusahaan
yang stabil dan kondisi keuangan yang baik karena dinilai mampu dalam
membiayai kegiatan operasionalnya. Hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan
dan mendorong investor untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut.
Semakin banyak investor yang berinvestasi akan meningkatkan harga saham
perusahaan, dan berdampak pada meningkatnya return saham.
Menurut Yocelyn dan Christiawan (2012), pengaruh arus kas operasi
terhadap return saham disebabkan karena arus kas operasi menunjukkan hasil
operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta telah dikurangi
dengan beban yang bersifat tunai. Bisa terjadi laporan laba rugi menunjukkan
angka penjualan dan laba usaha yang tinggi tetapi ternyata bersifat semu, karena
perusahaan belum menerima dana pelunasan penjualan. Kesulitan likuiditas
mengakibatkan banyak timbulnya piutang macet atau piutang dengan term kredit
yang sangat lama.

Reputasi Auditor
Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa reputasi auditor tidak
berpengaruh terhadap return saham. Hal ini disebabkan karena investor tidak
terlalu peduli mengenai reputasi KAP yang mengaudit suatu perusahaan. Auditor
independen yang tergolong Big Four maupun Non Big Four juga telah mengikuti
pedoman standar audit yang sama, sehingga hasil laporan auditor independen
hanya bertujuan untuk memastikan (to assure) apakah laporan keuangan
mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya atau tidak.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani
dan Ruhiyat (2018) dan Puspaningtias (2017), yaitu tidak berpengaruhnya reputasi
auditor terhadap return saham. Hal ini disebabkan karena teori agency
menganggap permintaan pelayanan informasi menjadi yang terutama. Teori ini
berfokus pada hubungan, dimana kesejahteraan pemilik (owner) dipercayakan
pada orang lain yakni agen. Pemilik memberikan perintah pada kepada auditor
independen (agen) untuk melakukan suatu jasa yakni audit atas laporan
keuangan. Agen akan memberikan opini audit atas hasil penilaian agen. Menurut
Brigham dan Houston (2014), signalling theory juga menyatakan bahwa informasi
yang akan dipublikasikan memberikan sinyal bagi investor praktik manajemen dan
kinerja perusahaan akan tercermin dalam laporan keuangan yang nantinya akan
dinilai oleh auditor independen. Auditor independen diharapkan dapat membatasi
kinerja buruk atau manajemen laba dalam laporan keuangan sehingga informasi
dalam laporan keuangan bisa lebih handal.
Penelitian yang dilakukan oleh Afridah dan Yanto (2015) juga menunjukkan
hasil yang sama, yaitu reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap return saham.
Hal ini dimungkinkan karena kasus Enron dan dibubarkannya KAP Anderson,
sehingga publik memandang KAP bukanlah tolok ukur untuk menilai terjadinya
asimetri informasi.

13 | P a g e Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

5. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Variabel net profit margin tidak berpengaruh terhadap return saham
perusahaan. Hal tersebut disebabkan investor dalam mengambil keputusan
berinvestasi pada suatu perusahaan akan cenderung melihat bagaimana
perubahan capital gain dan dividen, baik tunai maupun dalam bentuk saham
yang dibagikan oleh perusahaan.
2. Variabel arus kas operasi berpengaruh terhadap return saham perusahaan.
Investor melihat jika perusahaan memiliki kas dari kegiatan operasi yang besar,
maka bisa menjadi indikasi bahwa perusahaan dapat menghasilkan kas yang
cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi, membayar
dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber
pendanaan dari luar.
3. Variabel reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap return saham
perusahaan. Investor tidak terlalu peduli mengenai reputasi KAP yang
mengaudit suatu perusahaan. Auditor independen yang tergolong Big Four
maupun Non Big Four juga telah mengikuti pedoman standar audit yang sama,
sehingga hasil laporan auditor independen hanya bertujuan untuk memastikan
(to assure) apakah laporan keuangan mencerminkan kondisi perusahaan yang
sebenarnya atau tidak.

Saran
Beberapa saran untuk penelitian selanjutnya, antara lain:
1. Ruang lingkup untuk penelitian dapat diperluas selain perusahaan manufaktur,
seperti industri jasa, lembaga non-keuangan, perusahaan yang bergerak di
bidang agribusiness, perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, dan
sektor lainnya untuk mengeneralisasi hasil penelitian.
2. Periode penelitian disarankan hanya 4 tahun, melainkan 10 tahun. Hal ini
bertujuan agar penelitian tersebut memiliki jumlah sampel yang lebih banyak
dan memberikan hasil uji yang lebih baik dan mendapatkan model penelitian
di industri terkait.
3. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel independen lain yang dapat
mempengaruhi return saham, seperti pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) dan current ratio.

14 | P a g e Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

DAFTAR PUSTAKA
Affinanda, A. (2015). Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return
Saham Pada Perusahaan Dalam Indeks LQ 45 Tahun 2010 – 2013. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 4(2), 1-11.

Afridah, N., & Yanto, H. (2015). Determinan Asimetri Informasi di Seputar


Pengumuman Laporan Keuangan Tahunan. Accounting Analysis Journal,
4(2), 1-10.

Alexandri, M.B. (2009). Manajemen Keuangan Bisnis. Edisi pertama. Bandung:


Alfabeta.

Andreas. (2017). Analysis of Operating Cash Flow to Detect Real Activity


Manipulation and Its Effect on Market Performance. International Journal of
Economics and Financial Issues, 7(1), 524-529.

Bastian, Indra & Suhardjono. (2006). Akuntansi Perbankan. Edisi pertama.


Jakarta: Salemba Empat.

Brigham, E.F., & Houston, J.F. (2014). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi
kesebelas. Jakarta: Salemba Empat.

Dini, A.W., & Indarti, I. (2012). Pengaruh Net Profit Margin, Return On Asset dan
Return On Equity Terhadap Harga Saham yang Terdaftar Dalam Indeks
Emiten LQ45 Tahun 2008-2010. Jurnal Kajian Akuntansi dan Bisnis, 1(1),
1-18.

Ernayani, R., Prihandoyo, C., & Abdiannur. (2018). Perubahan Arus Kas dan
Pengaruhnya Terhadap Return Saham. Jurnal Humaniora dan Pendidikan,
2(1), 1-9.

Fahmi, I. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Edisi kedua. Bandung: Alfabeta.

Field, A.P. (2009). Discovering statistics using SPSS: and sex and drugs and rock
‘n’ roll (3rd ed.). London: Sage.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25. Edisi
kesembilan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hartono, J. (2013). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi kedelapan.


Yogyakarta: BPPE.

Husnan, S. (2016). Dasar-dasar Teori Portfolio dan Analisis Sekuritas. Edisi


kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2018). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.


Jakarta: Salemba Empat.

KEPPRES Nomor 53 Tahun 1990. (1990). Keputusan Presiden No. 53 Tahun


1990 tentang Pasar Modal. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

15 | P a g e Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

Lastria, P.D., & Sari, R.L. (2014). Analisis Pengaruh Return On Asset, Net Profit
Margin dan Earnings Per Share Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012.
Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 2(7), 426-432.

Mahardika, I.N, & Artini, L.G. (2017). Pengaruh Rasio Pasar dan Rasio
Profitabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
E-Jurnal Manajemen Unud, 6(4), 1877-1905.

Margaretta, F., & Saputra, S. (2005). Opini Audit Going Concern (Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan dan
Reputasi Kantor Akuntan Publik Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. 966-978.

Martalena & Malinda, M. (2011). Pengantar Pasar Modal. Edisi pertama.


Yogyakarta: Andi.

Meutia, I. (2004). Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba


untuk KAP Big 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 7(3), 333-
350.

Murni, S., Arfan, M., & Musnadi, S. (2014). Pengaruh Earning Per Share dan Net
Profit Margin Terhadap Return Saham Pada Perusahaan yang Tergabung
dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, 3(1), 38-49.

Musthafa. (2017). Manajemen Keuangan. Edisi pertama. Yogyakarta: Penerbit


Andi.

Nugrahani, S., & Ruhiyat, E. (2018). Pengaruh Opini Audit Terhadap Harga
Saham Dengan Ukuran Kantor Akuntan Publik Sebagai Variabel
Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013 – 2015. Jurnal Akuntansi, 5(1), 80-83.

Penman, S.H. (2012). Financial Statement Analysis and Security Valuation (5th
ed). New York: McGraw-Hill.

Puspaningtias, S.D. (2017). Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility,


Profitabilitas, Opini Audit, dan Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap
Harga Saham: Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambangan dan
Pertanian Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015.
Skripsi. Universitas Atma Jaya, Jakarta.

Putra, F.E., & Kindangen, P. (2016). Pengaruh Return On Asset, Net Profit Margin
dan Earning Per Share terhadap Return Saham (Kasus Pada Perusahaan
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2010 – 2014). Jurnal Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 4(4), 239-
244.

16 | P a g e Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

Putra, Y.P., Dzulkirom, M., & Rahayu, S.M. (2014). Pengaruh Return On
Investment, Return On Equity, Net Profit Margin, dan Earning Per Share
Terhadap Harga Penutupan Saham Perusahaan (Studi Pada Perusahaan
Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2012). Jurnal Administrasi Bisnis, 8(2), 1-7.

Rachmawati, R. (2016). Pengaruh Arus Kas Operasi dan Laba Akuntansi


Terhadap Return Saham (Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Food and
Beverages Tahun 2013 - 2015). Jurnal Akuntansi dan Investasi. 1(2), 147-
156.

Rahman, R., Nadirsyah, & Yahya, M.R. (2012). Pengaruh Manajemen Laba dan
Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap Return Saham (Kasus Pada
Perusahaan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2006 - 2010). Jurnal Akuntansi, 2(1), 100-109.

Reeve, J.M., Warren, C.S., & Duchac, J.E. (2014). Principles of Accounting (12th
ed.). New York: Cengage Learning.

Ross, S., Westerfield, R., Jordan, B., Wong, R., & Wong, B. (2015). Essentials of
Corporate Finance. New York, NY: McGraw-Hill Education.

Rudyawan, A.P. & Badera, I.D. (2009). Opini Audit Going Concern (Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan,
Leverage, dan Reputasi Auditor). Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 4(2), 129-
139.

Sartono, A. (2014). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi keempat.


Yogyakarta: BPPE.

Sharpe, W.F., Alexander, G.J., & Bailey, J.V. (2005). Investasi. (Penerjemah:
Hendry Njooliangtik dan Agustino). Jakarta: Dadi Kayana Abadi. (Buku asli
diterbitkan 2000).

Sutrisno. (2017). Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi revisi.
Yogyakarta: Ekonisia.

Syamsuddin, L. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan (Konsep Aplikasi


dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan). Edisi
baru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tandellin, E. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi pertama.
Yogyakarta: Kanisius.

Trisnawati, Widya & Wahidahwati. (2013). Pengaruh Arus Kas Operasi, Investasi
dan Pendanaan serta Laba Bersih terhadap Return Saham. Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi, 1(1), 15-34.

17 | P a g e Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


…RETURN SAHAM… [STEFANIE, L. W. SETIAWATI]

Tumbel, G.A., Tinangon, J., & Walandouw, S.K. (2017). Pengaruh Laba Akuntansi
dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013 – 2015. Jurnal EMBA, 5(1), 173-183.

UU Nomor 8 Tahun 1995. (1995). Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang


Pasar Modal. Jakarta: Dewan Perwailan Rakyat Republik Indonesia.

Widoatmodjo, S. (2012). Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Edisi revisi.


Jakarta: Elex Media Komputindo.

Wijono, C.L. (2016). Pengaruh Return On Equity, Arus Kas Operasi, Ukuran
Perusahaan, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return Saham Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia
Periode 2012-2015. Jurnal Akuntansi Balance, 15(1).

Yocelyn, A., & Christiawan, Y.J. (2012). Analisis Pengaruh Perubahan Arus Kas
dan Laba Akuntansi Terhadap Return Saham (Kasus Pada Perusahaan
Berkapitalisasi Besar). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 14(2), 81-90.

Yuliana & Ardianti, A.Y. (2004). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di
Indonesia. Jurnal Modus, 16(2), 135-146.

Zubir, Z. (2015). Manajemen Portofolio (Penerapannya dalam Investasi Saham).


Jakarta: Salemba Empat.

18 | P a g e Ajar Vol. 2 No. 2 (Agustus) 2019, 01-18


Review of Accounting and Finance
The impact of downside risk on UK stock returns
Fangzhou Huang,
Article information:
To cite this document:
Fangzhou Huang, (2019) "The impact of downside risk on UK stock returns", Review of Accounting
and Finance, https://doi.org/10.1108/RAF-07-2017-0139
Permanent link to this document:
https://doi.org/10.1108/RAF-07-2017-0139
Downloaded on: 08 February 2019, At: 06:20 (PT)
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

References: this document contains references to 36 other documents.


To copy this document: permissions@emeraldinsight.com
The fulltext of this document has been downloaded 17 times since 2019*
Access to this document was granted through an Emerald subscription provided by emerald-
srm:178063 []
For Authors
If you would like to write for this, or any other Emerald publication, then please use our Emerald
for Authors service information about how to choose which publication to write for and submission
guidelines are available for all. Please visit www.emeraldinsight.com/authors for more information.
About Emerald www.emeraldinsight.com
Emerald is a global publisher linking research and practice to the benefit of society. The company
manages a portfolio of more than 290 journals and over 2,350 books and book series volumes, as
well as providing an extensive range of online products and additional customer resources and
services.
Emerald is both COUNTER 4 and TRANSFER compliant. The organization is a partner of the
Committee on Publication Ethics (COPE) and also works with Portico and the LOCKSS initiative for
digital archive preservation.

*Related content and download information correct at time of download.


The current issue and full text archive of this journal is available on Emerald Insight at:
www.emeraldinsight.com/1475-7702.htm

Impact of
The impact of downside risk on downside risk
UK stock returns
Fangzhou Huang
Accounting and Finance Department, School of Management,
Swansea University, Swansea, UK
Received 8 July 2017
Revised 12 October 2017
Abstract 27 January 2018
Accepted 10 April 2018
Purpose – This paper aims to investigate patterns in UK stock returns related to downside risk, with
particular focus on stock returns during financial crises.
Design/methodology/approach – First, stocks are sorted into five quintile portfolios based on the
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

relevant beta values (classic beta, downside beta and upside beta, calculated by the moving window
approach). Second, patterns of portfolio returns are examined during various sub-periods. Finally, predictive
powers of beta and downside beta are examined.
Findings – The downside risk is observed to have a significant positive impact on contemporaneous stock
returns and a negative impact on future returns in general. In contrast, an inverse relationship between risk
and return is observed when stocks are sorted by beta, contrary to the classic literature. UK stock returns
exhibit clear time sensitivity, especially during financial crises.
Originality/value – This paper focuses on the impact of the downside risk on UK stock returns, assessed
via a comprehensive sub-period analysis. This paper fills the gap in the existing literature, in which very few
studies examine the time sensitivity in relation to the downside risk and the risk-return anomaly in the UK
stock market using a long sample period.
Keywords Financial crisis, Stock returns, Downside risk
Paper type Research paper

1. Introduction
This paper investigates the relationship between the downside risk and UK stock returns.
Since the CAPM was first proposed, it was widely believed that the expected excess return
of a stock varies linearly with its market beta, regardless of the change in the market excess
return. However, by exploring market movements and stock returns, researchers observed
that stock returns did not react symmetrically to market movements. Certain stocks tend to
gain more in a rising market than they would lose in a falling market, while other stocks
experience declines in a falling market far in excess of gains in a rising market. It follows
that such stocks are less attractive than others due to low average payoffs. This paper
demonstrates that the positive impact of the downside risk is reflected in the cross-section of
stock returns, while when beta is controlled, the downside risk’s negative impact on stock
returns is observed in future stock returns. It is also observed that risk and return follow an
inverse relationship, when stocks are sorted by beta, contrary to the classic literature.
Furthermore, to test the time sensitivity, the risk-return relationship is examined by using
sub-period analysis. This paper fills the gap in the existing literature, in which studies
primarily focus on either stock performance over time during a particular financial crisis
(therefore, examining a relatively short sample period) or the downside risk without
considering its time sensitivity. As stock performance varies substantially over time, Review of Accounting and
Finance
© Emerald Publishing Limited
1475-7702
The author thanks Professor Nick Taylor for his valuable comments and suggestions. DOI 10.1108/RAF-07-2017-0139
RAF especially during bear markets (Ang et al., 2006), this paper contributes to the literature by
using a 30-year sample period, covering a number of economic cycles, and in particular
examines the downside risk in relation to stock performance and time sensitivity. This
paper is organized as follows: Section 2 reviews the existing literature on the downside risk,
Section 3 outlines a downside risk model, Section 4 describes data, Section 5 presents
empirical results, Section 6 examines the predictive power of the downside beta, and
Section 7 concludes with a discussion of the present study’s limitations and points at
directions for future research.

2. Literature review
Measures of the downside risk have long been used in portfolio analysis, specifically,
because treating risk asymmetrically yields a vast improvement over the traditional
portfolio theory. The most commonly accepted downside risk measures are semi-variance
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

and the lower partial moment (Nowrocki, 1999). A number of studies focus on the
asymmetry of risk, particularly on downside losses rather than upside gains. Roy (1952)
pointed out that investors are more concerned with the downside risk than with upside
gains. Markowitz (1959) was the first to propose that semi-variance instead of variance be
adopted as a risk measure, as semi-variance is particularly focused on downside losses.
Consequently, a large number of studies exploring theoretical applications of semi-variance
have been published. For instance, the theoretical superiority of semi-variance compared to
variance is illustrated in study Quirk and Saposnik’s (1962). Mao (1970) shows that investors
are more sensitive to the downside risk as compared to upside gains. In the mid-1970s,
another measure of downside risk called the lower partial moment was proposed. According
to Bawa (1975) and Fishburn (1977), the lower partial moment can liberate investors from
risk seeking to risk neutral and finally to risk aversion. Bawa (1975) was the first to define
the lower partial moment as a below-target semi-variance, linking the lower partial moment
to the semi-variance measure.
A large number of empirical tests have been conducted subsequent to the introduction of
these two measures of the downside risk. Among such tests, a number of researchers
attempted to combine measures of the downside risk with the original asset pricing model
and the investors’ utility function. This, in turn, has led to the emergence of new measures of
downside risk. Bawa and Lindenberg (1977) proposed a modified CAPM that treated
downside and upside risks asymmetrically. Developing the framework for behavioural
finance, Kahneman and Tversky (1979) proposed the loss aversion preference. Gul (1991)
advanced the disappointment aversion (DA) preference theory. According to that theory,
risk-averse investors demand a premium to compensate for the downside risk borne in a
falling market. Sing and Ong (1997) proposed the co-lower partial moment and extended it to
classic CAPM. Ang and Chen (2002) proposed the downside conditional correlation as a new
measure of downside risk. Moreover, Nielsen et al. (2008) proposed downside realized semi-
variance as another measure of downside risk, constructed from high-frequency data.
Even though the concept of downside risk arose as early as the 1950s, early studies
observed little evidence of downside risk being priced, as researchers did not specifically
focus on the cross-sectional evaluation of the premium. For instance, Jahankhani (1976)
failed to observe any improvement in the standard CAPM resulting from normal betas being
replaced by downside betas; however, portfolios used in his study were sorted only by
classic CAPM betas. Similarly, Harlow and Rao (1989) failed to estimate the downside risk
premium, instead measuring the downside risk under the maximum likelihood framework,
with only the consistency of returns of the risk-free assets being tested across all portfolios.
None of the cited studies examined the risk premiums of stocks that closely co-vary with a Impact of
declining market. downside risk
However, Ang et al. (2006) successfully demonstrated that stocks with higher downside
risk boast higher average returns, with the downside risk a significant risk factor affecting
stock returns. Moreover, they estimated the downside risk premium to be 6 per cent per
annum in cross-section. On the other hand, Huang and Hueng (2008) argued that in a
downside market, there is a significant and negative risk-return relationship. More recently,
Gregory (2011) focused on the UK stock market risk premium, though not specifically
during downside markets. Huang et al. (2012) failed to observe the downside risk component
in a value-at-risk model. Galsband (2012) and Alles and Murray (2017) observed stock
returns to be sensitive to downside shocks in emerging markets. Additionally, Giglio et al.
(2016), Min and Kim (2016) and Ormos and Timotity (2016) proposed modeling the downside
risk from the macroeconomic perspective, while Theodosiadou et al. (2016) explored time
sensitivity of jumps in individual stock returns. In view of Ang et al. (2006), this paper
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

examined whether individual UK stocks with higher downside betas earn, on average,
higher returns during both the observation period and the next period, focusing particularly
on time sensitivity of stock returns relative to the downside risk.

3. A model of downside risk


To price the downside risk theoretically, a DA utility function first proposed by Gul (1991) is
adopted. Use of the DA utility function effectively assumes that investors respond
differently to downside losses compared to upside gains, specifically, with greater concern
toward the former. A number of other models exist that focus on investors’ loss aversion:
Shumway (1997) advanced a behavioural model accounting for the level of investors’ loss
aversion, while Barberis and Huang (2001) developed a cross-sectional equilibrium model
based on a risk-averse utility function with a mental accounting factor representing
investors’ loss aversion. Moreover, certain improvements have been proposed, as well as
constraints on utility functions. For instance, Chen et al. (2001) added the short sale
constraint, while Kyle and Xiong (2001) constructed the wealth constraint. However, none of
the cited models directly relate measurement of the downside risk to cross-sectional stock
returns in a perfect market.
Instead of adding too many constraints and behavioural conditions, taking the rational
DA utility function as the basis for asymmetric treatment of risk is the most reasonable way
to measure the downside risk cross-sectionally. The advantage of such an approach is that,
as the DA function is universally concave, portfolio allocation problems, especially those of
optimal finite portfolio allocation, are solvable (Ang et al., 2006). The difference between the
DA utility function adopted in this paper and the one in Gul’s (1991) study is that the former
is constructed under a rational representative agent framework, while the latter merely aims
to solve the problem in an aggregate market, specifically in a consumption setting
(Routledge and Zin, 2003). In this paper, wealth is measured by the market portfolio, with all
assumptions complying with the CAPM.
Gul’s (1991) DA utility function is as follows:
 
1 Ð mW Ð1
U ðm W Þ ¼ U ð W Þ dF ðW Þ þ A mW U ð W Þ dF ð W Þ (1)
K 1

where U(W) is the utility function of wealth W by the end of the period, F(x) is the
cumulative density function of wealth W and m W is a certain level of wealth. Following Gul
(1991), U(W) is set to be a power utility function given by:
RAF U ðW Þ ¼ W ð1 g Þ =ð1  g Þ (2)

The parameter A in equation (1) is the DA coefficient, 0 < A # 1, and K is a scalar, given by:

K ¼ PrðW # m W Þ þ APrðW > m W Þ (3)

The event of wealth declining below m W is called a disappointing outcome. The reason for A
being between 0 and 1 is to allow disappointing outcomes to have more weight than the
alternative. In other words, disappointment-averse investors are more concerned with the
downside risk than the upside risk. On the other hand, if A = 1, the DA utility function
becomes the mean-variance utility function (Ang et al., 2006).
A key component of the mean–variance utility function, the regular beta, is given by:

covðxRi ; xRM Þ
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

b ¼ (4)
varðxRM Þ

where xRi is asset i’s excess return and xRM is the market excess return. Beta could be a
powerful parameter to explain and describe the risk-return relationship of each asset, as
each asset’s expected return will increase in a rising market and decrease in a declining
market at high beta values. However, with investors comparatively more concerned with the
downside risk, the DA utility function’s risk coefficient does not have enough explanatory
power for the downside risk. To overcome this challenge, the downside beta, denoted by b ,
a measurement of downside risk, is introduced by Bawa and Lindenberg (1977)[1].
Mathematically, b  is given by:
 
 cov xRi ; xRM jxRM < xRM
b ¼   (5)
var xRM jxRM < xRM

where xRM is the average market excess return over the sample period.
On the other hand, a DA investor would prefer to hold stocks with high upside potential
payoffs available at discounts. Similarly to the downside beta, the upside beta is given by:
 
þ cov xRi ; xRM jxRM  xRM
b ¼   (6)
var xRM jxRM  xRM

where the notation is used consistently with the definition of the downside beta.
As the regular, upside and downside betas are not independent, to distinguish their
effects, two more statistics were introduced by Ang et al. (2006) and further developed and
tested in a number of studies, e.g. Galsband (2012), Liu et al. (2014), Min and Kim (2016) and
Keenan and Snow (2017): the relative upside beta, denoted by ( b þ  b ) and the relative
downside beta, denoted by ( b   b ). In the subsequent analysis, comparisons among
regular, upside, downside, relative upside and relative downside betas relative to stock
returns are summarized.

4. Data
Data for the UK market used in this paper are taken from DataStream and include ordinary
common stock prices of companies in the FTSE All-Share Index, observed monthly from
December 1979 to December 2010. Real estate investment funds and closed-end funds are
excluded from the sample. Each stock is required to have at least five years of consecutive Impact of
monthly adjusted price observations with at most five missing observations. The price of downside risk
each stock is adjusted for splits, mergers and acquisitions and dividends (dividends are
subtracted from stock prices to perform the adjustment), resulting in the total of 565 stocks
with the average annual return of 3.61 per cent and the standard deviation of 22.21 per cent.
The UK one-month Gilt rate and FTSE All-Share Index values over the same period are
collected for subsequent analysis.

5. Empirical results
To demonstrate the relationship between annual realized stock returns and various types of
betas, results are summarized in the subsequent tables. All regular, downside and upside
betas are estimated by OLS, with relative downside and upside betas, and downside beta
less upside beta values computed subsequently.
In the process of computing betas, the moving window method is adopted with a three-
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

year window used to calculate beta values for respective stocks. Therefore, once the first beta
value for a given stock has been calculated, the next beta value for that stock is calculated by
moving the window forward by one month. Once all types of betas have been computed, each
type is sorted into five portfolios according to their values as of each month. Specifically,
stocks are cross-sectionally sorted into five quintiles (113 stocks in each quintile), according to
different types of corresponding beta measurements at each point in time. The low-beta
portfolios contain stocks with the lowest 20 per cent of betas among all stocks during each
month, with the other four portfolios containing stocks, falling into 20-40 per cent, 40-60
per cent, 60-80 per cent and 80-100 per cent percentile beta brackets. Once portfolios have been
constructed, each portfolio’s equally weighted average beta is calculated and assigned to be
the portfolio beta. To demonstrate the sample period’s impact and the predictive power of
betas, both the same period and the following year’s average annual excess return of each
portfolio are calculated.

5.1 Whole sample analysis


The sample used in this paper contains a number of bear market periods, e.g. the “1989
market crash”, the Dot-com crash and the subprime crisis. Overall, the UK sample is mostly
characterized by bear markets; hence, unusual results are expected, and time sensitivity of
downside and upside betas is observed.
Table I shows that, when the entire sample is used, several unusual results in realized
returns and beta measurements are observed. According to the conventional definition of
the risk–return relationship, high beta values are expected to correspond to high returns,
and vice versa. However, Table I presents the opposite result.
When stocks are sorted by conventional beta values, the average beta estimate for the
lowest beta portfolio is 0.32, while the estimate for the highest beta portfolio is 1.79, with the
average beta estimates rising at relatively stable intervals from low to high, and the spread
between the highest and the lowest beta estimates of 1.47. Although these beta estimates are
smaller than expected, they are still within a reasonable range.
The average downside beta and upside beta estimates of five portfolios follow the direction
of change, from low to high, of conventional beta estimates. Surprisingly, when it comes to
realized returns, portfolios’ average realized returns are observed to vary inversely with the
respective beta estimates. The lowest-beta portfolio generated the return of 1.94 per cent
per annum, while the highest-beta portfolio suffered a loss of 2.82 per cent per annum, the
difference between the high and the low-beta portfolio values being 4.76 per cent. The
realized returns show a decreasing trend, going from low-beta to high-beta portfolio.
RAF Portfolio Return (%) b b bþ

Panel 1 stocks sorted by b


1 Low 1.94 0.32 0.51 0.36
2 0.66 0.75 1.07 1.05
3 0.39 1 1.39 1.45
4 0.35 1.24 1.71 1.82
5 High 2.82 1.79 2.42 2.71
High-Low 4.76 1.47 1.91 2.36
Panel 2 stocks sorted by b 
1 Low 1.24 0.36 0.43 0.62
2 0.06 0.77 1.04 1.14
3 0.57 1.01 1.39 1.47
4 0.06 1.23 1.73 1.75
5 High 1.19 1.73 2.5 2.41
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

High-Low 2.43 1.37 2.07 1.79


Panel 3 stocks sorted by b þ
1 Low 3.80 0.41 0.81 0.19
2 0.60 0.78 1.15 1
3 0.34 1 1.38 1.45
4 0.51 1.21 1.62 1.87
5 High 3.72 1.7 2.14 2.88
High-Low 7.52 1.29 1.33 2.69
Panel 4 stocks sorted by relative b 
1 Low 0.30 0.66 0.65 1.41
2 1.19 0.86 1.11 1.37
3 0.31 1.01 1.39 1.49
4 1.04 1.15 1.67 1.56
5 High 0.65 1.41 2.28 1.55
High-Low 0.35 0.75 1.63 0.14
Panel 5 stocks sorted by relative b þ
1 Low 3.65 0.66 1.28 0.34
2 1.69 0.83 1.25 1.03
3 0.61 0.99 1.37 1.44
4 1.14 1.14 1.47 1.83
5 High 4.28 1.48 1.71 2.74
High-Low 7.93 0.82 0.43 2.39
Panel 6 stocks sorted by ( b   b þ)
1 Low 3.62 1.24 1.34 2.45
2 0.91 1.05 1.34 1.72
3 0.73 0.98 1.35 1.43
4 1.40 0.91 1.38 1.14
5 High 2.90 0.91 1.67 0.65
High-Low 6.53 0.33 0.33 1.79
Table I.
Notes: This table presents the relationship between excess stock returns and factor loadings. The sample
Stock returns sorted uses FTSE All Shares from January 1980 to December 2010. The column labeled “return” reports the
by factor loadings average annual stock returns over one-month gilt rate. “High-Low” reports the difference between Portfolio
(Jan 1980-Dec 2010) 5 and Portfolio 1
The same phenomenon is also observed when stocks are sorted by downside beta, upside Impact of
beta and relative upside beta. When stocks are sorted by relative downside beta, returns downside risk
exhibit a U-shaped pattern going from low-beta to high-beta portfolio. The annual return of
the lowest relative downside beta portfolio is 0.3 per cent, dropping below zero with the
increase in relative downside beta. It then rises above zero, finally yielding 0.65 per cent per
annum for the highest relative downside beta portfolio. Although there is a tiny decline
observed between the annual returns of the second highest and the highest relative
downside beta portfolios, a U-shaped return pattern is still clearly observed.
An upward trend of annual returns from low-beta to high-beta portfolios is finally
observed when stocks are sorted by the difference between the downside beta and the
upside beta ( b   b þ). The annual return of the low ( b   b þ) portfolio is 3.62 per cent,
increasing with the rise in ( b   b þ) and reaching 2.9 per cent for the high ( b   b þ)
portfolio with the spread between high and low of 6.53 per cent. Overall, Table I illustrates a
surprising risk-return relationship with the pattern of returns being in complete
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

contradiction with the conventional risk–return theory, and a non-linear relationship


observed for stocks sorted by relative downside beta.

5.2 Sub-period analysis


5.2.1 The sample excluding the subprime crisis period. To examine the risk–return
relationship and time sensitivity of the downside risk in more detail (especially when a
relatively long sample contains a number of crises), a number of short and reshaped samples
are chosen. Table II provides results for the sub-period from January 1980 to December 2007.
The reason for choosing to analyze this period is the subprime crisis. Omitting data from
January 2008 to December 2010 from the original data set has the effect of removing the
influence of the global financial crisis. Table II shows that, after shortening the sample, the
realized return series in each panel becomes more realistic, with the average highest annual
rate of return across all the panels at approximately 6 per cent, as compared to a value close
to zero for data in Table I. However, focusing on the risk–return relationship, the results do
not follow the classic portfolio theory, but exhibit patterns similar to those in Table I. If
stocks are sorted by relative downside beta, the returns follow a U-shaped pattern from the
low-beta to the high-beta portfolio. The annual rate of return of the lowest relative
downside beta portfolio is 4.19 per cent, falling dramatically to 1.9 per cent when the relative
downside beta increases to the next brackets. Then, the rate of return starts to increase from
the median beta portfolio at 2.36 per cent finally reaching 2.53 per cent for the highest
relative downside beta portfolio. Despite a 0.9 per cent drop between the annual returns of
the second-highest and the highest relative downside beta portfolios, a U-shaped pattern in
returns is still clearly observed.
Overall, while Table II shows a risk and return relationship similar to that of Table I,
theshaped pattern is observed if stocks are sorted by relative downside beta. Moreover, the
return values in Table II are much greater than the ones in Table I and are quite close to the
expected excess returns, a phenomenon that can be attributed to removal of the subprime
crisis period.
Comparing Tables I and II, it is clear that although shortening the sample size still does
not give the expected result, the annual returns appear more typical. For a further analysis
of the risk–return relationship in view of Tables I and II, all periods of financial crises are
excluded, and a number of subsamples are considered.
5.2.2 The sample excluding the subprime crisis, the dot-com crash and the “1989 market
crash”. The data used to produce Table III are consistent with those used for Table II and
exclude the subprime crisis (January 2008 to December 2010), the Dot-com crash (March
RAF Portfolio Return (%) b b bþ

Panel 1 stocks sorted by b


1 Low 5.95 0.3 0.49 0.31
2 3.91 0.73 1.05 0.98
3 3.00 0.98 1.37 1.38
4 2.49 1.2 1.66 1.75
5 High 0.93 1.74 2.36 2.64
High-Low 6.88 1.44 1.87 2.33
Panel 2 stocks sorted by b 
1 Low 5.43 0.35 0.41 0.56
2 3.11 0.74 1.02 1.07
3 3.01 0.98 1.36 1.41
4 2.34 1.19 1.68 1.67
5 High 0.51 1.68 2.45 2.34
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

High-Low 4.92 1.33 2.04 1.78


Panel 3 stocks sorted by b þ
1 Low 7.38 0.39 0.78 0.15
2 3.64 0.75 1.12 0.94
3 3.01 0.97 1.35 1.38
4 1.97 1.18 1.58 1.8
5 High 1.59 1.66 2.09 2.78
High-Low 8.98 1.27 1.31 2.64
Panel 4 stocks sorted by relative b 
1 Low 4.19 0.64 0.62 1.33
2 1.90 0.84 1.09 1.32
3 2.36 0.99 1.37 1.43
4 3.41 1.12 1.63 1.5
5 High 2.53 1.36 2.22 1.47
High-Low 1.67 0.72 1.6 0.14
Panel 5 stocks sorted by relative b þ
1 Low 6.58 0.62 1.25 0.3
2 4.50 0.79 1.21 0.97
3 3.32 0.96 1.33 1.37
4 1.56 1.11 1.44 1.75
5 High 1.55 1.46 1.69 2.65
High-Low 8.12 0.84 0.44 2.35
Panel 6 stocks sorted by ( b   b þ)
1 Low 0.66 1.22 1.32 2.36
2 2.13 1.03 1.32 1.66
3 3.35 0.95 1.32 1.37
4 4.12 0.87 1.34 1.07
5 High 5.46 0.87 1.63 0.6
High-Low 6.11 0.35 0.32 1.76
Table II.
Notes: This table presents the relationship between excess stock returns and factor loadings. The sample
UK stocks sorted by uses FTSE All Shares from January 1980 to December 2007. The column labeled “return” reports the
factor loadings average annual stock returns over one-month gilt rate. “High-Low” reports the difference between Portfolio
(Jan 1980-Dec 2007) 5 and Portfolio 1
2000 to October 2002) and the “1989 stock market crash” (October 1989). Bredin et al. (2007), Impact of
Gregoriou et al. (2009) and Nneji et al. (2011) also focus on the crash periods in the UK equity downside risk
market; however, neither of these studies specifically examine the downside risk. If stocks
are sorted by beta, the returns exhibit a downward pattern with increasing beta values. Such
a downward pattern is similar to ones observed in Tables I and II; however, the spread
between returns of the highest beta and the lowest beta portfolios is much narrower than the
corresponding spread in the previous two tables, at only 2.98 per cent compared to 4.76
per cent in Table I and 6.88 per cent in Table II.
The difference between the return of the lowest beta portfolio in Panel 1 of Table III and
the respective one in Table II is very small. However, the returns of the highest beta
portfolios in Panel 1 of both tables are obviously very different, with the return in Table III
of 2.98 per cent per annum compared to the respective figure in Table II at only 20.93
per cent per annum and the spread becoming narrower due to the increased return of the
highest beta portfolio. Moreover, the returns of three middle-beta portfolios in Panel 1 of
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

Table III are all relatively higher than those in Table II. Although not as high as expected,
the increase in the return of the highest-beta portfolio observed after discarding abnormal
stock price movements during crisis period tends to change the return pattern. Apart from
Panel 1, the pattern in the risk-return relationship observed in the other panels in Table III is
fairly similar to that in Table II.
Moreover, when stocks are sorted by relative downside beta, there is a clear U-shaped
pattern in returns, without a small drop that appears in both Tables I and II for the highest
relative beta portfolio. Furthermore, when stocks are sorted by ( b   b þ), the upward
pattern in returns appears similarly to those in Tables I and II. However, the spreads
between returns of the highest-beta and the lowest-beta portfolios in each panel in Table III
are much lower than the corresponding spreads in Table II, except when stocks are sorted
by ( b   b þ). Nonetheless, returns of the lowest-beta portfolios in both tables are quite
close. In other words, the narrowing of spreads is due to the increase in returns of the
highest-beta portfolio. As the only change made to the data set is the omission of the crisis
periods, it can be concluded that bear market periods indeed have a great impact on high
than on low-beta stocks.
5.2.3 The dot-com crash. To explore the impact of stock price movements during crisis
periods on the risk–return relationship, the analysis specific to the Dot-com crash from March
2000 to October 2002 is conducted. The results are shown in Table IV. Unsurprisingly, stocks
suffered huge losses, on average, over this period. Regardless of whether stocks are sorted by
beta, downside beta, upside beta, relative downside beta and relative upside beta, none of the
resulting portfolios generate a positive rate of return, while the spreads between the high-beta and
low-beta portfolios are rather wide, from 218.77 to 229.78 per cent. The five panels show that
the highest-beta portfolio generates the lowest rate of return. If stocks are sorted by conventional
beta, the highest-beta portfolio generates the lowest rate of return among all portfolios.
Focusing on the pattern of returns, a downward pattern appears in the first five panels when
the corresponding beta measurement increases. In addition, the previously mentioned U-shaped
return pattern, observed if stocks are sorted by relative downside beta, disappears and is
replaced by a downward pattern. As in previous tables, if stocks are sorted by (b   b þ), the
upward pattern of returns is observed again with all-negative values. Overall, Table IV shows
that abnormal stock price movements do not notably alter the return pattern and the risk–return
relationship. However, it is clear that stocks, especially those of high-beta portfolios, suffered
huge losses during the Dot-com crash. It shows again that high-beta stocks are influenced the
most when downward stock price movements occur.
RAF Portfolio Return (%) b b bþ

Panel 1 stocks sorted by b


1 Low 5.55 0.31 0.53 0.31
2 5.25 0.73 1.08 0.99
3 4.19 0.98 1.4 1.38
4 3.10 1.21 1.71 1.73
5 High 2.57 1.71 2.4 2.53
High-Low 2.98 1.4 1.87 2.23
Panel 2 stocks sorted by b 
1 Low 5.10 0.36 0.45 0.56
2 4.43 0.76 1.05 1.08
3 4.17 0.98 1.4 1.39
4 3.41 1.2 1.73 1.68
5 High 3.54 1.65 2.49 2.22
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

High-Low 1.56 1.29 2.05 1.66


Panel 3 stocks sorted by b þ
1 Low 7.19 0.39 0.82 0.17
2 5.01 0.75 1.16 0.95
3 3.99 0.98 1.4 1.37
4 3.00 1.19 1.63 1.78
5 High 1.47 1.64 2.12 2.67
High-Low 5.73 1.25 1.3 2.5
Panel 4 stocks sorted by relative b 
1 Low 4.32 0.65 0.65 1.28
2 3.43 0.84 1.11 1.28
3 3.24 0.99 1.4 1.42
4 4.54 1.12 1.67 1.5
5 High 5.11 1.35 2.29 1.46
High-Low 0.79 0.7 1.64 0.18
Panel 5 stocks sorted by relative b þ
1 Low 6.98 0.63 1.32 0.33
2 5.55 0.8 1.26 0.98
3 4.08 0.96 1.37 1.36
4 2.64 1.11 1.48 1.73
5 High 1.41 1.43 1.69 2.54
High-Low 5.57 0.8 0.37 2.2
Panel 6 stocks sorted by ( b   b þ)
1 Low 1.94 1.18 1.29 2.22
2 2.93 1.02 1.33 1.62
3 4.43 0.96 1.36 1.36
4 5.35 0.89 1.4 1.09
5 High 6.00 0.9 1.74 0.66
High-Low 4.06 0.28 0.45 1.57
Table III.
UK stocks sorted by Notes: This table presents the relationship between excess stock returns and factor loadings. The sample
uses FTSE All Shares January 1980 to December 2010 excluding the 1989 market crash (October 1989), the
factor loadings Dot-com bubble (March 2000 to October 2002) and subprime crisis (January 2008 to December 2010). The
(Excluding financial column labeled “return” reports the annual average stock returns over one-month gilt rate. “High-Low”
crises) reports the difference between Portfolio 5 and Portfolio 1
Portfolio Return (%) b b bþ
Impact of
downside risk
Panel 1 stocks sorted by b
1 Low 1.64 0.11 0.23 0.05
2 13.97 0.6 0.88 0.82
3 17.47 0.94 1.3 1.44
4 19.04 1.27 1.71 2.06
5 High 31.44 2.04 2.64 3.59
High-Low 29.79 1.93 2.41 3.64
Panel 2 stocks sorted by b 
1 Low 2.39 0.14 0.19 0.23
2 13.58 0.61 0.86 0.89
3 17.19 0.95 1.3 1.47
4 21.62 1.25 1.73 1.94
5 High 28.79 2.01 2.69 3.32
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

High-Low 26.40 1.86 2.5 3.09


Panel 3 stocks sorted by b þ
1 Low 4.13 0.19 0.49 0.23
2 13.21 0.62 0.93 0.79
3 16.67 0.94 1.29 1.46
4 18.86 1.24 1.62 2.12
5 High 30.69 1.97 2.43 3.72
High-Low 26.56 1.78 1.94 3.95
Panel 4 stocks sorted by relative b 
1 Low 4.73 0.48 0.43 1.26
2 15.91 0.74 0.97 1.28
3 17.57 0.95 1.3 1.49
4 20.65 1.21 1.68 1.83
5 High 24.73 1.58 2.38 2
High-Low 20.00 1.1 1.95 0.74
Panel 5 stocks sorted by relative b þ
1 Low 9.70 0.39 0.85 0.1
2 12.81 0.64 0.97 0.8
3 13.94 0.93 1.27 1.45
4 18.62 1.2 1.54 2.1
5 High 28.47 1.8 2.14 3.61
High-Low 18.77 1.41 1.29 3.72
Panel 6 stocks sorted by ( b   b þ)
1 Low 24.94 1.54 1.74 3.28
2 15.44 1.15 1.47 2.04
3 15.12 0.91 1.24 1.43
4 14.38 0.72 1.08 0.89
5 High 13.69 0.65 1.24 0.21
High-Low 11.24 0.89 0.5 3.07
Table IV.
Notes: This table presents the relationship between excess stock returns and factor loadings. The sample
uses FTSE All Shares during the Dot-com bubble (March 2000-October 2002). The column labeled “return” UK stocks sorted by
reports the annual average stock returns over one-month gilt rate. “High-Low” reports the difference factor loadings
between Portfolio 5 and Portfolio 1 (Mar 2000-Oct 2002)
RAF 5.2.4 Time sensitivity and Sub-period analysis. The time sensitivity of the downside risk is
observed more clearly in the sub-period analysis. The original data are divided into three
sub-periods, January 1980-December 1989, January 1990-December 1999 and January
2000-December 2010. A sub-period could be determined by various benchmarks, with this
paper following studies of Goetzmann and Ibbotson (2006) and Pesce (2015) by using every
decade as a sub-period in accordance with the conventional determination of economic
cycles. The results are shown in Tables V, VI and VII, respectively. The three tables show
that the risk-return relationship is quite different in each sub-period.
First, there appears to be no steady relationship between return and the corresponding beta
measurements in Table V that covers the 1989 market crash. The pattern of returns in each
panel is non-linear, with U-shaped patterns being observed and the highest-beta portfolios
consistently generating negative returns. Second, a different pattern of returns is shown in
Table VI. When stocks are sorted by conventional beta, returns from the low to high-beta
portfolios exhibit a downward pattern. The same patterns are observed when stocks are sorted
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

by downside, upside and relative upside betas. When stocks are sorted by relative downside
beta, returns from the low-beta to high-beta portfolios exhibit a U-shaped pattern.
Results for the period from January 2000 to December 2010, in Table VII, are more
interesting. Consistently with findings of Ang et al. (2006), when stocks are sorted by
conventional beta, returns plotted against beta estimates exhibit an upward pattern. When
stocks are sorted by downside, relative downside, or relative upside beta, or by downside
beta less upside beta, the upward pattern of returns versus corresponding beta measure
becomes more evident. Finally, when stocks are sorted by upside beta, a clear downward
pattern of returns is observed. Overall, this sub-period analysis reveals three different risk–
return relationships depending on the sample period used.
To summarize, different types of portfolio return patterns appear when stocks are sorted
by different beta measurements. The UK stock returns exhibit evidence of time sensitivity,
especially during periods of financial crises and periods of low returns. When the entire
constructed data set is considered, an inverse pattern in returns versus beta appears,
contrary to the conventional portfolio theory.
When the sample is shortened, the inverse pattern is still observed, however, the spreads
between the highest-beta and lowest-beta portfolios become much narrower. If periods of
notable financial crises are excluded from the dataset, an unexpected U-shaped pattern
appears in returns of beta-grouped portfolios. In a sub-period analysis, three entirely different
risk–return relationships are observed. The period from January 2000 to December 2010,
with the subsample characterized by a long bull market, exhibits the risk-return relationship
closest to that predicted by the conventional portfolio theory. This is difficult to explain but is
most likely due to boom periods before and after the market slump offsetting the negative
impact of the bull market.

6. Predictive power of downside beta


To investigate the predictive power of beta and downside beta, all stocks are sorted into five
portfolios by values of beta, upside beta and downside beta. The previously described
methodology is adopted, except that in the current analysis, the relationship between risk
and excess returns one year in the future is calculated.
Table VIII shows that if stocks are sorted by conventional beta and downside beta, a
U-shaped pattern is observed in return versus beta. Notably, the second-lowest beta portfolio
consistently generates the highest rate of return, while the highest-beta portfolio consistently
suffers a loss. Overall, the predictive power of downside beta in the UK market is weak; however,
the medium-ranked betas are consistently a positive signal of future returns to investors.
Portfolio Return (%) b b bþ
Impact of
downside risk
Panel 1 stocks sorted by b
1 Low 2.14 0.41 0.61 0.53
2 1.07 0.78 1.06 1.15
3 2.51 0.96 1.3 1.42
4 2.13 1.11 1.5 1.65
5 High 2.73 1.42 1.94 2.08
High-Low 4.87 1.01 1.33 1.55
Panel 2 stocks sorted by b 
1 Low 2.40 0.45 0.56 0.74
2 0.97 0.79 1.05 1.2
3 1.87 0.96 1.3 1.45
4 1.11 1.1 1.52 1.58
5 High 1.26 1.38 2 1.86
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

High-Low 3.66 0.93 1.44 1.12


Panel 3 stocks sorted by b þ
1 Low 2.78 0.48 0.82 0.39
2 0.94 0.81 1.16 1.1
3 1.73 0.96 1.31 1.41
4 2.04 1.09 1.44 1.69
5 High 2.37 1.34 1.69 2.23
High-Low 5.15 0.86 0.87 1.84
Panel 4 stocks sorted by relative b 
1 Low 2.54 0.66 0.71 1.31
2 1.13 0.84 1.08 1.36
3 1.78 0.96 1.29 1.42
4 1.41 1.03 1.47 1.4
5 High 1.76 1.19 1.86 1.33
High-Low 4.31 0.52 1.15 0.01
Panel 5 stocks sorted by relative b þ
1 Low 1.83 0.65 1.15 0.5
2 1.46 0.87 1.26 1.13
3 1.43 0.96 1.31 1.41
4 0.91 1.03 1.32 1.65
5 High 0.55 1.18 1.39 2.14
High-Low 2.38 0.53 0.25 1.64
Panel 6 stocks sorted by ( b   b þ)
1 Low 0.52 1.01 1.13 1.93
2 1.35 0.97 1.23 1.58
3 1.97 0.95 1.29 1.41
4 0.58 0.9 1.32 1.17
5 High 0.66 0.85 1.46 0.74
High-Low 0.14 0.16 0.33 1.19
Table V.
Notes: This table presents the relationship between excess stock returns and factor loadings. The sample
uses FTSE All Shares from January 1980 to December 1989. The column labeled “return” reports the annual UK stocks sorted by
average stock returns over one-month gilt rate. “High-Low” reports the difference between Portfolio 5 and factor loadings
Portfolio 1 (Jan 1980-Dec 1989)
RAF Portfolio Return (%) b b bþ

Panel 1 stocks sorted by b


1 Low 2.59 0.21 0.37 0.16
2 1.08 0.68 1 0.89
3 3.03 0.95 1.35 1.33
4 3.53 1.2 1.67 1.75
5 High 8.02 1.78 2.47 2.7
High-Low 10.61 1.58 2.1 2.53
Panel 2 stocks sorted by b 
1 Low 1.43 0.27 0.28 0.45
2 1.41 0.7 0.96 0.99
3 2.90 0.96 1.34 1.37
4 3.64 1.18 1.7 1.65
5 High 6.55 1.72 2.57 2.37
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

High-Low 7.98 1.45 2.29 1.92


Panel 3 stocks sorted by b þ
1 Low 3.66 0.29 0.7 0.01
2 1.74 0.69 1.05 0.86
3 2.33 0.94 1.33 1.34
4 3.79 1.18 1.59 1.79
5 High 8.87 1.71 2.18 2.83
High-Low 12.53 1.42 1.48 2.81
Panel 4 stocks sorted by relative b 
1 Low 0.11 0.56 0.49 1.21
2 3.44 0.8 1.04 1.26
3 3.14 0.95 1.34 1.37
4 2.54 1.11 1.64 1.5
5 High 3.85 1.38 2.34 1.5
High-Low 3.74 0.82 1.86 0.3
Panel 5 stocks sorted by relative b þ
1 Low 1.93 0.55 1.23 0.19
2 0.41 0.74 1.16 0.89
3 1.28 0.93 1.31 1.33
4 4.34 1.11 1.44 1.75
5 High 8.95 1.48 1.7 2.68
High-Low 10.88 0.93 0.47 2.49
Panel 6 stocks sorted by ( b   b þ)
1 Low 7.33 1.19 1.25 2.32
2 3.45 1.02 1.31 1.64
3 1.72 0.92 1.29 1.32
4 0.57 0.84 1.32 1.02
5 High 0.01 0.84 1.68 0.54
High-Low 7.32 0.35 0.43 1.78
Table VI.
Notes: This table presents the relationship between excess stock returns and factor loadings. The sample
UK stocks sorted by uses FTSE All Shares from January 1990 to December 1999. The column labeled “return” reports the
factor loadings average annual stock returns over one-month gilt rate. “High-Low” reports the difference between Portfolio
(Jan 1990-Dec 1999) 5 and Portfolio 1
Portfolio Return (%) b b bþ
Impact of
downside risk
Panel 1 stocks sorted by b
1 Low 1.11 0.37 0.58 0.45
2 2.25 0.81 1.15 1.14
3 2.66 1.09 1.5 1.59
4 3.31 1.38 1.88 2.01
5 High 2.67 2.03 2.68 3.15
High-Low 1.56 1.66 2.1 2.7
Panel 2 stocks sorted by b 
1 Low 0.28 0.42 0.51 0.71
2 0.72 0.83 1.13 1.25
3 3.42 1.09 1.5 1.6
4 2.99 1.37 1.89 1.96
5 High 4.59 1.98 2.76 2.82
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

High-Low 4.31 1.56 2.25 2.1


Panel 3 stocks sorted by b þ
1 Low 4.62 0.49 0.91 0.24
2 2.87 0.84 1.24 1.08
3 2.29 1.08 1.48 1.58
4 1.33 1.34 1.78 2.08
5 High 0.89 1.93 2.38 3.36
High-Low 3.73 1.43 1.47 3.12
Panel 4 stocks sorted by relative b 
1 Low 0.73 0.77 0.77 1.69
2 0.31 0.92 1.19 1.5
3 1.34 1.11 1.51 1.66
4 4.63 1.28 1.82 1.73
5 High 7.07 1.6 2.49 1.75
High-Low 7.80 0.83 1.71 0.06
Panel 5 stocks sorted by relative b þ
1 Low 2.74 1.43 1.56 2.91
2 0.03 1.13 1.44 1.89
3 2.19 1.05 1.45 1.56
4 3.68 0.99 1.48 1.22
5 High 7.14 1.02 1.8 0.71
High-Low 9.54 0.43 0.22 2.22
Panel 6 stocks sorted by ( b   b þ)
1 Low 2.39 1.45 1.58 2.92
2 0.32 1.14 1.45 1.9
3 2.54 1.07 1.46 1.57
4 4.03 1 1.49 1.23
5 High 7.49 1.03 1.81 0.72
High-Low 9.89 0.42 0.23 2.2
Table VII.
Notes: This table presents the relationship between excess stock returns and factor loadings. The sample
uses FTSE All Shares from January 2000 to December 2010. The column labeled “return” reports the UK Stocks sorted by
average annual stock returns over one-month gilt rate. “High-Low” reports the difference between Portfolio factor loadings
5 and Portfolio 1 (Jan 2000-Dec 2010)
RAF Portfolio Return b b bþ

Panel 1 stocks sorted by b


1 Low 3.44 0.3 0.49 0.31
2 4.01 0.73 1.05 0.98
3 2.95 0.98 1.37 1.38
4 1.62 1.2 1.66 1.75
5 High 3.43 1.74 2.36 2.64
High-Low 6.87 1.44 1.87 2.33
Panel 2 stocks sorted by b 
1 Low 2.88 0.35 0.41 0.56
2 4.49 0.74 1.02 1.07
3 3.25 0.98 1.36 1.41
4 1.40 1.19 1.68 1.67
5 High 3.43 1.68 2.45 2.34
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

High-Low 6.31 1.33 2.04 1.78


Table VIII.
Notes: This table presents the relationship future excess stock returns and factor loadings. The sample
UK stocks sorted by uses FTSE All Shares from January 1980 to December 2009, the following year’s excess returns are taken as
factor loadings with the future excess return. The column labeled “return” reports the average annual future stock returns over
future excess return one-month gilt rate. “High-Low” reports the difference between Portfolio 5 and Portfolio 1

7. Conclusion
The UK stock returns exhibit unusual patterns when sorted by regular, downside and upside
beta even after controlling for beta. If the full-length data set is used, covering a number of
financial crises, an inverse pattern of portfolio returns is observed, contrary to the classic
literature. Such an anomaly can be expected in the short term; however, it is clearly
demonstrated by this paper to persist in the long-run. To further explore this phenomenon,
the sub-period analyses performed on modifications of the dataset tailored to contain only
periods of financial crises and separately, excluding such periods, did not result in an
observation of a consistent pattern in the risk-return relationship, while the predictive power
of downside beta was observed to be weak. Overall, the UK data is clearly time-sensitive,
especially during periods of financial crises. Moreover, high values of regular and downside
betas have a negative impact on future returns. The inverse risk–return relationship indeed
needs to be explored further. As the data sample is being examined with the primary focus on
bear markets, it is suggested that time sensitivity could be a possible reason for the observed
risk-return anomaly. The unusual risk-return pattern discussed in this paper implies that
factors not conventionally well considered in asset pricing, such as the downside risk and
time sensitivity, could have a pivotal impact on stock returns, causing a risk-return anomaly
contrary to the long-acknowledged classic asset pricing literature. The results also suggest
that, in the short term, the downside risk could reduce stock returns to investors, especially
during financial crises. On the other hand, in the long term, predicting future returns by using
the downside risk indicators such as downside beta and relative downside beta is difficult.
Nevertheless, this study possesses an inevitable limitation: the construction of data sample
examined in this paper requires each stock to have at least five years of consecutive data,
resulting in omission of companies that were recently listed or did not stay in business for
five years, and limiting the sample period, as the sample’s end point in 2010 was chosen to
ensure that a reasonable number of observations were included. As a result, the sample may
be biased towards low-volatility stocks, observed to outperform high-volatility stocks during
the sample period, even as the sample selection attempts to follow the pioneering studies of
stock returns in the US market. In the course of future research, the risk–return relationship Impact of
and the impact of downside risk in various stock markets will be examined, to perform a downside risk
comprehensive comparison of stock markets with similar features and to validate the
uniqueness of the anomaly found in the UK stock market.

Note
1. The downside beta measures the co-movement between the stock return and the return of market
portfolio in a falling market. Stocks with larger downside betas are expected to suffer greater
losses in a downside market, and vice versa.

References
Alles, L. and Murray, L. (2017), “Asset pricing and downside risk in the australian share market”,
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

Applied Economics, Vol. 49 No. 43, pp. 4336-4350.


Ang, A. and Chen, J. (2002), “Asymmetric correlations of equity portfolios”, Journal of Financial
Economics, Vol. 63 No. 3, pp. 443-494.
Ang, A., Chen, J. and Xing, Y. (2006), “Downside risk”, Review of Financial Studies, Vol. 19 No. 4,
pp. 1191-1239.
Barberis, N. and Huang, M. (2001), “Mental accounting, Loss aversion, and individual stock returns”,
Journal of Finance, Vol. 56 No. 4, pp. 1247-1292.
Bawa, V.S. (1975), “Optimal rules for ordering uncertain prospects”, Journal of Financial Economics,
Vol. 2 No. 1, pp. 95-121.
Bawa, V.S. and Lindenberg, E.B. (1977), “Capital market equilibrium in a Mean-Lower partial moment
framework”, Journal of Financial Economics, Vol. 5 No. 2, pp. 189-200.
Bredin, D., Hyde, S., Nitzsche, D. and O’reilly, G. (2007), “UK stock returns and the impact of domestic
monetary policy shocks”, Journal of Business Finance and Accounting, Vol. 34 Nos 5/6,
pp. 872-888.
Chen, J., Hong, H. and Stein, J. (2001), “Forecasting crashes: trading volume, Past returns and
conditional skewness in stock prices”, Journal of Financial Economics, Vol. 61 No. 3, pp. 345-381.
Fishburn, P.C. (1997), “Mean-Risk analysis with risk associated with below-Target returns”, American
Economic Review, Vol. 67 No. 2, pp. 116-126.
Galsband, V. (2012), “Downside risk of international stock returns”, Journal of Banking and Finance,
Vol. 36 No. 8, pp. 2379-2388.
Giglio, S., Kelly, B. and Pruitt, S. (2016), “Systemic risk and the macroeconomy: an empirical
evaluation”, Journal of Financial Economics, Vol. 119 No. 3, pp. 457-471.
Goetzmann, W. and Ibbotson, R. (2006), The Equity Risk Premium: Essays and Explorations, Oxford
University Press.
Gregoriou, A., Kontonikas, A., MacDonald, R. and Montagnoli, A. (2009), “Monetary policy shocks and
stock returns: Evidence from the british”, Financial Markets and Portfolio Management, Vol. 23
No. 4, pp. 401-410.
Gregory, A. (2011), “The expected cost of equity and the expected risk premium in the UK”, Review of
Behavioural Finance, Vol. 3 No. 1, pp. 1-26.
Gul, F. (1991), “A theory of disappointment aversion”, Econometrica, Vol. 59 No. 3, pp. 667-686.
Harlow, W. and Rao, R. (1989), “Asset pricing in a generalized Mean-Lower partial moment framework:
theory and evidence”, Journal of Financial and Quantitative Analysis, Vol. 24 No. 3, pp. 285-311.
Huang, P. and Hueng, C.J. (2008), “Conditional risk–Return relationship in a Time-Varying beta model”,
Journal of Quantitative Finance, Vol. 8 No. 4, pp. 381-390.
RAF Huang, W., Liu, Q., Rhee, S. and Wu, F. (2012), “Extreme downside risk and expected stock returns”,
Journal of Banking and Finance, Vol. 36 No. 5, pp. 1492-1502.
Jahankhani, A. (1976), “E-V and E-S Capital asset pricing models: some empirical tests”, Journal of
Financial and Quantitative Analysis, Vol. 11 No. 4, pp. 513-528.
Kahneman, D. and Tversky, A. (1979), “Prospect theory: an analysis of decision under risk”, Journal of
Finance, Vol. 56 No. 4, pp. 1247-1292.
Keenan, D.C. and Snow, A. (2017), “Greater parametric downside risk aversion”, Journal of
Mathematical Economics, Vol. 71 No. Supplement C, pp. 119-128.
Kyle, A.W. and Xiong, W. (2001), “Contagion as a wealth effect of financial intermediaries”, Journal of
Finance, Vol. 56 No. 4, pp. 1401-1440.
Liu, T., Hammoudeh, S. and Santos, P. (2014), “Downside risk and portfolio diversification in the euro-
zone equity markets with special consideration of the crisis period”, Journal of International
Money and Finance, Vol. 44 No. Supplement C, pp. 47-68.
Mao, J.C.T. (1970), “Models of Capital budgeting, E-V Vs. E-S”, Journal of Financial and Quantitative
Downloaded by Iowa State University At 06:20 08 February 2019 (PT)

Analysis, Vol. 5 No. 5, pp. 657-676.


Markowitz, H. (1959), Portfolio Selection, Yale University Press, New Haven.
Min, B.-K. and Kim, T.S. (2016), “Momentum and downside risk”, Journal of Banking and Finance,
Vol. 72, pp. S104-S118.
Nielsen, O.E., Kinnebrock, S. and Shephard, N. (2008), Measuring Downside Risk – Realised
Semivariance, Oxford University Press, 117-136.
Nneji, O., Brooks, C. and Ward, C. (2011), “Housing and equity bubbles: Are they contagious to
REITs?”, ICMA Centre Discussion Papers in Finance DP2011-11.
Nowrocki, D. (1999), “A brief history of downside risk measures”, The Journal of Investing, Vol. 8 No. 3,
pp. 9-25.
Pesce, A. (2015), Economic Cycles in Emerging and Advanced Countries, Springer.
Quirk, J.P. and Saposnik, R. (1962), “Admissability and measurable utility functions”, Review of
Economic Studies, Vol. 29 No. 2, pp. 140-146.Feb.
Routledge, B.R. and Zin, S.E. (2003), “Generalized disappointment aversion and asset prices”, The
Journal of Finance, Vol. 65 No. 4, pp. 1303-1332.
Roy, A.D. (1952), “Safety first and the holding of assets”, Econometrica, Vol. 20 No. 3, pp. 431-449.
Shumway, T. (1997), “Explaining returns with loss aversion”, working paper, University of Michigan.
Sing, T.F. and Ong, S.E. (1997), “Asset allocation in a downside risk framework”, Journal of Real Estate
Portfolio Management, Vol. 18, pp. 213-223.
Theodosiadou, O., Polimenis, V. and Tsaklidis, G. (2016), “Sensitivity analysis of market and stock
returns by considering positive and negative jumps”, The Journal of Risk Finance, Vol. 17 No. 4,
pp. 456-472.

Corresponding author
Fangzhou Huang can be contacted at: f.huang@swansea.ac.uk

For instructions on how to order reprints of this article, please visit our website:
www.emeraldgrouppublishing.com/licensing/reprints.htm
Or contact us for further details: permissions@emeraldinsight.com
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019

PENGARUH RETURN ON ASSET, EARNINGS PER SHARE,


ECONOMIC VALUE ADDED, MARKET VALUE ADDED, DAN
DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN SAHAM
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTANIAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2013 SAMPAI 2017)
Nurhayati, Sri Hartiyah, Agus Putranto
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah
Email : hyatinur3@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari return on asset (ROA), earnings per share
(EPS), economic value added (EVA), market value added (MVA), dan debt to equity ratio (DER)
terhadap return saham. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 laporan tahunan perusahaan sektor
pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan didapat melalui teknik pengambilan purposive
sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa return on asset (ROA) berpengaruh positif terhadap return saham,
earnings per share (EPS), economic value added (EVA), market value added (MVA), dan debt to equity
ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap return saham. Penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan
sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia saja, sehingga untuk peneliti selanjutnya
disarankan untuk memperpanjang periode penelitian dan memperluas populasi penelitian. Serta
menambah variabel penelitian yang mempengaruhi return saham misalnya inflasi, nilai tukar rupiah, arus
kas operasi, dan tingkat suku bunga.

Kata Kunci : Return on asset (ROA), earnings per share (EPS), economic value added (EVA), market
value added (MVA), debt to equity ratio (DER), dan return saham

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of return on assets (ROA), earnings per share (EPS), economic
value added (EVA), market value added (MVA), and debt to equity ratio (DER) on stock returns. The
sample in this study amounted to 30 annual reports of agricultural sector companies listed on the
Indonesia Stock Exchange (IDX) and obtained through purposive sampling technique. The analysis
technique used in this study is multiple linear regression.
The results of this study indicate that return on assets (ROA) has a positive effect on stock returns,
earnings per share (EPS), economic value added (EVA), market value added (MVA), and debt to equity
ratio (DER) has no effect on returns stock. This research is limited to agricultural sector companies listed
on the Indonesia Stock Exchange, so further researchers are advised to extend the study period and
expand the research population. As well as adding research variables that affect stock returns such as
inflation, rupiah exchange rates, operating cash flow, and interest rates.

Keywords : Return on assets (ROA), earnings per share (EPS), economic value added (EVA), market
value added (MVA), debt to equity ratio (DER), and stock returns

196
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
1. PENDAHULUAN pasar modal untuk keperluan investasi
Pada era ekonomi modern seperti sekarang sehingga pada akhirnya dapat memaksimalkan
ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan penghasilan (Anoraga dan Pakarti, 2001 dalam
modal untuk mendorong kinerja operasional Dyah Ayu Savitri, 2012).
perusahaan. Salah satu cara bagi perusahaan Para investor termotivasi untuk melakukan
untuk mendapatkan tambahan modal adalah investasi salah satunya adalah dengan membeli
dengan menawarkan kepemilikan perusahaan saham perusahaan dengan harapan untuk
tersebut kepada masyarakat atau publik (go mendapatkan kembalian investasi yang sesuai
public). Pasar modal adalah tempat bagi dengan apa yang telah diinvestasikannya.
perusahaan untuk mengumpulkan modal Return merupakan hasil yang diperoleh dari
dengan cara menawarkan sahamnya kepada investasi atau tingkat keuntungan yang
masyarakat atau publik. Keterlibatan dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi
masyarakat atau publik dalam pasar modal yang dilakukannya (Hartono, 2010 dalam Hari
adalah dengan cara membeli saham yang Cahyadi dan Akhmad darmawan, 2016).
ditawarkan dalam pasar modal. Pasar modal Permasalahan yang dihadapi terkait
memberikan jasanya yaitu menjembatani perkembangan return saham pada perusahaan
hubungan antara pemilik modal yang dalam hal sektor pertanian yang terdaftar di BEI adalah
ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan terjadi fluktuasi return saham perusahaan
peminjam dana yang dalam hal ini disebut sektor pertanian tahun 2013 sampai 2017. Hal
dengan nama emiten (perusahaan yang go tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
public). Para pemodal meminta instrument
Tabel 1. Fluktuasi Return Saham Perusahaan Sektor Pertanian Periode 2013 Sampai
2017. (disajikan dalam %)

Nama Perusahaan Kode Return Saham

2013 2014 2015 2016 2017


PT. BISI International
BISI -29 41 71 41 -6
Tbk.
PT. BW Plantation Tbk. BWPT -4 -70 -66 99 -33
PT. Dharma Samudera
DSFI -7 292 -47 49 -33
Fishing Industries
PT. PP London Sumatra
LSIP -16 -2 -30 32 -18
Indonesia Tbk.
PT. Provident Agro Tbk. PALM -23 33 -11 7 -28
PT. Salim Ivomas
SIMP -32 -10 -53 49 -6
Pratama Tbk.
PT. Tunas Baru Lampung
TBLA -4 61 -32 94 24
Tbk.
Rata-rata return saham -16,43 49,29 -24 53 -14,29
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2019

Pada tabel 1. dapat dilihat rata-rata return pertanian mengalami penurunan


saham pada tahun 2013 sampai 2017 di (www.sahamoke.com).
perusahaan sektor pertanian yang terdaftar di Penelitian tentang return saham telah
Bursa Efek Indonesia mengalami fluktuasi banyak dilakukan, namun penelitian yang
return saham yang diasumsikan telah terjadi dilakukan sebelumnya menunjukan hasil yang
naik turunnya tingkat return saham pada berbeda antara satu peneliti dengan peneliti
perusahaan tersebut dari tahun ke tahun. Pada yang lain. Hasil penelitian yang dilakukan Gd
tahun 2014 sampai 2015 dan tahun 2016 Gilang Gunandi dan I Ketut Wijaya Kesuma
sampai 2017 rata-rata return saham sektor (2015) membuktikan bahwa return on asset

197
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
berpengaruh positif terhadap return saham dan 2.5. Economic Value Added (EVA)
debt to equity ratio berpengaruh negatif Economic Value Added (EVA) merupakan
terhadap return saham. Menurut Natasya Cindy nilai tambah ekonomis yang diciptakan
Hidajat (2018) membuktikan bahwa earnings perusahaan dari kegiatan atau strateginya
per share, economic value added, dan market selama periode tertentu (Mulyadi, 2009 dalam
value added berpengaruh positif terhadap Sang Sang Andrias, 2018). Menurut Rudianto
return saham. (2006) dalam Wedayanthi dan Darmayanti
(2016) EVA merupakan suatu sistem
2. LANDASAN TEORI manajemen keuangan untuk mengukur laba
2.1. Signalling Theory ekonomi dalam suatu perusahaan, yang
Martono dkk (2007) dalam Juliana dan menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat
Saerang (2015) menyebutkan bahwa signalling terwujud jika perusahaan mampu memenuhi
theory adalah teori yang melihat pada tanda- semua biaya operasi (operating cost) dan biaya
tanda tentang kondisi yang menggambarkan modal (cost of capital).
suatu perusahaan. Informasi yang 2.6. Market Value Added (MVA)
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman Market value added (MVA) merupakan
akan memberikan signal bagi para investor suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur
dalam mengambil keputusan investasi. keberhasilan dalam memaksimalkan kekayaan
2.2. Return Saham pemegang saham dengan mengalokasikan
Return merupakan hasil yang diperoleh sumber-sumber yang sesuai (Puspita,
dari investasi atau tingkat keuntungan yang Isnurhadi, dan Umrie, 2015).
dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi 2.7. Debt to Equity Ratio (DER)
yang dilakukannya (Hartono, 2010 dalam Hari Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio
Cahyadi dan Akhmad Darmawan, 2016). yang menggambarkan perbandingan hutang
Return sebagai total laba atau rugi yang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan
diperoleh investor dalam periode tertentu yang menunjukan kemampuan modal sendiri
dihitung dari selisih antara pendapatan atas perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh
investasi pada periode tertentu dengan kewajibannya (Sawir, 2000 dalam Nesa Anisa,
pendapatan investasi awal (Sundjaja dan 2015).
Barlian, 2003 dalam Nico Alexander dan
Nicken Destriana, 2013). Kerangka Pemikiran Teoritis
2.3. Return On Asset (ROA) 2.8. Pengaruh Return On Asset (ROA)
Return on asset (ROA) merupakan rasio terhadap Return Saham
keuangan perusahaan yang berhubungan Return on asset merupakan rasio yang
dengan profitabilitas yang digunakan untuk menunjukkan seberapa besar kontribusi aset
mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba bersih (Aryanti,
menghasilkan keuntungan atau laba Mawardi dan Selvi Andesta, 2016). Semakin
(profitabilitas) pada tingkat pendapatan, aset tinggi nilai ROA, menunjukkan semakin tinggi
dan modal saham tertentu (Mamduh dan Abdul pula kemampuan perusahaan untuk
Halim, 2003 dalam Nesa Anisa, 2015). menghasilkan keuntungan, investor akan lebih
Menurut Sri Hartiyah dan Sukowiyono (2017) tertarik untuk memiliki saham perusahaan yang
ROA adalah rasio yang menunjukkan mampu menghasilkan keuntungan lebih besar,
kemampuan kemampuan suatu perusahaan dan jika banyak investor yang tertarik untuk
untuk menghasilkan laba bersih yang berasal membeli saham perusahaan yang memiliki
dari aktivitas investasi. kemampuan menghasilkan keuntungan tinggi,
2.4. Earnings Per Share (EPS) maka harga saham dari perusahaan tersebut
Earnings per share (EPS) merupakan rasio akan meningkat dan return sahamnya juga
keuangan yang dipakai investor yang berfungsi akan naik (Subalno, 2009 dalam A. Ifayani
menganalisis kemampuan dari perusahaan Haanura, 2013).
untuk mendapatkan laba dari saham yang Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gd
dipilih (Susilowati, 2011 dalam Gd Gilang Gilang Gunandi dan I Ketut Wijaya Kesuma
Gunandi dan I Ketut Wijaya Kesuma, 2015). (2015) dan Sahrul dkk (2015) membuktikan

198
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
bahwa ROA berpengaruh positif terhadap 2.10. Pengaruh Economic Value Added
return saham. Hasil tersebut tidak sama dengan (EVA) terhadap Return Saham
penelitian Lilis Purnamasari (2016) yang Perusahaan yang memiliki EVA yang
membuktikan bahwa ROA tidak berpengaruh tinggi akan lebih menarik bagi investor, karena
terhadap return saham. semakin besar EVA maka semakin tinggi nilai
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat perusahaan. Hal ini menunjukkan semakin
disimpulkan semakin besar return on asset besar tingkat keuntungan yang dapat dinikmati
suatu perusahaan maka semakin baik pula oleh pemegang saham. Sesuai dengan hukum
posisi perusahaan tersebut dari segi permintaan-penawaran, semakin banyak
penggunaan aset dalam memperoleh laba investor yang tertarik untuk membeli saham
bersih yang akan meningkatkan investor suatu perusahaan maka semakin besar pula
terhadap perusahaan. Peningkatan daya tarik kemungkinan harga saham perusahaan tersebut
perusahaan akan mendorong peningkatan harga mengalami kenaikan. Maka ketika harga saham
saham, sehingga akan meningkatkan return mengalami kenaikan, seorang investor akan
saham yang akan diterima oleh investor. memperoleh return saham yang berupa capital
Sehingga dapat disusun hipotesis berikut: gain yaitu keuntungan yang diperoleh
H1: Return On Asset berpengaruh positif pemegang saham karena kenaikan harga
terhadap return saham sahamnya (Mellissa Issabela, 2013).
2.9. Pengaruh Earnings Per Share (EPS) Hasil penelitian yang dilakukan oleh
terhadap Return Saham Natasya Cindy Hidajat (2018) membuktikan
Earnings atau laba yang dimiliki bahwa EVA berpengaruh positif terhadap
perusahaan selalu akan dilihat berapa return saham. Hasil penelitian tersebut tidak
sebenarnya jumlah laba perusahaan bila sama dengan penelitian Hari Cahyadi dan
dibagikan dengan jumlah saham perusahaan Akhmad Darmawan (2016) yang membuktikan
yang beredar, untuk itu laba per lembar saham bahwa EVA berpengaruh negatif terhadap
sangat dibutuhkan oleh investor, agar investor return saham dan penelitian Lusiana dan Indri
merasa yakin dan mengetahui berapa Yenni (2017) membuktikan bahwa EVA tidak
sebenarnya nilai yang dimilikinya atas saham berpengaruh terhadap return saham.
dari sebuah perusahaan. Semakin tinggi nilai Berdasarkan uraian sebelumnya dapat
EPS maka semakin besar tingkat return saham disimpulkan bahwa semakin tinggi EVA
(Salim, 2010 dalam Irra Anggraeni, 2018). menunjukkan semakin meningkatnya nilai
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Niel tambah ekonomis suatu perusahaan yang
Ananto dan Lefrand Pasuhuk (2013) menjadikan investor akan semakin tertarik
membuktikan bahwa earnings per share untuk berinvestasi dan meningkatkan harga
berpengaruh positif terhadap return saham. saham suatu perusahaan. Kenaikan harga
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian saham akan meningkatkan return saham.
Lusiana dan Indri Yenni (2017) dan Natasya Sehingga dapat disusun hipotesis sebagai
Cindy Hidajat (2018) yang membuktikan berikut:
earnings per share berpengaruh positif H3: Economic Value Added berpengaruh
terhadap return saham. positif terhadap return saham
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat 2.11. Pengaruh Market Value Added
disimpulkan semakin meningkatnya nilai laba (MVA) terhadap Return Saham
per lembar saham perusahaan akan membuat MVA mencerminkan seberapa jauh
investor semakin tertarik untuk berinvestasi, kemampuan perusahaan mengalokasikan dana.
maka permintaan saham perusahaan akan Analisis return saham dengan menggunakan
semakin banyak dan dapat meningkatkan market value added (MVA) jika alokasi dana
harganya. Sehingga return yang diperoleh akan perusahaan itu dapat terkendali sehingga
semakin besar. Sehingga dapat disusun mendapat arus kas bersih yang besar maka
hipotesis sebagai berikut: return saham yang didapat semakin tinggi.
H2: Earnings Per Share berpengaruh Dengan tingginya tingkat return saham yang
positif terhadap return saham diberikan oleh perusahaan kepada investor,
maka menunjukkan bahwa perusahaan tersebut

199
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
memiliki kinerja yang baik, sehingga investor maka akan menunjukan semakin besar
yakin bahwa perusahaan tersebut akan ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar
memberikan efek yang positif terhadap saham (kreditur) dan tingkat resiko perusahaan juga
yang telah ditanamkan (Elok Puji Rahayu dan akan semakin besar. Akibatnya harga saham
Sri Utiyati, 2017). mengalami penurunan, dan akan menurunkan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh tingkat return saham perusahaan. Sehingga
Natasya Cindy Hidajat (2018) membuktikan dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
bahwa MVA berpengaruh positif terhadap H5: Debt to Equity Ratio berpengaruh
return saham. Hasil tersebut tidak sama dengan negatif terhadap return saham
penelitian Hari Cahyadi dan Akhmad
Darmawan (2016) dan Lusiana dan Indri Yenni Berdasarkan uraian sebelumnya, dibuat
(2017) yang membuktikan bahwa MVA tidak model penelitian sebagai berikut:
berpengaruh terhadap return saham. Return On Asset (ROA)
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat (X1)
disimpulkan semakin besar nilai tambah pasar H1 (+)
suatu perusahaan maka akan membuat para Earnings Per Share (EPS)
(X2) H2 (+)
investor semakin tertarik untuk berinvestasi
dalam saham perusahaan tersebut. Akibatnya, Economic Value Added
permintaan saham perusahaan tersebut akan H3 (+)
(EVA) Return Saham
semakin banyak sehingga mempengaruhi (X3) (Y)
harganya. Semakin meningkat harga saham H4 (+)
Market Value Added
maka return yang dapat diperoleh para investor
(MVA) H5 (-)
juga akan semakin besar. Sehingga dapat (X4)
disusun hipotesis sebagai berikut:
H4: Market Value Added berpengaruh
Debt to Equity Ratio
positif terhadap return saham (DER)
2.12. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) (X5)
terhadap return saham
Semakin besar nilai DER, maka resiko
Gambar 2.1 Model Penelitian
gagal bayar yang dihadapi oleh perusahaan Sumber : Data sekunder diolah, 2019
akan semakin besar. Selain itu, semakin tinggi
3. MODEL PENELITIAN
DER perusahaan juga harus membayar biaya
3.1. Jenis Penelitian
bunga yang tinggi. Apabila hal tersebut terjadi, Jenis penelitian yang dilakukan dalam
maka dapat mengakibatkan penurunan penelitan ini adalah penelitian kuantitatif yaitu
pembayaran dividen karena dianggap sebagai penelitian dengan memperoleh data yang
informasi yang buruk oleh investor, sehingga berbentuk angka atau data kualitatif yang
permintaan terhadap saham perusahaan akan diangkakan (Sugiyono, 2012).
mengalami penurunan yang berakibat pada
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
penurunan harga saham. Dalam kondisi Populasi adalah keseluruhan subjek
tersebut menandakan saham perusahaan kurang penelitian (Suharsimi Arikunto, 2012).
diminati yang secara langsung akan Populasi dalam penelitian ini adalah
menurunkan tingkat return saham (Kasmir, perusahaan sektor pertanian dari tahun 2013
2012). sampai tahun 2017.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gd Sampel dalam penelitian ini adalah laporan
Gilang Gunadi dan I Ketut Wijaya Kesuma keuangan perusahaan sektor pertanian periode
(2015) membuktikan bahwa DER berpengaruh 2013 sampai 2017 yang memenuhi kriteria:
negatif terhadap return saham. Hasil tersebut a. Perusahaan sektor pertanian yang terdaftar
tidak sama dengan penelitian Firmansyah di Bursa Efek Indonesia selama periode
(2017) yang membuktikan bahwa DER tidak
2013 sampai 2017.
berpengaruh terhadap return saham. b. Perusahaan sektor pertanian yang
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat menerbitkan laporan keuangan tahunan
disimpulkan semakin besar DER perusahaan secara berturut-turut selama periode 2013

200
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
sampai 2017 serta mempunyai laporan kas secara periodik kepada pemegang
keuangan lengkap sesuai dengan data yang sahamnya. Oleh sebab itu, return saham dapat
diperlukan dalam variabel penelitian. dihitung sebagai berikut (Hartono, 2014):
c. Perusahaan-perusahaan yang Return =
𝑷𝒕 — 𝑷𝒕−𝟏
menggunakan kurs rupiah. 𝑷𝒕−𝟏
3.3. Jenis dan Sumber Data Keterangan:
Berdasarkan jenisnya, data yang dilakukan Pt = Harga saham periode
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang sekarang
bersifat kuantitatif, yaitu data yang berbentuk Pt-1 = Harga saham periode
angka atau data kualitatif yang diangkakan sebelumnya
(Sugiyono, 2012). Data kuantitatif dalam 3.6. Return On Asset (X1)
penelitian ini adalah data data yang diperoleh ROA merupakan rasio keuangan
dari laporan keuangan perusahaan sektor perusahaan yang berhubungan dengan
pertanian tahun 2013 sampai 2017. profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
Penelitian ini menggunakan data sekunder. kemampuan perusahaan menghasilkan
Data sekunder adalah data yang diperoleh keuntungan atau laba (profitabilitas) pada
dalam bentuk yang sudah ada, sudah tingkat pendapatan, aset dan modal saham
dikumpulkan dan telah diolah pihak lain tertentu (Mamduh dan Abdul Halim, 2003
(Sugiyono, 2012). Data sekunder dalam dalam Nesa Anisa, 2015). Dalam penelitian ini
penelitian ini merupakan data pada periode ROA diukur menggunakan rumus (Kasmir,
tahun 2013 sampai 2017. Data variabel return 2014):
on asset, earnings per share, economic value ROA =
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤
added, market value added, dan debt to equity 𝑿 100%
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚
ratio, menggunakan data sekunder yang 3.7. Earnings Per Share (X2)
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan Earnings per share merupakan
sektor pertanian yang diperoleh di situs resmi perbandingan antara laba bersih setelah pajak
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan pada tahun buku terhadap saham yang
Saham Ok (www.sahamok.com). diterbitkan perusahaan (Hadi Nor, 2015).
3.4. Metode pengumpulan data Dalam penelitian ini EPS diukur menggunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian rumus:
ini adalah metode observasi non partisipasi. 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡
Observasi non partisipasi adalah observasi 𝑬𝑷𝑺 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫
yang dilakukan tanpa melibatkan diri dan 3.8. Economic Value Added (X3)
hanya sebagai pengamat independen EVA merupakan suatu sistem manajemen
(Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini data keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam
dikumpulkan dengan cara membaca, suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa
mengamati, mencatat, mempelajari buku-buku, kesejahteraan hanya dapat terwujud jika
jurnal-jurnal akuntansi, serta mengunduh data perusahaan mampu memenuhi semua biaya
dan informasi dari situs-situs internet relevan. operasi (operating cost)bdan biaya modal (cost
of capita) (Rudianto, 2006 dalam Wedayanthi
Definisi Operasional dan Pengukuran dan Darmayanti, 2016). Dalam penelitian ini
Variabel EVA diukur menggunakan rumus (Rahayu dan
3.5. Return Saham (Y) Aisjah):
Return saham merupakan hasil yang EVA = NOPAT -
diperoleh dari investasi atau tingkat BIAYA MODAL
keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas EVA = NOPAT -
suatu investasi yang dilakukannya (Hartono, (WACC x Invested
2010 dalam Hari Cahyadi dan Akhmad capital)
Darmawan, 2016). Dalam penelitian ini return Keterangan:
saham yang dimaksud diukur menggunakan EVA = Nilai tambah ekonomi
capital gain atau capital loss mengingat tidak NOPAT = Net Operating Profit
selamanya perusahaan membagikan dividen After Tax (Laba operasi

201
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
bersih sesudah pajak) variabel independen mempunyai distribusi
WACC = Weighted Average Cost of normal. Model regresi yang baik adalah
Capital (Biaya modal distribusi adanya normal atau mendekati
rata-rata tertimbang) normal. Untuk menguji apakah distribusi
Invested capital = Modal yang normal dilakukan dengan cara menggunakan
diinvestasikan uji kolmogorov-smirnov. Dasar pengambilan
3.9. Market Value Added (X4) keputusan adalah jika probabilitas
Market value added (MVA) merupakan signifikannya diatas kepercayaan 5% maka
hasil akumulasi kinerja perusahaan dari model regresi memenuhi asumsi normalitas
beberapa investasi yang telah atau yang akan (Imam, Ghozali, 2011).
dilakukan. MVA sebagai kemakmuran 3.12.2. Uji Multikolonieritas
pemegang saham dimaksimumkan dengan Uji multikolonieritas bertujuan untuk
memaksimumkan kenaikan nilai pasar dari menguji apakah model regresi ditemukan
modal perusahaan diatas nilai modal yang adanya korelasi antar variabel bebas
disetor pemegang saham (Brigham dan (independen). Model regresi yang baik
Houston, 2010 dalam Elok Puji Rahayu, 2017). seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
Dalam penelitian ini MVA menggunakan independen. Untuk melihat ada atau tidaknya
rumus (Himawan dan Sukardi, 2008 dalam multikolonieritas maka dilakukan dengan
Natasya Cindy Hidajat, 2018): melihat nilai tolerance lawannya variance
MVA – Nilai buku
= Nilai pasar ekuitasinflation factor
ekuitas
(VIF). Apabila nilai VIF < 10
MVA = (Jumlah Lembar dan Sahamtolerance
x Harga >0,1 –
Saham)maka tidak terjadi
(Jumlah Lembar Saham
multikolonieritas
x par) antar variabel independennya
3.10. Debt to Equity Ratio (X5) (Imam Ghozali, 2011).
Debt to equity ratio (DER) adalah rasio 3.12.3. Uji Heterokedastisitas
yang menggambarkan perbandingan hutang Uji heterokedastisitas dengan
dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menggunakan analisis dengan grafik plots.
menunjukan kemampuan modal sendiri Apabila titik-titik menyebar secara acak baik
perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu
kewajibannya (Sawir, 2000 dalam Nesa Anisa, y maka dinyatakan tidak terjadi
2015). Dalam penelitian ini DER dihitung heterokedastisitas (Imam Ghozali, 2011).
menggunakan rumus: 3.12.4. Uji Autokorelasi
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝒆𝒃𝒕 Uji autokorelasi dengan menggunakan run
𝐃𝐄𝐑 =
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 test. Uji run test dibandingkan dengan tingkat
signifikan (α) yang digunakam (5%). Apabila
nilai hasil run test lebih besar dari pada tingkat
Teknik Analisis Data signifikan (α), maka tidak terdapat masalah
3.11. Uji Statistik Deskriptif autokorelasi pada data yang diuji dan
Statistik deskriptif digunakan untuk sebaliknya (Imam Ghozali, 2011).
memberikan gambaran atas deskriptif variabel-
variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Uji 3.13. Uji Hipotesis
deskriptif yang digunakan antara lain, rata- Model yang digunakan untuk menguji
rata(mean), standar deviasi, maksimum dan hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
minimum. Statistik deskriptif menyajikan analisis regresi linier berganda. Persamaannya
ukuran-ukuran numerik yang sangat penting adalah sebagai berikut:
bagi data sampel, sehingga secara kontekstual Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 +β4X4 −
dapat lebih mudah dimengerti oleh pembaca β5X5+ e
(Imam Ghozali, 2011). Keterangan :
Y : Return saham
3.12. Uji Asumsi Klasik α : Nilai konstan
3.12.1. Uji Normalitas β : Koefisien arah regresi
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui X1 : Return On Asset
apakah analisis antara variabel dependen dan X 2 : Earnings Per Share

202
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
X3 : Economic Value Added koefisian regresi (β5) signifikan dan negatif,
X4 : Market Value Added berarti bahwa Debt to Equity Ratio (DER)
X5 : Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh negatif terhadap return
e : Error saham. Pengujian hipotesis dengan
Jika koefisien regresi (β1, β2, β3, dan β4,) menggunakan tingkat signifikan 0,05. Jika
signifikan dan positif, berarti bahwa Return On tingkat signifikan > 0,05 maka hipotesis
Asset, Earnings Per Share, Economic Value ditolak, sebaliknya jika tingkat signifikan <
Added, dan Market Value Added memiliki 0,05 maka hipotesis diterima (Imam Ghozali,
pengaruh positif terhadap return saham. Jika 2011).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Statistik Deskriptif
Hasil statistik deskriptif dari data penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 4.2
Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
RETURN 30 -52,91 94,12 3,5977 36,06629
ROA 30 -10,24 15,38 5,2173 5,07082
EPS 30 -134,45 905,55 118,9363 195,52246
EVA 30 -1320805 712878 -40218,13 288835,189
MVA 30 1380000 22690328 6856418,10 5560129,890
DER 30 ,16 2,68 1,0983 ,83946
Valid N (listwise) 30
Sumber: data diolah spss,2019
Tabel 4.2 memberikan gambaran mengenai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi
variabel yang digunakan dalam penelitian, masing-masing variabel.
jumlah sampel, nilai minimum, nilai

Uji Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 28,61756771
Most Extreme Differences Absolute ,091
Positive ,091
Negative -,070
Test Statistic ,091
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Sumber: data diolah spss, 2019

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan menggunakan kolmogorov-smirnov yang


bahwa data terdistribusi normal. Hal ini menunjukan nilai signifikansi diatas 0,05 yaitu
dibuktikan dengan hasil uji statistik sebesar 0,200.

b. Uji Multikolonieritas
Tabel 4.4
Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF

203
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
1 (Constant)
ROA ,539 1,855
EPS ,290 3,449
EVA ,476 2,101
MVA ,556 1,799
DER ,538 1,859
Sumber: data diolah spss, 2019
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa return on asset, earnings per share, economic
nilai tolerance yakni pada variabel return on value added, market value added, dan debt to
asset, earnings per share, economic value equity ratio menunjukan nilai kurang dari 10.
added, market value added, dan debt to equity Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
ratio memiliki nilai tolerance diatas 0,1. Selain model regresi ini tidak terjadi multikolonieritas
itu pada nilai VIF pada semua variabel yakni antar variabel independen.

c. Uji Heterokedastisitas
Gambar 4.3
Uji Heterokedastisitas

Sumber: data diolah spss, 2019

Berdasarkan grafik scatterplot tersebut tersebut dapat dilihat pada titik-titik atau plot
dapat dilihat bahwa penyebaran residual adalah yang menyebar. Kesimpulan yang bisa diambil
tidak teratur dan tidak membentuk pola. Hal adalah bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.

d. Uji Autokorelasi
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -4,55652
Cases < Test Value 15
Cases >= Test Value 15
Total Cases 30
Number of Runs 17
Z ,186
Asymp. Sig. (2-tailed) ,853
Sumber: data diolah spss, 2019
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa menggunakan uji run test memiliki probabilitas
hasil perhitungan autokorelasi dengan tingkat signifikan diatas tingkat α = 0,05 yaitu

204
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
0,853. Hal ini berarti dalam model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi.

UJI HIPOTESIS
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,609a ,370 ,239 31,45764
Sumber: data diolah spss, 2019

Pada Model Summary, angka R sebesar perubahan return dapat dijelaskan oleh variasi
0,609 menunjukan bahwa korelasi atau ROA, EPS, EVA, MVA, dan DER. Sedangkan
hubungan antara perubahan return dengan sisanya sebesar 76,1% dijelaskan oleh variabel
ROA, EPS, EVA, MVA, dan DER sebagai lain. kemudian standard error of estimate
variabel independennya adalah cukup kuat (SEE) adalah 31,45764 yang mana semakin
berada diatas 0,5. Angka adjusted r square kecil SEE akan membuat model regresi
koefisien determinasi yang disesuaikan adalah semakin tepat dalam memprediksi return
0,239. Hal ini berarti bahwa 23,9% variasi atau saham.

Uji Simultan (UJI F)


Tabel 4.7
Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 13972,557 5 2794,511 2,824 ,038b
Residual 23749,990 24 989,583
Total 37722,548 29
Sumber: data diolah spss, 2019
Berdasarkan uji ANOA atau F-test, tersebut dapat disimpulkan bahwa model
diperoleh F hitung sebesar 2,824 dengan penelitian yang digunakan sudah sesuai dengan
tingkat signifikansi 0,038. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda.

Uji Parsial (UJI t)


Tabel 4.8
Uji Stastistik t
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -39,928 17,239 -2,316 ,029
ROA 5,032 1,569 ,707 3,208 ,004
EPS -,089 ,055 -,481 -1,600 ,123
EVA 5,192E-5 ,000 ,416 1,771 ,089
MVA 1,448E-7 ,000 ,022 ,103 ,919
DER 26,333 9,487 ,613 2,776 ,011
Sumber: data diolah spss, 2019
Berdasarkan tabel, diperoleh persamaan a. Konstanta sebesar -39,928 (bernilai negatif)
regresi sebagai berikut : menunjukan bahwa nilai negatif mungkin
Y = -39,928 + 5,032ROA − 0,089EPS + 5,192E-5EVA
disebabkan oleh para
+ investor yang menjadi
1,448E-7MVA + 26,333DER + 31,4576 tidak berminat berinvestasi dalam saham
Mengacu pada tabel 4.8, maka dapat perusahaan karena tidak menunjukkan
dijelaskan sebagai berikut: kinerja yang memuaskan sehingga harga

205
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
saham perusahaan tersebut menjadi konstan Kesimpulan
atau bahkan menurun, dan pada akhirnya Hasil pengujian statistik analisis pengaruh
menyebabkan return saham perusahaam Return On Asset, Earnings Per Share,
menjadi negatif. Economic Value Added, Market Value Added
b. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel dan Debt to Equity Ratio terhadap return
return on asset memiliki koefisien regresi saham dengan menggunakan alat analisis
sebesar 5,032 dengan nilai signifikansi 5% regresi linear berganda dapat diperoleh
(0,05). Dengan demikian, hipotesis pertama kesimpulan sebagai berikut: (1) Return On
yang menyatakan bahwa return on asset Asset berpengaruh positif terhadap return
(ROA) berpengaruh positif terhadap return saham (H1 diterima). (2) Earnings Per Share
saham, diterima. Artinya semakin tinggi tidak berpengaruh terhadap return saham (H2
nilai return on asset maka semakin besar ditolak). (3) Economic Value Added tidak
pula return saham yang diberikan oleh berpengaruh terhadap return saham (H3
perusahaan. ditolak). (4) Market Value Added tidak
c. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel berpengaruh terhadap return saham (H4
earnings per share memiliki koefisien ditolak). (5) Debt to Equity Ratio tidak
regresi sebesar -0,089 dengan nilai berpengaruh terhadap return saham (H5
signifikansi sebesar 0,123. Nilai ini lebih ditolak).
besar dari nilai signifikansi 5% (0,05).
Dengan demikian, hipotesis kedua yang Saran
menyatakan bahwa earnings per share Setelah menyimpulkan hasil dari penelitian ini,
berpengaruh positif terhadap return saham, disarankan kepada seluruh perusahaan manufaktur
ditolak. untuk:
d. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel a. Melakukan penelitian ulang dimasa
economic value added memiliki koefisien mendatang dengan menggunakan sampel
regresi sebesar 5,192E-5 dengan nilai yang lebih luas dan memperpanjang
signifikansi sebesar 0,089. Nilai ini lebih periode pengamatan hingga jumlah sampel
besar dari nilai signifikansi 5% (0,05). penelitian juga lebih banyak. Hal ini dapat
Dengan demikian, hipotesis ketiga yang meningkatkan distribusi data yang baik.
menyatakan economic value added b. Meminimalkan hutang-hutang terhadap
berpengaruh positif terhadap return saham, aktivanya. Sehingga para investor dan atau
ditolak. calon investor tidak khawatir ketika
e. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel perusahaan mengalami likuidasi
market value added memiliki koefisien perusahaan akan terbebani oleh hutang-
regresi sebesar 1,448E-7 dengan nilai hutang yang dimilikinya.
signifikansi sebesar 0,919. Nilai ini lebih
besar dari nilai signifikansi 5% (0,05). Keterbatasan
Dengan demikian, hipotesis keempat yang Setelah melakukan analisis penelitian,
menyatakan market value added diketahui bahwa penelitian ini memiliki
keterbatasan sebagai berikut:
berpengaruh positif terhadap return saham,
a. Penelitian ini hanya dilakukan pada
ditolak.
perusahaan sektor pertanian yang terdaftar
f. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel
di BEI tahun 2013 sampai 2017. Sehingga
debt to equity ratio memiliki koefisien
tidak dapat dijadikan pedoman bagi
regresi sebesar 26,333 dengan nilai
seluruh perusahaan selain pertanian.
signifikansi sebesar 0,011. Nilai ini lebih
b. Penelitian ini hanya menggunakan lima
kecil dari nilai signifikansi 5% (0,05).
variabel independen yaitu return on asset,
Dengan demikian, hipotesis kelima yang
earnings per share, economic value added,
menyatakan bahwa debt to equity ratio
market value added, dan debt to equity
berpengaruh positif terhadap return saham,
ratio diharapkan penelitian selanjutnya
ditolak.
menambah variabel penelitian seperti
inflasi, arus kas operasi, nilai tukar rupiah
5. PENUTUP
dan tingkat suku bunga.

206
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
Hadi Nor. 2015. Pasar Modal, Yogyakarta :
Agenda Penelitian Mendatang Graha Ilmu.
Penelitian mendatang menjadi hal penting Hari Cahyadi, Akhmad Darmawan. 2016.
mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian Pengaruh Economic Value Added, Market
ini. Berikut saran penulis untuk agenda penelitian Value Added, Residual Income, Earnings,
mendatang: dan Arus Kas Operasi terhadap Return
a. Penambahan jangka waktu/ periode Saham. Pada perusahaan LQ-45. Jurnal
penelitian. Manajemen dan Bisnis Media Ekonomi.
b. Memperluas populasi penelitian yaitu tidak Vol. 16. No.1.
hanya mencakup perusahaan sektor Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan
pertanian saja tetapi juga mencakup sektor- Analisis Investasi. BPFE UGM:
sektor lainnya. Yogyakarta.
c. Penelitian selanjutnya sebaiknya Hartono, Jogiyanto. 2014. Teori portofolio dan
menambahkan variabel independen lain Analisis Investasi. (Edisi 9). Yogyakarta:
untuk diperoleh hasil yang lebih baik/ BPFE.
lengkap lagi seperti inflasi, nilai tukar Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis
rupiah, arus kas operasi dan tingkat suku Multivariat Dengan Program IBM SPSS
bunga. 19.Edisi 5. Semarang: BP Universitas
Diponegoro.
6. DAFTAR PUSTAKA Irra Anggraeni. 2018. Analisis Pengaruh
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Economic Value Added, Earnings Per
Pengantar Pasar Modal, Edisi Revisi, Share, Dan Dividend Payout Ratio
Rineka Cipta, Jakarta. Terhadap Return Saham Pada Perusahaan
Aryanti, Mawardi dan Selvi Andesta. 2016. Keluarga. Universitas Islam Indonesia
Pengaruh Roa, Roe, Npm dan Cr Fakultas Ekonomi Yogyakarta.
Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Juliana, Stesia dan Saerang, Ivonne S. 2015.
Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Capital Market Reactions Toward The
(Jii). I-Finance Vol. 2. No. 2. Announcement of Increasing Fuel Prices
Brigham E.F. dan J. Houston. 2010. Dasar – Over LQ45 Stock on November 1 2014.
Dasar Manajemen Keuangan : Essentials Jurnal EMBA. Vol.3. No.1. Maret 2015.
Of Financial Management. Edisi 11. Hlm. 1274-1283.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan.
Dyah Ayu Savitri dan A. Mulyo Haryanto. Cetakan Keenam. PT Raja Grafindo,
2011. Analisis Pengaruh Roa, Npm, Eps Jakarta.
dan Per Terhadap Return Saham Pada Lilis Purnamasari. 2016. Pengaruh Return On
Perusahaan Manufaktur Sektor Food and Asset Dan Return On Equity Terhadap
Beverages Periode 2007-2010. Fakultas Return Saham Pada Perusahaan
Ekonomika dan Bisnis. Universitas Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Periode
Diponegoro Semarang. Tahun 2010 Sampai 2015. Universitas
Elok Puji Rahayu dan Sri Utiyati. 2017. PGRI Yogyakarta.
Pengaruh EPS, RI, EVA, MVA, PER Lusiana dan Indri Yenni. 2017. Pengaruh
Terhadap Return Saham pada Perusahaan Earning Per Share, Arus Kas Operasi,
Manufaktur. Jurnal Ilmu dan Riset Economic Value Added, Market Value
Manajemen. Vol. 6, No. 1. Added Terhadap Return Saham. Jurnal
Firmansyah. 2017. Pengaruh ITO, DER, ROA, Ekobistek Fakultas Ekonomi , Vol. 6, No.
Terhadap Return Saham Pada Kompas 2, Hal: 338 – 348.
100 Di BEI 2013-2015. Jurnal Wira Mamduh, M. H., dan Abdul Halim. (2003).
Ekonomi Mikroskil. Vol. 7, No. 2. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
Gd Gilang Gunadi dan I Ketut Wijaya Kesuma. AMP-YKPN.
2015. Pengaruh Roa, Der, Eps Terhadap Martono dan D. Agus Harjito. (2007).
Return Saham Perusahaan Food And Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
Beverage Bei. E-Jurnal Manajemen Unud, Ekonosia.
Vol. 4, No. 6.
207
Journal of Economic, Business and Engineering Vol. 1, No. 1, Oktober 2019
Mellissa Issabella. 2013. Pengaruh Economic Market Value Added Terhadap Return
Value Added, Risiko Sistematis, Dan Saham.
Prediksi Kebangkrutan Dengan Model Sahrul Ihsan, H. Ikram, dan Biana Adha
Altman Z-Score Terhadap Return Saham Inapty. 2015. Pengaruh Economic Value
(Perusahaan Lembaga Keuangan yang Added, Market Share, Earning, Net Cash
Terdaftar Di BEI Tahun 2007-2011). Flow, Return On Aset dan Residual
Universitas Negeri Padang. Padang. Income terhadap Return Saham Pada
Nastasya Cindy Hidajat. 2018. Pengaruh Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer
Return On Equity, Earnings Per Share, Goods Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Economic Value Added, Dan Market Value Sosial Ekonomi dan Humaniora, Vol. 1
AddedTerhadap ReturnSaham Perusahaan No. 1.
Sektor Pertanian Yang Terdaftar Di Bursa Sang Sang Andrias. 2018. Pengaruh Economic
Efek Indonesia Periode 2010-2016. Jurnal Value Added (Eva) dan Market Value
Ekonomi. Vol. XXIII, No. 01, Maret, Added (Mva) Terhadap Return Saham
Hlm. 62-75. Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Nesa Anisa. 2015. Analisis Faktor-Faktor Terdaftar di Bei. Fakultas Ekonomi.
Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Universitas Negeri Yogyakarta.
Perusahaan Sub Sektor Automotive And Sawir, A. (2000). Analisis Kinerja Keuangan
Components Yang Terdaftar Di Bursa Efek dan Perencanaan Keuangan Perusahaan
Indonesia Periode 2010-2014. Perbanas (2nd ed.). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Review, Vol. 1, No. 1. Utama.
Nico Alexander dan Nicken Destriana. 2013. Sri Hartiyah dan Sukowiyono. 2017.
Pengaruh kinerja keuangan terhadap Kontribusi Good Governance Terhadap
return saham. Jurnal Bisnis Dan Profitabilitas dan Return Saham Studi
Akuntansi. Vol. 15, No. 2, Hlm. 123-132. Empiris Pada Perusahaan Keuangan
Niel Ananto dan Lefrand Pasuhuk. 2013. Perbankan BEI. Program Studi Akuntansi.
Pengaruh Economic Value Added, Universitas Sains Al Qur’an Wonosobo.
Residual Income, Earnings dan Arus Kas Sugiyono. 2012. Metode penelitian bisnis.
Operasi terhadap Return yang diterima Alfabeta. Bandung.
oleh Pemegang Saham (Studi Pada Sundjaja, R. dan I. Barlian. 2003. Manajemen
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Keuangan, Literata Lintas Media.
Di Bursa Efek Indonesia). Journal of Susilowati, Yeye. 2011. Reaksi Signal Rasio
Business and Economics. Vol. 12, No. 2, Profitabilitas Dan Rasio Solvabilitas
Hal. 145 – 158. Terhadap Return Saham Perusahaan.
Puspita, Isnurhadi, dan Umrie, 2015. Pengaruh Jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan,
Economic Value Added (EVA) dan Market Vol 3(1): Hal. 17-37.
Value Added (MVA) terhadap Harga Wedayanthi, K.K., Putu, N., dan Darmayanti,
Saham pada Perusahaan Kelompok LQ-45 A. (2016). Pengaruh economic value
di Bursa Efek Indonesia. Jembatan-Jurnal added, komposisi dewan komisaris
Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Terapan independen dan return on assets terhadap
Tahun XII No 2, Oktober 2015. nilai perusahaan. E-Jurnal Manajemen
Rahayu, Ury Tri dan Aisjah, Siti. (2012). Unud, Vol. 5, No. 6, 3647–3676.
“Pengaruh Economic Value Added Dan www.sahamok.com
www.idx.co.id

208
ANALISIS PENGARUH LABA BERSIH, ARUS KAS,
LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP RETURN SAHAM
(Studi Empiris pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Mencapai Derajat Sarjana S-1

Disusun Oleh:
Achmad Sachiyudin
NIM 15.0102.0007

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2019
ANALISIS PENGARUH LABA BERSIH, ARUS KAS,
LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP RETURN SAHAM
(Studi Empiris pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Magelang

Disusun Oleh:
Achmad Sachiyudin
NIM. 13.0102.0007

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul:

ANALISIS PENGARUH LABA BERSIH, ARUS KAS, LEVERAGE, DAN


UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM
(Studi Empiris pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014-2018)

Yang disusun oleh:


Nama : Achmad Sachiyudin
NIM : 15.0102.0007
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Akuntansi

Disetujui untuk digunakan dalam ujian komprehensif.

Magelang, 15 Juli 2017


Dosen Pembimbing

Wawan Sadtyo Nugroho, SE., M.si


NIDN.0623058303

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : Achmad Sachiyudin
NIM : 15.0102.0007
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul:

ANALISIS PENGARUH LABA BERSIH, ARUS KAS, LEVERAGE, DAN


UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM
(Studi Empiris pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2014-2018)

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari
skripsi orang lain. Apabila kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan
gelar kesarjanaannya).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan
bilamana diperlukan.

Magelang, 23 Agustus 2019


Pembuat Pernyataan

Achmad Sachiyudin
NIM. 15.0102.0007

iii
RIWAYAT HIDUP

Nama : Achmad Sachiyudin


Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 28 Juni 1994
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat Rumah : Geger 1 RT003/RW002, Girirejo,
Tegalrejo, Magelang
Alamat Email : pralongeger@gmail.com

Pendidikan Formal:
Sekolah Dasar (2000-2006) : MI Yakti Girirejo
SMP (2006-2009) : MTS Negeri Kota Magelang
SMA (2009-2012) : SMK Yudya Karya Magelang
Perguruan Tinggi (2015-2019) : S1 Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Magelang

Magelang, 23 Agustus 2019


Peneliti,

Achmad Sachiyudin
NIM 15.0102.0007

iv
MOTTO

Kita tidak akan paham arti kesenangan tanpa kesusahan terlebih dahulu.
“karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
( QS : Al-Insyirah 5)

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Alhamdulillahi robbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Laba Bersih,
Arus Kas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham (Studi
Empiris pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2014-2018)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Pendidikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Magelang.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan dan
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibu Dra. Marlina Kurnia, M. M. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Magelang.
2. Bapak Wawan Sadtyo Nugroho, S.E., M.Si., Ak., CA. selaku dosen
pembimbing yang telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran serta
memberikan saran dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.
3. Ibu Nur Laila Yuliani, S.E., M.Sc. selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Magelang.
4. Ayah dan ibu saya di rumah yang telah memberi dukungan moral dan materiil
serta kepercayaan kepada saya.
5. Seluruh dosen pengajar Fakulas Ekonomi dan Bisnis yang telah menuntun
saya selama studi di Universitas Muhammadiyah Magelang.
6. Keluarga besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Magelang angkatan tahun 2015.
7. Teman-teman Akuntansi A 2015 yang telah menjadi teman diskusi dan
memotivasi dalam hal akademik.
8. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan serta dukungan.

Magelang, 23 Agustus 2019


Peneliti,

Achmad Sachiyudin
NIM 15.0102.0007

vi
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi .................................................................. iii
Halaman Riwayat Hidup ....................................................................................... iv
Motto ....................................................................................................................... v
Kata Pengantar ....................................................................................................... vi
Daftar Isi................................................................................................................ vii
Daftar Tabel ........................................................................................................... ix
Daftar Gambar......................................................................................................... x
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xi
Abstrak .................................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
D. Kontribusi Penelitian.................................................................................... 9
E. Sistematika Pembahasan .............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS


A. Telaah Teori ............................................................................................... 11
B. Telaah Penelitian Sebelumnya ................................................................... 19
C. Perumusan Hipotesis .................................................................................. 21
D. Model Penelitian ........................................................................................ 28

BAB III METODA PENELITIAN


A. Populasi dan Sampel .................................................................................. 29
B. Data Penelitian ........................................................................................... 30
C. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel ........................................... 30
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 32

vii
E. Analisis Data .............................................................................................. 35

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Sampel Penelitian ....................................................................................... 40
B. Statistik Deskriptif ..................................................................................... 40
C. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 43
D. Analisis Regresi Berganda ......................................................................... 47
E. Pembahasan ................................................................................................ 56

BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 66
B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 67
C. Saran........................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69


LAMPIRAN ......................................................................................................... 72

viii
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 19


Table 3.1 Pengukuran Variabel ............................................................................. 30
Table 4.1 Pengambilan Sampel ............................................................................. 40
Table 4.2 Statistik Deskripstif ............................................................................... 41
Table 4.3 Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 44
Table 4.4 Uji Heteroskedasitas, Uji Glejser .......................................................... 44
Table 4.5 Uji multikolinearitas ............................................................................. 45
Table 4.6 Uji Autokorelasi .................................................................................... 46
Table 4.7 Hasil Pengujian Analisis Regresi .......................................................... 47
Table 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................... 49
Table 4.9 Hasil Uji Statistik F .............................................................................. 50
Table 4.10 Hasil Uji Statistik t .............................................................................. 51

ix
DAFTAR GAMBAR

Grafik 1.1 Harga Saham Gabungan Sektor Properti ............................................... 3


Grafik 1.2 Harga Saham Gabungan Sektor Finance............................................... 3
Gambar 2.1 Model Penelitian ............................................................................... 28
Gambar 3.1 Uji Statistik F .................................................................................... 37
Gambar 3.2 Uji Statistik t Positif .......................................................................... 38
Gambar 3.3 Uji Statistik t Negatif......................................................................... 39
Gambar 4.1 Nilai Uji F.......................................................................................... 50
Gambar 4.2 Nilai Uji t laba bersih terhadap return saham ................................... 52
Gambar 4.3 Nilai Uji t arus kas operasi terhadap return saham ........................... 53
Gambar 4.4 Nilai Uji t arus kas investasi terhadap return saham......................... 54
Gambar 4.5 Nilai Uji t arus kas pendanaan terhadap return saham...................... 54
Gambar 4.6 Nilai Uji t leverage terhadap return saham ...................................... 56
Gambar 4.7 Nilai Uji t ukuran perusahaan terhadap return saham....................... 56

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan (Perusahaan Properti) ....... 72


Lampiran 2 Data Perhitungan Variabel Return Saham ......................................... 73
Lampiran 3 Data Perhitungan Variabel arus kas operasi ...................................... 76
Lampiran 4 Data Perhitungan Variabel arus kas investasi.................................... 79
Lampiran 5 Data Perhitungan Variabel arus kas pendanaan ................................ 82
Lampiran 6 Data variabel ukuran perusahaan ....................................................... 85
Lampiran 7 Data variabel laba dan leverage......................................................... 87
Lampiran 8 Output SPSS ...................................................................................... 89

xi
ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH LABA BERSIH, ARUS KAS, LEVERAGE, DAN


UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM
(Studi Empiris pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014-2018)

Oleh :
Achmad Sachiyudin

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh laba bersih, arus kas opersi, arus
kas investasi, arus kas pendanaan, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap
return saham dalam laporan keungan perusahaan properti yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2014-2018. Data dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan properti yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014 sampai dengan tahun 2018. Jumlah
populasi penelitian ini adalah 53 perusahaan dan jumlah sampel sebanyak 14
perusahaan. Penentuan sampel diperoleh dengan menggunakan purposive
sampling. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa laba bersih dan leverage
berpengaruh positif terhadap return saham, sedangkan ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap return saham, kemudian arus kas operasi, arus kas
investasi, dan arus kas pendanaan tidak memiliki pengaruh terhadap return saham.

Kata Kunci : Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas
Pendanaan, Ukuran Perusahaan, Leverage, Return Saham

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal memiliki peranan penting dalam perekonomian

Negara, bahkan pasar modal merupakan salah satu indikator kemajuan

perekonomian Negara. Selain itu pasar modal telah memberikan alternatif

investasi bagi para investor. Kini, investasi tidak hanya terbatas pada “aktiva

riil” dan simpanan pada sistem perbankan, tetapi sudah berkembang ke

penanaman dana di pasar modal. Salah satu instrumen yang paling

diminati investor adalah saham (Parwati & Sudiartha, 2016). Salah satu

Informasi yang dibutuhkan oleh investor adalah laporan keuangan

perusahaan. Laporan keuangan disajikan antara lain adalah laporan laba

rugi komprehensif, dan arus kas beserta komponennya. Berbagai

pertimbangan, analisis, dan informasi yang akurat, baik informasi publik

maupun informasi pribadi perlu diperhatikan investor sebelum membeli,

menjual, atau menahan saham untuk mencapai tingkat return yang diiginkan.

Informasi laporan keuangan perusahaan dapat memberikan

pengetahuan bagi investor akan kondisi keuangan suatu perusahaan dan

mengetahui bagaimana perkembangannya dari tahun ke tahun. Hal tersebut

membuat perusahaan ingin menampilkan laporan keuangannya sebaik

mungkin untuk mendapatkan penilaian positif dari pengguna laporan

keuangan, termasuk investor. Pertimbangan investor dalam membuat

1
2

keputusan dapat mempengaruhi reaksi pasar yang antara lain terlihat pada

tingkat keuntungan (return) saham. Return saham merupakan faktor yang

sangat penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam melakukan

investasi karena return saham menunjukkan prestasi emiten, pergerakan

return saham searah dengan kinerja emiten. Apabila emiten mempunyai

prestasi yang semakin baik maka keuntungan yang dapat dihasilkan dari

operasi usaha semakin besar. Pada kondisi yang demikian, return saham

emiten yang bersangkutan cenderung naik (Priantinah, 2012).

Perusahaan yang telah go public di pasar modal maka perusahaan

akan membagikan kepemilikan perusahaan kepada masyarakat yang berminat

untuk membeli saham perusahaan tersebut (Tandelilin, 2011:36). Bagi

perusahaan yang telah go public, harga saham dapat mencerminkan return

saham. Harga saham yang tinggi dapat memaksimalkan return tinggi yang

diberikan oleh perusahaan.

Berikut disajikan data harga saham sektor properti dan sektor finance

selama periode 2014-2018 pada saat harga penutupan per 31 Desember yang

menunjukkan adanya trend penurunan pada sektor properti sedangkan sektor

finance mengalami trend kenaikan.


3

IHSG Sektor Properti


540 524 517
520
490 495
500
480
460 447
440 IHSG Sektor Properti
420
400
2014 2015 2016 2017 2018
TAHUN

Sumber: www.idx.co.id
Grafik 1.1
Harga Saham Gabungan Sektor Properti

Sektor properti pada tahun 2014 memiliki harga saham penutupan

sebesar Rp524. Harga saham penutupan mengalami penurunan pada tahun

2015 sebesar Rp490. Pada tahun 2016 harga saham penutupan mengalami

kenaikan sebesar Rp517. Harga saham penutupan mengalami penurunan pada

tahun 2017 dan 2018 sebesar Rp495 dan Rp447. Terliaht bahwa harga saham

penutupan sektor properti selama periode 2014-2018 mengalami trend

penurunan.

IHSG Sektor Finance


1400
1140 1175
1200
1000 811
800 731 687
600
400 IHSG Sektor Finance
200
0
2014 2015 2016 2017 2018
TAHUN

Sumber: www.idx.co.id

Grafik 1.2
Harga Saham Gabungan Sektor Finance
4

Harga penutupan sektor finance pada tahun 2014 sebesar Rp731 dan

mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar Rp687. Pada tahun 2016,

2017, dan 2018 secara berurutan harga saham penutupan sektor finance

mengalami kenaikan. Pada tahun 2016 harga saham penutupan sebesar

Rp811, mengalami kenaikan pada tahun 2017 yaitu Rp1140, dan mengalami

kenaikan kembali pada tahun 2018 sebesar Rp1175.

Trend penurunan pada harga saham penutupan sektor properti selama

periode 2014-2018, yang tidak sejalan dengan trend kenaikan yang terjadi

pada sektor finance pada periode yang sama. Karena adanya trend penurunan

harga saham tersebut akan berdampak pada return saham perusahaan. Hal ini

yang memotivasi peneliti untuk meneliti return saham sektor properti.

Penelitian tentang return saham telah banyak dilakukan oleh

peneliti sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Alviansyah, at.al,

2018). Memberikan kesimpulan bahwa leverage dan ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap return saham, sedangkan profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap return saham. Penelitin yang dilakukan oleh

Nurchayati & Nasaroh (2017) menyimpulkan bahwa arus kas operasi,

investasi, dan pendanaan berpengaruh positif terhadap return saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, at.al (2016) menyimpulkan bahwa

variabel likuiditas, leverage, ROA, TATO, dan PBV tidak berpengaruh

terhadap return saham, sedangkan variabel size berpengaruh terhadap return

saham.
5

Penelitian yang dilakukan oleh Haryatih (2016) menguji laba bersih

dan arus kas menyimpulkan bahwa laba bersih dan arus kas berpengaruh

positif pada return saham. Aisah & Mandala, (2016) memberikan kesimpulan

bahwa operating cash flow memiliki pengaruh yang positif terhadap return

saham, EPS memiliki pengaruh yang negatif terhadap return saham

sedangkan ROE dan firm size tidak memiliki pengaruh terhadap return

saham. Mayuni & Suarjaya, (2018) menyimpulkan Return on Asset (ROA)

dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham.

Sedangkan Firm Size dan Price Eaning Ratio (PER) tidak berpengaruh

terhadap return Saham. Hal ini menandakan bahwa investor

mempertimbangkan informasi laba akuntansi dan arus kas yang diungkapkan

dalam laporan tahunannya untuk membuat keputusan. Variabel bebas yang

lainnya yaitu laverage dan ukuran perusahaan juga terbukti secara signifikan

berhubungan dengan return saham.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sarifudin

& Manaf (2016) dengan variabel sebelumnya yaitu arus kas operasi, arus kas

pendanaan, arus kas investasi, dan laba bersih. Agar diperoleh hasil yang

lebih relevan maka dilakukan beberapa pengembangan dalam penelitian.

Pengembangan penelitian yang pertama yaitu dengan menambahkan

variabel ukuran perusahaan dan leverage sebagai variabel indepeden yang

mengacu pada peneltian yang dilakukan oleh (Alviansyah, at.al, 2018).

Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan

dilihat dari besarnya nilai equaty, nilai penjualan atau nilai aktiva (Riyanto,
6

2008). Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan

total aktiva. Investor akan lebih memilih perusahaan berukuran besar dengan

harapan memperoleh keuntugan (return) yang besar pula. Hal ini sesuai

dengan teori sinyal, bahwa perusahaan memberikan sinyal pada investor

berupa laporan keuangan dengan total asset sehingga investor tertarik untuk

berinvestasi di perusahaan tersebut. Hal tersebut menunjukkan semakin

banyak investor yang berniat membeli saham perusahaan yang berukuran

besar yang akan berakibat pada harga saham perusahaan naik dan dapat

meningkatkan return saham.

Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar beban utang yang harus ditanggung perusahaan dalam

rangka pemenuhan aset (Alviansyah, at.al 2018). Dalam penelitian ini

leverage diproksikan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to

equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya

utang terhadap modal. Investor cenderung menghindari saham yang

memiliki nilai DER yang tinggi karena nilai DER yang tinggi mencerminkan

risiko perusahaan yang relatif tinggi (Kasmir, 2012). Semakin besar nilai

DER, maka risiko gagal bayar yang dihadapi oleh perusahaan akan

semakin besar. Selain itu, semakin tinggi DER perusahaan juga harus

membayar biaya bunga yang tinggi. Apabila hal tersebut terjadi, maka

informasi tersebut merupakan sinyal buruk bagi investor. Sehingga

permintaan terhadap saham perusahaan akan mengalami penurunan yang

berakibat pada penurunan harga saham. Dalam kondisi tersebut


7

menandakan saham perusahaan kurang diminati yang secara langsung akan

menurunkan tingkat return saham perusahaan.

Perbedaan kedua penelitian sebelumnya menggunakan data

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014,

sedangkan penelitian ini menggunakan data perusahaan properti tahun

terbaru selama 5 tahun yaitu periode 2014-2018. Karena selama peroiode

tersebut harga saham perusahaan properti mengalami trend penurunan yang

nantinya akan berdampak pada return saham.

Peneliti akan menguji laba bersih, arus kas operasi, arus kas investasi,

arus kas pendanaan, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap return saham

pada Perusahan properti dengan kurun waktu lima tahun 2014–2018.

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang, dapat ditarik beberapa pertanyaan

penelitian, antara lain :

1. Apakah terdapat pengaruh laba bersih terhadap return saham pada

perusahaan properti periode 2014-2018?

2. Apakah terdapat pengaruh arus kas operasi terhadap return saham

pada perusahaan properti periode 2014-2018?

3. Apakah terdapat pengaruh arus kas investasi terhadap return saham

pada perusahaan properti periode 2014-2018?

4. Apakah terdapat pengaruh arus kas pendanaan terhadap return saham

pada perusahaan properti periode 2014-2018?


8

5. Apakah terdapat pengaruh leverage terhadap return saham pada

perusahaan properti periode 2014-2018?

6. Apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap return saham

pada perusahaan propertt periode 2014-2018?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah;

1. Untuk menguji dan menganalisis secara empiris pengaruh laba

akuntansi terhadap return saham pada perusahaan properti periode

2014-2018.

2. Untuk menguji dan menganalisis secara empiris pengaruh arus kas

operasi terhadap return saham pada perusahaan properti periode

2014-2018.

3. Untuk menguji dan menganalisis secara empiris pengaruh arus kas

investasi terhadap return saham pada perusahaan properti periode

2014-2018.

4. Untuk menguji dan menganalisis secara empiris pengaruh arus kas

pendanaan terhadap return saham pada perusahaan properti periode

2014-2018.

5. Untuk menguji dan menganalisis secara empiris pengaruh leverage

terhadap return saham pada perusahaan properti periode 2014-2018.


9

6. Untuk menguji dan menganalisis secara empiris pengaruh terhadap

ukuran perusahaan return saham pada perusahaan properti periode

2014-2018.

D. Kontribusi Penelitian

1. Kontribusi Teoritis

a. Dari hasil penelitian diharapkan dapat menambah

pengetahuan bagi pihak lain dan bagi peneliti terhadap bukti

empiris dan mengetahui serta memberikan informasi

mengenai laba bersih, arus kas, ukuran perusahaan,dan

leverage terhadap return saham.

b. Melalui hasil penelitian diharapkan dapat menambah

literatur untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi pihak-

pihak lain.

2. Kontribusi Praktis

Memberikan manfaat kepada investor, kreditor, analis, dan

pihak lainnya yang berkepetingan dalam menilai kinerja keuangan

suatu perusahaan.

E. Sistematika Pembahasan

Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima

bab, yang masing-masing bab dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, bab ini meliputi uraian mengenai latar belakang

(permasalahan), rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian ini dilakukan, serta sistematika pembahasan.


10

BAB II Tinjauan Pustaka dan Perumusan Hipotesis, bab ini berisi uraian

tentang pembahasan dari permasalahan secara teoritis yang

didasarkan pada literatur, bahan pustaka, sumber ilmiah yang

berguna sebagai acuan perbandingan hasil penelitian,

pengembangan hipotesis serta model penelitian.

BAB III Metode Penelitian, bab ini bertujuan untuk menerangkan dan

menguraikan tentang populasi dan sampel, jenis dan sumber

data, teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel dan

pengukuran variabel, metode analisis data serta pengujian

hipotesis.

BAB IV Hasil dan Pembahasan, bab ini bertujuan untuk membahas dan

menguraikan pengujian yang telah dilakukan meliputi statistik

deskriptif variabel penelitian, hasil pengujian asumsi klasik,

hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan.

BAB V Kesimpulan, bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian,

keterbatasan penelitian serta rekomendasi. Dibagian akhir akan

diisi dengan lampiran yang dapat mendukung skripsi ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Telaah Teori

1. Teori Signal

Teori sinyal dikembangkan oleh Ross (1977) dari teori

Modigliani-Miller, yang menyatakan bahwa perusahaan akan

berusaha menyampaikan hal baik kepada publik untuk

mendapatkan respon yang baik pula. Tindakan tersebut akan

membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak menyampaikan

hal baik. Begitu juga sebaliknya perusahaan akan berusaha

menghalagi berita buruk untuk menyebar luas di publik supaya

tidak mempengaruhi perusahaan. Hal baik yang ingin disampaikan

perusahaan akan dilakukan secepat mungkin untuk mendapatkan

respon. Sinyal tersebut diharapkan mampu diterima secara

positif oleh pasar sehingga nantinya akan mempengaruhi kinerja

keuangan perusahaan.

Teori Signal menjelaskan tentang bagaimana para

investor memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan

sebagai manajer perusahaan ini disebut informasi asimetris. Namum

dalam kenyataannya manajer sering memiliki informasi lebih baik

dari investor luar. Hal ini disebut informasi asimetris, dan ini

memiliki dampak penting pada struktur modal yang optimal

11
12

(Brigham dan Houston, 2005). Signaling theory juga menjelaskan

mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan

infomasi laporan keuangan pada pihak internal. Dorongan

perusahaan untuk memberikan informasi tersebut adalah karena

terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak investor

karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan

dan prospek yang akan datang dibanding pihak luar atau investor

dan kreditor (Minar, 2009).

Teori sinyal ini membahas bagaimana seharusnya sinyal-

sinyal keberhasilan atau kegagalan managemen (agent) disampaikan

kepada pemilik modal (principle). Penyampaian laporan keuangan

dapat dianggap sebagai sinyal, yang berarti bahwa apakah agen telah

berbuat sesuai dengan kontrak atau belum. Teori sinyal juga

memprediksikan bahwa pengumuman efek pada return saham dan

kenaikan deviden adalah positif (Marwata, 2011).

2. Laba Bersih

Laba merupakan pos dasar dan penting dari ikhtisar

keuangan yang memiliki berbagai macam kegunaan dalam berbagai

konteks, pengertian laba itu sendiri merupakan selisih antara

pengeluaran dan pemasukan. Laba merupakan kelebihan penghasilan

di atas biaya selama satu periode akuntansi. Sementara pengertian

laba yang diamati oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah

selisih pengukuran pendapatan dan biaya (Harahap, 2001). Laba


13

bersih atau keuntungan bersih yakni: (net income atau net profit)

merupakan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi

Menurut (Warren et.al, 2005). Menurut Suwardjono (2008)

pengertian laba adalah: laba dimaknai imbalan atas upaya

perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba

merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total

yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang atau

jasa). Harahap (2001) menyatakan bahwa Gains (laba) adalah

naiknya nilai equity dari transaksi yang sifatnya insidentil

dan bukan kegiatan utama entity dan dari transaksi atau kejadian

lainnya yang mempengaruhi entity selama satu periode tertentu

kecuali yang berasal dari hasil atau investasi dari pemilik.

Perhitungan laba pada umumnya mempunyai 2 (dua)

tujuan, yaitu:

a. Tujuan internal, yaitu berhubungan dengan manajemen

untuk mengarahkan pada kegiatan yang lebih

menguntungkan dan mengevaluasi usaha yang telah dicapai.

b. Tujuan eksternal, yaitu untuk memberikan

pertanggungjawaban kepada para pemegang saham

untuk keperluan pajak atau tujuan lainnya, misalnya untuk

permohonan kredit.
14

3. Arus Kas

Menurut pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

No.2, laporan arus kas merupakan bagian yang tidak terpisahkan

(integral) dari laporan keuangan, dengan tujuan untuk mengisi

kesenjangan informasi dari Laporan Neraca, Laporan Rugi Laba, dan

Laporan Laba ditahan yaitu dalam hal menilai kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kebutuhan

perusahaan untuk menggunakan kas. (Menurut Henry Simamoru,

dalam Haryatih 2016) tujuan utama arus kas adalah menyediakan

informasi tentang penerimaan-penerimaan kas dan pembayaran serta

pendanaandari suatu entitas selama periode tertentu. Selain itu,

laporan arus kas dapat memasok informasi yang memungkinkan para

pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih

perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas),

dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas

dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang

bisnis. Laporan arus kas di susun untuk menjelaskan (a) jumlah

penerimaan dan pengeluaran dana (kas dan setara kas) selama suatu

periode usaha, (b) sumber penerimaan dan sasaran pengeluaran, serta

(c) bertambah atau berkurangnya saldo akhir kas dan setara kas

dibandingkan saldo awal periode usaha.


15

a) Arus Kas Operasi

Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh

dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh

karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari

transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan

laba atau rugi bersih.

b) Arus kas dari aktivitas investasi

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK

2004 No.2, paragraf 15) menyatakan bahwa pengungkapan

terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu

dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan

dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang

bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa

depan.

c) Arus kas dari aktivitas pendanaan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK

2004 No.2, paragraf 16) menyatakan bahwa pengungkapan

terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu

dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap

arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan.

4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai

suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Dengan


16

demikian ukuran perusahaan merupakan sesuatu yang dapat

mengukur atau menentukan nilai dari besar atau kecilnya

perusahaan. Ukuran Perusahaan yang diutarakan oleh (Saffold,

dalam Ana & Rizal 2016) bahwa kultur perusahaan yang kuat dapat

mempengaruhi kinerja karyawan, dimana kultur perusahaan yang

kuat tersebut akan terbentuk dari berbagai faktor seperti jenis

industri, ukuran perusahaan, dan lingkungan yang mempengaruhi

perusahaan itu sendiri. Dalam hal ini menunjukkan bahwa unsur

ukuran perusahaan secara tidak langsung dapat mempengaruhi

kinerja perusahaan.

Menurut Yuliantari dan Sujana (2014) ukuran perusahan

adalah cerminan besar kecilnya perusahaan yang berhubungan

dengan peluang dan kemampuan untuk masuk ke pasar modal

dan jenis pembiayaan eksternal lainnya yang menunjukkan

kemampuan meminjam perusahaan.

5. Leverage

Laverage mengukur kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Kegiatan operasional

perusahaan bisa saja menggunakan modal sendiri, modal pinjaman

atau kombinasi dari keduanya. Debt to Equity Ratio (DER)

merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan

ekuitas. Rasio ini diukur dengan membandingkan antara hutang

termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas (Kasmir, 2012).


17

Rasio leverage memberikan gambaran mengenai struktur modal

yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat resiko tak

tertagihnya suatu utang.

Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar

perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset

perusahaan. (Husnan dan Pudjiastuti, dalam Fitri 2017) berpendapat

bahwa “debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang

menunjukkan perbandingan antara hutang dengan modal

sendiri”. Berdasarkan pendapat diatas, debt to equity ratio(DER)

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menutup sebagain atau seluruh hutang-hutangnya baik jangka

panjang maupun jangka pendekdengan dana yang berasal dari total

modal dibandingkan besar hutang. Perusahaan yang mempunyai

tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman

luar untuk membiayai asetnya, sedangkan perusahaan yang

mempunyai tingkat leverage lebih rendah lebih banyak membiayai

asetnya dengan modal sendiri. Rasio leverage merupakan rasio

yang mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh

pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor

perusahaan.

6. Return Saham

Return saham adalah suatu tingkat pengembalian saham

yang diharapkan atas investasi yang dilakukan dalam saham atau


18

beberapa klompok saham melalui suatu portofolio. Return

merupakan hasil yang diperoleh investor dari investasi tersebut.

Return dapat berupa realisasi (relized return) yang sudah terjadi atau

return ekspektasi (expected return) yang belum terjadi etapi yang

diharapkan akan terjadi dimasa yang akan datang. Return realisasi

penting karena digunakan sebagai pengukur kinerja perusahan.

Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penilaian return

ekspektasi (expected return) dan risiko di masa mendatang. Return

ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan

akan diperoleh investor di masa yang akan datang. Sedangkan return

realisasi (relized return) sifatnya sudah terjadi (Jogiyanto, 2014).

Menurut Tandelilin (2011) return adalah tingkat

pengambilan yang diperoleh atas waktu serta risiko terhadap

investasi yang telah dilakukan.Investor yang memutuskan untuk

melakukan investasi dalam bentuk saham berarti investor tersebut

melakukan partisipasi dalam modal suatu perusahaan, dan seorang

investor yang rasional akan selalu berusaha agar investasinya

mendatangkan tingkat return yang melebihi biaya modalnya.


19

B. Telaah Penelitian Sebelumnya

Table 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Variabel Hasil Penelitian


1 Sarifudin & Variable Independen Arus kas operasi tidak
Manaf (2016) Arus Kas Oprasi, berpengaruh terhadap return
Arus Kas Investasi, saham. Arus kas investasi
Arus kas pendanaan, berpengaruh positif terhadap return
Laba Bersih saham. Arus kas pendanaan
Variabel Dependen : berpengaruh positif terhadap
Return Saham return saham. Laba bersih tidak
berpengaruh terhadap return
saham.
2 Nurchayati & Variabel Independen Arus kas operasi berpengaruh
Nasaroh : Arus Kas Oprasi, positif terhadap return saham, Arus
(2017) Arus Kas Investasi, kas investasi berpengaruh
Arus Kas Pendanaan positif terhadap return saham, Arus
Variabel Dependen : kas pendanaan berpengaruh positif
Return Saham terhadap return saham.
3 Haryatih Variabel Independen Laba bersih berpengaruh terhadap
(2016) : Laba Bersih, Arus return saham, Arus kas operasi
Kas Oprasi, Arus berpengaruh terhadap return
Kas Investasi, Arus saham, Arus kas investasi tidak
Kas Pendanaan berpengaruh terhadap return saham,
Variabel Dependen : Arus kas pendanaan tidak
Return Saham berpengaruh terhadap return
saham.
4. Lestari, at.al Variabel Independen Variabel likuiditas tidak
(2016) : Likuiditas, berpengaruh terhadap return
Leverage, saham, Variabel Leverage tidak
Profitabilitas, berpengaruh terhadap return
Aktivitas, saham, Variabel ROA tidak
Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap return
Dan Penilaian Pasar saham, Variabel TATO tidak
Variabel Dependen : berpengaruh terhadap return
Return Saham saham, Variabel size berpengaruh
terhadap return saham, Variabel
PBV tidak berpengaruh terhadap
return saham.
5. Alviansyah, Variabel Independen profitabilitas, leverage, dan
at.al (2018) : Profitabilitas, ukuran perusahaan secara
Leverage, simultan berpengaruh terhadap
Dan Ukuran return saham. Secara parsial
Perusahaan leverage dan ukuran perusahaan
20

Variabel Dependen : berpengaruh positif terhadap


Return Saham return saham, sedangkan
profitabilitas secara parsial tidak
berpengaruh terhadap return
saham.
6. Pratiwi & Variabel Independen likuiditas, profitabilitas, dan ukuran
Putra (2015) : Likuiditas, perusahaan berpengaruh positif
Profitabilitas, pada return saham, leverage
Leverage, Aktivitas, berpengaruh negatif pada return
Ukuran Perusahaan saham, sedangkan aktivitas dan
dan Arus Kas arus kas aktivitas operasi tidak
Operasi. Variabel berpengaruh pada return saham.
Dependen : Return
Saham
7. Aisah & Variabel Independen operating cash flow memiliki
Mandala : Return On Equity, pengaruh yang positif terhadap
(2016) Earning Per Share, return saham, EPS memiliki
Firm Size, dan pengaruh yang negatif terhadap
Operating Cash return saham, ROE dan firm size
Flow Variabel tidak memiliki pengaruh terhadap
Dependen : Return return saham.
Saham
8. Mayuni & Variabel Independen Return On Asset (ROA), Firm
Suarjaya : Return On Asset Size, Earning Per Share (EPS)
(2018) (ROA),Firm Size, dan Price Earning Ratio(PER)
Earning per Share secara simultan berpengaruh
(EPS) dan Price terhadap return saham. Hasil
Earning Ratio analisis secara parsial menunjukan
(PER) Variabel bahwa Return on Asset (ROA)
Dependen : Return berpengaruh positif terhadap
Saham return saham. Earning Per Share
(EPS) berpengaruh positif
terhadap Return Saham. Sedangkan
Firm Size dan Price Eaning Ratio
(PER) tidak berpengaruh terhadap
Return Saham.
9. Parwati & Variabel Independen variabel profitabilitas. likuiditas
Sudiartha : Likuiditas, dan penilaian pasar berpengaruh
(2016) Leverage, positif terhadap return
Profitabilitas, dan saham, sedangkan variabel
penilaian pasar leverage berpengaruh negatif
Variabel Dependen : terhadap return saham
Return Saham
Sumber : beberapa artikel yang diolah, 2019
21

C. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Laba Bersih Terhadap Return Saham

Laba bersih menunjukkan kinerja keuangan perusahaan dalam

periode tertentu, oleh karena itulah laba bersih merupakan indikator

yang diperhitungkan oleh para investor dalam menganalisis

pergerakan saham perusahaan tersebut. Laba bersih memengaruhi

minat para investor dalam menanamkan investasi dalam suatu

perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan, jika laba suatu perusahaan

tinggi, maka pembagian dividen perusahaan itu cenderung meningkat,

maka investor pun akan lebih berminat dalam menanamkan

investasinya, seperti misalnya dalam bentuk saham.

Laba bersih yang meningkat dapat menginformasikan bahwa

perusahaan berhasil meningkatkan kinerja manajemennya dimana hal

tersebut akan memberikan good news pada pelaku pasar. Hal ini

sesuai dengan teori signal menyebutkan bahwa perusahaan akan

menyampaikan hal yang positif kepada publik untuk mendaptkan

respon positif dari pasar yang dikembangkan oleh Ross (1977). Jadi,

dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi laba bersih yang dimiliki

perusahaan, merupakan sinyal yang baik bagi publik untuk membeli

saham perusahaan tersebut, maka harga saham prusahaan pun ikut

meningkat, sehingga return yang didapat lebih tinggi dari

sebelumnya.
22

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryatih

(2016), Mayuni & Suarjaya (2018), Pratiwi & Putra (2015), yang

mengungkapkan bahwa laba berpengaruh positif terhadap return

saham, artinya jika laba meningkat, maka return saham juga akan

meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka diusulkan hipotesis

sebagai berikut:

:Laba bersih berpengaruh positif terhadap return


saham.

2. Pengaruh Arus Kas Oprasional Terhadap Return Saham

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama

pendapatan perusahaan (principal revenue activities) dan aktivitas

lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan,

umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang

mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih, dan merupakan

indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat

menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman,

memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden

dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber

pendanaan dari luar. Arus kas operasi berpengaruh terhadap

return saham, semakin besar arus kas operasi maka semakin

tinggi return yang diharapkan oleh investor. Sesuai dengan teori

sinyal yang dikembangkan oleh Ross (1977) perusahaan akan

menyampaikan sinyal positif kepada publik berupa peningkatan

arus kas oprasi, sehingga adanya perubahan arus kas dari kegiatan
23

operasi akan mendapatkan respon positif dari investor, akibatnya

investor akan membeli saham perusahaan tersebut yang pada

akhirnya meningkatkan return saham.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurchayati & Nasaroh (2017), Haryatih (2016), Aisah & Mandala

(2016), mengungkapkan bahwa arus kas oprasi berpengaruh positif

terhadap return saham, Berdasarkan uraian tersebut, maka

diusulkan hipotesis sebagai berikut:

:Arus kas oprasi berpengaruh positif terhadap return


saham.

3. Pengaruh Arus Kas Investasi Terhadap Return Saham

Aktivitas investasi adalah aktivitas yang menyangkut

perolehan atau pelepasan aset jangka panjang (aset tidak lancar)

serta investasi lain yang tidak termasuk dalam setara kas, mencakup

aktivitas meminjamkan uang dan mengumpulkan piutang tersebut,

serta memperoleh dan menjual investasi dan aset jangka panjang

produktif. Aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas

sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk

menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.

Teori signal yang dikembangkan oleh Ross (1977),

perusahaan akan menyampaikan hal yang positif kepada publik,

adanya peningkatan arus kas investasi merupakan sinyal positif bagi

investor, sehingga adanya perubahan arus kas dari kegiatan

investasi akan direspon oleh investor. Akibatnya investor akan


24

membeli saham perusahaan tersebut, sehingga harga saham

perusahaan akan naik yang pada akhirnya meningkatkan return

saham.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarifudin &

Manaf (2016), Nurchayati & Nasaroh (2017), menemukan bahwa

peningkatan investasi berhubungan dengan peningkatan arus kas

masa yang akan datang dan mempunyai pengaruh positif

dengan return saham pada saat pengumuman investasi baru.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diusulkan hipotesis sebagai

berikut:

:Arus kas investasi berpengaruh positif terhadap return


saham

4. Pengaruh Arus Kas Pendanaan Terhadap Return Saham

Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan

perubahan dalam jumlah serta komposisi ekuitas dan pinjaman

perusahaan. Arus kas pendanaan berguna untuk memprediksi klaim

terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal

perusahaan.

Arus kas pendanaan (financing activities) meliputi pos-pos

kewajiban dan ekuitas pemilik. Arus kas pendanaan merupakan

arus kas yang diperoleh karena adanya kegiatan peminjaman

dan pembayaran hutang, perolehan sumber daya dari pemilik

perusahaan, serta pemberian imbalan atas investasi bagi pemilik

perusahaan. Teori signal yang dikembangkan oleh Ross (1977),


25

menjelaskan bahwa pasar akan bereaksi positif terhadap

pengumuman pendanaan dari kas karena akan berpengaruh

terhadap perubahan dividen, sehingga investor tertarik membeli

saham perusahaan tersebut yang nantinya akan meningkatkan return

saham.

Penelitian yang dilakuakn oleh Nurchayati & Nasaroh

(2017), Sarifudin & Manaf (2016), mengungkapkan bahwa arus

kas pendanaan berpengaruh positif signifikan terhadap return

saham. Artinya jika arus kas pendananaan meningkat, maka

return saham akan meningkat. Hal tersebut direspon positif

oleh pelaku pasar bahwa emiten akan memiliki kemampuan

untuk pengembalian kewajiban dan pembagian laba. Berdasarkan

uraian tersebut, maka diusulkan hipotesis sebagai berikut:

:Arus kas pendanaan berpengaruh positif terhadap


return saham

5. Pengaruh leverage terhadap Pengungkapan Return Saham

Laverage mengukur kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka panjangnya (parwati & Sudiartha,

2016). Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang

membandingkan total hutang dengan total modal sendiri. DER

dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang

dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak

terbayarkan suatu hutang. Semakin besar DER, semakin besar pula


26

beban perusahaan terhadap pihak luar, baik berupa pokok

maupun bunga pinjaman.

Teori signal yang dikembangkan oleh Ross (1977),

perusahaan akan memberikan informasi positif kepada publik

dengan tingkat DER yang rendah, perusahaan dengan DER yang

rendah maka resiko yang dimiliki juga rendah. Investor akan

tertarik terhadap perusahaan tersebut, sehingga permintaan

terhadap saham perusahaan akan mengalami peningkatan yang

berakibat pada naiknya harga saham, sehingga akan meningkatkan

return saham perusahaan. Maka DER yang tinggi akan menurunkan

tingkat return saham.

Penelitian yang dilakukan oleh parwati & Sudiartha (2016)

menyatakan leverage mempunyai pengaruh yang negatif dan

siknifikan terhadap return saham. Berdasarkan uraian tersebut,

maka diusulkan hipotesis sebagai berikut:

: Leverage berpengaruh negatif terhadap return saham

6. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Return


Saham

Teori sinyal dikembangkan oleh Ross (1977),

menyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki

informasi lebih baik mengenai perusahaannya maka perusahaan

akan terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada

calon investor agar harga saham perusahaannya meningkat. Hal

positif dalam signalling theory dimana perusahaan yang


27

memberikan informasi yang bagus akan membedakan mereka

dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus” dengan

menginformasikan pada pasar tentang keadaan mereka. Informasi

mengenai ukuran perusahaan akan mempengaruhi minat investor

dalam berinvestasi pada suatu perusahaan.

Perusahaan dengan total asset yang besar akan

mudah memperoleh dana tambahan dipasar modal apabila

dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki total asset

yang kecil karena dengan total asset yang kecil harga saham

perusahaan menjadi rendah yang mengakibatkan return saham

juga rendah. Hal tersebut menunjukkan semakin banyak

investor yang berniat membeli saham perusahaan yang berukuran

besar yang akan berakibat pada harga saham perusahaan naik

dan dapat meningkatkan return saham.

penelitian yang dilakukan oleh Lestari, at.al (2016), Pratiwi

& Putra (2015), Alviansyah, at.al (2018), menyatakan ukuran

perusahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap return

saham. Berdasarkan uraian tersebut, maka diusulkan hipotesis

sebagai berikut:

:Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap


return saham
28

D. Model Penelitian

H1 +
Laba Bersih

Arus Kas

Arus Kas Operasi H2a +

H2b + Return Saham


Arus Kas Investasi
H2c +
Arus Kas Pendanaan

Leverage H3 -

Ukuran Perusahaan H4 +

Gambar 2.1
Model Penelitian
BAB III

METODA PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Perusahaan yang diteliti yaitu perusahaan properti yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018 dan tergabung

dalam perusahaan properti dengan menggunakan data laporan keuangan

dan data lain yang relevan. Jenis data yang digunakan adalah data

sekunder dari masing-masing situs yang terpilih menjadi sampel.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purpossive sampling

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan properti yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit

untuk periode yang berakhir 31 Desember tahun 2014- 2018.

3. Data-data mengenai variabel penelitian yang akan diteliti tersedia

lengkap dalam laporan keuangan tahunan perusahaan yang diterbitkan

pada tahun 2014-2018.

4. Perusahaan yang mengalami laba selama periode 2014-2018.

5. Perusahaan tidak mengalami disuspend dan delisting selama periode

2014-2018

29
30

B. Data Penelitian

1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder pada perusahaan properti yang berupa data laporan tahunan

(Annual Report) perusahaan sektor properti tahun 2014-2018 yang

diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode dokumentasi. Data yang diperoleh dari website Bursa

Efek Indonesia dan website perusahaan berupa data kuantitatif yakni

laporan tahunan perusahaan. Data tersebut nantinya akan digunakan

untuk pengukuran variabel.

C. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel

Table 3.1 Pengukuran Variabel

No. Variabel Definisi Ukuran Skala


1. Return Return merupakan tingkat Rasio
Saham keuntungan yang dinikmati RS =
pemodal atas investasi yang
dilakukannya. Jenis return
yang digunakan dalam
penelitian ini adalah return
realisasi atau sering disebut
actual return yang
merupakan capital gains
yaitu selisih antara harga
saham periode saat ini
dengan harga saham pada
periode sebelumnya dibagi
dengan harga saham period
sebelumnya. (Jogiyanto,
2014)
31

2. Laba Bersih Laba bersih merupakan laba Nominal


bersih periode tersebut. (Δ LB)
Laba bersih ini diambil
dari laporan laba rugi yang
juga merupakan bagian dari
laporan keuangan (Sarifudin
& Manaf, 2016).
3. Arus Kas Perubahan arus kas dari Rasio
Operasi aktivitas operasi merupakan ΔAKO=
selisih dari arus kas operasi
periode tersebut dikurangi
dengan arus kas operasi dari
periode Sebelumnya dibagi
dengan arus kas operasi dari
periode sebelumnya
(Sarifudin & Manaf, 2016).
4. Arus Kas Perubahan arus kas dari Rasio
Investasi aktivitas investasi ΔAKI=
merupakan selisih dari arus
kas investasi periode
tersebut dikurangi dengan
arus kas investasi dari
periode sebelumnya dibagi
dengan arus kas investasi
dari periode sebelumnyna
(Sarifudin & Manaf, 2016).
5. Arus Kas Perubahan arus kas dari Rasio
Pendanaan aktivitas pendanaan ΔAKP=
merupakan selisih dari arus
kas pendanaan periode
tersebut dikurangi dengan
arus kas pendanaan dari
periode sebelumnya dibagi
dengan arus kas pendanaan
dari periode sebelumnya
(Sarifudin & Manaf, 2016).
6. Ukuran Dalam penelitian ini Rasio
Perusahaan ukuran perusahaan Size = ln (Total
ditentukan dengan melihat Asset)
total aset yang dimiliki oleh
perusahaan.
Penentuanukuran perusahaan
dapat dihitung dengan
menggunakan logaritma
natural dari total aset
(Alviansyah, at.al. 2018).
32

7 Leverage Dalam penelitian ini Rasio


leverage diproksikan
menggunakan Debt to Equity DER=
Ratio (DER). Menurut Hery,
Debt to Equity Ratio
merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur
besarnya utang terhadap
modal (Alviansyah, at.al
2018)
Sumber: beberapa artikel yang diolah, 2019
D. Metode Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Merupakan statistik yang menggambarkan fenomena atau

karakteristik dari data, yaitu karakteristik distribusinya. Statistik ini

menyediakan nilai frekuensi, pengukuran tendensi pusat, dispersi

dan pengukuran bentuk. Pengukuran tendensi pusat mengukur nilai-

nilai mean, median, dan mode.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mrngrtahui apakah

data terdistribusi dengan normal atau tidak. Analisis parametrik

seperti regresi linier mensyaratkan bahwa data harus terdistribusi

dengan normal. Penelitian ini menggunakan teknik uji statistik

non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Data yang

memenuhi pengujian ini menunjukkan bahwa data dapat

mewakili populasi karena populasi selalu dianggap normal.

Jika hasil pengujian menunjukkan bahwa data tidak normal

maka data belum dapat diolah untuk analisis lebih lanjut


33

karena belum dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya

dalam populasi.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinieraitas digunakan untuk menguji model regresi

penelitian terhadap korelasi antar variabel independen. Ghozali

(2013) menyatakan bahwa model regresi yang baik menunjukkan

taidak adanya korelasi antar variabel independen. Cara untuk

menedeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas ini yaitu dengan

menggunakan variance inflation factor (VIF) dan Tolerance.

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang

terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Artinya nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai

VIF yang tinggi. Data tidak mempunyai korelasi jika nilai

tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari

residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi

yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian

menggunakan uji Glejser dengan dasar pengambilan keputusannya

adalah sebagai berikut:


34

1) Jika ada nilai signifikasi lebih besar dari 0,05 maka tidak

terjadi heteroskedasitas.

2) Jika nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka

terjadi heteroskedasitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika

terdapat korelasi maka disebut problem autokorelasi. Penyebab

autokorelasi antara lain karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini sering

ditemukan pada data time seriesdan crossection.

Autokorelasi berarti bahwa adanya korelasi antara anggota

sampel yang diurutkan berdasarkan satuan waktu. Untuk

mendiagnosa adanya tidaknya Autokorelasi pada suatu model

regresi, maka dilakukan dengan pengujian terhadap Uji

Durbin Watson (Uji DW). Kriteria ada tidaknya autokorelasi

dapat dilihat sesuai pernyataan berikut (Ghozali, 2013: 110):

1) Batas atas (du) < DW < (4–du), maka koefisien

autokorelasi sr=0, yang berarti tidak ada autokorelasi

positif atau negatif.


35

2) Nilai DW (batas atas atau Lower dond (dl),

maka koefisien autokorelasi > 0, ada autokorelasi

positif.

3) Nilai DW > (4–dl), maka ada autokorelasi negatif.

4) Nilai du <DW< dl atau (4–du) < DW < (4–dl), tidak

dapat disimpulkan.

E. Analisis Data

1. Persamaan Regresi

Pengujian pengaruh ukuran perusahaan, laba bersih, dan arus

terhadap return saham menggunakan regresi linear berganda.

Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda untuk

menggambarkan hubungan beberapa variabel yang dinyatakan dengan

rumus sebagai berikut:

RS = α + β1LB + β2AKO + β3AKI + β4AKP + β5UP -+β6DER

+e

Dimana:

RS = Return Saham
α = Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien Regresi
LB = Laba Bersih
AKO = Arus Kas Oprasi
AKI = Arus Kas Investasi
AKP = Arus Kas Pendanaan
UP = Ukuran Perusahaan
DER = Leverage
e = Error terms
36

2
2. Koefisien Deterrminasi (Uji )
2
Menurut Ghozali (2013: 97), koefisien determinasi

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan


2
variasi variabel. Nilai berkisar antara 0-1% dan jka nilainya
2
mendekati 1 maka semakin baik. Nilai yang kecil berarti

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi dependen


2
sangat terbatas. Nilai mendekati satu berarti satu variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3. Uji Goodness of Fit Test (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua

variabel independen atau bebas yang dimasukkan ke dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama terhadap variabel dependen /

terikat (Ghozali, 2013 : 98). Uji F menguji apakah variabel independen

mampu menjelaskan variabel independen atau variabel dependen

secara baik atau untuk menguji apakah model yang digunakan cocok

(fit) atau tidak. Menentukan F tabel digunakan tingkat signifikansi 5%

dengan derajat kebebasan pembilang (df) = k-1 dan derajat kebebasan

penyebut (df) = n-k, dimana k adalah jumlah variabel. Pengujian

dilakukan dengan kriteria :

1) Jika F hitung > F tabel, atau p value < α = 0,05, maka Ho

ditolak dan Ha diterima, artinya model regresi yang digunakan

cocok (fit).
37

2) Jika F hitung < F tabel, atau p value > α = 0,05, maka Ho

diterima dan Ha ditolak, artinya model yang digunakan tidak

cocok (tidak fit).

Ho tidak dapat
α = 5%
Hoditolak
diterima Ho ditolak
F tabel

Gambar 3.1
Uji Statistik F

4. Uji t-test

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh variabel independen dalam menerangkan variasi variabel

dependen (Ghozali, 2013 : 98). Uji t digunakan untuk mengukur

signifikansi pengaruh pengambilan keputusan dilakukan

berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing koefisien

regresi dengan t tabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat

signifikansi yang digunakan. Penentuan nilai t tabel menggunakan

tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = n-1, dimana

n adalah jumlah sampel.


38

a. Hipotesis Positif

1. Ho ditolak jika t hitung > t tabel, atau p value < α = 0,05,

artinya terdapat pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen.

2. Ho diterima jika t hitung < t tabel, atau p value > α = 0,05,

artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen.

α=5%

Ho tidak dapat Ho ditolak


ditolak

0
t tabel

Gambar 3.2
Uji Statistik t Positif

b. Kriteria penerimaan hipotesis negatif yaitu:

1. Jika –t hitung < -t tabel dan p value < α = 0,05, maka Ho

tidak diterima atau Ha diterima, artinya variabel

independen tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel

dependen.

2. Jika –t hitung > -t tabel dan p value > α = 0,05, maka Ho

diterima atau Ha tidak diterima, artinya variabel

independen mempunyai pengaruh terhadap variabel

dependen.
39

Ho ditolak α=5%
Ho tidak dapat
ditolak

-t tabel 0

Gambar 3.4
Uji Statistik t Negatif
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh laba bersih, arus

kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan, ukuran perusahaan, dan

leverage terhadap return saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan

properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2014 –

2018. Sampel diperoleh dengan menggunakan metoda purposive sampling

dengan jumlah sampel sebanyak 70 observasi. Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil uji koefisien determinasi (Adjusted R square) menunjukkan bahwa

kemampuan variabel laba bersih, arus kas operasi, arus kas investasi, arus

kas pendanaan, ukuran perusahaan, dan leverage dalam menjelaskan return

saham adalah sebesar 13,1 %. Sedangkan sisanya 86,9% (100% − 13,1%)

dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model penelitian ini.

2. Berdasarkan hasil uji statistik F menunjukkan bahwa F hitung lebih besar

daripada F tabel sehingga dapat diartikan bahwa model penelitian ini telah

bagus atau fit.

3. Hasil uji statistik t menunjukkan (H1) diterima, bahwa laba bersih

berpengaruh positif terhadap return saham. Namun untuk (H2, H2b, H2c,

H3, dan H4) tidak diterima, menunjukkan bahwa variabel ukuran

perusahaan berpengaruh negatif terhadap return saham, kemudian variabel

leverage berpengaruh positif terhadap return saham sedangkan variabel

66
67

arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan tidak

berpengaruh terhadap return saham.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini terdapat beberapa

keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, antara lain:

1. Variabel-variabel independen yaitu laba bersih, arus kas operasi, arus kas

investasi, arus kas pendanaan, ukuran perusahaan, dan leverage dalam

penelitian ini dalam menjelaskan faktor -faktor yang mempengaruhi

return saham masih rendah. Hal ini menunjukan bahwa terdapat variabel

lain yang juga dapat mempengaruhi return saham.

2. Variabel laba bersih hanya menggunakan perusahaan yang mengalami

laba tidak memasukan perusahaan yang mengalami kerugian.

3. Sampel penelitian ini hanya perusahaan properti sehingga tidak

mencerminkan kondisi perusahaan di pasar modal secara keseluruhan.

4. Periode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini relatif pendek

yaitu dari tahun 2014 sampai dengan 2018.

C. Saran

Memperhatikan beberapa keterbatasan penelitian yang telah

disampaikan, maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai

berikut :

1. Penelitian selanjutnya hendaknya bisa memperluas cakupan variabel

penelitian, sehingga diharapkan mampu meningkatkan penjelas faktor


68

yang berpengaruh terhadap return saham misalnya variabel Likuiditas

dan Profitabilitas.

2. Penelitian selanjutnya pada variabel laba bersih hendaknya

menambahkan perusahaan yang megalami kerugian tidak hanya

perusahaan yang mengalami laba.

3. Penelitian selanjutnya hendaknya memperluas penggunaan sampel,

misalnya perusahaan keuangan dan non keuangan yang terdaftar dalam

Bursa Efek Indonesia.

4. Menambah periode penelitian menjadi 10 tahun yaitu dari 2009 – 2018,

dengan periode penelitian yang lebih panjang diharapkan hasil yang

diperoleh bisa lebih akurat dan tidak bias.


69

Daftar Pustaka

Adiwiratama, Jundan, (2012). Pengaruh Informasi Laba, Arus Kas, dan


Size Perusahaan terhadap Return Saham (Studi empiris pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI). Jurnal Ilmiah
Akuntansi dan Humanika. Vol. 2 No. 1.
Aisah, A. N., & Mandala, K. (2016). Pengaruh Return On Equity, Earning
Per Share, Firm Size dan Operating Cash Flow Terhadap Return
Saham. E-Jurnal Manajemen Unud, 5(11), 6907–6936.
Alviansyah, M. R., Suzan, L., & Kurnia, S. A. M. M. (2018). Pengaruh
Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return
Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011–2015). e-
Proceeding of Management Universitas Telkom 5(1), 778–785.
Ana, S. R., & Rizal, N. (2016). Pengaruh Laba Akuntansi dan Arus Kas
Serta Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2012 – 2014).
JURNAL SPREAD, 6(2), 65–76.
Brigham F Eugene dan Joel F Houston, 2005, Manajemen Keuangan,
Jakarta: Erlangga.
Fitri, R. (2017). Pengaruh Kebijakan Dividen, Leverage Perusahaan, dan
Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Sub
Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI). Jibeka, 11(2),
32–37.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM
SPSS 23. Semarang: Universitas Diponegoro.
Harahap Syafri Sofyan, 2001, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan,
Jakarta: Raja Gafindo Persada.
Haryatih, H. (2016). Analisa Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Terhadap
Return Saham Pada Perusahaan Food and Beverages: Studi Empiris Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Keuangan Dan Akuntansi, 2(2), 1–
12.
Jogiyanto. 2014. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta:
BPFE-UGM.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Lestari, K., Andini, R., & Oemar, A. (2016). Analisis Likuiditas, Leverage,
Profitabilitas, Aktivitas, Ukuran Perusahaan dan penilaian Pasar
Terhadap Return Saham (Pada Perusahaan Real Estate dan Property di
70

BEI) Periode Tahun 2009-2014. Journal of Accounting, 2(2), 1–19.


Marwata, 2011, Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan dan Nilai
Tukar terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di
BEI (Kasus pada Perusahaan Manufaktur Periode Tahun 2003–
2007). Tesis, Program Pasca Sarjana Magister Manajemen
Universitas Diponegoro, Semarang.
Mayuni, I., & Suarjaya, G. (2018). Pengaruh Roa, Firm Size, Eps, Dan Per
Terhadap Return Saham Pada Sektor Manufaktur di BEI. E-Jurnal
Manajemen Unud, 7(8), 4063–4093.
Minar Simanungkalit, 2009, Pengaruh Profitabilitas dan Leverage
Keuangan terhadap Return Saham, Skripsi, Semarang: Undip.
Nurchayati, & Nasaroh, S. (2017). Analisis Arus Kas Terhadap Return
Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan
Minuman di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Untag Semarang,
6(2), 127–134.
Parwati, R. R. A. D., & Sudiartha, G. M. (2016). Pengaruh Profitabilitas,
Leverage, Likuiditas dan Penilaian Pasar Terhadap Return Saham Pada
Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Manajemen Unud, 5(1), 385–413.
Pratiwi, ni putu trisna windika, & Putra, I. W. (2015). Pengaruh rasio
keuangan, ukuran perusahaan, arus kas aktivitas operasi pada return
saham. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2(11), 531–546.
Priatinah. 2012. Pengaruh Return On Investment (ROI), Earning Per
Share (EPS), Dan Dividen Per Share (DPS)Terhadap Return saham
Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode 2008-2010. Jurnal Nominal/Volume 1Nomor 1/ Tahun
2002.
PSAK 2004 No.2, paragraf 13, IAI.
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan.
Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Ross, S. A. (1977). The Determination of Financial Structure: The
Incentive-Signalling Approach. The Bell Journal of Economics, 8(1),
23–40.
Sarifudin, A., & Manaf, S. (2016). Pengaruh Arus Kas Operasi, Arus Kas
Investasi, Arus Kas Pendanaan Dan Laba Bersih Terhadap Return
Saham Pada Perusahaan Munafaktur Yang Terdafta Di Bursa Efek
Indonesia. Dharma Ekonomi, (43), 83–99.
Suwardjono, 2008. Teor Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan,
71

Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE


Tandelilin, Eduardus. 2011. Analisis Investasi dan Mnajemen Portofolio.
Edisi Pertama : BPFE. Yokyakarta.
Yuliantari, N. N. A. W., dan Sujana, I. K. (2014). Pengaruh Financial
Ratio, Firm Size, dan Cash Flow Operating Terhadap Return
Share Perusahaan F&B. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
Vol. 7, No. 3, ISSN: 2302-8556. Hal. 547-558.
Warren et al., 2005, Prinsip-Prinsip Akuntansi, Jakarta : Salemba Empat.
www.idx.com
Received: 20 April 2019 Revised: 23 December 2019 Accepted: 18 June 2020
DOI: 10.1002/ijfe.2022

RESEARCH ARTICLE

Good variance, bad variance, and stock return predictability

Yaojie Zhang1† | Feng Ma2† | Chao Liang2† | Yi Zhang3†

1
School of Economics and Management,
Nanjing University of Science and Abstract
Technology, Nanjing, China In the stock market, past winners and losers usually have different attitudes to
2
School of Economics and Management, variance risk. In light of this, we decompose stock variance into good and bad
Southwest Jiaotong University, Chengdu,
variances, and further construct a composite signed variance. The recursively
China
3
China Audit Intelligence Center, Nanjing
estimated coefficient of standard variance is volatile over time, but the ones of
Audit University, Nanjing, China good, bad, and signed variances are fairly stable. This suggests the high effi-
ciency of our decomposition approach. We provide convincing evidence that
Correspondence
Feng Ma, School of Economics and bad variance and composite signed variance can significantly predict future
Management, Southwest Jiaotong stock returns both in- and out-of-sample. Furthermore, a mean–variance
University, No. 111, North 1st Section, investor can realize substantial economic gains by using our bad and signed
2nd Ring Road, Chengdu 610031, China.
Email: mafeng2016@swjtu.edu.cn variances relative to the traditional variance predictor and simple mean bench-
mark. Our decomposition approach can outperform other similar but complex
Funding information
techniques, including threshold regression and Markov regime switching. The
the Sichuan Social Science Planning
Project, Grant/Award Number: SC18C014; results are consistent across multiple robustness tests.
the Humanities and Social Science Fund
of the Ministry of Education, Grant/ KEYWORDS
Award Numbers: 17XJCZH002, bad variance, downside risk, good variance, portfolio exercise, stock return predictability
17YJC790105; the Natural Science
Foundation of China, Grant/Award
Numbers: 71701170, 71671145;
Fundamental Research Funds for the
Central Universities, Grant/Award
Numbers: 2682018WXTD05,
682017WCX01, 30919013232

1 | INTRODUCTION the stock return seems unrelated to its own conditional var-
iance (see, e.g., Campbell & Hentschel, 1992; Chan,
The relation between stock market risk and return is of Karolyi, & Stulz, 1992). In addition, the literature on stock
interest to both financial practitioners and academics. return predictability commonly find that variance risk has
Numerous studies investigate the risk–return relation by little, if any, out-of-sample predictive power for forecasting
using statistical estimates of return variance to measure risk, stock return (see, e.g., Welch & Goyal, 2008; Pettenuzzo,
but the empirical results are inconclusive. On one hand, Timmermann, & Valkanov, 2014; Rapach, Ringgenberg, &
French, Schwert, and Stambaugh (1987), Scruggs (1998), Zhou, 2016; Wang, Pan, Liu, & Wu, 2019; Zhang, Wei,
Ghysels, Santa-Clara, and Valkanov (2005), Bali and Ma, & Yi, 2019).
Peng (2006), and Lundblad (2007), among others, typically Feunou, Jahan-Parvar, and Okou (2018) provide an
find a positive risk–return trade-off. On the other intuitive reason why the risk and return relation is mixed
hand, Glosten, Jagannathan, and Runkle (1993) and and why the predictability of variance risk is low. That is,
Whitelaw (2000) document a negative relation. Furthermore, investors always like good uncertainty (i.e., variance) as
it increases the likelihood of substantial gains, but dislike

All the authors contribute to the paper equally. bad uncertainty as it increases the potential of severe

Int J Fin Econ. 2020;1–14. wileyonlinelibrary.com/journal/ijfe © 2020 John Wiley & Sons, Ltd. 1
2 ZHANG ET AL.

losses. We further presume that past winners and losers develop the link between stock market variance and the
in the stock market usually have different attitudes to (threshold or regime) level of market return. Mathemati-
variance risk. Investors will be optimistic (pessimistic) cally, the threshold regression model and Markov regime
about the future market performance when realizing a switching model are more complex than our decomposi-
positive (negative) stock return. In particular, investors tion method. However, our method is found to be more
are always more sensitive to downside losses than upside efficient in extracting the information components and
gains. For this motivation, we decompose stock variance thus yields better out-of-sample forecasting performance.
into good and bad variances. Good (bad) variance is In the robustness tests, we consider alternative esti-
defined as the stock variance if the simultaneous stock mation windows including recursive (expanding) window
return is positive (negative). Therefore, good (bad) vari- and rolling window, alternative business cycles including
ance represents the upside (downside) risk. Since good expansions and recessions, various investors with differ-
and bad variances seem to have opposite impacts on ent risk aversion coefficients, and alternative stock
future stock returns, we construct a composite signed weight constraints. Fortunately, we obtain robust results
variance that is the difference between good and bad for all these cases. Finally, we make a comparison with
variances. other popular economic variables used by Welch and
In our empirical analysis, we find evidence that bad Goyal (2008). We find that the predictive power of signed
variance and composite signed variance can significantly variance is rather greater than that of the other economic
predict future stock returns in- and out-of-sample. variables and barely changes after controlling for them.
Although good variance shows limited predictive power In other words, the return predictability of signed vari-
on its own, good and bad variances can jointly enhance ance is not driven by the omitted economic variables and
in-sample predictability. In particular, bad and signed signed variance contains useful forecasting information
variances generate in- and out-of-sample R2 at around complementary to what is already contained in the other
the 1.5% level, which is much greater than the 0.5% economic variables.
threshold suggested by Campbell and Thompson (2008). Our paper is related to the articles of Feunou
We also plot the recursively estimated coefficients of et al. (2018) and Kilic and Shaliastovich (2018). The two
various variances predictors over time. The coefficient of articles both measure downside risk based on a special
standard variance is sometimes positive and sometimes variance measure of variance risk premium, which uses
negative, thus changing tempestuously over time. In con- intra-day stock prices. In contrast, our variance measures
trast, the newly constructed predictors of good, bad and are straightforward, and we use the sign of previous stock
signed variances show stable regression slopes over time. returns to differentiate between winners and losers.
This evidence implies that the normal variance tends to Moreover, the two articles focus on investigating in-
contain two opposite forecasting components, and our sample predictability. However, our study performs both
simple decomposition approach can efficiently separate in- and out-of-sample tests. In addition, our economic
them. This finding is further supported by forecast test based on asset allocation is ignored by the two arti-
encompassing tests. The corresponding results show that cles. Therefore, our paper contributes to the existing liter-
bad variance and signed variance provide useful informa- ature on the stock return predictability of variance risk.
tion for forecasting stock returns beyond the relevant The remainder of the paper is organized as follows.
information already found in normal variance and good Section 2 describes our data and introduces the forecast-
variance, while the forecasting information provided by ing models used. Section 3 presents the empirical results.
normal variance and good variance is also found in bad Section 4 investigates the economic significance of the
variance and signed variance. forecasting models. Section 5 considers several robustness
From an asset allocation perspective, a mean– tests and extensions. Section 6 concludes.
variance investor can employ our return forecasts to allo-
cate her wealth between stocks and risk-free bills. Consis-
tent with the statistical forecasting results, we continue 2 | DATA AND M ETHODOLOGY
to find that the newly constructed predictors of bad and
signed variances can help the investor to obtain sizeable 2.1 | Data
economic gains. These documents the economic signifi-
cance of stock returns predictability. Realistic investors Our monthly data of stock market return and variance
thus should not ignore the variance predictors, especially are from the seminal study of Welch and Goyal (2008).1
the downside variance risk. In particular, the excess market return is calculated as
We further consider other techniques, including the monthly return (including dividends) of the S&P
threshold regression and Markov regime switching, to 500 index minus the risk-free rate. Stock variance is equal
ZHANG ET AL. 3

to the sum of squared daily returns on the S&P 500 index. TABLE 1 The summary of the forecasting models
The whole sample period spans from 1927:01 to 2017:12.
Symbol Predictor Eq. number
M1 Variance Equation (1)

2.2 | Forecasting models M2 Good variance Equation (4)


M3 Bad variance Equation (5)
To investigate the return predictability of stock variance, M4 Good variance and bad variance Equation (6)
we begin with a standard predictive regression model, M5 Composite signed variance Equation (8)

r t + 1 = β0 + βVar Var t + εt + 1 , ð1Þ


where SignedVart is our composite signed variance. The
where rt+1 is the stock market return for month t+1, Vart corresponding regression model is
denotes the stock variance available at month t, and εt + 1
is an error term. r t + 1 = β0 + βSignedVar SignedVar t + εt + 1 : ð8Þ
Because past winners and losers have different or
even opposite attitudes to variance risk, we further intro- In sum, we present a brief summary of all the used
duce two new measures of variance risk. The first is ter- models in Table 1. Finally, two issues should be noted.
med good (positive) variance, which is defined as First, we do not use more lags of the predictors, which
is in line with the convention in the literature on stock
GoodVar t = Var t I ðr t ≥0Þ, ð2Þ return predictability. This is both because stock market
returns have little, if any, persistence and because the
where I() is an indicator function. On the contrary, the predictability of stock returns is extremely low. Sec-
second measure is bad (negative) variance, which is ond, we only find short-term predictability for our
defined as decomposition strategy of good and bad variances. The
return predictability for the two-month horizon is pos-
BadVar t = Var t I ðr t < 0Þ: ð3Þ itive but becomes lower and signed variance shows lit-
tle forecasting power for longer forecast horizons.
To investigate the role of good and bad variances in Therefore, this study focuses on one-month-ahead pre-
predicting stock returns, we further regress stock returns diction, which is equally important and valuable.
on the two predictors individually. The corresponding
regression models are
3 | EMPIRICAL RESULTS
r t + 1 = β0 + βGoodVar GoodVar t + εt + 1 ð4Þ
3.1 | In-sample estimation results
and
Table 2 reports our in-sample estimation results. First
r t + 1 = β0 + βBadVar BadVar t + εt + 1 : ð5Þ of all, consistent with the existing studies (see,
e.g., Welch & Goyal, 2008; Wang et al., 2019; Zhang,
Can the two predictors forecast stock returns jointly? Wei, et al., 2019), the effect of standard stock variance
To answer this question, we employ two straightforward on future stock returns is slight. Particularly, the
strategies. First, the following bivariate regression model regression coefficient of variance is insignificant and
is used. its in-sample R2 is very small. However, despite gener-
ating an insignificant regression coefficient, our good
r t + 1 = β0 + βGoodVar GoodVar t + βBadVar BadVar t + εt + 1 : variance yields a sizeable R2 relative to the one based
ð6Þ on normal variance.2 A positive regression slope of
good variance suggests that a winner that earns money
in the stock market will buy more stocks in the next
Second, we construct a composite signed variance risk month when the variance risk is larger. In other words,
measure, which is equal to the difference between good good variance means upside gains. In sharp contrast,
and bad variances, bad variance generates a significantly negative regres-
sion coefficient, suggesting that a loser will sell more
stocks when the variance risk is larger. That is, bad
SignedVar t = GoodVar t −BadVar t , ð7Þ
variance represents downside losses. Moreover, bad
4 ZHANG ET AL.

TABLE 2 In-sample estimation results

Forecasting models M1 M2 M3 M4 M5
Variance −0.397 (−0.541)
Good variance 1.608 (0.998) 1.410 (0.862)
Bad variance −1.243*** (−2.697) −1.131** (−2.389)
Signed variance 1.223** (2.128)
2
R (%) 0.177 1.018 1.341 2.113 2.095

Note: This table reports the in-sample estimation results. See Table 1 for the model descriptions of M1-5. Coefficient estimates are shown,
and their Newey–West t-statistics are given in parentheses below. *** and ** indicate significance at the 1 and 5% levels, respectively. The
sample period spans from 1927:01 to 2017:12, containing 1,092 observations.

F I G U R E 1 Time series of
regression coefficients. Panels A,
B, C, D, and E delineate the
coefficients of various variance
risk measures in the predictive
regression (1), (4)–(6), and (8),
respectively, over the out-of-
sample period. The coefficients
are estimated recursively with
an expanding window. The
initial in-sample period runs
from 1927:01 to 1946:12, while
the out-of-sample period is from
1947:01 to 2017:12. Vertical bars
depict NBER-dated recessions
[Colour figure can be viewed at
wileyonlinelibrary.com]

variance yields a larger R2, 1.341%, which is again construction for the composite signed variance is effec-
greater than the 0.5% benchmark suggested by Camp- tive as well.
bell and Thompson (2008).
Surprisingly, the regression slopes of good and bad
variances barely change from their individual values. 3.2 | Out-of-sample performance
Furthermore, the joint R2 reaches 2.111%, which is
roughly equal to the sum of the individual R2s. The Following Campbell and Thompson (2008), we use the
evidence indicates that good and bad variances are first 20 years (i.e., 1927:01–1946:12) as an initial estima-
independent and complementary in predicting future tion period and generate the out-of-sample return fore-
stock returns. This is consistent with the finding of casts based on a recursive (expanding) estimation
Zhang, Zeng, Ma, and Shi (2019). With respect to the window.3 Figure 1 plots the regression coefficients of our
predictive regression model of M5, the composite various variance risk measures, which is estimated recur-
signed variance delivers a significantly positive slope sively over time.4 More specifically, in any month t, all
and an impressive R2. This evidence suggests that our data up to this month are used for the estimation of
ZHANG ET AL. 5

regression slopes, which is what investors can do in prac- where rt, r t , and r^t are the actual stock return, the simple
tice to generate an out-of-sample forecast of the stock mean benchmark forecast of stock return, and the stock
return for month t + 1. In Panel A of Figure 1, we can return forecast based on the forecasting model of interest,
see that the coefficient of normal variance Var is very vol- respectively. By regressing f f s gm +q
s = m + 1 on a constant, we
atile and decline abruptly before 1990 and in the recent can conveniently derive the Clark and West (2007) statis-
global financial crisis. Moreover, the coefficient sign of tic, which is just the t-statistic of the constant. Moreover,
Var changes over time. This evidence supports our moti- a p-value for the one-sided (upper-tail) test is conve-
vation that investors (including past winners and losers) niently derived with the standard normal distribution.
have opposite attitudes to variance risk. In contrast, the Table 3 reports the out-of-sample performance. Con-
remaining panels of Figure 1 show that the coefficients of sistent with the in-sample results, the forecasting models
good variance GoodVar, bad variance BadVar, and signed of M3-5 deliver significantly positive R2OS s , all of which
variance SignedVar are fairly stable and their signs never are much greater than the 0.5% threshold suggested by
change over the entire out-of-sample period. This evi- Campbell and Thompson (2008). Good variance and bad
dence suggests that our decomposition of variance risk is variance cannot jointly generate a larger R2OS relative to
effective and the predictive ability of the decomposed var- the one generated by bad variance alone. While good var-
iance risk variables is fairly stable over time. iance yields a sizeable in-sample R2, its predictive ability
Furthermore, following the convention in return fore- (namely regression slope) is insignificant. This is presum-
casting (see, e.g., Campbell & Thompson, 2008; Ferreira & ably the main reason why good variance is not as success-
Santa-Clara, 2011; Jiang, Lee, Martin, & Zhou, 2019; ful as bad variance in the out-of-sample prediction.
Neely, Rapach, Tu, & Zhou, 2014; Pettenuzzo et al., 2014; Overall, bad and signed variances exhibit powerful out-
Rapach et al., 2016; Wang, Liu, Ma, & Diao, 2018; Zhang, of-sample predictive ability, whereas good variance
Ma, Shi, & Huang, 2018; Zhang, Ma, & Zhu, 2019; appears to have no out-of-sample predictive power
Y. Zhu & Zhu, 2014), we use the out-of-sample R2 statis- despite its valuable role in in-sample predictability.
tic to evaluate the out-of-sample predictive performance.
Specifically, the out-of-sample R2 statistic is expressed as
3.3 | Forecast encompassing tests
Pq
ðr m + k − r^m + k Þ 2
R2OS = 1 − Pkq = 1 2, ð9Þ Forecast encompassing tests are widely used to assess the
k = 1 ðr m + k −
rm + k Þ
relative information content in the stock return forecasts
(see, e.g., Huang, Jiang, Tu, & Zhou, 2015; Jiang
where rm + k, r m + k , and r^m + k are the actual return, his- et al., 2019; Neely et al., 2014; Rapach, Strauss, &
torical average, and return forecast, respectively, for Zhou, 2010; Rapach et al., 2016; Zhang, Ma, & Zhu, 2019;
month m + k, and m and q denote the lengths of the ini- Zhang, Zeng, et al., 2019). To further compare the infor-
tial in-sample period and out-of-sample period, respec- mation content of the forecasts generated by the five used
tively. Statistically, the historical average is computed as models using various variance measures, we conduct
P
t
r t + 1 = 1t ri. forecast encompassing tests. More specifically, we first
i=1 generate an optimal combination forecast of actual return
The R2OS statistic measures the reduction in mean rt + 1 as a convex combination of the forecasts formed by
squared forecast error (MSFE) for the return forecast relative models j and i,
to the historical average benchmark. To further ascertain its
statistical significance, we compute the MSFE-adjusted sta- r t + 1 = ð1 −δÞ^
r j,t + 1 + δ^
r i,t + 1 , ð11Þ
tistic based on the Clark and West (2007) test. More specifi-
cally, the Clark and West (2007) statistic tests the null where r^ j,t + 1 and r^i,t + 1 denote the return forecasts of
hypothesis that the MSFE of the historical average bench- models j and i, respectively, in month t+1. If δ
mark is smaller than or equal to the MSFE of the forecasting (1 − δ) = 0, the model j(i) forecast encompasses the
model of interest against the alternative hypothesis that the model i(j) forecast, because model i( j) does not provide
MSFE of the historical average benchmark is larger than any useful information for forming the optimal combina-
the MSFE of the forecasting model of interest. Mathemati- tion forecast beyond the information already contained
cally, the Clark and West (2007) statistic is computed by in model j(i). Alternatively, if δ (1 − δ) > 0, the model j(i)
first defining forecast does not encompass the model i(j) forecast.
That is, model i(j) does provide information that is useful
for forecasting stock returns beyond the information
f t = ðr t −r t Þ2 − ðr t − r^t Þ2 + ðr t − r^t Þ2 , ð10Þ
already contained in model j(i). Harvey, Leybourne, and
6 ZHANG ET AL.

T A B L E 3 Out-of-sample
Models R2OS (%) MSFE-adjusted p-value
forecasting performance
M1: Variance 0.157 0.834 0.202
M2: Good variance −0.359 0.312 0.377
M3: Bad variance 1.565** 1.883 0.030
M4: Good and bad variances 1.244** 1.724 0.042
M5: Signed variance 1.529** 1.831 0.034

Note: This table reports the out-of-sample R-square (R2OS) for the five used models with various
variance measures. Statistical significance for R2OS is based on the p-value for the Clark and
West (2007) MSFE-adjusted statistic. The MSFE-adjusted statistic tests the null hypothesis that
the MSFE of the historical average benchmark is smaller than or equal to the MSFE of the fore-
casting model of interest against the alternative hypothesis that the MSFE of the historical aver-
age benchmark is larger than the MSFE of the forecasting model of interest. ** indicates
significance at the 5% level. The initial in-sample period runs from 1927:01 to 1946:12, while
the out-of-sample period is from 1947:01 to 2017:12.

TABLE 4 Forecast encompassing


Forecasting models M1 M2 M3 M4 M5
test results
M1: Variance 0.411 0.038 0.054 0.043
M2: Good variance 0.092 0.008 0.023 0.016
M3: Bad variance 0.653 0.489 0.382 0.313
M4: Good and bad variances 0.402 0.779 0.122 0.043
M5: Signed variance 0.415 0.659 0.274 0.855

Note: The table reports p-values for the Harvey et al. (1998) statistic. The statistic corresponds to
a one-sided (upper-tail) test of the null hypothesis that the out-of-sample forecast given in the
column heading encompasses the forecast given in the row heading against the alternative
hypothesis that the out-of-sample forecast given in the column heading does not encompass the
forecast given in the row heading. The initial in-sample period runs from 1927:01 to 1946:12,
while the out-of-sample period is from 1947:01 to 2017:12.

Newbold (1998) propose a statistic for testing the null for forecasting stock returns beyond the relevant informa-
hypothesis that the model j (i) forecast encompasses the tion already found in normal variance and good variance,
model i ( j) forecast (H0: δ (1 − δ) = 0) against the alterna- while the forecasting information provided by normal vari-
tive hypothesis that the model j (i) forecast does not ance and good variance is also found in bad variance and
encompass the model i (j) forecast (H1: δ (1 − δ) > 0). signed variance. The results also imply that the way of
Table 4 reports the p-values of forecast encompassing decomposing variance into good and variances is rather
tests. A striking observation follows the table immediately. efficient in capturing the complementary information of
The p-value of M3 forecast using bad variance relative to variance risk.
M2 forecast using good variance is near 0.5, whereas the
p-value of M2 forecast using good variance relative to M3
forecast using bad variance is lower than 0.01. This evi- 3.4 | Threshold regression and Markov
dence suggests that the forecast formed by bad variance regime switching
significantly encompasses the forecast formed by good var-
iance, while the forecast formed by good variance does not In this section, we use alternative manners to describe
encompass the forecast formed by bad variance. In addi- investors' different attitudes to variance risk. First, we
tion, we observe that the M1 and M2 forecasts based on consider the threshold regression model (Hansen, 1999,
normal variance and good variance always fail to encom- 2000). In our case, the model specification of threshold
pass the M3-M5 forecasts based on bad variance and regression can be written as
signed variance. On the contrary, the M3-5 forecasts typi-
cally encompass the M1-2 forecasts. In conclusion, the r t + 1 = β0,1 + βVar,1 Var t + εt + 1,1 , r t ≤ θ,
results of the forecast encompassing tests show that bad ð12Þ
r t + 1 = β0,2 + βVar,2 Var t + εt + 1,2 , r t > θ,
variance and signed variance provide useful information
ZHANG ET AL. 7

where θ is the optimal threshold value that results in the regression model is similar to our decomposition
least squared error. Our proposed method of approach, especially when the optimal threshold value is
decomposing variance into good and bad ones can be reg- close to zero. The Markov regime switching model, how-
arded as a special case of the threshold regression model ever, yields a negative R2OS , thus failing to use variance
when θ = 0.5 risk to forecast stock market returns. This finding is con-
Second, we further consider the Markov regime sistent with X. Zhu and Zhu (2013), who find that
switching model proposed by Hamilton (1989). We most of the macroeconomic variables (including stock
impose regime switching on the standard variance pre- return variance) do not show forecasting gains when
dictor and error term. That is, the intercept term is regime switching is imposed in univariate regression
regime-independent.6 The corresponding model with models. Overall, the new evidence suggests that our vari-
regime switching can be expressed as ance risk decomposition is a more simple but efficient
way to extract the complementary information compo-
r t + 1 = β0 + βVar,St Var t + ωt + 1 , ð13Þ nents that are opposite but useful for forecasting stock
returns.
where St is the state for month t, βd,St is the regression
slope of Var at state St, ωt  N 0, σ 2St , and σ 2St is the vari-
ance of the innovation at state St. Following Raggi and 4 | ECONOMIC SIGNIFICANCE
Bordignon (2012), Shi and Ho (2015), Ma, Wahab,
Huang, and Xu (2017), and Duan, Chen, Zeng, and Following Campbell and Thompson (2008), Huang
Liu (2018), among others, we consider two regimes.7 et al. (2015), Rapach et al. (2016), and Zhang, Zeng,
More specifically, the state (regime) of St = 0 indicates et al. (2019), among others, we further measure the eco-
the low-return regime, whereas the state (regime) of St = 1 nomic value of various variance-based return forecasts
indicates the high-return regime. Therefore, St can be from an asset allocation perspective. More specifically,
assumed to follow a two-state Markov process with a we compute the certainty equivalent return (CER) for a
transition probability matrix of mean–variance investor who allocates between stocks
and risk-free bills. To achieve the maximum CER, the
 
p00 p10 investor will allocate the stock weight during month t
P= , ð14Þ
p01 p11 +1 as

1 r^t + 1
wt = , ð15Þ
where pkl = P(St + 1 = l|St = k) is the transition probabil- γ σ^2t + 1
ity of switching from state k to state l (k, l ∈ {0, 1}). Of
course, p00 + p01 = 1 and p10 + p11 = 1.
Table 5 reports the out-of-sample forecasting per-
formance of the threshold regression model and Mar- denotes a return forecast, and σ^2t + 1 denotes a variance
kov regime switching model. The threshold regression forecast. As in Campbell and Thompson (2008), Neely
model yields a positive R2OS , which is statistically signifi- et al. (2014), Jiang et al. (2019), and Zhang, Zeng,
cant and greater than the 0.5% benchmark. In this sense, et al. (2019), among others, we estimate the variance fore-
the threshold regression performs well in addressing vari- casts using a five-year moving window of past stock
ance risk. This is probably because the threshold returns and restrict wt to the range between 0 and 1.5.9

T A B L E 5 Out-of-sample Forecasting models R2OS (%) MSFE-adjusted p-value


forecasting performance for threshold
regression and Markov regime Threshold regression 0.684* 1.398 .081
switching Markov regime switching −2.718 −0.874 .809
2
Note: This table reports the out-of-sample R-square (R OS) for the threshold regression model
and Markov regime switching model. Statistical significance for R2OS is based on the p-value for
the Clark and West (2007) MSFE-adjusted statistic. The MSFE-adjusted statistic tests the null
hypothesis that the MSFE of the historical average benchmark is smaller than or equal to the
MSFE of the forecasting model of interest against the alternative hypothesis that the MSFE of
the historical average benchmark is larger than the MSFE of the forecasting model of interest. *
indicates significance at the 10% level. The initial in-sample period runs from 1927:01 to
1946:12, while the out-of-sample period is from 1947:01 to 2017:12.
8 ZHANG ET AL.

For a portfolio constructed by Equation (15), the TABLE 6 Portfolio performance


investor can realize an average CER as
Forecasting models CER gain SR gain

 p −0:5γσ 2 ,
CER = R ð16Þ
M1: Variance 0.560* 0.036
p
M2: Good variance −0.020 0.001
M3: Bad variance 1.476** 0.094**
where R  p and σ 2 denote the mean and variance, respec- M4: Good and bad variances 1.558** 0.109*
p
tively, of the realized portfolio returns during the out-of- M5: Signed variance 1.733** 0.116**
sample period. The CER gain is calculated as the differ-
Note: This table reports the portfolio performance for a mean–
ence between the CER for the investor when she uses the
variance investor with relative risk aversion coefficient of three
return forecasts of our proposed models to allocate her
who allocates between stocks and risk-free bills using the return
portfolio and the CER when she uses the benchmark forecasts from various forecasting models. The certainty equivalent
forecast of the historical average. We multiply this differ- return (CER) gain and Sharpe ration (SR) gain are reported. The
ence by 1,200, so that the CER gain can be regarded as CER gain is calculated as the difference between the CER for the
the annualized percentage portfolio management fee that investor when she uses return forecasts generated by the forecasting
a mean–variance investor would be pleased to pay to models and the CER when she uses the historical average bench-
have access to the return forecast from our proposed mark. Also, the SR gain is calculated as the difference between the
competing SR and benchmark SR. In particular, the CER gain is
models instead of the historical average forecast. Follow-
multiplied by 1,200 to denote annualized percentage value and the
ing DeMiguel, Garlappi, and Uppal (2009), we rely on the SR ratio is multiplied by √12 to denote annualized value. The stock
standard asymptotic theory and test whether the CER weight is constrained to lie between 0 and 1.5. Statistical signifi-
based on one of our used forecasting models is signifi- cance for CER gain and SR gain is based on the DeMiguel
cantly larger than the CER based on the historical aver- et al. (2009) and Ledoit and Wolf (2008) tests, respectively. ** and *
age benchmark. indicate significance at the 5% and 10% levels, respectively. The ini-
Furthermore, we follow Wang et al. (2019) and calcu- tial estimation period is 1927:01–1946:12, while the out-of-sample
late the economic gains of the well-known Sharpe ratio period is 1947:01–2017:12.

(SR). The SR of the portfolio constructed by Equation (15)


is given by
variances can help a mean–variance investor guide her
e
R asset allocation and realize sizeable economic gains.
p
SR = , ð17Þ
σ ep

5 | ROBUS TNESS CHECKS AND


where R  e and σ e are the sample mean and SD, respec- EXTENSIONS
p p
tively, of the excess portfolio return over the out-of-
sample evaluation period. Also, the SR gain is calculated 5.1 | Rolling window
as the difference between the SR based on our forecasting
models and the SR based on the simple pffiffiffiffiffimean bench- Clark and McCracken (2009) argue that since financial time
mark. This difference is multiplied by 12 to obtain its series is commonly subject to structural breaks, the rolling
annualized value. We use the robust test of Ledoit and scheme is used with more frequency when compared to the
Wolf (2008) to examine whether the SR gain is signifi- recursive scheme. With this in mind, we use the rolling esti-
cantly larger than zero. mation window to investigate the predictability of various
Table 6 reports the portfolio performance. As variance measures. When we rely on the rolling window to
expected, the forecasting models of M3-5 continue to generate each out-of-sample return forecast, we should roll
yield sizeable economic gains with respect to both the forward the estimation sample by adding one new observa-
CER gains and SR gains. Furthermore, the DeMiguel tion and dropping the first one in the previous estimation
et al. (2009) and Ledoit and Wolf (2008) tests show that window. Given this, we prefer a longer rolling estimation
the CER gains and SR gains, respectively, are significantly window relative to the expanding estimation window used
positive. The evidence suggests that our bad variance and previously. We thus consider the window sizes of 40 years
composite signed variance have remarkable economic sig- and 60 years for the rolling estimation window.
nificance. In contrast, the investor obtains much smaller Table 7 presents the out-of-sample forecasting perfor-
economic gains based on normal variance and cannot real- mance using the rolling estimation window. In Panel A, we
ize any economic gains via good variance. In summary, use the 40-years rolling window and obtain quantitatively
this portfolio exercise documents that bad and signed similar results when compared to the forecasting results of
ZHANG ET AL. 9

T A B L E 7 Out-of-sample
Forecasting models R2OS (%) MSFE-adjusted p-value
forecasting performance based on the
rolling estimation window Panel A: The rolling window contains 40 years
M1: Variance 0.282 0.918 .179
M2: Good variance −0.546 0.154 .439
M3: Bad variance 1.525* 1.600 .055
M4: Good and bad variances 0.931* 1.508 .066
M5: Signed variance 1.471* 1.634 .051
Panel B: The rolling window contains 60 years
M1: Variance 1.315 1.247 .106
M2: Good variance −1.559 −0.908 .818
M3: Bad variance 3.128** 1.776 .038
M4: Good and bad variances 1.517* 1.366 .086
M5: Signed variance 2.605* 1.636 .051
2
Note: This table reports the out-of-sample R-square (R OS) based on the rolling estimation win-
dow. The rolling estimation window contains 40 and 60 years in Panels A and B, respectively.
Statistical significance for R2OS is based on the p-value for the Clark and West (2007) MSFE-
adjusted statistic. The MSFE-adjusted statistic tests the null hypothesis that the MSFE of the his-
torical average benchmark is smaller than or equal to the MSFE of the forecasting model of
interest against the alternative hypothesis that the MSFE of the historical average benchmark is
larger than the MSFE of the forecasting model of interest. ** and * indicate significance at the 5
and 10% levels, respectively. The whole sample period runs from 1927:01 to 2017:12.

 REC 
the expanding window. In Panel B, we use the 60-years where I EXP
m + k I m + k is an indicator that takes a value of
rolling window, in which the forecasting models of M3-5 one when month m+k is in an NBER-dated expansion
continue to yield positive R2OS s . Furthermore, these R2OS s (recession) period and zero otherwise.
increase substantially. For example, the R2OS of M3 using Table 8 reports the out-of-sample forecasting perfor-
the expanding window is 1.565%, while the one using the mance over business cycles. Two important findings emerge.
60-years rolling window is 3.128%. Although the signifi- First, consistent with the related literature on return predict-
cance levels decrease, this is presumably because of a nota- ability (see, e.g., Huang et al., 2015; Jiang et al., 2019; Neely
ble reduction in sample size. Overall, we observer robust et al., 2014; Rapach et al., 2010; Zhang, Wei, et al., 2019),
results for using the rolling estimation window that bad the R2OS s for all the forecasting models are larger during
and signed variances persistently exhibit significantly the recession period than the ones during the expansion
stronger predictive power than normal and good variances period. Second and more importantly, for both business-
for the out-of-sample prediction of stock returns. cycle peaks and troughs, the models of M3-5 using bad
and signed variances yield larger R2OS s , thus beating the
models of M1-2 using standard and good variances. That
5.2 | Business cycles is, our results are robust to business cycles, although the
return predictability is concentrated over recessions.
While the overall R2OS is of interest, it is also important to
analyse the return predictability during business cycles.
Following the related literature on stock return predict- 5.3 | Alternative risk aversion
ability (see, e.g., Huang et al., 2015; Jiang et al., 2019; coefficients and stock weight constraints
Neely et al., 2014; Rapach et al., 2010; Wang et al., 2018),
we2 compute
 the R2OS statistic
 separately
 for expansions In this section, we consider alternative risk aversion coeffi-
ROS,EXP and recessions R2OS,REC , cients and stock weight constraints in our portfolio exer-
cise. Intuitively, a larger risk aversion coefficient would
Pq lead to a smaller stock weight, as shown in Equation (15).
I cm + k ðr m + k − r^m + k Þ2
R2OS,c = 1 − Pkq = 1 for c = EXP, REC, Therefore, the level of risk aversion would affect portfolio
r m + k Þ2
k = 1 I m + k ðr m + k −
c
performance. For this consideration, we further consider
ð18Þ three reasonable values of risk aversion coefficient, namely
10 ZHANG ET AL.

TABLE 8 Out-of-sample forecasting performance over business cycles

Expansions Recessions

Forecasting models R2OS (%) MSFE-adjusted p-value R2OS (%) MSFE-adjusted p-value
M1: Variance −0.025 −0.088 .535 0.662 0.938 .174
M2: Good variance −0.546 −0.086 .534 0.162 0.472 .318
M3: Bad variance 0.822 1.203 .114 3.626* 1.469 .071
M4: Good and bad variances 0.473 1.015 .155 3.383* 1.416 .078
M5: Signed variance 0.667 1.115 .132 3.919* 1.485 .069
2
Note: This table reports the out-of-sample R-square (R OS) over business cycles. Business cycles refer to the NBER-dated expansions and
recessions. Statistical significance for R2OS is based on the p-value for the Clark and West (2007) MSFE-adjusted statistic. The MSFE-adjusted
statistic tests the null hypothesis that the MSFE of the historical average benchmark is smaller than or equal to the MSFE of the forecasting
model of interest against the alternative hypothesis that the MSFE of the historical average benchmark is larger than the MSFE of the fore-
casting model of interest.
*Significance at the 10% level. The initial in-sample period runs from 1927:01 to 1946:12, while the out-of-sample period is from 1947:01 to
2017:12.

TABLE 9 Portfolio performance with alternative risk aversion coefficients and stock weight constraints

Forecasting models CER gain SR gain CER gain SR gain CER gain SR gain
γ = 2, wt∈[0,1.5] γ = 4, wt∈[0,1.5] γ = 6, wt∈[0,1.5]
M1: Variance 0.467 0.027 0.485* 0.034 0.351** 0.036
M2: Good variance −0.033 0.015 0.225 0.005 −0.049 −0.025
M3: Bad variance 1.541** 0.086** 1.516*** 0.116** 0.817** 0.106**
M4: Good and bad variances 1.448* 0.103* 1.305* 0.100* 0.760 0.084
M5: Signed variance 1.566* 0.100* 1.550** 0.118** 0.918* 0.106**
γ = 2, wt∈[−0.5,1.5] γ = 4, wt∈[−0.5,1.5] γ = 6, wt∈[−0.5,1.5]
M1: Variance 0.526 0.031 0.521* 0.037 0.387* 0.040
M2: Good variance −0.187 0.005 0.135 −0.004 −0.109 −0.033
M3: Bad variance 1.600* 0.088* 1.643** 0.125** 0.961* 0.121**
M4: Good and bad variances 1.410 0.098* 1.327* 0.101 0.814 0.092
M5: Signed variance 1.576 0.099* 1.578* 0.120* 0.963 0.112*

Note: This table reports the portfolio performance with alternative risk aversion coefficients and stock weight constraints. The portfolio per-
formance is evaluated by a mean–variance investor who allocates between stocks and risk-free bills using the return forecasts from various
forecasting models. The investor's risk aversion coefficient γ is 2, 4, or 6. The stock weight is constrained to lie between 0 and 1.5 or to lie
between −0.5 and 1.5. The certainty equivalent return (CER) gain and Sharpe ratio (SR) gain are reported. The CER gain is calculated as the
difference between the CER for the investor when she uses return forecasts generated by the forecasting models and the CER when she uses
the historical average benchmark. Also, the SR gain is calculated as the difference between the competing SR and benchmark SR. In particu-
lar, the CER gain is multiplied by 1,200 to denote annualized percentage value and the SR ratio is multiplied by √12 to denote annualized
value. Statistical significance for CER gain and SR gain is based on the DeMiguel et al. (2009) and Ledoit and Wolf (2008) tests, respectively.
***, **, and * indicate significance at the 1, 5, and 10% levels, respectively. The initial estimation period is 1927:01–1946:12, while the out-of-
sample period is 1947:01–2017:12.

two, four, and six. In addition, we also loosen the restric- weight constraints. We observer quantitatively similar
tion of stock weight to allow at most 50% short sales and results when compared to the portfolio performance previ-
at most 50% leverage. That is, the stock weight wt in Equa- ously reported in Table 6. Specifically, normal variance gen-
tion (15) is constrained to lie between −0.5 and 1.5, which erates positive economic gains, but they are relatively low.
is also employed by Rapach et al. (2016). Good variance has little economic significance. The return
Table 9 provides the portfolio performance when we forecasts generated by M3-5 using bad and signed variances
consider alternative risk aversion coefficients and stock consistently yield sizeable CER gains and SR gains. To sum
ZHANG ET AL. 11

TABLE 10 Comparison with other economic predictors

Panel A: Univariate Panel B: Bivariate regressions


regressions r t + 1 = α + φX kt + εt + 1 r t + 1 = α + βSignedVar t + φX kt + εt + 1

Economic variables φ t-stat R2 (%) β t-stat φ t-stat R2 (%)


DP 0.005 0.882 0.166 1.235 2.145 0.005 1.035 2.299
DY 0.006 1.067 0.254 1.205 2.132 0.005 1.016 2.281
EP 0.008 1.842 0.376 1.239 2.155 0.009 2.087 2.522
DE −0.003 −0.378 0.043 1.222 2.114 −0.003 −0.385 2.132
BM 0.013 0.990 0.379 1.223 2.168 0.013 1.091 2.474
NTIS −0.139 −1.371 0.432 1.187 2.100 −0.116 −1.283 2.394
TBL −0.001 −1.609 0.243 1.227 2.139 −0.001 −1.731 2.349
LTY −0.001 −1.281 0.136 1.226 2.135 −0.001 −1.390 2.241
LTR 0.001 1.494 0.188 1.225 2.134 0.001 1.562 2.290
TMS 0.002 1.242 0.145 1.223 2.134 0.002 1.339 2.240
DFY 0.001 0.111 0.010 1.224 2.131 0.001 0.130 2.106
DFR 0.002 0.899 0.188 1.195 2.011 0.001 0.460 2.146
INFL −0.002 −0.378 0.045 1.218 2.146 −0.002 −0.295 2.119

Note: This table reports the comparison results between signed variance and other economic predictors. Panel A reports the in-sample esti-
mation results for the univariate predictive regressions of the monthly excess stock return on a lagged economic predictor,

r t + 1 = α + φX kt + εt + 1 , k = 1, 2, …, 13,

where rt + 1 is the aggregate stock market return for month t + 1 and X kt is the kth economic predictor for month t. Panel B reports the in-
sample estimation results for the bivariate regressions on both the lagged signed variance SignedVart and the kth economic predictor X kt ,

r t + 1 = α + βSignedVar t + φX kt + εt + 1 , k = 1, 2,…, 13:

The regression coefficients, Newey–West t-statistics, and R2s are reported. The sample period spans from 1927:01 to 2017:12, containing 1,092 observations.

up, the economic results from an asset allocation perspective include log dividend–price ratio (DP), log dividend yield
are robust to the choice of alternative risk aversion coeffi- (DY), log earnings–price ratio (EP), log dividend–payout
cients and stock weight constraints. ratio (DE), book-to-market ratio (BM), net equity expansion
(NTIS), treasury bill rate (TBL), long-term yield (LTY), long-
term return (LTR), term spread (TMS), default yield spread
5.4 | Comparison with other economic (DFY), default return spread (DFR), and inflation (INFL).
predictors We then explore whether the predictive ability of
signed variance remains significant after controlling for
To explore whether the predictive ability of signed vari- economic variables. To examine the incremental predic-
ance is driven by omitted economic predictors related to tive ability of signed variance relative to economic predic-
business-cycle fundamentals or changes in macroeco- tors, we use the following bivariate regressions based on
nomic risks, we compare the predictive ability of signed signed variance and one of the 13 economic variables,
variance with other prevailing economic predictors.10
First of all, we use the following univariate regression r t + 1 = α + βSignedVar t + φX kt + εt + 1 , k = 1, 2,…, 13:
on a single economic predictor, ð20Þ

r t + 1 = α + φX kt + εt + 1 , k = 1, 2, …, 13, ð19Þ
For the predictive regression model in Equation (20),
where X kt is one of the 13 individual economic predictors we are interested in the regression slope of signed vari-
from Welch and Goyal (2008). The 13 economic variables ance, that is, β.
12 ZHANG ET AL.

Table 10 reports the comparison results. The in- compared to the threshold regression and Markov regime
sample estimation results for the univariate regressions switching models, our decomposition of variance risk is
are provided in Panel A. Out of the 13 economic vari- found to be simpler but efficient to extract the useful
ables, only the regression slope of earnings-price ratio information contained in stock market variance. In addi-
(EP) is significant at the 10% level. Net equity expansion tion, we confirm that our results are robust to alternative
(NTIS) delivers the largest in-sample R2 at 0.432%. In estimation windows, business cycles, investors' risk aver-
contrast, signed variance displays substantially stronger sion coefficients, and portfolio constraints. Also, we docu-
predictive power with a more significant slope and much ment that the return predictability of signed variance is
larger R2. not driven by the omitted macroeconomic fundamentals.
Panel B reports the in-sample results for the bivariate Finally, it is important to stress that bad variance and
regressions. Two major findings emerge. First, the regres- signed variance are recommended to use in a forecasting
sion slopes of signed variance β range from 1.187 to 1.239 exercise since the two powerful predictors exhibit impres-
and the corresponding Newey–West t-statistics range sive out-of-sample performance from both the statistical
from 2.011 to 2.168. Compared to the counterparts of the and economic perspectives. While good variance is not rec-
regression (8) reported in Table 2, the regression slopes of ommended, this predictor is equally useful as it contains
signed variance in Equation (20) barely change, and complementary information relative to bad variance and
remain economically large and statistically significant thus contributes to constructing signed variance. Normal
when augmented by the economic variables. Second, the variance is not recommended as past winners and losers
R2s for the bivariate regressions in Panel B is substan- are found to show opposite attitudes to variance risk.
tially greater than the counterparts for the univariate
regression in Panel A. The two findings suggest that the A C KN O WL ED G EME N T S
return predictability of signed variance is not driven by The authors are grateful to the editor and anonymous ref-
the omitted macroeconomic variables, and signed vari- erees for insightful comments that significantly improved
ance can provide complementary forecasting information the paper. This work is supported by the Fundamental
beyond that already contained in the other economic Research Funds for the Central Universities [30919013232,
variables. 682017WCX01, 2682018WXTD05], the Natural Science
Foundation of China [71671145, 71701170], the Humani-
ties and Social Science Fund of the Ministry of Education
6 | C ON C L U S I ON [17YJC790105, 17XJCZH002], the Sichuan Social Science
Planning Project [SC18C014].
Investors care differently about downside losses versus
upside gains. In light of this, we decompose stock vari- ENDN OTE S
ance into good and bad variances, and further construct a 1
We thank Amit Goyal for sharing the updated data, which are
composite signed variance. Our empirical evidence docu- available from his webpage at http://www.hec.unil.ch/agoyal/.
ments that bad variance and composite signed variance 2
In terms of both in-sample and out-of-sample tests, Campbell and
can significantly predict future stock returns both in- and Thompson (2008) argue that a monthly R2 of 0.5% can signal an
out-of-sample. The recursively estimated regression coef- economically significant degree of return predictability. Theoreti-
ficient of standard variance is sometimes positive but cally, Huang and Zhou (2017) provide upper bounds on the
sometimes negative over the estimation period. In con- degree of stock return predictability with respect to the R2
trast, the coefficients of good, bad, and signed variances statistic.
3
are fairly stable. This evidence suggests that the standard In the robustness checks below, we alternatively consider a rolling
variance risk measure actually has two opposite compo- window and obtain consistent results.
4
nents. According to forecast encompassing tests, we find We observer a similar pattern for the time series of their t-statis-
that bad variance and signed variance provide useful tics. To save space, we omit the corresponding figure, but the fig-
information for forecasting stock returns beyond the rele- ure is available upon request.
5
vant information already found in normal variance and The two cases are similar but not identical. More importantly, the
good variance. threshold regression is based on statistic theory, while our method
is driven by reasonable economic motivation, which can guard
From an asset allocation perspective, we document
against econometric issues such as over-fitting.
that a mean–variance investor can obtain sizeable eco- 6
The forecasting performance becomes worse when we further
nomic gains when she uses the return forecasts based on
impose regime switching on the intercept.
bad and signed variances to allocate between stocks and 7
Another important reason why we focus on two regimes is that
risk-free bills. Normal and good variances, however, fail
our strategy of good and bad variances is more related to the
to yield impressive economic gains. Furthermore,
ZHANG ET AL. 13

Markov regime switching model with two regimes relative to that French, K. R., Schwert, G. W., & Stambaugh, R. F. (1987). Expected
with more than two regimes. Threrfore, using two regimes is stock returns and volatility. Journal of Financial Economics,
more reasonable for a comparison purpose. Nonetheless, we 19, 3–29.
obtain qualitatively similar results using three regimes. For the Ghysels, E., Santa-Clara, P., & Valkanov, R. (2005). There is a risk-
sake of brevity, we do not report the results, but they are available return trade-off after all. Journal of Financial Economics, 76,
upon request. 509–548.
8
The reported economic values are based on the risk aversion coef- Glosten, L. R., Jagannathan, R., & Runkle, D. E. (1993). On the rela-
ficient of three. The results are similar for other reasonable values. tion between the expected value and the volatility of the nominal
See our robustness tests below for more details. excess return on stocks. The Journal of Finance, 48, 1779–1801.
9 Hamilton, J. D. (1989). A new approach to the economic analysis of
Alternatively, Rapach et al. (2016) rely on a 10-year moving win-
nonstationary time series and the business cycle. Econometrica,
dow to estimate the return variance. The economic results are
57, 357–384.
qualitatively similar for a 10-year moving window. To save space,
Hansen, B. E. (1999). Threshold effects in non-dynamic panels:
we do not report these results, but they are available upon
Estimation, testing, and inference. Journal of Econometrics, 93,
request.
345–368.
10
In contrast to signed variance, we find similar results for another Hansen, B. E. (2000). Sample splitting and threshold estimation.
powerful variance predictor, that is, bad variance. For the sake of Econometrica, 68, 575–603.
brevity, we omit the results, but they are available upon request. Harvey, D. S., Leybourne, S. J., & Newbold, P. (1998). Tests for fore-
cast encompassing. Journal of Business & Economic Statistics,
16, 254–259.
Huang, D., Jiang, F., Tu, J., & Zhou, G. (2015). Investor sentiment
DATA AVAILABILITY STATEMENT
aligned: A powerful predictor of stock returns. Review of Finan-
The data that support the findings of this study are cial Studies, 28, 791–837.
openly available in the homepage of Amit Goyal at Huang, D., & Zhou, G. (2017). Upper bounds on return predictabil-
[http://www.hec.unil.ch/agoyal/], reference number ity. Journal of Financial and Quantitative Analysis, 52, 401–425.
(Welch & Goyal, 2008). Jiang, F., Lee, J. A., Martin, X., & Zhou, G. (2019). Manager senti-
ment and stock returns. Journal of Financial Economics, 132,
R EF E RE N C E S 126–149.
Kilic, M., & Shaliastovich, I. (2018). Good and bad variance premia
Bali, T. G., & Peng, L. (2006). Is there a risk–return trade-off? Evi-
and expected returns. Management Science, 65, 2522–2544.
dence from high-frequency data. Journal of Applied Economet-
Ledoit, O., & Wolf, M. (2008). Robust performance hypothesis test-
rics, 21, 1169–1198.
ing with the Sharpe ratio. Journal of Empirical Finance, 15,
Campbell, J. Y., & Hentschel, L. (1992). No news is good news: An
850–859.
asymmetric model of changing volatility in stock returns. Jour-
Lundblad, C. (2007). The risk return tradeoff in the long run:
nal of Financial Economics, 31, 281–318.
1836–2003. Journal of Financial Economics, 85, 123–150.
Campbell, J. Y., & Thompson, S. B. (2008). Predicting excess stock
Ma, F., Wahab, M., Huang, D., & Xu, W. (2017). Forecasting the
returns out of sample: Can anything beat the historical aver-
realized volatility of the oil futures market: A regime switching
age? Review of Financial Studies, 21, 1509–1531.
approach. Energy Economics, 67, 136–145.
Chan, K. C., Karolyi, G. A., & Stulz, R. (1992). Global financial mar-
Neely, C. J., Rapach, D. E., Tu, J., & Zhou, G. (2014). Forecasting
kets and the risk premium on US equity. Journal of Financial
the equity risk premium: The role of technical indicators. Man-
Economics, 32, 137–167.
agement Science, 60, 1772–1791.
Clark, T. E., & McCracken, M. W. (2009). Improving forecast accu-
Pettenuzzo, D., Timmermann, A., & Valkanov, R. (2014). Forecast-
racy by combining recursive and rolling forecasts. International
ing stock returns under economic constraints. Journal of Finan-
Economic Review, 50, 363–395.
cial Economics, 114, 517–553.
Clark, T. E., & West, K. D. (2007). Approximately normal tests for
Raggi, D., & Bordignon, S. (2012). Long memory and nonlinearities
equal predictive accuracy in nested models. Journal of Econo-
in realized volatility: A Markov switching approach. Computa-
metrics, 138, 291–311.
tional Statistics & Data Analysis, 56, 3730–3742.
DeMiguel, V., Garlappi, L., & Uppal, R. (2009). Optimal versus
Rapach, D. E., Ringgenberg, M. C., & Zhou, G. (2016). Short inter-
naive diversification: How inefficient is the 1/N portfolio strat-
est and aggregate stock returns. Journal of Financial Economics,
egy? The Review of Financial Studies, 22, 1915–1953.
121, 46–65.
Duan, Y., Chen, W., Zeng, Q., & Liu, Z. (2018). Leverage effect, eco-
Rapach, D. E., Strauss, J. K., & Zhou, G. (2010). Out-of-sample
nomic policy uncertainty and realized volatility with regime
equity premium prediction: Combination forecasts and links to
switching. Physica A: Statistical Mechanics and its Applications,
the real economy. Review of Financial Studies, 23, 821–862.
493, 148–154.
Scruggs, J. T. (1998). Resolving the puzzling intertemporal relation
Ferreira, M. A., & Santa-Clara, P. (2011). Forecasting stock market
between the market risk premium and conditional market vari-
returns: The sum of the parts is more than the whole. Journal
ance: A two-factor approach. The Journal of Finance, 53, 575–603.
of Financial Economics, 100, 514–537.
Shi, Y., & Ho, K.-Y. (2015). Long memory and regime switching: A
Feunou, B., Jahan-Parvar, M. R., & Okou, C. (2018). Downside vari-
simulation study on the Markov regime-switching ARFIMA
ance risk premium. Journal of Financial Econometrics, 16,
model. Journal of Banking & Finance, 61, S189–S204.
341–383.
14 ZHANG ET AL.

Wang, Y., Liu, L., Ma, F., & Diao, X. (2018). Momentum of Zhang, Y., Wei, Y., Ma, F., & Yi, Y. (2019). Economic constraints
return predictability. Journal of Empirical Finance, 45, and stock return predictability: A new approach. International
141–156. Review of Financial Analysis, 63, 1–9.
Wang, Y., Pan, Z., Liu, L., & Wu, C. (2019). Oil price increases and Zhang, Y., Zeng, Q., Ma, F., & Shi, B. (2019). Forecasting stock returns:
the predictability of equity premium. Journal of Banking & Do less powerful predictors help? Economic Modelling, 78, 32–39.
Finance, 102, 43–58. Zhu, X., & Zhu, J. (2013). Predicting stock returns: A regime-
[dataset] Welch, I., & Goyal, A. (2008). A comprehensive look at switching combination approach and economic links. Journal
the empirical performance of equity premium prediction. of Banking & Finance, 37, 4120–4133.
Review of Financial Studies, 21, 1455–1508 Updated data (up to Zhu, Y., & Zhu, X. (2014). European business cycles and stock
2017). Retrieved from www.hec.unil.ch/agoyal/. return predictability. Finance Research Letters, 11, 446–453.
Whitelaw, R. F. (2000). Stock market risk and return: An equi-
librium approach. The Review of Financial Studies, 13,
521–547.
Zhang, Y., Ma, F., Shi, B., & Huang, D. (2018). Forecasting the How to cite this article: Zhang Y, Ma F, Liang C,
prices of crude oil: An iterated combination approach. Energy Zhang Y. Good variance, bad variance, and stock
Economics, 70, 472–483. return predictability. Int J Fin Econ. 2020;1–14.
Zhang, Y., Ma, F., & Zhu, B. (2019). Intraday momentum and stock https://doi.org/10.1002/ijfe.2022
return predictability: Evidence from China. Economic Model-
ling, 76, 319–329.

Anda mungkin juga menyukai