Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG


NOMOR 11 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI LUMAJANG,

Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009


tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah maka Peraturan Daerah
Kabupaten Lumajang Nomor 04 Tahun 2002 tentang Retribusi
Pengujian Kendaraan Bermotor perlu diganti;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf


a dan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
perlu membentuk Retribusi Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor
dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Daerah-daerah Kabupaten dalam Propinsi Jawa Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9) sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999, tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah Kedua Kalinya dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4422);
6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 127, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4953);
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5038);
8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 130, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049);
9. Undang-Undang 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234 ) ;
10.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
11.Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan
Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3530);
12.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578) ;
13.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ;
14.Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Pemberian dan
Pemanfaatan Insentif Hasil Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);
15.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011;
16.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 63 Tahun 1993 tentang
Persyaratan Ambang Batas dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor,
Kereta Gandengan, Kereta Tempelan, Karoseri dan Bak Muatan serta
Komponen-komponennya;
17.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 9 Tahun 2004 tentang
Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor;
18.Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 07 Tahun 2007
tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2007, Seri E Nomor 11,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2007
Nomor 01);

2
19.Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan
Kabupaten Lumajang (Lembaran Daerah Kabupaten Lumajang Tahun
2008, Seri D Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Lumajang Tahun 2008 Nomor 26);

Dengan Persetujuan Bersama:

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN LUMAJANG
Dan

BUPATI LUMAJANG

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN


BERMOTOR.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Lumajang;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lumajang;
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lumajang;
4. Bupati adalah Bupati Lumajang;
5. Pejabat yang ditunjuk adalah Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten
Lumajang;
6. Dinas adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Lumajang;
7. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten
Lumajang;
8. Penguji Kendaraan Bermotor adalah PNS yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan tugas pengujian kendaraan bermotor;
9. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan
Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, badan usaha
milik Negara dan Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
persekutuan, perkumpulan Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau
organisasi yang sejenis, lembaga dana pensiun, bentuk usaha serta
bentuk badan usaha lainnya;
10.Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau Badan;
11.Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan;
12.Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau
yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk tujuan

3
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan;
13.Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut
retribusi, adalah pembayaran atas penggantian biaya serangkaian
kegiatan menguji dan/atau memeriksa bagian–bagian kendaraan
bermotor, kereta gandengan, kereta tempel dan kendaraan khusus
dalam rangka pemenuhan persyaratan tehnis dan laik jalan yang
khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Kabupaten
untuk kepentingan orang pribadi atau badan;
14.Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut
peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi ;
15.Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan
batas waktu bagi wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan peran
tertentu dari Pemerintah Daerah;
16.Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD,
adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah
pokok retribusi yang terutang;
17.Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan rel dan jalan kabel;
18.Lalu Lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan;
19.Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan, terdiri atas
kendaraan bermotor atau tidak bermotor;
20.Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di
atas rel;
21.Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan
untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran;
22. Kendaraan Khusus adalah kendaraan bermotor yang dirancang khusus
yang memiliki fungsi dan rancang bangun tertentu;
23.Kereta Gandengan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk
mengangkut barang yang seluruh bebannya ditumpu oleh alat itu
sendiri dan dirancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor;
24.Kereta Tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk
mengangkut barang yang dirancang untuk ditarik dan sebagian
bebannya ditumpu oleh kendaraan bermotor penariknya;
25.Kendaraan Wajib Uji adalah mobil penumpang umum, mobil bus,
kereta gandeng, kereta tempelan, mobil barang dan mobil khusus;
26.Kendaraan Lulus Uji adalah kendaraan bermotor wajib uji yang telah
memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan;
27.Uji Ulang adalah pelaksanaan pemeriksaan dan atau pengujian
kembali bagi kendaraan bermotor wajib uji karena dinyatakan tidak
lulus uji pada pemeriksaan dan atau pengujian sebelumnya;
28.Penguji Kendaraan Bermotor adalah Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lumajang yang diberi tugas,
Tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh Pejabat
yang berwenang untuk melakukan tugas pengujian kendaraan
bermotor;
29.Pengujian Kendaraan Bermotor adalah serangkaian kegiatan manguji
dan/atau memeriksa bagian–bagian kendaraan bermotor, kereta

4
gandengan, kereta tempel dan kendaraan khusus dalam rangka
pemenuhan persyaratan tehnis dan laik jalan;
30.Tanda Uji Berkala adalah tanda bukti lulus uji berkala berbentuk pelat
berisi data mengenai kode wilayah pengujian, nomor uji kendaraan
dan masa berlaku yang dipasang secara permanen pada tempat
tertentu di kendaraan;
31.Tanda Samping adalah tanda yang berisi informasi singkat hasil uji
berkala yang dicantumkan/dipasang secara permanen dengan
menggunakan stiker pada bagian samping kanan, kiri kendaraan
bermotor;
32.Pengujian Berkala adalah pengujian kendaraan bermotor yang
dilakukan secara berkala terhadap setiap kendaraan bermotor, kereta
gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus;
33.Laik Jalan adalah persyaratan minimum kondisi suatu kendaraan
yang harus dipenuhi agar terjamin keselamatan dan mencegah
terjadinya pencemaran udara dan kebisingan lingkungan pada waktu
dioperasikan di jalan;
34.Buku Uji Berkala adalah tanda bukti lulus uji berkala berbentuk buku
yang berisi data dan legitimasi hasil pengujian setiap kendaraan
bermotor, kereta gandeng, kereta tempelan dan kendaraan khusus ;
35.Bukti Lulus Uji Berkala adalah hasil pemeriksaan dan pengujian fisik
mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kendaraan
khusus, kereta gandengan, dan kereta tempelan berupa pemberian
kartu uji dan tanda uji cat samping;
36.Mobil Penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang
memiliki tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang termasuk
pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari 3500 Kg (tiga ribu
lima ratus) kilogram;
37.Mobil Bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki
tempat duduk lebih dari 8 (delapan) orang termasuk pengemudi atau
yang beratnya lebih dari 3500 Kg (tiga ribu lima ratus) kilogram;
38.Mobil Barang adalah kendaraan bermotor yang digunakan untuk
angkutan barang;
39.Pengaturan adalah kegiatan yang mencakup perencanaan,
perumusan dan penentuan kebijaksanaan umum maupun teknis ;
40.Pengendalian adalah kegiatan yang berupa pengarahan dan
bimbingan terhadap penyelenggaran lalu lintas dan angkutan jalan ;
41.Pengawasan adalah kegiatan pemantauan, penilaian dan tindakan
korektif terhadap pelaksanaan penyelenggaraan kebijaksanaan lalu
lintas dan angkutan jalan ;
42.Pemeriksaan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
pemeriksa terhadap pengemudi dan kendaraan bermotor mengenai
pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan, tata cara pemuatan
serta pemenuhan perlengkapan persyaratan administratif ;

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang Lingkup yang diatur dalam Peraturan Daerah ini adalah :

a. Ketentuan Pengujian Kendaraan Bermotor;

5
b. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

BAB III
KETENTUAN PENGUJIAN

Pasal 3

(1) Setiap kendaraan wajib uji yang dioperasikan di jalan harus


memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Kendaraan wajib uji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Mobil Bus;
b. Mobil Barang;
c. Kereta Gandengan;
d. Kereta Tempelan;
e. Mobil Penumpang Umum;
f. Kendaraan khusus.

(3) Untuk menetapkan terpenuhinya persyaratan teknis bagi setiap


kendaraan wajib uji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
penelitian dan pemeriksaan melalui pengujian.

(4) Pelaksanaan penelitian dan pemeriksaan terhadap kendaraan wajib


uji sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Penguji
Kendaraan Bermotor.

(5) Penguji Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


adalah Penguji Kendaraan Bermotor yang memiliki kualifikasi teknis
yang ditentukan oleh Pejabat yang berwenang dan diangkat oleh
Bupati atas usulan Kepala Dinas.

Pasal 4

Mekanisme, ketentuan dan tata cara pemberian pelayanan pengujian


kendaraan wajib uji diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 5

(1) Dalam hal setelah dilakukan pengujian kendaraan wajib uji


dinyatakan tidak lulus uji, maka Penguji Kendaraan Bermotor wajib
memberitahukan dengan surat pengembalian tentang perbaikan
yang harus dilakukan dan diberi jangka waktu selama 2 x 24 jam.

(2) Apabila pemilik kendaraan wajib uji tidak setuju dengan hasil uji
kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka dapat
mengajukan keberatan kepada atasan langsung Penguji Kendaraan
Bermotor.

(3) Dalam hal keberatan yang diajukan oleh pemilik kendaraan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diterima, maka atasan
langsung Petugas Penguji dapat memerintahkan penguji lain untuk
melaksanakan uji ulang tanpa dipungut biaya.

6
(4) Setelah dilakukan uji ulang sebagaimana di maksud pada ayat (3)
kendaraan tetap dinyatakan tidak lulus uji, Pemilik Kendaraan tidak
dapat lagi mengajukan permohonan keberatan.

(5) Pemilik kendaraan dapat meminta uji ulang setelah dipenuhinya


kekurangan persyaratan teknis dan/atau telah melakukan perbaikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(6) Apabila perbaikan-perbaikan melewati batas waktu yang telah


ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka pengujian
ulang diberlakukan sebagai pemohon baru.

Pasal 6

(1) Pelaksanaan uji berkala untuk pertama kali dilakukan paling


lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak diterbitkannya Surat Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor.

(2) Pelaksanaan uji berkala berikutnya harus dilaksanakan sebelum


masa berlaku ujinya habis.

(3) Untuk pelaksanaan pengujian, kendaraan yang akan diujikan harus


dibawa ke tempat pengujian pada waktu yang telah ditetapkan.

(4) Pendaftaran uji berkala harus diajukan sebelum masa berlaku


ujinya habis.

Pasal 7

Pelaksanaan uji berkala bagi setiap kendaraan wajib uji dapat


dilaksanakan apabila :
a. telah memenuhi persyaratan-persyaratan administrasi;
b. telah membayar retribusi pengujian berkala kendaraan bermotor.

Pasal 8

(1) Kendaraan bermotor yang telah lulus uji berkala, diberikan tanda
bukti lulus uji, berupa buku uji (kartu uji) dan tanda uji serta
dilengkapi dengan tanda samping.

(2) Jangka waktu berlakunya masa uji berkala sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) adalah selama 6 (enam) bulan

Pasal 9

(1) Pemilik kendaraan dapat melakukan uji berkala di luar wilayah


pengujian yang bersangkutan.

(2) Pelaksanaan uji berkala di luar wilayah pengujian harus dilengkapi


dengan rekomendasi numpang uji.

(3) Pelaksanaan uji berkala di luar wilayah pengujian diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Bupati.

7
BAB IV
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 10

Dengan nama Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dipungut


Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan Pengujian Kendaraan
Bermotor.

Pasal 11

(1) Obyek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah pelayanan


pengujian kendaraan bermotor wajib uji yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah.

(2) Obyek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Kendaraan Bermotor dengan Jumlah Berat yang diperbolehkan
(JBB) sampai dengan 3.500 Kg;
b. Kendaraan Bermotor dengan Jumlah Berat yang diperbolehkan
(JBB) antara 3.500 kg sampai dengan 15.000 kg;
c. Kendaraan Bermotor dengan Jumlah Berat yang diperbolehkan
(JBB) lebih dari 15.000 kg;
d. Kereta Gandengan dan Kereta Tempelan.

Pasal 12

(1) Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang


menggunakan/menikmati pelayanan pengujian kendaraan bermotor
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

(2) Wajib retribusi adalah subyek retribusi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) yang berdasarkan Peraturan Daerah ini diwajibkan
membayar retribusi.

BAB V
GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 13

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor digolongkan sebagai Retribusi


Jasa umum.

BAB VI
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 14

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan dan jenis


kendaraan dan jumlah kendaraan yang diuji.

BAB VII
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN

8
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 15

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif
retribusi pengujian dimaksudkan untuk menutup biaya
penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor dengan
mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya


pemeriksaan komponen kendaraan secara keseluruhan, biaya
peralatan, biaya pengetokan nomor uji, biaya pembuatan dan
pemasangan tanda uji, pengecatan plat samping, dan segel.

BAB VIII
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 16

(1) Penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi berdasarkan jenis


pelayanan yang diberikan dalam pengujian dan jenis kendaraan
bermotor.

(2) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut :
a. Biaya Pengujian Kendaraan Bermotor :
1) Kendaraan Bermotor dengan Jumlah Berat yang
diperbolehkan (JBB) sampai dengan 3.500 kg sebesar
Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah);
2) Kendaraan Bermotor dengan Jumlah Berat yang
diperbolehkan (JBB) antara 3.500 kg sampai dengan 15.000
kg sebesar Rp30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah);
3) Kendaraan Bermotor dengan Jumlah Berat yang
diperbolehkan (JBB) lebih dari 15.000 kg sebesar
Rp35.000,00 (tiga puluh lima ribu rupiah);
4) Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan sebesar
Rp30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah);
b. Biaya Pendaftaran Uji sebesar Rp5.000,00 (lima ribu rupiah);
c. Biaya bukti lulus uji :
1) Buku Uji baru/penuh sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu
rupiah);
2) Tanda Uji sebesar Rp5.000,00 (lima ribu rupiah);
3) Tanda samping sebesar Rp5.000,00 (lima ribu rupiah);
d. Biaya pelayanan persetujuan terhadap kendaraan wajib uji yang
melakukan :
1) Mutasi Keluar daerah dikenakan biaya sebagaimana pada
huruf a;
2) Numpang uji keluar daerah dikenakan biaya sebagaimana
pada huruf a;
3) Perubahan status penggunaan sebesar Rp50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah).

9
BAB IX
WILAYAH PUNGUTAN

Pasal 17

Wilayah Pemungutan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah


Kabupaten Lumajang.

BAB X
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 18

Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 6 (enam) bulan


kalender sejak disahkan bukti lulus uji.

Pasal 19

Retribusi yang terutang terjadi pada saat pelayanan pengujian


kendaraan bermotor atau sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan.

BAB XI
TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 20

(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau Dokumen lain


yang dipersamakan.

(2) Hasil pungutan Retribusi sebagaimana dimaksud pada (1), disetor


ke Kas Umum Daerah melalui Bendahara Kas Penerima pada Dinas
Perhubungan Kabupaten Lumajang.

BAB XII
TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 21

(1) Pembayaran Retribusi pengujian Kendaraan Bermotor harus dibayar


lunas sekaligus.

(2) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran


retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XIII
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 22

(1) Keterlambatan melakukan uji berkala dan/atau kehilangan/


kerusakan Buku Uji/Tanda Uji dikenakan Sanksi administratif.

10
(2) Sanksi Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Penggantian Buku Uji karena hilang atau rusak dikenakan biaya
sebesar Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah);
b. Penggantian Tanda Uji karena hilang atau rusak dikenakan biaya
sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah);
c. keterlambatan uji berkala dikenakan denda sebesar 50% (lima
puluh persen) dari biaya pengujian untuk keterlambatan 1 (satu)
bulan, keterlambatan lebih dari 1 (satu) bulan dikenakan denda
100% (seratus persen) dari biaya pengujian dikalikan lama
keterlambatan uji;
d. kendaraan yang sudah didaftarkan pengujiannya tetapi tidak
datang pada waktu yang telah ditentukan untuk dilakukan
pengujian tanpa alasan yang sah, dikenakan biaya sebesar 1
(satu) kali biaya pendaftaran pengujian.

BAB XIV
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 23

Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan ketentuan dalam


Peraturan Daerah ini secara teknis dan operasional dilakukan oleh Dinas
Perhubungan.

BAB XV
INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 24

(1) Satuan Kerja Perangkat Daerah yang melaksanakan pemungutan


retribusi daerah dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja
tertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan


melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(3) Tata Cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XVI
KETENTUAN PIDANA

Pasal 25

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga


merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama
3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah
Retribusi terhutang yang tidak atau kurang bayar.

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran.

11
BAB XVII
PENYIDIKAN

Pasal 26

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah


Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah Pejabat


Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah :


a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan
atau laporan berkenaan dengan tindak pidana perpajakan
daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih
lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai
orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang
dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan
Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau
Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan
Daerah;
d. memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana di bidang perpajakan Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen lain, serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka plaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang
berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda dan/atau
dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana
perpajakan Daerah ;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan


dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya
kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam

12
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana.

BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan


Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 04 Tahun 2002 tentang Retribusi
Pengujian Kendaraan Bermotor dan ketentuan–ketentuan lain yang
bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan dicabut dan tidak
berlaku lagi.

Pasal 28

Hal–hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai ketentuan teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh
Bupati dengan berpedoman pada Peraturan Daerah ini.

Pasal 29

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Lumajang.

Ditetapkan di Lumajang
pada tanggal 8 Desember 2011

BUPATI LUMAJANG

DR. H. SJAHRAZAD MASDAR. M.A.


Diundangkan di : Lumajang
Pada tanggal : 9 Desember 2011
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN
LUMAJANG

Drs. ABDUL FATAH ISMAIL


Pembina Utama Muda
NIP. 19531223 198003 1 007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2011 NOMOR 12

13
PENJELASAN

ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG
NOMOR 11 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

I. UMUM

Implementasi Otonomi Daerah mengutamakan pelaksanaan asas


desentralisasi yang nyata, luas dan bertanggungjawab secara proposional yang
diwujudkan dengan perluasan kewenangan kepada Pemerintah Daerah, kecuali
urusan yang menjadi urusan Pemerintah. Dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, Pemerintah Daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Aksentuasi dari pelaksanaan asas desentralisasi adalah mendorong


untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas,
meningkatkan peran serta masyarakat dan keleluasaan untuk membentuk dan
melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat.

Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentraslisasi ini


tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan. Sumber
pembiayaan yang paling penting adalah Pendapatan Asli Daerah yang salah satu
komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen retribusi
daerah.

Kebijakan desentralisasi memerlukan banyak faktor pendukung dan


salah satu faktor pendukung yang secara signifikan menentukan keberhasilan
pelaksanaan otonomi daerah adalah kemampuan daerah untuk membiayai
pelaksanaan kewenangan yang dimilikinya, disamping faktor-faktor lain seperti
kemampuan personalia dan perangkat daerah .

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009


tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, adanya perluasan terhadap beberapa
objek Retribusi dan penambahan jenis Retribusi, sehingga dapat mengoptimalkan
pelaksanaan otonomi.

Salah satu upaya untuk mewujudkan implementasi kewenangan


Pemerintah Kabupaten meregulasi Retibusi Pengujian Kendaraan Bermotor di
Kabupaten Lumajang dalam suatu Peraturan Daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 s/d Pasal 29 : Cukup Jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2011 NOMOR 60

14

Anda mungkin juga menyukai