Analisis Bahaya Gempa untuk Bendungan adalah suatu kegiatan menentukan parameter gempa suatu bendungan
dengan cara PSHA (probabilistic seismic hazard analysis) dan DSHA (deterministic seismic hazard analysis) serta
ketentuan lainnya seperti:
a. Natural frekwensi dari bendungan yang tergantung jenisnya,
b. Sejarah kegempaan dalam Radius 500 km dengan Mw >4.5
c. Fungsi Atenuasi,
d. Logic Tree
e. Analisis Deaggregasi
f. Pemilihan Ground Motion, dan
g. Matching Analysis untuk mendapatkan acceleration time histories.
Hasil Analisa Bahaya Gempa akan digunakan sebagai input parameter gempa untuk melakukan Analisis Dinamik
dengan Beban Gempa untuk Bendungan. Dengan demikian, apabila tidak pernah melakukan Analisis Bahaya Gempa,
maka tidak akan bisa dilakukan Analisis Dinamik dengan Beban Gempa untuk suatu Bendungan.
Dengan kata lain, Analisis Bahaya Gempa harus dilakukan agar bisa dilakukan Analisis Dinamik dengan Beban
Gempa, terutama pada bendungan dengan Kelas Risiko Tinggi dan Ekstrim.
2
Acuan yang digunakan
3
Bagan Alur Pelaksanaan Analisis Bahaya Gempa
4
Strategi Mitigasi Gempa
Tsunami avoid
avoid/
Liquefaction
To be addressed
Shaking/Ground
To be addressed
motion
Infrastructure to be designed
seismic resistance
Gempa Desain Bendungan
Menurut ICOLD (2016) kriteria keamanan untuk tubuh bendungan, bangunan pelengkap dan peralatan
hidromekanikal dibagi dalam beberapa level guncangan pada batuan dasar outcrop, yaitu: Operating Basis Earthquake
(OBE), Safety Evaluation Earthquake (SEE), dan untuk bangunan pelengkap, yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Tubuh Bendungan
▪ Pada gempa OBE, tubuh bendungan tidak diizinkan mengalami kerusakan struktural yang mempengaruhi
operasi dan keamanan bendungan.
▪ Pada gempa SEE, tubuh bendungan diizinkan mengalami kerusakan yang dapat diperbaiki (terjadi
kerusakan kecil). seperti retakan, deformasi dll, selama stabilitas bendungan tetap aman dan tidak ada
pelepasan air yang tidak terkendali dalam jumlah besar dari waduk.
Skenario OBE diperkirakan dapat terjadi selama umur manfaat bendungan, oleh karena itu pada skenario OBE
disyaratkan tidak boleh terjadi kerusakan atau sampai mengakibatkan operasi bendungan terhenti. Skenario OBE
ditentukan memiliki kemungkinan terjadinya sekitar 50% selama umur manfaat bendungan (100 tahun), atau setara
dengan periode ulang 145 tahun (ICOLD, 2010). Parameter guncangan pada batuan dasar outcrop OBE diperkirakan
berdasarkan PSHA.
SEE adalah guncangan gempa pada batuan dasar outcrop yang harus mampu ditahan oleh bendungan tanpa
pelepasan air waduk yang tidak terkendali. Untuk bendungan besar, SEE dapat diambil sebagai Gempa Maksimum
Kredibel/ Maximum Credible Earthquake (MCE) atau Desain Gempa Maksimum/Maximum Design Earthquake (MDE).
Pada skenario ini biasanya parameter guncangan pada batuan dasar outcrop yang paling maksimum yang harus
diambil. Jika tidak mungkin untuk membuat penilaian yang realistis dari MCE, maka SEE harus setidaknya sama
dengan MDE. Skenario gempa SEE adalah skenario guncangan pada batuan dasar outcrop gempa untuk penilaian
keamanan dan desain bendungan dan komponen yang terkait yang harus berfungsi setelah terjadi skenario SEE terjadi.
7
Gempa Desain Bendungan
MCE adalah skenario gempa yang menghasilkan guncangan pada batuan dasar outcrop terbesar yang mungkin terjadi di
lokasi bendungan berdasarkan pada sejarah kegempaan dan kondisi seismotektonik di wilayah tersebut. Skenario MCE
diperkirakan berdasarkan metode deterministik yang biasanya digunakan untuk daerah yang dekat dengan sesar. Setiap
skenario MCE diperhitungkan untuk setiap setiap sumber gempa yang jelas aktifitasnya. Kriteria daerah yang dekat sesar
adalah seperti yang dijelaskan di SNI 1726:2019 yaitu;
a. Berjarak 15 km dari proyeksi permukaan sesar aktif yang diketahui dan mampu menghasilkan kejadian gempa dengan
Mw 7 atau lebih besar, atau
b. Berjarak 10 km dari proyeksi permukaan sesar aktif yang diketahui dan mampu menghasilkan kejadian gempa dengan
Mw 6 atau lebih besar.
Percepatan tanah puncak (PGA) secara deterministik (scenario MCE) harus dihitung sebagai nilai terbesar dari 84th
percentile rata-rata geometrik percepatan tanah puncak dari perhitungan semua sumber-sumber gempa karakteristik yang
berpengaruh pada situs yang ditinjau, yaitu dari sumber sesar yang teridentifikasi dengan jelas secara regional. Nilai
deterministik ini tidak boleh diambil lebih kecil dari 0,6 g. (lihat SNI 1726:2019 Bab: 6.10.5.2 dan SNI 2833:2012 Bab: 5.2.2)
Pada daerah dengan morfologi sumber gempa yang tidak jelas (tidak teridentifikasi adanya sesar aktif), guncangan gempa
pada batuan dasar outcrop pada lokasi bendungan diestimasi menggunakan metode probabilistik, dengan periode ulang yang
panjang. Bendungan dengan kelas risiko yang rendah dan moderat, maka periode ulang yang lebih pendek dapat dipilih
sebagai skenario SEE. Dalam kasus di mana sumber gempa tunggal (fault) berkontribusi utama terhadap nilai bahaya gempa
(skenario deterministik), desain gempa dapat menggunakan spektra bahaya gempa seragam (uniform hazard spectra). Jika
tidak, maka untuk desain seismik dengan skenario probabilistik harus berdasarkan pada deaggregasi bahaya gempa
8 (magnitudo versus jarak).
Filosofi Analisis Bahaya Gempa
▪ Data Geologi
▪ Data Seismologi Model Sumber Gempa
▪ Data Seismotektonik (Subduksi, Sesar Aktif, Shalllow Back Ground,
▪ Data Sejarah Kegempaan Gempa Benioff)
▪ Data Geofisik
▪ Persamaan Atenuasi
9
Data Geologi
Data Geologi dapat diperoleh dari “Peta Geologi Regional” dan kemudian dapat di superposisi dengan struktur yang akan dibangun
10 diatasnya, sehingga dapat diprediksi pengaruh kondisi geologi terhadap struktur diatasnya.
Data Seismologi
Contoh segmentasi Sesar Besar Sumatra & Sejarah Gempa Besar
11
Data Seismotektonik
Peta Seismotectonic
12
Data Sejarah Kegempaan
Citra Geo-radar
15
Persamaan Atenuasi
Untuk contoh studi, pemilihan fungsi atenuasi berdasarkan beberapa kondisi masing-masing sumber gempa seperti yang
digunakan untuk pembuatan Peta Gempa Indonesia 2017 yaitu:
a. Sumber gempa shallow crustal, dimana model yang digunakan adalah model sumber gempa fault dan shallow background.
Fungsi atenuasi yang digunakan adalah:
• Boore-et al (2014) NGA West-2
• Chiou-Youngs (2014) NGA West-2
• Campbell-Bozorgnia (2014) NGA West 2
b. Sumber gempa subduksi interface (Megathrust), dimana model yang digunakan adalah model sumber gempa subduksi.
Fungsi atenuasi yang digunakan adalah:
• Atkinson-Boore (2003) Worldwide Interface USGS 2002
• Youngs (1997) Subduction USGS 2008
• Zhao dkk., with variable Vs-30. See BSSA, June, 2006 (Zhao dkk., 2006)
c. Sumber gempa Benioff (deep intraslab), dimana model yang digunakan adalah model sumber gempa deep background.
Fungsi atenuasi yang digunakan adalah:
• AB 2003 intraslab seismicity worldwide data region BC-rock condition. (Atkinson dan Boore, Wordwide 2003)
• Geomatrix slab seismicity rock, 1997 srl. July 25 2006. (Youngs dkk., 1997)
16 • Zhao dkk. intraslab, See BSSA, June, 2006 (Zhao dkk., 2006)
Model Sumber Gempa
Identified Fault
Seismotectonic Subduction
Unidentified
Background
Seismotectonic
Shallow background
Megathrust
Fault
Interface
Gridded Seismic 1
Benioff Zone/
Intraslab
Gridded Seismic 2
Gridded Seismic 3
Gridded Seismic 4
Logic Tree
Magnitude
Fault Models Ground Motion Models
Uncertainty
Mmax – 0.2
0.20
Characteristic Mmax
0.66 0.60
Mmax + 0.2
0.20
Fault
Trace
18
Model logic tree untuk Sumber Gempa Sesar Aktif (Fault)
Logic Tree
Magnitude
Subduction Models Ground Motion Models
Uncertainty
Atkinson-Boore (2003) Worldwide
Mmax – 0.2 Interface USGS 2002
0.20 0.25
Subd
Trace
Atkinson-Boore (2003) Worldwide
6.5 - (Mmax – 0.2) Interface USGS 2002
0.20 0.25
Gurenberg
Richter 6.5 - Mmax Youngs (1997) Subduction USGS 2008
0.50 0.60 0.25
6.5 - (Mmax + 0.2) Zhao et al (2006) USGS 2008
0.20
0.50
19
Model logic tree untuk Sumber Gempa Subduksi (Megathrust)
Logic Tree
20
Model logic tree untuk Sumber Gempa Zona Benioff
Analisis Bahaya Gempa
▪Expert judgement
▪Seismic design criteria
4. Seismic hazard Calculation
1. Seismic Sources Identification Calculation of hazard (ground motion)
▪ Location : coordinate of sources based on (1) + (2) + (3)
▪ Geometry : length, dip, max depth
▪Mechanism : subduction interface,
intraplate, faults,
3. Analysis of Seismic Wave Available strong motion
Propagation accelerogram data
Metoda DSHA yang dilakukan berdasarkan atas penetapan seismik pada suatu lokasi yang cukup dekat sumber gempa sesar yang
sudah teridentifikasi dengan baik, dimana skenario tersebut meliputi asumsi mengenai kejadian gempa dengan magnitudo tertentu yang
akan terjadi pada lokasi yang ditinjau artinya nilai magnitudo (M) dan jarak (R) sudah jelas. Penggunaan nilai magnitudo untuk analisis
DSHA biasanya adalah M terbesar dari sumber gempa terdekat yang mungkin terjadi. Metode ini pada umumnya digunakan untuk
menghitung percepatan gempa pada perencanaan bangunan-bangunan vital dimana akan sangat membahayakan jika terjadi kerusakan
yang diakibatkan oleh gaya gempa tersebut.
Tipikal metode DHSA digambarkan dalam empat tahapan proses (Reiter, 1990) yang terdiri dari:
a. Identifikasi dan karakterisasi semua sumber gempa di suatu lokasi yang mungkin berpotensi menghasilkan guncangan pada batuan
dasar outcrop yang signifikan. Karakterisasi sumber gempa termasuk pendefinisian tiap-tiap geometri sumber gempa dan potensi
gempa.
b. Penentuan parameter jarak sumber gempa ke lokasi kajian untuk tiap-tiap zona sumber gempa. Umumnya pada metoda DHSA ini
jarak terdekat antara zona sumber gempa dan lokasi kajian ditentukan. Jarak yang dipergunakan dapat berupa jarak epicenter atau
jarak hypocenter, tergantung pada persamaan empiris yang dipergunakan.
c. Pemilihan gempa (controlling earthquake) yang diperkirakan akan menghasilkan goncangan yang terbesar. Pemilihan ini dilakukan
dengan cara membandingkan besar goncangan yang dihasilkan oleh gempa pada jarak dan lokasi tertentu. Controlling earthquake
umumnya digambarkan oleh besaran Magnitudo dan jarak dari lokasi kajian.
d. Bahaya yang terjadi pada suatu lokasi kemudian didefinisikan, biasanya dalam bentuk gerakan tanah yang terjadi pada lokasi
tersebut akibat controlling earthquake. Karakteristik tersebut biasanya dideskripsikan oleh satu atau lebih parameter gerakan tanah
yang didapat dari persamaan empiris yang digunakan. Percepatan puncak (peak acceleration), kecepatan puncak (peak velocity) dan
ordinat spektra respon (response spectra ordinates) biasanya digunakan untuk mengkarakteristikkan bahaya gempa.
23
Prosedur Analisa Bahaya Gempa cara DSHA
Konsep dasar dari PSHA adalah menghitung ancaman gempa, berdasarkan pada kumpulan hasil dari semua
kejadian gempa dan ground motion yang mungkin dapat terjadi di masa yang akan datang. Sedang analisis dengan
kemungkinan ′magnitudo (M) dan jarak dari site ke sumber gempa′ yang mana akan memberikan kontribusi hazard
terbesar pada site tidak terlihat dengan jelas dalam PSHA. Dengan kondisi ini maka PSHA menjadi kurang lengkap
memberi informasi tentang M dan R yang dominan dan tunggal dalam desain gempa.
Dengan satu magnitudo (M) dan satu jarak dari lokasi ke sumber (R) yang dominan, bahaya akibat gempa dapat
diekspresikan dalam satu fungsi, secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Konsep ini ditujukan pada deagregasi
seismic (McGuire, 1995) yang dapat memberikan gambaran umum tentang besaran gempa dan jarak sumber gempa
tertentu, yang kemungkinan besar destruktif terhadap lokasi bendunga. Dalam proses deagregasi dibutuhkan laju
tahunan rata-rata kejadian yang merupakan fungsi dari magnitudo dan atau jarak.
Analisis deagregasi dilakukan pada spektrum target pada periode getar alami bendungan. Spektrum target untuk
desain bendungan ini dilakukan berdasarkan konsep kriteria kinerja sehingga didapatkan tingkat gerak tanah yang
sesuai, dan untuk mengembangkan spektrum respons desain pada tingkat desain OBE dan SEE.
Analisis deaggregasi hanya dilakukan apabila analisis bahaya gempa yang dipilih menggunakan metoda PSHA
(probabilistic seismic hazard analysis), karena dalam analisis ini akan ditetapkan jarak dan magnitudo gempa dari
beberapa gempa yang tercatat dalam kurun waktu tertentu, sedangkan apabila Analisis bahaya gempa yang dipilih
adalah metoda DSHA (deterministic seismic hazard analysis), maka analisis deaggregasi tidak dilakukan, karena jarak
dan magnitudo gempa sudah ditetapkan berdasarkan seismotektonik lokasi bendungan yang ditinjau.
25
Analisis Deaggregasi
Salah satunya yang terbaru adalah dari Matsumoto (2010). Matsumoto dalam menghitung periode natural bendungan membagi
bendungan menjadi 4 tipe yaitu: bendungan beton gravity, bendungan beton busur, bendungan urugan batu, dan bendungan urugan
tanah. Rumus empirik yang didapat adalah sbb:
Bendungan Beton gravitas Bendungan beton busur Bendungan Urugan Batu Bendungan Tanah Homogin
27
Target Respon Spektra
Target respons spektra desain digunakan sebagai kriteria/sasaran dalam melakukan prosedur
modifikasi gerak tanah. Dalam SNI 1726:2019 Pasal 11.2.1, target respons spektra gempa yang dipakai
adalah spektra MCER dengan redaman 5%. Untuk bendungan, target respons spektra gempa yang dipakai
adalah spektra OBE dan SEE pada periode getar alami bendungan dengan redaman 5%. Dua metode
dapat digunakan dalam membuat target respons spektra, yaitu:
28
Spektra UHS dan beberapa periode spektra CMS (ASCE 7-16 commentary)
Penentuan Riwayat Waktu Percepatan Gempa Desain
Pemilihan data guncangan pada batuan dasar outcrop (GM) yang akan digunakan dalam analisis dinamis
merupakan faktor yang cukup penting. Data guncangan pada batuan dasar outcrop yang dimaksud adalah data digitasi
riwayat waktu percepatan (acceleration time histories). Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka pemilihan data
riwayat waktu yang sesuai dengan kondisi spesifik geologi dan seismologi lokasi yang ditinjau perlu dilakukan. Apabila
pada lokasi yang ditinjau tidak memiliki data time-histories sendiri, maka dapat digunakan tiga metode alternatif untuk
mendapatkan data digitasi riwayat waktu (time histories) di batuan dasar outcrop, yaitu:
a. Menggunakan data time-histories pada suatu lokasi yang kondisi geologi dan seismologinya sesuai atau mirip
dengan kondisi lokasi yang ditinjau.
b. Menggunakan data time-histories dari lokasi lain yang telah diskalakan sesuai dengan target spektra dari lokasi
yang ditinjau.
Rekaman guncangan pada batuan dasar outcrop yang dipilih tersebut kemudian dimodifikasi sehingga spektra dari
gelombang gempa tersebut mendekati dengan target spektra pada periode getar yang mendekati periode getar alami
dari struktur bendungan. Metode ini dinamakan spectra matching analysis (SMA)
29
Penentuan Riwayat Waktu Percepatan Gempa Desain
Proses penskalaan dengan spectral matching dari data initial record GM menjadi modified GM pada spectra target
hasil PSHA/DSHA di periode getar alami struktur bendungan.
30
Contoh Analisis Bahaya Gempa suatu Bendungan
Dalam Contoh Analisis Bahaya Gempa ini disampaikan tahap demi tahap
1. Membuat respon spectra berdasarkan data seismotektonik pada bendungan baik dengan metoda PSHA dan DSHA
Meoda PSHA
OBE SEE
Periode 475 th 1000 th 2475 th 5000 th
145 th 10000 th
PGA 0.164 0.258 0.335 0.453 0.565 0.699
0.05 0.274 0.434 0.562 0.756 0.940 1.142
0.10 0.368 0.589 0.773 1.057 1.325 1.656
0.20 0.332 0.532 0.703 0.974 1.235 1.557
0.32 0.254 0.405 0.531 0.734 0.942 1.181
0.40 0.219 0.348 0.458 0.632 0.810 1.030
0.50 0.186 0.298 0.392 0.540 0.691 0.875
0.75 0.129 0.210 0.276 0.379 0.484 0.615
1.00 0.096 0.154 0.205 0.283 0.362 0.463
2.00 0.044 0.073 0.096 0.132 0.168 0.212
3.00 0.026 0.044 0.058 0.080 0.102 0.129
4.00 0.019 0.031 0.041 0.057 0.073 0.091
6.00 0.011 0.019 0.024 0.032 0.040 0.051
8.00 0.007 0.012 0.016 0.021 0.026 0.031
10.00 0.004 0.008 0.011 0.014 0.017 0.021
31
Contoh Analisis Bahaya Gempa suatu Bendungan
Dalam Contoh Analisis Bahaya Gempa ini disampaikan tahap demi tahap
1. Membuat respon spectra berdasarkan data seismotektonik pada bendungan baik dengan metoda PSHA dan DSHA
Meoda DSHA
32
Contoh Analisis Bahaya Gempa suatu Bendungan
33
Contoh Analisis Bahaya Gempa suatu Bendungan
34
Contoh Analisis Bahaya Gempa suatu Bendungan
Salah satu skenario yang harus diperhitungkan dalam desain bendungan besar adalah beban gempa. Untuk
mengetahui respon dinamik bendungan akibat gempa yang realistis perlu dilakukan analisis dinamik dengan
menggunakan beban gempa berupa time histories dengan mempertimbangkan periode natural (periode getar alami)
bendungan.
Persamaan empiris dari Matsumoto (2014) untuk menentukan periode natural bendungan urugan batu adalah
sebagai berikut:
Untuk Bendungan Poso 3 yang direncanakan mempunyai tinggi 45 meter (H = 45 m), maka
Rasio panjang dan tinggi Bendungan Poso-3 adalah > 4 sehingga efek dari 3 dimensi sudah relatif kecil, dengan
demikian penentuan periode natural dapat menggunakan batas atas. Dari perhitungan di atas diketahui prediksi
periode natural untuk Bendungan Poso-3 adalah sekitar 0.32 detik.
35
Contoh Analisis Bahaya Gempa suatu Bendungan
3. Analisis Deaggregasi Gempa OBE Bendungan
Analisis deagregasi dilakukan pada SA 0.32-detik di tubuh bendungan Poso-3 pada level OBE akibat sumber gempa subduksi (Megathrust),
sesar dangkal (shallow crustal fault) dan Benioff (deep intraslab), sedangkan untuk level SEE yang digunakan hasil deterministik maka tidak perlu
dilakukan analisis deagregasi karena nilai M & R untuk analisis deterministik sudah jelas parameternya.
Hasil deagregasi untuk gempa dengan periode ulang 145 tahun pada SA 0.32-detik dari berbagai sumber gempa ditunjukkan dalam Gambar
berikut.
Deaggregasi gempa Megathrust Deaggregasi gempa Shallow Crustal Deaggregasi gempa Benioff
36
Contoh Analisis Bahaya Gempa suatu Bendungan
Dari hasil deagregasi di atas, maka didapatkan nilai mean magnitudo (M) dan jarak yang dominan periode natural
0.32-detik untuk berbagai sumber gempa sehingga bisa dipilih Recorded ground motion yang sesuai untuk kondisi
tersebut. Resume hasil deagregasi bisa dilihat dalam dalam Tabel berikut untuk level OBE (periode ulang 145 tahun).
Resume hasil deagregasi di Bendungan untuk periode ulang gempa 145 tahun
37
Contoh Analisis Bahaya Gempa suatu Bendungan
4. Pemilihan Ground Motion
Untuk gempa OBE, pemilihan ground motion disampaikan pada Tabel berikut
Untuk gempa SEE, pemilihan ground motion disampaikan pada Tabel berikut
Model spektrum yang telah diskalakan pada masing-masing periode getar alami tubuh bendungan untuk gempa
OBE dan Gempa SEE dapat dilihat pada Gambar berikut:
39
Contoh Analisis Bahaya Gempa suatu Bendungan
40
Contoh Analisis Bahaya Gempa suatu Bendungan
7. Hasil Analisis Bahaya Gempa Bendungan
Hasil analisis bahaya gempa dalam hal ini adalah “acceleration time histories” untuk gempa OBE
Acceleration time histories gempa OBE dari sumber gempa shallow crustal Acceleration time histories gempa OBE dari sumber gempa megathrust
Hasil analisis bahaya gempa dalam hal ini adalah “acceleration time histories” untuk gempa SEE
Acceleration time histories gempa SEE model gempa shallow crustal Acceleration time histories gempa SEE model gempa megathrust