Anda di halaman 1dari 40

PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP

Dr. Mas Ahmad Santosa, S.H., LL.M.


Wakil Ketua KPK dan Anggota Satuan Tugas Kepresidenan Pemberantasan Mafia Hukum 2009

PELATIHAN HUKUM LINGKUNGAN


10 - 12 April 2023
Diselenggarakan oleh:
BALAI DIKLAT TAMBANG BAWAH TANAH, BPSDM, KEMENTERIAN ESDM
Bekerja Sama dengan
PUSAT STUDI HUKUM ENERGI DAN PERTAMBANGAN (PUSHEP)
Konsep dan Teknik
Negosiasi dan Mediasi
Lingkungan Hidup

Dr. Mas Achmad Santosa, S.H., LL.M.


CEO Indonesia Ocean Justice Initiative
Pengajar Fakultas Hukum, Universitas Indonesia

Dipersiapkan untuk Pusat Studi Hukum Energi dan


Pertambangan (12 April 2023)
Politik Hukum Penyelesaian
Penegakan Hukum Lingkungan Sengketa Lingkungan
berdasarkan UU PPLH
“Upaya preventif dalam rangka
Penegakan Hukum Administrasi pengendalian dampak lingkungan hidup
Diatur dalam: perlu dilaksanakan dengan
Pasal 36 – 41 dan Pasal 71 – 83 UU PPLH mendayagunakan secara maksimal
instrumen pengawasan dan perizinan.
Penegakan Hukum Perdata Dalam hal pencemaran dan kerusakan
Diatur dalam: lingkungan hidup sudah terjadi, perlu
Pasal 84 – 92 UU PPLH dilakukan upaya represif berupa
penegakan hukum yang efektif,
Penegakan Hukum Pidana konsekuen, dan konsisten terhadap
Diatur dalam: pencemaran dan kerusakan lingkungan
Pasal 94 – 119 UU PPLH hidup yang sudah terjadi.”

Penjelasan Umum UU 32/2009


Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup (PSLH)
Definisi Sengketa Lingkungan Hidup (Pasal 1 angka 25 UU PPLH): Sengketa lingkungan hidup
adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi
dan/atau telah berdampak pada lingkungan hidup.

PSLH dalam Pasal 84 UU PPLH :


1. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar
pengadilan.
2. Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan secara sukarela oleh para pihak
yang bersengketa.
3. Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya penyelesaian sengketa di
luar pengadilan yang dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang
bersengketa.

3
PSLH di Luar Pengadilan (Pasal 85 UU PPLH)
Tujuan: untuk mencapai kesepakatan sebagaimana diatur dalam pasal 85 ayat (1)
mengenai

1. Bentuk dan besarnya ganti rugi;


2. Tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan;
3. Tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran dan/atau perusakan;
dan/atau
4. Tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan hidup

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak pidana lingkungan
hidup (Psl. 85 ayat 2)

4
Lembaga Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup

Dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dapat digunakan jasa
mediator dan/atau arbiter untuk membantu menyelesaikan sengketa lingkungan hidup
(Pasal 85 ayat 3).

Pasal 86 UU No. 32 tahun 2009 tentang PPLH:

(1) Masyarakat dapat membentuk lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa


lingkungan hidup yang bersifat bebas dan tidak berpihak.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memfasilitasi pembentukan lembaga


penyedia jasa penyelesaian sengketa lingkungan hidup yang bersifat bebas dan tidak
berpihak.

5
PSLH melalui Pengadilan (Pasal 87 UU PPLH )

(1) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar
hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian
pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan
tertentu.
(2) Setiap orang yang melakukan pemindah tanganan, pengubahan sifat dan bentuk usaha,
dan/atau kegiatan dari suatu badan usaha yang melanggar hukum tidak melepaskan tanggung
jawab hukum dan/atau kewajiban badan usaha tersebut.
(3) Pengadilan dapat menetapkan pembayaran uang paksa terhadap setiap hari keterlambatan
atas pelaksanaan putusan pengadilan.
(4) Besarnya uang paksa diputuskan berdasarkan peraturan perundang- undangan

6
Isu-Isu Penting dalam PSLH melalui Pengadilan

• Strict Liability diatur dalam pasal 88 à Setiap orang yang tindakannya, usahanya,
dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3,
dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung
jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan.
• Tenggat Kadaluarsa Pengajuan Gugatan (Pasal 89)
• Hak Gugat Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Pasal 90)
• Hak Gugat Masyarakat (Pasal 91)
• Hak Gugat Organisasi Lingkungan (Pasal 92)

7
Konflik Sumber Daya Alam
Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 7 tahun 2012
tentang Penanganan Konflik Sosial, konflik dapat
bersumber antara lain dari sengketa sumber daya alam
antar masyarakat dan/atau antar masyarakat dengan
pelaku usaha; atau distribusi sumber daya alam yang
tidak seimbang dalam masyarakat

8
Continuum of Conflict Management and Resolution Approaches
Chistopher Moore, 1996
Formality of the process, the privacy of the approach, the people involved, the authority of the
third party (if there is one), the type of decision will result, and the amount of coercion exercised.

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 9


Conflict is the open expression of
disagreement
(Carpenter & Kennedy, 1988)

Conflict is a clash of interest, values,


actions, or directions. Conflict refers to the
Pengertian Dasar existence of that clash. The word conflict is
applicable from the instant that the clash
Konflik dan occurs. Even when we say that there is a
Sengketa potential conflict we are implying that there
is already a conflict of direction even
though a clash may not yet occurred.
(Edward De Bono 1985)

Dispute: unmanaged (escalated) conflict


(Carpenter & Kennedy, 1988)

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 10


Bentuk-Bentuk Konflik
Konflik diyakini dan dipahami ada disebabkan
1. Konflik sebagai Persepsi kebutuhan, kepentingan, keinginan atau nilai-nilai dari
seseorang berbeda/ tidak sama dengan orang lain

• Konflik sebagai reaksi emosional terhadap situasi


atau interaksi yang memperlihatkan adanya

2. Konflik sebagai Perasaan ketidaksesuaian/ ketidak cocokan.


• Reaksi emosional ini diwujudkan dengan rasa takut,
sedih, pahit, marah, dan keputus-asaan atau
campuran perasaan-perasaan di atas

Merupakan ekspresi perasaan dan pengartikulasian


dari persepsi ke dalam suatu tindakan, untuk

3. Konflik sebagai Tindakan mendapatkan suatu kebutuhan (kebutuhan dasar,


kepentingan dan kebutuhan akan identitas) yang
memasuki wilayah kebutuhan orang lain

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 11


Konflik dan Sengketa
Konflik atau sengketa terjadi di setiap hubungan antar manusia, dan terjadi di seluruh masyarakat di dunia.
Konflik atau sengketa dapat kita saksikan dalam kehidupan keseharian antar pasangan suami-istri, antar
keluarga, tetangga, kelompok etnik dan ras, hubungan kerja, organisasi, komunitas, warga negara dengan
pemerintah, dan antar bangsa.

Dikarenakan konflik terjadi di berbagai tingkatan komunitas, organisasi, serta antar negara dan melibatkan
sumber daya, perasaan, biaya yang tidak kecil, bahkan korban jiwa oleh karenanya orang mencari cara agar
konflik atau sengketa dapat diakhiri atau diatasi. Dalam rangka penyelesaian konflik dan sengketa tersebut,
organisasi maupun masyarakat mencoba mengembangkan teknik/prosedur yang efisien yang bisa memenuhi
kepentingan para pihak yang bersengketa, disisi lain bisa memelihara hubungan baik yang telah terjalin yang
bertujuan meminimalisasi kerugian (materiil dan non-materiil) yang diakibatkan oleh konflik tersebut.

Kebanyakan ketidaksepakatan ditangani dengan cara-cara yang informal dari mulai penghindaran konflik
(conflict avoidance), pencegahan (conflict prevention), maupun penyelesaian langsung antar pihak secara
informal (informal discussion and problem solving). Disagreement atau konflik menjadi sengketa (dispute)
apabila para pihak tidak mampu atau tidak mau untuk menyelesaikan atau mengatasi
ketidaksepakatan/konflik tersebut. Berbagai pendekatan organisasi atau kelompok dalam mengatasi konflik
atau sengketa dilakukan melalui berbagai cara sebagaimana digambarkan dalam figur di bawah ini.

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 12


13
• Negotiation is a structured communication
and bargaining process that is commonly
used to conduct transactions and reach
agreements on issues where serious
differences do not exist, or to resolve a
dispute or conflict.

Negotiation dan • Mediation is a conflict resolution process in


which a mutually acceptable third party, who
Mediation has no authority to make binding decisions
for disputants, intervenes in a conflict or
dispute to assist involved parties to improve
their relationships, enhance communications,
and use effective problem-solving and
negotiation procedures to reach voluntary
and mutually acceptable understandings or
agreements on contested issues. The
procedure is an extension of the negotiations.

(Christopher Moore, 2011)


© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 14
Konflik/Sengketa yang Layak di Negosiasikan (Negotiability)
1. Para pihak yang terlibat dalam konflik atau sengketa bersedia untuk melakukan a joint problem
solving process.
2. Para pihak saling memiliki ketergantungan antar satu dan lainnya sehingga terdorong untuk
bekerjasama untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya (equal bargaining power).
3. Para pihak mampu mengidentifikasi dan menyepakati isu-isu yang akan di rundingkan dalam joint
problem solving, sekalipun kepentingan mereka berbeda.
4. Para pihak mampu mempengaruhi satu sama lain (equal bargaining power) dan mencegah tindakan
yang membahayakan hubungan bahkan memberikan apresiasi (positive and constructive
atmosphere).
5. Para pihak merasa terdesak dengan waktu penyelesaian (sense of urgency) sebagai motivasi yang
kuat untuk menyelesaikan konflik atau sengketa.
6. Para pihak menyadari Best Alternative to a Negotiated Agreement (BATNA) yang mereka miliki not as
viable, efficient, or desirable dibandingkan dengan solusi yang diharapkan dari negosiasi ini.
7. Para pihak memiliki faktor penentu (bersifat eksternal) yang mendorong mereka menyelesaikan
sengketa melalui negosiasi atau mediasi (misalnya putusan pengadilan yang tidak bisa dipredisksi,
gejolak dalam perusahaan yang harus diselesaikan, konsekuensi biaya jika tidak segera diselesaikan,
dsb).

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 15


BATNA (Best Alternative to a Negotiated Agreement)
Alternatif Terbaik Apabila Tidak Mencapai Kesepakatan (the Second Best Option)

BATNA adalah Standard against which any proposed agreement should be measured. Protecting yourself against
bad agreement.

The better your BATNA, the greater your power. People think of negotiating power as being determined by
resources like wealth, political connections, physical strength, friends, and military might. In fact, the relative
negotiating power of two parties depends primarily upon how attractive to each is the option of not reaching
agreement.

The greater danger is that you are too committed to reaching agreement. Not having developed any alternative to a
negotiated solution, you are unduly pessimistic about what would happen if negotiations broke off.

Tujuan BATNA:
(1) Berfungsi sebagai benchmark agar dapat mencapai kesepakatan yang optimal yang mampu memenuhi
kepentingan-kepentingan para pihak; dan
(2) Meringankan beban dalam negosiasi sehingga negosiator tidak mudah terperangkap pada kesepakatan yang
tidak mencerminkan pemenuhan kepentingannya (walkaways alternative).

Langkah-langkah menyusun BATNA:


1. Mengembangkan a list of action yang akan ditempuh bila tidak tercapai kesepakatan.
2. Memperbaiki gagasan-gagasan yang menjanjikan dan mengubah ke dalam practical alternatives.
3. Memilah secara tentatif satu alternatif yang sepertinya terbaik.

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 16


Negosiasi yang berbasis posisi
(positional based bargaining)
Teknik
Negosiasi
Negosiasi yang berbasis
kepentingan (interest based
bargaining)

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 17


Perundingan Berbasis Posisi
• Perundingan Posisional
selalu dimulai dengan solusi. Tujuan saya

• Para pihak saling Menang/Kalah


mengusulkan solusi dan
saling menawar sampai
mereka menemukan satu Kompromi
titik yang dapat diterima
bagi keduanya (terjebak
pada rentang tawar Kalah/Menang
menawar).

Tujuan Anda

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 18


Perundingan Berbasis Kepentingan (Interest-Based)
Perundingan berdasarkan kepentingan dimulai dengan mengembangkan dan menjaga hubungan.
Para pihak mendidik satu sama lain akan kebutuhan/kepentingan mereka dan bersama-sama
menyelesaikan persoalan berdasarkan pada kebutuhan-kebutuhan/kepentingan.
Sikap/Perilaku Perunding Bertumpu
pada kepentingan:
• Kue (pie) tidak terbatas (kreativitas)
Tujuan saya
• Tujuannya adalah = win/win a
• Kebutuhan dari seluruh pihak harus sam
r
dibahas dalam rangka mencapai Be
tujuan la h
a
• Para perunding adalah “Penyelesai as
M
masalah” yang kooperatif a n
• Menjaga/membangun pola cah
e
hubungan positif selama m
perundingan
Pe
• Terdapat beberapa pilihan
penyelesaian yang memuaskan Tujuan anda
• Kepercayaan diri senantiasa dijaga

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 19


Kiat Perundingan Pilihan-
Berbasis Orang Kepentingan Kriteria
pilihan
Kepentingan
(Interest Based )
Menitikberatkan Jangan terpaku Menyepakati kriteria
pada hanya pada satu berdasarkan ukuran
Mempunyai 4 (empat) Pisahkan antara kepentingan/kebut pemecahan objektif untuk
pemecahan masalah
elemen dasar : orang dan masalah uhan dan bukan Masalah
mempertahankan
1. Orang (People) posisi
2. Kepentingan Nilai pasar
Perbanyak pilihan-
(Interest) Pusatkan pikiran pilihan pemecahan
pada masalah Masalah
3. Pilihan-pilihan bukan pada mitra Bukan apa yang Ukuran ilmiah
(Options) Runding saya inginkan atau
tidak inginkan
4. Kriteria (Criteria) Hindarkan pemikiran
bahwa pemecahan Ukuran Profesional
Para perunding masalah hanya urusan
melihat diri mereka mitra runding
sebagai mitra kerja
yang harus Praktek dalam
bekerja sama Mengapa saya Masyarakat
Tentukan penyelesaian
untuk inginkan atau tidak pada pemecahan
menyelesaikan inginkan yang memuaskan para
masalah pihak Hukum

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 20


PROBLEM SOLUTION
Positional Bargaining: Which Game Should You Play? Change the Game — Negotiate on the Merits
SOFT HARD PRINCIPLED
• Para pihak adalah kawan. • Para pihak adalah • Para pihak adalah penyelesai masalah.
• Tujuan akhir adalah pemcapaian lawan/musuh. • Tujuan dari negosiasi adalah hasil yang bijaksana, yang
kesepakatan. • Tujuan adalah kemenangan. diterima oleh semua pihak (efficiently and amicably).
• Memberi konsesi untuk menjaga • Menuntut konsesi sebagai • Memisahkan orang dengan masalah (separate the
hubungan. prasyarat terjaganya hubungan. people from the problem).
• Lunak terhadap orang dan • Keras terhadap permasalahan • Lunak terhadap orang, tetapi keras/tegas terhadap
permasalahan. dan terhadap orang. masalah (be soft on the people, hard on the problem).
• Percaya pada pihak lain (mitra • Tidak mempercayai pihak lain • Kepercayaa dan ketidakpercayaan dapat terjadi dengan
runding). (mitra runding). alasan yang masuk akal (independent of trust).
• Merubah posisi dengan mudah. • Bersikukuh pada posisi. • Fokus pada kepentingan, tetapi bukan pada posisi
• Kerap memberikan penawaran. • Melemparkan ancaman. (focus on interests, not positions).
• Membuka batas minimal yang • Menuntut pihak lain memberikan • Eksplorasi kepentingan.
diinginkan (disclose your bottom konsesi sebagai prasyarat untuk • Menghindari penggunaan bottom line.
line). mencapai kesepakatan. • Menggali opsi untuk keuntungan semua pihak.
• Menerima kekalahan salah satu • Mencari jawaban tunggal: • Mengembangkan berbagai opsi terlebih dahulu untuk
pihak untuk mencapai sesuatu yang pihaknya (yang penghambilan keputusan kemudian.
kesepakatan. menerapkan hard approach) bisa • Mengandalkan kriteria objektif setiap mengusulkan
• Mencari jawaban tunggal: terima. opsi-solusi.
sesuatu yang bisa diterima pihak • Mencoba memenangkan contest • Try to reach a result based on standards independent of
lawan. of will. will.
• Menghindari contest of will. • Menerapkan tekanan pada pihak • Menggunakan alasan/argumentasi dan terbuka terhadap
• Mengalah dan mudah untuk lawan. alasan/argumentasi dari mitra runding untuk mencapai
ditekan. kesepakatan berdasarkan prinsip, bukan tekanan.
© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 21
Hambatan Joint Problem Solving

The Goal:
BARRIERS TO Strategy:
JOINT PROBLEM
COOPERTATION BREAKTHROUGH NEGOTIATION
SOLVING

Para pihak duduk • Reaksi sendiri • Go to the Balcony (metaphor untuk melepaskan diri dari proses negosiasi
berdampingan (Your Reaction) agar dapat mengurangi subjektivitas untuk tetap konsisten terhadap tujuan).
dalam penyelesaian • Reaksi
masalah (People opponent (Their • Step to Their Side (melangkah seolah-olah menjadi mitra runding dalam
Sitting Side by Side) Emotion) menyelesaikan masalah melalui cara mendengarkan, mengakui poin-poin
mereka, menyetujui saran baik mereka, dan memberikan penghargaan/sense
of respect).

Facing the Problem. Posisi mereka Reframe. Strategi reframe ini mensugesti kita untuk mampu sebagai game
(Their Position). changer pada saat mitra runding mengambil posisi yang hardline. Strategi ini
menyarankan untuk kita tidak terpancing secara reaktif membalas sikap mitra
runding, tetapi sebaliknya untuk membawa mereka fokus kepada penyelesaian
masalah secara bersama dengan mengajukan problem solving questions (let the
problem be their teacher). Mengkerangkakan kembali dengan cara menerima
pandangan mereka (sepanjang bisa diterima) dan menyampaikan probing
questions (yang membuat mereka nyaman) sebagai ikhtiar untuk membuat mitra
runding tertarik untuk bersama-sama solving the problem.
© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 22
Hambatan Joint Problem Solving
The Goal:
BARRIERS TO Strategy:
JOINT PROBLEM
COOPERTATION BREAKTHROUGH NEGOTIATION
SOLVING
Reaching a • Ketidakpuasan • Build Them a Golden Bridge, membangun “jembatan emas” untuk menghubungkan posisi
Mutually mereka (Their mitra runding sehingga bisa mencapai solusi yang memuaskan para pihak (mutually
Satisfactory Dissatisfaction) satisfactory solutions) dengan cara menyelamatkan muka mereka (face saving) dan
Decision • Kekuatan mereka merancang hasil kesepakatan yang mensimbolkan kemenangan dan prestasi semua pihak.
(Their Power) Kita harus memposisikan diri kita sebagai mediator yang mampu membuat mereka nyaman,
dengan cara melibatkan mereka dalam proses, menggabungkan ide mereka dengan kita,
kemudian mengidentifikasi unmet interest (kepentingan yang belum tercapai) dan memenuhi
unmet interest tersebut, terutama basic human needs (procedural interest, phycological
interest, dan substantive interest) ke dalam rancangan kesepakatan.

• Use Power to Educate, cara ini adalah pengendalian diri kita disaat mitra runding tidak
bersedia untuk bekerja sama merancang satu kesepakatan dikarenakan mitra runding memiliki
keyakinan dia bisa memenangkan sengketa tanpa bernegosiasi. Apabila kita memaksa apalagi
mengancam, maka akan berakibat sangat mahal, dan proses perundingan akan terhenti.
Solusinya, adalah meningkatkan kekuatan negosiasi kita untuk membawa mereka kembali ke
meja perundingan melalui cara meyakinkan mereka bahwa mereka tidak bisa mencapai
kesepakatan yang mencerminkan kemenangan apabila dia tidak bersama-sama dengan kita.
Edukasi mitra runding bahwa akibat dari ketidaksepakatan akan menjadi beban bagi mereka
(costly) melalui pertanyaan-pertanyaan yang bersifat reality testing question (pertanyaan yang
membuat mereka berfikir bahwa akibat dari ketidaksepakatan merugikan semua pihak,
termasuk dia). Jangan mengancam, tetapi kita sebagai negosiator memperlihatkan BATNA kita
dan yakinkan kembali pada mitra runding bahwa tujuan kita adalah mutual satisfaction goal,
bukan kemenangan salah satu pihak.(terkait dengan build a golden bridge)

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 23


5 Langkah Terobosan Negosiasi (Urry, 1993)
Go To The Balcony
Apabila anda menghadapi negosiasi yang sulit dengan mitra runding yang berperilaku negatif dan temperamental, kita lebih
baik memilih step back dan tidak membalas secara reaktif dan emosional juga. Sebaliknya, kita perlu mengkonsolidasikan
mental kita dengan mengevaluasi dan merefleksikan kembali kepentingan dan BATNA kita. Teknik ini dikenal dengan Go to the
Balcony (GTB). GTB ini metafora untuk sikap mental melepaskan diri (detachment) dari proses yang kita sedang terlibat yaitu
negosiasi. Seolah olah kita berada di atas balcony yang dengan tenang kita mengevaluasi konflik/sengketa seperti halnya kita
sebagai pihak ketiga netral. Go to the Balcony ini cara cerdas untuk menghindari konflik yang semakin runcing dan tidak
terkendali, sekaligus mengkonsolidasikan mental dan pikiran kita untuk tetap mengupayakan pencapaian kesepakatan yang
memenuhi kepentingan kita dan lebih baik dari BATNA.

Step to Their Side


Negotiator yang sukses adalah negosiator yang mampu menciptakan iklim yang favourable dan suasana nyaman bagi semua
pihak. Hilangkan rasa marah, takut dan sikap bermusuhan. Kembangkan naluri positif: dengarkan mereka, akui dan apresiasi
poin poin yang mereka sampaikan, setujui usulan mereka sepanjang dimungkinkan bagi kita untuk menyetujuinya. Apresiasi
dan akui otoritas dan kompetensi mereka. Jangan kita menyangkal hal yang tidak perlu kita sangkal (dont argue): Step to their
Side.

Reframe
Negosiator yang baik juga mampu menjadi game changer. Andaikata mitra runding kita mengambil posisi hard-line jangan kita
terpancing untuk menolak atau counterattack tetapi arahkan mereka untuk bagaimana memenuhi kepentingan masing-masing
pihak. Sebaliknya kita menggunakan/mengkapitalisir pendapat mereka untuk ajukan problem solving questions: mengapa
anda menginginkan posisi tersebut; apa yang anda akan lakukan apabila anda berada dalam situasi seperti saya ....Biarkan
permasalahan yang menjadi guru mereka. Hal tersebut yang disebut taktik reframe. Dont Reject: Reframe.
© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 24
5 Langkah Terobosan Negosiasi (Urry, 1993)
Build Them a Golden Bridge
Seringkali terjadi disaat kita siap bernegosiasi, mitra runding kita mandek tidak menunjukan kemauan untuk maju. Mitra
runding kita tidak yakin ada manfaat dari sebuah kesepakatan. Seringkali kita tergoda untuk mendorong dan bersikeras
(ngotot) dan kesal. Sikap reaktif seperti itu merugikan proses negosiasi karena mitra runding semakin kuat resistensinya.
Do the opposite, dengan cara kita berperan sebagai mediator: libatkan mereka dalam proses; inkorporasikan gagasan
mereka dalam berbagai usulan opsi penyelesaian; penuhi kepentingan mereka yang belum tercerminkan (unmet
interest)-- terutama kepentingan yang terkait basic human needs-- (lihat Circle of Conflict )-- dalam proposal
penyelesaian; bantu selamatkan muka mereka; buatkan usulan kesepakatan dapat mencerminkan/mensimbolkan
kemenangan mereka. Istilahnya Go Slow To Go Fast. Dont Push: Build Them the Golden Bridge

Use Power to Educate


Apabila mitra runding tetap resisten dan berfikir mereka bisa memenangi konflik tanpa harus negosiasi, kita harus
mengedukasi mereka. Jangan gunakan ancaman dan kekerasan, dan paksaan karena akan backfire dan lashout. Justru
kita perlu mengedukasi mereka cost of not agreeing dengan cara: (1) ask reality testing questions;(2) ingatkan sebagai
ganti ancaman (warn rather than threaten); (3) perlihatkan BATNA; (4) Tunjukan bahwa tujuan kita adalah mutual
satisfaction dan bukan victory. Yakinkan terus mereka bahwa golden bridge is always open. Kuncinya: Dont Escalate:
Use Power to Educate

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 25


Situasi/Kondisi (yang) Membutuhkan Bantuan Mediator (1)
1. Para pihak mengalami kesulitan untuk berhubungan/ berkomunikasi, bertemu, dan memulai pembicaraan
untuk mengupayakan penyelesaian konflik/sengketa.

2. Emosi dan ekspresi negatif yang memperburuk hubungan para pihak menghambat diskusi untuk
penyelesaian masalah mereka.

3. Hilangnya kepercayaan dan respect antar pihak yang menghambat terjadinya pembicaraan yang produktif.

4. Komunikasi antar pihak yang bersengketa/berkonflik sangat buruk (kualitas dan kuantitas) yang tidak bisa
diatasi oleh para pihak itu sendiri.

5. Mispersepsi atau stereotyping/labelling yang menghambat komunikasi dan pertukaran pesan yang
konstruktif.

6. Perilaku negative yang dilakukan secara berulang (repeated negative behavior) dari para pihak (beberapa
pihak) yang menjadi kendala serius terjadinya komunikasi yang efektif sebagai prasyarat untuk
penyelesaian masalah.

7. Ketidaksepakatan yang serius (significant disagreement) antar pihak terkait dengan data (penentuan
penting atau tidaknya data, bagaimana data itu didapatkan, dan bagaimana data itu dievaluasi/dinilai).

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 26


Situasi/Kondisi (yang) Membutuhkan Bantuan Mediator (2)
8. Terdapat berbagai isu (multiple issues) dan para pihak belum sepakat tentang bagaimana
ketidaksepakatan isu-isu tersebut diatasi dan dicarikan solusinya.

9. Para pihak merasa buntu tentang posisi mereka yang ditandai masing-masing pihak menginginkan
solusi yang berbeda-beda, dan ketidakmampuan untuk melakukan identifikasi tentang kepentingan-
kepentingannya, apalagi berbicara tentang mutually acceptable interest-based solutions

10. Para pihak mendapatkan tekanan untuk tidak menyelesaikan konflik/sengketa yang disebabkan oleh
faktor-faktor atau pihak lain diluar para pihak yang bersengketa.

11. Para pihak enggan untuk mencapai kesepakatan karena adanya faktor unknowns, risks, atau
perubahan situasi kedepan.

12. Para pihak kehilangan kepercayaan terhadap satu dengan yang lain, andaikatapun terjadi
kesepakatan, kesepakatan tersebut tidak dilaksanakan.

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 27


A Variety of Roles of Mediator
1. Pembuka saluran komunikasi (opener of communication channels), yang memulai menyambungkan komunikasi atau
memfasilitasi komunikasi yang lebih baik, kalau komunikasi itu telah terbangun sebelumnya.
2. The legitimizer, membantu para pihak untuk mengakui hak masing-masing pihak, yang terlibat dalam perundingan.
3. The process facilitator, pihak yang menyediakan prosedur dan dapat juga berperan sebagai pimpinan dalam sesi-sesi
perundingan.
4. The trainer, menjalankan peran yang mendidik pihak-pihak yang pemula, tidak berpengalaman dan tidak siap dalam proses
negosiasi
5. The resource expander, mengusulkan bantuan procedural kepada para pihak dan memperkenalkan para ahli dan
narasumber lainnya seperti lawyers, technical experts, decision makers, bahkan additional goods for exchange yang
memungkinkan para pihak untuk memperluas opsi-opsi settlement yang dapat diterima kedua belah pihak (mutually
acceptable settlement options)
6. The problem explorer, memampukan para pihak untuk mengevaluasi/menguji permasalahan dari berbagai sudut pandang,
membantu mendefinisikan isu-isu pokok dan kepentingan dan melakukan eksplorasi terhadap opsi-opsi yang dapat
memenuhi kepentingan para pihak.
7. The agent of reality, membantu membangun penyelesaian yang implementatif dan masuk akal dan membangun sikap kritis
dan mempertanyakan terhadap para pihak yang memiliki tujuan-tujuan yang ekstrim dan tidak realistis
8. The scapegoat, memposisikan diri sebagai pihak yang bertanggungjawab dan bersedia menjadi pihak yang dipersalahkan
dari kesepakatan yang tidak populer untuk menyelamatkan integritas dari para pihak
9. The leader, sebagai pihak yang mengambil prakarsa, menghidupkan dan mendinamisir proses negosiasi melalui usulan
yang sifatnya procedural maupun substansial
© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 28
Jenis-Jenis Mediator (Christopher Moore, 2011)
Authoritative Mediators
Social Network Independent
Mediators Mediators

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 29


Hubungan
Data/Informasi
Kepentingan Struktur
Nilai

CIRCLE OF CONFLICT
30
Circle of Conflict: Causes and Intervention
Moore, 1996

Lihat slide berikutnya 31


Penyebab/Sumber Konflik
Christopher Moore, 1996
Konflik yang didasarkan pada • (i) emosi yang kuat, (ii) mispresepsi, (iii) stereotyping, (iv) komunikasi yang
hubungan antar manusia buruk dan miskomunikasi, dan (v) perilaku negatif yang dilakukan secara
(relationship conflicts): berulang.

• (i) Kurangnya informasi; (ii) informasi yang keliru/misinformasi, (iiI) perbedaan


Konflik terkait dengan data
cara pandang tentang relevansi data, (iv) penafsiran yang berbeda tentang
(data conflicts): data, dan (v) assessment yang berbeda tentang prosedur.

Konflik kepentingan (interest • (i) kepentingan substantif, (ii) kepentingan prosedural, dan (iii) kepentingan
conflict): psikologis

• (i) Perilaku dan interaksi yang destruktif, (ii) kontrol yang tidak seimbang, (iii)
Konflik struktural (structural kepemilikan, (iv) pendistribusian sumber daya, (v) ketidakseimbangan kekuatan
conflicts): dan otoritas, (vi) faktor geografis, fisik, dan lingkungan yang menjadi kendala
kerjasama, dan (vii) kendala waktu

• (i) perbedaan kriteria dalam mengevaluasi gagasan atau perilaku, (ii) gaya
Konflik nilai (value conflicts): hidup yang berbeda, dan (iii) ideolgi dan agama.

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 32


12 Tahapan Kerja Mediator
1. Membangun hubungan baik dengan para pihak yang bersengketa
2. Menyeleksi strategi untuk melaksanakan/memandu mediasi
3. Mengumpulkan dan menganalisis background information Persiapan
4. Merancang rencana detail pelaksanaan mediasi
5. Membangun kepercayaan dan kerja sama

6. Memulai sesi mediasi


7. Mendefinisikan issue dan menetapkan agenda
8. Mengungkap kepentingan yang tersembunyi (hidden interests) dari
para pihak
Pelaksanaan
9. Mengembangkan opsi-opsi untuk penyelesaian/kesepakatan Mediasi
10.Mengevaluasi/menilai berbagai opsi untuk kesepakatan
11.Kesepakatan akhir

12.Menyusun perjanjian kesepakatan formal Wrap Up

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 33


Conflict Analysis Summary (Bagian dari perencanaan negosiator/mediator)

Parties Procedures
1. Who are the main parties and their key spokespeople? 1. What do parties think about using
2. Who are the secondary parties and their spokespeople? some form of conflict management?
3. Are the parties will defined? What suggestions do they have?
4. Do the parties want to work toward a solution? 2. Does a consensus process serve the
5. Are the parties capable of working with each other? parties interest?
3. What constraints might affect the
Substance of the Problem structure of a conflict management
1. What description best characterize the conflict? (a) Conflict process (timing, legal activities,
focuses on different interest; (b) Conflict focuses on strongly resources)?
held values; (c) Conflict focuses on perceived differences that 4. What other obstacle must a process
do not really exist. overcome?
2. What is the most constructive way to define the problem? 5. Which parties are experienced in
3. What are the central issues? using alternative dispute resolution
4. What are the secondary issues? procedures?
5. Are the issues negotiable? 6. What are the chances for success?
6. What are the key interest of each party?
7. What interest do parties have in common?
8. What positions have been taken/
9. What other options for resolution exist?
© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 34
Kesimpulan
1. Dalam masyarakat perkotaan modern, mediator independen yang diperankan oleh
mediator profesional lebih tepat. Dalam masyarakat adat, fungsi social network mediator
sudah berlangsung lama dan banyak ditemukan cerita keberhasilan. Sedangkan
authoritative mediator dapat diterapkan dalam masyarakat perkotaan dan pedesaan
sepanjang nilai nilai imparsialitas dan netralitas betul betul diterapkan.

2. Penguasaan teknik negosiasi interest based lebih tepat dibandingkan dengan positional
based (soft dan hard) karena kemungkinannya lebih besar menghasikkan kesepakatan
yang stabil dan implementable.

3. Penguasaan teknik negosiasi dan mediasi mutlak harus dilembagakan terutama oleh
peruguruan tinggi apabila konsep dan teknik negosiasi dan mediasi akan dioptimalkan
penggunaannya di Indonesia. Penguasaan konsep dan teknik secara textbook perlu
diimbangi dengan penelitian praktek negosiasi dan mediasi di Indonesia, dan simulasi
kasus-kasus konflik dan sengketa yang terjadi di Indonesia.
© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 35
Contoh Kasus: PT. Tambang Mas Sangihe (TMS) vs. Masyarakat
Pulau Sangihe, Sulut
• Pada 29 Januari 2021, PT Tambang Mas Sangihe (TMS) mendapat persetujuan
peningkatan Kontrak Karya menjadi tahap kegiatan operasi produksi (IUP-OP) dari
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk menambang di Pulau Sangihe, Sulawesi
Utara.
• Izin operasi produksi perusahaan tersebut kemudian ditolak oleh warga sangihe karena
mengancam ruang hidup mereka, dan secara ekologis membahayakan pulau tersebut
terlebih area konsesi yang termuat dalam IUP PT TMS mencakup wilayah Hutan Lindung
dan hutan Sahendrarumang yang menjadi hulu dari 70 Sungai. Luas pulau Sangihe
kurang dari 2.000 Km, yang mana secara hukum termasuk dalam kategori
“Pulau Kecil” sebagaimana telah dinyatakan pada pasal 1 ayat (3) UU PWP3K. Pada
aturan yang sama, pulau kecil bukan merupakan wilayah yang diprioritaskan untuk
pemanfataan pertambangan.
• Selain itu, dalam Perda Nomor 1 Tahun 2017 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (“RZWP3K”) Provinsi Sulawesi Utara, tidak ada rencana
pemanfaatan wilayah untuk pertambangan di Kabupaten Kepulauan Sangihe terhitung
sejak 2017 sampai dengan tahun 2037.
36
Penyelesaian Konflik: PT. Tambang Mas Sangihe (TMS) vs.
Masyarakat Pulau Sangihe, Sulut.
• Pada 12 Oktober 2021, masyarakat Pulau Sangihe mengajukan gugatan ke PTUN Manado atas Izin Lingkungan yang
diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Sulawesi Utara.
• Salah satu alasan pengajuan gugatan tersebut adalah tidak adanya pelibatan masyarakat dalam proses penyusunan
AMDAL sebagai salah satu syarakat penerbitan Izin Lingkungan.
• Pada tanggal 2 Juni 2022, PTUN Manado memutuskan mengabulkan gugatan warga, dengan pertimbangan bahwa benar
dalam proses penerbitan Izin tersebut tidak melibatkan masyarakat.
• Selanjutnya, PT. TMS mengajukan banding ke PT-TUN Makassar pada tanggal 15 Juni 2022. Dalam putusannya, PT-TUN
Makassar mengabulkan banding yang diajukan oleh PT. TMS karena menurutnya, terdapat partisipasi masyarakat dalam
proses penyusunan AMDAL.
• Warga kemudian mengajukan kasasi di Mahkamah Agung namun dan putusannya ditolak, sehingga Izin Lingkungan tidak
dicabut.
• Meskipun demikian, jika merujuk kepada dictum ke-7 yang memuat bahwa izin lingkungan berlaku sama dengan masa
berlakunya masa izin usaha dan/atau kegiatan, maka izin lingkungan dimaksud sudah tidak berlaku lagi karena IUP-OP
milik PT.TMS telah dicabut.
37
Penyelesaian Konflik: PT. Tambang Mas Sangihe (TMS) vs.
Masyarakat Pulau Sangihe, Sulut
• Pada tanggal 12 Agustus 2021, masyarakat sangihe mengajukan gugatan ke PTUN
Jakarta atas izin IUP-OP sebagai perpanjangan Kontrak Karya.
• Di PTUN Jakarta, masyarakat mengajukan gugatan terhadap IUP OP PT TMS. Gugatan
tersebut ditolak karena hakim PTUN Jakarta objek gugatan seharusnya bukan IUP OP,
melainkan Kontrak Karya sehingga seharusnya gugatan diajukan ke Pengadilan
Negeri.
• Pada tanggal 20 Mei 2022, warga mengajukan banding ke PT-TUN Jakarta dan
dikabulkan, sehingga eksepsi yang diajukan oleh tergugat (PT TMS dan Menteri
ESDM) ditolak pada tingkat banding.
• Menteri ESDM dan PT TMS kemudian mengajukan kasasi ke MA namun ditolak,
sehingga warga Sangihe menang dan IUP-OP PT.TMS harus dicabut.
• Saat ini, sedang dalam proses pelaksanaan putusan dan menunggu Menteri ESDM
mengeluarkan SK yang mencabut IUP-OP PT. TMS.

38
Conflict Analysis Chart (Bagian dari perencanaan negosiator/mediator)

Parties Issues Interests Importance Source of Positions/ Interested Other


of Issues Power/ Options in Working Comments
(High, Influence with Other
Medium, Parties
Low)

© Mas Achmad Santosa, 13 September 2021 39

Anda mungkin juga menyukai