Anda di halaman 1dari 8

AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 55-62

p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

Kendala dan Metode Budidaya Pisang di Beberapa Kebun Petani


Jawa Barat
Reginawanti Hindersah, Erni Suminar

Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363
e-mail: reginawanti@unpad.ac.id

ABSTRAK
Komoditas hortikultura yang berkontribusi terhadap ekonomi Jawa Barat adalah pisang meja dan pisang. Keragaman
dan produktivitas pisang tertinggi terdapat di Jawa Barat Selatan. Petani menganggap pisang cukup ditanam tanpa
cukup nutrisi dan pemeliharaan sehingga produksi pisang belum optimal. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kendala umum budidaya pisang dan menginventarisasi metode budidaya pisang di kebun petani di tiga Kabupaten
Jawa Barat Selatan. Metode kajian adalah diskusi kelompok terfokus dan studi lapangan yang didukung oleh data
primer dan sekunder. Penelitian ini memperlihatkan bahwa sejumlah faktor sumber daya alam, metode budidaya,
pemasaran, perilaku, kebijakan pemerintah menjadi kendala produksi pisang yang lebih layak. Metode budidaya
pisang yang dilakukan petani tradisional belum mencakup seluruh aspek budidaya terstandard yang dianjurkan
kementrian pertanian. Peningkatan pengetahuan dan kapasitas petani serta pendampingan budidaya dalam jangka
waktu pendek diperlukan untuk memperbaiki sistem budidaya pisang.

Kata kunci: Metode Budidaya, Pisang, Petani Lokal, Jawa Barat Selatan

Constraints and Methods of Banana Cultivation in Some Farmers


Gardens in West Java
ABSTRACT
Bananas and plantain are horticultural commodities that contribute to West Java revenue. The highest diversity and
productivity of bananas are in Southern part of West Java. Farmers consider bananas as cash crop that might be grown
without appropriate input and maintenance so that banana production is not optimal. The objectives of this study were
to identify the main obstacles in banana cultivation and to inventory banana cultivation methods in farmer’s gardens
of three regency located in southern part of West Java. The study was conducted using focus group discussion and
field studies supported by primary and secondary data. This study showed that a number of natural resource factors,
methods of cultivation, marketing, behavior, and government policy become more feasible obstacles to banana
production. The method of banana cultivation by traditional farmers didn’t follow all important aspects of standardized
cultivation recommended by the government. Farmer’s knowledge enhancement and capacity building as well as
cultivation assistance in the short term are needed to improve the banana cultivation system.

Keywords: Cultivation methods, Banana, Local Farmers, South Jawa Barat

PENDAHULUAN yaitu di Kabupaten Pangandaran, Ciamis,


Tasikmalaya, Garut, Cianur dan Sukabumi.
Jawa Barat adalah produsen pisang Berdasarkan kajian pengembangan budidaya
(Musa spp.) terbesar ke tiga di Indonesia, dan industri pisang di Jawa Barat [2], Jenis
setelah Propinsi Lampung (21,59%) dan Jawa pisang yang ditanam sangat bervariasi baik
Timur (19,48%), dengan kontribusi produksi pisang konsumsi maupun pisang olahan
sekitar 18,03% dari total produksi pisang (Gambar 1). Jenis pisang yang paling banyak
nasional [1]. Sentra pisang di Jawa Barat yang dibudidayakan di Jawa Barat Selatan adalah
dominan berada di bagian selatan Jawa Barat Pisang Nangka, Ambon, Raja Cere, Raja Bulu,
55
Hindersah, R dan Suminar, E. 2019. Kendala dan Metode Budidaya ...

Kapas, Tanduk, Siem, Lampeneng, Muli, pisang tertinggi terdapat di Selatan Jawa Barat
Kepok, dan Ambon Putih [3]. Keragaman dengan ketinggian tempat sampai 200 m dpl.

Gambar 1. Pisang meja (banana) antara lain Ambon, Raja Cere dan Raja Bulu (atas) dan pisang
olahan (plantain) Barangan, Kapas dan Kepok (bawah) yang ditanam di Jawa Barat
Selatan

Masyarakat umumnya menganggap Pisang adalah tanaman ekonomis dan


pisang tidak memerlukan teknik budidaya penting di Jawa Barat tetapi belum ada
yang rumit, termasuk pemupukan sehingga dokumen tentang aspek budidaya pisang di
petani sekedar menanam meskipun pisang kebun masyarakat. Penyusunan dokumen
berkontribusi terhadap pendapatan keluarga. perlu diawali dengan pendataan metode
Di lain pihak, pemupukan berimbang Urea, budidaya secara umum di beberapa sentra
SP-36 dan kompos meningkatan diameter pisang. Tiga wilayah kerja yang menjadi
batang, jumlah daun dan anakan [4,5]. sasaran kajian ini adalah Kabupaten
Metode budidaya yang belum optimal Sukabumi, Kabupaten Tasikmalaya, dan
disebabkan faktor kesadaran, pengetahuan dan Kabupaten Pangandaran. Berdasarkan survey
modal petani serta kondisi agroekosistem tahun 2016 tidak banyak wilayah yang benar-
terutama ketersediaan air. Permasalahan benar cocok untuk pendirian perkebunan
utama keterbatasan produksi pisang di pisang jika dilihat dari kesesuaian lahan [3].
Indonesia umumya adalah : 1. Pola tanam yang Data survey menjelaskan bahwa dari 29 titik
belum jelas dan teratur. 2. teknologi budidaya sampel di Kecamatan Tegalbuleud Sukabumi,
pisang tidak diterapkan dengan benar. 3. hanya satu yang cocok dan sisanya agak
Kultivar pisang masih beragam. 4. cocok, dari 12 titik di Kecamatan Cipatujah
Ketersediaan dan penggunaan bibit pisang hanya satu cocok dan lainnya agak cocok
yang sehat dan kultivar unggul masih terbatas. sedangkan dari 13 titik sampel di Kecamatan
5. Penyebaran hama dan penyakit yang cukup Parigi hanya ada dua lokasi yang agak cocok
luas di sentra produksi pisang [4]. untuk budidaya pisang.

56
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 55-62
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

Pemerintah melalui Balai Penelitian lapangan yang diperkuat dengan wawancara


Tanaman Buah Badan Litbang Pertanian dan diskusi kelompok terfokus.
Kementan telah menerbitkan dokumen metode Petani informan ditetapkan secara
budidaya tanaman pisang terstandar baik purposive yaitu petani yang telah
untuk bibit anakan, asal bonggol maupun membudidayakan pisang selama sedikitnya 10
kultur jaringan [6,7,8]. Namun petani di Jawa tahun, mengakui telah memelihara
Barat selatan berdasarkan studi pendahuluan tanamannya, dan telah merasakan manfaat
tidak pernah mendapatkan penjelasan pisang untuk ekonomi keluarga. Pada kajian
budidaya pisang baik dari Dinas Pertanian ini dilibatkan lima petani di setiap lokasi.
setempat maupun Perguruan Tinggi. Wawancara dan diskusi terfokus tidak
Identifikasi metode budidaya adalah penting melibatkan staf pemerintah daerah supaya
untuk mendapatkan data dasar yang akan objektivitas informan terjaga.
menjadi acuan pemerintah untuk memperbaiki Diskusi mengenai kendala budidaya
atau memodifikasi metode budidaya pisang di pisang meliputi aspek hulu seperti
lokasi tertentu. Kajian ini bertujuan untuk ketersediaan air dan kesuburan tanah,
mengidentifikasi kendala umum budidaya penyediaan nutrisi dan integrasi dengan
pisang dan menginventarisasi metode peternakan, sampai masalah pemasaran.
budidaya pisang di kebun masyarakat Jawa Wawancara aspek budidaya meliputi
Barat Selatan. pengolahan lahan, pembibitan, penanaman,
pemberian nutrisi, pemeliharaan tanaman,
BAHAN DAN METODE pengendalian hama penyakit, dan irigasi. Data
sekunder diperoleh dari dokumen resmi yang
Kajian dilakukan di tiga desa Jawa Barat diterbitkan oleh Dinas Pertanian setempat dan
Selatan pada Mei - September 2018 yaitu Desa Balai Penelitian Tanah Kementerian
Buniasih Kecamatan Tegalbuleud Kabupaten Pertanian. Metode budidaya setempat
Sukabumi, Desa Sindangkerta Kecamatan dibandingkan dengan metode budidaya pisang
Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya dan Desa yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian
Margacinta Kecamatan Cijulang Kabupaten Tanaman Buah dan Balai Pengkajian
Pangandaran (Gambar 2). Metode untuk Teknologi Pertanian Kementan.
mendapatkan data primer adalah kajian

Gambar 2. Lokasi kajian pisang di Kabupaten Sukabumi,


Tasikmalaya dan Pangandaran

57
Hindersah, R dan Suminar, E. 2019. Kendala dan Metode Budidaya ...

HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Manajemen nutrisi


4. Pemasaran
Kendala Budidaya Pisang 5. Perilaku
Beberapa kendala yang telah Berdasarkan diskusi lebih mendalam diperoleh
diidentifikasi dari lapangan terkait dengan kendala yang menjadi masalah peningkatan
pengembangan pisang di masyarakat, dapat produktivitas lahan dan juga produksi serta
dikelompokan ke dalam lima kategori: kualitas pisang yang dipasarkan (Tabel 1) baik
1. Sumber daya lahan dan air dari sudut Sumber daya alam maupun Sumber
2. Metode budidaya daya manusia.

Tabel 1. Kedala sumber daya alam dan sumber daya manusia pada produksi pisang di Jawa
Barat selatan

Komponen Kendala dan Masalah


(1) (2)
Sumber daya a. Keterbatasan sumber air untuk pisang yang ditanam di bukit.
alam b. Perubahan iklim yang kurang dikomunikasi oleh kantor meteorologi
c. Kelas kesesuaian lahan dengan pisang umumnya S2 dan S3
Metode a. Keterbatasan bibit yang berkualitas.
budidaya b. Persiapan lahan tidak optimal
c. Tanaman tidak dipelihara
d. Pisang dipanen sebelum umur petik
Manajemen a. Keterbatasan akses terhadap input nutrisi baik pupuk organik maupun
nutrisi anorganik
b. Ketidaktahuan pemberian nutrisi yang tepat metode, tepat waktu dan tepat
jumlah
c. Keterbatasan pengetahuan penyediaan nutrisi secara mandiri
d. Belum adanya penjelasan konsep integrasi tanaman-ternak dalam produksi
pisang
Pemasaran a. Belum adanya jaminan pasar dan harga yang cukup sebagai insentif bagi
peningkatan produktivitas pisang yang dilakukan masyarakat.
b. Pasar menerima buah pisang dengan kualitas rendah bahkan yang masih
muda sehingga petani tidak memperhatikan aspek pemeliharaan
c. Agribisnis pisang masih belum ditata dengan baik
Perilaku a. petani yang masih menganggap budidaya pisang kurang penting sebagai
sumber pendapatan, dibandingkan kegiatan ekonomi lainnya.
b. Sebagian besar petani membudidayakan pisang pada luas lahan terbatas,
atau tanaman sela, sehingga jumlah batang pohon hanya sedikit.
Konsekuensinya jumlah dan nilai panen kecil.
c. Pengalaman turun temurun memperlihatkan bahwa pisang tetap berbuah
meskipun tidak dipelihara
d. Kompleksitas pemeliharaan pisang dan potensi penurunan hasil
menyebabkan petani beralih ke budidaya tanaman tahunan seperti albasia
e. Keterbatasan pengetahuan mengenai kualitas lahan dan ketersediaan air
irigasi serta konsekuensinya terhadap produksi dan kualitas pisang.

58
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 55-62
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

(1) (2)
Kebijakan a. Kebijakan politik negara belum ada yang menganggap bahwa pisang
Pemerintah merupakan komoditas penting dalam struktur ekonomi masyarakat
b. Belum ada kebijakan pemerintah Jawa Barat untuk intensifikasi
penenaman pisang untuk meningkatkan produktivitas pisang.
c. Ketiadaan tenaga penyuluh dan dukungan teknis
d. tidak ada kelembagaan yang mengelola pisang antara lain kelompok tani
pisang, maupun dukungan permodalan dan fasilitasi lainnya.

Berdasarkan sistem klasifikasi tanah pemangkasan daun tua, penyapihan anakan,


Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 1983 pembuangan buang betina dan jantan,
(sekarang adalah Balai Besar Sumber Daya penebangan pohon setelah panen, dan umur
Lahan dan Pertanian) Badan Litbang panen akan berkaitan dengan kuantitas,
Kementan, di Jawa Barat selatan terdapat kualitas dan nilai gizi pisang. Ketidaktahuan
delapan jenis tanah yaitu Alluvial, Andosol, petani mengenai pentingnya pemeliharaan
Grumosol, Latosol, Podsolik Merah Kuning, tanaman dan lingkungan kebun menyebabkan
Brown Forest, Mediteran dan Regosol. Jenis penyakit di kebun petani daerah kerja menjadi
tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) cukup masif.
mendominasi Jawa Barat Selatan dengan
sebaran luas >50 persen. Tanah PMK adalah Metode Budidaya
tanah mineral tua dengan pencucian intesif Secara umum tidak ada pembeda
sehingga tingkat kesuburan tanahnya relatif teknologi budidaya pisang di tiga lokasi kajian.
rendah [9,10]. Metode budidaya yang dilakukan oleh petani
Nutrisi tanaman di bagian atas tanah di ketiga lokasi keseluruhannya dilakukan
sudah teruci ke bagian bawah dan menyisakan berdasarkan kebiasaan setempat.
besi dan aluminum yang menyebabkan warna a. Pengolahan tanah
merah dan kuning. Pisang adalah tanaman
 Minimum, berupa pembersihan
tahunan dengan syarat kesesuian lahan tidak
gulma di sekitar lokasi lubang
seketat tanaman semusim namum kesuburan
tanam dan di lahan miring tidak ada
tanah rendah akan menjadi kendala optimasi
penterasan yang baik.
produksi [10]. Selain tanah, faktor ketersediaan
air juga membatasi produksi pisang di Jabar  Lubang tanam berukuran 30 cm x30
cmx 30 cm, 40 cm x 40 cm x 40 cm,
Selatan. Pisang memerlukan irigasi dengan
atau 50cm x 50 cm x 50 cm dan
kuantitas dan frekuensi tergantung dari laju
dibiarkan 1-4 minggu.
infiltrasi, kondisi fisik tanah, kapasitas tanah
b. Sumber bibit
menahan air dan evapotranspirasi [11]. Irigasi
meningkatkan bobot tandan, bobot dan  Bibit anakan (anakan pedang)
diameter buah serta panjang buah [12]. Kendala dengan tinggi sekitar 60 cm yang
ketersediaan air menyebabkan kebun pisang dipisahkan dari induk dan langsung
bersifat tadah hujan yang menjadi penghambat ditanam atau dijemur selama 2 hari
pula untuk pemberian nutrisi yang tepat waktu. untuk mengurangi getah.
Keterbatasan pengetahuan budidaya  Tidak ada kebun induk untuk bibit;
pisang menyebabkan ketidaktahuan manfaat anakan diperoleh dari tanaman baru
penyiapan lahan: pengolahan tanah minimum, maupun lama sehingga kualitas
pembuatan teras, penguatan teras dengan bibit menurun
tanaman, dan pengaturan guludan dan jalan  Sejumlah kecil petani membuat
air. Pemeliharaan tanaman dilakukan sangat bibit bonggol; tidak tersedia bibit
terbatas padahal pemberian nutrisi, kultur jaringan

59
Hindersah, R dan Suminar, E. 2019. Kendala dan Metode Budidaya ...

 Bibit lokal adaptif dengan


agroekoklimat setempat; bukan Jika dibandingkan dengan petunjuk budidaya
bibit unggul pisang nasional pisang Kementrian Pertanian, Petani belum
c. Penanaman melakukannya dengan baik. Persiapan lahan
 Jarak lubang tanaman adalah 2x2 hanya sekedar mengolah lahan untuk lubang
m; 2x2,5 m atau 3x3 m tergantung tanama. Namun gulma yang intensif akibat
jenis pisang dengan memperhatikan pengolahan lahan minimal dapat menahan
besar kecilnya pohon. erosi meskipun di lahan miring resiko erosi
 Kotoran ternak (sapi, kerbau, besar karena tidak ada penterasan. Ukuran
domba kambing) dicampur dengan lubang tanam masih bervariasi padahal
tanah mineral sebagai media tanam menurut petunjuk teknis tanam pisang dari
di lubang tanam. Tidak diketahui perkebunan pisang skala komerisal lubang
berapa perbadingan antara tanah tanaman terbaik adalah 50 cm x 50 cm x 50 cm
[6]
dan pupuk organik. . Lubang tanam di petani lokasi penelitian masih
d. Pemberian nutrisi banyak yang terlalu kecil dan berpotensi
menghambat perkembangan akar, terutama di
 Pupuk kandang sekitar 5-15 kg per
tanah berliat seperti di Sukabumi. Jarak tanam
lubang tanam; dan disebarkan ke
pisang ditetapkan berdasarkan ukuran tanaman
permukaan tanah setelah tanaman
tanpa membedakan spesifikasi jenis. Menurut
tumbuh dengan intensitas sekitar 1
BB PTP Kementan, jarak tanah pisang
tahun sekali.
Ambon, Cavendish, Raja Sereh, dan Raja
 Petani tidak menggunakan pupuk Nangka seharusnya 3 x 3 m. Jenis pisang
anorganik. Ada anggapan jika diberi
Kepok dan Tanduk 3 x 3 m atau 3 x 3,5 m.
pupuk tanaman mati atau sebaliknya
Penggunaan bibit anakan sudah tepat
tanaman lebih baik.
namun ketiadaan kebun bibit menyebabkan
e. Pemeliharaan tanaman
anakan diambil dari sembarang tanaman
 Tanaman pisang dibiarkan tumbuh sehingga bibit dapat tidak berkualitas.
hampir tanpa pemeliharaan. Pemerintah menganjurkan penggunaan bibit
 Kadang-kadang petani membuang asal kultur jaringan belum banyak tersedia di
daun kering dan membersihkan Jawa Barat selatan [6]. Jenis pisang yang
gulma. ditanam masih berupa pisang lokal sesuai
 Tidak ada pemangkasan daun pasaran. Sebenarnya Balai Penelitian Buah
 Penjarangan anakan jarangan Tropika memiliki bibit unggul pisang nasional
dilakukan kecuali saat memerlukan seperti pisang Raja Kinalun, Kepok Tanjung,
bibit anakan. Ketan-01 dan Raja Siem namun belum
f. Pengendalian hama penyakit tersedia di tingkat petani.
 Sanitasi kebun rutin tidak dilakukan Petani memberikan pupuk kotoran
 Petani tidak pernah secara sengaja ternak di lubang tanam yang sesuai dengan
mengendalikan penyakit darah oleh anjuran yaitu 10 kg/lobang dan dibiarkan 1-2
bakteri Pseudomonas, layu oleh minggu. Pupuk anoganik hampir tidak pernah
Fusarium. dberikan. Badan litbang pertanian
 Bibit kemungkinan besar tidak menganjurkan 350 kg Urea + 150 kg SP-36,
bebas dari penyakit layu Fusarium dan 150 kg KCL per ha/tahun atau 0,233 kg
g. Irigasi Urea, 0,10 kg SP-36 dan 0,10 kg KCl per
 Kebun pisang bersifat tadah hujan tanaman. Pupuk diletakkan pada alur dangkal
 Petani terkendala modal untuk berjarak 60-70 cm dari tanaman dan ditutup
membuat sumur atau mengadakan tanah. Jumlah anakan per rumpun dan jumlah
pompa air. daun per tanaman tidak dianggap penting oleh

60
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 55-62
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

petani lokal padahal pada satu rumpun Selain masalah di hulu, penguatan
seharusnya hanya ada 3 tanaman dan jumlah produktivitas pisang di Jawa Barat selatan
daun 6-8 helai untuk tanaman dewasa adalah umur panen dan pascapanen. Pisang
produktif. dipanen lebih awal dari umur panen karena
Pemeliharaan yang minim memicu permintaan konsumen tidak dapat ditolak
intensifikasi penyakit tanaman pisang meskipun mengorbankan kualitas pisang.
(Gambar 3). Menurut petani, budidaya pisang Pematangan buah yang masih muda tersebut
campuran yang dilakukan petani di Jabar dipercepat dengan hormon ethylene (etilen)
Selatan dapat menghindarkan penyakit darah dan zat kimia calcium carbide (dikenal sebagai
oleh Pseudomonas dan layu oleh Fusarium. karbit). Jika zat padat calcium carbide
Pengendalian penyakit pisang bercampur dengan air akan dihasilkan gas
dianjurkan lebih bersifat kuratif melalui acethylene yang efeknya terhadap pematangan
sanitasi. Sanitasi seharusnya dilakukan 45 hari buah sangat mirip dengan agen pematangan
sekali meliputi kegiatan pembersihan daun alami oleh etilen. Proses ini menyebabkan
kering, penjarangan anakan dan pembuangan kulit pisang berwarna kuning merata namun
sisa tanaman bekas panen [13]. rasa, aroma dan tekstur buah tidak sebaik
pisang matang alami.

Gambar 3. Daun tua dan kering dibiarkan menyebab-


kan tanaman rentan serangan penyakit

KESIMPULAN sisa-sisa tanaman termasuk bonggol pisang,


dan kotoran ternak tersedia.
Petani belum membudidayakan pisang Perbaikan metode budidaya harus diawali
dengan metode terstandard dari instansi dengan peningkatan pengetahuan disertai
berwenang; petani sekadar menanam dan pendampingan oleh Penyuluh Pertanian
menjadikan pisang sebagai tanaman sela, Lapangan dan Perguruan Tinggi lokal.
beberap petani menanam pisang sebagai Percobaan lapangan juga diperlukan untuk
tanaman utama. Pemeliharaan di semua kebun memperoleh sistem pemberian nutrisi dan
petani tidak optimal bahkan dapat dikatakan pengendlian hama/penyakit yang tepat.
pisang tidak dipelihara. Sistem nutrisi yang Penyedian bibit yang sehat dan mencukupi
penting untuk pertumbuhan tanaman belum serta nutrisi internal untuk budidaya pisang
menjadi prioritas padahal potensi lokal untuk yang berorientasi ekonomis perlu didukung
dijadikan pupuk seperti sampah rumah tangga, oleh kebijakan pemerintah setempat.

61
Hindersah, R dan Suminar, E. 2019. Kendala dan Metode Budidaya ...

UCAPAN TERIMA KASIH AGROTECH Science Journal. 1(2):33-


51
Kajian ini didanai oleh Badan Penelitian dan [6] Pusat Penelitian Bioteknologi dan
Pengembangan Daerah Jawa Barat Tahun Bioindustri Indonesia (PPBBI). 2016.
Anggaran 2017 dan 2018. Petunjuk Teknik Budidaya pisang asal
kultur in vitro dengan Teknologi PPBBI.
DAFTAR PUSTAKA PPBBI. Bogor
[7] Jamaluddin, M.A., Widodo, W.D dan K.
[1] Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Suketi. 2019. Pengelolaan Perkebunan
Produksi Pisang Menurut Provinsi 2013- Pisang Cavendish Komersial di
2017 Badan Pusat Statistik dan Lampung Tengah, Lampung. Bul.
Direktorat Jenderal Hortikultura. Agrohorti 7(1):16-24
Jakarta. [8] Nuridah, E. 2019. Budidaya Pisang Raja.
https://www.pertanian.go.id/Data5tahun http://cybex.pertanian.go.id/mobile/arti
/HortiATAP2017(.pdf)/Produksi%20Pis kel/72582/BUDIDAYA-PISANG-
ang.pdf. [08/11/18] RAJA/ [01/12/19]
[2] Badan Pengembangan dan Penelitian [9] Mulyani, A. dan Hidayat. 1988. Podsolik
Daerah (BP2D) Jawa Barat. 2017. Merah Kuning. Pusat Penelitian Tanah.
Kajian Komprehensif Pengembangan Badan Penelitian dan Pengembangan
Budidaya dan Industri Pisang Di Jawa Pertanian. Departemen Pertanian. Hal:1-
Barat. Laporan Penelitian kerjasama 8.
BP2D dengan Universitas Padjadjaran. [10] Nursyamsi, D., Soepandi, O., Erfandi,
BP2D. Bandung D., Sholeh dan I.P.G. Widjaja. 1995.
[3] Nuraini, A., Ismail, A dan E. Suminar. Penggunaan bahan organik, pupuk P dan
2016. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk K untuk peningkatan produktivitas tanah
Budidaya Pisang Di Jawa Barat Selatan. Podsolik. Hasil Penelitian Tanah dan
Laporan Penelitian. Direktorat Riset dan Agroklimat. Risalah Seminar 2:47-52.
Pengabdian kepada Masyarakat. [11] World banana Forum. 2017. WATER
Universitas Padjadjaran. Sumedang FOOTPRINT OF THE BANANA
[4] Suhartanto, R., Sobir dan H. Harti. 2012. INDUSTRY.FAO-UN. Rome.
Teknologi Sehat Budidaya Pisang: Dari http://www.fao.org/3/a-i6914e.pdf
Benih Sampai Pasca Panen. Pusat Kajian [01/09/2019]
Hortikultura Tropika, Lembaga [12] Goenaga, R. 1998. Yield of banana
Penelitian dan Pengabdian Kepada grown with supplemental drip-irrigation
Masyarakat Institut Pertanian Bogor. on an Ultisol. Experimental Agriculture
Bogor 34(04):439 - 448
[5] Pamungkas, S.S.T. 2015. Pengaruh [13] Balai Besar Pengkajian dan
kombinasi pemupukan organik dan Pengembangan Teknologi Pertanian
norganik terhadap pertumbuhan pisang (BBPTPP). 2008. Teknologi Budidaya
kepok kuning (musa acuminata × m. Pisang. Badan Penelitian dan
balbisiana) pada lahan kering di Pengembangan Pertanian. Jakarta
banyumas, jawa tengah. Gontor

62

Anda mungkin juga menyukai