Dosen Pengampu :
YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Teori Portofolio dan
Investasi di program studi Manajemen. Semoga makalah ini bisa dipergunakan sebagai salah
satu media pembelajaran dan menambah wawasan mengenai “Valuasi Saham Biasa untuk
Seluruh Investor”.
Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu
mata kuliah Teori Portofolio dan Investasi, Bapak Dr. C. Ambar Pujiharjanto, M.E. yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses perkuliahan mata kuliah ini.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saham adalah bagian penting dari pasar modal, investor dan analis berusaha untuk
memahami bagaimana berbagai fitur saham berinteraksi untuk menentukan nilai
intrinsiknya. Nilai saham menentukan apakah investasi cocok untuk portofolio dan apakah
keputusan yang tepat untuk memilih berinvestasi pada saham. Valuasi saham adalah nilai
tunai yang diterima investor di masa mendatang. Valuasi saham dapat dikatakan sebagai
sebuah teknik untuk menentukan nilai wajar atau nilai intrinsik dari sebuah investasi yang
kemudian akan dibandingkan dengan harga pasar yang ditawarkan. Valuasi merupakan
seni dan bukan merupakan ilmu pengetahuan karena valuasi membutuhkan penilaian serta
kemampuan.
Pemahaman mengenai prinsip-prinsip dasar valuasi, meskipun tidak ada jaminan
akan memperoleh keberhasilan, tetapi mampu memberikan manfaat dalam memilih
sekuritas yang menguntungkan setelah melalui analisis yang memadai. Investor perlu
menganalisis dan mengelola kepemilikan ekuitas melalui pendekatan-pendekatan yang
dapat diterapkan dalam melakukan valuasi saham, seperti teknik diskonto arus kas, teknik
valuasi relative, dan harga yang ditargetkan. Seorang investor harus memahami prinsip-
prinsip dasar valuasi saham agar dapat merepresentasikan pendekatan tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Metode klasik untuk menghitung perkiraan nilai dari setiap efek adalah model DCE
(discounted cash flow); yang melibatkan analisis nilai sekarang.
Model DCF memperkirakan nilai dari sebuah efek dengan mendiskonto arus kas di masa
depan yang diharapkan kembali ke saat ini dan menambahkan arus kilos telah terdiskonto
tersebut secara bersama-sama.
Perkiraan nilai dari efek sama dengan nilai yang terdiskonto (sekarang) dari aliran arus kas
di masa depan yang diharapkan oleh seorang investor untuk diterima dari efek tersebut,
seperti ditunjukkan dalam persamaan:
dimana
Terdapat dua pendekatan yang berbeda terhadap arus kas dan tingkat suku bunga diskonto
dalam valuasi saham.
2
Gambar 10-1 mengikhtisarkan proses DCF yang digunakan dalam analisis fundamental.
Gambar 10-1 menekankan faktor-faktor yang digunakan dalam melakukan valuasi atas
saham biasa. Sifat yang pasti dari proses nilai sekarang yang digunakan oleh investor
dalam pasar bergantung pada arus kas apa yang digunakan untuk melakukan valuasi atas
aset.
Menerapkan DDM
Seorang investor atau analis yang menggunakan pendekatan ini dengan hati-hati
mempelajari prospek masa depan untuk sebuah perusahaan dan memperkirakan dividen
dividen yang mungkin dibayar. Kemudian, analis mempekirakan tingkat imbal hasil yang
dipersyaratkan yang tepat atau tingkat suku bunga diskonto berdasarkan pada risiko yang
diperkirakan dalam dividen dan berdasarkan alternatif yang tersedia. Terakhir, investor
atau analis mendiskonto seluruh aliran dari perkiraan dividen di masa depan, yang
diidentifikasi dengan cepat mengenai jumlah dan waktu pembayarannya, dan
menambahkan seluruhnya secara bersama-sama. Nilai sekarang yang diperoleh adalah
nilai intrinsik dari saham.
3
Tingkat imbal hasil yang dipersyaratkan (required rate of return-RR) adalah tingkat
imbal hasil minimum yang diharapkan yang diperlukan untuk membujuk seorang investor
untuk membeli saham tertentu, berdasarkan risiko dari saham rersebut. Perhatikan bahwa
tingkat imbal hasil yang diharapkan, dan merupakan tingkat imbal hasil minimum yang
diperlukan untuk terjadinya pembelian.
Persamaan DDM
DDM menyatakan bahwa nilai yang diperkirakan (per lembar) dari sebuah saham hari ini
adalah nilai dari seluruh dividen di masa depan yang didiskontokan.
𝐷1
= ∑𝑥𝑡=1
(1+𝑘)1
dimana
D1, D2,… = dividen yang diharapkan akan diterima di setiap periode di masa depan
k = tingkat imbal hasil yang dipersyaratkan untuk saham ini, yang merupakan
tingkat suku bunga diskonto yang dapat diterapkan untuk sebuah investasi dengan
tingkatan risiko ini (biaya peluang dari sebuah pilihan berisiko lain yang sebanding).
Mengimplementasikan DDM
Dua permasalahan yang muncul bersamaan dengan Persamaan 10-2 adalah sebagai
berikur.
4
dewan komisaris perusahaan. (Secara teknis, dividen diumumkan setiap
triwulan, tetapi analisis valuasi yang konvensional menggunakan dividen
tahunan.)
b. Dividen untuk sebagian perusahaan diharapkan bertumbuh dari waktu ke
waktu: dengan demikian, para investor biasanya tidak dapat
menyederhanakan Persamaan 10-2 menjadi sebuah perpetuitas seperti dalam
contoh saham preferen.
Solusi yang umum untuk permasalahan kedua adalah bahwa jumlah dolar dari dividen
diharapkan untuk bertumbuh dari waktu ke waktu, adalah membuat beberapa asumsi
tentang tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan. Artinya, berdasarkan beberapa
jumlah dividen awal, investor atau analis memperkirakan atau memodelkan persentase
tingkat pertumbuhan yang diharapkan dalam aliran dividen di masa depan,
memperhitungkan seluruh dividen dari saat ini sampai waktu yang tidak terhingga. Untuk
melakukan hal ini, dia mengelompokkan setiap saham yang akan divaluasi ke dalam satu
dari tiga kategori yang berdasarkan pada tingkat pertumbuhan yang diharapkan dalam
dividen.
1. Kasus tingkat pertumbuhan nol (zero growth rate case): Aliran dividen dengan
pertumbuhan nol dihasilkan dari dividen dalam nilai dolar tetap yang sama dengan
dividen saat ini, D0, yang dibayarkan setiap tahun dari sekarang sampai dengan
selamanya.
D0 D0 D0 D0 +⋯+ D0 Aliran dividen
0 1 2 3+⋯+∞ Periode waktu
2. Kasus tingkat pertumbuhan konstan atau normal (constant or normal growth rate
case): Aliran dividen yang tumbuh pada tingkat pertumbuhan yang konstan g, yang
dimulai dengan D0.
D0 D0 (1+𝑔)1 D0 (1+𝑔)2 D0 (1+𝑔)3 +⋯+ (1+𝑔)∞
Aliran dividen
0 1 2 3+⋯+∞ Periode waktu
5
3. Kasus tingkat pertumbuhan berganda (multiple growth rate case): Aliran dividen
yang tumbuh pada tingkat pertumbuhan yang variable, sebagai contoh, g1, untuk
empat tahun pertama dan g2, untuk periode selanjutnya.
D0 𝐷1 = D0 (1+𝑔1 ) D2 = D1 (1+𝑔1 ) 𝐷3 = D2 (1+𝑔1 ) D4 = D3 (1+𝑔1 )
0 1 2 3 4
Tingkat pertumbuhan nol mempersamakan dividen dalam nilai dolar tetap (tidak
berubah dari waktu ke waktu). Misalnya sebuah perusahaan membayarkan dividen
sebesar $1,00 per lembar saham dan tidak memiliki rencana untuk mengubah jumlah
dividen tersebut. Tingkat pertumbuhan dividen nol dibuat menjadi sebuah perpetuitas.
Dengan asumsi dividen dalam nilai dolar konstan yang mengimplementasikan tingkat
pertumbuhan nol melalui model persamaan berikut :
D0
V0 = = versi pertumbuhan nol dari model diskonto dividen
k
D0 merupakan jumlah dividen dalam dolar konstan yang diharapkan untuk seluruh
periode waktu di masa depan dan k adalah biaya peluang atau tingkat imbal hasil yang
dipersyaratkan untuk saham biasa tertentu.
Dalam menentukan aliran arus kas dari dividen yang diharapkan kemudian
didiskontokan maka perlu memajemukkan beberapa dividen awal ke masa depan.
Perusahaan berharap bahwa dividen akan bertumbuh dari waktu ke waktu. Semakin
tinggi tingkat pertumbuhan dividen yang digunakan maka semakin besar jumlah
dividen dalam dolar yang dibagikan ke masa depan.
6
Model tingkat pertumbuhan konstan ditunjukkan sebagai persamaan sebagai
berikut :
D1
𝑉0 = = versi tingkat pertumbuhan dividen konstan model diskonto dividen
k−g
7
mengimplikasikan bahwa dividen, laba, dan harga saham seluruhnya diharapkan
bertumbuh pada tingkat pertumbuhan yang konstan.
● Jika pasar menurunkan tingkat imbal hasil yang dipersyaratkan untuk saham,
nilai yang diperkirakan akan naik (hal-hal yang lain tetap sama).
● Jika investor memutuskan bahwa pertumbuhan yang diharapkan dalam dividen
akan menjadi lebih tinggi karena beberapa pengembangan yang disukai untuk
perusahaan, nilai yang diperkirakan juga akan naik (hal-hal yang lain tetap
sama). Kenaikan dalam tingkat suku bunga diskonto atau pengurangan dalam
tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan akan menurunkan nilai yang
diperkirakan.
Salah satu keterbatasan dari DDM adalah model ini tidak kuat, artinya nilai yang
diperkirakan sangat sensitive terhadap masukan pasti yang digunakan. Nilai sekarang
yang dihitung dari persamaan pertama agak sensitif terhadap perkiraan yang digunakan
oleh investor. Pertumbuhan yang relatif kecil dalam masukan pada model pertumbuhan
konstan dapat mengubah nilai yang diperkirakan dari saham dalam jumlah persentase
yang besar.
● Setiap investor memiliki tingkat imbal hasil yang dipersyaratkan sendiri yang
menghasilkan kisaran nilai k yang sangat luas.
8
● Setiap investor masing-masing memiliki perkiraan tingkat pertumbuhan yang
diharapkan dalam dividen. Meskipun kisaran tersebut akan sempit dalam
banyak situasi valuasi, perbedaan kecil dalam g dapat menghasilkan perbedaan
yang signifikan dalam harga, hal-hal lain dianggap tidak berubah.
Dengan demikian, pada suatu titik tertentu, beberapa investor ingin membeli,
sedangkan investor lainnya ingin menjual, bergantung pada perkiraan atas nilai intrinsik
dari saham.
Keterangan
9
V0 = Nilai saham hari ini yang diperkirakan
Dari persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa bagian pertama di sisi kanan
mendefinisikan aliran dividen yang meliputi periode-periode n, bertumbuh pada tingkat
pertumbuhan yang tinggi (atau rendah) g, kemudian didiskontokan pada tingkat imbal
hasil yang dipersyaratkan, k. Bagian ini meliputi periode dari tingkat pertumbuhan
supernormal (atau subnormal) adalah saat dividen diharapkan bertumbuh pada tingkat
yang konstan. Setiap dividen perlu diidentifikasi selama pertumbuhan abnormal ini dan
kemudian mendiskontokan kembali ke sekarang dengan menggunakan tingkat imbal
hasil yang dipersyaratkan.
Bagian kedua pada sisi kanan adalah versi pertumbuhan konstan yang
menggunakan dividen yang diharapkan untuk periode berikutnya, n+1, kemudian
membaginya dengan selisih antara k dan g. Namun, perlu diperhatikan nilai yang
diperoleh dari perhitungan adalah nilai dari saham pada awal periode n+1 (akhir
periode n) yang disebut dengan Pn. Nilai tersebut harus didiskontokan kembali ke
periode waktu nol dengan mengalihkan faktor diskonto (nilai sekarang) yang tepat
dalam persamaan dengan mengalihkan 1/(1+k)n. Proses valuasi yang dimaksud, yaitu
V0 : Nilai sekarang dari dividen selama periode dari pertumbuhan yang tidak biasa
berdasarkan pada tingkat pertumbuhan g + Nilai sekarang dari harga akhir (sebuah
fungsi dari seluruh dividen pada tingkat pertumbuhan yang konstan, g).
Dn+1
Vn =
k − gc
10
Karena Vn adalah nilai yang diperkirakan dari saham pada akhir periode n (awal
dari periode n+1) maka Vn harus didiskontokan kembali ke sekarang. Saat Vn
ditambahkan ke nilai dari dividen yang didiskontokan dari bagian pertama maka dapat
diketahui nilai perkiraan saham saat ini.
● Model sangat sensitive terhadap masukan karena bagian yang besar dari model
ini melibatkan perhitungan tingkat pertumbuhan konstan sehingga mengubah
satu parameter tentu akan berdampak pada perkiraan nilai akhir.
● Menentukan lamanya periode pertumbuhan yang abnormal cukup sulit untuk
dilakukan dalam praktiknya.
● Model yang mengasumsikan perubahan yang segera dari pertumbuhan yang
tidak biasa menjadi pertumbuhan yang konstan, sementara dalam kenyataan
perubahan tidak mungkin terjadi secara cepat.
Dalam proses pembelajaran awal tentang konsep valuasi, para investor sering
kali terganggu oleh kenyataan bahwa model diskonto dividen hanya berisikan dividen
dan aliran dividen yang tidak terbatas. Meskipun hal tersebut merupakan formulasi
yang benar, banyak investor yakin bahwa (1) mereka tidak akan hidup selamanya dan
(2) mereka benar-benar menginginkan keuntungan modal. Dividen mungkin bagus,
tetapi membeli pada harga yang rendah dan menjual pada harga yang tinggi adalah luar
biasa! Karena begitu banyak investor yang tertarik dengan keuntungan modal, yang
berdasarkan definisi melibatkan selisih antara harga yang dibayarkan untuk sebuah efek
dan harga di mana efek nantinya akan dijual, sebuah model valuasi seharusnya memuat
sebuah harga saham dalam model tersebut. Dengan demikian, dalam menghitung nilai
sekarang untuk sebuah saham, para investor tertarik dalam nilai sekarang dari harga
yang diperkirakan dua tahun dari sekarang, atau enam bulan dari sekarang, atau apapun
periode kepemilikan yang terbatas yang diharapkan. Bagaimana harga dapat
dimasukkan ke dalam valuasi--atau haruskah harga dimasukkan?
11
Oleh karena penyusunan DDM, investor hanya perlu memperhatikan dividen.
Harga yang diharapkan di masa depan dimasukkan ke dalam model diskonto dividen
dalam Persamaan 10-2—hanya saja tidak terlihat. Untuk melihat hal ini, tanyakan diri
Anda pada harga berapakah Anda berharap dapat menjual saham Anda pada suatu titik
di masa depan. Asumsikan, misalnya, bahwa Anda membeli saham hari ini dan
berencana untuk memilikinya selama tiga tahun. Harga yang Anda terima tiga tahun
dari sekarang akan mencerminkan harapan investor atas dividen dividen dari saat itu ke
tahun-tahun setelahnya (pada akhir Tahun 4, 5, dan seterusnya).
Seluruh model valuasi melibatkan penilaian dan perkiraan karena seluruh model valuasi
berurusan dengan masa depan yang tidak pasti,
K=D1/P0+g
12
perubahan harga yang secara bersama-sama merupakan total imbal hasil dari sebuah
saham.
Jika E(R) > RR, beli karena imbal hasil yang diharapkan > imbal hasil yang
dipersyaratkan.
Jika RR > E(R), jangan beli karena imbal hasil yang dipersyaratkan > imbal hasil
yang diharapkan.
DDM tentu saja bukan satu-satunya model DCF yang digunakan oleh investor dan
analis. Model DCF lainnya juga digunakan dan dipromosikan. Bagaimanapun juga,
seluruhnya menggunakan konsep dasar yang sama-perkiraan dari arus kas di masa depan
yang didiskontokan kembali ke hari ini dengan menggunakan tingkat suku bunga diskonto
untuk mencerminkan nilai waktu dari uang dan risiko yang terlibat. Seperti yang
disebutkan di awal pembahasan ini, perbedaan utamanya adalah arus kas (ke ekuitas atau
ke perusahaan) yang didiskontokan dan tingkat suku bunga diskonto yang digunakan
13
(tingkat imbal hasil yang dipersyaratkan atau biaya modal rata-rata tertimbang). Kami
akan membahas keduanya.
Model DCF yang melibatkan arus kas ke ekuitas disebut dengan model Arus Kas
Bebas ke Ekuitas (Free Cash Flow to Equity FCFE). Model ini berbeda dengan DDM yang
dibahas diatas dalam hal FCFE mengukur apa yang sebuah perusahaan dapat dibayarkan
sebagai dividen, bukan apa yang sebenarnya mereka bayar. Dividen terkadang lebih tinggi
dari FCFE dan pada waktu yang lain lebih rendah. Perhatikan bahwa variabel FCFE
ditempatkan pada basis per lembar saham.
Arus Kas Bebas ke Ekuins (FCFE), didefinisikan sebagai arus kas yang tersisa setelah
pembayaran bunga dan pokok pada utang telah dilakukan dan belanja modal (untuk
memelihara aset yang ada dan menyediakan aset-aset baru yang diperlukan untuk
pertumbuhan). FCFE dapat dihitung sebagai berikut.
FCFE = Laba neto + penyusutan – pembayaran utang belanja modal – perubahan modal
kerja + penerbitan utang baru
Menerapkan model
Untuk menerapkan model ini bagi sebuah perusahaan yang memiliki arus kas yang
bertumbuh pada tingkat yang stabil, seorang analis atau investor dapat menerapkan format
pertumbuhan konstan yang dibalas dengan DDM. Hal ini menghasilkan persamaan
berikut.
di mana g adalah tingkat pertumbuhan konstan yang diharapkan dalam FCFE untuk sebuah
perusahaan dan k adalah biaya modal ekuitas untuk sebuah perusahaan. Model arus kas
bebas ini adalah pilihan selain DDM. Model ini dapat memberikan nilai yang diperkirakan
yang mirip dengan yang dihasilkan oleh DDM, atau dapat memberikan perkiraan yang
berbeda. Salah satu contoh perbedaan yang dapat terjadi adalah jika perusahaan
14
membayarkan dividen dalam jumlah yang lebih besar dari arus kas bebas. Perusahaan
harus mendanai dividen tersebut dari modal eksternal, yang dapat memiliki konsekuensi
yang signifikan untuk valuasi saham.
Arus kas bebas ke perusahaan (FCFF) mirip dengan definisi FCFE. Perbedaan
utamanya muncul dari penggunaan pembiayaan utang, termasuk pembayaran kembali
utang yang ada, dan pembayaran bunga atas utang, serta penerbitan utang baru. Dividen
saham preferen mungkin juga perlu untuk diperhitungkan.
Arus Kas Bebas ke Perusahaan (FCFF) dimulakan dengan FCFE dan dapat didefinisikan
sebagai.
FCFF = FCFE + beban bunga (1 – tarif pajak) + pembayaran pokok utang – penerbitan
utang baru – dividen saham preferen
Seperti disebutkan, model DCF yang menggunakan FCFF memakai biaya modal
rata-rata tertimbang sebagai tingkat diskonto. Oleh karena itu, untuk perusahaan dengan
pertumbuhan yang konstan, gunakan FCFF dalam pembilang, biaya modal rata-rata
tertimbang sebagai tingkat diskonto, dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan dalam
FCFF sebagai g.
Menerapkan Model
1. Proyeksikan arus kas yang diharapkan, perhitungkan beberapa faktor, seperti posisi relatif
perusahaan dibandingkan dengan para pesaingnya, prospek pertumbuhan, manajemen, dan
daya tarik dari industri perusahaan.
2. Diskontokan arus kas yang diperkirakan tersebut kembali ke saat ini dengan menggunakan
perkiraan dari biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan (dan memperhitungkan faktor-
15
faktor, seperti risiko perusahaan dan seberapa banyak utang dan ekuitas yang dimiliki
perusahaan).
3. Sesuaikan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan untuk memperhitungkan utang,
kas, dan aset-aset dan liabilitas perusahaan yang tidak tercatat dalam laporan posisi
keuangan.
4. Bagi hasilnya dengan jumlah saham beredar yang terdilusi, yang menghasilkan perkiraan
nilai wajar per saham.
Para penyedia jasa penasihat terkenal lainnya juga menggunakan metode DCF,
untuk melengkapi model-model yang lain. Sebagai contoh, Standard & Poor's Outlook
terkadang menggunakan model arus kas bebas terdiskonto sebagai bagian dari valuasinya
atas perusahaan individual.
Tujuan akhir dari teknik DCF adalah perkiraan dari nilai intrinsik. Apakah arti dari
nilai intrinsik? Sekali lagi, nilai intrinsik hanya merupakan nilai saham yang diperkirakan
pada hari ini, diperoleh dari memperkirakan dan mendiskontokan arus kas di masa depan
untuk sebuah saham. Bagaimana nilai intrinsik digunakan? Para investor dan analis
menentukan hubungan antara nilai intrinsik (yang kita sebut dengan V) dari aset dan harga
pasar aset tersebut saat ini, CMP
Secara khusus.
Jika V0 > CMP, harga aset kemurahan dan harus dibeli atau disimpan jika memiliki.
Jika V0 < CMP, harga aset kemahalan dan harus dihindari, dijual jika memiliki, atau
mungkin dilakukan short selling.
Jika V0 = CMP, hal ini menyiratkan ekuilibrium, yaitu aset telah divaluasi dengan tepat.
16
Analisis efek sejak dahulu dianggap sebagai pencarian untuk saham yang dinilai di
bawah atau di atas harga. Untuk melakukan hal tersebut, seseorang dapat menghitung nilai
perkiraan atau intrinsik dari saham dan membandingkannya dengan nilai pasar dari saham.
Sebagian besar investor meyakini bahwa saham tidak selalu memiliki harga pada nilai
intrinsiknya sehingga memberikan peluang untuk membeli atau menjual.
Ingat selalu bahwa proses valuasi merupakan sebuah seni dan bukan ilmu
pengetahuan--proses valuasi tidak akan pernah menjadi proses yang pada karena
melibatkan perkiraan tentang masa depan.
Ketika seorang investor menghitung nilai intrinsik, nilai ini adalah sebuah perkiraan tidak
kurang dan tidak lebih. Selalu terdapat kesalahan.
Cara yang cerdas untuk mengambil keputusan investasi dengan menggunakan nilai
intrinsik ada dengan mendasarkan keputusan tersebut pada perbedaan yang signifikan
dalam harga saat ini dengan nilai yang diperkirakan (dihitung). Jika Anda memperkirakan
nilai saham Cisco sebesar $20 per lembar dan dijual pada harga pasar $19 atau $21,50,
maka tidak terlalu menjadi masalah. Namun, jika Anda melakukan analisis dengan cermat
dan Anda memperkirakan nilai intrinsik saham Cisco sebesar $20 saat dijual pada harga
pasar $10, Anda harus membelinya karena saham ini terlalu murah. Hal yang serupa, jika
analisis Anda menunjukkan nilai intrinsik untuk Cisco sebesar $14 saat saham Cisco saat
ini dijual pada harga $22, Anda harus menghindarinya, dan mungkin melakukan short
selling atas saham Cisco.
Seperti dibahas dalam Bab 1, ketidakpastian akan selalu menjadi faktor yang dominan
dari lingkungan tempat keputusan investasi diambil. Kemudian, faktor-faktor lainnya juga
berperan, termasuk kondisi psikologi pasar. Dengan meningkatnya penggunaan Internet,
serta para investor saling berinteraksi di Internet, informasi, termasuk yang salah atau
menyesatkan, dapat menyebar secara cepat sehingga harga-harga akan terpengaruh.
17
D. PENDEKATAN PENGGANDA LABA
Sebagian besar analis dan para investor yang berpengetahuan mengakui asas yang
mendasari dan sifat intuitif dari teknik-teknik DCF, tetapi mereka juga mengakui
kesulitan dalam menggunakan model-model tersebut dalam prakteknya. Perbedaan yang
kecil dalam masuk menghasilkan perbedaan yang besar dalam perkiraan dari nilai
intrinsik, yang kemudian dapat dengan mudah menyebabkan kesalahan dalam
menentukan jika saham harganya di kwah atau di atas nilai. Hal ini mengarahkan investor
dan analis ke pendekatan alternatif pada valuasi saham seperti model pengganda laba dan
valuasi relatif.
Para analis sangat nyaman membicarakan tentang variabel seperti laba p per saham (EPS)
dan rasio P/E dan bagaimana laporan mereka sering disusun. Tentu saja rasio P/E adalah
salah satu yang paling sering disebut secara luas dan variabel yang sering dibahas
berkaitan dengan saham biasa dan umumnya muncul dalam beberapa bentuk dalam setiap
laporan dari analis atau jasa penasihat investasi.
Sesuai dengan definisi, rasio P/E hanya merupakan berapa kali para investor menilai laba,
seperti dinyatakan dalam harga saham. Misalnya, harga sebuah saham adalah $100,
dengan laba per saham 12 bulan terakhir adalah $5, dikatakan dijual untuk kelipatan 20
ali dari laba 12 bulan terakhir (TTM). Sebaliknya, jika saham lainnya memiliki laba per
saham sebesar $2,50 dan dijual pada harga $100, para investor akan memvaluasi saham
40 kali dari laba 12 bulan terakhir.
Rasio P/E yang biasanya dilaporkan setiap hari hanya merupakan denies the seas definisi)
yang dihitung dengan membagi harga pasar saham saat ini dengan laba per saham 12
bulan terakhir. Dengan demikian, rasio P/E hanya menjelaskan kepada inor tentang harga
yang saat ini dibayarkan unik siap $1 laba per saham 12 bulan terakhir.
di mana
18
Perlu ditekankan:
Harga saham adalah hasil dari dua variabel saat menggunakan jenis pendekatan ini.
2. Pengganda P/E.
Persamaan 10-12 menjelaskan kepada kita apa yang benar menurut definisi, tetapi tidak
terlalu bermanfaat untuk memvaluasi saham. Namun, kita dapat meramalkan laba per
saham tahun depan dan menerapkan rasio P/E yang tepat pada angka laba per saham
tersebut untuk memperoleh nilai perkiraan atau intrinsik. Asumsikan bahwa kita sedang
membicarakan tentang saham yang memiliki tingkat pertumbuhan yang konstan. Laba per
saham yang diharapkan, E,, dapat diperoleh dengan menggunakan laba per saham tahun
ini, E., dan memajemukkannya untuk saru periode dengan tingkat pertumbuhan yang
diharapkan, g
𝐸1 = 𝐸0 ( 1+g )
dari Alternatifnya, investor dapat memperoleh perkiraan tentang laba per saham tahun
depan para analis efek dan jasa penasihat investasi seperti The Value Line Investment
Survey atau Standard & Poor's Outlook.
Menggandakan perkiraaan laba per yang tepat untuk memperoleh perkiraan harga, yang
kita sebut dengan P saham dengan apa yang dianggap sebagai rasio P/E
Investor dapat menggunakan kelipatan harga untuk melakukan analisis komparatif saham
sebagai panduan pemilihan saham. Penilaian relatif ini melibatkan analisis rekan-rekan
perusahaan sebagai panduan untuk mencoba menentukan saham yang mungkin dinilai
terlalu rendah tanpa harus mengatakan berapa nilai saham itu atau berapa banyak yang
dinilai terlalu rendah. Daya tarik pendekatan penilaian relatif didukung oleh
penggunaannya yang luas dalam menilai nilai aset lain seperti real estat. Melakukan
analisis komparatif yang tepat di seluruh perusahaan mengharuskan investor untuk fokus
pada perusahaan yang beroperasi di sekitar lini bisnis yang sama. Hal ini terutama benar
ketika menggunakan kelipatan yang tidak didasarkan pada fundamental perusahaan
bottom-line. Misalnya, tidak masuk akal untuk membandingkan rasio P/S Walmart, yang
pada akhir 2014 adalah 0,56, dengan P/S Intel yang 3,16. Mengingat struktur operasi yang
19
berbeda dari kedua perusahaan, perbandingan tersebut tidak valid. Metrik nilai relatif
sering diterapkan pada masing-masing perusahaan; namun, mereka juga dapat digunakan
untuk menilai industri, sektor, dan seluruh pasar.
Sebagian besar investor secara intuitif menyadari bahwa rasio P/E harus lebih tinggi untuk
perusahaan yang pendapatannya diharapkan tumbuh pesat. Namun, seberapa tinggi
bukanlah pertanyaan yang mudah untuk dijawab. Selanjutnya, tingkat pertumbuhan yang
tinggi mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda, beberapa di antaranya lebih
diinginkan daripada yang lain. Misalnya, pertumbuhan pendapatan yang cepat karena
permintaan yang kuat untuk produk perusahaan lebih disukai daripada pertumbuhan
pendapatan karena situasi pajak yang menguntungkan sementara atau prosedur akuntansi
liberal. Rasio P/E biasanya digunakan untuk membandingkan perusahaan dalam industri
yang sama atau rasio P/E perusahaan saat ini dengan rasio P/E sebelumnya. Perhatikan
bahwa sementara rasio P/E untuk perusahaan yang sebanding dapat dievaluasi, perusahaan
di industri yang berbeda diharapkan memiliki rasio P/E yang berbeda hanya karena
perbedaan dalam struktur operasi dan keuangan mereka. Sebagai contoh, jika beberapa
perusahaan dalam industri yang sama menjual dengan P/E rata-rata 15, perusahaan lain
(Perusahaan A) dalam kelompok ini mungkin diberi P/E 15; namun, jika Perusahaan A
dianggap lebih unggul dalam hal pertumbuhan yang diharapkan, P/E 16 atau 18 dapat
diterapkan. Ini berarti bahwa penilaian penilaian relatif, atau penilaian komparatif, sedang
dibuat. Sebaliknya, membandingkan Perusahaan A dengan perusahaan di industri lain
yang memiliki rasio P/E rata-rata 10 akan menawarkan wawasan yang relatif sedikit.
Sebagai proposisi umum, semakin tinggi rasio P/E, semakin besar ekspektasi pasar tentang
pertumbuhan pendapatan di masa depan. Namun, pasar akan menilai tingkat risiko yang
terlibat dalam pertumbuhan pendapatan masa depan yang diharapkan. Rata-rata P/E jangka
panjang untuk saham S&P 500 adalah sekitar 16. Saham yang memiliki rasio P/E yang
sangat tinggi, seperti 50 atau lebih, sangat rentan terhadap kekecewaan pasar tentang
pendapatan. Jika investor kehilangan kepercayaan dalam ekspektasi mereka tentang
pertumbuhan pendapatan masa depan yang kuat dari saham, harga bisa turun dengan
sangat cepat.
20
Kelipatan P/B adalah satu-satunya relatif harga yang memiliki variabel neraca dalam
penyebut, nilai buku ekuitas. Karena nilai buku ekuitas relatif stabil, rasionya cenderung
tidak terlalu fluktuatif dibandingkan dengan kelipatan lainnya. Seperti semua metrik nilai
relatif, untuk digunakan secara paling efektif, P/B perusahaan harus dibandingkan dengan
nilai rata-ratanya dari waktu ke waktu, dan/atau P/B pesaingnya, dan/atau P/B rata-rata
industri. Semua sama, rasio P/B yang lebih tinggi menunjukkan optimisme investor yang
lebih besar tentang prospek perusahaan, yang merupakan interpretasi yang sama yang
diterapkan untuk semua kelipatan. Investor jelas perlu berhati-hati ketika menafsirkan
rasio ini, seperti semua rasio penilaian. seperti pabrik dan peralatan. Namun, untuk
perusahaan dengan "kekayaan intelektual" yang signifikan seperti penelitian dan
pengembangan, cenderung memiliki masalah. Karena nilai loyalitas merek dan pengakuan
merek tidak diakui secara eksplisit di neraca, rasio tersebut juga menghadirkan masalah
bagi perusahaan semacam itu. Akhirnya, rasio juga dianggap relatif informatif bila
diterapkan pada perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan aset yang relatif likuid
tinggi, seperti perusahaan keuangan.
James O'Shaughnessy memberikan penekanan baru pada rasio P/S, menemukan bahwa
rasio P/S mengungguli kelipatan lainnya dalam menjelaskan pengembalian saham di masa
depan, seperti rasio P/ E. O'Shaughnessy menemukan, bagaimanapun, bahwa portofolio
yang dipilih pada beberapa kriteria mengungguli portofolio yang dipilih hanya pada satu
kriteria (seperti rasio P/S rendah). Buku Damodaran tentang Valuasi: Analisis Keamanan
untuk Investasi dan Keuangan Perusahaan (2006) mengidentifikasi P/S, P/E, dan
EV/EBITDA sebagai kerabat harga yang paling umum digunakan oleh para profesional
penilaian. Penting untuk menginterpretasikan rasio P/S dalam batas-batas industri.
Misalnya, pengecer cenderung memiliki rasio P/S yang rendah karena marginnya yang
rendah, sedangkan perusahaan bioteknologi cenderung memiliki rasio P/S yang tinggi.
Karena rasio P/S didasarkan pada ukuran lini atas (penjualan), rasio ini sering dianjurkan
ketika membuat perbandingan antar perusahaan yang beroperasi di industri yang sama.
Secara umum, perbedaan dalam standar akuntansi memiliki dampak yang lebih kecil pada
tindakan top-line relatif terhadap tindakan bottom-line (misalnya, EPS).
21
Teknik alternatif untuk mengevaluasi stok adalah dengan menghitung nilai tambah
ekonomi atau EVA™. Akibatnya, ukuran ini menunjukkan jumlah di mana laba operasi
perusahaan melebihi total biaya modalnya. Jika perbedaan ini positif, perusahaan tersebut
menambah nilai. Penciptanya menyebut variabel ini "ukuran profitabilitas perusahaan
yang sebenarnya." Beberapa reksa dana sekarang menggunakan analisis EVA™ sebagai
alat utama untuk memilih saham untuk dana tersebut. Salah satu rekomendasi bagi investor
yang tertarik dengan pendekatan ini adalah mencari perusahaan yang menghasilkan tingkat
pengembalian modal yang relatif tinggi.
Secara teori, pendekatan DCF logis dan didukung oleh prinsip keuangan yang sehat.
Secara konseptual, perkiraan terbaik dari nilai saat ini dari saham biasa perusahaan adalah
nilai sekarang dari arus kas (perkiraan) yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Namun,
beberapa analis dan investor berpendapat bahwa tidak ada yang dapat meramalkan dividen
atau arus kas ke masa depan yang jauh dengan sangat akurat. Secara teknis, model DCF
meminta perkiraan semua dividen/arus kas dari sekarang hingga tak terbatas, yang
merupakan tugas yang mustahil. Namun, seperti yang kita pelajari, ketidakterbatasan
bukanlah masalah, dan dividen/arus kas masa depan dapat dimodelkan berdasarkan tingkat
pertumbuhan yang diharapkan.
Terlepas dari pendekatan penilaian yang digunakan, penting untuk diingat bahwa
pendekatan tersebut memiliki kesalahan karena bergantung pada masa depan yang tidak
pasti. Tidak peduli siapa yang melakukan analisis, atau bagaimana melakukannya,
kesalahan akan dibuat. Untuk meningkatkan kekokohan dan akurasi analisis penilaian,
investor harus menerapkan lebih dari satu pendekatan penilaian. Jika pendekatan yang
berbeda menghasilkan estimasi yang sebanding dari nilai intrinsik saham, investor
22
mencapai beberapa jaminan bahwa estimasi tersebut valid. Investor dapat melanjutkan
transaksi dengan lebih percaya diri. Sebaliknya, jika perkiraan yang sangat berbeda untuk
nilai intrinsik saham dihasilkan oleh pendekatan alternatif, investor harus menilai kembali
input model dan membuat penyesuaian sampai perbedaan penilaian dapat dijelaskan. Saat
mengestimasi nilai intrinsik sekuritas, investor harus mengandalkan lebih dari satu
pendekatan penilaian.
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Valuasi saham bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Penilaian harus
dibuat dan variabel harus diperkirakan dengan cermat. Dua pendekatan utama untuk
menganalisis dan memilih saham biasa adalah analisis fundamental dan analisis teknis.
Analisis fundamental berusaha untuk memperkirakan nilai intrinsik saham yang
merupakan fungsi pengembalian dan risiko yang diharapkan. Teknik arus kas yang
didiskontokan merupakan bagian dari analisis fundamental yang mencoba memperkirakan
nilai saham saat ini (nilai intrinsik) menggunakan analisis nilai sekarang. Aliran dividen
masa depan yang akan diterima dari saham biasa didiskontokan kembali ke masa sekarang
pada tingkat diskonto yang sesuai (pendapatan investor).
Jika tidak ada pertumbuhan yang diharapkan, model diskon dividen dapat
mengurangi. Jika ada dua atau lebih tingkat pertumbuhan diharapkan, model pertumbuhan
ganda harus digunakan dimana aliran dividen masa depan diidentifikasi rasio sebelum
didiskontokan. Model diskonto dividen sensitif terhadap perkiraan variabel yang
digunakan di dalamnya. Oleh sebab itu, investor akan menghitung harga yang berbeda
untuk saham yang sama dengan menggunakan model yang identik. Tujuan akhir dari
teknik arus kas yang didiskontokan adalah estimasi nilai intrinsik. Nilai intrinsik
dibandingkan dengan harga pasar saat ini untuk melakukan pembelian atau pengambilan
keputusan.
B. SARAN
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun mengenai pembahasan di atas,
sehingga nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi bagi kami dalam pembuatan makalah di
masa yang akan datang.
24
DAFTAR PUSTAKA
Jones, Charles P. Investments : Analysis and Management, 12th Edition. John Wiley and Sons,
Inc, USA
25