Anda di halaman 1dari 15

KREATIF MENULIS FABEL

BERDASARKAN KONDISI
LINGKUNGAN SEKITAR

Penyusun:
AGUSTINA PANDIANGAN

Institusi:
SMP SWASTA SRO MATITI

Alokasi waktu:
180 MENIT (2 X TATAP MUKA)

Mata pelajaran:
BAHASA INDONESIA
Domain Mapel:
MENULIS
Jenjang/kelas:
SMP/VII

Fase pencapaian pembelajaran:


D
Jumlah siswa:
32

page 1
TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu menulis kerangka cerita fabel berdaskan struktur fabel
kemudian mengembangkannya ke dalam paragraf-paragraf menjadi sebuah
cerita fabel yang sesuai kondisi lingkungan sekitarnya. Hal yang dilakukan
peserta didik adalah:
1. Memahami struktur fabel dan kaidah kebahasaan fabel
2. Menyusun gagasan kemudian merangkainya menjadi kerangka cerita fabel
berdasarkan struktur fabel
3. Mengembangkan kerangka tersebut menjadi sebuah cerita fabel dengan
tema isu lingkungan sekitar (kerusakan hutan, pencemaran air Danau Toba,
bullying di sekolah, minat baca, serta etika dan moral remaja)

KATA KUNCI

Menulis Fabel

PERTANYAAN PEMANTIK

Mengapa menulis fabel sesuai kondisi lingkungan sekitar?


Bagaimana menulis fabel?

PENGETAHUAN/KETERAMPILAN AWAL YANG PERLU DIMILIKI


SISWA SEBELUM MEMPELAJARI TOPIK INI

Siswa telah memahami arti fabel, ciri-ciri fabel, jenis-jenis fabel, dan unsur-unsur fabel
Siswa sudah membaca contoh fabel

PROFIL PELAJAR PANCASILA YANG BERKAITAN

Kreatif. Melalui pembelajaran ini, siswa menulis fabel dengan cara baru yaitu
menyusun kerangka terlebih dahulu. Kerangka tersebut merupakan point-point
yang dikembangkan ke bentuk kalimat-kalimat, paragraf-paragraf sehingga
membentuk sebuah alur cerita fabel
Bernalar Kritis. Siswa menulis fabel dengan topik isu lingkungan sekitarnya
seperti, kerusakan hutan, minat baca yang kurang bagi remaja, perilaku bullying
di lingkungan sekolah, pencemaran air Danau Toba, serta etika dan moral anak-
anak muda yang semakin merosot
Mandiri. Siswa berlatih menulis fabel secara mandiri, tidak meniru atau menyalin
fabel yang sudah ada
Berahlak Mulia. Dengan menulis fabel sesuai ketentuan di atas, siswa semakin
peduli terhadap kondisi sekitarnya, suka membaca, anti bully, dan sopan.
Email :

page 2
SARANA PRASARANA
Guru menyiapkan teks yang berisi tentang struktur fabel, dan
kaidah kebahasaan fabel
Guru menyiapkan teks fabel "Trenggiling dan Rusa Melawan Si
Tukang Bully"
Guru menyiapkan teks fabel karya sendiri "Induk Gompul yang
Malang". Ini sebagai teladan bagi siswa bahwa guru mampu menulis
fabel
Presentasi struktur fabel, kaidah kebahasaan dan langkah-langkah
menulis fabel

TARGET PESERTA DIDIK


Peserta didik reguler/tipikal
Peserta didik dengan hambatan belajar
Peserta didik cerdas istimewa berbakat istimewa

KETERSEDIAAN MATERI
Pengayaan bagi peserta didik yang berpencapaian tinggi atau CIBI

YA TIDAK
Metode, aktivitas, atau alternatif penjelasan untuk peserta didik
yang sulit memahami konsep

YA TIDAK
MODEL PEMBELAJARAN
Paduan antara Problem Base Learning (PBL) dengan
Project Base Learning (PjBL)

ASESMEN
Tertulis (tes objektif, esai)

KEGIATAN PEMBELAJARAN
UTAMA
Guru menyajikan masalah yang kontekstual dan
mengajukan pertanyaan yang sangat mendasar
Guru mengajak siswa berpikir kritis dan menjadi solusi
Guru membimbing siswa membuat kerangka kerja
Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan proyek
menulis

page 3
MATERI AJAR, ALAT DAN BAHAN
Materi atau Sumber Pembelajaran yang Utama
Buku Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII materi Struktur Fabel dan
Kaidah Kebahasaan Fabel
Teks fabel "Trenggiling dan Rusa Melawan Si Tukang Bully" karya
Devani Imario Putri
Teks Fabel "Induk Gompul yang Malang" karya Agustina Pandiangan
Catatan mengajar guru

Alat dan Bahan yang Diperlukan


Proyektor untuk menjelaskan materi dan menampilkan contoh fabel
Selembar kertas yang disiapkan oleh masing-masing siswa untuk
mengerjakan proyek menulis fabel

URUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN


Pertemuan Pertama 90 Menit
Kegiatan Pembuka
Guru menyampaikan salam dan menanyakan kabar siswa
Pembelajaran dimulai dengan doa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru bertanya tentang materi sebelumnya untuk mengetahui
pemahaman siswa mengenai materi sebelumnya
Setelah siswa menjawab pertanyaan, guru mengaitkan materi
sebelumnya dengan materi yang hendak disampaikan
Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi tentang Struktur Fabel dan Kaidah
Kebahasaan Fabel
Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi Struktur Fabel

page 4
Guru bertanya mengenai materi Struktur Fabel yang belum dipahami
oleh siswa
Siswa bertanya hal yang kurang dipahami
Guru menjelaskan kembali hal-hal yang sulit bagi siswa
Setelah siswa memahami materi Struktur Fabel, guru melanjutkan
menjelaskan materi Kaidah Kebahasaan Fabel
Siswa memerhatikan guru menjelaskan materi Kaidah Kebahasaan Fabel

Guru bertanya mengenai materi Kaidah Kebahasaan Fabel yang


belum dipahami oleh siswa
Siswa bertanya hal yang kurang dipahami
Guru menjelaskan kembali hal-hal yang sulit bagi siswa

page 5
Setelah guru menjelaskan materi, guru mengarahkan siswa untuk
membentuk kelompok-kelompok diskusi
Siswa menerima Lembar Kerja berupa soal-soal untuk didiskusikan
Guru membimbing jalannya diskusi setiap kelompok
Setelah diskusi selesai, setiap ketua kelompok membacakan hasil diskusi
masing-masing
Kegiatan Penutup
Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang dilakukan
Siswa mendapatkan penguatan terkait materi yang belum terselesaikan
melalui diskusi
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan doa

Pertemuan Kedua 90 Menit


Kegiatan Pembuka
Guru menyampaikan salam dan menanyakan kabar siswa
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan doa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Awal
Guru bertanya terkait materi sebelumnya untuk mengetahui kesiapan
siswa belajar materi selanjutnya
Guru bertanya, "Mengapa menulis fabel sesuai dengan lingkungan
sekitar?" dan "Bagaimana menulis Fabel?"
Guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar (ice breaking)
Kegiatan Inti
Guru menjelaskan betapa pentingnya menulis sebuah fabel sesuai
dengan kondisi lingkungan sekitar
Siswa memperhatikan guru menjelaskan

page 6
Guru menyajikan fabel "Trenggiling dan Rusa Melawan si Tukang Bully"
dan "Induk Gompul yang Malang" yang ditampilkan pada layar LCD
Siswa membacanya secara bergiliran
Guru kemudian menjelaskan langkah-langkah menulis fabel
1. Memilih topik atau tema. Setiap siswa bebas memilih tema;
kerusakan hutan, bully di lingkungan sekolah, minat baca
rendah, atau pencemaran Danau Toba
2. Menganalisis watak tokoh. Siswa menentukan watak tokoh
masing-masing. Siswa bisa menciptakan tokoh si pemalas,
si rajin, si ceroboh, si anak nakal dan sebagainya
3. Menentukan alur. Dalam menulis fabel, siswa
menggunakan alur maju.
4. Menentukan latar cerita. Siswa memilih latar cerita sebagai
berikut; suasana istirahat di sekolah, kehidupan hewan-
hewan di hutan, suasana bermain di Danau Toba, dan boleh
apa saja yang berhubungan dengan tema
5. Memilih sudut pandang. Dalam fabel yang ditulisnya, siswa
bisa saja sebagai pihak yang serba tahu, terlibat dalam
cerita, atau menceritakan kisah orang lain yang diperankan
oleh hewan
6. Membuat kerangka cerita. Siswa menulis garis-garis besar
cerita kemudian mengembangkannya ke dalam bentuk
kalimat-kalimat sehingga membentuk rangkaian paragraf-
paragraf yang terjalin menjadi suatu alur cerita

Siswa menyiapkan alat tulis dan kertas selembar kemudian memulai


untuk menulis kerangka cerita, guru membantu mereka untuk
menemukan ide yang menarik
Siswa membaca karya masing-masing dan memperbaiki kesalahan
kata, ejaan sesuai saran guru
Siswa dan guru mengapresiasi karya yang sudah dibacakan

Kegiatan Penutup
Siswa dan guru merefleksikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
Siswa mengetahui potensinya dalam menulis fabel
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan doa

page 7
ASESMEN
Diagnostik Formatif
Sebelum Pembelajaran Selama Pembelajaran

Berupa Pertanyaan Berupa


Uraian
Lisan

Sumatif Penilaian
Akhir Pembelajaran Sikap.
UH Performa.
PAS
Berupa

PTS Pengetahuan.

REMIDI & PENGAYAAN REFLEKSI SISWA & GURU


Dilakukan sebanyak satu kali Pertanyaan berikut yang akan
dan apabila remedial belum disampaikan melalui tanya
mencapai ketuntasan, jawab langsung.
remedial dilakukan dalam

bentuk tugas nontes. 1. Momen terbaik apa yang saya


rasakan ketika melakukan

kegiatan ini?
Peserta didik yang mencapai
2. Apa saja yang tidak berjalan
nilai >KKTP diberikan
dengan baik saat saya
pengetahuan tambahan dalam
melakukan kegiatan? Mengapa?
cakupan tujuan pembelajaran 3. Apakah kegiatan
atau menjadi tutor bagi pembelajaran yang dilakukan
peserta didik yang belum oleh guru sudah sesuai karakter
mencapai KKTP saya? Jelaskan alasannya!
page 8
RUBRIK PENILAIAN
Penilaian Sikap
Penilaian sikap bertujuan untuk melihat kepribadian atau
keberhasilan seseorang dalam kegiatan belajar. Sikap bisa
dikatakan sebagai pola perilaku yang ditunjukkan dengan
melakukan suatu perbuatan dengan cara, teknik, metode, dan
tahapan-tahapan tertentu yang ada di lingkungan sekitarnya.

page 9
Performa: Bernalar Kritis dan Kreatif

Pengetahuan
Struktur dan Kebahasaan Fabel

Karya Tulis Fabel

Skor Pencapaian
Skor Maksimal
100%

page 10
LAMPIRAN
HASIL KARYA SISWA

ICE BREAKING

page 11
TEKS FABEL

Induk Gompul yang Malang


Oleh Agustina Pandiangan
Sebuah jitam jatuh tepat di kepala Induk Gompul yang sedang melamun sambil
berteduh di bawah pohon jitam yang rindang. Ia memikiran nasib anak semata
wayangnya yang baru saja kehilangan sang ayah.
“Ah, bagaimana mungkin aku bisa merawat anak kita sendirian, Bang? Seandainya
kau bersembunyi di bawah pohon jitam ini, mungkin para pemburu itu tidak
menembakmu.” Gumamnya dalam hati. Sang Induk Gompul sangat sedih
mengenang kepergian suaminya yang mati ditembak oleh para pemburu.
Tak berapa lama, ia melihat anaknya tidak sedang berada di dekatnya. Ia mencari
anaknya itu di semak-semak di sekitar pohon jitam tapi belum menemukannya.
Dengan langkah seribu, ia menerobos semak belukar sambil memanggil-manggil
nama anaknya.
“Gempil…Gempil…dimana kau, Nak?”
Sang Induk Gompul tetap berusaha mencari dan memanggil Gempil walaupun tak
ada jawaban sama sekali. Ia sangat khawatir anaknya itu ditembak oleh pemburu.
Semakin kencang ia belari sehingga terjatuh ke sungai. “Oh, Tuhan, selamatkanlah
anakku dari mara bahaya”, doanya dalam hati seraya tubuhnya yang terombang-
ambing di permukaan air terbawa sungai sampai ke ladang si pemburu. Tubuhnya
yang besar menyangkut di batu besar dalam keadaan tak sadarkan diri.
Dalam keadaan pingsan, sang suami datang ke dalam mimpinya dan berkata,
“isteriku, cepat bangun! Pergi dari sini, selamatkan dirimu!” Ia segera sadar dan
bangun namun ia menghiraukan pesan suaminya itu karena keselamatan anaknya
adalah yang paling penting baginya. “Gempil… Gempil…jawab ibu, Nak. Kau dimana?”
Ia tak berhenti meneriaki nama anaknya itu sambil mengobrak-abrik tanaman
kopi, ubi, cabai dan semua tanaman yang ada di kebun.
Tak lama kemudian, sang pemburu datang bersama teman-temannya. Mereka
membawa senapan api dan tombak. Mereka Bersiap untuk memburu Induk
Gompul. “Itu dia. Ayo cepat kepung! Jangan sampai kabur!” kata seorang pemburu.
“Dasar beruang sialan. Kau obrak-abrik semua tanaman di kebun kami” kata
pemburu yang satunya lagi. Induk beruang bersembunyi di balik pohon kopi
kemudian melihat bulu-bulu seekor beruang berhamburan di tanah. Bulu-bulu itu
adalah bulu Gempil, anaknya. Ia semakin marah. Ia keluar dari persembunyiannya
dan melawan para pemburu itu. Tapi sayang, Induk Gompul kalah karena senjata
api dan tombak yang digunakan para pemburu untuk melukai kakinya. Dengan kaki
terluka, dipaksakannya ia berlali, menyebrang sungai. Ia lari dengan nafas
terengah-engah. Sesampainya ia di bawah pohon jitam, ia hanya bisa duduk dan
pasrah pada nasib.
Darah terus mengalir dari kakinya yang luka selama berhari-hari. Kasihan
sekali Induk Gompul taka da yang merawatnya. Ia berharap biji-biji jitam
berjatuhan supaya bisa ia makan tapia pa boleh buat. Saat dibutuhkannya,
rupanya pohon jitam tak berbuah atau barangkali sudah habis dipanen para
pemburu. “Suamiku, anakku, inilah waktunya aku menyusul kalian di alam baka,”
bisiknya dalam hati. Perlahan-lahan Induk Beruang pun menghembuskan nafas
terakhir.

page 12
Trenggiling dan Rusa Melawan Si Tukang Bully
Oleh Devani Imario Putri

Sebuah kacang kenari dilempar dengan sengaja oleh tupai ke badan trenggiling hingga ia terkejut dan
menggulung tubuhnya.
Ia ketakutan karena ada sesuatu yang mengenai tubuhnya. Tupai pun tertawa dan mengejek sikap
trenggiling yang penakut.
“Ha.. ha... dasar penakut! padahal cuma sebiji kacang saja sudah sembunyi,” dua tupai lain kembali
mengambil beberapa kacang kenari dan ingin mengulang perbuatan yang sama.
Trenggiling perlahan-lahan merenggangkan tubuhnya dan mengintip takut dibalik kulit keras
bersisiknya.
“Kenapa kalian melakukan itu? Kumohon, jangan ganggu aku!” Trenggiling berucap lirih dan tubuhnya
masih belum sempurna terbuka. Ia masih takut dan bersembunyi.
“Dasar penakut! Karena aku suka menganggu hewan lemah sepertimu! ini, rasakan lagi!”
Tupai kembali melempar biji kenari ke arah Trenggiling sambil tertawa jahat. Dua tupai lainnnya ikut
memukul dan menendang badan Trenggiling yang berbentuk seperti bola dan mengejeknya.
“Berhenti! jangan ganggu aku!” Si Trenggiling hanya bisa diam dan terus menggulung tubuhnya rapat-
rapat sambil menangis dengan menahan sakit.
Tupai dan temannya pun pergi setelah puas melempar semua kacang kenari hingga memukul dan
menendang tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Setelah cukup lama, trenggiling masih tidak bergerak dan menangis karena takut bertemu tupai lagi.
Kemudian datanglah dua ekor rusa yang sedang mencari makan dedaunan. Mereka melihat Trenggiling
ketakutan dan menghampirinya.
“Trenggiling, ada apa? Kenapa kamu menangis dan ketakutan sekali. Ada yang bisa kami bantu?” Rusa
bertanya karena khawatir dengan keadaan Trenggiling.
Alih-alih menjawab, Trenggiling malah diam saja. Ia tidak menjawab. Ia membuka seluruh tubuhnya
kembali sambil mengusap-usap mukanya setelah menangis. Dua rusa itu kembali bertanya lagi
“Trenggiling, kenapa? Coba ceritakan pada kami, apa masalahmu?” Rusa kembali mencoba memastikan
tidak terjadi hal buruk kepada Trenggiling.
“A-a-aku... takut...tu-tu-“ Trenggiling tidak berani menyelesaikan perkataannya karena terlalu takut
pada tupai kalau ia akan dirundung lebih jahat lagi oleh tupai dan teman-temanya ketika ia
memberitahu Rusa.
“Bicaralah yang jelas! Tidak perlu takut, kita akan coba cari jalan keluarnya bersama-sama,” Rusa terus
mendukung Trenggiling agar berani bicara dan menyampaikan masalahnya.
“Para tupai terus mengangguku dengan melempariku kacang kenari sampai memukul dan
menendangku.”
Trenggiling akhirnya berani bicara tentang masalahnya dan menunjukkan biji kenari yang berserakan
di bawah.
“Astaga! Tupai-tupai ini memang harus diberi peringatan, aku akan memberitahu Raja Singa agar
mereka dikurung dan tidak melakukan hal jahat itu lagi!” Ucap Rusa dengan tegas.
“Trenggiling, jika kamu mengalami kejadian seperti itu ketika kamu dilukai atau dipukul harus berani
bicara dan memberitahu semua yang terjadi, jangan takut bicara!”
“Jangan malah disimpan sendiri, ya! Carilah pertolongan dan kita akan bantu menghadapi bersama-
sama.”
Dua Rusa itu langsung bergegas pergi untuk melapor ke Raja Singa. Setelah Trenggiling mengangguk-
angguk dengan baik dan memahami nasehat dari Rusa untuk berani berbicara serta meminta tolong
jika ia diganggu para tupai.
Keesokan harinya, Trenggiling sedang berjalan-jalan setelah selesai makan. Ia tiba-tiba mendengar
suara para tupai datang dan mereka langsung menghadang.

“Halo, penakut! jumpa lagi, cepat, carikan kami makanan! Kalau kamu tidak mau, kami akan
menghajarmu ramai-ramai!” Ancam tupai dengan tatapan tajam.
“Aku ti-tidak mau! Cari saja sendiri! Jika kalian berbuat baik, kita bisa saling bantu mencari makanan
sama-sama” Trenggiling menolak dan berusaha menghindar dari Tupai.
“Dasar penakut! tidak mau, ya! Tupai sontak menendang dan Trenggiling pun langsung cepat-cepat
bergulung. Ia lalu berlari dengan menggelindingkan tubuhnya sambil berusaha meminta tolong.
Hingga Sang Raja hutan muncul bersama dua Rusa yang sigap menolong Trenggiling yang sejak kemarin
mengawasi kelakuan nakal si Tupai. Para Tupai dan Trenggiling pun berhenti kejar-kejaran.
Tupai akhirnya dibawa oleh Raja Singa si penguasa hutan akibat perbuatan buruk mereka dan
mendapatkan hukuman.
Sementara Trenggiling sudah terlindungi berkat keberaniannya berbicara dan Rusa yang tanggap
melaporkan perilaku buruk para tupai si tukang bully.

page 13
UMPAN BALIK SISWA

page 14
DOKUMENTASI PEMBELAJARAN

page 15

Anda mungkin juga menyukai