None 0723653c
None 0723653c
ABSTRAK
Komoditas hortikultura yang berkontribusi terhadap ekonomi Jawa Barat adalah pisang meja dan pisang. Keragaman
dan produktivitas pisang tertinggi terdapat di Jawa Barat Selatan. Petani menganggap pisang cukup ditanam tanpa
cukup nutrisi dan pemeliharaan sehingga produksi pisang belum optimal. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kendala umum budidaya pisang dan menginventarisasi metode budidaya pisang di kebun petani di tiga Kabupaten
Jawa Barat Selatan. Metode kajian adalah diskusi kelompok terfokus dan studi lapangan yang didukung oleh data
primer dan sekunder. Penelitian ini memperlihatkan bahwa sejumlah faktor sumber daya alam, metode budidaya,
pemasaran, perilaku, kebijakan pemerintah menjadi kendala produksi pisang yang lebih layak. Metode budidaya
pisang yang dilakukan petani tradisional belum mencakup seluruh aspek budidaya terstandard yang dianjurkan
kementrian pertanian. Peningkatan pengetahuan dan kapasitas petani serta pendampingan budidaya dalam jangka
waktu pendek diperlukan untuk memperbaiki sistem budidaya pisang.
Kata kunci: Metode Budidaya, Pisang, Petani Lokal, Jawa Barat Selatan
Kapas, Tanduk, Siem, Lampeneng, Muli, pisang tertinggi terdapat di Selatan Jawa Barat
Kepok, dan Ambon Putih [3]. Keragaman dengan ketinggian tempat sampai 200 m dpl.
Gambar 1. Pisang meja (banana) antara lain Ambon, Raja Cere dan Raja Bulu (atas) dan pisang
olahan (plantain) Barangan, Kapas dan Kepok (bawah) yang ditanam di Jawa Barat
Selatan
56
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 55-62
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636
57
Hindersah, R dan Suminar, E. 2019. Kendala dan Metode Budidaya ...
Tabel 1. Kedala sumber daya alam dan sumber daya manusia pada produksi pisang di Jawa
Barat selatan
58
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 55-62
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636
(1) (2)
Kebijakan a. Kebijakan politik negara belum ada yang menganggap bahwa pisang
Pemerintah merupakan komoditas penting dalam struktur ekonomi masyarakat
b. Belum ada kebijakan pemerintah Jawa Barat untuk intensifikasi
penenaman pisang untuk meningkatkan produktivitas pisang.
c. Ketiadaan tenaga penyuluh dan dukungan teknis
d. tidak ada kelembagaan yang mengelola pisang antara lain kelompok tani
pisang, maupun dukungan permodalan dan fasilitasi lainnya.
59
Hindersah, R dan Suminar, E. 2019. Kendala dan Metode Budidaya ...
60
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 55-62
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636
petani lokal padahal pada satu rumpun Selain masalah di hulu, penguatan
seharusnya hanya ada 3 tanaman dan jumlah produktivitas pisang di Jawa Barat selatan
daun 6-8 helai untuk tanaman dewasa adalah umur panen dan pascapanen. Pisang
produktif. dipanen lebih awal dari umur panen karena
Pemeliharaan yang minim memicu permintaan konsumen tidak dapat ditolak
intensifikasi penyakit tanaman pisang meskipun mengorbankan kualitas pisang.
(Gambar 3). Menurut petani, budidaya pisang Pematangan buah yang masih muda tersebut
campuran yang dilakukan petani di Jabar dipercepat dengan hormon ethylene (etilen)
Selatan dapat menghindarkan penyakit darah dan zat kimia calcium carbide (dikenal sebagai
oleh Pseudomonas dan layu oleh Fusarium. karbit). Jika zat padat calcium carbide
Pengendalian penyakit pisang bercampur dengan air akan dihasilkan gas
dianjurkan lebih bersifat kuratif melalui acethylene yang efeknya terhadap pematangan
sanitasi. Sanitasi seharusnya dilakukan 45 hari buah sangat mirip dengan agen pematangan
sekali meliputi kegiatan pembersihan daun alami oleh etilen. Proses ini menyebabkan
kering, penjarangan anakan dan pembuangan kulit pisang berwarna kuning merata namun
sisa tanaman bekas panen [13]. rasa, aroma dan tekstur buah tidak sebaik
pisang matang alami.
61
Hindersah, R dan Suminar, E. 2019. Kendala dan Metode Budidaya ...
62