Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH TEORI PORTOFOLIO DAN INVESTASI

VALUASI SAHAM BIASA UNTUK SELURUH INVESTOR

Dosen Pengampu :

Dr. C. Ambar Pujiharjanto, M.E.

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Rendi Atmoko Nur Alfian (141200130)


2. Rosa Yus Haryahya (141200131)
3. Erfan Ardyan Nugroho (141200133)
4. Jiwangga Ajikara (141200142)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Teori Portofolio dan
Investasi di program studi Manajemen. Semoga makalah ini bisa dipergunakan sebagai salah
satu media pembelajaran dan menambah wawasan mengenai “Valuasi Saham Biasa untuk
Seluruh Investor”.

Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu
mata kuliah Teori Portofolio dan Investasi, Bapak Dr. C. Ambar Pujiharjanto, M.E. yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses perkuliahan mata kuliah ini.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Yogyakarta, 27 Oktober 2022

Penyusun

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 1
C. TUJUAN PENULISAN ................................................................................................. 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
A. MODEL DISKONTO ARUS KAS ................................................................................ 2
B. MODEL DISKONTO DIVIDEN ................................................................................... 3
C. PENDEKATAN ARUS KAS TERDISKONTO LAINNYA ....................................... 13
D. PENDEKATAN PENGGANDA LABA ...................................................................... 18
E. UKURAN VALUASI RELATIF ................................................................................. 19
BAB III.................................................................................................................................... 24
PENUTUP............................................................................................................................... 24
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 24
B. SARAN ......................................................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saham adalah bagian penting dari pasar modal, investor dan analis berusaha untuk
memahami bagaimana berbagai fitur saham berinteraksi untuk menentukan nilai
intrinsiknya. Nilai saham menentukan apakah investasi cocok untuk portofolio dan apakah
keputusan yang tepat untuk memilih berinvestasi pada saham. Valuasi saham adalah nilai
tunai yang diterima investor di masa mendatang. Valuasi saham dapat dikatakan sebagai
sebuah teknik untuk menentukan nilai wajar atau nilai intrinsik dari sebuah investasi yang
kemudian akan dibandingkan dengan harga pasar yang ditawarkan. Valuasi merupakan
seni dan bukan merupakan ilmu pengetahuan karena valuasi membutuhkan penilaian serta
kemampuan.
Pemahaman mengenai prinsip-prinsip dasar valuasi, meskipun tidak ada jaminan
akan memperoleh keberhasilan, tetapi mampu memberikan manfaat dalam memilih
sekuritas yang menguntungkan setelah melalui analisis yang memadai. Investor perlu
menganalisis dan mengelola kepemilikan ekuitas melalui pendekatan-pendekatan yang
dapat diterapkan dalam melakukan valuasi saham, seperti teknik diskonto arus kas, teknik
valuasi relative, dan harga yang ditargetkan. Seorang investor harus memahami prinsip-
prinsip dasar valuasi saham agar dapat merepresentasikan pendekatan tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud model diskonto arus kas?


2. Apa yang dimaksud model diskonto dividen?
3. Bagaimana pendekatan arus kas terdiskonto lainnya?
4. Apa yang dimaksud pendekatan pengganda laba?
5. Bagaimana teknik valuasi relatif?
6. Pendekatan mana yang efektif untuk digunakan?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui model diskonto arus kas.


2. Mengetahui model diskonto dividen.
3. Memahami pendekatan arus kas terdiskonto lainnya.
4. Mengetahui pendekatan pengganda laba.
5. Memahami teknik valuasi relatif
6. Mengetahui pendekatan yang efektif untuk digunakan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. MODEL DISKONTO ARUS KAS

Metode klasik untuk menghitung perkiraan nilai dari setiap efek adalah model DCE
(discounted cash flow); yang melibatkan analisis nilai sekarang.

Model DCF memperkirakan nilai dari sebuah efek dengan mendiskonto arus kas di masa
depan yang diharapkan kembali ke saat ini dan menambahkan arus kilos telah terdiskonto
tersebut secara bersama-sama.

Perkiraan nilai dari efek sama dengan nilai yang terdiskonto (sekarang) dari aliran arus kas
di masa depan yang diharapkan oleh seorang investor untuk diterima dari efek tersebut,
seperti ditunjukkan dalam persamaan:

Arus kas yang diharapkan


Nilai estimasi V0 = ∑ 1
(1+k)

dimana

k = tingkat suku bunga diskonto yang tepat

Untuk menggunakan model ini, seorang investor harus

1. Memikirkan jumlah dan waktu terjadinya arus kas di masa depan


2. Memperkirakan tingkat suku bunga diskonto yang tepat.
3. Menggunakan dua komponen tersebut dalam model nilai sekarang untuk
memperkirakan nilai intrinsic (intrinsic value) dari efek, yang kami simbolkan
dengan V0, dan kemudian membandingkan V0 dengan nilai pasar efek saat ini.

Dua Pendekatan DCF

Terdapat dua pendekatan yang berbeda terhadap arus kas dan tingkat suku bunga diskonto
dalam valuasi saham.

1. Valuasi ekuitas perusahaan, dengan menggunakan tingkat imbal hasil yang


dipersyaratkan untuk para pemegang saham (biaya modal ekuitas).
2. Valuasi seluruh perusahaan, dengan menggunakan biaya modal rata-rata.

2
Gambar 10-1 mengikhtisarkan proses DCF yang digunakan dalam analisis fundamental.
Gambar 10-1 menekankan faktor-faktor yang digunakan dalam melakukan valuasi atas
saham biasa. Sifat yang pasti dari proses nilai sekarang yang digunakan oleh investor
dalam pasar bergantung pada arus kas apa yang digunakan untuk melakukan valuasi atas
aset.

B. MODEL DISKONTO DIVIDEN

Menerapkan DDM

Seorang investor atau analis yang menggunakan pendekatan ini dengan hati-hati
mempelajari prospek masa depan untuk sebuah perusahaan dan memperkirakan dividen
dividen yang mungkin dibayar. Kemudian, analis mempekirakan tingkat imbal hasil yang
dipersyaratkan yang tepat atau tingkat suku bunga diskonto berdasarkan pada risiko yang
diperkirakan dalam dividen dan berdasarkan alternatif yang tersedia. Terakhir, investor
atau analis mendiskonto seluruh aliran dari perkiraan dividen di masa depan, yang
diidentifikasi dengan cepat mengenai jumlah dan waktu pembayarannya, dan
menambahkan seluruhnya secara bersama-sama. Nilai sekarang yang diperoleh adalah
nilai intrinsik dari saham.

3
Tingkat imbal hasil yang dipersyaratkan (required rate of return-RR) adalah tingkat
imbal hasil minimum yang diharapkan yang diperlukan untuk membujuk seorang investor
untuk membeli saham tertentu, berdasarkan risiko dari saham rersebut. Perhatikan bahwa
tingkat imbal hasil yang diharapkan, dan merupakan tingkat imbal hasil minimum yang
diperlukan untuk terjadinya pembelian.

Persamaan DDM

DDM menyatakan bahwa nilai yang diperkirakan (per lembar) dari sebuah saham hari ini
adalah nilai dari seluruh dividen di masa depan yang didiskontokan.

Perkiraan nilai saham saat ini


𝐷1 𝐷2 𝐷3 𝐷𝑥
V0 = + + +…+
(1+𝑘) (1+𝑘)2 (1+𝑘)3 (1+𝑘)𝑥

𝐷1
= ∑𝑥𝑡=1
(1+𝑘)1

= Model diskonto dividen

dimana

D1, D2,… = dividen yang diharapkan akan diterima di setiap periode di masa depan

k = tingkat imbal hasil yang dipersyaratkan untuk saham ini, yang merupakan
tingkat suku bunga diskonto yang dapat diterapkan untuk sebuah investasi dengan
tingkatan risiko ini (biaya peluang dari sebuah pilihan berisiko lain yang sebanding).

Mengimplementasikan DDM

Dua permasalahan yang muncul bersamaan dengan Persamaan 10-2 adalah sebagai
berikur.

1. Bagian terakhir dalam Persamaan 10-2 menunjukkan bahwa investor berhadapan


denom sesuatu yang tidak terbatas. Mereka harus memvaluasi atas aliran dividen
yang mungkin dibayarkan selamanya karena saham biasa tidak memiliki wakru
jatuh tempo.
2. Aliran dividen tidak pasti:
a. Tidak ada jumlah dividen yang dapat ditentukan, bahkan jika dividen
dibayarkan seluruhnya. Dividen harus diumumkan secara periodik oleh

4
dewan komisaris perusahaan. (Secara teknis, dividen diumumkan setiap
triwulan, tetapi analisis valuasi yang konvensional menggunakan dividen
tahunan.)
b. Dividen untuk sebagian perusahaan diharapkan bertumbuh dari waktu ke
waktu: dengan demikian, para investor biasanya tidak dapat
menyederhanakan Persamaan 10-2 menjadi sebuah perpetuitas seperti dalam
contoh saham preferen.

Memperkirakan Dividen di Masa Depan

Solusi yang umum untuk permasalahan kedua adalah bahwa jumlah dolar dari dividen
diharapkan untuk bertumbuh dari waktu ke waktu, adalah membuat beberapa asumsi
tentang tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan. Artinya, berdasarkan beberapa
jumlah dividen awal, investor atau analis memperkirakan atau memodelkan persentase
tingkat pertumbuhan yang diharapkan dalam aliran dividen di masa depan,
memperhitungkan seluruh dividen dari saat ini sampai waktu yang tidak terhingga. Untuk
melakukan hal ini, dia mengelompokkan setiap saham yang akan divaluasi ke dalam satu
dari tiga kategori yang berdasarkan pada tingkat pertumbuhan yang diharapkan dalam
dividen.

Kasus Tingkat Pertumbuhan untuk DDM

Ada tiga kasus tingkat pertumbuhan:

1. Kasus tingkat pertumbuhan nol (zero growth rate case): Aliran dividen dengan
pertumbuhan nol dihasilkan dari dividen dalam nilai dolar tetap yang sama dengan
dividen saat ini, D0, yang dibayarkan setiap tahun dari sekarang sampai dengan
selamanya.
D0 D0 D0 D0 +⋯+ D0 Aliran dividen
0 1 2 3+⋯+∞ Periode waktu
2. Kasus tingkat pertumbuhan konstan atau normal (constant or normal growth rate
case): Aliran dividen yang tumbuh pada tingkat pertumbuhan yang konstan g, yang
dimulai dengan D0.
D0 D0 (1+𝑔)1 D0 (1+𝑔)2 D0 (1+𝑔)3 +⋯+ (1+𝑔)∞
Aliran dividen
0 1 2 3+⋯+∞ Periode waktu

5
3. Kasus tingkat pertumbuhan berganda (multiple growth rate case): Aliran dividen
yang tumbuh pada tingkat pertumbuhan yang variable, sebagai contoh, g1, untuk
empat tahun pertama dan g2, untuk periode selanjutnya.
D0 𝐷1 = D0 (1+𝑔1 ) D2 = D1 (1+𝑔1 ) 𝐷3 = D2 (1+𝑔1 ) D4 = D3 (1+𝑔1 )
0 1 2 3 4

𝐷5 = D4 (1+𝑔2 )+⋯+𝐷∞ = 𝐷∞−1 (1+𝑔2 ) Aliran dividen


5 +⋯+∞ Periode waktu

Model Tingkat Pertumbuhan Nol

Tingkat pertumbuhan nol mempersamakan dividen dalam nilai dolar tetap (tidak
berubah dari waktu ke waktu). Misalnya sebuah perusahaan membayarkan dividen
sebesar $1,00 per lembar saham dan tidak memiliki rencana untuk mengubah jumlah
dividen tersebut. Tingkat pertumbuhan dividen nol dibuat menjadi sebuah perpetuitas.
Dengan asumsi dividen dalam nilai dolar konstan yang mengimplementasikan tingkat
pertumbuhan nol melalui model persamaan berikut :

D0
V0 = = versi pertumbuhan nol dari model diskonto dividen
k

D0 merupakan jumlah dividen dalam dolar konstan yang diharapkan untuk seluruh
periode waktu di masa depan dan k adalah biaya peluang atau tingkat imbal hasil yang
dipersyaratkan untuk saham biasa tertentu.

Proses pendiskontoan tidak tampak saat formula perpetuitas yang berkaitan


dengan kasus tingkat pertumbuhan dividen nol digunakan. Namun, sangat penting
dalam memahami valuasi saham biasa dengan menggunakan DDM guna mengenali
bahwa semua kasus yang dipertimbangkan investor mendiskonto aliran dividen di masa
depan dari sekarang sampai dengan waktu yang tidak terbatas.

Model Tingkat Pertumbuhan Konstan

Dalam menentukan aliran arus kas dari dividen yang diharapkan kemudian
didiskontokan maka perlu memajemukkan beberapa dividen awal ke masa depan.
Perusahaan berharap bahwa dividen akan bertumbuh dari waktu ke waktu. Semakin
tinggi tingkat pertumbuhan dividen yang digunakan maka semakin besar jumlah
dividen dalam dolar yang dibagikan ke masa depan.

6
Model tingkat pertumbuhan konstan ditunjukkan sebagai persamaan sebagai
berikut :

𝐷0 adalah dividen terkini yang dibayarkan dan bertumbuh pada tingkat


pertumbuhan yang konstan, g adalah tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan,
dan k adalah tingkat suku bunga diskonto yang tepat. Dapat pula menggunakan
persamaan yang telah disederhanakan, yaitu :

D1
𝑉0 = = versi tingkat pertumbuhan dividen konstan model diskonto dividen
k−g

D1 adalah dividen yang diharapkan akan dicatatkan pada akhir tahun 1.


Persamaan tersebut digunakan kapanpun tingkat pertumbuhan dari dividen di masa
depan diharapkan kurang lebihnya konstan. Dalam praktiknya, model ini sering
digunakan karena tidak rumit dan model ini merupakan penjelasan terbaik dari aliran
dividen yang diharapkan untuk sejumlah besar perusahaan, khususnya perusahaan
besar yang stabil dan di banyak kasus dalam pasar pada umumnya.

Model tingkat pertumbuhan konstan dapat dipahami melalui versi pertumbuhan


konstan dari DDM yang memperhitungkan seluruh arus kas di masa depan dari
sekarang sampai waktu yang tidak terbatas. Namun, proses yang melibatkan tingkat
pertumbuhan konstan sampai dengan waktu yang tidak terbatas mengurangi sampai ke
pernyataan yang sangat sederhana, menutupi kenyataan bahwa seluruh dividen dari
sekarang sampai dengan waktu yang tidak terbatas telah dipertimbangkan dan
didiskontokan.

Pertumbuhan dalam harga saham merupakan versi tingkat pertumbuhan konstan


dari DDM yang mengimplikasikan bahwa harga saham untuk setiap periode yang
diperkirakan bertumbuh pada tingkat yang sama dengan dividen, yaitu g. Dengan
mengasumsikan rasio pembayaran dividen (rasio dividen yang dibayarkan terhadap
laba) konstan, model pertumbuhan konstan mengimplikasikan bahwa dividen, laba, dan
harga saham seluruhnya diharapkan bertumbuh pada tingkat pertumbuhan konstan

7
mengimplikasikan bahwa dividen, laba, dan harga saham seluruhnya diharapkan
bertumbuh pada tingkat pertumbuhan yang konstan.

Bagaimana k dan g Mempengaruhi Nilai

Melalui persamaan pertumbuhan konstan, faktor-faktor yang mempengaruhi


perkiraan nilai dari saham biasa dapat ditunjukkan dengan mengasumsikan versi
pertumbuhan konstan dari model diskonto dividen untuk menjadi pendekatan valuasi
yang dapat digunakan.

● Jika pasar menurunkan tingkat imbal hasil yang dipersyaratkan untuk saham,
nilai yang diperkirakan akan naik (hal-hal yang lain tetap sama).
● Jika investor memutuskan bahwa pertumbuhan yang diharapkan dalam dividen
akan menjadi lebih tinggi karena beberapa pengembangan yang disukai untuk
perusahaan, nilai yang diperkirakan juga akan naik (hal-hal yang lain tetap
sama). Kenaikan dalam tingkat suku bunga diskonto atau pengurangan dalam
tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan akan menurunkan nilai yang
diperkirakan.

Keterbatasan dari Model Pertumbuhan Konstan

Salah satu keterbatasan dari DDM adalah model ini tidak kuat, artinya nilai yang
diperkirakan sangat sensitive terhadap masukan pasti yang digunakan. Nilai sekarang
yang dihitung dari persamaan pertama agak sensitif terhadap perkiraan yang digunakan
oleh investor. Pertumbuhan yang relatif kecil dalam masukan pada model pertumbuhan
konstan dapat mengubah nilai yang diperkirakan dari saham dalam jumlah persentase
yang besar.

Penyebab Harga Saham Berfluktuasi

Perbedaan dalam nilai saham yang diperkirakan menjelaskan mengapa harga


saham terus berfluktuasi saat investor membuat keputusan membeli dan menjual. Jika
seluruh investor menggunakan versi pertumbuhan konstan dari model diskonto dividen
untuk memvaluasi sebuah saham biasa tertentu, banyak perkiraan nilai yang berbeda
akan diperoleh karena hal-hal berikut :

● Setiap investor memiliki tingkat imbal hasil yang dipersyaratkan sendiri yang
menghasilkan kisaran nilai k yang sangat luas.

8
● Setiap investor masing-masing memiliki perkiraan tingkat pertumbuhan yang
diharapkan dalam dividen. Meskipun kisaran tersebut akan sempit dalam
banyak situasi valuasi, perbedaan kecil dalam g dapat menghasilkan perbedaan
yang signifikan dalam harga, hal-hal lain dianggap tidak berubah.

Dengan demikian, pada suatu titik tertentu, beberapa investor ingin membeli,
sedangkan investor lainnya ingin menjual, bergantung pada perkiraan atas nilai intrinsik
dari saham.

Model Tingkat Pertumbuhan Berganda

Banyak perusahaan berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang cepat


selama beberapa tahun dan mengalami perlambatan menuju ke tingkat pertumbuhan
“rata-rata”. Pertumbuhan berganda didefinisikan sebagai situasi dimana pertumbuhan
di masa depan yang diharapkan dalam dividen sebuah perusahaan perlu dijelaskan
dengan menggunakan dua atau lebih tingkat pertumbuhan. Meskipun segala jumlah
pertumbuhan pertumbuhan dimungkinkan, sebagian besar saham dapat dijelaskan
dengan menggunakan dua atau tiga tingkat pertumbuhan yang berbeda.

Karakteristik yang membedakan dari situasi pertumbuhan berganda adalah


bahwa sedikitnya ada dua tingkat pertumbuhan yang berbeda, salah satunya
dimungkinkan nol. Sejumlah perusahaan telah mengalami pertumbuhan yang cepat dan
tidak dapat bertahan selamanya. Selama bagian dari kehidupan perusahaan, tingkat
pertumbuhan melebihi tingkat pertumbuhan rata-rata perusahaan di dalam
perekonomian.

Model Tingkat Pertumbuhan Dua-Tahap

Model tingkat pertumbuhan dua-tahap merupakan model tingkat pertumbuhan


berganda yang paling terkenal. Model ini mengasumsikan pertumbuhan dalam tahun-
tahun awal pada tingkat yang sangat cepat untuk beberapa periode (umumnya 2 sampai
10 tahun) yang diikuti dengan tingkat pertumbuhan jangka panjang yang stabil dan
berkelanjutan. Model ini dapat dijelaskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

Keterangan

9
V0 = Nilai saham hari ini yang diperkirakan

D0 = Dividen saat ini

gs = Tingkat pertumbuhan yang supernormal (atau subnormal)

gc = Tingkat pertumbuhan konstan untuk dividen

k = Tingkat imbal hasil yang dipersyaratkan

n = Jumlah periode pertumbuhan supernormal (atau subnormal)

Dn = Dividen pada akhir periode pertumbuhan abnormal

Dari persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa bagian pertama di sisi kanan
mendefinisikan aliran dividen yang meliputi periode-periode n, bertumbuh pada tingkat
pertumbuhan yang tinggi (atau rendah) g, kemudian didiskontokan pada tingkat imbal
hasil yang dipersyaratkan, k. Bagian ini meliputi periode dari tingkat pertumbuhan
supernormal (atau subnormal) adalah saat dividen diharapkan bertumbuh pada tingkat
yang konstan. Setiap dividen perlu diidentifikasi selama pertumbuhan abnormal ini dan
kemudian mendiskontokan kembali ke sekarang dengan menggunakan tingkat imbal
hasil yang dipersyaratkan.

Bagian kedua pada sisi kanan adalah versi pertumbuhan konstan yang
menggunakan dividen yang diharapkan untuk periode berikutnya, n+1, kemudian
membaginya dengan selisih antara k dan g. Namun, perlu diperhatikan nilai yang
diperoleh dari perhitungan adalah nilai dari saham pada awal periode n+1 (akhir
periode n) yang disebut dengan Pn. Nilai tersebut harus didiskontokan kembali ke
periode waktu nol dengan mengalihkan faktor diskonto (nilai sekarang) yang tepat
dalam persamaan dengan mengalihkan 1/(1+k)n. Proses valuasi yang dimaksud, yaitu
V0 : Nilai sekarang dari dividen selama periode dari pertumbuhan yang tidak biasa
berdasarkan pada tingkat pertumbuhan g + Nilai sekarang dari harga akhir (sebuah
fungsi dari seluruh dividen pada tingkat pertumbuhan yang konstan, g).

Bagian kedua dalam persamaan mewakili nilai saham yang diperkirakan


dihasilkan dari model pertumbuhan konstan pada awal periode n+1. Versi pertumbuhan
konstan dari model diskonto dividen digunakan nilai yang diperkirakan pada periode
n+1 yang sama dengan akhir periode n. Oleh sebab itu :

Dn+1
Vn =
k − gc
10
Karena Vn adalah nilai yang diperkirakan dari saham pada akhir periode n (awal
dari periode n+1) maka Vn harus didiskontokan kembali ke sekarang. Saat Vn
ditambahkan ke nilai dari dividen yang didiskontokan dari bagian pertama maka dapat
diketahui nilai perkiraan saham saat ini.

Keterbatasan Tingkat Pertumbuhan Berganda

DDM memiliki beberapa keterbatasan yang terjadi pada model tingkat


pertumbuhan berganda :

● Model sangat sensitive terhadap masukan karena bagian yang besar dari model
ini melibatkan perhitungan tingkat pertumbuhan konstan sehingga mengubah
satu parameter tentu akan berdampak pada perkiraan nilai akhir.
● Menentukan lamanya periode pertumbuhan yang abnormal cukup sulit untuk
dilakukan dalam praktiknya.
● Model yang mengasumsikan perubahan yang segera dari pertumbuhan yang
tidak biasa menjadi pertumbuhan yang konstan, sementara dalam kenyataan
perubahan tidak mungkin terjadi secara cepat.

Dividen-Bagaimana dengan Keuntungan Modal?

Dalam proses pembelajaran awal tentang konsep valuasi, para investor sering
kali terganggu oleh kenyataan bahwa model diskonto dividen hanya berisikan dividen
dan aliran dividen yang tidak terbatas. Meskipun hal tersebut merupakan formulasi
yang benar, banyak investor yakin bahwa (1) mereka tidak akan hidup selamanya dan
(2) mereka benar-benar menginginkan keuntungan modal. Dividen mungkin bagus,
tetapi membeli pada harga yang rendah dan menjual pada harga yang tinggi adalah luar
biasa! Karena begitu banyak investor yang tertarik dengan keuntungan modal, yang
berdasarkan definisi melibatkan selisih antara harga yang dibayarkan untuk sebuah efek
dan harga di mana efek nantinya akan dijual, sebuah model valuasi seharusnya memuat
sebuah harga saham dalam model tersebut. Dengan demikian, dalam menghitung nilai
sekarang untuk sebuah saham, para investor tertarik dalam nilai sekarang dari harga
yang diperkirakan dua tahun dari sekarang, atau enam bulan dari sekarang, atau apapun
periode kepemilikan yang terbatas yang diharapkan. Bagaimana harga dapat
dimasukkan ke dalam valuasi--atau haruskah harga dimasukkan?

Bagaimana Memperhitungkan Keuntungan Modal

11
Oleh karena penyusunan DDM, investor hanya perlu memperhatikan dividen.
Harga yang diharapkan di masa depan dimasukkan ke dalam model diskonto dividen
dalam Persamaan 10-2—hanya saja tidak terlihat. Untuk melihat hal ini, tanyakan diri
Anda pada harga berapakah Anda berharap dapat menjual saham Anda pada suatu titik
di masa depan. Asumsikan, misalnya, bahwa Anda membeli saham hari ini dan
berencana untuk memilikinya selama tiga tahun. Harga yang Anda terima tiga tahun
dari sekarang akan mencerminkan harapan investor atas dividen dividen dari saat itu ke
tahun-tahun setelahnya (pada akhir Tahun 4, 5, dan seterusnya).

Model Diskonto dalam Praktik

Banyak manajer dana dan perusahaan jasa investasi, termasuk sejumlah


perusahaan besar di Wall Street, menggunakan DDM dalam berbagai cara untuk
memperkirakan nilai intrinsik saham. Terlepas dari siapa yang menggunakan DDM,
dan bagaimana model ini digunakan, berbagai perkiraan akan selalu diperlukan. Para
investor harus selalu mengingat ini dalam menggunakan atau mengevaluasi keluaran
(output) dari model tersebut. Namun, hal ini juga berlaku untuk setiap model valuasi
lainnya yang digunakan.

Seluruh model valuasi melibatkan penilaian dan perkiraan karena seluruh model valuasi
berurusan dengan masa depan yang tidak pasti,

Dalam praktik, para investor dapat menggunakan Model Diskonto Dividen


dalam cara yang lain untuk memilih saham. Hal ini dihasilkan dari menyusun ulang
Persamaan 10-5 untuk mencari k, yang kita dapat pikirkan dalam konteks ini sebagai
tingkat imbal hasil yang diharapkan pada sebuah saham (kami akan menggunakan harga
saat ini, P0, bukannya V0).

K=D1/P0+g

Persamaan tersebut menyatakan bahwa tingkat imbal hasil yang diharapkan


pada saham dengan pertumbuhan dividen yang konstan adalah sama dengan yield
dividen ditambah tingkat pertumbuhan yang diharapkan dalam dividen dan harga, g.
Bagian berikutnya dapat dianggap sebagai komponen perubahan harga atau komponen
keuntungan modal. Oleh karena itu, tingkat imbal hasil yang diharapkan investor dari
sebuah saham adalah penjumlahan dari komponen penghasilan dan komponen

12
perubahan harga yang secara bersama-sama merupakan total imbal hasil dari sebuah
saham.

Para investor dapat menggunakan Persamaan 10-9 untuk memperkirakan


tingkat imbal hasil yang diharapkan dari sebuah saham dengan tingkat pertumbuhan
dividen yang konstan, E(R), dan kemudian membandingkan perkiraan tersebut terhadap
tingkat imbal hasil yang dipersyarakan mereka (RR). Ingatlah kembali bahwa tingkat
imbal hasil yang dipersyaratkan untuk saham biasa, atau setiap cfck, didefinisikan
sebagai tingkat imbal hasil minimum yang diharapkan yang diperlukan untuk
membujuk seorang investor untuk membeli saham. tersebut. Dengan kata lain,
berdasarkan resikonya, efek harus menawarkan beberapa imbal hasil minimum yang
diharapkan sebelum seorang investor untuk membelinya.

CAPM, memberikan kepada para investor sebuah metode untuk menghitung


tingkat imbal hasil yang dipersyaratkan untuk saham, industri, atau pasar secara
keseluruhan. Jika imbal hasil yang diharapkan pada saham lebih besar dibandingkan
dengan imbal hasil yang dipersyaratkan untuk saham tersebut, saham akan menjadi
kandidat untuk dibeli karena saham ini dianggap di bawah harga. Secara khusus,

Jika E(R) > RR, beli karena imbal hasil yang diharapkan > imbal hasil yang
dipersyaratkan.

Jika RR > E(R), jangan beli karena imbal hasil yang dipersyaratkan > imbal hasil
yang diharapkan.

C. PENDEKATAN ARUS KAS TERDISKONTO LAINNYA

DDM tentu saja bukan satu-satunya model DCF yang digunakan oleh investor dan
analis. Model DCF lainnya juga digunakan dan dipromosikan. Bagaimanapun juga,
seluruhnya menggunakan konsep dasar yang sama-perkiraan dari arus kas di masa depan
yang didiskontokan kembali ke hari ini dengan menggunakan tingkat suku bunga diskonto
untuk mencerminkan nilai waktu dari uang dan risiko yang terlibat. Seperti yang
disebutkan di awal pembahasan ini, perbedaan utamanya adalah arus kas (ke ekuitas atau
ke perusahaan) yang didiskontokan dan tingkat suku bunga diskonto yang digunakan

13
(tingkat imbal hasil yang dipersyaratkan atau biaya modal rata-rata tertimbang). Kami
akan membahas keduanya.

Arus Kas Bebas terhadap Ekuitas

Model DCF yang melibatkan arus kas ke ekuitas disebut dengan model Arus Kas
Bebas ke Ekuitas (Free Cash Flow to Equity FCFE). Model ini berbeda dengan DDM yang
dibahas diatas dalam hal FCFE mengukur apa yang sebuah perusahaan dapat dibayarkan
sebagai dividen, bukan apa yang sebenarnya mereka bayar. Dividen terkadang lebih tinggi
dari FCFE dan pada waktu yang lain lebih rendah. Perhatikan bahwa variabel FCFE
ditempatkan pada basis per lembar saham.

Definisi Arus Kas Bebas Ke Ekuitas

Arus Kas Bebas ke Ekuins (FCFE), didefinisikan sebagai arus kas yang tersisa setelah
pembayaran bunga dan pokok pada utang telah dilakukan dan belanja modal (untuk
memelihara aset yang ada dan menyediakan aset-aset baru yang diperlukan untuk
pertumbuhan). FCFE dapat dihitung sebagai berikut.

FCFE = Laba neto + penyusutan – pembayaran utang belanja modal – perubahan modal
kerja + penerbitan utang baru

Menerapkan model

Untuk menerapkan model ini bagi sebuah perusahaan yang memiliki arus kas yang
bertumbuh pada tingkat yang stabil, seorang analis atau investor dapat menerapkan format
pertumbuhan konstan yang dibalas dengan DDM. Hal ini menghasilkan persamaan
berikut.

V0 =FCFE yang diharapkan/ k – g

di mana g adalah tingkat pertumbuhan konstan yang diharapkan dalam FCFE untuk sebuah
perusahaan dan k adalah biaya modal ekuitas untuk sebuah perusahaan. Model arus kas
bebas ini adalah pilihan selain DDM. Model ini dapat memberikan nilai yang diperkirakan
yang mirip dengan yang dihasilkan oleh DDM, atau dapat memberikan perkiraan yang
berbeda. Salah satu contoh perbedaan yang dapat terjadi adalah jika perusahaan

14
membayarkan dividen dalam jumlah yang lebih besar dari arus kas bebas. Perusahaan
harus mendanai dividen tersebut dari modal eksternal, yang dapat memiliki konsekuensi
yang signifikan untuk valuasi saham.

Arus Kas Bebas terhadap Perusahaan

Arus kas bebas ke perusahaan (FCFF) mirip dengan definisi FCFE. Perbedaan
utamanya muncul dari penggunaan pembiayaan utang, termasuk pembayaran kembali
utang yang ada, dan pembayaran bunga atas utang, serta penerbitan utang baru. Dividen
saham preferen mungkin juga perlu untuk diperhitungkan.

Arus Kas Bebas ke Perusahaan (FCFF) dimulakan dengan FCFE dan dapat didefinisikan
sebagai.

FCFF = FCFE + beban bunga (1 – tarif pajak) + pembayaran pokok utang – penerbitan
utang baru – dividen saham preferen

Seperti disebutkan, model DCF yang menggunakan FCFF memakai biaya modal
rata-rata tertimbang sebagai tingkat diskonto. Oleh karena itu, untuk perusahaan dengan
pertumbuhan yang konstan, gunakan FCFF dalam pembilang, biaya modal rata-rata
tertimbang sebagai tingkat diskonto, dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan dalam
FCFF sebagai g.

Menerapkan Model

Perincian dari model ini dapat menjadi membosankan. Daripada


mengembangkannya, mari kita perhatikan contoh dari model ini dalam praktik. Seperti
disebutkan dalam Bab 3, Morningstar adalah penyedia informasi reksa dana yang terkenal.
Namun, Morningstar juga menyediakan analisis dari saham individual dengan
menggunakan sebuah pendekatan valuasi berdasarkan pada teknik DCF. Metodologi
Morningstar adalah sebagai berikut :

1. Proyeksikan arus kas yang diharapkan, perhitungkan beberapa faktor, seperti posisi relatif
perusahaan dibandingkan dengan para pesaingnya, prospek pertumbuhan, manajemen, dan
daya tarik dari industri perusahaan.
2. Diskontokan arus kas yang diperkirakan tersebut kembali ke saat ini dengan menggunakan
perkiraan dari biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan (dan memperhitungkan faktor-

15
faktor, seperti risiko perusahaan dan seberapa banyak utang dan ekuitas yang dimiliki
perusahaan).
3. Sesuaikan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan untuk memperhitungkan utang,
kas, dan aset-aset dan liabilitas perusahaan yang tidak tercatat dalam laporan posisi
keuangan.
4. Bagi hasilnya dengan jumlah saham beredar yang terdilusi, yang menghasilkan perkiraan
nilai wajar per saham.

Mengakui bahwa setiap proses seperti ini mengandung berbagai kesalahan,


Morningstar merekomendasikan sebuah saham untuk dibeli hanya jika harga pasar saat ini
di bawah perkiraan nilai wajar sebesar persentase tertentu (sering kali 20 persen) untuk
memperhitungkan ketidakpastian.

Para penyedia jasa penasihat terkenal lainnya juga menggunakan metode DCF,
untuk melengkapi model-model yang lain. Sebagai contoh, Standard & Poor's Outlook
terkadang menggunakan model arus kas bebas terdiskonto sebagai bagian dari valuasinya
atas perusahaan individual.

Nilai Intrinsik dan Harga Pasar

Tujuan akhir dari teknik DCF adalah perkiraan dari nilai intrinsik. Apakah arti dari
nilai intrinsik? Sekali lagi, nilai intrinsik hanya merupakan nilai saham yang diperkirakan
pada hari ini, diperoleh dari memperkirakan dan mendiskontokan arus kas di masa depan
untuk sebuah saham. Bagaimana nilai intrinsik digunakan? Para investor dan analis
menentukan hubungan antara nilai intrinsik (yang kita sebut dengan V) dari aset dan harga
pasar aset tersebut saat ini, CMP

Secara khusus.

Jika V0 > CMP, harga aset kemurahan dan harus dibeli atau disimpan jika memiliki.

Jika V0 < CMP, harga aset kemahalan dan harus dihindari, dijual jika memiliki, atau
mungkin dilakukan short selling.

Jika V0 = CMP, hal ini menyiratkan ekuilibrium, yaitu aset telah divaluasi dengan tepat.

16
Analisis efek sejak dahulu dianggap sebagai pencarian untuk saham yang dinilai di
bawah atau di atas harga. Untuk melakukan hal tersebut, seseorang dapat menghitung nilai
perkiraan atau intrinsik dari saham dan membandingkannya dengan nilai pasar dari saham.
Sebagian besar investor meyakini bahwa saham tidak selalu memiliki harga pada nilai
intrinsiknya sehingga memberikan peluang untuk membeli atau menjual.

Menggunakan Nilai Intrinsik

Ingat selalu bahwa proses valuasi merupakan sebuah seni dan bukan ilmu
pengetahuan--proses valuasi tidak akan pernah menjadi proses yang pada karena
melibatkan perkiraan tentang masa depan.

Ketika seorang investor menghitung nilai intrinsik, nilai ini adalah sebuah perkiraan tidak
kurang dan tidak lebih. Selalu terdapat kesalahan.

Cara yang cerdas untuk mengambil keputusan investasi dengan menggunakan nilai
intrinsik ada dengan mendasarkan keputusan tersebut pada perbedaan yang signifikan
dalam harga saat ini dengan nilai yang diperkirakan (dihitung). Jika Anda memperkirakan
nilai saham Cisco sebesar $20 per lembar dan dijual pada harga pasar $19 atau $21,50,
maka tidak terlalu menjadi masalah. Namun, jika Anda melakukan analisis dengan cermat
dan Anda memperkirakan nilai intrinsik saham Cisco sebesar $20 saat dijual pada harga
pasar $10, Anda harus membelinya karena saham ini terlalu murah. Hal yang serupa, jika
analisis Anda menunjukkan nilai intrinsik untuk Cisco sebesar $14 saat saham Cisco saat
ini dijual pada harga $22, Anda harus menghindarinya, dan mungkin melakukan short
selling atas saham Cisco.

Dalam praktik sehari-hari yang sebenarnya, beberapa analis menggunakan aturan 15


persen dalam mengakui adanya kenyataan bahwa perkiraan dari nilai efek bukanlah proses
yang pasti. Dengan demikian, jika harga pasar saat ini tidak sebesar 15 persen atau lebih
pada kedua sisi dari nilai perkiraan, tidak perlu ada tindakan yang diambil.

Seperti dibahas dalam Bab 1, ketidakpastian akan selalu menjadi faktor yang dominan
dari lingkungan tempat keputusan investasi diambil. Kemudian, faktor-faktor lainnya juga
berperan, termasuk kondisi psikologi pasar. Dengan meningkatnya penggunaan Internet,
serta para investor saling berinteraksi di Internet, informasi, termasuk yang salah atau
menyesatkan, dapat menyebar secara cepat sehingga harga-harga akan terpengaruh.

17
D. PENDEKATAN PENGGANDA LABA

Sebagian besar analis dan para investor yang berpengetahuan mengakui asas yang
mendasari dan sifat intuitif dari teknik-teknik DCF, tetapi mereka juga mengakui
kesulitan dalam menggunakan model-model tersebut dalam prakteknya. Perbedaan yang
kecil dalam masuk menghasilkan perbedaan yang besar dalam perkiraan dari nilai
intrinsik, yang kemudian dapat dengan mudah menyebabkan kesalahan dalam
menentukan jika saham harganya di kwah atau di atas nilai. Hal ini mengarahkan investor
dan analis ke pendekatan alternatif pada valuasi saham seperti model pengganda laba dan
valuasi relatif.

Para analis sangat nyaman membicarakan tentang variabel seperti laba p per saham (EPS)
dan rasio P/E dan bagaimana laporan mereka sering disusun. Tentu saja rasio P/E adalah
salah satu yang paling sering disebut secara luas dan variabel yang sering dibahas
berkaitan dengan saham biasa dan umumnya muncul dalam beberapa bentuk dalam setiap
laporan dari analis atau jasa penasihat investasi.

Sesuai dengan definisi, rasio P/E hanya merupakan berapa kali para investor menilai laba,
seperti dinyatakan dalam harga saham. Misalnya, harga sebuah saham adalah $100,
dengan laba per saham 12 bulan terakhir adalah $5, dikatakan dijual untuk kelipatan 20
ali dari laba 12 bulan terakhir (TTM). Sebaliknya, jika saham lainnya memiliki laba per
saham sebesar $2,50 dan dijual pada harga $100, para investor akan memvaluasi saham
40 kali dari laba 12 bulan terakhir.

Rasio P/E yang biasanya dilaporkan setiap hari hanya merupakan denies the seas definisi)
yang dihitung dengan membagi harga pasar saham saat ini dengan laba per saham 12
bulan terakhir. Dengan demikian, rasio P/E hanya menjelaskan kepada inor tentang harga
yang saat ini dibayarkan unik siap $1 laba per saham 12 bulan terakhir.

Benar menurut definisi bahwa


𝑃0 = Harga saham terkini = 𝐸0 (𝑃0 /𝐸0 )

P₁ = Harga saham terkini = E(P/E)

di mana

𝑃0 harga saham terkini

𝐸0 laba per: saham 12 bulan terakhir

18
Perlu ditekankan:

Harga saham adalah hasil dari dua variabel saat menggunakan jenis pendekatan ini.

1. Laba per saham (EPS).

2. Pengganda P/E.

Persamaan 10-12 menjelaskan kepada kita apa yang benar menurut definisi, tetapi tidak
terlalu bermanfaat untuk memvaluasi saham. Namun, kita dapat meramalkan laba per
saham tahun depan dan menerapkan rasio P/E yang tepat pada angka laba per saham
tersebut untuk memperoleh nilai perkiraan atau intrinsik. Asumsikan bahwa kita sedang
membicarakan tentang saham yang memiliki tingkat pertumbuhan yang konstan. Laba per
saham yang diharapkan, E,, dapat diperoleh dengan menggunakan laba per saham tahun
ini, E., dan memajemukkannya untuk saru periode dengan tingkat pertumbuhan yang
diharapkan, g

𝐸1 = 𝐸0 ( 1+g )

dari Alternatifnya, investor dapat memperoleh perkiraan tentang laba per saham tahun
depan para analis efek dan jasa penasihat investasi seperti The Value Line Investment
Survey atau Standard & Poor's Outlook.

Menggandakan perkiraaan laba per yang tepat untuk memperoleh perkiraan harga, yang
kita sebut dengan P saham dengan apa yang dianggap sebagai rasio P/E

E. UKURAN VALUASI RELATIF

Investor dapat menggunakan kelipatan harga untuk melakukan analisis komparatif saham
sebagai panduan pemilihan saham. Penilaian relatif ini melibatkan analisis rekan-rekan
perusahaan sebagai panduan untuk mencoba menentukan saham yang mungkin dinilai
terlalu rendah tanpa harus mengatakan berapa nilai saham itu atau berapa banyak yang
dinilai terlalu rendah. Daya tarik pendekatan penilaian relatif didukung oleh
penggunaannya yang luas dalam menilai nilai aset lain seperti real estat. Melakukan
analisis komparatif yang tepat di seluruh perusahaan mengharuskan investor untuk fokus
pada perusahaan yang beroperasi di sekitar lini bisnis yang sama. Hal ini terutama benar
ketika menggunakan kelipatan yang tidak didasarkan pada fundamental perusahaan
bottom-line. Misalnya, tidak masuk akal untuk membandingkan rasio P/S Walmart, yang
pada akhir 2014 adalah 0,56, dengan P/S Intel yang 3,16. Mengingat struktur operasi yang

19
berbeda dari kedua perusahaan, perbandingan tersebut tidak valid. Metrik nilai relatif
sering diterapkan pada masing-masing perusahaan; namun, mereka juga dapat digunakan
untuk menilai industri, sektor, dan seluruh pasar.

Rasio Harga terhadap Laba

Sebagian besar investor secara intuitif menyadari bahwa rasio P/E harus lebih tinggi untuk
perusahaan yang pendapatannya diharapkan tumbuh pesat. Namun, seberapa tinggi
bukanlah pertanyaan yang mudah untuk dijawab. Selanjutnya, tingkat pertumbuhan yang
tinggi mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda, beberapa di antaranya lebih
diinginkan daripada yang lain. Misalnya, pertumbuhan pendapatan yang cepat karena
permintaan yang kuat untuk produk perusahaan lebih disukai daripada pertumbuhan
pendapatan karena situasi pajak yang menguntungkan sementara atau prosedur akuntansi
liberal. Rasio P/E biasanya digunakan untuk membandingkan perusahaan dalam industri
yang sama atau rasio P/E perusahaan saat ini dengan rasio P/E sebelumnya. Perhatikan
bahwa sementara rasio P/E untuk perusahaan yang sebanding dapat dievaluasi, perusahaan
di industri yang berbeda diharapkan memiliki rasio P/E yang berbeda hanya karena
perbedaan dalam struktur operasi dan keuangan mereka. Sebagai contoh, jika beberapa
perusahaan dalam industri yang sama menjual dengan P/E rata-rata 15, perusahaan lain
(Perusahaan A) dalam kelompok ini mungkin diberi P/E 15; namun, jika Perusahaan A
dianggap lebih unggul dalam hal pertumbuhan yang diharapkan, P/E 16 atau 18 dapat
diterapkan. Ini berarti bahwa penilaian penilaian relatif, atau penilaian komparatif, sedang
dibuat. Sebaliknya, membandingkan Perusahaan A dengan perusahaan di industri lain
yang memiliki rasio P/E rata-rata 10 akan menawarkan wawasan yang relatif sedikit.
Sebagai proposisi umum, semakin tinggi rasio P/E, semakin besar ekspektasi pasar tentang
pertumbuhan pendapatan di masa depan. Namun, pasar akan menilai tingkat risiko yang
terlibat dalam pertumbuhan pendapatan masa depan yang diharapkan. Rata-rata P/E jangka
panjang untuk saham S&P 500 adalah sekitar 16. Saham yang memiliki rasio P/E yang
sangat tinggi, seperti 50 atau lebih, sangat rentan terhadap kekecewaan pasar tentang
pendapatan. Jika investor kehilangan kepercayaan dalam ekspektasi mereka tentang
pertumbuhan pendapatan masa depan yang kuat dari saham, harga bisa turun dengan
sangat cepat.

Rasio Harga terhadap Nilai Buku

20
Kelipatan P/B adalah satu-satunya relatif harga yang memiliki variabel neraca dalam
penyebut, nilai buku ekuitas. Karena nilai buku ekuitas relatif stabil, rasionya cenderung
tidak terlalu fluktuatif dibandingkan dengan kelipatan lainnya. Seperti semua metrik nilai
relatif, untuk digunakan secara paling efektif, P/B perusahaan harus dibandingkan dengan
nilai rata-ratanya dari waktu ke waktu, dan/atau P/B pesaingnya, dan/atau P/B rata-rata
industri. Semua sama, rasio P/B yang lebih tinggi menunjukkan optimisme investor yang
lebih besar tentang prospek perusahaan, yang merupakan interpretasi yang sama yang
diterapkan untuk semua kelipatan. Investor jelas perlu berhati-hati ketika menafsirkan
rasio ini, seperti semua rasio penilaian. seperti pabrik dan peralatan. Namun, untuk
perusahaan dengan "kekayaan intelektual" yang signifikan seperti penelitian dan
pengembangan, cenderung memiliki masalah. Karena nilai loyalitas merek dan pengakuan
merek tidak diakui secara eksplisit di neraca, rasio tersebut juga menghadirkan masalah
bagi perusahaan semacam itu. Akhirnya, rasio juga dianggap relatif informatif bila
diterapkan pada perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan aset yang relatif likuid
tinggi, seperti perusahaan keuangan.

Rasio Harga Saham terhadap Penjualan

James O'Shaughnessy memberikan penekanan baru pada rasio P/S, menemukan bahwa
rasio P/S mengungguli kelipatan lainnya dalam menjelaskan pengembalian saham di masa
depan, seperti rasio P/ E. O'Shaughnessy menemukan, bagaimanapun, bahwa portofolio
yang dipilih pada beberapa kriteria mengungguli portofolio yang dipilih hanya pada satu
kriteria (seperti rasio P/S rendah). Buku Damodaran tentang Valuasi: Analisis Keamanan
untuk Investasi dan Keuangan Perusahaan (2006) mengidentifikasi P/S, P/E, dan
EV/EBITDA sebagai kerabat harga yang paling umum digunakan oleh para profesional
penilaian. Penting untuk menginterpretasikan rasio P/S dalam batas-batas industri.
Misalnya, pengecer cenderung memiliki rasio P/S yang rendah karena marginnya yang
rendah, sedangkan perusahaan bioteknologi cenderung memiliki rasio P/S yang tinggi.
Karena rasio P/S didasarkan pada ukuran lini atas (penjualan), rasio ini sering dianjurkan
ketika membuat perbandingan antar perusahaan yang beroperasi di industri yang sama.
Secara umum, perbedaan dalam standar akuntansi memiliki dampak yang lebih kecil pada
tindakan top-line relatif terhadap tindakan bottom-line (misalnya, EPS).

Analisis Nilai Tambah Ekonomi

21
Teknik alternatif untuk mengevaluasi stok adalah dengan menghitung nilai tambah
ekonomi atau EVA™. Akibatnya, ukuran ini menunjukkan jumlah di mana laba operasi
perusahaan melebihi total biaya modalnya. Jika perbedaan ini positif, perusahaan tersebut
menambah nilai. Penciptanya menyebut variabel ini "ukuran profitabilitas perusahaan
yang sebenarnya." Beberapa reksa dana sekarang menggunakan analisis EVA™ sebagai
alat utama untuk memilih saham untuk dana tersebut. Salah satu rekomendasi bagi investor
yang tertarik dengan pendekatan ini adalah mencari perusahaan yang menghasilkan tingkat
pengembalian modal yang relatif tinggi.

B. Pendekatan Mana yang Digunakan

Secara teori, pendekatan DCF logis dan didukung oleh prinsip keuangan yang sehat.
Secara konseptual, perkiraan terbaik dari nilai saat ini dari saham biasa perusahaan adalah
nilai sekarang dari arus kas (perkiraan) yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Namun,
beberapa analis dan investor berpendapat bahwa tidak ada yang dapat meramalkan dividen
atau arus kas ke masa depan yang jauh dengan sangat akurat. Secara teknis, model DCF
meminta perkiraan semua dividen/arus kas dari sekarang hingga tak terbatas, yang
merupakan tugas yang mustahil. Namun, seperti yang kita pelajari, ketidakterbatasan
bukanlah masalah, dan dividen/arus kas masa depan dapat dimodelkan berdasarkan tingkat
pertumbuhan yang diharapkan.

Karena kemudahan penerapan dan interpretasinya, teknik yang mengandalkan kelipatan


harga sangat populer dalam analisis penilaian. Berbeda dengan pendekatan DCF, teknik
ini dapat diterapkan pada sejumlah besar perusahaan dalam waktu yang cukup singkat.
Selain itu, pendekatan harga berganda memiliki daya tarik yang luas karena digunakan
secara luas untuk menilai jenis aset lainnya. Misalnya, "pendekatan yang dapat
dibandingkan" untuk penilaian real estat bergantung pada penetapan harga properti
berdasarkan perbandingan harga yang dibayarkan untuk sampel properti yang sebanding.
Pemilik rumah secara rutin menilai nilai rumah mereka berdasarkan pendekatan ini.

Terlepas dari pendekatan penilaian yang digunakan, penting untuk diingat bahwa
pendekatan tersebut memiliki kesalahan karena bergantung pada masa depan yang tidak
pasti. Tidak peduli siapa yang melakukan analisis, atau bagaimana melakukannya,
kesalahan akan dibuat. Untuk meningkatkan kekokohan dan akurasi analisis penilaian,
investor harus menerapkan lebih dari satu pendekatan penilaian. Jika pendekatan yang
berbeda menghasilkan estimasi yang sebanding dari nilai intrinsik saham, investor

22
mencapai beberapa jaminan bahwa estimasi tersebut valid. Investor dapat melanjutkan
transaksi dengan lebih percaya diri. Sebaliknya, jika perkiraan yang sangat berbeda untuk
nilai intrinsik saham dihasilkan oleh pendekatan alternatif, investor harus menilai kembali
input model dan membuat penyesuaian sampai perbedaan penilaian dapat dijelaskan. Saat
mengestimasi nilai intrinsik sekuritas, investor harus mengandalkan lebih dari satu
pendekatan penilaian.

23
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Valuasi saham bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Penilaian harus
dibuat dan variabel harus diperkirakan dengan cermat. Dua pendekatan utama untuk
menganalisis dan memilih saham biasa adalah analisis fundamental dan analisis teknis.
Analisis fundamental berusaha untuk memperkirakan nilai intrinsik saham yang
merupakan fungsi pengembalian dan risiko yang diharapkan. Teknik arus kas yang
didiskontokan merupakan bagian dari analisis fundamental yang mencoba memperkirakan
nilai saham saat ini (nilai intrinsik) menggunakan analisis nilai sekarang. Aliran dividen
masa depan yang akan diterima dari saham biasa didiskontokan kembali ke masa sekarang
pada tingkat diskonto yang sesuai (pendapatan investor).

Jika tidak ada pertumbuhan yang diharapkan, model diskon dividen dapat
mengurangi. Jika ada dua atau lebih tingkat pertumbuhan diharapkan, model pertumbuhan
ganda harus digunakan dimana aliran dividen masa depan diidentifikasi rasio sebelum
didiskontokan. Model diskonto dividen sensitif terhadap perkiraan variabel yang
digunakan di dalamnya. Oleh sebab itu, investor akan menghitung harga yang berbeda
untuk saham yang sama dengan menggunakan model yang identik. Tujuan akhir dari
teknik arus kas yang didiskontokan adalah estimasi nilai intrinsik. Nilai intrinsik
dibandingkan dengan harga pasar saat ini untuk melakukan pembelian atau pengambilan
keputusan.

B. SARAN

Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun mengenai pembahasan di atas,
sehingga nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi bagi kami dalam pembuatan makalah di
masa yang akan datang.

24
DAFTAR PUSTAKA

Jones, Charles P. Investments : Analysis and Management, 12th Edition. John Wiley and Sons,
Inc, USA

25

Anda mungkin juga menyukai